perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN RENANG GAYA DADA 50 M PADA MAHASISWA PEMBINAAN PRESTASI RENANG JPOK FKIP UNS TAHUN 2012 (Studi Eksperimen Latihan Knee-Tuck Jump dan Double Leg Box Bound di Pembinaan Prestasi Renang JPOK FKIP UNS)
SKRIPSI
Oleh YULINGGA NANDA HANIEF K5608028
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user Juli 2012 i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Yulingga Nanda Hanief
NIM
: K5608028
Jurusan/Program Studi : JPOK/Pendidikan Kepelatihan Olahraga Menyatakan
bahwa
skripsi
saya
berjudul
“PENGARUH
LATIHAN
PLIOMETRIK DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN RENANG GAYA DADA 50 M PADA MAHASISWA PEMBINAAN PRESTASI RENANG JPOK FKIP UNS TAHUN 2012” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, 1 Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Yulingga Nanda Hanief
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN RENANG GAYA DADA 50 M PADA MAHASISWA PEMBINAAN PRESTASI RENANG JPOK FKIP UNS TAHUN 2012
Oleh :
YULINGGA NANDA HANIEF K5608028
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user Juli 2012 iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 5 Juli 2012
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Sugiyoto, M.Pd. NIP. 19541112 198403 1 001
Fadilah Umar, S.Pd., M.Or. NIP. 19720927 200212 1 001 commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.
Pada hari : Kamis Tanggal
: 5 Juli 2012
Tim Penguji Skripsi : Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. Agustiyanto, M. Pd.
.......................
Sekretaris
: Drs. Sarjoko Lelono, M.Kes.
Anggota I
: Drs. Sugiyoto, M.Pd.
.......................
Anggota II : Fadilah Umar, S. Pd., M.Or
Disahkan oleh : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Pembantu Dekan I,
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si NIP. 19660415 199103 1 002
......................
commit to user v
......................
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Yulingga Nanda Hanief. PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN RENANG GAYA DADA 50 M PADA MAHASISWA PEMBINAAN PRESTASI RENANG JPOK FKIP UNS TAHUN 2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui : (1) Pengaruh latihan knee-tuck jump dan double leg box bound terhadap kecepatan renang gaya dada 50 meter pada mahasiswa pembinaan pretasi renang JPOK FKIP UNS tahun 2012. (2) Pengaruh panjang tungkai terhadap kecepatan renang gaya dada 50 meter antara mahasiswa yang memiliki tungkai panjang dengan mahasiswa yang memiliki tungkai pendek pada mahasiswa pembinaan pretasi renang JPOK FKIP UNS tahun 2012. (3) Interaksi antara latihan pliometrik dan panjang tungkai terhadap kecepatan renang gaya dada 50 meter pada mahasiswa pembinaan pretasi renang JPOK FKIP UNS tahun 2012. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Pembinaan Prestasi Renang JPOK FKIP UNS tahun 2012 berjumlah 28 orang. Dari jumlah populasi 28 orang dilakukan tes dan pengukuran panjang tungkai dimana hasil tes dan pengukuran panjang tungkai diklasifikasikan menjadi dua yaitu tungkai panjang dan tungkai pendek. Teknik pengumpulan data dengan tes dan pengukuran panjang tungkai Ismaryati (2008: 100) dan tes renang gaya dada 50 meter dari FINA hand book (2009-2013). Teknik analisis data yang digunakan adalah ANAVA 2 X 2 dan uji Newman Keuls. Hasil penelitian : Hasil penelitian diperoleh nilai reliabilitas tes awal kecepatan renang gaya dada 50 meter mahasiswa Pembinaan Prestasi Renang JPOK FKIP UNS tahun 2012 adalah 0,963 dan nilai tes akhir kecepatan renang gaya dada 50 meter mahasiswa Pembinaan Prestasi Renang JPOK FKIP UNS tahun 2012 adalah 0,981. Dari uji normalitas diperoleh nilai Lhitung pada tes awal kelompok 1, kelompok 2, kelompok 3, kelompok 4 dan nilai Lhitung pada tes akhir kelompok 1, kelompok 2, kelompok 3, kelompok 4 lebih kecil dari nilai Ltabel dengan taraf signifikansi 5%, sehingga disimpulkan bahwa data tes awal dan tes akhir kelompok 1, kelompok 2, kelompok 3 dan kelompok 4 berdistribusi normal. Dari uji homogenitas diperoleh nilai χ2hitung dari tes awal dan tes akhir lebih kecil dari χ2tabel dengan taraf signifikansi 5%,sehingga disimpulkan bahwa kelompok 1, kelompok 2, kelompok 3 dan kelompok 4 memiliki varians yang homogen. Berdasarkan hasil analisis varians dua faktor, dari 4 kelompok yang diberi perlakuan latihan pliometrik diperoleh nilai Fo sebesar 5,9841 lebih besar dari Ft = 4,11 dengan taraf signifikansi 5%. Dari analisis lanjutan diketahui ternyata latihan double leg box bound memiliki peningkatan yang lebih baik terhadap kecepatan renang gaya dada 50 meter dengan nilai rata-rata yaitu 2,21. Sedangkan hasil analisis dua faktor pada kelompok mahasiswa berdasarkan klasifikasi panjang tungkai diperoleh nilai Fo = 4,7261 lebih besar dari Ft = 4,11 dengan taraf signifikansi 5%. Dari analisis lanjutan diketahui user panjang mempunyai peningkatan ternyata mahasiswa yang memilikicommit ukuran to tungkai vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang lebih baik terhadap kecepatan renang gaya dada 50 meter dengan nilai rata-rata yaitu 2.186 Sementara hasil analisis dua faktor interaksi antara kelompok latihan pliometrik dengan panjang tungkai diperoleh nilai Fo = 7,1676 lebih besar dari Ft = 4,11 dengan taraf signifikansi 5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa antara latihan pliometrik dan panjang tungkai, ada interaksi dalam peningkatan kecepatan renang gaya dada 50 meter. Kesimpulan penelitian ini adalah (1) Ada pengaruh antara latihan knee-tuck jump dan latihan double leg box bound terhadap kecepatan renang gaya dada 50 meter pada mahasiswa Pembinaan Prestasi Renang JPOK FKIP UNS tahun 2012. (2) Ada pengaruh panjang tungkai terhadap kecepatan renang gaya dada 50 meter antara mahasiswa yang memiliki tungkai panjang dengan mahasiswa yang memiliki tungkai pendek pada mahasiswa Pembinaan Prestasi Renang JPOK FKIP UNS tahun 2012 (3) Ada interaksi antara latihan pliometrik dan panjang tungkai tehadap kecepatan renang gaya dada 50 meter pada mahasiswa Pembinaan Prestasi Renang JPOK FKIP UNS tahun 2012. Kata kunci : latihan pliometrik, panjang tungkai, renang gaya dada 50 meter.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Yulingga Nanda Hanief. INFLUENCE OF PLIOMETRIK EXERCISE AND LEGS LENGTH TO THE 50 M BREAST STROKE SWIMMING SPEED IN SWIMMING COACHING ACCOMPLISHMENT STUDENTS OF JPOK FKIP UNS 2012. Thesis, teacher training and education faculty of sebelas maret university. July 2012. The purposes of this study were determining: (1) Influence of knee-tuck jump and double leg box bound exercises to the 50 meters breast stroke swimming speed in swimming coaching accomplishment students of JPOK FKIP UNS 2012. (2) Influence of legs length to the 50 meters breast stroke swimming speed between the students who have long legs and the students who have short legs in swimming coaching accomplishment students of JPOK FKIP UNS 2012. (3) The interaction between pliometrik exercise and legs length to the 50 meters breast stroke swimming speed in swimming coaching accomplishment students of JPOK FKIP UNS 2012. This study used an experimental method. The population in this study was swimming coaching accomplishment students of JPOK FKIP UNS 2012 amounted to 28 people. From the population of 28 people, it was conducted a test and measurement of legs length where the test results and the measurements were classified into two; long legs and short legs. Data collection techniques used was test and measurement of legs length Ismaryati (2008: 100) and a breast stroke swimming test of 50 meters FINA hand book (2009-2013). Data analysis technique used was ANAVA 2 X 2 and the Newman Keuls test. The results: The results was obtained by the reliability of the initial test of 50 meters breast stroke swimming speed in swimming coaching accomplishment students of JPOK FKIP UNS 2012 was 0.963 and the final test speed of 50 meters breast stroke swimming speed in swimming coaching accomplishment students of JPOK FKIP UNS 2012 was 0.981. From the normality test, it was obtained Lhitung of the initial test of group 1, group 2, group 3, group 4 and Lhitung at the end of the test of group 1, group 2, group 3, group 4 were smaller than Ltabel with significance level of 5%, so it was concluded that the initial test and the final test data of group 1, group 2, group 3 and group 4 were normally distributed. From the homogeneity test, it was obtained χ2hitung from the initial tests and final tests are smaller than χ2tabel with significance level of 5%, so it was concluded that group 1, group 2, group 3 and group 4 had a homogeneous variance. Based on the analysis results of two-factor variance of the four groups treated pliometrik exercise, it was obtained F0 of 5,9841 greater than Ft = 4,11 with a significance level of 5%. From further analysis it was known that double leg box bound exercises have a better improvement to the 50 meters breast stroke swimming speed with an average value is 2,21. While the results of two factor analysis on groups of students based on the classification of legs length, it was obtained F0 = 4,7261 ft = was greater than 4,11 with a significance level of 5%. From further analysis it was known that the students who have long legs had better increasing to the 50 meters breast stroke swimming speed with an average value of 2,186. While the results of two factor analysis of the interaction between the pliometrik exercise groups with long legs were obtained F0 = 7,1676 was greater than commit to user Ft = 4,11 with a significance level of 5%, so it can be concluded that the pliometrik viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
exercise and leg length, there were interactions in increasing of in 50 meters breast stroke swimming speed. Conclusions of this study were (1) There was an influence of knee-tuck jump and double leg box bound exercises to the 50 m breast stroke swimming speed in swimming coaching accomplishment students of JPOK FKIP UNS 2012. (2) There was an influence of legs length to the 50 meters breast stroke swimming speed between the students who have long legs and the students who have short legs in swimming coaching accomplishment students of JPOK FKIP UNS 2012. (3) There was an interaction between pliometrik exercise and legs length to the 50 meters breast stroke swimming speed in swimming coaching accomplishment students of JPOK FKIP UNS 2012. Key words: pliometrik exercise, legs length, 50 meters breast stroke swimming.
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga. ( HR. Muslim )
Sukses seringkali datang pada mereka yang berani bertindak dan jarang menghampiri penakut yang tidak berani mengambil konsekuensi. ( Jawaharlal Nehru )
Semangat bukanlah segalanya, tanpi tanpa semangat tidak akan ada segalanya. ( Penulis )
Kemampuan kita untuk berhasil didasarkan pada kesediaan kita untuk mengalami kegagalan. ( Penulis )
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk : ”Bapak dan Ibu” Doamu mengalir seperti mata air yang tidak pernah mengering, pengorbananmu seperti matahari yang tak pernah lelah menyinari bumi. Bapak, Ibu aku bangga memiliki kalian. ”Suesthi Maharani” Terima kasih karena senantiasa memberi inspirasi dengan perhatianmu, kasih sayangmu dan selalu menemaniku disaat aku sedang membutuhkan ketenangan. Terima kasih telah membantuku dengan sepenuh hatimu di kala aku jatuh dan terluka. ”Teman-teman RANDUBUTI” Terima kasih atas semangat, perjuangan dan kerjasamanya, semoga persahabatan kita tidak hanya di bukit bumi pertiwi, tetapi sampai puncak himalaya.
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberiilmu, inspirasi dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN RENANG GAYA DADA 50 METER PADA MAHASISWA PEMBINAAN PRESTASI RENANG JPOK FKIP UNS TAHUN 2012”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Jurusan Pendidikan olahraga dan Kesehatan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. H. Mulyono, MM selaku Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan 3. Drs. Agustiyanto, M.Pd selaku Ketua Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Drs. Sugiyoto, M.Pd. selaku pembimbing I, yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Fadilah Umar, S.Pd., M.Or. selaku pembimbing II, yang selalu memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Dosen pengampu Pembinaan Prestasi Renang yang telah memberikan ijin penelitian. 7. Rekan-rekan mahasiswa Pembinaan Prestasi Renang JPOK FKIP UNS tahun 2012 yang telah bersedia menjadi sampel penelitian. 8. Rekan POK ”08 yang telah membantu pelaksanaan penelitian. 9. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak commit to user mungkin disebutkan satu persatu. xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat bermanfaat.
Surakarta, 1 Juli 2012
Penulis,
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL...........................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................
ii
HALAMAN PENGAJUAN ................................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN ...........................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................
v
ABSTRAK ..........................................................................................................
vi
HALAMAN MOTTO .......................................................................................
x
HALAMAN PERSEMBAHAN .........................................................................
xi
KATA PENGANTAR .......................................................................................
xii
DAFTAR ISI .......................................................................................................
xiv
DAFTAR TABEL ...............................................................................................
xvii
DAFTAR GAMBAR . ........................................................................................
xix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................
xx
BAB
BAB
I. PENDAHULUAN ............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ..............................................................
1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................
5
C. Pembatasan Masalah ...................................................................
6
D. Perumusan Masalah ....................................................................
6
E. Tujuan Penelitian ........................................................................
7
F. Manfaat Penelitian ......................................................................
7
II. KAJIAN PUSTAKA .........................................................................
9
A. Kajian Teori ................................................................................
9
1. Renang Gaya Dada ................................................................
9
a. Pengertian Renang Gaya Dada........................................
9
b. Teknik Dasar Renang Gaya Dada ...................................
9
c. Faktor-Faktor Prestasi dalam Olahraga Renang ............. commit to user d. Sistem Metabolisme Otot Selama Latihan ......................
16
xiv
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Power ....................................................................................
19
a. Pengertian Power ............................................................
19
b. Jenis-Jenis Power ............................................................
20
c. Peranan Power Otot Tungkai dalam Renang Gaya Dada
21
3. Kecepatan ..............................................................................
25
a. Pengertian Kecepatan ......................................................
25
b. Macam-Macam Kecepatan..............................................
26
c. Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan ..........................
26
4. Latihan...................................................................................
27
a. Pengertian Latihan ...........................................................
27
b. Prinsip Latihan .................................................................
28
5. Latihan Pliometrik .................................................................
30
a. Prinsip Latihan Pliometrik ..............................................
31
b. Bentuk-Bentuk Latihan Pliometrik .................................
33
6. Latihan Knee-Tuch Jump ......................................................
33
7. Latihan Double Leg Box Bound ............................................
35
8. Panjang Tungkai....................................................................
36
a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Panjang Tungkai ....
38
b. Peranan Panjang Tungkai terhadap Kecepatan Renang Gaya Dada 50 Meter .................................................................
39
B. Kerangka Berpikir .......................................................................
40
C. Hipotesis......................................................................................
43
BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................
45
A. Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................
45
B. Rancangan/Desain Penelitian ......................................................
45
C. Populasi dan Sampel ...................................................................
47
D. Teknik Pengambilan Data ...........................................................
47
E. Teknik Analisis Data ...................................................................
48
BAB IV. HASIL PENELITIAN ........................................................................
54
A. Deskripsi Data ............................................................................. commit to user B. Pengujian Persyaratan Analisis ...................................................
54
xv
57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Pengujian Hipotesis .....................................................................
58
D. Pembahasan Hasil Analisis Data .................................................
61
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ..........................................
66
A. Simpulan .....................................................................................
66
B. Implikasi ......................................................................................
67
C. Saran ............................................................................................
67
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
69
LAMPIRAN ........................................................................................................
