UJI METODE TAKHASHSHUS DALAM MENGHAFAL AL QUR’AN (Study Kasus pada Pondok Pesantren Putri Imadul Bilad ‘Aisyiyah Kota Metro) Suraya Murcitaningrum
Abstrak Pada hakikatnya al-Qur‟an itu merupakan perbendaharaan yang besar untuk membudayakan manusia, terutama di bidang kerohanian. Ia pada umumnya merupakan kitap pendidikan kemasyarakatan, akhlak dan spiritual. Sehingga muncul kedamaian hati itu datang melalui dzikir dan membaca al-Qur‟an. Sebagaimana firman Allah: “Ingatlah dengan mengingat Allah hati menjadi tenang”. Artinya, semakin tinggi frekuensi interaksi kita terhadap al-Qur‟an, maka akan berimplikasi kepada kedamaian dan mempermudah dalam menguatkan hafalannya. Semangat ini yang melandasi pondok pesantren putri Imaadul Billad „Aisyiyah kota Metro untuk terus berjuang keras dengan didampingi ibu Aisyiyah dan para ustad untuk menyelamatkan generasi dengan menghafal al-Qur‟an. Hidup bersama al-Qur‟an bahagia besama al-Qur‟an. Untuk itu mulailah dari sekarang, jangan pernah menunda kesempatan emas karena ia tidak akan pernah datang untuk kedua kalinya. Mulailah dengan niat dan komitmen tinggi untuk selalu hidup bersama al-Qur‟an. Keywords: Metode tkhashshus, menghafal, Al-Qur‟an.
A. PENDAHULUAN Menurut Imam Yahya bun Syaraf An-Nawawi dalam kitab “AlMajmu”:“ Hal Pertama ( yang harus diperhatikan oleh seorang penuntut ilmu ) adalah menghafal Al Quran, karena ia adalah ilmu yang terpenting, bahkan para ulama salaf tidak akan mengajarkan hadis dan fiqh kecuali bagi siapa yang telah hafal Al Qur‟an. Kalau sudah hafal Al Qur‟an, berhati-hatilah dalam menyibukkan diri mempelajari hadis dan fiqh atau pelajaran lainnya, yakni kesibukan yang bisa menyebabkan hilangnya sebagian hafalan Al Qur‟an atau berpotensi lupa”.1 Abdul Daim al-Kaheel dari Kuwait. Beliau menulis dalam Artikel yang berjudul: Asrar al-Ilaj bi istima‟ ila al-Quran dalam situs pribadinya “Bisa saya informasikan pada para pembaca yang terhormat bahwa
Dosen tetap Jurusan Syariah STAIN Jurai Siwo Metro. 1Imam Nawawi, Al Majmu‟,( Beirut: Dar Al Fikri, 1996 ) Cet. Pertama, Juz : I, h. 66.
mendengarkan
ayat
al-Qur‟an
secara
kontinyu
akan
menambah
kemampuan berinovasi, sebagaimana yang terjadi pada diri saya. Sebelum hafal al-Qur‟an, saya masih ingat, saya kesulitan menulis satu kalimat dengan baik dan benar, sementara sekarang saya mampu menulis karya ilmiah hanya dalam kurun waktu satu sampai dua hari saja”.2 Subahanannlah, tampak dari penturan Abdul Daim al-Kaheel tersebut diatas bukanlah suatu perkara yang mudah seperti membalikkan telapak tangan. Kerumitan di dalamnya terkait ketepatan pengucapan dan redaksinya yang tidak bisa diabaikan, sebab kesalahan sedikit saja dapat mengakibatkan kesalahan fatal terhadap makna aslinya. Menghafal al-Qur‟an berbeda dengan menghafal buku atau kosakata lainnya. Ia adalah kalamullah, yang akan mengangkat derajat mereka yang menghafalnya,3 oleh karena itu para penghafal al-Qur‟an perlu mengetahui metode atau upaya agar dapat mencapai derajat tinggi di sisi Allah SWT melalui menghafal dengan baik dan benar. Walaupun menghafal al-Qur‟an dianggap berat, akan tetapi Allah memberikan kabar gembira kepada umat Islam khususnya muslim yang berminat menghafalkan al-Qur‟an. Dimana setiap tugas dan pekerjaan yang sulit akan menjadi mudah bagi orang yang dimudahkan dan yang dikehendaki Allah s.w.t.4 Sebagaimana yang termaktub dalam surat athTholaq : 3.5 Al Qur‟an akan dapat di hafal menggunakan metode fokus dan khusuk. Dengan semangat kecintaan terhadap al-Qur‟an serta motivasi yang tinggi untuk menambah hafalan al-Qur‟an, santri pondok pesantren
