THE ANALYZING ABILITY OF DRAWING CONCLUSIONS AND APPLYING CONCEPTS Herni Agustiani, Ila Rosilawati, Tasviri Efkar, Nina Kadaritna Chemistry Education, University of Lampung
[email protected] Abstract: This research aimed to describe the ability of drawing conclusions and applying concepts on the acid-base matery through the application of LC3E for students groups of high, intermediate and low level group. The subjects in this research was students of Grade XI Science 4 Senior High School 12 Bandar Lampung Academic Year 2012/2013. This research was a descriptive research, used the pre-experimental method with a one-shot case study design. Data analysis used descriptive analysis. Based on the result of data analysis summarized that ability of drawing conclusions in high level group: almost half were excellent and the others were good. In intermediate level group, almost all were good and the others were excellent. In low level group, small part were good enough and the others were good. The ability of applying the concept in high level group: almost all were excellent and the others were good. In intermediate level group, just small part were excellent, just small part were good enough and the others were good. In low level group, almost half were excellent, almost half were good and the other were good enough. Keywords: Learning Cycle 3E, the ability to draw conclude, applying the concept, level cognitif group PENDAHULUAN Ilmu kimia merupakan cabang dari IPA yang mempelajari struktur, susunan, sifat dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Ilmu kimia terdiri dari banyak konsep, hukum, dan azas, dari yang sederhana sampai yang kompleks. Pelajaran kimia di SMA memiliki tujuan dan fungsi tertentu, diantaranya adalah untuk memupuk sikap ilmiah yang mencakup sikap kritis terhadap pernyataan ilmiah, yaitu tidak mudah percaya tanpa adanya
dukungan hasil observasi, memahami konsep-konsep kimia dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Kimia merupakan salah satu mata pelajaran sains yang mempunyai dimensi produk, sikap, dan proses, artinya ketika kita ingin mempelajari konsep-konsep kimia, maka kita juga harus tahu cara mendapatkan konsep tersebut. Dari penjelasan tersebut jelas bahwa kimia merupakan salah satu wahana yang tepat untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir
1
kritis siswa karena kimia berusaha
oleh para guru di sekolah.
Siswa
untuk membangkitkan keingintahuan
hanya menyerap informasi secara
siswa melalui eksplorasi terhadap
pasif dan kemudian mengulanginya
rahasia alam yang tak ada habis-
atau mengingatnya pada saat mengi-
habisnya.
kuti tes. Dengan pembelajaran seperti ini, siswa tidak memperoleh
Keterampilan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya.
Menurut Liliasari
(Saputra, 2012) berpikir kritis dalam ilmu kimia tidak dapat dilakukan dengan cara mengingat dan menghafal konsep-konsep, tetapi mengintegrasi-
pengalaman untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, dimana keterampilan ini sangat diperlukan untuk menghadapi kehidupan dan untuk berhasil dalam kehidupan. Oleh karena itu, penanganan kecakapan berpikir terutama berpikir tingkat tinggi sangat penting diintegrasikan dalam setiap mata pelajaran.
kan dan mengaplikasikan konsepkonsep yang telah dimiliki. Ketera-
Salah satu kompetensi dasar mata
mpilan berpikir kritis sangat diperlu-
pelajaran kimia pada materi “Asam-
kan oleh setiap individu untuk me-
Basa” di kelas XI adalah mendes-
nyikapi
kehidupan
kripsikan teori-teori asam-basa de-
yang dihadapi. Berpikir kritis mem-
ngan menentukan sifat larutan dan
buat seseorang dapat mengatur, me-
menghitung pH larutan. Materi ini
nyesuaikan, mengubah atau memper-
cukup luas cakupannya karena ber-
baiki pikirannya sehingga dia dapat
kaitan dengan kehidupan sehari-hari
bertindak lebih cepat.
