STUDI PENGETAHUAN, SIKAP DAN PRAKTIK KESEJAHTERAAN HEWAN DAN BIOSEKURITI PADA PETUGAS INSTALASI KARANTINA HEWAN PRIMATA BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN SOEKARNO HATTA
RENDRA GUSTIAR
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Studi Pengetahuan, Sikap dan Praktik Kesejahteraan Hewan dan Biosekuriti Pada Petugas Instalasi Karantina Hewan Primata Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno Hatta. adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Nopember 2012
Rendra Gustiar NRP B251100081
ABSTRACT
RENDRA GUSTIAR. Study of Knowledge, Attitude, and Practice of Primate Quarantine Installation Personnels of BBKP Soekarno Hatta Related with Animal Welfare and Biosecurity. Under direction of FADJAR SATRIJA and TRIOSO PURNAWARMAN. This study was conducted to analyze knowledges, attitudes and practices of installation personnels related to animal welfare and biosecurity to correlate knowledge, attitudes and practices of installation personnels to measure the level of animal welfare and biosecurity in animal quarantine installations. Data were collected from animal quarantine premises for exported primate (Macaca fasicularis). The level of knowledge, attitudes and practices of respondences measure by interviews and observation using the questionnaires and checklist. Data analyzed to determine associations between these variables using chi square and Gamma test. This research revealed that veterinarian knowledge correlated to their attitude with the level of correlation 0.694, and the care taker knowledge correlated to their attitude with the level of correlation 0.575. This study also noticed that the characteristics of respondents showed no correlation between animal welfare and biosecurity implementation, while the knowledge and attitude of veterinarians showed a strong correlation between animal welfare and biosecurity implementation with medium correlation level (r = 0.694). On the other hand the knowledge and attitude of care takers showed a strong correlation between the animal welfare and biosecurity with medium correlation level (r = 0.575). In conclusion most of the knowledge, attitude and practice of the veterinarians were verygood and knowledge, attitude and practice of the managers and care takers were good. Keywords :
Animal quarantine, Animal welfare, Biosecurity, Knowledge, attitude and practice study
RINGKASAN RENDRA GUSTIAR. Studi Pengetahuan, Sikap dan Praktik Kesejahteraan Hewan dan Biosekuriti Pada Petugas Instalasi Karantina Hewan Primata Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno Hatta. dibimbing oleh FADJAR SATRIJA dan TRIOSO PURNAWARMAN. Karantina adalah tempat pengasingan dan/atau tindakan sebagai upaya pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit atau organisme pengganggu dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri, atau keluarnya dalam wilayah Negara Republik Indonesia. Instalasi Karantina Hewan adalah suatu bangunan berikut peralatan dan lahan serta sarana pendukung yang diperlukan sebagai tempat untuk melakukan tindakan karantina. Bertolak dari latar belakang tersebut, maka penelitian ini akan mencoba mengungkapkan faktor sumberdaya manajer, medik dan paramedik/pekerja kandang IKH Primata yang merupakan salah satu bagian penting dalam upaya mencegah penyebaran penyakit zoonosis. KAP merupakan kajian yang mewakili populasi untuk mendapatkan informasi hubungan antara tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik yang biasa dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji tingkat pengetahuan, sikap dan paktik kesejahteraan hewan dan biosekuriti petugas Instalasi Karantina Hewan primata wilayah kerja BBKP Soekarno Hatta. Dan menganalisis hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktik kesejahteraan hewan dan biosekuriti petugas IKH primata wilayah kerja BBKP Soekarno Hatta. Hipotesis Penelitian yaitu Pengetahuan, sikap dan praktik kesejahteraan hewan dan biosekuriti para petugas Instalasi Karantina Hewan Primata wilayah BBKP Soekarno Hatta sudah baik. Terdapat hubungan yang nyata antara pengetahuan dan sikap terhadap praktik kesejahteraan hewan dan biosekuriti para petugas instalasi IKH Primata. Penelitian dilaksanakan di IKH primata Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno Hatta pada bulan Maret sampai Agustus 2012. Penelitian ini merupakan kajian croos sectional study menggunakan kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik dari responden. Peubah yang digunakan di dalam penelitian adalah karakteristik dari manajer, dokter hewan, dan pekerja kandang yang dihubungkan dengan pengetahuan, sikap, dan praktik kesejahteraan hewan dan biosekuriti. Observasi dilakukan terkait kondisi kesejahteraan hewan dan biosekuriti IKH primata. Wawancara dilakukan menggunakan kuesioner dan observasi dilakukan menggunakan checklist. Aspek yang diteliti mengenai lima aspek kesejahteraan hewan, isolasi, kontrol lalu lintas, dan sanitasi. Populasi penelitian adalah seluruh IKH primata BBKP Soekarno Hatta yang berlokasi di wilayah Provinsi Jawa Barat dan Banten yang berjumlah 5 IKH. Sampel seluruh personel di IKH primata yaitu manajer, dokter hewan, dan pekerja kandang. Data karakteristik, tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik dijabarkan secara deskriptif. Hubungan karakteristik terhadap praktik dan hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktik personel IKH primata dianalisis dengan uji Gamma. Analisis data menggunakan program SPSS 16 dan Microsoft Excel 2007. Penilaian knowledge, attitude, practice (KAP) personel IKH primata dibagi menjadi tiga yaitu penilaian KAP manajer, penilaian KAP dokter hewan, dan penilaian KAP pekerja kandang (care taker). Tingkat pengetahuan, sikap, dan
praktik semua manajer (100%) berada dalam kategori baik. Tingkat pengetahuan dokter hewan 73% berada dalam kategori sangat baik dan 23% berada dalam kategori baik. Penilaian tingkat sikap 55% berada dalam kategori sangat baik dan 45% berada dalam kategori baik. Penilaian praktik 82% memiliki tingkat praktik yang sangat baik dan 18% memiliki praktik yang baik. Pekerja kandang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 14%, pengetahuan sangat baik sebanyak 86%. Sebanyak 91% memiliki sikap baik. Sebanyak 9% mempunyai sikap cukup. Tingkat praktik pekerja, sebanyak 50% memiliki praktik sangat baik. Sebanyak 50% lainnya memiliki praktik yang baik. Peubah yang memiliki hubungan signifikan adalah pengetahuan dan sikap dokter hewan dengan nilai p = 0.018 (p<0.05) dengan koefisien korelasi sebesar 0.694, hal ini berarti semakin tinggi pengetahuan dokter hewan mengenai kesejahteraan hewan dan biosekuriti maka akan bersikap lebih baik (positif). Peubah yang memiliki hubungan signifikan adalah pengetahuan dan sikap pekerja kandang dengan nilai p = 0.005 (p<0.05) dengan koefisien korelasi sebesar 0.575, hal ini berarti semakin baik pengetahuan yang dimiliki oleh pekerja kandang maka semakin baik pula sikapnya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagian besar tingkat pengetahuan dan praktik dari responden IKH primata adalah sangat baik, sementara untuk sikap personel IKH yang terdiri dari manajer, dokter hewan, dan pekerja adalah baik. Pengetahuan kesejahteraan hewan dan biosekuriti pekerja kandang dan dokter hewan mempengaruhi sikap meskipun demikian tidak berpengaruh terhadap praktik, hal ini dikarenakan kurangnya fasilitas sarana dan prasarana yang ada di IKH. Kata kunci: pengetahuan, sikap, praktik, kesejahteraan hewan, biosekuriti, personel instalasi karantina hewan.
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
STUDI PENGETAHUAN, SIKAP DAN PRAKTIK KESEJAHTERAAN HEWAN DAN BIOSEKURITI PADA PETUGAS INSTALASI KARANTINA HEWAN PRIMATA BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN SOEKARNO HATTA
RENDRA GUSTIAR
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Veteriner
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. med.vet. drh. Hadri Latif, M.Si
Judul Tesis
:
Nama NIM
: :
Studi Pengetahuan, Sikap dan Praktik Kesejahteraan Hewan dan Biosekuriti pada Petugas Instalasi Karantina Hewan Primata Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno Hatta. Rendra Gustiar B251100081
Disetujui Komisi Pembimbing
drh. Fadjar Satrija, MSc.,Ph.D. Ketua
Dr. drh. Trioso Purnawarman, M.Si Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Veteriner
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr.med.vet. drh. Denny Widaya Lukman, M.Si.
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.
Tanggal Ujian : 5 Nopember 2012
Tanggal Lulus :
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala berkah dan karuniaNya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Penghargaan setingitingginya penulis ucapkan kepada Kepala Badan Karantina Pertanian beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak drh. Fadjar Satrija, MSc. Ph.D dan Dr. drh. Trioso Purnawarman, MSi selaku komisi pembimbing atas segala dukungan, bimbingan dan arahan dalam pelaksanaan serta penulisan tesis. Penulis sampaikan terima kasih kepada bapak Dr. drh. Denny Widaya Lukman, M.Si. selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Veteriner. Selain itupenulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Ir. M. Musyaffak Fauzi, SH, M.Si (Kepala BBKP Soekarno-Hatta) atas kesempatan dan bantuan yang diberikan kepada penulis selama melakukan penelitian, rekanrekan pegawai Karantina Hewan, Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno Hatta yang telah sangat membantu penulis dalam pengambilan data dan seluruh personel Instalasi Karantina Hewan atas kerja samanya selama penulis melakukan penelitian.yang telah banyak memberikan fasilitas, kemudahan dan saran. Terimakasih juga kepada rekan-rekan seperjuangan atas kebersamaan dan kekompakan selama ini. Akhirnya terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Ayah dan Ibu atas iringan doanya. Istriku Lina Istiani, putraku Faza Lirenzia Fajr, Daffa Edgar Ghazi dan Luthfi Edsel Zayyan tercinta, atas semua dukungan, pengertian, kesabaran menanti, kasih sayang dan doanya. Atas segala kebaikan yang telah penulis terima, semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada kita semua. Harapan penulis semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk mendukung kebijakan peraturan di Indonesia.
Bogor, November 2012
Rendra Gustiar
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Banda Aceh pada tanggal 13 Agustus 1971 dari ayah Almarhum Johan Ibrahim dan ibu Cut Kasmi. Penulis merupakan putra pertama dari tiga bersaudara. Pendidikan Sarjana ditempuh penulis pada Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala lulus pada tahun 1996. Penulis diterima sebagai pegawai negeri sipil pada Badan Karantina Pertanian pada tahun 1999 dan ditempatkan di beberapa wilayah kerja lingkup Badan Karantina Pertanian. Setelah tiga belas tahun bertugas, pada Sepember 2010 penulis ditugaskan menempuh pendidikan magister (S2) pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Veteriner di Sekolah Pascasarjana IPB.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
xiii
PENDAHULUAN Latar Belakang .............................................................................. Tujuan ............................................................................................ Manfaat .......................................................................................... Hipotesis ........................................................................................
1 3 3 3
TINJAUAN PUSTAKA Instalasi Karantina Hewan ............................................................. Kera ekor panjang (Macaca fascicularis)…….............................. Kesejahteraan hewan(Animal welfare) ……………………….... Biosekuriti ………………………………………………………. Studi KAP ( Pengetahuan, Sikap, dan Praktik) ............................. Hubungan antara Pengetahuan, Sikap, dan Praktik ....................
4 5 6 10 12 12
MATERI DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………… Konsep Penelitian ........................................................................ Rancangan Penelitian…………………………………………… Kriteria dan Penilaian Kuisioner................................................... Disain penelitian…………………………………….…………… Responden.................................................................................. Analisis Data .................................................................................
14 14 14 15 16 17 17
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden ............................................................... Penilaian Pengetahuan, Sikap, dan Praktik ................................... Hubungan antara Karakteristik dengan KAP Personel IKH.......... Hubungan antara Pengetahuan, Sikap, dan Praktik ...................... Manajer .................................................................................... Dokter Hewan .......................................................................... Pekerja Kandang ......................................................................
18 20 22 25 25 26 27
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ................................................................................ Saran………………………………………………………..
29 29
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
30
LAMPIRAN ............................................................................................
33
DAFTAR TABEL Halaman 1 Total pengiriman Macaca fascicularis tahun 2008 - 2011……..................
1
2 Indeks skor pengetahuan ………………………………………... .............
15
3 Indeks tingkat praktik ………………………………………....................
16
4 Indeks tingkat sikap ……………………………………… ......................
16
5 Karakteristik personel IKH Primata.............................................................
18
6 Hubungan Karakteristik dengan KAP manajer …………………............... 7 Hubungan Karakteristik dengan KAP dokter hewan……………………..
22 23
8 Hubungan Karakteristik dengan KAP Paramedik/pekerja kandang..........
24
9 Hubungan KAP manajer mengenai Kesejahteraan hewan dan biosekuriti..
26
10 Hubungan KAP dokter hewan .................................................................
26
11 Hubungan KAP paramedik / pekerja kandang……………......................
27
12 Penilaian KAP personel IKH Primata ........................................................
73
13 Pengetahuan spesifik manajer manajer........................................................
73
14 Pengetahuan spesifik dokter hewan……………………………….............. 74 15 Pengetahuan spesifik pekerja kandang………........................................... 16 Kesejahteraan Hewan…………………………..........................................
77 80
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Kuesioner untuk manajer IKH Primata ......................................................
33
2 Kuesioner untuk dokter hewan IKH Primata ............................................
47
3 Kuesioner untuk paramedik/pekerja kandang(care taker) IKH Primata ....
59
4 Checklist observasi ....................................................................................
72
5 Data karakteristik dan KAP personil IKH primata ...................................
73
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Kerangka konsep penelitian .......................................................................
14
2. Penilaian Pengetahuan Personel IKH Primata……………………………
20
3. Penilaian Sikap Personel IKH Primata…………………………………….
20
4. Penilaian Praktik Personel IKH Primata…………………………………
21
PENDAHULUAN Latar Belakang Peningkatan frekuensi maupun kuantitas perdagangan hewan, termasuk hewan laboratorium terus terjadi pada era perdagangan global. Satwa primata merupakan salah satu komoditas hewan laboratorium yang cukup banyak di perdagangkan antar negara. Frekwensi pengiriman primata ke luar negeri melalui Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Soekarno Hatta cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Total pengiriman Macaca fascicularis pada tahun 2008 - 2011 Tahun Jumlah total Frekuensi pengiriman 2008 2.854 16 kali 2009 1.873 14 kali 2010 1.347 18 kali 2011 1.161 11 kali Sumber: Laporan Tahunan BBKP Soekarno Hatta (2011)
Keadaan tersebut berdampak pada tingginya risiko masuk, terbawa serta tersebarnya hama dan penyakit hewan karantina (HPHK) dari suatu wilayah negara ke wilayah negara lain (BARANTAN 2008). Karantina adalah tempat pengasingan dan/atau tindakan sebagai upaya pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit atau organisme pengganggu dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri, atau keluarnya dari dalam wilayah Negara Republik Indonesia. Instalasi Karantina Hewan adalah suatu bangunan berikut peralatan dan lahan serta sarana pendukung yang diperlukan sebagai tempat untuk melakukan tindakan karantina dengan mempertimbangkan kesejahteraan hewan dan biosekuriti. Kesejahteraan hewan (animal welfare) yaitu suatu usaha untuk memberikan kondisi lingkungan yang sesuai bagi satwa sehingga berdampak ada peningkatan sistem psikologi dan fisiologi satwa. Kegiatan ini merupakan kepedulian manusia untuk meningkatkan kualitas hidup bagi satwa yang terkurung dalam kandang atau terikat tanpa bisa leluasa bergerak (DEPTAN 2009).
Menurut Dallas (2006), kesejahteraan hewan dapat diukur dengan
indikator lima kebebasan (Five of Freedom). Kelima indikator tersebut adalah
2
semua upaya yang dilakukan pengelola karantina agar hewan (1) bebas dari rasa lapar dan haus, (2) Bebas dari rasa tidak nyaman, (3) Bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit, (4) Bebas mengekspresikan perilaku normal, (5) Bebas dari rasa stress dan tertekan. Biosekuriti didefinisikan sebagai penerapan kontrol kesehatan dan usahausaha untuk mencegah masuk dan menyebarnya agen infeksius baru ke dalam suatu kelompok hewan (Pinto & Urcelay 2003). Penerapan biosekuriti penting untuk perlindungan ternak terhadap penyakit serta memenuhi perlindungan nasional terhadap masuknya penyakit eksotik (Boklund et al. 2004). Menurut Jeffreys (1997), biosekuriti memiliki 3 komponen mayor yaitu : isolasi, kontrol lalu lintas, dan sanitasi. Isolasi merujuk kepada penempatan hewan di dalam lingkungan yang terkontrol. Kontrol lalu lintas mencakup lalu lintas masuk ke dalam peternakan maupun di dalam peternakan. Sanitasi merujuk kepada desinfeksi material, manusia, dan peralatan yang masuk ke lingkungan peternakan dan kebersihan personel peternakan (Yee et al. 2009). Bertolak dari latar belakang tersebut, maka penelitian ini akan mencoba mengungkapkan faktor sumberdaya medik dan paramedik atau pekerja kandang Instalasi Karantina Hewan (IKH) Primata yang memegang peranan penting dalam pencegahan penyebaran penyakit terutama zoonosis ke dalam IKH dan lingkungan masyarakat sekitarnya.
Kajian akan difokuskan kepada aspek
karakteristik, tingkat pengetahuan, sikap dan praktik (Knowledge, Attitude, Practice/KAP), yang dihubungkan dengan tindakan nyata yang sudah dilakukan oleh para pekerja kandang/paramedik dan medik IKH terhadap praktek kesejahteraan hewan. dan biosekuriti dari primata selama masa karantina di IKH. Kajian studi KAP merupakan kajian yang mewakili populasi spesifik untuk mendapatkan informasi hubungan antara tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik. Sarwono (2002) menjelaskan bahwa sikap dapat terbentuk dari pengalaman melalui proses belajar ataupun pengalamannya. Sikap (attitude) akan sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan manusia. Sikap juga akan sangat menentukan tindakan (practice). Gerungan (1996) menyatakan bahwa pengetahuan mengenai sesuatu akan menjadi perilaku terhadap sesuatu tersebut apabila pengetahuan itu disertai dengan kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap
3
sesuatu hal tersebut. Supriyadi (1993) menyatakan pengetahuan merupakan sekumpulan informasi yang difahami, yang diperoleh melalui proses belajar selama hidup dan dapat digunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri sendiri maupun lingkungan.
