STUDI PERBANDINGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SUPERITEM DAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK Novita Andriyana, Bambang Priyo Darminto Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo Email:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar peserta didik yang mendapatkan pendekatan superitem lebih baik dibanding dengan peserta didik yang mendapatkan pendekatan problem solving. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII SMP Negeri 5 Kaliwiro tahun pelajaran 2013/2014. Terpilih kelas VIII A dan VIII B sebagai sampel yang diambil secara cluster random sampling. Pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi dan metode tes. Metode analisis data menggunakan dua tahap yaitu analisis data tahap awal dan analisis data tahap akhir. Analisis data tahap awal meliputi uji prasyarat analisis dan uji keseimbangan. Uji prasyarat analisis terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas variansi. Sedangkan analisis data tahap akhir meliputi uji normalitas, uji homogenitas variansi, dan uji hipotesis dengan uji-t. Berdasarkan pengujian hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa hasil belajar peserta didik yang mendapatkan pendekatan superitem tidak lebih baik dibanding dengan peserta didik yang mendapatkan pendekatan problem solving. Kata kunci: Pendekatan, Superitem, Problem Solving.
PENDAHULUAN Kualitas pendidikan bangsa Indonesia masih rendah, sehingga dibutuhkan suatu pembaruan melalui penataan pendidikan yang baik. Salah satu penataan pendidikan yang perlu dilakukan yaitu penataan di sekolah tempat proses pembelajaran berlangsung. Penataan pendidikan di sekolah yaitu melalui perbaikan dan pembaruan di dalam proses pembelajaran. Hal yang paling berpengaruh dalam proses pembelajaran adalah pendekatan pembelajaran yang digunakan. Salah satu mata pelajaran yang erat kaitannya dengan ketepatan penggunaaan pendekatan pembelajaran adalah mata pelajaran matematika. Ketidaktepatan memilih pendekatan pembelajaran akan berdampak pada hasil belajarnya. Berdasarkan hasil observasi di SMP Negeri 5 Kaliwiro dengan guru mata pelajaran matematika kelas VIII menyatakan bahwa hasil belajar matematika masih
Ekuivalen: Studi Perbandingan Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Superitem dan Problem Solving terhadap Hasil Belajar Peserta Didik
335
rendah dibanding dengan mata pelajaran yang lain. Selain itu dari sejumlah pokok bahasan matematika, pokok bahasan bangun ruang termasuk yang memiliki nilai ratarata ulangan harian yang rendah. Nilai rata-rata ulangan harian yang diperoleh hanya 61, sehingga masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum. Kriteria Ketuntasan Minimum yang ditetapkan pada sekolah tersebut adalah 75. Rendahnya hasil belajar matematika disebabkan proses pembelajaran yang selama ini disampaikan guru tidak bermakna dan hanya seputar pemberian rumus, contoh, dan latihan soal yang mirip dengan contoh. Ketika peserta didik mengerjakan ulangan atau ujian, mereka hanya mengandalkan hafalan dari rumus dan contoh yang telah diberikan guru. Pemahaman konsep dan penalaran peserta didik cenderung kurang berkembang, dan pemecahan masalah matematika masih rendah. Mempertimbangkan keadaan yang terjadi, maka dibutuhkan suatu alternatif pendekatan yang mendukung tercapainya hasil belajar yang tinggi. Alternatif pendekatannya yaitu dengan pendekatan superitem atau pendekatan problem solving. Pendekatan superitem merupakan strategi pembelajaran yang dimulai dari tugas yang sederhana kemudian meningkat pada tugas yang lebih kompleks (Huda, 2013:257). Pembelajaran tersebut menggunakan soal-soal bentuk superitem yang memuat konsep dan proses yang semakin tinggi tingkat kognitifnya. Setiap superitem terdiri dari empat subitem yang semakin meningkat kompleksitasnya. Setiap item meggambarkan empat level penalaran. Menurut Biggs dan Collis pada tiap level tersebut terdapat struktur respon yang disebut Taksonomi SOLO, dan diklasifikasikan atas empat tahap, yaitu tahap uni-structural, tahap multi-structural, tahap relational, dan tahap abstract. Sedangkan pendekatan problem solving merupakan penerapan dari pengetahuan yang sebelumnya untuk persoalan yang tidak biasa. Inti dari pembelajaran problem solving adalah praktik. Semakin sering melakukan praktik, semakin mudah peserta didik menyelesaikan masalah. Menurut Polya, solusi pemecahan masalah memuat empat langkah fase penyelesaian, yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai rencana, dan melakukan pengecekan kembali terhadap langkah yang telah dikerjakan (Darminto, 2010:40).