2www.kaheel7.com,di
akses, 5 Februari 2013. Aziz Abdul Rauf, Kiat Sukses menjadi Hafidz Qur‟an, (Bandung: Syaamil Cipta Media, 2004), Cet. 4, h. 55. 4Raghib As-Sirjani dan Abdurrahman Abdul Kholiq, Cara Cerdas Hafal Al-Qur‟an, Terj.Sarwedi Hasibuan, (Solo:Aqwam, 2007), h.53. 5 Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. 3Abdul
putri imaadul billad „Aisyiyah kota Metro dengan di pandu Ust Machsun S.PdI., M.Pd sebagai pendamping al Qur‟an bersama pengurus lainnya berupaya dengan sekuat tenaga untuk membudidayakan dengan cara membiasakan menghafal al-Qur‟an serta menjaga kelesetariannya6 untuk mewujudkan generasi penghafal al-Qur‟an.7 Hal inilah yang di impikan oleh pondok putri Imaadul Billad Aisyiyah kota Metro di bawah pimpinan Ust Samson Fajar MAg. Guna mewujudkan itu semua untuk pertama kali metode takhashshus dalam menghafal al-Qur‟an
ini diujicobakan kepada 10
santri yang memanfaatkan momen liburan semester tepatnya pada tanggal 1 februari 2012.8 Dari hasil uji
metode takhashshus dalam
menghafal al-Qur‟an tersebut santri berhasil menghafalkan 10 juz dalam satu bulan.9 Dan berawal dari suksesnya metode takhashshus dalam menghafal al-Qur‟an itu kemudian dilanjutkan dengan program 1 bulan bersama al-Qur‟an dan tidak menutup kemungkinan dilanjutkan dengan program bersama al-Qur‟an dalam bentuk yang lain sebagai wujud impian pondok putri Imaadul Billad Aisyiyah kota Metro yang memiliki generasi penghafal al-Qur‟an. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang mengambil tempat penelitian di pondok putri Imaadul Billad Aisyiyah kota Metro. Dalam observasi awal peneliti melihat ada kesungguhan dan kerinduan para peserta untuk merealisasikan impian dalam menghafal al-Qur‟an. Untuk merealisasikan hal tersebut tentu tidaklah mudah, ada beberapa Untuk menjamin dan menjaga kelestarian al Qur‟an.Sebagai mana diungkapkan dalam QS Al Hijr:9: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benarbenar memeliharanya. 7Observasi Lapangan, dan wawancara dengan Umi nuraini, bendahara pondok putri Imaadul Billad Aisyiyah kota Metro Tanggal 5-6 Desember 2012. 8 Wawancara dengan Umi sebagai bendahara sekaligus santri pertama yang mengikuti uji coba menghafal Al Quran dengan metode takhashus, tanggal 3 Desember 2012 9 Wawancara dengan Husnul maimanah santri pertama yang mengikuti uji coba menghafal Al Quran dengan metode takhashus, tanggal 3 Desember 2012. 6
metode yang ditawarkan kemudian diterapkan para santri yang ikut dalam uji
takhashshus (tahfidz intensif dimana santri menyisihkan
sebagian besar waktunya untuk menghafal). Dari berbagai deskripsi diatas, maka penelitian ini berupaya untuk menjawab permasalahan sebagai berikut: Bagaimana konsep dan penerapan metode takhashshus dalam menghafal al-Qur‟an di pondok Immadul Bilad Kota Metro. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memetakan model metode takhashshus dalam menghafal al-Qur‟an di pondok Immadul Bilad Kota Metro. Dan secara umum hasil penelitian ini kelak dapat membantu para peminat dan pemerhati
al-Qur‟an untuk menjaga dan melestarikan al-Qur‟an dalam
