SKRIPSI. Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam. Oleh SOLIKHIN III

KONTRIBUSI PONDOK PESANTREN DALAM MENUNTASKAN WAJIB BELAJAR 9 TAHUN DI PONDOK PESANTREN AL HUDA DI DESA DOGLO, KELURAHAN CANDIGATAK, KECAMATAN CEPOGO, KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh SOLIKHIN III 060 43

JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2011

ii

iii

KONTRIBUSI PONDOK PESANTREN DALAM MENUNTASKAN WAJIB BELAJAR 9 TAHUN DI PONDOK PESANTREN AL HUDA DI DESA DOGLO, KELURAHAN CANDIGATAK, KECAMATAN CEPOGO, KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh SOLIKHIN III 060 43

JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2011

iv

NOTA PEMBIMBING Lamp : 4 (Empat) Naskah Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga DiSalatiga Assalamu’alaikum Wr. Wb Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah sekripsi mahasiswa: Nama : SOLIKIHIN NIM : 11106 043 Jurusan : TARBIYAH Progdi : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Judul : KONTRIBUSI PONDOK PESANTREN DALAM MENUNTASKAN WAJIB BELAJAR 9 TAHUN DI PONDOK PESANTREN AL HUDA DOGLO, CANDIGATAK, CEPOGO, BOYOLALI. Untuk diajukan dalam sidang munaqosah skripsi. Demikisn harap menjadi periksa. wassalamu’alaikum Wr. Wb

v

SKRIPSI KONTRIBUSI PONDOK PESANTREN DALAM MENUNTASKAN WAJIB BELAJAR 9 TAHUN DI PONDOK PESANTREN AL HUDA DOGLO, CANDIGATAK, CEPOGO, BOYOLALI DISUSUN OLEH SOLIKHIN NIM: III 06 043 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 23 September, 2011 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam

vi

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama

: Solikhin

NIM

: III 06 043

Jurusan

: Tarbiyah

Program Studi

: Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi ini yang saya tulis dan ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan plagiat dari karya orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila dikemudian hari pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia untuk menerima sanksi akademik yang diberikan oleh STAIN Salatiga.

vii

MOTTO Belajar dan terus belajar Belajar disertai keinginan, kepercayaan, dan spekulasi Kunci utama mencapai prestasi Jangan takut sebelum mencoba Jangan malu karena tidak berdosa Jangan pesimis karena pasti bisa

“seseorang selalu mengalami nilai tambah dan proses, nilai tambah dan proses itu hanya dapat diperoleh melalui pendidikan dan pembudayaan”(BJ. Habibi)

PERSEMBAHAN Dengan segala kerendahan hati, saya persembahkan skripsi ini untuk kedua orang tuaku tercinta Bapak Bejo Sukarjono dan Ibu Siti Fatimah, kakak-kakaku Muhsinin, Samsul Arif, Muh Nanang Stiawan, Nur Kholis, serta adik-adikku Zuliya Istiqomah, Heni Sholikah, dan Badrul Mu’alim, Racana Kusuma DilagaWoro Srikandhi, teman-temanku, dan almamaterku.

viii

Kata pengantar Bismilahirohmanirokhim Dengan mengucapkan al hamdulillah, karena Allah yang menguasai seisi dunia sampai langit, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat (ghoib) sehingga Allah SWT telah melapangkan kepada kita semua untuk menyelesaikan tugas dalam perjalanan hidup ini dan kepada penulis khususnya untuk menyelesaikan skripsi ini. Sholawat ber iringan salam tetap terucap selalu kepada Nabi Muhammad SAW tak lupa kepada keluarganya, sahabat-sahabat Nya, dan orangorang yang mengikuti petunjuk dan arahan Nya. Berkat karunia yang Allah berikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang bertujuan untuk mendapatkan gelar sarjana strata 1 di STAIN Salatiga. Ucapkan terima kasih jazakumullah khoirun katsir dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Dr. Imam Sutomo, M. Ag selaku ketua STAIN Salatiga. 2. Ibu Siti Maryatin, selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan pengarahnnya. 3. Ibu Siti Asdiqoh, M. Si beliau selaku ketua PROGDI sekaligus sebagai pembimbing yang dengan tulus, ikhlas telah meluangkan waktu, tenaga serta pikirannya untuk mengarahkan penulis dalam pembuatan skripsi. 4. Seluruh Bapak, Ibu Dosen STAIN Salatiga 5. Kepada kedua orang tuaku (Ibu Siti Fatimah, dan Bejo Karjono), kakakkakakku (Muhsinin, Samsul Arif, Muh Nanang Setiawan, ,Nur Kholis), dan Adik-Adikku (Zuliya Istiqomah, Heni Sholikah, Badrul Mu’alim) yang selalu memberikan Do’a serta Motifasinya, baik moral maupun spiritual. 6. Kepada Ustad/zah serta anak-anak TPQ DARUSSALAM II, yang senantiasa memberikan saya support agar selalu tegar dalam menghadapi permasalahan.

ix

7. Kepada Bpk KH. Habib Ihsanuddin dan Ibu Hj. Zaenab Habib serta keluarganya Ndalem (Ibu A’yun, Bu Dewi, Neng Luluk, Pak Saiful, Gus Ato’, dan Gus A’la), di pondok pesantren Al Huda Doglo, Candigatak, Boyolali 8. Kepada siapapun yang memberikan sedikit ilmunya kepadaku semoga Allah memberikan pembalasan dengan mendapatkan pahala dari Allah dan di balas kebaikannya. 9. Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulis skripsi ini masih jauh dari sempurna, semua itu dikarenakan keterbatasan,

kemampuan dan

pengetahuan penulis sehingga masih banyak kekurangan yang perlu untuk diperbaiki dalam skripsi ini. Akhirnya penulis berharap dan berdo’a semoga skripsi ini memberikan sumbangan positif bagi pengembangan dunia pendidikan, khususnya pendidikan agama Islam.

x

ABSTRAK Solikhin. 2011. Kontribusi Pondok Pesantren Dalam Menuntaskan Wajib Belajar 9 Tahun Di Pondok Al Huda Doglo Candhigatak, Cepogo, Boyolali Tahun 2011. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Ibu Asdiqoh, M. Si. Kata kunci: Kontribusi Pondok Pesantren Dalam Menuntaskan Wajib Belajar 9 Tahun Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui 1(Langkah-langkah apa yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Dalam Menuntaskan Wajib Belajar 9 Tahun di Pondok Al Huda) 2(Hambatan-hambatan apa yang dialami Pondok Al Huda) 3(Bagaimana alternative pemecahan masalah yang dilakukan pondok pesantren Al Huda dalam menuntaskan wajib belajar 9 tahun, di Desa Doglo, Kelurahan Candigatak Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2011). Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi kasus yang sumber datanya berasal dari data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan datanya yang dipakai oleh peneliti adalah interview atau wawancara, observasi, dokumentasi, sedangkan metode teknik analisis data peneliti menggunakan metode kualitatif adalah mengumpulkan data, reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan atau verifikasi, pengecekan keabsahan data yang dipakai adalah trianggulasi sumber data dan trianggulasi metode. Temuan penelitian ini menunjukkan: 1. Pondok pesantren al huda memiliki banyak peran dalam kehidupannya, peran pendidikan, keilmuan, sosial, dakwah, masyarakat di dalam menuntaskan wajib belajar 9 tahun, yang diselenggarakan oleh pemerintah. 2. Dalam menuntaskan wajib belajar sembilan tahun pondok pesantren al huda mempunyai beberapa hambatan baik berupa material maupun spiritual dimana hambatan tersebut mengganggu program yang dilaksanakan oleh pondok pesantren. 3. Alternatif pemecahan masalah yang dihadapi oleh pondok tidak terlepas dari peran pondok dengan sekolahan, dengan pemerintah, dengan warga masyarakat sekitar, dimana semuanya itu harus saling bekerja sama dalam menuntaskan wajib belajar sembilan tahun.

xi

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .…………………………………………………...………..ii LOGO STAIN ……………………………………………………………………iii JUDUL SEKRIPSI ……………………………………………………………….iv NOTA PEMBIMBING …….…………………………………………...…….......v PENGESAHAN KELULUSAN ……....…………………………..……………..vi PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...………...……………...…………...vii MOTTO DAN PERSEMBAHAN …..………….…………………...………….viii KATA PENGANTAR …..………………...……………………...…………….viii ABTRAK …………….……………………………………..……………………xi DAFTAR ISI .……….……………………..…………….……………………...xii DAFTAR TABEL ………..………………………………………….………....xvi DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………...xvi BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ….……………...……………………………………..1 B. Rumusan Masalah ...…………………………………………………..5 C. Tujuan Penelitian .………...…………………………………………..6 D. Kegunaan Penelitian …….…...………………………………………..6 E. Penegasan Istilah .……………………………………………………..7 F. Metode Penelitian ……………………………………………………10 G. Sistematika Penelitian ….……………………………..……………..19 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Kontribusi Pondok Pesantren .…...……………………....23

xii

1. Tujuan Pendidikan Pondok Pesantren ...…………………………25 2. Karakter Dan Fungsi Pondok Pesantren ……..…………………27 3. Potensi Dan Peluang Pondok Pesantren …….……...……………29 4. Peran Pesantren Dalam Pengembangan Masyarakat ……..……..30 B. Pengertian Wajib Belajar .………………….………………………..36 1. Hakikat Wajib Belajar 9 Tahun .………………....…….……...…36 2. Latar Belakang Wajib Belajar 9 Tahun …………...…….……….37 3. Tujuan Wajib Belajar Baik 6 Tahun Atau 9 Tahun ......................39 4. Landasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun Di Pondok Pesantren .......................................................................................40 5. Dalil-Dalil Yang Berkaitan Dengan Wajib Belajar …...………...42 6. Undang-Undang Yang Berkenaan Pondok Pesantren Dengan Pendidikan Nasional ..……………………………………………43 BAB III PAPARAN DATA DAN HASIL TEMUAN PENELITIAN A. PAPARAN DATA 1. Sejarah Pondok Pesantren ….……………………..……………..48 2. Visi Dan Misi Pondok Pesantren ………………….....………….50 3. Jadwal Kegiatan Pondok Pesantren …………………..…………52 4. Profil Ustadz/ah MADIN …...……………..…………………….52 5. Silsilah Para Kyai Pondok Pesantren …….………...………...….54

xiii

6. Perkembangan Fisik Pondok Pesantren ….….…………..………55 7. Struktur Organisasi Pondok Pesantren …………………………..56 8. Nama-Nama Santri Yang Terjaring Di Dalam Wajar 9 Tahun ….59 9. Nama-Nama Asrama Putra Dan Putri ..……………….…………61 10. Jenis-Jenis Perkembangan Pendidikan Pondok Pesantren …..…..62 B. TEMUAN PENELITIAN 1. Lagkah-Langkah Hal Yang Dilakukan Pondok Pesantren Dalam Menuntaskan Wajib Belajar 9 Tahun ………......…………….....65 2. Hambatan-Hambatan Yang Dialami Pondok Al Huda Dalam Menuntaskan Wajib Belajar 9 Tahun ...…...................................67 3. Alternative Pemecahan Masalah Yang Dilakukan Pondok Pesantren Al Huda Dalam Menuntaskan Wajib Belajar 9 Tahun.68 BAB IV PEMBAHASAN A. Langkah-Langkah Yang Dilakukan Oleh Pondok Pesantren Al Huda Dalam Menuntaskan Wajib Belajar 9 Tahun ………...……………...71 B. Hambatan-Hambatan Yang Dialami Pondok Al Huda Dalam Menuntaskan Wajib Belajar 9 Tahun ………………...……………..73 C. Alternative Pemecahan Masalah Yang Dilakukan Pondok Pesantren Al Huda Dalam Menuntaskan Wajib Belajar 9 Tahun ...……….………74

xiv

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan …….……………………………………………………77 B. Saran …………………………………………………………………79 DAFTAR RUJUKAN LAMPIRAN-LAMPIRAN

xv

DAFTAR TABEL Tabel 1

Jadwal Kegiatan Pondok Pesantren ……………………………52

Tabel 2

Profile Ustadz/Ah MADIN .……………………………………..53

Tabel 3

Nama-Nama Asrama Putra Dan Putri …………………………..51 DAFTAR GAMBAR

Bagian 1

Silsilah Para Kyai Pondok Pesantren ..……….....………….……54 DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAPORAN

1

DAFTAR PUSTAKA

LAPORAN

2

RIWAYAT HIDUP

LAPORAN

3

SURAT TUGAS PEMBIMBING SKRIPSI

LAPORAN

4

PERMOHONAN IZIN PENELITIAN

LAPORAN

5

SURAT KETERANGAN PONDOK PESANTREN

LAPORAN

6

SURAT KETERANAGAN DARI KEPALA DESA

LAPORAN

7

DENAH PONDOK PESANTREN

LAPORAN

8

STRUKTUR ORGANISASI PONDOK PESANTREN PUTRA DAN PUTRI

LAPORAN

9

NAMA-NAMA SANTRI PUTRA DAN PUTRI

LAPORAN

10

KISI-KISI WAWANCARA

PEDOMAN

11

PEDOMAN WAWANCARA

PEDOMAN

12

DAFTAR INFORMAN

PEDOMAN

13

LEMBAR KONSULTASI

PEDOMAN

13

SKK

xvi

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latarbelakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental dalam meningkatkan

kualitas

kehidupan

dan

merupakan

faktor

penentu

perkembangan sosial dan ekonomi yang lebih baik. Tidak itu saja, pendidikan merupakan sarana yang paling strategis untuk mengangkat harkat

dan

martabat

suatu

bangsa.

Saat

ini

pemerintah

sangat

memperhatikan segala aspek pendidikan yang ada untuk dikembangkan kembali agar pendidikan di Indonesia menjadi yang terdepan. Bentuk perhatian ini khususnya tercermin dengan peningkatan anggaran yang dialokasikan bagi pendidikan sampai penyempurnaan berbagai regulasi yang berlaku untuk memajukan dunia pendidikan. Dunia pendidikan adalah suatu institusi atau lembaga terpenting dalam pembentukan dan pengembangan generasi bangsa, masyarakat, individu yang dapat menjawab tantangan zaman melalui pengetahuan dan keterampilan yang cukup memadai dalam mengelola suatu institusi pendidikan

secara

profesional.