Tujuan penelitian (1) Mengkaji tingkat pengetahuan, sikap dan praktik kesejahteraan hewan dan biosekuriti petugas Instalasi Karantina Hewan Primata wilayah kerja BBKP Soekarno Hatta. (2) Menganalisis hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktik kesejahteraan hewan dan biosekuriti petugas Instalasi Karantina Hewan Primata wilayah kerja BBKP Soekarno Hatta.
Manfaat Penelitian Diharapkan hasil penelitian ini akan dapat memberikan informasi dan masukan bagi pemerintah
mengenai
pengetahuan, sikap dan
praktik
kesejahteraan hewan dan biosekuriti petugas Instalasi Karantina Hewan Primata wilayah kerja BBKP Soekarno Hatta.
Hipotesis Penelitian (1) Pengetahuan, sikap dan praktik kesejahteraan hewan dan biosekuriti para petugas Instalasi Karantina Hewan Primata wilayah BBKP Soekarno Hatta sudah baik. (2) Terdapat hubungan yang nyata antara pengetahuan dan sikap terhadap praktik kesejahteraan hewan dan biosekuriti para petugas instalasi IKH Primata.
.
TINJAUAN PUSTAKA Instalasi Karantina Hewan Instalasi Karantina Hewan (IKH) adalah tempat untuk melakukan tindakan karantina (pemeriksaan, pengamatan, pengambilan sampel, dan penyimpanan sementara hewan dalam masa karantina) terhadap hewan sebelum dinyatakan dapat dibebaskan maupun ditolak untuk dimasukkan dan diedarkan. IKH secara fisik terdiri dari lahan, bangunan, peralatan, fasilitas, dan sarana pendukung yang dirancang sedemikian rupa sehingga layak digunakan sebgai tempat melakukan tindakan karantina. Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor
501/Kpts/PD.670.210/L/12/2008 tentang Pedoman Persyaratan Teknis
Instalasi Karantina Hewan Untuk Satwa Primata, Instalasi Karantina Hewan (IKH) memiliki persyaratan sebagai berikut: a. Lokasi Pemilihan lokasi IKH dilakukan oleh Dokter Hewan Karantina untuk menjamin aspek biosecurity, biosafety alat angkut dan rute perjalanan dari tempat pengeluaran menuju IKH sehingga proses ini berlangsung aman, tidak menularkan penyakit, dan sesuai kaidah kesejahteraan hewan. Selain itu harus diperhitungkan jarak IKH dengan lalu lintas umum, pemeliharaan hewan sejenis, dan pemukiman penduduk. Lokasi IKH harus dilengkapi dengan pagar keliling yang terbuat dari bahan kuat (tembok, besi galvanis, dan kawat) serta memiliki disain yang dapat mencegah masuk dan keluarnya hama dan penyakit hewan karantina serta orang yang tidak berkepentingan. b. Sarana Utama Sarana utama fasilitas karantina terdiri dari ruang karantina (isolasi), ruang tindakan medis, sumber air minum, ruang pakan, ruang perlengkapan, sarana suci hama, tempat bedah bangkai, sarana penampungan limbah, sarana pengolahan limbah, sarana pemusnahan limbah, sumber listrik, sarana MCK untuk petugas karantina, dan ruang istirahat. Seluruh fasilitas terutama area yang akan dilalui hewan dan ruang hewan harus dibuat dari bahan yang mudah dibersihkan, berpermukaan rata, tidak berpori, tahan air, tidak mengandung komponen beracun, kuat, dan tidak mudah rusak.
5
c. Sarana Penunjang Sarana penunjang adalah sarana yang dapat menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan di Instalasi Karantina Hewan meliputi jalan khusus menuju instalasi, papan nama, area parkir kendaraan, pos satpam, kantor, sarana MCK dan mushola untuk umum, rumah jaga (mess), peralatan pemberian pakan, peralatan kebersihan kandang. Personil yang diperbolehkan masuk ke IKH harus dibatasi dimana hanya personil berkepentingan dengan seizin dan sepengetahuan Dokter Hewan Karantina yang diperbolehkan masuk dan telah bebas tuberkulosis berdasarkan uji penapisan (rontgen paru yang tidak melebihi 6 bulan).
Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dapat ditemui di berbagai daerah di Indonesia di antaranya di Simeulue, Sumatra, Nias,, Bangka, Belitung, Jawa, Karimunjawa, Bawean, Bali, Kalimantan, Kangean, Karimata, Lombok, Nusa Tenggara, , Sumba, Sumbawa, dan Timor. Populasi Monyet Ekor Panjang secara umum masih dianggap aman sehingga IUCN Redlist mengkategorikannya dalam status Least Concern. Dan oleh CITES didaftar sebagai Apendiks II. Populasi monyet ekor panjang yang sangat tinggi jumlahnya ini menjadikannya hama bagi masyarakat disekitar habitatnya. Di sisi lain monyet ini sangat bermanfaat sebagai komoditas ekpor untuk kepentingan laboratorium
yang digunakan
sebagai hewan model biomedis. Secara Anatomi dan Fisiologi monyet ini dengan manusia sehingga sangat sesuai di jadikan hewan percobaan. Pemanfaatan Macaca fascicularis khususnya untuk pasar ekspor telah diatur dalam Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 26/Kpts-II/94 tanggal 20 Januari 1994 tentang Pemanfaatan Jenis Kera Ekor Panjang (Macaca Fascicularis), Beruk (Macaca Nemestrina) dan Ikan Arwana (Scleropagus Formosus) untuk Keperluan Ekspor. Yang mana dalam peraturan ini pemanfaatanMacaca fascicularis untuk keperluan ekspor harus berasal dari hasil penangkaran. Jumlah penyakit yang ditularkan satwa primata ke manusia lebih banyak dibandingkan dengan hewan lainnya karena kesamaan filogenetik antara primata non manusia dengan manusia. Penyebaran zoonosis dari primata ke manusia
6
dapat disebabkan kontak langsung manusia dengan primata seperti
B virus
encephalomyelitis, perpindahan primata dari habitat aslinya ke lingkungan pemukiman yang padat manusia seperti Urban yellow fever, dan transmisi agen zoonosis dari primata ke manusia yang kemudian menyebar antar manusia (species jumping) seperti HIV (AIDS). Beberapa penyakit yang dapat menginfeksi primate dan bersifat zoonosis adalah: Cercopitheinae Herpes Virus (CHV-1), Simian Immunodeficiency Virus (SIV), Virus hepatitis B, Tuberculosis (TB) Herpes Simiae (Herpes virus B), HIV AIDS, B virus encephalomyelitis, dan Urban yellow fever (Chomel & Lerche 2004).
Kesejahteraan Hewan (Animal Welfare) Kesejahteraan Hewan atau animal welfare adalah suatu keadaan fisik dan psikologi hewan sebagai usaha untuk mengatasi lingkungannya. Berdasarkan UU No.18 tahun 2009 animal welfare adalah segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia. Animal welfare mencakup tiga aspek penting yaitu : Ilmu kesejahteraan hewan, etika dan hukum. Welfare science mengukur efek reaksi pada hewan dalam situasi dan lingkungan berbeda, dari sudut pandang hewan. Welfare ethics mengenai bagaimana manusia sebaiknya memperlakukan hewan. Welfare law mengenai bagaimana manusia harus memperlakukan hewan. Animal welfare tentang kepedulian dan perlakuan manusia pada masingmasing satwa, dalam meningkatkan kualitas hidup satwa secara individual. Sasaran animal welfare adalah semua hewan yang berinteraksi dengan manusia dimana intervensi manusia sangat mempengaruhi kelangsungan hidup hewan, bukan yang hidup di alam. Dalam hal ini adalah hewan liar dalam kurungan (lembaga konservasi, entertainment, laboratorium), hewan ternak dan hewan potong (ternak besar/kecil), hewan kerja dan hewan kesayangan. Menurut Dallas (2006) dan Webster J (2003), kesejahteraan hewan dapat diukur dengan indikator yang dirumuskan sebagai prinsip lima Kebebasan (Five of Freedom), yang dicetuskan oleh Inggris sejak tahun 1992. Kelima faktor dari
7
lima kebebasan saling berkait dan akan berpengaruh pada semua faktor apabila salah satu tidak terpenuhi atau terganggu. Lima indikator kebebasan tersebut adalah: 1. Bebas dari rasa lapar dan haus 2. Bebas dari rasa tidak nyaman 3. Bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit 4. Bebas mengekspresikan perilaku normal 5. Bebas dari rasa stres dan tertekan. . 1. Bebas dari rasa lapar dan haus Bebas dari rasa lapar dan haus dimaksudkan sebagai kemudahan akses akan air minum dan makanan yang dapat mempertahankan kesehatan dan tenaga. Makanan dan minuman merupakan kebutuhan pertama dalam hidup sehingga ditempatkan pada urutan pertama karena ini sangat mendasar dan tidak dapat ditolelir. Lapar dan haus merupakan kondisi saat hewan terstimulir untuk makan dan minum. Dalam hal ini hewan diwajibkan mendapatkan pakan yang sesuai dengan spesies dan keseimbangan gizinya. Apabila keadaan ini gagal dipenuhi maka akan memicu timbulnya penyakit dan penderitaan. 2. Bebas dari rasa tidak nyaman Bebas dari rasa tidak nyaman dipenuhi dengan penyediaan lingkungan yang layak dan nyaman. Apabila keadaan ini gagal dipenuhi maka akan menimbulkan penderitaan dan rasa sakit secara mental yang akan berdampak pada kondisi fisik dan psikologi hewan (stres), kondisi stres akan mempengaruhi kondisi kesehatan hewan. Faktor penyebab stres (stressor) akan mengubah kekebalan secara langsung sehingga lebih rentan terhadap infeksi agen penyakit serta mempengaruhi metabolisme hewan sehingga memperburuk penampilan hewan sehingga terlihat kurus (Blecha 2000). 3. Bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit Sehat pada hewan secara individu dapat didefinisikan sebagai kondisi dimana tidak ditemukan adanya simptom penyakit. Penyakit disebabkan oleh kekeliruan manusia dalam pemeliharaan hewan, meliputi kejadian malnutrisi, trauma, dan infeksi selama masa karantina. Kebebasan ini diwujudkan melalui
8
upaya pencegahan penyakit atau diagnosa dan penanganan yang cepat. Kondisi ini dipenuhi melalui penerapan pemeriksaan medis yang reguler. Apabila kondisi ini terabaikan maka akan memicu timbulnya penyakit dan ancaman transmisi penyakit baik pada hewan lain maupun manusia. 4. Bebas mengekspresikan perilaku normal Hewan memiliki kebiasaan atau perilaku yang khas. Dalam asa karantina yang diawasi oleh petugas, hewan Macaca fascicularis memiliki kesempatan yang terbatas
untuk
mengekspresikan
perilaku
normalnya.
Kebebasan
dalam
mengekspresikan perilaku normal diwujudkan dengan penyediaan ruang yang cukup, fasilitas yang tepat. Apabila keadaan ini tidak terpenuhi maka akan muncul perilaku abnormal dan berakhir dengan gangguan fisik lainnya. 5. Bebas dari rasa stres dan tertekan. Faktor terakhir adalah bebas dari rasa takut dan tertekan yaitu memberikan kondisi dan perlakuan yang mencegah penderitaan mental. Stres merupakan respon adaptasi dan penyesuaian hewan terhadap tantangan lingkungan. Stres selalu hadir (Philips 2002, Cock et al. 2002, Woffle 2000). Stres umumnya diartikan sebagai antitesis daripada sejahtera. Distress merupakan kondisi lanjutan dari stress yang mengakibatkan perubahan patologis. Lebih lanjut kondisi ini terlihat pada respon perilaku seperti menghindar dari stressor (contoh: menghindar dari temperatur dingin ke tempat yang lebih hangat dan sebaliknya), menunjukkan perilaku displacement (contoh; menunjukkan perilaku display yang tidak relevan terhadap situasi konflik dimana tidak ada fungsi nyata), dan bila tidak ditangani akan muncul perilaku stereotipik yang merupakan gerakan pengulangan dan secara relatif kelangsungan gerakan tidak bervariasi dan tidak punya tujuan jelas. Pengaruh stres terhadap kesejahteraan hewan bergantung pada besar-kecilnya kerugian biologis akibat stres. Takut rnerupakan emosi primer yang dimiliki hewan yang mengatur respon rnereka terhadap lingkungan fisik dan sosialnya. Rasa takut kini dianggap sehagai stressor yang merusak hewan. Rasa takut yang berkepanjangan tentu akan berimbas buruk bagi kesejahteraan hewan. Oleh karena itu, perilaku pemelihara hewan sangat berperan dalam membangun sikap hewan terhadap petemak (pemelihara hewan). Hewan yang sering diperlakukan buruk, sangat
9
mungkin untuk menyimpan kesan yang buruk terhadap petugas instalasi. Cheeke (2004) menitikberatkan pada teknik manajemen hewan yang mengurangi atau menghilangkan stress sebagai komponen penting dari kesejahteraan hewan. Kelima poin di atas merupakan daftar kontrol status kesejahteraan hewan secara umum saja. Penjabaran kesejahteraan hewan ke dalam lima aspek kebebasan tidaklah mutlak terpisah dan berdiri sendiri-sendiri. Aspek yang satu mungkin berpengaruh pada aspek lainnya sehingga sulit untuk dibedakan. Bahkan satu problem dapat merupakan cakupan beberapa poin di atas. Susunan yang berurutan pun tidak mutlak mencerminkan prioritas. Aplikasi konsep dan implementasi kesrawan dipengaruhi oleh berbagai hal. Dalam penelitian yang berkaitan dengan kesejahteraan hewan, ilmuwan menggunakan parameter sesuai kepentingannya yang didasarkan pada pandangan mereka tentang bagaimana hewan seharusnya dipelihara dan kesejahteraannya diperhatikan. Sangat mungkin berbeda antara peneliti yang satu dengan yang lain. Pandangan-pandangan ini menurut Fraser (2003) dapat dibagi menjadi tiga. Pandangan pertama menyatakan bahwa hewan sebaiknya dipelihara pada kondisi yang memungkinkan berjalannya fungsi biologis (tetap sehat, pertumbuhan, dan reproduksi). Pandangan kedua menekankan pemeliharaan hewan seharusnya dengan cara-cara yang mengurangi penderitaan hewan dan mengutamakan kesenangan hewan. Pada puncaknya pandangan ketiga mengusulkan pemeliharaan dengan cara membiarkan hewan hidup secara alami. Berdasarkan uraian diatas maka gangguan pada kesejahteraan hewan dapat diamati berdasarkan tiga indikator yaitu: Indikator fisiologi dan psikologi, indikator immun dan produksi serta indikator perilaku. Perubahan yang terjadi pada hewan dapat diamati berdasarkan perubahan pada fisik, mental maupun perilaku. Kondisi kesejahteraan hewan yang buruk yang berkelanjutan akan memicu timbulnya penyakit sebagai bentuk nyata dari gangguan kesejahteraan hewan. Yang mana efek penyakit pada kesejahteraan satwa adalah penderitaan panjang pada hewan. Secara
fisiologi
kondisi
perubahan
kesejahteraan
hewan
akan
mengaktifkan sistem saraf pusat (SSP) dan memberikan respon baik pada sistem saraf otonom maupun sistem endokrin. Akibat dari respon sistem saraf otonom
10
akan berdampak pada Sistem SAM (Simpatic Adrenal Medulary) dan Sistem PNS (Parasimpatic Nervous System). Respon Sistem SAM mengakibatkan peningkatan cardiac output (tachycardia, cardiac muscle contraction), peningkatan aliran darah ke otot (vasokontriksi perifer, kontraksi limfa), peningkatan air intake (respiratory rate, relaksasi bronkhiol). Sementara respon dari Sistem PNS (Parasimpatic Nervous System) adalah penurunan Cardiac output (branchicardia). Secara umum akibat dari perubahan kesejahteraan hewan adalah munculnya stress dengan gejala seperti Peningkatan aktifitas adrenocortical, penurunan aktifitas hormonal reproduksi, penurunan performance, peningkatan tekanan darah kronis, meningkatnya kerentanan penyakit, gastric ulcer, penyembuhan luka yang lama dan juga kematian. Pengabaian kelima faktor kebebasan pada hewan dalam kurungan akan berdampak buruk pada kesejahteraan hewan dan memicu stres. Stres akan mengakibatkan hewan akan rentan terhadap penyakit, terutama zoonosis. Zoonosis sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Parahnya pada hewan liar gejala penyakit akan muncul pada saat kondisi sudah parah sehingga treatment lebih susah dilakukan. Contoh : Balantidiosis, TBC, Hepatitis, Avian Influenza, Salmonellosis.
Dampak
lebih
lanjut
dari
pengabaian
animal
welfare
mengakibatkan stress yang persisten. Stress akan mengakibatkan: 1. Rentan terhadap penyakit dan penderitaan panjang pada hewan 2. Menurunkan penampilan hewan 3. Menurunkan kodisi fisiologis hewan 4. Menekan sistem kekebalan tubuh 5. Pengaruh buruk pada kesehatan manusia.