kehidupannya, tidak hanya itu tentunya hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam menentukan pilihan metode yang selaras dan pas dalam menghafal al-Qur‟an bagi para peminat dan pemerhati al-Qur‟an. B. KAJIAN TEORI 1. Metode Takhashshus Metode yang berarti langkah-langkah strategis yang diersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.10 Dalam bahasa arab metode dikenal dengan istilah thariqah berasal dari bahasa Yunani (Greeca) yaitu “Metha” dan “Hados”, “Metha” berarti melalui/melewati, sedangkan “Hados” berarti jalan/cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu.11 Takhashshus bermakna ksusus, spesialisasi,12 penghusussan. Sehingga takhashshus dimaknai sebagai upaya penghususan pada objek tertentu, disini takhashshus
lebih menekankan pada penghususan menghafal al
qur‟an. Jika dihubungkan dengan al-qur‟an maka metode takhashshus 10Ramayulis,
Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Klammulia, 2006), h. 184. Metodologi Pendidikan Agama, (Solo : Ramadhani, 1993), h.66. 12http://www.scribd.com/doc . di akses kamis. Tanggal 14 Nopember 2013. 11Zuhairini,
tersebut harus diwujudkan dalam proses
penghususan menghafal al
qur‟an.
2. Mengafal Al Qur’an Dalam kamus besar bahasa indonesia, pengertian menghafal adalah berusaha meresapkan kedalam fikiran agar selalu ingat. Sementara Abdul Aziz Abdul Ra‟uf mendefinisikan menghafal adalah “proses mengulang sesuatu, baik dengan membaca atau mendengar”. Lebih lanjut dituturkan Pekerjaan apapun jika sering diulang, pasti menjadi hafal”.13 Adapaun definisi Al-Qur‟an, menurut epistimologi adalah membaca.14 Sedangkan menurut ahli bahasa lafadz alqur‟an berarti yang dibaca. Sebagaimana tertuang dalam Al-Qur‟an: Al-Qiyamaah ayat 1718.15 Lebih lanjut Al-Qur‟an adalah kalam Allah yang menjadi mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w dengan lafaz dan maknanya dari dengan perantaraan malaikat Jibril as yang tertulis dalam mushaf yang disampaikan secara mutawatir, dimulai dengan Surat alfatihah dan diakhiri dengan surat al-Nas.16 Dengan demikian menghafal al-Qur‟an yang dimaksud di sini adalah suatu proses mengulang bacaan kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, sebagai pedoman hidup bagi umat manusia secara umum. Adapun hukum menghafal al-Qur‟an adalah fardhu kifayah. Ini berarti bahwa orang yang menghafal al Qur‟an tidak boleh kurang dari mutawatir sehingga tidak akan ada kemungkinan terjadinya pemalsuan dan pengubahan terhadap ayat-ayat suci al Qur‟an. Sebaliknya jika Abdul Aziz Abdul Rauf, Kiat Sukses., h.49. Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta : Hidakarya Agung, 1990), h.305. 15“Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkanya (di dadamu) dan membuat pandai membacanya. Apabila kamu telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaan itu.” 16Tim Penyusun Yayasan Bimantara, Ensiklopedi Al-Qur‟an, (Jakarta: Yayasan Bimnatara, 1997), h. 11. 13 14
kewajiban ini tidak terpenuhi maka umat islam tidak akan menaggung dosanya.Abdullah Az-Zarkasi juga mengatakan menghafal al Qur‟an adalah fardu kifayah.17 Dikatakan pula oleh para ulama bahwa mereka sepakat hukum menghafal al-Quran itu fardlu kifayah. Keputusan hukum tersebut diantaranya didasarkan pada ayat “Sesungguhnya kamilah yang menurunkan al-Qur‟an dan kamilah yang menjaganya”. Terdapat beberapa sandaran dalam membaca Al Qur‟an ini diantaranya adalah: Disebutkan dalam QS. Faathir : 29-30.18 Dan juga Rasulullah s.a.w.19 Bagi para pembaca al-Qur‟an sudah barang tentu membaca adalah nikmat disamping itu, terdapat keistimewaan bagi para pembaca al-Qur‟an bahwa dalam setiap huruf yang dibaca akan diberi sepuluh kebaikan. Hal ini telah dinyatakan Rasulullah saw. melalui Hadis riwayat al-Thirmizi.20