Keberhasilan

pembentukan

dan

pengembangan generasi tidak lepas dari adanya Sumber Daya Manusia yang berada dalam lingkungan pendidikan, dan sejauh mana produktifitas Sumber Daya Manusia yang ada di lingkungan tersebut. Sumber Daya Manusia (SDM)

merupakan

salah

satu

1

Sumber

Daya

pembentukan

dan

pengembangan lembaga pendidikan, bahkan Sumber Daya Manusia merupakan salah satu Sumber Daya terpenting di samping Sumber Daya Alam, Sumber Daya Iptek dan Sumber Daya yang lainnya, dalam pembentukan dan pengembangan lembaga pendidikan. Tanpa Sumber Daya Manusia tidak mungkin dapat dilakukan suatu kegiatan, termasuk pembentukan dan pengembangan lembaga pendidikan itu sendiri. Untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia di Indonesia, sistem pendidikan nasional harus dapat memberikan pendidikan dasar bagi setiap warga negara, agar masing-masing memperoleh sekurang-kurangnya pengetahuan dan kemampuan dasar yang diperlukan untuk dapat berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat. Terkait hal tersebut dilihat dari tahun ketahun bahwa di Negara Indonesia masih dipandang rendah dalam pencapaian pendidikan, banyak anak-anak yang putus sekolah tidak meneruskan jenjang pendidikan, yang mana pendidikan tersebut haruslah didapat oleh anak untuk mencapai citacita pendidikan nasional yang berorientasi pada anak didik yang merupakan salah satu pengejawantahan dari pasal 31 UUD 1945 ayat 01 yang menyatakan bahwa; Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan (Wahjhoetomo, 1993:04). Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan yang berbasis keagamaan merupakan realitas yang tidak dapat dipungkiri sepanjang yang dilaluinya, pondok pesantren terus menekuni pendidikan tersebut dan menjadikanya fokus kegiatan. Dalam mengembangkan suatu pendidikan, pondok pesantren telah menunjukkan daya tahan yang kokoh

2

sehingga mampu melewati berbagai zaman dengan berbagai masalah yang dihadapinya. Pondok pesantren telah lama menjadi lembaga yang memiliki kontribusi penting dalam ikut serta mencerdaskan bangsa. Banyaknya jumlah pesantren di Indonesia, serta besarnya jumlah santri pada tiap pondok pesantren menjadikan lembaga ini layak diperhitungkan dalam kaitannya dengan pembangunan bangsa dibidang pendidikan. Pondok pesantren telah diakui sebagai lembaga pendidikan yang telah ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk menunjang kemajuan pendidikan dan dalam

rangka

menuntaskan tujuan pendidikan nasional peran pondok pesantren mutlak diperlukan, peran pondok pesantren walaupun tidak maksinal secara terangterangan akan tetapi kontribusi pondok dalam menuntaskan wajib belajar sangatlah berperan, karena Pondok Pesantren memiliki wewenang yang berkaitan dengan pembelajaran di pondok maupun di sekolahan, karena sekolahannya berbasis asrama yang dipegang oleh yayasan Pondok Pesantren secara langsung, selain itu Pondok Pesantren juga menjalin kerjasama yang erat antara orang tua santri, warga sekolah, masyarakat, maupun pemerintahan, menarik sumbangan yang berupa material maupun spiritual

dalam

rangka

meningkatkan

kelancaran

pendidikan

dan

memecahkan setiap ada permasalahan yang menjadi penghalang kelancaran pendidikan. Pada intinya pondok pesantren berupaya untuk meningkatkan

3

mutu pendidikan didalam satuan pendidikan yang terdapat didalam yayasan itu sendiri. Berkaitan

dengan

program

wajib

belajar

9

tahun

yang

diselenggarakan oleh pemerintah, di dalam GBHN 1993, dicantumkan bahwa pemerintah harus berupaya untuk

memperluas kesempatan

pendidikan baik pendidikan dasar, pendidikan menengah kejuruan, maupun pendidikan profesional, melalui jalur sekolah dan jalur luar sekolah. Dalam rangka memperluas kesempatan belajar pendidikan dasar, maka pada tanggal 2 Mel 1994 pemerintah mencanangkan program pendidikan wajib belajar 9 tahun. lebih lanjut dikemukakan bahwa tahap penting dalam pembangunan pendidikan adalah meningkatkan pendidikan wajib belajar 6 tahun menjadi 9 tahun (www.gudangmateri.com). Maka dari itu kontribusi pondok pesantren sangat diperlukan, karena program wajib belajar 9 tahun tidak akan berhasil secara maksimal tanpa kontribusi dari pihak pihak tertentu yang khususnya berkaitan dengan pendidikan, salah satunya peran pondok pesantren. Dalam pelaksanaan di lapangan masih ada sebagian kecil pondok pesantren yang berperan serta dalam menuntaskan program wajib belajar 9 tahun. Di negara kita program wajib belajar 9 tahun kurang maksimal atau belum sesuai keinginan (masih rendah), hal ini disebabkan oleh banyak faktor seperti: sosial ekonomi, tingkat pendidikan, tingkat kesadaran, kurangnya waktu dan sebagainya. Dari uraian di atas merupakan beberapa hal yang melatarbelakangi serta menghantarkan kepada sipenulis untuk membahas dalam sebuah

4

skripsi yang berjudul KONTRIBUSI PONDOK PESANTREN DALAM MENUNTASKAN PESANTREN

WAJIB

AL

CANDIGATAK,

HUDA

BELAJAR DI

KECAMATAN

9

DESA

TAHUN DOGLO,

CEPOGO,

RT:

DI

PONDOK

KELURAHAN 27,

RW:

12,

KABUPATEN BOYOLALI, TAHUN PELAJARAN 2011.

B.

Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di dalam latarbelakang masalah, maka penulis tekankan penelitian mengenai Kontribusi Pondok Pesantren Dalam Menuntaskan Wajib Belajar 9 Tahun, yang berada di daerah Boyolali, maka rumusan masalah ini yaitu: 1.

Langkah-langkah apa yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Dalam Menuntaskan Wajib Belajar 9 Tahun di Pondok Al Huda, Desa Doglo, Kelurahan Candigatak Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2011?

2.

Hambatan-hambatan apa yang dialami Pondok Al Huda, Desa Doglo, Kelurahan Candigatak Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2011, Dalam Menuntaskan Wajib Belajar 9 Tahun?

3.

Bagaimana alternative pemecahan masalah yang dilakukan Pondok Pesantren Al Huda Dalam Menuntaskan Wajib Belajar 9 Tahun, Di Desa Doglo, Kelurahan Candigatak Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2011?

5

C.

Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka dapat penulis terangkan tujuan penelitian yang akan dicapai adalah sebagai berikut: 1.

Untuk mengetahui langkah-langkah yang dilakukan Pondok Pesantren dalam Menuntaskan Program Wajib Belajar 9 Tahun di Pondok Pesantren Al Huda di Desa Doglo, Kelurahan Candigatak Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2011.

2.

Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang dialami Pondok Pesantren Al Huda Desa Doglo, Kelurahan Candigatak Kecamatan Cepogo,

Kabupaten

Boyolali

Tahun

Pelajaran

2011,

Dalam

Menuntaskan Program Wajib Belajar 9 Tahun. 3.

Untuk mengetahui alternative pemecahan masalah yang dilakukan Pondok Pesantren Al Huda Dalam Menuntaskan Wajib Belajar 9 Tahun, Di Desa Doglo, Kelurahan Candigatak Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2011.

D.

Kegunaan Penelitian Dengan memahami makna dari arti Kontribusi Pondok Pesantren Dalam Menuntaskan Wajib Belajar 9 Tahun dapat diambil kagunaannya sebagai berikut: 1.

Kagunaan Secara Teoritis Hasil penelitian ini berguna bagi upaya peningkatan mutu pendidikan dan memberikan sumbangsih teoritis pada dunia

6

pendidikan khususnya yang berkaitan dengan Kontribusi Dalam Menuntaskan Wajib Belajar 9 Tahun. 2.

Kegunaan Secara Praktis a. Bagi Peneliti Sebagai ajang latihan untuk melatih daya nalar dan mengasah intelektualitas peneliti, juga sebagai bukti dan implementasi dari ilmu yang diterima di bangku kuliah, sekaligus untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana strata satu (S1). b. Bagi Lembaga Pendidikan Sebagai

modal

tambahan

bagi

calon-calon

pengembang

pendidikan, juga sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi lembaga pendidikan.

E.

Penegasan Istilah Untuk memeroleh gambaran yang lebih jelas dan terang dalam memahami tentang pembahasan dalam skripsi ini, maka perlu kiranya penulis menyantumkan kata-kata yang terkandung di dalam penelitian, adapun pengertian kata-kata yang terdapat dalam judul skripsi ini adalah sebagai berikut: 1.

Kontribusi Pondok Pesantren Kontribusi berasal dari bahasa inggris “con tri bu sion” pertolongan, sumbangan (Peter, 1985:403). Pondok pesantren berasal dari kata “Santri” (Sindu, 199:01). Sebuah pesantren pada dasarnya

7

adalah sebuah asrama pendidikan islam tradisional dimana para siswanya tinggal barsama dan belajar di bawah bimbingan seorang (atau lebih) guru yang dikenal dengan sebutan “kyai” (Dhofeir, 1998:11). Jadi yang dimaksud disini adalah keikutsertaan dan kontribusi pondok pesantren untuk membantu

menuntaskan program wajib

belajar 9 tahun yang diprogramkan oleh pemerintah baik dalam bentuk material maupun spiritual agar pendidikan wajib belajar dapat terlaksana secara maksimal. Dalam hal ini pondok pesantren menjadi inovator dan motivator di dalam masyarakat. 2.

Ketuntasan Wajib Belajar 9 Tahun Tuntas dapat berarti habis setelah dicurahkan; Mengalir lagi; Selesai secara menyeluruh; Sempurna sama sekali; Singkat dan tegas. Menuntaskan dapat berarti menghabiskan; Menyelesaikan dengan sempurna (Kamus, 1990:829). Yang dimaksud oleh peneliti disini adalah bagaimana cara-cara pondok pesantren menuntaskan anak didiknya baik yang berada di pondok maupun di desa agar dapat menyelasaikan sekolahnya minimal sampai jenjang SMP atau sejajarnya, atau sekolah minimal 9 tahun. Wajib ‫ واﺟﺐ‬yaitu diberi pahala bila dilakukan dan disiksa bila ditinggalakan (Selamet:11).

8

Belajar: Proses melibatkan manusia secara orang per orang sebagai satu kesatuan organisme sehingga terjadi perubahan pada pengetahuan, keterampilan dan sikap (Dimyati:156). Wajib Belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah (Anwar, 3003:36) Wajib Belajar 9 Tahun merupakan salah satu pengembangan sekenario pendidikan yang dijangkaukan untuk perluasan dan pemerataan kesempatan belajar minimal 9 tahun bagi setiap warga negara, yang merupakan salah satu pengejawantahan dari pasal 31 UUD 1945 ayat 01 yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan (Wahjhoetomo, 1993:04). Dalam hal ini pemerintah mengharapkan standar minimal anak didik sekolah sampai sekolah tsanawiyah atau setaranya. Berdasarkan

penegasan

istilah

yang

telah

diterangkan

terperinci, maka yang dimaksud dalam judul penelitian secara keseluruhan adalah kontribusi pondok pesantren, segenap pengurus pondok dan yang terkait dalam penelitian serta membantu melancarkan jalannya pelaksanaan pendidikan

secara serius dalam memajukan

pondok yang berorientasi pada pendidikan, dan benar-benar ikut berkontribusi membatu negara dalam menuntaskan wajib belajar 9 tahun, yaitu dengan salah satu cara menarik atau menjaring usia sekolah dasar atau sederajat agar dapat melanjudkan kependidikan

9

sekolah lanjutan tingkat pertama atau sederajat sampai selesai di Desa Doglo, Kelurahan Candigatak Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2011.

F.

Metode Penelitian 1.

Pendekatan dan, Jenis Penelitian Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Bog dan Taylor, metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Meleong, 2002:3). Penelitian lain dikemukakan oleh Kirk dan Miller mereka berpendapat penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan

pada manusia dalam

kawasannya

sendiri

dan

berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya (Moleong, 2008:3). Penelitian kualitatif bisa dilakukan oleh peneliti dibidang ilmu sosial dan perilaku, juga oleh para peneliti dibidang yang menyoroti masalah yang terkait dengan perilaku dan peranan manusia (Juliet 2007:6). Pada dasarnya ada tiga unsur utama dalam penelitian kualitatif yaitu? Pertama, data, bisa berasal dari bermacam-macam sumber; biasanya dari wawancara dan pengamatan. Unsur kedua penelitian

10

kualitatif terdiri dari berbagai prosedur analisis dan inter prestasi yang digunakan untuk mendapatkan temuan atau teori. Unsur ketiga penelitian kualitatif ialah laporan tertulis dan lisan (Juliet 2007:7) Pendekatan yang dilakukan peneliti di pondok pesantren al huda desa doglo kelurahan candigatak kabupaten boyolali, dimana penelitian ini peneliti secara langsung ke lapangan yaitu di pondok dan melakukan penelitian disana menjadi santri disana sekaligus melakukan penelitian. 2.

Kehadiran Peneliti Peneliti melakukan penelitian dengan metode observasi langsung kelokasi, yaitu bertempat di Pondok Pesantren Al Huda, Doglo, Cepogo, Kabupaten Boyolali. Peran peneliti disini sebagai pengamat penuh, dimana peneliti melakukan pengamatan terhadap kondisi pondok pesantren secara fisik dan non fisik di tempat penelitian yaitu di pondok pesantren al huda, dan melakukan wawancara kepada beberapa informan.

3.

Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini berada di Pondok Pesantren Al Huda, Doglo, Cepogo, Boyolali, waktu penelitian dimulai pada tahun 2010

4.

Sumber Data Sumber data disini cara memperolehnya terbagi atas dua sumber data yaitu:

11

1. Data Primer Data primer yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan atau organisasi langsung melalui objeknya (Supranto, 2003:21). Data primer yang didapat oleh peneliti adalah nama-nama orang sebagai berikut: 1.

KH. Saiful Anwar, S.Ag, beliau adalah penasehat pondok pesantren al huda.

2.

Bpk Marjiono sebagai kepala desa doglo, candigatak, cepogo boyolali.

3.

Bpk H Taslih sebagai kepala Sekolah MI.

4.

Bpk Muzazin sebagai kepala Sekolah MTs.

5.

Muhamad Wahib Ali Bin Ali sebagai pengurus pondok pesantren putra sekaligus guru mi yayasan pondok pesantren al huda.

6.

Khafid sebagai ketua pondok Pesantren al huda putra angkatan 2011.

7.

Bapak Wagimin sebagai pembina pondok pesantren

8.

Bpk Banani sebagai kepala pengurus pendidikan MADIN sekaligus guru di yayasan pondok pesantren al huda.

9.

Karyani sebagai wakil ketua pondok pesantren al huda putri.

