r5
**l
#l
ISBN : 928 9T9TO4 507 9
PROSIDING SEIT'IINAR NASIONAT Hlrn 1
MOLUSKA DAIJ\M PENETITTAN,
o
KONSERVASI DAI\T EKONO1UI
SEMARANG, 17 JULI
2AO7 22
Penyunting:
27
Delianis pringgenies
Sudmjat lrsyaphiani lnsan
,o
Retno Hartati Widianingsih 39
sf,l
*#
Pusat Riset Ferikanan Budidaya Badan RlsEt Kelautan Oan perikinan Departemen Ketautan dan periftinin
40
bekerja $ama dengan 49
Jurusan llmu Kelautan Fakultas perikanan dan llmu Kelautan Univercitas Diponegoro Semarang
)esign Created by Elis Indrayanti
i56
tlllSlOlilAL
,.
PRoslOlNG SEMIiIAR Sl(A DAt-All PEI.IEU|IA.U Xol.lSERX/ASt DAttt EKOIrlOfft
l,lolt
XITE PENGAT{TAR Mokrska merupFkaa
salab'Ju suflber dar_
yarp memil*i poterrei unt1< dan meriariirkan prodJ
akan semakin menirgkat pl,rla kefutt*ran urttd< pemenuhan konsunsl, sehirgga tirpkat ekspbitasi tertladap sr-rnber daya tayati (moluska) akan terus m eninglcat Prosiding
*{
diharapkan dapat mendr.f
yar€ brhJbungan dengan moluska, serta menpakan arfarg kompetisi bagi para peneliti perguua"l tiingrgi. spltgusaha. pembLdi daya dan masvarakat trrtuk mengetatr-ri stahrs peneliiian motuska dan segala aspeknya ditndorresia.
l(ami berfraraP semoga pros;dirg ini bem.affaat dalam peqrgembangan moluska di Irldonesia
Semarang, 1 7.Juli 2@7..
Paniti,a
'(
ffi_lr ,' :
-'
i
NASIoNAL
I2 PRosIoIrue SEMINAR MOLUSKA DALAM PENEI.ITIAN, KONSERVASI DAN EKONOMI
DAFTAR ISI
Budidaya Tiram Mutiara, Tantangan & permasalahannya 8
Perdagangan Procuk/Hasil perairan, Moluska darn per-prasalahannya Dr. Sumpeno Putro (BRKP DKp)......... Pengembangbn Teknologi pembenihan can Budidaya Abalon (Haliotis asinina) di lndonesia Moluska
Dr. lrwan Junaedi (UNHALU, Kendari).... Dr. Made L Nurjana (Dirjen perikanan Budidaya DKp) Riset Penrbenihan Abalon
D.
Prof. Riset Dr. Ketut sugama (Kepala pusat Riset perikanan Budidaya) PAPER MAI(AI}H CRAI-
41.
M' '
Femeliharaan Larva Kerang Hijau (pern a viidis)densan campuran Beberapa Jenis phytoplan'rton fAgus Hermanan MScJ ........
22
27
29
Potensi Distribusi& Pengelolaan Lola (Trochus niloticus)di per:airan Pantai'Desa Noiloth, pulau separua Kab. Marr.rku Tengah 38
A3.
Pemanfaatan siput Murbai {pomacea canaliculata Lamack) sebagai Makanan Ringan (snack) [D. Bhagawati dan Muh. NadjmiAbuHasl.....
44.
ProdulisiJlwana Lola Merah dan Kima Melalui Hatchery untuk
39
Konservasi Spesies Langka, prospek dan Tantangan 4A
A5.
Potensi Budidaya Kijing Taiwan (Anodonta woodiana)diwaduk cirata Dalam Rangka Pengendalian cemaran dan peningkatan produksi
Budidaya lkan [Erlania, A.1., Gunawan dan TH. pribadil......... ......
46.
49
Efisiensi Pakan Bagi pertumbuhan Somatik dan Reproduksi Keong Macan (Babylonia spirata., L. l11gl [Dr.,lr. Fredinan Yulianda, ivlScJ
56
Pd n,t
ryNAR o ::P,1ry"^gF l us xn oa un,t-
NASToNAL
l2 plNEth;il?o *r. *vos, DA N EKoNoM r
D3.
D4'
Studipenyakit lnfeksi parasit pada Kerang Mutiara pinctada maxima PotensiKijirrg
firr,ffirata
(Pitsbryoconchaexiris)sebagaiu,"i,,.r'r"*rrr;;
kab'cianiur' Jabar-
Astuti, R.s. Nendris
p"ng"toiunl*r,0,,.a"r"r,
Ds.
Konservasi
rDr
Bakteri photobacterium
:;::::":::l*,i
s dan T.H. 2g1
Berbasis
Ambar"".";..::::, :::":::
D6' lsolasi Fraksi Gabungan
DT.