Seseorang
yaitu menggali pengetahuan siswa
dikatakan berpikir kritis, apabila ia
tentang bahan-bahan dalam kehidup-
mencoba membuat berbagai pertim-
an sehari-hari yang bersifat asam,
bangan ilmiah untuk menentukan
basa dan netral serta cara membeda-
pilihan terbaik dengan menggunakan
kannya. Selain itu, materi asam-basa
berbagai kriteria.
disekolah-sekolah sampai saat ini
permasalahan
masih didominasi oleh teori-teori Kecakapan berpikir pada saat ini belum dilakukan secara terprogram
yang kurang memperhatikan persoalan yang menantang siswa untuk di2
pecahkan melalui kegiatan eksplora-
Berdasarkan hasil observasi di SMA
tif eksperimental. Keterampilan ber-
Negeri 12 Bandar Lampung, didapat-
fikir kritis siswa yang dikembangkan
kan hasil bahwa guru masih berfokus
pada materi asam-basa dalam peneli-
pada pemberian tugas dan tidak ada
tian adalah kemampuan menarik ke-
proses membangun konsep dalam
simpulan dan kemampuan menerap-
pembelajaran.
Guru masih jarang
kan konsep. Agar Indikator menarik
menggunakan
laboratorium
kesimpulan tercapai, siswa dibim-
untuk melatih siswa dalam menemu-
bing untuk mengambil intisari dari
kan konsep seperti konsep pH. Sis-
materi
wa melakukan praktikum hanya un-
yang diajarkan mengenai
kimia
Kemudian untuk
tuk membuktikan konsep yang telah
mencapai indikator menerapkan kon-
mereka peroleh dari guru, bukan un-
sep yang diterima, siswa diberi kon-
tuk menemukan konsep tersebut.
teks yang berbeda yang berkaitan
Hal tersebut mempengaruhi perkem-
materi yang telah dipelajari misalnya
bangan kemampuan kognitif siswa
jenis-jenis senyawa asam-basa yang
dimana siswa dengan kemampuan
terdapat dalam kehidupan sehari-hari
kognitif rendah sulit untuk mening-
dan pengaruhnya terhadap lingkung-
katkan kemampuannya menjadi ke-
an sekitar.
mampuan
asam dan basa.
kognitif
sedang
atau
tinggi. Secara alami dalam satu kelas kemampuan kognitif siswa bervariasi,
Salah satu cara untuk mengatasi ma-
jika dikelompokkan menjadi 3 ke-
salah tersebut dan melatih keteram-
lompok, maka ada kelompok siswa
pilan berpikir kritis maka diperlukan
berkemampuan tinggi, sedang, dan
pembelajaran yang berfilosofi kons-
rendah (Winarni, 2006). Siswa ber-
truktivisme. Salah satu model pem-
kemampuan tinggi memiliki keadaan
belajaran berfilosofi konstruktivisme
awal lebih baik daripada siswa ber-
yang dapat digunakan untuk mening-
kemampuan awal rendah.
Hal ini
katkan keterampilan berpikir kritis
menyebabkan siswa berkemampuan
siswa pada materi pokok asam-basa
tinggi memiliki rasa percaya diri
adalah model pembelajaran Learning
yang lebih dibandingkan dengan sis-
Cycle 3E yang merupakan rangkaian
wa yang berkemampuan rendah.
dari tahap-tahap kegiatan (fase) yang 3
diorganisasi sedemikian rupa sehing-
Lampung pada materi asam-basa
ga pembelajar dapat menguasai kom-
Arrhenius dengan judul:
petensi-kompetensi yang harus dica-
Kemampuan Menarik Kesimpulan
pai dalam pembelajaran dengan jalan
dan Menerapkan Konsep pada Materi
berperan aktif. Menurut Karplus dan
Pokok Asam-Basa Melalui Penerap-
Their (Fajaroh dan Dasna, 2007),
an Model Pembelajaran Learning
model pembelajaran ini memiliki tiga
Cycle 3E”.