12

2. Data Sekunder Data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi berupa publikasi (Supranto, 2003:21). Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. (http datasekunder-dan-data-primer com). Dalam sekunder yang didapat dari hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1.

Hubungan pondok pesantren dengan sekolahan

2.

Hubungan pesantren dengan orang tua wali santri

3.

Hubungan pondok pesantren dengan masyarakat

4.

Hubungan pondok pesantren dengan pemerintah Semua data sekunder tersebut adalah yang bersangkutan

dengan kontribusi pondok pesantren dalam menuntaskan wajib belajar 9 tahun. Data ini dimaksudkan agar data yang didapat dalam penelitian benar-benar valid, tidak hanya sekedar dibuat-buat oleh sipeneliti.

13

5.

Prosedur Pengumpulan Data a. Metode Interview/Wawancara Wawancara yaitu mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden. Sofian Effendi menegaskan bahwa wawancara diharapkan menyampaikan pertanyaan kepada responden,

merangsang

responden

untuk

menjawabnya,

menggali jawaban lebih jauh bila dikehendaki dan mencatatnya (Sofian, 1983:145). Wawancara ini ditanyakan kepada pihak-pihak yang dianggap tahu tentang situasi dan kondisi Pondok Pesantren yang berkenaan

dengan

Kontribusi

Pondok

Pesantren

Dalam

Menuntaskan Wajib Belajar 9 Tahun. b. Metode Observasi Observasi merupakan suatu teknik untuk mengamati secara langsung maupun tidak langsung terhadap kegiatankegiatan yang sedang berlangsung, baik disekolah maupun diluar sekolah (Surya, 1975:51). Dalam observasi ini pengamat melakukan peninjauan di tempat penelitian secara langsung serta mencari data-data yang sekiranya mendukung dalam penelitian. c. Metode Dokumentasi Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan dokumentasi,

14

peneliti menyalidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Suharsimi, 1998:151). Dalam metode dokumentasi ini peneliti mencari arsip-arsi atau dokumen penting baik yang berbentik soft copy maupun hard copy

yang

mendukung yang berkaitan dengan penelitian, agar penelitian menjadi lebih baik atau valid.

6.

Analisis Data Dalam Analisis Data merupakan suatu langkah yang sangat kritis dalam penelitian, data harus diseleksi atas dasar reliabilitas dan validitasnya (Subrata, 1995:85). Dalam penelitian kualitatif ini analisis dilakukan selama dan sesudah pengumpulan data. Adapun analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif, yaitu dengan langkah-langkah: a.

Pengumpulan Data Usaha yang dilakukan sipeneliti untuk memperoleh data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kualitas data ditentukan oleh kualitas alat pengambilan data atau alat ukur. Kalau alat pengambilan datanya cukup variable dan valid, maka datanya juga cukup variable dan valid (Ruandi dalam Skripsi Indah Kurniawati, 2009:15). Pengumpulan data ini diharapkan agar penelitian ini dapat diketahui keaslianya.

15

b. Reduksi Data Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, mengolomkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga memperoleh kesimpulan akhir dan diverifikasi (Ekosusilo Dalam Skripsi Amin, 2003:70). Reduksi data ini berguna untuk meninjau kembali data-data yang kurang atau data-data yang sekiranya tidak perlu dapat dipertimbangkan kembali apakah data tersebut perlu tidak dicantumkan dalam penulisan penelitian. c. Penyajian Data Penyajian data ini dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan (Eko Susilo Dalam Skripsi Amin, 2003:17). Penyajian data diharapkan agar pembaca lebih cepat memahami isi dalam penelitian ini. d. Penarikan Kesimpulan Kegiatan

analisis

selanjutnya

adalah

penarikan

kesimpulan atau verifikasi. Analisis yang dilakukan selama pengumpulan data dan sesudah pengumpulan data digunakan untuk menarik kesimpulan, sehingga dapat menemukan pola tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi (Ekosusilo Dalam Skripsi Amin, 2003:71).

16

Penarikan kesimpulan ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara singkat seluruh isi di dalam penulisan penelitian.

7.

Pengecekan Keabsahan Data Dalam penelitian ini penulis berusaha memperoleh keabsahan temuannya. Teknik yang dipakai untuk menguji keabsahan temuan tersebut yaitu teknik trianggulasi Tiranggulasi dibedakan menjadi dua yaitu: 1. Trianggulasi Sumber Data Trianggulasi sumber data dilakukan dengan cara membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari informan yang satu dengan informan yang lain. 2. Trianggulasi Metode Trianggulasi metode dilakukan dengan cara memanfaatkan metode yang berbeda untuk mengecek kembali derajat kepercayaan atau informasi yang diperoleh (Ekosusilo Dalam Skripsi Amin, 2003:73). Di dalam keabsahan data ini untuk mengetahui hasil temuan ini benar-benar hasil temuan sendiri tidak hasil dari orang lain ataupun tidak plagiat dari penelitian yang sebelumnya.

17

8.

Tahap-Tahap Penelitian a.

Kegiatan administrative yang meliputi, pengajuan proposal untuk penelitian dari ketua STAIN Salatiga kepada pihak wajib Pondok Pesantren Al Huda Doglo, menyusun pedoman dan wawancara serta melakukan administrative lainya.

b.

Melakukan kegiatan lapangan yaitu: 1)

Survei awal untuk mengatahui gambaran lokasi penelitian yaitu di Pondok Pesantren Al Huda serta Menemui pengasuh Pondok Pesantren yang akan dijadikan subjek penelitian serta meminta untuk dapat menerima melakukan penelitian di tempat tersebut.

2)

Melakukan

observasi

langsung

kelapangan

dengan

melakukan wawancara kepada para responden atau informen sebagai langkah awal untuk pengumpulan data. 3)

Menyaji

data

dengan

susunan

dan

urutan

yang

memungkinkan untuk memudahkan dalam melakukan pemaknaan. 4)

Melakukan verifikasi untuk membuat kumpulan-kumpulan temuan penelitian.

5)

Menyusun laporan untuk dijilid dan dilaporkan.

18

G.

Sistematika Penulisan Bab I

Pendahuluan, Fokus

meliputi:

penelitian,

Latarbelakang masalah,

Tujuan penelitian,

Kegunaan

penelitian, Penegasan istilah, (Metode penelitian mencakup:

Pendekatan

dan

Jenis

penelitian,

Kehadiran peneliti, Lokasi penelitian, Sumber data, Prosedur

pengumpulan

data,

Analisis

data,

Pengecekan keabsahan data, Tahap-tahap penelitian). dan Sistematika penulisan. Bab II

Kajian Pustaka, meliputi: A.

Kontribusi Pondok Pesantren: Pengertian kontribusi pondok pesantren, Tujuan pendidikan pondok pesantren, pesantren,

pesantren, Potensi Peran

Karakter dan

dan

peluang pesantren

fungsi pondok dalam

pengembangan masyarakat. B.

Wajib Belajar 9 Tahun: Pengertian wajib belajar 9 tahun, Latarbelakang wajib belajar 9 tahun, Tujuan wajib belajar baik 6 tahun atau 9 tahun, Landasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun di pondok pesantren, Dalil-dalil yang berkaitan dengan wajib belajar, Undang-undang

19

yang berkenaan dengan pondok pesantren dengan sistem pendidikan nasional. Bab III

Paparan Data dan Temuan Penelitian: A. Paparan Data berisi: Sejarah pondok pesantren meliputi (Berdirinya pondok pesantren al huda doglo, Visi dan Misi pondok pesantren, Jadwal kegiatan pondok pesantren, Profile ustadz/ah MADIN, Silsilah para kyai pondok pesantren, Perkembangan fisik pondok pesantren al huda doglo, Struktur organisasi pondok pesantren, nama-nama santri

yang terjaring di dalam

WAJAR 9 tahun, Nama-nama asrama putra dan putri,

Perkembangan

pendidikan

pondok

pesantren al huda dan jenis-jenis perkembangan pendidikan pondok pesantren al huda doglo). B. Temuan Penelitian berisi tentang: Langkahlangkah yang dilakukan oleh pondok pesantren dalam menuntaskan wajib belajar 9 tahun, Hambatan-hambatan

yang

dialami

pondok

pesantren al huda dalam menuntaskan wajib belajar 9 tahun, Bagaimana alternative pemecahan masalah yang dilakukan pondok pesantren al huda dalam menuntaskan wajib belajar 9 tahun, di Desa

20

Doglo,

Kelurahan

Candigatak

Kecamatan

Cepogo, Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2011 Bab IV

Pembahasan berisi tentang: Langkah-langkah yang dilakukan oleh pondok pesantren dalam menuntaskan wajib belajar 9 tahun, Hambatan-hambatan yang dialami pondok al huda dalam menuntaskan wajib belajar 9 tahun, Bagaimana alternative pemecahan masalah yang dilakukan pondok pesantren al huda dalam menuntaskan wajib belajar 9 tahun, di Desa Doglo, Kelurahan Candigatak Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2011?

Bab V

Penutup: A.

Kesimpulan meliputi: Langkah-langkah yang dilakukan

oleh

pondok

pesantren

dalam

menuntaskan wajib belajar 9 tahun, hambatanhambatan yang dialami pondok al huda dalam menuntaskan wajib belajar 9 tahun, Bagaimana alternative pemecahan masalah yang dilakukan pondok pesantren al huda dalam menuntaskan wajib belajar 9 tahun, di Desa Doglo, Kelurahan Candigatak Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2011

21

B.

Saran meliputi: (Saran dari pengurus Pondok Pesantren, Ustadz/ah dan Kyai), Untuk Pondok Pesantren, Masyarakat Dan Pemerintah).

Daftar pustaka Daftar riwayat hidup Lampiran-lampiran

22

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.

KONTRIBUSI PONDOK PESANTREN 1.

Pengertian Kontribusi Pondok Pesantren Kontribusi berasal dari bahasa inggris “con tri bu tion” pertolongan, sumbangan (Peter, 1985:403). Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan Islam tradisional dimana para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang (atau lebih) guru yang dikenal dengan sebutan “kyai” (Dhofeir, 1998:11). Beberapa pengertian pondok pesantren menurut para peneliti yaitu: 1.

Yasmadi, 2002:61 berpendapat bahwa Perkataan pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe di depan dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri, dan Pondok pesantren berasal dari bahasa arab funduq (‫ )ﻓﻨ ﺪوق‬yang berarti hotel, asrama, rumah, dan tempat tinggal sederhana.

2.

Soetjito, 1987:110 juga berpendapat Pesantren dapat juga disebut sebagai lembaga non-formal, karena eksistensinya berada dalam jalur sistem pendidikan kemasyarakatan. Ia

23

memiliki program pendidikan yang disusun sendiri dan pada umumnya bebas dari ketentuan formal 3.

Sindu, 199:01 Pondok Pesantren berasal dari kata “Santri”

Dalam peraturan Menteri Agama nomor 3 tahun 1979 tentang bantuan kepada pondok pesantren, yang mengkategorikan pondok pesantren menjadi 4 yaitu: 1.

Pondok pesantren tipe A yaitu pondok pesantren yang seluruhnya dilaksanakan secara tradisional;

2.

Pondok pesantren tipe B yaitu pondok pesantren yang menyelanggarakan pengajartan secara klasikal (madrasi);

3.

Pondok pesantren tipe C yaitu pondok pesantren yang hanya merupakan asrama sedangkan santrinya berada di luar;

4.

Pondok pesantren tipe D yaitu pondok pesantren yang menyelenggarakan sistem pondok pesantren dan sekaligus sistem sekolah atau madrasah. (Faiqoh, 2003:10) Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

pondok pesantren adalah sebuah asrama pendidikan tradisional yang di dalamnya terdapat santri yang dibimbing oleh seorang kyai yang memiliki tempat serta program pendidikan, dimana pendidikan tersebut juga berkaitan dengan pendidikan nasional.

24

2.

Tujuan Pendidikan Pondok Pesantren Faiqoh menjelaskan di dalam bukunya bahwa tujuan pendidikan pondok pesantren adalah: a)

Menyiapkan santri mendalami dan menguasai ilmu agama Islam atau lebih dikenal dengan tafaqquh fid-din, yang diharapkan yang dapat mencetak kader-kader ulama dan turut mencerdaskan masyarakat Indonesia

b)

Dakwah menyebarkan agama Islam

c)

Dan benteng pertahanan umat dalam bidang akhlak Sejalan dengan hal inilah materi yang diajarkan pondok

pesantren semuanya terdiri dari materi agama yang langsung digali dari kitab-kitab klasik yang berbahasa Arab. Akibatnya perkembangan zaman dan tuntutannya, tujuan pondok pesantrenpun bertambah dikarenakan peranannya yang signifikan, tujuan itu adalah d)

Berupaya meningkatkan pengembangan masyarakat diberbagai sektor kehidupan. Namun dengan hal tersebut sesungguhnya, tiga tujuan terakhir

adalah manifestasi dari hasil yang dicapai pada tujuan pertama, tafaqquh fid-din. Tujuan inipun semakin berkembang sesuai dengan tuntutan yang ada pada saat pondok pesantren itu didirikan. Dalam peran selanjutnya, karena dipengaruhi oleh perkembangan pendidikan

25

dan tujuan dinamika masyarakat tersebut, beberapa pondok pesantren menyelenggarakan pendidikan jalur sekolah (formal) dan kegiatan lain yang bertujuan untuk memberdayaan potensi masyarakat di sekitarnya. (Faiqoh, 2003:10) Selain itu juga Yusuf menambahkan dalam bukunya bahwa tujuan pendidikan pesantren mencanangkan tujuan sebagai berikut: a.

Mencetak ilmu-ilmu agama sesuai dengan al-Qur’an surat atTubah: 122 yang berbunyi:

pÿ¬$Û Nk]B p%ù @. `B ÿR wq=ù 4 pù$2 #rÿYŠ9 bqZBsJ9# c%. $Br cr‘‹t† Og=è9 NkŽ9) #qè_‘ #Œ) OgBq% #r‘‹YŠ9r `ƒ$!# ’û #qg)ÿGŠ9 Yang artinya: Tidak sepatutnya bagi mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya (al-Qur’an, at-Taubah:122) b.

mendidik muslim yang dapat melaksanakan syariat Islam

c.

Mendidik agar objek memiliki keterampilan dasar yang relevan dengan terbentuknya masyarakat beragama (Yusuf, 1995:183184) Tujuan pendidikan dari semua keterangan tersebut dapat

disimpulkan bahwa pendidikan bertujuan

untuk mengembangkan

ilmu-ilmu pengetahuan, baik ilmu agama maupun ilmu umum agar

26

anak

didiknya

mempunyai

kemampuan

afektif,

koknitif

dan

psikomotorik yang semuanya itu didapat dari lembaga pendidikan. 3.