[1.R.
nnr,ron"n nn,,o"t*r, o"n
phosphoreum**
rM rrntu.n
*n"* ;;,;;;' r_**biosis pada Organ
d ;;:;;;
;r; *"r.* r"r.,rr, rr* or""*"** O"r;;;; .[tr. Retno Anoamari, ,iq ...._.. DB. Ketompok Motuska yang O;man*"*rn ;,unr".r"*i.;.il;;. Danau sentani, papua D9
t'"
2gg ,
dan Dr Asus
goe
Beberapa
:r,
serta Ancaman Kerestariannya .-".. dilt{asa
Mendatang
282
SurbektiJ
[Suriani Br:. Kajian Kandungan Fe oan Zn pada Ti"r, perairan Ujung eatu, .lepar_O., ranjong
350
,*oo, u"rrrrr, ,, r"la"r.rrry [NiramayaKusumaW].........''...'.....'...'..
jj,;iffilnsan Asam Lemak omega-3 pada Kerans rotok chui dan
sk",J:::;l:"::ffi*,
perrakuan pakan
"r1i
r*r,as"rmis
[lr. Endang Supriyantini,MSij.,......
Dl1. Kajian Kandungan Besi (Fe)-da" Diperairan Jepara [Anton
E.
;;;;
annrr",
PAPER M,qKALAH POSTER P?. Pemulihan Kondisi populasi
orin
370
,i"i*iJ,"*r*r "o
Hutagao[..
385
Siput Gonggong
Strombus turturelta R6ding, 179g Di Teluk Ktabat, propinsi Bangka-B.elitung
Pz.
yurianda, nendrik Hendrik A. w i#r};::,L.,|_ yalluessv,. F. w. .. cappenbers dan syamsur nrtuart..
'""":' .:_::.":: Tambak ridak produktif Budidava o^,j^ll ,lll:"*ornn., Untuk
pemanfaatein ,::"::::,:buparen AS,
,tl1::
-;;J"ffi:ffi;;,.:j
Demak (Anada ra
Retno Harrati
s
396
ranosa)
0., e.rr.".];;"::: ;;;r;;:"' ;;;, n
0,, "
397 "
r i*
u:,1
s
PROSIDING SEMI}.IAR NASIONAL
MOLUSIG DAI.AM PENELITIAN, KONSERVASI DAN E KONOM I
EniKusrini]
P4.
[RiniSusilowatidan statrc tlsaha Budidaya Tiram Mutiara diNusa Tenggara Bar:at
P5.
lMuclnridan Achmad Sudraiaft ......,................:............. ...:................ 415 StudilGndungan Besi (Fe) dan Anc(TnlPada Kerang Hijau (pema virtdis)
g9g
Jepara Ridlol
diPerairan Semarang dan tAnita Dvyi K., Delianis p., dan Ali
P6.
-1
[H. Aswh M M., Retno Hartati, dan
P7.
. P8. P9'
425
Keberadaan True Limpet dan False Limpet di Kawasan Ber-batu pantai Srau, Kabupaten
Pacitan
j
U,--
Keberadaan Eschefichia
oli
Welianingsih]
dalamTubuh Moluska (Bivakia)
Aspek Biologi kerang tunak biru, Mytitus ednlis [Eni Kusrhi, lrsyaphiani lnsan, dan Marlina Achmadt F'ecepatan Filtrasi
426.
4SO
Keang Kipas-Kipas {A. pleuronectes) dengan Jenis dan
Konseritasiyang Berbeda dari perairan pekalongan, Jawa Tengah
P10- lndustri Kerajinan Berbagai Perhiasan Melalui Hasil Budidaya dan Operasi Penyuntikan Kerang Mabe {Pteria penguin) diPerairan Teluk lGpontori, Pulau Buton - Sulawesi Tengah
P11. studi ringkat Mortalitas Anakan Kerang Mutiara (pinctada maxima) dikaitkan dengan v.ariasi Musiman Kordisi suhu Laut di perairan Teluk Konibal, Lombok Barat dan Teluk Kapontori, purau Burton 483
Pf2-
Perikanan Kekerangan diranjung BalaiAsahan, sumatra utara lOfri Johan dan.Achmad SudradjatJ
P13.
.Biologi dan Aspek sosiat Ekonomi perikanan Kupang corbuta taba di
..............:....
49S
Jawa Timur
[ongko Praseno, suwidah, Tatik Mufidah, dan Achmad
sudradjatJ
sOs
P14. Keragaman Sumber daya dan Upaya Budidaya Siput Gonggong (Slrombos canarium) [Rusmaedi, Rasidi, Ongko praseno, dan
@jq(n]
..............