71
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1
Model Analisis Untuk Anava Dua Jalan (Rancangan Faktorial 2x2) ........... 46
Tabel 2 Ringkasan ANAVA Untuk Eksperimen Faktorial 2X2 ............................... 50 Tabel 3 Ringkasan Angka-Angka Statistik Deskripsi Data Hasil Kecepatan Renang Gaya Dada 50 Meter Tiap Kelompok Berdasarkan Perlakuan ........ 54 Tabel 4 Hasil Uji Normalitas dengan Liliefors .......................................................... 58 Tabel 5 Hasil Uji Homogenitas dengan Uji Barlett ................................................... 58 Tabel 6 Ringkasan Nilai Rerata Kecepatan Renang Gaya Dada 50 Meter Berdasarkan Bentuk Latihan dan Kategori Ukuran Panjang Tungkai Sebelum dan Sesudah Perlakuan ................................................................... 59 Tabel 7 Ringkasan Keseluruhan Hasil Analisis Varians Dua Faktor......................... 59 Tabel 8
Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman Keuls ............................................... 60
Tabel 9 Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama dan Interaksi Faktor Utama terhadap Peningkatan Hasil Kecepatan Renang Gaya Dada 50 Meter ......... 66 Tabel 10 Data Hasil Tes Panjang Tungkai Mahasiswa PP Renang JPOK FKIP UNS Tahun 2012 ................................................................................................... 82 Tabel 11 Rekapitulasi Data Hasil Tes Panjang Tungkai beserta Klasifikasinya ......... 83 Tabel 12 Data Tes Awal Kecepatan Renang Gaya Dada 50 Meter ............................. 84 Tabel 13 Data Tes Akhir Kecepatan Renang Gaya Dada 50 Meter............................. 85 Tabel 14
Rekapitulasi Data Panjang Tungkai beserta Klasifikasinya ........................ 86
Tabel 15 Rekapitulasi Data Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kecepatan Renang Gaya Dada 50 Meter Klasifikasi Panjang Tungkai beserta Pembagian Sampel ke Sel-Sel ...................................................................................................... 87 Tabel 16 Rekapitulasi Data Tes Awal dan Tes Akhir Kecepatan Renang Gaya Dada 50 M pada Kelompok 1 (Kelompok Latihan Knee-Tuck Jump) ................... 88 Tabel 17 Rekapitulasi Data Tes Awal dan Tes Akhir Kecepatan Renang Gaya Dada 50 M pada Kelompok 2 (Kelompok Latihan Double Leg Box Bound)......... 89 Tabel 18
Tabel Kerja untuk Menghitung Reliabilitas Hasil Tes Awal Renang 50 Meter Gaya Dada .................................................................................... 90 commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 19 Tabel Kerja untuk Menghitung Reliabilitas Hasil Tes Akhir Renang 50 Meter Gaya Dada .......................................................................................... 93 Tabel 20 Tabel Kerja untuk Menghitung Nilai Homogenitas dan Analisis Varians ... 97 Tabel 21 Hasil Penghitungan Data untuk Uji Homogenitas dan Analisis Varians ...... 98 Tabel 22 Tabel Harga-Harga yang Diperlukan untuk Uji Bartlet................................ 103 Tabel 23 Tabel Ringkasan Hasil Analisis Varians ....................................................... 104 Tabel 24 Hasil Rentang Newman-Keuls Setelah Anava .............................................. 107
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Posisi Badan Streamline............................................................................. 10 Gambar 2 Gerak Kaki Gaya Dada .............................................................................. 11 Gambar 3 Gerakan Lengan Gaya Dada ...................................................................... 12 Gambar 4 Pola Gerakan Lengan Gaya Dada .............................................................. 14 Gambar 5 Pernapasan Gaya Dada ............................................................................... 15 Gambar 6 Gerak Keseluruhan Gaya Dada .................................................................. 16 Gambar 7 Quadriceps Femoris Group ....................................................................... 23 Gambar 8 Hamstring Group ....................................................................................... 23 Gambar 9 Lateral Aspect of Leg ................................................................................. 24 Gambar 10 Posterior Aspect of Leg .............................................................................. 24 Gambar 11 Flexor Digitorum Longus dan Flexor Hallucis Longus ............................. 25 Gambar 12 Latihan Knee-Tuck Jump............................................................................ 34 Gambar 13 Latihan Double Leg Box Bound ................................................................. 35 Gambar 14 Pengukuran Panjang Tungkai..................................................................... 37 Gambar 15 Histogram Perbandingan Nilai Rata-Rata Kecepatan Renang Gaya Dada 50 Meter pada Tes Awal, Tes Akhir tiap Kelompok Berdasarkan Perlakuan dan Kategori Panjang Tungkai .................................................. 56 Gambar 16 Histogram Perbandingan Nilai Rata-Rata Peningkatan Hasil Kecepatan Renang Gaya Dada 50 Meter tiap Kelompok Perlakuan ........................... 57 Gambar 17 Bentuk Interaksi Nilai Peningkatan Kecepatan Renang Gaya Dada 50 Meter .......................................................................................................... 64 Gambar 18 Petunjuk Pelaksanaan Tes dan Pengukuran Panjang Tungkai ................... 80 Gambar 19 Dokumentasi Penelitian ............................................................................. 108
commit to user xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
Lampiran 1 Program Latihan Knee-Tuck Jump .......................................................... 72 Lampiran 2 Program Latihan Double Leg Box Bound ............................................... 74 Lampiran 3 Program Latihan Teknik Renang Gaya Dada ......................................... 76 Lampiran 4 Petunjuk Pelaksanaan Tes dan Pengukuran Kecepatan Renang Gaya Dada 50 meter (FINA hand book 2009-2013) ........................................ 78 Lampiran 5 Petunjuk Pelaksanaan Tes dan Pengukuran Panjang Tungkai ................ 80 Lampiran 6 Waktu Penelitian ..................................................................................... 81 Lampiran 7 Data Hasil Tes Panjang Tungkai Mahasiswa PP Renang JPOK FKIP UNS Tahun 2012 .................................................................................... 82 Lampiran 8 Rekapitulasi Data Hasil Tes Panjang Tungkai beserta Klasifikasinya ... 83 Lampiran 9 Data Tes Awal Kecepatan Renang Gaya Dada 50 Meter ....................... 84 Lampiran 10 Data Tes Akhir Kecepatan Renang Gaya Dada 50 Meter....................... 85 Lampiran 11 Rekapitulasi Data Panjang Tungkai beserta Klasifikasinya ................... 86 Lampiran 12 Rekapitulasi Data Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kecepatan Renang Gaya Dada 50 Meter Klasifikasi Panjang Tungkai beserta Pembagian Sampel ke Sel-Sel ................................................................................... 87 Lampiran 13 Rekapitulasi Data Tes Awal dan Tes Akhir Kecepatan Renang Gaya Dada 50 M pada Kelompok 1 (Kelompok Latihan Knee-Tuck Jump).... 88 Lampiran 14 Rekapitulasi Data Tes Awal dan Tes Akhir Kecepatan Renang Gaya Dada 50 M pada Kelompok 2 (Kelompok Latihan Double Leg Box Bound) ..................................................................................................... 89 Lampiran 15 Uji Reliabilitas Tes Awal Dengan Anava ............................................... 90 Lampiran 16 Uji Reliabilitas Tes Akhir Dengan Anava .............................................. 93 Lampiran 17 Tabel Kerja untuk Menghitung Nilai Homogenitas dan Analisis Varians ..................................................................................................... 97 Lampiran 18 Hasil Penghitungan Data untuk Uji Homogenitas dan Analisis Varians 98 Lampiran 19 Uji Normalitas Data dengan Metode Lilliefors ....................................... 99 commit to user Lampiran 20 Uji Homogenitas Data dengan Uji Bartlet .............................................. 103 xx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 21 Analisi Varians ........................................................................................ 104 Lampiran 22 Uji Rata-Rata Rentang Newman-Keuls .................................................. 106 Lampiran 23 Dokumentasi Penelitian .......................................................................... 108
commit to user xxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Olahraga merupakan bagian dari kehidupan manusia. Dengan berolahraga kesegaran jasmani atau kondisi fisik seseorang dapat ditingkatkan sehingga untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Melalui kegiatan olahraga dapat membentuk manusia yang sehat jasmani dan memiliki watak disiplin serta sportif yang pada akhirnya akan membentuk manusia yang berkualitas. Perkembangan olahraga di Indonesia dewasa ini terasa semakin maju, hal ini tidak terlepas dari peran serta masyarakat yang semakin sadar dan mengerti arti penting dan fungsi olahraga itu sendiri, disamping adanya perhatian serta dukungan pemerintah juga menunjang perkembangan olahraga di Indonesia. Dalam melaksanakan olahraga manusia mempunyai tujuan yang berbeda, hal ini karena masing-masing manusia melakukan olohraga sesuai dengan tujuan yang diinginkannya. Ada empat dasar yang menjadi tujuan seseorang melakukan kegiatan olahraga. Pertama, adalah mereka yang
melakukan olahraga untuk
rekreasi, yaitu olahraga pengisi waktu luang. Kegiatan olahraga dilakukan dengan penuh kegembiraan, santai, semua berjalan dengan tidak formal baik tempat, sarana maupun peraturannya. Kegiatan bertujuan untuk penyegaran kembali baik fisik, maupun mental. Kedua, adalah mereka yang melakukan kegiatan olahraga untuk mencapai tujuan pendidikan, seperti olahraga di sekolah-sekolah yang diasuh oleh guru olahraga. Olahraga yang dilakukan adalah formal dengan tujuan mencapai sasaran pendidikan nasional. Kegiatan olahraga ini tercantum dalam kurikulum sekolah dan disajikan dengan mengacu pada tujuan pembelajaran umum dan pembelajaran khusus yang cukup jelas. Ketiga, adalah mereka yang melakukan kegiatan olahraga untuk tujuan penyembuhan penyakit atau pemulihan commit to user sakit. 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 Olahraga dengan tujuan penyembuhan penyakit atau pemulihan sakit. Olahraga dengan tujuan tersebut dikenal dengan nama olahraga rehabilitasi. Kegiatan olahraga ini dilakukan oleh orang yang menderita sakit atau oleh orang yang telah sembuh dari sakit untuk pemulihan dengan pengawasan dari petugas tertentu (dokter) atau instruktur olahraga. Keempat, adalah
mereka yang
melakukan kegiatan olahraga untuk tujuan prestasi setinggi-tingginya. Dengan prestasi atlet mendapatkan imbalan jasa berupa materi atau penghargaan. Olahraga dengan tujuan ini dalam proses memerlukan dukungan atau syarat-syarat tertentu. Syarat atau faktor yang diperlukan untuk mencapai prestasi optimal meliputi (1) pengembangan fisik, (2) pengembangan teknik, (3) pengembangan mental, (4) kematangan juara (M. Sajoto, 1995:7) Dalam setiap cabang olahraga tentunya memiliki komposisi kebutuhan fisik yang beragam dan juga setiap anggota tubuh atlet memiliki beragam peranan penting dalam mencapai sebuah prestasi. Pada cabang olahraga renang dituntut memiliki berbagai macam kekuatan untuk mendorong, mendayung dan lain sebagainya. Khususnya renang gaya dada, tungkai merupakan dorongan yang utama dibanding dengan dorongan lengan. Untuk memperoleh dorongan yang kuat memerlukan power tungkai yang kuat. Kekuatan gerakan utama diperoleh dari otot – otot ekstensor dari lutut dan ekstensor dari pinggul. Power merupakan unsur dasar yang menunjang dalam ketrampilan gerak serta menghasilkan gerakan yang kuat dan cepat. Power terutama pada otot tungkai akan berpengaruh terhadap kecepatan dorongan tungkai pada gaya dada. Semakin besar power otot tungkai akan semakin besar pula daya dorong dan kecepatan dalam melakukan dorongan atau luncuran. Bentuk latihan untuk meningkatkan power otot pada tungkai sangat banyak macamnya antara lain weight training, pliometrik, interval training, repetition training. Salah satu bentuk latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan renang gaya dada 50 meter adalah pliometrik. Latihan yang dapat diterapkan untuk meningkatkan power otot tungkai adalah latihan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3 knee-tuck jump dan double leg box bound, karena latihan tesebut memiliki ciri gerak yang hampir sama dengan gerakan kaki gaya dada. Latihan knee-tuck jump dilakukan pada permukaan yang rata dan berpegas seperti rumput, matras atau keset. Latihan ini dilakukan dalam suatu rangkaian loncatan eksplosif yang cepat. Bentuk latihan ini sangat baik untuk meningkatkan power otot tungkai dalam meningkatkan kemampuan renang gaya dada 50 meter. Latihan double leg box bound merupakan latihan meloncat ke atas kotak dengan ketinggian tertentu kemudian mendarat dari atas kotak dan mulai meloncat lagi ke atas kotak. Penggunaan kotak ini memberikan beban lebih (overload) pada otot – otot tungkai dan pinggul. Latihan ini memerlukan banyak stabilitas punggung bagian bawah dan daerah togok. Kedua bentuk latihan tersebut sama – sama memiliki pengaruh yang baik dalam meningkatkan power otot tungkai, sehingga akan berpengaruh pula pada kecepatan renang gaya dada 50 meter. Disisi lain, kecepatan renang gaya dada 50 meter tidak hanya dipengaruhi oleh bentuk latihan yang diterapkan. Faktor individu (atlet/mahasiswa) sangat menentukan terhadap penguasaan ketrampilan yang
dipelajari.
Yusuf
Adisasmita
dan
Aip
Syarifuddin
(1996:
70)
berpendapat,”…untuk tercapainya suatu puncak prestasi dalam bidang olahraga, sumbangan yang terbesar bersumber dari atlet, meskipun ada faktor-faktor lain yang menjadi pendukung mempunyai peran yang penting juga. Diperkirakan sumbangan yang bersumber dari atlet adalah 60-70% dan factor penunjang lainnya 30-40%”. Faktor yang terdapat pada individu atau mahasiswa ini sangat kompleks, seperti kemampuan fisik, mental, semangat latihan, postur tubuh dan lain sebagainya. Postur tubuh merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung pencapaian prestasi olahraga, termasuk kecepatan renang gaya dada 50 meter. M. Sajoto (1995: 11) menyatakan,”Salah satu aspek dalam mencapai prestasi dalam olahraga adalah aspek biologis yang meliputi struktur dan postur tubuh yaitu: (1) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 ukuran tinggi dan panjang tungkai, (2) ukuran besar, lebar dan berat badan, (3) somatotype (bentuk tubuh)”. Setiap cabang olahraga pada umumnya menuntut postur tubuh yang ideal sesuai tuntutan dari cabang olahraga yang dipelajari agar mampu meraih prestasi yang tinggi. Demikian halnya dalam cabang olahraga renang, atlet renang yang ideal harus memiliki postur tubuh yang tinggi, atletis disertai otot-otot yang kuat. Postur tubuh yang tinggi sudah tentu disertai segmen-segmen tubuh yang panjang seperti tungkai dan lengannya. Segmen-segmen tubuh yang panjang seperti tungkai dan lengan dapat mendukung penampilan seorang atlet yang membutuhkan
segmen-segmen
tersebut
seperti,
mendayung,
mendorong,
melompat dan lain-lain. Ditinjau dari analisa gerakan tungkai renang gaya dada, proporsi tungkai yang dimilki seorang atlet renang harus dimanfaatkan seoptimal mungkin pada teknik yang benar. Apakah benar tungkai yang panjang memiliki pengaruh terhadap kecepatan renang gaya dada 50 meter yang lebih baik, jika dibandingkan dengan atlet yang tungkainya pendek. Untuk mengetahui hal ini, maka perlu dibuktikan kebenarannya, karena kecepatan renang gaya dada 50 meter tidak hanya dipengaruhi oleh proporsi tungkai saja, melainkan masih ada faktor lainnya seperti penguasaan teknik berenang yang benar, mental, kemampuan fisik dan lain sebagainya. Untuk mengetahui bentuk latihan mana yang lebih baik pengaruhnya antara latihan knee-tuck jump dan double leg box bound, serta pengaruh panjang tungkai terhadap kecepatan renang gaya dada 50 meter, maka perlu dikaji dan diteliti secara lebih mendalam baik secara teori maupun praktik melalui penelitian eksperimen. Mahasiswa Pembinaan Prestasi Renang (PP Renang) JPOK FKIP UNS tahun 2012 adalah sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Salah satu sisi menarik untuk mengambil sampel penelitian pada mahasiswa Pembinaan Prestasi commitUNS to user Renang (PP Renang) JPOK FKIP tahun 2012 yaitu, dalam setiap
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5 perlombaan renang, mahasiswa yang mengikuti pembinaan prestasi renang hanya sebagian yang mendapat juara. Pada renang gaya dada dengan menempuh jarak 50 meter memerlukan suatu bentuk latihan yang tepat. Tanpa latihan yang tersusun, terprogram dalam mencapai sebuah prestasi dan kondisi fisik yang baik sangatlah tidak memungkinkan, sehingga untuk memperoleh hal tersebut perlu latihan yang tersusun dan terprogram. Dengan penyusunan program latihan yang tepat, diharapkan dapat mencapai hasil yang maksimal setelah menjalani proses latihan. Selain itu, memanfaatkan segmen tubuh (panjang tungkai) dalam melakukan renang gaya dada 50 meter juga sangat penting. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh latihan knee-tuck jump dan double leg box bound serta pengaruh panjang tungkai terhadap kecepatan renang gaya dada 50 meter, perlu dilakukan penelitian dengan judul, “Pengaruh Latihan Pliometrik dan Panjang Tungkai Terhadap Kecepatan Renang Gaya Dada 50 Meter Pada Mahasiswa Pembinaan Prestasi Renang JPOK FKIP UNS Tahun 2012”.
B. Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti dapat mencari identifikasi masalah yang terjadi antara lain : 1. Minimnya prestasi yang diraih oleh mahasiswa pada Pembinaan Prestasi Renang JPOK FKIP UNS. 2. Prestasi renang gaya dada 50 meter pada Pembinaan Prestasi Renang perlu ditingkatkan. 3. Belum diketahui pengaruh latihan knee-tuck jump dan latihan double leg box bound terhadap kecepatan renang gaya dada 50 meter pada mahasiswa Pembinaan Prestasi Renang JPOK FKIP UNS tahun 2012. 4. Belum diketahui pengaruh panjang tungkai terhadap kecepatan renang gaya dada 50 meter pada mahasiswa Pembinaan Prestasi Renang JPOK FKIP UNS commit to user tahun 2012.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6 5. Perlu diketahui kecepatan renang gaya dada 50 meter pada mahasiswa Pembinaan Pretasi Renang JPOK FKIP UNS tahun 2012.
C. Pembatasan Masalah Agar isi dari pembahasan penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan penelitian, maka permasalahan dalam identifikasi masalah ini dibatasi sebagai berikut: 1. Pengaruh latihan knee-tuck jump dan double leg box bound untuk meningkatkan kecepatan renang gaya dada dengan jarak 50 meter pada mahasiswa Pembinaan Prestasi Renang JPOK FKIP UNS tahun 2012. 2. Pengaruh panjang tungkai terhadap kecepatan renang gaya dada 50 meter pada mahasiswa Pembinaan Prestasi Renang JPOK FKIP UNS tahun 2012. 3. Interaksi antara latihan pliometrik dan panjang tungkai terhadap kecepatan renang gaya dada 50 meter pada mahasiswa Pembinaan Prestasi Renang JPOK FKIP UNS tahun 2012.
D. Perumusan Masalah Dari pembatasan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dapat ditarik rumusan masalah yang akan menjadi fokus analisis dalam penelitian ini. Perumusan masalah yang penulis ajukan adalah sebagai berikut : 1. Adakah pengaruh latihan knee-tuck jump dan double leg box bound terhadap peningkatan kecepatan renang gaya dada 50 meter pada mahasiswa Pembinaan Pretasi Renang JPOK FKIP UNS tahun 2012? 2. Adakah pengaruh panjang tungkai terhadap kecepatan renang gaya dada 50 meter antara mahasiswa yang memiliki tungkai panjang dengan mahasiswa yang memiliki tungkai pendek pada mahasiswa Pembinaan Pretasi Renang JPOK FKIP UNS tahun 2012? commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7 3. Adakah interaksi antara latihan pliometrik dan panjang tungkai terhadap kecepatan renang gaya dada 50 meter pada mahasiswa Pembinaan Prestasi Renang JPOK FKIP UNS tahun 2012?
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan beberapa permasalahan yang dirumuskan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Pengaruh latihan knee-tuck jump dan double leg box bound terhadap peningkatan kecepatan renang gaya dada 50 meter
pada mahasiswa
Pembinaan Pretasi Renang JPOK FKIP UNS tahun 2012. 2. Pengaruh panjang tungkai terhadap kecepatan renang gaya dada 50 meter antara mahasiswa yang memiliki tungkai panjang dengan mahasiswa yang memiliki tungkai pendek pada mahasiswa Pembinaan Pretasi Renang JPOK FKIP UNS tahun 2012. 3. Interaksi antara latihan pliometrik dan panjang tungkai terhadap kecepatan renang gaya dada 50 meter pada mahasiswa Pembinaan Pretasi Renang JPOK FKIP UNS tahun 2012.
F. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pembaca dimana penelitian ini mempunyai kegunaan sebagai berikut : 1. Dapat membantu mahasiswa Pembinaan Pretasi Renang JPOK FKIP UNS untuk meningkatkan kecepatan renang gaya dada 50 meter menjadi lebih baik. 2. Dapat dijadikan sebagai masukan dan pedoman bagi Pembina dan pelatih Pembinaan Prestasi Renang JPOK FKIP UNS pentingnya bentuk latihan yang baik dan tepat untuk meningkatkan kecepatan renang gaya dada 50 meter. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 3. Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menentukan dan memilih bentuk latihan yang lebih baik dan efektif untuk meningkatkan kecepatan renang gaya dada 50 meter untuk atletnya. 4. Dapat dijadikan sebagai pengetahuan bagi penulis pentingnya bentuk latihan yang baik dan tepat untuk meningkatkan kecepatan renang gaya dada 50 meter.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Renang Gaya Dada
a. Pengertian Renang Gaya Dada Renang gaya dada sering disebut juga renang gaya katak. Sebutan ini dikarenakan renang gaya dada tersebut mirip sekali dengan gerakan katak pada waktu berenang. Gaya dada dipakai sebagai terjemahan dari breast stroke. Gaya dada sekarang ini telah mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yaitu dengan menggunakan teori baling-baling yang berdasarkan hukum Bernoulli. Kaki dalam gaya dada menjadi efektif karena berfungsi sebagai propeller ( baling-baling ). Menurut PRSI/ FINA mengenai batasan-batasan renang gaya dada yang dikutip oleh Dumadi dan Kasiyo Dwijowinoto (1980 : 104) Suatu gaya renang yang sejak dimulainya dayungan lengan yang pertama sesudah start dan sesudah pembalikan badan harus telungkup dan kedua bahu segaris dengan air. Semua gerakan lengan selamanya harus serempak dan dalam bidang horizontal yang sama, tanpa gerakan bergantian. Kedua lengan harus didorong ke depan bersama-sama dari dada, lalu ditarik ke belakang dibawah permukaan air. Gerakan kedua tungkai harus serempak dalam bidang horizontal yang sama. Pada waktu mendorong tungkai, kedua tungkai harus diarahkan keluar pada saat ke belakang. Dalam satu gerakan keseluruhan, sebagian kepala harus memecah permukaan air pada saat kedua lengan ditarik ke belakang. Renang gaya dada memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan renang gaya lain. Renang gaya dada biasa digunakan dengan waktu yang relatif lama dengan pengeluaran energi yang sedikit. Renang gaya dada ini juga memungkinkan perenang melihat ke depan untuk melihat jarak yang masih harus ditempuh dan teknik pernafasan yang cukup sederhana. Selain dipertandingkan, gaya ini paling sering digunakan untuk memberikan pertolongan, menyelam, berenang di air yang berombak dan lain sebagainya. b. Teknik Dasar Renang Gaya commit Dada to user 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 Gerakan kaki merupakan unsur terpenting untuk mendapatkan hasil yang baik dalam renang gaya dada. Gerakan lengan tidak banyak mengalami perubahan yang berarti dengan perbedaan pada gerakan menarik menjadi sedikit lebih panjang disebabkan kedua bahu terangkat. Dalam pelaksanaan renang gaya dada ada beberapa unsur atau bagian yang harus diperhatikan. Bagian-bagian tersebut antara lain : 1) Posisi badan 2) Gerakan kaki 3) Gerakan lengan 4) Pernapasan 5) Koordinasi gerakan keseluruhan Bagian-bagian dalam renang gaya dada tersebut perlu diperhatikan, agar hasilnya lebih optimal. Bagian – bagian renang gaya dada diuraikan sebagai berikut :
1) Posisi Badan Posisi badan untuk setiap renang termasuk gaya dada adalah menempatkan badan sehorisontal mungkin dengan permukaan air (streamline). Pada renang gaya dada posisi badan harus diperhatikan, tidak hanya pada satu posisi badan melainkan urutan beberapa posisi badan. Badan beserta seluruh anggota badan dalam keadaan rileks. Maksudnya agar tidak mengeluarkan tenaga yang tidak ada gunanya. Selain itu mempermudah badan terapung dipermukaan air.
Gambar 1 Posisi Badan Streamline commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 2) Gerakan Kaki Setelah kehidupan renang gaya dada cara menjepit dan renang gaya dada cara cambuk berlangsung sekian lama, maka muncul renang gaya dada cara baling-baling yang disebut juga dengan renang gaya dada propeller dimana tungkai menggunakan pola dan teknik gerak propeller. Gerakan dimulai dari posisi meluncur kedua tungkai kaki lurus rapat kemudian melipatkan kedua tungkai ke bawah sampai menempel paha. Telapak kaki selama tarikan tetap menghadap ke atas. Kemudian membuka tungkai bawah dan telapak kaki. Setelah tungkai bawah dibuka, kemudian merapatkan dan meluruskan seluruh tungkai menjadi sikap lurus serta bertahan dalam posisi badan lurus atau streamline. Gerakan dorongan kaki merupakan sumber daya dorong ke depan yang paling dominan dalam renang gaya dada. Drs. Ermat S, M.Kes. dan Drs. Adang S, MA. (2004 : 104) mengemukakan bahwa “idealnya, gerakan kaki dalam gaya dada dapat menyumbangkan sekurangnya 50% dari kecepatan renangan yang dihasilkan. Bila gerakan kaki ini dapat dilakukan dengan lebih kuat dan baik, kontribusi gerakan kaki ini bisa lebih dari setengahnya untuk berprestasi”.
Gambar 2 Gerak Kaki Gaya Dada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 3) Gerakan lengan Gerakan lengan dalam gaya dada agak pendek. Gerakan lengan ini menghasilkan daya dorong yang lebih kecil jika dibandingkan dengan daya dorong yang dihasilkan dari gerakan kaki. Gerakan lengan gaya dada hanya terdiri dari menarik (pull) dan memulihkan (recovery). Tarikan lengan pada gaya dada di mulai dengan awal tarikan yang dalam sekitar 12 cm sampai 15 cm dibawah permukaan air. Jika perenang memulai tarikannya pada permukaan, ada kecenderungan untuk naik terlalu tinggi dan tenaga akan dihamburkan dalam gerakan naik turun.
Gambar 3 Gerakan Lengan Gaya Dada Empat gambar menunjukkan tarikan dari tiga juara renang gaya dada ketika kedua lengannya pada bentangan yang terlebar dari gerakannya dan ketika mereka dalam posisi baik untuk mendorong air ke belakang. Selama peluncuran kedua lengannya dalam posisi sedemikian sehingga hamper bersentuhan, dengan siku-siku terentang sepenuhnya dan telapak tangan diputar secara diagonal kesamping dalam persiapan untuk menarik. Setelah gerakan tungkai selesai dan commit to user perenang merasa kecepatan lajunya sedikit berkurang, ia membiarkan kedua
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 lengannya mulai membentang tanpa banyak menggunakan tenaga otot. Ketika kedua lengannya berpisah dengan kedua siku masih lurus kedua lengan itu mulai bergerak secara diagonal ke arah luar dan bawah. Ketika kedua lengan tangan berjarak kira-kira 12 inci, siku-sikunya mulai sedikit menekuk dan lengan bagian atas memutar ketengah, seperti tarikan dalam gaya bebas dan kupu-kupu. Gambar-gambar ini menunjukkan pola yang dilukiskan oleh jari tangan ketika lengan ditarik dan kemudian di kembalikan. a) Chet Jamstremski menunjukkan mekanika tarikan lengan yang hamper sempurna. Dia tidak menjatuhkan kedua sikunya atau membawa kedekat tulang rusuknya seperti dalam ilustrasi C. b) Tom
Trethewey
keefektifan
kehilangan
dalam
beberapa
tarikannya
karena
menjatuhkan kedua sikunya. Pemulihan lengannya
dilakukan
dengan
kedua
tangannya didorong kedepan selebar bahu dan bukannya saling berdekatan, seperti dalam ilustrasi B. c) Catie Ball, pemegang medali perak dalam olimpiade tahun 1964 pada 200 meter gaya dada. Dia tidak mempunyai kekuatan lengan untuk menarik dengan betul, seperti kebanyakan menjatuhkan
wanita kedua
dan
akibatnya
sikunya
dan
menariknya ke tulang rusuknya. Tindakan ini mengakibatkan hilangnya keefektifan. Akibatnya, Dia bergantung pada gerak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 tungkai sebagai sumber utama dorongan, seperti sebagian wanita. Gambar 4 Pola Gerakan Lengan Gaya Dada Ketika perenang menarik ke belakang, ia membentuk pola berbentuk hati dengan kedua tangannya. Gambar di atas menunjukkan pola ini dari tiga perenang gaya dada yang baik, jika dilihat langsung dari bawah. Kedua siku tidak boleh melewati bidang bahu selama tarikan. Apabila perenang gerakannya mulai melakukan rotasi kesamping dan menarik ke garis tengah badan (adduction) dari lengan bagian atas dapat menyebabkan kedua siku jatuh di belakang garis ini.
4) Pernapasan Cara mengambil nafas pada setiap gerakan renang gaya dada adalah ketika lengan melakukan gerakan mendayung kedalam dan kembali kemuka, kepala diangkat kedepan untuk mengambil napas. Dalam pengambilan nafas diusahakan pandangan mata melihat kedepan sehingga mulut keluar dari permukaan air. Setelah mengambil napas kepala turun kembali dan melakukan pengeluaran udara. Naik dan turunnya kepala secukupnya, sehingga sikap streamline tetap terjaga.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
Gambar 5 Pernapasan Gaya Dada Kepala dalam gaya dada harus diangkat hanya cukup tinggi untuk memungkinkan perenang mengambil nafas (ilustrasi A – diambil dari belakang, dan ilustrasi B – dari depan), kemudian kepala harus diturunkan (ilustrasi C – dari depan) dengan menekuk leher sehingga kepala hampir tidak terbenam. Perenang harus melakukan suatu usaha untuk tidak menarik bahu dan kepala tinggi di atas permukaan air. Pengangkatan kepala harus dilakukan dalam tempo yang tetap, seimbang dengan ritme dengan tarikan lengan, dengan turunnya kepala, terjadilah kekuatan yang lebih besar dari pada pengangkatan kepala. Penurunan kepala juga seirama dengan pemulihannya lengan, yang dilakukan lebih cepat dari tarikan lengan. 5) Koordinasi gerakan keseluruhan Gerakan renang gaya dada merupakan serangkaian gerakan kaki, lengan dan pernafasan yang dilakukan secara simultan. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, perenang harus dapat mengintegrasikan berbagai macam gerakan kedalam satu rangkaian gerak yang utuh dan selaras. Dalam hal ini memerlukan koordinasi dalam gerak renang antara lengan, kaki dan pernafasan supaya dapat dilakukan secara selaras. Gerakan lengan dan gerakan kaki pada gaya dada tidak dilakukan secara bersama-sama dan tetapi gerakan dilakukan secara bergantian antara gerak lengan dan gerak kaki.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
Gambar 6 Gerak Keseluruhan Gaya Dada
c. Faktor-Faktor Prestasi dalam Olahraga Renang Prestasi yang setinggi-tingginya merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap atlet. Pencapaian prestasi dalam olahraga memerlukan keuletan, kemauan, untuk berlatih keras dalam jangka waktu yang lama, sumber dana atau biaya yang banyak, prasarana dan sarana yang memadai serta berbagai faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap prestasi. Menurut Sajoto (1995:2-5) menguraikan tentang faktor-faktor yang turut mempengaruhi terhadap pencapaian prestasi adalah sebagai berikut : 1) Aspek biologis, terdiri dari : – Potensi atau kemapuan dasar tubuh. – Fungsi organ tubuh. – Struktur dan fungsi organ tubuh. – gizi commit to user 2) Aspek Psikologis, terdiri dari :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 – Intelektual – Motivasi – Kepribadian – Koordinasi kerja syaraf dan otot 3) Aspek lingkungan, terdiri dari : – Sosial – Cuaca – Prasarana dan sarana – Orang tua, keluarga dan masyarakat 4) Aspek penunjang, terdiri dari : – Program yang tersusun secara sistematis – Pelatih yang berkualitas tinggi – Penghargaan dari masyarakat dan pemerintah – Organisasi yang tertib Dari berbagai faktor yang menentukan prestasi olahraga, faktor internal merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pencapaian prestasi. Untuk mencapai prestasi dalam olahraga seorang atlet atau perenang harus memiliki empat aspek pokok yang meliputi fisik, teknik, taktik dan mental. Dari keempat aspek tersebut yang dominan dalam pencapaian prestasi olahraga adalah aspek fisik dan teknik. Untuk menjadi perenang yang berprestasi unsur fisik dan teknik harus dikembangkan melalui latihan yang teratur dengan berdasarkan prinsip latihan yang benar. Penampilan perenang dalam perlombaan sangat tergantung pada kesegaran fisik yang dimiliki oleh perenang. Kondisi fisik yang segar dan prima akan menunjang secara langsung terhadap kualitas gerak yang dilakukan. Dengan demikian secara langsung kondisi fisik sangat mempengaruhi terhadap pencapaian prestasi dalam olahraga. Dalam olahraga renang terdapat berbagai nomor yang dilombakan. Latihan fisik yang dilakukan untuk meningkatkan pretasi harus dilakukan secara khusus sesuai dengan nomor yang dikembangkan. Untuk mencapai prestasi dalam nomor gaya dada 50 meter, latihan fisik yang dilakukan harus sesuai dengan ciri nomor tersebut. Pada nomor renang gaya dada 50 meter mempunyai ciri renang cepat, sehingga faktor kondisi fisik yang berpengaruh terhadap nomor tesebut adalah power otot tungkai. Oleh karena itu power otot tungkai harus ditingkatkan dalam latihan untuk meningkatkan prestasi renang commit to user gaya dada 50 meter.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 d. Sistem Metabolisme Otot Selama Latihan Sistem metabolisme dasar merupakan proses kimia yang memungkinkan sel melangsungkan kehidupan. Menurut Guyton (1994:376) sistem metabolisme dibagi menjadi 3, yaitu 1) Sistem Fosfagen, 2) Sistem Glikogen-asam laktat, 3) Sistem Aerob.