“Analisis
langkah sederhana, yaitu (1) fase eksplorasi (exploration), (2) fase penjelasan
konsep
(explaination),
dan (3) Fase penerapan konsep (elaboration) Melalui tahap-tahap tersebut
diharapkan
dapat
me-
ningkatkan kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan dan menerapkan konsep. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Meiliyana (2007) yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle (LC) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X Semester 2 MAN Malang I pada Materi Pokok Reaksi Redoks” mengungkapkan bahwa hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan dan menerapkan konsep pada materi asam-basa melalui penerapan model pembelajaran LC3E pada siswa kelompok tinggi, sedang, dan rendah? penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan dan menerapkan konsep pada materi asambasa melalui penerapan model pembelajaran Learning Cycle 3E untuk siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah.
kimia dengan model Learning Cycle 3E dapat meningkatkan kemampuan
METODOLOGI PENELITIAN
berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Berdasarkan pertimbangan tertentu Berdasarkan penjelasan di atas, maka
(purposive sampling) diambil siswa
dilakukan penelitian untuk mengeta-
kelas XI IPA4 SMAN 12 Bandar
hui tingkat keterampilan berpikir kri-
Lampung Tahun Ajaran 2012 / 2013
tis siswa SMA Negeri 12 Bandar
dengan jumlah 40 siswa sebagai 4
Kriteria pengelompokkan
Kriteria
Kelompok
Jumlah Siswa
eksperimen dengan one shot case
Nilai ≥ mean + SD
Nilai ≥ 72,6
Tinggi
10
study. Data yang digunakan dalam
Mean – SD ≤ nilai < mean + SD Nilai < mean – SD
63,9 ≤ nilai < 72, 6 Nilai < 63,9
Sedang
19
Rendah
11
subyek penelitian. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode pre-
penelitian ini adalah: (1) data primer yaitu data hasil tes (posttest), data kinerja guru, data aktivitas siswa, dan
data keterlaksanaan proses
pembelajaran penerapan
asam-basa model
melalui
pembelajaran
Learning Cycle 3E, (2) data sekunder yaitu nilai ulangan mata pelajaran kimia yang dilakukan sebelumnya oleh guru mata pelajaran. Siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuan kognitifnya ke dalam tiga kelompok yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Penentuan kelompok ini berdasarkan hasil ulangan mata pelajaran kimia yang telah dilakukan sebelumnya oleh guru mata pelajaran kimia. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah silabus dan RPP materi asam-basa, Lembar Kerja Sis-
Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengolah data hasil penelitian: 1. Pengolahan data tes tertulis a. Memberi skor pada setiap jawaban siswa pada tes tertulis berbentuk uraian berdasarkan pedoman jawaban yang telah dibuat. b. Menjumlahkan skor yang didapat setiap siswa sesuai dengan indikator kemampuan menarik kesimpulan dan menerapkan konsep. c. Mengubah skor menjadi nilai, dengan menggunakan persamaan:
∑ 100 ∑
d. Menghitung rata-rata nilai siswa
wa (LKS) asam-basa, tes tertulis be-
untuk kemampuan menarik
rupa posttest materi Asam-Basa
kesimpulan dan menerapkan
Arrhenius yang terdiri dari 6 soal da-
konsep.pada kelompok tinggi,
lam bentuk uraian, lembar aktivitas
sedang dan rendah
siswa dan lembar kinerja guru, serta
Kuesioner (Angket) tertutup berjum-
lah 7 pertanyaan. Analisis data meng-
∑ 100 ∑
gunakan analisis deskriptif. 5
e. Menentukan kriteria tingkat
b. Menjumlahkan skor yang
kemampuan siswa untuk nilai
diperoleh dari jawaban seluruh
rata-rata yang didapat pada poin d
siswa pada setiap pertanyaan.
berdasarkan skala kriteria tingkat
c. Menentukan persentase jawaban
kemampuan siswa f. Menentukan kriteria tingkat
dari skor yang didapat pada setiap pertanyaan dengan menggunakan
kemampuan siswa untuk nilai
persamaan menurut Sudjana
siswa pada kemampuan menarik
(2002).
kesimpulan dan menerapkan
%
konsep berdasarkan Tabel 5. g. Menentukan jumlah siswa pada
∑! 100% !"#$
Keterangan:
kelompok tinggi, sedang dan
%Xin = Persentase jawaban siswa
rendah untuk setiap kriteria
∑S
tingkat kemampuan.
menjawab ya
h. Menentukan persentase siswa pada kelompok tinggi, sedang dan
= Jumlah siswa yang
Smaks = Jumlah total siswa d. Menafsirkan persentase angket
rendah untuk setiap kriteria
secara keseluruhan dengan
tingkat kemampuan.
menggunakan tafsiran
%
∑ 100% ∑
Koentjaraningrat (1990) seperti pada tabel 6.
