BERANI BERMIMPI (SUATU TINJAUAN DARI SUDUT PANDANG IMPIAN SANG PEMIMPIN) Oleh : H. Ma’sum Umar, S.H., M.H. (Panitera/Sekretaris PTA Banjarmasin)
Berbicara tentang lahirnya gagasan, ide, kebijakan tidak lepas dari sebuah keberanian bermimpi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mimpi adalah sesuatu yang terlihat atau dialami dalam tidur. Mimpi menurut bahasa adalah pengalaman bawah sadar yang melibatkan penglihatan, pendengaran, pikiran, perasaan, atau indra lainnya dalam tidur, terutama saat tidur yang disertai gerakan mata yang cepat (rapid eye movement/REM sleep). Kejadian dalam mimpi biasanya mustahil terjadi dalam dunia nyata, dan di luar kuasa pemimpi. Pengecualiannya adalah dalam mimpi yang disebut lucid dreaming. Dalam mimpi demikian, pemimpi menyadari bahwa dia sedang bermimpi saat mimpi tersebut masih berlangsung, dan kadang-kadang mampu mengubah lingkungan dalam mimpinya serta mengendalikan beberapa aspek dalam mimpi tersebut. Pemimpi juga dapat merasakan emosi ketika bermimpi, misalnya emosi takut dalam mimpi buruk. Ilmu yang mempelajari mimpi disebut oneirologi. Suatu hal yang menjadi kekuasaan Allah SWT adalah sebuah mimpi bisa langsung terjadi dan teralami dalam kenyataan dan dapat menjadi penentu dalam aspek hukum terhadap seseorang. Seperti mimpi seorang anak laki-laki normal yang masuk usia baligh di mana akan mengalami mimpi berhubungan
dengan lawan jenis yang akhirnya berdampak pada keluarnya sperma (mani) dan ini menjadi penentu kedewasaan menurut agama. Ihtilam, yaitu keluar air mani baik karena mimpi atau karena hal lainnya. Firman Allah dalam Al-Qur’an Surah An Nuur ayat 59.
4 öΝÎγÎ=ö6s% ÏΒ šÏ%©!$# tβx‹ø↔tGó™$# $yϑŸ2 (#θçΡÉ‹ø↔tFó¡u‹ù=sù zΟè=ßsø9$# ãΝä3ΖÏΒ ã≅≈xôÛF{$# xn=t/ #sŒÎ)uρ ÒΟŠÅ6ym íΟŠÎ=tæ ª!$#uρ 3 ϵÏG≈tƒ#u öΝà6s9 ª!$# ßÎit7ムšÏ9≡x‹x. “Dan apabila anak-anakmu telah sampai hulm (ihtilam), maka hendaklah mereka meminta ijin seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta ijin”. (An Nuur:59) Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi. “Diangkat pena tidak dikenakan kewajiban pada tiga orang : orang yang tidur hingga bangunm anak kecil hingga ihtilam, dan orang gila hingga berakal” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi) Demikian pula mimpi para Nabi, contohnya Nabi Ibrahim
yang
mendapatkan perintah melalui mimpi untuk menyembelih puteranya sendiri Nabi Ismail (rukyah shodiqoh / mimpi yang benar), yang akhirnya berwujud petunjuk ibadah yang bisa kita jalani sampai saat ini. Berdasarkan fakta itu, berarti mimpi tidak dapat disepelekan, apalagi mimpi seorang pemimpin yang besar.
Mengapa kita perlu impian? Keinginan besar untuk mendapatkan sesuatu disebut impian. Impian ibarat tujuan yang hendak dituju. Sehingga apa yang kita lakukan dalam hidup tidaklah sia-sia belaka.