1) Sistem Fosfagen Sumber dasar energi bagi kontraksi otot adalah Adenosin Trifosfat (ATP), dimana tiap-tiap ikatan ATP menyimpan energi sebesar 11.000 kalori per mol. Pada saat satu radikal fosfat dilepas dari molekul dilepaskan energi sebesar 11.000 kalori yang dapat digunakan sebagai energi untuk kontraksi otot. Pelepasan fosfat pertama mengubah ATP menjadi Adenosin Difosfat (ADP) dan pelepasan kedua mengubah ADP menjadi Adenosin Monofosfat (AMP). Jumlah ATP dalam otot meskipun pada seorang atlet yang terlatih hanya cukup untuk mempertahankan daya otot maksimum selama 5 atau 6 detik. Oleh karena itu dalam beberapa detik dalam sekali waktu sangat penting dalam pembentukan ATP baru secara terus-menerus. 2) Sistem Glikogen-Asam Laktat Glikogen yang tersimpan dalam otot dapat dipecah menjadi glukosa yang kemudian digunakan untuk energi. Awal proses ini disebut Glikolisis, seluruhnya timbul tanpa penggunaan oksigen sehingga disebut Metabolisme Anaerob. Selama glikolisis, tiap molekul glukosa dipecah menjadi 2 molekul asam piruvat dan energi dilepas untuk membentuk sejumlah molekul ATP. Asam piruvat kemudian memasuki mitokondria sel otot dan bereaksi dengan oksigen untuk membentuk molekul ATP. Namun bila terdapat insufisiensi oksigen pada tahap kedua dari metabolisme glukosa, asam piruvat diubah menjadi asam laktat yang kemudian berdifusi keluar dari sel otot ke cairan interstisial dan darah. Sehingga banyak glikogen otot menjadi asam laktat yang menyebabkan ATP terbentuk tanpa pemakaian oksigen. Ciri lain dari sistem glikogen-asam laktat dapat membentuk molekul ATP to user lebih cepat daripada mekanismecommit oksidasi mitokondria. Oleh sebab itu, saat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 sejumlah besar ATP diperlukan untuk kontraksi otot dalam waktu yang cukup lama, mekanisme glikolisis anaerob dapat digunakan sebagai sumber energi cepat.
3) Sistem Aerob Sistem aerob berarti oksidasi bahan makanan dalam mitokondria untuk menyediakan energi seperti glukosa, asam lemak dan asam amino dari makanan setelah melalui beberapa proses pencernaan bergabung dengan oksigen untuk melepas energi dalam jumlah yang sangat besar untuk mengubah AMP dan ADP menjadi ATP. Dari uraian di atas maka dapat diketahui bahwa untuk cabang olahraga renang khususnya pada renang jarak 50 meter membutuhkan komponen energi sistem glikogen-asam laktat karena dilakukan pada waktu yang singkat.
2. Power
a.
Pengertian Power Power merupakan salah satu unsur yang digunakan dalam berbagai cabang
olahraga untuk meningkatkan kekuatan dan kecepatan. Power juga diartikan sebagai eksplosif power atau muscular power. Menurut M. Sajoto (1995:8) “Daya ledak atau muscular power adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kekuatan maksimum dengan usaha yang dikerahkan dalam waktu yang sependekpendeknya. Menurut Suharno HP (1993:5) mengemukakan “eksplosif power ialah kemampuan otot untuk mengatasi tahanan beban dengan kekuatan dan kecepatan maksimal dalam satu garak yang utuh”. Sedangkan menurut Harsono (1998:200) “Power adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat. Secara umum yang dimaksud dengan power otot adalah kemampuan otot atau sekumpulan otot untuk mengatasi suatu beban atau tahanan dalam menjalankan suatu aktivitas. Dari pengertian tersebut dapat dikemukakan bahwa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 power otot tungkai merupakan kemampuan otot atau sekumpulan otot untuk mengatasi suatu beban atau tahanan dalam menjalankan suatu aktivitas. Begitu juga pada renang gaya dada memerlukan adanya kemampuan yang besar pada otot. Peranan power otot terhadap kecepatan maksimal merupakan faktor pendukung dalam meraih prestasi, menurut Suharno HP (1993:39-40) faktor pendukung tersebut antara lain : 1) Besar kecilnya potongan melintang otot (potongan morfologis yang tergantung dari proses hyperthropy otot). 2) Jumlah fibril otot yang turut bekerja dalam melawan beban, semakin banyak fibril otot yang bekerja kekuatan bertambah besar. 3) Tergantung besar-kecilnya rangka tubuh, makin besar skelet makin besar kekuatan. 4) Inervasi otot baik pusat maupun poriter 5) Keadaan zat kimia dalam otot (glycogen, ATP). 6) Keadaan tonus otot saat istirahat, tonus makin rendah berarti kekuatan otot tersebut pada saat bekerja makin besar. 7) Umur dan jenis kelamin juga menentukan baik dan tidaknya kekuatan otot. Faktor utama yang mempengaruhi power otot adalah besarnya dan banyaknya fibril otot. Semakin besar ukuran dan banyaknya fibril otot, semakin kuat pula kemampuan otot tersebut. Besarnya otot dapat ditingkatkan dengan melakukan melalui latihan fisik, salah satunya adalah dengan latihan berbeban. Dengan latihan beban secara teratur akan menimbulkan pembesaran (hyperthropy) fibril otot. Semakin sering latihan yang dilakukan maka akan semakin baik pula pembesaran fibril otot yang akan dicapai. Pembesaran fibril itulah yang menyebabkan peningkatan power otot. Supaya latihan yang dilakukan dapat mencapai hasil yang sesuai yang diharapkan, maka latihan yang dilakukan harus disusun dengan program latihan yang tepat. b. Jenis-Jenis Power Power merupakan komponen fisik yang sangat mendasar. Sebagai unsur yang mendasari kemampuan fisik secara keseluruhan, unsur power ini harus dimiliki terlebih dahulu. Power yang dibutuhkan oleh setiap orang dalam menjalankan aktivitas tidak sama, tergantung dari aktivitas yang dilakukan. Menurut Suharno HP (1993:40) power dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 1) Kekuatan maksimal adalah kemampuan otot dalam kontraksi maksimal serta dapat melawan beban yang maksimal pula. Pada perlombaan angkat besi, kekuatan maksimal sangat diperlukan bagi lifter. 2) Eksplosif power adalah kemampuan sebuah otot atau sekumpulan otot untuk mengatasi suatu tahanan beban dengan kecepatan tinggi dalam satu gerak yang utuh. 3) Power endurance adalah kemampuan tahan lamanya kekuatan otot untuk melakukan tahanan beban dengan intensitas tinggi. Misalnya : mendayung, balap sepeda, berenang. Perbedaan jenis power tersebut didasarkan pada beban yang harus diatasi dan dihadapi. Jenis power yang diperlukan seseorang untuk melakukan aktivitas sangat tergantung pada beban yang harus diatasi dan dihadapi. Pada renang gaya dada jenis power yang diperlukan terutama adalah eksplosif power dan power endurance. Selain jenis power diatas, jenis power dapat dibedakan pula berdasarkan pada perbedaan gerak yang dilakukan. Menurut Bompa (1994:281) power dibagi menjadi 2 macam yaitu “Power asiklik dan power siklik” Power asiklik adalah power gerak yang berupa bagian tubuh secara terpotong, misalnya melempar, melompat, mendayung/ mendorong. Sedangkan power siklik adalah power gerak yang menggerakkan maju seluruh badan secara kontinyu, misalnya berlari dan berenang. Pada gerakan mendorong kaki gaya dada terdapat unsur power siklik pada saat meluncur ke depan.
c. Peranan Power Otot Tungkai dalam Renang Gaya Dada Power otot tungkai dalam renang gaya dada berperan sebagai daya dorong yang utama dibandingkan dengan dayungan lengan. Untuk memperoleh kecepatan dalam renang gaya dada diperlukan dorongan kaki yang cepat dan kuat. Semakin besar power otot tungkai, maka akan semakin cepat pula dorongan yang akan diraih. Pada manusia terdapat tungkai atas dan tungkai bawah. Otot-otot yang terdapat pada tungkai tersebut menurut Luttgens dan Hamilton, Nancy (1997:212234) adalah : 1) Tungkai atas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 a) Anterior (1) Quadriceps femoris group (a) Rectus femoris (b) Vastus intermedius (c) Vastus lateralis (d) Vastus medialis b) Posterior (2) Hamstring group (a) Biceps femoris (b) Semimembranosus (c) Semitendinosus (3) Sartorius (4) Gracilis (5) Popliteus (6) Gastrocnemius 2) Tungkai bawah a) Anterior aspect of leg (1) Tibialis anterior (2) Extensor digitorum longus (3) Extensor hallucis longus (4) Peroneus tertius b) Lateral aspect of leg (1) Peroneus longus (2) Peroneus brevis c) Posterior aspect of leg (1) Gastrocnemius (2) Soleus (3) Tibialis posterior (4) Flexor digitorum longus (5) Flexor hallucis longus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
Gambar 7 Quadriceps Femoris Group
Gambar 8 Hamstring group commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
Gambar 9 Lateral Aspect of Leg
Gambar 10 Posterior Aspect of Leg
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
Gambar 11 Flexor Digitorum Longus dan Flexor Hallucis Longus
3. Kecepatan
a. Pengertian Kecepatan Dalam cabang olahraga, kecepatan merupakan komponen fisik yang penting. Kecepatan menjadi faktor penentu dalam cabang olahraga seperti renang. “Kecepatan
adalah
kemampuan
seseorang
untuk
mengerjakan
gerakan
berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkat-singkatnya” menurut M. Sajoto (1995:9). Pada cabang olahraga renang, kecepatan anggota tubuh seperti lengan atau tungkai sangat berpengaruh dalam memberikan daya dorong yang lebih cepat. Kecepatan juga sebagai kemampuan bergerak dengan kemungkinan kecepatan tercepat. Menurut Ismaryati (2008:57) “Kecepatan kemampuan dasar mobilitas system saraf pusat dan perangkat otot untuk menampilkan gerakan-gerakan pada kecepatan tertentu”. Gerakan–gerakan kecepatan dilakukan melakukan perlawanan yang berbeda-beda, misalnya berat badan, berat besi, air dan sebagainya. Pada renang perlawanan yang dilakukan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 adalah di air dilakukan perenang untuk gerak secepat mungkin agar mendapat waktu yang lebih cepat.
b. Macam-Macam Kecepatan Kecepatan dibagi menjadi 2 menurut Ozolin yang dikutip oleh Bompa (1994:310) yaitu “kecepatan umum dan kecepatan khusus”. Kecepatan umum merupakan kapasitas untuk melakukan dari berbagai jenis gerak (reaksi motorik) dengan cara yang tepat. Kecepatan khusus diartikan sebagai kapasitas untuk melakukan latihan atau ketrampilan yang memerlukan kecepatan yang biasanya sangat tinggi. Kecepatan khusus dispesifikasikan untuk cabang olahraga yang dikembangkan dengan metode khusus, yang perlu dicari alternatifnya.
c. Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Menurut Bompa (1994:310-312) bahwa ada 6 faktor yang mempengaruhi kecepatan yaitu : 1) Keturunan (heredity) Sebagai pembanding pada kekuatan dan daya tahan latihan yang lebih terlatih, latihan kecepatan membutuhkan bakat alami yang lebih, dan ini ditentukan dengan keturunan. Pada tubuh manusia terdapat 2 tipe otot yaitu otot merah (slow twitch fibers) dan otot putih (fast twitch fibers). Otot merah memiliki banyak pembuluh kapiler, mitokondria dan banyak hemoglobin. Sedangkan otot putih mempunyai kadar Adenosin Tri Phospate (ATP) dan glycolitic.
2) Waktu Reaksi Merupakan selang atau jarak waktu antara rangsang dan permulaan gerak motor (otot).
3) Kemampuan untuk mengatasi tahanan luar Dalam berbagai cabang olahraga, power pada kontraksi otot atau kemampuan dari seorang atlet untuk memperlihatkan power, salah satu faktor commit user yang penting pada gerakan yang cepat.to Selama latihan tahanan luar seperti
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 peralatan, lingkungan (air salju, angin dan sebagainya) dan lawan sebagai latihan tahanan luar bagi seorang atlet untuk mengalahkan lawan dengan kekuatannya sendiri. Dengan meningkatkan kekuatan pada kontraksi otot maka kemampuan dari kecepatan akan meningkat.
4) Teknik Kecepatan, frekuensi dari gerak, dan reaksi waktu sangat berfungsi dalam teknik.
5) Konsentrasi dan semangat Konsentrasi dan semangat merupakan faktor penting dalam aktivitas yang memerlukan kecepatan tinggi.
6) Elastisitas otot Elastisitas otot dan kemampuan untuk bersantai bermanfaat pada otot agonis dan antagonis merupakan faktor penting dalam aktivitas dengan kecepatan tinggi dari gerak dan teknik yang benar.
4. Latihan
a. Pengertian Latihan Latihan memegang peranan penting dalam mengembangkan unsur-unsur yang diperlukan dalam pencapaian prestasi. Menurut Bompa (1990:4) “latihan harus menambah kapasitas kerja organisme cadangan ketrampilan, melakukan hal yang sama dengan mengembangkan ciri
kejiwaan yang kuat akan
meningkatkan prestasi seseorang”. Menurut Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 145) “latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan serta intensitas latihannya”. Menurut Sajoto (1995:31) “latihan juga mengandung unsur peningkatan atau penambahan beban kerja secara progresif. Peningkatan beban latihan dilakukan secara periodik segera setelah tiba saat untuk commit to user ditambah bebannya”.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
b. Prinsip Latihan Prinsip latihan menurut M. Sajoto (1995:30) adalah : “1)Prinsip beban lebih (over load principles), (2) Prinsip Penggunaan Beban Secara Progresif, (3) Prinsip Pengaturan Latihan, (4) Prinsip Kekhususan Program Latihan” Sedangkan prinsip latihan menurut Harsono (1998:12) adalah “1)Prinsip Beban Lebih (over load principles), (2) Prinsip Perkembangan Menyeluruh, (3) Prinsip Spesialisasi, (4) Prinsip Individualisasi”
1) Prinsip Beban Lebih Prinsip latihan ini merupakan latihan yang mendasar yang harus dipahami oleh pelatih dan atlet. Menurut Harsono (1998:103) “Beban latihan yang diberikan kepada atlet haruslah cukup berat dan cukup bengis, serta harus diberikan berulang-ulang kali dengan intensitas yang cukup tinggi”. Dengan melakukan latihan secara periodik dan sistematis, maka tubuh atlet akan mampu beradaptasi menerima beban latihan yang diberikan. Sehingga beban latihan akan dapat ditingkatkan pada tingkat yang maksimal terhadap latihan yang lebih berat. 2) Prinsip Penggunaan Beban Secara Progresif Peningkatan beban secara progresif merupakan peningkatan beban secara teratur dan bertahap sedikit demi sedikit. Menurut Suharno HP (1993:14) “peningkatan beban jangan dilakukan setiap kali latihan, sebaiknya dilakukan dua atau tiga kali latihan, bagi atlet masalah ini sangat penting karena ada kesempatan untuk beradaptasi terhadap beban latihan sebelumnya yang memerlukan waktu paling sedikit dua puluh empat jam agar timbul superkompensasi”. latihan Pada saat permulaan latihan dengan beban latihan yang berat, atlet akan mengalami kesulitan karena tubuh belum mampu beradaptasi. Dengan melakukan latihan yang berulang-ulang, maka beban latihan yang dirasa berat semakin lama akan menjadi ringan. Pada saat beban latihan terasa ringan maka beban latihan harus ditambah. Hal yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah memberikan beban latihan yang berat dengan meningkatkan beban secara teratur. Dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 memberikan beban latihan yang terlalu berat mengakibatkan tubuh atlet tidak mampu beradaptasi sehingga prestasi tidak mungkin bisa diraih.
