SKRIPSI
ANALISIS POTENSI PENDAPATAN USAHA PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK DALAM MENUNJANG USAHATANI NILAM DI DESA WANSUNGI KECAMATAN KABANGKA KABUPATEN MUNA
Oleh: PUTRI JENANG D1A1 12 137
JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
i
ANALISIS POTENSI PENDAPATAN USAHA PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK DALAM MENUNJANG USAHATANI NILAM DI DESA WANSUNGI KECAMATAN KABANGKA KABUPATEN MUNA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Pertanian untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Studi pada Jurusan/Program Studi Agribisnis
Oleh: PUTRI JENANG D1A1 12 137
JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
i
ii
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN PERGURUAN
SEBAGAI TINGGI
SKRIPSI ATAU
ATAU
KARYA
LEMBAGA
ILMIAH
MANAPUN.
PADA
APABILA
DIKEMUDIAN HARI TERBUKTI ATAU DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA SKRIPSI INI HASIL JIPLAKAN, MAKA SAYA BERSEDIA MENERIMA SANKSI SESUAI PERATURAN YANG BERLAKU.
Kendari, Oktober 2016
PUTRI JENANG D1A1 12 137
ii
iii
iii
iv
iv
v
ABSTRAK
Putri Jenang (D1A1 12 137), “ Analisis Potensi Pendapatan Usaha Pengolahan Limbah Organik Dalam Menunjang Usahatani Nilam di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna”. Dibimbing Oleh Surni Selaku Pembimbing I dan Akhmad Mansyur Selaku Pembimbing II. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) persepsi petani nilam terhadap MOL, (2) pendapatan petani nilam dan (3) R/C rasio usaha MOL. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna. Populasi dalam penelitian ini adalah semua petani yang mengusahakan tanaman nilam. Penentuan sampel dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mengikuti arahan dari Kepala Desa dengan pertimbangan bahwa generalisasi populasi diketahui karakteristiknya oleh Kepala Desa. Sampel ditentukan secara sensus yaitu semua populasi dijadikan sebagai sampel penelitian yakni sebanyak 50 petani nilam. Hal ini sesuai dengan pendapat Rianse dan Abdi (2009), bahwa apabila subjek penelitian kurang dari 50 maka dapat diambil sampel seluruh dari jumlah populasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar persepsi petani nilam terhadap potensi usaha MOL dikategorikan setuju dengan alokasi biaya dalam memperoleh MOL sebesar 276.750 (5%) dari pendapatan usahatani nilam. Rata-rata total penerimaan usahatani nilam adalah Rp 6.282.900 dengan total biaya produksi Rp 631.033 sehingga diperoleh total pendapatan usahatani nilam Rp 5.651.867. Total pendapatan bersih usaha MOL di daerah penelitian sebesar Rp 228.250 dan nilai R/C yang diperoleh 6 > 1 serta nilai BEP volume 2,4 kg dan BEP harga Rp 3.429 /kg, dengan demikian usaha MOL di daerah penelitian layak di usahakan dan menguntungkan. Dengan pengorbanan sebesar Rp 48.000 mampu menghasilkan penerimaan usaha MOL Rp 276.750. Kata Kunci : Persepsi, Potensi Usaha M0L, Petani Nilam, Pendapatan, Layak Usaha.
v
vi
ABSTRACT
Putri Jenang (D1A1 12 137), "Potential Revenue Analysis of Organic Waste Treatment In Supporting PatchouliFarming In Wansugi Village Kabangka District Muna Regency".Guided by Surni As Advisor I and Akhmad Mansyur As Advisor II. This study aims to determine: (1) the perception of patchouli farmers on MOL, (2) the income of patchouli farmer and (3) MOLbussines R/C ratio.This research was conducted in the Wansugi village Kabangka District of Muna regency.The population in this study were all farmers who cultivate patchouli.Sampling were done intentionally (purposive) by following the direction of the village chief with the consideration that the generalization of population character is well known by Village Head.Sample was determined by census that all of the population used as the study sample as many as 50 patchouli farmers.This is in line with the opinion of Rianse and Abdi (2009), that when the research subject is less than 50, it can be the whole sample of the population.The results showed that the majority of patchouli farmers' perceptions of MOL business potential categorized agree with the allocation of costs in purchasing MOL amounted to 276.750 (5%) of patchoulifarm income.The average total of patchouli farm income is Rp 6.282.900 with a total production cost Rp 631.033 hence obtain total patchouli farm income Rp 5.651.867.Total net revenue of MOL bussines in the research area is Rp 228.250 and the R/C obtained 6> 1 and the value of BEP volume 2.4 kg and the BEP price Rp 3,429/kg, thus MOL bussiness in the area of research is worth and profitable.With the expence Rp 48.000 is able to generate MOLbusinesses revenue Rp. 276.750. Keywords: Perception, M0L Business Potential, PatchouliFarmer, Revenue, Business Worth.
vi
vii
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian perkuliahan, penelitian serta penyusunan skripsi hingga dalam wujud sekarang ini. Ucapan terima kasih dengan bangga penulis persembahkan kepada orang tua tercinta, Ibu Wa Rasia yang telah membesarkan, menyayangi, mencintai, mendukung, memotivasi, menafkahi, dan mengontrol serta semua kebaikan yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan studi penulis. Bersamaan dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghormatan yang sebesar-besarnya kepada pembimbing, yaitu Ir. Surni, M.S sebagai Pembimbing I dan Akhmad Mansyur, SP, M.Si Sebagai Pembimbing II yang telah dengan sabar, tekun, tulus dan ikhlas dalam membimbing memotifasi dan menasehati dalam penyelesaian studi penulis. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada: 1. Rektor Universitas Halu Oleo, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo, Pengelola Jurusan/Program Studi Agribisnis Universitas Halu Oleo beserta staf, Dosen di lingkungan Jurusan/Program Studi Agribisnis secara khusus dan pada umumnya Dosen Fakultas Pertanian, yang telah memberikan kesempatan belajar bagi penulis, dan dukungan sarana dan prasaran dalam kelancaran proses kuliah.
vii
viii
2. Dosen pengajar pada Jurusan/Program Studi Agribisnis yang telah berperan aktif dalam proses pembelajaran, pembentukan pola pikir dan karakter penulis. 3. Bapak Akhmad Mansyur, SP, M.Si selaku Penasehat Akademik selama penulis mengikuti pendidikan pada Fakultas Pertanian UHO. 4. Seluruh dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan pada saat pelaksanaan seminar dan ujian skripsi. 5. Pegawai administrasi Jurusan Agribisnis dan Fakultas Pertanian atas urusan admnistrasi yang mendukung penulis dalam masa pendidikan. 6. Kepala Desa Wansugi, Sekertaris Desa, Perangkat Desa dan semua masyarakat Desa Wansugi yang telah membantu, melayani dengan baik dan memberikan informasi dan wawasan baru selama peneliti melakukan kegiatan penelitian di lokasi. 7. Kepala Desa Ranooha, Sekertaris Desa, Perangkat Desa dan semua masyarakat Desa Ranooha Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan yang telah membantu, melayani dengan baik dan memberikan informasi dan wawasan baru selama peneliti melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di lokasi. 8. Kakak tercinta Sumarti dan adik - adikku tersayang Hartina, Marni, dan Husni Wirawati atas kasih sayang, dukungan, do’a dan inspirasinya. 9. Teman yang terkhusus Alsidin atas motivasi, do’a dan dukungannya. 10. Teman dan sahabat kuliah Agribisnis 012 kelas C, yaitu Ramalia, Sandra Dewi, Findy Sari, Nurti Hidayah, Lukman Inta, Gede Suadnyana, Asdar, Wa Ode siti Maemana, Muhamad Ruslan, Nuryani, Mahyudin, Wahyunis, Jumrah, Darman, Hikmal Said, Muh. Yakub, Agus Sugiarto, Kaharudin,
viii
ix
Arisman, Rilan Toloko, Tomi Nugroho, Subardin, yang selalu mendukung, menyemangati, dan membantu. 11. Teman dan sahabat kuliah Agribisnis Angkatan 2009, 2010, 2011, 2013, 2014, 2015 serta terkhusus 2012, yaitu Minggu Lestari Ningsih, Wiradi Mahmad Setiawan, La Yoreni S.P, Herdin, La Ode Firman Yadi, Untung, La Ode Hasri, Haswan Dida, Rahmatia Mamma, Rudi Hartono, Yusriadin S.P, La Ode Dawid S.P, dan yang lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mendukung, menyemangati dan membantu. 12. Teman dan sahabat Muhamad Rajab S.Pi, Kasmawati, Linda Dewi Purwaningsih, Muh. Tang, Fitra, atas motivasi, do’a, dan dukungan serta bantuannya. 13. Paman La Pili S.E, Kariawan dan Bibi Marnia S.Pt, Wa Kauli S.Pd, Wa Ode Kariani S.Si, atas dukungan, motifasi, do’a, nasehat dan kasih sayangnya. 14. Keluarga Besar dari Ibunda, telah memberikan perhatian serta dukungannya guna kelancaran dalam melaksanakan pendidikan dibangku perkuliahan sampai dengan penyusunan skripsi ini. 15. Pihak-pihak lain yang telah membantu penulis baik selama mengikuti proses perkuliahan maupun proses penelitian berlangsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis hanya bisa berdoa agar semua amal dan kebaikan yang telah diberikan dalam penyelesaian studi penulis diganjar dengan kebaikan dan bernilai pahala dari sisi Allah SWT. Amin. Penulis menyadari dalam skripsi yang disusun penulis masih memiliki kekurangan dan kelemahan sehingga bimbingan dan
ix
x
arahan sangat diharapkan penulis. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap pihak yang membutuhkan informasi dan ingin meningkatkan pemahamannya.
Kendari,
Penulis
x
Oktober 2016
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………...…..............i HALAMAN PERNYATAAN ………………………………………………….ii HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………....iii HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………………iv ABSTRAK ……………………………………………………………………....v ABSTRACT……………………………………………………………………...vi UCAPAN TERIMAKASIH……………………………………………….......vii DAFTAR ISI …………………………………………………………………...xi DAFTAR TABEL……………………………………………………...……...xiv DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xv DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xvi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang.............................................................................................1 B. Rumusan Masalah........................................................................................5 C. Tujuan dan kegunaan Penelitian..................................................................6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori A.1. Tanaman Nilam. ..................................................................................7 A.2. Usaha Tani. ..........................................................................................8 A.3. Konsep MOL.......................................................................................11 A.3.1 Pengrtian MOL..........................................................................11 A.3.2. MOL Dari Buah-buahan ..........................................................13 A.3.3. Cara Penggunaan MOL............................................................13 A.3.4. Manfaat MOL...........................................................................14 A.4. Konsep Biaya …………………………………………………….....14 A.5. Produksi ……………………………………………………………..16 A.6. Konsep Penerimaan …...……………………………………….........19 A.7. Konsep Pendapatan ………………………………………………....20 A.8. Konsep Persepsi ………………..…………………………………...25 B. Penelitian Terdahulu ..................................................................................27 C. Kerangka Pikir ...........................................................................................30 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................31 xi
xii
B. C. D. E. F.
Populasi dan Sampel .................................................................................31 Jenis dan Sumber Data............................................................................ ..31 Teknik Pengumpulan Data........................................................................32 Variabel Penelitian ....................................................................................32 Analisis Data .............................................................................................33 F.1 Analisis Skala Likert…………………………………………………33 F.1.1 Uji Validitas……………………………………………………34 F.1.2 Uji Reliabilitas…………………………………………………37 F.2 Analisis Pendapatan………………………………………………....39 F.3 Analisis R/C Rasio dan BEP………………………………………...40 G. Konsep operasional Fariabel .....................................................................41 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Wilayah ……………………………………………. .44 A.1 Letak dan Luas Wilayah ……………………………………….…...44 A.2 Keadaan Iklim dan Topografi…………………………………….....44 A.3 Keadaan Penduduk………………………………………….……....45 A.3.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin …………………………………………………..….45 A.3.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian…….....47 A.3.3 Sarana dan Prasarana Sosial Ekonomi…………………….....48 B. Gambaran Umum Usahatani Nilam dan MOL B.1 Identitas Petani Nilam ......................................................................50 B.1.1 Umur Petani ............................................................................51 B.1.2 Tingkat Pendidikan Formal…………………………………..52 B.1.3 Jumlah Tanggungan Keluarga………………………………..54 B.1.4 Pengalaman Berusahatani………………………………….…55 B.2 Karakteristik Usahatani Nilam…………………………………..….57 B.2.1 Luas Lahan………………………………………………..….57 B.2.2 Biaya Produksi ……………………………………………....58 B.2.3 Produksi dan Harga Produksi………………………………...59 B.2.4 Pendapatan Usahatani Nilam………………………………....60 B.3 Karakteristik Potensi Usaha MOL……………………………….….61 B.3.1 Biaya Produksi………………………………………………...61 B.3.2 Produksi dan Harga Produksi………………………………....62 B.3.3 Manfaat MOL ………………………………………………...63 B.3.4 BEP……………………………………………………………64 C. Persepsi Petani Nilam terhadap MOL…………………………………...65
xii
xiii
C.1 Persepsi terhadap Manfaat MOL…………………………………....65 C.2 Persepsi terhadap Harga Jual MOL………………………………....69 D. Kelayakan Usaha MOL………………………………………………….72 D.1 Potensi Pendapatan Usaha MOL……………………………………72 D.2 Nilai Kelayakan Potensi Usaha MOL………………………………73 V. KESIMPULAN A. Kesimpulan……………………………………………………..………...75 B. Saran……………………………………………………………………...75 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xiii
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Tabel 1. Format Kuesioner Penilaian……………….……………………...…...33 2. Tabel 2. Hasil Uji Validitas……………………………………………………..36 3. Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas………………………………………………......63 4. Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur…………………………...….…46 5. Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ..………………….47 6. Tabel 4. Sarana dan Prasarana Sosial Ekonomi…………………….…….........49 7. Tabel 5. Keadaan Petani Berdasarkan Umur………………………………...…51 8. Tabel 6. Keadaan Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan……………..……...53 9. Tabel 7. Keadaan Petani Berdasarkan Tanggungan Keluarga…….….…….…..55 10. Tabel 8. Pengalaman Petani…………………………………………….....……56 11. Tabel 9. Keadaan Petani Berdasarkan Luas Lahan……………….……..…...…57 12. Tabel 10. Rata-rata Biaya Usahatani Nilam…………………..…………….…..59 13. Tabel 11.Rata-rata Produksi, Harga Produksi dan Penerimaan Usahatani Nilam …………………………………………………………………………………..60 14. Tabel 12. Rata-rata penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani nilam………60 15. Tabel 13. Biaya Usaha MOL……………………………..…………….……….62 16. Tabel 14. Rata-rata produksi, harga produksi dan penerimaan Usaha MOL…..63 17. Tabel 15. Nilai BEP Usaha MOL………………………………………………64 18. Tabel 13. Persepsi Petani terhadap Manfaat MOL……………………………..65 19. Tabel 14. Persepsi Petani terhadap Manfaat MOL …………………………….66 20. Tabel 15. Persepsi Petani terhadap Manfaat MOL …………………………….66 21. Tabel 16. Persepsi Petani terhadap Manfaat MOL …………………………….67 22. Tabel 17. Persepsi Petani terhadap Manfaat MOL …………………………….68 23. Tabel 18. Persepsi Petani terhadap Manfaat MOL …………………………….68 24. Tabel 19. Persepsi Petani terhadap Harga Jual MOL…………………………..69 25. Tabel 20. Persepsi Petani terhadap Harga Jual MOL ………………………….70 26. Tabel 21. Persepsi Petani terhadap Harga Jual MOL ………………………….70 27. Tabel 22. Persepsi Petani terhadap Harga Jual MOL ………………………….71 28. Tabel 23. Potensi Harga Jual MOL……………….…………………….………71 29. Tabel 25. R/C Rasio dan BEP…………………………………………………..72 30. Tabel 26. Rata-rata Pendapatan Usaha MOL…………………………………...73
xiv
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian ....................................................................................30
xv
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Riwayat Hidup ………………………………….………………………..….80 2. Peta Lokasi. …………………………………………………..…………..….81 3. Identitas Petani Responden………..………………………………...…….…83 4. Persepsi Petani Nilam Terhadap Potensi Usaha MOL …………….………..85 5. Biaya Tetap Total Usahatani Nilam……………………………….…….…...86 6. Biaya Variabel Total Usahatani Nilam……………………………….….…..88 7. Biaya Total Usahatani Nilam …………………………………………...…..90 8. Produksi, Harga Produksi dan Penerimaan Usahatani Nilam……………….92 9. Pendapatan Petani pada Usahatani Nilam…………………………….……..94 10. Biaya Tetap Usaha MOL…………………………………………………….96 11. Biaya Variabel Usaha MOL………………………………….……..............98 12. Biaya Total Usaha MOL……………………………………………..……..100 13. Produksi Usaha MOL…………………………………………………..…...102 14. Penerimaan Usaha MOL…………………………………..………………..104 15. Pendapatan Petani pada Usaha MOL……………………………………....106 16. BEP Usaha MOL……………………………………………………….….108 17. R/C Rasio Usaha MOL……………………………………………….…….109 18. Dokumentasi……………………………………………………….……….111
xvi
1
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor terbesar dari sektor perekonomian negara berkembang. Sektor pertanian diharapkan mampu menyediakan lapangan kerja, menyediakan bahan baku bagi industri hasil pertanian dan meningkatkan perolehan devisa negara dengan jalan meningkatkan jumlah volume dan nilai ekspor hasil pertanian. Salah satu sub-sektor pertanian adalah perkebunan. Pembangunan subsektor perkebunan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan pembangunan nasional. Sub-sektor perkebunan memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi perekonomian Indonesia. Secara nasional sub-sektor perkebunan telah memberikan kontribusi dalam menekan kesenjangan struktural dan kultural melalui peningkatan pendapatan masyarakat sekitarnya dan penyebaran sentra produksi. Nilam
merupakan
salah
satu
tanaman
perkebunan
yang
dapat
dikembangkan. Nilam (Pogestemon cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting, baik sebagai sumber devisa negara maupun sumber pendapatan petani. Dalam pengelolaan dan pengembangannya, produksi nilam melibatkan banyak pengrajin serta menyerap ribuan tenaga kerja. Minyak nilam memiliki potensi strategis di pasar dunia sebagai bahan pengikat aroma wangi pada parfum dan kosmetika. Minyak nilam dapat berfungsi sebagai zat pengikat (fiksatif) dan tidak dapat digantikan dengan zat sintetis lainnya (Rusli 1991).
