ANALISIS PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, DIVIDEND PAYOUT RATIO, CASH HOLDING DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP NILAI PERUSAHAAN ( Studi Empiris pada Perusahaan Go Public yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2007-2011 )
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : Marchia Sulistiani NIM : 109082000185
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013 M / 1434 H
i
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Kamis, 20 Juni 2013 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa: 1. Nama 2. NIM 3. Jurusan 4. Judul Skripsi
: Marchia Sulistiani : 109082000185 : Akuntansi : “Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Dividend Payout Ratio, Cash Holding, dan Kualitas Audit terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Go Public yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2007 - 2011 ).”
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI 1. Nama
: Marchia Sulistiani
2. Tempat & Tanggal Lahir : Bogor, 9 Maret 1991 3. Jenis Kelamin
: Perempuan
4. Agama
: Islam
5. Alamat
: Jalan Raya Muchtar RT/RW. 01/05 No. 48, Sawangan Baru, Depok
6. Telepon
: 089635669331/ 083812843769
7. Email
:
[email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL 1997-2003 : SD Negeri 01Sawangan Depok 2003-2006 : SMP Negeri 2 Depok 2006-2009 : SMA Negeri 1 Depok 2009-2013 : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi
III. PENGALAMAN ORGANISASI 1. Bendahara Ekstrakurikuler Angklung SMA Negeri 1 Depok periode 2008 2. Anggota ROHIS SMA Negeri 1 Depok periode 2006-2009 3. Anggota KBA Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
v
ABSTRACT The purpose of this research is to examine the influence of ownership structure consist of: managerial ownership and institutional ownership, dividend payout ratio, cash holding, and audit quality toward firm’s value , a empirical study in go public companies listed in Indonesia Stock Exchange from 2007 to 2011. The population in this research is all companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX). The sampling method in this research is purposive sampling with 140 companies as population and 28 companies as samples. The criteria used in sample selection process were that the nonfinancial and non BUMN companies were included and still registered in in Indonesia Stock Exchange on January 1, 2007 to 2011 and currently the shares of the companies are still actively traded. This research uses multiple regression linear analysis method with SPSS program version 19.0.The analysis technique used in this research is assumption classic test, test the hypothesis F-statistic to test the effect together with the 5% confidence level and using the t-statistics for testing the partial regression coefficient. The result of this research that simultaneously ownership structure including: managerial ownership and institutional ownership,dividend payout ratio, cash holding and audit quality (P = 0.000 < α = 0.05 )significant influence toward firm’s value with the proxy Tobin’s Q. While partially number of independent managerial ownership (P = 0.000 < α = 0.05)and dividend payout ratio (P = 0.040 < α = 0.05)had a significant influence toward firm’s value, the institutional ownership (P = 0.679 > α = 0.05), cash holding (P = 0.271 > α = 0.05)and audit quality (P = 0.872 > α = 0.05)did not have significant influence toward firm’s value. Regression equation obtained is Ln.Q = - 0,514 – 0,124 Ln.KM + 0,001 KI + 0,123 Ln.DPR + 0,076 CH – 0,021 KA + e
Keywords: Ownership structure, dividend payout ratio, cash holding, audit quality, firm’s value.
vi
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan yang meliputi: kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional, dividend payout ratio, cash holding dan kualitas audit terhadap nilai perusahaan, studi empiris pada perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2011. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan jumlah populasi sebesar 140 perusahaan dan sampel sebesar 28 perusahaan. Kriteria yang digunakan dalam penentuan sampel yaitu perusahaan nonkeuangan dan non -BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia per 1 Januari 2007-2011 dan perusahaan masih tercatat di BEI dan saham perusahaan masih aktif diperdagangkan hingga saat ini. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan program SPSS versi 19. Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah uji asumsi klasik, uji hipotesis F-statistik untuk menguji pengaruh secara bersama-sama dengan tingkat kepercayaan 5% serta menggunakan t-statistik untuk menguji koefisien regresi parsial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan struktur kepemilikan yang meliputi: kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional, dividend payout ratio, cash holding, dan kualitas audit (P = 0.000 < α = 0.05) berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dengan proxy Tobin’s Q. Sementara secara parsial kepemilikan manajerial (P = 0.000 < α = 0.05) dan dividend payout ratio (P = 0.040 < α = 0.05) berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan institusional (P = 0.679 > α = 0.05), cash holding (P = 0.271 > α = 0.05) dan audit quality (P = 0.872 > α = 0.05) tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Persamaan regresi yang diperoleh Ln.Q = 0,514 – 0,124 Ln.KM + 0,001 KI + 0,123 Ln.DPR + 0,076 CH – 0,021 KA + e
Kata Kunci : Struktur kepemilikan, dividend payout ratio, cash holding, kualitas audit, nilai perusahaan.
vii
KATA PENGANTAR
Al ‘ilmu bilaa ‘amalin kaassyajarin bilaa tsamarin Alhamdulillaahirabbil’aalamiin. Segala puji dan syukur hanya bagi ALLAH SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan kasih sayang-Nya kepada kita semua karena hanya dengan ridho-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Dividend Payout Ratio, Cash Holding, dan Kualitas Audit Terhadap Nilai Perusahaan” (Studi Empiris Pada Perusahaan Go Public Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2007-2011) ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, selaku uswatun hasanah bagi setiap rangkaian kehidupan kita, beserta para sahabat, keluarga dan pengikutnya. Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak lepas dari berbagai hambatan dan rintangan, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu baik moril maupun materi dalam penyusunan skripsi ini kepada: 1. Keluargaku tercinta, Ayahanda dan Ibunda, Sulistianto dan Zulfah, serta kedua adikku, Karina dan Asti, atas do’a, dukungan, kesabaran dan keikhlasan yang tidak henti-hentinya. Semoga kita dapat menjadi anak yang menjalani harapan setiap kedua orang tua yang ada di dunia ini. Amiiin. 2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM selaku Dosen Pembimbing I atas waktu yang telah diluangkan untuk ilmu, arahan dan nasehatnya selama penyusunan skripsi ini 4. Ibu Wilda Farah, SE, Ak, M.Si selaku Dosen Pembimbing II atas waktu yang telah diluangkan untuk ilmu, bantuan dan motivasinya selama penyusunan skripsi ini
viii
5. Ibu Dr. Rini, SE, Ak., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Dosen Penguji skripsi penulis. 6. Ibu Hepy Prayudiawan, SE, Ak., MM selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus Dosen Penguji komprehensif penulis. 7. Ibu Yessi Fitri, SE, Ak, M.Si selaku Dosen Penguji komprehensif penulis. 8. Bapak Zaenal Muttaqin, MPP selaku Dosen Penguji komprehensif penulis. 9. Bapak Herni Ali HT, SE, MM selaku Dosen Penguji skripsi penulis. 10. Bapak Dr. Amilin, SE, Ak., M.Si selaku Dosen Penguji skripsi penulis. 11. Bapak Prof. Dr. Azzam Jassin, MBA selaku Dosen Pembimbing Akademik 12. Para Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu dan perhatiannya kepada para mahasiswanya tidak terkecuali penulis 11. Seluruh Staff Bagian Keuangan, Akademik, Jurusan dan Fakultas atas pelayanannya selama ini 12. Kawan-kawan seperjuangan Akuntansi E dan Audit B ’09 13. Sahabat-sahabat seperjuangan Archie, Eva, Anggun, Enny, Wahid, Erna, Mawar dkk, Alun dkk dan Via dkk untuk setiap pengalaman terbaik yang pernah kita rasakan (terima kasih atas semangat, canda dan dukanya selama ini) dan kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu. Semoga ALLAH SWT membalas semua kebaikan mereka serta ilmu, amal dan iman yang kita miliki dapat diterima di sisi-Nya. Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis mempersembahkan skripsi ini kelak dapat bermanfaat kepada semua pihak yang berkepentingan. Semoga ALLAH SWT senantiasa mengiringi setiap langkah kita. Amiiin yaa rabbal ‘aalamiin.
Jakarta, 20 Juni 2013
ix
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi ..................................................................... i Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif……………………………… ii Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ……………………………………… iii Surat Pernyataan Keaslian Skripsi ……………………………………... iv Daftar Riwayat Hidup …………………………………………………… v Abstract …………………………………………………………………… vi Abstrak ……...………………………………………………………........ vii Kata Pengantar………………………………………………………........ viii Daftar Isi …………………………………………………………...…...... x Daftar Tabel ………………………………………………………...……. xv Daftar Gambar ………………….……………...………………………... xvii Daftar Lampiran………………………………………..………..……….. xviii BAB I.
PENDAHULUAN……………………..……….……………..... 1 A. Latar Belakang Penelitian……….……………………........... 1 B. Perumusan Masalah……...…………...…………………....... 14 C. Tujuan dan Manfaat Penulisan …..…………………….......... 15 1. Tujuan Penelitian……………………………………..…… 15 2. Manfaat Penelitian…………………………………..……. 16 a. Bagi Ilmu Pengetahuan………..……………......……… 16 b. Bagi Perusahaan………………………………....…...... 16 c. Bagi Pemerintah……………………………..…………. 16 d. Bagi Investor dan Analis Pasar Modal…………….…….. 17
x
e. Bagi Akuntan Publik ……………………………………. 17 f. Bagi Akademisi, Peneliti dan Pembaca…….………......... 18 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA…..……………………...……………. 19 A. Tinjauan Literatur…...………………………………...……… 19 1. Agency Theory (Teori Keagenan.……..…………...……….. 19 2. Struktur Kepemilikan………………..….….…...………..... 22 a. Kepemilikan Manajerial...…………………..…...……… 22 b. Kepemilikan Institusional………………………………. 24 3. Dividend Payout Ratio……..…………….……………........ 26 a. Pengertian Dividend Payout Ratio…..………….………. 26 b. Dividend Payout Ratio Theory………….…….…..…...... 28 c. Faktor-faktor dalam Menentukan Dividend Payout Ratio………………………………………………......... 32 4. Cash Holding…………………………………….…...………. 35 a. Pengertian Cash Holding……………………………...... 35 b. Cash Holding Theory...……………………….…............ 38 5. Kualitas Audit...……………………………………………..40 6. Nilai Perusahaan..…….…………………………………….. 42 B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis…........... 46 1. Struktur Kepemilikan ……….……………...…..…............. 46 a. Hubungan Kepemilikan Manajerial dengan Nilai Perusahaan………………………………………………. 47 b. Hubungan Kepemilikan Institusional dengan Nilai Perusahaan………………………………………...…… 48
xi
2. Hubungan Dividend Payout Ratio dengan Nilai Perusahaan………………………………………….…........ 50 3. Hubungan Cash Holding dengan Nilai Perusahaan….…… 51 4. Hubungan Kualitas Audit dengan Nilai Perusahaan.....…… 52 5.Hubungan
Kepemilikan
Manajerial,
Kepemilikan
Institusional, Dividend Payout Ratio, Cash Holding dan Kualitas Audit dengan Nilai Perusahaan…………..…......... 53 C. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu...………………...………… 54 D. Kerangka Pemikiran…….……………….……..………......... 62 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN.………………….………....... 64 A. Ruang Lingkup Penelitian………………………………....... 64 B. Metode Penentuan Sampel…...…………………………........ 64 C. Metode Pengumpulan Data…..……………………………….65 D. Metode Analisis Data.…………………………………......... 66 1. Analisis Stasistik Deskriptif……..……………………....... 67 2. Uji Asumsi Klasik…….………………………………........ 68 a. Uji Normalitas Data…………………………….….…… 68 b. Uji Multikolonieritas……….…………………….…….. 71 c. Uji Heteroskedastisitas …………..………….…………. 72 d. Uji Autokorelasi ...…………….…...…………….…...... 73 3. Analisis Regresi Berganda…………………...…….....…… 74 4. Koefisien Determinasi……………………………………. 76 5. Pengujian Hipotesis……………………………………...... 77 a. Pengujian secara Simultan (Uji F)……………………… 78
xii
b. Pengujian secara Parsial (Uji t)..……………………….. 78 E. Operasional Variabel Penelitian ………………….…….....
79
1. Variabel Dependen…..………………………………….... 79 a. Nilai Perusahaan……………….. …………………..…. 79 2. Variabel Independen……………...……………….……... 80 a. Struktur Kepemilikan………………………………..… 81 b. Dividend Payout Ratio…………………..……...……... 83 c. Cash Holding……………..……………......………..…. 84 d. Kualitas Audit…………………………………...…..…. 84 BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN…………………...……….. 89 A. Gambaran Umum Objek Penelitian…………...…………..… 89 B. Hasil Analisis dan Pembahasan……………………………… 91 1. Statistik Deskriptif……………………………………….... 91 a. Nilai Perusahaan…….………………………………..… 92 b.Struktur Kepemilikan……………………..…………..… 95 b. Dividend Payout Ratio…………………..……..……..... 102 c. Cash Holding……………..……………...…..……….... 105 d. Kualitas Audit………………………………………….. 108 2. Uji Asumsi Klasik……………………………................... 110 a. Uji Normalitas...………………………...……………… 111 b. Uji Multikolonieritas………………………………….... 118 c. Uji Heteroskedastisitas..……………………..………..... 119 d. Uji Autokorelasi…………………………………..……. 120 3. Koefisien Determinasi.……………………………………. 122
xiii
4. Pengujian Hipotesis….……………………………………. 125 a. Pengujian secara Simultan (Uji F)..…………………….. 125 b. Pengujian secara Parsial (Uji t)………………………… 126 BAB V. PENUTUP ………………………………………………………. 143 A. Kesimpulan……………………………………………..…….... 143 B. Implikasi……………………………………………...………... 145 C. Keterbatasan dan Saran………………………………………... 148 1. Keterbatasan………………………………………………..... 148 2. Saran …………………………………...……...………......... 150 DAFTAR PUSTAKA…………...…………………………………….….. 151 LAMPIRAN………………………………………………………………..156
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Penelitian Terdahulu
58
3.1
Definisi Operasional Variabel dan Indikatornya
86
4.1
Rincian Sampel Penelitian
89
4.2
Daftar Nama Perusahaan
90
4.3
Hasil Statistik Deskriptif
92
4.4
Nilai Perusahaan (Q)
93
4.5
Kepemilikan Manajerial (KM)
96
4.6
Kepemilikan Institusional (KI)
99
4.7
Dividend Payout Ratio (DPR)
103
4.8
Cash Holding
106
4.9
Kualitas Audit
109
4.10
Hasil Uji Skewness dan Kurtosis (Sebelum Transformasi)
4.11
Hasil Uji Skewness dan Kurtosis (Setelah Transformasi)
4.12
4.14
113
Uji Normalitas : Nilai Kolmogrov-Smirnov (Sebelum Transformasi)
4.13
112
115
Uji Normalitas : Nilai Kolmogrov-Smirnov (Setelah Transformasi)
115
Uji Multikolonieritas
118
xv
4.15
Uji Autokorelasi
121
4.16
Uji Autokorelasi-Run Test
122
4.17
Uji Goodness of Fit
123
4.18
Uji Simultan (F test)
125
4.19
Uji Parsial (t test)
127
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
1.1
Nilai Perusahaan (Q)
3
2.1
Kerangka Pemikiran
63
4.1
Uji Normalitas: Grafik Normal Plot (Setelah Transformasi)
4.2
4.3
116
Uji Normalitas: Grafik Histogram (Setelah Transformasi)
117
Uji Heteroskedastisitas-Grafik Scatterplot
120
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Halaman
1.
Data Sampel Penelitian
156
2.
Hasil Uji Regresi Berganda
166
xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam lingkungan persaingan global yang terjadi saat ini, banyak perusahaan di negara berkembang dituntut untuk menunjukkan performa yang lebih baik disebabkan perkembangan dunia bisnis sekarang ini sangatlah pesat. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya muncul perusahaanperusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang baik. Banyaknya kompetitor-kompetitor
bisnis
yang
muncul
mengakibatkan
terjadinya
dinamika bisnis yang berubah-ubah. Sehingga menyebabkan banyak perusahaan bertujuan mengoptimalkan nilai perusahaannya hingga pada titik maksimum agar dapat mengundang investor untuk berinvestasi pada perusahaannya . Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham meningkat. Semakin tinggi harga saham sebuah perusahaan, maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham. Enterprise Value (EV) atau dikenal juga sebagai firm’s value (nilai perusahaan) merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan (Nurlela dan Ishaluddin, 2008 dalam Mahendra, 2011). Wahyudi, Nurlela dan Ishaluddin (2008) dalam Mahendra (2011) menyebutkan bahwa nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli jika perusahaan 1
tersebut dijual. Nilai perusahaan merupakan cerminan dari penambahan dari jumlah ekuitas perusahaan dengan hutang perusahaan. Sehingga nilai perusahaan dapat diproksikan dengan menggunakan harga saham. Naik turunnya harga saham di pasar modal menjadi sebuah fenomena yang menarik untuk dibicarakan berkaitan dengan isu naik turunnya nilai perusahaan itu sendiri. Krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008 berdampak terhadap pasar modal Indonesia yang tercermin dari terkoreksi turunnya harga saham hingga 40 - 60 % dari posisi awal tahun 2008 (Kompas, 25 November 2008), yang disebabkan oleh aksi melepas saham oleh investor asing yang membutuhkan likuiditas dan diperparah dengan aksi “ikut-ikutan” dari investor domestik yang ramai-ramai melepas sahamnya. Kondisi tersebut secara harfiah mempengaruhi nilai perusahaan karena nilai perusahaan itu sendiri jika diamati melalui kemakmuran pemegang saham yang dapat diukur melalui harga saham perusahaan di pasar modal. Indeks harga saham gabungan yang terkoreksi dari 1.757,258 pada awal Januari 2007 melemah ke basis point 1.256,704 pada awal September 2008 (Kompas, 25 November 2008). Hal ini juga tercermin dari banyaknya perusahaan yang mengalami penurunan laba sampai dengan mengalami kerugian sehingga menimbulkan pemutusan hubungan kerja (PHK). Gambar 1.1berikut ini merupakan perhitungan nilai perusahaan berdasarkan rasio Tobin’s Q mulai dari 2007 sampai dengan tahun 2011.
2
Gambar 1.1. Nilai Perusahaan (Tobin’s Q)
Nilai Perusahaan 7
Tobin's Q
6 5 4 3 2 1 0
ASII
TCID
ITMG
ACES
AKRA
JKON
JRPT
RALS
UNTR
2007
2.24
2.17
3.33
2.29
1.8
4.39
2.58
2.33
2.95
2008
1.03
1.32
1.48
1.73
1.06
2.29
1.03
1.40
1.15
2009
2.03
1.75
3.53
2.77
1.24
1.95
1.28
1.59
2.54
2010
2.44
1.48
6.19
4.37
1.48
1.83
1.59
1.96
3.12
2011
2.46
1.47
3.37
4.99
1.96
2.48
2.02
1.60
2.52
Sumber : Hasil Penelitian, 2013 (Data diolah) Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa nilai perusahaan yang dihitung dengan Tobin’s Q dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 menunjukkan perubahan setiap tahun yang sangat bervariasi dan menunjukkan fluktuasi naik turun di tiap tahun yang berbeda dan menunjukkan gejala yang sama di semua perusahaan sampel. Dari data yang diperoleh menunjukkan fenomena yang sama yaitu penurunan nilai perusahaan pada seluruh perusahaan sampel di tahun 2008, walaupun demikian rasio tobin’s q masing-masing perusahaan terbilang baik karena berada di atas nilai 1. Selain itu, terjadi peningkatan nilai perusahaan pada seluruh sampel pada tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa hampir sebagian sampel perusahaan berhasil meningkatkan nilai perusahaan yang sempat terpuruk akibat krisis ekonomi global.
3
Dalam proses mencapai nilai perusahaan yang optimal dan pulih dari keterpurukan akibat krisis ekonomi global pada tahun 2008, perusahaan akan menghadapi perbedaan kepentingan yang dimiliki oleh pemegang saham, debtholder, dan manajemen yang notabene merupakan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap tujuan perusahaan seringkali menimbulkan banyak masalah (agency ploblem). Tidak jarang pihak manajemen yaitu manajer perusahaan mempunyai tujuan dan kepentingan lain yang bertentangan dengan tujuan utama perusahaan dan sering mengabaikan kepentingan pemegang saham. Perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham ini mengakibatkan timbulnya konflik yang biasa disebut agency conflict. Hal tersebut terjadi karena manajer mengutamakan kepentingan pribadi, sebaliknya pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi dari manajer karena apa yang dilakukan manajer tersebut akan menambah biaya bagi perusahaan sehingga menyebabkan penurunan keuntungan perusahaan dan berpengaruh terhadap harga saham sehingga menurunkan nilai perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976) Masalah keagenan (agency problem) tentunya akan menimbulkan kerugian. Karena konflik kepentingan antara agen dan pemilik ini dapat menimbulkan biaya keagenan. Jensen dan Meckling (1976) dalam Harahap dan Wardhani (2011) menyatakan ada tiga biaya keagenan, antara lain: (1) Monitoring cost (biaya monitoring) yaitu biaya untuk membatasi aktifitas yang dilakukan oleh agen. (2) Bonding cost (biaya hutang), yaitu biaya karena penggunaan hutang oleh manajemen (agent) dan pengeluaran karena 4
hilangnya keindependenan atau efisiensi (residual loss). (3) Contracting cost adalah biaya yang tidak memiliki pengaruh langsung tetapi biaya ini merupakan akibat berkurangnya kesejahteraan yang seharusnya diterima perusahaan akibat kesempatan investasi yang hilang. Biaya keagenan (agency cost) dapat diminimumkan melalui peningkatan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (insider ownership). Karena kepemilikan manajerial terhadap saham perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar dengan manajemen (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Siallagan dan Machfoedz, 2006). Sehingga permasalahan keagenan dan biaya keagenan diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer adalah juga sekaligus sebagai seorang pemilik. Peningkatan kepemilikan saham oleh institusi (institusional ownership) dapat pula meminumkan biaya keagenan (agency cost). Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Bushee (1998) dalam Boediono (2005) yang menyatakan kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengurangi insentif para manajer yang mementingkan diri sendiri melalui tingkat pengawasan yang intens. Kepemilikan institusional dapat menekan kecenderungan manajemen untuk memanfaatkan discretionary dalam laporan keuangan. Fenomena yang terjadi pada perusahaan-perusahaan go public di Indonesia, dimana struktur kepemilikan oleh kepemilikan manajerial perusahaan sangatlah kecil. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ikbal dkk. (2011) yang menyatakan bahwa rata-rata kepemilikan 5
manajerial berjumlah kecil yaitu kurang dari 5% sehingga dengan kondisi seperti ini kemungkinan penyatuan antara kepentingan pemegang saham dengan kepemilikan manajerial seperti yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) tidak bisa tercapai, akibatnya masalah keagenan dan biaya keagenan tidak dapat dikurangi. Sedangkan fenomena lain yang terjadi, struktur kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak institusional merupakan pemegang saham yang paling mendominasi struktur kepemilikan saham peusahaan-perusahaan go public Indonesia. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sofyaningsih dan Hardiningsih
(2011) yang menemukan bahwa hampir sebagian
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia memiliki kepemilikan institusional yang mendominasi. Dengan kondisi yang seperti ini, walaupun kepemilikan institusional mendominasi tergolong outsider ownership bersama dengan pemegang saham yang berasal dari public (masyarakat), namun dapat dikatakan status sebagai outsider dari kepemilikan institusional tersebut menjadi semu karena dalam kenyataannya mereka memiliki afiliasi yang kuat dengan manajemen. Maka fungsi kepemilikan institusional sebagai sarana pengawasan bagi pihak manajemen tidak dapat berjalan secara efektif akibatnya masalah keagenan dan biaya keagenan tidak dapat dikurangi. Alternatif lain yang dapat digunakan untuk mengurangi masalah keagenan dan biaya keagenan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jensen dan Meckling (1976) adalah melalui keputusan keuangan yaitu kebijakan dividen. Kebijakan dividen yang dilakukan perusahaan untuk 6
mengurangi masalah keagenan dan biaya keagenan adalah dengan meningkatkan pembayaran dividen kepada pemegang saham. Pengaruh dari meningkatkan pembayaran dividen terhadap kemakmuran pemegang saham akan diimbangi dengan jumlah yang sama dengan cara pembelanjaan atau pemenuhan dana yang lain. Dalam keputusan investasi yang given berarti perusahaan membagikan dividen kepada pemegang saham, perusahaan harus mengeluarkan saham baru sebagai pengganti sejumlah pembayaran dividen. Besarnya dividen ini dapat mempengaruhi harga saham. Apabila dividen yang dibayar tinggi maka harga saham cenderung tinggi sehingga nilai perusahaan juga tinggi. Sebaliknya apabila dividen yang dibayarkan kecil maka harga saham perusahaan tersebut juga rendah. Kemampuan membayar dividen erat hubungannya dengan kemampuan perusahaan memperoleh laba. Jika perusahaan memperoleh laba yang besar maka kemampuan membayar dividen juga besar. Oleh karena itu, dengan dividen yang besar akan meningkatkan nilai perusahaan. Fenomena ini berdasarkan pada tujuan investor melakukan investasi yang pada umumnya adalah untuk mendapatkan keuntungan berupa dividen atau capital gain. Pemegang saham selalu berharap untuk mendapat dividen dalam jumlah besar atau minimal relatif stabil dari tahun ke tahun. Sebagian lagi dari laba bersih perusahaan merupakan laba ditahan yang akan disiapkan oleh perusahaan untuk melakukan investasi kembali (reinvestment). Hal inilah yang merupakan inti dari kebijakan dividen, khususnya dalam menentukan dividend payout ratio. 7
Keputusan keuangan lainnya yang digunakan perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan adalah cash holding. Cash holding adalah menahan sejumlah kas dalam perusahaan. Hal ini merupakan informasi yang berharga bagi investor dalam mengambil keputusan investasi. Penentuan tingkat Cash holding perusahaan merupakan salah satu keputusan keuangan penting yang harus diambil oleh seorang manajer keuangan. Cash holding dapat digunakan untuk beberapa hal, antara lain dibagikan kepada para pemegang saham berupa dividen, melakukan pembelian kembali saham, melakukan investasi atau menyimpannya untuk kepentingan perusahaan dimasa depan. Perusahaan harus dapat menjaga kas yang dimiliki pada tingkat yang optimal karena menahan kas yang terlalu besar dalam aktiva adalah hal yang tidak produktif karena akan memerlukan biaya yang tinggi dalam pemeliharaannya. Para investor akan melihat situasi ini sebagai sebuah sinyal yang menggambarkan tingkat efektifitas manajemen perusahaan dalam mengelola dananya dan menjadi andil dalam menentukan naik dan turunnya nilai perusahaan. Nilai perusahaan pada dasarnya dapat diukur melalui beberapa aspek. Salah satunya adalah kualitas audit dari laporan keuangan yang telah diaudit. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa laporan keuangan yang dibuat dengan angka-angka akuntansi yang benar diharapkan dapat meminimalkan konflik diantara pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan laporan keuangan yang dilaporkan oleh agent sebagai pertanggungjawaban kinerjanya, principal dapat menilai, mengukur dan mengawasi sampai sejauh 8
mana agent tersebut bekerja untuk meningkatkan kesejahteraannya serta sebagai dasar pemberian kompensasi kepada agent. Investor juga dapat melihat gambaran kondisi perusahaan secara fundamental sebagai dasar pengambilan keputusan investasinya. Mengingat pentingnya laporan keuangan maka perusahaan publik yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia), setiap tahunnya wajib melaporkan laporan keuangan dan laporan tahunan yang telah diaudit kepada bursa efek, investor dan publik. Laporan keuangan dan laporan tahunan yang telah diaudit dilaporkan
tersebut
dipergunakan
para
investor
untuk
mengetahui
perkembangan kinerja perusahaan serta sebagai langkah pengambilan keputusan investasi pada masa yang akan datang. De Angelo (1981) dalam Alim,dkk. (2007) mendefinisikan audit quality (kualitas audit) sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Agar laporan audit yang dihasilkan oleh auditor berkualitas maka auditor harus menjalankan pekerjaannya secara profesional. Termasuk saat menghadapi persoalan audit yang kompleks. Auditor harus bisa memenuhi tuntutan yang diinginkan oleh klien, walaupun seberapa tinggi tingkat kompleksitas yang diberikan agar klien merasa puas dengan pekerjaannya dan tetap menggunakan jasa auditor yang sama diwaktu yang akan datang. Pertanyaan dari masyarakat tentang kualitas audit yang dihasilkan oleh akuntan publik semakin besar setelah terjadi banyak skandal yang melibatkan akuntan publik baik di luar negeri maupun di dalam negeri. Skandal didalam 9
negeri terlihat dari akan diambilnya tindakan oleh Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) terhadap 10 Kantor Akuntan Publik yang diindikasikan melakukan pelanggaran berat saat mengaudit bank-bank yang dilikuidasi pada tahun 1998. Selain itu terdapat kasus keuangan dan manajerial perusahaan publik yang tidak bisa terdeteksi oleh akuntan publik yang menyebabkan perusahaan didenda oleh Bapepam (Winarto, 2002 dalam Christiawan, 2003). Selain fenomena di atas, kualitas audit yang dihasilkan akuntan publik juga tengah mendapat sorotan dari masyarakat banyak yakni seperti kasus yang menimpa akuntan publik Justinus Aditya Sidharta yang diindikasi melakukan kesalahan dalam mengaudit laporan keuangan PT. Great River Internasional, Tbk. Kasus tersebut muncul setelah adanya temuan auditor investigasi dari Bapepam yang menemukan indikasi penggelembungan account penjualan, piutang dan aset hingga ratusan milyar rupiah pada laporan keuangan Great River yang mengakibatkan perusahaan tersebut akhirnya kesulitan arus kas dan gagal dalam membayar utang. Berdasarkan investigasi tersebut Bapepam menyatakan bahwa akuntan publik yang memeriksa laporan keuangan Great River ikut menjadi tersangka. Oleh karenanya Menteri Keuangan RI terhitung sejak tanggal 28 November 2006 telah membekukan izin akuntan publik Justinus Aditya Sidharta selama dua tahun karena terbukti melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) berkaitan dengan laporan audit atas laporan keuangan konsolidasi PT. Great River tahun 2003. 10
Kualitas audit yang baik biasanya berasal dari auditor skala besar. Auditor skala besar adalah auditor yang bekerja sama dengan auditor internasional/luar negeri. Auditor skala besar memiliki insentif lebih untuk mendeteksi dan melaporkan masalah kliennya dan lebih memungkinkan mendeteksi praktik-praktik akuntansi yang masih meragukan. Oleh karena itu, kualitas auditor dapat menjadi indikator yang baik untuk meningkatkan nilai perusahaan. Penelitian mengenai kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan telah dilakukan oleh Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011) yang menemukan bahwa kepemilikan manajerial terbukti mempengaruhi nilai perusahaan, artinya tinggi rendahnya kepemilikan saham oleh jajaran manajemen berkaitan dengan tinggi rendahnya nilai perusahaan. Hal ini didukung pula oleh penelitian yang dilakukan oleh Soliha (2002) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan Penelitian mengenai kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan telah dilakukan oleh Rahmawati dan Triatmoko (2007) yang menemukan bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hal ini didukung pula oleh Haruman (2008) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif (+) ke MVE dan negatif (-) ke closing price. Penelitian mengenai pengaruh kebijakan dividen yang diproksikan dengan dividend payout ratio terhadap nilai perusahaan yang telah dilakukan oleh Haruman (2008) menyatakan bahwa kebijakan dividen memiliki 11
hubungan yang signifikan dan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pembayaran dividen mengakibatkan penurunan nilai perusahaan. Bertolak belakang dengan hasil penelitian Haruman (2008), Sujoko dan
Soebiantoro (2007) menemukan bahwa
kebijakan dividen memiliki hubungan yang signifikan dan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan Penelitian mengenai cash holdings dan nilai perusahaan menemukan beberapa hubungan. Penelitian yang dilakukan oleh Kin-Wai Lee dan ChengFew Lee (2008) menemukan hubungan bahwa nilai perusahaan yang diproksikan dengan market to book ratio berhubungan negatif dengan cash holdings. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perusahaan dengan cash holdings yang tinggi menyebabkan investor khawatir bahwa manajer lebih mempunyai kekuasaan untuk menghamburkan sumber daya perusahaan pada value destroying projects (proyek yang merusak nilai). Namun, pada penelitian lain menunjukkan bahwa kepemilikan kas memiliki hubungan positif dengan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini didukung oleh Chen (2008) yang menyatakan bahwa kepemilikan kas dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi semua pembiayaan dan meningkatkan nilai tambah dengan menciptakan investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini konsisten dengan Boyle dan Guthrie (2003) yang berpendapat bahwa kepemilikan kas (cash holding) pada tingkat yang tinggi diperlukan suatu investasi yang potensial.
