STRATEGI PEREMPUAN MISKIN DALAM MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN HIDUP. Oleh. Benjamin. Staf Pengajar Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Lampung ABSTRACT

STRATEGI PEREMPUAN MISKIN DALAM MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN HIDUP Oleh Benjamin Staf Pengajar Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Lampung

ABSTRACT Writing the results of this study aims to explain about Strategies In Retaining Women Poor Survival in Urban District of the Cape of Good to Labuan in Dublin in 2010 . Study informants took five women / mothers or widows ditingal her husband died of Poor Households where the theree informants poor women of Lingkungan I and two informants poor women of the Lingkungan II . The method used is descriptive qualitative . Data collection techniques used , namely in-depth interviews and documentary studies . Based on the results of this study concluded that the strategy of poor women in maintaining the viability of all the ability to find a solution that is done in an effort to meet the needs of family life . Here the survival strategy or by pressing dicukup insufficiency , especially in subsistence daily meals . Generally they are the spirit of working hard as a laundry worker , factory workers , artisans and trade marung sequence . Dependence on assistance from other parties or other persons who may otherwise still expected as first aid given by the government Raskin and BLT . To meet the needs of school education strategy her children , because they are trying to prioritize for the future . Although low income , they do not work any more with the term odd jobs working with pattern holes dug hole covered. Key word: strategy, poor women, maintain viability

PENDAHULUAN Krisis ekonomi yang pernah melanda bangsa Indonesia pada tahun 1997 ternyata berdampak panjang dimana kehidupan ekonomi masyarakat belum menunjukan satu kemajuan yang berarti. Bila dibandingkan dengan negara lain yang telah berhasil mengatasi krisis, Indonesia masih sangat jauh tertinggal. Kondisi seperti ini dialami oleh masyarakat Indonesia hingga muncul kerawanan sosial. Indikasi kerawanan sosial diantaranya ditandai dengan meningkatnya jumlah pengangguran, kriminalitas dan bertambahnya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), seperti anak terlantar, anak nakal, tuna susila, pengemis, gelandangan, dan keluarga miskin. Selanjutnya sehubungan dengan kemiskinan, ada berbagai program penanggulangan kemiskinan yang selama ini cenderung bersifat dari atas (top-down) dan berakibat pada rendahnya partisipasi masyarakat miskin dalam berbagai program. Program-program tersebut cenderung disusun dengan asumsi bahwa orang miskin belum mampu menolong 96

Strategi Perempuan Miskin dalam Mempertahankan Kelangsungan Hidup

dirinya sendiri, sehingga perlu bantuan dari pihak luar. Padahal, orang miskin mempunyai potensi dan kemampuan mengentaskan dirinya sendiri untuk keluar dari kemelut kemiskinan. Pengetahuan, potensi dan kemampuan orang miskin dalam mengentaskan diri mereka sendiri sangat terbatas, sehingga program mengatasi kemiskinan cendrung bias dan birokrat sebagai inspirator program. Kemudian perlu disadari, bahwa fenomena kemiskinan sendiri bersifat kompleks dan multidimensional. Disamping itu, data-data statistik makro tidak sepenuhnya dapat digunakan untuk mengungkap dan memahami fenomena kemiskinan. Data-data sulit untuk mengetahui sumber-sumber pokok maupun faktor-faktor penyebab dari fenomena kemiskinan. Oleh karena itu, hal tersebut kurang dapat dipakai sebagai acuan dalam perumusan kebijakan penanggulangan kemiskinan terutama pada tingkat meso dan mikro yang berbasis pada pemahaman tentang profil komunitas miskin. Terlebih lagi karena desakan ekonomi yang semakin meningkat dari waktu ke waktu, maka menyebabkan pemenuhan kebutuhan rumah tangga tidak cukup bila hanya dipenuhi oleh suami saja sebagai pencari nafkah utama. Hal sebut sebagai solusinya adalah dengan turut melibatkan anggota keluarga untuk membantu suami sebagai pencari nafkah dan salah satu diantaranya adalah sang isteri. Peran isteri dalam menunjang ekonomi rumah tangga cukup penting, terutama rumah tangga yang suaminya berpenghasilan rendah. Hal ini diperkuat dari hasil penelitian Tim Peneliti Leknas LIPI tahun 1987 (dalam Soemitro: 2002), bahwa semakin rendah pendapatan rumah tangga, maka semakin tinggi peranan isteri terhadap penghasilan rumah tangga. Akhirnya istri sebagai perempuan ikut berperan dalam mempertahankan kelangsungan hidup dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga dan termasuk pula diantaranya tentang aspirasi pendidikan anak. Tantangan istri dalam peranan tersebut dengan berbagai strategi diantaranya kerja keras bekerja apa saja yang terpenting menghasilkan uang, ketergantungan pada bantuan orang lain, menekan biaya fasilitas, pola hidup gali lubang tutup lubang (M. Musiyam, 2000). Apalagi kenyataan tersebut bagi istri sebagai individu dari rumah tangga miskin, salah satu lapangan kerja yang dapat digelutinya adalah bekerja di luar sektor formal, seperti diantaranya sebagai pedagang, pembantu rumah tangga, dan petani. Apalagi dari beberapa angkatan kerja yang tersedia, mereka tidak mungkin masuk bekerja ke sektor formal, maka dari itu perempuan-perempuan ini sebagai perempuan dari rumah tangga miskin berusaha untuk mendapatkan pekerjaan sedapat mungkin agar dapat memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Hal tersebut telah diungkapkan dari hasil penelitian (Murray, 1994; Pernia, 1994; dan Jellinek dalam Prasetyo, 2005) bahwa kelompok miskin kota sebagian besar bekarja pada sektor-sektor informal. Jenis pekerjaan mereka umumnya termasuk dalam kategori usaha sendiri (self employment) dan pekerjaan yang tergantung pada pesanan (dependent work). Sifat pekerjaan tersebut umumnya rentan (vulnerable) terhadap perubahan dan tergantung pada pihak lain yang biasanya mempunyai posisi tawarmenawar (bergaining posistion) yang lebih kuat. Kerentanan ini dapat bersumber dari berbagai sebab, seperti : musim, inflasi, perubahan harga pasar, dan sebagainya. Selanjutnya diperkuat lagi dari berbagai studi empiris membuktikan, bahwa ternyata kaum miskin kota mampu bekerja keras dengan jam kerja yang panjang, mampu mengembangkan kiat-kiat untuk memperbaiki kehidupannya, dan mempunyai motivasi serta aspirasi tentang kehidupan masa depan yang lebih baik, sebagai pendapat menurut Bromley, Gerry dan Steele (dalam M. Musiyam 2000). Sehubungan dengan permasalahan diatas, bahwa Kelurahan Labuhan Dalam Kecamatan Tanjung Senang adalah merupakan salah satu potret kelurahan di Kota Bandar Jurnal Sosiologi, Vol. 15, No. 2: 96-109

