Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009
STRATEGI PENGELOLAAN SISTEM DRAINASE KOTA PURWODADI Soewignyo dan Mas Agus Mardyanto Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS Surabaya
[email protected]
ABSTRAK Pemerintah Kabupaten Grobogan telah melakukan berbagai usaha dalam mengatasi genangan air yang terjadi di Kota Purwodadi. Tetapi setiap musim hujan, masih terjadi genangan air di beberapa bagian wilayahnya. Dalam tulisan ini beberapa aspek yang berhubungan dengan hal ini dianalisis dan beberapa saran perbaikan diberikan. Hasil evaluasi teknis menunjukkan bahwa banyak saluran yang kapasitasnya tidak memadai. Hasil evaluasi aspek peranserta masyarakat menunjukkan bahwa kejadian genangan air disebabkan oleh kapasitas saluran yang tidak memadai, oleh sebab tersumbat sampah, dan terjadinya sedimentasi. Kata Kunci : drainase, genangan air, Kota Purwodadi
PENDAHULUAN Kota Purwodadi merupakan ibukota Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah dan merupakan sebuah kota dengan posisi strategis ditengah wilayah provinsi ini. Kota Purwodadi merupakan pusat perdagangan dan ekonomi kabupaten. Kabupaten Grobogan menghasilkan banyak komoditas pertanian seperti jagung, kedelai, dan beras untuk mensuplai kebutuhan provinsi dan nasional. Selain itu, konsekuensi sebagai pusat pemerintahan dan pendidikan, banyak penduduk yang tinggal di kota ini agar lebih dekat dengan tempat berkegiatan. Hal ini meningkatkan kebutuhan lahan untuk bermukim sehingga mengubah tataguna lahan. Mardyanto (2009) menyatakan bahwa perubahan ini mengakibatkan tekanan pada lingkungan menguat, salah satunya ditunjukkan oleh terjadinya banjir/genangan air. Banjir dan genangan air merupakan masalah umum yang dihadapi banyak kota di Indonesia. Pemerintah Kabupaten Grobogan telah berusaha untuk mengatasi hal ini. Beberapa usaha telah dilakukan, antara lain dengan pembangunan saluran drainase utama, pembangunan saluran drainase Kali Kuripan, dan pembangunan saluran drainase yang lain. Tetapi sampai saat ini banjir/genangan air masih saja terjadi di kota ini. Wilayah yang mengalami banjir/genangan ini ada yang mencapai luas 5 ha dengan ketinggian air mencapai 0,60 m dan lamanya genangan dapat mencapai tiga jam. Umumnya kejadian ini disebabkan oleh meluapnya air dari saluran yang tidak dapat menampung limpasan air dari daerah layanannya. Beberapa kemungkinan penyebab terjadinya luapan tersebut antara lain adalah sampah dan sedimen di dalam saluran. Dalam paper ini, beberapa masalah yang berhubungan dengan banjir/genangan air di Kota Purwodadi dan usaha penanggulangannya akan dipaparkan. Dan berdasarkan evaluasi terhadap aspek teknis dan nonteknis (aspek peranserta masyarakat) yang dilakukan, akan disajikan usaha pemecahannya.
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009
Kondisi eksisting sistem drainase Kota Purwodadi Sebagai sebuah ibukota kabupaten, Kota Purwodadi mengalami perkembangan yang paling cepat dibandingkan daerah lain yang ada di Kabupaten Grobogan. Kota ini terdiri dari empat kelurahan, sebagai bagian dari 17 desa/kelurahan wilayah Kecamatan Purwodadi. Kelurahan tersebut adalah Purwodadi, Kuripan, Danyang, dan Kalongan. Penduduk Kota Purwodadi pada akhir tahun 2007 berjumlah 51.099 jiwa (BPS Kabupaten Grobogan, 2007). Kepadatan penduduk pada setiap kelurahan adalah: Purwodadi 64 jiwa/ha, Kuripan 24 jiwa/ha, Danyang 22 jiwa/ha, dan Kalongan 21 jiwa/ha. Tetapi dari kepadatan rata-rata tersebut, wilayah yang mengalami banjir/genangan air adalah wilayah padat penduduk di pusat kota. Dalam dua dasawarsa terakhir, pembangunan perumahan di Kota Purwodadi cukup pesat. Beberapa kompleks perumahan telah dibangun yaitu Perumahan Daerah, Perumahan