Biosekuriti Biosekuriti merupakan suatu tindakan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya wabah penyakit melalui pengawasan masuknya agen pathogen. Biosekuriti yang dilakukan harus praktis, dapat dilakukan secara efektif (Morris 2005). Menurut DEPTAN (2006) biosekuriti diartikan sebagai pengawasan penyakit yang termurah yang paling efektif, sementara Cardona (2005)
11
menambahkan biosekuriti merupakan garis pertahanan pertama terhadap penyakit. Biosekuriti didefinisikan pula sebagai penerapan kontrol kesehatan dan usahausaha untuk mencegah masuk dan menyebarnya agen infeksius baru ke dalam suatu kawanan hewan (Pinto & Urcelay 2003). Penerapan biosekuriti penting untuk perlindungan hewan terhadap penyakit serta memenuhi perlindungan nasional terhadap masuknya penyakit eksotik (Boklund et al. 2004). Sumber utama agen infeksius adalah manusia (tangan, rambut, pakaian, sepatu, dan lainlain), perlengkapan yang sudah terkontaminasi, hewan-hewan domestik maupun liar disekitar lokasi, pakan yang tidak dikemas secara baik, pakan yang terkontaminasi, dan burung-burung yang bermigrasi (Sharma 2010). Menurut Jeffreys (1997), biosekuriti memiliki 3 komponen mayor yaitu : isolasi, kontrol lalu lintas, dan sanitasi. Isolasi merujuk kepada penempatan hewan di dalam lingkungan yang terkontrol. Kontrol lalu lintas mencakup lalu lintas masuk ke dalam peternakan maupun di dalam peternakan. Sanitasi merujuk kepada desinfeksi material, manusia, dan peralatan yang masuk ke lingkungan peternakan dan kebersihan personel peternakan (Yee et al. 2009). Tindakan umum yang dilakukan dalam program biosekuriti
adalah
mengawasi keluar masuknya hewan, mencegah kontak dengan hewan, rutin membersihkan dan mendesinfeksi sepatu, pakaian, dan peralatan yang dipakai ketika menangani hewan, mencatat pengunjung, hewan, peralatan yang masuk dan keluar. Keberhasilan program biosekuriti bergantung pada kerja sama antara personel IKH Primata. Dokter hewan penanggung jawab suatu instalasi dengan stafnyamemerlukan suatu manajemen pemeliharaan yang terintegrasi dan berkesinambungan untuk meminimalisasi masuknya agen infeksius ke suatu instalasi dan mencegah penyebaran agen infeksius yang sudah masuk ke suatu instalasi agar tidak menyebar ke hewan atau wilayah lain di dalam instalasi tersebut. Manajemen pemeliharaan yang baik meliputi pencatatan (recording) hewan setiap hari sehingga kondisi hewan dapat terus dimonitor, pengambilan dan pengiriman sampel secara rutin ke laboratorium yang sudah terakreditasi pada hewan yang baru datang, hewan yang mati, dan hewan-hewan yang ada di instalasi tersebut untuk mendapatkan informasi yang mendalam mengenai status kesehatan
hewan yang baru datang, penyebab kematian hewan, dan kondisi
12
kesehatan terkini hewan-hewan yang berada didalam IKH Primata. Hal-hal penting lain yang harus dilakukan adalah membatasi akses pihak-pihak yang tidak berkepentingan terhadap hewan-hewan yang berada di dalam instalasi, menjaga limbah-limbah hewan seperti urine dan feses agar tidak dapat diakses oleh hewanhewan, serta melakukan pengendalian agen infeksius secara rutin (Sharma 2010). Keberhasilan pelaksanaan biosekuriti di IKH selain dipengaruhi kelengkapan fasilitas dan sistem juga tidak terlepas dari tingkat pengetahuan dan kesadaran dari petugas yang ada di IKH tersebut. Fasilitas biosekuriti yang lengkap tanpa diikuti dengan tingkat pengetahuan dan kesadaran petugas mengenai kesejahteraan hewan dan biosekuriti mengakibatkan program yang sudah dicanangkan tidak berlangsung optimum sehingga menjadi ancaman terhadap masuknya organisme yang dapat merugikan petugas, hewan dan lingkungan disekitarnya.
Studi KAP (Knowledge, Attitude, and Practice) Menurut Lakhan dan Sharma (2010), pengetahuan adalah kemampuan untuk memperoleh, mempertahankan, dan menggunakan informasi, gabungan pemahaman, ketajaman dan keterampilan. Sikap mengacu kepada kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu untuk situasi tertentu, untuk melihat dan menjelaskan kembali peristiwa-peristiwa sesuai dengan kecenderungan tertentu atau untuk menyusun argumentasi pribadi ke dalam suatu bentuk yang masuk akal dan saling terkait. Praktik berarti aplikasi peraturan dan pengetahuan yang mengarah ke perbuatan yang nyata berupa tindakan.
Hubungan antara Pengetahuan, Sikap dan Praktik Pengetahuan dapat didefinisikan sebagai ingatan mengenai sesuatu yang bersifat spesifik atau umum; ingatan mengenai metode atau proses; ingatan mengenai pola, susunan atau keadaan (Ilyas 1997). Sarwono (2002) menjelaskan bahwa sikap dapat terbentuk dari pengalaman melalui proses belajar ataupun pengalamannya. Sikap (attitude) akan sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan manusia. Sikap juga akan sangat menentukan tindakan (practice). Gerungan (1996) menyatakan bahwa pengetahuan mengenai sesuatu akan menjadi perilaku
13
terhadap sesuatu tersebut apabila pengetahuan itu disertai dengan kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap sesuatu hal tersebut. Supriyadi (1993) menyatakan pengetahuan merupakan sekumpulan informasi yang difahami, yang diperoleh melalui proses belajar selama hidup dan dapat digunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri sendiri maupun lingkungan. Seseorang yang mempunyai sikap positif terhadap suatu obyek, kemungkinan besar mempunyai niat untuk bertindak positif juga terhadap obyek tersebut, dan timbulnya sikap positif tersebut didasari oleh adanya pemikiran dan pengetahuan dari obyek tersebut (Azwar 2003). Tindakan sangat dipengaruhi oleh sikap maupun pengetahuannya (knowledge). Seseorang bersikap suka atau tidak suka, baik atau tidak baik, senang atau tidak senang terhadap suatu obyek akan sangat dipengaruhi oleh pengetahuan serta pengalamannya.
MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Instalasi Karantina Hewan (IKH) Primata wilayah Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno Hatta, dan pengolahan data di Bagian Kesmavet Fakultas Kedokteran Hewan IPB Bogor dari bulan Maret sampai Agustus 2012.
Konsep Penelitian Peubah yang akan digunakan di dalam penelitian ini yaitu karakteristik IKH Primata, pengetahuan dokter hewan IKH Primata dan paramedik/petugas kandang, serta sikap dan tindakan dokter hewan dan paramedik/petugas kandang terhadap biosekuriti. Ketiga peubah ini akan dihubungkan dengan praktik dokter hewan IKH dan paramedik/petugas kandang untuk melihat kondisi kesejahteraan dan biosekuriti.
Karakteristik Petugas IKH Primata • • • • •
Umur Pendidikan Lama bekerja Jenis kelamin Pelatihan
Praktik Petugas IKH Primata
Keswan dan Biosekuriti Pengetahuan Petugas IKH Primata
Sikap Petugas IKH Primata
Gambar 1. Kerangka konsep penelitian
Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan kerangka konsep yang diilustrasikan pada Gambar 1. Pengamatan dilakukan di seluruh IKH Primata BBKP Soekarno Hatta berlokasi di wilayah Jawa Barat dan Banten yang berjumlah lima instalasi.
15
Sehubungan dengan sedikitnya jumlah IKH yang ada, maka seluruh petugas yang ada di IKH Primata tersebut dilibatkan sebagai responden dalam penelitian ini.
Kriteria dan Penilaian Koesioner Penilaian tingkat pengetahuan manajer, dibuat sebanyak 23 pertanyaan, dokter hewan IKH sebanyak 19 pertanyaan, dan pekerja kandang/ paramedik sebanyak 25 pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut terdiri dari pertanyaan positif yaitu jawaban benar adalah jika responden memilih jawaban ‘benar’ dan pertanyaan negatif dimana jawaban benar adalah jika responden memilih jawaban ‘salah’. Pertanyaan positif dan negatif tersebut berguna untuk menghilangkan bias dari jawaban responden. Setiap jawaban yang benar dari pertanyaan mengenai pengetahuan biosekuriti di IKH Primata diberikan nilai 2 (dua), jawaban yang salah diberikan nilai 0, sedangkan jawaban tidak tahu diberikan nilai 1 (Palaian et al. 2006). Dengan demikian untuk tingkat pengetahuan, nilai maksimumnya adalah 46 (manajer), 38 (dokter hewan), dan 50 (pekerja kandang/paramedik), serta nilai minimum yang mampu dihasilkan adalah 0. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Indeks skor pengetahuan Kategori Sangat Baik Baik Cukup Buruk Sangat Buruk
Manajer
Dokter Hewan
41 - 46 33 - 40 24 - 32 11 - 23 0 - 10
36 - 39 28 - 35 20 - 27 9 - 19 0- 8
Pekerja Kandang 46 - 50 36 - 45 26 - 35 11 - 25 0 - 10
Penilaian praktik petugas IKH terhadap biosekuriti di IKH Primata maka dibuat sebanyak 17 pertanyaan. Pertanyaan tersebut memiliki jawaban ‘sering’, ‘jarang’, dan ‘tidak pernah’. Penilaian diberikan nilai 2 pada jawaban ‘sering’, 1 pada jawaban ‘jarang’, dan nilai 0 pada jawaban ‘tidak pernah’. Dengan demikian untuk praktik kesejahteraan hewan dan biosekuriti IKH Primata nilai maksimumnya adalah 34 dan nilai minimumnya adalah 0. Kategori dengan status sangat buruk memiliki skor 0 – 7, buruk 8 – 17, cukup 18 – 24, baik 25 – 31, dan sangat baik 32 – 34. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3.
16
Tabel 3 Indeks skor praktik Kategori Sangat Baik Baik Cukup Buruk Sangat Buruk
Manajer / Dokter Hewan / Paramedik 32 - 34 25 - 31 18 - 24 8 - 17 0 - 7
Penilaian tingkat sikap petugas IKH Primata di buat sebanyak 19 pernyataan mengenai sikap manajer, 22 pertanyan untuk dokter hewan dan untuk petugas kandang IKH Primata. Dengan menggunakan skala Likert yaitu “setuju’, ‘tidak setuju’, dan ‘ragu-ragu’.
Setiap jawaban yang benar dari pernyataan
mengenai sikap kesejahteraan hewan dan biosekuriti pada IKH primata akan diberikan nilai 2, jawaban netral (ragu-ragu) diberikan nilai 1, dan jawaban salah diberikan nilai 0. Dengan demikian untuk tingkat sikap, nilai maksimumnya adalah 38 (manager), 44 (dokter hewan dan pekerja kandang) serta nilai minimumnya adalah 0 untuk semua jenis responden. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Indeks skor sikap Kategori Sangat Baik Baik Cukup Buruk Sangat Buruk
Manajer 36 - 39 28 - 35 20 - 27 9 - 19 0 - 8
Dokter Hewan / Paramedik 41 - 44 32 - 40 23 - 31 10 - 22 0 - 9
Disain Penelitian Penelitian ini merupakan kajian lapang cross sectional study di mana kajian ini menggunakan kuesioner sebagai perangkat untuk mengukur pengetahuan, sikap, dan praktik dari responden. Penelitian dilakukan dengan metode wawancara terhadap manajer, dokter hewan, dan paramedik / pekerja kandang serta observasi terhadap IKH primata terkait kesejahteraan dan kondisi biosekuriti IKH Primata. Wawancara dilakukan menggunakan kuesioner dan observasi dilakukan menggunakan checklist.
17
Responden Terdapat lima IKH primata BBKP Soekarno Hatta yang terdapat di Jawa Barat dan Serang yaitu : 1. CV. Labsindo 2. PT. Wanara Satwaloka 3. CV. Inquatex 4. CV. Universal Fauna 5. PT. Prestasi Fauna Nusantara Kemudian diambil responden dari seluruh personel yang merupakan petugas di IKH Primata tersebut yaitu
manajer, dokter hewan dan paramedik
/pekerja kandang. Metode pemilihan responden adalah dengan menggunakan sensus yaitu dengan cara mengambil semua responden (Young et al. 2010).
Analisis Data Data yang diperoleh akan di jelaskan secara deskriptif dan analisis korelasi terhadap peubah yang diamati. Menurut Walpole (1992) statistika deskriptif merupakan metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan data dan penyajian suatu gugus data, seperti tabel, diagram, histogram sehingga memberikan informasi yang berguna. Menurut Agresti dan Finlay (2009) analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua peubah yang diamati. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan perangkat lunak SPSS 16 dan Microsoft Excel 2007.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Karakteristik responden yang diamati dalam kegiatan penelitian ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, nomor telepon, pendidikan formal terakhir, pengalaman bekerja, pelatihan yang pernah didapat, serta kuantitas mengunjungi IKH Primata dalam satu bulan untuk responden yang terdiri dari manajer, dokter hewan, dan pekerja kandang/paramedik (care taker). Data mengenai karakteristik responden disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Karakteristik personel IKH Primata Manajer n
%
Dokter Hewan % n
Pekerja Kandang N
%
27.27 72.73
6 16
27.27 72.73
18.18 81.82
20 2
90.91 9.09
-
4 6 3 0 3 0 4 1 0
18.18 27.27 13.64 0 13.64 0 18.18 4.55 0
18.18 0 18.18 63.64
2 1 4 15
9.09 4.55 18.18 68.18
72.73 27.27
17 5
77.27 22.73
72.73 0 0 27.27
18 0 1 3
81.82 0 4.55 13.64
Umur tahun ≤ 30 0 0 3 tahun >30 4 100 8 Jenis kelamin Laki-laki 2 50 2 Perempuan 2 50 9 Pendidikan SD SMP SMU STPP SNAKMA SPP D3 S1 Tidak menjawab Pengalaman < 1 tahun 0 0 2 1 – 2 tahun 0 0 0 3 – 5 tahun 1 25 2 di atas 5 tahun 3 75 7 Pelatihan Ya 4 100 8 Tidak 0 0 3 Kuantitas mengunjungi IKH Primata dalam satu bulan Setiap hari 3 75 8 1 – 2 kali 1 25 0 3 – 4 kali 0 0 0 Lainnya 0 0 3
19
Pengamatan
variabel-variabel
tersebut
bertujuan
untuk
mengetahui
karakteristik responden untuk mengetahui sejauh mana aspek ini memiliki hubungan dengan nilai pengetahuan, nilai sikap, dan nilai praktik mereka terhadap kesejahteraan hewan dan biosekuriti. Penelitian ini membagi umur responden dibagi menjadi umur kurang dari dan sama dengan 30 tahun serta umur lebih dari 30 tahun. Jenjang pendidikan responden dikategorikan masing-masing menurut responden yang diambil. Pengalaman bekerja responden dikategorikan menjadi empat bagian yaitu pengalaman bekerja kurang dari satu tahun, satu hingga dua tahun, tiga hingga lima tahun, serta pengalaman yang bekerja lebih dari lima tahun. Pelatihan yang didapatkan oleh responden adalah berupa pelatihan mengenai manajemen pemeliharaan serta mengenai kesejahteraan hewan dan biosekuriti. Secara umum personel IKH Primata berumur di atas 30 tahun dengan distribusi kategori umur di atas 30 tahun untuk manajer sebanyak 100%, dokter hewan sebanyak 72.73%, dan pekerja kandang (paramedik) sebanyak 72.73%. Sebagian besar responden adalah perempuan, hanya
dua responden berjenis
kelamin laki-laki yang terdapat pada responden dokter hewan, hal ini dikarenakan personel harus selalu tinggal dan menetap di IKH Primata. Pekerja kandang (paramedik) sebagian besar (27.27%) mempunyai pendidikan terakhir SMP. Responden pekerja kandang, terdapat 1 responden (4.55%) yang berpendidikan terakhir S1. Responden manajer (75%), dokter hewan (63.64%), serta pekerja kandang (68.18%) mempunyai pengalaman bekerja di atas lima tahun. Karakteristik responden selanjutnya adalah pelatihan. Pelatihan yang diikuti responden berasal dari perusahaan tempat mereka bekerja. Semua responden manajer mendapatkan pelatihan tetang kesejahteraan hewan dan kesejahteraan hewan dan biosekuriti. Responden dokter hewan yang mendapatkan pelatihan sebanyak 8 dari 11 responden dokter hewan (72.73%) dan yang tidak mendapatkan pelatihan sebanyak 3 dari 11 responden dokter hewan (22.27%). Responden pekerja yang mendapatkan pelatihan sebanyak 17 dari 22 responden atau 77.27% dan yang tidak mendapatkan pelatihan sebanyak 5 dari 22 responden atau 22.73%. Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar personel IKH Primata
pernah mendapatkan pelatihan mengenai
20
kesejahteraan hewan dan kesejahteraan hewan dan biosekuriti. Menurut OIE (2011) personel pada instalasi karantina hewan primate selayaknya pernah mendapatkan pelatihan mengenai kesejahteraan hewan dan biosekuriti yang berkaitan dengan primata dan mengerti penerapan kesehatan hewan, kesehatan manusia, dan keamanan pangan. Selain itu penerapan pelatihan kesejahteraan hewan dan biosekuriti oleh setiap personel sangat penting (Racicot et al. 2012).
Penilaian Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Penilaian pengetahuan, sikap, dan praktik (KAP) responden IKH Primata dibagi atas penilaian KAP manajer, dokter hewan, dan paramedik/pekerja kandang (care taker). Data mengenai penilaian pengetahuan, sikap dan praktik personel IKH Primata secara berurutan disajikan pada gambar 2, 3 dan 4.
Gambar 2 Penilaian Pengetahuan Personel IKH Primata
Gambar 3 Penilaian Sikap Personel IKH Primata
21
Gambar 4 Penilaian Praktek Personel IKH Primata
Penilaian KAP manajer dibagi atas tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik mengenai kesejahteraan hewan dan biosekuriti. Tingkat pengetahuan semua manajer yaitu memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Tingkat sikap manajer sebanyak 4 dari 4 responden (100%) memiliki sikap yang baik. Tingkat praktik manajer, sebanyak 100% memiliki praktik yang baik. Penilaian KAP dokter hewan dibagi atas penilaian pengetahuan, sikap, dan praktik
mengenai
kesejahteraan
hewan
dan
biosekuriti.