P15- Rehabilitasi Pertambakan dipantura Jateng Dengan Menggunakan Bioabsorde r An ada ra gra n osa
[Nur Taufiq, SPJJ
531
P16, Penelusuran Aktifitas Antibakteri Ekstrak Anadara femtginea Terhadap BakteriPatogen [Delianis P, Risman Efendidan A. SuprihadiJ
532
PROSIDING SEMINAR NASIONAL Otus r(A DAUM perrr E r-rlnrv,'io.us'nva'
M
P17.
::::i::1, lrrT Trnlo, '
"
DAN EKONOMT
pi nctada m axim adi Kabupaten
Bertuns isttv
..
AcnaL ht^la-r. Ar-r...
*,b;, ;; fi'ffI,.T:jj ::::: :::::',::T:''l:"n )/
kera ns darah (A n d a n
sn
533
I :"::::::*:*:J, no
a)
PROSIDII..IG SEMINAR NASTONAL MOLUSKA DALAM PENELITIAN, KONSERVAST DAN EKONOMI
Keragaan Sumber Daya dan Upaya Budidayk (Sfrornbus Canarium) di Kepulauan Rusmaedir), Rasrdrl), ongko prasenor,, dan ofrr JohanrJ Pusat &.sef perikanan Budidaya Jl. Ragunan 20, pasar Minggu, Jakarta 12840
Abstrak Gonggong, Sfrornbus canaium adalah jenis siput laut yang telah lanra
dikenal cleh m.asyarakat Keputauan Riau, merupalian sumuei p.rdr dipasarkan viiig sebagai hidangan_laut yang banyak dijumpai di beberai" rEitorli pulau Batam
rnaupun TSnjung Pinang. Tujuan peneliiian'ini adaiah uniuk merrrai keragaan dan tsaya budidaya gonggong oi xeputauan Riau. pengrmpulan dari hasit v/a$?ancara dan. pengumpulan sampel.dilapangan yand oiururan bulan April 2007 sertalaporan/publikasiyangada. ying-dip6rodn sipui gonJgong memitiki . .HT! kandungan kadar.air85,92.%, protein g,?4 o/oi lemdr 0,6l c/o;'aaui,oiit;.irat raiar 0,43 % dan karbohidrat 1,16 To, dengan ukuran paqanj yang umum dipasaran berkisar antara 4,1- 6,3 crn. Sampai saat iri jiprl0""j6";;masih "ungkrng banyak atau mudah dijumpaipada perairan dipulau Bintan oan seiitariv"Ii"ni"n di beberipJ Tangerang, Teiuk Jakarta dan Kepulauan Seribu' tiewinini sudah 1"..P_rl,seperti sulit didapafl
i;i;';;"at
d;illi6ffi;;
fi;d;;;ff ;;;ffi;; ffi;E
i
lambat.
"'-"'"'"-'
Kata Kunci: strambus canarium, sumberdaya, dan budidaya
Pendahutuan
Siput laut dari jenis strombus merupakan salah satu jenis siput yang oleh masyarakat setempat sering dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan
selrari hari. Dari jenis strombus ini, gonggong (strombus canarium) yang hidup tersebar disekitar perairan pulau Bintan sudah lama dimanfaatkan secara tuas
oleh masyarakat pantai sebagai sumber pangan maupun mata pencaharian tambahan {Suharmoko dan Yuliansyah, 1990), yang sampai saat ini masih menjadi komoditas
spesifik di daerah tersebut. Di daerah lain keberadaan dan pemanfaatan gonggong untuk memenuhi kebutuhan manusia tidak diperoteh informasi yang jelas. Darma (1982) menginfornasikan bahwa gonggong terdapat diTeluk Jakarta. Selain diTeluk
518
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MOLUSKA DALAM PENEL|T|AN, KONSERVAST DAN EKONOi,ilt
Jakarta, gonggong terdapat juga di Kepulauan seribu (Robert et at), di pulau Lima teluk Banten (Eidman dan yuiianda, lggg), dan di kabupaten pangkep (Razak,
1992)' Namun demikian berdasarkan informasi
di
lapangan, pada saat ini
keberadaan gonggong ciidaerah daerah tersebut sudah sulit didapatkan.
Gonggong yang dikenal umum
di
sistematikanya termasuk kedalam (Darma, 19gg) Phyllum
Mollusca
Class
Gastropoda
Sub class
Prosobranchia
Order
Mesogastropoda
Superfamily
Strombacea
Famtry
Strcmbidae
Genus
Strombus
Species
eiri ciri utarna
kepurauan
Riau
berdasarkan
:
: Strornbus canariurn gdnggong menurut (chorik et a!., 2oo3) dapat dijeraskan
sebagaiberikut:
1'
Str'ombus 'berbentuk siput bercangkang besar dan tebal, herbivora, penggerakan dibantu operkulum yeng berbentuk pisau berduri,
2,
Hidup diperairan pantai berair jernih dengan subtrat pasir. Menurut Henderson (tggS) u.;ung lepan cangkang gonggong berbentuk
U.
