Pengantar ”Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?” (Mat 26:41). Yesus menunggu kita dalam sakramen cinta ini. Marilah kita bermurah hati dengan waktu kita untuk menemui-Nya dalam adorasi dan kontemplasi yang penuh iman dan siap untuk memberikan pemulihan kesalahan besar dan kejahatan dari dunia. Semoga adorasi kita tidak pernah berhenti. " Yohanes Paulus II , Dominicae Cenae) Pengantinya, Paus Benedictus XVII menyerukan: “Bersama sinode para uskup, saya sungguh-sungguh menganjurkan kepada para gembala Gereja dan umat Allah untuk melaksanakan Adorasi Ekaristi, baik secara perorangan maupun berkelompok. Lewat pengajaran iman yang pas yang mnejelaskan pentingnya Adorasi Ekaristi, akan muncul manfaat besar yang memampukan umat beriman mengalami perayaan Ekaristi secara lebih penuh dan berbuah”. Dalam kesempatan kesempatan kunjungannya ke Polandia, 25 Mei 2006, beliau juga mengatakan:” Ditengah dunia yang penuh kebisingan dan kegalauan, dibutuhkan keheningan Adorasi kepada Yesus dalam Sakramen Mahakudus. Bertekunlah dalam doa Adorasi dan ajarkanlah pada umat beriman. Adorasi adalah sumber kelegaan dan terang, terutama bagi mereka yang menderita”. (Sacramentum Caritatis”). Atas dorongan wejangan dari para Bapa Suci ini, saya menulis buku kecil ini untuk mewujudkan keinginan dan harapan untuk meneguhkan ‘Tim Adorasi yang ada di paroki, menyemangati para ‘Rasul Jaga Bakti’ yang dengan tulus bersedia meluangkan waktu untuk berjaga selama satu jam secara bergilir dan mengundang umat beriman untuk meluangkan waktu, bertatap muka dengan Tuhan Yesus yang hadir dalam Sakramen Mahakudus, khususnya di Kapel Adorasi Abadi Gereja Paroki. Tentu juga untuk Anda yang berkeinginan untuk berkunjung dan berdoa di hadapan Sakramen Mahakudus. Maih ingatkan permintaan Semoga buku kecil ini dapat menambah bahan bacaan rohani untuk semakin mencintai “Tuhan yang hadir dalam Roti dan Anggur yang telah dikonsekrir oleh imam dalam perayaan Ekaristi. Biarlah adorasi kita tidak pernah berhenti! Paroki Katedral Kristus Raja Purwokerto di tahun ke 30 imamatku 27 April 2016 St. Budhi Prayitno, PR
1
1. Kehadiran Tuhan Yesus dalam rupa roti dan anggur 1.1. Wejangan Yesus: Roti Hidup Tuhan Yesus mempersiapkan ajaran tentang “Roti Hidup yang turun dari surga”, pertama-tama dengan mukjizat penggandaan roti dan ikan (Yoh 6:1-15; Mat 14:15-21; Mrk 6:32-44; Luk 9:10-17 ). Kemudian Tuhan Yesus menyatakan bahwa Dia akan memberikan daging-Nya sendiri serta darah-Nya sebagai makanan dan minuman. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging i Anak Manusia dan minum darahNya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku , ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benarbenar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman (Yoh 65:4-56). “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?” Karenanya, banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia (Yoh 6:60,66). Lalu Yesus menantang para murid:”Apakah kamu tidak mau pergi juga” (Yoh 6:67). Jawaban Petrus: “Tuhan , kepada siapakah kami akan pergi ? Perkataan-Mu adalah Perkataan hidup yang kekal dan kami telah percaya, bahwa Engkau Adalah Yang Kudus dari Allah (Yoh 6:68-69). Demikian juga pada perjamuan Paskah Yahudi, di mana Yesus dengan para rasul merayakannya. Tetapi ada yang istimewa. Yesus mengambil cawan berisi anggur dan roti, ia mengucap syukur dan berpesan "Inilah TubuhKu yang diserahkan bagi kamu, perbuatlah ini menjadi kenangan akan Aku" (Ay 19). Roti menunjuk pada diri Yesus yang akan dipersembahkan melalui penderitaanNya di salib demi keselamatan manusia. Kemudian Ia juga berkata "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darahKu yang ditumpahkan bagimu (ay 20). Cawan yang berisi anggur itu juga menunjuk pada darah Kristus yang tertumpah di salib, demi keselamatan manusia. Yesus berpesan pada para muridNya untuk selalu mengenangkan peristiwa itu. St. Paulus menegaskan dalam 1 Kor. 11:27 ”Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan.” 1.2. Pandangan Bapa Gereja 2.2.1. Santo Thomas Aquinas mengajarkan "Bahwa tubuh Kristus yang sebenarnya dan darah Kristus yang sebenarnya hadir dalam Sakramen ini, tidak dapat ditangkap oleh indera ..., tetapi hanya oleh iman, yang bersandar pada otoritas ilahi. Karena itu berkatalah Sirilus tentang kalimat Kitab Suci 'Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu' (Luk 22:19): 'jangan ragu-ragu apakah itu benar, melainkan terimalah kata-kata Penebus itu dalam iman. Karena Ia adalah kebenaran, jadi Ia tidak menipu”.