Untuk
tingkat
pengetahuan dokter hewan, sebanyak 3 dari 11 responden (27%) memiliki tingkat pengetahuan yang baik, sedangkan 7 dari 11 responden (73%) memiliki tingkat pengetahuan yang sangat baik terhadap kesejahteraan hewan dan biosekuriti di IKH Primata. Pada penilaian tingkat sikap, sebanyak 5 dari 11 responden (45%) memiliki sikap yang baik terhadap penerapan kesejahteraan hewan dan biosekuriti di IKH Primata, sedangkan 6 dari 11 responden (55%) memiliki sikap yang sangat baik. Penilaian praktik kesejahteraan hewan dan biosekuriti, sebanyak 2 dari 11 responden dokter hewan (18%) memiliki tingkat praktik yang baik dan 9 dari 11 responden (82%) memiliki praktik yang sangat baik mengenai kesejahteraan hewan dan biosekuriti. Penilaian KAP pekerja kandang dibagi atas penilaian pengetahuan, sikap, dan praktik kesejahteraan hewan dan biosekuriti. Pekerja kandang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 19 responden atau 86% dan tingkat pengetahuan yang sangat baik sebanyak 14%. Sebanyak 2 responden pekerja kandang atau sebesar 9% memiliki sikap cukup terhadap kesejahteraan hewan dan biosekuriti. Sikap cukup (netral) merupakan sikap yang cenderung tidak memilih
22
sehingga responden menganggap bahwa praktik kesejahteraan hewan dan biosekuriti boleh dilakukan dan boleh juga tidak dilakukan di IKH Primata. Sebanyak 20 responden (91%) mempunyai sikap baik (positif) terhadap kesejahteraan hewan dan biosekuriti. Penilaian tingkat praktik pekerja, sebanyak 11 dari 22 responden (50%) memiliki nilai tingkat praktik baik, sedangkan sebanyak 11 dari 22 responden (50%) memiliki nilai tingkat praktik yang sangat baik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar personel IKH Primata mempunyai tingkat pengetahuan yang sangat baik dan baik. Penilaian sikap juga menunjukkan bahwa sebagian besar personel IKH Primata mempunyai sikap yang positif (baik dan sangat baik) mengenai kesejahteraan hewan dan biosekuriti. Data menunjukkan bahwa dari segi tingkat praktik kesejahteraan hewan dan biosekuriti sebagian besar personel IKH Primata mempunyai praktik yang baik mengenai kesejahteraan hewan dan biosekuriti.
Hubungan antara Karakteristik dengan KAP Personel IKH Primata Bagian ini membahas hubungan antara peubah-peubah pada karakteristik personel IKH dengan nilai KAP personel IKH Primata. Peubah yang berbeda nyata akan dilihat keeratan hubungannya terhadap praktik kesejahteraan hewan dan biosekuriti dan dilihat arah hubungannya. Tabel 6 Hubungan karakteristik dengan KAP manajer
Umur Pengalaman Pelatihan
Pengetahuan Nilai p r 0.125 0.875 0.333 0.667 NA
Sikap Nilai p r -0.115 0.885 0.081 0.919 NA
Praktik Nilai p R 0.51 0.49 0.522 0.478 NA
*berhubungan nyata pada α=0.05 (uji 2 arah) NA : nilai data korelasi tidak dapat dihitung karena nilai peubah Pelatihan konstan (not available) dimana kondisi pengukuran dan nilainya tidak dapat untuk dilakukan perhitungan korelasi
Tabel 6 memperlihatkan bahwa tidak terdapat faktor-faktor yang berhubungan nyata (p >0.05) antara karakteristik responden manajer dengan
23
pengetahuan, sikap, dan praktik manajer terhadap biosekuriti IKH Primata. Tidak adanya korelasi yang signifikan antara karateristik responden disebabkan jumlah responden pada penelitian ini sangat kecil yaitu empat amatan. Berdasarkan studistudi lainnya mengindikasikan terdapat korelasi positif antara pengetahuan dan umur manajer, hal ini berarti semakin tua manajer maka pengetahuan mengenai biosekuriti semakin tinggi (semakin baik). Seiring dengan waktu, manajer akan menggali pengetahuan yang didapatkan dari hasil pengolahan panca inderanya. Pengetahuan
tersebut
diperoleh
melalui
kenyataan
(fakta),
penglihatan,
pendengaran, serta keterlibatan langsung dalam suatu aktivitas. Pengetahuan juga didapatkan dari hasil komunikasi dengan orang lain seperti teman dekat dan relasi kerja. Pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan ini digali saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition) (Soekanto 2003), sehingga dengan bertambahnya usia maka pengetahuan seseorang akan bertambah pula. Tabel 7 Hubungan Karakteristik dengan KAP Dokter Hewan Pengetahuan r
Nilai p
Sikap r
Umur -0.186 0.584 -0.008 Pengalaman 0.047 0.89 0.043 Pelatihan -0.271 0.419 -0.33 *berhubungan nyata pada α=0.05 (uji 2 arah)
Praktik Nilai p 0.981 0.9 0.924
r 0.01 0.017 0.247
Nilai p 0.999 0.96 0.464
Tabel 7 memperlihatkan bahwa tidak terdapat faktor-faktor yang berhubungan nyata (p >0.05) antara karakteristik responden dokter hewan dengan pengetahuan, sikap, dan praktik dokter hewan terhadap kesejahteraan hewan dan biosekuriti IKH Primata.
Tidak adanya korelasi yang signifikan antara karateristik responden
disebabkan jumlah responden pada penelitian ini sangat kecil yaitu sebelas amatan. Selain itu, pengetahuan, sikap, dan praktik dokter hewan pada studi ini hampir semuanya terkategorikan status baik, sehingga nilai signifikan koefisien korelasi cenderung besar (tidak berhubungan nyata). Pada studi serupa lainnya menunjukkan sikap dan umur dokter hewan mempunyai kekuatan korelasi yang negatif, hal ini berarti semakin tua umur dokter hewan, maka sikap yang dimiliki mengenai
24
kesejahteraan hewan dan biosekuriti semakin buruk. Semakin muda umur dokter hewan maka semakin baik sikap mereka mengenai kesejahteraan hewan dan biosekuriti. Sikap positif mengenai sesuatu hal didasari oleh adanya pemikiran dan pengetahuan terhadap obyek tersebut (Sujarwo 2004). Menurut Tuokko et al. (2007) persepsi risiko, sikap, dan keyakinan serta keterbukaan terhadap perubahan merupakan faktor psikososial yang bertindak sebagai mediator antara pengetahuan dan perilaku. Seseorang yang lebih muda cenderung lebih terbuka terhadap informasiinformasi dan ide-ide baru serta terhadap pengetahuan yang lebih luas. Selain itu, pada studi lainnya menyebutkan pengetahuan dan praktik dokter hewan berkorelasi positif, hal ini berarti semakin baik pengetahuan yang dimiliki oleh dokter hewan maka semakin baik pula praktiknya mengenai kesejahteraan hewan dan biosekuriti. Gerungan (1996) menyatakan bahwa pengetahuan mengenai suatu obyek akan menjadi attitude terhadap obyek tersebut apabila pengetahuan itu disertai dengan kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap obyek tersebut. Pendidikan ditandai sebagai proses pembelajaran dimana orang memperoleh pengetahuan dan informasi, pengembangan kapasitas kognitif, dan transfer norma, nilai dan cara perilaku yang meningkatkan kemampuan mengatur, pengolahan informasi, dan meningkatkan kemampuan kognitif yang diperlukan untuk keberhasilan menganalisis masalah. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi mendorong cara berpikir yang strategis, mengembangkan sudut pandang pekerja sehingga
memungkinkan
pekerja
untuk
menganalisa
secara
sistematik,
menyimpan, dan menggunakan informasi yang relevan untuk pekerjaan mereka dengan tepat (Gyekye & Salminen 2009). Tabel 8 Hubungan karakteristik dengan KAP paramedik/pekerja
Umur Pendidikan Pengalaman Pelatihan
Pengetahuan Nilai p r -0.164 0.465 -0.050 0.826 0.152 0.498 -0.092 0.685
Sikap Nilai p r -0.245 0.273 0.045 0.844 -0.202 0.368 -0.267 0.230
*berhubungan nyata pada α=0.05 (uji 2 arah)
Praktik Nilai p r 0.097 0.667 -0.095 0.676 0.322 0.144 -0.334 0.128
25
Hasil analisa kuisioner dari pekerja kandang pada Tabel 8 memperlihatkan bahwa tidak terdapat faktor-faktor yang berhubungan nyata antara karakteristik responden pekerja kandang (paramedik) dengan pengetahuan, sikap, dan praktik pekerja kandang terhadap kesejahteraan hewan dan biosekuriti IKH Primata. Hal ini ditunjukkan dengan nilai p >0.05 pada setiap koefisien korelasi pada responden pekerja kandang.
Tidak adanya korelasi yang signifikan antara
karateristik responden disebabkan pengetahuan, sikap, dan praktik pekerja hampir semuanya terkategorikan status baik, sehingga nilai signifikan koefisien korelasi cenderung besar (tidak berhubungan nyata) artinya semakin tua umur pekerja maka praktik mengenai kesejahteraan hewan dan biosekuriti lebih buruk. Pekerja yang muda mempunyai praktik kesejahteraan hewan dan biosekuriti yang lebih baik. Pekerja yang masih muda cenderung lebih mudah menerima masukan dan informasi mengenai kesejahteraan hewan dan biosekuriti. Individu yang berusia muda juga mempunyai peluang untuk mendapatkan pelatihan dan pendidikan yang lebih besar daripada individu yang berusia tua.
Hubungan antara Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Kesejahteraan Hewan dan Biosekuriti Bagian ini membahas hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktik personel IKH Primata yang terdiri dari manajer, dokter hewan, dan pekerja kandang dengan kesejahteraan hewan dan biosekuriti.
Hubungan antara Pengetahuan, Sikap, dan Praktik pada Manajer Bagian ini membahas hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktik manajer mengenai kesejahteraan hewan dan biosekuriti dengan tingkat kesejahteraan hewan dan biosekuriti di IKH Primata. Data mengenai hubungan ini dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 ini memperlihatkan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara pengetahuan, sikap, dan praktik manajer mengenai kesejahteraan hewan dan biosekuriti IKH Primata. Hal ini ditunjukkan dengan nilai p >0.05 pada setiap koefisien korelasi pada responden manajer. Tidak adanya korelasi yang signifikan antara karateristik responden disebabkan pengetahuan, sikap, dan praktik pekerja
26
semuanya terkategorikan status baik, sehingga tidak dapat diambil simpulan mengenai hubungan pengetahuan, sikap, dan praktik terhadap kesejahteraan hewan dan biosekuriti IKH Primata. Tabel 9 Hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktik manajer mengenai kesejahteraan hewan dan biosekuriti Sikap Pengetahuan
r 0.889
Sikap
Praktik
Nilai p 0.111
-
-
Nilai p 0.826 0.704
r 0.174 -0.296
*berhubungan nyata pada α=0.05 (uji 2 arah)
Hubungan antara Pengetahuan, Sikap, dan Praktik pada Dokter Hewan Bagian ini membahas hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktik dokter hewan mengenai kesejahteraan hewan dan biosekuriti dengan tingkat kesejahteraan hewan dan biosekuriti di IKH Primata. Data mengenai hubungan ini disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktik dokter hewan Sikap Nilai p r r Pengetahuan -0.318 0.694 0.018 * Sikap 0.109 *berhubungan nyata pada α=0.05 (uji 2 arah)
Praktik Nilai p 0.340 0.749
Peubah yang memiliki hubungan signifikan adalah sikap dan pengetahuan dengan nilai p = 0.018 (p<0.05) dengan koefisien korelasi sebesar 0.694. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap dokter hewan dengan kekuatan korelasi sedang. Berarti semakin baik pengetahuan yang dimiliki oleh dokter hewan maka semakin baik pula sikapnya mengenai kesejahteraan hewan dan biosekuriti. Hasil ini dapat juga berarti sikap dokter hewan dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimilikinya. Sikap sangat menentukan tindakan (behaviour) seseorang. Seseorang yang mempunyai sikap positif terhadap suatu objek, besar kemungkinan untuk bertindak positif juga terhadap
27
obyek tersebut. Timbulnya sikap positif tersebut didasari oleh adanya pemikiran dan pengetahuan terhadap obyek tersebut (Sujarwo 2004). Tindakan individu sangat dipengaruhi oleh sikap maupun pengetahuannya. Seseorang bersikap suka atau tidak suka, baik atau tidak baik, senang atau tidak senang terhadap suatu obyek sangat dipengaruhi oleh pengalamannya atau pengetahuannya (Harihanto 2001).
Hubungan antara Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Paramedik/Pekerja Kandang (care taker) Pada bagian ini dibahas hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktik pekerja mengenai kesejahteraan hewan dan biosekuriti dengan tingkat kesejahteraan hewan dan biosekuriti di IKH Primata. Data mengenai hubungan ini disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktik pekerja mengenai kesejahteraan hewan dan biosekuriti Sikap Pengetahuan Sikap
r 0.575 -
Praktik
Nilai p 0.005 *
r 0.272
Nilai p 0.220
-
0.132
0.560
*berhubungan nyata pada α=0.05 (uji 2 arah)
Peubah yang memiliki hubungan signifikan adalah sikap dan pengetahuan pekerja dengan nilai p = 0.005 (p<0.05) dengan koefisien korelasi sebesar 0.575. Hasil ini menunjukkan terdapat hubungan antara sikap dan pengetahuan pekerja dengan kekuatan korelasi sedang. Berarti semakin baik sikap yang dimiliki oleh pekerja mengenai kesejahteraan hewan dan biosekuriti maka semakin baik pula praktik kesejahteraan hewan dan biosekuriti pekerja. Hasil ini juga dapat berarti pengetahuan pekerja dipengaruhi oleh sikap yang dimilikinya. Sikap sangat menentukan tindakan (behaviour) seseorang. Seseorang yang mempunyai sikap positif terhadap suatu obyek, besar kemungkinan untuk bertindak positif juga terhadap obyek tersebut. Timbulnya sikap positif tersebut didasari oleh adanya pemikiran dan pengetahuan terhadap obyek tersebut
28
(Sujarwo 2004). Tindakan individu sangat dipengaruhi oleh sikap maupun pengetahuannya. Seseorang bersikap suka atau tidak suka, baik atau tidak baik, senang atau tidak senang terhadap suatu obyek sangat dipengaruhi oleh pengalamannya atau pengetahuannya (Harihanto 2001).
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Sebagian besar tingkat pengetahuan, sikap dan praktik dokter hewan IKH Primata adalah sangat baik, sementara untuk manajer dan pekerja IKH Primata memiliki tingkat pengetahuan, sikap dan praktik yang baik. Pengetahuan kesejahteraan hewan dan biosekuriti pekerja kandang dan dokter hewan mempengaruhi sikap meskipun demikian tidak berpengaruh terhadap praktik, hal ini dikarenakan kurangnya fasilitas sarana dan prasarana yang ada di IKH.
Saran
1. Bagi pengusaha perlu melakukan peningkatan SDM dalam sosialisasi kesejahteraan hewan dan biosekuriti kepada seluruh personel IKH Primata agar penerapan kesejahteraan hewan dan biosekuriti di IKH Primata dapat maksimal dengan pemberian pelatihan kepada personel IKH Primata 2. Bagi pemerintah perlu melakukan monitoring dan surveilans berkelanjutan terhadap kondisi kesejahteraan hewan dan biosekuriti.
DAFTAR PUSTAKA Agresti Afinlay B. 2009. Statistical Methods for The Social Science. New Jersey: Pearson Education Inc. Azwar S. 2003. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar [BARANTAN] Badan Karantina Pertanian. 2008. Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor : 501/Kpts/PD.670.210/L/12/2008 Tentang Pedoman Persyaratan Teknis Instalasi Karantina Hewan Untuk Satwa Primata. Jakarta. [BBKP] Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno Hatta. 2011. Laporan Tahunan BBKP Soekarno Hatta. Jakarta. Blecha F. 2000. Immune System to Stress. Di dalam Moberg GP dan Mench JA. editor. The Biology of Animal Stress. Wallungford, Oxon: CAB International Boklund A, Alban L, Mortensen S, Houe SH. 2004. Biosecurity in 116 Danish fattening swine herds: descriptive result and factor analysis. Preventive Veterinary Medicine 66: 49-62. Cheeke. 2004. Contemporary Issue in Animal Agriculture. New Jersey: Pearson Educartion Inc. Cardona CJ. 2005. Avian Influenza. http://www.vetmed.ucdavis.edu/vetex/INFPOAvianInfluenzaFS.html [24 Mei 2011] Chomel B, Lerche NW. 2004. Zoonoses in Non Human Primate. California: UC Davis School of Veterinary Medicine. Cock CJ, Mellor DJ, Harris PJ, Ingram JR, Mathews LR. 2002. Hands on and Hands off Measurement of stress. Di dalam: Moberg GP dan Mench JA, editor. The Biology of Animal Stress. Wallungford, Oxon: CAB International. Dallas S. 2006. Animal Biology and Care Ed ke2. Oxford: Blackwell Science. [DEPHUT] Departemen Kehutanan RI. 1994. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 26/Kpts-II/94 tanggal 20 Januari 1994 tentang Pemanfaatan Jenis Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Beruk (Macaca nemestrina) dan Ikan Arwana (ScleropagusfFormosus) untuk Keperluan Ekspor. [DEPTAN] Departemen Pertanian RI. 2006. Prosedur Operasional Standard Pengendalian Penyakit Hewan di Indonesia Jakarta. Departemen Pertanian Republik Indonesia. [DEPTAN] Departemen Pertanian RI. 2009. Undang-undang Nomor 18. 2009 tentang Peternakan dan kesehatan hewan. Jakarta.Departemen Pertanian Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Peternakan. 2010. Biosecurity. Jakarta: Departemen Pertanian Republik Indonesia
31
Fraser D. 2003. Assensing animal welfare at the farm dan group level: The interplay of science and values. UFAW Ani Welfare J 12: 433-443. Gerungan WA. 1996. Psikologi Sosial, Suatu Ringkasan. Bandung: PT Eresco. Gyekye SA, Salminen S. 2009. Educational status and organizational safety climate: does educational attainment influence workers’ perceptions of workplace safety. Safety Sci 47: 20-28. Harihanto. 2001. Persepsi, Sikap, dan Perilaku Masyarakat terhadap Air Sungai [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institus Pertanian Bogor Hart MB, Cathy MS, Neumann M, Veltri AT, 2007. Hand injury Prevenion Training: Assesing knowledge, attitude and behavior. J SH & E Research 3: 1-23 Ilyas AZ. 1997. Hubungan Karakteristik Peternak Sapi Perah dengan Sikap dan Perilaku Aktual dalam Pengelolaan Limbah Peternakan [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor Jeffreys.1997. Biosecurity for poultry flocks. http//. www.animalscience.ucdavies.edu/ avian/pfs26.htm [23 November 2011]. Lakhan R, Sharma M. 2010. A study of knowledge, attitude and practices (KAP) survey of families toward their children with intellectual disability in Barwani, India. Asia Pasific Disability Rehabilitation Journal 21 : 101-117 Morris MP. 2005. Economic Concideration In Preventing And Control Of poultry Disease. Didalam: Biosecurity In The Poultry Industries. Pennysilvania: American Association of Avian Pathologist National Research Council. 1996. Guide for the Care and Use of Laboratory Animals. New York: National Academy Press. [OIE] Office International des Epizooties. 2011. Terrestrial Animal Health Code. Biosecurity procedures in poultry production. http://www.oie.int [1 Mei 2012]. Palaian S, Acharya LD, Rao PGM, Shankar PR, Nair NM, Nair NP. 2006 Knowledge, Attitude and Practice outcomes: Evaluating the impact of Conseling in Hospitalized Diabetic Patients in India. J Pharmacol 7 : 383396. Philips CJC. 2002. Animal behaviour and welfare. Oxford: Blackwell Science Pinto CJ, Urcelay VS. 2003. Biosecurity Practice on intensive pig production systems in Chile. Prev Vet Med 59: 139-145. Racicot M, Venne D, Durivage A, Vaillancourt JP. 2012. Evaluation of strategies to enhance biosecurity compliance on poultry farms in Québec: effect of audits and cameras. Prev Vet Med 103: 208-218. Sharma U. 2010. Biosecurity. Kanpur: Center for Training and Management of Soil Water and Forest, Forestry Training Institute. Sarwono S 2002. Psikologi sosial individu dan teori-teori psikologi sosial. Jakarta. Balai Pustaka.