12
Penelitian mengenai pengaruh kualitas audit terhadap nilai perusahaan telah dilakukan oleh Herawaty (2008) yang membuktikan bahwa kualitas audit memiliki hubungan yang signifikan dan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hal ini membuktikan bahwa semakin baik kualitas audit sebuah laporan keuangan maka tingkat kepercayaan dan keputusan yang diambil pemegang saham semakin tinggi. Dengan demikian nilai perusahaan akan meningkat. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian karena adanya perbedaan dari beberapa hasil peneliti terdahulu. Maka penulis akan mengajukan penelitian dengan judul : “PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, DIVIDEND PAYOUT RATIO, CASH HOLDING DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP NILAI PERUSAHAAN” (Studi Empiris pada Perusahaan Go Public yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2007-2011) Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitiaan-penelitian sebelumnya yaitu penelitian Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011). Untuk membedakannya dengan penelitian sebelumnya maka peneliti melakukan beberapa perubahan diantaranya adalah: 1.
Adanya penambahan variabel independen berupa cash holding yang diperoleh dari penelitian Isshaq, et. al. (2009). Selain itu, penambahan variabel kualitas audit yang diperoleh dari penelitian Herawaty (2008). Peneliti tertarik untuk menguji dan menganalisis variabel tambahan di dalam penelitian ini karena masih ditemukan adanya perbedaan baik 13
hasil maupun teori mengenai hubungan yang terkait dengan nilai perusahaan. 2.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) kecuali perusahaan sektor keuangan dan BUMN dari tahun 2007 sampai dengan 2011. Sedangkan, populasi yang digunakan dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011) adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007 sampai dengan 2009.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan permasalahan yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Apakah interaksi antara kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan?
2.
Apakah interaksi antara kepemilikan institusional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan?
3.
Apakah interaksi antara dividend payout ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan?
4.
Apakah interaksi antara cash holding memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan?
5.
Apakah interaksi antara kualitas audit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan? 14
6.
Apakah
interaksi
antara
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional, dividend payout ratio, cash holding, dan kualitas audit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut: a.
Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh interaksi antara kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan.
b.
Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh interaksi antara kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan.
c.
Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh interaksi antara dividend payout ratio terhadap nilai perusahaan.
d.
Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh interaksi antara cash holding terhadap nilai perusahaan.
e.
Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh interaksi antara kualitas audit terhadap nilai perusahaan.
f.
Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh interaksi antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dividend payout ratio, cash holding, dan kualitas audit terhadap nilai perusahaan.
15
2.
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang diharapkan dapat ditemukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a.
Bagi Ilmu Pengetahuan Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi pihak-pihak yang berkepentingan seperti manajemen perusahaan, pemerintah, investor dan analis pasar modal, akuntan publik dan akademisi, peneliti serta pembaca. Selain itu, penelitian ini dapat memperkuat serta memperluas penelitian sebelumnya terutama mengenai pengaruh struktur kepemilikan, dividend payout ratio, cash holding dan kualitas audit terhadap nilai perusahaan.
b.
Bagi Perusahaan Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris dan pedoman yang membantu pihak manajemen perusahaan dalam menentuan kebijakan dan keputusan bisnis yang akan diambil. Selain itu, membantu pihak manajemen perusahaan dalam pelaksanaan pembagian dividen dalam upaya untuk mengevaluasi kinerja dan meningkatkan nilai perusahaan.
c.
Bagi Pemerintah Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai pengaruh struktur kepemilikan, dividend payout ratio, cash holding, dan kualitas audit terhadap nilai 16
perusahaan sehingga bagi para regulator atau pemerintah dapat lebih memperhatikan dan memberikan kontribusi yang bermanfaat demi terciptanya tata kelola yang baik di seluruh sektor perusahaan. d.
Bagi Investor dan Analis Pasar Modal Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris yang dapat digunakan untuk menambah informasi sebagai dasar pengambilan keputusan investasi di pasar modal. Salah satunya adalah dengan mengamati kebijakan dividen yang terdapat dalam perusahaan sehingga dapat sebagai alat untuk menilai perusahaan-perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
e.
Bagi Akuntan Publik Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris yang dapat digunakan untuk membantu akuntan publik dalam upaya mengevaluasi dan meningkatkan kinerjanya dalam melaksanakan audit dan mendeteksi adanya kecurangan atau fraud yang dilakukan oleh pihak manajemen pada laporan keuangan suatu perusahaan. Sehingga dapat menghasilkan laporan audit yang berkualitas. Hal ini, akan memberikan kontribusi bagi perusahaan dalam rangka menciptakan good corporate governance di seluruh sektor perusahaan dan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Selain itu, penelitian ini juga dapat membantu akuntan 17
publik untuk mengetahui karekteristik perusahaan dalam pemilihan auditor eksternal sehingga akuntan publik dapat melakukan pekerjaannya f.
Bagi Akademisi, Peneliti dan Pembaca Dengan adanya penelitian ini diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan
pengembangan
ilmu
bukti
empiris
mengenai
yang agency
membantu theory
dalam
sehingga
memperoleh permodelan-permodelan yang secara konseptual berpengaruh dampaknya terhadap nilai suatu perusahaan. Selain itu diharapkan juga agar dapat memperluas wawasan serta menjadi referensi bagi para peneliti selanjutnya yang dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk penelitian yang akan datang.
18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur 1. Agency Theory (Teori Keagenan) Teori keagenan mengemukakan hubungan antara principal (pemilik) dan agent (manajer) dalam hal pengelolaan perusahaan, dimana principal merupakan suatu entitas yang mendelegasikan wewenang untuk mengelola perusahaan kepada pihak agent (manajemen). Menurut Jensen dan Meckling dalam Kawatu (2009), teori agensi menjelaskan tentang hubungan kontraktual antara pihak yang mendelegasikan keputusan tertentu
(principal/pemilik/pemegang
saham)
dengan
pihak
yang
menerima pendelegasian tersebut (agen/manajemen). Terjadinya konflik kepentingan antara pemilik dan agen karena kemungkinan agen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). Sebagai agen, manajer bertanggung jawab secara moral untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dengan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki (Ali, 2002). Eisenhardt dalam Larasati (2009) menggunakan tiga asumsi sifat dasar manusia guna menjelaskan tentang teori agensi yaitu: 19
a.
Manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest);
b.
Manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality);
c.
Manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai
manusia
kemungkinan
besar
akan
bertindak
berdasarkan
sifat
opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya (Haris dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Sebagai pengelola perusahaan, manajer perusahaan tentu akan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu, manajer sudah seharusnya selalu memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang dapat diberikan oleh manajer yakni melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan hal yang sangat penting bagi para pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya (Ali, 2002). Adanya ketidakseimbangan penguasaan informasi ini akan memicu munculnya kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry). Dengan adanya asimetri informasi antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) akan memberi kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba (earnings management) sehingga akan menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi 20
perusahaan. Jensen dan Meckling dalam Larasati (2009) yang berpendapat bahwa agency conflict timbul pada berbagai hal sebagai berikut: a.
Manajemen memilih investasi yang paling sesuai dengan kemampuan dirinya dan bukan yang paling menguntungkan bagi perusahaan;
b.
Manajemen
cenderung
mempertahankan
tingkat
pendapatan
perusahaan yang stabil, sedangkan pemegang saham lebih menyukai distribusi kas yang lebih tinggi melalui beberapa peluang investasi internal yang positif atau disebut earning retention; c.
Manajemen cenderung mengambil posisi aman untuk mereka sendiri dalam mengambil keputusan investasi. Dalam hal ini, mereka akan mengambil keputusan investasi yang sangat aman dan masih dalam jangkauan kemampuan manajer;
d.
Manajemen cenderung hanya memperhatikan cash flow perusahaan sejalan dengan waktu penugasan mereka. Hal ini dapat menimbulkan bias dalam pengambilan keputusan yaitu berpihak pada proyek jangka pendek dengan pengembalian akuntansi yang tinggi. Asumsi dasar lainnya yang membangun agency theory adalah agency
problem yang timbul sebagai akibat adanya kesenjangan antara kepentingan pemegang saham sebagai pemilik dan manajemen sebagai pengelola.
Pemilik
memiliki
kepentingan
agar
dana
yang
diinvestasikannya mendapatkan return maksimal, sedangkan manajer berkepentingan terhadap perolehan insentif atas pengelolaan dana pemilik (agency problem). 21
2. Struktur Kepemilikan Struktur kepemilikan menjadi penting dalam teori keagenan karena sebagian besar argumentasi konflik keagenan disebabkan oleh adanya pemisahan kepemilikan dan pengelolaan. Konflik keagenan tidak terjadi pada perusahaan dengan kepemilikan seratus persen oleh manajemen (Jensen dan Meckling, 1976). Tetapi konflik keagenan terjadi karena terdapatnya dua kepentingan yaitu antara pemilik dan manajemen yang tidak selalu sejalan. Perbedaan kepentingan antara pemilik dan manajemen mengakibatkan manajemen berperilaku curang dan tidak etis sehingga merugikan pemegang saham. Secara umum struktur kepemilikan terbagi menjadi dua kategori yaitu struktur kepemilikan terkonsentrasi dan menyebar. Secara spesifik kategori struktur kepemilikan meliputi kepemilikan institusi domestik, institusi asing, pemerintah, karyawan, dan individual domestik (Xu, 1997 dalam Hastuti, 2005). Namun,
didalam
penelitian
ini,
hanya
menggunakan dua indikator diantaranya melalui kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. a.
Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial dapat diartikan sebagai pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan
perusahaan
(direktur
dan
komisaris).
Kepemilikan
manajerial juga dapat diartikan sebagai persentase saham yang dimiliki oleh manajer dan direktur perusahaan pada akhir tahun untuk 22
masing-masing periode pengamatan. Variabel ini digunakan untuk mengetahui manfaat kepemilikan dalam mekanisme mengurangi konflik keagenan, sehingga masalah keagenan diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer juga sekaligus sebagai seorang pemilik. Shelter dan Vishny (1986) dalam Siregar, Sylvia. Veronica N.P, dan Utama, Siddharta (2005) menyatakan bahwa kepemilikan saham yang besar dari segi ekonomisnya memiliki insentif untuk memonitor. Secara teoritis, jika kepemilikan manajerial rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer akan meningkat. Kepemilikan manajerial terhadap saham perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar dengan manajemen (Jensen dan Meckling, 1976). Sehingga masalah keagenan diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer adalah juga sekaligus sebagai seorang pemilik. Karena manajer merasa lebih memiliki perusahaan. Dengan rasa memiliki
tersebut
maka
manajemen
akan
mengoptimalkan
penggunaan sumber daya sehingga mengakibatkan kenaikan nilai perusahaan. Morek, Shieifer dan Vishny (1988) dalam Siregar, Sylvia. Veronica N.P, dan Utama, Siddharta (2005) menemukan bahwa pada level 0% - 5% terdapat hubungan non linear antara kepemilikan manajerial dengan kinerja perusahaan, berhubungan negatif antara 5% 23
- 25%, berhubungan positif antara kepemilikan dengan nilai perusahaan pada level 25% - 50% dan berhubungan negatif pada level lebih dari 50%. Hal ini juga didukung oleh penelitian Widyaningsih (2001) yang menyatakan bahwa hubungan kepemilikan manajerial dengan kinerja perusahaan masih bertentangan dan terdapat hubungan non monotonic. Di mana pola hubungan nonmonotonic adalah pola hubungan yang membentuk non linear. Maksudnya
kepemilikan
manajerial
yang
rendah
terbukti
meningkatkan nilai perusahaan dan begitu pula dengan kepemilikan manajerial yang tinggi terbukti dapat meningkatkan nilai perusahaan, tetapi ketika kepemilikan manajerial ada pada level intermediate justru dapat menurunkan nilai perusahaan. Hubungan non monotonik antara kepemilikan manajerial dan nilai perusahaan disebabkan adanya insentif yang dimiliki oleh manajer
dan
mereka
cenderung
berusaha
untuk
melakukan
penyejajaran kepentingan dengan outsider owners dengan cara meningkatkan saham mereka sehingga nilai perusahaan yang berasal dari investasi meningkat. b.
Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional adalah proporsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemilik institusi dan blockholders pada akhir tahun (Wahyudi dan Pawestri, 2006). Yang dimaksud institusi adalah perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi, maupun lembaga 24
lain yang bentuknya seperti perusahaan. Sedangkan yang dimaksud blockholders adalah kepemilikan individu atas nama perorangan di atas 5% yang tidak termasuk dalam kepemilikan manajerial. Pemegang saham blockholders dimasukkan dalam kepemilikan institusional
karena
pemegang
saham
blockholders
dengan
kepemilikan saham di atas 5% memiliki tingkat keaktifan lebih tinggi dibandingkan pemegang saham institusional dengan kepemilikan saham di bawah 5%. Menurut Moh’d, et. al. (1998) yang menyatakan bahwa institusional investor dapat mengurangi agency cost. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengurangi agency problem dan agency cost
adalah dengan cara meningkatkan kepemilikan saham
perusahaan oleh institusional. Karena dengan adanya kepemilikan oleh investor-investor institusional seperti perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi, maupun lembaga lain yang bentuknya seperti perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan manajemen yang lebih optimal dalam mengelola perusahaan. Hal ini akan mengakibatkan fungsi pengawasan akan berjalan secara efektif dan menjadikan manajemen semakin berhati-hati dalam memperoleh dan mengelola pinjaman (utang), karena jumlah utang yang semakin meningkat akan menimbulkan financial distress. Terjadinya financial distress akan mengakibatkan penurunan nilai perusahaan. Hal ini didukung dengan penelitian dari Smith (1996) dalam Suranta dan 25
Midiastuty (2004) yang menunjukan bahwa efektifitas monitoring institusi mampu mengubah struktur pengelolaan perusahaan dan mampu meningkatkan kemakmuran pemegang saham. 3. Dividend Payout Ratio a.
Pengertian Dividend Payout Ratio Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menentukan jumlah laba yang dapat ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen. Pengertian kebijakan dividen dari beberapa ahli sebagai berikut, yaitu: Menurut Fred J. Weston dan Thomas E. Copeland (1997) : “Dividend policy determines the divisions of earning between payments to stockholders and reinvestment in the firm. Retained earning are one of the most significant sources of funds for financing cooperate growth, but dividens constitute the cash flows that accure to stockholders.” Menurut Agus Sartono (2001): “Rasio pembayaran dividen adalah persentase laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen, atau rasio antara laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen dengan total laba yang tersedia bagi pemegang saham”. Menurut Bambang Riyanto (2001) : “Kebijakan dividen adalah bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan (earnings) antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan didalam perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut harus ditahan didalam perusahaan.” 26
Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa kebijakan dividen merupakan suatu kebijakan untuk menetapkan beberapa bagian dari laba bersih yang akan dibagikan sebagai dividen kepada para pemegang saham dan seberapa besar bagian laba bersih itu akan ditanamkan kembali sebagai laba yang ditahan untuk reinvestasi. Rasio dividend payout ratio dapat dicari dengan rumus sebagai berikut (Ikbal, dkk., 2011) :
Dimana: 1)
Dividen Per Lembar Saham (Dividend Per Share) Dividen per lembar saham (DPS) adalah besarnya pembagian dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham setelah dibandingkan dengan rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar. Besarnya dividen per lembar saham dapat dicari dengan rumus :
2)
Laba Per Lembar Saham (Earning Per Share) Laba per lembar saham adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dalam suatu periode tertentu untuk setiap jumlah saham yang beredar. Informasi mengenai laba per lembar saham dapat digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk menentukan 27
dividen yang akan dibagikan. Informasi ini juga berguna bagi investor untuk mengetahui perkembangan perusahaan. Selain itu juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan. Perhitungan laba per lembar saham diatur dalam PSAK No.56 (2010) yang menyatakan dua macam laba per lembar saham : a)
Laba per lembar saham dasar adalah jumlah laba pada suatu periode yang tersedia untuk setiap saham biasa yang beredar dalam periode pelaporan.
b)
Laba per lembar saham dilusian adalah jumlah laba pada suatu periode yang tersedia untuk setiap saham biasa yang beredar selama periode pelaporan dan efek lain yang asumsinya diterbitkan bagi semua efek berpotensi saham biasa yang sifatnya dilutif yang beredar sepanjang periode pelaporan. Laba per lembar saham (EPS) dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :
b.
Dividend Payout Ratio Theory Kebijakan dividen sering dianggap sebagai signal bagi investor dalam menilai baik buruknya perusahaan. Hal ini disebabkan karena kebijakan dividen dapat membawa pengaruh terhadap harga saham 28
perusahaan. Dengan demikian seberapa besar porsi laba yang akan dibagikan dalam bentuk dividen dan seberapa besar porsi laba yang akan ditahan untuk diinvestasikan kembali, merupakan masalah yang cukup serius bagi pihak manajemen. Terdapat sejumlah perdebatan seputar bagaimana kebijakan dividen mempengaruhi nilai perusahaan, yaitu: 1)
Dividen tidak relevan Teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak relevan terhadap tingkat kesejahteraan pemegang saham, dikemukan Martin, Petty, Keown, and Scott (1991); Miller (1986); Miller dan Modigliani (1961) dalam Hatta (2002). Dasar pemikiran yang dikemukakan adalah dalam kondisi bahwa keputusan investasi yang given, pembayaran dividen tidak berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham. Nilai perusahaan lebih ditentukan oleh earning power dari aset perusahaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh keputusan investasi.
2)
Dividen relevan Menurut Gordon (1959), dalam dunia realita pasar bersifat tidak sempurna. Kelemahan dari teori irrelevant ini mendorong munculnya teori yang lebih realistis yang menganggap bahwa dividen memiliki relevansi atau efek terhadap nilai perusahaan. Model-model ekplanasi kebijakan dividen yang berada dalam 29
cakupan the relevance of dividend proposition antara lain: bird in the hand theory, tax differentiation theory, clientele effect, dividend signaling theory dan agency theory . a)
Bird in the Hand Theory Teori ini berasal dari pemikiran Gordon (1959) yang berangggapan bahwa investor memandang suatu burung di tangan lebih berharga dari pada seribu burung di udara. Maksudnya adalah bahwa investor menilai dividend payout lebih besar daripada pertumbuhan (g), karena mereka merasa lebih yakin jika menerima dividen dibandingkan jika menerima capital gain dari laba yang ditahan. Argumen dari Gordon tersebut dapat disimpulkan bahwa dividen dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan pemegang saham. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi dividend payout ratio, maka semakin tinggi pula nilai dari perusahaan.
b)
Tax Differentiation Theory Teori
ini
dikemukakan
oleh
Litzenberger
dan
Ramaswamy (1979) dalam Hatta (2002). Pandangan yang dikemukakannya bahwa semakin tinggi dividend payout ratio suatu perusahaan, maka nilai perusahaan tersebut akan semakin rendah. Hal ini didasarkan pada pemikiran jika capital gain dikenakan pajak dengan tarif yang lebih rendah daripada pajak atas dividen, maka saham yang memiliki 30
pertumbuhan yang tinggi akan menjadi lebih menarik dan lebih banyak diminati. Dari argumen di atas dapat disimpulkan bahwa dividen dapat menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat dikarenakan tarif pajak yang tinggi atas dividen. Penurunan tingkat kesejahteraan pemegang saham akan mengakibatkan penurunan nilai perusahaan. c)
Clientile Effect Berkaitan
dengan
clientile
effect,
terdapat
dua
kelompok investor, yaitu investor yang lebih menyukai untuk memperoleh pendapatan saat ini dalam bentuk pembagian dividen, namun ada pula investor yang menyukai untuk menginvestasikan kembali pendapatan mereka, karena investor ini berada dalam tarif pajak yang cukup tinggi. Dengan
adanya
kecenderungan
dua
kelompok
perusahaan
untuk
tersebut, enggan
maka
ada
melakukan
perubahan kebijakan dividen. Hal ini disebabkan perubahan kebijakan dividen akan mengakibatkan beberapa investor akan menjual sahamnya, dan sebagai akibatnya harga saham akan mengalami penurunan. d)
Dividend Signalling Theory Teori
dividen
pengumuman
dividen
ini
mendasari tunai
dugaan
mempunyai
bahwa
kandungan 31
informasi yang mengakibatkan adanya reaksi kenaikan harga saham. Sebaliknya penurunan dividen pada umumnya menyebabkan harga saham turun. Teori ini menjelaskan bahwa informasi tentang perubahan dividen yang dibayarkan digunakan oleh investor sebagai sinyal tentang prospek perubahan di masa yang akan datang. Hal ini berarti bahwa dividen berpengaruh terhadap nilai perusahaan. e)
Agency Theory of Dividend Menurut agency theory (Jensen and Meckling, 1976), salah satu pendekatan untuk meminimumkan agency problem adalah dengan mekanisme pembayaran dividen. Dengan melakukan pembayaran dividen pemegang saham melihat bahwa pengelola perusahaan telah melakukan tindakan yang sesuai dengan keinginan mereka sehingga akan mengurangi agency problem. Berkurangnya agency problem akan menurunkan agency cost. Semakin rendah agency cost mengakibatkan peningkatan kesejahteraan pemegang saham dan akibatnya nilai perusahaan akan meningkat.
c.
Faktor-Faktor dalam Menentukan Dividend Payout Ratio Menurut Harjito dan Martono (2005) yang menyatakan bahwa sejauh ini pembahasan dividen hanya menyangkut aspek-aspek teoritis dari kebijkan dividen. Namun, ketika perusahaan menetapkan 32
suatu kebijakan dan sejumlah hal, pertimbangan-pertimbangan ini harus dikaitkan kembali ke teori pembayaran dividen dan penilaian perusahaan. Berikut ini, beberapa pertimbangan atau faktor yang harus dianalisis dan dibahas perusahaan ketika menetapkan suatu kebijakan dan dalam praktek ketika melakukan pendekatan terhadap keputusan dividen : 1)
Kebutuhan dana bagi perusahaan Semakin besar kebutuhan dana perusahaan berarti semakin kecil kemampuan untuk membayar dividen. Penghasilan perusahaan akan digunakan terlebih dahulu untuk memenuhi kebutuhan dananya (semua proyek investasi yang menguntungkan).
2)
Likuiditas perusahaan Likuiditas perusahaan merupakan salah satu petimbangan utama dalam kebijakan dividen. Karena dividen harus mengeluarkan arus kas keluar, maka semakin besar jumlah kas untuk membayar dividen. Apabila manajemen ingin memelihara likuiditas dalam mengantisipasi adanya ketidakpastian dan agar mempunyai fleksibilitas keuangan, kemungkinan perusahan tidak akan membayar dividen dalam jumlah yang besar.