2
Nilam pertama kali diperkenalkan di desa Wansugi pada tahun 2005/2006 sebagai uji coba dilokasi pemukiman rakyat. Pada tahun yang sama hanya beberapa petani yang mengusahakan tanaman nilam, dikarenakan masyarakat belum mengetahui manfaat dan bagaimana proses pemasaran daripada tanaman nilam tersebut. Seiring berjalannya waktu masyarakat mendapat informasi dari seorang petani yang berasal dari Sulawesi Selatan, bahwa tanaman nilam tersebut mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Ketika informasi tersebut tersebar maka para petani berlomba-lomba dalam mengusahakan atau membudidayakan tanaman nilam. Tanaman nilam merupakan tanaman domestikasi dan membutuhkan waktu untuk beradaptasi pada daerah yang baru. Tetapi disisi lain pertumbuhan nilam sangat cepat, sehingga banyak masyarakat mengalihfungsikan lahannya sebagai tempat pembudidayaan tanaman nilam yang sebelumya ditanami komoditi lain salah satunya adalah tanaman kakao. Dan banyak tanaman kakao yang di tebang disebabkan pendapatan petani dari hasil produksi kakao menurun drastis. Beberapa tahun terakhir ini tanaman nilam semakin berkembang dan banyak diminati oleh masyarakat untuk di budidayakan. Tanaman nilam adalah salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting, baik sebagai sumber devisa negara maupun sumber pendapatan petani. Oleh sebab itu, tanaman nilam sangat baik untuk dikembangkan di daerah Wansugi, selain saluran pemasarannya yang jelas juga keterampilan petani sudah dikembangkan dalam mengusahakan tanaman nilam.
3
Saluran pemasaran nilam yang dilakukan petani di Desa Wansugi yaitu dengan pola memasarkan hasil produksinya langsung ke industri penyulingan nilam. Dimana pemilik industri penyulingan langsung ke lahan petani untuk memborong tanaman nilam yang diusahakan petani, dengan pertimbangan harga tergantung pada kualitas nilam tersebut. Penjualan daun kering dari petani kepada pemilik industri penyulingan dengan harga rata-rata Rp 6.500/kg Lahan merupahan salah satu faktor produksi yang sangat penting, jika salah satu diantara faktor produksi tidak ada atau tidak disediakan maka kegiatan usahatani tidak dapat berlangsung. Oleh karena itu, tanah yang subur sangat penting bagi pertumbuhan tanaman terutama tanaman nilam. Nilam yang tumbuh subur akan menghasilkan produksi yang berkualitas dan jauh dari berbagai serangan hama dan penyakit. Lahan yang digunakan dalam usahatani nilam di daerah Wansugi saat ini adalah tanah yang sudah berulang kali ditanami oleh komoditi lain seperti kakao, jagung, sayur-sayuran dan lain-lain. Sementara penggunaan lahan yang secara berulang-ulang akan menurunkan kualitas tanah dan otomatis hasil produksi tanaman akan berkurang atau menurun. salah satu faktor yang menyebabkan produksi nilam adalah munculnya penyakit keriting daun pada tanaman nilam yang disebabkan oleh kurangnya unsur hara yang diserap tanaman tersebut. Salah satu upaya untuk mengembalikan unsur hara pada lahan tersebut yaitu dengan cara penggunaan pupuk. Pupuk merupakan nutrisi atau unsur hara yang ditambahkan kepada tanaman, dimana tanaman kekurangan akan unsur hara. Pupuk dapat berupa pupuk anorganik dan organik. Pupuk anorganik merupakan
4
pupuk yang berasal dari bahan-bahan kimia sehingga sangat berefek negatif pada lingkungan terutama tanah dan menurunkan kuantitas dari tanaman. Sedangkan pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa pembusukan atau pengomposan. Pupuk organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, ataupun kotoran ayam. Pupuk organik biasanya berupa zat padat. Akan tetapi, pupuk organik juga dapat berupa pupuk cair. Pupuk organik cair adalah larutan dari pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Kelebihan dari pupuk organik cair ini adalah dapat secara cepat mengatasi defesiensi hara, tidak masalah dalam pencucian hara, dan mampu menyediakan hara secara cepat. Salah satu pupuk organik cair adalah MOL (Mikro Organisme Lokal). MOL adalah larutan dari hasil fermentasi yang berasal dari sisa-sisa pembusukan yang mudah terurai. MOL yang dapat dibuat pada penelitian ini berasal dari bermacam-macam buah yang hampir busuk seperti buah pepaya, mangga, pisang, mentimun serta gula merah dan air bekas cucian beras. MOL mempunyai keuntungan karena biaya yang dibutuhkan murah dan pembuatannya sangat mudah. Ditinjau dari segi harga, pupuk anorganik relatif lebih mahal daripada pupuk organik. Dengan adanya MOL maka akan memudahkan petani nilam dalam membutuhkan pupuk cair yang bersifat organik dan murah sehingga penggunaan pupuk kimia akan berkurang dan dapat menghasilkan produksi yang maksimal. Keadaan ini juga terjadi di Desa Wansugi.
5
Desa Wansugi mayoritas petani yang mengusahakan tanaman nilam. Tanaman nilam telah menjadi sumber pendapatan sebagian besar masyarakat setempat. Sekarang ini dalam menunjang pertumbuhan tanaman nilam tersebut masyarakat menggunakan pupuk kimia yang diperoleh dari toko tani. Untuk memperoleh pupuk kimia memerlukan biaya yang cukup besar, selain itu penggunaan pupuk kimia dapat menurunkan kualitas tanah sehingga unsur hara yang terkandung dalam tanah semakin berkurang. Dengan keadaan tersebut maka tanaman nilam yang diusahakan petani tidak dapat menghasilkan produksi yang maksimal, sehingga akan menurunkan pendapatan petani. Oleh karena itu kehadiran MOL sangat diperlukan dalam pertumbuhan tanaman nilam agar dapat meningkatkan hasil produksi yang baik dan berkualitas. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk mengkajinya melalui penelitian yang berjudul Analisis Pendapatan Usaha Pengolahan Limbah Organik Dalam Menunjang Usahatani Nilam di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka muncul rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap MOL di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna? 2. Seberapa besar pendapatan petani nilam di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna?
6
3. Seberapa besar R/C rasio usaha MOL di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna? C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui persepsi masyarakat terhadap MOL di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna. 2. Mengetahui pendapatan petani nilam di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna. 3. Mengetahui R/C rasio usaha MOL di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi petani, penelitian ini dapat dijadikan sebagai pemahaman dan tambahan informasi yang dapat membantu dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan produksi nilam 2. Bagi pemerintah penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi dalam perumusan kebijakan. 3. Bagi peneliti lain, penilitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran dan informasi dalam `penyusunan penelitian selanjutnya atau penelitianpenelitian sejenis.
7
II TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori A.1. Tanaman Nilam Tanaman nilam (pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting, menyumbang devisa lebih dari 50% dari total ekspor minyak atsiri Indonesia. Hampir seluruh pertanaman nilam di Indonesia merupakan pertanaman rakyat yang melibatkan 32.870 kepala keluarga petani (Ditjen Perkebunan, 2006). Nilam merupakan tanaman yang memiliki prospek potensial bagi sektor kehutanan. Tanaman ini dapat ditanam dengan sistem penanaman tumpangsari dengan jenis tanaman hutan lainnya. Nilai fungsi lahan hutan akan meningkat sebesar 130% dengan adanya tumpangsari nilam dalam kurun waktu 4 tahun jika dibanding bila lahan hutan hanya ditanam monokultur bberupa tegakan pinus yang baru dapat dipanen kayu-nya setelah berumur 31 tahun (Sumadiwangsa, 2004). Imran (1994) menjelaskan bahwa nilam merupakan tanaman yang butuh kondisi ruang terbuka. Hingga kini masih dianut paham bahwa tanaman nilam yang ditanam dibawah naungan memberikan rendemen hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan yang ditanam ditempat yang terbuka. Nilam (Pogostemon Cablin Benth) adalah suatu tanaman semak yang hidup di daerah tropis. Kualitas nilam tergantung pada jenis, sifat tanah, iklim dan cara penanamannya. Proses produksi minyak nilam umumnya menggunakan cara
8
penyulingan. Minyak nilam tergolong kedalam minyak atsiri dengan komponen utama patchouli alkohol. Batang, daun dan akar mengandung minyak ini, minyak nilam berwarna kuning jernih dan memiliki bau yang khas dan sulit dihilangkan, karena sifat aromanya yang kuat, minyak nilam banyak digunakan pada industry parfum dan kosmetik. Minyak nilam merupakan komoditi ekspor, Indonesia adalah pemasok minyak nilam dunia (90%) sehingga minyak nilam mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan (Mamum,2008). Tanaman nilam sudah dapat dipanen pada umur 6 bulan. Setelah dipanen tunasnya berkembang membentuk rumpun yang dapat dipanen lagi setiap 3 bulan. Sekali tanam, nilam dapat memcapai umur tiga tahun. Setiap panen, tiap hektarnya dapat menghasilkan 3.020 ton nilam basah tergantung kesuburan tanaman. Adapun hasil yang diperoleh melalui penelitian Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna, IPB menunjukan bahwa produksi nilam pada panen pertama relatif lebih besar dari panen berikutnya. A.2. Usahatani Usahatani (farm management) adalah cara bagaimana mengelola kegiatankegiatan pertanian.banyak juga pihak lain yang tertarik untuk mengetahui sejauh mana pengelolaan usahatani disuatu negara. Pemerintah, penyuluh, perencana, konsumen, petugas bank, ahli konservasi dan politisi adalah sebagian kecil sajadiantara pihak-pihak yang sangat tertarik pada masalah bagaimana menghasilkan pangan dan bahan serat secara berlimpah,efisien dan konsisten. Jadi, usahatani adalah proses dimana sumberdaya dan situasi dimanipulasi oleh
9
keluarga tani dalam mencoba dengan informasi yang terbatas, untuk mencapai tujuan-tujuannya (Makeham dan Malcollm, 1991). Usahatani adalah kegiatan mengorganisasi (mengelola) aset dan cara dalam pertanian, atau lebih tepatnya adalah suatu kegiatan mengorganisasi saran produksi pertanian teknologi dalam suatu usaha yang menyangkut bidang pertanian (Daniel,2002). Mubyarto (1989) mendefinisikan usahatani adalah himpunan dari sumbersumber alam yang terdapat ditempat dan di perlukan untuk produksi pertanian seperti tanah, air dan bangunan-bangunan yang didirikan di atasnya. Sedangkan farma (management) merupakan suatu cara mengelola kegiatan-kegiatan pertanian, dimana seorang petani berfungsi sebagai pengelola dan juru tani dalam menjalankan usaha dan menentukan keputusan sehari-hari tentang urusan praktis dan teknik, namun seorang petani harus luwes untuk bertindak efektif terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada usahanya. Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat ditempat atau yang dilakukan untuk produksi pertanian seperti tumbuh tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, banguna-bangunan yang didirikan diatas tanah dan sebagainya. Sehingga usahatani sesungguhnya tidak hanya sekedar terbatas pada pengambilan hasil melainkan benar-benar merupakan usaha produksi, disini berlangsung pendayagunaan tanah, investasi, tenaga kerja dan manajemen. Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam
10
sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin (Suratiyah, 2006). Usahatani terdiri atas pengertian usahatani, klasifikasi uasahatani, pengeluaran usahatani, penerimaan usahatani, pendapatan usahatani, R/C ratio, B/C ratio, pendapatan rumah tangga petani terdiri dari pengeluaran rumahtangga dan usahatani, serta faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan dan pengeluaran rumah tangga petani (Rahin dan Hastuti, 2007). Mosher (1984) menjelaskan bahwa usahatani adalah sebagian dari permukaan bumi dimana seorang petani, sebuah keluarga tani atau badan usaha lainnya yang bercocok tanam atau memelihara ternak. Pada suatu usahatani terdapat empat unsur pokok yang dikenal dengan istilah faktor-faktor produksi yaitu tanah, tenaga kerja, modal dan pengelolaan. Pengenalan dan pemahaman dan unsur pokok usahatani sangat penting, terutama yang menyangkut kepemilikan dan penguasaan faktor-faktor produksi karena akan memmberikan kekuatan dan kekuasaan untuk berbuat terhadap faktor-faktor produksi tersebut dan digunakan dalam kegiatan produksi. Dari keempat faktor produksi tersebut, oleh soekartawi (1989) dikatakan bahwa pengelolaan merupakan hal yang sangat penting walaupun karena ketiga faktor produksi lain ( tanah, tenaga kerja dan modal) tersedia, tetapi tanpa adanya pengelolaan yang baik maka penggunaan dan faktor produksi yang lain tidak efisien. Dengan demikian petani harus berusaha
11
untuk
meningkatkan
kemampuan
pengelolaannya
agar
usahatani
yang
dilaksanakan lebih produktif dan memungkinkan untuk memperoleh produksi dan pendapatan yang tinggi. Usahatani sesungguhnya tidak sekedar hanya terbatas pada pengambilan hasil (ekstraktif), melainkan benar-benar usahatani produksi. Dalam kegiatan usahatani berlangsung pendayagunaan tanah, investasi, tenaga kerja dan manajemen. Keberhasilan dalam pendayagunaan ini barulah akan mendapatkan hasil yang dapat diambil, baik kualitas maupun kuantitas hasil akan sangat memuaskan produsennya (Kartasapoetra, 1989). A.3. Konsep MOL (Mikro Organisme Lokal) A.3.1. Pengertian MOL Aktivitas manusia setiap hari di berbagai tempat menghasilkan banyak sekali limbah khususnya limbah organik. Sampah dapat diolah menjadi bahan yang lebih berguna dan menguntungkan seperti kompos. Pemakaian kompos pada lahan pertanian akan mengurangi pemakaian pupuk kimia dan obat-obatan yang berlebihan (Sriharti dan Salim, 2008). Menurut Murbandono (2002), kompos merupakan bahan-bahan organik yang telah mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi antarmikroorganisme yang bekerja di dalamnya. Mikroorganisme ini memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai sumber makanannya. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat (Dewi, 2008).
12
MOL (Mikro Organisme Lokal) dapat dikatakan salah satu jenis pupuk cair. MOL juga memiliki kandungan unsur hara dan unsur hara mikro. MOL sangat berperan dalam perangsang tanaman dan sebagai pengendalian hama dan penyakit tanaman (Anonim, 2012). MOL (Mikro Organisme Lokal) merupakan pemanfaatan bakteri yang bermanfaat di sekitar yang berguna sebagai dekomposer. MOL dapat berasal dari hasil pembusukan yang telah difermentasikan. Semakin busuk dan halus bahan yang difermentasikan maka akan semakin cepat menjadi MOL (Anonim, 2012). MOL yang berasal dari buah-buahan yang sedang dibuat, yang telah/hampir busuk merupakan pembuatan MOL yang relatif cepat dan efisien karena buah tersebut memiliki daging buah yang halus sehingga mudah untuk busuk (Anonim, 2012). Dalam pembuatan MOL yang lebih cepat maka bakteri dalam larutan MOL membutuhkan glukosa, sumber bakteri, dan karbohidrat (Anonim, 2012). a. Glukosa Glukosa berperan dalam sumber energi dalam mikroba yang bersifat spontan, artinya lebih mudah untuk dimakan. Glukosa yang dibuat dalam praktikum ini adalah gula jawa yang telah diiris/dihaluskan serta air kelapa. b. Mikroorganisme lokal/sumber bakteri Sumber bakteri dalam MOL yang diperoleh berasal dari buah-buahan yang telah busuk. Bakteri yang tersedia dalam MOL biasanya lebih dari satu jenis bakteri. Jenis bakteri yang terdapat seperti Pseudomona sp, Bacillus s, bakteri pelarut pospat, dan Azospirillum sp, dll. Walaupun dalam praktikum tidak adanya
13
identifikasi jenis bakteri. Akan tetapi dapat diperoleh dari literatur yang telah diidentifikasi. c. Karbohidrat Karbohidrat dalam MOL sangat dibutuhkan oleh bakteri pengurai yang digunakan sebagai sumber energi. Akan tetapi, karbohidrat tidak ada ditambahkan dalam praktikum ini. Karbohidrat dapat berupa beras, gandum, ubi, kentang dan singkong.
A.3.2. MOL dari buah-buahan MOL yang digunakan dalam praktikum ini adalah MOL dari buah-buahan yang telah busuk dan mudah untuk difermentasikan dan tidk membutuhkan waktu yang lama. Hasil dari MOL ini dapat disemprotkan langsung ke tanaman dan dapat digunakan sebagai dekomposer dalam pengomposan (Pranata, 2004). A.3.3. Cara Penggunaan MOL MOL dapat digunakan langsung disemprotkan ke tanaman dalam meningkatkan kesuburan tanaman.dan juga dalam meningkatkan kesuburan tanah. Mol dapat langsung dimanfaatkan tanaman karena sudah berupa larutan (Pranata, 2004). MOL dapat digunakan dalam proses penguraian pengomposan. Misalnya, pengomposan pupuk kandang ayam dan pupuk kandang sapi karena MOL mengandung bakteri pengurai di dalam larutannya (Pranata, 2004).