3. salah satu matanya berdiri tegak, menonjol
ketuar melalui ujung depan
cangkang, sementara mata yang lainnya tetap berada di bawah bibir cangkang.
4'
Matanya bereaksi cepat terhadap gerakan dan perubahan cahaya di sekitarnya.
Kecenderungan ukuran gonggong yang semakin mengecir dari hasil tangkapan ( Amini, 19g6), dan semakin surit didapatkannya keberadaan gonggong di beberapa tempat mengindikasikan adanya peningkatan dalam penangkapan gonggong dialam. Hal iniperlu diantisipasiagar kelestarian gonggong dialam tetap terjaga. Pertumbuhan gonggong yang relatif sangat lambat (Amini, 19g6), diduga merupakan kendala daiam budidaya khususnya dalam pembesaran, wataupun sistim pembenihannya telah dilakukan dengan hasil yang baik (Akbar, 2003). Dengan
519
:::
PROSIDING SEMINAR NASIONAL' MOLUSKA DAL,AM PENELITTAN, KONSERVAST DAN EKONOMT
adanya keberhasilan dalam $stim pernbenihan, restocking'dihai-apkan merupakan salah satu pilihan yang pating memungkinkan dalam mengantisipasi kemungkinan penurunan populasi akibat penangkapan yang tak terkendali. Berkaitan dengan kenyataan yang ada, kajian tentang keragaan sumberdaya gonggong bertujuan untuk dapat memberikan informasi yang diperlukan datam upaya pengelolaan budidayanya.
Bahan dan Metode Kegiatan riset ditaksanakan pada bulan April 2A07, dengan mengambil lokasi perairan kepulauan Riau. Data primer dikumpulkan dengan melakukan wawancara
masyarakat /nelayan YPng dianggap banyak mengetahui tentang perikanan gonggong di ke[ulauan Riau.Wawancara juga dilakukan kepada salah seorang staf di Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu dan nelayan serta pedagang kerang di tbtuk Jakarta dan Tangerang, untuk melengkapai data yang diperlukan. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari publikasiyang ada.
Gonggong hidup sebanyak kurang lebih 5 kg yang diperoleh dari pedagang pengumpul di Tanjung Pinang diawetkan dengan es untuk di bawa ke Jakarta digunakan sebagai bahan atau rnateri uji, Analisa proksimat daging gonggong ierhadap kanciungan kadar air, protein, lemak, abu, serat kasar dan karbohi rat dilakukan dengan menggunakan metoda (Ao,AG, 1gso., JAoAc, 1gg2., Linar ef a1.1987.,
HorwiE, 1980). sedangkan panjang cangteng diukur
dengan
menggunakan alat kativer.
Hasil Keragaan Sumberdaya Gonggong
Gonggong yang umum dikena! luas di kepulauan Riau adalah dari spesies Strombus canarium Linneaus 1758. Di samping itu dikenat pula nama gonggong jantan. Jenis ini berasal dari spesies Sfrombus urceus, dengan ukurair leUih kecil jarang oleh karenanya dipasarkan dan hanya dimanfaatkan untuk keperluan nelayan
520
PRO$IDING SEMINAR NASIONAL MOLUSKA DALAM PENELTTIAN, KONSERVASI DAN EKONOMI
s3ndiri (Amini, 1986). sampai saat ini gonggong yang belum banyak dikenal masyarakat luas diiuar kepulauan Riau, masih menjadi komoditas spesifik di daerah tersebut. Mengingat produksinya masih mengandalkan penangkapan di alam, maka upa!€ untuk menjaga pelestarian populasinya perlu dipikirkan. Berkaitan dengan hal
tersebut, budidaya merupakan solusi yang perlu dipertimbangkan. Kastoro et al. (1992), mengemukakan bahwa untuk sualu keberhasitan budidaya, maka pengetahuan aspek biologidan ekologi harus dikuasai.
Aspek BBologi Reproduksi dan pei-tumbuhan merupakan hal yang mendasar dari aspek biologi, dimana kedua aspek tercebut erat kaHannya dengan kondisi lingkungan tempat hidup (Kastoro et a1.,1992)
.
Reoroduksi
Menurut Arnini (1986) gonggong adatah hewan hermaprodit, seCangkan Cholik et al,(20a3) menyebutkan bawa gonggong hewan berumah dua (diosis). Robert et a1.,1982) menyebutkan bahwa dalam famili Strombidae, bentuk cangkang heuan iantan dan betina bisa berbeda dimana jantan umumnya lebih kecildariyang
beiina..