Orang yang tidak memiliki impian adalah orang yang terombang-ambing di lautan dan diterpa angin kesana kemari tanpa arah yang jelas sampai akhirnya hidupnya dihempaskan di bebatuan karang atau tenggelam oleh badai. Orang ini hanyut dalam arus kehidupan dan akhirnya menyalahkan nasib bahkan Tuhan. Berbeda dengan orang yang memiliki impian sejati. Ia memiliki kontrol kemudi kehidupannya. Ia tahu kemana ia akan melangkahkan kakinya, meskipun tantangan-tantangan kehidupan tak pernah berakhir dalam hidupnya. Ia memiliki inisiatif, mampu melakukan aksi-aksi yang mengarah pada impiannya dan ia berani menerima segala konsekuensinya termasuk menikmati kebahagiaan ketika impiannya terwujud. Kualitas kehidupan seperti ini akan semakin meningkat setiap tahunnya
Kenapa orang takut bermimpi? Menurut Yan Ardhianto Handoyo, yang membuat kita takut untuk bermimpi adalah adanya keyakinan sebagai berikut : •
Jika impian terlalu tinggi maka kalau tidak tercapai akan sangat kecewa, stress bahkan gila
•
Jika impian terlalu tinggi maka kalau tidak tercapai akan sakit hati Atau
ada
keyakinan-keyakinan
dalam
pertumbuhan mental berani, misalnya : •
Rasa tidak layak menerima kesuksesan
•
Rasa tidak sanggup / tidak mampu
•
Kesombongan, ketidaksabaran
diri
yang
menghambat
•
Apatis, sok bersyukur, tanpa mau berusaha lebih
•
Menyangkal kondisi dirinya yang bermasalah
•
Takut kaya, jika kaya maka jadi orang yang angkuh, dan jauh dari Surga
•
Dan berbagai keyakinan negatif yang lain Untuk bermimpi perlu keberanian jika tidak maka kita akan dibawa oleh
arus kehidupan entah kemana. Ambil inisiatif untuk memegang remote kontrol kehidupan. Kita harus yakin dan percaya bahwa kita layak, pantas dan mampu meraih impian kita. Tanpa keyakinan maka kita tak punya energi untuk beraksi. Ketika kita memiliki impian sejati, maka pikiran kita akan mengarahkan kita pada perilaku-perilaku yang positif yang mengarahkan kita pada hasil yang kita harapkan dengan mudah dan ajaib. Karakter kita akan diubah oleh sendirnya menjadi lebih baik, lebih sabar, lebih perhatian, dan proaktif. “Manusia sukses adalah manusia yang berani menarik gambar sukses yang akan terjadi nanti ke dalam pikirannya saat ini dan sekaligus berani mewujudkannya!” (Andrie Wongso) “Seberapa besar kesuksesan Anda bisa diukur dari seberapa kuat keinginan
Anda,
setinggi
apa
impian
Anda,
dan
bagaimana
Anda
memperlakukan kekecewaan dalam hidup Anda !” (Robert T. Kiyosaki)
Mimpinya Sang Pemimpin Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya di satu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian satu beberapa tujuan. (Kartini Kartono, 1994 : 181).
Leadership atau kepemimpinan adalah kemampuan seorang pemimpin dalam mempengaruhi orang lain agar bekerja sama demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut
John
Piffner,
Kepemimpinan
merupakan
seni
dalam
mengkoordinasikan dan mengarahkan individu atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki. (H. Abu Ahmadi, 1999:124-125) Menurut H. Gerth & C.W. Mills “Character and Social Structure” kepemimpinan dalam arti luas adalah suatu hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin dalam mana pemimpin lebih banyak mempengaruhi dari pada dipengaruhi; disebabkan karena pemimpin menghendaki yang dipimpin berbuat seperti dia dan tidak berbuat lain yang dimaui sendiri. Seorang pemimpin karena tugas dan tanggung jawabnya yang besar dan berat maka dituntut kecerdasan lebih dibandingkan dengan orang yang dipimpinnya. Berikut ini beberapa pendapat ahli tentang syarat pemimpin. Menurut Prof. Dr. Roeslan Abdul Gani 1. Kelebihan penggunaan pikiran/ratio Artinya seseorang pemimpin harus memiliki pengetahuan tentang tujuan dan asas organisasi yang dipimpinnya. Memiliki pengetahuan tentang cara-cara untuk menjalankan organisasi secara efisien. Dan dapat memberikan keyakinan kepada orang-orang yang dipimpin ke arah berhasilnya tujuan. 2. Kelebihan dalam rohaniah, jujur, setia dan berpegang teguh dalam prinsip dan tujuan
Artinya
seorang
pemimpin
harus
memiliki
sifat-sifat
yang
memancarkan keluhuran budi, ketinggian moral, dan kesederhanaan watak. 3. Memiliki kesehatan jasmani Artinya dengan kelebihan ketahanan jasmaniah ini seorang pemimpin akan mampu memberikan contoh semangat dan prestasi kerja seharihari yang baik kepada orang-orang yang dipimpin. Menurut Jenderal Soeharto : 1. Ketuhanan Yang Maha Esa, yaitu kesadaran beragama dan beriman teguh 2. Hing ngarsa sung tulada, yaitu memberi suri-tauladan yang baik di hadapan anak buah. 3. Hing madya mangun karsa, yaitu bergiat dan menggugah semangat di tengah-tengah masyarakat (anak buah). 4. Tut Wuri handayani, yaitu memberi pengaruh baik dan mendorong dari belakang kepada anak buah. 5. Waspada purba wisesa, yaitu mengawasi dan berani mengoreksi anak buah 6.