97

Lampung yang mayoritas penduduknya termasuk kategori penduduk miskin kota. Kelurahan Labuhan Dalam menunjukkan, bahwa jumlah penduduknya sebanyak 8.638 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.277 KK. Hal tersebut terlihat dari gambaran distribusi penduduknya yang mayoritas bermata pencaharian sebagai buruh (buruh tani atau buruh swasta), yaitu sebanyak 1.670 jiwa dan tingkat pendidikan mayoritas penduduknya juga cenderung rendah, yaitu SMP ke bawah, ada sejumlah 5.996 jiwa. (Sumber : Monografi Kelurahan Labuhan Dalam, Tahun 2010). Rendahnya tingkat pendidikan bagi penduduk daerah pinggiran perkotaan menjadikan sangat sulit bagi mereka untuk bersaing dalam memperoleh pekerjaan yang layak. Hal inilah yang memaksa mayoritas penduduk terutama bagi perempuan miskin Kelurahan Labuhan Dalam Kecamatan Tanjung Senang hanya mampu bekerja sebagai buruh apa saja. Demikianlah pekerjaan sektor informal yang digeluti perempuan dari rumah tangga miskin di Kelurahan Labuhan Dalam Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung untuk terus dapat mempertahankan kelangsungan hidup keluarganya. Hal tersebut terlihat dari usaha yang dilakukan, ada dua pekerjaan utama yang menjadi sumber penghidupan, yakni sebagai pembantu rumah tangga, dan buruh pabrik. Penghasilan pembantu rumah tangga tergantung pada permintaan konsumen atau masyarakat sekitar mereka tinggal dalam membutuhkan cucian pakaian (seberapa banyak jumlah pakaian yang biasanya dihitung per potong pakaian untuk baju dihitung Rp.500,- dan celana Rp.600,- serta pakaian dalam Rp. 250,-. Cuci pakaian setiap 1 kg nya dihitung sudah Rp 11.000,- pada saat penelitian). Adapun untuk menjadi buruh pabrik tergantung pada jumlah maupun target yang akan dicapai oleh pabrik. Walaupun bekerja sebagai buruh dengan penghasilan yang seadanya, ditambah lagi dengan biaya hidup yang cukup tinggi di pinggiran perkotaan dan dengan segala kebutuhan yang harus dipenuhi. Selanjutnya bicara tentang ibu sebagai perempuan dari rumah tangga miskin atau dari keluarga miskin, kemiskinan merupakan faktor yang paling menentukan dibandingkan faktor-faktor lainnya. Sering kali terjadi, bahwa akibat kemiskinan yang diderita, sebuah rumah tangga menjadi rapuh, warganya mudah terserang penyakit, status ekonomi dan sosio kulturalnya tidak kunjung dapat ditingkatkan, sehingga keluarga tersebut menjadi lebih miskin lagi karena banyak harta miliknya yang terjual atau tergadaikan. Kelemahan jasmani suatu rumah tangga mendorong orang ke arah kemiskinan melalui beberapa cara, yaitu tingkat produktivitas tenaga kerja yang rendah, ketidakmampuan bekerja lama, upah rendah dan hilangnya sebagaian pendapatan. Kelemahan jasmani yang menyerang tulang punggung keluarga sering mengakibatkan sebuah keluarga jatuh ke dalam perangkap kemiskinan. Isolasi menyebabkan orang terjauhkan dari akses pelayanan publik dan aset sumber daya (termasuk pengetahuan dan koneksi untuk tempat bergantung). Isolasi acap kali menambah kerentanan rumah tangga miskin. Chambers (1987) mencatat berbagai hal yang mendorong keluarga miskin terperosok kesituasi kerentanan pada tingkatnya yang semakin parah karena beberapa alasan: (1) besar dan tingginya frekuensi kewajiban sosial budaya yang harus dipenuhi yang sesungguhnya memberatkan; (2) musibah-musibah yang menimpa, baik yang terjadi sebagai ulah manusia ataupun karena bencana alam; (3) ketidakmampuan fisik, misalkan terjadi karena penyakit atau kecelakaan yang tidak terduga; (4) pengeluaran-pengeluaran tidak produktif atau pemborosan dan (5) terkena pemerasan, pungli oleh pihak-pihak tertentu yang memiliki posisi tawar-menawar lebih kuat dalam masyarakat. Kerentananan keluarga miskin akan bertambah pada saat melonjaknya harga kebutuhan pokok dan sepinya minat masyarakat dalam pekerjaan. 98