Dan
kesalahan
dalam
membaca
al-Qur‟an
akan
menyebabkan satu dosa kepada pembacanya.21 Dari beberapa uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa membaca al-Quran sangat dianjurkan, dengan berAl-Qur‟an akan mendatangkan
perbagai
manfaat
terhadap
pembacanya,
dengan
mempelajari kaedah dan tata cara dalam membacanya merupakan 17Imam
Burhanudin bin Muhammad Abdullah Az-Zarkasi, Al Burhan fi Ulumil Qur‟an, Juz I, h. 539. 18 “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anuge- rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terangterangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi maha mensyukuri.” 19 “Bacalah Al-Qur‟an, kerana sesungguhnya ia akan datang dihari kiamat memberi syafaat kepada pembacanya‟ (Riwayat Ahmad). Rasulullah s.a.w. bersabda: Dikatakan kepada orang yang berteman dengan Al-Qur‟an, Bacalah dan bacalah sekali lagi serta bacalah dengan tartil, seperti yang dilakukan di dunia, karena manzilah-mu terletak di akhir ayat yang engkau baca. (HR Tirmidzi) 20 “Sesiapa yang membaca satu huruf daripada kitab Allah (al-Qur‟an) maka satu huruf yang dibaca itu akan digandakan satu kebajikan, dan satu kebajikan itu akan digandakan menjadi sepuluh kebajikan. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim satu huruf, tetapi alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf.” (Riwayat al-Thrmizi). 21 “Berapa ramai orang membaca al-Qur‟an sedangkan al-Qur‟an sendiri melaknatinya.” (AlBukhari dan Muslim)
tuntutan yang mesti dipenuhi, disamping hukuman mendapat gajaran dosa, kesalahan dalam membaca al-Qur‟an akan menentukan sah atau tidak sahnya ibadah yang dilakukan oleh seseorang. 3. Metode takhashshus dalam menghafal Al Qur’an
Dalam menghafal Al Qur‟an terdapat beberapa metode yang secara umum lazim digunakan oleh para penghafal Al Qur‟an diantaranya adalah: a. الحفظ قبل التكرار Yaitu metode membaca berulang-ulang lebih dahulu ayat atau surat yang akan dihafalkan. b. الحفظ قبل اإلستماع Yaitu metode mendengarkan berulang-ulang lebih dahulu ayat atau surat yang akan dihafalkan. c. الحفظ قبل الفهم Yaitu metode memahami ayat atau surat yang akan dihafalkan. Untuk memahaminya akan lebih bagus jika menggunakan tafsir. Kalaupun hanya menggunakan terjemahan, maka hal itupun tidak masalah jika mampu membantu memahami ayat atau surat yang akan dihafal. d. الحفظ قبل التدوين Yaitu metode menuliskan lebih dahulu ayat atau surat yang akan dihafal.Ini
akan
memudahkan
untuk
mengingat
sebagaimana
diungkapkan Ibnu „Utsaimin “maka apa yang dicatat akan tetap dan apa ang dihafal akan kabur”.22 Metode diatas sebagaimana di katakan Amjad Qasim merupakan suatu ragam metode dalam menghafal Al Qur‟an yang di kenalkannya, Adapun Amjad Qasim menjelaskan secara rinci sebagai berikut:
22Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi, Reulusi Menghafal Kamil, 2010), h.84.
Al Qur‟an, (Kartasura: Insan
1) Menghafal ayat per ayat ( membaca satu ayat saja dengan bacaan yang benar sebanyak dua atau tiga kali, kemudian melanjutkan ke ayat kedua dan melakukan seperti pada ayat pertama, berikutnya menghafal ayat ketiga dengan cara yang sama kemudian mengulangi ketiga ayat itu ayat pertama, kedua, ketiga tanpa melihat
mushaf.