Ambeg parama arta, yaitu memilih dengan tepat mana yang harus didahulukan.
7. Prasaja, yaitu bertingkah laku yang sederhana dan tidak berlebihlebihan 8. Satya, yaitu sikap loyal timbal balik dari atasan terhadap bawahan, dari bawahan terhadap atasan dan juga ke samping.
9. Hemat, yaitu kesadaran dan kemampuan membatasi penggunaan dan pengeluaran segala sesuatu untuk keperluan yang benar-benar penting. 10. Sifat terbuka, yaitu kemauan, kerelaan, keikhlasan, dan keberanian untuk mempertanggung jawabkan tindakan-tindakannya. 11. Penerusan, yaitu kemauan, kerelaan, dan keikhlasan untuk pada saatnya menyerahkan tugas dan tanggung jawab serta kedudukan kepada generasi muda guna diteruskannya. Soejitno Irmin dan Abdul Rochim dalam bukunya “Bekal Minimal Seorang Pemimpin”, memberikan 10 aspek yang harus dikuasai oleh seorang pemimpin yaitu: 1. Memiliki kharisma seorang pemimipin harus mempunyai karisma. Karakteristik pemimpin yang punya karisma adalah: a. Perilakunya terpuji b. Jujur dan dapat dipercaya c. Memegang komitmen d. Konsisten dengan ucapan e. Memiliki moral agama yang cukup. 2. Memiliki keberanian Secara lebih khusus keberanian itu ditunjukkan dalam komitmen berani membela yang benar, memegang tegug pada pendirian yang benar,
tidak
takut
bertanggungjawab.
gagal,
berani
ambil
resiko,
dan
berani
3. Mampu berpidato mampu merangkai kata-kata, mampu menyederhanakan masalah, bicara menarik perhatian, penjelasannya sederhana dan mudah ditangkap, mampu menyentuh nurani, mengetahui selera pendengar, menguasai beberapa bahasa; 4. Memiliki kemampuan mempengaruhi orang lain Salah satu ciri bahwa seseorang memiliki jiwa kepemimpinan adalah kemampuannya mempengaruhi seseorang untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan kemampuannya berkomunikasi, ia dapat mempengaruhi orang lain. Adapun cara-cara untuk mempengaruhi orang lain antara lain: a. Membuat orang lain merasa penting b. Membantu kesulitan orang lain c. Mengemukakan wawasan dengan cara pandang yang positif d. Tidak merendahkan orang lain e. Memiliki kelebihan atau keahlian. 5. Mampu membuat strategi Seorang pemimpin semestinya identik dengan seorang ahli strategi. Maju-mundurnya perusahaan, gagal-berhasilnya suatu organisasi, banyak ditentukan oleh strategi yang dirancang oleh pimpinan perusahaan atau pimpinan organisasi. Adapun kriteria seorang pemimpin yang mampu menyusun strategi: a. Menguasai medan b. Memiliki wawasan luas
c. Berpikir cerdas d. Kreatif dan inovatif e. Mampu melihat masalah secara komprehensif f. Mampu menyusun skala prioritas g. Mampu memprediksi masa depan. 6. Memiliki moral yang tinggi Banyak orang berpendapat bahwa moralitas merupakan ukuran berkualitas atau tidaknya hidup seseorang. Apalagi seorang pemimpin yang akan menjadi panutan. Seorang pemimpin adalah seorang panutan yang secara moral dapat dipertanggungjawabkan. Tandatanda seorang pemimpin yang bermoral tinggi: a. Tidak menyakiti orang lain b. Menghargai siapa saja c. Bersikap santun d. Tidak suka konflik e. Tidak gegabah f. Tidak mau memiliki yang bukan haknya g. Perkataannya terkendali dan penuh perhitungan h. Perilakunya mampu dijadikan contoh. 7. Memiliki rasa humor Akan
lebih
mudah
seorang
pemimpin
melaksanakan
tugas
kepemimpinannya - jika didukang sifat humoris pimpinan - memiliki humor yang tinggi. Kata orang humor lebih penting dari kenaikan gaji.