Keluarga miskin menurut Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 1981 adalah orang atau keluarga yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan atau orang-orang yang mempunyai sumber mata pencaharian, tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan (PP No. 42 tahun 1981). Pendapat lain menyebutkan, bahwa secara kasar kaum miskin dapat didefinisikan sebagai mereka yang tidak sampai pada suatu tingkat kehidupan yang minimal, seperti yang ditunjukkan oleh garis kemiskinan yang mengungkapkan taraf minimal untuk bisa hidup dengan wajar, mereka yang tidak sampai pada patokan tesebut dan dipandang sebagai orang miskin (Ala, 1996). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa keluarga miskin adalah mereka yang tidak memiliki sumber mata pencaharian atau bila ada tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup yang pokok sekalipun dan yang layak bagi kemanusiaan. Rumah tangga miskin yang telah menjadi warga setempat umumnya masih mempunyai sanak-saudara di sekitarnya. Hal ini menunjukkan, bahwa jaringan sosial yang dimiliki oleh seseorang ikut menentukan kehidupan keluarganya. Ada kecenderungan semakin kecil jaringan sosial, semakin kecil dukungan bantuan yang mungkin didapatkan terutama pada saat-saat menghadapi kesulitan. Sehubungan tentang strategi adalah tata cara yang merupakan alternatif-alternatif untuk berbagai langkah perundingan yang bertujuan untuk mengubah batas-batas kekuatan, kerangka teori dan tehnik yang memungkinkan ilmu pengetahuan dapat memecahkan persoalan-persoalan. Pada definisi tersebut Wesburn mengatakan, bahwa strategi adalah alternatif-alternatif yang digunakan untuk memecahkan berbagai persoalan (dalam Hugo F. Reading, 1986). Kemudian strategi menurut Soerjono Soekanto (1985), bahwa merupakan prosedur yang mempunyai alternatif-alternatif pada pelbagai tahap atau langkah. Selanjutnya, sehubungan dengan strategi adalah kelangsungan hidup dan menurut Soerjono Soekanto, kelangsungan hidup adalah kemampuan manusia untuk melihat perubahan di sekitarnya, kemudian membuat dan mencari cara mengatasinya, sehingga ia dapat mempertahankan keberadaannya atau dirinya terhadap perubahan tersebut. Secara konseptual dapat dijelaskan bahwa strategi kelangsungan hidup perempuan miskin dalam penelitian ini adalah merupakan suatu cara atau usaha yang dilakukan mereka untuk terus dapat bertahan diri dengan melakukan berbagai alternatif atau langkah-langkah yang di tempuh berkenaan dalam mempertahankan kelangsungan hidup. Pemberdayaan ekonomi keluarga yang dilakukan oleh sekelompok keluarga miskin pada dasarnya cenderung berbeda antara satu dengan yang lain dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar untuk tetap mempertahankan kelangsungan hidupnya. Perbedaan ini sangat mungkin disebabkan oleh banyak hal, antara lain dapat dilihat dari besarnya jumlah anggota keluarga, kemampuan dan keterampilan yang dimiliki, motivasi, usia, jenis kelamin, relasi sosial dengan tetangga di sekitarnya. Untuk dapat terpenuhinya kebutuhan dasar, perlu mencari usaha lain dalam meningkatkan pendapatannya. Salah satu usahanya adalah melakukan aktifitas penganekaragaman sumber pendapatan, baik yang berasal dari pekerjaan pokok atau di luar pekerjaan pokok. Seperti yang dikemukakan oleh George Ritzer (dalam Sumardi, 1979) “Jika ingin menyingkirkan kemiskinan, maka orang harus mampu mencari alternatif lain yang berupa aneka fungsi baru”. Berdasarkan penjelasan tentang kelangsungan hidup dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia berkaitan dengan penulisan ini, maka yang dimaksud kebutuhan dasar adalah kebutuhan yang diperlukan oleh Rumah Tangga Miskin (RTM) untuk mempertahankan Jurnal Sosiologi, Vol. 15, No. 2: 96-109

99

kelangsungan hidupnya berupa makan, pakaian, perumahan, kesehatan, pendidikan, dan transportasi. Maka dari itu penulis bermaksud untuk menulis hasil penelitian, yaitu Strategi Perempuan Miskin Dalam Mempertahankan Kelangsungan Hidup dimana penelitian ini dilakukan di Kelurahan Labuhan Dalam Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung tahun 2010.

METODE PELITIAN Disini metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Tujuan utama dalam penelitian deskriptif adalah menggambarkan sifat suatu gejala tertentu. Lokasi penelitian ini di Kelurahan Labuhan Dalam, Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung, karena sebagian besar bekerja penduduknya sebagai buruh dan masih tergolong dalam rumah tangga miskin. Fokus penelitian ini mengenai strategi perempuan miskin dalam mempertahankan kelangsungan hidup adalah merupakan kemampuan dalam mencari solusi atau cara yang dilakukan oleh seorang perempuan/ibu dalam rumah tangga miskin dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, adapun indikator-indikator yang digunakan sebagai berikut : a. Kerja keras dengan bekerja apa saja yang terpenting menghasilkan uang, b. Ketergantungan pada bantuan orang lain, c. Menekan biaya fasilitas, d. Pola hidup gali lubang tutup lubang, Informan-informannya adalah perempuan/ibu janda ditingal suaminya pergi atau mati dari Rumah Tangga Miskin berjumlah lima janda perempuan miskin dimana tiga informan perempuan miskin dari Lingkungan I dan dua informan perempuan miskin dari Lingkungan II. Dalam penelitian ini setelah data terkumpul dari lapangan selanjutnya akan diolah berdasarkan pendekatan kualitatif dimana diolah secara manual. Sementara itu data kualitatif diolah dan dianalisis sesuai dengan prosedur penelitian kualitatif yakni melalui tahap-tahapan seperti: pembuatan transkrip wawancara, kategorisasi, reduksi, display data, dan analisa data. Data primer yang diperoleh dari lapangan dari ibu/perempuan miskin dan didukung data sekunder yang diperoleh melalui studi kepustakaan. Teknik pengumpulan datanya adalah: wawancara yang dilakukan terhadap informan dan dokumentasi sebagai proses pengumpulan data yang diperlukan dari sumber-sumber tertulis, atau berupa laporan dalam membantu penyempurnaan data-data yang diperoleh.