32
Soekanto S. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: UI Press. Sujarwo. 2004. Pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat sekitar hutan dalam pelestarian hutan (kasus di Hutan Diklat Tabo-Tabo, Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan) [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Supriyadi. 1993. Pendekatan sosiologi dalam pengukuran KAP di bidang kesehatan. Sosiomedika 1 (03): 1 – 4. Tuokko HA, McGee P, Gabriel G, Rhodes RE. 2007. Perception, attitudes and beliefs, and openness to change: Implications for older driver education. Accident Anal Prev 39: 812-817. Van Steenwinkel S, Ribben S, Ducheyne E, Goossens E, Dewulf J. 2011. Assesing Biosecurity Practice, movement and densities of poultry site across Begium, resulting in different farm risk groups for infectious diseases introduction and spread. Prev Vet Med 98: 259-270 Walpole RE. 1992. Pengantar Statistika. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Webster J. 2003. Concepts in Animal Welfare. An Animal Welfare Syllabus (CD room format. WSPA. Bristol: Bristol Universty. Woffle TL. 2000. Understanding the Role of Stress in Animal Welfare. Di dalam: Moberg GP dan Mench JA, editor. The Biology of Animal Stress. Wallungford, Oxon: CAB International. Yee KS, Carpenter TE, Cardona CJ,. 2009. Epidemiology of H5N1 avian influenza. Com immunol microb 32:325-340. Young I, Hendrick S, Parker S, Rajić A, McClure JT, Sanchez J, McEwen SA. 2010. Knowledge and attitudes towards food safety among Canadian dairy producers. Prev Vet Med 94:65-76.
33
Lampiran 1 Kuesioner Manajer IKH Primata
PERNYATAAN PERSETUJUAN Nama Saya RENDRA GUSTIAR dari SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Jurusan KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER. Selamat pagi/siang. Kami hendak melakukan wawancara tentang studi kesejahteraan hewan dan biosekuriti di instalasi karantina hewan primata di wilayah BBKP Soekarno Hatta. Informasi ini sangat membantu kami dalam menyelesakan tugas akhir perkuliahan agar dapat memberikan masukan dalam penerapan kesejahteraan hewan dan biosekuriti di IKH primata. Pengisian kuisioner ini membutuhkan waktu sekitar 15 - 25 menit. Informasi yang Bapak / Ibu berikan dalam kuisioner ini akan di jaga kerahasiaannya dan tidak akan di tunjukkan pada orang lain.Nama dan Nomor telepon Bapak/Ibu yang di catat pada kuisioner ini hanya jika kami butuh untuk menghubungi Bapak/Ibu di kemudian hari dan tidak akan disertakan dalam laporan atau diserahkan kepada pihak lain. Partisipasi dalam survey ini bersifat sukarela dan kami sangat berharap Bapak/Ibu dapat berpartisipasi karena informasi yang di berikan akan sangat berharga bagi survey ini. Apakah Bapak / Ibu bersedia di wawancarai? □ Ya □ Tidak Jika Tidak, mohon berikan alasannya mengapa Bapak/Ibu tidak bersedia di wawancarai……………………………………………………………..
34
KUISIONER MANAGER IKH PRIMATA STUDI KAP KESEJAHTERAAN HEWAN DAN BIOSEKURITI DI INSTALASI KARANTINA HEWAN (IKH) PRIMATA DI WILAYAH BBKP SOEKARNO HATTA
Tanggal Survei : No Kuisioner : Tempat :
A. KARAKTERISTIK MANAGER INSTALASI KARANTINA HEWAN PRIMATA A.1.Nama : A.2.Umur : A.3.Jenis Kelamin : A.4.Alamat / No HP :
A.6.Berapa Lama anda bekerja sebagai manager instalasi Primata: □ □ □ □
< 1 tahun 1-2 tahun 3-5 tahun diatas 5 tahun
A.7.Apakah anda pernah mendapatkan pelatihan tentang Kesejahteraan hewan dan biosekuriti? □ Ya □ Tidak A.8 Berapa kali anda mengontrol IKH Primata dalam satu bulan? □ □ □ □
Setiap hari 1-2 kali 3-4 kali Lain-lain, sebutkan………………………
35
B. KESEJAHTERAAN HEWAN Bebas dari rasa haus dan lapar B. 9a Berapa kali sehari anda mengontrol pemberian makan monyet yang ada di kandang instalasi ? 1-2 x 3-4 x >4 x Tidak tentu B 9.b Berapa kali sehari anda mengontrol pemberian minum monyet yang ada di kandang instalasi ? 1-2 x 3-4 x >4 x Tidak tentu B.10.a Darimana asal air minum untuk monyet di instalasi karantina ini ? (Jawaban boleh lebih dari 1) Sumur PAM / Air ledeng Tampungan air hujan Air isi ulang Lainnya, sebutkan : ………………………….. 10.b Seberapa sering anda memeriksa kondisi air minum di kandang Instalasi ? Hanya saat memberi makan Setiap 8 jam sekali Setiap 6 jam sekali Setiap 4 jam sekali Setiap 2-3 jam sekali Lainnya, sebutkan : ………………… 10.c. Siapakah yang menentukan jenis dan takaran makanan untuk monyet di instalasi karantina? Dokter hewan karantina Menentukan sendiri sesuai aturan Menentukan sendiri sesuai kebutuhan pakai Lainnya, sebutkan : ………………… 10.d. Makanan apa saja yang biasanya Anda rekomendasikan untuk monyet di IKH ? (Jawaban boleh lebih dari 1) Pisang Makanan yang dibuat sendiri buah lainnya Dicampur Lainnya, sebutkan : ……………… Bebas dari rasa tidak nyaman B.11 Apakah didalam kandang instalasi memiliki tempat bergelantungan ? Ya Tidak
B 12. Apakah monyet membuang kotoran di kandang ? Ya Tidak B 13. Bagaimana anda membuat kondisi kandang agar monyet tetap nyaman ? Langsung Membersihkannya setiap monyet membuang kotoran Lainnya, sebutkan : …………………………………………………..
36
B 14 Apa yang Anda lakukan agar udara dalam Instalasi karantina primata tetap segar ? (Jawaban boleh lebih dari 1) Segera membuang kotoran dilantai Membersihkan lantai dengan karbol/pembersih lantai Menyalakan alat pembersih udara ( exhaust) Membuat ventilasi instalasi yang cukup Lainnya, sebutkan : …………………………………………………. Bebas dari rasa sakit, cidera dan penyakit B.15 Apa yang Anda lakukan, jika melihat monyet sakit atau terluka? (Jawaban boleh lebih dari 1) Memerintah drh utk mengobati Membiarkan sembuh sendiri Langsung melakukan therapi Lainnya, sebutkan : ………………. B.16a Apakah monyet di instalasi sudah di vaksin ? Ya, Tidak B16.b Siapakah yang melakukan vaksinasi terhadap monyet di instalasi ? Dokter Hewan Tenaga kesehatan hewan Lainnya, sebutkan : …………………………
B.16.c Jika monyet mengalami kulit gatal-gatal dan bulu rontok, apakah yang akan anda lakukan ? Mengobati sendiri Membiarkan sembuh sendiri Konsultasi dahulu ke dokter hewan Lainnya, sebutkan : ………………..
Bebas mengekspresikan perilaku normal B.17a Apakah upaya Anda dalam mengatasi keterbatasan lingkungan Di instalasi? (Jawaban boleh lebih dari 1) Mengeluarkan sebentar di area Instalasi Cek kondisi kesehatan Menyediakan tempat gelantungan Lainnya, sebutkan : ……….. B.17b Apakah monyet pernah di lepas dalam area instalasi ? Ya Tidak
B.17cLangkah apa yang anda lakukan agar monyet di instalasi tidak saling bertengkar/berkelahi? (Jawaban boleh lebih dari 1) Memisahkannya dengan jarak yang agak jauh Memberikan sekat Membiarkan saja Lainnya, sebutkan : …………………………….
37
Bebas dari ketakutan dan kesusahan B.18 Apakah selama dalam masa karantina di instalasi monyet pernah mengalami stres ? Ya Tidak B.19 Jika monyet pernah mengalami stres, tindakan apa saja yang Bapak/Ibu Lakukan ? (Jawaban boleh lebih dari 1) Konsultasi dengan Dokter hewan dan tenaga keswan Menjauhkan dari penyebab stres Memenuhi kebutuhan dalam upaya penyembuhan Lainnya, sebutkan :……………………………….
B.20. Berapa kapasitas instalasi karantina hewan primata ini?
C. MANAJEMEN PEMELIHARAAN DAN KESEHATAN C.1. Bagaimana konstruksi kandang? tertutup terbuka Lainnya, sebutkan C.2.Bagaimana cara pemberian minum untuk tiap kandang?(jawaban boleh lebih dari satu) Manual Otomatis Lainnya, sebutkan C.3 . Dari mana asal air minum untuk kandang? Sumur bor PAM/air ledeng Waduk Kolam penampungan Lainnya, sebutkan C.4.. Apakah dilakukan vaksinasi di kandang instalasi primate ini? Ya Tidak C.5.. Jika Ya, vaksinasi apa sajakah yang dilakukan? Rabies Ya Tidak Hepatitis B Ya Tidak Cercopitheinae herpes virus (CHV-1) Simian
Ya
Tidak
Ya
Tidak
38
Immunodeficiency Virus (SIV) Herpes simian (Herpes B)
Ya
Tidak
Lainnya C.6.. Apakah ada pembinaan dan penyuluhan dari Dinas Peternakan setempat? Ya Tidak B.7. Jika Ya, berapa kali dalam satu tahun Dinas melakukan pembinaan? 1-2 kali 3-4 kali >5 kali D. BIOSEKURITI ISOLASI D.1. Apakah terdapat pagar keliling di instalasi karantina hewan primata? Ya Tidak D.2. Terbuat dari bahan apakah pagar keliling instalasi? Beton Besi Bambu Lainnya, sebutkan D.3.Apakah terdapat papan nama petunjuk instalasi karantina? Ya Tidak D.4. Apakah terdapat papan larangan untuk memasuki lokasi instalasi karantina? Ya Tidak D.5. Berapakah jarak instalasi dari jalan raya? < 300 meter 300-500 meter > 500 meter D.6. Apakah terdapat pemukiman penduduk di sekitar farm? Ya Tidak
39
D.7. Berapakah jarak instalasi dari pemukiman terdekat? < 100 meter 100-300 meter > 300 meter D.8. Berapakah jarak ke instalasi karantina hewan primate lainnya yang terdekat? <500 meter 500-1 km > 1 km D.9. Apakah antar kandang pembatas yang jelas? Ya Tidak
D.10. Apakah dalam satu kandang hanya berisi seekor monyet saja? Ya Tidak D.11. Apakah terdapat kandang isolasi untuk monyet yang sakit? Ya Tidak D.12. Apa yang dilakukan terhadap monyet yang mati? Dikubur dalam lubang Dibakar dengan incinerator Dibakar dalam lubang Lainnya, sebutkan
LALU LINTAS D.13. Apakah terdapat catatan/dokumen monyet yang akan keluar instalasi? Ya Tidak D.14. Apakah terdapat catatan yang berisi lalu lintas orang, kendaraan, dan peralatan yang keluar masuk instalasi (log book)? Ya Tidak D.15. Apakah terdapat pos penjagaan dan petugas jaga yang siap selama 24 jam di pintu masuk/pintu gerbang? Ya Tidak
40
SANITASI D.16. Apakah terdapat Standard Operating Procedures (SOP) untuk cleaning dan disinfeksi personel, alat angkut, dan peralatan yang akan masuk ke dalam instalasi? Ya Tidak D.17. Disinfektan apakah yang Bapak/Ibu pergunakan di instalasi boleh lebih dari satu) Klorin Iodin Alkohol Amonium kuartener Formaldehida Kalium permanganat Fenol Lainnya
ini? (jawaban
D.18. Apakah terdapat unit pengolahan limbah di instalasi ini? Ya Tidak D.19. Apakah dilakukan pengolahan air minum (water treatment) pada instalasi ini? Ya Tidak
PENGETAHUAN TENTANG KESEJAHTERAAN HEWAN DAN BIOSEKURITI
No
Pernyataan
Benar
Salah
Tidak tahu
1
2
3
Instalasi karantina hewan Primata adalah suatu wilayah yang hanya dapat dimasuki oleh petugas yang berwenang. Pagar tembok keliling yang kuat dan rapat untuk instalasi diperlukan untuk mencegah masuk dan keluarnya penyakit. Tidak perlu terdapat papan nama petunjuk instalasi dan papan larangan untuk memasuki lokasi instalasi karantina.
41
4
Untuk mencegah penularan penyakit, jarak instalasi dengan jalan raya tidak perlu >500m.
5
Antar kandang monyet dalam instalasi perlu dibatasi oleh sekat yang kuat untuk mencegah perkelahian
6
Monyet di instalasi tidak boleh kontak dengan monyet lain di kandang lain.
7
Untuk mencegah penyakit perlu dilakukan sanitasi untuk tiap kandang.
8
Monyet yang sakit harus segera dipisahkan.
9
Pencatatan (recording) kesehatan monyet harus dilakukan selama masa karantina.
10
Semua pengunjung yang akan memasuki instalasi harus melapor ke petugas keamanan di pintu gerbang.
11
Pengunjung yang tidak berkepentingan bebas keluar masuk instalasi dengan syarat melapor ke pos penjagaan.
12
Pengunjung yang akan memasuki instalasi tidak perlu mengganti baju Pengunjung tidak perlu melewati semprotan disinfektan Instalasi karantina tidak memerlukan unit pengolahan limbah
13 14 15
16
17
Kandang sebelum dan sesudah digunakan untuk karantina tidak perlu didesinfeksi Penggunaan disinfektan yang sesuai dengan instruksi label harus dilaksanakan Ketersediaan obat sangat perlu ada di kandang instalasi primate
18
Suhu yang Nyaman dapat membuat suasana di kandang instalasi menjadi tenang.
19
Kandang Instalasi harus terlindung dari suhu dan cuaca yang eksrim
42
20
Kandang instalasi lebih baik jika di campur dengan species hewan lain
21
Penanganan hewan secara kasar dapat menyebabkan hewan primata menjadi stress.
22
Keadaan kandang yang sesuai dengan ukuran Primata dapat membuat hewan lebih nyaman.
23
Primata lebih mudah bandingkan hewan lain
stress
di
SIKAP TENTANG KESEJAHTERAAN HEWAN DAN BIOSEKURITI
No
Pernyataan
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
1
2
3
4
5
6
Menurut Bapak/Ibu, instalasi karantina monyet adalah suatu wilayah yang hanya dapat dimasuki oleh petugas yang berwenang. Menurut Bapak/Ibu, pagar tembok keliling yang kuat diinstalasi diperlukan untuk mencegah masuk dan keluarnya penyakit. Bapak/Ibu rasa tidak perlu terdapat papan nama petunjuk instalasi dan papan larangan untuk memasuki lokasi instalasi karantina Bapak/Ibu yakin untuk mencegah penularan penyakit, jarak instalasi dengan jalan raya tidak perlu >500m. Bapak/Ibu percaya, antar kandang dalam instalasi perlu dibatasi oleh sekat yang kuat untuk mencegah penyebaran penyakit Bapak/Ibu percaya pencatatan (recording) kesehatan monyet harus dilakukan selama masa karantina
43
7
8
9
Bapak/Ibu yakin semua pengunjung yang akan memasuki instalasi harus melapor ke petugas keamanan di pintu gerbang. Menurut Bapak/Ibu pengunjung yang tidak berkepentingan bebas keluar masuk instalasi dengan syarat melapor ke pos penjagaan. Bapak/Ibu yakin pengunjung tidak perlu melewati semprotan disinfektan
10
Bapak/Ibu yakin instalasi karantina tidak memerlukan unit pengolahan limbah.
11
Menurut Bapak/Ibu kandang sebelum dan sesudah digunakan untuk karantina tidak perlu didisinfeksi Menurut Bapak/Ibu penggunaan disinfektan yang sesuai dengan instruksi label harus dilaksanakan Ketersediaan obat sangat perlu ada di kandang instalasi primata Suhu yang Nyaman dapat membuat suasana di kandang instalasi menjadi tenang Kandang Instalasi harus terlindung dari suhu dan cuaca yang eksrim Kandang instalasi lebih baik jika di campur dengan species hewan lain. Penanganan hewan secara kasar dapat menyebabkan hewan primata menjadi stress. Keadaan kandang yang sesuai dengan ukuran Primata dapat membuat hewan lebih nyaman
12
13 14
15 16
17
18
19
Ukuran kandang sebaiknya sesuai dengan kenyamanan hewan primata.
44
F. KOESIONER TINDAKAN (PRACTICE) MANAGER IKH PRIMATA TERHADAP KESEJAHTERAAN HEWAN DAN BIOSEKURITI D INSTALASI KARANTINA HEWAN PRIMATA No 1
2
3
4
5
6
7 8 9 10
11
Pernyataan Apakah anda selalu mengikuti tahapan Biosekuriti guna mencegah tertularnya penyakit di IKH. Apakah anda cuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah kontak dengan monyet yang ada di IKH. Apaka anda sering mengingatkan pekerja kandang untuk membersihkani IKH agar tidak menjadi sumber penularan penyakit. Apakah Anda pernah menganjurkan untuk membersihkan kandang dan peralatan dengan sikat dan menggunakan air saja tanpa harus menggunakan desinfektan. Apakah anda senantiasa melakukan kebersihan diri sebagai dokter hewan IKH (higiene personal) Apakah anda selalu meperhatikan gejala penyakit yang muncul di tahap awal selama masa karantina sampai selesai. Apakah anda selalu memberikan dosis pengobatan dalam dosis yang tepat Apakah anda sering melakukan Isolasi bagi monyet yang sakit Apakah anda sering melakkan pemeriksaan rutin terhadap tuerculosis. Apakah anda pernah membiarkan setiap kendaraan atau pengunjung yang datang mengunjungi IKH primata. Penggunaan disinfektan yang sesuai dengan instruksi label harus dilaksanakan.
