CAHAYAtech Vol. 01, No. 01, September 2012
Eko Sediyono
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN WARALABA OUTLET MINUMAN TEH DI INDONESIA Oleh : Eko Sediyono Abstrak Waralaba Food and Beverages (F&B) yang sedang tren saat ini adalah waralaba Teh Poci, Good Tea, Teh MU karena memiliki keunikan dan sedang disukai oleh konsumen. Teh Poci unik karena diolah dari pucuk daun teh pilihan. Good Tea unik karena menyediakan teh hijau dan bunga melati, adanya fasilitas pengantaran bahan baku ke mitra gratis se Jabodetabek. Teh MU unik karena mengusung konsep teh 32 rasa buah dan teh berasal dari Medan. Penelitian ini membuat sistem pendukung keputusan pemilihan waralaba outlet minuman teh yang cocok bagi franchisee secara online dengan metode AHP. Aplikasi online dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP, dan telah diunggah secara public dengan alamat www.waralabateh.com. Aplikasi yang sudah diunggah telah diuji oleh 97 orang responden yang sudah menjadi mitra dari 3 waralaba teh, yaitu : Teh Poci, Good Tea, Teh MU, dan 10 orang responden calon mitra. Menggunakan 4 kriteria yaitu: Biaya keanggotaan waralaba, Biaya usaha operasional, Ukuran usaha waralaba, Reputasi usaha waralaba. Menggunakan 3 opsi yaitu: Teh Poci, Good Tea, Teh MU. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Benchmark hasil yang sudah menjadi mitra: pilihan utama Teh Poci 47.9%, pilihan kedua Teh MU 29.81%, dan pilihan ketiga Good Tea 22.3%. Rekapitulasi hasil calon mitra: pilihan utama Teh Poci 43.31%, pilihan kedua Good Tea 29.21% dan pilihan ketiga Teh MU 27.56%.. Kata kunci: sistem pendukung keputusan, AHP, pemilihan waralaba teh PENDAHULUAN Banyak cara untuk berbisnis, antara lain waralaba yang sudah menjadi tren wirausaha saat ini dan menjadi alternatif pengembangan usaha juga dikenal sebagai jalur distribusi yang sangat efektif untuk mendekatkan produk kepada konsumennya melalui tangan-tangan franchisee (Redaksi Majalah Info Franchise 2009 :17). Salah satu waralaba bidang F & B (Food and Beverages) adalah minuman teh. Teh di Indonesia mengalami evolusi bisnis paling kreatif, ada minum teh dengan botol lalu muncul fenomena menarik dengan adanya teh siap saji model outlet (booth) dengan beragam brand waralaba, seperti Teh Poci, Good Tea, Teh Men United (MU), Teh Saring, Honest Tea, Es Tea, Mr Tea, Happy Tea. Brand yang tidak memiliki keunikan dan kelebihan akan cepat pudar. Menurut Castrigiovani dan Justis (2002) ada tujuh faktor yang akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan jaringan franchise (franchise network growth) yaitu:
franchise start-up cost, initial franchise fee, franchise growth orientation, industry growth, franchisor age, franchisor size dan franchisor reputation. Peneliti mengambil hanya 4 (empat) indikator yaitu: biaya keanggotaan waralaba (initial franchise fee), biaya usaha operasional (continuing franchisee fee/royalty) ukuran usaha waralaba (franchisor size), reputasi usaha waralaba (franchisor reputation). Karena menurut Wibowo (2007) tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jaringan waralaba dengan 4 (empat) indikator ini sudah memenuhi tingkat pertumbuhan jaringan waralaba. Metode AHP kemudian diaplikasikan dalam pembuatan website agar para calon mitra (franchisee) juga semakin dimudahkan untuk mengetahui dan memilih waralaba outlet minuman teh di Indonesia. Inilah yang menjadi dasar dibuatnya www.waralabateh.com.