3)
Kemampuan untuk meminjam Posisi likuiditas bukanlah satu-satunya cara untuk menunjukkan fleksibillias dan perlindungan terhadap ketidakpastian. Apabila perusahaan
mempunyai
kemampuan
yang
tinggi
untuk 33
mendapatkan pinjaman, hal ini merupakan fleksibilitas keuangan yang tinggi sehingga kemampuan untuk membanyar dividen juga tinggi. Jika perusahaan memerlukan pendanaan melalui hutang, manajemen tidak perlu mengkhawatirkan pengaruh dividen kas terhadap likuiditas perusahaan. 4)
Pembatasan-pembatasan dalam perjanjian hutang Ketentuan perlindungan (protective covenant) dalam suatu perjanjian hutang sering mencantumkan pembatasan terhadap pembayaran dividen. Pembatasan ini digunakan oleh para kreditur untuk menjaga kemampuan perusahaan tersebut membayar hutangnya. Biasanya, pembatasan ini dinyatakan dalam persentase maksimum dari laba kumulatif. Apabila pembatasan ini dilakukan, maka manajemen perusahaan dapat menyambut baik pembatasan dividen yang dikenakan oleh kreditur, karena dengan demikian manajemen tidak harus mempertanggungjawabkan
penahanan
laba
kepada
para
pemegang saham. Manajemen hanya perlu menaati pembatasan tersebut. 5) Pengendalian hutang Apabila suatu perusahaan membayar dividen yang sangat besar, maka perusahan mungkin menaikkan modal di waktu yang akan datang
melalui
kesempatan
penjualan
investasi
sahamnya
yang
untuk
menguntungkan.
membiayai Dengan 34
bertambahnya jumlah saham yang beredar, ada kemungkinan kelompok
pemegang
saham
tertentu
tidak
lagi
dapat
mengendalikan perusahaan karena jumlah saham yang mereka kuasai menjadi berkurang dari seluruh saham yang beredar. Oleh karena itu dianggap berbahaya bila perusahaan terlalu besar membayar dividennya,
sehingga pengendalian perusahaan
menjadi berpindah tangan. 4. Cash Holding a.
Pengertian Cash Holding Kas merupakan aset perusahaan paling likuid yang berfungsi sebagai darah perusahaan dalam menggerakkan operasi rutin. Kebijakan perusahaan untuk memegang kas merupakan langkah untuk melindungi perusahaan dari cash shortfall. Semakin besar ketidakpastian atau volatilitas dari cash flow perusahaan, maka semakin besar kemungkinan terjadinya kekurangan kas operasional dan perusahaan terdorong untuk memegang kas dalam jumlah yang lebih besar (Dittmar, 2008). Kas adalah salah satu aset yang siap dikonversikan menjadi aset jenis lainnya. Kas sangat mudah disembunyikan dan dipindahkan, dan sangat diinginkan. Oleh karena karakteristik tersebut, maka kas merupakan aset yang paling mungkin untuk digunakan dan dibelanjakan dengan tidak tepat. Kas juga merupakan aset yang paling rentan terhadap perilaku ceroboh manajemen (Isshaq, et. al., 2009). 35
Pada umumnya, perusahaan yang secara finansial tidak dibatasi dengan corporate governance
yang lebih lemah, cenderung
menginvestasikan kas lebih banyak dan menghabiskan kas yang tersedia lebih cepat. Oleh karena itu, corporate governance yang lebih lemah mempunyai konsekuensi terhadap manajemen kas sehingga manajer pada corporate governance yang lemah mempunyai cadangan kas yang lebih kecil (Harford, et. al., 2008 dalam Isshaq, et. al., 2009). Manajer dalam pengawasan lemah, lebih memilih investasi eksternal melalui akuisisi kas daripada investasi internal melalui R&D dan modal. Harford, et al., (2006) dalam Isshaq et al., (2009) menemukan bahwa investasi pada akuisisi, R&D, dan belanja modal oleh perusahaan dengan corporate governance yang buruk akan mengurangi profitabilitas masa depan dan nilai perusahaan. Sedangkan pengertian kas menurut PSAK No.2 Tahun 2009 yaitu: “Kas terdiri atas saldo kas (cash on hand) dan rekening giro (demand deposits). Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah yang dapat ditentukan dan memiliki risiko perubahan nilai yang tidak signifikan.” Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kas adalah aset yang sangat likuid atau cair yang sifatnya berjangka pendek sehingga mudah digunakan untuk operasional perusahaan dan tidak disimpan dalam jangka waktu yang lama. 36
Kas (cash) terdiri atas koin, uang kertas, cek, money order (wesel atau kiriman uang melalui pos yang lazim berbentuk draft bank atau cek bank), dan uang tunai di tangan atau simpanan di bank atau semacam deposito. Aturan yang berlaku umum di bank adalah jika bank menerima untuk disimpan di bank, maka itulah kas. Bendabenda semacam benda pos, dan cek masa depan (utang cek di masa depan) bukanlah kas. Benda pos adalah beban dibayar di muka, dan cek masa depan adalah piutang usaha. Dari uraian di atas maka kriteria kas adalah sebagai berikut: 1)
Diakui secara umum sebagai alat pembayaran yang sah;
2)
Dapat dipergunakan setiap saat diperlukan;
3)
Penggunaannya bersifat bebas;
4)
Dikirim sesuai dengan nilai nominalnya. Dengan demikian cash holding adalah jumlah kepemilikan kas
yang dimiliki oleh perusahaan. Jika kas yang dimiliki perusahaan cukup
atau
tidak
berlebihan
maka
dapat
mengindikasikan
kelikuiditasan perusahaan. Hal ini berarti kreditor percaya bahwa perusahaan dapat segera membayar hutang-hutangnya karena jumlah kas yang dimiliki perusahaan tidak berlebihan yang artinya cukup untuk operasional, investasi di masa depan dan membayar hutang. Sedangkan jika kepemilikan kas yang rendah maka akan berakibat kurangnya dana yang akan digunakan untuk operasional perusahaan, investasi di masa depan dan macetnya pembayaran hutang. Hal ini 37
akan berakibat ketidakpercayaan kreditor kepada perusahaan sehingga perusahaan akan sulit mendapatkan pendanaan dari kreditor. Dan sebaliknya, jika kepemilikan kas yang dimiliki perusahaan dinilai terlalu berlebihan dan tinggi maka perusahaan tersebut membuat penurunan nilai perusahaan melalui akuisisi dan merger. Hal ini dikarenakan perlindungan terhadap saham lemah sehingga dapat menurunkan nilai perusahaan. Dalam penelitian Isshaq, et. al. (2009) yang menyatakan bahwa variabel cash holdings dapat diukur dengan log dari saldo kas neraca akhir tahun atau kas setara kas. Cash Holding = Log (year end cash balances) b. Cash Holding Theory 1) Teori Agency Problem Agency theory mengungkapkan dua hipotesis pada kebijakan tingkat pemegangan kas perusahaan, yang pertama adalah teori free cash flow dimana perusahaan menimbun jumlah kas yang terlalu besar dan manajemen memilih menimbun kas tersebut untuk kepentingan pribadi dibanding harus membayarkannya pada shareholder dan untuk mendapatkan kemudahan dan fleksibilitas (Opler, et. al., 1999) dan yang kedua adalah teori Risk-Reduction dimana manajer perusahaan yang risk averse, akan meningkatkan cash holding mereka untuk mengurangi eksposur risiko. 38
2)
Teori Pecking Order Teori Pecking Order mengungkapkan adanya hierarki dalam pendanaan. Perusahaan memilih untuk menggunakan pendanaan internal terlebih dahulu untuk kemudian pendanaan eksternal dikarenakan adanya biaya dari biaya ketidaksimetrisan informasi. Adapun hierarki pendanaan yang memiliki biaya terkecil hingga terbesar adalah menggunakan laba ditahan, menerbitkan utang risiko rendah, utang risiko tinggi dan pilihan terakhir menerbitkan ekuitas.
3)
Teori Trade Off Teori
ini
mengemukakan
bahwa
perusahaan
akan
memaksimalkan nilai perusahaan berdasarkan pertimbangan akan biaya dan keuntungan dari memegang kas. Perusahaan memegang kas dikarenakan adanya keuntungan yang berasal dari motif transaksional dan motif jaga-jaga. Keuntungan dari transaction motives adalah perusahaan bisa menghemat biaya transaksi dengan menggunakan kas sebagai alat pembayaran selain harus melikuidasi aset. Hal ini berarti perusahaan lebih suka menggunakan kasnya untuk membayar hutang-hutangnya. Sedangkan
precautionary
motives
atau
motif
jaga-jaga
menunjukkan perusahaan bisa menghimpun cadangan kas yang lebih banyak untuk menghindari adanya risiko di masa yang akan datang atau untuk membiayai aktifitas dan investasinya 39
(Keynesian, 1936). Dengan demikian perusahaan mendapatkan keuntungan atas investasinya di masa depan. 5. Kualitas Audit Laporan keuangan auditan yang berkualitas, relevan dan reliabilitas dihasilkan dari audit yang dilakukan oleh auditor yang berkualitas. Pengguna laporan keuangan lebih mempercayai laporan keuangan yang diaudit oleh auditor berkualitas tinggi daripada yang diaudit oleh auditor tidak berkualitas karena mereka menganggap bahwa auditor yang berkualitas tinggi akan lebih efektif dalam melakukan proses audit untuk mendeteksi salah saji atau kecurangan dikarenakan kebutuhan mereka untuk mempertahankan kreditibilitas. Kualitas Audit diartikan oleh De Angelo (1981) dalam Alim, dkk. (2007) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi klien. Sedangkan Deis dan Groux dalam Alim, dkk. (2007) menjelaskan bahwa probabilitas untuk menemukan pelanggaran tergantung pada kemampuan teknis auditor dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Seorang auditor dituntut untuk dapat menghasilkan kualitas pekerjaaan yang tinggi, karena auditor mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan termasuk masyarakat dan tidak hanya bergantung pada klien saja.
40
Kualitas audit terkait dengan adanya jaminan auditor bahwa laporan keuangan tidak menyajikan kesalahan yang material atau memuat kecurangan. Jaminan ini dapat dilihat dari ukuran KAP atau skala auditor yang terbagi menjadi dua yaitu KAP big four dan KAP non big four yang diukur menggunakan variabel dummy yaitu satu untuk perusahaan yang telah diaudit oleh KAP big four dan nol untuk perusahaan yang diaudit oleh KAP non big four. Sedangkan, De Angelo (1981) dalam Alim, dkk. (2007)
menyatakan bahwa kualitas audit dapat dilihat dari tingkat kepatuhan auditor
dalam
melaksanakan
berbagai
tahapan
yang
seharusnya
dilaksanakan dalam sebuah kegiatan pengauditan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kualitas audit menyangkut kepatuhan auditor dalam memenuhi hal yang
bersifat
prosedural
untuk
memastikan
keyakinan
terhadap
keterandalan laporan keuangan. Menurut Herawaty (2008) mengemukakan bahwa kualitas audit sering dikaitkan dengan skala auditor , yang dipandang mempunyai kelebihan dalam empat hal, yaitu : a.
Besarnya jumlah dan ragam klien yang ditangani KAP;
b.
Banyaknya ragam jasa yang ditawarkan;
c.
Luasnya
cakupan
geografis,
termasuk
adanya
afiliasi
international; d.
Banyaknya jumlah staf audit dalam suatu KAP.
Dengan demikian, diperkirakan bahwa dibandingkan dengan KAP non big four, KAP big four mempunyai kemampuan yang lebih baik 41
dalam melakukan audit, sehingga mampu menghasilkan kualitas audit yang lebih tinggi. Banyak penelitian menemukan kualitas audit berkorelasi positif dengan kredibilitas auditor dan berkorelasi negatif dengan kesalahan laporan keuangan. Laporan keuangan yang berkualitas merupakan salah satu elemen penting dalam meningkatkan perusahaan. Hal ini disebabkan laporan keuangan merupakan salah satu informasi yang diperlukan oleh investor untuk menentukan strategi investasi dan untuk melakukan berbagai analisis menilai sebuah perusahaan. 6. Nilai Perusahaan Nilai perusahaan dapat dilihat melalui nilai pasar atau nilai buku perusahaan
dari
ekuitasnya.
Dalam
neraca
keuangan,
ekuitas
menggambarkan total modal perusahaan dan nilai pasar bisa menjadi ukuran nilai perusahaan. Penilaian terhadap perusahaan, tidak hanya mengacu pada nilai nominal tetapi dapat juga dilihat dari kinerja perusahaannya. Sedangkan menurut Keown, et. al. (2003), nilai perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas perusahaan yang beredar. Harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli diartikan sebagai harga pasar atas perusahaan itu sendiri. Di bursa saham, harga pasar berarti harga yang bersedia dibayar oleh investor untuk setiap lembar saham perusahaan. Oleh karenanya dapat dikatakan bahwa nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan yang selalu dikaitkan oleh harga saham.
42
Menurut Keown, et. al. (2003) terdapat variabel-variabel kuantitatif yang dapat digunakan untuk memperkirakan nilai suatu perusahaan, antara lain: nilai buku, nilai pasar saham, nilai appraisal, dan nilai arus kas. Nilai buku merupakan jumlah aktiva dari neraca dikurangi kewajiban yang ada atau modal pemilik. Nilai buku tidak menghitung nilai pasar dari suatu perusahaan secara keseluruhan karena perhitungan nilai buku berdasarkan pada data historis dari aktiva perusahaan. Nilai pasar saham adalah suatu pendekatan untuk memperkirakan nilai bersih dari suatu bisnis. Apabila saham didaftarkan dalam bursa sekuritas dan secara luas diperdagangkan, maka pendekatan nilai dapat dibangun berdasarkan nilai pasar. Pendekatan nilai merupakan suatu pendekatan yang paling sering digunakan dalam menilai perusahaan besar, dan nilai ini dapat berubah dengan cepat. Nilai appraisal perusahaan yang berdasarkan appraiser independent akan mengijinkan pengurangan terhadap goodwill apabila harga aktiva perusahaan meningkat. Goodwill dihasilkan sewaktu nilai pembelian perusahaan melebihi nilai buku aktivanya. Nilai arus kas yang diharapkan adalah nilai yang dipakai dalam penilaian merger atau akuisisi. Nilai sekarang dari arus kas yang telah ditentukan akan menjadi maksimum dan harus dibayar oleh perusahaan yang ditargetkan (target firm), pembayaran awal kemudian dapat dikurangi untuk menghitung nilai bersih sekarang dari merger. Nilai sekarang (present value) adalah arus kas bebas dimasa yang akan datang. 43
Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (Brigham, 1996). Nilai perusahaan dapat tercermin dari harga sahamnya. Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Kekayaan pemegang saham dan perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan (financing), dan manajemen aset. Secara umum banyak metode dan teknik yang telah dikembangkan dalam penilaian perusahaan, diantaranya adalah: a) pendekatan laba antara lain metode rasio tingkat laba atau price earning ratio atau metode kapitalisasi proyeksi laba; b) pendekatan arus kas antara lain metode diskonto arus kas; c) pendekatan dividen antara lain metode pertumbuhan dividen; d) pendekatan aktiva antara lain metode penilaian aktiva; e) pendekatan harga saham; f) pendekatan economy value added. Salah satu
alternatif
yang dapat
digunakan adalah dengan
menggunakan rasio Tobin’s Q. Rasio ini dikembangkan oleh Profesor James Tobin (1967) dan dinilai dapat memberikan informasi yang paling baik, karena rasio ini dapat menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi dalam perusahaan seperti terjadinya perbedaan cross sectional dalam 44
pengambilan keputusan investasi. Rasio ini merupakan konsep yang berharga karena dapat menunjukan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian setiap dana yang diinvestasikan. Jika rasio Tobin’s Q diatas satu, ini menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi sehingga akan menarik munculnya investasi baru sedangkan jika rasio Tobin’s Q dibawah satu menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva tidak menarik investor untuk memberikan investasinya yang baru. Menurut Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011) yang menyebutkan bahwa nilai perusahaan diukur melalui Tobins Q, yang diformulasikan :
Dimana : Tobins Q
: Nilai perusahaan
MVE
: Nilai Ekuitas Pasar (Market Value Equity)
D
: Nilai buku dari total hutang
BVE
: Nilai buku dari equitas (Book Value Equity)
Market Value Equity (MVE) diperoleh dari hasil perkalian harga saham penutupan akhir tahun (closing price )dengan jumlah saham yang beredar pada akhir tahun. Book Value Equity (BVE) diperoleh dari selisih total aset perusahaan dengan total kewajibannya. Menurut Smithers dan Wright (2007), keunggulan Tobin’s Q adalah : a.
Tobin’s Q mencerminkan aset perusahaan secara keseluruhan; 45
b.
Tobin’s Q mencerminkan sentimen pasar, misalnya analisis dilihat dari prospek perusahaan atau spekulasi;
c.
Tobin’s Q mencerminkan modal intelektual perusahaan;
d.
Tobin’s Q dapat mengatasi masalah dalam memperkirakan tingkat keuntungan atau biaya marjinal. Sedangkan kelemahan Tobin’s Q yang dikemukakan juga oleh
Smithers dan Wright (2007) adalah bahwa Tobin’s Q dapat menyesatkan dalam pengukuran kekuatan pasar karena sulitnya memperkirakan biaya atas pergantian atas harta, pengeluaran untuk iklan dan penelitian serta pengembangan menciptakan aset tidak berwujud. B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis Adapun keterkaitan antar variabel dependen dan independen dalam penelitian ini adalah: 1. Struktur Kepemilikan Dalam perspektif teori agensi, agen yang risk adverse dan cenderung mementingkan dirinya sendiri akan mengalokasikan resources dari investasi yang tidak meningkatkan nilai perusahaan ke alternatif investasi yang lebih menguntungkan. Permasalahan agensi akan mengindikasikan bahwa nilai perusahaan akan naik apabila pemilik perusahaan bisa mengendalikan perilaku manajemen agar tidak menghamburkan resources perusahaan, baik dalam bentuk investasi yang tidak layak maupun dalam bentuk shirking. Struktur kepemilikan yang baik mampu mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan 46
meningkatkan nilai perusahaan kepada para pemegang saham. Dengan demikian, struktur kepemilikan yang baik dipercaya dapat meningkatkan nilai perusahaan. a.
Hubungan Kepemilikan Manajerial dengan Nilai Perusahaan Jensen dan Meckling (1976) menemukan bahwa kepemilikan manajerial berhasil menjadi mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan
dari
manajer
dengan
menyelaraskan
kepentingan-
kepentingan manajer dengan pemegang saham. Penelitian mereka menemukan bahwa kepentingan manajer dengan pemegang saham eksternal dapat disatukan jika kepemilikan saham oleh manajer diperbesar sehingga manajer tidak akan memanipulasi laba untuk kepentingannya. Kepemilikan manajerial dengan pemikiran bahwa sensitivitas manajemen terhadap pengaruh para pemegang saham akan tergantung pada tingkat kontrol kepemilikan manajerial. Manajemen dengan kontrol kepemilikan besar memiliki insentif yang lebih rendah untuk melakukan self-serving behavior yang tidak meningkatkan nilai perusahaan dan bisa jadi memiliki lebih banyak kecenderungan untuk menerapkan kebijakan akuntansi konservatime untuk meningkatkan kualitas laba. Sesuai yang dikemukakan Jensen dan Meckling (1976), bahwa semakin besar proporsi kepemilikan manajerial maka manajemen cenderung berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham untuk meningkatkan nilai perusahaan. Hal ini sesuai 47
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011) yang
menemukan bahwa kepemilikan manajerial terbukti
mempengaruhi nilai perusahaan. Hal ini berarti tinggi rendahnya kepemilikan saham oleh jajaran manajemen berkaitan dengan tinggi rendahnya nilai perusahaan. Temuan ini tidak didukung oleh Seifert, Gonenc dan Wright (2005), Short dan Keasey (1999), Crasswell, et. al. (1997), Hermalin dan Weisbach (1991), McConnel dan Servaes (1990; 1995) dan Morck, Shleifer dan Vishny (1998) dalam Saputra (2010) yang menunjukkan bahwa hubungan di antara nilai perusahaan dan kepemilikan internal tidak linear bagi sampel di Amerika Serikat. Dalam jumlah pertama, diperoleh nilai perusahaan berkurang apabila kepemilikan bertambah. Dalam jumlah kedua didapat pertambahan kepemilikan
manajerial
dikaitkan
dengan
pengurangan
nilai
perusahaan. Dengan demikian keterkaitan antara kepemilikan manajerial dan nilai perusahaan yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan melalui hipotesis alternatif pertama yang diajukan adalah: Ha1:Interaksi antara Kepemilikan Manajerial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Nilai Perusahaan. b.
Hubungan Kepemilikan Institusional dengan Nilai Perusahaan Investor institusional yang sering sebut sebagai investor yang canggih (sophisticated), seharusnya lebih dapat menggunakan 48
informasi periode sekarang dalam memprediksi laba masa depan dibanding investor non instusional. Balsam, et. al. (2002) dalam Herawaty (2008)
menemukan
hubungan
yang
negatif
antar
discretionary accrual yang tidak diekspektasi dengan imbal hasil di sekitar tanggal pengumuman karena investor institusional mempunyai akses atas sumber informasi yang lebih tepat waktu dan relevan yang dapat mengetahui keberadaan. Selain itu, banyak institusional pada hakikatnya tidak melakukan pengawasan penuh terhadap peusahaan publik sehingga manajer dapat mengambil keputusan yang leluasa didalam pengelolaan manajemen perusahaan. Akibatnya, investor institusi ini gagal untuk memberikan kontribusi positif lebih cepat dan lebih mudah dibandingkan investor individual. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sujoko dan Soebiantoro (2007) yang menemukan bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Karena dengan adanya kepemilikan institusional menunjukkan bahwa manajemen
akan
mendapat
pengawasan
dalam
operasional
perusahaan sehingga pengambilan keputusan perusahaan pun akan lebih efektif dan efisien. Hal ini akan meningkatkan nilai perusahaan. Kepemilikan institusional dimaksudkan untuk mempertahankan kredibilitas dari laporan keuangan dan perlindungan terhadap perilaku seperti manajemen laba. Pemantauan yang efektif oleh kepemilikan 49
institusional akan menghubungkan antara kompensasi dengan kinerja. Apabila kompensasi tidak dikaitkan dengan ukuran kinerja seperi laba, maka akan mengurangi manajemen laba. Dari berbagai keterkaitan antara kepemilikan institusional dengan nilai perusahaan diatas, maka dapat dirumuskan melalui hipotesis alternatif kedua dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Ha2:Interaksi
antara
Kepemilikan
Institusional
memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap Nilai Perusahaan 2. Hubungan Dividend Payout Ratio dengan Nilai Perusahaan Manajer harus memutuskan bagaimana membiayai perusahaan – bauran utang dan ekuitas apa yang harus digunakan, dan jenis sekuritas utang serta ekuitas khusus apa yang harus diterbitkan. Selain itu manajer keuangan harus memutuskan berapa persentase laba saat ini untuk membayar dividen daripada yang ditahan dan diinvestasikan kembali, hal ini disebut keputusan kebijakan dividen (dividend policy decision). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hatta (2002) yang menyatakan bahwa kebijakan dividen memiliki pengaruh negatif terhadap nilai perusahaan yang berarti semakin tinggi dividend payout ratio suatu perusahaan maka nilai perusahaan tersebut semakin rendah. Temuan ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasnawati (2005) yang menyatakan bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Gordon (1962) tentang bird in the hands theory yang artinya bahwa pemegang saham 50
lebih menyukai dividen yang tinggi karena memiliki kepastian yang tinggi dibandingkan capital gain. Berdasarkan keterkaitan antara dividend payout ratio dengan nilai perusahasaan diatas maka dapat dirumuskan melalui hipotesis alternatif keempat yang diajukan sebagai berikut: Ha3 : Interaksi antara Dividend Payout Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Nilai Perusahaan 3.
Hubungan Cash Holding dengan Nilai Perusahaan Kepemilikan kas dalam perusahaan mengindikasikan kelikuiditasan perusahaan tersebut, jika kas pada perusahaan tersebut cukup atau tidak berlebihan. Sedangkan, jika jumlah kas terlalu rendah maka berakibat kurangnya dana yang akan digunakan untuk operasi perusahaan dan investasi masa depan. Dan jika kepemilikan kas yang dimiliki perusahaan tinggi atau berlebihan, perusahaan cenderung membuat penurunan nilai perusahaan melalui akuisisi dan merger. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Kin-Wai Lee dan ChengFew Lee (2008) yang menemukan hubungan negatif antara tingkat kepemilikan kas dengan nilai perusahaan. Hal ini disebabkan banyaknya perusahaan yang belum menerapkan tata kelola perusahaan yang baik sehingga lebih cepat menghabiskan kepemilikan kas mereka untuk investasi yang tidak efisien. Investasi yang tidak efisien akan memberi konsekuensi pada profitabilitas perusahaan dan juga nilai perusahaan.
51
Berdasarkan keterkaitan antara cash holding dan nilai perusahaan yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan hipotesis alternatif keempat yang diajukan sebagai berikut: Ha4:Interaksi antara Cash Holding memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Nilai Perusahaan 4. Hubungan Kualitas Audit dengan Nilai Perusahaan Kualitas audit mencerminkan kredibilitas auditor yang digunakan dan kesalahan dalam laporan keuangan. Semakin kredibel laporan keuangan yang diaudit oleh auditor maka semakin baik kualitas laporan keuangan yang dihasilkan dan disampaikan kepada penggunanya terutama pemegang saham. Sehingga semakin baik tingkat kepercayaan dan keputusan yang diambil oleh pemegang saham. Dengan begitu nilai perusahaan akan meningkat. Hal ini didukung oleh penelitian Herawaty (2008) yang menyatakan bahwa kualitas audit berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Dengan meningkatnya kualitas audit maka perilaku oportunis manajer dapat dibatasi. Perilaku oportunis yang rendah akan menurunkan agency cost. Agency cost yang menurun akan menambah laba dan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan. Oleh karena itu, dari keterkaitan antara kualitas audit dengan nilai perusahaan yang telah diuraikan tersebut maka dapat dirumuskan melalui hipotesis alternatif kelima yang diajukan sebagai berikut :
52
Ha5:Interaksi antara Kualitas Audit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Nilai Perusahaan 5. Hubungan
Kepemilikan
Manajerial,
Kepemilikan
Institusional,
Dividend Payout Ratio, Cash Holding, dan Kualitas Audit dengan Nilai Perusahaan Menurut
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Sofyaningsih
dan
Hardiningsih (2011) yang menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, kepemiilikan institusional, dan kebijakan dividen berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan. Begitupun dengan Ikbal, dkk. (2011) yang menyatakan bahwa kepemilikan insider dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan dapat disimpulkan bahwa variabel eksogen dalam hal kepemilikan insider dan variabel endogen yaitu kebijakan dividen merupakan variabel penjelas
yang secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Adapun Herawaty (2008) juga menyatakan bahwa struktur kepemilikan manajerial dan institusional serta kualitas audit berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan. Oleh karena itu, dari keterkaitan antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dividend payout ratio, cash holding, dan kualitas audit dengan nilai perusahaan yang telah diuraikan tersebut maka dapat dirumuskan melalui hipotesis alternatif kelima yang diajukan sebagai berikut :
53
Ha6:Interaksi
antara
Kepemilikan
Manajerial,
Kepemilikan
Institusional, Dividend Payout Ratio, Cash Holding dan Kualitas Audit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Nilai Perusahaan C. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian – penelitian sebelumnya, yang peneliti jadikan landasan dasar pengujian hipotesis dalam penelitian ini diantaranya penelitian yang telah dilakukan oleh: 1. Hamonangan Siallagan dan Mas’ud Machfoedz (2006) Penelitian mengenai struktur corporate governance, kualitas laba dan nilai perusahaan. Dengan menggunakan sebanyak 74 sampel dan sejumlah 198 observasi, hasil penelitiannya mengindikasikan bahwa pertama, sebagai berikut: (1) Kepemilikan manajerial secara positif mempengaruhi kualitas laba, (2) Dewan komisaris secara negatif mempengaruhi kualitas laba, (3) Komite audit secara positif mempengaruhi kualitas laba. Kedua kualitas laba secara positif mempengaruhi nilai perusahaan. Ketiga corporate governance mempengaruhi nilai perusahaan. Dan yang terakhir adalah hasilnya mengindikasikan bahwa kualitas laba bukan merupakan intervening variable antara corporate governance dan nilai perusahaan. 2. Tendi Haruman (2008) Penelitian tentang pengaruh struktur kepemilikan terhadap keputusan keuangan dan nilai perusahaan, survey pada perusahaan manufaktur di PT. Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode penelitiannya adalah metode ex post facto, sedangkan metode analisis yang digunakan 54
regresi bertahap dengan metode regresi linier berganda dengan 2SLS (twostageleast square). Variabel yang digunakan ada 4 variabel endogen atau independen yaitu nilai perusahaan, keputusan pendanaan, keputusan keuangan,
keputusan
dividen,
sedangkan
variabel
eksogen
atau
independennya adalah managerial ownership, institusional ownership, struktur aset, ukuran perusahaan, tingkat risiko, profitability, likuiditas, dan pertumbuhan perusahaan. Hasil dari penelitian ini adalah (1) Pada model keputusan pendanaan (DER) terlihat bahwa secara simultan variabel managerial ownership, institusional ownership, dividend payout ratio, size, risk, berpengaruh positif terhadap DER. Sedangkan, variabel investasi, struktur aset berpengaruh negatif pada DER. (2) Pada keputusan investasi ( TA Growth) terlihat bahwa secara simultan dan parsial variabel managerial ownership, institusional ownership, dividend payout ratio, size, risk, berpengaruh negatif terhadap investasi. Sedangkan variabel debt equity ratio dan growth berpengaruh positif terhadap investasi. (3) Pada keputusan dividen bahwa secara simultan variabel managerial ownership, institusional ownership, investasi, liquidity, berpengaruh negatif terhadap DPR. Sedangkan variabel debt equity ratio dan risk berpengaruh positif terhadap DPR. (4) Pada nilai perusahaan dapat diketahui bahwa variabel managerial ownership, Institusional ownership, DER, Investasi dan DPR berpengaruh negatif terhadap closing price (nilai perusahaan).