2
2.2.2. St. Fransiskus dari Asisi (1181-1226), dalam salah satu dari sedikit suratnya yang masih tersimpan, menulis bahwa “segenap keberadaan manusia hendaklah sujud menyembah. Biarlah seluruh dunia berguncang dan biarlah Surga bersukacita ketika Kristus, Putera Allah Yang Hidup hadir di sana, di atas altar, dalam tangan imam.” 2.2.3. St. Antonius dari Padua (1195-1231) menegaskan: “Kita harus teguh mengimani dan dengan terus terang menyatakan bahwa tubuh yang sama yang dilahirkan oleh Sang Perawan; yang digantung di kayu salib; yang dibaringkan dalam makam; yang bangkit pada hari ketiga dan naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa; diberikan sebagai santapan kepada para Rasul, dan sekarang Gereja sungguh mengkonsekrasikannya serta membagikannya kepada umat beriman. 1.3. Ajaran Gereja Konsili Vatikan II dalam Konstitusi Dogmatis tentang Gereja menggambarkan Misa - “Kurban Ekaristi” sebagai “sumber dan puncak seluruh hidup kristiani” (no. 11). Sebagai umat Katolik, kita sungguh percaya bahwa Kurban Misa, melampaui batas waktu dan ruang, secara sakramental menghadirkan kembali kurban Kristus: “Misa adalah serentak, dan tidak terpisahkan, kenangan kurban di mana kurban salib hidup terus untuk selama-lamanya perjamuan komuni kudus dengan tubuh dan darah Tuhan.” (Katekismus Gereja Katolik, No. 1382). Oleh kehendak Bapa Surgawi, dengan kuasa Roh Kudus, dan imamat Yesus Kristus, yang melalui Sakramen Imamat dipercayakan kepada imamNya yang bertindak atas nama-Nya, maka roti dan anggur sungguh menjadi (di-transsubstansiasi-kan menjadi) Tubuh, Darah, Jiwa dan Ke-Allah-an Kristus. Bagaimana dengan Perjamuan Kudus yang diadakan oleh pendeta dari Gereja-Gereja non Katolik ? Paus dalam suratnya berjudul “Ekaristi dan Hubungannya dengan Gereja” (Ecclesia de Eucharistia #30) menulis: “Umat beriman Katolik, sembari menghormati keyakinan agama dari saudara-saudari yang terpisah, pantas menghindarkan menerima komuni perayaan mereka, agar tidak timbul salah paham tentang hakikat Ekaristi, dan selanjutnya tidak menyalahi kewajiban menyaksikan kebenaran dengan jelas.” Paus juga menegaskan: “Mirip dengan itu, juga tak masuk akal menggantikan Misa hari minggu dengan perayaan sabda ekumenis atau ibadat doa bersama dengan umat kristiani dari jemaat-jemaat Gereja yang disebutkan di atas, atau bahkan dengan mengambil bagian dalam ibadat mereka. Perayaan dan ibadat seperti itu, kendati dalam keadaan tertentu pantas dipuji, sebagai persiapan bagi tujuan kesatuan yang penuh, termasuk komuni Ekaristi, namun tak pantas menggantikannya” (No. 30).
3
Gereja Katolik tidak pernah meragukan perubahan Roti dan anggur menjadi Tubuh dan darah Kristus. Perjamuan Ekaristi merupakan warisan penting yang diberikan oleh Yesus kepada para murid-Nya, pada saat Yesus mengadakan Perjamuan Malam terakhir bersama dengan murid-murid-Nya. Dalam perjamuan ini terjadilah apa yang disebut dengan perubahan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus sendiri. 2. Di saat timbul keraguan 2.1. Peristiwa Lanciano abad ke 8 Suatu hari, seorang imam biarawan dari Ordo Basilius mempersembahkan Kurban Misa Kudus. Nama imam tidak dicatat dengan jelas, namun dalam dokumen-dokumen yang ada dapat digambar beliau adalah imam yang memahami benar ilmu pengetahuan dunia tetapi acuh terhadap Tuhan. Imam tersebut selalu ragu-ragu apakah roti dan anggur sungguh berubah substansinya menjadi Tubuh dan Darah Kristus pada saat kata-kata konsekrasi diucapkan, dan apakah Kristus sungguh hadir dalam Ekaristi Kudus ? Suatu hari Imam yang ragu-ragu mempersembahkan misa kudus, ketika ia mengucapkan kata-kata konsekrasi, tubuhnya bergetar dan berguncang hebat. Di hadapan umat, ia menunjukkan apa yang telah terjadi, Hosti telah berubah menjadi Daging dan anggur menjadi Darah. Peristiwa ini terjadi di Lanciano Italia pada abad ke 8. Pada tahun 1970-1971, Paus Paulus VI mengizinkan dilakukannya serangkaian penelitian ilmiah atas roti dan anggur yang menjadi daging dan darah tsb. Pengujian relikwi yang amat berharga itu untuk menguji hakikatnya. Pengujian secara ilmiah dipimpin oleh Dr. Odoardo Linoli, seorang professor anatomi, patologi, histologi, kimia dn mikroskopi klinikal, sekaligus dokter kepala Rumah Sakit Arezzo, dan didukung oleh Dr. Ruggero Bertelli, professor anatomi manusia di Universitas Siena yang telah pensiun. Analisa dilakukan dengan kecermatan ilmiah yang mutlak dan tak dapat disangkal, serta didokumentasikan dengan disertai serangkaian foto microscopic; disampaikan kepada masyarakat luas oleh Prof Linoli sendiri dalam suatu konferensi yang diselenggarakan pada tanggal 4 Maret 1971 di Gereja Mukjizat. Hasil penelitian adalah - Daging adalah benar-benar daging. Darah adalah benar-benar darah. - Daging terdiri dari jaringan otot jantung (myocardium). - Daging dan Darah berasal dari spesies manusia. - Daging dan Darah mempunyai golongan darah yang sama, yakni AB. - Dalam Darah didapati protein dalam proporsi normal yang sama (dalam persentase) seperti ditemukan dalam sero-proteic yang terkandung dalam darah normal yang segar. - Dalam Darah juga didapati mineral-mineral berikut: khlorida, fosfor, magnesium, kalium, sodium dan kalsium.