12
Ketersediaan obat sangat perlu ada di kandang instalasi primate
13
Suhu yang Nyaman dapat membuat suasana di kandang instalasi menjadi tenang.
14
Kandang Instalasi harus terlindung dari suhu dan cuaca yang ektrim
15
Kandang instalasi lebih baik jika di campur dengan species hewan lain.
Sering
Jarang
Tidak pernah
45
16
Penanganan hewan secara kasar dapat menyebabkan hewan primata menjadi stress.
17
Keadaan kandang yang sesuai dengan ukuran Primata dapat membuat hewan lebih nyaman.
46
Lampiran 2 Kuisioner Dokter Hewan IKH Primata
PERNYATAAN PERSETUJUAN Nama Saya RENDRA GUSTIAR dari SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Jurusan KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER. Selamat pagi/siang. Kami hendak melakukan wawancara tentang studi kesejahteraan hewan dan biosekuriti di instalasi karantina hewan primata di wilayah BBKP Soekarno Hatta. Informasi ini sangat membantu kami dalam menyelesakan tugas akhir perkuliahan agar dapat memberikan masukan dalam penerapan biosekuriti di IKH primata. Pengisian kuisioner ini membutuhkan waktu sekitar 15 25 menit. Informasi yang Bapak / Ibu berikan dalam kuisioner ini akan di jaga kerahasiaannya dan tidak akan di tunjukkan pada orang lain.Nama dan Nomor telepon Bapak/Ibu yang di catat pada kuisioner ini hanya jika kami butuh untuk menghubungi Bapak/Ibu di kemudianhari dantidak akan disertakan dalam laporan atau diserahkan kepada pihak lain. Partisipasi dalam survey ni bersifat sukarela da kami sangat berharap Bapak/Ibu dapat berpartisipasi
karena informasi yang di
berikan akan sangat berharga bagi survey ini. Apakah Bapak / Ibu bersedia di wawancarai? □ Ya □ Tidak Jika Tidak, mohon berikan alasannya mengapa Bapak/Ibu tidak bersedia di wawancarai……………………………………………………………..
47
KOESIONER DOKTER HEWAN IKH PRIMATA STUDI KAP KESEJAHTERAAN HEWAN DAN BIOSEKURITI DI INSTALASI KARANTINA HEWAN (IKH) PRIMATA DI WILAYAH BBKP SOEKARNO HATTA
Tanggal Survei : No Kuisioner : Tempat :
A. KARAKTERISTIK DOKTER HEWAN A.1.Nama : A.2.Umur : A.3.Jenis Kelamin : A.4.Alamat / No HP :
A.6.Berapa Lama anda bekerja sebagai Dokter Hewan IKH : □ □ □ □
< 1 tahun 1-2 tahun 3-5 tahun diatas 5 tahun
A.7.Apakah anda pernah mendapatkan pelatihan tentang kesejahteraan hewan dan biosekuriti? □ Ya □ Tidak A.8 Berapa kali anda mengunjungi IKH Primata dalam satu bulan? □ □ □ □
Setiap hari 1-2 kali 3-4 kali Lain-lain, sebutkan………………………
48 A. KESEJAHTERAAN HEWAN Bebas dari rasa haus dan lapar B. 1a Berapa kali sehari anda mengontrol pemberian makan monyet yang ada di kandang instalasi ? 1-2 x 3-4 x >4 x Tidak tentu B 1b Berapa kali sehari anda mengontrol pemberian minum monyet yang ada di kandang instalasi ? 1-2 x 3-4 x >4 x Tidak tentu B.2a Darimana asal air minum untuk monyet di instalasi karantina ini ? (Jawaban boleh lebih dari 1) Sumur PAM / Air ledeng Tampungan air hujan Air isi ulang Lainnya, sebutkan : ………………………….. 2b Seberapa sering anda memeriksa kondisi air minum di kandang Instalasi ? Hanya saat memberi makan Setiap 8 jam sekali Setiap 6 jam sekali Setiap 4 jam sekali Setiap 2-3 jam sekali Lainnya, sebutkan : ………………… 2c. Siapakah yang menentukan jenis dan takaran makanan untuk monyet di instalasi karantina? Dokter hewan karantina Menentukan sendiri sesuai aturan Menentukan sendiri sesuai kebutuhan pakai Lainnya, sebutkan : ………………… 2d. Makanan apa saja yang biasanya Anda rekomendasikan untuk monyet di IKH ? (Jawaban boleh lebih dari 1) Pisang Makanan yang dibuat sendiri buah lainnya Dicampur Lainnya, sebutkan : ……………… Bebas dari rasa tidak nyaman B.3a Apakah didalam kandang instalasi memiliki tempat bergelantungan ? Ya Tidak
B 3b. Apakah monyet membuang kotoran di kandang ? Ya Tidak B 3c. Bagaimana cara Anda membuat agar monyet tetap nyaman ? Langsung Membersihkannya setiap monyet membuang kotoran Lainnya, sebutkan : …………………………………………………..
49
B 3d Apa yang Anda lakukan agar udara dalam Instalasi karantina primata tetap segar ? (Jawaban boleh lebih dari 1) Segera membuang kotoran dilantai Membersihkan lantai dengan karbol/pembersih lantai Menyalakan alat pembersih udara ( exhaust) Membuat ventilasi instalasi yang cukup Lainnya, sebutkan : …………………………………………………. Bebas dari rasa sakit, cedera dan penyakit B.4 Apa yang Anda lakukan, jika melihat monyet sakit atau terluka? (Jawaban boleh lebih dari 1) Mengobati sendiri Membiarkan sembuh sendiri Langsung melakukan therapi Lainnya, sebutkan : ………………. B.5a Apakah monyet di instalasi sudah di vaksin ? Ya, Tidak pernah B.5b Siapakah yang melakukan vaksinasi terhadap monyet di instalasi ? Dokter Hewan Tenaga kesehatan hewan Lainnya, sebutkan : …………………………
B.5c Jika monyet mengalami kulit gatal-gatal dan bulu rontok, apakah yang akan anda lakukan ? (Jawaban boleh lebih dari 1) Mengobati sendiri Membiarkan sembuh sendiri Konsultasi dahulu ke dokter hewan yang lain Lainnya, sebutkan : ………………..
B.6 Bagaimana cara Anda memegang monyet di instalasi ? Pakai sarung tangan, Tidak perlu pakai sarung tangan Kadang dipakai, kadang tidak Lainnya, sebutkan : …………………
Bebas mengekspresikan perilaku normal B.7a Apakah upaya Anda dalam mengatasi keterbatasan lingkungan Di instalasi? (Jawaban boleh lebih dari 1) Mengeluarkan sebentar di area Instalasi Cek kondisi kesehatan Menyediakan tempat gelantungan Lainnya, sebutkan : ……….. B.7b Apakah monyet pernah di lepas dalam area instalasi ? Ya Tidak
50 B.7cLangkah apa yang anda lakukan agar monyet di instalasi tidak saling bertengkar/berkelahi? (Jawaban boleh lebih dari 1) Memisahkannya dengan jarak yang agak jauh Memberikan sekat Membiarkan saja Lainnya, sebutkan : …………………………….
Bebas dari ketakutan dan kesusahan B.8 Bagaimana pendekatan Anda agar monyet tidak takut ? Mencoba mendekati bertahap Memberikan perhatian lebih Membujuk dengan makanan Lainnya, sebutkan ? …………. B.9 Apakah selama dalam masa karantina di instalasi monyet pernah mengalami stres ? Ya Tidak B.10 Jika monyet pernah mengalami stres, tindakan apa saja yang Bapak/Ibu Lakukan ? (Jawaban boleh lebih dari 1) Konsultasi dengan Dokter hewan lain dan tenaga keswan Menjauhkan dari penyebab stres Memenuhi kebutuhan dalam upaya penyembuhan Lainnya, sebutkan :……………………………….
C.BIOSEKURITI SANITASI C.1 Sebai dokter hewan di IKH primata, Apakah Anda selalu mencuci tangan sebelum dan setelah menangani monyet yang sakit ? □ Ya □ Tidak C.2 Jika “Ya” apakah menggunakan desinfektan ? □ Ya □ Tidak □ Lain-lain, sebutkan……………………. C.3 Desinfektan apa yang Anda gunakan ? □ Phenol □ Chlorin □ Quaternary Amonium
51
□ Alkohol □ Lain-lain, sebutkan…..……….. C.4 Apakah Anda pada saat masuk ke IKH primata menggunakan sepatu boot ? □ Ya □ Tidak C.5 Pada saat memasuki IKH primata, apakah sepatu boot dilakukan dipper dalam desinfektan ? □ Ya □ Tidak C.6 Apakah peralatan yang Anda gunakan dalam keadaan steril ? □ Ya □ Tidak
C.7 Untuk menjaga kebersihan peralatan medis di IKH primata, apa yang dilakukan ? □ □ □ □ □
Mencuci setiap habis dipakai Mencuci setelah 2-5 kali dipakai Mencuci seminggu sekali tidak pernah di cuci lain-lain, sebutkan
C.8 Pada saat membersihkan peralatan medis apakah menggunakan desinfektan ? □ □ □ □
Ya, setiap kali dipakai Ya, seminggu sekali Ya, sesekali tidak pernah, sebutkan alasannya……………..
C.9 Apakah anda melakukan perhatian khusus terhadap penggunaan desinfektan ? □ Ya □ Tidak
52 C10.Desinfektan apakah yang digunakan di IKH Primata ini? No.
Jenis Desinfektan
1 2 3 4 5 6 7 8
Aplikasi (1=sprayer, 2=dipping), lain-lain…..
Kegunaan
Alkohol Chlorin Formaldehid Phenol Quaternary Amonium Lain-lain, sebutkan……. …………………………… …………………………….
C.11.Apakah anda melakukan pemberian obat/vitamin selama masa karantina ? □ Ya □ Tidak C.12.Bagaimana anda melakukan aplikasi pemberian obat/vitamin tersebut? □ □ □ □ □ □
IM SC IV Dicampur dalam air minum / makanan Terganntung petunjuk pemakaian Lain-lain, sebutkan…………………………….
ISOLASI C.13.JIka ada monyet yang sakit tindakan apa yang anda lakukan ? □ Mengisolasi monyet sakit dan menempatkan pada kandang isolasi □ Menempatkan pada kandang isolasi dan menyatukan kembali ke kandang lama setelah hewan sehat □ Hewan tetap disatukan dengan hewan sehat □ Dieliminasi C.14.Berapa lama monyet sakit jika di tempatkan pada kandang isolasi ? □ □ □ □ □
3 hari Satu minggu Sampai sembuh Tidak tentu lain-lain, sebutkan………………………………………
53
C.15.Sampel apa yang biasa digunakan untuk uji laboratorium ? □ Darah □ Feces □ Urine □ Kerokan kulit □ Swab □ Sputum □ Lain-lain, sebutkan……………………………. C.16.Jika “Ya” metode/teknik apa yang biasa anda gunakan untuk uji laboratorium ? □ □ □ □
ELISA PCR Isolasi dan Identifikasi Lain-lain, sebutkan…………………………….
LALU LINTAS C.17. Apakah peralatan medis yang digunakan Untuk IKH primata pernah meminjam dari tempat lain ? □ Pernah □ Tidak pernah, sebutkan alasannya………………… C.18.Jika “pernah” apakah yang dilakukan sebelum mengunakan peralatan tersebut ? □ Membersihkan dengan desinfektan lalu menggunakannya □ Membersihkan tanpa desinfektan lalu menggunakannya □ Langsung menggunakan C.19.Jika “ada” monyet yang mati, apa yang dilakukan untuk menangani bangkai tersebut ? □ Mengubur □ Membakar □ Di buang □ Lain-lain, sebutkan……………………….. C.20.Jika ada kendaraan atau pengunjung yang masuk tanpa ijin apa yang anda lakukan? □ Memberikan peringatan
54 □ □ □ □
Menyuruh petugas keamanan untuk memberikan peringatan Menyuruh keluar dari area IKH Primata Tidak melakukan apa-apa Lain-lain, sebutkan………………………….
D. KUISIONER PENGETAHUAN (KNOWLEDGE) DOKTER HEWAN TERHADAP KESEJAHTERAAN HEWAN DAN BIOSEKURITI DI INSTALASI KARANTINA HEWAN PRIMATA No Pernyataan 1 Pengertian biosekuriti adalah suatu usaha atau tindakan untuk mencegah penularan dan penyebaran penyakit dengan cara menghindari kontak antara hewan dan agen penyakit. 2 Melakukan tindakan cuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah kontak dengan monyet, merupakan praktik biosekuriti yang sederhana yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit 3 Dengan melakukan pengawasan terhadap sumber air dan pakan agar senantiasa tidak terkontaminasi dapat mencegah penularan penyakit. 4. Tidak perlu terdapat papan nama petunjuk instalasi IKH primata dan papan larangan memasuki lokasi IKH. 5 Dengan selalu menjaga kebersihan petugas dokter hewan IKH (higiene personal) dapat mengurangi resiko penyebaran penyakit diantara monyet. 6 Cara lain penyebaran penyakit di IKH dapat disebabkan oleh feces dan urine monyet yang tidak dikelola secara baik. 7 Sumber penularan penyakit tuberkulosis di IKH primate adalah melalui darah dan urine 8 Gejala klinis penyakit hepatitis B dapat di amati pada monyet yang baru terinfeksi. 9 Penyakit Rabies pada primate sangat berbahaya dan sangat efektif dicegah dengan vaksinasi 10 Penggunaan antibiotik broad spectrum sangat tepat untuk mengantisipasi infeksi sekunder karena dapat membunuh jenis bakteri gram – dan gram + 11 Tuberculosis bukanlah merupakan penyakit yang bersifat zoonosis dan tidak berbahaya bagi petugas IKH primata.
Benar
Salah
Tidak Tahu
55
12
13 14
15
16
Penyakit Tuberkulosis manusia dapat menular kepada monyet secara kontak langsung. Program vaksinasi merupakan salah satu tindakan biosekuriti yang sangat efektif. Manfaat dari memisahkan monyet yang sakit dan sehat sesegera mungkin adalah mencegah penyebaran penyakit pada monyet yang lain. Dengan melakukan pengawasan yang ketat terhadap keluar masuk kendaraan dan pengunjung di IKH dapat mengurangi risiko penularan penyakit. Penggunaan disinfektan yang sesuai dengan instruksi label harus dilaksanakan.
17
Ketersediaan obat sangat perlu ada di kandang instalasi primate
18
Kandang instalasi lebih baik jika di campur dengan species hewan lain.
19
Penanganan hewan secara kasar dapat menyebabkan hewan primata menjadi stress.
E. KOESIONER SIKAP (ATTITUDE) DOKTER HEWAN TERHADAP KESEJAHTERAAN HEWAN DAN BIOSEKURITI DI INSTALASI KARANTINA HEWAN PRIMATA No 1
2
3
4
5
Pernyataan Menurut pendapat saya biosekuriti adalah suatu usaha untuk mencegah penularan dan penyebaran penyakit dengan cara menghindari kontak antara hewan dan agen penyakit. Menurut pendapat saya cuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah kontak dengan hewan merupakan praktik biosekuriti yang sederhana yang dapat dilakukan. Saya yakin bahwa sistem drainase yang tidak baik (tidak lancar) dapat memicu munculnya kejadian penyakit. Saya menganggap sumber air dan pakan harus senantiasa dilakukan pengawasan terhadap adanya kontaminasi kotoran monyet untuk mencegah penularan penyakit Parasiter. Saya yakin kebersihan dokter hewan IKH (higiene personal) dapat mengurangi resiko penyebaran
Setuju
Raguragu
Tidak Setuju
56
6 7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
penyakit. Saya yakin bahwa cara penularan penyakit tuberculosis di IKH dapat melalui feces dan urine Dengan melihat gejala klinis, saya yakin bahwa penyakit Herpes Virus B dapat di amati pada hewan yang baru terinfeksi. Menurut saya, penyakit Simian Immunodeficiency virus ( SIV) tidak berbahaya dan tidak bersifat zoonosis. Menurut Saya penyakit Rabies pada primata sangat berbahaya dan sangat efektif dicegah dengan vaksinasi Menurut saya, penggunaan antibiotik broad spectrum sangat tepat untuk mengantisipasi infeksi sekunder karena dapat membunuh semua jenis bakteri gram – dan + Menurut sayaTuberculosis bukanlah merupakan penyakit yang bersifat zoonosis dan tidak berbahaya bagi petugas IKH primata. Menurut pendapat saya bahwa penyakit Tuberkulosis manusia dapat menular kepada monyet secara kontak langsung. Menurut saya Program vaksinasi merupakan salah satu tindakan biosekuriti yang sangat efektif. Menurut saya manfaat dari memisahkan monyet yang sakit dan sehat sesegera mungkin adalah mencegah penyebaran penyakit pada monyet yang lain. Dengan melakukan pengawasan yang ketat terhadap keluar masuk kendaraan dan pengunjung di IKH dapat mengurangi risiko penularan penyakit. Penggunaan disinfektan yang sesuai dengan instruksi label harus dilaksanakan.
17
Ketersediaan obat sangat perlu ada di kandang instalasi primate
18
Suhu yang Nyaman dapat membuat suasana di kandang instalasi menjadi tenang.
19
Kandang Instalasi harus terlindung dari suhu dan cuaca yang ekstrim
20
Kandang instalasi lebih baik jika di campur dengan species hewan lain.
21
Penanganan hewan secara kasar dapat menyebabkan hewan primata menjadi stress.