3) Prinsip Pengaturan Latihan Pemberian beban latihan harus dilakukan secara tersusun dan terprogram sehingga latihan tersebut dapat memberikan hasil yang nyata. Supaya latihan tersebut bisa tercapai hendaknya melakukan latihan pada otot yang ingin dilatih. M. Sajoto (1995:31) berpendapat “ Latihan hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga kelompok otot-otot besar dulu yang dilatih, sebelum otot yang lebih kecil. Hal ini dilakukan agar kelompok otot kecil tidak mengalami kelelahan lebih dulu”.
4) Prinsip Perkembangan Menyeluruh Pada prinsip ini pelatih tidak harus membatasi atlet dengan latihan-latihan yang mengarah pada kekhususan. Dengan memberikan kebebasan pada atlet untuk melakukan aktivitas yang lain, diharapkan dapat memilki dasar-dasar yang lebih kuat dalam menunjang ketrampilan kekhususan. Dasar perkembangan menyeluruh merupakan salah satu syarat untuk tercapainya perkembangan fisik khusus dan penguasaan keteramplilan yang sempurna dari cabang olahraga.
5) Prinsip Spesialisasi Prinsip spesialisasi merupakan pemusatan kemampuan pada satu cabang olahraga tertentu. Dengan melakukan hal itu seorang atlet akan mendapatkan prestasi yang tinggi dalam olahraga yang dipilihnya. Menurut Ozolin yang dikutip Bompa (1994:33) terdapat hal yang harus diperhatikan dalam spesialisasi yaitu “1) latihan khusus sesuai dengan karakteristik cabang olahraga, 2) latihan untuk mengembangkan kemampuan biomotorik”. Supaya latihan dapat memberikan hasil yang nyata maka latihan harus diarahkan pada latihan yang lebih khusus. Dalam penerapan spesialisasi sebaiknya dilakukan dengan hati-hati dengan memegang prinsip perkembangan menyeluruh sebagai dasar dari perkembangan commit to user spesialisasi.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 6) Prinsip Individualisasi Setiap individu memiliki perbedaan baik secara fisiologis maupun secara psikologis. Oleh sebab itu dalam berlatih beban latihan harus disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik dari individu. Menurut Harsono (1998:112) “Faktor-faktor seperti umur, jenis, bentuk tubuh, kedewasaan, latar belakang pendidikan, lamanya berlatih, tingkat kesegaran jasmani, ciri psikologisnya, semua harus ikut dipertimbangkan dalam mendesain program latihan bagi atlet”. Latihan harus direncanakan dan disesuiakan dengan setiap individu supaya memberikan hasil yang terbaik.
5. Latihan Pliometrik Plyometrics berasal dari bahasa latin “plyo” + “”metrics” yang berarti “measurable increases” atau peningkatan yang terukur (Chu, 1992:1). Pengertian pliometrik menurut Chu D. A. (1992:1) bahwa pliometrik adalah latihan yang dilakukan dengan sengaja untuk meningkatkan kemampuan atlet, yang merupakan perpaduan latihan kecepatan dan kekuatan”. Pliometrik adalah salah satu cara terbaik untuk mengembangkan power eksplosif untuk berbagai cabang olahraga. Latihan-latihan pliometrik diperkirakan menstimulasi berbagai perubahan dalam system neuromuskuler, memperbesar kemampuan kelompok-kelompok otot untuk memberikan respons lebih cepat dan lebih kuat terhadap perubahanperubahan yang ringan dan cepat pada panjangnya otot. Salah satu cirri penting latihan pliometrik dampaknya adalah pengkondisian system neuromuskuler sehingga memungkinkan adanya perubahan-perubahan arah yang lebih cepat dan lebih kuat, misalnya dari gerakan turun naik pada lompat dan gerakan kaki arah anterior dan kemudian arah posterior pada waktu lari. Secara umum latihan pliometrik memiliki aplikasi yang sangat luas dalam kegiatan olahraga, dan secara khusus latihan pliometrik sangat bermanfaat untuk meningkatkan power, baik siklik maupun asiklik. Gerakan pliometrik menurut M. Furqon dan Muchsin Doewes (2001:12) commit to user dirancang untuk menggerakkan otot pinggul dan tungkai, dan gerakan otot khusus
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31 yang dipengaruhi oleh Bounding, Hopping, Jumping, Leapping, skipping, Ricochet. a. Prinsip Latihan Pliometrik Latihan pliometrik merupakan bagian dari latihan olahraga, khususnya latihan fisik secara umum. Prinsip-prinsip latihan olahraga secara umum, juga berlaku untuk latihan pliometrik. Selain mengikuti latihan olahraga secara umum, latihan pliometrik juga mengikuti prinsip khusus. Dalam pliometrik ada pedoman-pedoman khusus untuk melakukan latihan yang tepat dan efektif yang harus diikuti sehingga latihan akan sesuaidengan yang diinginkan, menurut JC. Radclife dan Robert C. Farentinos yang diterjemahkan oleh M. Furqon H dan Muchsin Doewes menyebutkan pedoman pelaksanaan latihan pliometrik antara lain :
Pedoman 1 : Pemanasan dan Pendinginan (warm Up dan Warm Down). Pliometrik membutuhkan kelenturan dan kelincahan, maka semua latihan harus diikuti dengan periode pemanasan dan pendinginan yang tepat dan memadai. Jogging, lari, peregangan dan kalistenik sederhana merupakan aktifitas yang sangat dianjurkan sebelum dan sesudah latihan untuk memperoleh efek latihan yang optimal.
Pedoman 2 : Intensitas Tinggi Intensitas merupakan faktor penting dalam latihan pliometrik. Kecepatan pelaksanaan dengan kerja maksimal sangat penting untuk memperoleh efek latihan yang optimal. Kecepatan peregangan otot lebih penting dari pada besarnya peregangan. Respons reflex yang dicapai makin besar jika otot diberi beban yang cepat. Karena latihan-latihan harus delakukan dengan sungguh-sungguh (intensif), maka penting untuk diberikan kesempatan beristirahat yang cukup di antara serangkaian latihan yang terus menerus.
Pedoman 3 : Beban Lebih yang Progresif. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32 Program latihan pliometrik harus diberikan beban lebih yang resistif, temporal dan spatial. Beban lebih memaksa otot-otot bekerja pada intensitas yang tinggi. Beban lebih yang tepat ditentukan dengan mengontrol ketinggian turun atau jatuhnya atlet, beban yang digunakan dan jarak tempuh. Beban leboh yang tidak tepat dapat mengganggu keefektifan latihan atau bahkan menyebabkan cedera. Jadi, dengan menggunakan beban yang melampaui tuntutan lebih yang resistif dari gerakan-gerakan pliometrik tertentu dapat meningkatkan kekuatan tetapi tidak meningkatkan power eksplosive. Beban yang dapat digunakan seperti bola medicine, dumbbell, atau sekedar berat tubuh.
Pedoman 4 : Memaksimalkan Gaya dan Meminimalkan Waktu. Gaya maupun kecepatan gerak sangat penting dalam pliometrik dalam berbagai hal, titik beratnya adalah kecepatan dimana suatu aksi tertentu dapat dilakukan. Misalnya dalam nomor tolak peluru, sasaran utama adalah menggunakan gaya maksimum selama gerak menolak. Makin cepat rangkaian aksi yang dilakukan, maka makin besar gaya yang dihasilkan dan makin jauh jarak yang dicapai.
Pedoman 5 : Lakukan sejumlah Ulangan Banyaknya ulangan atau repetisi berkisar antara 8 sampai 10 kali dengan semakin sedikit ulangan untuk rangkaian yang lebih berat dan lebih banyak ulangan untuk latihan-latihan yang lebih ringan. Banyaknya ulangan tidak hanya ditentukan oleh intensitas latihan, tetapi juga oleh kondisi atlet, pelaksanaan tiap ulangan dan nilai hasil. Mengingat latihan tersebut untuk meningkatkan reaksi syaraf, otot, keekplosifan, kecepatan dan kemampuan untuk membangkitkan gaya (tenaga) kea rah tertentu.
Pedoman 6 : Istirahat yang Cukup Periode istirahat 1 – 2 menit disela-sela set biasanya sudah memadai untuk sistem neuromuskuler yang mendapat tekanan karena latihan pliometrik untuk to user pulih kembali. Periode istirahat commit yang cukup juga penting untuk pulih kembali.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 Periode yang cukup juga penting untuk pemulihan yang semestinya untuk otot, ligamen dan tendon. Latihan pliometrik 2 – 3 hari perminggu tampaknya dapat memberikan hasil yang optimal.
Pedoman 7 : Bangun Landasan yang Kuat Terlebih Dahulu. Karena landasan kekuatan penting dan bermanfaat dalam pliometrik, maka suatu program latihan beban harus dirancang untuk mendukung dan bukannya menghambat pengembangan power eksplosive.
Pedoman 8 : Program Latihan Individualisasi. Untuk menghasilkan hasil yang terbaik, program latihan pliometrik dapat diindividualisasikan, sehingga kita harus tahu apa yang dapat dilakukan oleh tiaptiap atlet dan seberapa banyak latihan yang dapat membawa manfaat. Banyak pemuka dibidang olahraga manyarankan adanya tes-tes yang sederhana guna dijadikan landasan untuk mengindividualisasikan latihan tersebut, sekalipun misalnya tes tersebut tidak berdasarkan temuan penelitian yang memadai.
b. Bentuk-Bentuk Latihan Pliometrik Dalam latihan kekuatan otot tungkai menggunakan pliometrik, ada beberapa hal bentuk latihan yang dapat digunakan, ini disesuaikan kekuatan otot yang akan dilatih. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah untuk melatih kekuatan otot tungkai yang berhubungan dengan renang gaya dada. Bentuk latihan pliometrik untuk otot-otot tungkai ada beberapa macam, ini tergantung dari gerakan yang dilakukan. Diantaranya yaitu, latihan knee-tuck jump dan latihan double leg box bound.
6. Latihan Knee-Tuck Jump
Latihan knee-tuck jump ini merupakan bentuk latihan meloncat ke atas ke depan dengan kedua kaki diangkat tinggi di depan dada. Latihan ini dapat user dilakukan di lapangan berumput, commit matras to atau keset. Latihan ini dilakukan dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34 satu bentuk rangkaian loncatan eksplosif yang cepat. Tujuan dari latihan ini adalah untuk mengembangkan dan meningkatkan power otot-otot tungkai. Pelaksanaan dari latihan ini adalah sebagai berikut :
a) Posisi Awal Ambil posisi tegak lurus dan kaki selebar bahu. Tempatkan kedua telapak tangan menghadap ke bawah setinggi dada. b) Pelaksanaan Mulai dengan quarter-squat, kemudian loncatlah ke atas dengan cepat. Gerakan lutut ke atas ke arah dada dan usahakan menyentuh telapak tangan. Setelah mendarat, segeralah mengulangi gerakan ini. Gerakan ini dilakukan mulai dari 2 set dengan jumlah ulangan 10 kali dan waktu istirahat antar set 1 menit.
Gambar 12 Latihan Knee-Tuch Jump (M. Furqon H., Muchsin Doewes, 2002:41)
c) Kelebihan dan kekurangan latihan knee-tuck jump Pelaksanaan latihan knee-tuck jump ini merupakan bentuk latihan meloncat ke atas depan dengan kedua kaki diangkat tinggi di depan dada, secara bersama-sama dan berulang-ulang. Latihan dilakukan dengan kedua kaki juga sehingga beban tubuh diangkat oleh kedua kaki pula. Latihan knee-tuck jump memiliki kecenderungan pengembangan unsur teknik untuk membuat posisi kaki siap mendorong ke arah belakang pada teknik berenang gaya dada. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35 Kecenderungan pengembangan unsur teknik mengakibatkan kurang terkontrolnya peningkatan hasil kemampuan melompat mahasiswa, karena penekanannya lebih kepada penguasaan teknik kurang memperhatikan hasil dorongan dari gerakan tungkai. 7. Latihan Double Leg Box Bound Latihan double leg box bound merupakan bentuk latihan meloncat ke atas ke depan dengan mendarat di atas kotak yang berukuran tinggi kira-kira 1222 inci. Penggunaan kotak ini memberikan beban lebih (overload) untuk kelompok otot gluteals, hamstrings, quadriceps dan gastrocnemicus. Otot-otot lengan dan bahu secara tidak langsung juga terlibat. Latihan ini memiliki aplikasi yang luas untuk berbagai cabang olahraga yang melibatkan lompat/loncat, lari, angkat besi dan renang. Pelaksanaan dari latihan ini adalah sebagai berikut : a) Posisi Awal Kotak dengan jarak antara 3-6 kaki, berdirilah kira-kira 2-3 langkah di depan kotak pertama. Kaki berada sedikit di belakang bahu, tubuh dalam posisi semi-squat, punggung lurus, pandangan ke depan dan lengan di samping badan. b) Pelaksanaan Mulailah dengan loncatan ke atas kotak pertama. Sesegera mungkin mendarat ke atas kotak pertama, kemudian loncat ke atas tinggi dan sejauh mungkin, mendarat ke tanah. Gerakan ini dilakukan mulai dari 4 set dengan jumlah ulangan 8 kali dan waktu istirahat antar set 2 menit.
Gambar 13 Latihan Double Leg Box Bound commit to user (M. Furqon H., Muchsin Doewes, 2002:30)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36 c) Kelebihan dan kekurangan latihan double leg box bound Pelaksanaan latihan double leg box bound ini adalah bentuk latihan meloncat ke depan dan ke atas, mendarat di kotak dengan tinggi kira-kira 12-22 inci, menggunakan ekstensi pinggul dan gerakan lengan yang mendorong ke depan. Ditinjau dari pelaksanaannya, latihan double leg box bound memiliki kelebihan cenderung mengembangkan unsur teknik yang lebih baik untuk menguatkan kekuatan otot tungkai yang akan digunakan untuk mendorong ke arah belakang saat berenang gaya dada. Sehingga apabila tendangan ke arah belakang memiliki power yang kuat, akan mempengaruhi kecepatan atau laju perenang. Terlebih latihan double leg box bound menggunakan kotak sebagai pemberian beban lebih. Kelemahannya terletak pada unsur teknik sebelum mendorong, posisi kaki kurang efisien bentuknya.