4
- Penyimpanan Daging dan Darah, yang dibiarkan dalam keadaan alami selama duabelas abad (yakni tanpa bahan pengawet kimia) dan rentan terhadap unsur-unsur atmosfir dan biologis, tetap merupakan suatu fenomena yang luar biasa. Profesor Linoli juga mengisahkan, bahwa contoh daging dan darah memiliki sifat-sifat seperti daging dan darah manusia yang masih segar. Hanya seorang ahli patologi yang terampil serta cakap dapat menghasilkan contoh (sample) hasil potongan tangendial jantung (pemotongan secara miring), potongan bulat, tebal di bagian pinggir luar dan semakin menipis serta sama ke arah pusat. Tahun 1981, Dr. Barteli mengadakan pengujian dengan mempergunakan teknologi kedokteran yang lebih canggih. Hasil penelitian Dr. Bertelli menguatkan hasil penelitian Dr. Linoli. Mukjijat Ekaristi di Lanciano diyakini sebagai tanggapan ilahi atas keraguraguan seorang biarawan Basilian mengenai Kehadiran Nyata Yesus dalam Ekaristi telah terjadi. Sampai sekarang roti dan anggur yang berubah menjadi daging dan darah tersimpan di Gereja lanciano. 2.2. ORVIETO dan BOLSENA, tahun 1263 Pada masa itu Gereja Katolik di daratan Eropa terjadi ini penyangkalan terhadap Kehadiran Nyata Kristus dalam Ekaristi. Tahun 1263, Romo Petrus dari Prague mengadakan perjalan ziarah ke Roma. Tujuan utama adalah mengunjungi makam St.Petrus. Romo Petrus merasakan keraguan tentang kebenaran mengenai Kehadiran Nyata Yesus dalam Ekaristi Kudus. Dalam perjalanan, ia bermalam di suatu kota kecil bernama Bolsena, sekitar 70 mil sebelah utara Roma. Romo Petrus merayakan Misa Kudus di Gereja St Kristina. Sementara ia mengucapkan kata-kata konsekrasi, “Inilah TubuhKu,” roti di tangannya berubah rupa menjadi Daging dan mulai mencucurkan darah dengan derasnya. Darah jatuh menetes ke korporal. Mengalami peristiwa ini, romo Petrus terpana, tidak tahu apa yang harus diperbuat. Segera dia membungkus Hosti Kudus dalam Korporal lalu pergi meninggalkan altar dan dari Hosti yang dibungkus korporal mengalirlah tetesan-tetesan Darah dan jatuh ke atas lantai pualam di altar. Paus Urbanus IV sedang berada di kota Orvieto, yang tak jauh dari Bolsena. Romo Petrus segera menemui paus guna menceritakan apa yang telah terjadi. Paus segera mengutus seorang uskup ke Gereja St Kristina guna menyelidiki peristiwa tersebut dan mengambil Korporal pembungkus hosti. Segera sesudah paus menerima Korporal dari Uskup, ia pergi ke balkon Istana Kepausan dan dengan hormat mempertontonkan mukjizat Korporal kepada orang banyak. Bapa Suci menyatakan bahwa mukjizat Ekaristi telah terjadi sebagai jawaban atas keraguan akan kehadiran nyata Kristus dalam
5
hosti yang dikonsekrir oleh imam, sebagaimana disebarkan dalam faham Berengarianisme. Setahun kemudian, pada tahun 8 Maret 1264, Paus Urbanus IV menerbitkan BULLA TRANSITURUS DE HOC MUNDO memaklumkan agar HARI RAYA TUBUH KRISTUS dirayakan setiap tahun pd hari Kamis sesdh Hari Raya Tritunggal Mahakudus. Paus Urbanus IV meminta St Thomas Aquinas utk menyusun teks liturgi, doa, dan madah pujian untuk hari raya "Sollemnitas Sanctissimi Corporis Christi" (Hari Raya Tubuh Kristus yg mahakudus). Lahirlah karya-karya agung seperti : "Lauda Sion", "Pange Lingua", "O Salutaris", "Panis Angelicus" dan "Tantum Ergo". Hari Raya ini biasanya dimeriahkan dgn prosesi Sakramen Mahakudus. Sejak Konsili Vatikan II, perayaan Corpus Christi berubah menjadi "Sollemnitas Sanctissimi Corporis et Sanguinis Christi"- Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus, yang dirayakan pada Hari Minggu kedua setelah Pentakosta, dalam kalender litugi Gereja Katolik 2.3. Boines aires- Argentina 1996 Pada waktu itu Cardinal Bergoglio belum menjadi Paus Fransikus. Beliau meminta suatu penyelidikan atas Hosti yang berubah menjadi daging dan darah di Boines aires Argentina. Jam tujuh malam, tanggal 18 Agustus 1996, Romo Alejandro Pezet mempersembhakan Misa Kudus di sebuah gereja Katolik di wilayah pusat komersial Buenos Aires. Setelah membagikan Komuni Kudus, ada seorang wanita datang untuk memberitahu bahwa ia telah menemukan hosti yang dibuang di tempat lilin di belakang gereja. Romo Alejandro melihat hosti yang kotor, Karena itulah beliau tidak memakannya. Hosti diambil dan ditempatkan dalam wadah air dan kemudian disimpan dalam tabernakel. Hari