Karakter Dan Fungsi Pondok Pesantren Keberadaan pondok pesantren beserta perangkatnya yang ada adalah, sebagai lembaga pendidikan dan dakwah serta lembaga kemasyarakatan yang telah memberikan warna daerah pedesaan. Pondok pesantren tumbuh dan berkembang bersama warga masyarakat dari dulu. Oleh karena itu, tidak hanya secara kultur lembaga ini bisa diterima, tetapi bahkan telah ikut serta dan memberikan corak serta nilai kehidupan kepada masyarakat yang senantiasa tumbuh dan berkembang. Figur kyai, santri serta seluruh perangkat fisik yang menandai sebuah pesantren senantiasa dikelilingi oleh sebuah kultur yang besifat keagamaan. Kultur tersebut mengatur perilaku seseorang, pola hubungan antara warga masyarakat bahkan hubungan antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lainnya. Pondok pesantren dapat dikatakan sebagai lembaga pendidikan non-formal, karena eksistensinya berada dalam jalur sistem pendidikan kemasyarakatan. Pondok pesantren memiliki program pendidikan yang disusun sendiri dan pada umumnya bebas dari ketentuan formal. Program ini mengandung program pendidikan formal, non-formal dan informal yang berjalan sepanjang hari dalam sistem asrama. Dengan

27

demikian pondok pesantren tidak hanya tempat belajar, melainkan merupakan proses hidup itu sendiri. Setiap santri memiliki kebebasan untuk mempelajari apa saja sekalipun kebebasan ini sangat dibatasi oleh kurangnya fasilitas dan asrama pendidikan yang memungkinkan berkembangnya ruang lingkup dari jenis ilmu yang dipelajari. Di dalam pesantren pada dasarnya tidak ada pemisahan yang jelas antara sekolah dan lingkungan

hidup,

Sebab

lingkungan

pesantren

berusaha

menumbuhkan satu pola hidup sederhana, berpegang secara kokoh pada asas hidup sederhana, sedangkan lulusan pesantren pada umumnya memasuki dunia swasta

sebagai petani, pedagang,

pengkrajin, atau jadi guru agama penuh atau sambilan dan da’i atau mubaligh, meskipun kemungkinan melanjutkan pelajarannya ke sekolah negeri dan Perguruan tinggi dan kemudian pegawai negeri. (Sonhaji, 1988:109-1010) Sehingga karakter yang menonjol di dalam lingkungan Pondok Pesantren adalah sebagai lembaga pendidikan dan dakwah serta lembaga kemasyarakatan. Pondok pesantren tumbuh dan berkembang bersama warga masyarakat, oleh karena itu lingkungan pesantren berusaha menumbuhkan satu pola hidup sederhana, berpegang teguh pada asas hidup kesederhanaan, pondok pesantren juga sebagai tempat pendidikan non formal karena eksistensinya berada dalam jalur sistem pendidikan kemasyarakatan. Serta fungsi pondok pesantren adalah 28

sebagai lembaga pendidikan non formal yang berada dalam pedesaaan yang prospek kedepanya kemungkinan besar agar santri-santrinya menjadi orang-orang yang berguna bagi agama masyarakat dan negara. 4.

Potensi dan Peluang Pondok Pesantren Pondok pesantren, di samping sebagai lembaga pendidikan dan dakwah Islam ternyata telah banyak yang berfungsi dan berperan sebagai lembaga pengembangan masyarakat, sebagai

lembaga

pendidikan Islam, di samping mengajarkan ilmu-ilmu agama, pondok pesantren juga membekali dan melatih para santrinya untuk mampu mandiri dengan usahanya. Pondok pesantren memiliki potensi untuk maju

dan

berkembang

memberdayakan

diri

di

masyarakat

lingkungannya. Hal ini karena adanya potensi dan peluang pada pondok pesantren, antara lain: 1.

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan yang didirikan secara mandiri oleh dan untuk masyarakat, yang berperan dalam pembentukan moral bangsa.

2.

Pada

pondok

pesantren

adanya

yang

disegani

figur

ulama/tokoh kharismatik dan menjadi panutan masyarakat. 3.

Pada pondok pesantren Tersedianya SDM yang cukup memadai.

29

4.

Karena pada umumnya pondok pesantren berada di pedesaan, maka lahan tersedia sangat luas.

5.

Jiwa kemandirian, keikhlasan, kesederhanaan yang tumbuh di kalangan para santri dan keluarga besar pesantren.

6.

Karena mereka mukim di asrama, maka cukup banyak waktu bagi para santri untuk mengembangkan hal yang lain.

7.

Minat masyarakat cukup besar terhadap pesantren, karena di samping diberikan pendidikan agama dan perlajaran umum, juga bimbingan moral. (Faiqoh, 2003:10) Dari semuanya tersebut mutlak bahwa di dalam pondok

pesantren mampu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap anak santri karena kebebasan berkembang, waktu yang banyak, serta pendukung-pendukung yang lain, semuanya tersebut berada dalam ruang lingkup pondok pesantren. 5.

Peran Pesantren Dalam Pengembangan Masyarakat Peran pesantren mengembangkan beberapa peran, utamanya sebagai lembaga pendidikan. Jika ada lembaga pendidikan Islam yang yang sekaligus memainkan peran sebagai lembaga bimbingan keagamaan, keilmuan, kepelatihan, pengembangan masyarakat, dan sekaligus menjadi simpul budaya, maka itulah pondok Pesantren

30

1)

Lembaga Pendidikan Lembaga pendidikan yang dilakukan oleh pondok pesantren tidak merubah ciri-ciri pokoknya sebagai lembaga pendidikan, dalam arti luas. Ciri inilah yang menjadikan tetap dibutuhkan oleh masyarakat, .disebut dalam arti luas, karena tidak semua pesantren dapat menyelenggarakan Madrasah, sekolah dan kursus seperti yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga pendidikan yang lainya. DI

bidang

al-qur’an

dimulai

dari

tataran

membaca,

menghafalkan surah-surah pendek, membaca dari keseluruhan juz kitab suci, menghafalkan dari surah. 2)

Lembaga Keilmuan Sebagai salah satu lembaga pondok pesantren membuka peluang untuk tampil diri sebagai lembaga keilmuan. Modulnya adalah kitab-kitab dari para guru Pesantren dan kemudian dipakai oleh Pesantren lainya. Banyak sedikitnya atas kitab-kitab itu dapat dilihat dari banyaknya pesantren yang ikut pempergunakannya. Dalam hal ini jarang terjadi kritik terbuka atas suatu kitab seperti itu. Bimbingan menulis sudah ada sejak lama di dalam pesantren. Motifasinya bersumber dari al-Qur’an, termasuk firman-Nya:

31

M»J=. ‰ÿZ? b& @7% s69# ‰ÿZ9 ’1‘ M»J=39 #Š#‰B s79# b%. q9 @% ÇÊÉÒÈ #Š‰B ¾&#WJ/ $Z¥_ q9r ’1‘ “katakanlah: ‘Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)” (al-Qur’an, alKahfi:109). Prakteknya berawal dari cara santri membuat catatan belajar pribadi. Sebagai contoh, kyai meminta santrinya untuk membagi setiap halaman buku catatan itu menjadi empat bagian dengan porsi paling luas di bagian tengah. Ketiga margin dibagian atas, bawah, dan kanan/kiri seukuran sekitar 3 cm atau selebar dua jari tangan. •

Di bagian tengah dicantumkan isi pokok pelajaran;

•

Di bagian atas dicantumkan tugas dari kyai;

•

Dibagian kanan dicantumkan catatan tambahan dari keterangan lisan kyai yang sebagian merupakan jawaban atas pertanyaan santri;

•

Dibawah dicantumkan hasil lacakan kamus atau referensi pendukung;

Dengan kapling seperti itu menjadi jelas siapa pemilik hak atas setiap bagian dari setiap halaman buku catatan santri. Bagian tengah adalah hak pengarang kitab pokok yang menjadi sumber

32

pelajaran itu. Margin atas adalah hak kyai; disitulah catatan tugas yang diberikannya ditulis oleh santri, margin kanan/kiri juga sebagai bahan ajar yang kadang-kadang mengkaitkannya dengan realitas kehidupan Kebiasaan mencatat serupa itu bisa menjelaskan fakta tentang banyaknya buku kajian keagamaan dan sosial yang melimpah dalam dua dasa warsa terakhir ini di tanah air. 3)

Lembaga Pelatihan Pelatihan yang dilakukan oleh santri adalah mengelola kebutuhan diri santri sendiri; sejak makan, minum, mandi, pengelolaan

barang-barang

pribadi,

sampai

keurusan

merancang jadwal belajar dan mengatur hal-hal

yang

berpengaruh kepada pembelajaran, seperti jadwal kunjungan orang tua atau pulang menjenguk keluarga, jika pelatihan ini santri dapat menjalani dengan baik maka santri dapat melakukan pelatihan berikutnya. 4)

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Pondok

Pesantren

di

dalam

melakukan

pemberdayaan

masyarakat pada umumnya santri benar-benar mandiri dan lebih efektif pada lembaga penyandang dana dari luar masyarakatnya sendiri. Di dalam Pemberdayaan masyarakat Pesantren berteguh pada lima asas; yaitu: 33

•

Menempatkan masyarakat sebagai pelaku aktif bukan sasaran pasif;

•

Penguatan

pontensi

lokal

baik

yang

berupa

karakteristik, tokoh, Pranata, dan jejaringan; •

Peran serta warga masyarakat sejak perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan,

pemantauan,

refleksi, dan evaluasi; •

Terjadinya peningkatan kesadaran; dari kesadaran semu dan kesadaran naif, kesadaran kritis;

•

Kesinambungan setelah program berakhir.

Sebagai lembaga pendidikan, pesantren percaya bahwa manusia akan meningkat martabatnya seiring dengan nilai-nilai di dalam dirinya kekritisan Pesantren terbangun oleh wataknya yang banyak merekam banyak hal sekaligus bahkan dalam rentang pewarisan yang panjang. Perubahan-perubahan sosial dan juga pasang surut penghidupan warga masyarakat tidak luput dari perhatiannya karena memang pesantren hidup di dalam masyarakat itu. 5)

Lembaga Bimbingan Keagamaan Dorongan pesantren ini antara lain adalah firman Allah SWT:

34

7/‘ b) 4 `¡m& ‘d ÓL9$/ Og9‰»_r ( pZ¡t:# pàãqJ9#r pJ3t:$/ 7/‘ @‹6™ ’<) íŠ# ûï‰GgJ9$/ O=ã& qdr ( ¾&#‹6™ `ã @Ê `J/ O=ã& qd

Yang artinya: “Hendaklah kalian berdakwah ke jalan Allah dengan hikmah, nasehat yang santun dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Tahu siapa di antara hamba-Nya yang sesat dari jalan-Nya dan Dia Maha Tahu atas orang-orang yang mendapatkan petunju”: (alQuran, an-Nahl:125). Faktor yang mendukung pesantren sebagai lembaga bimbingan keagamaan adalah kualifikasi kyai dan jaringan kyai yang memiliki kesamaan panduan keagamaan, terutama dibidang fiqih, dan kesamaan pendekatan dalam merespon masalahmasalah yang berkembang di masyarakat. Dalam pengelompokannya pesantren terbagi menjadi dua kategori; yaitu pesantren syariat dan pesantren thariqat. 1. Pesantren syariat menekuni pembelajaran hukum agama Islam, meskipun juga menyiratkan bagian dari penjiwaan tasawuf; 2. Pesantren thariqat menekuni pencarian kesucian diri batiniah melalui tasawuf meskipun tetap mendasarkan pada penguasaan syariat lebih dahulu.

35

6)

Simpul Budaya Di dalam kebudayaan Pesantren, di dalam bukunya Dian Nafi’ Dkk, 2007:29 berpendapat bahwa pondok pesantren berwatak tidak larut atau menentang budaya di sekitarnya. Yang jelas Pesantren hadir sebagai sebuah sub-kultur, budaya sandingan, yang bisa selaras dengan budaya setempat sekaligus tegas menyuarakan prinsip syariat. Di situlah pesantren melakukan tugas dan memperoleh tempat. Ukuran baik buruk dan beragam rujukan seni yang berkembang dalam masyarakat bisa dikenali hubungannya dengan yang dikembangkan oleh Pesantren, meskipun terdapat pelapisan dilihat dari kedekatannya dengan ajaran Islam.

B.

WAJIB BELAJAR 9 TAHUN 1.

Hakikat Wajib Belajar 9 Tahun Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah (Anwar, 3003:36) Program wajib belajar pada hakikatnya merupakan upaya pemerintah yang secara sistemis-sistematis menginginkan terjadinya peningkatan kualitas manusia Indonesia, sehingga dapat berpartisipasi

36

aktif dalam keseluruhan pembangunan nasional serta adaptif dalam penyerapan informasi ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), yang muaranya adalah mendekatkan pada pencapaian pendekatan nasional, yakni masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. 2.

Latarbelakang Wajib Belajar 9 Tahun Wardiman Djojonegoro, 1992 mengemukakan alasan-alasan yang melatarbelakangi dicanangkannya program pendidikan wajib belajar 9 tahun, semua anak usia 7-15 mulai tahun 1994 adalah: 1.

Pada tahun 1992 hanya berpendidikan Sekolah Dasar atau lebih rendah Sekitar 73,7% angkatan kerja Indonesia, yaitu mereka tidak tamat Sekolah Dasar, dan tidak pernah sekolah.

2.

Pendidikan dasar 9 tahun merupakan upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia yang dapat memberi nilal tambah lebih tinggi terhadap pertumbuhan, dengan Sudut pandang kepentingan ekonomi, dengan rata-rata pendidikan dasar 9 tahun, bagi

mereka

dapat

memperluas

wawasannya

dalam

menciptakan kegiatan ekonomi secara lebih beranekaragam. 3.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin besar peluang pula untuk lebih mampu berperan serta sebagai pelaku ekonomi, maupun yang lain.

37

4.

Dengan

meningkatnya

penguasaan

kemampuan

dan

keterampilan, akan memperbesar peluang yang lebih merata untuk meningkatkan martabat, kesejahteraan, serta makna hidupnya. Dari segi kepentingan peserta didik, peningkatan usia wajib belajar dari 6 tahun menjadi 9 tahun akan memberikan kematangan yang lebih tinggi dalam penguasaan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan. 5.