Termasuk kategori pemimpin yang memiliki rasa humor adalah sebagai berikut: a. Murah senyum b. Mampu memecahkan kebekuan suasana c. Mampu menciptakan kalimat yang menyegarkan d. Kaya akan cerita dan kisah-kisah lucu e. Mampu menempatkan humor pada situasi yang tepat. 8. Mampu menjadi mediator Seorang pemimpin yang bijak mampu bertindak adil dan berpikir obyektif. Dua hal tersebut akan menunjang tugas pimpinan untuk menjadi seorang mediator. Syarat seorang mediator meliputi beberapa kriteria: a. Berpikir positif b. Setiap ada masalah selalu berada di tengah c. Memiliki kemampuan melobi d. Mampu mendudukkan masalah secara proporsional e. Mampu membedakan kepentingan pribadi dan kepentingan umum. 9. Mampu menjadi motivator Hubungan
seorang
pemimpin
dengan
motivasi
yaitu
seorang
pemimpin adalah sekaligus seorang motivator. Demikianlah memang seharusnya. Pimpinan adalah titik sentral dan titik awal sebuah langkah akan dimulai. Motivasi akan lahir jika pimpinan menyadari fungsinya
sebagai
motivator.
Tanda-tanda
menyadari fungsinya sebagai motivator:
seorang
pemimpin
a. Memiliki kepedulian kepada orang lain b. Mampu menjadi pendengar yang baik c. Mengajak kepada kebaikan d. Mampu meyakinkan orang lain e. Berusaha mengerti keinginan orang lain. 10. Mampu mengendalikan diri Menjadikan hati nurani sebagai pelita hidup, mampu membedakan antara yang haq dan yang bathil, mampu mengendalikan emosi, tidak serakah, tidak takabur, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mencermati syarat minimal seorang pemimpin tersebut, ternyata pada diri seorang pemimpin melekat dan terkumpul semua ciri kebaikan yang ideal. Seorang pemimpin bila mampu melakukan semua kebaikan tersebut maka tentunya mereka adalah orang-orang yang langka, pilihan, yang diberikan kelebihan oleh Yang Maha Kuasa. Dalam peribahasa arab / mahfudzot disebutkan :
العالم كبير وإن كان حدثا والجاھل صغير وإن كان شيخا “Orang pandai itu adalah orang yang besar, walaupun dia masih muda. Dan orang bodoh itu adalah orang kecil, walaupun dia tua”.
تعلّم فليس المرء يولد عالما وليس أخو علم كمن ھو جاھل “Belajarlah, karena tidak ada orang yang dilahirkan dalam keadaan pandai. Dan orang yang pandai itu tidak sama dengan orang bodoh”. Al-Quran dan Hadits sebagai pedoman hidup umat Islam sudah mengatur sejak awal bagaimana seharusnya kita memilih dan menjadi seorang pemimpin. Menurut Shihab (2002) ada dua hal yang harus dipahami tentang
hakikat kepemimpinan. Pertama, kepemimpinan dalam pandangan Al-Quran bukan sekedar kontrak sosial antara sang pemimpin dengan masyarakatnya, tetapi merupakan ikatan perjanjian antara dia dengan Allah swt. Lihat Q. S. AlBaqarah (2): 124, "Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa
kalimat
perintah
dan
larangan
(amanat),
lalu
Ibrahim
melaksanakannya dengan baik. Allah berfirman: Sesungguhnya Aku akan menjadikan engkau pemimpin bagi manusia. Ibrahim bertanya: Dan dari keturunanku juga (dijadikan pemimpin)? Allah swt menjawab: Janji (amanat)Ku ini tidak (berhak) diperoleh orang zalim". Kedua, pemimpin sering juga disebut khadimul ummah (pelayan umat). Menurut istilah itu, seorang pemimpin harus menempatkan diri pada posisi sebagai pelayan masyarakat, bukan minta dilayani. Dengan demikian, hakikat pemimpin sejati adalah seorang pemimpin yang sanggup dan bersedia menjalankan amanat Allah swt untuk mengurus dan melayani umat/masyarakat Kepemimpinan adalah amanah, titipan Allah swt, bukan sesuatu yang diminta apalagi dikejar dan diperebutkan. Sebab kepemimpinan melahirkan kekuasaan dan wewenang yang gunanya semata-mata untuk memudahkan dalam
menjalankan
tanggung jawab melayani
rakyat. Semakin tinggi
kekuasaan seseorang, hendaknya semakin meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Bukan sebaliknya, digunakan sebagai peluang untuk memperkaya diri, bertindak zalim dan sewenang-wenang. Balasan dan upah seorang pemimpin sesungguhnya hanya dari Allah swt di akhirat kelak, bukan kekayaan dan kemewahan di dunia.
