TINJAUAN PUSTAKA Desain Desain biasa diterjemahkan sebagai seni terapan, arsitektur, dan berbagai pencapaian kreatif lainnya. Dalam sebuah kalimat, kata "desain" bisa digunakan baik sebagai kata benda maupun kata kerja. Sebagai kata kerja, "desain" memiliki arti "proses untuk membuat dan menciptakan obyek baru". Sebagai kata benda, "desain" digunakan untuk menyebut hasil akhir dari sebuah proses kreatif, baik berwujud sebuah rencana, proposal, atau obyek nyata. Proses desain pada umumnya memperhitungkan aspek fungsi, estetik, dan berbagai macam aspek lainnya, yang biasanya datanya didapatkan dari riset, pemikiran, brainstorming, maupun dari desain yang sudah ada sebelumnya. Akhir-akhir ini, proses (secara umum) juga dianggap sebagai produk dari desain sehingga muncul istilah "perancangan proses". (Wikipedia, 2009) Desain adalah kerangka bentuk, rancangan, motif, pola, dan corak. Berdesain adalah bermodel, berbentuk, dan bermotif.
Mendesain adalah
membuat desain, membuat rancangan pola dan sebagainya. Pendesain adalah orang yang membuat rancangan , model, dan pola. (Depdikbud, 2008).
Lanskap Lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dengan karakter yang menyatu secara alami dan harmonis untuk memperkuat karakter lanskap tersebut. Dalam hal ini indera manusia memiliki peranan penting dalam merasakan suatu lanskap. (Simonds dan Starke, 2006). Lanskap adalah wajah dan karakter lahan atau tapak, bagian dari muka bumi dengan segala kehidupan dan semua yang ada di dalamnya, baik yang bersifat alami maupun buatan manusia, merupakan bagian atau total lingkungan hidup manusia beserta makhluk hidup lainnya, sejauh mata memandang, sejauh indera dapat menangkap, dan sejauh imajinasi dapat menjangkau dan membayangkan. Sub-sub bagian lanskap antara lain: kota (townscape), jalan (streetscape), lapangan golf dan sejenisnya (lawnscape), sungai (riverscape), atap bangunan (roofscape), pantai dan pemandangan lautnya (seascape), area industri
(industrial
scape),
pemukiman
(residential
scape),
(ruralscape), daerah (regional scape), dan lainnya. (Rachman, 1984).
pedesaan
6
Desain Lanskap Dalam ilmu lanskap, desain adalah ilmu dan seni pengorganisasian ruang dan massa untuk mencapai keharmonisan yang secara fungsional berdaya guna dan secara estetis bernilai indah (Rachman, 1984). Menurut Laurie (1984) desain lanskap merupakan perluasan dari perencanaan tapak dan termasuk dalam prosesnya, tetapi pada desain lebih ditekankan pada seleksi komponenkomponen desain, jenis-jenis vegetasi, dan kombinasi lainnya sebagai pemecahan masalah terhadap kendala-kendala di dalam rencana tapak. Desain lanskap berkaitan dengan perkembangan visual sehingga bentuk dan wujud akan timbul dari kendala, potensi tapak, dan rumusan yang jelas atas masalah desain. Sumber bentuk yang sangat penting pada desain lanskap adalah raut tapaknya sendiri yang dipertegas oleh
batas tapak dan topografinya, serta