Dengan semakin meluasnya kesempatan belajar 9 tahun, maka usia minimal angkatan kerja produktif dapat ditingkatkan dari 10 tahun menjadi 15 tahun. (http://ilyasismailputrabugis..com)

Dari berbagai alasan-alasan tersebut, maka program pendidikan wajib belajar 9 tahun memberikan gambaran bahwa untuk mencapai peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang dapat memberi nilai tambah pada diri individu (masyarakat) itu sendiri mengenai penguasaan

ilmu

pengetahuan,

keterampilan,

yang

dapat

mengantar kepertumbuhan ekonomi, peningkatan produktivitas kerja, martabat, dan kesejahteraan hid u p nya, han ya dap at d icap ai lewat p enu nt asan p elaksanaan pendidikan yaitu sekolah yang lebih tinggi minimal 9 tahun.

38

3.

Tujuan wajib belajar baik 6 tahun atau 9 tahun diantaranya: 1.

Memberikan kesempatan bagi setiap warga negara tingkat minimal SD dan SMP atau yang sederajat.

2.

Setiap warga negara dapat mengembangkan dirinya lebih lanjut yang akhirnya mampu memilih dan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan potensi yang dimiliki.

3.

Setiap warga negara mampu berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara .

4.

Memberikan peluang kepada anak didik untuk dapat melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi minimal SD dan SMP atau yang sederajat, sampai pendidikan yang lebih tinggi. (http://edukasi.kompasiana.com) Semua tujuan tersebut diharapkan agar peluang anak didik untuk

meneruskan jenjang pendidikan dapat terealisasi, serta pencapaian program wajib belajar 9 tahun dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan program pendidikan nasional.

39

4.

Landasan Wajib belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun Di Pondok Pesantren Wajib belajar adalah pengejawantahan dari isi pasal 31 UUD 1945 ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan. Penegasan oleh Sekretaris Jenderal departemen pendidikan dan kebudayaan pada seminar pendidikan berkelanjutan, 30-31 Oktober 1992, deklarasi pendidikan untuk semua di Indonesia, khususnya berkaitan dengan pengembangan pendidikan dasar, adalah pendidikan semesta (universal education). Artinya, sistem pendidikan nasional di Indonesia

dikerangkakan

untuk

membuka

dan

memberikan

kesempatan seluas-luasnya kepada semua warga untuk memperoleh pendidikan Pemerintah pada tahap awal telah mencanangkan program wajib belajar 6 tahun yang pada dasarnya merupakan persyaratan umum bahwa setiap anak usia sekolah dasar (7-12 tahun) harus dapat membaca, menulis dan berhitung. (wahjoetomo, 1993:04) Sejarah pendidikan islam di dalam pondok pesantren tetap memiliki posisi sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia bahkan sistem pendidikan nasional yang dilaksanakan di Indonesia belum dikatakan berhasil jika belum melibatkan pesantren. Saat ini kontribusi pondok pesantren telah berkembang pesat, ia telah

40

mengekpresiasikan kebijakan pemerintah di bidang pendidikan sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki. Paket-paket penuntasan 9 tahun juga telah dilaksanakan di pesantren. Pelibatan pesantren untuk mengembangkan pendidikan di Indonesia merupakan langkah strategis dan bijak dari pemerintah. Pesantren yang bertempat di pedesaan sangat mudah meyakinkan dan menjangkau umat yang membutuhkan pendidikan secara layak. Potensi seperti inilah yang belum tentu dimiliki oleh lembaga pendidikan di luar pesantren (Roqib, 2009:156157). Pemerintah Indonesia sejak disahkannya Undang-Undang No. 4 Tahun 1950 Undang-Undang no. 12 Tahun 1954, telah mencanangkan wajib belajar. Program yang lahir kemudian adalah wajib belajar 6 tahun, yang kemudian bertambah menjadi wajib belajar 9 tahun. Keputusan Bersama (Dirjen Binbaga Islam Departemen Agama dan Dirjen Dikdasmen Departemen Pendidikan Nasional Nomor: E/83/2000 dan Nomor: 166/C/KEP/DS-2000) tentang Pedoman Pelaksanaan Pondok Pesantren Salafiyah Sebagai Pola Wajib Belajar Pendidikan Dasar. Penyelenggaraan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun pada Pondok Pesantren mengacu pada beberapa landasan yuridis sebagai berikut : 1.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945;

41

2. 3. 4. 5. 6.

5.

Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1992 tentang Peran Serta Masyarakat dalam Pendidikan Nasional; Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional; Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan Wajib Belajar 9 Tahun; Undang-Undang No. 4 Tahun 1950 Undang-Undang no. 12 Tahun 1954, Kesepakatan Bersama antara Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Agama RI Nomor 1/U/KB/2000 dan Nomor MA/8672000 tentang Pondok Pesantren Salafiyah Sebagai Pola Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun.

Dalil Dalil Yang Berkaitan Dengan Wajib Belajar Berkaitan dengan program wajib belajar 9 tahun yang di programkan oleh pememrintah, hal tersebut juga juga diperkuat oleh beberapa dalil-dalil yang benguatkan bahwa wajib belajar mempunyai landasan baik landasan formal maupun landasan keagamaan, dari buku UKL STAIN (2011:22), landasan tersebut adalah sebagai berikut: (‫اﻃﻠﺒﻮا اﻟﻌﻠﻢ وﻟﻮﺑﺎﻟﺼﯿﻦ ﻓﺎن ﻃﻠﺐ اﻟﻌﻠﻢ ﻓﺮﯾﻀﺔ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﻣﺴﻠﻢ وﻣﺴﻠﻤﺔ )رواه اﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﺒﺮي‬ Artinya: Carilah ilmu walaupun sampai ke negeri cina. Maka sesungguhnya mancari ilmu itu wajib bagi setiap orang islam pria dan wanita (H.R. Ibnu Bari)

(‫ﻣﻦ ﺳﻠﻚ ﻃﺮﯾﻘﺎ ﯾﻠﺘﻤﺲ ﻓﯿﮫ ﻋﻠﻤﺎ ﺳﮭﻞ اﷲ ﻟﮫ ﻃﺮﯾﻖ اﻟﻰ اﻟﺠﻨﺔ )رواه ﻣﺴﻠﻢ‬ Artinya: Barang siapa menempuh jalan menuntut ilmu, maka Allah memudahkan bagi orang-orang itu jalan menuju ke syurga (H.R. Muslim)

42

!# #q)G‹=ù NgŠ=æ #qù%{ $ÿ»èÊ pƒ‘Œ Ogÿ=z `B #q.? q9 úï%!# ·‚‹9r #‰ƒ‰™ wq% #q9q)‹9r Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”. (alQur’an, An-Nisa’:09) Dari beberapa landasan serta dalil-dalil yang menyatakan bahwa setiap

orang

harus

berpendidikan,

agar

mereka

mampu

mengembangkan potensi dalam diri mereka serta dengan pendidikan maka mempermudahkan mereka untuk mendapatkan kebaikan dunia maupun akhirat. 6.

Undang-Undang Yang Berkenaan Pondok Pesantren Dengan Sistem Pendidikan Nasional Undang-undang 1945 pasal 31 ayat 3 menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu

sistem

pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Akhirnya pada tanggal 8 juli 2003 ditandatangani oleh presiden, dengan nomor 20 tahun 2003. Sebagian dari sistem pendidikan nasional, pondok pesantren dan pendidikan diniyah sebagai satuan pendidikan yaitu pendidikan keagamaan dan dalam bentuk materi pelajaran yaitu pendidikan agama dalam

43

ketentuan-ketentuan undang-undang sisdiknas. Adapun ketentuanketentuan tersebut adalah: 1.

Pasal 1 ayat 1 menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia dan seterusnya. Poin ini menunjukan bahwa pengertian dari pendidikan yaitu

diantaranya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan dan ahlak mulia. Untuk mencapai hal yang demikian dapat ditempuh dengan pendidikan dan pengajaran agama. 2.

Pasal 1 ayat 2 menyebutkan pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilainilai agama, kebudayaan nasional dan seterusnya. Poin ini menerangkan bahwa dasar dari pendidikan nasional

adalah pancasila dan UUD 1945 yang bersumber kepada nilai-nilai agama dan kebudayaan nasional. 3.

Pasal 1 poin 16 menyatakan pendidikan berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kekhasan agama, dan seterusnya. Poin ini menjelaskan secara jelas pengakuan terhadap keberadaan

madrasah diniyah dan pondok pesantren, karena memang kedua lembaga ini adalah berbasis masyarakat dan berdasarkan agama. 4.

Pasal 1 poin 25 menyatakan bahwa komite sekolah/madrasah, dan seterusnya.

44

Poin ini menerangkan bahwa di dalam pendidikan antara sekolah dan madrasah itu sama kedudukannya. 5.

Pasal 17 ayat 2 menyatakan bahwa pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah thanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Ketentuan ini secara tegas menyebutkan bahwa madrasah

ibtidaiyah (MI) sama dengan sekolah dasar (SD) dan madrasah thanawiah (MTs) sama dengan sekolah menengah pertama (SMP), disamping itu ada kalimat berikutnya atau bentuk lain yang sederajat. Itu artinya semua semua satuan pendidikan keagamaan Islam yang berjenjang termasuk dalam pengertian ini seperti pengajian salafi ibtidai, pengajian salafi tsanawi, pendidikan diniyah alawiah, pendidikan diniyah wustha, taman pendidikan al-Qur’an dan ta’mul Qur’an lil aulad. Dalam penjelasannya menyebutkan pendidikan yang sederajat dengan SD/MI adalah program seperti paket A dan yang sederajat dengan SMP/MTs adalah program paket B. hal ini juga berarti program paket A dan paket B di pondok pesantren setara dengan SD/MI dan SMP/MTs. 6.

Pasal 30 ayat 4 menyatakan pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniah, pesantren, pasraman, pabhaja samanera dan bentuk lain yang sejenis. Berdasarkan keterangan di atas, pendidikan agama dan

pendidikan keagamaan dalam sistem pendidikan nasional dapat dikelompokan menjadi empat jalur pendidikan yaitu:

45

1.

Pendidikan agama dan keluarga

2.

Pendidikan agama sebagai kurikulum semua jenis, jenjang dan jalur pendidikan.

3.

Pendidikan agama sebagai ciri khas satuan pendidikan umum yang diselenggarakan oleh organisasi sosial agama (misalnya: SD Islam, SMP Islam, SMU Islam) dan madrasah yang merupakan

pendidikan

umum

yang

menyelanggarakan

pendidikan keagamaan Islam dalam linkup tugas Departemen Agama, mencakup Raudhatul Atfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Thanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA), dan Perguruan Tinggi Agama Islam; 4.

Pendidikan

keagamaan

sebagai

satuan

pendidikan,

yang

dilaksanakan pada jalur pendidikan formal, non formal, informal, dan pada jenjang pendidikan dasar, menengah dan tinggi. Pada jalur keempat inilah terletak pondok pesantren dan madrasah diniyah. (Faiqoh, 2003:54-62) Dari beberapa pengertian serta pasal-pasal di atas bahwa pondok pesantren

dengan

sistem

pendidikan

nasional

adalah

saling

membutuhkan satu sama lain, kedudukan pendidikan pesantren dengan pendidikan formal sama, pemerintah dalam programnya tidak bisa berdiri sendiri tampa bantuan dari peran masyarakat, pondok pesantren bagian dari masyarakat, pondok pesantrenpun tidak lepas dari

46

pemerintah karena pondok pesantren butuh juga bantuan dari pemerintah salah satunya mengenai bantuan yang berupa material maupun spiritual, agar pendidikan tersebut dapat berjalan dengan baik sesuai dengan program pendidikan, dengan demikian pondok pesantren

di

dalam

pendidikanya

sudah

mempunyai

hukum

kepemerintahan yang sah yang disebutkan di dalam pasal-pasal di atas.

47

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A.

PAPARAN DATA 1.

Sejarah Pondok Pesantren Berawal dari seseorang yang ingin merubah hidupnya maka KH Habib Ihsanuddin menimba ilmu dari sekolah satu ke sekolah yang lain, dari pondok satu ke pondok yang lain. Selain itu juga beliau dikuatkan keinginannya oleh Bapak KH Siraj bahwa jika Habib ingin menjadi orang yang berguna maka dia “Habib Ihsanuddin” harus mondok minimal tiga tahun tidak pulang ke rumah, dengan tekad yang bulat maka Habib Ihasnuddin meminta kepada keluarganya agar meridhoi beliau untuk mondok selama tiga tahun, tidak hanya mondok tiga tahun beliau menimba ilmu, beliau praktis tidak pernah pulang ke rumah halamannya selama lima tahun. Dengan niat melapas rindu yang selama kurun waktu lima tahun tidak pulang, sesampainya di rumah disambutlah beliau oleh keluarganya, saudara-saudaranya dan juga teman-teman desanya dengan sambutan yang sangat baik, selama di kampung karena desakan dari kawan-kawan untuk dapat berbagi ilmunya akhirnya Habib harus merelakan waktunya istirahatnya untuk berkenan memberikan pengajian kepada anak-anak kampung. Dimulai pada hari Rabu 20 Agustus 1963 dan berjalan selama kurang lebih tiga bulan. Niat Habib untuk bermukim di rumah sebenarnya tidak ada, karena

48

desakan dari para warga kampung agar beliau berkenan memberikan ilmunya di desanya, maka beliau meminta saran dan pendapat dari gurunya KH Toha, maka dengan seijin beliau maka disuruh mengajar pengajian selama 1 tahun. Tanpa diduga, pengajian yang diadakan Habib ternyata banyak mendapatkan simpatik dari warga dan bahkan dari luar desa kampung doglo. Banyak putra putri berombongan untuk dapat mengikuti pengajian Habib yang dulunya berada di tempat masjid doglo, maka dari itu dengan ijin Bapak KH Toha maka Habib disarankan agar pengabdikan dirinya di desanya dan tidak kembali ke pondok kediri. Karena kebutuhan pengajian yang semakin luas maka mau tidak mau Habib harus mengadakan pengajian secara bergilir sampai hampir diseluruh Kabupaten Boyolali. Dengan pengajian keliling yang dilakukan beliau ternyata banyak putra putri dari jamaah umum itu berdatangan mengikuti pengajian dan sebagian besar mereka berdomisili di masjid, karena memang tidak ada pondokkan khusus apalagi Pondok Pesantren, belum pernah terfikir sampai kesitu. Kemudian dengan melihat pengajian makin lama jumlah santri semakin bertambah, maka ada inisiatif dari beberapa tokoh masyarakat memfasilitasi

terutama

Bapaknya

Habib

Ihsanuddin

sendiri

mewakafkan sebidang tanahnya untuk dijadikan masjid. Bapak Samsuri, Bapak Ahmad Juki, serta Bapak Moh. Hadi yang bersedia

49

mewakafkan sebidang tanahnya, dan masih banyak lagi orang-orang yang memberikan kontribusinya untuk Pondok Pesantren. Bertepatan

dengan

tahun

ke

enam

pengajian

yang

di

selenggarakan Habib Ihsanuddin tepatnya pada tanggal 29 Agustus 1969, yang berangkat dari bangunan Madrasah putra dan putri kemudian diresmikan menjadi Pondok Pesantren oleh KH Toha Muid dan sekaligus diberi nama Pondok Pesantren Al Huda.