Senin, 26 Agustus saat membuka tabernakel, terjadilah pemandangan yang menakjubkan. Hosti menjadi berdarah. Lalu ia melapor kepada Kardinal Jorge Bergoglio, dan beliau meminta kejadian itu di foto secara profesional. Foto tersebut diambil pada 6 September, hasilnya terliat bahwa hosti menjadi potongan daging berdarah, dan berkembang secara signifikan dalam ukuran. Selama beberapa tahun hosti itu tetap di simpan dalam tabernakel dan dijaga ketat kerahasiannya. Melihat perkembangan yang terjadi, Kardinal Bergoglio memutuskan untuk diadakan analisa secara ilmiah. Pada tanggal 5 Oktober 1999, Dr. Castañon atas perintah Kardinal Bergoglio mengambil sampel dari fragmen berdarah dan mengirimkannya ke New York untuk analisis. Tanpa memberi tahu dari mana sample itu berasal. Dr.
6
Frederic Zugiba, ahli jantung terkenal dan ahli patologi forensik meneiliti dan berkesimpulan substansi dianalisis adalah daging dan darah yang mengandung DNA manusia. Potongan daging itu adalah fragmen dari otot jantung yang ditemukan pada dinding ventrikel kiri dekat dengan katup, yang berfungsi untuk kontraksi jantung, yang memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Otot jantung menunjukan kondisi peradangan dan mengandung sejumlah besar sel darah putih. Hal ini menunjukkan bahwa irisan jantung diambil dalam keadaan orang masih hidup, karena masih terdapatnya sel-sel darah putih. sel-sel darah putih terlihat menembus jaringan, yang artinya ada indikasi kuat bahwa irisan itu berasal dari jantung yang mengalami tekanan berat orang yang dipukuli secara brutal dan keras di bagian dada. Dua warga Australia, yakni Mike Willesee (wartawan) dan Ron Tesoriero (pengacara) menjadi saksi dalam test laboratorium ini. Mereka berdua tahu asal dari daging yang sedang dikaji. Mike Willesee bertanya pada Dr. Zugibe. berapa lama sel-sel darah putih akan tetap hidup dari sepotong jaringan manusia, yang telah terendam dalam air. Jawaban yang diterima sangat mengejutkan: sel-sel darah putih akan lenyap dalam hitungan menit. Mereka mengatakan bahwa irisan dinding jantung yang diselidiki itu sudah tersimpan dalam air untuk pertama kali selama satu bulan, kemudian disimpan lagi selama tiga tahun di air yang telah disuling. Mana mungkin masih ada tersisa sel darah putih ?. Tapi kenyataan mengatakan lain, sel-sel darah putih tidak hilang larut dalam air. Akhirnya mereka memberi tahu bahwa irisan itu diambil dari hosti yang secara ajaib berubah menjadi daging manusia yang berdarah. Dr. Zugiba berkomentar:”bagaimana dan mengapa hosti yang dikonsekrir oleh imam berubah menjadi daging dan darah dari manusia yang hidup akan tetap menjadi misteri yang tidak bisa dijelaskan oleh kompetensi ilmiahnya.” Profesor Dr. Lioneli, yang ahli biokimia dan patologi meneliti daging yang terjadi dalam mukjijat Lanciano (800-an) dibandingkan dengan daging yang berasal dari mukjijat Buines aries (1996), dan dokter ini mengatakan " keduanya adalah irisan otot dari jantung yang sama, yang dimiliki oleh orang yang sama.” Golongan Darah orang itu adalah AB. Mujijat Ekaristi menunjukan karya Allah yang sungguh ajaib yang menyadarkan kita akan kehadiran Nyata Tuhan Yesus dalam Sakramen Mahakudus. Kehadiran yang sebenarnya (nyata) Tuhan Yesus dari yang bangkit dari antara orang mati dalam rupa roti dan anggur. 2.4. Pembelajaran Ajaran Yesus tentang kebenaran yang paling penting dan paling sulit , yang tidak masuk akal dan dapat diterima oleh orang-orang sejak jaman Yesus.: “Akulah roti hidup itu. Barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.”(Yoh 6:35)
7
Banyak yang bersungut-sungut dan meninggalkan Dia; Namun tidak bagi orang beriman, seperti kata Petrus: ”Tuhan , kepada siapakah kami akan pergi ? Perkataan-Mu adalah Perkataan hidup yang kekal dan kami telah percaya, bahwa Engkau Adalah Yang Kudus dari Allah” (Yoh 6:68-69). Dalam Sakramen Mahakudus Yesus Kristus benar-benar memberikan tubuh dan darah kemuliaan-Nya sebagai makanan dan minuman surgawi. Yesus sungguh hadir - Tubuh, Darah, Jiwa, dan Keilahian dalam Sakramen Mahakudus. Itulah yang kita puji dan sembah dalam Adorasi. 