berasal dari perkiraan fungsi atau kegunaan yang diinginkan. Menurut Simonds dan Starke (2006), perhatian desain ditekankan pada penggunaan volume dan ruang, dan setiap volume yang memiliki bentuk, ukuran, bahan dan tekstur, serta kualitas lainnya. Semuanya ini dapat mengekspresikan dan mengakomodasikan fungsi-fungsi yang ingin dicapai dengan baik. Selanjutnya karakter tapak yang menarik harus dipertahankan atau diciptakan sehingga semua elemen dengan banyak variasinya dapat menjadi suatu kesatuan yang harmonis. Salah satu karakter lanskap yang harus dipertahankan adalah view yang merupakan lanskap yang tampak, sehingga view ini harus dianalisis dan digabung dengan ketajaman persepsi yang artistik untuk memanfaatkan setiap bagian dari potensial yang dramatis. Desain lanskap pantai diharapkan dapat mempertahankan ekosistem yang ada. Flora dan fauna dapat dipertahankan dengan cara mengkonservasinya sebagai kawasan perlindungan dan penyangga sehingga dengan demikian diharapkan fungsi dan kualitasnya guna memberikan pengalaman rekreasi yang diinginkan. Pada daerah wisata, tata letak fasilitas dan jalur sirkulasi bertujuan untuk mengakomodasi kebutuhan pengunjung, kemudahan dalam pemeliharaan, dan pelestarian alam. Faktor yang mempengaruhi penentuan tata letak daerah rekreasi adalah topografi, orientasi terhadap pemandangan, sirkulasi, fasilitas material, pengelompokkan secara fungsional, kemudahan pencapaian, dan persyaratan terhadap lingkungan alami. Hal ini harus diperhatikan oleh seorang perencana atau pendesain, sehingga dapat menyediakan ruang dimana orangorang dapat beraktivitas dan tidak terganggu oleh orang lain (Gold, 1980).
7
Lanskap Pantai Menurut Koesoebiono et.al dalam Rambe (1988) pantai adalah tempat pertemuan darat dan lautan dimana bagian darat dan lautan dimana bagan darat mencakup areal-areal yang tergenang dan tidak tergenang yang dipengaruhi oleh proses-proses kelautan seperti pasang, angin laut dan intrusi garam serta bagian laut dimana terdapat areal yang dipengaruhi oleh proses alami seperti sedimentasi, tumpahan air, serta aktivitas penebangan hutan dan polusi. Pertemuan antara dua ekosistem ini dikenal dengan istilah ecotone. Semua daratan dengan garis pantainya merupakan milik semua orang (Simonds dan Starke, 2006). Fasilitas yang berpengaruh terhadap pantai seperti jalan, bangunan, dan struktur lainnya sebaiknya diletakkan tidak terlalu dekat dengan daerah pasang. Namun demikian tidak sepanjang pantai untuk umum. Dalam pengembangannya daerah pribadi harus memperhatikan garis tinggi pantai atau antara garis pantai dan gundukan pasir terdepan. Fasilitas dan penempatannya merupakan faktor yang menentukan penurunan dan kehilangan sumberdaya pantai, yang hasilnya juga akan mengurangi daya tariknya terhadap wisatawan. Daerah pantai Indonesia memiliki berbagai bentuk dan kualitas fisik, visual wilayah pantai yang berbeda, serta potensi hayati dan fisik alami yang beragam. Hal ini menimbulkan aspek Forms, Features dan Forces yang beragam dari lanskap pantai, menciptakan kualitas visual yang beragam dan tinggi nilainya sehingga potensial untuk dikembangkan sebagai daerah wisata. Keunikan wilayaaah pantai tropis
yaitu cahaya matahari yang banyak dikombinasikan
dengan tumbuhan pantai yang khas, “Coral Reef” yang beragam, pasir yang bersuhu hangat, natural reserve, serta satwa liarnya terutama berbagai macam burung dan ikan (Nurisjah, 2000). Oleh karena itu daerah pantai mempunyai potensi sumberdaya yang tinggi untuk dikembangkansebagai daerah ekowisata.
Wisata Bahari Wisata bahari adalah kunjungan ke obyek wisata, khususnya untuk menyaksikan keindahan lautan (Suwontoro, 2001). Kunjungan wisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin tahu. Kunjungan wisata bahari dapat juga berhubungan dengan kegiatan olah raga (seperti selam), konvensi, dan keperluan usaha lainnya (Bambang, 2001).
