4
TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk famili Clusiaceae yang diperkirakan berasal dari Asia Tenggara khususnya di semenanjung Malaya, Myanmar, Thailand, Kamboja, Vietnam hingga kepulauan Maluku (Cox 1988). Tinggi tanaman manggis berkisar antara 6–25 meter dengan bentuk batang lurus (Morton 1987), memiliki percabangan yang banyak dengan bentuk cabang yang teratur bersudut 180o pada cabang yang berhadapan dan 90o pada cabang berikutnya. Diameter batang dapat mencapai 35 cm. Kulit batang berwarna coklat tua sampai hitam kusam, mengeluarkan getah kuning yang disebut gumosis bila terluka (Khalid & Rukayat 1993). Daun manggis mempunyai lebar antara 4.5–10 cm dengan panjangnya 9–25 cm (Verheij 1992). Kedudukannya pada ranting berpasangan dengan bentuk daun bulat panjang (Steenis 1975). Daun yang berhadapan posisi tangkainya tampak menjepit ranting. Permukaan atas daun mengkilap, licin, tebal dan berwarna hijau muda sampai hijau tua sedangkan bagian bawahnya berwarna hijau muda sampai sampai kekuningan dan umumnya daun muda berwarna merah muda (Cox 1988). Bunga mempunyai lebar 4–5 cm (Morton 1987), memiliki sepal berwarna hijau dengan semburat warna merah kekuningan di bagian dalamnya (Heyne 1987). Bunga manggis terletak di dekat ujung-ujung ranting dekat daun yang memiliki empat sepal dan empat petal yang berwarna merah atau merah muda (Steenis 1975). Sepal tetap melekat pada bunga hingga buah menjadi matang (Whitmore 1973). Buah manggis mempunyai bentuk bulat, berukuran 3.5–7 cm dengan kulit buah berwarna ungu kehitaman pada waktu matang (Popenoe 1974). Buah akan terdapat bercak kuning merah muda apabila kulitnya terluka. Bagian dalam buah terdiri dari 5–8 bagian buah yang berwarna putih, dengan lebar 1.3–2.5 cm dan panjang sekitar 3.8 cm (Stephens 1935).
5
Biji manggis merupakan biji apomiksis yang terbentuk dari sel-sel nucelus pada buah partenokarpi (Verheij & Coronel 1991). Biji manggis termasuk biji yang rekalsitran, sehingga pada keadaan yang kurang lembab akan berakibat terhadap kematian biji (Roberts 1973).
Syarat Tumbuh Manggis Tanaman manggis secara alami tersebar pada daerah sampai 10 oLU-10 oLS, bila di tanam di luar daerah tersebut tanaman manggis akan tertekan pertumbuhannya karena tanaman manggis membutuhkan iklim yang khas (Cox 1988). Di daerah tropis tanaman manggis dapat tumbuh pada ketinggian tempat 0-800 m di atas permukaan laut tetapi semakin tinggi tempat tumbuh akan semakin lambat pertumbuhannya dan semakain lama permulaan berbunganya (Verheij 1992). Menurut Chandler (1958) ketinggian optimum agar tanaman manggis dapat tumbuh dengan baik adalah 460–610 m di atas permukaan laut. Suhu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman manggis berkisar 25–35 oC. Pada suhu di bawah 20 oC pertumbuhannya terhambat dan suhu di bawah 5 oC dan di atas 38 oC menyebabkan kematian tanaman. Kelembaban udara optimal untuk tanaman manggis ialah sekitar 80% (Verheij & Coronel 1991). Tanaman manggis membutuhkan curah hujan sekitar 1 500 mm per tahun dan tersebar merata sepanjang tahun (Cox 1988). Menurut Samson (1989) untuk pertumbuhan yang baik tanaman manggis membutuhkan curah hujan lebih dari 100 mm per bulan dengan musim kering yang pendek untuk menstimulir pembungaan. Meskipun demikian tanaman manggis dapat pula tumbuh baik pada tempat-tempat yang air irigasi tersedia pada musim kemarau (Coronel 1986). Dikemukakan pula oleh Popenoe (1974) bahwa selain keadaan iklim maka kondisi tanah yang baik sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman manggis. Menurut Hume (1947) tanaman manggis akan tumbuh baik pada tanah lempung berpasir dengan bahan organik tanah yang tinggi, disamping itu untuk pertumbuhan yang optimum tanah harus subur dan mempunyai drainase yang baik, air tanahnya harus
6
dangkal dengan kedalaman 2–3 meter dari permukaan tanah dan dijaga agar tanah tidak sampai kering.
Teknik Grafting Grafting (penyambungan) merupakan upaya menggabungkan dua jenis tanaman atau lebih sehingga tanaman yang disambung akan menjadi satu tanaman baru. Manfaat perbanyakan tanaman dengan cara grafting ini adalah untuk mengekalkan sifat klon yang tidak dapat dilakukan dengan cara perbanyakan tanaman lainnya, memperoleh sifat unggul dari batang bawah dan batang atas, memperbaiki jenis tanaman yang telah tumbuh, mempercepat produksi tanaman, memperbaiki bagian yang rusak, mempelajari penyakit yang berasal dari virus dan mengubah kebiasaan pertumbuhan (Hartmann et al. 1997). Menurut Hartmann et al. (1997) grafting dapat dilakukan dengan empat cara yaitu : 1
Detached Scion Grafting yaitu penyambungan antara batang bawah dan dengan batang atas yang diambil dari bagian tanaman lain yang lepas dari akarnya.