14
A.3.4. Manfaat MOL Adapun manfaat dari MOL adalah sebagai berikut (Wahyudi, 2013) : 1. Menyediakan ketersediaan unsur hara yang sangat cepat karena sudah berupa larutan. 2. Dapat disemprotkan langsung pada tanaman, sehingga diserap melalui dedaunan tanaman. 3. Dapat digunakan sebagi dekomposer dalam pengomposan. 4. Mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman. 5. Mengurangi penggunaan pestisida yang dapat menurunkan kualitas tanaman. 6. Dengan adanya MOL maka buah-buahan yang busuk ataupun yang lain dapat dimanfaatkan. A.4 Konsep Biaya Niswonger (1992) biaya adalah jumlah yang terpakai atau jasa yang digunakan dalam proses penghasilan pendapatan. Adapun biaya menurut Mulyadi (2002) adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Sedangkan menurut Rasyaf (1993) biaya tetap merupakan biaya-biaya yang dalam batas-batas tertentu tidak berubah apabila tingkat kegiatan produksi berubah. Biaya tidak tetap (variable) merupakan biaya yang berubah secara langsung dan berbanding lurus terhadap jumlah suatu produk (Revino, 2006). Biaya variable adalah biaya yang secara langsung berkaitan dengan jumlah tanaman yang diusahakan dan dengan input variable yang dipakai, seperti
15
penyiangan, pupuk tenaga kerja tidak tetap, bibit dan sebagainya (Makeham dan Malcolm, 1991). Biaya variable merupakan besar kecilnya biaya yang dikeluarkan tergantung pada kapasitas produksi yang bersangkutan (Rasyaf, 2000). Sedangkan menurut Usry (2004) biaya variable sebagai biiaya yang secara total meningkat terhadap peningkatan dalam aktifitas dan menurun terhadap penurunan dalam aktifitas. Dalam usahatani, ada bermacam-macam biaya yang harus dikeluarkan, yang dapat digolongkan menjadi : (1) Biiaya Tetap ( Total Fixed Cost), terdiri dari keseluruhan biaya-biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi; (2) Biaya Tetap Rata-Rata (Average Total Fixed cost) yaitu keseluruhan jumlah biaya tetap dibagi dengan jumlah produksi yang dihasilkan; (3) Biaya Variable (Total Variable Cost), terdiri dari jumlah biaya-biaya yang berubah yang sesuai dengan besarnya produksi yang dihitung dalam jangka waktu tertenta; (4) Biaya variable dibagi dengan jumlah produksi; (5) Biaya Marginal (Marginal Cost), yaitu biaya yang diperlukan untuk menaikan satu satuan produksi; (6) Biaya Total (Total Cost), adalah jumlah dari biaya tetap dan biaya variable; (7) Biaya Total Rata-rata (Average Total Cost) yang merupakan jumlah dari Biaya Tetap RataRata atau Biaya Total dibagi dengan jumlah produksi yang dihasilkan (Soeharjo dan Patong, 1984). Hernanto (1996) menjelaskan biaya produksi dapat digolongkan atas: 1. Biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang tidak habis penggunaannya dalam satu masa produksi, biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya
16
produksi yang termaksud dalam penggolongan ini misalnya penyusutan alat. Tenaga kerja dalam keluarga dapat digolongkan dalam biaya tetap. 2. Biaya variable (variable cost) yaitu biaya yang dipakai untuk memperoleh input variable. Sifatnya berubah sesuai dengan besarnya produksi antara lain biaya untuk membeli sarana produksi. Tuwo, A. (1990) mengemukakan bahwa menurut sifatnya biaya usahatani digolongkan sebagai berikut: 1. Biaya tetap (fixed cost) ialah biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi. 2. Biaya yang dibayarkan dan biaya yang tidak dibayarkan. Dalam usahatani keluarga ada biaya yang dibayarkan dengan uang tunai atau benda. Disamping itu ada biaya yang tidak dibayarkan yang sebenarnya juga merupakan biaya usahatani. Apabila biaya yang tidak dibayarkan ini dihitung sebagai biaya usahatani, maka analisis usahatani akan berakhir dengan angka negatiif. 3. Biaya langsung dan tidak langsung Biaya langsung adalah biaya yang langsung digunakan dalam proses produksi (actual cost). Biaya tidak langsung (imputed cost) terdiri dari penyusutan modal, biaya makanan, tenaga kerja keluarga, dan lain-lain. A.5 Produksi Produksi adalah segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah nilai, guna atau manfaat baru, menambah gegunaan suatu barang atau jasa. Secara umum produksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang
17
mengubah input menjadi output. Dalam pengertian yang bersifat umum ini penggunaannya cukup luas, sehingga mencakup output yang berupa barang atau jasa. Dalam arti sempit, pengertian produksi hanya dimaksut sebagai kegiatan untuk menghasilkan barang, baik barang jadi maupun setengah jadi, bahan industri dan suku cadang atau spareparts (Assauri, 1993). Miller dan Mainers (2000) menjelaskan bahwa secara umum istilah produksi diartikan sebagai penggunaan atau pemanfaatan sumberdaya yang mengubah suatu komoditi menjadi komoditi lainnya yang sama sekali berbeda baik dalam pengertian apa dan dimana atau kapan komoditi-komoditi itu dialokasikan maupun dalam apa yang dikerjakan oleh konsumen terhadap komoditi itu. Selanjutnya bahwa produksi merupakan konsep arus, konsep arus (flowconcept) yang dimaksut adalah kegiatan yang diukur sebagai tingkat-tingkat output (keluaran) per unit periode waktu, sedangkan output sendiri senantiasa disumsikan konstan kualitasnya. Jadi bila berbicara mengenai peningkatan produksi, itu berarti peningkatan tingkat output dengan mengasumsikan factorfaktor lain yang sekiranya berpengaruh tidak berubah sama sekali. Downey, dkk. (1992) menjelaskan bahwa produksi dapat juga dikatakan sebagai perangkat prosedur dan kegunaan yang terjadi dalam penciptaan produk atau jasa. Produksi pertanian dihambat oleh masalah serius yang berupa sifat musiman, kerawanan terhadap kerusakan (perishability), ukuran penumpukan (bulknes) serta perbedaan kuantitas dan kualitas. Beattie, dkk. (1996) menjelaskan bahwa produksi adalah proses kombinasi dan koordinasi material-material dan kekuatan-kekuatan (input, faktor produksi,
18
sumberdaya atau jasa-jasa produksi) dalam pembuatan suatu barang atau jasa (output atau produk). Soekartawi (2002) menjelaskan hubungan fisik antara prooduksi (Y) dan faktor-faktor produksi (X) sering disebut dengan istilah factor relationship (FR). Berdasarkan persamaan tersebut maka petani dapat melakukan peningkatan produksi dengan cara menambah jumlah salah satu dari input yang digunakan. Mosher (1984) menyatakan bahwa tinggi rendahnya produksi pada hakekatnya ditentukan oleh luas lahan, daya produksi, kesuburan tanah, jenis yang ditanam dan kehadiran hama penyakit. Lebih lanjut lagi
dikatakan bahwa
tingginya produksi yang diikuti dengan semakin besarnya pendapatan akan lebih merangsang petani dalam meningkatkan produksinya, dan tingginya produksi ditentukan oleh perbandingan harga yang menguntungkan serta perbandingan hasil-hasil yang wajar. Dalam fungsi produksi dikennal dengan istilah “ faktor ketidaktentuan (uncertainly)” dan “resiko (risk)”. Besarnya faktor ketidaktentuan ini akan menentukan besarnya resiko yang dihadapi, bila petani atau pengusaha sulit untuk menduga kapan akan terjadi musibah, maka usaha yang dilakukan adalah berdasarkan konsep ketidaktentuan. Bila seorang/petani akan melakukan pendugaan dengan menggunakan fungsi produksi pada usaha yang dikuasainya (banyak resiko) maka bentuk fungsi produksinya adalah fungsi produksi under risk (Soekartawi,2002). Cepat tidaknya mengadopsi inovasi oleh petani tergantung dari faktor ekstern dan intern. Faktor intern itu sendiri terdiri dari faktor social dan ekonomi.
19
Faktor sosial diantaranya : umur, tingkat pendidikan, pengalaman petani dan kepemilikan lahan. Sedangkan faktor ekonomi diantaranya adalah jumlah tanggungan keluarga, luas lahan dan ada tidaknya usahatani lain yang dimiliki oleh petani (Soekartawi, 2002). A.6. Konsep Penerimaan Mubyarto (1989) menjelaskan penerimaan petani teriri atas penerimaan tunai dan non tunai. Penerimaan tunai adalah dalam bentuk yang merupakan hasil penjualan produksi usahataninya yang diterima langsungoleh petani. Sedangkan penerimaan non tunai adalah produksi usahatani yang dikonsumsi oleh keluarga petani. Soekartawi (1995) menyatakan bahwa penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Dalam menghitung penerimaan usahatani ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain: pertama, dalam menghitung penerimaan produksi dapat dilakukan secara hati-hati karena tidak semua produksi pertanian itu dipanen secara serentak. Kedua, dalam menghitung penerimaan dilakukan secara teliti karena (a) produksi mungkin dijual beberapa kali sehingga dibutuhkan data frekuensi penjualan (b) produksi mungkin dijual beberapa kali pada harga jual yang berbeda-beda. Jadi disamping frekuensi penjualan yang perlu diketahui juga pada masing-masing harga penjualan tersebut. Ketiga, bila penelitian usaha ini menggunakan responden, maka diperlukan teknik wawancara yang baikuntuk membantu responden mengingat kembali produksi hasil penjualan yang diperoleh. Pemilihan waktu satu tahun terakhir biasanya sering dipakai oleh peneliti untuk memudahkan perhitungan.
20
Tuwo,A. (1990) mengemukakan bahwa penerimaan usahatani berwujud tiga hal yaitu: 1. Hasil penjualan tanaman, ternak, ikan atau produk yang akan dijual. 2. Produk yang dikonsumsi pengusaha dan keluarganya selama melakukan kegiatan produksi. 3. Kenaikan nilai investasi. Nilai benda-benda inventaris yang dimiliki petani, berubah-ubah nilai pada awal tahun dan dengan nilai pada akhir tahun perhitungan. Jika terjadi kenaikan nilai benda-benda inventaris yang dimiliki petani maka selisih tersebut merupakan nilai produksi usahatani. Kadarsan (1992) menguraikan jenis-jenis penerimaan sebagai berikut: 1. penerimaan tunai dari penjualan hasil usahatani dari segala keuntungan yang berhubungan dengan kegiatan uasahatani. 2. Penerimaan dalam bentuk natural, seperti konsumsi komoditi yang dihasilkan usahatani atau nilai sewa dari rumah pengusaha yang dimilikinya. 3. Penerimaan atau penghasilan bukan tunai, seperti perubahan nilai ternak atau barang milik perusahaan. 4. Penerimaan dari sumber dari luar usahatani, seperti upah kerja dan bunga. 5. Penerimaan yang tidak terselesaikan.
A.8. Konsep Pendapatan Soemarso (2002), pendapatan adalah peningkatan jumlah aktiva atau penurunan kewajiban yang timbul dari penyerahan barang atau jasa atau aktifitas usaha lainnya dalam suatu periode. Menurut Niswonger (1992) pendapatan dari
21
penjualan adalah seluruh total tagihan kepada pelanggan atas barang yang dijual, baik secara tunai maupun kredit. Pendapatan adalah pertambahan harta diluar tambahan investasi yang mengakibatkan modal bertambah. Pendapatan usaha adalah pendapatan yang diperoleh dari hasil usaha pokok perusahaan (untuk perusahaan dagang penjualan), sedangkan pendapatan diluar usaha adalah pendapatan yang diperoleh dari bukan usaha pokok perusahaan (diluar pokok usaha). Pendapatan dapat diartikan sebagai selisih antara penerimaan total dengan pengeluaran total yang bernilai uang. Menurut Winardi (1992) pendapatan adalah hasil berupa uang atau hasil materi lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa-jasa manusia. Kemudian menurut Soekartawi (1995) menyatakan bahwa pendapatan bersih usahatani diukur melalui imbalan yang diperoleh dari pengeluaran faktor-faktor produksi, pengelolaan dan modal sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani, maka bagi seorang pengusaha analisis pendapatan memberikan bantuan untuk mengukur apakah kegiatan usaha pada saat ini berhasil atau tidak. Makeham dan Malcom (1991) menyatakan bahwa pendapatan usahatani merupakan pendapatan yang berasal dari kegiatan usahatani dan peternakan setiap tahun. Ada 5 sumber umum dan kategori pendapatan usahatani yaitu: 1. Penjualan produk tanaman, ternak dan hasil-hasil ternak (susu, kompos dan lain-lain); 2. Produk-produk usahatani yang dikonsumsikan oleh keluarga tani;
22
3. Sisa hasil usaha (SHU) dari koperasi, kelompok tani dimana petani yang bersangkutan menjadi anggotanya; 4. Pendapatan non-uang tunai yang berasal dari perubahan investasi (stok ekstra yang ada pada akhir tahun jual beli); dan 5. Pekerjaan-pekerjaan diluar usahatani (seperti bagi hasil, kontrak atau pekerjaan sebagai buruh diluar kota). Soeharjo dan Patong, D. (1984) mengemukakan bahwa pendapatan merupakan selisih dari penerimaan usahatani dan biaya usahatani yang harus dikeluarkan. Bentuk dan jumlah pendapatan ini mempunyai fungsi yang sama yaitu memenuhi kebutuhan sehari-hari danmemberikan kepuasan petani agar dapat melanjutkan kegiatan usahataninya. Suatu usahatani dikatakan sukses apabila situasi pendapatannya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. Cukup untuk membayar pembelian sarana produksi termasuk biaya angkutan dan biaya administrasi yang mungkin melekat pada pembelian tersebut, 2. Cukup untuk membiayai bunga modal yang ditanamnkan termasuk pembayaran sewa tanah dan pembayaran depresiasi modal, 3. Cukup untuk membayar upah tenaga kerja yang dibayar atau bentuk-bentuk upah lainnya untuk tenaga kerja yang tidak dibayar. Soekartawi (1995) menjelaskan bahwa persamaan dari analisis pendapatan usahatani yaitu: I = TR-TC, dimana TR= Qy x Py. Income (I) atau pendpatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Total revenue (TR) atau penerimaan total adalah perkalian antara jumlah produksi quantity (Qy) dan harga jualnya/price (Py), sedangkan total cost (TC) atau biaya total merupakan
23
semua pengeluarang yang digunakan dalam usahatani. Penerimaan tunai usahatani didefenisikan sebagai nilai mata uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Pengeluaran tunai usahatani didefenisikan sebagai jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani. Kelebihan uang tunai ditambah dengan penerimaan tunai rumahtangga seperti upah kerja yang diperoleh dari luas usahatani disebut sebagai pendapatan tunai rumahtangga. Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan dalam usahatani dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: 1. Faktor internal, yang terdiri dari (a) umur petani; (b) pendidikan, pengetahuan, pengalaman dan keteranpilan; (c) jumlah tenaga kerja keluarga; (d) luas lahan dan ; (e) modal; 2. Faktor eksternal, yang terdiri dari : (a) Input, yang meliputi ketersediaan dan harga; (b) Output yang meliputi permintaan dan harga (Suratiyah, 2006). Target utama dalam usahatani adalah ekonomis dalam artian pencapaian pendapatan atau keuntungan yang maksimal. Pendapatan yang maksimal adalah pendapatan yang diperlukan keluarga petani untuk memenuhi keperluan hidupnya, yang secara terus-menerus meningkat sehingga pendapatan yang maksimal diharapkan (Adiwilaga, 1982). Boediono (1992) pendapatan sebagai total penerimaan produksi setelah dikurangi
dengan
biaya
(pengeluaran).
Sementara
Hernanto
(1996)
mengemukakan bahwa ukuran pendapatan sebagai berikut : 1) Pendapatan kerja petani.
Dimana
diperhitungkan
dari
penjualan
hasil
penerimaan
yang
diperhitungkan dari yang digunakan untuk keluarga ditambah dengan kenaikan
24
nilai investasi dikurangi dengan pengeluaran tunai yang diperhitungkan termasuk biaya modal, 2) Penghasilan kerja keluarga. Diperoleh dari pendapatn kerja petani penerimaan yang diperhitungkan dari yang dipergunakan untuk keluarga, 3) Pendapatan kerja keluarga. Diperoleh dari penghasilan petani ditambah nilai tenaga kerja keluarga, dan 4) Pendapatan keluarga. Diperoleh dengan menjumlahkan total pendapatn keluarga dari berbagai sumber. Walaupun pendapatan yang diperoleh petani dalam usahatani, namun besarnaya pendapatan tersebut belum mencerminkan tingkat efisiensi. Ratio penerimaan atas biaya (R/C ratio) menunjukan berapa besarnya penerimaan yang akan diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam produksi usaha. Dengan demikian analisis ratio atas biaya produksi dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan relative kegiatan usaha. Artinya dari angka ratio penerimaan atas biaya tersebut dapat diketahui apakah usaha tersebut menguntungkan atau tidak (Harmono dan Andoko, 2005). Tingkat pendapatan usaha dapat diukur menggunakan analisis penerimaan dan biaya (R/C ratio Analisis) yang didasarkan pada perhitungan secara financial. Analisis ini menunjukan besar penerimaan usaha yang akan diperoleh pengusaha untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usaha. Jika R/C ratio meningkat menunjukan peningkatan penerimaan. Usaha dikatakan layak jika R/C ratio bernilai lebih besar dari satu (R/C > 1 ) yang artinya setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan biaya atau secara sederhana kegiatan usaha menguntungkan. Bila R/C ratio lebih kecil dari satu (R/C < 1) yang artinya tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang
25
lebih kecil daripada tambahan biaya atau secara sederhana kegiatan usaha mengalami kerugian. BEP (Break Even Point) merupakan titik impas usaha. Dari nilai bep diketahui pada tingkat produksi dan harga berapa suatu usaha tidak memberikan keuntungan dan tidak pula mengalami kerugian (Wiryanta, 2002). Ada dua jenis perhitungan BEP, yaitu BEP volume dan BEP harga produksi. A.9 Konsep Persepsi Menurut Kotler (1997) persepsi adalah proses memilih, menata, menafsir stimuli yang dilakukan seseorang agar mempunyai arti tertentu. Stimuli adalah rangsangan fisik, visual dan komunikasi verbal dan non verbal yang dapat mempengaruhi respon seseorang (Sodik, 2003). Assael (1995) dalam Sodik (2003) menyebutkan bahwa persepsi terhadap suatu produk melalui proses itu sendiri terkait dengan kompnennya (kemasan, bagian produk, bentuk) serta komunikasi yang ditunjukan untuk mempengaruhi perilaku konsumen yang mencerminkan produk melalui latar kata-kata, gambar dan simbolisasi atau melalui stimuli lain yang diasosiasikan dengan produk (harga, tempat, penjualan, dampak dari negara penjualan). Persepsi menurut Rakhmat (1998), adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Crulefild dalam Jusmaniar (1992), mengemukakan bahwa persepsi bersifat selektif secara fungsional, hal ini berarti bahwa objek-objek yang mendapat tekanan dalam persepsi adalah yang memenuhi tujuan individu yang memutuskan
26
persepsi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa objek-objek tersebut yaitu kebutuhan, pendidikan, persiapan mental, suasana emosional dan latar belakang budaya seseorang. Lebih lanjut dijelaskan oleh Jusmaniar (1992), bahwa yang menentukan persepsi seseorang itu bukan jenis atau stimulus tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli itu yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan beban tanggungan keluarga. Menurut Hasan (1988), bahwa diantara karakteristik seseorang yang memberikan persepsi yang mempunyai pengaruh atau yang menentukan persepsi adalah umur dan pendidikan. Jusmaniar (1992), menyimpulkan bahwa persepsi dipengaruhi oleh karakteristik orang yang memberikan persepsi yaitu tingkat pendapatan jasa. Menurut Walgito (2002), terjadinya persepsi melalui suatu proses, yaitu melalui beberapa tahap sebagai berikut: (1) Suatu obyek atau sasaran menimbulkan stimulus, selanjutnya stimulus tersebut ditangkap oleh alat indera. Proses ini berlangsung secara alami dan berkaitan dengan segi fisik. Proses tersebut dinamakan proses kealaman, (2) Stimulus suatu obyek yang diterima oleh alat indera, kemudian disalurkan ke otak melalui syaraf sensoris. Proses pentransferan stimulus ke otak disebut proses psikologis, yaitu berfungsinya alat indera secara normal, dan (3) Otak selanjutnya memproses stimulus hingga individu menyadari obyek yang diterima oleh alat inderanya. Proses ini juga disebut proses psikologis. Dalam hal ini terjadilah adanya proses persepsi yaitu
27
suatu proses di mana individu mengetahui dan menyadari suatu obyek berdasarkan stimulus yang mengenai alat inderanya. Dalam teori atribusi terdapat tiga faktor penentu (Robbins dan Judge, 2009), yakni : 1. Perbedaan atau kekhususan; menerangkan apakah seseorang memperlihatkan perilaku berbeda dalam situasi yang berbeda pula. 2. Konsesus; apabila semua individu yeng menghadapi situasi serupa merespon dengan cara yang sama. 3. Konsistensi; dalam tindakan-tindakan individu apakah individu tersebut selalu merespon dalam cara yang sama secara terus menerus. B. Penelitian Terdahulu Sagala (2009) dalam hasil penelitiannya tentang “ Prospek Pengembangan Nilam Di Tanjung Mariah Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Barat Sumatera Uatara” dimana hasil penelitiannya menunjukkan layak untuk dikembangkan secara finansial karena dapat memberikan keuntungan kepada petani dimana R/C yang diperoleh 1,59 artinya dalam setiap penggunaan biaya Rp 1, maka usaha pengolahan nilam memperoleh penerimaan sebesar 1,59. Dan ROI = 173%, artinya dalam setiap penggunaan modal Rp 1, maka usaha minyak nilam tersebut memberikan laba sebesar Rp1,73. Rajagukguk (2009) dalam penelitiannya “Analisis Pengolahan Minyak Nilam di Pakpak Barat”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa petani sebagai stakeholder utama dalam sisten usahatani nilam memiliki kebutuhan sebagai
28
berikut: 1. Modal yang besar untuk memulai usahatani nilam, 2. Harga nilam yang stabil, 3. Adanya penyulyhan mengenaibudidaya (penyakit, pemupukan, dan lainlain) juga mengenai perawatan alat penyulingan nilam, 4. Tenaga kerjan (teknologi) untuk mempercepat proses kerja dalam pengolahan lahan, 5. Produktivitas yang tinggi, 6. Tenaga ahli dalam menolong masyarakat untuk menggunakan dan merawat alat penyulingan. Selain itu Rajagukguk juga menyatakan bahwa permasalahan-permasalahan yang dihadapi petani nilam antara lain: 1. Kurangnya modal, 2. Minimnya pemahana tentang pertanian nilam, 3. Tidak adanya PPL khusus untuk petani nilam, 4. Kurangnya tenaga kerja, dan 5. Harga nilam yang tidak stabil. Oleh karena adanya berbagai permasalahan yang dihadapi petani di daerah penelitian mengakibatkan produktivitas nilam di Kabupaten Pakpak Barat masih rendah dengan rata-ratanya adalah di Kecamatan STTU jehe 0,00253-0,03125 kg/m2/tahun, sedangkan di Kecamatan Kerajaan 0,004382-0,0525 kg/m2/tahun. Edi (2002) dalam hasil penelitiannya tentang “Sistem Agribisnis Nilam dan Alternatif Pemasarannya di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa berdasarkan analisis pendapatan dan keuntungan usahatani pada periode satu tahun, usahatani nilam di Kabupaten Sukabumi memberikan pendapatan yang tidak terlalu tinggi. Pendapatan bersih usahatani nilam dengan pola tanam monokultur untuk petani yang tidak melakukan kemitraan dengan eksportir, dengan luas lahan rata-rata 0,37 ha, mencapai Rp 1.983.750,00,- atau mencapai Rp 5.290.000,00,- sedangkan dengan pola tanam sisipan pendapatan bersihnya hanya mencapai Rp 886.918,75,- atau
29
Rp 2.365.116,67,-/ha. Sementara itu pendapatan bersih yyang didapatkan petani yang melakukan kemitraan dengan eksportir, yang rata-rata luas lahan mencapai 0,4597 ha, pada pola tanam monokultur pendapatan bersihnya mencapai Rp 989.514,08,-/ha atau hanya mencapai Rp 2.152.521,38,-/ha dan dengan pola tanam sisipan pendapatan bersihnya hanya mencapai Rp 442.711,83,- atau Rp 963.045,09,-/ha. Tingkat efisiensi usahatani yang diukur denggan R/C rasio pada kedua pola pelaksanaan uasahatani menunjukan nilai yang lebih besar daripada satu, sehingga uasahatani nilam dilokasi penelitian efisien dari segi penerimaan yang diperoleh dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.