55
3. Vinola Herawaty (2008) Penelitian tentang "Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earning Management Terhadap Nilai Perusahaan" oleh Vinola Herawaty (2008) membuktikan bahwa variabel Corporate Governance mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan dengan variabel komisaris independen dan kepemilikan institusional. Kepemilikan manajerial akan menurunkan nilai perusahaan sedangkan klasifikasi akuntan publik akan meningkatkan nilai perusahaan. Dalam penelitian ini mengambil populasi perusahaan-perusahaan non keuangan yang telah listing di BEI tahun 2004 - 2006. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. 4. Zangina Isshaq, Godfred. A. Bokpin and Joseph Mensah Onumah (2009) Penelitian mengenai hubungan antara corporate governance, struktur kepemilikan, dan cash holding dengan nilai perusahaan sebagai variabel dependen. Dalam penelitiannya, Isshaq, et. al. menemukan bahwa variabel corporate governance yaitu ukuran dewan direksi dan pertemuan dewan berpengaruh secara positif signifikan terhadap nilai perusahaan yang diproksikan melalui dari harga saham. Sementara itu, ditemukan hubungan negatif tidak signifikan antara proporsi dewan komisaris independen, struktur kepemilikan saham, dan cash holding terhadap nilai perusahaan. Dan untuk variabel kontrol yaitu terdapat hubungan positif signifikan antara risiko finansial dan dividend payout ratio (DPR) terhadap nilai
56
perusahaan, serta positif tidak signifikan antara investment opportunity terhadap nilai perusahaan. 5. Sri Sofyaningsih dan Pancawati Hardiningsih (2011) Penelitian ini mengenai struktur kepemilikan, kebijakan dividen, kebijakan utang dan nilai perusahaan. Dalam penelitiannya, Sofyaningsih dan Hardiningsih menemukan bahwa
kepemilikan manajerial terbukti
mempengaruhi nilai perusahaan, artinya tinggi rendahnya kepemilikan saham oleh jajaran manajemen berkaitan dengan tinggi rendahnya nilai perusahaan. 6. Muhammad Ikbal, Sutrisno, dan Ali Djamhuri (2011) Penelitian ini mengenai pengaruh profitabilitas dan kepemilikan insider terhadap nilai perusahaan dengan kebjakan utang dan kebijakan dividen sebagai variabel intervening. Dalam penelitiannya, Ikbal, dkk. menemukan bahwa kepemilikan insider berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. 7. Achmad Arif Rahman dan Rovila El Maghviroh (2011) Penelitian mengenai pengaruh corporate social responsibility (csr), kepemilikan manajerial dan institusional terhadap
nilai perusahaan.
Dalam penelitiannya, Rahman dan Maghviroh menemukan bahwa kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial di Indonesia khususnya untuk perusahaan manufaktur masih rendah sehingga pihak manajemen masih kurang termotivasi dalam meningkatkan nilai 57
perusahaan. Selain itu, hasil dari penelitian ini menemukan bahwa kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional yang merupakan pemilik mayoritas cenderung berpihak pada manajemen dan mengarah pada kepentingan pribadi sehingga mengabaikan pemegang saham minoritas dan hal ini direspon negatif oleh pasar.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu PENELITI
Sri Hasnawati, (2005)
Ivalina Kalcheva and Karl V. Lins, (2006)
JUDUL
VARIABEL
ALAT ANALISIS
HASIL
Implikasi
Keputusan
Analisis
Variabel
Keputusan
keuangan sebagai
regresi
keputusan
Investasi,
variabel
investasi,
Pendanaan,
independen atau
keputusan
dan Dividen
eksogen dan yang
pendanaan, dan
terhadap Nilai
digunakan
keputusan dividen
Perusaahaan di
sebagai variabel
secara parsial
Indonesia
dependen atau
berpengaruh
endogen adalah
positif terhadap
nilai perusahaan.
nilai perusahaan.
International
Variabel
Analisis
Evidence on
dependen : Tobins regresi
-Ditemukan
Cash Holdings
Q (Value)
cross-
hubungan yang
and Expected
Variabel
sectonal
negatif antara cash
Managerial
Independen :
holdings dengan
Agency
Cash Holding,
financial value
58
Problems
Divident payment,
- Ditemukan
Managerial
hubungan negatif
Control,
antara dividen dan
Shareholders
firm value
right
Tendi Haruman, (2008)
Pengaruh
Empat variabel
Regresi
Variabel INV,DPR
Struktur
endogen atau
bertahap
Institusional
Kepemilikan
dependen yaitu
dengan
Ownership
terhadap
nilai perusahaan,
metode
berpengaruh
Keputusan
DER, INV, DPR.
regresi linier signifikan positif
keuangan dan
Sedangkan
berganda
terhadap Nilai
Nilai
variabel eksogen
dengan
Perusahaan.
Perusahaan,
atau
2SLS (two-
Variabel
Survey pada
independennya
stageleast
Managerial
Perusahaan
adalah
square).
Ownership
Manufaktur di
managerial
berpengaruh
PT. Bursa Efek ownership,
signifikan negatif
Indonesia.
institusional
terhadap Nilai
ownership,
Perusahaan.
struktur aset,
Sedangkan
ukuran
variabel DER tidak
perusahaan,
berpengaruh
tingkat risiko,
signifikan terhadap
profitability,
nilai perusahaan.
likuiditas, dan pertumbuhan perusahaan. Vinola Herawati, (2008)
Peran Praktek
Penelitian ini
Analisis
Variabel yang
Corporate
menggunakan
regresi linier berpengaruh
Governance
variabel dependen berganda
signifikan terhadap
59
sebagai
atau terikat yaitu
nilai perusahaan
moderating
nilai perusahaan
adalah Earning
variabel dari
Variabel
Management,
Pengaruh
Independen
corporate
Earnings
adalah earnings
governance
Management
management, dan
(Komisaris
terhadap Nilai
variabel
Independen,
Perusahaan.
Moderating
Kepemilikan
pada sektor
adalah Corporate
Institusional,
perbankan
Governance
Kepemilikan
yang Go
(komisaris
Manajerial dan
Public di BEJ
independen,
Kualitas Audit),
kepemilikan
ukuran perusahaan
manajerial, kepemilikan institusional, dan kualitas audit) Variabel Kontrol : ukuran perusahaan). Zangina Ishaaq, Godfred. A. Bokpin and Joseph Mensah Onumah (2009)
Corporate
Variabel
Analisis
Variabel signifikan
governance,
Dependen : firm
Regresi
positif : Board
ownership
value
Multivariate size, board
structure,cash
Variabel
independen, board
holdings, and
independen:
intensity, DPR,
firm value on
Corporate
dan leverage.
the Ghana
governance
Variabel yang
Stock
(Board size,
tidak signifikan:
Exchange
Board
cash holding
Independennce,
(kepemilikan kas).
60
board intensity), ownerships structure ,cash holding, Variabel Control: leverage, DPR, Tobins Q) Variabel
Achmad Arif Rachman dan Rovila
El
Maghviroh, (2011)
Pengaruh
Dependen: Nilai
Variabel signifikan
Corporate
Perusahaan
positif Corporate
Social
Variabel
Social
Responsibilty
Independen:
Analisis
Responsibility;
(CSR),
Corporate Social
Regresi
Variabel
Kepemilikan
Responsibility,
Linier
tidak
Berganda
kepemilikan
Manajerial dan Kepemilikan Institusional
Manajerial dan
yang signifikan
manajerial
terhadap Nilai Institusional
kepemilikan
Perusahaan
institusional.
terhadap Nilai
dan
Perusahan
Struktur Sri
Kepemilikan,
Sofyaningsih
Kebijakan
dan
Dividen,
Pancawati
Kebijakan
Hardiningsih,
Utang
(2011)
Nilai Perusahaan
dan
Variabel
Variabel
yabg
Dependen: Nilai
signifikan
Perusahaan
Kepemilikan
Variabel
Manajerial
:
Independen :
Analisis
Variabel
yang
Kepemilikan
Regresi
tidak signifikan :
Manajerial,
Linier
Kepemilikan
Kepemilikan
Institusional,
Institusional,
Kebijakan Dividen
Kebijakan
dan
Dividen dan
Utang
Kebijakan
61
Kebijakan Utang Variabel Kontrol : Ukuran, Pertumbuhan dan Kinerja Perusahaan Pengaruh Profitabilitas
Variabel
dan
Dependen : Nilai
Variabel signifikan
Kepemilikan
Perusahaan
positif:
Insider
Variabel
Profitabilitas,
Muhammad
terhadap Nilai Independen :
Ikbal,
Perusahaan
Profitabilitas dan
Sutrisno, dan dengan
Kepemilikan
Ali Djamhuri Kebijakan
Insider
(2011)
Utang
dan
Kepemilikan Path Analysis
Insider Variabel signifikan negatif : Kebijakan
Variabel
utang
Kebijakan
Intervening :
Variabel
Dividen
Kebijakan Utang
tidak signifikan :
sebagai
dan Kebijakan
Kebijakan dividen
Variabel
Dividen
yang
Intervening
D. Kerangka Pemikiran Berdasarkan uraian sebelumnya, gambaran menyeluruh yang merupakan kerangka konseptual mengenai pengaruh struktur kepemilikan diwakili oleh kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional, dividend payout ratio cash holding, dan kualitas audit terhadap nilai perusahaan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1 di halaman berikutnya.
62
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini termasuk ke dalam kelompok data time series dengan melihat dari dimensi waktu yang digunakan selama periode penelitian yaitu lima tahun, dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal komparatif yaitu penelitian yang menggambarkan hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih (Indriantoro dan Supomo, 2002). Peneliti bermaksud untuk menganalisis pengaruh variabel independen yakni struktur kepemilikan yang diukur melalui kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional, dividend payout ratio, cash holding serta kualitas audit terhadap variabel dependen yakni nilai perusahaan baik secara parsial maupun simultan. B. Metode Penentuan Sampel Sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang dipilih menggunakan proses tertentu sehingga dapat mewakili populasi. Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling yaitu tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu. Adapun kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah : 63
1.
Perusahaan non financial dan non BUMN yang terdaftar di BEI pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2011.
2.
Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan yang berakhir pada tanggal 31 Desember selama periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2011.
3.
Perusahaan yang memiliki laporan keuangan tahunan (annual report) tahun 2007 sampai dengan tahun 2011, memiliki data keuangan dan data pasar yang lengkap.
4.
Perusahaan yang mempunyai kelengkapan data mengenai kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan auditor eksternal.
5.
Perusahaan yang selalu membagikan dividen selama periode pengamatan yaitu periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2011.
C. Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang merupakan data sekunder. Data sekunder yaitu data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) (Indriantoro dan Supomo, 2002) berupa laporan keuangan tahunan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) selama lima tahun berturut-turut mulai periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2011. Data kuantitatif tersebut diukur dalam suatu skala rasio dan skala nominal. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dan didapatkan dengan cara:
64
1.
Metode dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan, mencatat, mengkaji data sekunder secara tidak langsung melalui media perantara yang berupa annual report dari seluruh perusahaan go public kecuali financial dan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2007 sampai dengan 2011. Data dalam penelitian ini didapatkan dari factbook dan download melalui situs www.idx.co.id. Dengan datadata tersebut bisa digunakan untuk perhitungan variabel dalam penelitian ini, yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dividend payout ratio, cash holding, kualitas audit, dan nilai perusahaan.
2.
Metode studi pustaka, yaitu dengan melakukan telaah pustaka, eksplorasi dan mengkaji berbagai literatur pustaka seperti jurnal, tesis, surat kabar, dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penelitian. Hal ini disebabkan kepustakaan adalah bahan utama dalam penelitian data sekunder (Indriantoro dan Supomo, 2002).
D. Metode Analisis Data Terdapat beberapa teknik statistik yang dapat digunakan untuk menganalisis data. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mendapatkan informasi yang relevan yang terkandung dalam data tersebut dan menggunakan hasilnya untuk memecahkan suatu masalah. Sebelum analisis regresi dilakukan, maka harus diuji dulu dengan uji asumsi klasik untuk memastikan apakah model regresi yang digunakan tidak terdapat masalah normalitas, multikolonieritas, heteroskedastisitas, dan autokolerasi. Jika terpenuhi maka model analisis layak untuk digunakan. 65
Dalam penelitian ini, pengujian hipotesis dan pengujian asumsi klasik dilakukan dengan menggunakan alat analisis statistik yaitu berupa output SPSS. SPSS yang digunakan adalah SPSS versi 19. 1. Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara menggambarkan sampel data yang telah dikumpulkan dalam kondisi sebenarnya tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku umum dan generalisasi. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberi gambaran umum mengenai demografi responden dalam penelitian dan deskripsi mengenai variabel - variabel penelitian (struktur kepemilikan, dividend payout ratio, cash holding, kualitas audit, dan nilai perusahaan). Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, minimum (Ghozali, 2011). Mean digunakan untuk mengetahui rata-rata data yang bersangkutan. Standar deviasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar data yang bersangkutan bervariasi dari rata-rata. Nilai maksimum digunakan untuk mengetahui jumlah terbesar data yang bersangkutan. Nilai minimum digunakan untuk mengetahui jumlah terkecil data yang bersangkutan bervariasi dari rata-rata.
66
2. Uji Asumsi Klasik a.
Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui, bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar, maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Jika terdapat normalitas, maka residual akan terdistribusi secara normal dan independen (Ghozali, 2011). Hal ini menujukkan bahwa terdapat perbedaan antara nilai prediksi dengan skor yang sesungguhnya atau eror akan terdistribusi secara simetri disekitar nilai mean sama dengan nol. Jadi, salah satu cara untuk mendeteksi normalitas adalah lewat pengamatan setiap masing-masing variabel penelitian dan nilai residual. Dasar pengambilan keputusan melalui analisis ini, jika data menyebar disekitar garis diagonal sebagai representasi pola distribusi normal, berarti model regresi memenuhi asumsi normalitas. Dalam penelitian uji normalitas dilakukan dengan dua metode, yaitu: 1)
Analisis Statistik a)
Uji Skewness dan Kurtosis Analisis uji skewness dan kurtosis dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan skewness dari masing-masing variabel penelitian baik variabel independen maupun 67
variabel
dependen.
Skewness
adalah
derajat
ketidaksimetrisan suatu distribusi. Skewed variabel (variabel menceng) adalah variabel yang nilai mean-nya tidak ditengah - tengah distribusi. Sedangkan kurtosis adalah derajat keruncingan suatu distribusi (biasanya diukur relatif terhadap distribusi normal). Uji Skewness dan Kurtosis adalah salah satu cara untuk mendeteksi normalitas melalui pengamatan setiap masing-masing variabel penelitian Nilai z statistik untuk skewness dapat dihitung dengan rumus:
√ ⁄ Sedangkan nilai z kurtosis dapat dihitung dengan rumus:
√
⁄
Nilai Z ini kita bandingkan dengan nilai kritisnya yaitu untuk alpha 0,05 nilai kritisnya 1,96. b)
Uji Statistik Kolmogrov-Smirnov (K-S) Untuk mendeteksi normalitas data dapat juga dilakukan dengan uji Kolmogrov-Smirnov. Uji statistik kolmogrovsmirno adalah salah satu pengujian yang dilakukan untuk mendeteksi normalitas melalui pengamatan nilai residual. Kelebihan dari pengujian ini adalah sederhana dan tidak menimbulkan persepsi di antara satu pengamat dengan pengamat yang lain, yang sering terjadi pada uji normalitas 68
dengan menggunakan grafik. Konsep dasar dari uji normalitas
Kolmogorov-Smirnov
membandingkan
distribusi
data
adalah (yang
dengan
akan
diuji
normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal. Jadi sebenarnya uji Kolmogorov-Smirnov adalah uji beda antara data yang diuji normalitasnya dengan data normal baku. Seperti pada uji beda biasa, jika signifikansi di bawah 0,05 berarti terdapat perbedaan yang signifikan, dan jika signifikansi di atas 0,05 maka tidak terjadi perbedaan yang signifikan. Caranya adalah dengan menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujian yaitu : Ho : Data residual terdistribusi secara normal Ha : Data residual tidak terdistribusi secara normal Penerapan pada uji Kolmogorov Smirnov adalah bahwa jika signifikansi di bawah 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, berarti data tersebut tidak normal dan Ho ditolak. Sedangkan, jika signifikansi di atas 0,05 maka berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang akan diuji dengan data normal baku, artinya data yang kita
69
uji normal karena tidak berbeda dengan normal baku dan Ho diterima. 2)
Analisis Grafik Analisis grafik dilakukan dengan melihat hasil ouput SPSS, berupa grafik normal probability plots dan grafik histogram. Jika titik-titik pada grafik normal probability plots mendekati garis diagonal dan tidak terdapat kemencengan maka model regresi tersebut dapat dikatakan terdistribusi secara normal. Kenormalan tidaknya suatu data yang dideteksi melalui grafik normal probability plots dan grafik histogram, kadang-kadang dapat menyesatkan karena kelihatan distribusinya normal tetapi secara statistik sebenarnya tidak normal.
b.
Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (Ghozali, 2011). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi adalah sebagai berikut: 1)
Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen. 70
2)
Menganalisis matriks korelasi variabel independen. Jika antar variabel ada korelasi yang cukup tinggi (> 0.90) maka hal tersebut merupakan indikasi adanya multikolinieritas.
3)
Dilihat dari nilai tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor
(VIF).
Tolerance
mengukur
variabilitas
variabel
independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi. Nilai yang umum digunakan adalah nilai tolerance > 0.10 atau sama dengan nilai VIF < 10 (Ghozali, 2011). c.
Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual suatu pengamatan
ke
pengamatan
lain
tetap,
maka
disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak ada heteroskedastisitas (Ghozali, 2011). Salah satu cara untuk mendeteksi heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatter plot antara lain prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan 71
ZPRED dimana sumbu Y adalah Y telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah distudentized. Jika ada titik pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit)
maka
mengindikasikan
telah
terjadi
heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2011). Analisis dengan grafik plots memiliki kelemahan yang cukup signifikan. Oleh karena, jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting.
Semakin
sedikit
jumlah
pengamatan
semakin
sulit
menginterpretasikan hasil grafik plot. d.
Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu (problem autokorelasi) pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, salah satunya dapat dilihat dari angka Durbin Watson (D-W) sebagai berikut:
72
1)
Bila nilai D-W terletak antara batas atas (du) dan (4-du) maka koefisien autokorelasi sama dengan nol dan berarti tidak ada autokorelasi.
2)
Bila nilai D-W lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl) maka koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol dan berarti ada autokorelasi positif.
3)
Bila nilai D-W lebih besar daripada (4-dl), maka koefisien autokorelasi lebih kecil daripada nol dan berarti ada autokorelasi negatif.
4)
Bila nilai D-W terletak di antara batas atas (du) dan batas bawah (dl) ataupun terletak antara (4-du) dan (4-dl) berarti hasilnya tidak dapat disimpulkan. Selain uji Dubin Watson, uji statistik lain yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu uji run test. Jika nilai run test memiliki tingkat signifikan di atas > 0,05 berarti tidak terjadi autokorelasi (Ghozali, 2011). 3. Analisis Regresi Berganda Pengujian hipotesis menggunakan alat analisis regresi berganda. Penggunaan regresi ini dimaksudkan untuk mengetahui secara terpisah (parsial) berbagai variabel independen yang ada (dalam hal ini sktruktur kepemilikan yang diwakili kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional, dividend payout ratio, cash holding, dan kualitas audit) tanpa ada pengaruh unsur variabel lain. Sedangkan pengujian hipotesis 73
menggunakan alat analisis regresi berganda. Selain dapat melihat pengaruh masing-masing variabel independen, analisis regresi berganda dapat juga digunakan untuk melihat sejauh mana pengaruh interaksi variabel independen terhadap variabel dependen. Persamaan regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut: Y = 0 + 1X1 +2X2 +3X3 +4X4 +5X5 + Dimana : Q
: Variabel Nilai Perusahaan
0 : Konstanta 1 : Koefisien regresi pertama, yaitu besarnya perubahan Y apabila X1 berubah 1 satuan X1 : Kepemilikan Manajerial 2 : Koefisien regresi kedua, yaitu besarnya perubahan Y apabila X2 berubah 1 satuan X2 : Kepemilikan Institusional 3 : Koefisien regresi kedua, yaitu besarnya perubahan Y apabila X3 berubah 1 satuan X3 : Dividend Payout Ratio 4 : Koefisien regresi keempat, yaitu besarnya perubahan Y apabila X4 berubah 1 satuan X4 : Cash Holding 5 : Koefisien regresi kelima, yaitu besarnya perubahan Y apabila X5 berubah 1 satuan 74
X5
:
Kualitas Audit
e
: Error term
4. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti menunjukkan bahwa kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas dan semakin lemah kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Hal ini berarti semakin kuat kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen (Ghozali, 2011). Dalam Analisis koefisien determinasi, dilakukan pula analisis koefisien korelasi yang digunakan untuk mengetahui apakah diantara dua variabel terdapat hubungan. Jika terdapat hubungan maka bagaimana arah hubungan tersebut untuk mengetahui ada tidaknya hubungan diantara dua variabel maka digunakan tingkat signifikan sebesar 0,05. Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak dan sebaliknya jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima. Analisis koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui derajat atau tingkat keeratan hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. 75
Dari hasil perhitungan tersebut berlaku ketentuan, jika : Positif (+) : Menunjukkan hubungan yang searah antara kedua variabel. Negatif (-) : Menunjukkan hubungan yang berlawanan arah antara kedua variabel. Kekuatan hubungan dua variabel secara kualitatif dapat dibagi dalam empat area yaitu : a.
Jika nilai r berada antara 0,00 sampai dengan 0,25, maka tidak ada hubungan atau hubungan lemah antara variabel dependen dengan variabel independen.
b.
Jika nilai r berada antara 0,26 sampai dengan 0,50, maka hubungan sedang antara variabel dependen dengan variabel independen.
c.
Jika nilai
r berada antara 0,51 sampai dengan 0,75, maka
hubungan kuat antara variabel dependen dengan variabel independen. d.
Jika nilai r berada antara 0,76 sampai dengan 1, maka hubungan sangat kuat atau sempurna antara variabel dependen dengan variabel independen.
5. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji F untuk uji simultan dan Uji t untuk uji parsial.
76
a.
Pengujian secara Simultan (Uji F) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2011). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan alat analisis statistik SPSS. Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut: 1)
Ha ditolak apabila nilai signifikansi probabilitas pada hasil output analisis SPSS untuk uji F berada di atas 0,05 (> 0,05). Artinya variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.
2)
Ha diterima apabila nilai signifikansi probabilitas pada hasil output analisis SPSS untuk uji F berada di bawah 0,05 (< 0,05). Artinya variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.
b.
Pengujian secara Parsial (Uji t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan alat analisis statistik SPSS. Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut :
77
1)
Ha ditolak apabila signifikan t hitung > 0,05 artinya variabel bebas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.
2)
Ha diterima apabila signifikan t hitung < 0,05 artinya variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan pada suatu variabel dengan memberi arti atau menspesifikasikan kegiatan atau membenarkan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen (bebas). Variabel independen adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Dependen a.
Nilai Perusahaan Variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi atau tertanggung oleh variabel lain. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan. Nilai perusahaan merupakan gambaran dari kesejahteraan pemegang saham. Semakin tinggi nilai perusahaan maka dapat menggambarkan semakin sejahtera pula pemiliknya. Nilai perusahaan dapat dilihat melalui nilai 78
pasar atau nilai buku perusahaan dari ekuitasnya. Dalam neraca keuangan, ekuitas menggambarkan total modal perusahaan. Selain itu, nilai pasar bisa menjadi ukuran nilai perusahaan. Menurut
Sofyaningsih
dan
Hardiningsih
(2011)
yang
menyebutkan bahwa nilai perusahaan diukur melalui Tobins Q, yang diformulasikan :
Dimana : Tobins Q
: Nilai perusahaan
MVE
: Nilai Ekuitas Pasar(Market Value Equity)
D
: Nilai buku dari total hutang
BVE
: Nilai buku dari equitas (Book Value Equity)
Market Value Equity (MVE) diperoleh dari hasil perkalian harga saham penutupan akhir tahun (closing price) dengan jumlah saham yang beredar pada akhir tahun. Book Value Equity (BVE) diperoleh dari selisih total aset perusahaan dengan total kewajibannya. 2. Variabel Independen Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen, baik yang pengaruhnya positif maupun yang pengaruhnya negatif. Adapun variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
79
a.
Struktur Kepemilikan Struktur Kepemilikan merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberi keyakinan kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang mereka investasikan. Hal ini berkaitan dengan bagaimana investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi investor dan yakin bahwa manajer tidak akan mencuri/menggelapkan atau
menginvestasikan
ke
dalam
proyek-proyek
yang
tidak
menguntungkan berkaitan dengan dana/kapital yang telah ditanamkan oleh investor serta berkaitan dengan bagaimana para investor mengendalikan para manajer. Struktur kepemilikan yang diproksikan dalam penelitian ini sebagai berikut : 1)
Kepemilikan Manajerial Kepemilikan
Manajerial
merupakan
variabel
yang
menggambarkan besarnya kepemilikan saham oleh direktur dan komisaris dalam perusahaan yang dinyatakan dalam satuan persentase. Manajerial dalam suatu perusahaan terdiri dari karyawan, manager direktur dewan direksi dan komisaris. Namun, dalam penelitian ini hanya menggunakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh direktur dan komisaris Menurut Ikbal, dkk. (2011) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dapat diformulasikan sebagai berikut:
80
Keterangan : D & C SHRS it : Kepemilikan saham oleh direktur dan komisaris perusahaan i pada tahun t. TOTSHRS it
: Jumlah total dari saham biasa perusahaan i yang beredar pada tahun t
2)
Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional adalah jumlah kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak institusi. Kepemilikan institusional yang tinggi dapat menggantikan atau memperkuat fungsi monitoring dan dewan komisaris oleh perusahaan. Hal ini dikarenakan kepemilikan oleh investor institusional merupakan mekanisme alternatif dalam corporate governance. Investor institusional mencakup bank, dana pensiun, perusahaan asuransi, dan lembaga keuangan lainnya. Kepemilikan institusional dihitung dengan jumlah lembar saham yang dimiliki oleh investor institusional dibagi dengan total jumlah lembar saham yang beredar. Menurut Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dapat diukur melalui formulasi berikut ini:
Di mana :
81
Inst Shrs it :
Kepemilikan saham oleh perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi, maupun lembaga lain yang bentuknya seperti perusahaan i pada tahun t.
Total Shrs it: Jumlah total dari saham biasa perusahaan i yang beredar pada tahun t. b.