Sambak Indah, Perumahan Petraco I dan II, Perumahan Ayodya, dan Perumahan Asabri. Selain itu pembangunan perumahan secara mandiri oleh masyarakat juga tumbuh pesat. Pada perumahan umumnya saluran yang dibangun adalah hanya saluran tersier sehingga kurang dapat menampung debit air yang masuk. Sedangkan pada permukiman yang dibangun mandiri, umumnya tidak dilengkapi saluran drainase yang memadai. Perubahan tataguna lahan dari kawasan non terbangun (sawah, tegalan, kebun) menjadi kawasan terbangun inilah yang menjadi salah satu sebab genangan air yang terjadi karena faktor limpasan menjadi semakin besar. Berubahnya tataguna lahan inilah yang membuat genangan air semakin sering terjadi. Disisi lain, perhatian Pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan terhadap sistem drainase yang ada juga masih belum maksimal. Pembangunan infrastruktur dan prasarana kota lebih dititikberatkan pada pembangunan jalan, dan hampir seluruh anggaran pembangunan terserap ke bidang ini. Pembangunan saluran drainase yang dilakukan hanya sebagian dari kebutuhan karena terkendala anggaran. Kondisi saluran yang masih berupa saluran tanah rentan terhadap longsor. Kondisi topografi kota yang relatif datar mengakibatkan kecenderungan terjadinya sedimentasi sehingga dibutuhkan biaya pemeliharaan yang tinggi. Kondisi persampahan kota dalam dasawarsa terakhir sebenarnya cukup baik, terbukti dengan diperolehnya beberapa kali penghargaan Adipura dari Pemerintah Pusat. Tetapi besarnya sampah yang terlanjur menjadi sedimen pada saluran drainase menjadi sulit untuk diatasi karena anggaran pemeliharaan yang tidak tersedia. Hal ini juga menjadi salah satu penyebab banjir/genangan air karena menurunnya kapasitas saluran yang ada. Berdasarkan data yang diperoleh dari dinas terkait (Dinas Pekerjaan Umum dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) dan pengamatan lapangan, saluran drainase primer yang membawa air limpasan dalam wilayah kota terdiri dari delapan daerah pengaliran. Saluran drainase tersebut adalah: Saluran Drainase Utama, Saluran Kali Kuripan, Saluran Jl. Gajah Mada, Saluran Jl. Kol. Sugiyono, Saluran Jl. Dr. Sutomo, Saluran Jl. Brigjen Sudiarto, Saluran Jl. Jendral Sudirman, dan Saluran Jl. Kyai Busro. Daerah pengaliran saluran tersebut disajikan dalam Gambar 1. Setiap saluran tersebut melayani beberapa saluran sekunder dan primer dengan cara pengaliran gravitasi, yaitu dari daerah tinggi ke daerah yang lebih rendah. Saluran drainase tersebut berakhir ke sungai sebagai pembuangan akhir. Beberapa saluran berakhir ke Sungai Lusi, yang lainnya ke Sungai Serang dan Sungai Glugu. Tetapi, dari data yang diperoleh tersebut, saluran drainase yang ada masih bersifat parsial. Belum terdapat sebuah rencana induk sistem drainase untuk seluruh Kota Purwodadi. Perencanaan dan pembangunan yang dilakukan selama ini juga masih
ISBN : 978-979-99735-7-3 D-4-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009
bersifat parsial dan belum merupakan sebuah sistem. Hal ini terutama terjadi pada saluran sekunder, tersier, dan kuarter. Sebagai contoh, pada beberapa ruas, saluran sekunder tidak mampu menampung debit air dari saluran tersiar pada daerah layanannya. Hal ini mengakibatkan meluapnya air pada saluran sekunder sebagai saluran penerima.
S
R
A
N
MT HARYON O Jl. K A U M A N
I
.
G
A
J
A
H
A N TE N D E
Kel. Purwodadi J l. O E R IP S IS W OM IH A R D J O
A
J l. G LU G U
Sal. Drainase Utama
D
Sal. Jl. Gajah Mada
D R Jl.
Gajah Mada
S
Jl. L E T JE N
U
T
R
A
E N G A G K I
Desa Ngembak Sal. Jl.
Sal. Jl. Sal. Jl. Sudirman Sudirman U
SU PRA PTO
M
J l . G AT O T S O E B R O T O
J l. S P A R M A N
J l. P A
J l. T R I K O R A
D
UG
A
GL
M
J l. B H A YA N G KARA
S.