8. Panjang Tungkai
Setiap cabang olahraga memiliki karakteristik masing-masing. Dengan demikian setiap cabang olahraga membutuhkan kesesuaian bentuk tubuh agar dapat mendukung tercapainya prestasi yang tinggi. Watson (1984) yang dikutip Andi Suhendro (1999: 2.15) menyatakan, “Keberhasilan atlet dalam mencapai prestasi puncak turut ditentukan oleh sifat-sifat seperti tinggi badan dan berat badan”. Sedangkan Yusuf Hadisasmita & Aip Syarifuddin (1996:73) menyatakan, “Orang yang tinggi umumnya anggota badannya seperti lengan dan tungkainya juga panjang. Bentuk tubuh serta anggota badan yang demikian akan memberikan keuntungan bagi cabang olahraga yang spesifikasinya memerlukan tubuh yang demikian”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
Gambar 14 Pengukuran Panjang Tungkai (Ismaryati 2008 : 100)
Tungkai merupakan bagian tubuh yang mempunyai peran penting untuk aktivitas olahraga. Tungkai berperan untuk menopang tubuh untuk berdiri dan melakukan aktivitas gerakan-gerakan seperti berjalan melangkah, melompat, meloncat, mendorong dan aktivitas lainnya yang melibatkan tungkai. Dalam cabang olahraga renang, tungkai merupakan salah satu bagian tubuh yang dominan dalam teknik berenang selain lengan. Untuk memperoleh kualitas berenang yang baik, maka kemampuan serta proporsi tungkai harus dimanfaatkan secara maksimal pada teknik yang benar. Panjang tungkai merupakan ukuran atau proporsi tungkai dari pangkal paha sampai telapak kaki. Tungkai yang dimaksud adalah anggota gerak bawah yang terdiri dari seluruh kaki, mulai dari pangkal paha sampai jari kaki. Tungkai tersebut dapat dibagi dua macam yaitu tungkai atas dan tungkai bawah. Panjang tungkai atas yaitu pada paha sedangkan panjang tungkai bawah adalah panjang tungkai betis. Berkaitan dengan panjang tungkai, Ismaryati (2008:100) menyatakan, ”Pengukuran panjang tungkai dari tulang belakang bawah atau dapat juga dari trochanter sampai ke lantai”. Sedangkan Depdiknas (2000:49) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38 menjelaskan, “Panjang tungkai adalah jarak antara SIAS (Spina Illioca Anterior Superior) dan (mata kaki) moleolus”. Berdasarkan pengertian panjang tungkai yang dikemukaan tersebut dapat disimpulkan, panjang tungkai merupakan proporsi tungkai yang diukur dari trochanter sampai lantai (tidak memakai alas kaki/sepatu). Keberadaan panjang tungkai dalam cabang olahraga renang mempunyai peran penting untuk mendukung kualitas kecepatan berenang. Tungkai yang panjang mempunyai ruas gerak yang lebih luas. Untuk mencapai kualitas kecepatan berenang gaya dada 50 meter yang baik, maka panjang tungkai harus dimanfaatkan pada teknik yang benar saat renang gaya dada 50 meter.
a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Panjang Tungkai Karakteristik fisik, ukuran tubuh seseorang akan berpengaruh dalam menentukan keberhasilan suatu prestasi olahraga. Hal ini karena, olahraga bersifat universal, artinya dapat diikuti oleh orang-orang dari berbagai ukuran tubuh untuk berprestasi. Namum prestasi yang dapat diraih tidak akan sebaik yang bisa diraih oleh orang-orang yang mempunyai ukuran tubuh ideal sesuai dengan cabang olahraga yang bersangkutan. M. Sajoto (1995: 11) menyatakan,”Salah satu aspek dalam mencapai prestasi dalam olahraga adalah aspek biologis yang meliputi struktur dan postur tubuh yaitu: (1) ukuran tinggi dan panjang tungkai, (2) ukuran besar, lebar dan berat badan, (3) somatotype (bentuk tubuh)”. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, aspek biologis yang meliputi struktur dan postur tubuh yang meliputi ukuran tinggi, panjang tungkai, panjang lengan, ukuran besar, lebar, berat badan dan tipe tubuh merupakan faktor yang dapat mendukung pencapaian prestasi olahraga. Keberadaan struktur maupun postur tubuh seseorang dipengaruhi oleh perkembangan dan pertumbuhan. Perkembangan dan pertumbuhan ukuran tubuh seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang dipengaruhi dari dalam seseorang. Faktor eksternal adalah faktor dari luar seseorang. Sugiyanto (1998:37) menyatakan, “Terhadap sifat dan pertumbuhan commit to user fisik, faktor keturunan sangat berpengaruh. Pengaruh yang nyata adalah terhadap
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39 ukuran, bentuk dan kecepatan atau irama pertumbuhan”. Sedangkan Sarwoto dan Bambang Soetedjo (1993:231) menyatakan, “Keadaan fisik seseorang sebagian besar tergantung dari kualitas makanan kita sehari-hari, yang mengandung nilai gizi yang baik”. Keturunan mempunyai pengaruh yang dominan terhadap keadaan seseorang. Jika kedua orang tuanya tinggi-tinggi, maka anak-anaknya cenderung tinggi pula dan sebaliknya. Selain itu, makanan yang bergizi yang dikonsumsi setiap hari akan mempengaruhi pertumbuhan baik rangka tubuh maupun organ lainnya. Sugiyanto (1998:37) menyatakan, “Pengaruh gizi terhadap pertumbuhan fisik dibedakan menjadi 4 macam pengaruh yaitu, (1) kecepatan pertumbuhan, (2) ukuran tubuh setelah dewasa, (3) bentuk tubuh dan (4) komposisi jaringan tubuh”. Berdasarkan faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan seseorang menunjukkan bahwa, ukuran tubuh seseorang dipengaruhi oleh faktor keturunan dan gizi yang dikonsumsi sehari-hari. Hal ini maksudnya, kondisi atau segmen tubuh seseorang (termasuk panjang tungkai) dipengaruhi oleh faktor keturunan dan faktor makanan atau gizi.
b. Peranan Panjang Tungkai terhadap Kecepatan Renang Gaya Dada 50 Meter Menguasai teknik renang gaya dada 50 meter dengan baik dan benar sanagat penting agar memiliki kecepatan dalam berenang yang baik. Selain menguasai teknik berenang gaya dada 50 meter, yang benar, memanfaatkan proporsi tungkai pada teknik yang benar akan dapat membantu kulaitas kecepatan berenang gaya dada 50 meter yang baik. Ditinjau dari biomekanika gerak, tungkai yang panjang memiliki jangkauan yang panjang untuk memulai gerak mendorong ke belakang agar laju renang lebih cepat. Sehingga tungkai yang panjang dapat membantu kualitas kecepatan renang seorang atlet.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40 B. Kerangka Berpikir Renang gaya dada 50 meter merupakan teknik berenang yang sangat memerlukan kecepatan, karena hanya ditempuh dengan jarak 50 meter. Kecepatan ini salah satunya dapat diperoleh dari power otot tungkai pada saat gerakan tungkai mendorong ke belakang. Untuk memperoleh kecepatan yang baik harus didukung penguasaan teknik yang benar, kemampuan fisik yang baik dan latihan secara teratur. Dalam pelaksanaan latihan ini akan diterapkan latihan knee-tuch jump dan double leg box bound. Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas dapat dirumuskan kerangka berpikir sebagai berikut: Kecepatan Renang Gaya Dada 50 M Tungkai Panjang
Proporsi Tungkai
Tungkai Pendek
Latihan Knee-Tuch Jump
Tungkai Panjang Tungkai Pendek
Latihan Pliometrik
Latihan Double Leg Box Bound
Berdasarkan kerangka konseptual yang digambarkan tersebut dapat diuraikan secara lebih rinci sebagai berikut: 1.
Pengaruh Latihan Knee-Tuch Jump dan Double Leg Box Bound terhadap Kecepatan Renang Gaya Dada 50 Meter Latihan knee-tuck jump merupakan bentuk latihan meloncat ke atas ke
depan dengan kedua kaki diangkat tinggi di depan dada. Latihan ini dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41 dilakukan di lapangan berumput, matras atau keset. Latihan ini dilakukan dalam satu bentuk rangkaian loncatan eksplosif yang cepat. Berdasarkan pelaksanaan latihan knee-tuck jump dimana bentuk latihan adalah meloncat ke atas depan dengan kedua kaki diangkat tinggi didepan dada, secara bersama-sama dan berulang-ulang. Latihan dilakukan dengan kedua kaki sehingga beban tubuh diangkat oleh kedua kaki pula. Latihan knee-tuck jump memiliki kecenderungan pengembangan unsur teknik untuk membuat posisi kaki siap mendorong ke arah belakang pada teknik berenang gaya dada. Kecenderungan pengembangan unsur teknik mengakibatkan kurang terkontrolnya peningkatan hasil kemampuan mendorong mahasiswa, karena penekanannya lebih kepada penguasaan teknik kurang memperhatikan hasil dorongan dari gerakan tungkai. Bentuk latihan knee-tuck jump lebih cenderung mengembangkan bentuk kaki pada saat akan mendorong ke belakang, tanpa memperhatikan kekuatan dorongan. Sehingga latihan knee-tuck jump hanya memberi sedikit pengaruh terhadap power otot tungkai yang mengakibatkan kurang maksimalnya kecepatan renang gaya dada 50 meter. Sedangkan latihan double leg box bound merupakan bentuk latihan meloncat ke atas ke depan dengan mendarat di atas kotak yang berukuran tinggi kira-kira 12-22 inci. Penggunaan kotak ini memberikan beban lebih (overload) untuk kelompok otot gluteals, hamstrings, quadriceps dan gastrocnemicus. Otototot lengan dan bahu secara tidak langsung juga terlibat. Ditinjau dari pelaksanaannya, latihan double leg box bound memiliki kelebihan cenderung mengembangkan unsur teknik yang lebih baik untuk menguatkan kekuatan otot tungkai yang akan digunakan untuk mendorong ke arah belakang saat berenang gaya dada. Sehingga apabila dorongan ke arah belakang memiliki power yang kuat, akan mempengaruhi kecepatan atau laju perenang. Terlebih latihan double leg box bound menggunakan kotak sebagai pemberian beban lebih (overload). Kelemahannya terletak pada unsur teknik sebelum mendorong, posisi kaki kurang efisien bentuknya. Selain itu ditinjau dari segi melompat, arah lompatan ke arah depan atas, padahal dalam renang gaya dada commitsejajar to userdengan permukaan air. Tentunya dorongan yang dilakukan oleh tungkai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 juga kurang efisien untuk melatih dorongan pada saat tungkai mendorong ke belakang dalam renang gaya dada. Bentuk latihan ini memaksimalkan latihan untuk meningkatkan power otot tungkai. Apabila dorongan gerakan kaki dilakukan dengan power yang kuat secara tidak langsung kecepatan berenang gaya dada 50 meter akan melaju cepat. Berdasarkan karakteristik, kelebihan dan kelemahan dari dua bentuk latihan knee-tuck jump dan latihan double leg box bound tersebut sudah jelas bahwa, kedua bentuk latihan ini mempunyai perbedaan yang mencolok. Perbedaan tersebut tentunya akan menimbulkan pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan kecepatan renang gaya dada 50 meter. Dengan demikian diduga bahwa, latihan knee-tuck jump dan latihan double leg box bound memiliki perbedaan pengaruh terhadap kecepatan renang gaya dada 50 meter. 2.
Pengaruh Kecepatan Renang Gaya Dada 50 Meter antara Mahasiswa yang Memiliki Tungkai Panjang dengan Mahasiswa yang Memiliki Tungkai Pendek Tungkai merupakan bagian tubuh yang dominan dalam gerak tungkai
mendorong dalam renang gaya dada. Proporsi dan kemampuan tungkai seorang perenang harus mampu dimanfaatkan seoptimal mungkin dalam melakukan renang gaya dada. Dengan memanfaatkan tungkai pada teknik yang benar, maka renangan dapat dilakukan dengan cepat, sehingga dapat menempuh renang gaya dada 50 meter dengan waktu sesingkat-singkatnya. Panjang tungkai dapat mendukung kecepatan renang gaya dada 50 meter, karena tungkai yang panjang memiliki jangkauan yang panjang untuk memulai gerak mendorong ke belakang agar laju kecepatan renang gaya dada 50 meter lebih cepat. Jika dibandingkan dengan perenang yang memiliki tungkai pendek, maka jangkauannya pun pendek sehingga hasil kecepatan renang gaya dada 50 meter juga tidak maksimal. Untuk memperoleh kecepatan renang gaya dada 50 meter yang maksimal, maka seorang perenang harus mampu memanfaatkan tungkainya semaksimal mungkincommit pada to teknik user yang benar. Dengan demikian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 diduga, tungkai panjang dan tungkai pendek memiliki perbedaan pengaruh terhadap kecepatan renang gaya dada 50 meter. 3.
Pengaruh Interaksi antara Latihan Pliometrik dan Panjang Tungkai terhadap Kecepatan renang Gaya Dada 50 Meter Bentuk latihan knee-tuck jump dan latihan double leg box bound
merupakan bentuk latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecepatan renang gaya dada 50 meter. Dari kedua bentuk latihan tersebut memiliki penekanan yang berbeda, sehingga kedua bentuk latihan tersebut akan menimbulkan pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan kecepatan renang gaya dada 50 meter. Kecepatan renang gaya dada 50 meter tidak terlepas dari dukungan proporsi tubuhnya (panjang tungkai). Hal ini karena, proporsi tubuh yang ideal akan membantu penampilannya dalam cabang olahraga renang, termasuk renang gaya dada. Ditinjau dari pelaksanaan latihan double leg box bound yaitu, latihan yang menekankan pada kekuatan otot tungkai. Berdasarkan hal inilah, mahasiswa yang memiliki tungkai panjang lebih cocok diberi latihan double leg box bound. Karena latihan double leg box bound lebih menekankan hasil, yaitu laju kecepatan renang gaya dada agar melaju dengan cepat, sehingga tungkai yang panjang harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Sedangkan mahasiswa yang memiliki tungkai pendek cocok diberi latihan knee-tuck jump. Karena mahasiswa yang tungkainya pendek lebih ditekankan pada penguasaan teknik berenang gaya dada yang benar. Dengan penguasaan teknik berenang gaya dada yang benar, diharapkan laju kecepatan renang gaya dada 50 meter dapat melaju dengan cepat. Dengan demikian diduga antara latihan pliometrik dan panjang tungkai memiliki interaksi di antara keduanya.
C. Hipotesis Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan di atas dapat dirumuskan hipotesis commit to user sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44 1. Ada pengaruh antara latihan knee-tuck jump dan latihan double leg box bound terhadap kecepatan renang gaya dada 50 meter pada mahasiswa Pembinaan Prestasi Renang JPOK FKIP UNS tahun 2012. 2. Ada pengaruh panjang tungkai terhadap kecepatan renang gaya dada 50 meter antara mahasiswa yang memiliki tungkai panjang dengan mahasiswa yang memiliki tungkai pendek pada mahasiswa Pembinaan Prestasi Renang JPOK FKIP UNS tahun 2012. 3. Ada interaksi antara latihan pliometrik dan panjang tungkai terhadap kecepatan renang gaya dada 50 meter pada mahasiswa Pembinaan Prestasi Renang JPOK FKIP UNS tahun 2012.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian Pengambilan tes awal dan tes akhir dilaksanakan di kolam renang Tirtomoyo Manahan Surakarta Jl. Menteri Supeno No 14. Pemberian perlakuan (treatment) dilaksanakan di Lapangan Bola Voli Kampus Manahan JPOK FKIP UNS di Jl. Menteri Supeno No 13.
2. Waktu Peneletian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Mei 2012, dengan frekuensi latihan tiga kali seminggu, yaitu hari rabu, jum’at dan minggu, selama enam minggu. Hal ini sesuai dengan pendapat M. Sajoto (1995: 35) bahwa, “Para pelatih dewasa ini pada umumnya setuju untuk menjalankan program latihan 3 kali setiap minggu, agar tidak terjadi kelelahan yang kronis. Adapun lama latihan yang diperlukan adalah selama 6 minggu atau lebih”. Diawali dengan tes awal tanggal 13 April 2012, selanjutnya diberikan perlakuan (treatment) dari tanggal 18 April sampai dengan tanggal 27 Mei, dan diakhiri dengan tes akhir tanggal 1 Juni 2012. Tes dilakukan 2 kali yaitu pada tes awal dan tes akhir. Kemudian perlakuan (treatment) diberikan sebanyak 18 kali pertemuan dimana perlakuan (treatment) dilakukan sebanyak 3 kali dalam seminggu dengan lama latihan selama 6 minggu.
B. Rancangan/Desain Penelitian
1. Metode Eksperimen Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Dasar penggunaan metode ini adalah kegiatan percobaan yang diawali dengan tes awal selanjutnya commit user dengan suatu bentuk tes guna diberikan perlakuan kepada subyek dan todiakhiri 45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 mengetahui pengaruh perlakuan yang telah diberikan. Moh. Nazir, Ph.D (1985: 75) menjelaskan bahwa : “Tujuan penelitian eksperimental adalah untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab akibat serta berapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan - perlakuan (treatment) tertentu pada beberapa kelompok eksperimental dan menyediakan kontrol untuk perbandingan”.
2. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 2 x 2 : “Rancangan fakorial adalah rancangan dimana bisa dimasukkan dua variabel atau lebih untuk memanipulasi secara simultan. Dengan rancangan ini bisa diteliti pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependen dan juga pengaruh interaksi antara variable-variabel independen” (Sugiyanto, 1995 : 30). Tabel 1 Model analisis untuk anava dua jalan (rancangan faktorial 2x2) Variabel manipulatif
Variabel atributif
Panjang Tungkai Panjang(B1) (B)
Pendek(B2)
Latihan pliometrik (A) Latihan Knee-Tuch Jump (A1)
Latihan Double Leg Box Bound (A2)
A1B1
A2B1
A1B2
A2B2
Variabel terikat : Kecepatan renang gaya dada 50 meter Keterangan : A
: Variasi latihan pliometrik.
B
: Panjang Tungkai
A1B1
: Kelompok latihan knee-tuch jump yang memiliki tungkai panjang.
A1B2
: Kelompok latihan knee-tuch jump yang memiliki tungkai pendek.
A2B1
: Kelompok latihan double leg box bound yang memiliki tungkai panjang.