Keterangan: ∑Y = Jumlah siswa pada setiap
HASIL PENELITIAN DAN
kriteria tingkat kemampuan
PEMBAHASAN
∑X = Jumlah siswa i. Menafsirkan persentase siswa yang diperoleh pada poin h.
Berdasarkan
penelitian
diperoleh
nilai rata-rata setiap kelompok pada kemampuan menarik kesimpulan dan
2. Pengolahan data kuesioner (angket)
menerapkan konsep yang disajikan pada Gambar 2.
a. Memberikan skor untuk setiap nomor dengan kriteria skor 1 untuk jawaban “ya” dan skor 0 untuk jawaban “tidak”.
6
76.92
60
71.54 70.77 74.62 66.16
40 20 0
persentase kriteria
rata-rata nilai
80
100
89.23
100
89.47
80
72.73
60 60 40 40 10.53
20 0
0
Tinggi
Sedang
9.09
18.18
0 Tinggi
Menarik Kesimpulan
Sedang
Rendah
Menerapkan konsep
Sangat Baik
Kelompok kognitif
Baik
Rendah Cukup
Kelompok kognitif
Gambar 2. Nilai rata-rata setiap kelompok kognitif pada kemampuan menarik kesimpulan dan menerapkan konsep
Gambar 3. Persentase jumlah siswa setiap kriteria tingkat kemampuan pada kemampuan menarik kesimpulan
Pada Gambar 2 menunjukkan bahwa
dalam menarik kesimpulan untuk kelompok
tinggi
adalah
76,92;
dengan kriteria baik, kelompok sedang 74,62 dengan kriteria baik dan kelompok rendah 66,16 dengan kriteria. Nilai rata-rata kemampuan siswa dalam menerapkan konsep untuk kelompok tinggi adalah 89,23 dengan kriteria sangat baik; kelompok sedang 70,77 dengan kriteria baik;
100
Persentase kriteria
nilai rata-rata kemampuan siswa
90
80 57.89
60
45.45
40 21.05 20
10
27.27 27.27 21.05
0 0 Tinggi
Sedang
Sangat Baik
Baik
Rendah Cukup
Kelompok kognitif
Gambar 4. Persentase jumlah siswa setiap kriteria tingkat kemampuan pada kemampuan menerapkan konsep
dan kelompok rendah 71,54 dengan
Hasil analisis data menunjukkan
kriteria baik.
bahwa untuk kemampuan menarik kesimpulan pada kelompok sedang
Selanjutnya, menentukan persentase
ada sebagian kecil siswa yang ber-
jumlah siswa setiap kriteria tingkat
kriteria sangat baik, pada kelompok
kemampuan pada kelompok tinggi,
rendah sebagian kecil berkriteria
sedang dan rendah yang disajikan
sangat baik dan sebagian besar
pada Gambar 3 dan Gambar 4.
berkriteria baik. Hal tersebut menyatakan bahwa kemampuan kognitif
7
siswa tidak berhubungan dengan ke-
sesuai dengan tingkat kemampuan-
mampuan
menarik
nya (Winarni, 2006). Namun pada
Hal ini tidak sesuai
penelitian ini kemampuan siswa
dengan hipotesis awal yang ada pada
dalam kelompok kognitif yang sama
penelitian
menyatakan
memiliki kemampuan dengan kriteria
bahwa semakin tinggi kemampuan
yang berbeda. Hal ini disebabkan
kognitif siswa, maka semakin tinggi
pengelompokkan dilakukan berdasar-
pula
dalam
kan nilai ulangan harian yang di-
menarik kesimpulan. Hal ini dikare-
berikan oleh guru mata pelajaran,
nakan terdapat beberapa faktor, yaitu
dimana soal yang diberikan tidak
data pengelompokan siswa kedalam
mengukur kemampuan kognitif sis-
kelompok tinggi, sedang dan rendah
wa yang sesungguhnya. Soal yang
tidak
kemampuan
diberikan hanya mengukur pengua-
kognitif awal siswa yang sesungguh-
saan konsep siswa pada materi
nya.