H
Sal. Jl. Sugiyono
PERA
H ADA
O
C
Jl. S U
PA N J A I TA N
O
Jl. M A Y J E N
S
Jl. LETJEN
M
O M
L
A T
A
N
A
Y
J
Jl. A M
A
UDA Jl. P E M
DAW
U R O PA T I Jl . UN T U N G S
H U S I T A P U B . L J
Aw Av Au At As Ar Aq Ap Ao An Am Al Ak Aj Ai Ah Ag Af Ae Ad Ac Ab Aa z y x w v u t s r q p o n M l k j i h G f e D C b a
PEN
K
.
Kel. Kuripan
Jl. Gading IV
Ax
L
I GE TAS
E RIGJ J l. B
A
R
T
O
J
K YA
Jl . K O L O N E L S U G IO N O
JL .
J l . J E N D R A L S U D IR M A N
Sal. Jl. K. Busro Sal. Jl. Kol. Sal. Jl. Sal. K. KaliBusro Kuripan Sugiono Sal. Kali Kuripan
Jl. H AYA
Desa Karangayar
K M WURU
IN
J l. M e k a r s a r i
Kel Danyang
Desa Genuksuran
JL. K A P
T EN R U SD IYA T
S . GLU GU
JL. P A N G E RA N D I P O N E G O RO
T
J l . S L A M E T R I YA D I
S . LU S I
S E L
U
Desa Menduran
ng
MR
V
Ke Blora
ar a
JL. MH TH A
W
Ke Ke Kudus Pati
JL.
X
Ke S em
O
Y
Bs Br Bq Bp Bo Bn Bm Bl Bk Bj Bi Bh Bg Bf Be Bd Bc Bb Ba Az Ay
Sal. Jl. Dr. SutomoSal. Jl. Dr. Sutomo Kel Kalongan
JL. B R I G J E N S
Desa Krangganharjo Ke Solo
S UDIARTO
Sal.Jl. Jl. Sal. Sudiarto Sudiarto 0
1
2
3
4
5 6
38
7
8
0,5
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 25 24 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 8 49 4 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 4 75 7 76 77
39
40
41
42
43
44
1 Km
45
Gambar 1. Daerah Pengaliran Saluran Saluran Drainase Primer Kota Purwodadi
Sistem drainase Kota Purwodadi terdiri dari 14.682 m saluran primer dan 11.009 m saluran sekunder. Beberapa ruas saluran drainase mempunyai kapasitas yang tidak memadai untuk menampung air limpasan dari daerah layanannya. Beberapa ruas yang lain mengalami masalah longsoran dan sedimentasi yang cukup parah. Seperti halnya daerah lain di Indonesia, Kota Purwodadi dipengaruhi oleh dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Curah hujan rata-rata di Kota Purwodadi adalah 1668 mm/tahun. Musim hujan biasanya jatuh pada bulan NovemberMei dan musim kemarau jatuh pada bulan Mei-Oktober. Curah hujan maksimum ratarata adalah 443 mm/bulan dan biasanya terjadi pada bulan Februari. Secara topografis kemiringan lahan kota Purwodadi adalah 1-2% sehingga dapat dikatakan daerah datar. Lahan cenderung menjadi rendah ketika menuju sungai, dan di beberapa bagian wilayah terdapat cekungan. Sedangkan rata-rata ketinggian wilayah adalah 22 m dari permukaan air laut (Bappeda Kab. Grobogan, 2007).