Dividend Payout Ratio Kebijakan dividen menyangkut tentang penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham. Pada dasarnya laba tersebut bisa dibagi sebagai dividen atau ditahan untuk diinvestasikan kembali (Hasnawati, 2005). Dividend payout ratio (DPR) adalah kebijakan dividen yang menyalurkan hak pemegang saham berupa dividen, kebijakan dividen dikonfirmasikan melalui dividend payout ratio. Penggunaan proksi ini untuk menguji kebijakan atau suatu keinginan perusahaan untuk membayarkan dividen (payout) terhadap nilai perusahaan, yang dirumuskan (Ikbal, dkk., 2011) :
Dimana : DPR : Dividend Payout Ratio DPS : Dividend Per Share EPS : Earning Per Share
82
c.
Cash Holding Kas merupakan salah satu bagian dari aktiva yang memiliki sifat paling lancar (paling likuid) dan paling mudah berpindah tangan dalam suatu transaksi. Transaksi tersebut misalnya untuk pembayaran gaji atau upah pekerja, membeli aktiva tetap, membayar hutang, membayar deviden dan transaksi lain yang diperlukan perusahaan. Kas ini merupakan aktiva yang tidak dapat menghasilkan “laba”, dalam arti tidak bisa untuk mendapatkan laba secara langsung dalam operasi perusahaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha pengelolaannya ( manajemen) kas yang efektif dan efisien sehingga pemanfaatan kas tersebut optiomal (Harjito dan Martono, 2005). Dalam penelitian Isshaq, et. al. (2009) variabel cash holdings dapat diukur dengan log dari saldo kas neraca akhir tahun atau kas setara kas. Cash Holding = Log (year end cash balances)
d.
Kualitas Audit Untuk mengukur kualitas audit digunakan ukuran kantor akuntan publik (KAP). Salah satu elemen penting dari good corporate governance adalah kualitas laporan keuangan yang baik. Auditor yang dipilih
perusahaan
untuk
mengaudit
laporan
keuangannya
mempengaruhi kualitas laporan keuangan yang dihasilkan. Dalam penelitian ini, auditor dikelompokkan menjadi dua yaitu auditor big four dan non big four. Jika perusahaan diaudit oleh KAP big four 83
maka kualitas auditnya tinggi dan jika diaudit oleh KAP non big four maka kualitas auditnya rendah (Herawaty, 2008). Kategori KAP big four di Indonesia, yaitu: 1)
KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerjasama dengan KAP Haryanto Sahari dan rekan.
2)
KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang bekerjasama dengan KAP Sidharta-Sidharta dan Widjaja.
3)
KAP Ernst and Young, yang bekerjasama dengan KAP Purwantono, Sarwoko, dan Sandjaja.
4)
KAP Deloitte Touche Thomatsu, yang bekerjasama dengan KAP Osman Bing Satrio dan rekan. Pengukuran kualitas audit menggunakan skala auditor yang
dilihat dari ukuran KAP yang terbagi menjadi dua yaitu KAP big four dan KAP non big four yang diukur menggunakan variabel dummy yaitu satu untuk perusahaan yang diaudit KAP big four dan nol untuk perusahaan yang diaudit oleh KAP non big four.
Selengkapnya untuk definisi dan pengukuran operasional variabel penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini.
84
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel dan Indikatornya
Variabel
Definisi Operasional Diproksikan
(Y)
Tobins
Nilai
perbandingan
Q
yaitu
ditambah debt dengan market
value
ditambah dengan debt
Sumber
Skala
Sri
Rasio
Sofyaningsih
antara
market value of equity
book
Skala
dengan Tobins’Q =
Dependen
Perusahaan
Pengukuran
dan MVE : Market Value
Pancawati
Equity (hasil perkalian
Hardiningsih
closing price dengan jumlah
saham
, (2011)
yang
beredar) BVE : Book Value Equity D : Debt (hutang) Independen
Diproksikan dengan
Kepemilikan
Skala
M. Ikbal,
(X1)
Persentase kepemilikan
Manajerial =
Rasio
dkk., (2011)
Kepemilikan
saham oleh direktur dan
Manajerial
komisaris Keterangan:
atau
D & C SHRS it:
Managerial
Kepemilikan saham
Ownership
oleh direktur dan komisaris perusahaan i pada tahun t. TOTSHRS i:Jumlah total dari saham biasa perusahaani yang beredar pada tahun t Independen
Kepemilikan perusahaan
Skala
Sri
(X2)
mencerminkan hak
Rasio
Sofyaningsih 85
Kepemilikan
kepemilikan
institusi
Institusional
pada suatu perusahaan.
Pancawati
atau
Pihak
Hardiningsih
Institutional
mencakup
Ownership
investasi,
institusi
ini
perusahaan bank,
perusahaan
dan
asuransi,
maupun lembaga lain
dimana:
, (2011)
Inst Shrs it: Kepemilikan saham oleh perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi, maupun lembaga lain Total Shrs it: Jumlah total dari saham biasa perusahaani yang beredar pada tahun t
Independen
Kebijakan
dividen
Skala
M. Ikbal,
(X3)
menyangkut
tentang
Rasio
dkk., (2011)
Dividend
penggunaan laba yang
Payout Ratio menjadi
hak
para
pemegang saham. Pada dasarnya laba tersebut bisa
dibagi
sebagai
dividen
atau
untuk
diinvestasikan
kembali. dengan
ditahan
Diproksikan DPR.
pembayaran
Dimana : DPR : Dividend Payout Ratio DPS : Dividend Per Share EPS : Earning Per Share
Rasio dividen
adalah persentase laba yang dibayarkan kepada para pemegang saham dalam bentuk kas Independen
Jumlah kepemilikan kas
Cash Holding = log Skala
Zangina 86
(X4)
Perusahaan
(year
Cash
end
cash Rasio
balances)
Isshaq, al., (2009)
Holding Independen
Diproksikan
(X5) Kualitas Audit
dengan Menggunakan variabel
Skala
Vinola
Mengkualifikasikan KAP dummy yaitu satu untuk
Nomin
Herawaty,
atau skala auditor yang perusahaan yang diaudit digunakan perusahaan oleh KAP Big Four dan
al
(2008)
melalui nol untuk perusahaan ukuran KAP yang terdiri yang diaudit oleh KAP dari dua macam yaitu non Big Four yang
dilihat
KAP Big Four dan KAP non Big Four
87
et.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan go public kecuali financial dan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel
diambil
dengan
menggunakan
metode
purposive
sampling.
Berdasarkan kriteria sampel diperoleh sampel penelitian sebanyak 28 perusahaan per tahun yang digunakan untuk periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 sehingga total keseluruhan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 140 perusahaan. Selengkapnya mengenai rincian sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1 Rincian Sampel Penelitian Kriteria
Jumlah
Perusahaan yang terdaftar di BEI selama tahun 2012 Perusahaan dalam Sektor Keuangan dan BUMN selama periode tahun 2007-2011 Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan selama periode tahun 2007-2011 Perusahaan dengan data tidak lengkap (tidak memiliki kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional, serta tidak melakukan pembayaran dividen selama periode tahun 2007-2011)
442 (91) (84)
(239)
Jumlah sampel penelitian dalam setahun
28
Total keseluruhan sampel selama 5 tahun (28x 5)
140
Sumber : Data sekunder diolah
88
Adapun nama perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut. Tabel 4.2 Daftar Nama Perusahaan NO EMITEN 1 PT. Ace Hardware Indonesia, Tbk 2 PT. AKR Corporindo, Tbk 3 PT. Astra Agro Lestari, Tbk 4 PT. Astra International, Tbk 5 PT. Astra Otoparts, Tbk 6 PT. Duta Graha Indah, Tbk 7 PT. Indo Kordsa, Tbk 8 PT. Indo Tambang Raya Megah, Tbk 9 PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk 10 PT. Jaya Konstruksi Manggala, Tbk 11 PT. Jaya Real Property, Tbk 12 PT. Kalbe Farma, Tbk 13 PT. Lautan Luas, Tbk 14 PT. Lion Metal Works, Tbk 15 PT. Lionmesh Prima, Tbk 16 PT. Mandom Indonesia, Tbk 17 PT. Media Nusantara Citra, Tbk 18 PT. Metrodata Electronics, Tbk 19 PT. Pudjiadi Prestige, Tbk 20 PT. Radiant Utama Interinsco, Tbk 21 PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk 22 PT. Selamat Sempurna 23 PT. Sumi Indo Kabel, Tbk 24 PT. Summarecon Indonesia, Tbk 25 PT. Tigaraksa Satria, Tbk 26 PT. Total Bangun Persada, Tbk 27 PT. Unilever Indonesia, Tbk 28 PT. United Tractors, Tbk Sumber: Data diolah
KODE ACES AKRA AALI ASII AUTO DGIK BRAM ITMG INDF JKON JRPT KLBF LTLS LION LMSH TCID MNCN MTDL PUDP RUIS RALS SMSM IKBI SMRA TGKA TOTL UNVR UNTR
89
B. Hasil Analisis dan Pembahasan 1.
Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum, dari masing-masing variabel (Ghozali, 2011). Mean digunakan untuk mengetahui rata-rata data yang bersangkutan. Standar deviasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar data
yang bersangkutan
bervariasi dari rata-rata. Nilai maksimum digunakan untuk mengetahui jumlah terbesar data yang bersangkutan. Nilai minimum digunakan untuk mengetahui jumlah terkecil data yang bersangkutan bervariasi dari ratarata. Variabel yang digunakan meliputi variabel independen yaitu struktur kepemilikan (yang diproksikan dari dua variabel yaitu kepemilikam manajerial (KM) dan kepemilikan institusional (KI)), dividend payout ratio (DPR),
cash holdings (CH), dan kualitas audit (KA), variabel
dependen yaitu nilai perusahaan (Q). Dari hasil pengujian statistik deskriptif atas kelima variabel independen dan satu variabel dependen melalui data asli, maka diperoleh hasil sesuai dengan tabel 4.3 berikut:
90
Tabel 4.3 Hasil Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
KM
140
.01
28.09
3.3778
6.69182
KI
140
12.32
98.97
58.6876
24.12870
DPR
140
.01
7.65
.4424
.68850
CH
140
9.38
14.60
11.5151
.88802
KA
140
.00
1.00
.6714
.47138
Q
140
.24
15.01
2.0636
2.33752
Valid N (listwise)
140
Sumber : Output SPSS 19 Pengolahan data mentah dari penelitian ini dapat dilihat sebagaimana diringkas pada tabel 4.3 diatas yang menunjukkan bahwa jumlah sampel atau N data valid yang akan diteliti adalah 140 sampel. Selanjutnya data – data yang diperoleh dari variabel observed/indikator yang diteliti diantaranya akan lebih rinci dijelaskan di bawah ini : a.
Nilai Perusahaan (Q) Nilai perusahaan (Q) dapat tercermin dari harga sahamnya. Karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran bagi pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi kemakmuran pemegang saham. Nilai perusahaan diproksikan dengan menggunakan nilai rasio Tobin’s Q, yaitu perbandingan nilai pasar ekuitas yang didapat dari harga penutupan dikalikan dengan jumlah saham ditambah dengan 91
nilai buku dari total hutang dibagi dengan nilai buku dari total hutang ditambah dengan nilai buku dari total aktiva. Nilai standar deviasi nilai perusahaan dibawah dibawah nilai rata-ratanya yaitu sebesar 2,33752. Hal ini berarti menggambarkan bahwa kesenjangan antara nilai maksimum dengan nilai minimum dari nilai perusahaan rendah. Adapun rasio yang diperoleh dari indikator Tobin’s Q yang diteliti dapat dilihat dari tabel yaitu sebagai berikut : Tabel 4.4 Nilai Perusahaan (Q) NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
KODE ASII AUTO BRAM IKBI INDF KLBF LION LMSH SMSM TCID UNVR AALI ITMG ACES AKRA DGIK JKON JRPT LTLS MTDL PUDP RALS
2007 2,24 1,06 0,85 0,85 1,46 2,67 0,72 0,86 1,13 2,17 10,15 8,45 3,33 2,29 1,80 1,35 4,39 2,58 0,84 1,03 0,55 2,33
2008 1,03 0,98 0,77 0,44 0,87 0,91 0,84 0,95 1,37 1,32 9,67 2,55 1,48 1,73 1,06 0,61 2,29 1,03 0,85 0,79 0,24 1,40
2009 2,03 1,23 0,73 1,01 1,39 2,14 0,56 0,77 1,57 1,75 11,77 4,88 3,53 2,77 1,24 0,71 1,95 1,28 0,88 0,79 0,46 1,59
2010 2,44 2,19 1,01 0,79 1,38 4,87 0,80 0,99 2,00 1,48 15,01 4,98 6,19 4,37 1,48 0,92 1,83 1,59 0,89 0,90 0,55 1,96
2011 2,46 2,20 0,93 0,55 1,16 4,39 0,92 0,91 2,13 1,47 14,34 3,62 3,37 4,99 1,96 0,69 2,48 2,02 0,92 0,75 0,68 1,60 92
23 SMRA 1,74 0,86 24 TGKA 1,00 0,90 25 TOTL 1,90 0,85 26 UNTR 2,95 1,15 27 RUIS 1,40 1,20 28 MNCN 2,14 0,81 Rata-rata 2,29 1,39 Max 10,15 9,67 Min 0,55 0,24 Sumber : Data sekunder diolah
1,48 0,94 1,02 2,54 0,88 0,69 1,88 11,77 0,46
1,87 1,09 1,17 3,12 0,90 1,92 2,45 15,01 0,55
1,75 1,24 1,16 2,52 0,96 2,28 2,30 14,34 0,55
Tabel 4.4 diatas menunjukkan nilai dari indikator nilai perusahaan yaitu Tobin’s Q. Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata Tobin’s Q perusahaan mengalami fluktuasi tiap tahunnya, nilai rata-rata Tobin’s Q pada tahun 2007 sebesar 2,29 (229%), untuk tahun 2008 sebesar 1,39 (139%), pada tahun 2009 sebesar 1,88 (188%), ditahun 2010 sebesar 2,45 (245%) dan pada tahun 2011 rata-rata Tobin’s Q sebesar 2,30 (230%). Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata nilai Tobin’s Q terbesar terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 2,45 (245%). Sedangkan untuk nilai rata-rata Tobin’s Q terendah terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 1,39 (139%). Hal ini diakibatkan krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008, sehingga mengakibatkan nilai perusahaan rendah. Selanjutnya untuk nilai Tobin’s Q tertinggi berturut-turut selama periode penelitian dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia, Tbk dengan masing-masing sebesar 10,15 di tahun 2007, sebesar 9,67 pada tahun 2008, sebesar 11,77 pada tahun 2009, sebesar 15,01 ditahun 2010 dan sebesar 14,34 pada tahun 2011. Sama halnya dengan nilai Tobin’s 93
Q tertinggi, nilai Tobin’s Q terendah juga berturut-turut selama periode penelitian dimiliki oleh PT. Pudjiadi Prestige, Tbk yang nilainya selalu berada dibawah satu yaitu dengan nilai masing-masing sebesar 0,55 untuk tahun 2007, sebesar 0,24 pada tahun 2008, sebesar 0,46 pada tahun 2009 dan sebesar 0,55 pada tahun 2010, kecuali pada tahun 2011 nilai Tobin’s Q terendah dimiliki oleh PT. Sumi Indo Kabel, Tbk, yaitu sebesar 0,55. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai perusahaan cukup tinggi, hal tersebut tercermin dalam rasio nilai pasarnya, yaitu Tobin’s Q. Karena semakin tinggi rasio nilai pasar tersebut maka semakin baik prospek atau masa depan pertumbuhan perusahaan tersebut. b.
Sruktur Kepemilikan Struktur kepemilikan saham merupakan distrbusi saham yang dimiliki oleh pihak manajemen perusahaan (KM) (direktur dan komisaris) dan pihak institusi (KI). 1)
Kepemilikan Manajerial (KM) Kepemilikan manajerial (KM) menggambarkan kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajemen perusahaan yang terdiri dari direktur dan komisaris yang diukur dengan menggunakan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen. Rasio ini digunakan untuk mengetahui proporsi kepemilikan saham oleh pihak manajemen perusahaan terhadap total saham yang 94
beredar. Variabel kepemilikan manajerial memiliki nilai standar deviasi yang cukup besar dan berada di atas rata-rata yaitu sebesar 6,69182. Hal ini menggambarkan bahwa kesenjangan antara nilai maksimum dengan nilai minimum nilai kepemilikan manjerial tinggi. Adapun rasio yang diperoleh dari indikator-indikator yang diteliti dapat dilihat dari tabel yaitu sebagai berikut : Tabel 4.5 Kepemilikan Managerial NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
KODE ASII AUTO BRAM IKBI INDF KLBF LION LMSH SMSM TCID UNVR AALI ITMG ACES AKRA DGIK JKON JRPT LTLS MTDL PUDP RALS SMRA
2007 0,02 0,04 25,40 0,09 0,05 0,01 0,18 25,58 8,26 0,75 0,01 0,01 0,03 0,01 0,13 2,89 3,77 0,01 3,64 1,71 3,27 3,68 0,32
2008 0,03 0,07 25,40 0,10 0,05 0,01 0,23 25,60 6,04 0,19 0,01 0,01 0,03 0,01 0,24 2,89 3,77 0,01 3,64 6,42 4,89 3,68 0,32
2009 0,04 0,04 25,40 0,10 0,05 0,01 0,23 25,61 6,04 0,18 0,01 0,01 0,02 0,01 0,50 2,89 4,78 0,01 3,64 10,07 4,89 3,68 0,32
2010 0,04 0,07 25,40 0,10 0,06 0,02 0,23 25,61 6,04 0,14 0,01 0,01 0,01 0,01 0,63 2,89 4,78 0,01 3,64 10,83 4,89 3,66 0,30
2011 0,04 0,07 28,09 0,10 0,06 0,02 0,23 25,61 6,04 0,14 0,01 0,01 0,02 0,01 0,87 2,89 4,23 0,01 3,64 1,77 4,89 3,70 0,30 95
24 TGKA 25 TOTL 26 UNTR 27 RUIS 28 MNCN Rata-rata Max Min
0,23 7,41 0,01 2,65 0,50 3,24 25,58 0,01
0,01 9,86 0,01 2,65 0,28 3,44 25,60 0,01
0,01 10,79 0,01 2,65 0,35 3,66 25,61 0,01
0,01 2,56 0,01 2,65 0,42 3,39 25,61 0,01
0,01 2,56 0,01 2,65 0,43 3,16 28,09 0,01
Sumber : Data sekunder diolah Tabel 4.5 Menggambarkan besarnya rata-rata kepemilikan manajerial perusahaan. Dari tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak manajemen perusahaan mengalami penurunan setiap tahunnya. Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata untuk variabel kepemilikan manajerial memiliki nilai yang kecil, yaitu di tahun 2007 sebesar 3,24%, pada tahun 2008 sebesar 3,44%, ditahun 2009 sebesar 3,66%, pada tahun 2010 sebesar 3,39% dan di tahun terahir 2011 sebesar 3,16%. Dari nilai rata-rata tersebut, nilai rata-rata tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 3,66%, sedangkan rata-rata terkecil terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 3,16%. Sementara itu, nilai kepemilikan manajerial tertinggi selama periode penelitian dimiliki oleh PT. Lionmesh Prima, Tbk yaitu sebesar 25,58% di tahun 2007, sebesar 25,60% pada tahun 2008, 25,61% pada tahun 2009, dan 25,61% di tahun 2010, tetapi tahun 2011, kepemilikan manajerial tertinggi dimiliki oleh PT. Indo Kordsa, Tbk yaitu sebesar 28,09%. 96
Sedangkan nilai kepemilikan manajerial terendah selama periode penelitian dimiliki oleh PT. Kalbe Farma, Tbk, PT. Unilever Indonesia, Tbk, PT. Astra Agro Lestari, Tbk, PT. Ace Hardware Indonesia, Tbk, PT. Jaya Real Property, Tbk, PT. Tigaraksa Satria, Tbk dan PT. United Tractors, Tbk yaitu dengan nilai sebesar 0,01% pada tahun 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011, kecuali pada tahun 2010 dan 2011, PT. Kalbe Farma, Tbk tidak termasuk dalam perusahaan yang memiliki nilai kepemilikan manajerial terendah. Hal ini disebabkan kepemilikan saham manajemen perusahaan PT. Kalbe Farma mengalami peningkatan menjadi 0,02%. Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 mempunyai jumlah kepemilikan saham manajerial yang kecil atau kurang dari 5%, ini menunjukkan bahwa dengan kepemilikan manajerial yang rendah, kekuasaan yang dimiliki oleh pihak manajemen atas perusahaan semakin kecil. 2) Kepemilikan Institusional (KI)` Kepemilikan institusional (KI) merupakan distribusi saham yang dimiliki oleh investor institusional seperti bank, perusahaan investasi, asuransi, maupun kepemilikan lembaga dan perusahaan lainnya, kecuali anak perusahaan dan institusi lain yang memiliki 97
hubungan istimewa (perusahaan afiliasi dan perusahaan asosiasi) atas laporan yang dibuat menurut data di JSE, serta kepemilikan saham oleh pihak blockholders yaitu saham yang dimiliki oleh perseorangan diatas 5% selama empat tahun berturut-turut tetapi tidak termasuk dalam golongan kepemilikan insider (Pujiati dan Widanar, 2009). Variabel kepemilikan institusional memiliki nilai standar deviasi terbesar yaitu sebesar 24,12870. Hal ini menggambarkan bahwa kesenjangan antara nilai maksimum dengan nilai minimum nilai kepemilikan institusional tinggi Adapun rasio yang diperoleh dari indikator-indikator yang diteliti dapat dilihat dari tabel yaitu sebagai berikut : Tabel 4.6 Kepemilikan Institusional NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
KODE ASII AUTO BRAM IKBI INDF KLBF LION LMSH SMSM TCID UNVR AALI ITMG ACES AKRA DGIK
2007 50,11 86,72 65,82 93,06 51,53 53,62 28,85 32,20 69,94 77,88 85,00 79,68 77,60 69,97 71,24 71,78
2008 50,11 93,91 65,82 93,06 50,05 55,37 28,85 32,20 69,94 77,61 85,00 79,68 77,60 73,09 71,11 64,40
2009 50,11 95,65 65,82 93,06 50,05 56,74 28,85 32,22 58,13 77,61 85,00 79,68 73,72 71,80 70,82 64,40
2010 50,11 95,65 65,82 93,06 50,05 56,64 57,70 32,22 58,13 73,77 85,00 79,68 65,00 71,73 59,24 64,40
2011 50,11 95,65 65,82 93,06 50,07 56,53 57,70 32,22 58,13 73,77 85,00 79,68 65,00 72,33 59,67 64,40 98
17 JKON 18 JRPT 19 LTLS 20 MTDL 21 PUDP 22 RALS 23 SMRA 24 TGKA 25 TOTL 26 UNTR 27 RUIS 28 MNCN Rata-rata Max Min
15,26 12,35 63,03 12,93 14,74 57,55 37,30 93,90 56,50 58,45 84,48 70,00 58,62 93,90 12,35
15,90 12,46 63,03 12,93 14,74 56,13 42,57 93,21 57,20 59,50 77,19 77,99 58,95 93,91 12,46
16,92 12,69 63,03 12,93 14,74 56,13 32,53 93,21 57,19 59,50 77,19 78,41 58,15 95,65 12,69
17,08 12,88 63,03 12,32 15,10 55,88 38,44 98,97 56,50 59,50 77,19 78,55 58,70 98,97 12,32
16,22 12,88 63,03 25,13 15,10 55,80 37,87 98,97 56,50 59,50 77,19 75,02 59,01 98,97 12,88
Sumber : Data sekunder diolah Tabel 4.6 menggambarkan besarnya rata-rata kepemilikan institusional perusahaan. Dari tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata
kepemilikan
saham
yang
dimiliki
oleh
pihak
institusional perusahaan mengalami peningkatan dan penurunan setiap tahunnya. Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata untuk variabel kepemilikan institusional memiliki nilai yang besar berbeda dengan kepemilikan manajerial, yaitu di tahun 2007 sebesar 58,62%, pada tahun 2008 sebesar 58,95%, ditahun 2009 sebesar 58,15%, pada tahun 2010 sebesar 58,70% dan di tahun terahir 2011 sebesar 59,01%. Dari nilai rata-rata tersebut, nilai rata-rata tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 59,01%, sedangkan rata-rata terkecil terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 99
58,15%. Sementara itu, nilai kepemilikan institusional tertinggi selama periode penelitian dimiliki oleh beberapa perusahaan yang berbeda. Pada tahun 2007, nilai kepemilikan institusional tertinggi dimiliki oleh PT. Tigaraksa Satria, Tbk sebesar 93,90%. Pada tahun 2008 dan 2009 dimiliki oleh PT. Astra Otoparts, Tbk dengan nilai kepemilikan institusional sebesar 93,91% dan 95,65%. Dan untuk tahun 2010 dan 2011 dimiliki oleh PT. Tigaraksa Satria, Tbk dengan nilai kepemilikan institusional yang sama sebesar 98,97%. Sedangkan nilai kepemilikan institusional terendah selama periode penelitian yaitu dimiliki oleh PT. Jaya Real Property, Tbk yaitu sebesar 12,35% di tahun 2007, sebesar 12,46% pada tahun 2008, sebesar 12,69% di tahun 2009, dan pada tahun 2011 sebesar 12,88%, kecuali pada tahun 2010, nilai kepemilikan institusional terendah dimiliki oleh PT. Metrodata Electronics, Tbk dengan nilai sebesar 12,32%. Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak institusional hampir seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 mempunyai jumlah kepemilikan saham oleh institusional yang sangat besar secara rata-rata jumlahnya lebih besar dari 50%. Hal ini mengakibatkan segala keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh
pihak
manajemen
perusahaan
diawasi
oleh
pihak 100
institusional. Dengan kepemilikan saham institusional yang besar akan menimbulkan usaha pengawasan dan kontrol yang lebih besar oleh pihak institusional terhadap oportunistik manajer sehingga pemanfaatan akan aktiva perusahaan semakin besar dan semakin efisien. c.