Begitu
seterusnya
hingga
akhir
halaman, kemudian mengulangi halaman ini sampai tiga kali 2) Membagi satu halaman menjadi tiga bagian, lalu satu bagiannya kita asumsikan sebagai satu ayat dan di baca berulang-ulang sampai hafal, kemudian menyambung antara ke tiga bagian ini. 3) Menghafal perhalaman, metode ini langsung menghafal satu halaman penuh dari awal sampai akhir dengan bacaan pelan dan benar, diulang-ulang sebanyak tiga atau lima kali.23 Dari pemaparan metode menghafal Al Qur‟an yang diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam
menghafal Al Qur‟an terdapat
tiga metode yaitu pertama, metode keseluruhan dimana seseorang membaca satu halaman dari baris pertama hingga baris terakhir sampai hafal. Kedua, metode bagian dimana seseorang menghafal ayat demi ayat sampai hafal kemudian dilanjutkan pada ayat berikutya. Ketiga, Campuran yaitu kombinasi dari kedua model diatas, mula-mula di dibaca satu halaman berulang-ulang kemudian bagian tertentu di hafal tersendiri, lalu di ulang secara keseluruhan.
23
Amjad Qasim, Hafal, h. 92-94.
Beberapa metode menghafal Al Qur‟an diatas adalah salah satu ragam metode yang dapat digunakan sebagai salah satu terobosan bagi para penghafal Al Qur‟an untuk menuntaskan hafalannya dengan teratur dan sungguh-sungguh dengan mengharap ridho Allah swt.
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Santri Pondok Peantren Putri Imadul Bilat ‘Aisyiyah Kota Metro Adapun Penelitian ini mengambil 10 Santri Pondok Pesantren Putri Imadul Bilat „Aisyiyah Kota Metro yang mengikuti uji metode takhashshus dalam menghafal al-Qur‟an dari angkatan
2008/2009 dan
2009/2010. Penelitian ini dilakukan dari bulan Desember 2012 sampai bulan Februari 2013. Adapun data santri angkatan 2008/2009 dan 2009/2010 sebagai berikut: Daftar Mahasantri Angkatan Kedua tahun akademik 2008/2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Mahasantri Ana Urfiyanti Lisna Pratama Umi Nur Aini Siti Marfu‟ah Renta Anami Siti Mardiyah Nazilatul Fariqoh Susi Jarwati Arinda Firdiyanti Kun Rosidah Aprilia Ramadani Sri Handayani
NPM 081208 081209 081210 081211 081212 081213 081214 081215 081216 081217 081218 081219
Mahasantri angkatan Ketiga tahun akademik 2009/2010 No 1 2 3 4 5 6 7 8
Mahasantri Deby Juliana Desi Nuramanah Eka Astuti Eka Susi Wahyuni Hesti Ningtias Eka Putri Hidayati Husnul Hidayah Roiffatussayyidah
NPM 091320 091321 091322 091323 091324 091325 091326 091327
9 10 11 12
Siska Novianti Syukawati Oktri susanti Nuci Vera
091328 091329 091330 091331
13 14
Widiatmi Rita Sulasmini
091332 091333
Adapun santri yang mengikuti program takhashshus dalam menghafal
al-Qur‟an adalah tersebut adalah santri yang betul-betul
ingin mengenal lebih dekat al-Qur‟an dengan cara menghafal al-Qur‟an dengan memanfaatkan waktu liburan sekolah. 2. Metode takhashshus dalam menghafal al-Qur’an
di Pondok
Pesantren Putri Imadul Bilat ‘Aisyiyah Kota Metro a.