HASIL DAN PEMBAHASAN Strategi Perempuan Miskin dalam Mempertahankan Kelangsungan Hidup Informan I Semangat kerja dalam memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga ibu A ini bekerja keras sebagai buruh cuci pakaian pada dua tempat rumah tangga dalam se bulan untuk mendapatkan uang. Rumah Tangga Perempuan Miskin ibu A ini kehidupan ekonominya tergantung pada orang lain, bahkan sukur-sukur ada yang mau membantu kehidupannya.

100


Adapun cara ibu A menyesuaikan penghidupan keluarganya adalah dengan bekerja seperti itu. Ada bantuan yang sifatnya tetap dan bantuan yang sifatnya sementara. Dulu selalu mendapatkan bantuan dari instansi pemerintah, seperti Raskin dan BLT. Kalau sekarang ini sumber bantuan yang biasanya jadi tempat berkeluh kesah dan meminjam adalah keluarga, tetangga dekat. Rumah tangga Perempuan miskin ibu A ini dengan penghasilan sebulan Rp 500.000,dapat dikategorikan rendah. Dengan pekerjaan sebagai buruh cuci pakaian dan jumlah tanggungan anak sebanyak dua anak cukup berat, sehingga penghasilan tidak mencukupi kebutuhan hidup. Strategi ibu A adalah dengan dicukup-cukupkan untuk memenuhi kebutuhan dalam sebulan. Siasat yang dilakukan ibu A adalah dengan menekan pengeluaran walaupun kebutuhan-kebutuhan hidup sangat banyak. Pengeluaran untuk kebutuhan pangan yang biasanya dikendalikan. Strategi pemenuhan kebutuhan pangan dengan dilakukan penghematan biaya. Untuk tempat tinggal atau rumah seadanya dari peninggalan orang tua dan untuk penerangan rumah ibu menggunakan pemakaian fasilitas seperti listrik menyambung dari tetangga, dan fasilitas air sumur. Strategi yang ibu A lakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup adalah dengan penghematan khususnya pangan dan tidak melakukan pola strategi hidup gali lubang tutup lubang, tidak terlalu mengumbar pinjam sana-sini seperti ke warung, tetangga maupun ke rentenir. Yang penting dan utama adalah tentang strategi pemenuhan kebutuhan pendidikan anak-anak dimana untuk pendidikan sekolah anak sangat diutamakan. Cara ibu A dalam mengatur ekonomi keluarga dengan usaha dan Nabung: “biasa tiap hari ada yang ibu sisihkan untuk ditabung. Kalau ada kebutuhan mendadak langsung bisa dipakai. Ya sepinter-pinter ajalah mengatur pengeluaran dan pemasukan jangan sampek kurang. Walaupun memang kadang-kadang kurang, tapi ya enggak terus-menerus nombok”. Informan II Dengan semangat bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga ibu M bekerja keras sebagai buruh pabrik di Panjang agar rumah tangganya dalam sebulan mendapatkan uang. Rumah Tangga ibu M kehidupan ekonominya juga tergantung pada pihak atau orang lain, bahkan berharap ada yang mau membantu kehidupan ekonominya. Cara ibu M menyesuaikan sebagai penghidup keluarga adalah dengan bekerja seperti sekarang ini : “Sabar sajalah, hidup seperti keluarga umumnya dengan kerja buruh pabrik karena saya merasa tidak memiliki keahlian lainnya”. Menurut ibu semestinya ada bantuan yang sifatnya tetap dan bantuan yang sifatnya sementara. Dulu atau beberapa tahun yang lewat ya selalu mendapatkan bantuan dari Instansi Pemerintah, seperti Raskin dan BLT. Sekarang ini tidak ada yang membari bantuan, walaupun sumber bantuan yang biasanya jadi tempat berkeluh kesah dan meminjam adalah keluarga, tetangga dekatpun mengalami susah juga keuangannya. Rumah tangga ibu M ini dengan penghasilan sebulan Rp 500.000,- termasuk berpenghasilan rendah, dengan pekerjaan sebagai buruh pabrik dan jumlah tanggungan anak sebanyak dua anak dapat dikatakan cukup berat, sehingga penghasilan tidak mencukupi kebutuhan hidup. Strategi ibu M adalah dengan dicukup-cukupkan atau irit untuk memenuhi kebutuhan dalam sebulannya. Untuk memenuhi kebutuhan sekolah anak-anak ibu M mendapatkan bantuan pula dari pihak sekolah. Kalau penghasilan dibilang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan Jurnal Sosiologi, Vol. 15, No. 2: 96-109

