BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Tujuan
pendidikan
menurut
UU
no.
20
tahun
2003
adalah
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab. Fungsi dan tujan tersebut menunjukkan karakter pribadi peserta didik yang diharapkan terbentuk melalui pendidikan. Pendidikan terdiri dari beberapa jenjang yaitu SD, SMP, SMA/SMK serta Perguruan Tinggi. Siswa SMP merupakan termasuk kategori remaja. Pada usia siswa SMP, anak berada pada masa remaja/adolescence atau pubertas. Menurut Bandura (1997) self efficacy adalah keyakinan seorang individu mengenai kemampuannya dalam mengorganisasi dan menyelesaikan suatu tugas yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu. Efikasi diri yakni keyakinan bahwa seseorang mampu menguasai situasi dan mendapatkan hasil positif. Bandura (Santrock, 2007) menyatakan bahwa self efficacy berpengaruh besar terhadap perilaku. Misalnya, siswa yang memiliki self efficacy rendah mungkin tidak mau berusaha belajar untuk mengerjakan ujian karena tidak percaya bahwa belajar akan bisa membantunya mengerjakan soal. 1
Bandura (1997) mengemukakan ada beberapa dimensi dari self efficacy, yaitu magnitude, generality, dan strength. Magnitude, berkaitan dengan tingkat kesulitan suatu tugas yang dilakukan. Generality, berkaitan dengan bidang tugas, seberapa luas individu mempunyai keyakinan dalam melaksanakan tugas-tugas. Strength, berkaitan dengan kuat lemahnya keyakinan seorang individu. Bandura (1997) self efficacy dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan atau diturunkan, melalui salah satu atau kombinasi empat sumber, yakni pengalaman menguasai sesuatu prestasi (performance accomplishment), pengalaman orang lain (vicarious experiences), persuasi sosial (social persuation) dan pembangkitan emosi (emotional/physiological states). Pengalaman performansi adalah prestasi yang pernah dicapai pada masa yang telah lalu. Pengalaman vikarius diperoleh melalui model sosial. Persuasi sosial adalah rasa percaya kepada pemberi persuasi, dan sifat realistik dari apa yang dipersuasikan. Self efficacy dalam belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Efikasi diri adalah penilaian diri berupa keyakinan subyektif individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas, mengatasi masalah, dan melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan/hasil tertentu. Bandura (1997) menggambarkan "self efficacy sebagai kepercayaan terhadap diri sendiri dalam melakukan suatu tindakan untuk menghadapi suatu situasi sehingga dapat diperoleh hasil seperti yang diharapkan". Dengan demikian self efficacy menunjuk pada keyakinan individu bahwa dirinya dapat melakukan tugas atau tindakan yang dikehendaki dalam situasi tertentu dengan berhasil. 2
Penulis melaksanakan pra penelitian tentang self efficacy siswa dengan membagikan skala self efficacy kepada 23 siswa di SMP Muhammadiyah 5 Wonosegoro, hasilnya seperti tertera pada tabel 1.1 dibawah ini: Tabel 1.1 Tabel hasil skala self efficacy siswa SMP Muhammadiyah 5 Wonosegoro kelas IX A (N=23) Interval
Kategori
Frekuensi
Presentase
37-58
Sangat rendah
3
13,1 %
59-80
Rendah
9
39,00 %
81-102
Sedang
3
13,1 %
103-124
Tinggi
4
17,4 %
125-148
Sangat tinggi
4
17,4 %
Jumlah
23
100 %
Dari tabel 1.1 sebagian besar siswa mempunyai self efficacy pada kategori rendah= 39,00 %. Maka perlu dilakukan suatu upaya untuk meningkatkan self efficacy siswa. Salah satu usaha yang dapat dilaksanakan adalah memberi layanan konseling kepada siswa dalam bentuk konseling kelompok dengan pendekatan realita. Jadi perlu dilakukan layanan konseling kelompok realita untuk meningkatkan self efficacy siswa kelas IX A SMP Muhammadiyah 5 Wonosegoro. Afizah (2012) melakukan penelitian terhadap siswa SMP Negeri 2 Ungaran dengan judul “Meningkatkan Efikasi Diri terhadap pelajaran Bahasa Inggris melalui Konseling Realita pada Siswa SMP Negeri 2 Ungaran” dan hasil 3