Datma (19s8) rnenyebutkan
bahura sebagian gastropoda mempuyai kelamin yang lerpisah. Gastropoda yang lebih tingg: tingkatannya melangsungkan perkawinan, sel tetur setelah dibuahi oleh sperma akan terjadi zygote dan menjadi telur. Telur ini dikeluarkan satu persatu dari saluran telur siput betina. Bentuk dan. cara meletakkan telurnya bermacam macam.
Pertiimbuhan
-
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai pertambahan panjang, berat atau volume. lDada rnoluska, bagian yang menonjot adalah cangkangnya, maka yang dimaksud dengan pertumbuhan adalah pertambahan panjang cangkangnya (Seed, 1976 dalam Kastoro, 1992). Darma (1988) menyebutkan bahwa pertumbuhan slput
jauh lebih cepat diuuaktu umumya masih muda dibandingkan dengan siput yang sudah dewasa. Selanjutnya dijelaskan bahwa ada siput yang tumbuh terus sepanjang hidupnya, tetapiada pula yang pertumbuhannya berhentisetelah dewasa.
Pada gonggong pertumbuhan relatif sangat lambat, dimana ukuran S cm dapat
521
PROSIDING SEMINAR N.ASIONAL MOLUSKA DALAM PENELITIAN, KONSERVASI DAN EKONOMI
dicapai pada umur sekitar 7-8 lahun. Panjang maksimal yang bisa dicapai sekitar 8,25 cm (Aminidan pratampita, lgg7).
ai:
Ei *r
B..
Ei 9J
El B,' *i
Penyebaran, habitat dan makanan
8. t:-r:
Gonggong adalah salah satu dari 26 jenis strornbus yang teqselar di perairan lndonesia (cholik, 2003) merupakan hewan herbivora. Hewan.: ini;;:yang [iaup: tersebar di kepulauan Riau, hidup di perairan pantai dengan dasai pdsir,:tumpur atau pasir berlumpur yang banyak ditumbuhi rumput laut (sea grass) seperti samo samo {Enhalus accoroide.s),'Ihalass.ra spp. dll (Amini, 1g86 dan Suharmok o e.t al,1gg2).
Kastoro (1992) menyebutkan bahwa perairan estuari dan terumbu karang merupakan habitat (tempat hidup) siput gonggong.
Di luar kepulauan Riau, sebaran (distribusi) gonggong di perairan lndonesia tidak diperoleh informasi yang jeras. Nanrun dibeberapa tempat gonggong pemah ditemukan di kepulauan Seribu (Pulau Pari), Teluk Jakarta (Rawa Saban, pulau saktidan Marunda) (Robert et al. 1982). Darma (1gBB) mengemukakan pula bahura gonggong terdapat di teluk Jakarta. Gonggong ditemukan pula di putau Lima teluk santen'(Eidman dan Yulianda, f 989). Di Kabupaten pangkep (Sulawesi selaian) ditemukan siput laut dengan nama gonggong hitam dan kuning (Razak, 1gg2l. Namun ,ienis siput tersebut dlr'agukan bukan dari jenis Strombus catnarium. Hal ini disebabkan rnenurut Danrra (1988) jenis Sfrombus canariuln umumnya terdapat di perairan lndonesia bagian barat.
secara umum penyebaran gonggong meliputi ln,Jo pasifik Barat, cari bagian Setatan lndia dan Sri Lanka sampai t/elanesia, utara-sampai Jepang dan Selatan sampai Queenstand dan New Caledonia. Adapun habitatnya banyak terdapat pada perairan pantai dengan dasar pasir bercampur lumpur yang banyak ditumbuhi ganggang dari zona litoral dan sublitoral dengan kedalaman da6 pasang surul terendah sampai 55 m (Anonim).
Aspek Lingkungan Beberapa faktor tingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan moluska antara lain: suhu, salinltas, makanan, preclator dan polusi (Kastoro ,1ggz). Kisaran suhu normal perairan estuari di daerah tropis adalah g2,3 C. pengaruh suhu 2s,6
-
522
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MOLUSKA DALAM PENELITIAN, KOHSERVASI D.AN EKONOM|
terhadap kehidupan moluska di daerah tropis tidak begitu nyata, karena fluktuasi suhu tidak besar dan disamping iiu jenis jenis moluska yang hidup diperairan estuari mernpunyai toleransi yang besar terhadap fluktuasi suhu yang besar. Sedangkan kisanan normal untuk salinitas diperairan pantai antara 28,0 dan 32,0 ppt (ll6iude
dan Liasaputra,198O dalam Kastoro,1992). Beberapa pakar telah mendapatkan bahwa penurunan salinitas dapat merangsang pemijahan beberapa jenis kerang yang hidup di perairan pantai lndia (Rao,19S1t Nairdan Saraswathy, 1g70 dalam Kastoro,'!992) Amini dan prarampita (19g7) menyebutkan bahwa gonggong menyukai perairan dengan kadar garam 26-92 ppt; pH 1,1-g,0; kecerahan 0,5-3,0 m dan suhu 26-300 G.