101

hidup, namun untuk biaya sekolah anak-anak menurutnya sangat diutamakan. Tingkat kepercayaan dan motivasi ibu M cukup tinggi pula dengan berbagai strategi dijalankan agar dapat menghidupi keluarganya, menurutnya : “Memang sebagian besar waktu saya habis dijalan dan dikerjaan, namanya buruh pabrik akan tetapi keluarga tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Kalo ada waktu luang ya istirahat dan pulang ke rumah mengurus anak-anak dimana semua tergantung waktu, semisal sepulang kerja ya”. Mengenai siasat yang ibu M lakukan adalah dengan menekan atau mengirit pengeluaran meskipun kebutuhan hidup bermacam-macam. Pengeluaran untuk kebutuhan makan yang biasanya ibu atur. Jadi strategi pemenuhan kebutuhan makan dengan melakukan penghematan biaya makan, misalkan makan tiga kali menjadi dua kali dalam sehari dan belum penghematan lauk dan jenis beras. Untuk tempat tinggal atau rumah seadanya numpang sama adik dan begitu pula untuk penerangan rumah menggunakan pemakaian fasilitas seperti listrik dan ada air sumurnya. Strategi yang ibu M lakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup adalah dengan penghematan khususnya untuk makan dan beliau tidak melakukan pola strategi hidup gali lubang tutup lubang, tidak terlalu mengumbar pinjam sana-sini seperti ke warung, tetangga maupun ke rentenir. Yang penting dan utama adalah tentang strategi pemenuhan kebutuhan pendidikan anak-anak dimana untuk pendidikan sekolah anak sangat diutamakan. Cara ibu M dalam mengatur ekonomi keluarga, menurutnya : “Nabung setiap bulan, atau biasanya ibu sisihkan untuk ditabung. Sehingga nek ada kebutuhan yang mendadak langsung bisa dipakai. Ya pinter-pinter kita ajalah mengatur pengeluaran dan pemasukan agar jangan sampek kekurangan. Memang terkadang kurang bila ada kondangan ya minjam adik, tapi ya enggak terus-menerus nombok begitu”. Jadi dari beberapa asumsi di atas dapat diketahui bahwa ibu M ini dalam reaksi atas tindakan perceraian dengan ditinggal pergi suami cepat tanggap dimana dalam hal tindakan perlu adaptasi dengan suasana kehidupan sekarang dengan berbagai strategi, sehingga akhirnya dapat menutupi kebutuhan hidup keluarganya. Informan III Demikian halnya semangat kerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga ibu S ini pekerja keras sebagai tukang urut yang dalam sebulan dapat menghasilkan nafkah. Rumah Tangga ibu S ini kehidupan ekonominya pun dulunya tergantung pada pihak atau orang lain. Adapun cara ibu menyesuaikan sebagai penghidup keluarga adalah dengan bekerja seperti sekarang ini: “Biasa hidup sebagai keluarga kekurangan pada umumnya dengan kerja keras karena kami merasakan tidak mempunyai kecakapan lain selain ngurut mulai dari anak-anak sampai yang tua baik perempuan maupun laki. Dan kebetulan kami siap aja di rumah nunggu kalo ada yang minta urut sambil mengerjakan kerjaan rumah tangga”. Bantuan-bantuan yang sifatnya tetap dan yang sifatnya sementara, dulu ya selalu mendapatkan bantuan, seperti Raskin dan BLT. Kalau sekarang ini tidak ada, sumber bantuan yang biasanya jadi tempat berkeluh kesah dan meminjam pun kini adalah keluarga, atau tetangga dekat yang sama-sama susah hidupnya. 102


Rumah tangga ibu S ini dengan penghasilan sebulan Rp 600.000,- lebih karena anak perempuan yang tertua sudah bekerja. Dengan pekerjaan sebagai tukang urut dan jumlah tanggungan anak sebanyak tiga anak memang cukup berat, sehingga penghasilan terkadang tidak mencukupi kebutuhan hidup. Strategi ibu S adalah dengan mengirit segala pemenuhi kebutuhan dalam sebulannya. Untuk pemenuhan kebutuhan sekolah anak-anak (dua anak yang masih sekolah), ditanggung berdua dengan anak perempuan tertua yang sudah kerja. Kalau penghasilan dibilang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup, namun apa bila untuk biaya sekolah anak-anak menurut ibu sangat diutamakan. Tingkat kepercayaan dan motivasi ibu yang cukup tinggi dengan berbagai strategi dijalankan agar dapat menghidupi keluarganya, menurutnya: “Waktu saya curahkan sepenuhnya buat kerja ngurut dan keluarga tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Kalo ada waktu luang ya masak, bersih-bersih rumah dan kadang bertandang ke rumah tetangga. Mengurus tak seberapa berat sudah pada besar anak-anak dimana semua tergantung waktu”. Adapun siasat yang ibu lakukan adalah dengan menekan atau mengirit pengeluaran walaupun kebutuhan-kebutuhan hidup banyak sekali. Pengeluaran untuk kebutuhan primer saja yang biasanya ibu kendalikan. Jadi ada strategi pemenuhan kebutuhan makan misalkan dengan melakukan penghematan biaya kebutuhan akan makan. Untuk tempat tinggal atau rumah seadanya rumah kontrakkan dan untuk penerangan rumah menggunakan pemakaian fasilitas seperti listrik dan ada air sumurnya. Strategi yang ibu S lakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup adalah dengan penghematan khususnya untuk makan dan tidak pula melakukan pola strategi hidup gali lubang tutup lubang, tidak terlalu meminjam sana-sini seperti ke warung, tetangga maupun ke rentenir. Yang utama adalah tentang strategi pemenuhan kebutuhan pendidikan anakanak dimana untuk pendidikan sekolah anak sangat utama. Cara ibu S dalam mengatur ekonomi keluarga dengan usaha: “Nabung tu pasti setiap bulan, yang biasa ibu sisihkan untuk ditabung. Kalo ada kebutuhan mendesak bias langsung dipakai. Pandai kita ajalah mengatur pengeluaran dan pemasukan jangan sampek kurang jangan sampai nombok”. Dengan denikian dari beberapa asumsi diatas dapat diketahui bahwa ibu S ini dalam reaksi atas tindakan ditinggal oleh suami cepat tanggap dimana dalam hal tindakan perlu adaptasi dengan suasana kehidupan yang baru dengan berbagai strategi sehingga pada akhirnya dapat menutupi kebutuhan hidup keluarga. Informan IV Lain halnya dengan informan ini, ia tidak bersemangat kerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangganya dengan bekerja keras, karena masih ditanggung oleh orang tuanya. Rumah Tangga Perempuan ini kehidupan ekonominya tergantung pada pihak atau orang lain, khususnya kepada orang tua. Namun demikian ada cara-cara tersendiri ibu K menyesuaikan sebagai keluarga yang ditingggal mati suami dan tidak dengan bekerja apapun, seperti sekarang ini: “Ya bagaimana to mau kerja, anak saya masih kecil belum bisa ditinggal, bisa hidup sebagai keluarga yak karena masih ikut orang tua dan kebetulan kami dengan segala kebutuhan yang dibutuhkan dibantu oleh orang tua”. Memang ada bantuan-bantuan yang diberikan waktu itu seperti Raskin, BLT namun sifatnya sementara, sekarang tidak ada lagi. Dulu selalu mendapatkan bantuan, kalau sekarang ini sumber bantuan yang biasa diperolehnya dari orang tua, dimana sebagai tempat berkeluh kesah dan meminjam atau meminta kekurangan kebutuhan hidup. Jurnal Sosiologi, Vol. 15, No. 2: 96-109