Motode takhashshus dalam menghafal al-Qur‟an
Metode fokus dalam menghafal al-Qur‟an bagi kalangan santri, mulai di perkenalkan pertama kali pada bulan februari 2012 dengan tujuan untuk menumbuhkn cinta dan semangat menghafal al Qur‟an dengan capaian 10 juz dalam satu bulan. Di munculkannya program fokus menghafal ini ialah untuk membantu program Pondok dalam pencapaian target setiap tahunnya.24 Konsep metode fokus dalam menghafal al Qur‟an yang di terapkan kepada santri tahun 2012, setiap santri menghafal dengan cara: 1)
Membaca satu persatu halaman (menggunakan Mushaf
Madinah atau menara Kudus). Santri membaca satu halaman yang akan di hafal sebanyak tiga atau lima kali, setelah itu santri mulai menghafal. Setelah hafal satu halaman, baru santri pindah kepada halaman berikutnya dengan cara yang sama. seterusnya sampai santri mapan dalam mengucapkan sampai satu muka, dua muka, tiga muka dan seterusnya. Pada akhir bulan wajib di ujikan semua hafalan yang sudah di
24
Dokumen Pondok, Target Capaian hafalan, 2012.
hafal termasuk makhraj huruf, hukum tajwid, kelancaran bacaan dan hukum-hukum yang berkaitan dengan pembacaan al-Qur‟an. 2)
Membaca ayat per ayat , santri membaca satu ayat yang mau
di hafal tiga atau lima kali secara benar, setelah itu, santri kemudian menghafal ayat tersebut. Setelah selesai, santri pindah ke ayat berikutnya dengan cara yang sama, dan begitu seterusnya sampai satu halaman. Akan tetapi sebelum pindah ke ayat berikutnya santri harus mengulangi apa yang sudah kita hafal dari ayat sebelumnya. Setelah satu halaman, maka santri mengulanginya. Pada akhir bulan wajib di ujikan semua hafalan yang sudah di hafal termasuk makhraj huruf, hukum tajwid, kelancaran bacaan dan hukum-hukum yang berkaitan dengan pembacaan al-Qur‟an.25 Penerapan metode takhashshus dalam menghafal Al Qur‟an yang dilakukan kepada santri pada Bulan Februari tahun 2012, setiap santri menghafal dengan cara: Pertama, Membaca secara berulang ulang satu ayat kemudian dilanjutkan dengan ayat berikutnya begitu seterusnya sampai santri mapan dalam mengucapkan sampai satu muka, dua muka, tiga muka dan seterusnya. Dan pada akhir bulan wajib menyetorkan hafalan termasuk makhraj huruf, hukum tajwid, kelancaran bacaan dan hukum-hukum yang berkaitan dengan pembacaan al-Qur‟an. Dilakukan oleh 9 santri.26 Kedua, Membaca secara berulang ulang satu ayat kemudian dilanjutkan dengan ayat berikutnya sambil menulis ayat yang akan dihafal begitu seterusnya sampai santri mapan dalam mengucapkan sampai satu muka, dua muka, tiga muka dan seterusnya. Pada akhir Wawancara, dengan Muhammad Machsun, tanggal 20 februari 2013. Wawancara, Debi, Urfi, maimanah tanggal 4 januari 2013, Dalam penuturan Debi Membagi “ terkadang saya menghafal dengan/ cara satu halaman dibagi menjadi tiga bagian, lalu satu bagiannya saya asumsikan sebagai satu ayat dan di baca berulang-ulang sampai hafal, kemudian menyambung antara ke tiga bagian ini‟ saya ikuti arahan ust Machsun dan alhamdulilah Allah memudahkan saya untuk menghafal. 25 26
bulan wajib menyetor hafalan termasuk makhraj huruf, hukum tajwid, kelancaran bacaan dan hukum-hukum yang berkaitan dengan pembacaan al-Qur‟an ini dilakukan oleh 1 santri juga.27 Dalam penuturan Debi bahwa setiap santri yang setor selalu memperhatikan makhraj huruf, hukum tajwid, kelancaran bacaan dan hukum-hukumnya guna menjaga keshohihan ayat yang dibaca.28 Lebih lanjut Debi menuturkan pengalaman kami menggunakan metode yang diterapkan pertama kali oleh Abu Yaqud