STT Cahaya Surya Kediri 14
CAHAYAtech Vol. 01, No. 01, September 2012
Eko Sediyono
Sistem Pendukung Keputusan/SPK (Decision Support System) Menurut Suryadi dan Ramdhani (2002 : 5) bahwa tujuan SPK adalah membantu pengambil keputusan memilih berbagai alternatif keputusan yang merupakan hasil pengolahan informasiinformasi yang diperoleh/tersedia dengan menggunakan model-model pengambilan keputusan. Pada dasarnya SPK merupakan pengembangan lebih lanjut dari Sistem Informasi Manajemen Terkomputerisasi (Computerized Management Information System) yang dirancang sedemikian rupa hingga bersifat interaktif dengan pemakainya (user). Analytical Hierarchy Process (AHP) AHP merupakan metode yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Metode ini dapat memecahkan masalah yang kompleks dimana aspek atau kriteria yang diambil cukup banyak. Menurut Kadarsah S dan Ali Ramdhani (2002 : 131) langkah-langkah dalam dalam metode AHP meliputi: 1. Mendefenisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. 2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan subtujuan-subtujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah. 3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan ‘judgement’(penilaian) dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. 4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh judgment seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. 5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi. 6. Mengulang langkah 3, 4 dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki. 7. Menghitung Eigen Vector (EV) dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai EV merupakan bobot setiap elemen. Langkah itu untuk mensintesis judgment dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan. 8. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih dari 10% maka penilaian data judgement harus diperbaiki. Penyimpangan dari konsistensi dinyatakan dengan Consistency Index (CI) dengan persamaan: Perbandingan antara CI dan RI untuk suatu matriks didefenisikan sebagai Consistency Ratio (CR). CR=CI/ RI Dimana CR = Consistency Ratio CI = Consistency Index RI = Random Index
STT Cahaya Surya Kediri 15
CAHAYAtech Vol. 01, No. 01, September 2012
N RI
1 0.00
2 0.00
3 0.58
4 0.90
5 1.12
6 1.24
7 1.32
Eko Sediyono
8 1.41
9 1.45
10 1.49
11 1.51
Jika nilai CR ≤ 10% maka matrik konsisten Tabel 3.1. Nilai Random Index (RI) Tabel 3.2 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan Untuk Kriteria. Intensitas Kepentingan 1 3
5
7
9
Keterangan
Penjelasan
Kedua elemen sama pentingnya Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya Elemen yang satu lebih penting daripada elemen yang lainnya Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya
Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya Satu elemen yang kuat disokong dan dominant terlihat dalam praktek
2, 4, 6, 8
Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan
Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding dengan aktifitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan nilai i Sumber : Suryadi dan Ramdhani (2002:132) Tabel 3.3. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan Untuk Opsi Intensitas Kepentingan 1 3
5
7
9
2, 4, 6, 8 Kebalikan
Keterangan
Penjelasan
Kedua elemen sama Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama murah/besar/tinggi besar terhadap tujuan Elemen yang satu sedikit lebih Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu murah/besar/tinggi daripada elemen dibandingkan dengan elemen lainnya elemen yang lainnya Elemen yang satu lebih Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong murah/besar/tinggi daripada satu elemen dibandingkan elemen lainnya elemen yang lainnya Satu elemen jelas lebih mutlak Satu elemen yang kuat disokong dan dominant murah/besar/tinggi daripada terlihat dalam praktek elemen lainnya Satu elemen mutlak Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap murah/besar/tinggi daripada elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi elemen lainnya yang mungkin menguatkan Nilai-nilai antara dua nilai Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara pertimbangan yang berdekatan dua pilihan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding dengan aktifitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan nilai i
STT Cahaya Surya Kediri 16
CAHAYAtech Vol. 01, No. 01, September 2012
Eko Sediyono
Sumber : Suryadi dan Ramdhani (2002:132) / Data diolah (2011) 4. Desain Sistem Desain sistem akan menjelaskan pengembangan sistem secara menyeluruh hubungan antara user/admin, website dan databasenya. Adapun arsiteksur sistem yang akan dibangun seperti gambar dibawah ini:
Responden mengisi/mengetahui hasil kuesioner
Database Waralaba Teh
Web waralaba teh
Admin mengelola
internet
Sistem Pendukung Keputusan dengan metode AHP berbasis web untuk memilih waralaba yang cocok
Gambar 4.1. Arsitektur Sistem yang Akan Dibangun Sumber : Data diolah (2011) Model penelitian yang diusulkan:
Biaya Keanggot aan Waralaba
Model PemilihanW aralaba Biaya Minuman Usaha TehUsuran
Operasio nal
Teh Poci
Usaha Waralab a Good Tea
Reputasi Usaha Waralaba
Teh MU
Gambar 4.2. Model Penelitian yang Diusulkan Sumber : Data diolah (2011
STT Cahaya Surya Kediri 17
CAHAYAtech Vol. 01, No. 01, September 2012
Eko Sediyono
5.
Hasil Penelitian Data penelitian ini diperoleh dengan melakukan pengisian kuesioner secara online yang terbagi atas 2 bagian yaitu Benchmark Hasil Mitra sebanyak 97 responden dan Rekapitulasi Hasil Calon Mitra sebanyak 10 responden. Hasil pengisian kuesioner tergantung dari hasil jawaban responden dan banyaknya responden, dengan sistem yang dirancang untuk mampu menerima responden yang tidak terbatas jumlahnya untuk mengisi kuesioner. a.