57
22
Keadaan kandang yang sesuai dengan ukuran Primata dapat membuat hewan lebih nyaman. F. KUISIONER TINDAKAN (PRACTICE) DOKTER HEWAN IKH PRIMATA TERHADAP KESEJAHTERAAN HEWAN DAN BIOSEKURITI DI INSTALASI KARANTINA HEWAN PRIMATA
No 1
2
3
4
5
6
7 8 9 10
11
Pernyataan Apakah anda selalu mengikuti tahapan Biosekuriti guna mencegah tertularnya penyakit di IKH. Apakah anda cuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah kontak dengan monyet yang ada di IKH. Apaka anda sering mengingatkan pekerja kandang untuk membersihkani IKH agar tidak menjadi sumber penularan penyakit. Apakah Anda pernah menganjurkan untuk membersihkan kandang dan peralatan dengan sikat dan menggunakan air saja tanpa harus menggunakan desinfektan. Apakah anda senantiasa melakukan kebersihan diri sebagai dokter hewan IKH (higiene personal) Apakah anda selalu meperhatikan gejala penyakit yang muncul di tahap awal selama masa karantina sampai selesai. Apakah anda selalu memberikan dosis pengobatan dalam dosis yang tepat Apakah anda sering melakukan Isolasi bagi monyet yang sakit Apakah anda sering melakkan pemeriksaan rutin terhadap tuerculosis. Apakah anda pernah membiarkan setiap kendaraan atau pengunjung yang datang mengunjungi IKH primata. Penggunaan disinfektan yang sesuai dengan instruksi label harus dilaksanakan.
12
Ketersediaan obat sangat perlu ada di kandang instalasi primate
13
Suhu yang Nyaman dapat membuat suasana di kandang instalasi menjadi tenang.
Sering
Jarang
Tidak pernah
58 14
Kandang Instalasi harus terlindung dari suhu dan cuaca yang ektrim
15
Kandang instalasi lebih baik jika di campur dengan species hewan lain.
16
Penanganan hewan secara kasar dapat menyebabkan hewan primata menjadi stress.
17
Keadaan kandang yang sesuai dengan ukuran Primata dapat membuat hewan lebih nyaman.
59
Lampiran 3 Kuisioner Pekerja Kandang IKH Primata PERNYATAAN PERSETUJUAN Nama Saya RENDRA GUSTIAR dari SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Jurusan KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER. Selamat pagi/siang. Kami hendak melakukan wawancara tentang studi Kesejahteraan hewan dan biosekuriti di instalasi karantina hewan primata di wilayah BBKP Soekarno Hatta. Informasi ini sangat membantu kami dalam menyelesakan tugas akhir perkuliahan agar dapat memberikan masukan dalam penerapan kesejahteraan hewan dan biosekuriti di IKH primata. Pengisian kuisioner ini membutuhkan waktu sekitar 15 - 25 menit. Informasi yang Bapak / Ibu berikan dalam kuisioner ini akan di jaga kerahasiaannya dan tidak akan di tunjukkan pada orang lain.Nama dan Nomor telepon Bapak/Ibu yang di catat pada kuisioner ini hanya jika kami butuh untuk menghubungi Bapak/Ibu di kemudian hari dan tidak akan disertakan dalam laporan atau diserahkan kepada pihak lain. Partisipasi dalam survey ini bersifat sukarela dan kami sangat berharap Bapak/Ibu dapat berpartisipasi karena informasi yang di berikan akan sangat berharga bagi survey ini. Apakah Bapak / Ibu bersedia di wawancarai? □ Ya □ Tidak Jika Tidak, mohon berikan alasannya mengapa Bapak/Ibu tidak bersedia di wawancarai……………………………………………………………..
60
KOESIONER PEMELHARA HEWAN DI IKH PRIMATA Tanggal Survei : STUDI KAP KESEJAHTERAAN HEWAN DAN No Kuisioner : BIOSEKURITI DI INSTALASI Tempat : KARANTINA HEWAN (IKH) PRIMATA DI WILAYAH BBKP SOEKARNO HATTA A. KARAKTERISTIK TENAGA PEMELIHARA HEWAN DI IKH PRIMATA A.1. Nama A.2. Umur A.3. Jenis Kelamin A.4. Alamat/No HP
: : : :
A.5. Pendidikan formal ? □ □ □ □
SD □ STPP SMP □ SNAKMA SMU □ SPP Lain-lain, sebutkan…………….
A.6. Lama bekerja sebagai tenaga kesehatan hewan ? □ □ □ □
< 1 tahun 1-2 tahun 3-5 tahun diatas 5 tahun
A.7.Apakah anda pernah mendapatkan pelatihan tentang kesejahteraan hewan dan biosekuriti? □ Ya □ Tidak A.8 Berapa kali anda mengunjungi IKH Primata dalam satu bulan? □ □ □ □
Setiap hari 1-2 kali 3-4 kali Lain-lain, sebutkan………………………
61
B. KESEJAHTERAAN HEWAN Bebas dari rasa haus dan lapar B. 1a Berapa kali sehari anda memberi makan monyet yang ada di kandang instalasi ? 1-2 x 3-4 x >4 x Tidak tentu B 1b Berapa kali sehari anda memberi minum monyet yang ada di kandang instalasi ? 1-2 x 3-4 x >4 x Tidak tentu B.2a Darimana asal air minum untuk monyet di instalasi karantina ini ? (Jawaban boleh lebih dari 1) Sumur PAM / Air ledeng Tampungan air hujan Air isi ulang Lainnya, sebutkan : ………………………….. 2b Seberapa sering anda memeriksa air minum di kandang Instalasi ? Hanya saat memberi makan Setiap 8 jam sekali Setiap 6 jam sekali Setiap 4 jam sekali Setiap 2-3 jam sekali Lainnya, sebutkan : ………………… 2c. Siapakah yang menentukan jenis dan takaran makanan untuk monyet di instalasi karantina? Menentukan sendiri sesuai selera Menentukan sendiri sesuai aturan Menentukan sendiri sesuai kebutuhan pakai Lainnya, sebutkan : ………………… 2d. Makanan apa saja yang biasanya Bapak/Ibu berikan untuk monyet di IKH ? (Jawaban boleh lebih dari 1) Pisang Makanan yang dibuat sendiri buah lainnya Dicampur Lainnya, sebutkan : ……………… Bebas dari rasa tidak nyaman B.3a Apakah didalam kandang instalasi memiliki tempat bergelantungan ? Ya Tidak
B 3b. Apakah monyet membuang kotoran di kandang ? Ya Tidak B 3c. Bagaimana cara Anda membuat agar kandang monyet tetap Kering ? Langsung Membersihkannya setiap monyet membuang kotoran Lainnya, sebutkan : …………………………………………………..
62
B 3d Apa yang Anda lakukan agar udara dalam Instalasi karantina primata tetap segar ? (Jawaban boleh lebih dari 1) Segera membuang kotoran dilantai Membersihkan lantai dengan karbol/pembersih lantai Menyalakan alat pembersih udara ( exhaust) Membuat ventilasi instalasi yang cukup Lainnya, sebutkan : …………………………………………………. Bebas dari rasa sakit, cedera dan penyakit B.4 Apa yang Andalakukan, jika melihat monyet sakit atau terluka? (Jawaban boleh lebih dari 1) Mengobati sendiri Membiarkan sembuh sendiri Memeriksakan ke Dokter Hewan Lainnya, sebutkan : ………………. B.5a Apakah monyet di instalasi sudah di vaksin ? Ya, Tidak pernah B.5b Siapakah yang melakukan vaksinasi terhadap monyet di instalasi ? Melakukan sendiri Dokter Hewan Tenaga kesehatan hewan Lainnya, sebutkan : …………………………
B.5c Jika monyet mengalami kulit gatal-gatal dan bulu rontok, apakah yang akan anda lakukan ? (Jawaban boleh lebih dari 1) Mengobati sendiri Membiarkan sembuh sendiri Memeriksakan ke dokter hewan Lainnya, sebutkan : ……………….. B.6 Bagaimana caraAnda memegang monyet di instalasi ? Pakai sarung tangan, Tidak perlu pakai sarung tangan Kadang dipakai, kadang tidak Lainnya, sebutkan : …………………
Bebas mengekspresikan perilaku normal B.7a Apakah upaya Anda dalam mengatasi keterbatasan lingkungan Di instalasi? (Jawaban boleh lebih dari 1) Mengeluarkan sebentar di area Instalasi Mengajak bermain Menyediakan tempat gelantungan Lainnya, sebutkan : ……….. B.7b Apakah monyet pernah di lepas dalam area instalasi ? Ya Tidak
B.7cLangkah apa yang anda lakukan agar monyet di instalasi tidak saling bertengkar/berkelahi? (Jawaban boleh lebih dari 1)
63
Memisahkannya dengan jarak yang agak jauh Memberikan sekat Membiarkan saja Lainnya, sebutkan : ……………………………. Bebas dari ketakutan dan kesusahan B.8 Bagaimana pendekatan Anda agar monyet tidak takut ? Mencoba mendekati bertahap Memberikan perhatian lebih Membujuk dengan makanan Lainnya, sebutkan ? …………. B.9 Apakah selama dalam masa karantina di instalasi monyet pernah mengalami stres ? Ya Tidak B.10 Jika monyet pernah mengalami stres, tindakan apa saja yang Bapak/Ibu Lakukan ? (Jawaban boleh lebih dari 1) Konsultasi dengan Dokter hewan Menjauhkan dari penyebab stres Memenuhi kebutuhan dalam upaya penyembuhan Lainnya, sebutkan :………………………………. C.BIOSEKURITI SANITASI C.1.Kegiatan yang biasanya anda lakukan sebelum masuk kandang di IKH primata sewaktu akan melakukan tindakan karantina adalah □ □ □ □
Mengganti pakaian kerja dan alas kaki Mencuci tangan dengan sabun Mencelup alas kaki pada dipper yang berisi desinfektan lain-lain, sebutkan………………..
C.2.Kapankah waktu yang tepat anda membersihkan kandang IKH ? □ □ □ □ □ □ □
Setelah masa karantina selesai dan hewan keluar dari IKH Sebelum masa karantina dilakukan Sebelum dan sesudah masa karantina Sebelum, semasa dan sesudah masa karantina tidak tentu tidak pernah lain-lain, sebutkan………………..
C.3.Apa yang anda lakukan untuk menjaga kebersihan tempat pakan / minum di IKH? □ Mencuci setiap hari selama masa karantina
64
□ □ □ □
Mencuci 2-3 kali seminggu selama masa karantina tidak tentu tidak pernah lain-lain, sebutkan……………………………
C.4.Apakah anda senantiasa menggunakan membersihkan tempat pakan /minum ?
desinfektan
untuk
□ Ya □ Tidak C.5. Jika “Ya” jenis desinfektan apa yang digunakan ? □ Formalin □ Cresols, Phenol, Iodophors □ Air detergen □ Amonium Quarterner □ Klorin □ Vircon □ lain-lain, sebutkan………………………………. C.6.Bagaimana cara anda menggunakan desinfektan tersebut ? □ □ □ □
Sesuai petunjuk dokter hewan IKH primata Sesuai petunjuk yang terdapat pada kemasan Hanya menggunakan perkiraan sesuai keinginan lain-lain, sebutkan……………………………….
C.7.Untuk menjaga kebersihan peralatan di IKH, apa yang dilakukan ? □ □ □ □ □
Mencuci setiap habis dipakai Mencuci setelah 2-5 kali dipakai Mencuci seminggu sekali tidak pernah di cuci lain-lain, sebutkan……………………
C.8.Pada saat membersihkan peralatan apakah menggunakan desinfektan ? □ Ya □ Tidak C.9.Jika “Ya” jenis desinfektan apa yang digunakan ? □ Formalin □ Cresols, Phenol, Iodophors □ Air detergen
65
□ Quaternary Amonium □ lain-lain, sebutkan……………………………….
C.10.Apa yang dilakukan untuk menjaga kebersihan tempat penyimpanan pakan/gudang pakan di IKH ? □ □ □ □
Dibersihkan satu kali seminggu Dibersihkan 2-3 kali sebulan Dibersihkan sebulan sekali tidak pernah
C.11.Apa yang dilakukan untuk menangani kotoran monyet di IKH ? □ □ □ □ □
Dikumpulkan kemudian dimasukkan ke karung dijadikan pupuk Ditimbun di atas tanah dibelakang kandang Dikumpulkan dan ditimbun di atas tanah di luar kandang Dibuang ke lingkungan sekitar Ditampung pada tempat khusus.
ISOLASI C.12.Apa yang anda lakukan terhadap monyet pada saat pertama kali masuk IKH ? □ □ □ □ □
Diistirahatkan dan ditempatkan pada kandang pengamatan Dilakukan pemeriksaan fisik terlebih dahulu Ditimbang kemudian diistirahatkan Tidak pernah dilakukan pemeriksaan klinis Di biarkan saja di kandang IKH
C.13.Apakah pernah terlihat gejala monyet yang sakit pada masa karantina ? □ Ya □ Tidak C.14.Apa yang dilakukan terhadap monyet yang sakit pada masa karantina ? □ □ □ □
Tidak melakukan apa-apa Diisolasi dari hewan sehat dan diobati Melapor/memberitahu kepada dokter hewan IKH Di eliminasi
66
C.15.Bagaimana karantina ?
urutan atau prioritas pengamatan monyet selama masa
□ Yang sakit dulu, baru yang sehat □ Yang sehat dulu, baru yang sakit □ Tidak ada urutan LALU LINTAS C.16.Apakah anda pernah dalam sehari mengunjungi IKH lain ? □ Pernah □ Tidak pernah C.17.Jika “pernah” apakah yang dilakukan sebelum masuk ke IKH ? □ □ □ □
Mengganti pakaian dan alas kaki Hanya mengganti pakaian Hanya mengganti alas kaki Lain-lain, sebutkan………………………..
C.18.Apakah peralatan yang digunakan pernah meminjam dari tempat lain ? □ Pernah □ Tidak pernah, sebutkan alasannya………………… C.19.Jika “pernah” apakah yang dilakukan sebelum mengunakan peralatan tersebut ? □ Membersihkan dengan desinfektan lalu menggunakannya □ Membersihkan tanpa desinfektan lalu menggunakannya □ Langsung menggunakan C.20.Jika “ada” monyet yang mati, apa yang dilakukan untuk menangani bangkai hewan tersebut ? □ □ □ □
Dikubur Dibakar Dibuang Lain-lain, sebutkan………………………..
67
D. KUISIONER PENGETAHUAN (KNOWLEDGE) TENAGA PEMELIHARA HEWAN TERHADAP KESEJAHTERAAN HEWAN DAN BIOSEKURITI No Pernyataan 1 Biosekuriti adalah keamanan kehidupan hewan guna mencegah tertularnya penyakit diantara hewan. 2 Dengan senantiasa menjaga dan memelihara kebersihan tempat pakan dan tempat minum merupakan salah satu cara mencegah penularan penyakit diantara hewan. 3 Melakukan tindakan cuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah kontak dengan hewan dapat mencegah penyebaran penyakit. 4 Kondisi IKH dan lingkungan yang kotor dapat menjadi sumber penularan penyakit. 5 Manfaat dari membersihkan kandang dan peralatan hanya dengan sikat dan menggunakan air saja tanpa harus menggunakan desinfektan cukup efektif dalam membunuh agen penyakit. 6 Masalah yang timbul dari sisa kotoran dan pakan yang tidak dikelola dengan baik dapat memicu timbulnya penyakit 7 Senantiasa melakukan kebersihan petugas IKH (higiene personal) dapat mengurangi resiko penyebaran penyakit diantara ternak 8 Saluran pembuangan limbah yang baik dapat mencegah limbah kotoran hewan tergenang di sekitar IKH dan dapat mencegah timbulnya penyakit. 9 Sisa pakan dan minum yang ada setelah masa karantina selesai harus segera dibersihkan 10 Pakan yang diberikan pada ternak dalam jumlah yang cukup dan berkualitas baik dapat menjaga kesehatan dan kecukupan gizi monyet agar tidak mudah terserang penyakit. 11 Isolasi dapat dilakukan dengan membuat pagar keliling yang kuat dan tidak mudah rusak bertujuan membatasi kontak dengan hewan dan manusia disekitarnya 12 Penyakit tuberkulosis pada monyet tidak dapat menular ke manusia dan bukan merupakan penyakit yang merugikan.
Benar
Salah
Tidak Tahu
68
13
Menurut Saya penyakit Rabies pada primata sangat berbahaya dan sangat efektif dicegah dengan vaksinasi
14
Setiap IKH harus memiliki sarana dan prasarana sendiri dan sebaiknya tidak meminjamkan atau meminjam dari tempat lain. Setiap kendaraan atau pengunjung yang datang mengunjungi IKH dari area yang terjangkit penyakit hewan menular, dapat membawa penyakit seperti di baju ataupun peralatan yang dibawanya.
15
16
Kebutuhan makan monyet tidak hanya ditentukan dari jumlah berapa kali pemberian pakan dalam sehari
17
Air minum didalam kandang diperiksa bersamaan dengan pemberian makan Ventilasi berpengaruh mengurangi bau dan lembab didalam kandang instalasi walaupun bukan yang utama.
18
19 20
Penggunaan disinfektan yang sesuai dengan instruksi label harus dilaksanakan Ketersediaan obat sangat perlu ada di kandang instalasi primate
21
Suhu yang Nyaman dapat membuat suasana di kandang instalasi menjadi tenang.
22
Kandang Instalasi harus terlindung dari suhu dan cuaca yang eksrim
23
Kandang instalasi lebih baik jika di campur dengan species hewan lain.
24
Penanganan hewan secara kasar dapat menyebabkan hewan primata menjadi stress.
25
Keadaan kandang yang sesuai dengan ukuran Primata dapat membuat hewan lebih nyaman.
