Hitam Putih Memandang Tradisi
Memahami ruang lingkup tradisi dari prespektif ilmuan dan pelaku tradisi.
Hajizar
Hitam Putih Memandang Tradisi TERMINOLOGIS
Lorens Bagus dalam bukunya Kamus Filsafat (2002), sbb: Tradisi: tradition; dari Latin traditio – dari tradire (menyerahkan). Dilihat dari sudut sejarah, tradisi merupakan adat-istiadat, ritus-ritus, ajaranajaran sosial, pandangan-pandangan, nilai-nilai, aturan-aturan prilaku, dan sebagainya, yang diwariskan dari generasi ke generasi. Ia merupakan unsur warisan sosio-kultural yang dilestarikan dalam masyarakat atau dalam kelompok-kelompok sosial masyarakat dalam kurun waktu yang panjang. Tradisi bersifat progresif, kalau dihubungkan dengan perkembangan kreatif kebudayaan. Dan tradisi bersifat reaksioner, kalau ia berkaitan dengan sisa-sisa yang sudah usang dari masa lampau. Dalam ilmu, tradisi berarti kontinuitas pengetahuan dan metode-metode penelitian. Dalam seni, ia merupakan kesinambungan gaya dan ketrampilan (Bagus, 2002:11151116). Edward Shils dalam bukunya Tradition (1981) memuat ‘Teori Tiga Generasi” tentang “Tradisi” sbb: -
“Sekurang-kurangnya tiga generasi dalam penerusan atas sesuatu hal, untuk kemudian dapat digolongkan hal tersebut sebagai tradisi. Sesuatu akan disebut tradisi bila dianggap oleh masyarakatnya memberikan manfaat yang masih relevan dengan kemajuan jamannya. Hal ini karena tradisi memiliki daya ikat yang kadang-kadang sangat hebat, sehingga yang terlibat di dalamnya menganggap sesuatu itu pantas untuk diteruskan dan kemudian mengikatkan diri dengannya” (dalam Supardi, 2000:1-2).
-
Tradisi adalah “perwujudan karya cipta, rasa, dan karsa sekelompok masyarakat dan hidup terus karena tradisi itu dijaga ketat oleh masyarakat pemiliknya. Tradisi yang telah “lengket” dan menjadi kebanggaan serta jati diri dalam kehidupan masyarakat pemeluknya itu secara terus-menerus Makalah kuliah umum Ota Rabu Malam 18 bersama Hajizar, 01 Oktober 2014
ditransfer (ditularkan) dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sehingga kehidupan tradisi atau kesenian tradisional dijamin akan tetap berjalan mulus dan lestari meskipun generasinya silih berganti” (dalam Supardi, 2000:1-2). POSISI SENI TRADISI Bandem dalam makalahnya “Seni Tradisi di Tengah Arus Perubahan” (1999), sbb: -
Kenapa tradisi masih ada yang mau mempertahankan, karena masih ada nilai yang masih perlu dipertahankan. .... Nilai-nilai seperti apakah sesungguhnya yang dapat dipelajari dan dimanfaatkan, baik dalam kaitan kepentingan pribadi maupun kelompok (masyarakat)?. Benarkah seni tradisi memiliki aspek spiritual (mental) dan aspek material (fisikal) yang amat berguna bagi perorangan maupun kelompok?. (Bandem, 1999:2).
-
Bagaimana dan di mana peran seni tradisi dalam kehidupan sekarang dan yang akan datang, secara aksplesit dapat dilihat dari potensi yang dimiliki oleh seni tradisi seperti yang terurai pada halaman sebelumnya. Perubahan tanpa kesadaran membekali diri dengan karakter-karakter dasar akan bereksiko sangat tinggi, misalnya terjadi disorientasi, kehilangan arah, dan karenanya menjadi limbung. Akhirnya melahirkan sebuah pribadi yang gamang, atau suatu kelompok masyarakat tanpa identitas. Pada titik itulah seni tradisi menemukan peran dan sekaligus dihadapkan pada tantangan. Sanggupkah ia bertahan? Masih adakah seseorang atau patron yang mau mengurusi? Masihkah ia memberikan nilai-nilai kepada masyarakat, dan sebaliknya masihkah
masyaeakat
memiliki
kesanggupan
dan
kemampuan
untik
mengaprisiasinya? Masih adakah relevansi seni trdisi dengan kehidupan kita sekarang? (Bandem, 61999:2).
Umar Kayam dalam bukunya Seni Tradisi dan Masyarakat (1981) sbb: -
Kesenian tradisional di Asia Tenggara tumbuh sebagai bagian dari kebudayaan masyarakat tradsional di wilayah itu. Dengan demikian, ia mengandung sifat-sifat atau ciri-ciri yang khas dari masyarakat petani yang tradisional pula. Makalah kuliah umum Ota Rabu Malam 18 bersama Hajizar, 01 Oktober 2014
Pertama, ia memiliki jangkauan yang terbatas pada kulktur yang menunjangnya. Kedua, ia merupakan pencerminan dari satu kultur yang berkembang sangat perlahan, karena dinamika dari masyarakat yang menunjangnya memang demikian. Ketiga, ia merupakan bagian dari satu „kosmos‟ kehidupan yang bulat yang tidak terbagi-bagi dalam pengkotakan spesialisasi. Keempat, ia bukan merupakan kreativitas individu-individu, tetapi tercipta secara
anonim
bersama
dengan
sifat
kolektivitas
masyarakat
yang
menunjangnya (Kayam, 1981:60). BASIS KREATIVITAS Sal Murgianto dalam bukunya Tradisi dan Inovasi: Beberapa Masalah Tari di Indonesia (2004) sbb: -
Tradisi
biasanya
didefinisikan
sebagai
cara
mewariskan
pemikiran,
kebiasaan, kepercayaan, kesenian, tarian dari generasi ke generasi, dari leluhur ke anak cucu secara lisan (2004:10).