Dividend Payout Ratio (DPR) Dividend payout ratio (DPR) merupakan salah satu kebijakan dividen yang dilakukan oleh pihak manajemen dalam membagi dividen kepada pemegang saham. Kebijakan dividen ini adalah keputusan keuangan perusahaan yang berkaitan dengan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa mendatang (Brigham, 2001). Dividend payout ratio yaitu sebuah parameter untuk mengukur besaran dividen yang akan dibagikan ke pemegang saham dengan menggunakan persentase dari nilai dividen yang dibagikan per saham dibanding dengan nilai laba bersih per saham. Variabel dividend payout ratio memiliki niliai standar deviasi terkecil yaitu sebesar 0,68850. Hal ini berarti bahwa kesenjangan antara nilai maksimum dengan nilai minimum dari nilai dividend payout ratio rendah. Adapun rasio yang diperoleh dari indikator dividend payout ratio yang diteliti dapat dilihat dari tabel yaitu sebagai berikut :
101
Tabel 4.7 Dividend Payout Ratio NO. KODE 2007 2008 1 ASII 0,18 0,38 2 AUTO 0,10 0,28 3 BRAM 0,14 0,30 4 IKBI 0,14 0,31 5 INDF 0,27 0,36 6 KLBF 0,15 0,14 7 LION 0,21 0,17 8 LMSH 0,05 0,05 9 SMSM 0,27 0,31 10 TCID 0,41 0,47 11 UNVR 0,49 0,53 12 AALI 0,18 0,37 13 ITMG 0,57 0,38 14 ACES 0,32 0,05 15 AKRA 1,06 0,28 16 DGIK 7,65 0,25 17 JKON 0,03 0,24 18 JRPT 0,22 0,26 19 LTLS 0,09 0,15 20 MTDL 0,21 0,19 21 PUDP 0,02 0,49 22 RALS 0,42 0,51 23 SMRA 0,50 0,75 24 TGKA 0,34 0,23 25 TOTL 0,77 1,18 26 UNTR 0,16 0,24 27 RUIS 0,20 0,31 28 MNCN 0,24 0,42 Rata-rata 0,55 0,34 Max 7,65 1,18 Min 0,02 0,05 Sumber: Data sekunder diolah
2009 0,45 0,18 0,78 1,33 0,20 0,13 0,21 0,24 0,65 0,48 0,55 0,15 0,43 0,08 0,24 0,18 0,24 0,24 0,52 0,20 0,09 0,65 0,12 0,74 0,10 0,28 0,50 0,18 0,36 1,33 0,08
2010 0,65 0,01 0,78 0,15 0,39 0,44 0,19 0,12 0,98 0,52 1,00 0,62 0,74 0,10 0,64 0,21 0,33 0,34 0,31 0,20 0,09 0,53 0,31 0,72 0,39 0,43 0,50 0,25 0,43 1,00 0,01
2011 0,56 0,02 0,42 0,67 0,40 0,51 0,27 0,07 0,77 0,52 1,34 0,73 0,97 0,50 2,44 0,22 0,33 0,33 0,30 0,28 0,14 0,60 0,29 0,46 0,58 0,39 0,48 0,28 0,53 2,44 0,02
Tabel 4.7 menggambarkan besarnya rata-rata dividend payout ratio yang dimiliki perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 102
selama tahun 2007
sampai dengan 2011. Dari tabel diatas
menunjukkan bahwa nilai dividend payout ratio semakin meningkat setiap tahunnya. Tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa rata-rata untuk variabel dividend payout ratio memiliki nilai yang cukup besar yaitu di tahun 2007 sebesar 55%, pada tahun 2008 sebesar 34%, ditahun 2009 sebesar 36%, pada tahun 2010 sebesar 43% dan di tahun terakhir 2011 sebesar 53%. Dari nilai rata-rata tersebut, nilai rata-rata tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 55%, sedangkan rata-rata terendah terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 34%. Sementara itu, nilai dividend payout ratio tertinggi selama periode penelitian dimiliki oleh beberapa perusahaan yang bebeda. Nilai DPR tertinggi pada tahun 2007 dimiliki oleh PT. Duta Graha Indah, Tbk dengan nilai sebesar 765%. Pada tahun 2008 dimiliki oleh PT. Total Bangun Persada, Tbk dengan nilai dividend payout ratio sebesar 118% , di tahun 2009 dimiliki oleh PT. Sumi Indo Kabel, Tbk dengan nilai sebesar 113%. Pada tahun 2010 dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia, Tbk sebesar 100% dan 2011 dimiliki oleh PT. AKR Corporindo, Tbk dengan nilai dividend payout ratio sebesar 244%. Sedangkan nilai dividend payout ratio terendah selama periode penelitian yaitu pada tahun 2007 dimiliki oleh PT. Pudjiadi Prestige Tbk dengan nilai sebesar 2%. Untuk tahun 2008 dan 2009 dimiliki oleh
PT. Ace
Hardware Indonesia, Tbk yaitu sebesar 5% pada tahun 2008 dan 103
sebesar 8% untuk tahun 2009. Pada tahun 2010 dan 2011, nilai dividend payout ratio terkecil dimiliki oleh PT. Astra Otoparts, Tbk sebesar 1% dan 2% Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa perusahaanperusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007 sampai dengan 2011 memiliki rata-rata dividend payout ratio yang cukup tinggi sekitar 44,24%. Ini menunjukkan bahwa hampir setengah dari keuntungan yang diperoleh perusahaan digunakan untuk membayar dividen kepada pemegang saham dan sisanya akan diinvestasikan kembali ke dalam bentuk laba ditahan. Peningkatan pembayaran dividen akan mengurangi laba yang ditahan sehingga sumber dana intern akan menurun dan perusahaan akan tertarik untuk melakukan pinjaman sehingga leverage akan meningkat. Pembayaran dividen yang semakin meningkat menunjukkan prospek perusahaan semakin bagus di mata investor. Hal ini akan menarik investor untuk membeli saham dan nilai perusahaan akan meningkat. d.
Cash Holding (CH) Cash holding (CH) atau menahan kas atau jumlah kepemilikan kas yang dimiliki perusahaan merupakan salah satu bentuk aset likuid yang berbentuk sejumlah uang kartal yang dimiliki oleh perusahaan dimana ia disimpan dalam kas kecil (petty cash) atau dalam kas register atau dalam bentuk rekening-rekening baik itu didalam bank maupun didalam pasar uang. Variabel cash holding memiliki nilai 104
standar deviasi sebesar 0,88802. Nilai standar deviasi ini dibawah rata-rata yang berarti menggambarkan bahwa kesenjangan antara nilai maksimum dengan nilai minimum dari nilai cash holding rendah. Adapun nilai dari cash holding yang diukur dapat dilihat dari tabel di bawah ini : Tabel 4.8 Cash Holding NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
KODE ASII AUTO BRAM IKBI INDF KLBF LION LMSH SMSM TCID UNVR AALI ITMG ACES AKRA DGIK JKON JRPT LTLS MTDL PUDP RALS SMRA TGKA TOTL UNTR RUIS
2007 12,80 11,57 11,40 11,12 12,66 12,05 10,80 9,52 9,95 11,02 11,64 12,01 9,38 11,00 11,33 11,63 11,26 10,73 11,01 11,20 10,50 11,84 11,48 10,49 11,12 12,02 10,72
2008 12,94 12,73 11,44 11,20 12,63 12,12 10,91 9,47 10,13 11,00 11,86 11,94 12,39 13,99 11,46 11,48 11,24 10,86 11,25 11,34 10,36 11,93 11,42 10,44 11,46 12,52 10,91
2009 12,94 11,89 11,13 11,26 12,65 12,19 11,10 9,43 10,16 14,17 11,93 11,90 12,61 14,60 11,44 11,55 11,58 11,41 11,47 11,20 10,45 11,82 11,80 10,63 11,64 12,44 10,80
2010 12,85 11,69 10,74 11,10 13,02 12,28 11,17 9,43 10,16 11,11 11,50 12,09 12,42 11,56 11,84 11,82 11,78 11,88 11,37 10,99 10,44 11,90 11,05 10,96 11,69 12,13 10,69
2011 12,12 11,56 11,03 11,14 13,12 12,36 11,24 9,79 10,22 10,95 11,53 11,92 12,74 11,32 12,12 11,47 11,89 11,94 11,01 11,32 10,81 11,97 12,17 11,03 11,82 12,85 10,86 105
28 MNCN 12,21 12,09 Rata-rata 11,23 11,55 Max 12,80 13,99 Min 9,38 9,47 Sumber: Data sekunder diolah
12,05 11,72 14,60 9,43
12,03 11,49 13,02 9,43
11,92 11,58 13,12 9,79
Tabel 4.8 menunjukkan data mengenai nilai cash holding, dari tabel diatas didapatkan rata-rata untuk nilai cash holding adalah sebagai berikut yaitu di tahun 2007 rata-rata nilai cash holding perusahaan sebesar 11,23, pada tahun 2008 sebesar 11,55, pada tahun 2009 sebesar 11,72, ditahun 2010 rata-rata nilai cash holding sebesar 11,49 dan pada tahun 2011 sebesar 11,58. Untuk nilai rata-rata cash holding tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 11,72, sedangkan untuk nilai rata-rata cash holding terendah terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 11,23. Nilai tertinggi cash holding selama periode penelitian dimiliki oleh tiga perusahaan yang berbeda yaitu PT. Astra International, Tbk pada tahun 2007 dengan nilai sebesar 12,80, PT. Ace Hardware Indonesia, Tbk untuk tahun 2008 dengan nilai cash holding sebesar 13,99 dan pada tahun 2009 dengan nilai sebesar 14,60. Pada tahun 2010 dan 2011, nilai cash holding tertinggi dimiliki oleh PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk yaitu sebesar 13,02 dan 13,12. Sedangkan untuk nilai cash holding terendah berturut-turut dimiliki oleh PT. Lionmesh Prima, Tbk yaitu pada tahun 2008 sebesar 9,47, pada tahun 2010 sebesar 9,43, dan terakhur ditahun 2011 sebesar 9,79, kecuali untuk tahun 2007, nilai cash holding terendah dimiliki oleh PT. Indo Tambang Raya Megah, Tbk sebesar 9,38. 106
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa secara rata-rata nilai cash holding perusahaan mengalami fluktuasi naik turun dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan terjadinya krisis ekonomi global dan keadaan ekonomi di Indonesia yang masih belum stabil sehingga menyebabkan besarnya rata-rata kas dari tahun ke tahun mengalami perubahan dan mengakibatkan nilai rata-rata cash holding yang dimiliki perusahan mengalami kenaikan dan penurunan setiap tahunnya. e.
Kualitas Audit (KA) Kualitas audit (KA) dapat dilihat dari peran auditor yang memiliki kompetensi yang memadai dan bersikap independen menjadi pihak yang dapat memberikan kepastian terhadap integritas angka-angka akuntansi yang dilaporkan oleh manajemen (Becker, et. al. dalam Herawaty, 2008). Untuk mengukur kualitas audit menggunakan ukuran kantor akuntan publik (KAP) atau skala auditor dengan menggunakan variabel dummy yaitu, dengan menggunakan nilai satu untuk perusahaan yang diaudit oleh KAP Big Four dan nilai nol untuk perusahaan yang diaudit oleh KAP Non Big Four. Variabel independen kualitas audit memiliki nilai standar deviasi dibawah ratarata yaitu sebesar 0,47138. Hal ini berarti menggambarkan bahwa kesenjangan antara nilai maksimum dengan nilai minimum dari nilai kualitas audit rendah.
107
Adapun nilai yang diperoleh dari variabel dummy kualitas audit yang diukur dapat dilihat dari tabel dibawah ini: Tabel 4.9 Kualitas Audit NO. KODE 2007 2008 1 ASII 1 1 2 AUTO 1 1 3 BRAM 0 1 4 IKBI 1 1 5 INDF 1 1 6 KLBF 1 1 7 LION 0 0 8 LMSH 1 0 9 SMSM 0 0 10 TCID 1 1 11 UNVR 1 1 12 AALI 1 1 13 ITMG 1 1 14 ACES 0 0 15 AKRA 1 1 16 DGIK 0 0 17 JKON 0 0 18 JRPT 0 0 19 LTLS 1 1 20 MTDL 1 1 21 PUDP 0 0 22 RALS 1 1 23 SMRA 1 1 24 TGKA 1 1 25 TOTL 0 0 26 UNTR 1 1 27 RUIS 1 1 28 MNCN 1 1 Rata-rata 1 0,68 Max 1 1 Min 0 0 Sumber: Data sekunder diolah
2009 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0,68 1 0
2010 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0,68 1 0
2011 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0,64 1 0 108
Tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa rata-rata nilai variabel dummy kualitas audit
mengalami penurunan pada tahun 2008,
kemudian cenderung stabil dan pada tahun 2011 mengalami penurunan kembali. Yaitu sebesar 100% untuk tahun 2007, sedangkan sebesar 68% untuk tahun 2008, 2009 dan 2010, kecuali untuk tahun 2011 nilai rata-rata kualitas audit mengalami penurunan menjadi 64%. Nilai rata-rata variabel dummy kualitas audit yang cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun disebabkan oleh kepercayaan pengguna laporan keuangan kepada KAP big four yang mengalami penurunan diakibatkan adanya skandal akuntan publik yang berafiliasi dengan KAP big four dapat mengurangi kepercayaan kualitas dari laporan keuangan yang diaudit oleh KAP tersebut. Sehingga mereka percaya bahwa laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor eksternal dari KAP big four belum tentu dapat lebih dipercayai dibandingkan dengan laporan keuangan yang diaudit oleh auditor dari KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP luar negeri atau KAP non big four. Hal ini dikarenakan ukuran KAP bukan merupakan satu-satunya faktor penentu kualitas audit dan masih banyak faktor lain yang mempengaruhi kualitas audit. 2.
Uji Asumsi Klasik Sebelum melakukan interpretasi terhadap hasil regresi, terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap asumsi-asumsi klasik sehingga hasil tersebut layak digunakan. Pengujian ini diperlukan agar model regresi menjadi 109
suatu model yang lebih representatif. Analisis data uji asumsi klasik dalam penelitian ini antara lain melalui uji normalitas, multikolonieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. a.
Uji Normalitas Uji normalitas pada dasarnya bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel independen dan variabel dependen atau keduanya telah terdistribusi secara normal atau tidak. Suatu model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Dalam menguji normalitas suatu nilai residual umumnya dideteksi dengan grafik atau uji statistik. 1)
Analisis Statistik Pengujian normalitas dengan menggunakan grafik dapat menyesatkan jika tidak hati-hati karena secara visual kelihatan normal tetapi secara statistik sebaliknya. Pengujian normalitas dengan menggunakan analisis statistik dapat menggunakan dua metode, yaitu: a)
Uji Skewness dan Kurtosis Uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan skewness dari masing-masing variabel penelitian baik variabel independen maupun variabel dependen. Skewnes berhubungan dengan simetri distribusi. Sedangkan kurtosis berhubungan dengan puncak dari suatu
110
distribusi. Hasil uji skewness dan kurtosis dapat dilihat dibawah ini: Tabel 4.10 Hasil Uji Skewness dan Kurtosis (Sebelum Tranformasi) N
Skewness
Kurtosis
Zskewness
Zkurtosis
KM
140
2.714
6.502
13.109
15.704
KI
140
-.513
-.575
-2.478
-1.388
DPR
140
8.580
87.768
41.446
211.980
CH
140
.244
1.237
1.181
2.987
KA
140
-.738
-1.477
-3.564
-3.567
Q
140
3.574
14.495
17.263
35.008
Unstandardized Residual
140
3.283
13.195
15.858
31.870
Valid N (listwise)
140
Sumber : Data sekunder diolah Hasil perhitungan Zskewness dan Zkurtosis beberapa variabel penelitian jauh diatas nilai tabel yaitu sebesar 1,96 dengan tingkat signifikansi 0,05. Variabel penelitian tersebut adalah kepemilikan manajerial, dividend payout ratio dan nilai perusahaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa data variabel kepemilikan manajerial, dividend payout ratio, dan nilai perusahaan tidak berdistribusi normal. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan valid, maka selanjutnya adalah melakukan transformasi data mentah ke dalam bentuk natural logaritma dari masingmasing data yang diuji. Hal ini disebabkan nilai skewness 111
dari
data
beberapa
variabel
penelitian
yang
tidak
terdistribusi normal bernilai positif dan bentuk histogram dari data tersebut berbentuk substansial positive skewness sehingga peneliti melakukan transformasi data dalam bentuk logaritma natural. Tabel 4.11 Hasil Uji Skewness dan Kurtosis (Setelah Tranformasi) N
Skewness
Kurtosis
Zskewness
Zkurtosis
Ln.KM
140
.090
-1.429
0.4347779
-3.45164
KI
140
-.513
-.575
-2.478117
-1.38843
Ln.DPR
140
-.559
2.708
-2.700585
6.539646
CH
140
.244
1.237
1.1805986
2.986963
KA
140
-.738
-1.477
-3.56434
-3.56687
Ln.Q
140
.914
1.236
4.4132802
2.985454
Unstandardized Residual
140
.484
.681
2.3357385
1.644552
Valid N (listwise)
140
Sumber : Data sekunder diolah Hasil perhitungan Zskewness dan Zkurtosis setelah transformasi dari data variabel kepemilikan manajerial, dividend payout ratio, dan nilai perusahaan mendekati nilai tabel yaitu sebesar 1,96 dengan tingkat signifikansi 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa data variabel kepemilikan manajerial, dividend payout ratio, dan nilai perusahaan berdistribusi normal.
112
b) Uji Statistik Kolmogrov-Smirnov (K-S) Hasil uji normalitas dengan menggunakan uji statistik non parametric kolmogrov-smirnov (K-S) untuk ukuran akrual sebelum transformasi menunjukkan nilai KolmogrovSmirnov (K-S) sebesar 2,592 dengan nilai signifikansi (2tailed) sebesar 0,000. Hasil uji sebelum transformasi menunjukkan bahwa nilai signifikansi di bawah 0,05 (α < 0,05)berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, berarti data tersebut tidak normal dan Ha ditolak. Sehingga data penelitian harus dtransformasi
Hasil setelah transformasi
menunjukkan nilai Kolmogrov-Smirnov (K-S) sebesar 0,617 dengan nilai signifikansi (2-tailed) sebesar 0,841. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi di atas 0,05 (α > 0,05) maka berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang akan diuji dengan data normal baku, artinya data yang kita uji normal karena tidak berbeda dengan normal baku dan Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi
memenuhi
asumsi
normalitas
karena
tingkat
signifikansinya melebihi 0,05 (α > 0,05).
113
Tabel 4.12 Uji Normalitas : Nilai Kolmogrov-Smirnov (Sebelum Transformasi) Unstandardized Residual N Normal Parametersa,b
140 .0000000 2.21831366
Mean Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
.219 .219 -.158 2.592 .000
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : Output SPSS 19
Tabel 4.13 Uji Normalitas : Nilai Kolmogrov-Smirnov (Setelah Transformasi) Unstandardized Residual N Normal Parameters a,b
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
140 .0000000 .59364747 .052 .052 -.037 .617 .841
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : Output SPSS 19 114
2)
Analisis grafik Dalam penelitian ini, pengujian analisis grafik dilakukan dengan menggunakan metode Probability Plot (P-Plot) atau model Uji Normalitas residual dan Grafik Histogram. Hasil Pengujian ini dapat dilihat pada gambar 4.1 dan 4.2 berikut ini:
Gambar 4.1 Uji Normalitas : Grafik Normal Plot (Setelah Transformasi)
Sumber: Ouput SPSS 19
115
Gambar 4.2 Uji Normalitas : Grafik Histogram (Setelah Transformasi)
Sumber: Data sekunder diolah Pada gambar 4.1, grafik normal plot menunjukkan titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Sedangkan pada gambar 4.2, grafik histogram memberikan pola distribusi yang mendekati normal. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini telah terdistribusi secara normal. Terkait dengan data hasil uji normalitas, maka data tersebut akan digunakan dalam pengujian asumsi klasik yang lainnya dan uji hipotesis selanjutnya.
116
b.
Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas ini pada dasarnya bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Multikolonieritas dapat dilihat dari perhitungan nilai tolerance serta Varian Inflation Factor (VIF). Suatu model regresi dikatakan tidak memiliki kecenderungan adanya gejala multikolonieritas adalah apabila memiliki nilai VIF yang lebih kecil dari 10 dan Tolerance lebih besar dari 0,10 (Ghozali, 2011). Hasil pengujian model regresi diperoleh nilainilai VIF untuk masing-masing variabel ini dapat dilihat dari tabel 4.14 berikut: Tabel 4.14 Uji Multikolonieritas Coefficientsa Model
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
Keputusan
1 (Constant) Ln.KM
.671
1.489 Tidak ada multikolonieritas
KI
.726
1.377 Tidak ada multikolonieritas
Ln.DPR
.937
1.067 Tidak ada multikolonieritas
CH
.711
1.406 Tidak ada multikolonieritas
KA
.720
1.389 Tidak ada multikolonieritas
a. Dependent Variable: Ln.Q Sumber: Data sekunder diolah Dari tabel 4.14 diatas menunjukkan bahwa semua variabel independen dan kontrol memiliki nilai Tolerance > 0,10 dan VIF < 10. Hasil perhitungan nilai Tolerance juga menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10 yang berarti 117
tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95%. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini telah terbebas dari masalah multikolonieritas. Hal ini menunjukkan bahwa semua variabel bebas tersebut layak digunakan sebagai prediktor. c.
Uji Heteroskedastisitas Model regresi yang baik adalah model yang homoskodestisitas atau tidak
terjadi
heteroskedastisitas.
Dalam
penelitian
ini,
uji
heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan analisis grafik scatter plot antara nilai prediksi variabel terikat ZPRED dengan residualnya SRESID. Dari grafik scatter plot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi (Ghozali, 2011). Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah model regresi yang terbebas
dari
masalah
heteroskedastitisitas.
Untuk
menentukan
heteroskedastisitas dapat menggunakan grafik scatterplot. Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan grafik scatterplot di tunjukan pada gambar 4.3 pada halaman berikutnya:
118
Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas – Grafik Scatterplot
Sumber: Output SPSS 19 Gambar uji scatterplot diatas menunjukkan bahwa data sampel tersebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu. Data tersebar baik berada di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan tidak terdapat heteroskedastisitas dalam model regresi yang digunakan sehingga layak dipakai untuk kemudian dilanjutkan ke pengujian hipotesis. d.
Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah autokorelasi (Ghozali, 2011).
119
Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson (D-W). Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode tertentu dengan periode sebelumnya. Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari masalah autokorelasi. Selengkapnya mengenai hasil uji autokorelasi penelitian dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut ini. Tabel 4.15 Uji Autokorelasi Model Summaryb Change Statistics Model
R Square Change
1
F Change
.315
12.343
df1
df2 5
Sig. F Change
134
DurbinWatson
.000
1.651
a. Predictors: (Constant), KA, Ln.DPR, Ln.KM, KI, CH b. Dependent Variable: Ln.Q Sumber: Output SPSS 19 Dari tabel 4.15 di atas menunjukkan bahwa nilai D-W sebesar 1,615. Dengan jumlah predictors sebanyak 5 buah (k=5) dan sampel sebanyak 140 sampel (n=140), berdasarkan tabel D-W dengan tingkat signifikansi 5%, maka dapat ditentukan nilai (dl) adalah sebesar 1,637 dan (du) adalah sebesar 1,798. Dengan demikian, berdasarkan nilai dl ≤ D-W ≤ du menunjukkan
bahwa
tidak
terdapat
autokorelasi
positif.
Untuk
memperkuat hasil penelitian ini maka digunakan uji run test, di mana gangguan autokorelasi terjadi jika signifikansi di bawah 0,05. Berikut
120
adalah pengujian autokorelasi dengan menggunakan run test pada halaman berikutnya. Tabel 4.16 Uji Autokorelasi-Run Test Runs Test Unstandardized Residual -.03634 70 70 140 66 -.848 .396
Test Valuea Cases < Test Value Cases >= Test Value Total Cases Number of Runs Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Median Sumber : Output SPSS 19
Dari hasil pengujian yang diperoleh dalam tabel 4.16 menunjukkan nilai test adalah -0,03634 dengan probabilitas 0,396 yang berarti diatas signifikansi 0,05 (0,396 > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa nilai residual acak atau random, sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual. 3. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi (R2) adalah nol sampai dengan satu. Apabila angka koefisien determinasi semakin mendekati satu maka pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen adalah semakin kuat, yang berarti
121
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2011). Pengujian goodness of fit dari model regresi yang diperoleh dari nilai adjusted R2 diperoleh sebagai berikut: Tabel 4.17 Uji Goodness of Fit Koefisien Determinasi Model Summaryb Model
R
1
.562a
R Square .315
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.290
.60462
a. Predictors: (Constant), KA, Ln.DPR, Ln.KM, KI, CH b. Dependent Variable: Ln.Q Sumber : Output SPSS 19 Dari tampilan output SPSS 19 terlihat bahwa besarnya nilai koefisien korelasi (R) = 0,562 yang menunjukkan bahwa derajat hubungan (korelasi) antara variabel independen dengan variabel dependen sebesar 56,2%. Artinya Nilai Perusahaan (Ln.Q) mempunyai hubungan yang
kuat (0,51 – 0,75)
dengan Struktur Kepemilikan yang diwakili oleh Kepemilikan Manajerial (Ln.KM) dan Kepemilikan Institusional (Ln.KI), Dividend Payout Ratio (Ln.DPR), Cash Holding (Ln.CH), dan Kualitas Audit (KA) karena diperoleh nilai koefisien korelasi berada antara 0,51 sampai dengan 0,75 (0,51 – 0.75), maka hubungan kuat antara variabel dependen dengan variabel independen. Adapun besarnya adjusted R2 diperoleh sebesar 0,290. Hal ini berarti bahwa hanya 29,0%, variabel dependen yaitu Nilai Perusahaan(Ln.Q) dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen yaitu Kepemilikan Manajerial (Ln.KM), Kepemilikan Institusional (Ln.KI), Dividend Payout Ratio 122
(Ln.DPR), Cash Holding (Ln.CH) dan Kualitas Audit (KA). Hal ini menandakan bahwa masih rendah atau lemahnya kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Sedangkan sisanya sebesar 71,0 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam model regresi. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan diantaranya adalah mekanisme Corporate Governance (CG) yang diukur dengan ukuran dewan direksi, Board Intensity atau pertemuan dewan perusahaan, dan board independen. Peningkatan ukuran dewan direksi akan memberikan manfaat bagi perusahaan karena terciptanya jaringan dengan pihak luar perusahaan dan menjamin ketersediaan sumber daya perusahaan (Maryanah, 2008 dalam Rahmawati dan Febrien, 2009). Jumlah board independence (dewan komisaris independen) yang meningkat disesuaikan dengan kondisi perusahaan berarti, pengawasan atas pengelolaan perusahaan oleh dewan komisaris independen semakin baik, sehingga kinerja perusahaan akan meningkat dan nilai perusahaan akan meningkat. Komponen lainnya yang juga dapat mempengaruhi nilai perusahaan, menurut Kallapur dan Trombley (2001) dalam Rachmawati dan Triatmoko (2007) adalah Investment Oppurtunity Set (IOS) karena kesempatan investasi perusahaan merupakan salah satu komponen penting dari nilai pasar. Hal tersebut disebabkan karena IOS perusahaan akan mempengaruhi cara pandang manajer, pemilik, investor dan kreditor terhadap pertumbuhan perusahaan berdasarkan investasinya.
123
4. Pengujian Hipotesis Uji hipotesis dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan, sedangkan variabel independen dalam
penelitian
ini
adalah
kepemilikian
manajerial,
kepemilikan
institusional, dividend payout ratio, cash holding, dan kualitas audit. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Uji F untuk uji simultan dan Uji t untuk uji parsial. a.
Pengujian secara Simultan (Uji F) Uji simultan dapat diketahui dengan melakukan uji statistik F. Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama atau simultan dapat mempengaruhi variabel independen (Ghozali, 2011). Uji statistik F dapat dilihat pada tabel 4.18 berikut ini: Tabel 4.18 Uji Simultan (F test) ANOVAb Model 1
Sum of Squares
Mean Square
Df
Regression
22.562
5
4.512
Residual
48.986
134
.366
Total
71.548
F
Sig.
12.343 .000a
a. Predictors: (Constant), KA, Ln.DPR, CH, KI, Ln.KM b. Dependent Variable: Ln.Q Sumber : Ouput SPSS 19
124
Dari tabel 4.18 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 12,343 dengan nilai sig. sebesar 0,000. Hal ini menandakan bahwa model regresi dapat digunakan untuk memprediksi nilai perusahaan karena nilai sig. < alpha (α = 5%). Maka dapat disimpulkan Ha6 diterima yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dividend payout ratio, cash holding, dan kualitas audit dan berpengaruh secara serentak atau simultan terhadap nilai perusahaan. b.
Pengujian secara Parsial (Uji t) Dari hasil pengujian terhadap asumsi klasik, diperoleh model regresi tersebut
telah
memenuhi
asumsi
normalitas,
multikolonieritas,
autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menguji model persamaan regresi secara parsial terhadap masingmasing variabel bebas. Hasil pengujian model regresi secara parsial diperoleh sebagai berikut:
125
Tabel 4.16 Uji Parsial (t Test) Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
Coefficients Beta
T
Sig.