Benchmark Hasil Mitra Dari 97 responden yang telah mengisi kuesioner diperoleh hasil: Tabel 5.1. Persilangan Kriteria dan Opsi Mitra Opsi Kriteria Reputasi Usaha Waralaba Biaya Usaha Operasional Ukuran Usaha Waralaba Biaya Keanggotaan Waralaba
Poci
Good
MU
29.81 %
68.1 %
15.9 %
15.8 %
29.62 %
25.4 %
19.7 %
55.1 %
23.64 %
69.5 %
15.3 %
15.1 %
16.93 %
18.1 %
51.1 %
30.9 %
Berdasarkan tabel 5.1 didapat kesimpulan bahwa: Reputasi Usaha Waralaba 29.81% sebagai kriteria terbanyak yang dipilih mitra dalam memilih waralaba teh. Dilanjutkan dengan Biaya Usaha Operasional 29.62%, Ukuran Usaha Waralaba 23.64%, dan Biaya Keanggotaan Waralaba 16.93%. Tabel 5.2. Prioritas Waralaba Teh Mitra Prioritas Waralaba Teh Hasil AHP Waralaba Persentase The Poci 47.9 % The MU 29.81 % Good Tea 22.3 % Berdasarkan tabel 5.2 didapat kesimpulan bahwa: Teh Poci dengan nilai 47.9% sebagai opsi waralaba teh terbanyak dipilih mitra, dilanjutkan dengan Teh MU dengan nilai 29.81% dan Good Tea dengan nilai 22.3 %. b. Rekapitulasi Hasil Calon Mitra Dari 10 responden yang telah mengisi kuesioner diperoleh hasil:
STT Cahaya Surya Kediri 18
CAHAYAtech Vol. 01, No. 01, September 2012
Eko Sediyono
Tabel 5.3. Persilangan Kriteria dan Opsi Hasil yang Belum Menjadi Mitra Opsi Kriteria Reputasi Usaha 28.13 % Waralaba Biaya Keanggotaan 25.19 % Waralaba Biaya Usaha 23.36 % Operasional Ukuran Usaha 23.31 % Waralaba
Poci
Good
MU
61 %
21.7 %
17.3 %
18.8 %
56.9 %
24.3 %
28.5 %
19.1 %
52.6 %
55.7 %
26.7 %
17.7 %
Berdasarkan tabel 5.3 didapat kesimpulan bahwa: Reputasi Usaha Waralaba 28.13% sebagai kriteria terbanyak dipilih oleh calon mitra dalam memilih waralaba teh. Dilanjutkan dengan Biaya Keanggotaan Waralaba 25.19, Biaya Usaha Operasional 23.36%, Ukuran Usaha Waralaba 23.31%,. Tabel 5.4. Prioritas Waralaba Teh Calon Mitra Prioritas Waralaba Teh Hasil AHP Waralaba Persentase The Poci 43.31% The MU 29.21% Good Tea 27.56% Berdasarkan tabel 5.4 didapat kesimpulan bahwa: Teh Poci dengan nilai 43.31% sebagai opsi waralaba teh terbanyak dipilih calon mitra, dilanjutkan dengan Good Tea 29,21% dan Teh MU 27.56%. 6.
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka didapat kesimpulan: 1. Aplikasi dibuat untuk 4 kriteria yaitu: Biaya keanggotaan waralaba, Biaya Usaha Operasional, Ukuran usaha waralaba, Reputasi usaha waralaba dengan 3 opsi yaitu: Teh Poci, Good Tea, Teh MU. Kelebihan dari aplikasi ini bisa dilakukan penambahan kriteria dan penambahan opsi, serta penambahan pertanyaan (kuesioner). 2. Aplikasi yang dibuat sudah diuji pada 97 responden yang sudah menjadi mitra sebagai benchmark (acuan), dan 10 responden calon mitra. Aplikasi ini menghasilkan alternatif keputusan dalam bentuk persentase (%). Aplikasi ini dirancang untuk menerima kuesioner dari responden dengan jumlah yang tidak terbatas. 3. Dari uji coba yang dilakukan, dihasilkan output yaitu: Benchmark hasil mitra dari 97 responden: Pilihan utama kriteria Reputasi Usaha Waralaba (29.81%), pilihan kedua Biaya Usaha Operasional (29.62%), pilihan ketiga Ukuran Usaha Waralaba (23,64), Pilihan keempat Biaya Keanggotaan Waralaba 16.93%). Pilihan utama opsi Teh Poci (47.9%), pilihan kedua Teh MU (29.81%), dan pilihan ketiga Good Tea (22.3%). Dari uji coba yang dilakukan kepada 10 responden calon mitra: Pilihan utama kriteria Reputasi Usaha Waralaba (28.13%), pilihan kedua Biaya Keanggotaan Waralaba (25.19%), pilihan ketiga Biaya Usaha Operasional (23.36%), dan pilihan keempat Ukuran Usaha Waralaba (23.31%). Pilihan utama opsi Teh Poci (43.31%), pilihan kedua Good Tea (29.21%), dan pilihan ketiga Teh MU (27.56%). 4. Penelitian lanjutan dapat dikembangkan dengan menambahkan kriteria lokasi karena faktor lokasi strategis berhubungan dengan banyaknya permintaan (demand) untuk