Karena itu pula, ketika sahabat Nabi SAW, Abu Dzarr, meminta suatu jabatan, Nabi saw bersabda: "Kamu lemah, dan ini adalah amanah sekaligus dapat menjadi sebab kenistaan dan penyesalan di hari kemudian (bila disiasiakan)".(H. R. Muslim). Sikap yang sama juga ditunjukkan Nabi saw ketika seseorang meminta jabatan kepada beliau, dimana orang itu berkata: "Ya Rasulullah, berilah kepada kami jabatan pada salah satu bagian yang diberikan Allah kepadamu. "Maka jawab Rasulullah saw: "Demi Allah Kami tidak mengangkat seseorang pada suatu jabatan kepada orang yang menginginkan atau ambisi pada jabatan itu".(H. R. Bukhari Muslim). Para
pakar
telah
lama
menelusuri
Al-Quran
dan
Hadits
dan
menyimpulkan minimal ada empat kriteria yang harus dimiliki oleh seseorang sebagai syarat untuk menjadi pemimpin. Semuanya terkumpul di dalam empat sifat yang dimiliki oleh para nabi/rasul sebagai pemimpin umatnya, yaitu: (1). Shidq, yaitu kebenaran dan kesungguhan dalam bersikap, berucap dan bertindak di dalam melaksanakan tugasnya. Lawannya adalah bohong. (2). Amanah, yaitu kepercayaan yang menjadikan dia memelihara dan menjaga sebaik-baiknya apa yang diamanahkan kepadanya, baik dari orang-orang yang dipimpinnya, terlebih lagi dari Allah swt. Lawannya adalah khianat. (3) Fathonah, yaitu kecerdasan, cakap, dan handal yang melahirkan kemampuan menghadapi dan menanggulangi persoalan yang muncul. Lawannya adalah bodoh. (4). Tabligh, yaitu penyampaian secara jujur dan bertanggung jawab atas segala tindakan yang diambilnya (akuntabilitas dan transparansi). Lawannya adalah menutup-nutupi (kekurangan) dan melindungi (kesalahan).
Pemimpin sejati harus mempunyai kepekaan yang tinggi (sense of crisis), yaitu apabila rakyat menderita dia yang pertama sekali merasakan pedihnya dan apabila rakyat sejahtera cukup dia yang terakhir sekali menikmatinya.
Pemimpin besar berfikir dengan cara yang berbeda karena mereka paham siapakah diri mereka dan berdiri untuk siapakah mereka. Hal ini terkait dengan membuat keputusan-keputusan sulit. Tidak semua keputusan akan mudah. Tetapi memahami bagaimana cara membuat keputusan-keputusan sulit tersebut adalah salah satu cirri yang membedakan pemimpin besar dengan orang biasa. Filosofi seorang pemimpin besar adalah menciptakan solusi. Ini adalah salah satu ciri yang membedakan seorang pemimpin dan pengikutnya. Pemimpin berfokus pada penyelesaian masalah dan pengikut berfokus pada masalah mereka. Pemimpin besar memiliki pola pikir yang berbeda. Hal inilah yang mempengaruhi mengapa sebagian besar dari kita adalah para pengikut, dan sebagian kecilnya menjadi pemimpin besar. Semuanya berawal dari filosofi Anda. Berfokuslah untuk menciptakan solusi jika Anda ingin menjadi pemimpin besar. Yang lebih luar biasa lagi apabila sang pemimpin besar itu mampu bermimpi besar yang jauh melebihi kemampuan dirinya. Semua orang sukses memiliki keberanian untuk bermimpi besar, mereka tidak membuat mimpi sekecil keadaan atau kapasitas mereka yang sekarang.
Mimpi mereka yang besar mampu mereka jadikan sebagai dorongan untuk melakukan apa yang orang lain pikir mustahil untuk dilakukan .