3. Adorasi Gereja Katolik percaya pada saat Konsekrasi, selama Misa, di Altar roti dan anggur diubah (ditranssubstansiasikan) menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Perubahan ini bukan sekedar berubah secara rohani, melainkan benar-benar (substansial) berubah menjadi tubuh dan Darah Kristus memang rupa dan rasa tetap sama seperti semula roti dan anggur, tapi memang benar-benar tubuh dan Darah Kristus ini adalah apa yang dimaksud dengan kehadiran Nyata, yakni kehadiran fisik Yesus di ekaristi. Kristus menetapkan Sakramen Kudus Ekaristi agar Dia tetap dengan umat manusia sampai akhir zaman (Yoh. 14:18). Kristus benar-benar dan secara substansial hadir dalam Ekaristi. Paus mengajarkan: “Dalam Ekaristi, Putera Allah datang untuk menjumpai kita dan menghendaki untuk menjadi satu dengan kita. Adorasi Ekaristi adalah konsekuensi yang kodrati dari perayaan Ekaristi, yang adalah ibadah Adorasi tertinggi bagi Gereja. Menerima Ekaristi artinya menyembah Dia yang kita terima. Hanya dengan cara ini kita menjadi satu dengan Dia, dan kita diberikan, seolah-olah, kesempatan mencicipi keindahan liturgi surgawi. Ibadah Adorasi di luar Misa memperpanjang dan memperdalam semua yang terjadi di sepanjang perayaan liturgi ekaristi itu sendiri. Sungguh, hanya dalam penyembahanlah, penerimaan yang mendalam dan tulus akan bertumbuh dewasa. Perjumpaan pribadi dengan Tuhanlah yang memperkuat misi sosial yang terkandung dalam Ekaristi, yang meruntuhkan tidak saja dinding-dinding yang memisahkan Allah dengan diri kita, tetapi juga dan secara khusus, dinding-dinding yang memisahkan kita satu sama lain.” Adorasi Ekaristi merupakan kesempatan istimewa bagi kita untuk lebih dekat dengan Yesus. Dalam Adorasi ini kita merasakan keintiman dan kedekatan dengan Allah yang hadir dalam Ekaristi, Sakramen Mahakudus. Adorasi Ekaristi yang memuji (salve) atau menghormati Ekaristi Kehadiran Kristus. Dalam arti yang lebih dalam, melibatkan "kontemplasi Misteri Kristus benarbenar hadir di hadapan kita". Selama adorasi Ekaristi, kita "melihat dan menunggu", dengan diam dan hening di hadirat-Nya dan membuka diri untuk rahmat Nya yang mengalir dari Roti Surgawi yang adalah Tuhan Yesus sendiri. Dia yang memanggil kita
8
untuk menjadi apa yang Dia kehendaki, mengubah kita dengan kelembutanNya dan mengutus kita untuk menjadi duta kasih-Nya. Inilah saat yang indah di mana manusia dan Allah hadir secara nyata di tempat dan waktu yang sama dalam Adorasi. 3.1. Saat Pentahtahan Sakramen Harta rohani yang ada dalam adorasi diungkapkan dalam tata gerak dan doadoa dalam liturgi yang dipimpin oleh diakon atau imam. Pada awal pentahtaan Sakramen Mahakudus, imam atau diakon mengambil hosti yang sudah dikonsekrir dari tabernakel dan menempatkannya di monstrans di Altar untuk adorasi bersama umat beriman. "Monstrans" adalah tempat yang digunakan di Gereja untuk mentahtakan Tubuh Kristus dalam rupa roti Ekaristi, selama adorasi dan berkah. Kata monstran berasal dari kata latin ‘monstrare’, yang berarti " mempertontonkan". Ketika monstran berisi Hosti Kudus, imam tidak menyentuhnya dengan tangan kosong, tetapi memegang itu dengan kain penutup bahu yang bernama “velum”, yang kedua ujungnya terdapat semacam saku di mana imam memasukkan kedua tangannya ketika hendak memegang Monstran pada saat Berkat Sakramen Mahakudus. Velum adalah simbol penghormatan dan rasa respek yg besaryang ditunjukan kepada Sakramen Mahakudus. Karena rasa hormat maka Sakramen Mahakudus tidak dipegang langsung dengan tangan melainkan dengan cara mengalas tangan dengan velum (yg berarti menutupi /menudungi). Inilah ungkapan iman yang "mengakui kehadiran mengagumkan Kristus dalam Sakramen Mahakudus dan mengajak kita untuk persatuan spiritual dengan-Nya yang memuncak dalam persekutuan sakramental." St. Thomas Aquinas atas permintaan Paus Urbanus IV, menuliskan syair lagu yang indah (dalam kasanah lagu di Puji Syukur no. 557 dengan judul Allah Yang Tersamar): “Adora te devote, latens Deitas, quae sub his figuris vere latitas: tibi se cor meum totum subjicit, quia te contemplans totum deficit” ………. Lagu ini biasanya mengiringi pentahtahan Sakramen Mahakudus di hadapan umat. 3.2. Saat Adorasi Selama periode ini harus ada doa-doa yang tepat, lagu, bacaan dari kitab suci, dan homili singkat untuk membantu jemaat memusatkan perhatiannya untuk menyembah Tuhan. Hal ini penting untuk diingat bahwa Ekaristi adalah "Kehadiran Nyata" Yesus Kristus.