ISBN : 978-979-99735-7-3 D-4-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009
METODA Alur metodologi penelitian yang dilakukan adalah dengan urutan: penelusuran gagasan dilanjutkan dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian, pengumpulan data sekunder dan primer, pengolahan data, analisis dan pembahasan, serta pengambilan kesimpulan. Masalah yang dirumuskan adalah: masih terjadi banjir/ genangan air di Kota Purwodadi setiap musim hujan. Tujuan penelitian yang ditetapkan adalah: mencari penyebab genangan air yang terjadi. Analisis dan pembahasan yang dilakukan adalah: dengan mengevaluasi kejadian genangan air tersebut berdasarkan aspek teknis dan nonteknis (peranserta masyarakat). Selanjutnya, dari evaluasi tersebut akan diketahui permasalahan yang terjadi di lapangan, sehingga dapat disusun suatu strategi pengelolaan sesuai norma/standar. Hasil evaluasi yang diharapkan adalah sesuai dengan kondisi lapangan, sehingga diperlukan data yang valid dan lengkap. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara pengamatan langsung kondisi sistem drainase yang ada di lokasi penelitian, quesioner, dan wawancara terhadap orang yang memegang peranan penting dari lembaga pemerintah dan masyarakat. Melalui pengamatan langsung ini, data yang terkumpul adalah: jaringan dan arah pengaliran, jenis saluran, kondisi saluran, dan dimensi saluran. Sedangkan data sekunder digunakan sebagai penunjang data primer. Data ini didapatkan dari kajian pustaka umum serta studi yang pernah dilakukan terkait drainase di daerah penelitian. Adapun data sekunder yang dibutuhkan antara lain : Studi literatur dalam rangka untuk mendapatkan teori-teori yang mendukung penelitian yang akan dilakukan, diperoleh dari buku pegangan (teks book), jurnal, hasil penelitian yang pernah dilakukan, dan sumber-sumber dari berbagai disiplin ilmu yang terkait. Peta lokasi dan lay out sistem drainase untuk memberikan gambaran lokasi daerah penelitian. Curah hujan harian maksimum sebagai variabel penentu dalam perhitungan analisa hidrologi untuk menentukan intensitas hujan. Tata guna lahan yang merupakan data untuk menganalisa besarnya koefisien pengaliran (C) dalam daerah penelitian. Data monografi dan kependudukan sebagai data untuk menganalisa jumlah dan tingkat kepadatan penduduk. RTRW Kota Purwodadi sebagai data untuk menganalisa kebijakan terhadap tata ruang di daerah penelitian. Sumber data diperoleh dari berbagai instansi antara lain: Bappeda Kabupaten Grobogan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Grobogan Dinas Pengairan Kabupaten Grobogan Badan Pusat Statistik Kabupaten Grobogan. DISKUSI HASIL PENELITIAN Aspek teknis Sesuai dengan standar perencanaan, maka saluran sekunder dan saluran tersier direncanakan dengan periode ulang hujan 5-10 tahun dan perencanaan saluran primer dengan periode ulang hujan 10-25 tahun (Pandebesie, dkk., 2002). Hasil evaluasi hidrologi dan hidrolika terhadap Sistem Drainase Kota Purwodadi adalah sebagai berikut:
ISBN : 978-979-99735-7-3 D-4-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009
1. Kapasitas Saluran Sebagian besar (70% ) ruas saluran primer drainase utama, secara teknis, tidak mampu menampung air limpasan hujan yang jatuh daerah layanannya. Hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa kondisi fisik saluran masih berupa saaluran tanah. Hal ini menimbulkan sedimentasi karena dinding saluran menjadi longsor. Kondisi saluran juga kotor karena terdapat banyak sampah dan tumbuhan liar. Saluran drainase Kali Kuripan, secara teknis, semua ruas tidak mengalami luapan karena dimensi saluran yang ada mampu menampung air limpasan pada daerah pengaliraannya. Tetapi dari pengamatan lapangan, kondisi lereng saluran sudah banyak yang longsor sehingga terjadi sedimentasi. Pada beberapa ruas, tanggul yang ada juga sudah rusak, sehingga terjadi luapan ketika muka air pada saluran lebih tinggi dari daerah sekitar. Saluran primer Jl. Gajah Mada, semua saluran meluap dan menggenangi perumahan serta persawahan di sekitar saluran. Saluran primer Jl. Dr. Sutomo terdapat 45% saluran yang meluap Saluran primer Jl. Jendral Sudirman, secara teknis, semua saluran tidak ada yang meluap. Saluran yang lain (Jl. Kol. Sugiyono dan Jl. Kyai Busro) tidak meluap. 2. Pembangunan Tando Dari perhitungan limpasan air yang masuk ke setiap saluran primer, didapatkan bahwa pada ujung (outfall) saluran, hanya pada saluran primer Drainase Utama yang mengalami arusbalik ketika muka air pada badan air penerima (Sungai Lusi) tinggi/banjir. Untuk itu diperlukan tando yang harus dapat menampung air sebesar 17.430 m3, sehingga direncanakan dengan dimensi 50x70x5 m. Letak tando bersebelahan dengan saluran darinase dengan dilengkapi penyaring sampah. 