103

Rumah tangga ibu K ini tidak mempunyai penghasilan sebulan untuk kebutuhan hidup keluarga, maka dapat dikategorikan nol atau rendah penghasilan. Dengan tidak bekerja apapun dan tanggungan anak hanya seorang anak tidak membuatnya terasa berat, karena semua kebutuhan dicukupi oleh orang tua. Strategi yang dilakukannya adalah dengan dicukup-cukupkan untuk memenuhi kebutuhan dalam sebulannya. Untuk pemenuhan kebutuhan sekolah anak ibu ini (kebetulan masih sekolah Paud) mendapatkan bantuan atau dicukupi oleh orang tua. Jadi tak ada kata penghasilan dibilang tak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun apa bila untuk biaya sekolah anak menurut ibu K ya diutamakan. Tingkat kepercayaan dan motivasi ibu ini cukup tinggi untuk hidup keluarga di masa depan dengan berbagai strategi dijalankan agar dapat hidup keluarganya, menurutnya: “Karena tak kerja, waktu saya curahkan buat mengasuh anak yang baru semata wayang ini. Nanti kalau sedah besar, bisa ditinggal, saya akan mencari pekerjaan buat hidup keluarga. Kalo ada waktu luang ya istirahat dan kadang bantu ibu di dapur, mengurus anak dan mengantar anak ke sekolah”. Adapun siasat yang ibu lakukan adalah tentunya dengan menekan pengeluaran walaupun kebutuhan-kebutuhan hidup banyak dan dipenuhi oleh orang tua, tetapi terkadang ada rasa malu. Pengeluaran untuk kebutuhan makan biasanya yang mengendalikan adalah orang tua. Jadi strategi pemenuhan kebutuhan makan dengan melakukan penghematan biaya kebutuhan akan makan dikendalikan orang tua. Untuk tempat tinggal atau rumah seadanya seperti ini numpang di rumah orang tua dan untuk penerangan rumah menggunakan pemakaian fasilitas seperti listrik dan ada air sumurnya. Strategi yang ibu K lakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup adalah belajar meniru cara-cara penghematan khususnya untuk pangan yang dilakukan oleh orang tua dan kami tidak atau belum melakukan pola strategi hidup gali lubang tutup lubang seperti orang-orang, dan tidak mengumbar pinjam sana-sini seperti ke warung, tetangga bahkan ke renteni punr. Yang penting dan utama adalah tentang strategi pemenuhan kebutuhan pendidikan anak untuk masa depan dimana untuk pendidikan sekolah anak sangat diutamakan. Itulah cara ibu K dalam mengatur keadaan ekonomi keluarganya. Dari beberapa asumsi diatas dapat diketahui bahwa ibu K ini dalam reaksi atas sepeninggal suaminya dengan cepat tanggap, maka oleh orang tua diajak serumah kembali dimana dalam hal tindakan perlu adaptasi dengan suasana kehidupan yang baru dengan berbagai strategi sehingga pada akhirnya dapat menutupi kebutuhan hidup keluarga. Informan V Sebagai informan kelima, beliau ini semangat bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga dan juga bekerja keras sebagai pedagang kecil-kecilan buka warung di rumah dimana dalam sebulan penghasilannya hanya Rp 50.000,-. Rumah Tangga ibu F ini kehidupan ekonominya pun tergantung pada pihak atau orang lain, bahkan berharap ada yang mau membantu kehidupan ekonominya. Adapun cara ibu ini menyesuaikan sebagai penghidup keluarga adalah dengan bekerja seperti sekarang ini: “Sebagai keluarga umumnya dengan bekerja buka warung kecil-kecilan, kami merasakan tak mempunyai keahlian lainnya”. Ada bantuan yang sifatnya tetap dan bantuan yang sifatnya sementara. Dahulu selalu mendapatkan bantuan dari Instansi Pemerintah, seperti Raskin dan BLT. Kalau sekarang ini sumber bantuan yang biasanya jadi tempat meminjam adalah keluarga dan tetangga dekat. Strategi ibu ini untuk memenuhi kebutuhan hidup adalah dengan dicukup-cukupkan dalam sebulannya. 104