30
C. Kerangka Pikir Secara skematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:
Usahatani Nilam
Biaya
Produksi
Usaha MOL
Manfaat
Produksi
pendapatan
Biaya
BEP
Persepsi Petani Nilam
Harga Jual
Pendapatan Usaha MOL
RC Rasio Usaha MOL
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
31
III METODOLOGI PENELITIAN A.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka
Kabupaten Muna. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Desa Wansugi merupakan daerah yang berpotensi sebagai penghasil nilam yang berkualitas. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Desember 2015 sampai Bulan Agustus 2016. Dan pengambilan data dilakukan pada bulan Mei 2016. B. Populasi dan Sampel Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh petani nilam yang terdapat di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna. Jumlah populasi dalam penelitian ini menurut hasil survei awal adalah sejumlah 50 petani, sehingga semuanya dijadikan obyek penelitian, teknik pengambilan sampel secara sensus. C. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa deskripsi kata atau kalimat yang berisikan informasi dari petani nilam mengenai usahataninya. Data kuantitatif yang dimaksud adalah data yang digunakan untuk menganalisis pendapatan petani dalam mengusahakan tanaman nilam.
32
Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung melalui survei awal, wawancara dan observasi dengan (petani nilam) responden. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelusuran informasi kepustakaan yang bersumber dari literatur buku, jurnal dan beberapa instansi yang berkaitan dengan penelitian ini. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini diambil dari dua sumber, yaitu : data primer dan data sekunder . Teknik pengumpulan data untuk data primer dilakukan dengan melalui survei dan wawancara mendalam dengan panduan kuesioner untuk memperoleh informasi sesuai yang dibutuhkan. Teknik pengumpulan data untuk data sekunder dilakukan dengan melakukan pengumpulan informasi dengan mencermati berbagai referensi, seperti : buku-buku teks, jurnal-jurnal penelitian, dan bahan lainnya yang relevan dengan landasan teori penelitian, serta melakukan data pendukung dari instansi terkait. E. Variabel Penelitian Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah antara lain: produksi, biaya usahatani, harga jual, penerimaan, pendapatan, persepsi dan karakteistik responden (umur, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan pengalaman berusahatani).
33
F. Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Analisis Skala Likert, Analisis Pendapatan, Analisis R/C Ratio dan Analisis Break Even Point (BEP). F.1 Pengukuran Skala Likert Untuk menjawab tujuan pertama mengenai persepsi masyarakat terhadap MOL yaitu menggunakan metode pengukuran skala likert (skor). Skala ini berinterasi 1-5 dengan pilihan jawaban dan skor sebagai berikut: 1. Sangat setuju (ss), dengan nilai skor 5 (lima) 2. Setuju (s), dengan nilai skor 4 (empat) 3. Netral (n), dengan nilai skor 3 (tiga) 4. Tidak setuju (ts), dengan nilai skor 2 (dua) 5. Sangat tidak setuju (sts), dengan nilai skor 1 (satu) Tabel 1. Fomat Kuesioner Penilaian I
Indikator ke-i
Skor
(i=1,2,3,...)
Soal
a. Instrumen (j=a,b,c,d,e)
II
Indikator ke-n a. Instrumen ke-n
ke-j a=5 b=4 c=3 d=2 e=1
Skor Jawaban
BB
ss
s
N
ts
sts
(5)
(4)
(3)
(2)
(1)
IN
34
Rumus untuk mencari bobot nilai (BB) yaitu menggunakan persamaan sebagai berikut: =
Keterangan: BB Ssi SJi
×
: Bobot nilai : Nilai soal ke 1,2,3,... : Skor jawaban ke 1,2,3,... Rumus untuk mencari indeks nilai (IN) yaitu menggunakan persamaan
sebagai berikut:
Keterangan: IN Ssi SJj SJmax
=
∑( × ∑( ×
)
)
= Indeks nilai = nilai soal ke 1,2,3,... = skor jawaban ke 1,2,3,... = skor jawaban max
F.1.1 Uji Validitas Lerbin R (2005) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat keandalan suatu alat ukur, sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagianbagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan dara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total merupakan jumlah setiap skor butir, dengan rumus Pearson Poduct Moment :
35
Keterangan : rhitung : koefisien korelasi Xi : Skor item responden ke i Yi : Total skor responden ke i n : Jumlah responden Selanjutnya dilakukan uji-t untuk masing-masing item, dengan persamaan sebagai berikut:
thitung = Keterangan: thitung r n
√ √
= nilai thitung = koefisien korelasi untuk masing-masing item/butir instrumen = jumlah responden Kaidah keputusan: (1) jika thitung ≤ ttabel berarti tidak valid dan (2) jika thitung ≥ttabel berarti valid. Uji validitas yang digunakan untuk menguji angket (kuesioner) dengan
menghitung nilai validitas dari setiap butir soal yang ada dalam angket. Dalam hal ini dimana angket diberikan kepada para petani nilam sebanyak 50 responden. Kemudian skor-skor yang diperoleh dari sangket tersebut dihitung menggunakan rumus koefisien korelasi (rhitung) Pearson Product Moment. Selanjutnya dilakukan uji-t (thitung) untuk masing masing item (soal) dengan kaidah keputusan (1) jika thitung ˂ ttabel berarti tidak valid (2) jika thitung ˃ ttabel berarti valid. Membuat hasil keputusan uji validitas secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut.
36
Tabel 2. Hasil Uji Validitas Dari Tanggapan Petani Responden Terhadap MOL di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna No item pertanyaan
Koefisien korelasi (rhitung)
Nilai
Nilai
thitung
ttabel
Keputusan
1
0,048
0,332
1,677
Tidak valid
2
0,165
1,316
1,677
Tidak valid
3
0,044
0,304
1,677
Tidak valid
4
0,047
0,325
1,677
Tidak valid
5
0,355
2,632
1,677
Valid
6
0,555
4,626
1,677
Valid
7
0,559
4,670
1,677
Valid
8
0,600
5,195
1,677
Valid
9
0,192
1,355
1,677
Tidak valid
10
0,494
3,937
1,677
Valid
11
0,685
6,517
1,677
Valid
12
0,752
7,905
1,677
Valid
13
0,070
0.485
1,677
Tidak valid
14
0,614
5,390
1,677
Valid
15
0,444
3,433
1,677
Valid
16
0,062
0,429
1,677
Tidak valid
17
0,077
0,534
1,677
Tidak valid
18
0,543
4,478
1,677
Valid
19
0,027
0,187
1,677
Tidak valid
20
0,065
0,451
1,677
Tidak valid
Berdasarkan Tabel 2 hasil pengujian validitas item kuesioner menunjukan bahwa apabila r hitung > t tabel maka item pernyataan (soal) tersebut valid dengan n = 50 pada α = 0,05 adalah 1,677.
37
Dari hasil uji validitas dapat diambil kesimpulan dari 20 item pernyataan (soal) yang telah dibuat dalam angket ada 10 soal yang dinyatakan valid yaitu soal No. 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 14, 15 dan 18, yang artinya dapat digunakan atau dipakai untuk mengukur variabel yang diteliti. Sementara item pertanyaan yang dinyatakan tidak valid ada 10 soal yakni soal No. 1, 2, 3, 4, 9, 13, 16, 17, 19 dan No. 20 yang artinya item pernyataan diperbaiki atau dihilangkan. Langkah selanjutnya adalah dilakukan uji reliabilitas terhadap item pernyataan yang dinyatakan valid. F.1.2 Uji Reliabilitas Metode KR-20 merupakan teknik pengukuran reliabilitas berkenaan dengan item pertanyaan yang hanya memiliki dua pilihan, yakni jawaban ya atau tidak. Bila benar (Ya), maka diberi nilai 1 dan bila salah (Tidak), maka diberi nilai 0. Pengukuran realibilitas dengan metode KR-20 menggunakan rumus :
Keterangan: r11 p q S n
= Koefisien reliabilitas internal seluruh item = proporsi subyek yang menjawab item benar atau ya = proporsi subyek yang menjawab item salah atau tidak = Deviasi standar dari tes = Banyaknya item
Selanjutnya dilakukan uji-r untuk masing-masing item, dengan persamaan sebagai berikut:
rhitung =
√ √
38
Keterangan: rhitung r n
= nilai rhitung = koefisien korelasi untuk masing-masing item/butir instrumen = jumlah responden Kaidah keputusan: (1) jika rhitung ≤ rtabel berarti tidak relibel dan (2) jika rhitung ≥rtabel berarti relibel. Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur tingkat kekonsistenan
tanggapan responden terhadap item pernyataan angket berasarkan pemahaman responden terhadap pernyataan-pernyataan dalam kuesioner yang diajukan. Uji reliabilitas dilakukan dengan metode Kurder Richardson-2 (KR-20) menggunakan rumus koefisien reliabilitas (rhitung). Selanjutnya dilakukan uji-r (rhitung) dengan kaidah keputusan (1) jika nilai rhitung ˂ rtabel berarti tidak relibel dan (2) jika rhitung ˃ rtabel berarti relibel. Secara rinci hasil uji reliabilitas disajikan pada Tabel 3 sebagai berikut. Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas Dari Tanggapan Petani Responden Terhadap MOL di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna Koefisien No
korelasi (rhitung)
1
0,347
Nilai rtabel 0,235
Keputusan
Reliabel
Berdasarkan Tabel 3 hasil perhitungan reliabilitas dengan menggunakan metode KR-20 dapat diketahui nilai reliabilitasnya. Untuk melihat apakah pernyataan tersebut reliable atau tidak, digunakan rtabel dengan tingkat kepercayaan 95%. Jika rhitung > rtabel maka pernyataan yang digunakan reliabel. Nilai rtabel dari n = 10 pada α = 0,05 adalah 0,235. Berdasarkan hasil pengujian dengan metode KR-20 bahwa dari 10 item pernyataan (soal) yang telah dibuat dalam angket ada
39
yakni soal No. 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 14, 15 dan No. 18 menunjukan koefisien reliabilitas (rhitung) lebih besar dari (rtabel), sehingga dapat disimpulkan bahwa 10 item pernyataan penelitian yang mengukur variabel persepsi petani nilam terhadap MOL dinyatakan reliable dan dapat digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti .
F.2 Analisis pendapatan Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya yang benarbenar dikeluarkan, sedangkan pendapatan atas biaya total adalah selisih antara penerimaan dikurangi dengan total biay (Soeharjo dan Patong, 1973). Analisis pendapatan digunakan untuk mengetahui nilai pendapatan yang diperoleh. Perhitungan penerimaan sebagai berikut:
Keterangan : TR Y Py
=
−
= Total penerimaan = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani = Harga penjualan hasil produksi Perhitungan pengeluaran sebagai berikut:
Keterangan:
=
TC = Biaya total FC = Biaya tetap VC = Biaya variabel (biaya tidak tetap)
+
40
Perhitungan pendapatan adalah sebagai berikut:
Keterangan : I TR TC
=
−
= Income atau pendapatan (Rp/bulan) = Total revenue atau total penerimaan (Rp/bulan) = Total cost atau biaya total yang dikeluarkan selama dalam proses uksi (Rp/bulan).
F.3 Analisis R/C Rasio dan Break Even Point (BEP) Dalam Harmono dan Andoko (2005), R/C (Revenue Cost Ratio) adalah pembagian antara penerimaan usaha dengan biaya dari usaha tersebut. Analisa ini digunakan untuk melihat perbandingan total penerimaan dengan total biaya usaha. Jika nilai R/C ratio diatas satu rupiah yang dikeluarkan akan memperoleh manfaat sehingga penerimaan lebih dari satu rupiah. Secara sistematis R/C ratio dapat dirumuskan sebagai brikut: R/C Rasio =
Analisa ini digunakan untuk melihat keuntungan dan kelayakan dari usaha MOL. Usaha tersebut dikatakan menguntungkan jika nilai R/C ratio lebih besar dari satu (R/C > 1). Hal ini menunjukan bahwa setiap nilai rupiah yang dikeluarkan dalam produksi akan memberikan manfaat sejumlah nilai penerimaan yang diperoleh. Menurut Wiryanta (2002), BEP (Break Even Point) merupakan titik impas usaha. Dari nilai BEP diketahui pada tingkat produksi dan harga berapa suatu usaha tidak memberikan keuntungan dan tidak pula mengalami kerugian. Ada dua
41
jenis perhitungan BEP, yaitu BEP volume dan BEP harga produksi. Dirumuskan sebagai berikut: BEP Volume produksi (Kg) = BEP harga produksi (Rp/Kg) =
G. Konsep Operasional Variabel Definisi operasional variabel adalah pengertian-pengertian atau batasanbatasan yang digunakan untuk mendapatkan data sehingga diperoleh keseragaman untuk memahami variabel-variabel penelitian yang berhubungan dengan penarikan kesimpulan. Konsep operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Nilam adalah salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting. Minyak nilam memiliki potensi strategis di pasar dunia sebagai bahan pengikat aroma wangi pada parfum dan kosmetika. 2. Responden adalah pelaku usaha dalam melakukan kegiatan usahatani nilam yang telah dikenal di Desa Wansugi. 3. Umur responden adalah usia responden petani nilam yang dihitung sejak lahir sampai penelitian ini dilaksanakan (tahun) 4. Pendidikan adalah tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh responden petani nilam (SD, SLTP, SLTA; atau Perguruan Tinggi). 5. Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang biaya hidupnya ditanggung oleh responden, dinyatakan dalam satuan jiwa (jiwa).