2.

Visi Dan Misi Pondok Pesantren Visi: 1. Menjadikan

pesantren

sebagai

bagian

dari

contributor

kemajuan bangsa Indonesia 2. Menjadikan pesantren bermanfaat bagi masyarakat dan bangsa dengan memberikan, mendidik kader-kader muda agar dapat menjadi generasi yang memiliki kemampuan yang lengkap 3. Berusaha agar dapat menjadi pioneer bagi pesantren-pesantren yang lain dalam hal pengembangan pendidikan disemua aspek pendidikan 4. Menjaga kebutuhan bangsa senantiasa memposisikan diri di tengah segala arus kepentingan masyarakat, menjadi mediator dan fasilitator masyarakat dan membeikan informasi yang benar membangun bagi kemajuan bangsa

50

Misi: 1. Menciptakan generasi muslim yang taat kepada peraturan hukum Indonesia, mengabdi pada masyarakat dan menerapkan agama sebaik-baiknya 2. Menciptakan generasi muslim yang berilmu, berwawasan luas dan memiliki berbagai macam kemampuan kemasyarakatan yang memadai 3. Menciptakan kader muda yang memiliki jiwa ekonomi wirausaha yang mandiri dan tidak tergantung kepada orang lain 4. Menciptakan generasi muslim yang taat kepada aturan hokum Indonesia, mengabdi kepada masyarakat dan menerapkan agama dengan sebaik-baiknya

3.

Jadwal Kegiatan Pondok Pesantren Di dalam pondok Pesantren al huda ada jadwal kegiatan dimana jadwal ini berlangsung setiap hari yang di lakukan oleh para santrisantri di pondok Pesantren yaitu: Adapun jadwal pondok pesantren al huda dapat dilihat di lembar sebaliknya yaitu halaman 52:

51

Tabel I Taberl jadwal kegiatan pondok Pesantren al huda

waktu 03.40 – 03.40 03.04 – 04.30 04.30 – 05.00 05.00 – 06.00 06.00 – 06.30 06.30 – 07.00 07.00 – 11.50 11.50 – 12.00 12.00 – 12.30 12.30 – 15.00 15.00 – 15.30 15.30 – 16.00 16.00 – 17.30 17.30 – 18.00 18.00 – 18.20 18.20 – 19.00 19.00 – 19. 30 19.30 – 20.00 20.00 – 20.40 20.40 - 22.00 22.00 – 03.40

4.

kegiatan Bagun tidur Persiapan shalat subuh Shalat subuh MADIN Fajrus shodiq Pengajian bapak kyai Habib Persiapan sekolah formal Sekolah formal Shalat dhuhur Sekolah formal Kegiatan ektrakulikuler Persiapan shalat asar shalat asar MADIN Sore Persiapan shalat mahgrib Shalat mahgrib Pengajian al qur’an dan kitab Shalat isyak dan shalat hajat 12 rekaat Persiapan pengajian bapak kyai Pengajian bapak kyai habib Belajar mandiri di asrama Shalat tahajut

Profile Ustadz/ah MADIN Di dalam Pondok Pesantren Al Huda doglo, ada beberapa namanama ustdz/ah yang mengajar di MADIN (Madrasah Diniyah) yaitu: Profile pondok ustadz/ah pondok Pesantren la huda dapat dilihat pada lembar sebaliknya yaitu halaman 53:

52

Tabel II Profile Ustadz/ah MADIN

NO 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17

NAMA Hj. Zaebab U. BA KH Saiful A. SAg K Romli K Mustain A. BA Banani J Selamte Ashari Ruslan Wasilah S Zaenab Ali Junaidi Ihsan Siti Muslimah Fatonah Mashuri M. Ghufron Spd Wahyudi Mahbub M Wgimin Spd

TTL SMG 12-09-1950 KDR 16-05-1970 BYL 15-05-1943 BYL 12-12-1945 BYL 05-01-1954 BYL 09-01-1953 BYL 10-12-1950 BYL 03-05-1956 BYL 31-12-1916 BYL 08-11-1950 BYL 31-12-1955 BYL 06-04-1960 BYL 11-10-1951 BYL 06-02-1960 BYL 02-03-1968 GBG 05-02-1976 IMY 03-03-1980

18 19 20 21 22

M Wahib Ali Syaifudin Z. BA Hilma A. SAg Siti Kalimah Siti Khoriyah

BYL 16-03-1985 BYL 29-07-1968 BYL 13-05-1976 BYL 19-05-1982 BYL 19-05-1982

JABATAN Pengasuh Pengasuh Ustadz Ustadz Pimpinan Ustadz Ustadz Ustadz Ustadz Ustadz Ustadz Ustadz Ustadz Ustadz Ustadz Bendahara WK Kurikulum WK KSW TU Ustadz Ustadz Ustadz

53

PENDIDIKAN SARMUD S1 SMA SARMUD PGA MUALIMIN SMA SMA SMA SMA SMP MUALIMIN MUALIMIN S1 PGA SMA S1

THN TUGAS 1972 1998 1972 1972 1977 1972 1972 1972 1972 1974 1972 1972 1977 1986 1997 2002 2001

SARMUD S1 S1 SMA MTs

2005 2007 2007 2008 2008

MAPEL Fiqih Tarbiyah Nahwu Fiqih Manthek BHS Arab Fiqih Tareh, Ahlak Tauhid Sorof Hadist, Tajwid Hadist Ahlak, Fiqih Hadist Ahlak Fiqih, Nahwu Tauhit, I’rob, Shorof BHS Arab, Tatih, Nahwu Ilmu Tafsir Tarih Tauhid Mahfudhot Fiqif

5.

Silsilah para kyai Pondok Pesantren

SUANAN AMPEL

Gambar I

KYAI SULAIMAN Mojoagung

KYAI GHOZALI Sarang Rembang

KH KHOLIL Bangkalan KH SHOLEH DARAT Semarang KH MUNAWIR Solo

KH MAHFUD Termas Pacitan

KH SIDIQ Jember

KH DAHLAN Jampes Kediri KH FADIL Batokan Kediri

K M. BESARI Tegal Sari

KH A. QOHAR Sidosermo Surabaya

KH MUHAMMAD NUR KYAI SHOLEH Langitan KH HASTIM A Tebuireng Jombang

KH MANAF lirboyo

Bin Maulan Makdum Ibrahim Bin Maulana Junaidi Kubro (Keturunan Ke 10 Sayyidina Kusein)

KH MA’RUF Kedunglo Kediri KH AS’AD SA Situbondo KH AHMAD SIDDIQ Jember KH ABBAS Buntet

KH MUCHID MUZADI Jember

54

KYAI M. ZAINUDIN Cepoko Nganjuk

K. HASAN BESARI Tegal Sari Ponorogo

KYAI ZAINUDIN Mojosari Nagnjuk

RONGGO WARSITO Solo

KH WAHAB H Tambak Beras

KH JAZULI Ploso Kediri

KH FATAH Tulungagung

KH SIROJ Panularan Solo

KH A HAKIM Sekar Putih Nanjuk

KH. TOHA MUID Bandar Kidul Kediri

KH MANSHUR Popongan Klaten

KH HABIB IHSANUDDIN Doglo Boyolali

6.

Perkembangan Fisik Pondok Pesantren Al Huda Berawal dari kesederhanaan dari bangunan seadanya Pondok Pesantren Al Huda secara pelan-pelan sedidkit demi sedikit membangun dengan swadaya dari keluarga besar santri, pemerintah dan para alumni. Bangunan utama adalah masjid peninggalannya. KH Habib Ihsanuddin dan sekaligus juga sebagai bangunan paling awal dari seluruh pembangunan pondok Pesantren Al Huda, pembangunan dimulai pada tahun 1967 yang bisa dikatakan relatif permanent adalah bangunan asrama putra dan putri. Dengan membentuk panitia-panitia serta kontribusi dari warga dan tokoh masyarakat, sampai hari ini menghasilkan beberapa bangunan sebagai komplek Pesantren antara lain: 1.

Gedung asrama Pesantren putra 2 lantai terdiri atas 10 kamar

2.

Gedung asrama putri 2 lantai terdiri atas 13 kamar

3.

Gedung sekolah Madrasah Ibtidaiyah dan TK 1 lantai terdiri atas 10 ruang

4.

Gedung sekolah Tsanawiyah 2 lantai terdiri atas 7 ruang

5.

Gedung sekolah diniyah, Gedung aula balai pertemuan

6.

Gedung pertokoan dan koperasi

7.

Gedung asrama guru

8.

Kamar mandi dan WC

9.

Masih dalam renovasi masjid Al Huda 2 lantai, Asrama putra, play Grub, MTs, SMA

55

7.

Struktur Organisasi Pondok Pesantren Pondok pesantren al huda doglo mempunyai dua struktur organisasi yang terbagi atas struktur organisasi putra dan putri, untuk organisasi putra terdiri atas 1. Pengasuh yaitu, Bapak KH Habib ihsanuddin belau adalah pendiri pondok pesantren al huda, Bapak Saiful Anwar beliau adalah menantu dari putri habib ihsanuddin (Hilma A’yunina), Gus Atho’ilah beliau adalah salah satu dari anak KH Habib Ihsanuddin, dan gus Aunullah A’la Habib beliau adalah anak yang terahir dari Bapak KH Habib Ihsanuddin yang juga berperan sebagai pengasuh pondok pesantren al huda, mereka ini sebagai pengasuh sekaligus sebagai pembesar di pondok Pesantren setelah KH Habib Ihsanuddin. 2. Penasehat yaitu, Bapak Adzim, K M Romli, Bapak Abdul Khamid, dan M Ghufon. 3. Ketuan Pondok Pesantren yang terdiri dari ketua dan wakil ketua yang dipegang oleh Muh Wahib Ali sebagai ketua pondok tahun 2010 dan nur khafid sebagai wakil ketua pondok . 4. Sekretaris, juga terdapat sekretaris satu dan wakil sekretaris yang di pegang oleh Ahmad Sufyan sebagai sekretaris satu dan Muslihin sebagai wakil sekretaris. 5. Bendahara terdiri juga atas dua Bendahara yaitu M Sri Mu’adi Bendahara satu dan Fandi Khoirudin wakil Bendahara. Selain itu juga struktur organisasi pondok pesantren putra mempunyai biro-biro dimana biro-biro ini mempunyai tugas untuk mengerjakan agenda-agenda yang di miliki pondok pesantren. Biro-

56

biro tersebut antara lain; 1. Biro keamanan yang berperan sebagai badan keamanan pondok dimana badan keamanan ini tidak hanya mengamankan tetapi juga sebagai badan pengamat santri jika santrinya sering berbuat tidak baik. 2. Biro Pendidikan Dan Dakwah yang berperan untuk membuat rencana dan mengembangkan bakat para satri agar santri dapat berperan di masyarakat, Adapun tugas biro pendidikan dan dakwah antara lain, mengembangkan dakwah ke masyarakat, mengembangan seni rebana, perpustakaan, serta ektra di dalam pondok itu sendiri dan lain-lain. 3. Biro Kesenian, biro ini bekerja sama dengan biro pendidikan dan dakwah agar kegiatan di dalam pondok dapat berjalan dengan baik dan dapat mengembangkan nya agar terjadi perubahan yang lebih baik tidak hanya monotone saja. 4. Biro kebersihan, bertugas demi kebersihan di dalam pondok Pesantren baik kebersihan santri, pondok pesantren dan ndalem yang masih di sekitar pondok pesantren. Yang terakhir yaitu seluruh santri yang berada di dalam pondok Pesantren baik yang sekolah, maupun yang tidak sekolah (lulus). Setelah setruktur organisasi putra, kemudian putri yang terdiri dari pengasuh pondok pesantren yang pemegangnya sama dengan pengasuh pondok putra, kemudian penasehat yaitu KH. Toha Muid yang bertugas memberikan pengarahan jikalau ada permasalahanpermasalahan yang berkaitan dengan pondok pesantren. Kemudian ketua yang terdiri dar ketua satu Siti Nur Khalifah dan ketua dua

57

kartani yang bertugas memimpin seluruh santri putri tidak terkecuali. Kemudian sekretaris yangh bertugas membantu ketua yang dipegang oleh satu orang yaitu Yuni Rahmawati, kemudian ketua juga mempunyai pembantu yaitu Bendahara yang dipegang oleh Nur Aziza Bendahara satu dan Indah Rahayu. Di dalam organisasi putriu ini juga ada biro-biro yang lain yang membantu jalannya program pondok pesantren putri, antara alin adalah; Biro keamanan yang bertugas sebagai badan keamanan pondok peutri sekaligus menjadi penganwas di seluruh komplek pondok putri. Biro pendidikan, bertugas sebagai perancang kegiatan di dalam pondok Pesantren antara lain senam pondok, rebana, tartil qur’an, dan lain-lain.

Biro Kesenian yang

bertugas untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh biro pendidikan untuk melakukan agenda-agenda pendidikan yang sudah terencana. Yang terakhir yaitu biro kebersihan yang berperan untuk melestarikan kebersihan di dalam pondok pesantren agar terjadi suasana yang enak dan nyaman di lingkungan pondok. Semua struktur tersebut tersusun atas hasil musyawaran pengurus pondok pesantren dengan warga ndalem yang terkait, agar dapat terjadinya suatu bentuk kesinambungan antara santri dengan warga ndalem khususnya di dalam pelaksanaan kegiatan, dan suksesnya agenda yang sudah terstruktur denggan rapi. Struktur organisasi pondok pesantren baik putra maupun putri dapat di lihat di halaman lampiran-lampiran.

58

8.