Impian Sang Pemimpin Dalam Lembaga Peradilan Kepemimpin ada yang bersifat resmi (formal leadership), yaitu yang terstruktur dalam suatu jabatan. Adapula yang bersifat tidak resmi (informal leadership) Seorang pemimpin yang berada dalam lembaga peradilan adalah termasuk kepemimpinan yang bersifat resmi. Walaupun seorang pemimpin yang masuk kepemimpinan resmi tidak boleh menyimpang dari peraturan-peraturan yang menjadi landasannya, akan tetapi dapat melakukan kebijakan yang dapat memancarkan kekuatan mereka sebagai pemimpin. Seorang pemimpin tentunya akan membangun mimpi-mimpinya , sejalan dengan lingkungan dan sejalan pula dengan visi dan misi organisasi yang dipimpinnya. Apabila seorang pemimpin berada pada lembaga peradilan, tentunya akan sejalan dengan visi dan misi badan peradilan di sinilah dia akan dapat melakukan kebijaksanaan yang dapat memancarkan kemampuan mereka sebagai pemimpin. Visi badan peradilan yang berhasil dirumuskan oleh pimpinan MA pada tanggal 10 September 2009 adalah : “MEWUJUDKAN BADAN PERADILAN INDONESIA YANG AGUNG”
Inilah impian dan sebuah organisasi besar yang akan kita wujudkan bersama. Seperti apa wujud badan peradilan yang agung itu? Sampai kapan akan dapat dicapainya impian itu? Sulitnya menjawab pertanyaan ini, menunjukkan impian itu suatu yang terletak pada tataran ideal dan jauh digantungkan di depan sana. Untuk mewujudkan impian itu maka dirumuskan melalui misi Badan Peradilan yang ditargetkan dapat dicapai dalam waktu 25 tahun. Misi 2010-2035, adalah: 1. Menjaga kemandirian badan peradilan 2. Memberikan pelayanan hukum yang berkeadilan kepada pencari keadilan 3. Meningkatkan kualitas kepemimpinan badan peradilan 4. Meningkatkan kredibilitas dan transparansi badan peradilan Misi ini pula masih berbentuk impian pula dalam tataran ideal, dan untuk memudahkan mewujudkannya dirumuskan lagi dalam bentuk rencana action yang terbagi dalam rencana strategis (renstra), indikator kinerja utama (IKU), rencana kinerja (Renja), rencana kerja tahunan (RKT). Selanjutnya dirinci lagi dalam rencana kegiatan. Semua itu selanjutnya di manaje dalam SOP yang dijabarkan pada seluruh sumber daya manusia sesuai keahlian masing-masing, dan dukungan sumber daya lainnya, anggaran dan fasilitas (sarana dan prasarana lainnya). Pelaksanaan visi dan misi Badan Peradilan ini dalam lingkup MA dijabarkan dalam 4 lingkungan badan peradilan, yaitu Peradilan Umum (PN), Peradilan Agama (PA), Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara
(PTUN) yang dijabarkan dalam struktur 3 Dirjen, yaitu Dirjen Peradilan Umum, Dirjen Peradilan Agama dan Dirjen MilTUN. Pada semua tataran pelaksanaan impian tersebut, semua badan peradilan akan membutuhkan seorang pemimpin, manajer dan manajemen yang baik dan handal seperti dikutip dari Cetak Biru Pembaruan Peradilan 2010-2035. Berdasarkan
hasil
Organizational
Diagnostic
Assessment
(ODA)
ditemukan permasalahan yang mengemuka dari MA dan badan peradilan di bawahnya terkait dengan dua fungsi yaitu, fungsi peradilan dan pengawasan. Sehubungan dengan permasalahan perbaikan internal, fungsi administrasi dan manajemen sangat penting untuk membangun organisasi yang kuat. Dari semua itu, sangat diperlukan adanya pemimpin yang mampu menjadi model keteladanan. Dari hasil ODA itulah selanjutnya digunakan sebagai salah satu bahan utama pada Sarasekhan pimpinan MA untuk merumuskan visi dan misi peradilan 2035, jadi inilah awal mula mimpi itu dimulai yang selanjutnya kita semua 4 lingkungan badan peradilan sekarang sedang berada dan bergerak mewujudkan impian besar dalam organisasi yang besar tersebut.
Impian Sang Pemimpin Di Lingkungan Badan Peradilan Agama Telah dikemukakan di muka bahwa seorang pemimpin yang berada dalam kepemimpinan formal pun (formal leadership) dapat melakukan kebijakan yang dapat memancarkan kemampuan mereka sebagai pemimpin.