yang diperoleh dari penelitian ini adalah persentase rata-rata efikasi diri siswa terhadap pelajaran bahasa Inggris sebelum mengikuti konseling realita sebesar 49,20% kategori rendah dan setelah mengikuti konseling realita sebesar adalah 80,67% dengan kategori tinggi, dan memiliki kenaikan sebesar 31,47%. Upaya meningkatkan self efficacy siswa terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan diantaranya yaitu memberikan reward untuk performance siswa, memberikan support atau dukungan pada siswa. Dukungan yang positif akan membuat siswa tersebut mempunyai pikiran yang positif pula. Karakteristik tertentu dari model juga dapat meningkatkan self efficacy siswa dengan melalui layanan konseling baik konseling kelompok maupun konseling individual. Pendekatan realita memandang manusia pada hakikatnya seseorang memiliki kebutuhan dasar dan dalam kehidupan mereka berusaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut. "kebutuhan dasar manusia meliputi kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta kebutuhan bahwa kita berguna bagi orang, diri sendiri maupun orang lain" (Corey, 2009). Konseling kelompok dengan pendekatan realita mengarah pada pembentukan dan perubahan perilaku ke arah yang nyata dan dapat diwujudkan dalam perilaku, akan membantu individu dalam mengatasi masalah yang muncul pada dirinya, termasuk rendahnya self efficacy siswa. Self efficacy siswa rendah/kurang dapat menyebabkan kegagalan siswa dalam mencapai tujuan belajar. Dengan konseling kelompok realita, klien diharapkan dapat mengembangkan rencana yang nyata untuk mencapai tujuannya. Rencana yang disusun siswa harus realistis dan dapat diwujudkan yaitu dengan 4
menanamkan nilai tanggungjawab pada diri sendiri. Siswa dapat menilai atas keyakinan mereka dalam menggunakan kemampuan dan sumber mereka untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Self efficacy yang tinggi pada siswa akan menghasilkan pada pemilihan perilaku (keputusan dibuat berdasarkan self efficacy yang dirasakan seseorang terhadap pemilihan, usaha memotivasi (orang mencoba lebih keras dalam berusaha melakukan tugasnya bagi individu yang memiliki self efficacy yang tinggi daripada mereka yang memiliki self efficacy yang rendah). Apabila self efficacy rendah dapat ditingkatkaan melalui konseling kelompok realita. Dengan adanya penemuan siswa SMP Muhammadiyah 5 Wonosegoro yang mempunyai self efficacy pada kategori rendah perlu mendapat pertolongan, maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul: Meningkatkan Self Efficacy melalui Konseling Kelompok Realita pada siswa kelas IX A SMP Muhammadiyah 5 Wonosegoro.
1.2
Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
Apakah konseling kelompok realita dapat meningkatkan secara signifikan self efficacy siswa kelas IX A SMP Muhammadiyah 5 Wonosegoro?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
signifikasi peningkatan self efficacy pada siswa kelas IX A SMP Muhammadiyah 5 Wonosegoro melalui konseling kelompok realita. 5
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis Jika dalam penelitian ini ditemukan bahwa konseling kelompok realita dapat meningkatkan secara signifikan self efficacy siswa maka hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Afizah (2012). 1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian ini memberi masukan kepastian apakah konseling realita dapat/tidak dapat meningkatkan secara signifikan self efficacy siswa dan untuk merencanakan layanan BK kepada siswa di sekolah.
1.5
Sistematika Penulisan Dalam penulisan penelitian dibagi menjadi 5 bab, yaitu : Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori, berisi tentang teori yang melandasi yaitu tentang self efficacy, konseling kelompok realita, penelitian yang terkait dan hipotesis. Bab III Metodologi Penelitian, berisi tentang jenis penelitian, subjek penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, uji coba instrumen, uji homogenitas, teknik analisis data.
6
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, deskripsi subjek penelitian, hasil analisis deskriptif dan korelasi serta pembahasan penelitian. Bab V Kesimpulan dan Saran, yang berisi tentang kesimpulan dan saran.
7