A2B2
: Kelompok latihan double legtobox bound yang memiliki tungkai commit user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47 pendek. Subyek yang akan di teliti kemudian di lakukan tes dan pengukuran panjang tungkainya, sehingga akan diketahui panjang tungkai tinggi dan panjang tungkai rendah untuk selanjutnya dikelompokkan menjadi 4 kelompok sesuai dengan rancangan faktorial 2 x 2, dimana setiap kelompok terdiri dari beberapa subyek, pengelompokan sampel tersebut adalah : a. Kelompok latihan knee-tuck jump yang memiliki tungkai panjang. b. Kelompok latihan knee-tuck jump yang memiliki tungkai pendek. c. Kelompok latihan double leg box bound yang memiliki tungkai panjang d. Kelompok latihan double leg box bound yang memiliki tungkai pendek.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa Pembinaan Prestasi Renang JPOK FKIP UNS tahun 2012 yang berjumlah 28 orang. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Pembinaan Prestasi Renang JPOK FKIP UNS tahun 2012 dengan jumlah 28 mahasiswa. Menurut Suharsimi Arikunto (1998:120) “Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi”.
D. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini diadakan tes dan pengukuran, di antaranya adalah : 1. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini diadakan tes dan pengukuran. Untuk mengukur kecepatan renang 50 meter gaya dada digunakan tes renang gaya dada dengan menempuh jarak 50 meter dari FINA hand book (2009-2013). commitadalah to userpengukuran panjang tungkai dari 2. Untuk mengukur panjang tungkai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48 Ismaryati (2008: 100). Petunjuk pelaksanaan tes dan pengukuran masingmasing terlampir.
E. Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini meliputi uji reliabilitas, uji prasyarat analisis dan pengujian hipotesis. Adapun langkah-langkah dari analisis data sebagai berikut: 1. Mencari Reliabilitas Tingkat keajegan hasil tes diketahui melalui uji reliabilitas. Uji reliabilitas penelitian ini menggunakan korelasi interklas dengan rumus sebagai berikut : MSA – MSW R= MSA Keterangan : R
= Koefisien reliabilitas
MSA
= Jumlah rata-rata dalam kelompok
MSW = Jumlah rata-rata antar kelompok
2.
Uji Prasyarat Analisis Uji prasyarat analisis dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji
homogenitas. Adapun langkah masing-masing uji prasyarat tersebut sebagai berikut: a. Uji Normalitas (Metode Lilliefors) Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini berasal dari populasi yang normal atau tidak. Langkah-langkah : X1,X2,X3,………….Xn dijadikan commit to user Z1,Z2,Z3,………..Zn, dengan menggunakan rumus :
1) Pengamatan
bilangan
baku
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 Zi = { Xi – X }/ SD, dengan X dan SD berturut-turut merupakan rata-rata dan simpangan baku. 2) Data dari sampel tersebut kemudian diurutkan dari skor terendah sampai skor tertinggi. 3) Untuk tiap bilangan baku ini dan dengan menggunakan daftar distribusi normal baku kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z < Zi). 4) Menghitung perbandingan antara nomor subyek I dengan subyek n yaitu : S(Zi) = i/n. 5) Mencari selisih antara F(Zi) – S(Zi), dan ditentukan harga mutlaknya. 6) Menentukan harga terbesar dari harga mutlak diambil sebagai Lo. Rumusnya : Lo = | F(Zi) – S(Zi) | maksimum. Kriteria : Lo < Ltab : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Lo > Ltab : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas ( Metode Bartlet) Uji Homogenitas dilakukan dengan Uji Bartlet. Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut : 1) Membuat tabel perhitungan yang terdiri dari kolom – kolom kelompok sampel : dk (n-1), 1/dk, Sdi2, dan (dk) log Sdi2. 2) Menghitung varians gabungan dari semua sampel. Rumusnya : SD 2
B
n 1 Sdi2 .......... ..... 1 n 1
Log Sdi2 n 1
3) Menghitung X2 Rumusnya : X2 = (Ln) B-(n-1) Log Sdi 1………(2) commit to user Dengan (Ln 10) = 2,3026
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50 Hasilnya ( X2 hitung ) kemudian dibandingkan dengan ( X2 tabel ), pada taraf signifikansi
= 0,05 dan dk (n-1).
4) Apabila X2 hitung < X2 tabel, maka Ho diterima. Artinya varians sampel bersifat homogen. Sebaliknya apabila X2 hitung > X2 tabel, maka Ho ditolak. Artinya varians sampel bersifat tidak homogen.
3. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesisis dalam penelitian ini meliputi beberapa langkah. Langkah-langkah pengujian hipotesis sebagai berikut: a. ANAVA Rancangan Faktorial 2 x 2 1) Metode AB untuk perhitungan ANAVA dua Faktor Tabel 2 Ringkasan ANAVA untuk Eksperimen faktorial 2 x 2 Sumber dk
JK
RJK
Fo
1
Ry
R
A
a-1
Ay
A
A/E
B
b-1
By
B
B/E
AB
(a-1) (b-1)
ABy
AB
AB/E
Kekeliruan
ab(n-1)
Ey
E
Variasi Rata – rata Perlakuan
Keterangan : A = Taraf faktorial A
N = Jumlah sampel
B = Taraf faktorial B Langkah- langkah perhitungan : a
a)
b
2
2 ij i 1
j 1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
b) R y
a
b
i 1
j 1
abn
a
b
J ij2
c) Jab i 1
Ry
j 1
a
d)
2 i
y
/ bn
Ry
/ an
Ry
i 1
b
e)
2 i
y j 1
f)
by
g)
y
J ab 2
y
Ry
y
y
(
y
y
)
2) Kriteria Pengujian Hipotesis Jika F
F1
V1 V2 , maka hipotesis nol ditolak.
Jika F
F1
V1 V2 , maka hipotesis nol di terima dengan : dk pembilang
Vi
1 dan dk penyebut V2
n1 .......... ...nk k
= taraf signifikan untuk
pengujian hipotesis. Keterangan : Y2 : Jumlah kuadrat data Ry : Rata-rata peningkatan karena perlakuan Ay : Jumlah peningkatan pada kelompok berdasarkan latihan pliometrik dengan latihan knee-tuck jump dan latihan double leg box bound. By : Jumlah peningkatan berdasarkan panjang tungkai. Aby: Selisih antara jumlah peningkatan data keseluruhan dan jumlah peningkatan kelompok perlakuan dan panjang tungkai. Jab : Selisih jumlah kuadrat data dan rata-rata peningkatan perlakuan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 b. Uji Rentang Newman – Keuls setelah ANAVA Menurut Sudjana (1994:36) langkah-langkah untuk melakukan uji Newman –Keuls adalah sebagai berikut : 1)
Susun k buah rata-rata perlakuan menurut urutan nilainya dari yang terkecil sampai kepada yang terbesar.
2)
Dari rangkaian ANAVA, diambil harga RJK disertai dk-nya.
3)
Hitung kekeliruan buku rata-rata untuk setiap perlakuan dengan rumus: Sy
RJK E Kekeliruan N
RJK
(Kekeliruan)
juga
didapat
dari
hasil
rangkuman ANAVA. 4)
Tentukan taraf siknifikan , lalu gunakan daftar rentang student. Untuk uji Newman – Keuls, diambil V = dk dari RJK (Kekeliruan) dan P = 2,3…,k. Harga – harga yang didapat dari bagian daftar sebanyak (k-1) untuk V dan P supaya dicatat.
5)
Kalikan harga – harga yang didapat di titik…….. di atas masing – masing S y dengan jalan demikian diperoleh apa yang dinamakan rentang siknifikan terkecil (RST).
6)
Bandingkan selisih rata – rata terkecil dengan RST untuk mencari P-k selisih rata – rata terbesar dan rata – rata terkecil kedua dengan RST untuk P = (k1), dan seterusnya. Demikian halnya perbandingan selisih rata – rata terbesar kedua rata – rata terkecil dengan RTS untuk P = (k-1), selisih rata-rata terbesar kedua dan selisih rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk P = (k2), dan seterusnya. Dengan jalan begitu semua akan ada
1/ 2
K k 1 pasangan
yang harus dibandingkan. Jika selisih – selisih yang didapat lebih besar dari pada RST-nya masing – masing maka disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang siknifikan antara rata – rata perlakuan. c. Hipotesis Statistik Hipotesa 1 H 0
HA
1
1
2
2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53 Hipotesa 2 H 0
1
2
HA
1
2
Hipotesa 3 H 0 HA
Interaksi
0
Interaksi
0
Keterangan : μ
= Nilai rata-rata
A1
= Latihan pliometrik knee-tuch jump
A2
= Latihan pliometrik double leg box bound
B1
= Tungkai Panjang
B2
= Tungkai Pendek
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini akan disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya. Penyajian hasil penelitian adalah berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada tes awal dan tes akhir kecepatan renang gaya dada 50 meter. Berturut-turut berikut disajikan mengenai deskripsi data, mencari realibilitas, uji prasyarat analisis, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian. A. Deskripsi Data Deskripsi hasil analisis data hasil kecepatan renang gaya dada 50 meter pada mahasiswa Pembinaan Prestasi Renang JPOK FKIP UNS Tahun 2012 yang dilakukan sesuai dengan kelompok yang dibandingkan, disajikan dalam bentuk tabel 3 sebagai berikut : Tabel 3
Ringkasan Angka-angka Statistik Deskriptif Data Hasil Kecepatan Renang Gaya Dada 50 Meter Tiap Kelompok Berdasarkan Perlakuan Panjang
Perlakuan
Knee-tuck
Tes
Tes
Statistik
Awal
Akhir
Peningkatan
Jumlah
362.78
350.58
12.2
Panjang
Mean
51.826
50.083
1.743
(B1)
SD
5.146
5.427
0.502
Jumlah
346.18
333.37
12.81
Pendek
Mean
49.454
47.624
1.830
(B2)
SD
3.689
3.475
0.431
Jumlah
311.97
293.56
18.41
Panjang
Mean
44.567
41.937
2.630
(B1)
SD
4.583
4.412
0.475
Jumlah
331.53
319
12.53
Pendek
Mean
47.361
45.571
1.790
(B2)
SD
4.276 4.018 commit to user
0.419
Tungkai
Jump (A1)
Double Leg Box Bound (A2)
54
Rata-rata
12.505 1.7864 0.4665
15.47 2.21 0.4473
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 Hal-hal yang mendapat perhatian dari nilai-nilai yang terdapat dalam tabel 3 adalah sebagai berikut : 1. Jika kelompok mahasiswa Pembinaan Prestasi Renang JPOK FKIP UNS tahun 2012 dengan kategori ukuran tungkai panjang yang mendapat perlakuan dengan latihan knee-tuck jump mempunyai rata-rata tes awal 51.826 dan tes akhir 50.083 dengan rata-rata peningkatan 1.743. Sedangkan kelompok mahasiswa yang mendapat perlakuan dengan latihan double leg box bound mempunyai rata-rata tes awal 44.567 dan tes akhir 41.937 dengan rata-rata peningkatan 2.630. Bila kedua bentuk latihan dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok perlakuan dengan latihan double leg box bound lebih baik pengaruhnya daripada kelompok perlakuan dengan latihan kneetuck jump. 2. Kelompok perlakuan pada mahasiswa dengan kategori ukuran tungkai pendek dengan perlakuan latihan knee-tuck jump mempunyai rata-rata tes awal 49.454 dan tes akhir 47.624 dengan peningkatan 1.830. Sedangkan pada kelompok mahasiswa dengan perlakuan latihan double leg box bound mempunyai ratarata tes awal 47.361 dan tes akhir 45.571 dengan peningkatan 1.790. Bila kedua kelompok dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok perlakuan dengan latihan knee-tuck jump lebih baik daripada kelompok perlakuan dengan latihan double leg box bound terhadap kecepatan renang gaya dada 50 meter pada mahasiswa Pembinaan Prestasi Renang JPOK FKIP UNS ahun 2012. Untuk mengetahui gambaran secara menyeluruh dari nilai-nilai hasil kecepatan renang gaya dada 50 meter maka dapat dibuat diagram perbandingan nilai-nilai sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
Gambar 15 Histogram Perbandingan Nilai Rata-Rata Kecepatan Renang Gaya Dada 50 Meter pada Tes Awal, Tes Akhir tiap Kelompok Berdasarkan Perlakuan dan Kategori Panjang Tungkai Keterangan : KTJ (A1)
: Latihan knee-tuck jump
DLBB (A2)
: Latihan double leg box bound
TPJ (B1)
: Tungkai panjang
TPD (B2)
: Tungkai pendek
3. Agar nilai rata-rata peningkatan hasil kecepatan renang gaya dada 50 meter yang dicapai tiap kelompok mudah dipahami, maka nilai peningkatan hasil kecepatan renang gaya dada 50 meter pada tiap kelompok perlu disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
Gambar 16 Histogram Perbandingan Nilai Rata-Rata Peningkatan Hasil Kecepatan Renang Gaya Dada 50 Meter tiap Kelompok Perlakuan Keterangan : A1B1
: Kelompok latihan knee-tuck jump dengan kategori ukuran tungkai panjang.
A1B2
: Kelompok latihan knee-tuck jump dengan kategori ukuran tungkai pendek.
A2B1
: Kelompok latihan double leg box bound dengan kategori ukuran tungkai panjang.
A2B2
: Kelompok latihan double leg box bound dengan kategori ukuran tungkai pendek.
B. Pengujian Persyaratan Analisis 1. Uji Normalitas Dari data hasil prediksi kecepatan renang gaya dada 50 meter sebelum diberi perlakuan, setelah dianalisis menggunakan uji Liliefors, maka diperoleh commit to user hasil pengujian seperti tercantum dalam tabel 4 berikut :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58 Tabel 4 Hasil Uji Normalitas dengan Liliefors Kelompok
N
Prob
Lo
Lt
Kesimpulan
A1B1
7
0.05
0,1468
0.300
Distribusi Normal
A1B2
7
0.05
0.1056
0.300
Distribusi Normal
A2B1
7
0.05
0.2109
0.300
Distribusi Normal
A2B2
7
0.05
0.1182
0.300
Distribusi Normal
Dari tabel 4 diketahui bahwa Lo < Lt. Hal ini menunjukkan bahwa sampel yang terambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dengan demikian persyaratan normalitas data telah terpenuhi. Rincian dan prosedur uji normalitas dapat dilihat dalam lampiran.
2. Uji Homogenitas Dengan data yang sama dianalisis menggunakan uji Barlett, maka diperoleh hasil pengujian yang tercantum dalam tabel 5 sebagai berikut:
Tabel 5 Hasil Uji Homogenitas dengan Uji Barlett Σ Kelompok 4
Ni
S2gab
X2hit
X2tabel
Kesimpulan
7
0.2098726
0.258990276
7.81
Homogen
Dari tabel 5 dapat diketahui X2hit lebih kecil daripada X2tabel . Hal ini menunjukkan sampel-sampel penelitian pada kelompok latihan pliometrik dengan bentuk latihan knee-tuck jump dan latihan double leg box bound, keduanya bersifat
homogen. Dengan demikian persyaratan homogenitas juga dipenuhi.
Rincian dan prosedur analisis uji homogenitas varians dapat diperiksa pada lampiran. commit to Hipotesis user C. Pengujian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59 Pengujian hipotesis ini dilakukan berdasarkan hasil analisis data dan interpretasi analisis varians. Uji rentang Newman Keuls ditempuh sebagai langkah-langkah uji rata-rata setelah anava. Bila anava menghasilkan kesimpulan tentang perbedaan pengaruh kelompok yang dibandingkan, maka uji rentang Newman Keuls, dimaksud untuk mengetahui pengaruh kelompok mana yang lebih baik. Berkenaan dengan hasil analisis dan uji rentang Newman Keuls, ada beberapa hipotesis yang harus diuji. Hasil analisis data dapat dilihat seperti yang tercantum dalam tabel 6, tabel 7 dan tabel 8 berikut ini:
Tabel 6 Ringkasan Nilai Rerata Kecepatan Renang Gaya Dada 50 Meter Berdasarkan Bentuk Latihan dan Kategori Ukuran Panjang Tungkai Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel Penelitian A1
A2
Rerata panjang tungkai B1 Hasil tes awal Hasil tes akhir Peningkatan
51.826 50.083 -1.743
B2 49.454 47.624 -1.830
B1 44.567 41.937 -2.630
B2 47.361 45.571 -1.790
Tabel 7 Ringkasan Keseluruhan Hasil Analisis Varians Dua Faktor Sumber Variasi Rata-rata Perlakuan A B AB Kekeliruan Total
dk 1 1 1 1 24 28
JK 111.8001 1.2559 0.9919 1.5043 5.0369 120.5891
RJK 111.800 1.256 0.992 1.504 0.210
commit to user
Fo
5.9841 * 4.7261 * 7.1676 *
Ft
4.11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60 Keterangan : A
= Kelompok latihan pliometrik.