tersebut.
siswa
kesimpulan.
ini
dalam
yang
kemampuan
siswa
mencerminkan
Data ini diperoleh dari nilai
Selain itu, soal tes yang
ulangan harian siswa yang diberikan
diberikan peneliti tidak valid untuk
oleh guru mata pelajaran. Tidak ter-
mengukur kemampuan yang diteliti.
cerminkannya kemampuan kognitif
Sehingga kemampuan siswa memili-
siswa, kemungkinan dikarenakan pa-
ki kriteria yang tidak tersebar merata.
da saat pelaksanaan ulangan harian ada siswa yang tidak jujur saat mengerjakannya dan kurangnya pengkondisian siswa oleh guru saat pelaksanaan
ulangan
harian
sehingga
memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan berbagai kecurang-
Berdasarkan Gambar 3 dan Gambar 4, menunjukkan bahwa untuk kemampuan menarik kesimpulan pada kelompok rendah, sebagian kecil siswa berada pada kriteria sangat baik dan sebagian besarnya berada pada kriteria baik. Pada kelompok
an.
sedang, ada sebagian kecil siswa Berdasarkan teori, disebutkan bahwa
yang berkriteria sangat baik. Untuk
apabila siswa memiliki tingkat ke-
kemampuan
mampuan kognitif berbeda kemudian
pada kelompok sedang ada sebagian
diberi pengajaran yang sama, maka
kecil siswa yang berkriteria sangat
hasil
baik dan sebagian kecil lainnya
belajar
akan
berbeda-beda
menerapkan
konsep
8
berkriteria cukup, pada kelompok
nyampaikan indikator dan tujuan
rendah sebagian kecil berkriteria sa-
pembelajaran. Kemudian mengaju-
ngat baik dan hampir separuhnya
kan fakta yang berhubungan dengan
berkriteria baik. Berdasarkan lembar
kehidupan sehari-hari dengan perta-
observasi, siswa ini selama pembel-
nyaan “Kalian tentu pernah makan
ajaran cukup aktif dalam menyam-
jeruk nipis. Bagaimanakah rasa jeruk
paikan pendapatnya maupun berta-
nipis tersebut? Nah, jeruk nipis me-
nya dan juga berperan sebagai pen-
rupakan sampel yang bersifat asam.”
dengar yang baik. Sehingga kemam-
Hal ini dilakukan untuk menggali ke-
puan menarik kesimpulan siswa ini
mampuan awal siswa mengenai ma-
berada pada kriteria sangat baik dan
teri asam-basa. Lalu guru kembali
baik.
Berdasarkan hasil kuesioner,
mengajukan pertanyaan untuk me-
juga dapat diketahui bahwa siswa
ningkatkan rasa ingin tahu siswa ten-
tersebut menyatakan cara guru me-
tang materi pelajaran yang akan di-
ngajar dengan diskusi kelompok,
pelajari, “Tidak semua sampel yang
menggunakan LKS asam-basa, dan
bersifat asam dapat ditentukan sifat-
melakukan praktikum sebelum mem-
nya dengan mencicipinya, karena ada
bahas teori membuat mereka lebih
sebagian yang bersifat racun. Lalu
memahami materi asam-basa dan
bagaimana cara kita menentukan sua-
lebih tertarik dengan pelajaran kimia.
tu larutan bersifat asam atau basa
Oleh karena itu, pada kelompok
tanpa mencicipinya?” Ketika guru
rendah sebagian kecil siswa mempu-
kembali mengajukan pertanyaan un-
nyai kemampuan menarik kesimpul-
tuk meningkatkan rasa ingin tahu sis-
an dan menerapkan konsep untuk
wa, awalnya siswa merasa bingung
kelompok sedang dan rendah berkri-
karena tidak mengetahui jawaban-
teria baik dan sangat baik.
nya. Siswa terbiasa belajar dengan cara mendengar penjelasan dari guru
Model Pembelajaran LC3E. Pembelajaran materi asam-basa ini menerapkan model LC3E yang terdiri dari fase eksplorasi, eksplanasi dan elaborasi. Fase eksplorasi, guru me-
saja sehingga ketika dilatih membangun konsep dengan mengajukan pertanyaan untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa, siswa mengalami kesulitan. Tetapi secara perlahan-
mulai pembelajaran dengan me9
lahan, pada pertemuan-pertemuan
dengan cara melakukan praktikum
selanjutnya mereka mulai terbiasa
sebelum membahas teori. Tetapi se-
dengan cara belajar seperti ini.