-.646
.520
(Constant)
-.514
.796
Ln.KM
-.124
.023
-.465
-5.335
.000
KI
.001
.002
.035
.415
.679
Ln.DPR
.123
.059
.153
2.069
.040
CH
.076
.068
.094
1.106
.271
KA
-.021
.128
-.014
-.162
.872
a. Dependent Variable: Ln.Q Sumber : Output SPSS 19 Untuk melihat besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilihat dari nilai beta unstandardized, sedangkan untuk melihat dominasi variabel independen terhadap variabel dependen tercermin pada beta standardized. Berdasarkan tabel uji parsial (t test) maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : Ln.Q = - 0,514 – 0,124 Ln.KM + 0,001 KI + 0,123 Ln.DPR + 0,076 CH – 0,021 KA + e Dari persamaan regresi diatas dapat diketahui bahwa konstanta sebesar -0,514 menyatakan bahwa jika variabel independen dianggap konstan, maka rata-rata nilai perusahaan (Ln.Q) sebesar -0,514. Variabel KI, DPR, dan CH memiliki koefisien regresi dengan arah positif. 126
Sedangkan variabel Ln.KM dan KA memiliki koefisien regresi dengan arah negatif. Hal ini berarti bahwa perusahaan dengan KI, Ln.DPR, dan CH yang tinggi akan menyajikan nilai perusahaan yang tinggi. Dan sebaliknya perusahaan dengan Ln.KM dan KA yang tinggi akan menyebabkan nilai perusahaan rendah. Hasil
pengujian
signifikansi
variabel
bebas
secara
parsial
sebagaimana pada pembahasan sebagai berikut: 1)
Variabel Struktur Kepemilikan Struktur Kepemilikan diproksikan melalui dua variabel, yaitu: a)
Kepemilikan Manajerial Ha1: Interaksi antara Kepemilikan Manajerial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Nilai Perusahaan Pengujian
hipotesis
mengenai
pengaruh
variabel
kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan menunjukkan koefisien
regresi sebesar -0,124 yang menunjukkan bahwa
setiap penambahan kepemilikan manajerial sebesar satu akan menurunkan nilai perusahaan sebesar 0,124. Dan nilai t hitung sebesar -5,335 dengan nilai signifikan sebesar 0,000 yang berada di bawah 0,05. Ini berarti menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian hipotesis alternatif pertama yang menyatakan kepemilikan manajerial
127
memiliki pengaruh yang negatif terhadap nilai perusahaan diterima. Dari penelitian tersebut dapat diartikan bahwa semakin tinggi struktur kepemilikan saham perusahaaan yang dimiliki oleh manajemen perusahaan maka akan menurunkan nilai perusahaan. Karena hal ini akan menyebabkan kinerja perusahaan yang lebih berorientasi kepada kepentingan pihak manajer sehingga kepentingan di luar pihak tersebut akan diabaikan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh M.Ikbal, dkk (2011) dan Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011) yang membuktikan bahwa besarnya kontribusi kepemilikan manajerial yang secara langsung berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Temuan ini didukung pula oleh Isshaq, et. al. (2009) yang menunjukkan adanya hubungan negatif antara ownership structure dengan nilai perusahaan, penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Haruman (2008) yang menyebutkan bahwa adanya hubungan negatif antara kepemilikan manajerial dengan nilai perusahaan. Selain itu, hasil penelitian ini juga didukung oleh Wahidahwati (2002) dalam Pujiati dan Widanar (2009) yang menyatakan bahwa kepemilikan mewakili suatu sumber kekuasaan (source of power) dimana dengan semakin tingginya kepemilikan manajerial maka dapat mengakibatkan semakin 128
kuatnya pengaruh dan kekuasaan mereka dalam menjalankan perusahaan dan tujuan mereka tidak terlepas demi kepentingan mereka sendiri. Hal ini tentu akan memperbesar kemungkinan pihak manajemen dalam melakukan tindakan oportunistik dalam perusahaan. Hasil ini berbeda dengan penelitian Sujoko dan Soebiantoro (2007) yang membuktikan bahwa variabel struktur kepemilikan saham mempunyai pengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan agency theory yang menyebutkan
bahwa
dengan
peningkatan
kepemilikan
manajerial yang lebih baik dapat menyelaraskan kepentingan manajer dan pemegang saham, sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan (Jensen dan Meckling,1976 dalam Isshaq, et. al., 2009). Implikasi manajerial bagi emiten adalah manajemen perlu menyusun struktur dan komposisi insider ownership yang optimal agar memberikan kontribusi terhadap nilai perusahaan. Sehingga pengaruh kepemilikan saham
yang dimiliki oleh
pihak manajerial perusahaan tidak terlalu besar dan perilaku manajemen masih berada dalam pengawasan dewan komisaris dan pihak institusional dengan baik dan berjalan secara efektif.
129
b) Kepemilikan Institusional Ha2: Interaksi antara Kepemilikan Institusional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Nilai Perusahaan Pengujian kepemilikan
hipotesis
mengenai
institusional
terhadap
pengaruh nilai
variabel perusahaan
menunjukkan koefisien regresi sebesar 0,001 dan nilai t hitung sebesar 0,415 dengan nilai signifikan sebesar 0,679 yang berada di atas 0,05. Maka hal ini berarti bahwa kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian hipotesis alternatif dua yang menyatakan bahwa interaksi antara kepemilikan institusional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan ditolak. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati dan Triatmoko (2007),
Sujoko dan
Soebiantoro (2007), Haruman (2008) maupun Rahmawati dan Febrien
(2009)
yang
menyatakan
bahwa
kepemilikan
institusional memiliki pengaruh secara langsung terhadap nilai perusahaan. Namun, temuan ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Pujiati dan Widanar (2009) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dimana besar kecilnya proporsi kepemilikan saham institusional dalam perusahaan tidak akan mempengaruhi 130
nilai perusahaan tersebut di pasaran. Selain itu, temuan ini didukung
oleh
hasil
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011) yang membuktikan bahwa kepemilikan institusional tidak terbukti mempengaruhi nilai perusahaan. Hal ini berkaitan dengan karakteristik unik struktur kepemilikan dari perusahaan-perusahaan go public di Indonesia yang pada umumnya sebagian besar terdiri dari perusahaan
holding
companies
yang
masih
merupakan
perusahaan-perusahaan keluarga, dimana pihak manajemen perusahaan masih merupakan bagian dari perusahaan perusahaan keluarga tersebut (Sudarma, 2004 dalam Sugeng, 2009). Dengan kondisi yang seperti ini, walaupun kepemilikan institusional
mendominasi
tergolong
outsider
ownership
bersama dengan pemegang saham yang berasal dari public (masyarakat), namun dapat dikatakan status sebagai outsider dari kepemilikan institusional tersebut menjadi semu karena dalam kenyataannya mereka memiliki afiliasi yang kuat dengan manajemen. Maka fungsi kepemilikan institusional sebagai sarana pengawasan bagi pihak manajemen tidak dapat berjalan secara efektif. Hasil penelitian ini bertentangan dengan agency theory yang menyatakan bahwa salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengurangi agency problem dan agency cost
adalah 131
dengan cara meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh institusional. Karena dengan adanya kepemilikan oleh investorinvestor institusional seperti perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi, maupun lembaga lain yang bentuknya seperti perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan manajemen yang lebih optimal dalam mengelola perusahaan (Moh’d, et.al., 1998). Dari hasil ini disimpulkan bahwa jumlah pemegang saham dari pihak institusional yang besar, belum tentu efektif dalam memonitor perilaku manajer dalam perusahaan. Hal ini terjadi karena adanya holding companies dan asimetri informasi antara investor dengan manajer. Adanya asimetri informasi membuat investor belum sepenuhnya memiliki informasi yang dimiliki oleh manajer (sebagai pengelola perusahaan) sehingga manajer sulit dikendalikan oleh investor institusional. Selain itu, di Indonesia sendiri, kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak institusional masih belum cukup umum. Hal ini disebabkan pihak institusional masih belum merasa memiliki perusahaan sehingga mereka kurang dalam mengawasi perilaku manajer dalam perusahaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepemilikan saham yang dimiliki investor institusional belum dapat mempengaruhi nilai perusahaan.
132
2)
Variabel Dividend Payout Ratio Ha3 : Interaksi antara Dividend Payout Ratio memiliki pengaruh yang positif terhadap Nilai Perusahaan Pengujian hipotesis mengenai pengaruh variabel dividend payout ratio terhadap nilai perusahaan menunjukkan koefisien regresi sebesar 0,123 yang menunjukkan bahwa setiap penambahan dividend payout ratio sebesar satu akan meningkatkan nilai perusahaan sebesar 0,123. Dan nilai t hitung sebesar 2,069 dengan signifikansi sebesar 0,040. Dengan nilai signifikansi di bawah 0,05 maka hal ini berarti bahwa dividend payout ratio memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian hipotesis alternatif tiga yang menyatakan bahwa interaksi antara dividend payout ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan diterima. Adanya pengaruh positif dari variabel dividend payout ratio terhadap nilai perusahaan menunjukkan semakin besar dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham akan menyebabkan semakin tinggi nilai perusahaan. Hasil dari penelitian ini sama dengan hasil penelitian
yang
dilakukan
menyimpulkan bahwa
oleh
Hasnawati
(2005)
yang
dividend payout ratio berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini didukung pula oleh penelitian Isshaq, et. al. (2009) yang menunjukkan adanya pengaruh signifikan positif antara dividend
payout ratio terhadap nilai 133
perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan Gordon (1962) dalam Brigham dan Gapenski (1996) tentang bird in the hand theory, bahwa pemegang saham lebih menyukai dividen yang tinggi karena memiliki kepastian yang tinggi dibandingkan capital gain. Selain itu, hasil penelitian ini sesuai dengan dividend signaling theory yang menyatakan
bahwa
pengumuman
dividen
tunai
mempunyai
kandungan informasi yang mengakibatkan adanya reaksi harga saham. Teori ini menjelaskan bahwa informasi tentang perubahan dividen yang diterima dan digunakan oleh investor sebagai signal tentang prospek perusahaan di masa yang akan datang, (Ikbal, dkk., 2011). Sinyal ini merupakan informasi positif yang dapat meningkatkan pendapatan kesejahteraan pemegang saham sehingga dapat menambah nilai pada perusahaan. Teori ini juga didukung dengan penilaian atas perusahaan yang dinilai berdasarkan aliran kas yang akan diterima oleh pemegang saham. Karena dividen merupakan aliran kas masuk bagi pemegang saham, jadi semakin tinggi dividen, maka pemegang saham semakin sejahtera atau kaya. Hal ini paralel dengan Lintler (1962), Gordon (1963), Bhattacharya (1976) dalam Hasnawati (2005). Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ikbal, dkk. (2011), Sofyaningsih dan Hardiningsih
(2011) yang
menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak terbukti mempengaruhi nilai perusahaan. Hal ini berarti tinggi rendahnya dividen yang 134
dibayarkan kepada pemegang saham tidak berkaitan dengan tinggi rendahnya nilai perusahaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dividen payout ratio suatu perusahaan maka akan semakin tinggi pula nilai dari perusahaan tersebut dimana dividen menunjukan halhal yang pasti berkaitan dengan apresiasi harga saham. Karena dividen diduga risikonya lebih kecil bila dibandingkan dengan capital gain, maka perusahaan seharusnya menetapkan rasio pembayaran dividen dan menawarkan dividen yield yang tinggi untuk memaksimumkan harga sahamnya. 3)
Variabel Cash Holding Ha4 : Interaksi antara Cash Holding memiliki pengaruh
yang
signifikan terhadap Nilai Perusahaan Pengujian hipotesis mengenai pengaruh variabel cash holding terhadap nilai perusahaan menunjukkan koefisien regresi sebesar 0,076 dan nilai t hitung sebesar
1,106 dengan nilai signifikan
sebesar 0,271 yang berada di atas 0,05. Maka ini berarti bahwa cash holding tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian hipotesis alternatif empat yang menyatakan bahwa interaksi antara cash holding memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan ditolak. Dari hubungan tersebut dapat diketahui bahwa semakin kecil atau besar kepemilikan kas perusahaan disesuaikan dengan kondisi 135
yang dimiliki oleh perusahaan tersebut maka ini, tidak akan berdampak pada peningkatan nilai perusahaan. Hal ini berarti bahwa kepemilikan kas sebuah perusahaan bukan merupakan akses bagi perusahaan
untuk
mendapatkan
kepercayaan
investor
untuk
menanamkan modalnya di perusahaan dan mudah mendapatkan pembiayaan dari kreditor. Karena dengan besar kecilnya jumlah kepemilikan kas di perusahaan, mencerminkan bahwa manajemen rentan melakukan perilaku ceroboh dalam melakukan manajemen kas. Sehingga manajemen cenderung menutupi perilakunya dalam mengelola kas dan timbullah asimetri informasi (information asymmetry) antara perusahaan (agent) dan pemegang saham (principal). Perusahaan (agent) yang diwakili oleh manajemen mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor dan kreditor). Selain itu, kepemilikan kas dalam perusahaan menyebabkan banyaknya peluang investasi yang hilang. Hal ini menyebabkan perusahaan tidak memberikan
sinyal
positif
kepada
pemegang
saham
dan
menyebabkan asimetri informasi. Kurangnya informasi yang dimiliki oleh pihak luar menyebabkan investor tidak dapat memberikan penilaian yang akurat dan tepat terhadap perusahaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, cash holding tidak memberikan pengaruh langsung terhadap nilai perusahaan.
136
Hasil temuan ini juga didukung oleh Jensen dan Meckling dalam Larasati (2009) yang berpendapat bahwa agency conflict timbul
pada
berbagai
hal
yaitu
manajemen
cenderung
mempertahankan tingkat pendapatan perusahaan yang stabil, sedangkan pemegang saham lebih menyukai distribusi kas yang lebih tinggi melalui beberapa peluang investasi internal yang positif atau disebut earning retention. Temuan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Drobetz dan Gruninger (2006) yang menyatakan bahwa cash holding tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap market to book ratio yang merupakan proxy dari nilai perusahaan. Hal ini berkaitan dengan precautionary motive atau motif berjaga-jaga atau pencegahan yang menimbulkan tingginya asimetri informasi, biaya keagenan dan kesempatan investasi yang hilang. Kesempatan investasi yang hilang menyebabkan financial distress yang tinggi sehingga likuiditas perusahaan tinggi dan tidak dapat membayar hutang-hutangnya. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Isshaq, et. al. (2009) yang membuktikan bahwa cash holding tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Lins dan Kalceva (2004), yang menunjukkan adanya hubungan negatif antara cash
holding
menemukan
dengan bahwa
nilai
pada
perusahaan. tingkat
negara
Hasil
penelitiannya
eksternal,
ketika 137
perlindungan terhadap pemegang saham (shareholder) lemah, mengakibatkan jumlah kepemilikan kas yang berlebihan dan hal ini dapat menurunkan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini tidak sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Chen (2008) yang telah menguji “corporate governance and cash holding: listed new economy versus old economy firms”. Dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kepemilikan kas (cash holdings) meningkatkan
nilai
perusahaan
dengan
mengurangi
biaya
pembiayaan dan meningkatkan nilai tambah dengan menciptakan investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Yang berarti bahwa dapat disimpulkan dari penelitian Chen (2008) tersebut memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan. 4)
Variabel Kualitas Audit Ha5 : Interaksi antara Kualitas Audit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Nilai Perusahaan Pengujian hipotesis mengenai pengaruh variabel kualitas audit terhadap nilai perusahaan menunjukkan koefisien regresi sebesar 0,021 dan nilai t hitung sebesar -0,162 dengan nilai signifikan sebesar 0,872 yang berada di atas 0,05. Hal ini berarti bahwa kualitas audit tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian hipotesis alternatif lima yang menyatakan bahwa interaksi kualitas audit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan ditolak. 138
Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Herawaty (2008) yang menyatakan bahwa klasifikasi akuntan publik atau kualitas audit yang diukur dengan KAP Big Four dan KAP Non Big Four mampu mengurangi pengaruh earnings management terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti bahwa kualitas audit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Sebagaimana hasil penelitian Piot (2001), Teoh dan Wong (1993), Jang dan Lin (1993) dalam Herawaty (2008) bahwa pengguna laporan keuangan lebih percaya pada hasil audit dari auditor yang berkualitas. Ukuran KAP memiliki pengaruh yang positif terhadap Nilai Perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar KAP semakin besar tingkat Nilai Perusahaannya. Selain itu, temuan ini juga didukung oleh Silitonga (2012) yang membuktikan bahwa kualitas audit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Namun, hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati dan Triatmoko (2007) yang membuktikan bahwa
ukuran KAP merupakan proksi dari kualitas audit tidak
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini diduga karena meskipun tidak menggunakan KAP PSS (Prasetio, Sarwoko dan Sandjaya) yang berafiliasi dengan Ernst & Young, hampir seluruh sampel menggunakan auditor yang berasal dari KAP yang berafiliasi dengan KAP internasional lainnya yang juga dianggap 139
memiliki kualitas audit yang tinggi, sehingga pasar tidak terpengaruh dengan penggunaan KAP PSS (Prasetio, Sarwoko dan Sandjaya) sebagai auditor atau tidak. Dengan demikian ukuran KAP bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan kualitas audit dan masih banyak faktor lain yang menetukan kualitas audit. Salah satunya seperti yang dikemukakan oleh De Angelo (1981) dalam Alim, dkk. (2007) yang menyatakan bahwa kualitas audit dapat dilihat dari tingkat kepatuhan auditor dalam melaksanakan berbagai tahapan yang seharusnya dilaksanakan dalam sebuah kegiatan pengauditan. Selain itu, faktorfaktor lain tersebut yaitu (1) pengalaman melakukan audit, (2) memahami industri klien, (3) responsif atas kebutuhan klien, (4) taat pada standar umum, (5) independensi, (6) sikap hati-hati, (7) komitmen terhadap kualitas audit, (8) keterlibatan pimpinan KAP, (9) melakukan pekerjaan lapangan dengan tepat, (10) keterlibatan komite audit, (11) standar etika yang tinggi, dan (12) tidak mudah percaya. Sehingga dapat dikatakan bahwa ukuran KAP tidak bisa menjadi tolak ukur dalam menentukan kualitas audit atas laporan keuangan suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP big four pun dapat menghasilkan laporan audit yang berkualitas jika KAP tersebut memenuhi faktor-faktor lain yang mempengaruhi kualitas audit seperti taat pada standar umum yang telah ditetapkan dan memiliki sikap kehati-hatian. 140
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas audit yang diukur menggunakan ukuran KAP tidak berpengaruh secara langsung sehingga belum mampu menurunkan atau meningkatkan nilai perusahaan.
141
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Penelitian
ini
bertujuan
untuk
menganalisis
pengaruh
struktur
kepemilikan yang diwakili oleh kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional, dividend payout ratio, cash holding dan kualitas audit terhadap nilai perusahaan. Dari enam hipotesis yang diajukan, hanya tiga hipotesis yang diterima dan tiga hipotesis lainnya ditolak. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1.
Struktur Kepemilikan yang diwakili oleh kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang negatif terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti bahwa peningkatan atau penurunan terhadap kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan agency theory yang menyatakan bahwa pendekatan dengan cara meningkatkan kepemilikan manajemen, maka agency problems dapat dikurangi bila manajer mempunyai kepemilikan saham dalam perusahaan. Hasil ini mendukung penelitian Machfoed dan Siallagan (2006), Rachmawati dan Triatmoko (2007), Haruman (2008), Herawaty (2008), Pujiati dan Widanar (2009), Rahmawati dan Febrien (2009),serta Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011).
2.
Struktur Kepemilikan yang diwakili oleh kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh yang signikan terhadap nilai perusahaan. 142
Hal ini
berarti bahwa peningkatan terhadap kepemilikan institusional tidak berpengaruh secara langsung terhadap nilai perusahaan. Hasil ini bertentangan dengan penelitian Haruman (2008) dan Rahmawati dan Febrien (2009). Namun temuan penelitian ini, konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sugeng (2009) yang menyatakan bahwa pengaruh yang tidak signifikan disebabkan karena kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki institusional didominasi oleh perusahaan holding company yang tidak independen (berafiliasi satu sama lain), akibatnya fungsi monitoring terhadap insider tidak berjalan secara efektif, sehingga keberadaannya tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dan sesuai dengan hasil penelitian dilakukan oleh Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011). 3.
Dividend payout ratio memiliki pengaruh yang positif terhadap nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan atau penurunan dari pembayaran dividen berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil temuan ini mendukung agency theory (Jensen dan Meckling, 1976) dan Bird in the Hand Theory serta Dividend Signalling Theory. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Eastbrook (1984) dalam
Sugeng
(2009:39) yang menyatakan bahwa efektivitas dividen sebagai salah satu sarana monitoring untuk mengurangi agency problem bergantung pada keberadaan sarana-sarana monitoring lainnya, misal struktur kepemilikan dan struktur modal perusahaan. Temuan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Hasnawati (2005) dan Isshaq, et. al. (2009). 143
4.
Cash holding atau kepemilikan kas yang diukur melalui logaritma natural nilai kas akhir tahun menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti peningkatan atau penurunan dari kepemilikan kas tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chen (2008).
5.
Kualitas Audit tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas audit yang diukur berdasarkan KAP Big Four tidak dapat meningkatkan atau mengurangi nilai perusahaan. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Herawaty (2008), namun mendukung hasil penelitian yang dilakukan Rahmawati dan Triatmoko (2007) yang menyatakan bahwa pengaruh kualitas audit yang diproksikan melalui ukuran KAP tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.
6.
Struktur Kepemilikan yang diwakili oleh kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional, dividend payout ratio, cash holding dan kualitas audit berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
B. Implikasi Peneliti mengharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan implikasi bagi ilmu pengetahuan dan beberapa pihak diantaranya yaitu perusahaan, investor, pemerintah, akuntan publik, akademisi, dan peneliti serta pembaca lainnya.
144
1.
Bagi Ilmu Pengetahuan Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi pihak-pihak yang berkepentingan seperti manajemen perusahaan, pemerintah, investor dan analis pasar modal, akuntan publik dan akademisi, peneliti serta pembaca. Selain itu, temuan ini dapat memperkuat serta memperluas penelitian sebelumnya terutama mengenai pengaruh struktur kepemilikan, dividend payout ratio, cash holding dan kualitas audit terhadap nilai perusahaan.
2.
Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini menemukan bahwa secara parsial kepemilikan manajerial
berpengaruh
terhadap
nilai
perusahaan,
kepemilikan
institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dividend payout
ratio
(pembayaran
dividen)
berpengaruh
terhadap
nilai
perusahaan, ash holding tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dan kualitas audit tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Namun secara simultan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dividend payout ratio, cash holding, dan kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat digunakan untuk membantu perusahaan dalam mengambil suatu keputusan dan kebijakan perusahaan. Karena keputusan tersebut sangatlah penting dalam menentukan kemajuan dan kelangsungan hidup perusahaan. Salah satu keputusan tersebut yaitu keputusan untuk mengambil kebijakan dividen yang membagikan labanya kepada 145
pemegang saham dalam bentuk dividen yang dapat meningkatkan nilai perusahaan. Selain itu, manajemen perusahaan diharapkan dapat melakukan manajemen kas yang baik agar jumlah kas dalam perusahaan tidak berlebihan atau kekurangan dan disesuaikan dengan keadaan perusahaan. 3.
Bagi Investor dan Analis Pasar Modal Harapan setiap investor adalah mendapatkan profit atau keuntungan dari setiap investasi yang dilakukannya. Dengan adanya temuan ini, setiap investor diharapkan untuk tidak memperhatikan besarnya laba perusahaan saja tanpa mengetahui kemampuan laba tersebut dalam menghasilkan kas bagi perusahaan. Karena itu hanya merupakan gambaran atas kinerja perusahaan dalam jangka pendek. Selain itu, hasil penelitian ini, diharapkan dapat membantu menganalisis dalam pemilihan auditor eksternal sebagai jaminan kualitas audit suatu laporan keuangan perusahaan. Sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi para investor sebelum mengambil keputusan untuk melakukan investasi selanjutnya.
4.
Bagi Pemerintah Dengan adanya hasil penelitian ini, diharapkan dapat berguna bagi pemerintah dan pihak yang terkait dalam pengambilan kebijakan dan dasar dalam pengambilan keputusan terutama mengenai jumlah (persentase) kepemilikan institusional yang merupakan holding company yang saling berafiliasi dalam perusahaan. Karena dengan kepemilikan 146
institusional yang didominasi oleh perusahaan holding company justru akan menurunkan nilai perusahaan. 5.
Bagi Akuntan Publik Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk mengetahui karakteristik perusahaan yang menjadi faktor pendorong dalam pemilihan akuntan publik dan kemudian dapat menjadi bahan pertimbangan akuntan publik untuk menentukan strategi dalam melakukan pekerjaannya. Selain itu, temuan ini dapat dijadikan sebagai sarana
evaluasi
auditor
eksternal
atau
akuntan
publik
dalam
melaksanakan audit atas suatu laporan keuangan sehingga dapat menghasilkan laporan audit yang berkualitas yang dapat meningkatkan nilai perusahaan. 6.
Bagi Akademisi, Peneliti dan Pembaca Dengan adanya hasil penelitian ini, diharapkan dapat melanjutkan penelitian yang berkaitan mengenai struktur kepemilikan, dividend payout ratio, cash holding, kualitas audit, dan nilai perusahaan sehingga dapat bermanfaat bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan.
C. Keterbasan dan Saran 1.
Keterbatasan Berikut ini beberapa keterbatasan penelitian yang nantinya dapat dijadikan pertimbangan dalam melakukan penelitian selanjutnya: a.
Berdasarkan hasil penelitian ini menghasilkan R-square 0,315 atau 31,5% terhadap nilai perusahaan. Sehingga variabel-variabel struktur 147
kepemilikan yang diwakili oleh kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional, dividend payout ratio, cash holding dan kualitas audit dalam model ini hanya mampu menjelaskan dengan benar 29,00% dan sisanya sebesar 71,00% disebabkan oleh faktor diluar model. Hal ini dikarenakan indikator penelitian ini hanya sebatas menggunakan struktur kepemilikan yang diwakili oleh kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional, dividend payout ratio, cash holding, dan kualitas audit yang mempengaruhi nilai perusahaan. b.
Perusahaan yang diambil adalah perusahaan non keuangan dan non BUMN yang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2007 sampai dengan tahun 2011, yang memenuhi dan memiliki data lengkap mengenai struktur kepemilikan dan auditor eksternal serta perusahaan yang selalu melakukan pembayaran dividen selama periode penelitian. Sedangkan kondisi perusahaan di Indonesia yang memiliki kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional serta perusahaan yang selalu melakukan pembayaran dividen jumlahnya sedikit.
c.
Teknik pengambilan sampel yang berturut-turut mengakibatkan jumlah sampel yang akan diteliti sedikit, hal ini dapat berakibat terhambatnya proses pengolahan data untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
148
2.
Saran Peneliti menyadari adanya beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, maka penulis dapat mengemukakan beberapa saran yang dapat digunakan untuk semua pihak terutama untuk yang akan melakukan penelitian serupa: a.
Untuk penelitian selanjutnya, indikator penelitian dapat diganti dengan proxy yang lain ataupun ditambah dengan variabel yang lain seperti struktur kepemilikan yang diukur melalui kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional dapat ditambah atau diganti dengan beberapa faktor lain seperti kepemilikan keluarga dan kepemilikan asing. Selain itu, sebaiknya menambahkan variabel kontrol yang sesuai dengan penelitiannya.
b.
Untuk penelitian selanjutnya perlu mempertimbangkan sampel yang lebih luas dengan menambah sampel penelitian menjadi minimal enam tahun. Hal ini dimaksudkan agar kesimpulan yang dihasilkan dari peneliti tersebut memiliki cakupan yang lebih luas ,sehingga mungkin akan didapatkan hasil yang lebih kuat dan akurat, serta sampel yang lebih banyak.
c.
Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya objek penelitian agar ditambah menjadi seluruh perusahaan yang listing di Bursa Efek Indnesia (BEI) sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasi dan lebih menjelaskan variabilitas data yang sesungguhnya.