336
Ekuivalen: Studi Perbandingan Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Superitem dan Problem Solving terhadap Hasil Belajar Peserta Didik
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hasil belajar peserta didik yang mendapatkan pendekatan superitem lebih baik dibanding dengan peserta didik yang mendapatkan pendekatan problem solving. Hasil belajar menurut Bloom mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik (Suprijono, 2010:6). Hasil belajar dalam penelitian ini yaitu hasil belajar matematika. Hasil belajar matematika merupakan segala kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajar matematika.
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experimental research). Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 5 Kaliwiro pada peserta didik kelas VIII tahun pelajaran 2013/2014. Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu dari bulan Desember-Juli 2014. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh peserta didik kelas VIII SMP Negeri 5 Kaliwiro tahun pelajaran 2013/2014. Dari populasi tersebut akan dipilih kelas sampel penelitian. Kelas sampel diambil secara random dengan teknik Cluster Random Sampling. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode dokumentasi dan metode tes. Bentuk instrumen yang digunakan adalah tes pilihan ganda. Sebelum intrumen tes digunakan sebagai alat pengumpul data penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba. Analisis uji coba meliputi uji reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, distraktor, dan validitas butir. Sedangkan analisis data dalam dalam penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu analisis data tahap awal dan analisis data tahap akhir. Analisis data tahap awal meliputi uji prasyarat analisis dan uji keseimbangan. Uji prasyarat analisis terdiri dari uji normalitas dengan metode Lilliefors dan uji homogenitas variansi dengan uji Bartlett. Sedangkan analisis data tahap akhir meliputi uji normalitas dengan metode Lilliefors, uji homogenitas variansi dengan uji Bartlett, dan uji hipotesis dengan uji-t. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pengambilan sampel terpilih kelas VIII A dan kelas VIII B sebagai kelas sampel penelitian. Sebelum kedua kelas tersebut diberikan perlakuan, peneliti mengumpulkan data awal untuk dianalisis sebagai analisis data tahap awal. Data awal
Ekuivalen: Studi Perbandingan Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Superitem dan Problem Solving terhadap Hasil Belajar Peserta Didik
337
tersebut diambil dari nilai matematika semester 1 kelas VIII tahun pelajaran 2013/2014. Dari uji normalitas menunjukan bahwa kedua kelas berdistribusi normal karena Lhitung ≤ Ltabel . Sedangkan dari uji homogenitas variansi menunjukan bahwa 2 2 kedua kelas homogen karena hitung . Karena kedua kelas berdistribusi normal tabel
dan homogen selanjutnya dilakukan uji keseimbangan. Dari uji keseimbangan diperoleh kedua kelas seimbang karena –ttabel ≤ thitung ≤ ttabel , sehingga dapat dikatakan bahwa kedua kelas berasal dari kondisi yang sama dan dapat diberikan perlakuan. Kelas yang mendapatkan pendekatan superitem adalah kelas VIII A, dan kelas yang mendapatkan pendekatan problem solving adalah kelas VIII B. Setelah dilakukan perlakuan, kedua kelas sampel diberi tes sebagai evaluasi hasil belajar. Soal tes yang diberikan berjumlah 20 soal. Soal tersebut merupakan soal yang telah di uji cobakan dan telah dianalisis. Data hasil tes evaluasi hasil belajar tersebut kemudian dianalisis sebagai analisi data tahap akhir. Dari uji normalitas menunjukan bahwa kedua kelas berdistribusi normal karena Lhitung ≤ Ltabel. Dari uji homogenitas variansi menunjukan 2 2 bahwa kedua kelas tersebut homogen karena hitung . Sedangkan dari uji tabel
hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa H0 diterima. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil belajar peserta didik yang mendapatkan pendekatan superitem tidak lebih baik dibanding dengan peserta didik yang mendapatkan pendekatan problem solving. Beberapa penyebab diperoleh hasil uji hipotesis tersebut kemungkinan karena dipengaruhi oleh faktor peneliti, peserta didik, dan proses pembelajaran. Faktor dari peneliti kemungkinan karena peneliti belum terbiasa menyusun soal bentuk superitem dan belum menguasai sepenuhnya mengenai langkah atau ketentuan dalam penyusunan soal tersebut. Selama proses penyusunan peneliti mengalami kesulitan, sehingga bisa jadi soal yang disusun tidak sesuai ketentuan, tidak mencerminkan keempat level penalaran, dan indikator pencapaian materi belum termuat semua. Faktor penyebab dari peserta didik kemungkinan karena peserta didik kesulitan dalam membuat hipotesis penemuan rumus dan konsep dari soal bentuk superitem. Sedangkan faktor penyebab dari proses pembelajaran kemungkinan karena proses pembelajaran itu sendiri. Perlakuan pembelajaran dengan pendekatan superitem bisa jadi tidak cocok diterapkan pada kelas VIII A. Tujuan dari pemberian soal-soal