Do 4,s-6,s ppm;
Aspek pemanfaatan Gonggong adalah salah satu jenis siput laut yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan (Kastoro,1992). Dikepulauan Riau hewan ini diperdagangkan,
di beberapa restoran Batam sebagai hidangan taut oleh karena rasanya yang lezf,rt dan nilai gisinya cukup tinggi. Hasil analisa proksimat banyak ditemui
menunjukkan kandungan kadar air BS,g 2o/oi protein 9,34 %o; lemak a,6T o/o; abu 2,03 %;serat kasar A,4l o/odan karbohidrat 1,16 o/o. Selain gonggong (Sfombus canarium),pada umumnya jenis strombus sering dirnanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Jenisienis.gfrombus canaium, Sl:rombus luhuanus, Strombus urceus dan lain lain kadang kadang dijumpai dijual di pasar ( Darma (1982). Di Lombok Timur, sfrombrls sp. oleh masyarakat setempat telah.dimantaatkan sebagai sumber pangan untuk rnemenuhi kebutuhan sehari hari (Prahoro dan Sisco, 2OOO). Demikian puta di Kepulauan Seribu (Pulau Pramuka) Sfrombus sp. pada musimnya sering ditangkap, disamping untuk memenuhi kebutuhan sendiri kadang kadang dipasarkan secara lokal dalam bentuk sate atau bakwan (Komunikasi Pribadi). Di Asia Tenggara pemanfaatan gonggong secara komersial banyak dijumpai di berbagai tempat Di Pilliphina, cangkangnya secara tradisional oleh nelayan setempat digunakan sebagai pemberat jaring (Anonim).
5?3
,
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MOLUSKA DALAM PENELITIAN, KONSERVASI DAN EKONOMI
Aspek penangkapan Penangkapan siput gonggong di perairan sekita;. keputauan Riau dilakukan pada pasang surut total (terendah). Gonggong yang bermunculan di permukaan lumpur atau pasir diiangkap dengan cara manual (dipungut dengan tangan). Lama penangkapan biasanya berlangsung selama kurang lebih 2_B jam, dan hanya dilakukan pada siang hari. Darilnformas.i staf Balai Diseminasi Teknologi pertanian Tanjtrng Pinang, kila (Colute secapa, dan Melo umbiticatus) sering digunakan dalam penangkapan siput gonggong. Air Rendaman Meto umbilicafus yang disebut air kila atau air rendaman colute secapa yang disebut air kila ular disirarnkan (dicipratcipratkan)ke lumpur, maka gonggong pada muncur. Gonggong yang ditangkap dengan cara inihasilnya bisa lebih banyak, namun daya tahan hidupnya tidak sebalk hasiltangkapan yang tidak mengunakan air kila. Penangkapan gonggong dengan cara yang tain kadang-kadang dilakukan, yaitu I
dengan menggunakan atat yang disebut pukat gonggong (pukat sondong). Penangkapan dengan alat ini, dilakukan pada perairan yang berdasar lumpur dan tidak bergantung pasang surut dimana kedalaman 3-s m. Narnun denrikian, penangkapan cara ini tidak disukai nrasyarakat dan cenderung dilarang karena merusak lingkungan.
rvusim penangkapan gonggong
di kepulauan Riau (pulau Bintan dan -
sekitarnya) menurut informisi dilapangan iapat aii"rastan
'
,"urgriberikut:
'
.
Musim Timur berlangsung dari bulan 'Februari s/d Aprit, dimana hasil tangkapan relatif sedikit.
' o o
Musim Setatan berlangsung dari bulan Meisld Juli, dimana hasil relatif banyak Musim Barat berlangsung daributan Agustus s/d oktober, dimana hasil banyak
Musim Uiara berlangsung bulan November sid Januari, hasil sedikit dan ukuran masih kecil.
Adapun daerah lokas! penangkapannya metiputi Dompak (sekatap), penghujan, Senggarang, Penyengat dan Terkula.
524
P-ROSIDING SEMINAR NASIONAL MoLUSKA DALAM pENELrTnli, xonsenvast DAN EKoNoMi
Aspek produksi dan pemasaran Produksi siput gonggong di kepulauan Riau tidak diperoleh informasi yang akurat. Darihasil wawancara di lapangan, pada musim penangkapan gonggong
;'
yang diperoleh seorang nelayan dapat mencapai 30&400 ekor, sedangkan cii luar musim penangkapan hasil yang diperoleh jauh berkurang.. Pemasaran gonggong umumnya dilakukan secara sederhana. Nelayan: menjual hasil gonggongnya ke pedagang pengumpul, dimana pedagang pengumpul selanjutnya menjual ke korrsumen, yang umumnya peciagang restoran yang telah menjadilangganannya.