Untuk pemenuhan kebutuhan sekolah anak, menurut beliau nantinya akan diusahakan sebagai bagian yang penting. Kalau penghasilan dibilang tak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup, seperti kata beliau: “Apa bila untuk biaya sekolah anak ya diutamakan”. Tingkat kepercayaan dan motivasi ibu ini cukup tinggi, adapun strategi yang dijalankan agar dapat menghidupi keluarganya adalah: “Waktu saya sepenuhnya untuk kerja nunggu warung, walaupun anak tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Kalau ada waktu luang ya: belanja (kulaan) dan pulang ke rumah mengurus anak, beres-beres rumah, benahi dagangan di warung dimana semua tergantung waktu”. Memang siasat ini perlu sebagai apa yang ibu F lakukan adalah dengan menahan keinginan membeli kebutuhan hidup yang bermacam-macam, walaupun demikian kebutuhan hidup untuk makan kami seadanya saja. Artinya pengeluaran untuk kebutuhan makan yang biasanya ibu kendalikan. Namun demikian yang penting sehat tidak sakit. Jadi ada strategi pemenuhan kebutuhan makan dengan melakukan penghematan biaya kebutuhan. Untuk tempat tinggal atau rumah seadanya ini adalah milik orang tua dan untuk penerangan rumah menggunakan pemakaian fasilitas, seperti listrik dan ada air sumurnya. Dengan demikian strategi yang ibu F lakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup adalah dengan penghematan khususnya untuk makan dan tidak melakukan pola strategi hidup gali lubang tutup lubang atau semacam kerja serabutan, pun juga tidak mengumbar pinjam sana-sini seperti ngebon ke warung, ke tetangga maupun apalagi ke rentenir. Yang penting dan terutama nantinya adalah strategi pemenuhan kebutuhan pendidikan anak dimana untuk pendidikan sekolah anak sangat dibutuhkan, seperti halnya cara ibu F dalam mengatur ekonomi keluarga, menurutnya: “Biasa tiap hari ada yang ibu sisihkan untuk disimpan. Jadi seandainya ada kebutuhan yang mendadak buat belanja nambah dagangan langsung bisa dipakai. Ya sepandainyalah kita mengatur keuangan jangan sampek kurang, walaupun memang sebenarnya kurang buat seperti orang yang mampu, tapi ya enggak terus-menerus nombok”. Dari beberapa asumsi diatas dapat diketahui bahwa ibu F ini dalam reaksi atas tindakan berusaha untuk menghidupi keluarganya dengan berdagang buka warung perlu adaptasi dengan suasana kehidupan sekelilingnya yang sama rata senasib tidak mampu dengan strategi menangguhkan keinginan pemenuhan kebutuhan hidup keluarga yang bermacam. Dengan demikian strategi kelangsungan hidup perempuan miskin ini dengan segenap kemampuannya dalam mencari solusi atau cara yang dilakukan oleh mereka dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Dalam penelitian ini model kebutuhan pokok sebagai kebutuhan dasar mereka, seperti yang dikemukakan oleh Soedjatmoko dalam buku Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok (Mulyanto Sumardi dan Hans-Dieter Evers,1982) bahwa ada tujuh macam. Namun, di sini peneliti hanya melihat akan kebutuhan utama seperti makan dan pendidikan saja, walaupun sebenarnya kebutuhan-kebutuhan lainnya turut terabaikan. Oleh karena itu, strategi kelangsungan hidupnya dengan cara menekan atau dicukup-cukupan dalam pemenuhan kebutuhan hidup khususnya makan sehari-hari. Walaupun umumnya mereka dengan semangat bekerja keras sebagai buruh cuci pakaian, buruh pabrik, tukang urut dan dagang marung. Mereka ini merupakan pencari nafkah utama dalam rumah tangga karena ditinggal mati, ditinggal pergi kawin lagi. Nampaknya, mereka sebagai ibu/ kepala rumah tangga tidak melakukan beraneka ragam pekerjaan untuk memperoleh penghasilan dari pekerjaan-pekerjaan yang tersedia, seperti yang dikemukakan Corner dalam Buku Nelayan Strategi Adaptasi Dan Jaringan Sosial (Kusnadi, 2000) bahwa kelompok penduduk miskin memiliki beberapa pola strategi Jurnal Sosiologi, Vol. 15, No. 2: 96-109

105

adaptasi yang dikembangkan untuk menjaga kelangsungan hidup, diantaranya dengan melakukan beraneka ragam pekerjaan yang tersedia untuk mendapatkan penghasilan. Tabel 1. Strategi Perempuan Miskin dalam Mempertahankan Kelangsungan Hidup Strategi

I Bekerja keras

II Bekerja keras sebagai buruh pabrik

Informan III Bekerja keras sebagai tukang urut

Ya

Ya

IV Tidak bekerja

V Bekarja keras sebagai pedagang warung kecilkecilan

Ya

Ya

Ya

Dulu dpt Dulu dpt dr Instansi dr Instansi Pemerinta Pemerinta h: Raskin, h: Raskin, BLT BLT. Sekarang dari saudara atau adik

Tak ada sekarang ini

Orang tua

Dulu pemerintah, kadangkadang orang tua atau tetangga

Pemenuhan kebutuhan hidup

Dicukupcukupkan

Dicukupcukupkan

Dicukupcukupkan

Dicukupi orang tua

Dicukupkan

Pemenuhan kebutuhan sekolah anak

Ya dapat bantuan pakaian

Dari hasil kerja

Dari hasil kerja

Dipenuhi orang tua

Dipenuhi sendiri nantinya

Arisan

Ikut

Tak ikut karena tak ada uang

Ikut arisan

Tak ikut

Tak ikut karena tak ada uang lagi

Semangat kerja utk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga

Ketergantungan pd pihak/orang lain Sumber bantuan

Siasat biaya pengeluaran

106

Penekanan Penekanan Penekanan Belum Penekanan biaya biaya biaya melakubiaya pengepengepengekan penepengeluaran luaran luaran kanan luaran pengeluaran