8
Menurut Bambang (2001), daerah yang potensial menjadi daerah tujuan wisata
dalam
pengembangannya harus memperhatikan 5 (lima) unsur
pengembangan pariwisata, yaitu: 1. Obyek dan daya tarik wisata Obyek wisata adalah sumber daya alam, buatan, dan budaya yang berpotensi dan berdaya tarik bagi wisatawan. Pada umumnya daya tarik wisata menurut Suwontoro dalam Bambang (2001) dipengaruhi oleh: a. Adanya sumber / obyek yang dapat menimbulkan rasa senang, nyaman, dan bersih. b. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat dikunjungi. c. Adanya ciri khusus yang bersifat langka. d. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir. e. Obyek wisata alam mempunyai daya tarik yang tinggi karena keindahannya, seperti keindahan alam pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan, dan sebagainya. f. Obyek wisata budaya mempunyai daya tarik yang tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu karya manusia pada masa lampau. 2. Prasarana Wisata Prasarana wisata adalah kelengkapan awal sebelum sarana wisata dapat disediakan atau dikembangkan. Oleh karena itu, prasarana wisata dapat dikatakan sebagai sumber daya alam dan buatan yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya menuju daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan, dan lain sebagainya. Dalam pembangunan prasarana pariwisata pemerintah diharapkan lebih dominan karena pemerintah daerah dapat mengambil manfaat ganda dari pembangunan tersebut, seperti meningkatkan arus informasi, arus lalu lintas, ekonomi, dan mobilitas penduduk yang tentu saja dapat meningkatkan kesempatan berusaha bagi masyarakat di daerah tersebut. 3. Sarana Wisata Sarana wisata merupakan kelengkapan pendukung yang diperlukan untuk melayani wisatawan dalam menikmati kunjungan wisatanya. Berbagai sarana wisata yang harus disediakan di daerah tujuan wisata adalah hotel, biro perjalanan, alat transportasi, rumah makan dan sebagainya.Tentu saja semakin
9
lengkap sarana wisata / fasilitas yang dapat diberikan oleh daerah tujuan wisata akan meningkatkan daya tarik obyek wisata. 4. Tata Laksana / Infrastruktur Infrastruktur adalah situasi perangkat lunak dan keras yang mendukung sarana dan prasarana wisata, baik berupa sistem pengaturan maupun utilitas yang berada di atas tanah maupun di bawah tanah, seperti: a. Sistem pengairan, distribusi air bersih, sistem pembuangan air limbah yang membantu sarana perhotelan dan restoran. b. Sumber listrik dan energi serta jaringan distribusinya yang merupakan bagian vital bagi terselenggaranya sarana wisata yang memadai. c. Sistem transportasi yang memadai demi kemudahan wisatawan untuk mengunjungi obyek wisata. d. Sistem telekomunikasi yang memudahkan wisatawan untuk mendapatkan maupun mengirimkan informasi. e. Sistem keamanan. 5. Masyarakat dan Lingkungan Kesiapan masyarakat di daerah tujuan wisata sangat mendukung keberhasilan suatu daerah sebagai daerah tujuan wisata. Dengan terbinanya masyarakat sadar wisata akan terjadi interaksi yang saling menguntungkan antara masyarakat di daerah tujuan wisata dan wisatawan. Sehingga obyek wisata yang berupa sumber daya alam, buatan, dan budaya dapat sama-sama dipelihara demi keberlanjutan pembangunan pariwisata itu sendiri. Ekowisata Ekowisata adalah wisata yang melibatkan perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain yang secara relatif tidak terganggu atau area-area alami yang tidak terkontaminasi, dengan obyek spesifik yang dipelajari, diidentifkasi, dan menikmati pemandangan dan flora dan faunanya yang liar seperti juga halnya eksisiting aspek budaya (kedua-duanya di masa lampau maupun sekarang) yang ditemukan di dalam area-area ini. Ekowisata mengimplikasikan pendekatan ilmiah, filosofis atau estetik, meski wisatawan ekologis tidak mengutamakan orang yang terlatih ekowisata mempunyai peluang membenamkan dirinya secara alami dengan cara kebanyakan orang yang tidak menyenangi rutinitas kehidupan kota mereka. Orang ini pada akhirnya akan memperoleh suatu kesadaran yang