Penjualan gonggong oleh nelayan dilakukan berdasarkan saiuan ekor, dengan besaran satuan per 100 ekor; Harga jual bervariasi tergantung ukuran gonggong, yang dikelompokan kedalam ukuran kecit, sedang dan besar. Disamping
itu asal gonggong juga sering mernpengaruhi harga juar, dimana gonggong yang berasaldari perairan dasar lumpur lebih mahaldari yang berasatdasar pasir.
Dari informasi di rapangan diperoreh hasir yaitu harga gonggong yang
,"olng;;.;;.;;r:;;;
berukuran kecil sekitar Rp.l0.000,-15.000/100 ekor, ,*rrn 25.00a,4100 ekcr dan ukuran,besar Rp.ss.000,- s/d 40.000,-
/,!00 ekor.
Aspek Pengotahan Gonggong hasil tangkapan nelayan kepulauan Seribu, umumnya dilakukan pencucian seke.darnya sebelum dijual ke pedagang pengumpul.
oleh pedagang pengumpul sebelum dijual ke konsumen (restoran), dilakukan pencucian (dep.urasi) urrtuk menghilangkan kotoran siput (lumpur, pasir, lendir). carayang dilakukan yaitu dengan memasukan siput dalam keranjang dan setanjutnya aigantungkan dalam air laut' Di restoran pengolahan gonggong dilakukan dengan memasaknya melalui perebusan yang dibumbui dengan sedikit garam, dan disajikan dalam keadaan
hangat dan dimakan dengan menggunakan sambal.
Aspek Budidaya Teknologi budidaya khususnya pembesaran siput gonggong menurut Cholik et al,(2003) belum terseclia. Teknologi pembenihan yang dipertukan sebagai langkah awal dari keperluan upaya pembesaran, belum banyak dilakukan. Namun demikian
525
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
MOLUSKA DALAM PEN ELITIAN, KONSERVASI DAN EKONOMI
Akbar
et
al, (2003)
telah merintis teknologi pembenlhan dengan hasil yang
dimana diperloleh persentase daya ietas ielur sangat tinggi,yaitu sekitar 90-95%.
Bahasan
Dari hasif anatisa proksimat daging gonggong, dii'nana kandungdn kadar air o/o, abu 2,03 ?6, serat kasar 0,43 % dan 85,S? %, prctein gi34 o/o, lemak 0,67 yang karbohidrat 1,16 c/o menunjukkan keadaan yang relatif sama dengan apa
diper*teh daii hasil penelitian Amini (1986). Ukuran panJang cangkang dari hasil pengnmatan pengukilran sbmpel yang diperoleh dari' pedagang pengumpul di Tanjung Pinang, berkisar antara 4,1 - 6,3. Menurut Amini (1986) panjang rata+eta 82 rnm dan cangkang gonggong berdasarkan data tahun 1983 dan 1985 masing 45 gS -?A mm. Dari gambaran yang rne.nunjukkan ukuran maksimal ukuran cangkang
gsnggong c'enderung semakin menurun, mengindlkasikan adanya kemungkinan populasi terjadinya penangkapan yang semakin intensif. Hal ini pertu diantisipasi, aga gonggng di perairan kepulauan Riau tetap terjaga.
Adanya kecenderungan penggunaan pukat gonggong (sondong) yang tidak disukai oteh masyarakat nelayan setempat karena mei'usak lingkungan menunjukkan adanya kesadaran masyarakat akan arti pentingnya petestarian. Namun demikian perlu dibuat agar darnpak dari. kesadaran masyarakat lebih terasa, maka sebaiknya peraturan yang lebih tegastentang pelarangan pgnggunaan alat tersebut' Stilit didapatkannya gonggong di sekitar teluk Jakarta pada saat pengamatan ini dilakukan, didu$a akibat terjadinya kerusakan lingkUngan'yeng disebabkan oleh aktifitas manusia, dimana aktifitas tersebut berkaitan langsung yaitu berupa penangkapan yang semakin intensif terhadap kekerangan, ataupun aktifitas lainnya yang dapat rnerusak habitat dimana hewan tersebut hidup. Menurut Darma (1988)
yang tidak kerusakan lingkungan hidup siput antara lain disebabkan penangkapan selektif dan berlebihan, penangkapan ikan dengan bahan peledak, perusakan hutan bakau dan limbah industri.
Pertumbuhan
yang lambat pada siput gonggong, diduga
merupakan
tidak hambatan yang menyebabkan budidaya khususnya pembesaran gonggong
526
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MOLUSKA DALAM PENELITIAN, KONSERVASI DAN EKONOMI
berkembang. Namun demikian keberhasilan usaha pembenlhan yang dii.intis oleh Akbar (2003), restocking diharapkan merupakan solusi untuk petestarian gonggong dialam, agar kepunahan populasi tidak terjadi akibat penangkapan yang berlebihan.