42
6. Pupuk merupakan nutrisi atau unsur hara yang ditambahkan kepada tanaman, dimana tanaman kekurangan akan unsur hara (kg). 7. pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa pembusukan atau pengomposan (kg). 8. Pupuk organik cair adalah larutan dari pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur, dinyatakan dalam satuan (liter). 9. MOL adalah salah satu jenis pupuk cair dan merupakan pemanfaatan bakteri yang bermanfaat di sekitar yang berguna sebagai dekomposer. MOL dapat berasal dari hasil pembusukan yang telah difermentasikan. 10. Produksi adalah segala kegiatan manusia baik menciptakan atau menghasilkan suatu barang maupun menambah manfaat/faedah suatu barang. Dalam hal ini adalah tanaman nilam yang dihasilkan oleh petani dalam kegiatan usahataninya. 11. Biaya tetap (Fixed cost) adalah sejumlah biaya yang perubahan biayanya bukan ditentukan atau dipengaruhi oleh besarnya aktivitas operasional perusahaan. Biaya tetap ini meliputi biaya beban penyusutan alat-alat dalam kegiatan usahatani nilam (Rp) 12. Biaya variabel (Variable cost) adalah sejumlah biaya yang perubahan biayanya ditentukan atau dipengaruhi oleh besarnya aktivitas operasional perusahaan. Biaya variabel ini meliputi biaya bahan baku, biaya transportasi, beban upah dan lain-lain (Rp)
43
13. Biaya total adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan selama satu periode produksi (panen) yang meliputi biaya tetap dan biaya variabel yang dinyatakan dalam rupiah (Rp/periode panen). 14. Penerimaan adalah nilai dari besarnya produksi dalam satu periode panen yang diperoleh dari besarnya produksi dikalikan dengan harga nilam (Rp). 15. Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan usahatani nilam (pendapatan kotor) dengan total biaya yang dikeluarkan selama proses pemeliharaan yang dinyatakan dalam rupiah (Rp/periode panen). 16. Luas lahan adalah lahan yang digunakan oleh petani responden dalam berusahatani nilam dalam satuan ha. 17. persepsi adalah proses memilih, menata, menafsir stimuli yang dilakukan seseorang agar mempunyai arti tertentu, dibuat criteria pengukuran skala likert dengan tingkat pengukuran: SS = 5; S = 4: N = 3; TS = 2; dan STS = 1. 18. Harga (price) adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut. 19. Periode panen adalah jumlah waktu mulai memanen sampai dengan habis masa panen (5 bulan).
44
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah A.1. Letak dan Luas Wilayah Desa Wansugi merupakan salah satu desa yang ada di Kabupaten Muna yang berada di Kecamatan Kabangka. Secara geografis, Desa Wansugi memiliki batas-batas desa sebagai berikut: - Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sari Mulyo/Wakobalu Agung - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tanjung Batu - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Wataliku/Bente - Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Desa Wansugi merupakan desa yang mempunyai luas ± 13.265 Ha/m2 dengan luas pemukiman ± 40 Ha/m2, luas perkebunan 450 Ha/m2, perkantoran 1 Ha/m2, lapangan olahraga 1 Ha/m2, taman kota 1 Ha/m2, dan hutan mangrove 12.772 Ha/m2. A.2. Keadaan Iklim dan Topografi Secara umum keadaan iklim di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka tidak jauh berbeda dengan keadaan iklim pada beberapa wilayah lain yang ada di wilayah Indonesia. Ciri iklim tropis dengan dua jenis musim dalam setahun merupakan sifat kondisi iklim secara umum yang terjadi di Indonesia khususnya di Desa Wansugi. Dua jenis musim yang dimaksud adalah musim penghujan dan musim kemarau. Pada musim penghujan biasanya terjadi pada bulan April sampai
45
bulan Juni, sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Juli sampai bulan Oktober dan terkadang musim hujan dan musim kemarau terjadi pada bulan November sampai bulan Maret. Kedua musim ini sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat di Desa Wansugi, hal ini disebabkan oleh dampak yang ditimbulkan oleh kedua musim tersebut. Selain itu, berkaitan dengan mata pencaharian pokok masyarakaaat di Desa Wansugi sebagai petani nilam. A.3. Keadaan Penduduk A.3.1.Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Pada hakekatnya penduduk dengan segala potensi yang dimilikinya akan sangat mendukung kelancaran dalam pelaksanaan segala bidang. Potensi yang dimaksud adalah sumberdaya manusia. Dengan dukungan sumberdaya manusia yang berkualitas akan sangat menentukan keberhasilan dalam mencapai pembangunan terlebih lagi dengan adanya dukungan sumberdaya alam, modal dan sumberdaya lainnya yang sangat potensial untuk menjalankan pembangunan dengan baik. Jumlah penduduk yang besar apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja produktif yang berkualitas akan merupakan modal pembangunan yang handal dan dapat mendatangkan keuntungan bagi usaha pembangunan bangsa. Penduduk Desa Wansugi pada tahun 2013 sebesar 900 jiwa yang terdiri dari 201 kk. Penduduk laki-laki berjumlah 452 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 448 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk Desa Wansugi menurut umur dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
46
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna Tahun 2013 Umur (Tahun) Jumlah Penduduk (jiwa) 1. ≤ 15 337 2. 16-54 478 3. > 54 98 Jumlah 900 Sumber : Data Potensi Desa Wansugi, 2013
Persentase (%) 37,44 53,11 10,89 100,00
Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di Desa Wansugi merupakan usia produktif untuk bekerja. Penduduk yang memiliki usia produktif untuk bekerja sebesar 478 jiwa (53,11%). Dimana pada usia produktif memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat sehingga mampu bekerja dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Soeharjo dan Patong (1984) dimana kriteria produktif tidaknya umur seseorang terbagi dalam tiga golongan. Golongan tersebut adalah usia 0 – 14 tahun dikatakan katagori umur yang belum produktif, 15 – 54 tahun katagori umur produktif dan golongan diatas 54 tahun adalah katagori umur tidak produktif. Produktif tidaknya umur seseorang tentunya akan berpengaruh terhadap kemampuan kerja, cara berpikir dan tingkat respon terhadap sesuatu. Seseorang dengan usia yang relatif muda (produktif) biasanya lebih terampil dan dinamis dalam bertindak dibandingkan orang yang berusia tidak produktif. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa penduduk di Desa Wansugi dalam melakukan kegiatan usaha sehari-hari khususnya dalam kegiatan usahatani nilam akan berhasil karena sebagian besar berada pada usia produktif. Usia produktif akan menciptakan kondisi atau iklim kerja yang bardaya saing dan proaktif dalam memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.
47
A.3.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Mata pencarian merupakan unsur penting untuk menunjang kehidupan ekonomi manusia karena dengan mata pencaharian tersebut manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Jenis mata pencaharian suatu wilayah tergantung dari potensi sumberdaya alam, tingkat pendidikan serta keterampilan yang dimiliki oleh masing-masing masyarakat tersebut. Mata pencaharian penduduk Desa Wansugi sangat bervariasi, namun
sebagian besar penduduk bergerak
disektor pertanian. Untuk mengetahui lebih jelas dari keadaan penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 5 berikut. Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Wansugi Kecamatan Kabanga Kabupaten Muna Tahun 2013 Jumlah penduduk (0rang) 1 Buruh tani 12 2 Petani 172 3 Peternak 151 4 Tukang kayu 3 5 Tukang Batu 3 6 Tukang Jahit 3 7 Nelayan 5 8 Pegawai Negeri 9 9 Perdagangan 10 Jumlah 368 Sumber: Data Potensi Desa Wansugi, 2013 No. Jenis Mata Pencaharian
Persentase (%) 3,26 46,74 41,03 0,82 0,82 0,82 1,36 2,44 2,72 100,00
Tabel 5 menunjukkan sebagian besar penduduk Desa Wansugi bermata pencaharian sebagai Petani, yaitu sebesar 172 orang (46,74 %). Berdasarkan jumlah penduduk yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani maka sektor pertanian dijadikan sebagai mata pencaharian utama penduduk Desa Wansugi. Mata pencaharian selanjutnya yang tidak jauh berbeda dengan mata
48
pencaharian pokok (petani) sebagai peternak yaitu 151 orang (41,03%). Jenis peternakan yang diusahakan di Desa Waansugi yaitu ayam kampung, ayam broiler, bebek dan sapi. Mata pencaharian selanjutnya sebagai buruh tani yaitu 12 orang (3,26%). Masyarakat di Desa Wansugi pula memiliki mata pencaharian sebagai pedagang yaitu 10 orang (2,72%). Jenis perdagangan yang mereka geluti yaitu pedagang kakao (coklat), nilam, ikan, ayam dan sembako. Dengan demikian usahatani nilam memiliki potensi untuk di usahakan oleh masyarakat di Desa Wansugi. A.3.3. Sarana dan Prasarana Sosial Ekonomi Keadaan sarana dan prasarana di suatu daerah sangat menentukan tingkat kemajuan suatu daerah. Hal ini terkait dengan akses informasi transportasi di suatu wilayah. Semakin baik sarana dan prasarana yang ada maka semakin baik pula akses masyarakat terhadap informasi-informasi baru khususnya yang terkait dengan bidang pertanian. Salah satunya mengenai pemasaran hasil-hasil pertanian merupakan suatu kegiatan yang tidak
kalah
pentingnya dalam
usaha
peningkatan pendapatan. Semakin panjang rantai pemasaran hasil-hasil pertanian dari sentral produksi ke konsumen akan menimbulkan biaya yang semakin besar yang pada akhinya akan mempengaruhi penerimaan hasil usahanya. Salah satu yang menunjang dalam kegiatan usaha yang dilakukan oleh masyarakat pada umumnya adalah adanya infrastruktur berupa sarana dan prasarana sosial ekonomi yang memadai. Sarana dan prasarana tentunya sangat
49
berpengaruh dalam distribusi, penyediaan modal usaha dan kenyamanan dalam melakukan usaha. Dalam memenuhi segala aktifitasnya, masyarakat Desa Wansugi memiliki sarana dan prasarana penunjang yang mendukung kelancaran aktivitas tersebut. Sarana dan prasarana yang baik tentunya sangat mendukung kelancaran aktivitas yang dilakukan sehari-hari oleh masyarakat setempat. Sarana prasarana yang baik, selain sebagai faktor penunjang kegiatan masyarakat setempat juga akan memudahkan kalangan masyarakat lain yang sempat menggunakan atau sekedar lewat diwilayah tersebut. Lebih jelasnya mengenai keadaan sarana dan prasarana sosial ekonomi di Desa Wansugi dilihat pada Tabel 6 berikut. Tabel 6. Kondisi Sarana dan Prasarana di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna Tahun 2013 No Sarana dan Prasarana Satuan Fisik 1 Sarana pendidikan Unit a. TK Unit b. SD 2 Sarana kesehatan Unit a. Puskesmas pembantu Unit b. Took obat Sarana agama 3 Unit a. Masjid sarana air bersih 4 Unit a. Sumur pompa Unit b. Sumur gali 5 Sarana pemerintahan Unit a. Meja Unit b. Kursi 6 Sarana olah Unit a. Lapangan sepak bola Unit b. Lapangan voli Sumber: Data Potensi Desa Wansugi, 2013
Jumlah Fisik
Keterangan
1 1
Baik Baik
1 1
Baik Baik
1
Baik
10 40
Baik Baik
2 30
Baik Baik
1 1
Baik Baik
50
Tabel 6 menunjukan bahwa sarana dan prasaran Desa Wansugi dalam keadaan baik sehingga dapat menunjang aktivitas masyarakat Desa Wansugi yang salah satunya dibidang usaha pertanian. Sarana pendidikan di Desa Wansugi belum memadai dengan jumlah SD 1 unit dan TK 1 unit. Belum adanya sarana pendidikan yang memadai dapat berpengaruh terhadap motivasi siswa untuk melanjutkan sekolah. Sarana pendidikan merupakan faktor yang mendukung peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang lebih baik. Keberadaan sarana kesehatan di Desa Wansugi juga merupakan kebutuhan yang penting bagi masyarakat setempat. Sarana kesehatan yang tersedia saat ini adalah puskesmas pembantu 1 unit dan toko obat 1 unit. Keberadaan sarana dan prasarana kesehatan membentuk kenyamanan dalam masyarakat termasuk dalam melakukan usaha sehari-hari oleh para petani, khususnya petani nilam. B. Gambaran Umum Usahatani Nilam dan MOL Penelitian ini dilakukan di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna. Pada penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah petani nilam yaitu melihat persepsi masyarakat terhadap MOL, pendapatan petani nilam dan rasio pendapatan MOL. B.1. Identitas Petani Nilam Identitas petani responden yang termasuk dalam penelitian ini meliputi: umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan pengalaman berusahatani. Lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:
51
B.1.1. Umur Petani Umur merupakan usia seseorang yang dihitung sejak lahir sampai saat penelitian dilaksanakan. Umur seseorang mempengaruhi kemampuan fisik dalam mengelola suatu usaha atau kegiatan. Umumnya orang yang masih berumur muda dan sehat akan mempengaruhi kemampuan berfikir yang lebih maju, dinamis dan lebih kuat, lebih bersemangat dibandingkan dengan seorang yang usianya lebih tua dimana kemampuan kerja seseorang akan bertambah dan pada suatu tingkatan umur tertentu akan mulai menurun. Menurut Soeharjo dan Patong (1984), bahwa katagori umur produktif adalah mulai dari usia 15-54 tahun dan selebihnya masuk katagori umur non produktif. Untuk lebih jelasnya data disajikan pada Tabel 7 berikut. Tabel 7. Keadaan Petani Responden Berdasarkan Golongan Umur di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna Tahun 2016 No. 1. 2.
Golongan Umur (tahun) Produktif (15 - 54) Non Produktif (diatas 54) Jumlah Sumber: Data Primer Setelah Diolah
Jumlah(orang) 46 4 50
Persentase(%) 92 8 100,00
Tabel 7 menunjukkan bahwa sekitar 46 (92%) responden masuk dalam kategori umur produktif. Hal ini sesuai dengan pendapat Soeharjo dan Patong (1984), bahwa katagori umur produktif adalah mulai dari usia 15-54 tahun dan selebihnya masuk katagori umur non produktif. Hal ini berarti bahwa kemampuan fisik dan kemampuan berfikir petani di Desa Wansugi masih dalam kondisi produktif. Produktifnya umur responden yang berada di lokasi sangat mempengaruhi prestasi kerja dalam hal ini kemampuan fisik, pengalaman dan
52
cara berpikir dalam memecahkan masalah terkait dengan kegiatan usaha seharihari. Sementara jumlah responden yang masuk dalam kategori tidak produktif sebanyak 4 (8%) responden. Oleh karena itu, masyarakat yang memiliki keterbatasan dalam kemampuan fisik maka seharusnya pihak-pihak yang bersangkutan memberikan lapangan pekerjaaan sesuai dengan kemampuan baik secara fisik ataupun secara psikis. Sehingga dapat diharapkan masyarakat memperoleh penghidupan yang layak dan berkelanjutan. B.1.2. Tingkat Pendidikan Formal Pendidikan formal merupakan salah satu aspek yang menentukan kemampuan dan cara berpikir responden dalam mengelola usahanya. Semakin tinggi pendidikan formal responden, maka pengetahuan dan wawasannya luas serta cara berpikirnya akan semakin rasional. Selain itu, penddikan pula merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan dan merangsang seseorang untuk kreatif dan inofatif dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang berkaitan dengan usaha yang digeluti. Dengan demikian akan mempercepat proses adopsi informasi dan inovasi dalam upaya mengembangkan usaha yang dikelolanya. Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan formal yang pernah diikuti oleh petani responden. Mengenai keadaan pendidikan formal yang pernah diikuti oleh petani nilam responden di Desa Wansugi dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.
53
Tabel 8. Keadaan Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna Tahun 2016 No. 1 2 3 4 5
Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (orang) Tidak Sekolah 12 Tamat SD/Sederajat 18 Tamat SMP/Sederajat 10 Tamat SMA/Sederajat 4 Perguruan Tinggi D3/S1 6 2 Jumlah 50 Sumber : Data Primer Setelah Diolah Tabel 8 menunjukkan bahwa petani
Persentase (%) 24 36 20 8 12 100,00
responden di Desa Wansugi
Kecamatan Kabangka pada umumnya telah menempuh pendidikan formal, baik pendidikan dasar, menengah maupun atas. Dengan hasil presentase petani nilam responden yang tidak pernah mengikuti pendidikan formal sebanyak 12 responden (24%) dan yang pernah mengikuti pendidikan formal sebanyak 18 responden (36%) hanya menempuh jenjang pendidikan sekolah dasar (SD), sebanyak 10 responden (20%) menempuh jenjang pendidikan sekolah menengah pertama (SMP), sebanyak 4 responden (8%) menempuh jenjang pendidikan sekolah menengah atas (SMA) dan sebanyak 6 responden (12%) menempuh jenjang pendidikan di perguruan tinggi (D3/S1). Berdasarkan penelitian di Desa Wansugi maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan petani responden
lebih
dominan pada tingkat SD. Sehingga dapat dikatakan bahwa petani responden telah memiliki pengetahuan dasar untuk mengembangkan usahatani yang dijalankan dalam hal ini adalah usahatani nilam. Soehardjo dan Patong (1984) beliau menyatakan bahwa tingkat pendidikan yang relatif tinggi dan umur yang mudah menyebabkan sesorang lebih cenderung dinamis yang tercermin melalui cara kerja, pola berfikir dan mudah tidaknya dalam menerima inovasi dan informasi
54
baru yang pada akhirnya akan berpengaruh pada peningkatan pendapatan pada usaha yang dilakukan. B.1.3. Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga merupakan anggota keluarga yang tinggal satu rumah dimana dalam memenuhi kebutuhan hidupnya berada dalam satu unit manajemen.Besarnya jumlah tanggunagan keluarga sangat terkait dengan tingkat pendapatan sesorang. Jumlah keluarga yang semakin besar menyebabkan sesorang memerlukan tambahan pengeluaran atau kebutuhan penghasilan yang lebih tinggi untuk membiayai kehidupannya. Anggota keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar dalam
kegiatan usaha
yang dilakukan seseorang, sebab selain
merupakan sumber tenaga kerja juga sering pula melibatkan anggota keluarga dalam melakukan pengambilan keputusan sehingga keputusannya merupakan keputusan keluarga. Semakin besar jumlah tanggungan keluarga berarti semakin besar pula usaha yang dilakukan oleh seorang petani dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Tetapi jika anggota keluarga tersebut telah cukup produktif, maka pertambahan anggota keluarga akan mengurangi beban keluarga dalam mengatasi pemenuhan kebutuhan rumahtangga. Soeharjo dan Patong (1984) mengemukakan bahwa yang termasuk anggota keluarga kecil yaitu berkisar 2-4 orang sedangkan anggota keluarga >4 orang termasuk keluarga besar. Dari hasil penelitian diperoleh data mengenai jumlah anggota keluarga petani nilam responden berkisar antara 1-6 orang seperti pada Tabel 9 berikut.
55
Tabel 9. Keadaan Petani Responden Berdasarkan Tanggungan Keluarga di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna Tahun 2016 No.
Jumlah Tanggungan Keluarga
1. 2.