9
3.2.1. Meditasi singkat: (sebagi usulan dan alternatif) “Keikutsertaan dalam liturgi Adorasi adalah ungkapan Kesanggupan berjaga selama satu jam bersama Yesus Kristus” Yesus menunggu kita dalam Sakramen Mahakudus Dia menunggu. St. Alfonsus Liguori menulis: "Dari semua devosi, penghormatan dan pujian kepada Yesus dalam Sakramen Mahakudus adalah yang terbesar setelah Sakramen, …. yang paling bermanfaat untuk kita" Ekaristi adalah harta yang tak ternilai :. Dengan tidak hanya merayakan ekaristi, tetapi juga dengan berdoa dihadapan sakramen Mahakudus, kita dimampukan untuk berjumpa dengan sumber-sumber Rahmat ... " Paus Yohanes Paulus II di salah satu homilinya mengatakan, "Sangat menyenangkan menghabiskan waktu bersama-Nya, bersandar dibahu-Nya seperti murid terkasih (bdk. Yoh 13:25) dan merasakan kehadiran cinta yang tak terbatas di dalam hati-Nya. .. “. Yesus bersedia tinggal dalam Sakramen Mahakudus karena cinta tak terbatas-Nya bagi kita. Dia memberikan tubuh-Nya (untuk makan) demi menyehatkan kita, menguatkan kita dan memberi kita hidup-Nya sendiri ..... "Tuhan adalah setia untuk semua janji-janji-Nya dan penuh kasih terhadap semua Dia telah dibuat." (Mzm 145: 13) Hadir dalam keheningan Semakin banyak waktu yang dihabiskan bersama Yesus, semakin merasakan rahmat pembaharuan dan disembuhkan. Dalam keheningan kita akan merasakan damai, penemuan panggilan, jawaban atas doa, penyembuhan fisik, dan banyak hal indah lainnya bisa terjadi sebab setiap Tuhan Yesus dipuja dalam Sakramen Mahakudus, Dia memberikan mukjijat bagi kita. Nikmatilah waktu bersama Tuhan! Di kapel adorasi atau di hadapan tabernakel kita dapat berbicara dengan Dia tentang segala sesuatu. Kita bisa menghunjukan permohonan kita, keprihatinan kita, kesulitan kita, sukacita kita, rasa syukur kita, kekecewaan kita, kebutuhan kita dan aspirasi kami. Di atas semua kita ingat berdoa: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu, mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” (Mat 9:32-38) "Tinggallah di dalam Aku, seperti Aku tinggal di dalam kamu." Melalui Adorasi, Yesus Kristus memanggil kita untuk semakin akrab dan intim berhubungan secara pribadi dengan-Nya, untuk menjadi teman dan muridmurid-Nya, untuk "tetap di dalam Dia", untuk "tinggal di dalam kasih-Nya" dan menuruti perintah-perintah-Nya (baca: Yoh 15:9-17). Tuhan menjamin bahwa semua orang yang tetap erat terikat kepada-Nya, akan berbuah banyak dan "sukacita mereka akan lengkap". Karena tanpa Dia, kita dapat melakukan apa-apa. Melalui "persahabatan" ini , kita terinspirasi dan diperkuat untuk menghadapi tantangan hidup, untuk memikul salib kita sehari-hari dengan sikap baru,
10
untuk menjadi "ciptaan baru”. "jadi, siapa yang yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru; yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang" ( 2 Korintus 5:17) Menjadi saksi dan pendoa Dengan dan melalui Adorasi Ekaristi kita menegasan iman kita. Dengan menjadi rasul jaga bakti, kita memberikan kesaksian akan keyakinan bahwa Allah benar-benar tinggal dengan umat-Nya. Dan kita membangun komunitas cinta atas dasar kasih “Supaya kamu saling mengasihi seperti Aku telah mengasihi kamu" (Yoh 15:12-17: Kis 15:19-20) Doa-doa yang kita lambungkan sebagai sebuah komunitas, terutama doa syafaat untuk kebutuhan masyarakat dan dunia - membantu untuk membangun "peradaban cinta kasih" -. Untuk "mengubah dunia" Doa-doa yang kita katakan dapat menarik dunia dan semua orang di dunia lebih dekat dengan Kristus dan Allah Bapa untuk berkat-Nya. "Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya”. (Yoh 15:12-13) Menjadi Monstrans yang hidup Monstrans adalah ‘rumah’ Tuhan Yesus yang hadir secara nyata dalam Sakramen Mahakudus, rumah bagi Tubuh, Jiwa dan Keilahian Tuhan kita. Monstrans untuk menarik semua mata kepada Hosti Kudus yang dikelilingi oleh sinar lilin-lin yang bernyala. Demikian pula, kita masing-masing dipanggil untuk menjadi "monstran Hidup", memancar kehadiran Tuhan yang tinggal di dalam kita