10
mengkonversinya menjadi
seseorang yang peduli akan isu-isu
konservasi
(Ceballos-Lascurain, 1993). Menurut Dirjen PHPA (2000), ekowisata adalah kegiatan perjalanan wisata yang bertanggung jawab, di daerah yang masih alami atau di daerah-daerah yang dikelola dengan kaidah-kaidah alam, tujuannya selain untuk menikmati keindahan alam juga melibatkan unsur pendidikan, pemahaman dan dukungan terhadap
usaha-usaha
konservasi
alam
dan
peningkatan
pendapatan
masyarakat setempat sekitar daerah tujuan ekowisata. Sedangkan menurut Weaver (2001) ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang membantu perkembangan pembelajaran pengalaman dan apresiasi lingkungan alam, atau beberapa
komponen
daripadanya,
di
dalam
konteks
budaya
yang
dihubungkannya. Hal ini secara ekologis dan sosial-budaya berkelanjutan, lebih disukai dengan cara yang meningkatkan dasar sumber daya alam dan budaya dari daerah tujuan ekowisata dan mempromosikan kelangsungan hidup
dari
pelaksanaan ekowisata di daerah tujuan ekowisata tersebut. Ekologi sebagai sumberdaya dan daya tarik ekowisata memberikan kontribusi positif terhadap upaya pelstarian alam dan lingkungan dan merupakan kegiatan ekonomi yang berkelanjutan. Ekowisata mempunyai kepedulian terhadap peningkatan peran masyarakat dalam kegiatan tersebut, suatu upaya peningkatan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat, dan masyarakat dapat memberikan kontribusinya pula terhadap upaya pelestarian alam dan lingkungan. Dirjen PHPA (2000) menyatakan 5 prinsip dasar ekowisata yaitu: 1. Nature Based (Produk dan pasar yang berdasar alam) Pariwisata alam yang berdasar pada lingkungan alam dengan fokus pada obyek-obyek biologis, fisik maupun budayanya. Pariwisata alam merupakan bagian atau keseluruhan alam itu sendiri termasuk unsur-unsur budayanya. Disini konservasi sumberdaya alam merupakan suatu hal yang mendasar baik dalam perencanaaan, pembangunan maupun manajemen pariwisata alamnya. 2. Ecological Sustainable (Pelaksanaan dan manajemen berkelanjutan) Di Australia, pemerintah dan negara-negara bagian telah menetapkan bahwa konservasi sumberdaya alam merupakan prinsip kunci dalam manajemen aktifitas manusia. Diharapkan dari kegiatan pariwisata alam adalah bahwa tidak terjadi suatu bumerang bagi alam atau lingkungan yang masih alami dan merupakan daerah tujuan pariwisata alam. Jadi berkelanjutan secara ekologis artinya semua fungsi lingkungan baik biologi, fidik dan sosial masih tetap berjalan
11
dengan baik. Suatu tempat yang sudah didatangi manusia tidak mungkin untuk tidak berubah, namun perubahan-perubahan itu dijamin untuk tidak mengganggu fungsi-fungsi ekologis yang seharusnya terjadi di kawasan tersebut. 3. Environmentally Educative (Pendidikan lingkungan bagi pengelola dan pengunjung) Karakteristik pendidikan dalam pariwisata alam adalah usur kunci yang membedakan dari bentuk-bentuk lain dalam “Nature Based Tourism”. Pendidikan lingkungan dan interpretasi adalah alat yang penting dalam menciptakan sesuatu yang menyenangkan dan bermakna. Pariwisata alam akan menarik orang yang ingin berinteraksi dengan lingkungan dalam rangka membangun pengetahuan mereka, kepedulian mereka dan apresiasi mereka terhadap lingkungan. Lebih lanjut pariwisata alam diharapkan dapat mengajak wisatawan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang positif terhadap lingkungan dengan cara meningkatkan usaha-usaha wisatawan untuk lebih peduli terhadap konservasi. Pendidikan pariwisata alam dapat mempengaruhi perilaku wisatawan, masyarakat dan industri, sekaligus juga dapat membantu kelestarian dalam jangka panjang dari kegiatan wisatawan di tempat tersebut. Pendidikan juga berguna sebagai suatu alat manajemen bagi kawasan alami tersebut. Interpretasi membantu wisatawan untuk melihat gambaran lingkungan secara keseluruhan. Keadaan tersebut akan memberikan pengetahuan tentang nilai alam, budaya, cerita-cerita mitos mengenai area yang dikunjungi. 