pada tahun 2012 secara
keseluruhan santri merasa cocok dan alhamdulillah dapat menyelesaikan target hafalan dengan baik dalam waktu satu bulan, dengan arahan dan bimbingan beliau.29 Lebih lanjut penuturan Debi bahwa kami ingin suasana ber al qur‟an tidak hanya pada waktu liburan kuliah namun juga pada hari- hari aktif kuliah.30 Sebagaimana
diungkapkan Urfi bahwa
“saya semangat beralqur‟an dan ingin setiap hari bersama alqur‟an”.31 Dalam penerapan metode fokus dalam menghafal al Qur‟an yang di ujikan kepada 10 santri pada bulan februari 2012
dengan
memanfaatkan momen liburan sekolah.32 Alhamdulillah dari ke 10 santri tersebut memperoleh capaian hafalan yang membanggakan.33 Hal senada juga di ungkapkan Debi34 bahwa metode fokus menghafal ini di ikuti 10 santri yang benar-benar ingin belajar Al Qur‟an
27 Wawancara, Umi sebagai santri yang turut menghafal Al Quran, Saya tidak tidak dapat menuntaskan hafalan karena ada tugas tambahan mengurusi santri dan donatur selain itu saya juga bekerja. Saya lebih cepat menghafal dengan menulis apa yang akan saya hafal. dan satu santri lagi di karenakan orang tuanya sakit sehingga tidak konsen untuk menghafal. 3 Januari 2013, 28 Wawancara, Debi santri yang turut menghafal Al Quran, 7 Februari 2013. 29 Ibid, 30 Ibid, 31 Hasil Observasi dan wawancara dengan Debi, Husnul mainanah, Umi Nuraini, 10 Februari 2013, Bahkan Urfi peserta yang mengikuti program ini dan melanjutkannya setelah berakhir masa liburan Kuliah dapat menuntaskan hafalannya sampai 30 Juz. 32 Wawancara dengan Tika, Pengurus dan Pembimbing, 4 Januari 2013. 33 Ibid. 34 Wawancara, Debi sebagai santri yang turut menghafal Al Quran, 3 Januari 2013.
dan menghafalnya, dan Alhamdulillah 8 santri sesuai dengan target tuntas mengahafal 10 juz, 1 orang 8 juz dan 1 santri 5 juz. Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat penulis katakan bahwa Pertama target utama dari menghafal adalah kemamampuan memahami al-Quran. Kedua, bahwa kompetensi hafalan merupakan wasilah (media) efektif untuk lebih memahami al-Quran secara holistik (menyeluruh). Lebih lanjut dapat dikatakan dengan mengacu kepada konsep yang ada tentang metode takhashshus dalam menghafal Al Qur‟an, terapat kesesuaian antara konsep menghafal yang di sampaikan Ma‟had dengan penerapan yang dipraktekan oleh satri. Ada dua model yang dilakukan santri dalam menghafal pertama santri lebih cepat menghafal dengan menulisakan ayat yang akan dihapal, sebagaimana diungkapkan oleh Ibnu „Utsaimin yang dikutip oleh yahya abdul Fattah “maka apa yang dicatat akan tetap dan apa yang dihafal akan kabur”.
Kedua, model
menghafal yang umum dilakukan adalah dengan membaca secara berulang ulang satu ayat kemudian dilanjutkan dengan ayat berikutnya begitu seterusnya sampai santri mapan dalam mengucapkan sampai satu muka, dua muka, tiga muka dan seterusnya. Ada yang unik disini yang menurut penulis ada kreasi dari pembimbing dan santri dimana santri ketika menghafal satu muka di bagi kedalam 3 bagian dengan mengasumsikan satu bagian adalah satu ayat, kemudian dihafal setelah tuntas baru dirangkai dengan ayat berikutnya. Dari kedua model tersebut tampak bahwa dalam penerapan model mengafal tersebut tidak kaku untuk mengikuti satu pola tertentu yang ditawarkan oleh pembimbing, bahkan model menghafal dapat dikembangkan dengan pola yang sesuai dengan masing-masing santri. Dalam
penerapan metode yang diterapkan pada 10 santri