-
Trdisi merupakan akar perkembangan kebudayaan yang memberi ciri khas identitas atau kepribadian suatu bangsa (2004:15).
-
Memelihara tradisi bukanlah sekedar memelihara “bentuk” tetapi lebih pada jiwa dan semangat atau nilai-nilai. Jika yang diwarisi nilai-nilai, maka kita akan dengan lebih leluasa bisa melakukan interpretasi dan menciptakannya kembali, sekaligus kita juga akan mewarisi “sikap” kreatif dan imajinasi yang subur sebagaimana dimiliki nenek moyang kita yang telah berhasil menciptakan karya-karya besar di masa lampau. Dengan demikian, kita juga akan selalu dapat menyelaraskan semangat kesenian tradisi dengan perkembangan kehidupan masyarakat pada masa sekarang (2004:16).
Makalah kuliah umum Ota Rabu Malam 18 bersama Hajizar, 01 Oktober 2014
-
Tradisi
berubah
karena
tidak
pernah
dapat
memuaskan
seluruh
pendukungnya. Meskipun demikian tradisi tidak berubah dengan sendirinya, tetapi memberi peluang untuk diubah dan membutuhkan seseorang untuk melakukan perubahan (2004:3). PRINSIP PENGEMBANGAN Edi Sedyawati dalam bukunya Pertumbuhan Seni Pertunjukan (1981) sbb: -
Istilah mengembangkan lebih mempunyai konotasi kuantitatif daripada kualitatif; artinya membesarkan, meluaskan.
Dalam pengertiannya yang
kualitatif itu, mengembangkan seni pertunjukan tradisional Indonesia berarti membesarkan volume penyajiannya, meluaskan wilayah pengenalannya. Tetapi ia juga harus berarti memperbanyak tersedianya kemungkinankemungkinan untuk mengolah dan memperbaharui wajah, suatu usaha yang mempunyai arti sebagai sarana untuk timbulnya pencapaian kualitatif. Kualitas suatu karya seni pertama-tama ditentukan oleh lahir atau tidaknya seniman yang mengerjakannya, hal mana tergantung pada perkenan alam untuk memunculkan mutiara-mutiaranya.
Namun tidak kurang penting
adalah usaha-usaha untuk menciptakan kondisi sehingga mutiara-mutiara itu bisa muncul dan bisa dilihat. Dalam artinya yang terakhir inilah maka mengembangkan seni pertunjukan tradisional mengandung nilai terbesar (Sedyawati : 1981:50-51).
Makalah kuliah umum Ota Rabu Malam 18 bersama Hajizar, 01 Oktober 2014
“BATANAM TABU DI BIBIA” {Rasionalitas Hampa} Buku Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (2003) sbb: -
Pelestarian adalah suatu aktivitas untuk melindungi, mempertahankan, menjaga, memelihara, memanfaatkan, membina, dan mengembangkan suatu hal yang berasal dari sekelompok masyarakat, yang meliputi benda-benda, aktivitas, serta ide-ide (Kemenbudpar, 2003:146).
-
Kesenian merupakan bagian dari kebudayaan, yang mana dalam upaya pelestariannya perlu adanya dukungan dari pemerintah dan masyarakat.
-
Pengamat kesenian tradisi berharap agar pemerintah membangun sistem yang memihak pada eksistensi kesenian tradisi.
Padangpanjang, 01 Oktober 2014 Hajizar *Makalah ini disusun untuk pengantar kuliah umum Ota Rabu Malam ke 18 pada 01 Oktober 2014, di Pandopo Karawitan ISI Padangpanjang. *Hajizar adalah etnomusikolog dan pelaku seni tradisi maupun seni kontemporer yang berbasis Minangkabau.
Makalah kuliah umum Ota Rabu Malam 18 bersama Hajizar, 01 Oktober 2014
Dipublis oleh Ota Rabu Malam pada 01 Oktober 2014. www.otarabumalam.wordpress.com Twitter: @otarabumalam Facebook: Ota Rabu Malam
Ota Rabu Malam adalah ruang diskusi dan pusat kajian seni pertunjukan yang berbasis di Sumatera. OTRM didirikan oleh mahasiswa Seni Karawitan ISI Padangpanjang beserta alumni, bekerja dengan mempresentasikan kembali karya-karya yang pernah ditampilkan, ataupun arsip-arsip dan dokumentasi penelitian, untuk dibahas di ruang publik sebagai pengembangan ilmu pengetahuan. Sejak didirikan pada 30 Oktober 2013 OTRM telah melakukan serangkaian diskusi, kuliah umum, worskshop ataupun bedah setiap minggunya – Rabu Malam. Makalah kuliah umum Ota Rabu Malam 18 bersama Hajizar, 01 Oktober 2014