2– 4 (kecil) >4 (besar) Jumlah Sumber: Data Primer Setelah Diolah
Jumlah Responden (orang) 27 23 50
Persentase (%) 54 46 100,00
Tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah tanggungan untuk masing-masing responden lebih dominan pada kategori keluarga kecil sebanyak 27 orang dengan persentase 54%. Dengan besarnya jumlah tanggungan keluarga tersebut, petani nilam dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga dituntut untuk memiliki kemampuan dan keterampilan dalam memperoleh penghasilan untuk pendapatan rumahtangganya. Sedangkan yang termasuk dalam kategori keluarga besar sebanyak 23 orang dengan persentase 46%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 3. B.1.4. Pengalaman Berusahatani Pengalaman berusaha adalah semua hal-hal yang pernah diperoleh petani selama melakukan usahanya yang diperoleh diluar bangku sekolah. Pengalaman berusaha akan memberikan motivasi kepada petani dalam hal ini petani nilam untuk mengoreksi dan mengevaluasi diri tentang usahanya. Makin lama petani dalam berusaha maka akan terampil dalam menentukan sikap kearah berusaha yang lebih baik dan menguntungkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Soeharjo dan Patong (1984) bahwa pengalaman berusaha dikatakan cukup berpengalaman apabila telah menggeluti usahanya selama 5-10 tahun, sedangkan sepuluh tahun keatas dikategorikan berpengalaman dan kurang dari 5 tahun dikategorikan
56
kurang berpengalaman. Gambaran mengenai petani nilam responden berdasarkan pengalaman dalam kegiatan berusaha dapat dilihat pada Tabel 8 berikut. Tabel 8. Pengalaman Petani Responden dalam Melakukan Usahanya di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna Tahun 2016 No
Kategori
Jum. Responden(orang)
1. 2. 3.
Kurang berpengalaman (< 5) Cukup berpengalaman (5 – 10) Berpengalaman (> 10)
23 27
Persentase(%) 46 54
50
100,00
Jumlah Sumber: Data Primer Setelah Diolah Tabel 8 menunjukkan bahwa petani
responden lebih dominan pada
kategori berpengalaman (lebih dari 10 tahun) dengan persentase 54%, sehingga dapat dikatakan bahwa petani nilam responden berpengalaman dan mempunyai pengetahuan lebih untuk meningkatkan pendapatan keluarganya. Banyaknya pengalaman dalam berusaha oleh petani nilam responden sangat berpengaruh dalam keterampilannya memelihara dan mengelola usaha yang dijalankannya. Pengalaman dalam berusaha akan selalu membawa perubahan bagi petani nilam dalam mengelola usahanya. Seorang petani yang mempunyai pengalaman akan dapat menentukan alternatif yang lebih baik sehubungan dengan usahanya, pengalaman yang lebih akan memberikan suatu pelajaran dan manfaat bagi petani nilam serta dengan adanya pengalaman yang sudah dilalui akan menjadi bahan referensi untuk melakukan kegiatan usaha kearah yang lebih baik.
57
B.2 Karakteristik Usahatani Nilam B.2.1 Luas Lahan Mubyarto (1986) mengatakan bahwa tanah merupakan salah satu faktor produksi dan merupakan pabriknya hasil-hasil pertanian, yakni tempat dimana produksi berjalan dan darimana produksi keluar. Lahan mempunyai kedudukan sangat strategis dalam kegiatan usahataninya. Semakin luas lahan usahatani yang dikelola petani maka semakin leluasa petani dalam merencanakan penggunaan lahannya dan semakin besar pula produksi yang akan diperoleh. Luas lahan di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Keadaan Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna. No 1 2 3
Luas Lahan (Ha) < 0,5 0,5-2,0 > 2,0 Jumlah
Jumlah (Jiwa) 3 47 0 50
Persentase (%) 6 94 0 100
Sumber: Data Primer Setelah Diolah Tabel 10 menunjukkan bahwa sebagian besar petani responden berada pada luas lahan 0,5-2,0 Ha adalah 47 jiwa (94%), petani yang memiliki luas lahan < 0,5 Ha adalah 3 jiwa (6%), sedangkan petani responden yang memiliki luas lahan > 2,0 Ha tidak ada. Dengan demikian luas lahan usahatani nilam di daerah penelitian tergolong sedang. Hal ini sejalan dengan pendapat Hernanto (1991) yang menyatakan bahwa luas lahan dikategorikan dalam 3 kelompok yaitu luas lahan sempit (<0,5 hektar), lahan sedang (0,5-2,0 hektar) dan lahan luas (>2,0
58
hektar). Hal ini berpengaruh terhadap produksi, struktur penggunaan biaya dan pendapatan usahatani. B.2.2 Biaya Produksi Dalam melakukan suatu usahatani, khususnya usahatani nilam tentunya tidak terlepas dari biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk menunjang kesuksesan uahanya tersebut. Biaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keseluruhan nilai input yang digunakan oleh petani dalam mengusahakan usahatani nilam, meliputi parang, patida, gunting, bahan bakar minyak dan biaya tenaga kerja. Berdasarkan lampiran 15 biaya produksi dari usahatani nilam yang dimiliki petani responden berkisar antara Rp 431.667 – Rp 1.043.333, dengan rata-rata Rp 631.033. Pengeluaran usahatani dikelompokan menjadi dua yaitu biaya variabel (variable cost) dan biaya tetap (fixed cost). Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan petani selama kegiatan usahatani berlangsung dari pengelolaan hingga dijual kepada pedagang pengumpul atau pemilik penyulingan nilam, sedangkan biaya tetap adalah biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi. Biaya variabel yang dikeluarkan petani responden meliputi biaya bahan bakar minyak (bensin) dan biaya tenaga kerja sewa. Rata-rata pengeluaran biaya variabel per hektar adalah Rp 594.000 per periode tanam. Biaya tetap yang dikeluarkan petani responden adalah biaya penyusutan alat. Dengan rata-rata total biaya yang diperoleh adalah Rp 631.033 per hektar. Dimana total biaya yang diperoleh petani per hektar yang merupakan penjumlahan biaya variabel (Rp 594.000) dan biaya tetap adalah sebesar Rp
59
37.033. Komponen biaya usahatani nilam secara rinci dapat dilihat pada Tabel 11 dalam lampiran 7. Tabel 11. Total Biaya Pada Usahatani Nilam Pada Satu Periode Produksi Per Hektar, Tahun 2016 No 1
2
Keterangan Biaya Variabel a. Bahan bakar minyak (bensin) b. Tenaga kerja sewa Total biaya variabel (variable cost) Biaya tetap a. Penyusutan Alat Total biaya tetap (fixed cost)
Jumlah total biaya (total cost) 2+4
Nilai (Rp) 366.000 228.000 594.000 37.033 37.033 631.033
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian B.2.3 Produksi dan Harga Produksi Produksi merupakan jumlah fisik yang diperoleh dari usahatani nilam berupa daun dang batang nilam yang dinyatakan dalam kilogram (Kg). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa, produksi nilam yang diperoleh petani nilam berkisar antara 400 kg – 2.450 kg dengan harga jual rata-rata Rp 5.970/kg. Untuk lebih jelasnya keadaan produksi, harga produksi dan penerimaan usahatani nilam di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna dilihat pada Tabel 12 dalam lampiran 8.
60
Tabel 12. Rata-rata produksi, harga produksi dan penerimaan usahatani nilam di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna pada Satu Periode Tanam per Hektar Tahun 2016. No
Komponen
Satuan
Nilai (Rp)
1
Produksi
Kg
1.055
2
Harga Produksi
Rp
5.970
3
Penerimaan
Rp
6.282.900
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Dari Tabel 12 menunjukkan bahwa rata-rata penerimaan usahatani nilam di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna sebesar Rp 6.282.900/periode produksi, dengan dengan rata-rata pproduksi sebesar 1.055 Kg dan harga produksi Rp 5.970. B.2.4 Pendapatan Usahatani Nilam Pendapatan merupakan selisih antara total penerimaan dengan semua biaya yang dikeluarkan dalam usahatani nilam. Pendapatan rata-rata usahatani dalam penelitian ini diperoleh sebesar Rp 5.651.867. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 13 dalam lampiran 9. Tabel 13. Rata-rata penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani nilam di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna pada Satu Periode Tanam per Hektar Tahun 2016. No
Komponen
1
Penerimaan (TR)
2
BiayaVariabel (VC)
3
Biaya tetap (FC)
4
Biaya Total (TC) (2+3)
5
Pendapatan (I) (1-4)
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
Nilai (Rp) 6.282.900 594.000 37.033 631.033 5.651.867
61
Berdasarkan Tabel 13 menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan yang diperoleh petani nilam di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna relative cukup besar yakni Rp 5.651.867 per hektar, dengan biaya total yang dikeluarkan sebesar Rp 631.033. Biaya variabel yang dikeluarkan cukup besar dibanding biaya tetap yaitu sebesar Rp 594.000 per hektar, hal ini dikarenakan komponen-komponen biaya variabel yang harus dikeluarkan oleh petani cukup besar biayanya. Sementara biaya tetap
lebih kecil biayanya yakni biaya
penyusutan peralatan dengan nilai Rp 37.033 per hektar. B.3 Karakteristik Potensi Usaha MOL B.3.1 Biaya Produksi Biaya produksi dalam usahatani terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalan jumlah biaya yang digunakan dalam pelaksanaan usaha MOL baik berupa uang maupun peralatan yang sifatnya jangka panjang yang dinyatakan dalam satuan rupiah/periode produksi. Biaya tetap dalam penelitian ini meliputi, wadah, saringan, corong, jerigen, botol dan selang. Berdasarkan lampiran 15 ratarata biaya produksi dari usaha MOL yaitu sebesar Rp 48.500/periode produksi. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan proses produksi dalam usaha MOL yang terdiri atas gula merah, air kelapa dan air sabun. Komponen biaya usaha MOL secara rinci dapat dilihat pada Tabel 14 dalam lampiran 12.
62
Tabel 14. Total Biaya Pada Usaha MOL Pada Satu Periode Produksi di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna. No 1
2
Keterangan Biaya Variabel a. Gula Merah b. Air Kelapa c. Air Sabun
Jumlah 1/4 kg 1/3 liter 1/4 liter
Nilai (Rp) 5.000 5.000 2.500
Total biaya variabel (variable cost) Biaya tetap b. Penyusutan Alat
12.500
Total biaya tetap (fixed cost)
36.000
Jumlah total biaya (total cost) 2+4
36.000
48.500
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Dari Tabel 14 menunjukkan bahwa rata-rata biaya variabel yang dikeluarkan oleh responden sebesar Rp 12.500 dan biaya tetap yaitu total penyusutan dengan rata-rata Rp 36.000, sehingga diperoleh biaya total dari usaha MOL sebesar Rp 48.500. B.3.2 Produksi dan Harga Produksi MOL Produksi merupakan jumlah fisik yang diperoleh dari usaha MOL berupa produk MOL yang dinyatakan dalam kilogram (Kg). Keadaan produksi, harga produksi dan penerimaan dari usaha MOL di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna dapat dilihat pada Tabel 15 dalam lampiran 13.
63
Tabel 15. Rata-rata produksi, harga produksi dan penerimaan usahatani nilam di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna pada Satu Periode Tanam per Hektar Tahun 2016. No
Komponen
Satuan
Nilai (Rp)
1
Produksi
Kg
14
2
Harga Produksi
Rp
20.000
3
Penerimaan
Rp
276.750
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Dari Tabel 15 menunjukkan bahwa rata-rata produksi responden dari usaha MOL sebesar 14 kg dengan kebutuhan gula merah sebesar ¼ kg, air kelapa 1/3 kg dan air sabun ¼ kg, dengan harga jual rata-rata Rp 20.000 dapat memperoleh
penerimaan
sebesar
Rp
276.750/periode
produksi,
dimana
penerimaan merupakan hasil kali antara jumlah produksi dengan harga produksi MOL. Berdasarkan kesediaan membayar responden sebesar Rp 276.750 dapat memproduksi MOL sebesar 80.685 kg/orang, sehingga diketahui kebutuhan MOL masyarakat berdasarkan kesediaan membayar yaitu sebesar 4.034.257 kg/musim tanam, yaitu hasil kali antara total produksi MOL dengan jumlah petani nilam. Dengan memproduksi MOL sebesar 4.034.257 kg membutuhkan gula merah 85.976 kg, air kelapa 64.482 kg dan air sabun 85.976 kg. B.3.3 Manfaat MOL MOL ( Mikro Organisme Lokal ) merupakan salah satu cara untuk memanfaatkan bahan-bahan lokal untuk dimanfaatkan menjadi pupuk sehingga tidak merusak lingkungan. MOL merupakan induk untuk membuat pupuk organik. Istilah MOL atau kepanjangannya Mikro Organisme Lokal sudah banyak
64
dikenal. MOL mudah dibuat dan mudah diaplikasikan dan pembuatan MOL merupakan salah satu cara untuk membuat petani mandiri. Adapun manfaat dari MOL adalah sebagai berikut (Wahyudi, 2013) : 1. Menyediakan ketersediaan unsur hara yang sangat cepat karena sudah berupa larutan. 2. Dapat disemprotkan langsung pada tanaman, sehingga diserap melalui dedaunan tanaman. 3. Dapat digunakan sebagi dekomposer dalam pengomposan. 4. Mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman. 5. Mengurangi penggunaan pestisida yang dapat menurunkan kualitas tanaman. 6. Dengan adanya MOL maka buah-buahan yang busuk ataupun yang lain dapat dimanfaatkan. B.3.4 BEP (Break Even Point) BEP (Break Even Point) digunakan untuk mengetahui pada jumlah dan tingkat harga berapa usaha MOL mencapai titik baik atau dengan kata lain usaha MOL tersebut tidak mengalami kerugian dan tidak pula mengalami kerugian. Secara rinci nilai BEP dapat dilihat pada Tabel 16 dalam lampiran 16. Tabel 16. Nilai BEP Usaha MOL di Dsa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna. No Uraian Satuan Nilai 1 Total produksi Kg 14 2 Harga jual Rp/kg 20.000 3 Total biaya Rp 48.500 BEP Volume Produksi BEP Harga Produksi Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
Kg Rp/kg
2,4 3,429
65
Dari Tabel 16 menunjukkan bahwa nilai BEP volume adalah 2,4 kg dan total produksi sebesar 14 kg, yang artinya pada saat jumlah produksi 2,4 kg usaha MOL berada pada jumlah impas atau jumlah produksi balik modal sehingga total produksi sebesar 14 kg telah melebihi jumlah impas dengan kata lain memperoleh keuntungan. Nilai BEP harga adalah Rp 3.429/kg dan harga jual rata-rata petani sebesar Rp 20.000/kg yang artinya pada saat harga MOL Rp 3.429/kg, petani telah memperoleh modalnya kembali atau balik modal, sehingga harga jual rata-rata petani sebesar Rp 3.429/kg telah berada pada harga impas atau dengan kata lain usaha MOL berada pada posisi tidak mengalami keuntungan dan tidak pula mengalami kerugian. C. Persepsi Petani Nilam terhadap MOL Persepsi merupakan suatu proses yang diawali oleh rangsangan yang diterima dari luar yang kemudian diorganisasikan dan dinterpretasikan sehingga menimbulkan suatu pemahaman. Seseorang yang mempunyai persepsi kuat terhadap suatu obyek seperti dalam penelitian ini terkait persepsi petani terhadap potensi usaha MOL guna meningkatkan pendapatan petani nilam.
66
C.1 Persepsi terhadap Manfaat MOL Tabel 17. Biaya Dapat Menentukan Berhasil Tidaknya Suatu Usahatani Nilam No Jawaban F % 1
Sangat Setuju
15
30
2
Setuju
29
58
3
Netral
6
12
4
Tidak Setuju
-
-
5
Sangat tidak Setuju
-
-
50
100
Total Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
Dari Tabel 17 dapat diketahui bahwa sebanyak 58% responden menyatakan setuju bahwa biaya menentukan berhasil tidaknya usahatani yang dijalankan, dalam hal ini adalah usahatani nilam. Dengan demikian kebutuhan biaya dapat diperhitungkan oleh responden dalam memperoleh MOL. Tabel 18. Hasil Produksi Nilam akan Meningkat jika Tanaman Tersebut Berkualitas No
Jawaban
F
%
1
Sangat Setuju
21
42
2
Setuju
29
58
3
Netral
-
-
4
Tidak Setuju
-
-
5
Sangat tidak Setuju
-
-
50
100
Total Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
Dari Tabel 18 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden setuju bahwa hasil produksi nilam dapat meningkat jika tanaman tersebut berkualitas, dalam hal ini adalah tidak ada serangan penyakit yang diakibatkan oleh kurangnya
67
unsur hara yang diserap oleh tanaman tersebut. Hal ini juga menunjukan bahwa dengan adanya MOL akan membantu dalam peningkatan produksi nilam. Tabel 19. Hasil Produksi Nilam akan Menurun jika Tanaman Tersebut tidak Berkualitas No Jawaban F % 1
Sangat Setuju
16
32
2
Setuju
25
50
3
Netral
9
18
4
Tidak Setuju
-
-
5
Sangat tidak Setuju
-
-
50
100
Total Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
Dari Tabel 19 dapat diketahui bahwa ada 50% responden menyatakan setuju bahwa produksi nilam akan menurun jika tanaman tersebut tidak berkualitas. Hal ini jelas bahwa dalam usahatani nilam membutuhkan MOL yang dapat digunakan untuk menyuburkan tanah sehingga dapat meningkatkan produksi nilam. Tabel 20. Tinggi rendahnya Produksi Nilam ditentukan oleh Besarnya Biaya yang di Keluarkan No Jawaban F % 1
Sangat Setuju
15
30
2
Setuju
34
68
3
Netral
1
2
4
Tidak Setuju
-
-
5
Sangat tidak Setuju
-
-
50
100
Total Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
Dari Tabel 20 dapat diketahui bahwa 68% responden menyatakan setuju bahwa tinggi rendahnya produksi nilam ditentukan oleh besarnya biaya yang
68
dikeluarkan. Dengan demikian bahwa dalam usahatani nilam membutuhkan biaya yang cukup dalam proses produksi, akan tetapi MOL dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan petani dikarenakan harga MOL tidak mahal dan jika dibuat sendiri biaya yang dibutuhkan tidak terlalu banyak. Berbeda dengan pupuk kimia yang harganya lebih mahal, sehingga dengan adanya MOL apat meningkatkan produksi nilam tanpa mengeluarkan biaya yang tinggi. Tabel 21. Hasil Produksi Nilam akan Menurun jika Tanah yang Digunakan tidak Subur No Jawaban F % 1
Sangat Setuju
19
38
2
Setuju
31
62
3
Netral
-
-
4
Tidak Setuju
-
-
5
Sangat tidak Setuju
-
-
50
100
Total Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
Dari Tabel 21 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan setuju yakni ada 62%, bahwa produksi nilam akan menurun jika tanah yang digunakan dalam usahatani nilam tidak subur. Salah satu yang mempengaruhi tanah tidak subur adalah kurangnya unsur hara yang terkandung dalam tanah tersebut, sehingga menyebabkan tanaman nilam tidak mengkasilkan produksi yang baik. Dengan demikian adanya MOL dapat mengembalikan unsure hara yang berkurang sehingga tanaman nilam dapat tumbuh subur dan dapat meningkatkan produksi.