tersebut diatas dapat dikatakan bahwa seluruh santri yang mengikuti program takhashshus dalam menghafal Al Qur‟an, dapat mengikuti proses
takhashshus Al Qur‟an, bahkan dalam pebelajaran proses takhashshus Al Qur‟an dapat dikatakan berhasil, ini dapat dilihat dari capaian ketuntasan dalam mengahfal dimana 8 santri dapat menyelesaikan 10 juz, Sedangkan dua santri lainya tidak sampai 10 juz. Sebagaimana dituturkan diatas bahwa Satu santri tidak dapat menuntaskan hafalan karena ada tugas tambahan mengurusi santri, mencari donatur serta bekerja, dan satu santri berikutnya karena orang tuanya sakit sehingga tidak dapat konsentrasi dalam menghafal al Qur‟an. Berikut ini akan di uraikan secara rinci memalui table jumblah capaian setiap santri dalam menghafal al Qur‟an selama satu bulan yaitu: Tabel hasil capaian penerapan metode fokus dalam menghafal al Qur‟an dalam 1 bulan No
Jumlah
Target
Capaian Hafalan Santri
Santri 1
8
10 Juz
8 santri sukses
2
1
10 Juz
1 belum mencapai target dikarenakan tidak fokus dan mampu menghafal 8 juz
3
1
10 Juz
1 belum mencapai target dikarenakan tidak fokus dan mampu menghafal 5 Juz
Melihat tabel hasil capaian penerapan metode fokus dalam menghafal Al Qur‟an dalam 1 bulan tahun 2012 di atas dapat dikatakan sukses dengan capaian 8 santri dapat menghafal 10 juz, 2 belum dengan capaian 5 juz, dan 8 juz.
D. KESIMPULAN Metode menghafal Al Quran sebagai salah satu bentuk terobosan bagi para santri penghafal Al Qur‟an untuk menuntaskan hafalannya dengan sungguh-sungguh dan mengharap ridho Allah s.w.t. semata.
Ada dua pendekatan dalam takhashshus menghafal al-Qur‟an yang diterapkan di pondok immadul Billad yaitu pertama, Membaca secara berulang ulang satu ayat kemudian dilanjutkan dengan ayat berikutnya begitu seterusnya sampai santri mapan dalam mengucapkan sampai satu muka, dua muka, tiga muka dan seterusnya. Dan pada akhir bulan wajib menyetorkan hafalan termasuk makhraj huruf, hukum tajwid, kelancaran bacaan dan hukum-hukum yang berkaitan dengan pembacaan al-Quran. Kedua, Campuran (menuliskan dan membaca) ayat yang akan dihafal kemudian dilanjutkan dengan ayat berikutnya begitu seterusnya sampai santri mapan dalam mengucapkan sampai satu muka, dua muka, tiga muka dan seterusnya. Pada akhir bulan wajib menyetor hafalan termasuk makhraj huruf, hukum tajwid, kelancaran bacaan dan hukumhukum yang berkaitan dengan pembacaan al-Quran. Adapaun hasil dari penerapan metode tersebut 8 santri dapat menuntaskan hafalalannya hingga 10 juz, 2 belum memcapai ketuntasan dikarenakan tidak fokus dalam menghafal sehingga capaian yang diperoleh 1 santri dapat menghafal 8 Juz dan 1 santri dapat menghafal 5 Juz. DAFTAR PUSTAKA Abdul Aziz Abdul Rauf, Kiat Sukses menjadi Hafidz Qur‟an, Bandung: Syaamil Cipta Media, 2004. Ahsin Wijaya, Bimbingan Praktis Menghafal Al qur‟an, Jakarta: Amzah, 2008. Amjad, Qasim, Hafal Al Qur‟an Dalam Sebulan, Solo: Qiblat Press, 2008. ------- Hafal Al Qur‟an Dalam Sebulan, Solo: Qiblat Press, 2010. Az-Zawawi, Yahya Abdul Fattah, Reulusi Menghafal Al Qur‟an, Kartasura: Insan Kamil, 2010 Dokumen Pondok, Target Capaian hafalan, 2012
Imam Nawawi, Al Majmu‟, Beirut: Dar Al Fikri, 1996. Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta : Hidakarya Agung, 1990. Muhammad Machsun, Metode takhashshus dalam menghafal Al Quran, 2012. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Klammulia, 2006 Tim Penyusun Yayasan Bimantara, Ensiklopedi Al-Qur‟an, Jakarta: Yayasan Bimnatara, 1997. Zuhairini, Metodologi Pendidikan Agama, Solo: Ramadhani, 1993.