kepada sesama. Kristus hadir dalam kerendahan hati-Nya dalam rupa roti. Inilah panggilan-Nya untuk kita menjadi rendah hati ketika menanggung salib dalam harian hidup kita, sabar, sederhana, mampu mengendalikan diri dan sujud dengan taklim dihadapan-Nya. “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun keatas kamu, dan kamu akan menjadi saksi Ku di Yerusalem dan diseluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (Kis.1:8) Cinta yang perlu dipelihara Dalam Yohanes 21:16, Yesus bertanya kepada Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku". Tuhan Yesus juga bertanya kepada kita dengan pertanyaan yang sama: “apakah engkau mengasihi Aku ?”. Cinta sejati set harus dipupuk dan dipelihara oleh keintiman, kedekatan atau kontak dan komunikasi. Hal ini sama dengan waktu yang dihabiskan dalam keintiman ilahi dengan Yesus dalam Sakramen Mahakudus. Pertemuan kita dengan Tuhan semakin mendekatkan kita dengan Tuhan dan semakin mencintaiNYa. Mendorong kita untuk semakin mengenalnya lebih dalam melalui kitab suci dan penerimaan sakramen. Keintiman dan kedekatan dengan Tuhan akan mendorong kita untuk berkata dan bertindak "hanya
11
untuk-Nya" dan membuat diri kita semakin tenggelam dalam kehidupan kemurnian dan kesucian. namun, janganlah kecewa bila kita tidak bisa mengasihiNya sepenuhnya sebab Dia akan selalu mengasihi kita dengan kasih yang melampaui segala. "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seseorang yang memberik an nyawanya untuk sahabat-sahabatnya." (Yoh 15:13} Rindu akan Tuhan ketika Daud ada di padang gurun Yehuda. Ia berseru: ”Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepadaMu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair (Maz 63:1-2). Pemazmur merindukan kehidupan ilahi, yang didasarkan pada hubungan yang dekat dengan Allah. Mazmur ini mengungkapkan hubungan intim antara Allah dan orang yang menyembah-Nya di Bait-Nya yang kudus. Kunjungan ke Sakramen Mahakudus juga bermakna kerinduan pada kehidupan ilahi. Dengan kerinduan ini, kita masuk dan hadir dihadapan Sakramen Mahakudus. Dan Rindu akan menyambutnya: Aku rindu akan Tuhan Dalam Sakramen Terkudus Aku rindu menerima Yesus Allah manusia Yesus, Yesus datanglah Yesus tinggal di hatiku Aku amant bahagia Yesus sungguh sahabatku Dalam suka dalam duka Yesus Kau sahabatku Salam Tubuh yang mulia Salam Darah yang berharga Kau menghapus dosa dunia Dalam wafatMu di salib Puji syukur bagiMu 3.2.2. Doa Permohonan Jaminan dari Kristus sendiri Ingatlah janji Tuhan "Sesungguhnya aku akan menyertai kamu selalu bahkan ke ujung dunia dengan kasih yang abadi (Mat 28:20; Yer 31: 3). Saat ini dalam hidup kita Tuhan, walau tidak kita sadari tetap menyertai kita. Dalam keheningan kita mampu untuk mendengarkan suara hati yang menuntut kerendahan hati untuk jujur di hadapan-Nya: “Apakah aku lelah karena beban tugas, pekerjaanku, pelayananku ku, frustrasi akibat perencanaan dan harapan yang gagal, banyaknya kesalah-pahaman dalam
12
hidupku? Apakah aku berbeban berat karena rasa bersalah dari dosa-dosa masa lalu? Apakah Aku berusaha untuk menemukan harapan dan makna dalam kehidupan?” Jangan berkecil hati! Dengarkanlah suara-Nya: "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, dan Aku akan memberikan kelegaan." (Mat 11:28). Mohon pertolongan Bunda Maria Dalam perjalanan Hidupnya Bunda Maria mempunyai relasi yang sangat mesra dengan Putranya Yesus Kristus, sejak ada dalam kandungan serta sampai wafat-Nya, karena ia telah dipilih oleh Allah menjadi Bunda Allah. Dialah yang pertama menjadi tempat pentahtahan Yesus Kristus. Kandungannya menjadi tabernakel atau monstrans yang pertama. “Dalam Sakramen Mahakudus Juruselamat menjadi daging dalam rahim Maria dua puluh abad yang lalu, sampai sekarang terus menerus menawarkan dirinya untuk umat manusia sebagai sumber kehidupan ilahi” (Santo Yohanes Paulus II). Tidak ada orang yang mengenal, dekat bahkan mendiami di hati yang terdalam akan Yesus kecual Maria, BundaNya. Bunda Maria mengenal