69
Tabel 22. MOL dapat Mengurangi Penggunaan Pestisida yang dapat Menurunkan Kualitas Tanaman Nilam No Jawaban F % 1
Sangat Setuju
21
42
2
Setuju
28
56
3
Netral
1
2
4
Tidak Setuju
-
-
5
Sangat tidak Setuju
-
-
50
100
Total Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
Dari Tabel 22 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden setuju (56%) bahwa MOL dapat mengurangi penggunaan pestisida yang dapat menurunkan kualitas tanaman nilam. Dengan demikian kehadiran MOL dapat membantu petani dalam menyuburkan tanah yang digunakan dalam usahatani nilam sehingga produksi nilam meningkat dan pendapatan petani nilam pun meningkat. C.2 Persepsi terhadap Harga Jual MOL Tabel 23. 5% dari Pendapatan Usahatani Nilam di Alokasikan dalam Memperoleh MOL No Jawaban F % 1
Sangat Setuju
13
26
2
Setuju
35
70
3
Netral
2
4
4
Tidak Setuju
-
-
5
Sangat tidak Setuju
-
-
50
100
Total Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
70
Dari Tabel 23 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan setuju bahwa 5% dari pendapatan usahatani nilam di alokasikan untuk memperoleh MOL. Dengan demikian responden bersedia untuk memperoleh MOL baik itu memproduksi sendiri maupun membeli kepada orang lain yang menjual MOL tersebut. Tabel 24. 10% dari Pendapatan Usahatani Nilam di Alokasikan dalam Memperoleh MOL No Jawaban F % 1
Sangat Setuju
2
4
2
Setuju
11
22
3
Netral
28
56
4
Tidak Setuju
9
18
5
Sangat tidak Setuju
-
-
50
100
Total Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
Dari Tabel 24 dapat diketahui bahwa sebagian besar (56%) responden menyatakan netral (samar-samar) bahwa 10% dari pendapatan usahatani nilam dialokasikan untuk memperoleh MOL. Tabel 25. 20% dari Pendapatan Usahatani Nilam di Alokasikan dalam Memperoleh MOL No Jawaban F % 1
Sangat Setuju
-
-
2
Setuju
-
-
3
Netral
6
12
4
Tidak Setuju
30
60
5
Sangat tidak Setuju
14
28
50
100
Total Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
71
Dari Tabel 25 dapat diketahui bahwa sebagian besar (60%) responden menyatakan tidak setuju jika 20% dari pendapatan usahatani nilam di alokasikan untuk memperoleh MOL. Hal ini dikarenakan responden dapat memperoleh MOL hanya dengan 5% dan itu sudah mencukupi kebutuhan tanaman nilam yang diusahakan. Tabel 26. 25% dari Pendapatan Usahatani Nilam di Alokasikan dalam Memperoleh MOL No Jawaban F % 1
Sangat Setuju
-
-
2
Setuju
-
-
3
Netral
-
-
4
Tidak Setuju
28
56
5
Sangat tidak Setuju
22
44
50
100
Total Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
Dari Tabel 26 dapat diketahui bahwa sebagian besar dari responden menyatakan tidak setuju jika 25% dari pendapatan usahatani nilam dialokasikan untuk memperoleh MOL. Tabel 27. Potensi Harga Juaal MOL di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna. No 5% 10% 20% 25% Setuju
48
13
0 9 Tidak setuju Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
0
0
44
50
Dari Tabel 27 menunjukan bahwa sebagian besar responden (48 responden) menyetujui pada tingkat harga jual/harga beli MOL 5% dari pendapatan usahatani nilam, dan hanya ada 13 responden yang menyatakan setuju
72
pada tingkat harga jual/harga beli 10%, sementara pada tingkat harga 20% dan 25% tidak ada yang setuju. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa harga jual/harga beli MOL di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna berada pada kategori 5% (dialokasikan untuk memperoleh MOL). D. Kelayakan Usaha MOL Untuk melihat usaha MOL layak atau efisien (menguntungkan) untuk di usahakan atau tidak, dapat diketahui melalui analisis R/C Rasio yang merupakan singkatan Return Cost Ratio. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 25 dalam lampiran 17. Tabel 28. R/C Rasio Usaha MOL di Dsa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna. No Uraian Satuan Nilai Rp 276.750 1 Total penerimaan 48.500 Total biaya Rp 2 R/C Rasio
-
6
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Dari Tabel 28 diketahui nilai R/C usaha MOL adalah 6 (R/C >1), yang artinya setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan petani akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 6.
Dengan demikian nilai R/C
> 1
maka dapat
disimpulkan bahwa usaha MOL di daerah penelitian layak di usahakan atau dengan kata lain menguntungkan. D.1 Potensi Pendapatan Usaha MOL Pendapatan merupakan selisih antara total penerimaan dengan semua biaya yang dikeluarkan dalam usaha MOL. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
73
bahwa, 5% diambil dari pendapatan usahatani nilam yaitu senilai Rp 276.750 dapat
memproduksi MOL sebesar 14 kg
dengan harga jual Rp 20.000/kg.
Pendapatan total usaha MOL dalam penelitian ini diperoleh sebesar Rp 11.412.500 dengan rata-rata Rp 228.250. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 29 dalam lampiran 15. Tabel 29. Rata-rata Pendapatan Usaha MOL di Dsa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna. No Komponen Nilai Total (Rp) Nilai Rata-rata (Rp) 1
Penerimaan (TR)
13.837.500
276.750
2
BiayaVariabel (VC)
625.000
12.500
3
Biaya tetap (FC)
1.800.000
36.000
4
Biaya Total (TC) (2+3)
2.425.000
48.500
5
Pendapatan (I) (1-4)
11.412.500
228.250
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Berdasarkan Tabel 29 menunjukkan bahwa pendapatan total yang dapat diperoleh petani nilam dari usaha MOL di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna sebesar Rp 11.412.500 dengan rata-rata Rp 228.250. Biaya total yang dikeluarkan sebesar Rp 2.425.000/periode produksi dengan rata-rata Rp 48.500. Biaya tetap yang dikeluarkan cukup besar dibanding biaya variabel yaitu sebesar Rp 1.800.000/periode produksi dengan rata-rata Rp 36.000.
Hal ini
dikarenakan komponen-komponen biaya tetap yang harus dikeluarkan oleh responden yang mengusahakann MOL cukup banyak dan cukup besar biayanya. Sementara komponen biaya ovariabel tidak banyak dan lebih kecil biayanya yakni sebesar Rp 625.000/periode produksi dengan rata-rata 12.500.
74
D.2 Nilai Kelayakan Potensi Usaha MOL
Usaha MOL dikatakan layak ketika penerimaan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan oleh responden selama proses produksi. berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai kelayakan 6 ( R/C >1), yang artinya bahwa usaha MOL di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna layak diusahakan ataw memperoleh keuntungan. Dimana, dengan pengorbanan sebesar Rp 48.500 manpu menghasilkan penerimaan usaha MOL sebesar Rp 276.750/periode produksi.
75
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka disimpulkan sebagai berikut: 1. Persepsi petani nilam terhadap potensi usaha MOL dikategorikan setuju dengan alokasi biaya dalam memperoleh MOL sebesar 276.750 (5%) dari pendapatan usahatani nilam. 2. Total penerimaan usahatani nilam di daerah penelitian adalah Rp 6.282.900 dengan total biaya produksi Rp 631.033 sehingga diperoleh total pendapatan usahatani nilam Rp 5.651.867 3. Total pendapatan bersih usaha MOL di daerah penelitian sebesar Rp 228.250 dan nilai R/C yang diperoleh 6 > 1 serta nilai BEP volume 2,4 kg dan BEP harga Rp 3.429 /kg, dengan demikian usaha MOL di daerah penelitian layak di usahakan dan menguntungkan. 4. Dengan pengorbanan sebesar Rp 48.000 mampu menghasilkan penerimaan usaha MOL Rp 276.750 B. Saran Beberapa hal yang dapat disarankan dari hasil penelitian ini, yaitu : 1. Kepada petani ; Usahatani nilam di daerah penelitian ini layak di usahakan dan di kembangkan, oleh karena itu petani perlu melakukan upaya dengan cara mengalokasikan sebagian pendapatannya untuk memperoleh MOL baik itu memproduksi sendiri ataupun membeli dari orang lain. Sehingga dapat
76
meningkatkan pendapatan daripada usahatani nilam juga dapat menambah pendapatan dari usaha MOL tersebut. 2. Dengan melihat antusias para petani nilam dalam berusaha meningkatkan pendapatannya yang salah satunya dengan cara menggunakan MOL pada tanaman nilam,
maka pihak yang berwewenang diharapkan untuk
mengadakan sosialisasi dan pelatihan mengenai pemanfaatan limbah organik sebagai pupuk yang dapat di aplikasikan pada tanaman nilam. 3. Bagi peneliti selanjutnya di harapkan melakukan penelitian yang berkaitan dengan pengaruh MOL terhadap pendapatan petani nilam.
77
DAFTAR PUSTAKA
Adiwilaga. 1982. Ilmu usahatani. Alumni. Bandung. Anonim. 2012. http://rafiel91.blogspot.com/2012/12/mikro-organisme-lokal-dari buah-buahan.html Diakses pada tanggal 7 April 2013 pukul 11.10 WITA Assauri, 1993. Manajemen Produksi Dan Operasi. Fakultas ekonomi. UI. Jakarta. Beattie, dan Taylor.1996. ekonomi produksi. Terjemahan R. Josohardjono. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Boediono. 1992. Pengantar ilmu ekonomi. UGM Press. Yogyakarta. Ditjen Perkebunan, 2006. Nilam. Statistik Perkebunan Indonesia. 2003-2006. 19 hal. Djazuli, M. 2011. Budidaya Nilam Organik. Bunga Rampai Nilam (Pogostemon cablin Benth) Status Teknologi Hasil Penelitian Nilam. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Puslitbang Perkebunan. Hlm. 17-26. Downey, David dan S.P. Erickson.1992. manajemen agribisnis. Erlangga. Jakarta. Hernanto, F. 1996. Ilmu usahatani. Penebar swadaya. Jakarta. Harmono dan Agus Andoko. 2005. Budidaya dan Peluang Bisnis(Jakarta : Agromedia Pustaka). http://www petani Indo.com/2009. Pemanfaatan limbah nilam. (13 September 2011). Leung, A.Y. 1980. The Encyclopedia of Common Natural Product Ingredients. John Wiley dan Sons, New York. Imran, 1994. Pengaruh peubah lingkunganfisik terhadap pertumbuhan, hasil, dan kandungan minyak nilam. Tesis pascasarjana institute pertanian bogor. Jusmaniar, 1992. Persepsi Keluarga terhadap Penyantunan Lanjut Usia/Jompo Terlantar pada sasaran Tresna Wedha Minaula. FKIP Unhalu. Kendari. Jurnal, S. R. J., 1982. Selected market for the assential oils of patchouli and vetiver. Tropical Product Institute Ministry of Overseas Development.Great Britain G. 167: 7-20. Jurnal, Moses Beneiktus Bengngo Ole, A. Wibowo N. Jati, B. B. Rahardjo Sidharta. Utilizing Of Banana’s Corm (Musa Paradisiaca) Micro Organisms as Organic Waste Decomposer. 2003.
78
Jurnal 2010. The Indonesian Essential Oil Trade Association/ Indessota. Asosiasi Eksportir Minyak Atsiri Indonesia. Jakarta. Kadarsan, H.M, 1992. Keuangan pertanian dan Pembiayaan Perusahaan agribisnis. Gramedia pustaka utama. Jakarta. Kartasapoetra, A.G, 1988. Manajemen pertanian dan pembiayaan perusahaan agribisnis. Gramedia. Jakarta. Makeham, dan Malcom. 1991. Manajemen usahatani daerah tropis. Pustaka LP3ES Indonesia. Jakarta. Mamun, 2008. Pemurnian minyak nilam dan minyak daun cengkeh secara kompleksometri. Jurnal penelitian tanaman industry. Balai penelitian tanaman obat dan aromatic. Niswonger, Rollim dkk. 1992. Prinsip-prinsip Akuntansi. (Jakarta : Erlangga) Miller dan Mainers. 2000. Teori ekonomi mikro intermediate. Terjemahan H. Munandar. Raja Grafindo persada. Jakarta. Mubyarto. 1989. Pengantar ilmu ekonomi. LP3ES. Jakarta. Mulyadi. Akuntansi Biaya. Ed. Ke-5 (Yogyakarta : Aditya Media, 2002. Pranata, Ayub.S. 2004. Pupuk Organik Cair dan Mikro Organisme Lokal. Jakarta: PT Agromedia Pustaka Rahim dan hastuti, 2007. Pengantar, teori dan kasus ekonomika pertanian. Penebar swadaya. Jakarta. Rajagukguk, 2009. Analisis potensi pengolahan minyak nilam di Kabupaten pakpak barat sumatera utara. Skripsi fakultas pertanian universitas sumatera uatar. Medan. Rasyaf, M. 1993. Manajemen Peternakan Ayam Kampung. Kanisius. Yogyakarta. Revino. 2006. Purchasing suatu Pengantar (Jakarta : Djambatan). Rusli, S. 1991. Pemurnian mutu minyak nilam dan daun cengkeh. Prosiding Pengembangan Tanaman Atsiri di Sumatera, Bukit Tinggi. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Hal. 89-96. Rusli, S., Hobir,. A. Hamid, A. Asman, S. Sufiani dan M. Mansyur, 1993. Evaluasi Hasil Penelitian Minyak Atsiri, Balittro.15 hal.
79
Sagala, 2009. Prospek pengembangan nilam di tanjung meriah kecamatan sitellu tali urang jehe kabupaten pakpak barat sumatera utara. Skripsi fakultas pertanian univrsitas sumatera uatara. Medan. Soeharjo, A. dan Patong, D., 1984. Sendi-Sendi Pokok ilmu usahatani. Lembaga penerbit Unhas. ujung pandang. Soekartawi, 1989. Prinsip dasar ekonomi pertanian, teori dan aplikasinya. Rajawali press. Jakarta. Soekartawi, 1995. Dasar penyusunan evaluasi proyek II . pustaka sinar harapan.jakarta. Soekartawi, 2002. Prinsip ekonomi pertanian. Raja grafindo persada. Jakarta. Soemarso. 2002. Akuntansi suatu Pengantar. Ed. Ke-4 (Jakarta : PT. Rineka Cipta). Sriharti dan T. Salim. 2008. Pemanaaatan Limbah Pisang untuk Pembuatan kompos Menggunakan Komposter Rotary Drum. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Bidang Teknik Kimia dan Tekstil Sumadiwangsa, E. S. 2004. Peningkatan produktivitas dan kualitas HHBK. UKP. Badan litbang kehutanan. Departemen kehutanan. Bogor. http://eprints.undip.acid/25183/1/bambang. Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar swadaya. Jakarta. Tuwo, A. 1990. Dasar-dasar ilmu usahatani. Fakultas pertanian. Unhalu. Kendari. Usry, Carter. 2004. Akuntansi Biaya. Ed. Ke-13 (Jakarta : Penebar Swadaya). Wahyudi, Roony. 2013. http://mentari-dunia.blogspot.com/2013/02/manfaatmikro-organisme-lokal.html Diakses pada tanggal 7 April 2013 pukul 13.30 WITA Wiryanta, Bernadinua T. Wahyu. 2002. Bertanam Cabai pada Musim Hujan. Cetakan 1. (Jakarta : Agromedia Pustaka).
80
LAMPIRAN
81
Lampiran 1. Riwayat Hidup Penulis lahir di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna pada tanggal 25 januari 1994, penulis merupakan anak ke 2 (dua) dari 5 (lima) bersaudara dari pasangan Bapak La Hasimu dan Ibu Wa Rasia. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN 11 Kabangka pada tahun 2006 dan melanjutkan pendidikan di SMPN 3 Kabawo tamat pada tahun 2009, kemudian melanjutkan pendidikan di SMKN 1 Kabangka dan tamat pada tahun 2012. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi di Universitas Halu Oleo Kendari dan di terima di Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Kendari melalui jalur local yaitu SLMPTN pada tahun 2012. Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian, penulis melakukan penelitian dengan judul “ Analisis Pendapatan Usaha Pengolahan Limbah Organik Dalam Menunjang Usahatani Nilam di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna”.