STT Cahaya Surya Kediri 19
CAHAYAtech Vol. 01, No. 01, September 2012
Eko Sediyono
menguasai pasar karena Teori Lokasi dari August Losch mengatakan bahwa lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat digarapnya. Makin jauh dari tempat penjual, konsumen makin enggan membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjual semakin mahal. Losch cenderung menyarankan agar lokasi produksi berada di pasar atau di dekat pasar.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, 1997, Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta. Castrogiovanni, Gary J. & Justis, Robert, T., 2002, Strategic and Contextual Influences on Firm Growth : An Empirical Study of Franchisor, Journal of Small Business Management, 40 (2), pp.98-108. Chadwick, B. Howard and Stan L. Albrecht, 1991, Metode Penelitian Ilmu Pengetahuan Social,IKIP, Semarang Press, Semarang Falbe, C. M., Dandridge, T. C., and Kumar, A., 1998, The Effect of Organizational Context on Entrepreneurial Strategies in Franchising, Journal of Business Venturing, 14, pp. 125 - 140. Floyd, Callum, and Fenwick, Graham, 1998, Towards A Model of Franchise System Development, International Small Business Journal. Frazer, Lorelle, 1998, Motivations for Franchisors to Use Flat Cntinuing Franchise Fees, Journal of Consumer Marketing, Vol. 15 No. 6, pp. 587 – 597. Kadarsah, Suryadi dan Ramdhani, M., Ali, 2002, Sistem Pendukung Keputusan: Suatu Wacana Struktural Idealisasi dan Implementasi Konsep Pengambilan Keputusan, Remaja Rosdakarya, Bandung Karomoy, Amir (1996), “Sukses Usaha Lewat Waralaba”, PT Jurnalindo Aksara Grafika, Jakarta. Kementerian Perdagangan Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Direktorat Bina Usaha dan Pendaftaran Perusahaan Tahun 2010, Panduan Usaha Dengan Sistem Waralaba dan Sistem Penjualan Langsung Mendelsohn. Martin, (1997), “Franchising : Petunjuk Praktis bagi Franchisor dan Franchisee”, Cetakan Kedua, PT. Pustaka Binaman Pressindo. Nazir, Moh., 1999, Metode Penelitian, Ghalia, Indonesia Nurmianto, Eko, dkk (2004), Perumusan strategi kemitraan menggunakan metode AHP dan SWOT (Studi Kasus pada Kemitraan PT. INKA dengan Industri Kecil Menengah di Wilayah Karesidenan Madiun), Jurnal Teknik Industri Vol. 6, No. 1 Pambudi, S., Teguh., Faisal, Akbar, dan Rafick, Ishak, 2002. Strategi Menggulirkan Waralaba, SWA 09/ XVIII/ 2 – 15 Mei 2002. Redaksi Majalah Info Franchise, 2009, Franchise Your Business: Melejitkan Bisnis Anda Menjadi Besar Melalui Franchise, Franchise Publishing Saaty, 1993, Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Proses Hirarki Analitik Untuk Pengambilan Keputusan Dalam Situasi yang Kompleks, Pustaka Binama Pressindo. _____ Decision Support Systems and Intelligent Systems. 7th Edition. Upper Saddle River: PrenticeHall Shane, Scott, (1997), Hybrid Organizational Arrangement and Their Implications for Firm Growth and Survival: A Study of New Franchisers, Academy of Management Journal. Strutton, D., Pelton L. E., and Lumpkin, J. R., (1995), Psychological Climate in Franchising System Channels and Franchisor - Solidarity, Journal of Business Research, 34, pp: 81 – 91. Sudarmadi, (2002), Bagaimana Cara Mewaralabakan Bisnis, SWA 09/XVIII/ 2 – 15 Mei 2002. Turban, Efraim., E. Jay Aronson., and Liang, Ting Peng, 2005, Decision Support Systems and Intelligent Systems. 7th Edition. Upper Saddle River: Prentice-Hall. Wibowo, Eko (2007), Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jaringan waralaba (Studi kasus pada Yayasan Soroban Mental Aritmatika Indonesia Semarang), Jurnal Sains Pemasaran Indonesia Vol VI, No.1.
STT Cahaya Surya Kediri 20