Nama-Nama Santri Yang Terjaring Di Dalam Wajar 9 Tahun NO 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

NAMA M. ARDI FITRIONO M. FIKRI MA’RUF FIKRI NUR ARIFIN RESPATI BAYU M FIKRUL HAKIM M AINUN YAQIN TRI JOKO ABI DHAR WAHID TONI HERMAWAN FERI KHOIRUDIN LISA DWI KURNIAWATI SRI RESTU IZUL UMAH RIDWANDA ALDI ABU WASHIL M FAUZI ARRIDHO AHMAD MUSYAFIRIN AHMAD IBNU G AJI ROYKHAN MUNDIRUL UMAM ANDY SETYAWAN ENDRI NUR SUBKHAN HANDIK AHMAD C M BADRUL ULUMUDIN IMAM MASHURI ASSIDIQ M SHONA LAFA IMAM MAHMUDI EDI ERYANTO RENDA SETIYA VANI RASENDI SUARNO MUHAMMAD MUKHLIS AFIF UMAR MUHAMMAD SYAIFUDDIN FEBRI CAHYO M MUHAMMAD TAUFIQ HIDAYAT MUHAMMAD ULIL ALBAB AKBAR FAISAL QOMARUDDIN RIZAL ROIS

59

SEKOLAH MI MI MI MI MI MI MI MI MI MI MI MI MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs

KELAS 5 3 4 5 2 2 3 5 5 3 5 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 1 3 3 3 1 2 1 1 3 2

MTs

3

MTs

2

MTs

3

MTs

3

MTs MTs MTs

3 2 3

40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83

ROIS FAQIH M SRI WAHYUDI SRIYANTO BAGAS PEGIANTO R M. SAIFUL HUDA BIMA KURNIAWAN AJI NASRULLAH MUH. ALI HUFRON MUH. SHODIKIN JOI SATRIYA ILHAM AGUNG R SARJIANTO SARLI BAGAS W FANI TRI WIBOWO LISTIYANTO DENI ANWAR S HIDAYATULLAH SYARIF HIDAYATULLAH YUNUS PUTRA P AMALIA AMALIA ULLAYA ATIFAH INTAN ANGGRAENI HILMA AKYUNINA EVA RATNA FATIYANTI IKA SHOFIYAH M IFTAH THABITU IH ISTIQOMAH FIKI MUVIDAH SELA YOVITA SARI DEWI SRI RUSTIYANI KHUSDHOIFAH LAILA KHOIRUN NISA’ SRI HANDAYANI WULAN HANDAYANI SYARIFATUN NAJAH IIS SEYO RINI LAILI MAGFIROH VITA DWI NUR NITA KURNIYANA NUR LAILA SHOFIYAH NURUL HIDAYAH SULISTYOWATI DWIYANA WAHYU FADHILAH

60

MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs MTs

3 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 3 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 1 1 1 3 1 1 1 1

84 85

MUKAROMAH INDAH NUR H

MTs MTs

1 1

Jumlah keseluruhan dari santri putra sampai santri putri adalah 298 santri, yang terdiri dari yang sekolah Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Kejuruan, dan yang sudah lulus mengabdi di ndalem. Jumlah santri keseluruhan beserta nama-namanya dapat dilihat di halaman lampiran-lampiran. 9.

Nama-Nama Asrama Putra dan Putri Tabel IV

No 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10

ASRAMA PUTRA KANTOR BAKEM HANAFI HAMBALI SYAFI’I/(MAHMUDI) MALIKI ROFI’I C4 C2 LP2M

No 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11

ASRAMA PUTRI KANTOR BAKEM AZAHRA AISYAH AL MASLAHAH UMI KULSUM MASITHOH KHODIJAH MUAWANAH KOMARIYAH SAMSIYAH

10. Perkembangan Pendidikan Pondok Pesantren Al Huda Seperti yang diharapkan atau yang di cita-citakan oleh pendiri Pondok Pesantren Al Huda bahwa layaknya sebuah Pondok Pesantren adalah untuk mendidik santri-santri, dikembangkan cara berfikirnya dengan ilmu, dibentuk karakternya dengan berbagai latihan dan selalu dapat berkreasi dan ber inovasi mengikuti perkembangan zaman sehingga mampu memberikan manfaat yang besar bagi lingkungan santri.

61

Ciri khas yang berbeda dari metode pengajaran yang dilakukan Pondok Pesantren dengan pendidikan formal menjadikan Pondok Pesantren sangat unik. Begitu juga metode yang dilakukan Pondok Pesantren. Pondok Pesantren Al Huda memiliki pendidikan formal dan non formal sehingga bisa mengakomodasi berbagai kebutuhan keilmuan para santri dan masyarakat sekitarnya, atau lebih dikenal dengan metode pengajaran klasik dan non klasik. Pendidikan non klasik yang dikembangkan oleh Pondok Pesantren Al Huda tentunya menyesuaikan dengan Kurikulum yang diterbitkannya oleh departemen agama. Sedangkan pengembangan pendidikan klasik yaitu dengan menggunakan sistem yang lama dengan pondok-pondok yang diasuh oleh ulama’-ulama’ salaf lainnya dengan menggunakan referensi kitab kuning. Sedangkan ada beberapa program pendidikan diluar kurikulum klasik maupun non klasik adalah melakukan kegiatan yang bersifat kepada pengembangan diri dan kemandirian secara ekonomi.

11. Jenis-Jenis Perkembangan Pendidikan Pondok Pesantren Al Huda Kategori jenis-jenis pendidikan di dalam Pondok Pesantren Al Huda seperti diatas terbagi lagi dengan: Jenis Pendidikan formal; 1. Sekolah Dini; 2. Taman Kanak-Kanak; 3. Madrasah Ibtidaiyah;

62

4. Madrasah Tsanawiyah; 5. Madrasah Aliyah; 6. Madrasah Sekolah Kejuruan; 7. Taman Pendidikan Al Qur’an; Jenis Pendidikan Non Formal 1. Madrasah Diniyah Tingkat Awaliyah; 2. Madrasah Diniyah Tingkat Wustho; 3. Madrasah Diniyah Tingkat Ulya; Jenis-Jenis Pengajaran Dalam Pendidikan Pondok Pesantren ·

Bandongan;

Seorang

kyai

membacakan

kitab

dengan

menterjemahkan di dalam bahasa daerah dan memberikan keterangan secara lisan, kemudian santri memberi makna secara tertulis dalam kitabnya masing-masing. ·

Sorogan; Seorang kyai membaca, mengartikan, menerangkan kemudian santri mendengarkan, mengartikan dan secara bergantian kembali membaca dan mengartikan dihadapan kyai”.

·

Pengajian Umum, Ceramah Dan Mujahadah bagi para santri, bapak-bapak dan ibu-ibu sebulan sekali.

·

Serta pengajian umum di daerah-daerah dilaksanakan oleh santri-santri senior sebagai praktek para santri.

Jenis-Jenis Pelatihan ·

Kursus Bahasa Arab

·

Kursus Bahasa Inggris

63

·

Kursus Kerajinan Tangan Kursus periodik yang dilakukan bekerja sama dengan Balai

Latihan Kerja (BLK) Departemen Tenaga Kerja dan instansi-instansi yang lain baik swasta maupun pemerintah. Jenis-Jenis Kegiatan Keterampilan ·

Keterampilan usaha koperasi

·

Praktek pertanian Agrobisnis ” salak, buah naga”

·

Keterampilan (WORSKOP): pencetakan ”sablon”, Peternakan ”kelinci dan kambing,”

·

Keterampilan pembuatan air minum, dengan nama ”MEZZO”

Jenis-Jenis Kegiatan Olah Raga ·

Sepak bola

·

Bola volley

·

Teknis meja

·

Senam kesegaran jasmani

·

Pencak silat

Jenis Kegiatan Extra ·

Tilawatil Qur’an

·

Seni membaca dhiba’ dan al berjanji

·

Seni musik/Rebana

·

Seni bela diri

64

B.

TEMUAN PENELITIAN 1.

Langkah-Langkah Yang Dilakukan Oleh Pondok Pesantren Dalam Menuntaskan Wajib Belajar 9 Tahun Kemajuan Pondok Pesantren Al Huda doglo tidak terlepas dari kerja sama yang kuat dengan masyarakat, pemerintah, sekolah dan orang tua wali/ wali santri, hal ini dapat diketahui dari besarnya peran serta masyarakat, orang tua wali murid serta peran pemerintah dalam memberikan berbagai bantuannya seperti sumbangan sarana prasarana penunjang kegiatan pendidikan agar proses di dalam pendidikan sedikit lebih meningkat dari yang sebelumnya. Berkaitan dengan kontribusi pondok pesantren didalam menuntaskan wajib belajar sembilan tahun, pondok Pesantren al huda memang turut berkontribusi. Bapak Muzazin (MZ). Menjelaskan bahwa, pondok pesantren dengan upaya mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, seprti MI, Mts, MA, bahkan sekarang sudah ada PAUD dan SMK itukan salah satu bentuk bahwa pondok pesantren juga turut berkontribusi didalam pendidikan. Wahib (WB). Menambahkan bahwa dari pondok menyediakan sarana-prasarana yang khususnya para santri SD atau SMP untuk sekolah di yayaysan, dimana pendidikan dari pondok tidak hanya dituntut dari nilai-nilai agama saja tetapi juga mencetak ulama yang berintelektual. Yaitu degan jalan beriringan yaitu antara pondok pesantren dengan sekolah formal Karyani (KY)....Pondok pesantren mewajibkan santri-santrinya untuk sekolah, di sini pondok pesantrennya tidak ada orang yang tidak sekolah.... Dari desa membantu mengajar di MADIN.... Pondok pesantren menyediakan berbagai fasilitas antara lain sarana pembelajaran, dan juga para ustadz/ah ada yang disuruh untuk mengajar di sekolahan formal, yaitu di yayasan pondok pesantren.

65

Langkah-langkah pondok pesantren yang berkaitan dengan wajib belajar sembilan tahun. Dari hasil wawancara peneliti dapat memberikan beberapa langkah-langkah yang dilakukan Pondok Pesantren Al Huda dalam turut aktif memberikan sumbangan yang besar seperti: 1. Pondok pesantren menyediakan lahan tanah yang luas untuk tempat pendidikan, alat pendidikan baik untuk kepentingan pendidikan pondok pesantren maupun kepentinghan sekolah. 2. Pondok pesantren membantu memberi pengajaran di sekolah maupun menjadi staf dengan kepentingan pendidikan sekolah. 3. Pondok pesantren berusaha menjalin hubungan baik dari pihak luar maupun dalam, serta mendata anak lulusan Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang melanjutkan ke tingkat selanjutnya agar dapat meneruskan pendidikannya di yayasan pondok

pesantren,

serta

memberi

penyuluhan

tentang

pentingnya pendidikan. Dari keterangan di atas jelas bahwa pondok pesantren al huda melakukan beberapa peran, turut membantu menuntaskan wajib belajar sembilan tahun yang di selenggarakan oleh pemerintah terlihat bahwa pondok pesantren al huda melakukan beberapa hal tersebut agar program wajib belajar sembilan tahun dapat berjalan dengan baik.

66

2.

Hambatan-Hambatan Yang Dialami Pondok Al Huda Dalam Menuntaskan Wajib Belajar 9 Tahun Di dalam upaya mensukseskan wajib belajar sembilan tahun banyak sekali kesulitan atau hambatan-hambatan yang dialami Pondok Pesantren, sehingga di dalam melaksanakan pembelajaran ataupun ikut berkontribusi di dalam menuntaskan wajib belajar sedikit terganggu. Dari Bapak Saiful A (SA). Memberikan keterangan bahwa ada hambatan-hambatan didalam melaksanakan WAJAR sembilan tahun antara lain, anak-anaknya bandel-bandel, ada yang mau sekolah gak ada dana, dari MI mungin gak ada kalau dari Mts, maaf mereka cenderung keluar, mungkin karena sedikit gengsi dan sebagainya, dari sarana-prasarana sekolah yang pasti kurang. Bapak Banani (BN), Menambahkan, bahwa terutama dari masyarakat. dari masyarakat kurang mementingkan tentang pendidikan, saranaprasarananya sana masih ketinggalan jauh dari yang lain. Muzazin (MZ)....Masalah dana....Waktu....Peralatan dituntut yang modern, SDM dari guru belum semua menguasai teknologi Marjiono (MJ) Menambahkan....Segi keuangan, serta keinginan orang tuanya tidak berpendidikan artinya ya tidak bisa mengukuti zaman Dari beberapa respondent si peneliti menemukan beberapa hambatan dalam menuntaskan wajib belajar sembilan tahun antara lain: 1. Banyaknya masyarakat yang kurang memahami betapa pentingnya pendidikan bagi anak serta adanya pikiran dari masyarakat bahwa sekolah hanya untuk mendapatkan ijazah saja dan tidak menjamin kehidupan yang baik.

67

2. Kurangnya pembiayaan dari orang tua wali murid, serta enggan untuk

masuk

meneruskan

sekolah.

Kurangnya

hubungan

komunikasi antara sekolah formal dengan Yayasan. 3. Kurangnya sarana prasarana penunjang proses belajar mengajar seperti; dana, buku pelajaran, alat peraga, gedung sekolah, tenaga pengajar atau guru dan sebagainya. 4. Terbatasnya waktu yang mereka butuhkan sebab disamping menjadi pengurus pondok pesantren, mereka mengabdi sebagai ustadz/ah, dan juga ada yang masih sekolah perguruan tinggi, dan juga mereka juga mempunyai pekerjaan pokok yang harus mereka kerjakan.