hati, perasaan dan pikiran Yesus sejak kanak-kanak hingga dewasa dan tahu persis bagaimana melayani dan mengikuti kehendak-Nya. Ketika di Kana, tuan rumah yang mengadakan perkawinan kehabisan anggur, Maria memohon Putra-Nya untuk mengatasi kesulitan yang amat besar, Maria berpesan kepada pelayan: ”Apa yang dikatakan kepadamu buatlah itu” (Yoh 2:5). Bunda Maria memberikan pertolongannya dengan memintakan kepada Yesus untuk membuat mukjijat. Dalam situasi sesulit apapun datanglah kepada Yesus mintalah pertolongan Bunda-Nya, Yesus tidak akan menolak permintaan Bunda Maria. Saat di kayu salib menjelang wafatnya, Yesus menyerahkan Bunda-Nya kepada kita yang diwakili Yohanes: “ibu inilah anakmu….. inilah ibumu” (Yoh 19:27). “Perawan Maria, Bunda Allah Ajarilah kami untuk semakin emncintai Ekaristi, untuk rendah hati dalam mengikuti kehendak Bapa; Semoga kami menerima Yesus yang tersamar dalam Sakramen Mahakudus dengan kemurnian hati seperti hatimu. Perawan Suci, Engkau adalah tabernakel hidup dari yang Maha tinggi, Pelindung Darah Perjanjian Baru dan kekal Melalui perantaraanmu yang menakjubkan dan berkat Sakramen seagung ini Semoga kami menerima Yesus Putramu yang berwujud dalam rupa Roti Kehidupan, Semoga anakmu ini memiliki iman yang kuat dan teguh akan Sabda kebenaran, cinta yang lebih sungguh-sungguh untuk Tuhan dan untuk jiwa
13
yang berharap dan rindu akan kesatuan dengan para malaekat sertapara kudus di surga Bunda Maria, Bunda Kerahiman Allah, Bunda Sakramen Mahakudus, Bantulah anakmu ini untuk menjadi rasul-rasul Putramu pewarta dan saksi kehadiran Putramu dalam Sakramen Mahakudus melalui hidup doa dan pelayanan kami. Amin 3.2.3. Berkat Sakramen Mahakudus Mencicipi Cita rasa surgawi Setiap kali menghadap Sakramen Mahakudus, terdenga suara malaikat mengkidungkan,”kudus…kudus…kuduslah Tuhan. Allah segala kasa, surga dan bumi penuh kemuliaan-Mu, (Yes 6:3) Kita melihat dan mendengar kemuliaan yang datang atas nama Tuhan ( Mat 21:9) bukan dengan indera kita tetapi dengan iman kita. Kita bergabung dengan para kudus dan Malaikat di Surga, melihat kemuliaan Allah dan menyanyikan pujian bagi Nya! Para kudus dan Malaikat menantinantikan TUHAN dan melakukan kehendak-Nya dalam segala hal. Kehadiran mereka memuliakan Tuhan. mereka juga berdoa (bagi kita) di hadapan Tuhan. Doakanlah dalam hati, sambil menatap ‘Yesus yang hadir dalam Sakramen Mahkudus “Hai jiwaku Pandanglah Hosti Kudus, pandanglah Yesus, Anak Allah. Lihatlah segala kemuliaan-Nya dan keagungan, wartakanlah dan pujilah kemuliaan Tuhan” Pujian jiwa ini akhirnya mengalir pada perhatian yang lebih besar kepada orang lain di sekitar kita, Mampu untuk menempatkan kebutuhan orang lain di hadapan-Nya, terbuka kepada Kehendak Allah dan berusaha untuk kesempurnaan dalam kehidupan rohani kita agar kita juga, suatu hari bergabung dengan persekutuan di Surga ? Lambungkanlah kidung yang diciptakan St. Thomas Aquinas tahun 1264. “bait ke 4 dan ke 5 dari kidung “Pange lingua”, yakni “Tantum ergo” (PS 558): Tantum ergo sacramentum, veneremur cernui. Et antiquum documentum, novo cedat ritui. Praestet fides supplementum, sensuum defectui. Genitori, genitoque, laus et iubilatio. Salus, honor, virtus quoque, sit et benedictio. Procedenti ab utroque, compar sit laudatio. Amen. Pemberian sedikit menerima berkat yang berlimpah-limpah Meluangkan waktu sedikit bagi Tuhan dalam kunjungan akan akan menuai rahmat yang berlimpah dari Tuhan. Tidak ada yang sia-sia untuk mengunjungi sakramen Mahakudus. Sakramen Mahakudus adalah ‘sumber air kehidupan
14
yang tak pernah kering, memuaskan dahaga kita.
di mana kita minum dalam kasih Kristus yang
Dengan demikian, waktu yang dihabiskan dengan Juruselamat kita dalam Adorasi, dapat menjadi saat pemberian diri kita yang paling mendalam, bermakna, menyenangkan, damai dan penyembuhan. Pengalaman rohani yang berlimpah yang akan kita dapatkan. 3.2.4. Penutup Terpujilah Allah Bapa Bersama Putra dan RohNya Yang melimpahkan kurnia Pada hambaNya yang hina dina ini. Amin
15