Impian yang akan tercipta dalam peradilan agama akan terkonstruksi sesuai dengan visi dan misi MA, Dirjen Badilag, PTA dan PA dalam wilayah hukum yang semuanya bermuara pada pelaksanaan tugas pokok dan fungsi peradilan, yaitu menerima, memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara yang diajukan padanya. Secara garis besar ada impian yang sudah menjadi baku dan merupakan paket program institusi untuk mewujudkannya, sesuai dengan visi dan misi organisasi dari MA. Dapat juga suatu impian itu di luar konteks formal tersebut akan tetapi tetap bertujuan untuk melaksanakan visi dan misi organisasi, dalam hal ini dapat ditempuh melalui kebijakan sang pemimpin. Misalnya dalam konteks Dirjen Badilag, sebagai contoh Lahirnya SIADPA Plus, SIMPEG dan EDoc, Kegiatan Peringatan 130 Tahun, dan Lomba Program Prioritas Memperingati 25 Tahun UU Peradilan Agama. Itu semua awalnya adalah impian sang pemimpin yang dengan sukses dilaksanakan dan berdampak besar dan positif bagi instansi peradilan. Lalu apa saja impian sang pemimpin itu dalam PTA dan PA dalam wilayah hukum Kalimantan Selatan? Impian seorang pemimpin itu dapat kita ciptakan dan kristalisasi dalam bentuk kebijakan, yaitu: 1. Ide yang sifatnya memperkuat posisi/keberadaan organisasi yang sesungguhnya mengakar dan tak terpisahkan dari masyarakat Kalimantan Selatan yaitu diungkap sejarah Kerapatan Qodhi di Kalimantan Selatan, yang akan dapat menggambarkan pergerakan perjuangan ulama kharismatik dan geliat ketaatan umat islam
menjalankan syariat agama melalui ibadahnya yang tidak terlepas dari para Mufti dengan lembaga Muftinya dan para Qodhi dengan lembaga Qodhinya. Direalisasikan impian itu dengan usaha besar yaitu menyusun buku Sejarah Kerapatan Qodhi di Kalimantan Selatan dan alhamdulillah insya Allah akan terwujud dengan lahirnya sebuah buku berjudul Sejarah Kerapatan Qadhi di Kalimantan Selatan (Dari Kampung Qadhi menuju Peradilan Modern *Refleksi 77 Tahun Kerapatan Qadhi dan 10 Tahun Peradilan Satu Atap). Menurut Ketua Kamar Agama, Dr. H. Andi Syamsu Alam, S.H., M.H. Bahwa
kegiatan
seperti
ini
akan
mampu
memperkuat
posisi
Pengadilan Agama dalam politik hukum sehingga tidak dengan mudah dianulir dari Nusantara ini, karena ia lahir dari bangsa Indonesia dan otomatis menjadi milik bangsa, menghapusnya tegas beliau sama dengan penghianatan terhadap bangsa. 2. Senada dengan impian tersebut, maka otomatis akan lahir ide yang menuntut pimpinan peradilan agama dalam wiayah Kalimantan Selatan ini kiranya dapat melestarikan situs-situs bersejarah dan bekerja sama dengan Pemda setempat. Untuk mensosialisasikan yang lebih luas dibutuhkan media visual berupa pembuatan film dokumenter tentang sejarah. 3. Pembenahan
sistem
pelayanan
prima
yang
diakui
lembaga
independen berstandar Internasional seperti yang didapat PA Stabat.
4. Mengkaji tentang perlunya menjaga wibawa Hakim dan putusannya dengan bercermin pada wibawa para Qodhi dan putusannya di bumi Banjar. 5. Berani membuka peluang koreksi aktif peradilan terhadap para pencari keadilan tentang kinerja badan peradilan, dapat dilakukan melalui quesioner dan angket kepuasan pelayanan publik. 6. Inovasi tentang media informasi digital, termasuk : a. Pendaftaran perkara secara online b. Pembuatan majalah peradilan digital (Seperti yang sudah dan sedang dilakukan PA Pelaihari) Tentu masih banyak lagi impian yang dapat dibangun bila kita berani menjadi sang pemimpin besar dengan impian besar.