3. Alternative Pemecahan Masalah Yang Dilakukan Pondok Pesantren Al Huda Dalam Menuntaskan Wajib Belajar 9 Tahun Di dalam menuntaskan wajib belajar sembilan tahun, banyak sekali permasalahan-permasalahan yang dialami Pondok Pesantren, akan tetapi dari permasalahan tersebut tidak membuat pondok Pesantren putus asa. Dari (SA). Memberikan komentar solusi atau pemecahan masalah didalam WAJAR sembilan tahun yaitu, Menampung orang-orang yang kurang mampu untuk dapat sekolah di yayasan pondok pesantren, Secara tidak langsung pondokkan sudah punya MI dan Mts bahkan sampai MA/SMK maka sosialisasi dengan msayarakat sekitar. Untuk anak yang bandel memanggil orang tuanya, Sebelum dipanggil ORTU santri diberi bimbingan dulu kalau belum berhasil baru ORTU di panggil. Mengenalkan dengan teknik

68

bermacam-macam dalam bersosialisasi antara lain, dengan brosur, pertemuan wali murid jaringan alumni, lewat tokoh-tokoh masyarakat dan lain-lain.. pondok peantren tidak lepas dari pemerintah jaringan DIKDAS itukan sudah dikfer oleh jejaringan BOS, ada juga BOM”Bantuan Oprasional Mutu”, ada juga BSM “Batuan Siswa Miskin” itu semua dari pemerintah kantor pemerintahan agama. Bapak (MZ). Memberikan sedikit komentar....Agar permasalahan dapat terselesaikan yaitu solusinya tahab demi tahab. Untuk meningkatkan SDM jika ada kesempatran kuliyah kita kuliyahkan, Kalau sarana jika ada kesempatan minta bantuan ya kita minta bantuan entah itu dari pihak pemerintah ataupun swasta, tapi jika ditanyakan sudah tuntaskah solusinya itu? ya jawabanya belum, tapi upaya sudah kami lakukan. Wgimin (WG)...Dari pondok itu ada keringanan biaya, separuhnya, kalau dari sekolah ada yang namanya BSM atau Beasiswa Siswa Miskin, kemudian kendala anak dan fasilitas itu ya, kita kerja sama, kami dari guru mendidik dan mengarahkan, kalau tidak mampu kita serahkan ke waka kesiswaan, guru atau waka sekolahan. Agar pendidikan ataupun pelaksanaan tuntas wajib belajar sembilan tahun dapat terlaksana dengan baik, maka pondok beserta sekolah yang berada di Yayasan pondok melakukan beberapa alternatif pemecahan masalah. Dari hasil wawancara sipeneliti dapat memberikan gambaran pemecahan masalah antara lain: 1. Memberikan penyuluhan betapa pentingnya pendidikan bagi anak, melalui penyuluhan kepada santri, orang tua wali, masyarakat melalui pertemuan-pertemuan, pengajian, dan juga lewat silaturahmi. 2. Membebaskan biaya pendaftaran dan SPP karena ada bantuan dari BOS, BSM, BOM, serta jika ada pembayaran yang lain, maka dari pondok memberikan keringanan biaya bagi anak

69

didik yang nasibnya kurang mampu, dengan membayar setengah dari biaya yang dibebankan, bahkan jika anak didiknya berprestasi tidak di pungut biaya sama sekali. 3. Menjalin hubungan baik antara pondok pesantren dengan sekolahan, masyarakat, maupun pemerintah agar program yang diagendakan dapat terealisasi dengan baik. . 4. Meningkatkan kesadaran pengabdian dan usaha membagi waktu dengan baik. Semua tersebut diharapkan dapat terlaksana agar pelaksanaan program pendidikan di pondok pesantren khususnya wajib belajar sembilan tahun dapat berjalan dengan baik.

70

BAB IV PEMBAHASAN

A.

Langkah-Langkah Yang Dilakukan Oleh Pondok Pesantren Al Huda Dalam Menuntaskan Wajib Belajar 9 Tahun Pondok pesantren al huda adalah salah satu dari beberapa tempat menimba ilmu yang berada di pedesaan yang dipegang oleh seseorang pengasuh yaitu KH. Habib ihasanudin, dimana pengasuh ini mempunyai suatu peran penting di dalam kemajuan pondok pesantren, pondok pesantren ini mempunyai program pendidikan yang berbeda dari pondokpondok yang lain, karena pondok al huda ini tidak bisa di katakan modern maupun salafi karena keduanya saling berdampingan, yaitu hidup di yayasan modern juga klasik dan cara belajarnyapun masih menggunakan cara yang modern juga menggunakan metode yang klasik. Terlihat bahwa di pondok pesantren al huda sudah mempunyai peralatan yang cukup canggih yang tidak tertinggal dengan pendidikan modern yang lain, contohnya seperti: sudah ada komputer, ruang LAB, ada tempat perpustakaan yang memadai (tidak hanya buku-buku klasik saja akan tetapi buku-buku penunjang pendidikan), Bapak kyai ketika mengaji sudah ada pengeras suaranya, santri-santri sebagian di dalam memaknai kitab sudah memakai bullpen HEITEK (bullpen yang tulisannya sangat kecil dan relatif mahal), bangunannya sudah tidak berbahan kayu akan tetapi sudah bertembok dan sebagainya. Akan tetapi juga tidak menutup

71

kemungkinan bisa dikatakan Pondok Pesantren yang klasik seperti halnya Pondok Pesantren Al Huda ini masih mengkaji kitab-kitab klasik, metode pembelajaran nya juga sebagian masih menggunakan metode kuno seperti bandongan, sorogan, lalaran dan juga ada sebagian kelas yang bernuansa klasik ataupun belum di renovasi (bangunan lama) para respondent mengatakan bahwa Pondok Pesantren Al Huda ini adalah Pondok Pesantren semi modern. Di dalam pendidikan pondok pesantren banyak sekali melakukan beberapa peran ataupun program, dimana pondok pesantren al huda ini tidak luput juga berkaitan dengan program wajib belajar 9 tahun yang di selenggarakan oleh badan ke pemerintahan indonesia, adapun hasil dari wawancara si peneliti di desa doglo tepatnya di pondok pesantran al huda, ada beberapa respondent yang berpendapat tentang yang dilakukan pondok pesantren dalam turut berkontribusi di dalam pendidikan maupun ikut menuntaskan program wajib belajar sembilan tahun yaitu: 1.

Dimulai sejak dari berdirinya pondok pesantren al huda, pondok sudah mempersiapkan lahan tempat pendidikan dimana lahan ini di pergunakan untuk membangun pondok, sekolah madrasah atau sekolah formal.

2.

Pondok pesantren ikut memfasilitasi lembaga pendidikan formal baik MI maupun MTs, serta menawarkan kepada masyarakat agar mau belajar di yayasan pondok pesantren demi terwujudnya proses pendidikan.

72

3.

Pondok Pesantren ikut serta menjadi Pengajar, menjadi staf sekolahan, serta mendata anak lulusan sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah yang akan melanjutkan jenjang selanjutnya terbukti di pondok pesantren menyediakan tempat untuk anak yang masih sekolah SD/MI maupun MTs kemudian diberikan materi tambahan dari para pengurus pondok pesantren. Dan bagi anak SD/MI yang tidak bisa melanjutkan ke jenjang selanjutnya, Pondok pesantren membantu dengan merekrut untuk mau melanjutkan, dengan bekerjasama dengan sekolah formal agar siswa dapat diberikan keringanan biaya agar anak tersebut dapat sekolah.

B.

Hambatan-hambatan Yang Dialami Pondok Al Huda Dalam Menuntaskan Wajib Belajar 9 Tahun Pondok pesantren di dalam melaksanakan beberapa program tersebut, dari pengurus maupun dari pengasuh ketika diwawancarai sebagian besar merasa mengeluh karena ketika melaksanakan program tersebut masih banyak sekali ganjalan ataupun hambatan-hambatan di dalam pelaksanaan program tersebut, dari beberapa orang yang diwawancarai mengemukakan beberapa hambatan-hambatan di dalam Pondok Pesantren yaitu: Hambatan-hambatan di dalam upaya menuntaskan wajib belajar sembilan tahun, di pondok pesantren al huda antara lain:

73

1. Banyaknya masyarakat yang kurang memahami betapa pentingnya pendidikan. 2. Kurangnya pembiayaan serta sedikitnya sarana prasarana penunjang proses belajar mengajar seperti dana, buku pelajaran, alat peraga, gedung sekolah, tenaga pengajar atau guru dan sebagainya. 3. Terbatasnya waktu yang mereka butuhkan sebab disamping menjadi pengurus pondok pesantren, sebagai pengabdianya sebagian ustadz/ah, guru, dan juga ada yang masih sekolah perguruan tinggi, dan juga mereka juga mempunyai pekerjaan pokok yang harus mereka kerjakan.

C. Alternative Pemecahan Masalah Yang Dilakukan Pondok Pesantren Al Huda Dalam Menuntaskan Wajib Belajar 9 Tahun Banyak sekali upaya-upaya yang dilakukan Pondok Pesantren terhadap para santri, yayasan, masyarakat sekitar, terutama di bidang pendidikan dimana Pondok Pesantren berperan sebagai pusat center. karena pendidikan di desa doglo bermula dari berdirinya Pondok Pesantren Al Huda, kemudian berkembang ke pendidikan yang lain. Pondok Pesantren Al Huda di dalam mewujudkan program wajib belajar sembilan tahun dari hasil wawancara ada beberapa masalah dari Pondok yang dialami dapat terselesaikan akan tetapi dalam tempo yang tidak singkat, sambil berjalan, alternatif pemecahan masalah yang berkaitan dengan wajib belajar sembilan tahun yaitu:

74

1. Pondok pesantren memberikan penyuluhan kepada warga masyarakat sekitar khususnya di desa doglo betapa pentingnya pendidikan bagi anak-anak untuk masa yang akan datang. Serta mengenalkan pondok pesantren dengan warga sekitar dengan teknik bermacam-macam di dalam bersosialisasi antara lain, dengan brosur, pertemuan wali murid, jaringan alumni, lewat tokoh-tokoh masyarakat dan lain-lain, dengan tujuan bagaimana keterangan dari pondok pesantren ini bisa ditangkap dan bisa diterima oleh masyarakat dengan semboyan bahwa pondok pesantren al huda mempunyai pendidikan yang komplet dalam arti mempunyai pendidikan baik formal maupun non formal dimana pondok pesantren al huda ingin mencetak kader-kader intlektual yang bisa bermanfaat bagi masyarakat dan agama, yaitu melalui pendidikan pondok pesantren dengan pendidikan formal yang berada dinaungan pondok pesantren al huda. 2. Dengan adanya masalah di atas tersebut pondok pesantren serta para staf guru-guru bekerja sama di dalam menggali dana batuan, mengajukan permohonan kepada pemerintah serta mencari batuanbantuan lain seperti dari donatur tetap maupun tidak tetap sumbangan seiklasnya, sumbangan dari orang tua wali murid dalam hal meningkatkan mutu pendidikan di sekolahan. Pondok pesantren al huda dengan staf yang lain mensiasati masalah ataupun hambatan-hambatan di dalam pendidikan khususnya di madrassah maupun pondok pesantren dapat teratasi berupa sarana dan

75

prasarana serta tenaga pengajar untuk menuntaskan program wajib belajar 9 tahun dengan bekerja sama dengan wali murid, warga masyarakat, serta pemerintah. Dari Bapak Saiful Anwar (SA) menegaskan tidak bisa dipungkiri Pondok pesantrren tidak lepas dari bantuan pemerintah jaringan DIKDAS “Wajib Berpendidikan Dasar” yang sudah dikafer oleh jejaringan BOS, ada juga BOM” Bantuan Oprasional Mutu”, ada juga BSM “Batuan Siswa Miskin” itu semua dari pemerintah kator pemerintahan agama, yang dimana bantuan itu dikhususkan untuk kepentingan pendidikan, khususnya pondok pesantren al huda di desa doglo, candigatak, cepogo, boyolali yang diusahakan oleh pondok pesantren dengan sekolahan. 3. Meningkatkan keihlasan, kesadaran, pengabdian dan usaha membagi waktu dengan baik-baiknya, bagaimanapun itu adalah tugas yang di amanahkan oleh tiap-tiap pengurus yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Pondok pesantren dengan adanya siasat ataupun alternatif masalah tersebut diharapkan pendidikan pondok maupun sekolah formal yang berada di desa doglo, dapat berjalan dengan baik, tidak ada lagi masyarakat yang tidak mau sekolah, meningkatnya mutu pendidikan, serta pondok pesantren juga turut menuntaskan wajib belajar sembilan tahun yang diselenggarakan oleh pemerintah.

76

BAB V PENUTUP

A.

Kesimpulan Dari hasil pengamatan serta beberapa wawancara antara si peneliti dengan pihak-pihak yang terkait dengan pondok pesantren, maka penulis dengan judul kontribusi pondok pesantren dalam menuntaskan wajib belajar sembilan tahun, dapat menyimpulkan bahwa: a.

Pondok Pesantren Al Huda Doglo, turut berkontribusi di dalam menuntaskan wajib belajar sembilan tahun yang diselenggarakan oleh pemerintah terbukti antara lain; Pondok pesantren menyediakan sarana prasarana pendidikan seperti lahan untuk pendidikan, Membangun asrama pendidikan yang lengkap, Pondok pesantren bekerja sama dengan instansi terkait seperti dengan pemerintah, Sekolah, Orang tua wali murid, Masyarakat dan Alumni.

b.

Langkah-langkah yang dilakukan oleh pondok pesantren di dalam menuntaskan wajib belajar sembilan tahun antara lain adalah: Menjadi guru maupun karyawan sekolah, Memberikan penyuluhan kepada warga masyarakat, Mendata anak didik yang masih Sekolah Dasar, Madrasah Tsanawiyah maupun yang belum sekolah, agar dapat meneruskan di yayasan pondok pesantren Al Huda Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali.

77

c.

Hambatan-hambatan yang di alami pondok antara lain: Masyarakat kurang mempedulikan tentang pentingnya pendidikan, kurangnya sarana-prasarana penunjang proses pendidikan, serta kurangnya kerjasama antara pondok pesantren dengan pihak-pihak lain seperti: Pondok pesantren dengan sekolahan, Pondok pesantren dengan wali santri, Pondok pesantren dengan para alumni, Pondok pesantren dengan pemerintah, Pondok pesantren dengan masyarakat.

d.

Pemecahan masalah yang dilakukan pondok pesantren al huda doglo dalam menuntaskan wajib belajar sembilan tahun adalah menggali dana dari beberapa donator serta menumbuhkan kerjasama antara pihak pondok pesantren dengan sekolahan, masyarakat, wali santri, pemerintah

dan

pihak-pihak

lain

dimana

pondok

pesantren

mengharapkan agar saling membutuhkan satu sama lain dalam hal pendidikan khususnya di dalam menuntaskan wajib belajar sembilan tahun khususnya di Pondok Pesantren Al Huda Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali..

78

B.

Saran Saran

terkait

dengan

Kontribusi

Pondok

Pesantren

Dalam

Menuntaskan Wajib Belajar Sembilan Tahun antara lain: Untuk Pondok Pesantren; Untuk pendidikan pondok harus mempunyai pandangan yang lebih luas agar tidak tertinggal oleh zaman serta pendidikan itu tidak diukur dengan nilai saja tetapi pendidikan yang bagus adalah pendidikan yang meliputi beberapa faktor yaitu: Faktor kognitif, Affective Psychomotor dan juga aspek Moral. Di dalam pondok ini harus mempunyai keempat aspek tersebut agar pendidikan di pondok pesantren mempunyai mutu yang baik, semuanya itu tidak luput dari sekolah formal, sarana prasarana, dana, dan kerjasama antar pengurus baik pengurus terkait maupun yang tidak terkait. Untuk Masyarakat: Sebagai

masyarakat

yang

baik

adalah

kita

menerima

dan

melaksanakan program dari pemerintah khususnya dalam menimba ilmu, agar negeri yang kita sedikit lebih maju dari yang sebelumnya. Untuk Pemerintah Dalam pelaksanaan pendidikan khususnya dalam menuntaskan wajib belajar sembilan tahun, seharusnya pemerintah dalam menangani lebih serius karena masih ada sebagian warga masyarakat yang semuanya belum mendapatkan pendidikan khususnya dalam pendidikan sembilan tahun.

79