B
= Kelompok mahasiswa berdasarkan klasifikasi panjang tungkai
AB = Interaksi antara kelompok latihan pliometrik dengan panjang tungkai. * = Tanda signifikan pada α = 0.05.
Tabel 8 Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman Keuls
KP A1B1 A2B2 A1B2 A2B1
Rerata 1.743 1.790 1.830 2.630
A1B1 1.743 -
A2B2 1.790 0.047 -
A1B2 1.830 0.087 0.040 -
A2B1 RST 2.630 0.887 * 0.5056 0.840 * 0.6112 0.800 * 0.6753 -
Keterangan : * A1B1
: Tanda Signifikasi pada P < 0.05. : Kelompok latihan knee-tuck jump dengan kategori ukuran tungkai panjang.
A1B2
: Kelompok latihan knee-tuck jump dengan kategori ukuran tungkai pendek.
A2B1
: Kelompok latihan double leg box bound dengan kategori ukuran tungkai panjang.
A2B2
: Kelompok latihan double leg box bound dengan kategori ukuran tungkai pendek.
1. Pengujian Hipotesis Pertama Untuk tes kecepatan renang gaya dada 50 meter, hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara peningkatan kecepatan renang gaya dada 50 meter mahasiswa yang diberi perlakuan dengan latihan kneetuck jump dan latihan double leg box bound. Dari hasil perhitungan diperoleh Fhit commit to user = 5.9841 lebih besar dari Ftabel = 4.11 (F0 > Ft) pada taraf signifikasi 5%. Ini berarti
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61 bahwa hipotesis nol (Ho) ditolak sehingga ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok perlakuan. Dari analisis lanjutan diketahui ternyata latihan double leg box bound memiliki peningkatan yang lebih baik terhadap kecepatan renang gaya dada 50 meter dengan nilai rata-rata yaitu 2.21 diatas rata-rata peningkatan kelompok latihan knee-tuck jump yang hanya 1.79.
2. Pengujian Hipotesis Kedua Berdasarkan tingkat ukuran panjang tungkai yang dimiliki mahasiswa Pembinaan Prestasi Renang JPOK FKIP UNS tahun 2012, hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kecepatan renang gaya dada 50 meter antara mahasiswa yang memiliki ukuran tungkai panjang dan ukuran tungkai pendek. Dari hasil perhitungan diperoleh Fhit =4.7261 lebih besar dari Ftabel = 4.11 (F0 > Ft) pada taraf signifikasi 5%. Ini berarti hipotesis nol (H0) ditolak sehingga ada pengaruh yang signifikan antara mahasiswa yang memiliki ukuran tungkai panjang dan ukuran tungkai pendek. Dari analisis lanjutan diketahui ternyata mahasiswa yang memiliki ukuran tungkai panjang mempunyai peningkatan yang lebih baik terhadap kecepatan renang gaya dada 50 meter dengan nilai rata-rata yaitu 2.186 diatas rata-rata peningkatan kelompok mahasiswa yang memiliki ukuran tungkai pendek yaitu 1.810.
3. Pengujian Hipotesis Ketiga Dari hasil analisis data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ada interaksi antara latihan pliometrik dan panjang tungkai, yang ditunjukkan oleh F0 = 7.1676 lebih besar dari Ft = 4.110
pada taraf signifikasi 5% sehingga H0
ditolak, jadi dapat disimpulkan bahwa antara latihan pliometrik dan panjang tungkai, ada interaksi dalam peningkatan kecepatan renang gaya dada 50 meter. D. Pembahasan Hasil Analisis Data Pembahasan hasil penelitian ini memberikan penafsiran lebih lanjut mengenai hasil-hasil analisis datacommit yang telah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62 pengujian hipotesis telah menghasilkan tiga kemungkinan analisis yaitu : (1) Ada pengaruh yang signifikan antara peningkatan kecepatan renang gaya dada 50 meter yang diberi perlakuan dengan latihan knee-tuck jump dan latihan double leg box bound. (2) Ada pengaruh yang signifikan antara peningkatan kecepatan renang gaya dada 50 meter antara mahasiswa yang memiliki ukuran tungkai panjang dan mahasiswa yang memiliki ukuran tungkai pendek. (3) Ada interaksi antara latihan pliometrik dan panjang tungkai terhadap kecepatan renang gaya dada 50 meter pada mahasiswa Pembinaan Prestasi Renang JPOK FKIP UNS tahun 2012. Kelompok kesimpulan analisis tersebut dapat dipaparkan lebih lanjut secara rinci sebagai berikut:
1. Pengaruh Latihan Knee-Tuch Jump dan Double Leg Box Bound terhadap Kecepatan Renang Gaya Dada 50 Meter Berdasarkan pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa, ada pengaruh antara peningkatan kecepatan renang gaya dada 50 meter antara mahasiswa yang diberi perlakuan latihan knee-tuck jump dan latihan double leg box bound. Kelompok mahasiswa yang diberi latihan latihan double leg box bound memiliki peningkatan lebih baik dibanding dengan kelompok mahasiswa yang diberi perlakuan latihan knee-tuck jump. Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa, latihan double leg box bound mempunyai rata-rata peningkatan lebih besar 0.42 daripada latihan knee-tuck jump. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada pengaruh antara latihan double leg box dan latihan knee-tuck jump terhadap kecepatan renang gaya dada 50 meter pada mahasiswa Pembinaan Prestasi Renang JPOK FKIP UNS tahun 2012, dapat diterima kebenarannya.
2. Pengaruh Kecepatan Renang Gaya Dada 50 Meter antara Mahasiswa yang Memiliki Tungkai Panjang dengan Mahasiswa yang Memiliki Tungkai Pendek Berdasarkan pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa ada pengaruh commit user yang signifikan antara mahasiswa yangtomemiliki ukuran tungkai panjang dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63 ukuran tungkai pendek terhadap kecepatan renang gaya dada 50 meter. Ditinjau dari hasil kecepatan renang gaya dada 50 meter yang dihasilkan ternyata kelompok mahasiswa yang memiliki ukuran tungkai panjang mempunyai peningkatan yang lebih baik dibanding dengan kelompok mahasiswa yang memiliki ukuran tungkai pendek. Dari hasil analisis data diperoleh nilai rata-rata peningkatan kecepatan renang gaya dada 50 meter mahasiswa yang memiliki ukuran tungkai panjang lebih besar 0.376 daripada mahasiswa yang memiliki ukuran tungkai pendek. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada pengaruh antara ukuran tungkai panjang dan pendek terhadap kecepatan renang gaya dada 50 meter pada mahasiswa Pembinaan Prestasi Renang JPOK FKIP UNS tahun 2012, dapat diterima kebenarannya.
3. Interaksi Pengaruh antara Latihan Pliometrik dan Panjang Tungkai terhadap Kecepatan renang Gaya Dada 50 Meter Penggunaan latihan pliometrik dalam kecepatan renang gaya dada 50 meter dapat dijadikan sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan power otot tungkai. Untuk terbentuknya kemampuan yang memadai, seseorang harus memiliki unsur-unsur utama dari power otot tungkai yaitu kekuatan dan kecepatan. Jika seseorang memiliki dua unsur tersebut dengan baik maka akan mendukung terbentuknya power otot tungkai yang memadai dan sebaliknya. Dengan demikian penggunaan latihan pliometrik dan panjang tungkai mempunyai interaksi yang positif, dimana ukuran tungkai yang panjang dapat mendukung pencapaian hasil renang gaya dada 50 meter yang lebih optimal. Untuk mengetahui interaksi antara latihan pliometrik dan panjang tungkai, disajikan pada tabel 9 sebagai berikut : Tabel 9 Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama dan Interaksi Faktor Utama terhadap Peningkatan Hasil Kecepatan Renang Gaya Dada 50 Meter
B1 B2 Rerata |B2-B1|
A1 1.743 1.830 1.786 0.087
A2 2.630 1.790 2.210 commit to user -0.840
Rerata 2.19 1.81 4.00
|A2-A1| 0.887 - 0.040
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
Gambar 17
Bentuk Interaksi Nilai Peningkatan Kecepatan Renang Gaya Dada 50 Meter
Berdasarkan gambar 17 menunjukkan bahwa, bentuk garis perubahan besarnya nilai hasil peningkatan kecepatan renang gaya dada 50 meter adalah tidak sejajar, sehingga jika garis tersebut diteruskan akan mendapat suatu titik pertemuan (perpotongan) antara latihan pliometrik dan panjang tungkai. Berarti terdapat kecenderungan untuk berinteraksi antara keduanya. Hal ini sesuai dengan kajian teori yang dikemukakan bahwa peningkatan hasil tidak dipengaruhi oleh bentuk latihan saja, tetapi juga faktor internal, dimana kedua faktor tersebut commit to user mempengaruhi secara berkaitan. Panjang pendeknya ukuran tungkai yang dimiliki
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65 mahasiswa akan mempengaruhinya terbentuknya kekuatan dan kecepatan yang memadai, sehingga dapat mempengaruhi kecepatan renang gaya dada 50 meter. Dengan kata lain, mahasiswa yang memiliki ukuran tungkai panjang akan lebih optimal dalam melakukan renang gaya dada 50 meter sehingga hasil kecepatan renang gaya dada 50 meter lebih baik jika dibanding dengan mahasiswa yang memiliki ukuran tungkai pendek. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan ada kecenderungan untuk berinteraksi antara latihan pliometrik dan panjang tungkai terhadap kecepatan renang gaya dada 50 meter pada mahasiswa Pembinaan Prestasi Renang JPOK FKIP UNS tahun 2012, dapat diterima kebenarannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah diungkapkan pada BAB IV, maka dapat diperoleh simpulan sebagai berikut : 1. Ada pengaruh antara latihan knee-tuck jump dan latihan double leg box bound terhadap kecepatan renang gaya dada 50 meter pada mahasiswa Pembinaan Prestasi Renang JPOK FKIP UNS tahun 2012. Pengaruh peningkatan kecepatan renang gaya dada 50 meter yang ditimbulkan oleh latihan knee-tuck jump rata-rata peningkatanya adalah 1.79 dan latihan double leg box bound rata-rata peningkatannya adalah 2.21. Yaitu sebesar 0.42 latihan double leg box bound lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan kecepatan renang gaya dada 50 meter daripada latihan knee-tuck jump. 2. Ada pengaruh panjang tungkai terhadap kecepatan renang gaya dada 50 meter antara mahasiswa yang memiliki ukuran tungkai panjang dan ukuran tungkai pendek pada mahasiswa Pembinaan Prestasi Renang JPOK FKIP UNS tahun 2012. Pengaruh peningkatan kecepatan renang gaya dada 50 meter yang ditimbulkan oleh mahasiswa yang memiliki ukuran tungkai panjang rata-rata peningkatanya adalah 2.186 dan mahasiswa yang memiliki ukuran tungkai pendek rata-rata peningkatannya adalah 1.810. Yaitu sebesar 0.376 pengaruh peningkatan kecepatan renang gaya dada 50 meter yang ditimbulkan oleh mahasiswa yang memiliki ukuran tungkai panjang lebih baik daripada mahasiswa yang memiliki ukuran tungkai pendek. 3. Ada interaksi antara latihan pliometrik dan panjang tungkai tehadap kecepatan renang gaya dada 50 meter pada mahasiswa Pembinaan Prestasi Renang JPOK FKIP UNS tahun 2012, karena dari hasil analisis menunjukkan bahwa F0= 7.1676 lebih besar dari Ft= 4.110, pada taraf signifikansi 5%. commit to user
66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67 B. Implikasi Kesimpulan dari hasil penelitian ini dapat mengandung pengembangan ide yang lebih luas jika dikaji pula tentang implikasi yang ditimbulkan. Atas dasar kesimpulan yang telah diambil, dapat dikemukakan implikasinya sebagai berikut : 1. Secara umum dapat dikatakan bahwa latihan pliometrik dengan bentuk latihan knee-tuck jump dan latihan double leg box bound serta panjang tungkai merupakan variabel-variabel yang dapat mempengaruhi peningkatan dalam kecepatan renang gaya dada 50 meter. 2. Penggunaan latihan double leg box bound memberikan pengaruh lebih baik daripada latihan knee-tuck jump terhadap peningkatan kecepatan renang gaya dada 50 meter. Hal ini berarti bahwa penggunaan latihan double leg box bound secara menyakinkan memberikan pengaruh yang efektif dalam peningkatan kecepatan renang gaya dada 50 meter karena dalam penggunaanya hasil kecepatan renang gaya dada 50 meter dapat meningkat secara optimal. Sedangkan penggunaan latihan knee-tuck jump memiliki hasil kurang optimal dalam peningkatan kecepatan renang gaya dada 50 meter, sehingga latihan ini efektifitasnya kurang optimal dalam melatih kecepatan renang gaya dada 50 meter. 3. Untuk meningkatkan kecepatan renang gaya dada 50 meter, maka dalam melakukan latihan harus diterapkan bentuk latihan yang baik dan tepat, sehingga akan diperoleh hasil latihan yang optimal.
C. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, saran-saran yang dapat dikemukakan kepada pembina dan pelatih Pembinaan Prestasi Renang di Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP UNS sebagai berikut : 1. Mengingat menggunakan latihan double leg box bound lebih baik dalam meningkatkan kecepatan renang gaya dada 50 meter, maka sebaiknya penggunaan latihan double leg box bound tersebut dipilih oleh pelatih renang atau dosen pengampu Pembinaan Prestasi Renang dalam pemilihan bentuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68 latihan agar materi latihan dapat diserap dengan baik oleh mahasiswa sehingga hasil kecepatan renang gaya dada 50 meter akan lebih optimal. 2. Dalam peningkatan hasil kecepatan renang gaya dada 50 meter, disamping pemilihan bentuk latihan yang tepat perlu juga mempertimbangkan komponen kondisi fisik yang dapat mendukung keberhasilannya. Pelatih renang atau dosen pengampu Pembinaan Prestasi Renang sebaiknya tidak mengabaikan faktor ukuran panjang tungkai mahasiswanya. Karena ukuran tungkai yang panjang akan jauh lebih optimal dalam melakukan renang gaya dada 50 meter daripada ukuran tungkai yang pendek.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69 DAFTAR PUSTAKA Andi Suhendro. (2004). Dasar-dasar Kepelatihan. Jakarta: Universitas Terbuka. Bompa, Tudor O. (1994). Theory and Metodology of Training. Dubuque, lowa: Kendall Hunt Publishing Company. Dumadi & Kasiyo Dwijowinoto._____.Renang (materi, metode, penilaian). Depdikbud. Dirjendikti. Dwijowinoto, Kasiyo. (1980). Renang Perkembangan Pengajaran Teknik dan Taktik. Semarang: IKIP. FINA hand book, 2009-2013. Peraturan Perlombaan Renang. Diperoleh 15 Maret 2012 dari http://www.fina.org/pool/index. php?option=com_content&view =article&id=7192&Itemid=269. Guyton, Arthur C. (1994). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 7. Jakarta: EGC. Harsono. (1998). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: Departemen Pendidikan danm Kebudayaan. Dirjen Dikti. Ismaryati (2008). Tes & Pengukuran Olahraga. Surakarta: UNS Press. Luttgens, K., & Hamilton, N. (1997). Kinesiology Scientific Basic of Human Motion. Dubuque, lowa: A Times Mirror Company. M. Furqon, H. & Doewes, Muchsin. (2002). Plaiometrik : Untuk Meningkatkan Power. Surakarta: UNS Press. M. Sajoto. (1995). Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang : IKIP Semarang Press. Moh.Nazir, Ph.D. (1985). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indah. Mulyono B. (1993). Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani/Olahraga. Surakarta: UNS Press. Nosseck, Josef. (1982). General Theory of Training. Lagos: National Institute for Sport. Sudjana. (1992). Metodologi Penelitian. Jakarta: Grafindo. Sugiyanto. (1994). Penelitian pendidikan. Surakarta: UNS Suharno HP. (1993). Metodologi Kepelatihan. Yogyakarta: Yayasan STO. Suharsimi A. (1996). Prosedur Penelitian. commit toJakarta: user PT. Rineka Cipta.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
Suryatna, Ermat & Adang Suherman. (2004). Renang Kompetitif. Jakarta: Depdiknas Thomas D. G, (1996). Renang Tingkat Pemula, Alih Bahasa Alfons P. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Universitas Sebelas Maret. (2012). Pedoman Penulisan Skripsi FKIP UNS. Surakarta: UNS Press. Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin . (1996). Ilmu Kepelatihan Dasar. Jakarta : Depdikbud. Dirjendikti.
commit to user