338
Ekuivalen: Studi Perbandingan Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Superitem dan Problem Solving terhadap Hasil Belajar Peserta Didik
superitem yang diharapkan lebih menantang dan mendorong keterlibatan peserta didik secara aktif ternyata tidak terbangun dengan baik. Selain itu faktor penyebab dari proses pembelajaran kemungkinan karena soal evaluasi tes hasil belajar yang digunakan berbentuk pilihan ganda bukan soal bentuk superitem. Saat peserta didik mengerjakan soal bentuk superitem pada pemecahan masalah cenderung bisa mengerjakan. Hal ini karena konsep atau solusi pemecahan masalah pada item keempat soal superitem telah dibangun pada ketiga item sebelumnya. Sehingga untuk sebagian peserta didik dengan kemampuan rendah akan kesulitan jika memecahkan masalah pada soal bentuk pilihan ganda. Kesimpulan uji hipotesis ternyata berbanding lurus jika menganalisis dari perbedaan hasil evaluasi. Berikut rincian hasil belajar kedua kelas yang disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel Rincian Perbedaan Hasil Belajar Kelas Superitem dan Problem Solving
Superitem
VIIIA
Jumlah Peserta Didik 23
Problem solving
VIIIB
20
Subyek
Kelas
KKM
Ratarata
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Tidak Tuntas
75
75,435
95
60
10
75
78,750
100
65
6
Kelas yang mendapatkan pendekatan superitem memiliki rata-rata 75,435 dari 23 peserta didik, sedangkan kelas yang mendapatkan pendekatan problem solving memiliki rata-rata 78,750 dari 20 peserta didik. Pada pembelajaran dengan pendekatan superitem nilai tertinggi yang diperoleh peserta didik adalah 95 dan nilai terendahnya adalah 60. Pada pembelajaran dengan pendekatan problem solving nilai tertinggi yang diperoleh peserta didik adalah 100 dan nilai terendahnya adalah 65. Kriteria ketuntasan minimum yang ditentukan adalah 75. Berdasarkan patokan tersebut diperoleh 10 peserta didik yang tidak tuntas dari pembelajaran dengan pendekatan superitem, dan 6 peserta didik yang tidak tuntas dari pembelajaran dengan pendekatan problem solving. Perbedaan-perbedaan hasil belajar dari kedua kelas tersebut mendukung kesimpulan uji hipotesis.
Ekuivalen: Studi Perbandingan Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Superitem dan Problem Solving terhadap Hasil Belajar Peserta Didik
339
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan evaluasi hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik yang mendapatkan pendekatan superitem tidak lebih baik dibanding dengan peserta didik yang mendapatkan pendekatan problem solving pada pokok bahasan bangun ruang kelas VIII SMP Negeri 5 Kaliwiro tahun pelajaran 2013/2014. Dari hasil penelitian ini ada beberapa saran yang dapat disampaikan peneliti, yaitu: 1) Pada pokok bahasan bangun ruang di kelas VIII SMP Negeri 5 Kaliwiro, pembelajaran dengan pendekatan problem solving lebih dianjurkan daripada pendekatan superitem karena hasil belajar peserta didik yang mendapatkan pendekatan superitem tidak lebih baik dibanding dengan peserta didik yang mendapatkan pendekatan problem solving. 2) Dalam pembelajaran metematika hendaknya peserta didik dibiasakan untuk menyelesaikan latihan soal yang lebih beragam dan memperbanyak memberikan latihan pemecahan masalah yang dapat menumbuhkan kreatifitas berpikir dan bernalar, serta dapat mengembangkan atau meningkatkan konsep materi. DAFTAR PUSTAKA Biggs and Collis. Studi Tentang Struktur Hasil Belajar dengan Tes yang Disusun dalam Bentuk Superitem. Diunduh dari Http://gofargazza-ghofarismail.blogspot.com /2012/09/pembelajaran-matematika-dengan-tugas.html pada tanggal 2 Januari 2014. Darminto, Bambang Priyo. 2010. Diktat Kuliah Strategi Belajar Mengajar Universitas Muhammadiyah Purworejo. Purworejo (tidak dipublikasikan) Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
340
Ekuivalen: Studi Perbandingan Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Superitem dan Problem Solving terhadap Hasil Belajar Peserta Didik