149
DAFTAR PUSTAKA
Ali, I. “Pelaporan Keuangan dan Asimetri Informasi dalam Hubungan Agensi”, Lintasan Ekonomi, Vol. XIX, No.2, Juli, 2002. Alim, M.N., T. Hapsari, dan L. Purwanti. “ Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi”. SNA 10 Makassar, 2007. Boediono, Gideon. “Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur”. SNA 8 Solo, 2005. Boyle, Glen W. and Guthrie, Graeme A.” Cash Flow Immediacy and the Value of Investment Timing”, Journal of Finanial Research, Southern Finance Association & Southwestern Finance Association, Vol 26 (4), pages 553570, 2003. Brigham, E.F. dan Gapenski, Louis C.“Intermediate finance management” (5 Th ed.). Harbor Drive: The Dryden Press, 1996. Brigham, Eugenie F. “Fundamental of Financial Mangement”. 6th edition, The Dryden Press International Edition, New York, 1992. Chen, Y. “ Corporate governnnce and cash holdings: listed new economy versus old economy firms”, Corporate Governance, Vol. 16 No.5, pp. 430-442, 2008. Christiawan, Yulius Jogi. “ Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil Penelitian Empiris”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.4 No.2 (Nov) Hal. 79-92, 2003. Dittmar, Amy. “Corporate Cash Policy And How To Manage It With Stock Repurchases”, Journal of Applied Corporate Finance 20 (3), 2008. Drobetz, Wolfgang and Gruninger, Mathias C. “ Corporate Cash: Evidene From a Different Institusional Setting”, Deparment of Corporate Finance, Petersgraben, 2005. Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2011. Gordon, M.J. “Dividends, Earnings and Stock Prices”, Review of Economics and Statistics, May 1959. 150
Hamid, Abdul. “Panduan Penulisan Skripsi”. Cetakan 1, Grafika Karya Utama, Jakarta, 2007. Harahap, Ludwina dan Wardhani, Ratna. “Analisis Komprehensif Pengaruh Family Ownership Masalah Keagenan, Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang, Corporate Governance dan Opportunity Growth terhadap Nilai Perusahaan”, Tesis, Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Depok, 2011. Harjito, A. dan Martono. "Manajemen Keuangan”, Yogyakarta, 2005. Haruman, Tendi, “Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Keputusan Keuangan dan Nilai Perusahaan (Survey Pada Perusahaan Manufaktur di PT. Bursa Efek Indonesia)”, SNA 11 Pontianak, 2008. Hastuti, Theresia. “Manajemen Laba (Earning Management) dan Pemilihan Metode Akuntansi Pada Saat IPO (Studi Pada Bursa Efek Jakarta)”, Jurnal Ekonomi Modernisasi, 2005. Hasnawati, Sri. “Implikasi keputusan investasi,pendanaan, dan dividen terhadap nilai perusahaan publik di BEJ”, Usahawan, No. 09 TH XXXIV, pp. 33-42, 2005. Hatta, Atika Jauhari. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Deviden: Investigasi Pengaruh Teori Stakeholder”, JAAI Volume 6 No.2, Desember 2002. Herawaty, Vinola. “Peran Praktek Corporate Governance sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management terhadap Nilai Perusahaan" , Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No. 2, pp. 97108, 2008. IAI. “Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.56 (Revisi 2010): Laba Per Saham, IAI, Jakarta, 2010. IAI. “Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 2: Kas dan Setara Kas, IAI, Jakarta, 2009. Ikbal, Muhammad, dkk. “Pengaruh Profitabilitas dan Kepemilikan Insider terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Utang dan Kebijakan Dividen sebagai Variabel Intervening”, SNA 14 Aceh, 2011. Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. “Metodologi Penelitian Bisnis, Untuk Akuntansi dan Manajemen”. Edisi 1, BPFE Yogyakarta, 2002.
151
Keown, K., M. Petty. and Scott. “Manajemen Keuangan 1 dan 2”. Edisi 9 (terjemahan). Jakarta. Indeks, 2003. Isshaq, Zangina, Godfred. A. Bokpin and Joseph Mensah Onumah. “Corporate Governance governance, ownership structure,cash holding, and firm value on the Ghana Stock Exchange”, The Journal of Risk Finance, Vol.10 No.5, pp. 488-499, 2009. www.emeraldinsight.co.id Jensen, M.C. and Meckling, W.H. “Theory of the firm: managerial behavior, agency cost, and ownership structure”, Journal of Financial Economics, Vol. 76, pp. 305-360, 1976. Kawatu, F. S. “Mekanisme Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan dengan Kualitas Laba sebagai Variabel Intervening”, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 13, No.3 : 405-417, September, 2009. Keynes, J.M. “The General Theory of Employment”, In: Interest and Money. London: Harcourt Brace, 1936. Kompas. “Indeks Harga Saham Gabungan Melemah”, Jakarta, 25 November 2008 Larasati, A. “Analisa Pengaruh Mekaisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”, 2009. Lee, Wai Kin and Few Lee, Cheng. “Cash Holding, Corporate Governance Structure and Firm Valuation”, Nanyang Business School, Singapore, 2008. Lins, K. and Kalcheva, I. “International Evidence on Cash Holdings and Expected Managerial Agency Problem”, ECGI Working Paper, 2004. Machfoedz, Mas’ud dan Siallagan, Hamonangan. “Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”, SNA 9 Padang, 2006. Mahendra, Alfredo. “Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan (Kebijakan Dividen sebagai Variabel Moderating) pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”, Tesis Pasca Sarjana Universitas Udayana, Denpasar, 2011. Midiastuty, P.P; E. Suranta; R. Indriani. dan Elizabeth. “Analisis kebijakan dividen: suatu pengujian dividend signaling theory dan rent extraction hypothesis”, SNA 12 Palembang, 2009.
152
Moh’d., M. A., Perry, Rimbey. “The Impact of Ownership Structure on Corporate Debt Policy : A Time Series Cross Sectional Analysis”, Financial Review, Vol. 33, August 1998. Opler, T., Pinkowitz, L., Stulz, R., Williamson, R. “The Determinants And Implications Of Corporate Cash Holdings”. Journal of financial Economics 52, 3-46, 1999. Pujiati, Diyah dan Widanar, Erman. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan: Keputusan Keuangan Sebagai Variabel Intervening”, Ventura, Jurnal Ekonom Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No.1, April, 2009 Rachman, Achmad Arif dan Maghviroh, Rovilla El. “Pengaruh Corporate Social Responsibilty (CSR), Kepemilikan Manajerial dan Institusional terhadap Nilai Perusahaan”, Jurnal Ekonomi, STIE Perbanas, Surabaya, 2011. Rahmawati, Andri dan Triatmoko, Hanung. “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”. SNA 10 Makassar,2007. Rahmawati dan Febrien, Andi, “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan”, Jurnal Etikonomi, Vol. 8, No. 2, Agustus, 2009. Riyanto, Bambang. “Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Cetakan Ketujuh”, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta, 2001. Saputra, Mulia. “Pengaruh Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan di Bursa Efek Indonesia”, Journal of Indonesian Applied Economics Vol.4 No.1, Jakarta, Mei 2010. Sartono, Agus. “Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi (Edisi 1)”, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta, 2001. Silitonga, Ivo Maelina.”Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governane terhadap Nilai Perusahaan dengan Manajemen Laba sebagai Variabel Moderating; Studi Pada Perusahaan yang Tergabung Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia”, Tesis Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, 2012. Siregar, Sylvia. Veronica N.P, dan Utama, Siddharta. “ Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba”, SNA 8 Solo, 2005. Smithers, Andrew and Wright Stephen. “Valuing Wall Street”, McGraw Hill, New York, 2008. 153
Sofyaningsih, Sri, dan Hardiningsih, Pancawati.“Struktur Kepemilikan, Kebijakan Dividen, Kebijakan Utang dan Nilai Perusahaan”, Dinamika Keuangan dan Perbankan, Mei 2011, Hal 68-87, 2011. Soliha, Euis dan Taswan.”Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan Serta Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya”, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, STIE Stikubank Semarang, 2002. Sugeng, Bambang. “Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Struktur Modal Terhadap Kebijakan Inisiasi Dividen di Indonesia”, Jurnal Ekonomi Bisnis, No. 1, Tahun 14, Maret, 2009. Sujoko dan Soebiantoro, Ugy. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage, Faktor Intern dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan”, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 9, No. 1, Maret, 2007. Suranta, Eddy dan Midiastuty, Pratana Puspita. “Income Smoothing, Tobin’s Q, Agency Problems dan Kinerja Perusahaan”, SNA 7 Bali, 2007. Ujiyantho, M. A. dan Pramuka, B. A. “Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan”, SNA 10 Makassar, 2007. Wahyudi, U dan Pawestri, H.P. “Implikasi Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan: Dengan Keputusan Keuangan sebagai Variabel Intervening”, Prosiding Simposium Nasional Akuntasi di Padang, Agustus 2006. Weston, Fred J. dan Copeland, Thomas E. “ Manajemen Keuangan Jilid 1”, Erlangga, Jakarta, 1997. Widyaningsih, Agnes Utari. “Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Earning Management pada Perusahaan Go Public di Indonesia”, Jurnal Akuntansi Keuangan. Vol 3. No 2. Hal.89-101. Zainal, Arifin., dan Rahmawati, Nina. “ Pengaruh Corporate Governance terhadap Efektifitas Mekanisme Pengurang Masalah Agensi”, Jurnal Siasat Bisnis, Vol. 11, No.3, pp. 237-247, 2006.
154
Lampiran 1: Data Sampel Penelitian 1. Sebelum Transformasi
2007 ASII AUTO BRAM IKBI INDF KLBF LION LMSH SMSM TCID UNVR AALI ITMG ACES AKRA DGIK JKON JRPT LTLS MTDL PUDP RALS SMRA TGKA TOTL UNTR RUIS MNCN
Q KM KI DPR 2,24 0,02 50,11 0,18 1,06 0,04 86,72 0,10 0,85 25,40 65,82 0,14 0,85 0,09 93,06 0,14 1,46 0,05 51,53 0,27 2,67 0,01 53,62 0,15 0,72 0,18 28,85 0,21 0,86 25,58 32,20 0,05 1,13 8,26 69,94 0,27 2,17 0,75 77,88 0,41 10,15 0,01 85,00 0,49 8,45 0,01 79,68 0,18 3,33 0,03 77,60 0,57 2,29 0,01 69,97 0,32 1,80 0,13 71,24 1,06 1,35 2,89 71,78 7,65 4,39 3,77 15,26 0,03 2,58 0,01 12,35 0,22 0,84 3,64 63,03 0,09 1,03 1,71 12,93 0,21 0,55 3,27 14,74 0,02 2,33 3,68 57,55 0,42 1,74 0,32 37,30 0,50 1,00 0,23 93,90 0,34 1,90 7,41 56,50 0,77 2,95 0,01 58,45 0,16 1,40 2,65 84,48 0,20 2,14 0,50 70,00 0,24
CH KA 12,80 1 11,57 1 11,40 0 11,12 1 12,66 1 12,05 1 10,80 0 9,52 1 9,95 0 11,02 1 11,64 1 12,01 1 9,38 1 11,00 0 11,33 1 11,63 0 11,26 0 10,73 0 11,01 1 11,20 1 10,50 0 11,84 1 11,48 1 10,49 1 11,12 0 12,02 1 10,72 1 12,21 1
155
2008 ASII AUTO BRAM IKBI INDF KLBF LION LMSH SMSM TCID UNVR AALI ITMG ACES AKRA DGIK JKON JRPT LTLS MTDL PUDP RALS SMRA TGKA TOTL UNTR RUIS MNCN
Q 1,03 0,98 0,77 0,44 0,87 0,91 0,84 0,95 1,37 1,32 9,67 2,55 1,48 1,73 1,06 0,61 2,29 1,03 0,85 0,79 0,24 1,40 0,86 0,90 0,85 1,15 1,20 0,81
KM 0,03 0,07 25,40 0,10 0,05 0,01 0,23 25,60 6,04 0,19 0,01 0,01 0,03 0,01 0,24 2,89 3,77 0,01 3,64 6,42 4,89 3,68 0,32 0,01 9,86 0,01 2,65 0,28
KI 50,11 93,91 65,82 93,06 50,05 55,37 28,85 32,20 69,94 77,61 85,00 79,68 77,60 73,09 71,11 64,40 15,90 12,46 63,03 12,93 14,74 56,13 42,57 93,21 57,20 59,50 77,19 77,99
DPR 0,38 0,28 0,30 0,31 0,36 0,14 0,17 0,05 0,31 0,47 0,53 0,37 0,38 0,05 0,28 0,25 0,24 0,26 0,15 0,19 0,49 0,51 0,75 0,23 1,18 0,24 0,31 0,42
CH 12,94 12,73 11,44 11,20 12,63 12,12 10,91 9,47 10,13 11,00 11,86 11,94 12,39 13,99 11,46 11,48 11,24 10,86 11,25 11,34 10,36 11,93 11,42 10,44 11,46 12,52 10,91 12,09
KA 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1
156
2009 Q 2,03 ASII AUTO 1,23 BRAM 0,73 1,01 IKBI 1,39 INDF 2,14 KLBF 0,56 LION LMSH 0,77 SMSM 1,57 1,75 TCID UNVR 11,77 4,88 AALI ITMG 3,53 2,77 ACES AKRA 1,24 0,71 DGIK 1,95 JKON 1,28 JRPT 0,88 LTLS MTDL 0,79 0,46 PUDP 1,59 RALS SMRA 1,48 TGKA 0,94 TOTL 1,02 UNTR 2,54 0,88 RUIS MNCN 0,69
KM 0,04 0,04 25,40 0,10 0,05 0,01 0,23 25,61 6,04 0,18 0,01 0,01 0,02 0,01 0,50 2,89 4,78 0,01 3,64 10,07 4,89 3,68 0,32 0,01 10,79 0,01 2,65 0,35
KI 50,11 95,65 65,82 93,06 50,05 56,74 28,85 32,22 58,13 77,61 85,00 79,68 73,72 71,80 70,82 64,40 16,92 12,69 63,03 12,93 14,74 56,13 32,53 93,21 57,19 59,50 77,19 78,41
DPR 0,45 0,18 0,78 1,33 0,20 0,13 0,21 0,24 0,65 0,48 0,55 0,15 0,43 0,08 0,24 0,18 0,24 0,24 0,52 0,20 0,09 0,65 0,12 0,74 0,10 0,28 0,50 0,18
CH 12,94 11,89 11,13 11,26 12,65 12,19 11,10 9,43 10,16 14,17 11,93 11,90 12,61 14,60 11,44 11,55 11,58 11,41 11,47 11,20 10,45 11,82 11,80 10,63 11,64 12,44 10,80 12,05
KA 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1
157
2010 ASII AUTO BRAM IKBI INDF KLBF LION LMSH SMSM TCID UNVR AALI ITMG ACES AKRA DGIK JKON JRPT LTLS MTDL PUDP RALS SMRA TGKA TOTL UNTR RUIS MNCN
Q 2,44 2,19 1,01 0,79 1,38 4,87 0,80 0,99 2,00 1,48 15,01 4,98 6,19 4,37 1,48 0,92 1,83 1,59 0,89 0,90 0,55 1,96 1,87 1,09 1,17 3,12 1,34 2,34
KM 0,04 0,07 25,40 0,10 0,06 0,02 0,23 25,61 6,04 0,14 0,01 0,01 0,01 0,01 0,63 2,89 4,78 0,01 3,64 10,83 4,89 3,66 0,30 0,01 2,56 0,00 2,65 0,42
KI 50,11 95,65 65,82 93,06 50,05 56,64 57,70 32,22 58,13 73,77 85,00 79,68 65,00 71,73 59,24 64,40 17,08 12,88 63,03 12,32 15,10 55,88 38,44 98,97 56,50 59,50 77,19 78,55
DPR 0,65 0,00 0,78 0,15 0,39 0,44 0,19 0,12 0,98 0,52 1,00 0,62 0,74 0,10 0,64 0,21 0,33 0,34 0,31 0,20 0,09 0,53 0,31 0,72 0,39 0,43 0,50 0,25
CH 12,85 11,69 10,74 11,10 13,02 12,28 11,17 9,43 10,16 11,11 11,50 12,09 12,42 11,56 11,84 11,82 11,78 11,88 11,37 10,99 10,44 11,90 11,05 10,96 11,69 12,13 10,69 12,03
KA 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1
158
2011 ASII AUTO BRAM IKBI INDF KLBF LION LMSH SMSM TCID UNVR AALI ITMG ACES AKRA DGIK JKON JRPT LTLS MTDL PUDP RALS SMRA TGKA TOTL UNTR RUIS MNCN
Q 2,46 2,20 0,93 0,55 1,16 4,39 0,92 0,91 2,13 1,47 14,34 3,62 3,37 4,99 1,96 0,69 2,48 2,02 0,92 0,75 0,68 1,60 1,75 1,24 1,16 2,52 0,96 2,28
KM 0,04 0,07 28,09 0,10 0,06 0,02 0,23 25,61 6,04 0,14 0,01 0,01 0,02 0,01 0,87 2,89 4,23 0,00 3,64 1,77 4,89 3,70 0,30 0,01 2,56 0,01 2,65 0,43
KI 50,11 95,65 65,82 93,06 50,07 56,53 57,70 32,22 58,13 73,77 85,00 79,68 65,00 72,33 59,67 64,40 16,22 12,88 63,03 25,13 15,10 55,80 37,87 98,97 56,50 59,50 77,19 75,02
DPR 0,56 20,27 0,42 0,67 0,40 0,51 0,27 0,07 0,77 0,52 1,34 0,73 0,97 0,50 2,44 0,22 0,33 0,33 0,30 0,28 0,14 0,60 0,29 0,46 0,58 0,39 0,48 0,28
CH 12,12 11,56 11,03 11,14 13,12 12,36 11,24 9,79 10,22 10,95 11,53 11,92 12,74 11,32 12,12 11,47 11,89 11,94 11,01 11,32 10,81 11,97 12,17 11,03 11,82 12,85 10,86 11,92
KA 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1
159
2. Setelah Transformasi
2007 ASII AUTO BRAM IKBI INDF KLBF LION LMSH SMSM TCID UNVR AALI ITMG ACES AKRA DGIK JKON JRPT LTLS MTDL PUDP RALS SMRA TGKA TOTL UNTR RUIS MNCN
Ln.Q 0,81 0,06 -0,16 -0,16 0,38 0,98 -0,33 -0,15 0,12 0,77 2,32 2,13 1,2 0,83 0,59 0,3 1,48 0,95 -0,17 0,03 -0,6 0,85 0,55 0 0,64 1,08 0,34 0,76
Ln.KM -3,91 -3,22 3,23 -2,41 -3,00 -4,61 -1,71 3,24 2,11 -0,29 -4,61 -4,61 -3,51 -4,61 -2,04 1,06 1,33 -4,61 1,29 0,54 1,18 1,30 -1,14 -1,47 2,00 -4,61 0,97 -0,69
KI 50,11 86,72 65,82 93,06 51,53 53,62 28,85 32,20 69,94 77,88 85,00 79,68 77,60 69,97 71,24 71,78 15,26 12,35 63,03 12,93 14,74 57,55 37,30 93,90 56,50 58,45 84,48 70,00
Ln.DPR -1,71 -2,30 -1,97 -1,97 -1,31 -1,90 -1,56 -3,00 -1,31 -0,89 -0,71 -1,71 -0,56 -1,14 0,06 2,03 -3,51 -1,51 -2,41 -1,56 -3,91 -0,87 -0,69 -1,08 -0,26 -1,83 -1,61 -1,43
CH 12,80 11,57 11,40 11,12 12,66 12,05 10,80 9,52 9,95 11,02 11,64 12,01 9,38 11,00 11,33 11,63 11,26 10,73 11,01 11,20 10,50 11,84 11,48 10,49 11,12 12,02 10,72 12,21
KA 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1
160
2008 ASII AUTO BRAM IKBI INDF KLBF LION LMSH SMSM TCID UNVR AALI ITMG ACES AKRA DGIK JKON JRPT LTLS MTDL PUDP RALS SMRA TGKA TOTL UNTR RUIS MNCN
Ln.Q Ln.KM KI Ln.DPR 0,03 -3,51 50,11 -0,97 -0,02 -2,66 93,91 -1,27 -0,26 3,23 65,82 -1,20 -0,82 -2,30 93,06 -1,17 -0,14 -3,00 50,05 -1,02 -0,09 -4,61 55,37 -1,97 -0,17 -1,47 28,85 -1,77 -0,05 3,24 32,20 -3,00 0,31 1,80 69,94 -1,17 0,28 -1,66 77,61 -0,76 2,27 -4,61 85,00 -0,63 0,94 -4,61 79,68 -0,99 0,39 -3,51 77,60 -0,97 0,55 -4,61 73,09 -3,00 0,06 -1,43 71,11 -1,27 -0,49 1,06 64,40 -1,39 0,83 1,33 15,90 -1,43 0,03 -4,61 12,46 -1,35 -0,16 1,29 63,03 -1,90 -0,24 1,86 12,93 -1,66 -1,43 1,59 14,74 -0,71 0,34 1,30 56,13 -0,67 -0,15 -1,14 42,57 -0,29 -0,11 -4,61 93,21 -1,47 -0,16 2,29 57,20 0,17 0,14 -4,61 59,50 -1,43 0,18 0,97 77,19 -1,17 -0,21 -1,27 77,99 -0,87
CH 12,94 12,73 11,44 11,20 12,63 12,12 10,91 9,47 10,13 11,00 11,86 11,94 12,39 13,99 11,46 11,48 11,24 10,86 11,25 11,34 10,36 11,93 11,42 10,44 11,46 12,52 10,91 12,09
KA 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1
161
2009 Ln.Q Ln.KM KI Ln.DPR CH 0,71 -3,22 50,11 -0,80 12,94 ASII -3,22 95,65 -1,71 11,89 AUTO 0,21 3,23 65,82 -0,25 11,13 BRAM -0,31 0,01 -2,30 93,06 0,29 11,26 IKBI 0,33 -3,00 50,05 -1,61 12,65 INDF 0,76 -4,61 56,74 -2,04 12,19 KLBF -0,58 -1,47 28,85 -1,56 11,10 LION 3,24 32,22 -1,43 9,43 LMSH -0,26 1,80 58,13 -0,43 10,16 SMSM 0,45 0,56 -1,71 77,61 -0,73 14,17 TCID -4,61 85,00 -0,60 11,93 UNVR 2,47 1,59 -4,61 79,68 -1,90 11,90 AALI -3,91 73,72 -0,84 12,61 ITMG 1,26 1,02 -4,61 71,80 -2,53 14,60 ACES -0,69 70,82 -1,43 11,44 AKRA 0,22 1,06 64,40 -1,71 11,55 DGIK -0,34 0,67 1,56 16,92 -1,43 11,58 JKON 0,25 -4,61 12,69 -1,43 11,41 JRPT -0,13 1,29 63,03 -0,65 11,47 LTLS 2,31 12,93 -1,61 11,20 MTDL -0,24 1,59 14,74 -2,41 10,45 PUDP -0,78 0,46 1,30 56,13 -0,43 11,82 RALS -1,14 32,53 -2,12 11,80 SMRA 0,39 -4,61 93,21 -0,30 10,63 TGKA -0,06 2,38 57,19 -2,30 11,64 TOTL 0,02 -4,61 59,50 -1,27 12,44 UNTR 0,93 -0,13 0,97 77,19 -0,69 10,80 RUIS -1,05 78,41 -1,71 12,05 MNCN -0,37
KA 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1
162
2010 ASII AUTO BRAM IKBI INDF KLBF LION LMSH SMSM TCID UNVR AALI ITMG ACES AKRA DGIK JKON JRPT LTLS MTDL PUDP RALS SMRA TGKA TOTL UNTR RUIS MNCN
Ln.Q 0,89 0,78 0,01 -0,24 0,32 1,58 -0,22 -0,01 0,69 0,39 2,71 1,61 1,82 1,47 0,39 -0,08 0,60 0,46 -0,12 -0,11 -0,60 0,67 0,63 0,09 0,16 1,14 -0,11 0,65
Ln.KM -3,22 -2,66 3,23 -2,30 -2,81 -3,91 -1,47 3,24 1,80 -1,97 -4,61 -4,61 -4,61 -4,61 -0,46 1,06 1,56 -4,61 1,29 2,38 1,59 1,30 -1,20 -4,61 0,94 -4,61 0,97 -0,87
KI 50,11 95,65 65,82 93,06 50,05 56,64 57,70 32,22 58,13 73,77 85,00 79,68 65,00 71,73 59,24 64,40 17,08 12,88 63,03 12,32 15,10 55,88 38,44 98,97 56,50 59,50 77,19 78,55
Ln.DPR -0,43 -4,61 -0,25 -1,90 -0,94 -0,82 -1,66 -2,12 -0,02 -0,65 0,00 -0,48 -0,30 -2,30 -0,45 -1,56 -1,11 -1,08 -1,17 -1,61 -2,41 -0,63 -1,17 -0,33 -0,94 -1,17 -0,33 -0,94
CH 12,85 11,69 10,74 11,10 13,02 12,28 11,17 9,43 10,16 11,11 11,50 12,09 12,42 11,56 11,84 11,82 11,78 11,88 11,37 10,99 10,44 11,90 11,05 10,96 11,69 12,13 10,69 12,03
KA 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1
163
2011 ASII AUTO BRAM IKBI INDF KLBF LION LMSH SMSM TCID UNVR AALI ITMG ACES AKRA DGIK JKON JRPT LTLS MTDL PUDP RALS SMRA TGKA TOTL UNTR RUIS MNCN
Ln.Q Ln.KM KI Ln.DPR 0,90 -3,22 50,11 -0,58 0,79 -2,66 95,65 -3,91 -0,07 3,34 65,82 -0,87 -0,60 -2,30 93,06 -0,40 0,15 -2,81 50,07 -0,92 1,48 -3,91 56,53 -0,67 -0,08 -1,47 57,70 -1,31 -0,09 3,24 32,22 -2,66 0,76 1,80 58,13 -0,26 0,39 -1,97 73,77 -0,65 2,66 -4,61 85,00 0,29 1,29 -4,61 79,68 -0,31 1,21 -3,91 65,00 -0,03 1,61 -4,61 72,33 -0,69 0,67 -0,14 59,67 0,89 -0,37 1,06 64,40 -1,51 0,91 1,44 16,22 -1,11 0,70 -4,61 12,88 -1,11 -0,08 1,29 63,03 -1,20 -0,29 0,57 25,13 -1,27 -0,39 1,59 15,10 -1,97 0,47 1,31 55,80 -0,51 0,56 -1,20 37,87 -1,24 0,22 -4,61 98,97 -0,78 0,15 0,94 56,50 -0,54 0,92 -4,61 59,50 -0,94 -0,04 0,97 77,19 -0,73 0,82 -0,84 75,02 -1,27
CH 12,12 11,56 11,03 11,14 13,12 12,36 11,24 9,79 10,22 10,95 11,53 11,92 12,74 11,32 12,12 11,47 11,89 11,94 11,01 11,32 10,81 11,97 12,17 11,03 11,82 12,85 10,86 11,92
KA 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1
164
Lampiran 2 : Hasil Uji Regresi Berganda
Variables Entered/Removedb
Model 1
Variables
Variables
Entered
Removed
KA,
Method
.
Enter
Ln.DPR, CH, KI, Ln.KM a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Ln.Q Model Summaryb
Model
R
1
.562a
R Square
Adjusted R
Std. Error of
Square
the Estimate
.315
.290
.60462
a. Predictors: (Constant). KA. Ln.DPR. CH. KI. Ln.KM b. Dependent Variable: Ln.Q
Model Summaryb Change Statistics Mode l 1
R Square Change .315
F Change 12.343
df1
df2 5
134
Sig. F
Durbin-
Change
Watson
.000
1.651
a. Predictors: (Constant). KA. Ln.DPR. CH. KI. Ln.KM b. Dependent Variable: Ln.Q
165
ANOVAb Sum of Model 1
Mean
Squares
df
Square
F
Regression
22.562
5
4.512
Residual
48.986
134
.366
Total
71.548
139
Sig.
12.343
.000a
a. Predictors: (Constant). KA. Ln.DPR. CH. KI. Ln.KM b. Dependent Variable: Ln.Q Coefficientsa
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
-.514
.796
Ln.KM
-.124
.023
KI
.001
Ln.DPR
Beta
T
Sig.
-.646
.520
-.465
-5.335
.000
.002
.035
.415
.679
.123
.059
.153
2.069
.040
CH
.076
.068
.094
1.106
.271
KA
-.021
.128
-.014
-.162
.872
a. Dependent Variable: Ln.Q
166
Collinearity Correlations Model
Zero-order
Partial
Statistics Part
Tolerance
VIF
1 (Constant) Ln.KM
-.531
-.419 -.381
.671
1.489
KI
.233
.036
.030
.726
1.377
Ln.DPR
.201
.176
.148
.937
1.067
CH
.343
.095
.079
.711
1.406
KA
.211
-.014 -.012
.720
1.389
a. Dependent Variable: Ln.Q CHART (Setelah Transformasi)
167
168
CHART (Sebelum Transformasi)
169
170