cara perlahan-lahan, pada pertemuanpertemuan selanjutnya mereka bisa
Siswa dikondisikan duduk bersama kelompoknya untuk melakukan percobaan penentuan sifat asam-basa suatu larutan berdasarkan perubahan warna lakmus. Pengelompokkan secara heterogen pada subyek penelitian ternyata memberi pengaruh bagi perkembangan potensi siswa. Siswa bekerjasama dalam kelompok untuk melakukan percobaan sehingga siswa menjadi lebih aktif berbicara ketika mereka berada di lingkungan bersama temannya. Fakta yang terjadi sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Karplus dan Their dalam Fajaroh dan Dasna (2007) pada tahap exploration, guru membangkitkan minat dan keingintahuan siswa tentang topik yang akan diajarkan, siswa diberi kesempatan untuk memanfaatkan panca inderanya semaksimal mungkin dalam berinteraksi dengan lingkungannya melalui kegiatan praktikum. Siswa terbiasa melakukan praktikum setelah membahas teori, sehingga pada awalnya banyak siswa mengalami kesulitan ketika dilatih membangun konsep
belajar dengan cara seperti ini. Siswa bekerja sama dalam kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk melakukan pengamatan serta ide-ide melalui kegiatan praktikum, sehingga muncul pertanyaan yang mengarah pada perkembangan daya nalar tingkat tinggi yang diawali
dengan
kata-kata
mengapa dan bagaimana.
seperti Muncul-
nya pertanyaan tersebut merupakan indikator kesiapan siswa untuk menempuh fase berikutnya. Fase Explaination. Pada tahap ini, siswa diharapkan akan lebih aktif untuk menentukan atau mengenal suatu konsep berdasarkan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya di dalam fase eksplorasi. Pelaksanaan pada subyek penelitian, siswa diarahkan untuk menganalisis data hasil pengamatan yang diperoleh. Selanjutnya siswa diarahkan untuk mendiskusikan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bersifat membangun konsep pada LKS. Pada tahapan ini, siswa dilatihkan untuk mengembangkan kemampuan menarik 10
kesimpulan dimana setelah siswa
sendiri, sesuai dengan teori yang di-
menjawab pertanyaan, siswa diminta
kemukakan oleh Karplus dan Their
untuk menarik kesimpulan dengan
dalam Fajaroh dan Dasna (2007).
menggunakan bahasa mereka sendiri tanpa harus terpengaruh dengan defi-
Fase Elaboration.
Pada tahap ini,
dimaksudkan mengajak siswa untuk
nisi yang ada pada buku.
menerapkan konsep pada contoh kePada awal pertemuan, banyak siswa
jadian yang lain, baik yang sama
mengalami kesulitan menganalisis
ataupun yang lebih tinggi tingkatan-
data dan memahami pertanyaan-
nya. Siswa diminta untuk mengerja-
pertanyaan yang ada dalam LKS, se-
kan soal-soal latihan yang ada dalam
hingga masih harus dibimbing dalam
LKS sebagai pekerjaan rumah untuk
pengerjaannya. Pada akhir tahap ini
melatih kemampuan menarik kesim-
dilakukan penunjukkan kelompok se-
pulan dan menerapkan konsep. Fak-
cara acak untuk mempresentasikan
ta yang terjadi sesuai dengan penda-
hasil diskusi kelompoknya. Awalnya
pat Karplus dan Their dalam Fajaroh
tidak ada kelompok yang berani
dan Dasna (2007) pada tahap elabo-
mempresentasikan hasil diskusinya
ration, siswa diharapkan mampu me-
karena takut salah, namun setelah di-
nerapkan pemahaman konsep dan
beri motivasi dan pengarahan bahwa
keterampilan yang telah diperoleh-
hal tersebut adalah bagian dari proses
nya. Pada tahap ini juga dilakukan
belajar, akhirnya ada perwakilan ke-
evaluasi terhadap materi yang telah
lompok yang mempersentasikan ha-
diperoleh. Penerapan konsep dapat
sil diskusi mereka.
meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis,
Pada tahap eksplaination, terjadi proses menuju kesetimbangan antara
karena siswa mengetahui penerapan dari konsep yang mereka pelajari.
konsep yang telah dimiliki siswa dengan konsep yang baru dipelajari
Kendala selama penelitian
melalui kegiatan yang membutuhkan daya nalar yaitu berdiskusi.