3. Pengadaan Pompa Untuk mengalirkan volume air dalam tando ke badan air penerima dibutuhkan 2 buah pompa kapasitas 3 m3/detik dan 1 buah pompa kapasitas 2 m3/detik. 4. Pemeliharaan Saluran Kondisi lapangan menunjukkan bahwa banyak saluran yang dipenuhi sedimentasi dan sampah. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kapasitas saluran. Dari evaluasi teknis yang dilakukan, ternyata banyak saluran primer dan sekunder yang memenuhi kapasitas untuk melayani daerah pengalirannya. Tetapi kenyataan lapangan menunjukkan bahwa pada daerah yang kapasitas salurannya cukup juga terjadi genangan, terutama pada jalan-jalan utama kota. Hal ini menunjukkan bahwa masih terjadi gangguan pengaliran dari daerah layanan menuju saluran drainase . Evaluasi teknis juga menunjukkan, bahwa terjadi perubahan tataguna lahan yang cukup besar sehingga memperbesar koefisien limpasan wilayah. Perubahan tataguna lahan akibat meluasnya kawasan terbangun seharusnya diimbangi dengan penyediaan kawasan hijau sebagai kawasan resapan untuk mengurangi air limpasan. Dapat pula dilakukan dengan membuat embung, dengan menjaga keberadaan rawa yang ada dari penggunaan sebagai kawasan hunian, dan dengan pembuatan biopori secara mandiri oleh masyarakat. Aspek Peranserta Masyarakat Quesioner yang disebarkan adalah sebanyak 100 buah. Quesioner ini untuk mengetahui kebiasaan dan persepsi masyarakat terhadap saluran drainase yang ada di lingkungannya. Kebiasaan tersebut meliputi faktor: cara membuang sampah dan air
ISBN : 978-979-99735-7-3 D-4-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009
limbah, serta keberadaan dan waktu kerja bakti. Sedangkan persepsi masyarakat meliputi faktor: penyebab dan penanggung jawab terjadinya genangan air serta persepsi terhadap kondisi dan jumlah saluran drainase yang ada. Setelah dilakukan pengolahan data dengan SPSS Version 12 terhadap hasil quesioner tersebut untuk mendapatkan hubungan antar faktor terkait genangan air, maka didapatkan bahwa: a. Genangan air disebabkan oleh kapasitas saluran yang kurang, dan pemerintah yang harus bertanggung jawab atas hal ini. b. Genangan air terjadi pada daerah yang pengelolaan dan pengangkutan sampahnya kurang baik karena saluran menjadi kotor dan kapasitasnya menjadi berkurang. c. Pada beberapa wilayah jumlah saluran yang ada masih kurang dan saluran yang ada kondisinya rusak. d. Masyarakat bersedia melakukan kerja bakti pada lingkungannya sendiri sebagai bentuk partisipasi dalam mengatasi genangan air. Kesediaan untuk kerja bakti menunjukkan bahwa masyarakat bersedia untuk melakukan berbagai hal untuk mengatasi kejadian genangan air di lingkungannya. Tetapi, terdapatnya gangguan pengaliran oleh sampah menunjukkan bahwa masyarakat belum terlalu sadar untuk menjaga kebersihan saluran dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan untuk penyebab genangan air karena kurangnya kapasitas saluran, masyarakat mengharapkan agar penanganannya dilakukan oleh pemerintah. KESIMPULAN 1. Kejadian genangan air di Kota Purwodadi disebabkan oleh kapasitas saluran yang tidak memadai dan kurangnya perawatan saluran yang dilakukan. 2. Diperlukan rencana induk sistem drainase Kota Purwodadi. Hal ini untuk pedoman perencanaan saluran drainase sebagai antisipasi perkembangan kota di masa mendatang. 3. Perlu dipertimbangkan pembuatan sumur resapan (bio pori) secara mandiri oleh masyarakat untuk mengurangi besarnya air limpasan sekaligus menjaga keberadaan air tanah. 4. Sosialisasi yang terus menerus kepada masyarakat tentang menjaga kebersihan saluran dari sampah perlu dilakukan. Hal ini untuk menjaga agar sampah tidak sampai masuk ke saluran yang mengakibatkan terganggunya pengaliran 5. Penegakan Peraturan Daerah mengenai tataguna lahan harus dilakukan untuk menjaga peruntukan lahan sebagai kawasan resapan sebagai upaya mengurangi besarnya limpasan. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kabupaten Grobogan (2007), Kecamatan Purwodadi dalam Angka, BPS Kabupaten Grobogan, Purwodadi. Bappeda Kabupaten Grobogan, (2007), Rencana Detail Tata Ruang Kota Purwodadi, Bappeda Kabupaten Grobogan, Purwodadi. Mardyanto, M.A, (2009), “Solution for Inundation Problems of Surabaya City”, International Conference of Sustainable Environmental Technology and Sanitation for Tropical Region, Pandebesie, dkk, (2002), Pengelolaan Sistem Drainase dan Penyaluran Air Limbah, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, PUSBIKTEK, Bandung.
ISBN : 978-979-99735-7-3 D-4-6