Strategi Pemakaian fasilitas air dan listrik

Informan I II III IV Listrik Listrik Listrik ada Listrik nyambung nyambung dan air ada dan ke ke adik sumur air sumur tetangga dan air dan ada sumur air sumur

V Listrik nyambung ke tetangga dan ada air sumur

Tanah utk tempat tinggal

Milik sendiri warisan orang tua

Ikut saudara /adik

Kontrak rumah

Tanah rumah milik orang tua

Tanah milik orang tua

Penghasilan rendah, kerja serabutan apa saja

-

Kerja pabrik aja

Kerja ngurut saja

Tak kerja serabutan

Tak kerja serabutan

Strategi pemenuhan kebutuhan makan

Penghema tan biaya kebutuhan makan

Penghema tan biaya kebutuhan makan

Penghema Penghema Belum tan biaya tan biaya melakukebutuhan kan peng- kebutuhan makan makan hematan

Strategi pemenuhan kebutuhan sekolah anak

Diutamakan

Diutamakan dan kadang dibantu adik

Diutamakan.

Diutamakan

Diutamakan.

Strategi pemenuhan kebutuhan utk hajatan, nikahan dll

Kalau kurang pinjam tetangga atau saudara

Kalau kurang pinjam adik

Kalau kurang pinjam tetangga atau saudara

Kalau kurang minta orang tua

Kalau kurang minta orang tua

Ketergantungan pada bantuan pihak lain atau orang lain dapat dikatakan masih diharapkan oleh mereka dimana dulu pemerintah memberikan bantuan Raskin dan BLT. Strategi pemenuhan kebutuhan pendidikan sekolah anak-anaknya, mereka berusaha mengutamakan demi masa depan anak-anak. Pemakaian fasilitas listrik biasanya menyambung ke tetangga dan ada air sumur dengan tanah rumah milik orang tua. Namun, walaupun penghasilannya kecil atau rendah, mereka tidak bekerja serabutan apa lagi dengan istilah bekerja dengan pola gali lubang tutup lubang. Nampaknya hal pemenuhan fasilitas dan kebutuhan lainnya seperti hajatan tersebut dapat dikatakan menerapkan sistim/cara penunjang yang memanfaatkan lingkungan dengan ikatan kekerabatan, ketetanggaan dan

Jurnal Sosiologi, Vol. 15, No. 2: 96-109

107

pengaturan tukar-menukar secar timbal-balik seperti yang dikemukakan juga oleh Corner (dalam Kusnadi, 2000).

KESIMPULAN Strategi kelangsungan hidup perempuan miskin ini dengan segenap kemampuannya dalam mencari solusi atau cara yang dilakukan oleh mereka dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Dalam penelitian ini strategi kelangsungan hidupnya dengan cara menekan atau dicukup-cukupan dalam pemenuhan kebutuhan hidup khususnya makan sehari-hari, dimana umumnya mereka dengan semangat bekerja keras sebagai buruh cuci pakaian, buruh pabrik, tukang urut dan dagang marung. Ketergantungan pada bantuan pihak lain atau orang lain dapat dikatakan masih diharapkan oleh mereka dimana dulu pemerintah memberikan bantuan Raskin dan BLT. Strategi pemenuhan kebutuhan pendidikan sekolah anak-anaknya, mereka berusaha mengutamakan demi masa depan anak-anak. Pemakaian fasilitas listrik biasanya menyambung ke tetangga dan ada air sumur dengan tanah rumah milik orang tua. Namun, walaupun penghasilannya kecil atau rendah, mereka tidak bekerja serabutan apa lagi dengan istilah bekerja dengan pola gali lubang tutup lubang.

DAFTAR PUSTAKA Ala, Andre Bayo.1996. Kemiskinan dan strategi memerangi kemiskinan. Liberty, Yogyakarta. Chambers, Robert.1987. Pembangunan desa mulai dari belakang. LP3ES, Jakarta Soekanto, Soerjono. 1985. Kamus sosiologi. Perum Balai Pustaka. Jakarta Kusnadi. 2000. Nelayan strategi adaptasi dan jaringan sosial. Humaniora Utama Press Bandung. Monografi Kelurahan Labuhan Dalam Kecamatan Tanjung Senang Kota Bandar Lampung Tahun 2010. Musiyam, Muhammad & M.Farid Wajdi.2000. Kerentanan dan jaring pengaman sosial. Muhammadiyah University Press. Peraturan Pemerintah Nomor. 42 tahun 1981 Tentang Kriteria Keluarga Miskin. Prasetyo, Eko. 2005. Orang miskin tanpa subsidi. Resist Book. Yogyakarta. Reading, Hugo F.1986. Social science-dictionaries. Rajawali. Jakarta Sumardi, Mulyanto dan Hans-Dieter Evers.ed. 1982. Kemiskinan dan kebutuhan pokok. Rajawali Jakarta.

108


Soemitro, Styastie. 2002. Kemiskinan dan ketidakmerataan di Indonesia. Rineka Cipta. Jakarta. Sumardi, Muljanto dan Evers. Hans-Dieter. 1979. Urbanisasi masalah Kota Jakarta. Pusat Pembinaan Sumber-Daya Manusia (PPSM) YTKI/FES. Jakarta.

Jurnal Sosiologi, Vol. 15, No. 2: 96-109

109

STRATEGI PEREMPUAN MISKIN DALAM MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN HIDUP. Oleh. Benjamin. Staf Pengajar Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Lampung ABSTRACT

Recommend Documents