Bagaimana cara mewujudkan impian itu? Pada ranah tatanan pelaksanaan impian, seorang pemimpin akan membutuhkan manajer, dan sang manajer tentu akan pasti memerlukan manajemen yang baik dengan dukungan sarana prasarana penunjang lainnya yang memadai. Pemimpin akan mencermati semua itu lalu akan memainkan keahliannya dengan penuh analisa. Berikut langkah-langkah mewujudkan impian, yaitu : 1. Seorang pemimpin dalam bayangan pikirannya sudah mengetahui dan memperkirakan seluruh aspek dari apa yang dia impikan, baik itu dari
sisi dampak dan kedahsyatan impian ini jika berhasil, maupun perkiraan dukungan atau kegagalan dari impiannya. 2. Seorang pemimpin akan memulai mencari teman se-ide untuk secara bertahap mensosialisasikan impiannya itu. 3. Mencari setiap kesempatan untuk terus menerus mensosialisasikan impian itu kepada sebanyak-banyaknya orang / memasyarakatkan ide. 4. Siap menanggapi hasil informasi balik dari proses sosialisasi tersebut. 5. Dengan diam-diam terus berpikir tentang cara detail mewujudkan impian itu baik dari segi dukungan finansial maupun sarana prasarana. 6. Mempersiapkan setiap jawaban dan argumentasi positif dari orangorang yang sudah diberi informasi. 7. Dengan semakin banyak informasi dan tanggapan baik positif maupun negatif dikelola menjadi satu kekuatan besar yang terkonsentrasi untuk siap action. 8. Untuk keberhasilan action, undang orang-orang yang kompeten untuk melegalkan dan memperkuat output dan outcome impian itu nantinya. 9. Terus menerus berdoa meminta ridha Allah agar impian dapat terwujud dan tetap bisa ikhlas berkarya. 10. Apabila impian itu terwujud, sang pemimpin harus bersyukur kepada Yang Maha Kuasa dan berterima kasih kepada sesama, dan bila gagal tetap bersabar dan berusaha. Bila pemimpin itu adalah Pimpinan Pengadilan dan manajer adalah Panitera/Sekretaris maka manajemen
akan dimainkan adalah administrasi
teknis Yustisial sebagai pelaksanasn tupoksi dan administrasi umum sebagai pelaksanaan tugas penunjang harus dijalankan dengan baik dan seirama. Jadi mimpi itu dapat terwujud jika instrumennya bergerak secara serentak. Bergerak serentak karena sang pemimpin mampu memainkan peran sejati fungsinya. Maka
bila
anda
seorang
Pimpinan
Pengadilan,
seorang
Panitera/Sekretaris atau penangggung jawab teknis, Hakim, Panitera, Panitera Pengganti, Jurusita, Jurusita Pengganti dan pelaksana tugas penunjang peradilan lainnya. Bergeraklah secara serentak, penuh percaya diri, saling mendukung dan bekerja sama yang harmonis untuk mewujudkan impian besar dalam organisasi yang besar tersebut. Dan anda akan menjadi seorang pemimpin yang abadi apabila kita berani bermimpi terus-menerus secara berulang setelah setiap impian itu mampu kita capai seabadi visi dan misi yang kita gantungkan jauh di atas sana. Selamat merealisasikan mimpi besar bersama untuk bangsa dan negeri tercinta yang orang bilang tanah kita tanah surga.
Referensi :
•
Al-Qur’an, Surat An Nuur : 59
•
“Mimpi”. Diakses pada tanggal 3 Nopember 2014 pukul 14:20 WITA, dari http://id.wikipedia.org/wiki/Mimpi.
•
“Persyaratan Seorang Pemimpin”. Diakses pam,da tanggal 5 Nopember 2014 pukul 14:30 WITA, dari http://referensikepemimpinan.blogspot.com/2009/03/persyaratan-seorang-pemimpin.html
•
“Mengapa Kita Perlu Impian?”. Diakses pada tanggal 7 Nopember 2014 pukul 10:14 WITA, dari http://yanardhiantohandoyo.com/2014/09/11/beranibermimpi.
•
“Kepemimpinan Leadership”. Diakses pada tanggal 7 Nopember 2014 pukul 15:00 WITA, dari http://laisanurin.blogspot.com/2012/01/kepemimpinan-leadership.html.
•
“Petunjuk Al-Quran Dalam Memilih Pemimpin”. Agus Saputera. Diakses pada tanggal 14 Nopember 2014 pukul 16:00 WITA, dari http://riau1.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=472
•
Buku Cetak Biru Pembaruan Peradilan 2010-2035
•
“Mahfudzot – Peribahasa Arab”. Diakses pada tanggal 17 Nopember 2014 pukul 08:50 WITA, dari http://muhamadiqbalblogspotcom.blogspot.com/2013/10/mahfudzotperibahasa2.html