Upaya pelestarian terhadap siput jenis Sfrombus yang lain kiranya perlu dipikirkan, mengingat banyak jenis Sfrombus yang tersebar di tndonesia dimana beberapa spesies telah dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Kesimpulan
-
Gonggong, Sfrornb us canarium adatah siput taut yang masih mudah dijumpai di perairan Kepulauan Riau.
Pertumbuhan gonggcng yang lambat, merupakan kendala datam upaya budidaya khususnya pembesaran.
-
Keberhasilan pembenihan (pemijahan) merupakan salah satu solusi untuk kelestarian, populas! gonggong di alam melalui restocking.
Daftar Pustaka
Akbar, S., N. Hertanto; S. Mtihlis and T. Hermawan. 2003. The First Successfu! Ereeding of Marine Snail (Strombus canarium) at Regional Center.for,
Mariculture Development (RCMD) Batam lstand,
tndonesia.
[email protected].
Amini, S. 1986. Studi Pendahluart Gonggong (Sfromb us canaium) di Perairan Pantai Pulau Bintan Riau. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 36, BPPL Jakarta. p. 23-29'.
Amini, S. dan W.A. Pralampita. 1987. Pendugaan Pertumbuhan dan Beberapa Parameter Biologi Gonggong (Sfrombus canarium)
di Perairan Pantai Pulau
Bintan Riau. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No.41, BPPL. Jakarta. Hal 29-35.
527
PROSTDING SEMINAR NASICNAL MOLUSKA DA!.AM PENELITIAN, KONSERVASI DAN EKONOMI
Anonim. Strombiiclae. Www. Jexshells.org/famsT.gif
cholik, F', A.G. Jagatraya, R.P. Poernomo dan A.Jairsi. 200 .Tumpuan Harapan Masa peneribit Depan Bangsa. TMll. Hat3S7_35g. Darma, B. 1988.siput dan Kerang tndonesia ( lndonesian I dan ll ). penerbit pT Sarana Graha, Jakarta. 111 hal.
Eidman, H'M: Dan F. Yulianda. 1989. Struktur Ekologis dan penetaahan Dinamika Populasi Kornunitas Dasar (Enhatus accoroides. LF dan Moluska) di perairan Putau Lima Teluk Banten.Laporan Penelitian. Fakulatas perikanan, lnstitut Pefianian Bogor. 3g hal. Kastoro,
l^/'w.
1gg2. Beberapa Aspek Biotogi dan Ekologidari Jenis jenis Moluska Laut
Komersial yang dipertukan untuk Menunjang Usaha Buoidayanya. proseiding Temu Karya tlmiah Pctensial Sumberdaya Kekerangan Sulawesi Selatan dan
'
Tenggara. watampone 17-18 Februari. Badan Litbang pertanian. Balai Penelitian perikanan Budidaya pantai Maros. No. 7. Hal.6g_ll
Rezak, M'H., 1992. Potensi Sumberdaya Kekerangan Kabupaten datamTemu Karya llrniah Potensi Sumberdaya Perikanan Pantai Sulawesi Selatan. Badan Litbang Pertanian- Balai Penelitian Perikanan Budidaya pantai Maros. No. 7. p.6g - TT. Robei't'D', W. Kastoro-, S. Soemodihardjo., dan 1 982. Shattow Water Marine Molluscs of North-Wes,t Java.Lembaga Oseanologi Nasional, Llpl Jakarta.
soeharmoko dan H. yuiians-vah. 1990. survey sumberdafa xerang oonggong (sfrombus canarium) di perairan tsatam dalam prosiding Temu Krrya llmiah Fotensi Sumberdaya Perikanan Pantai Sulawesi Tengah. Badan Litbang Fertanian, Balai Penelitian Perikanan Budidaya pantai Maros. No.2. p. 105--109.
528
J
PROSID}NG SEMINAR NASTONAL MOLUSKA DALAM PENELITIAN, KONS ERVAS1 DAN EKONOT'III
Lampiran
Gambar
t.
Species Gonggong Sfrorzrbus canadum i Kra,1955
Gambar 2" Sepasang,S-frombus di habitat saat air surut
Garnbar
3. Habitat Sfrombus saat air surut
4:a;&4";
529
ULY
:: '
tr:"": -'1'::'-'=';":-:341
.i!E!*5.Si!i.ia4!i.:i{sj. 1iir
'
Uaat. 'elrdure;eld g !u!tuv) (urnueuec snquro4g) 6uo66uo9 upqnqunuad rye.rg.g JBquJBc
l
(ggOL
'!u!uv) netu uenelnday lp wnueueosnguoJrs: ueteqe[ued qeree6.tJequeg
I1,IONOyI NVO tSV USSNOy'NVt1t13N3d t'U\nVO Vysn1o!:!t ]VNOISVN UVNll,llSS eNlOlSOUd