82
Lampiran 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna
83
Lampiran 3. Identitas Petani Responden di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna Nama
Umur
Tingkat
Pengalaman
Jumlah Tanggungan
Responden
(Tahun)
Pendidikan
40 43 42 43 32 43 58 45 32 24 29 45 32 38 32 57 44 35 50 34 44 45 57 32 40 22 18 17 32 35 27 42 37 32
S1 SMA SD SD SMP SD D3 S1 SD SD SD SD S1 SD SD SD SMA SMP SMP SMA SMP S1 SD S1 SMP
Berusahatani (tahun) 9 12 11 11 10 12 11 11 12 7 9 11 10 11 9 11 17 10 11 10 11 12 12 10 11 7 6 6 10 11 8 11 11 12
Keluarga (Jiwa) 5 7 5 5 4 3 2 4 1 2 5 10 3 3 3 3 6 4 5 7 7 5 5 4 9 2 5 1 4 5 4 6 2 5
Luas Lahan
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Hamiludin Wa Rasia Jalil Samsuri La Impi La Oba La Niiru Puju naji La Halisu La Jufuri La Ria La Mahadi La Samia Kariawan La Suma 1 La Nduumi La Halimu La Aco La Barumbu La Wonu La Pea La Tamuri Halidun La Ode Ifu La Nahija Gusdin La Limi La Suma 2 La Ode Golo La Firuma La Mbolo La Ode Kambele Norma La Tafa
(Ha) 2 1 0,5 0,75 1 1 1 1 1 1 0,5 2 1 0,5 1 1 1 1 1 0,5 0,5 1 1 0,75 0,5 0,5 0,5 1 0,5 1 1 0,75 1 1
84
Lanjutan Lampiran 3 35 36 d37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
La Taki Hamirudin La hamilu La Ode Hafido La Ode Basirun Wa Ode Halu La Ode Hasran Alboni La Haji La Salimi La Baida La Kalimudi La Ndisele La Saridu La Ode Haferudi La Dirimani jumlah rata-rata
36 38 43 43 44 45 25 22 32 30 40 35 56 38 43 39 1887 37.74
SMP SD SD SD SMP SMA SMP SMP SMA SD SD SD SD
12 9 11 12 11 12 8 6 8 8 11 9 12 10 11 9 727 14.54
5 4 7 8 5 2 4 2 4 4 5 3 4 4 6 4 222 4.44
1 0,5 1 1 0,5 0,5 1 1 1 1 0,5 0,5 1 1 1 0,5 34 1.0625
85
Lampiran 4. Persepsi Petani Responden Terhadap Usaha MOL di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna. Item Pernyataan
SS
S
N
TS
STS
1
15
29
6
-
-
2
21
29
-
-
-
3
16
25
9
-
-
4
15
34
1
-
-
5
19
39
-
-
-
6
13
35
2
-
-
7
2
11
28
9
-
8
-
-
6
30
14
9
-
-
-
28
22
10
21
28
1
-
-
86
Lampiran 5. Biaya Tetap Total Usahatani Nilam di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Parang (Rp) 23,333 23,333 11,667 23,333 11,667 11,667 23,333 11,667 11,667 11,667 11,667 23,333 23,333 11,667 11,667 23,333 23,333 11,667 23,333 11,667 11,667 23,333 26,667 11,667 11,667 11,667 11,667 11,667 11,667 11,667 11,667 11,667 11,667 23,333 11,667 11,667 11,667 11,667
Jenis Peralatan Patida (Rp) 6,667 15,000 6,667 6,667 6,667 6,667 15,000 6,667 6,667 6,667 6,667 6,667 6,667 6,667 6,667 15,000 6,667 6,667 6,667 6,667 6,667 6,667 15,000 6,667 6,667 6,667 6,667 6,667 6,667 6,667 6,667 6,667 6,667 6,667 6,667 6,667 6,667 6,667
Gunting (Rp) 13,333 13,333 13,333 13,333 13,333 33,333 13,333 33,333 13,333 13,333 13,333 13,333 13,333 13,333 13,333 13,333 13,333 13,333 13,333 13,333 13,333 13,333 13,333 13,333 13,333 13,333 13,333 13,333 13,333 33,333 13,333 13,333 13,333 13,333 33,333 13,333 13,333 13,333
Total Penyusutan Peralatan (Rp) 43,333 51,667 31,667 43,333 31,667 51,667 51,667 51,667 31,667 31,667 31,667 43,333 43,333 31,667 31,667 51,667 43,333 31,667 43,333 31,667 31,667 43,333 55,000 31,667 31,667 31,667 31,667 31,667 31,667 51,667 31,667 31,667 31,667 43,333 51,667 31,667 31,667 31,667
87
Lanjutan Lampiran 5 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Jumlah Rata-rata
11,667 11,667 11,667 11,667 11,667 11,667 11,667 11,667 23,333 11,667 11,667 11,667 738,333 14,767
6,667 6,667 6,667 6,667 6,667 6,667 6,667 6,667 6,667 6,667 6,667 6,667 366,667 7,333
13,333 13,333 13,333 13,333 13,333 13,333 13,333 13,333 13,333 13,333 13,333 13,333 746,667 14,933
31,667 31,667 31,667 31,667 31,667 31,667 31,667 31,667 43,333 31,667 31,667 31,667 1,851,667 37,033
88
Lampiran 6. Biaya Variabel Total Usahatani Nilam di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna
No
Nama Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Hamiludin Wa Rasia Jalil Samsuri La Impi La Oba La Niiru Puju naji La Halisu La Jufuri La Ria La Mahadi La Samia Kariawan La Suma 1 La Nduumi La Halimu La Aco La Barumbu La Wonu La Pea La Tamuri Halidun La Ode Ifu La Nahija Gusdin La Limi La Suma 2 La Ode Golo La Firuma La Mbolo La Ode Kambele Norma La Tafa La Taki Hamirudin La hamilu La Ode Hafido La Ode Basirun
Biaya Bahan Bakar Minyak (Rp) 600,000 300,000 200,000 300,000 300,000 500,000 400,000 400,000 500,000 200,000 200,000 500,000 400,000 200,000 600,000 400,000 500,000 400,000 500,000 400,000 200,000 400,000 500,000 300,000 200,000 300,000 200,000 200,000 200,000 400,000 600,000 300,000 400,000 500,000 600,000 300,000 400,000 500,000 300,000
Biaya Tenaga Kerja (Rp) 400,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 400,000 300,000 200,000 300,000 200,000 300,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 300,000 300,000 200,000 400,000 300,000 300,000 200,000 200,000 200,000 200,000
Total Biaya Variabel/Musim Tanam (Rp) 1,000,000 500,000 400,000 500,000 500,000 700,000 600,000 600,000 700,000 400,000 400,000 900,000 700,000 400,000 900,000 600,000 800,000 600,000 700,000 600,000 400,000 600,000 700,000 500,000 400,000 500,000 400,000 400,000 400,000 700,000 900,000 500,000 800,000 800,000 900,000 500,000 600,000 700,000 500,000
89
Lanjutan Lampiran 6
40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Wa Ode Halu La Ode Hasran Alboni La Haji La Salimi La Baida La Kalimudi La Ndisele La Saridu La Ode Haferudi La Dirimani Jumlah Rata-rata
200,000 300,000 300,000 400,000 400,000 400,000 300,000 500,000 300,000 400,000 200,000 18,300,000 366,000
200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 300,000 200,000 200,000 200,000 11,400,000 228,000
400,000 500,000 500,000 600,000 600,000 600,000 500,000 800,000 500,000 600,000 400,000 29,700,000 594,000
90
Lampiran 7. Biaya Total Usahatani Nilam di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna Biaya Tetap Total Biaya Total Biaya Total Biaya Variabel No Responden Penyusutan Alat Tetap (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) 1 43,333 43,333 1,000,000 1,043,333 2 51,667 51,667 500,000 551,667 3 31,667 31,667 400,000 431,667 4 43,333 43,333 500,000 543,333 5 31,667 31,667 500,000 531,667 6 51,667 51,667 700,000 751,667 7 51,667 51,667 600,000 651,667 8 51,667 51,667 600,000 651,667 9 31,667 31,667 700,000 731,667 10 31,667 31,667 400,000 431,667 11 31,667 31,667 400,000 431,667 12 43,333 43,333 900,000 943,333 13 43,333 43,333 700,000 743,333 14 31,667 31,667 400,000 431,667 15 31,667 31,667 900,000 931,667 16 51,667 51,667 600,000 651,667 17 43,333 43,333 800,000 843,333 18 31,667 31,667 600,000 631,667 19 43,333 43,333 700,000 743,333 20 31,667 31,667 600,000 631,667 21 31,667 31,667 400,000 431,667 22 43,333 43,333 600,000 643,333 23 55,000 55,000 700,000 755,000 24 31,667 31,667 500,000 531,667 25 31,667 31,667 400,000 431,667 26 31,667 31,667 500,000 531,667 27 31,667 31,667 400,000 431,667 28 31,667 31,667 400,000 431,667 29 31,667 31,667 400,000 431,667 30 51,667 51,667 700,000 751,667 31 31,667 31,667 900,000 931,667 32 31,667 31,667 500,000 531,667 33 31,667 31,667 800,000 831,667 34 43,333 43,333 800,000 843,333 35 51,667 51,667 900,000 951,667 36 31,667 31,667 500,000 531,667 37 31,667 31,667 600,000 631,667 38 31,667 31,667 700,000 731,667 39 31,667 31,667 500,000 531,667
91
Lanjutan Lampiran 7 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Jumlah Rata-rata
31,667 31,667 31,667 31,667 31,667 31,667 31,667 43,333 31,667 31,667 31,667 1,851,667 37,033
31,667 31,667 31,667 31,667 31,667 31,667 31,667 43,333 31,667 31,667 31,667 1,851,667 37,033
400,000 500,000 500,000 600,000 600,000 600,000 500,000 800,000 500,000 600,000 400,000 29,700,000 594,000
431,667 531,667 531,667 631,667 631,667 631,667 531,667 843,333 531,667 631,667 431,667 31,551,667 631,033
92
Lampiran 8. Produksi , Harga Produksi dan Penerimaan Petani Pada Usahatani Nilam di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Nama
Jumlah Produksi/
Harga Produksi
Penerimaan/
Responden
Musim Tanam (Kg)
Rp/Kg
Musim Tanam (Rp)
2,450 2,000 650 500 900 1,200 830 1,500 1,000 1,000 500 2,300 1,800 400 1,800 1,200 1,700 1,000 1,200 600 600 1,700 1,600 400 400 450 500 700 510 1,200 1,400
5,500 6,000 6,000 5,000 5,000 6,000 6,500 5,500 5,500 6,000 6,000 6,500 5,000 6,500 5,500 5,500 6,500 5,000 5,000 5,000 5,500 5,500 6,000 6,000 6,500 6,000 6,000 6,000 6,000 6,500 7,000
13,475,000 12,000,000 3,900,000 2,500,000 4,500,000 7,200,000 5,395,000 8,250,000 5,500,000 6,000,000 3,000,000 14,950,000 9,000,000 2,600,000 9,900,000 6,600,000 11,050,000 5,000,000 6,000,000 3,000,000 3,300,000 9,350,000 9,600,000 2,400,000 2,600,000 2,700,000 3,000,000 4,200,000 3,060,000 7,800,000 9,800,000
500
5,000
2,500,000
1,500 1,600 1,600 450
5,500 5,500 7,000 7,000
8,250,000 8,800,000 11,200,000 3,150,000
Hamiludin Wa Rasia Jalil Samsuri La Impi La Oba La Niiru Puju naji La Halisu La Jufuri La Ria La Mahadi La Samia Kariawan La Suma 1 La Nduumi La Halimu La Aco La Barumbu La Wonu La Pea La Tamuri Halidun La Ode Ifu La Nahija Gusdin La Limi La Suma 2 La Ode Golo La Firuma La Mbolo La Ode Kambele Norma La Tafa La Taki Hamirudin
93
Lanjutan Lampiran 8
37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
La hamilu La Ode Hafido La Ode Basirun Wa Ode Halu La Ode Hasran Alboni La Haji La Salimi La Baida La Kalimudi La Ndisele La Saridu La Ode Haferudi La Dirimani Jumlah Rata-rata
600 1,300 1,000 500 900 1,000 1,200 1,400 460 500 1,600 1,000
6,000 6,000 6,500 6,000 6,000 7,000 6,000 6,500 6,500 6,000 6,500 6,500
3,600,000 7,800,000 6,500,000 3,000,000 5,400,000 7,000,000 7,200,000 9,100,000 2,990,000 3,000,000 10,400,000 6,500,000
1,200
6,000
7,200,000
450 52,750 1,055
6,500 298,500 5,970
2,925,000 314,145,000 6,282,900
94
Lampiran 9. Pendapatan Petani Pada Usahatani Nilam di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna No Responden
Penerimaan/ Musim Tanam (Rp)
Total Biaya (Rp)
Pendapatan/ Musim Tanam (Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
13,475,000 12,000,000 3,900,000 2,500,000 4,500,000 7,200,000 5,395,000 8,250,000 5,500,000 6,000,000 3,000,000 14,950,000 9,000,000 2,600,000 9,900,000 6,600,000 11,050,000 5,000,000 6,000,000 3,000,000 3,300,000 9,350,000 9,600,000 2,400,000 2,600,000 2,700,000 3,000,000 4,200,000 3,060,000 7,800,000 9,800,000 2,500,000 8,250,000 8,800,000 11,200,000 3,150,000 3,600,000 7,800,000
1,043,333 551,667 431,667 543,333 531,667 751,667 651,667 651,667 731,667 431,667 431,667 943,333 743,333 431,667 931,667 651,667 843,333 631,667 743,333 631,667 431,667 643,333 755,000 531,667 431,667 531,667 431,667 431,667 431,667 751,667 931,667 531,667 831,667 843,333 951,667 531,667 631,667 731,667
12,431,667 11,448,333 3,468,333 1,956,667 3,968,333 6,448,333 4,743,333 7,598,333 4,768,333 5,568,333 2,568,333 14,006,667 8,256,667 2,168,333 8,968,333 5,948,333 10,206,667 4,368,333 5,256,667 2,368,333 2,868,333 8,706,667 8,845,000 1,868,333 2,168,333 2,168,333 2,568,333 3,768,333 2,628,333 7,048,333 8,868,333 1,968,333 7,418,333 7,956,667 10,248,333 2,618,333 2,968,333 7,068,333
95
Lanjutan Lampiran 9 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Jumlah Rata-rata
6,500,000 3,000,000 5,400,000 7,000,000 7,200,000 9,100,000 2,990,000 3,000,000 10,400,000 6,500,000 7,200,000 2,925,000 314,145,000 6,282,900
531,667 431,667 531,667 531,667 631,667 631,667 631,667 531,667 843,333 531,667 631,667 431,667 31,551,667 631,033
5,968,333 2,568,333 4,868,333 6,468,333 6,568,333 8,468,333 2,358,333 2,468,333 9,556,667 5,968,333 6,568,333 2,493,333 282,593,333 5,651,867
Lampiran 10. Biaya Tetap Usaha MOL di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Jenis Peralatan Wadah (Rp/Buah) 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000
Saringan (Rp/Buah) 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500
Corong (Rp/Buah) 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500
Jerigen (Rp/Buah) 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500
Botol (Rp/Buah) 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500
Selang (Rp/Buah) 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000
Total Penyusutan Peralatan (Rp) 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000
96
97
Lanjutan Lampiran 10 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Jumlah Rata-rata
14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 14,000 700,000 14,000
3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 175,000 3,500
4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 225,000 4,500
7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 375,000 7,500
3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 3,500 175,000 3,500
3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 150,000 3,000
36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 1,800,000 36,000
98
Lampiran 11. Biaya Variabel Usaha MOL di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna
No Gula merah Responden (Rp/Buah) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000
Air kelapa (Rp/Buah)
Air sabun (Rp/Buah)
Total Biaya
5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000
2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500
12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500
99
Lanjutan Lampiran 11 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Jumlah Rata-rata
5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 250,000 5,000
5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 250,000 5,000
2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 125,000 2,500
12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 625,000 12,500
100
Lampiran 12. Biaya Total Usaha MOL di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Biaya Tetap Penyusutan Alat (Rp) 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000
Total Biaya
Total Biaya
Total Biaya
Tetap (Rp)
Variabel (Rp)
(Rp)
36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000
12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500
48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500
101
Lanjutan Lampiran 12 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Jumlah Rata-rata
36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 1,800,000 36,000
36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 1,800,000 36,000
12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 12,500 625,000 12,500
48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 2,425,000 48,500
102
Lampiran 13. Produksi Usaha MOL di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna
No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Biaya Produksi
harga MOL
MOL (5%) (Rp) 614,750 564,500 168,250 91,000 193,250 315,250 229,250 372,750 233,250 273,250 123,250 693,500 406,000 103,250 443,250 289,500 503,500 213,250 256,000 113,250 138,250 428,500 434,500 88,250 103,250 103,250 123,250 183,250 126,250 345,250 438,250 93,250 365,750 391,000 505,250
(Rp/kg)
Produksi MOL (Kg)
3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429
179 165 49 27 56 92 67 109 68 80 36 202 118 30 129 84 147 62 75 33 40 125 127 26 30 30 36 53 37 101 128 27 107 114 147
103
Lanjutan Lampiran 13 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 jumlah rata=rata
125,750 143,250 348,250 293,250 123,250 238,250 318,250 323,250 418,250 112,750 118,250 471,000 293,250 323,250 119,500 13,837,500 276,750
3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 171,450 3,429
37 42 102 86 36 69 93 94 122 33 34 137 86 94 35 4,035 81
104
Lampiran 14. Penerimaan Usaha MOL di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna
No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Produksi MOL (Kg) 179 165 49 27 56 92 67 109 68 80 36 202 118 30 129 84 147 62 75 33 40 125 127 26 30 30 36 53 37 101 128 27 107 114 147
Harga jual (Rp/kg)
Penerimaan (Rp)
3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429
614,750 564,500 168,250 91,000 193,250 315,250 229,250 372,750 233,250 273,250 123,250 693,500 406,000 103,250 443,250 289,500 503,500 213,250 256,000 113,250 138,250 428,500 434,500 88,250 103,250 103,250 123,250 183,250 126,250 345,250 438,250 93,250 365,750 391,000 505,250
105
Lanjutan Lampiran 14 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 jumlah rata=rata
37 42 102 86 36 69 93 94 122 33 34 137 86 94 35 4,035 81
3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 3,429 171,450 3,429
125,750 143,250 348,250 293,250 123,250 238,250 318,250 323,250 418,250 112,750 118,250 471,000 293,250 323,250 119,500 13,837,500 276,750
106
Lampiran 15. Pendapatan Usaha MOL di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna
No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Penerimaan (Rp)
Total biaya (Rp)
Pendapatan (Rp)
614,750 564,500 168,250 91,000 193,250 315,250 229,250 372,750 233,250 273,250 123,250 693,500 406,000 103,250 443,250 289,500 503,500 213,250 256,000 113,250 138,250 428,500 434,500 88,250 103,250 103,250 123,250 183,250 126,250 345,250 438,250 93,250 365,750 391,000 505,250
48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500
566,250 516,000 119,750 42,500 144,750 266,750 180,750 324,250 184,750 224,750 74,750 645,000 357,500 54,750 394,750 241,000 455,000 164,750 207,500 64,750 89,750 380,000 386,000 39,750 54,750 54,750 74,750 134,750 77,750 296,750 389,750 44,750 317,250 342,500 456,750
107
Lanjutan Lampiran 15 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 jumlah rata=rata
125,750 143,250 348,250 293,250 123,250 238,250 318,250 323,250 418,250 112,750 118,250 471,000 293,250 323,250 119,500 13,837,500 276,750
48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 2,425,000 48,500
77,250 94,750 299,750 244,750 74,750 189,750 269,750 274,750 369,750 64,250 69,750 422,500 244,750 274,750 71,000 11,412,500 228,250
108
Lampiran 16. Nilai BEP Usaha MOL di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna No
Komponen
Nilai
1
total biaya
48,000
2
harga produksi
20,000
BEP Volume Produksi
2
1
total biaya
48,000
2
total produksi
14
BEP Harga Produksi
3,429
109
Lampiran 17. Nilai R/C Rasio Usaha MOL di Desa Wansugi Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna
No Responden
Penerimaan (Rp)
Total Biaya (Rp)
R/C Rasio Usaha MOL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
614,750 564,500 168,250 91,000 193,250 315,250 229,250 372,750 233,250 273,250 123,250 693,500 406,000 103,250 443,250 289,500 503,500 213,250 256,000 113,250 138,250 428,500 434,500 88,250 103,250 103,250 123,250 183,250 126,250 345,250 438,250 93,250 365,750 391,000 505,250
48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500 48,500
13 12 3 2 4 7 5 8 5 6 3 14 8 2 9 6 10 4 5 2 3 9 9 2 2 2 3 4 3 7 9 2 8 8 10
110
Lampiran 18. Dokumentasi
111