2
Approach Grafting yaitu batang bawah dan batang atas tanaman masing-masing masih berhubungan dengan sistem perakarannya. Umumnya cara ini dilakukan bila penyambungan sulit dilakukan dengan cara-cara lainnya.
3
Inarching yaitu menyisipkan tanaman muda ke dalam batang tanaman tua. Grafting dilakukan agar tanaman yang telah tua dapat dibantu pertumbuhannya dalam mengambil zat makanan oleh tanaman muda yang disambungkan.
4
Bridge Grafting yaitu memasukkan potongan batang atas sehingga ujungnya dapat disisipkan pada kedua tepi kulit kayu yang telah diratakan yang menghubungkan antara daerah batang yang luka pada batang bawah. Penyambungan ini bertujuan untuk menghubungkan jaringan yang terpisah pada batang akibat kerusakan. Grafting pada tanaman manggis dilakukan untuk memperpendek masa remaja
(juvenil) tanaman. Sebelumnya telah dilakukan perbanyakan vegetatif dengan cangkok dan stek namun mengalami kegagalan. Perbanyakan dengan mata tunas sulit
7
dilakukan karena kulit manggis tidak dapat dilepas, sementara perbanyakan dengan mata berkayu menghasilkan tanaman dengan tunas yang tetap dorman. Perbanyakan dengan penyusuan berhasil namun tidak efisien karena membuang banyak cabang. Perbanyakan yang paling sesuai dan hemat dalam penggunaan cabang adalah penyambungan dengan cara sambung pucuk (Sunarjono 1988). Verheij (1992) menyatakan bahwa perbanyakan manggis melalui sambungan dapat memperpendek masa juvenil namun pertumbuhan lambat dengan ukuran buah cenderung lebih kecil. Rukayah dan Zabedah (1992) juga sependapat bahwa bibit sambung menyebabkan pertumbuhan manggis lebih lambat dan tanaman menjadi lebih kerdil dibandingkan dengan bibit yang diperbanyak melalui biji (seedling). Melihat permasalahan di atas, maka penyebab lambatnya pertumbuhan manggis dari bibit sambungan tersebut antara lain dikarenakan adanya perbedaan struktur anatomis dan kondisi fisiologis bidang sambungan yang tidak sama antara batang atas dan batang bawah. Tirtawinata (2003) menjelaskan bahwa dengan bentuk penampang entris yang oval maka penentuan sisi yang diiris pada pangkal entris menjadi sangat penting pada saat penyambungan. Hal ini berkaitan dengan dua hal yaitu: pertama, diameter entris harus sama atau sedikit lebih kecil dari diameter batang bawahnya; dan kedua, posisi kambium entris harus diusahakan tepat menempel dengan kambium batang bawahnya. Secara teoritis kontak kambium optimal antara entris dengan batang bawah dapat diperoleh bila seluruh lingkaran kambium saling bertemu. Posisi sambungan demikian hanya dapat tercapai bila jaringan pembuluh entris bertemu face-to-face dengan jaringan pembuluh batang bawah.
Pertautan Batang Atas dan Batang Bawah Pada menyebabkan
proses
penyambungan
jaringan
parenkim
tanaman,
membentuk
pemotongan kalus,
kalus
bagian tersebut
tanaman sangat
berpengaruh pada proses pertautan sambungan (Hartmann et al. 1997). Menurut Hartmann dan Kester (1978), pertautan antara batang atas dengan batang bawah melalui beberapa tahapan yaitu:
8
1
Produksi jaringan kalus (parenchyma cells) oleh kedua komponen sambungan (batang bawah dan batang atas) pada daerah kambium.
2
Sel-sel parenchym saling bergabung dan saling mengikat.
3
Diferensiasi sel-sel parenchym tertentu dari kalus menjadi sel kambium baru yang masih berhubungan dengan kambium asli batang bawah dan batang atas.
4
Produksi jaringan vaskuler baru oleh kambium baru untuk kelancaran aliran air dan zat hara dari batang bawah ke batang atas Apabila
batang atas dan batang bawah disambung maka pada daerah
potongan dari masing-masing batang tersebut tumbuh sel-sel yang bersifat meristematik. Agar proses pertautan dapat berlanjut, kegiatan sel atau jaringan meristem antara daerah potongan harus terjadi kontak untuk saling menjalin secara sempurna. Hal ini hanya mungkin apabila kedua jenis batang cocok (kompatibel) dan irisan luka rata serta pengikatan sambungan tidak terlalu lemah dan tidak terlalu kuat sehingga terjadi kerusakan atau kematian jaringan (Ashari 1995).