4. Bermanfaat bagi masyarakat lokal Kegiatan pariwisata alam diharapkan dapat memberikan manfaat langsung dan tidak langsung, misal masyarakat terlibat dalam kegiatan, pelayanan terhadap wisatwan, penjualan barang-barang kebutuhan wisatawan, penyewaan sarana / prasarana wisata dan sebagainya. Sedangkan manfaat tidak langsung misal pengetahuan yang dibawa wisatawan, bertambahnya wawasan dan hubungan dengan wisatawan serta pengelolaan wisata, biaya konservasi kawasan dan sebagainya. Selain itu pelibatan masyarakat dan lingkungan tempat pariwisaat alam berlangsung tetapi juga akan menambah/meningkatkan pengalaman wisatawan akan budaya masyarakat lokal, kebiasaan-kebiasaan; adat dan sebagainya. Keuntungan-keuntungan yang didapat oleh masyarakat lokal juga digunakan untuk biaya konservasi kelestarian kawasan akan tetap terjaga.
12
5. Kepuasan wisatawan Walaupun kepuasan setiap wisatawan sangat relatif, namun secara umum terdapat kepuasan akan pengalaman pariwisata alam. Kepuasan akan tercapai apabila segala sesuatu yang ditawarkan minimum dengan kepuasan maksimum. Menurut Damanik dan Weber (2006) ekowisata dapat dilihat dari tiga perspektif, yaitu: ekowisata sebagai produk, ekowisata sebagai pasar dan ekowisata sebagai pendekatan pengembangan. Sebagai produk ekowisata merupakan semua atraksi yang berbasis pada sumber daya alam. Sebagai pasar, ekowisata merupakan perjalanan yang diarahkan pada upaya-upaya pelestarian lingkungan. Dan sebagai pendekatan pengembangan, ekowisata merupakan metode pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pariwisata yang ramah
lingkungan.
Kegiatan
wisata
yang
bertanggungjawab
terhadap
kesejahteraan masyarakat lokal dan pelestarian lingkungan merupakan ciri khas ekowisata. Pihak yang berperan penting dalam ekowisata bukan hanya ekowisatawan tetapi juga pelaku wisata lain (tour operator) yang memfasilitasi wisatawan untuk menunjukkan tanggungjawab tersebut. Dengan kegiatan ekowisata akan merangsang manusia untuk berinteraksi dengan alam, mempelajari, memahami lebih dalam dan diharapkan akan menimbulkan kecintaan dan kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan alam itu sendiri. Ekowisata Pantai Ekowisata pantai merupakan jenis ekowisata yang menyediakan keindahan dan kenyamanan alam dari kombinasi cahaya matahari, laut dan pantai berpasir putih bersih (Sea, Sand, and Sun Tourism). Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan oleh para ekowisatawan dalam ekowisata pantai, antara lain: berenang, berjemur, berdayung, berjalan-jalan, atau berlari-lari di sepanjang pantai, menikmati keindahan dan kedamaian suasana pantai, bermeditasi, menyelam (scuba diving, skin diving,dan snorkelling), perjalanan keliling dengan kapal selam, pengamatan biota laut dan kegiatan ekowisata lainnya. Tujuan utama aktivitas yang dalam air ini adalah untuk menghargai dan mempelajari lingkungan laut (Weaver, 2001). Kualitas lingkungan fisik pantai yang alami merupakan landasan dan daya tarik utama dalam pengembangan ekowisata pantai. Menurunnya kualitas lingkungan laut atau pantai akan menyebaban berkurangnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke lokasi tersebut.