Guru
mengarahkan siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka
Pada penelitian ini, kemampuan kognitif siswa tidak sesuai dengan teori. Berdasarkan teori, disebutkan bahwa
11
apabila siswa memiliki tingkat ke-
hampir separuh siswa berkriteria sa-
mampuan kognitif berbeda kemudian
ngat baik dan sebagian besar berkri-
diberi pengajaran yang sama, maka
teria baik. Pada kelompok sedang,
hasil belajar akan berbeda-beda se-
sebagian kecil berkriteria sangat baik
suai dengan tingkat kemampuannya
dan hampir seluruhnya berkriteria
(Winarni, 2006). Namun pada peneli-
baik. Pada kelompok rendah, sebagi-
tian ini kemampuan siswa dalam ke-
an kecil berkriteria sangat baik, seba-
lompok kognitif yang sama memiliki
gian besar berkriteria baik, dan seba-
kemampuan dengan kriteria yang
gian kecil lainnya berkriteria cukup.
berbeda. Hal ini disebabkan penge-
Untuk kemampuan siswa dalam me-
lompokkan dilakukan berdasarkan
nerapkan konsep, pada kelompok
nilai ulangan harian yang diberikan
tinggi hampir seluruhnya berkriteria
oleh guru mata pelajaran, dimana
sangat baik dan sebagian kecil ber-
soal yang diberikan tidak mengukur
kriteria baik. Pada kelompok sedang,
kemampuan kognitif siswa yang se-
sebagian kecil berkriteria sangat
sungguhnya. Soal yang diberikan ha-
baik, sebagian besar berkriteria baik
nya mengukur penguasaan konsep
dan sebagian kecil lainnya berkriteria
siswa pada materi tersebut.
Selain
cukup. Pada kelompok rendah, ham-
itu, soal tes yang diberikan peneliti
pir separuhnya berkriteria sangat
tidak valid untuk mengukur kemam-
baik, hampir separuhnya berkriteria
puan yang diteliti. Sehingga kemam-
baik serta hampir separuh lainnya
puan siswa memiliki kriteria yang
berkriteria cukup.
tidak tersebar merata Berdasarkan hasil penelitian yang diSIMPULAN DAN SARAN
peroleh, maka disarankan bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian penerapan model pembelajaran Learning Cycle 3E pada materi asam-basa dapat disimpulkan bahwa: untuk kemampuan siswa dalam menarik ke-
penelitian yang sejenis agar memberikan pretes sebelum dilakukan pengelompokan agar kemampuan yang diteliti dapat lebih terukur. Calon peneliti juga harus memastikan bahwa soal tes yang digunakan valid ter-
simpulan, pada kelompok tinggi
12
hadap kemampuan yang diukur agar didapatkan hasil yang diharapkan. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 1997. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta Fajaroh dan Dasna. 2007. Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (learning cycle). Universitas Negeri malang. Malang. Koentjaraningrat. 1990. MetodeMetode Penelitian Masyarakat. Gramedia. Jakarta Saputra, A. Saputra, A. 2012. Model Pembelajaran Problem solving Pada Materi Pokok
Kesetimbangan Kimia Untuk Meningkatkan Keterampilan berpikir kritis Siswa. Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung. Tidak dipublikasikan. Meiliyana, V.S,. 2007. Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X Semester 2 MAN Malang I Pada Materi Pokok Reaksi Redoks. Skripsi. Diakses tanggal 21 Desember 2012 dari http://library.um.ac.id/freecontents/index.php/pub/detail/ 34067.html Winarni, E.W. 2006. Inovasi dalam pembelajaran IPA. Bengkulu: FKIP Press.
13