69
E. SIKAP (ATTITUDE) TENAGA PEMELIHARA HEWAN DI IKH PRIMATA TERHADAP KESEJAHTERAAN HEWAN DAN BIOSEKURITI No 1
2
3
4
5
6 7
9
10
11
12
13
14
15
Pernyataan
Setuju
Saya berpendapat bahwa biosekuriti adalah keamanan kehidupan hewan untuk mencegah tertularnya penyakit diantara hewan. Menurut saya, kebersihan tempat pakan dan tempat minum sangat perlu dipelihara untuk menghindari penularan penyakit hewan. Menurut saya, cuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah kontak dengan hewan merupakan praktik biosekuriti yang sederhana yang dapat dilakukan. Saya yakin kondisi kandang dan lingkungan yang kotor dapat menjadi sumber penularan penyakit hewan. Saya berpendapat, membersihkan kandang dan peralatan cukup dengan di sikat saja dan menggunakan air tanpa harus menggunakan desinfektan. Menurut pendapat saya sisa kotoran dan pakan bukan merupakan media penularan penyakit. Menurut pendapat saya, kebersihan personal (higiene personal) dapat mengurangi resiko penyebaran penyakit diantara monyet. Menurut saya pembuangan limbah harus setiap hari dilakukan agar limbah kotoran monyet tesebut tidak menumpuk di sekitar IKH. Saya percaya, sisa pakan dan minum yang ada setelah masa karantina selesai harus segera dibersihkan agar tidak menjad sumber penyakit. Saya yakin Pakan yang diberikan dalam jumlah yang cukup dan berkualitas baik dapat menjaga kesehatan dan kecukupan gizi monyet agar tidak mudah terserang penyakit. Menurut saya Isolasi dapat dilakukan dengan membuat pagar keliling yang kuat dan tidak mudah rusak bertujuan membatasi kontak dengan hewan dan manusia disekitarnya Menurut saya Penyakit Tuberkulosis pada monyet tidak dapat menular ke manusia dan bukan merupakan penyakit yang merugikan. Menurut pendapat saya Setiap IKH harus memiliki sarana dan prasarana sendiri dan sebaiknya tidak meminjamkan atau meminjam dari tempat lain. Saya yakin Setiap kendaraan atau pengunjung yang datang mengunjungi IKH dari area yang terjangkit penyakit hewan menular, dapat
Raguragu
Tidak Setuju
70
16
membawa penyakit seperti di baju ataupun peralatan yang dibawanya. Penggunaan disinfektan yang sesuai dengan instruksi label harus dilaksanakan.
17
Ketersediaan obat sangat perlu ada di kandang instalasi primata.
18
Suhu yang Nyaman dapat membuat suasana di kandang instalasi menjadi tenang Kandang Instalasi harus terlindung dari suhu dan cuaca yang ekstrim.
19 20
Kandang instalasi lebih baik jika di campur dengan species hewan lain.
21
Penanganan hewan secara kasar dapat menyebabkan hewan primata menjadi stress.
22
Keadaan kandang yang sesuai dengan ukuran Primata dapat membuat hewan lebih nyaman.
F. KUISIONER TINDAKAN (PRACTICE) TENAGA PEMELIHARA HEWAN TERHADAP KESEJAHTERAAN HEWAN DAN BIOSEKURITI No 1
2
3
4 5
6
7
Pernyataan Apakah anda selalu mengikuti tahapan Biosekuriti guna mencegah tertularnya penyakit dari monyet di IKH. Apakah anda menjaga dan memelihara kebersihan tempat pakan dan tempat minum monyet di KH. Apakah anda cuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah kontak dengan monyet yang ada di IKH. Apaka anda sering membersihkani IKH agar tidak menjadi sumber penularan penyakit. Apakah Anda pernah membersihkan kandang dan peralatan dengan sikat dan menggunakan air saja tanpa harus menggunakan desinfektan. Apakah anda senantiasa melakukan kebersihan diri sebagai petugas IKH (higiene personal) Apakah anda selalu membersihkan Sisa
Sering
Jarang
Tidak pernah
71
8 9 10
11
pakan dan minum yang ada setelah masa karantina selesai. Apakah anda sering melakukan Isolasi bagi monyet yang sakit Apakah anda sering meminjamkan atau meminjam alat dari tempat lain. Apakah anda pernah membiarkan setiap kendaraan atau pengunjung yang datang mengunjungi IKH primata. Apakah anda menggunakan disinfektan yang sesuai dengan instruksi label harus dilaksanakan.
12
Ketersediaan obat sangat perlu ada di kandang instalasi primata.
13
Suhu yang Nyaman dapat membuat suasana di kandang instalasi menjadi tenang.
14
Kandang Instalasi harus terlindung dari suhu dan cuaca yang ekstrim
15
Kandang instalasi lebih baik jika di campur dengan species hewan lain.
16
Penanganan hewan secara kasar dapat menyebabkan hewan primata menjadi stress.
17
Keadaan kandang yang sesuai dengan ukuran Primata dapat membuat hewan lebih nyaman.
TERIMA KASIH
72
Lampiran 4 Checklist IKH Primata No I.1 2 3 4 5 6 II.7 8 9 10 11 12 III. 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 IV. 25 26 27 28 29 30
Kondisi IKH primata saat observasi Terdapat pagar tembok keliling instalasi Terdapat papan nama Instalasi Karantina Hewan Primata dan papan larangan untuk memasuki lokasi instalasi karantina primata. Jarak instalasi dari jalan raya minimal 500 M Apakah jarak kandang IKH dengan kandang pemeliharaan lebih dari 30 meter Apakah ada batas yang jelas antara kandang IKH primata dengan kandang pemeliharaan . Apakah dilakukan system all in all out untuk IKH setelah selesai masa karantina? Apakah ada terdapat catatan monyet yang akan di ekspor Apakah kera kelihatan nyaman dengan suhu di dalam kandang IKH? Apakah limbah sisa makanan tidak menimbulkan bau yang kurang sedap di dalam kandag IKH? Apakah terdapat pos penjagaan di dekat pintu gerbang. Apakah terdapat catatan lalulintas orang, barang dan kendaraan yang keluar masuk IKH Primata Apakah orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk Instalasi Karantina primata. Apakah dilakukan desinfeksi yag teratur untuk IKH dan peralatannya? Apakah alat angkut yang akan masuk ke Instalasi KH primate dilakukan desinfeksi Apakah desinfektan yang di gunakan sesuai dosis dan penggunaan yang tepat. Apakah petugas yang akan masuk ke IKH didisenfeksi Apakah baju yang di pakai oleh petugas di dalam kandang IKH berbeda dengan yang di gunakan di luar IKH? Apakah sepatu yang di pakai oleh petugas di dalam kandang IKH berbeda dengan yang di gunakan di luar IKH? Apakah terdapat foot bath sebelum masuk ke dalam IKH primata Apakah sebelum dan sesudah masa karantina dilakukan desinfeksi pada kandang IKH Apakah terdapat tempat makan dan minum yang bersih? Apakah kandang dibatasi dengan batas yang jelas? Apakah terdapat ruang isolasi bagi kera yang sakit? Apakah erdapat alat pengatur suhu ruangan instalasi karantina hewan primate? Apakah makan dan minum yang di berikan cukup memadai jumlahnya? Apakah terdapat cahaya penerangan alamiah yang memadai? Apakah kera diperlakukan secara manusiawi? Apakah peralatan yang di gunakan tidak berpotensi melukai atau menimbulkan bunyi yang dapat menakuti kera- kera di IKH? Apakah kera di periksa kondisinya secara teratur? Apakah kontruksi kandang IKH dapat melindungi kera dari hewan lain?
ya
tidak
73
Lampiran 5 Data Karakteristik dan KAP Personil IKH Tabel 12 Penilaian KAP personel IKH Primata Manajer
Dokter Hewan
Pekerja Kandang
n
%
n
%
N
%
Sangat Buruk Buruk Cukup Baik
0 0 0 4
0 0 0 100
0 0 0 3
0 0 0 27
0 0 0
0 0 0
19
86
Sangat Baik
0
0
8
73
3
14
Sangat Buruk Buruk
0 0
0 0
0 0
0 0
Cukup Baik
0 4
0 100
0 5
0 45
0 0 2 20
0 0 9 91
Sangat Baik
0
0
6
55
0
0
Tingkat praktik Sangat Buruk Buruk Cukup
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
Baik
4
100
2
18
11
50
Sangat Baik
0
0
9
82
11
50
Tingkat pengetahuan
Tingkat sikap
Tabel 13 Pengetahuan spesifik personel manajer IKH Primata mengenai kesejahteraan hewan dan biosekuriti Peubah ISOLASI Terdapat pagar keliling di instalasi karantina hewan primate Bahan apakah pagar keliling instalasi
Terdapat papan nama petunjuk IKH Terdapat papan larangan untuk memasuki lokasi IKH Jarak instalasi dari jalan raya Terdapat pemukiman penduduk di sekitar peternakan Jarak instalasi dari pemukiman terdekat
N Ya Tidak Beton Besi Bambu Ya Tidak Ya Tidak < 300 meter 300-500 meter > 500 meter Ya Tidak < 100 meter 100 - 300 meter
% 4 0 4 0 0 3 1 4 0 2 1 1 4 0 3 0
100% 0% 100% 0% 0% 75% 25% 100% 0% 50% 25% 25% 100% 0% 75% 0%
74
Jarak ke instalasi karantina hewan primata lainnya yang terdekat Antar kandang pembatas yang jelas Dalam satu kandang hanya berisi seekor monyet saja Terdapat kandang isolasi untuk monyet sakit
Tindakan terhadap monyet yang mati
LALU LINTAS Terdapat catatan/dokumen monyet yang akan keluar instalasi Terdapat catatan yang berisi lalu lintas orang, kendaraan, dan peralatan yang keluar masuk IKH Terdapat pos penjagaan dan petugas jaga yang siap selama 24 jam di pintu masuk/pintu gerbang SANITASI Terdapat Standard Operating Procedures (SOP) untuk cleaning dan disinfeksi personel, alat angkut, dan peralatan yang akan masuk ke dalam instalasi
Desinfektan apakah yang Bapak/Ibu pergunakan di instalasi Anda
Terdapat unit pengolahan limbah di instalasi Anda Dilakukan pengolahan air minum (water treatment) pada instalasi Anda
> 300 meter < 500 meter 500 m - 1 km > 1 km Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Dikubur dalam lubang
1 0 0 4 3 1 4 0 4 0
25% 0% 0% 100% 75% 25% 100% 0% 100% 0%
0
0%
Dibakar dengan incinerator
4
100%
Dibakar dalam lubang
0
0%
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
4 0 3 1 4 0
100% 0% 75% 25% 100% 0%
Ya
4
100%
Tidak
0
0%
Klorin
1
25%
Klorin, Alkohol, Amonium kuartener
2
50%
1
25%
1 3 3 1
25% 75% 75% 25%
Klorin, Alkohol, Formaldehida Ya Tidak Ya Tidak
Tabel 14 Pengetahuan spesifik personel dokter hewan IKH Primata mengenai kesejahteraan hewan dan biosekuriti Peubah
N
%
SANITASI Mencuci tangan sebelum dan sesudah menangani monyet yang sakit Menggunakan desinfektan
Desinfektan yang digunakan
Ya Tidak Ya
11
100%
0
0%
11
100%
Tidak
0
0%
Alkohol
7
64%
Chlorin
3
27%
Quaternary Amonium
1
9%
75 Saat masuk ke IKH primata mengggunakan sepatu bot
Sepatu bot dilakukan dipper dalam desinfektan
Peralatan yang digunakan dalam keadaan steril
Ya
11
100%
0
0%
10
91%
1
9%
11
100%
0
0%
11
100%
Mencuci setelah 2-5 kali dipakai
0
0%
Mencuci seminggu sekali
0
0%
Tidak Ya Tidak Ya Tidak Mencuci setiap habis pakai
Cara yang dilakukan untuk menjaga kebersihan peralatan medis di IKH primate
Tidak pernah di cuci
0
0%
11
100%
Ya, seminggusekali
0
0%
Ya, sesekali
0
0%
Ya, setiap kali dipakai Membersihkan peralatan medis menggunakan desinfektan
Tidak pernah Melakukan perhatian khusus terhadap penggunakan desinfektan
Ya Tidak
0
0%
11
100%
0
0%
Aplikasi desinfektan yang digunakan di IKH Primata Alkohol Chlorin
Formaldehid
Phenol Quaternary Amonium Longlife
Melakukan pemberian obat/vitamin selama masa karantina
Cara yang dilakukan aplikasi pemberian obat/vitamin tersebut
ISOLASI
Tidak menggunakan
1
9%
10
91%
Tidak menggunakan
5
45%
Dipping
6
55%
Tidak menggunakan
6
55%
Sprayer
Dipping
2
18%
Sprayer
3
27%
10
91%
Tidak menggunakan Dipping
1
9%
10
91%
1
9%
10
91%
1
9%
11
100%
Tidak
0
0%
IM
1
9%
Dicampur dalam air minum / makanan
3
27%
IM, Dicampur dalam air minum / makanan
1
9%
IM, SC, IV, Tergantung petunjuk pemakaian
1
9%
PD
1
9%
Terantung petunjuk pemakaian
4
36%
Tidak menggunakan Sprayer Tidak menggunakan Dipping Ya
76 Mengisolasi monyet sakit dan menempatkan pada kandang isolasi
7
64%
Menempatkan pada kandang isolasi dan menyatukan kembali ke kandang lama setelah hewan sehat
2
18%
Mengisolasi monyet sakit dan menempatkan pada kandang isolasi, Menempatkan pada kandang isolasi dan menyatukan kembali ke kandang lama setelah hewan sehat
2
18%
3 hari Satu minggu
0 0
0% 0%
11
100%
Tidak tentu
0
0%
Darah
1
9%
Darah, Feces
4
36%
Darah, Feces, Kerokan kulit
1
9%
Darah, Feces, Kerokan kulit, Swab
1
9%
Darah, Feces, Urine
2
18%
Darah, Feces, Urine, Kerokan kulit
1
9%
Darah, Feces, Urine, Kerokan kulit, Swab
1
9%
Tidak menjawab
1
9%
ELISA
1
9%
ELISA, Isolasi dan Identifikasi
2
18%
ELISA, PCR
3
27%
ELISA, PCR, Isolasi dan Identifikasi
2
18%
ELISA, Pemeriksaan mikroskopis
1
9%
PCR
1
9%
Tidak menjawab
1
9%
Cara yang dilakukan ketika monyet sakit
Lamanya monyet sakit ketika ditempatkan padakandang isolasi
Sampai sembuh
Sampel yang digunakan untuk uji laboratorium
Metode yang digunakan untuk uji laboratorium
LALU LINTAS Peralatan medis yang digunakan untuk IKH primata pernah meminjam dari tempat lain
Cara yang dilakukan sebelum menggunakan peralatan tersebut
Cara yang dilakukan ketika monyet mati
Pernah
1
9%
Tidak pernah
9
82%
Karena menjawab "Tidak pernah"
9
82%
Tidak menjawab
1
9%
Membersihkan dengan desinfektan lalu menggunakannya
1
9%
Mengubur
0
0%
77 Membakar
Cara yang dilakukan ketika kendaraan atau pengunjung yang masuk tanpa ijin
11
100%
Dibuang
0
0%
Tidak menjawab
1
9%
Memberikan peringatan
1
9%
Menyuruh petugas keamanan untuk memberikan peringatan
2
18%
Menyuruh keluar dari area IKH Primata
7
64%
Tidak melakukan apa-apa
0
0%
Tabel 15 Pengetahuan spesifik personel dokter hewan IKH Primata mengenai kesejahteraan hewan dan biosekuriti Peubah
N
%
SANITASI Mencuci tangan sebelum dan sesudah menangani monyet yang sakit Menggunakan desinfektan
Desinfektan yang digunakan
Saat masuk ke IKH primata mengggunakan sepatu bot
Sepatu bot dilakukan dipper dalam desinfektan
Peralatan yang digunakan dalam keadaan steril
Ya Tidak Ya
0% 100%
0
0%
Alkohol
7
64%
Chlorin
3
27%
Quaternary Amonium
1
9%
11
100%
0
0%
10
91%
1
9%
11
100%
0
0%
11
100%
Mencuci setelah 2-5 kali dipakai
0
0%
Mencuci seminggu sekali
0
0%
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Tidak pernah di cuci
0
0%
11
100%
Ya, seminggusekali
0
0%
Ya, sesekali
0
0%
Tidak pernah Melakukan perhatian khusus terhadap penggunakan desinfektan
0 11
Ya, setiap kali dipakai Membersihkan peralatan medis menggunakan desinfektan
100%
Tidak
Mencuci setiap habis pakai Cara yang dilakukan untuk menjaga kebersihan peralatan medis di IKH primate
11
Ya Tidak
0
0%
11
100%
0
0%
Aplikasi desinfektan yang digunakan di IKH Primata Alkohol Chlorin
Tidak menggunakan Sprayer Tidak menggunakan
1
9%
10
91%
5
45%
78
Formaldehid
Phenol Quaternary Amonium Longlife
Melakukan pemberian obat/vitamin selama masa karantina
Cara yang dilakukan aplikasi pemberian obat/vitamin tersebut
Dipping
6
55%
Tidak menggunakan
6
55%
Dipping
2
18%
Sprayer
3
27%
10
91%
Tidak menggunakan Dipping
1
9%
10
91%
1
9%
10
91%
1
9%
11
100%
Tidak
0
0%
IM
1
9%
Dicampur dalam air minum / makanan
3
27%
IM, Dicampur dalam air minum / makanan
1
9%
IM, SC, IV, Tergantung petunjuk pemakaian
1
9%
PD
1
9%
Terantung petunjuk pemakaian
4
36%
Mengisolasi monyet sakit dan menempatkan pada kandang isolasi
7
64%
Menempatkan pada kandang isolasi dan menyatukan kembali ke kandang lama setelah hewan sehat
2
18%
Mengisolasi monyet sakit dan menempatkan pada kandang isolasi, Menempatkan pada kandang isolasi dan menyatukan kembali ke kandang lama setelah hewan sehat
2
18%
3 hari Satu minggu
0 0
0% 0%
11
100%
Tidak tentu
0
0%
Darah
1
9%
Darah, Feces
4
36%
Darah, Feces, Kerokan kulit
1
9%
Darah, Feces, Kerokan kulit, Swab
1
9%
Darah, Feces, Urine
2
18%
Tidak menggunakan Sprayer Tidak menggunakan Dipping Ya
ISOLASI
Cara yang dilakukan ketika monyet sakit
Lamanya monyet sakit ketika ditempatkan padakandang isolasi
Sampel yang digunakan untuk uji laboratorium
Sampai sembuh
79
Metode yang digunakan untuk uji laboratorium
Darah, Feces, Urine, Kerokan kulit
1
9%
Darah, Feces, Urine, Kerokan kulit, Swab
1
9%
Tidak menjawab
1
9%
ELISA
1
9%
ELISA, Isolasi dan Identifikasi
2
18%
ELISA, PCR
3
27%
ELISA, PCR, Isolasi dan Identifikasi
2
18%
ELISA, Pemeriksaan mikroskopis
1
9%
PCR
1
9%
Tidak menjawab
1
9%
LALU LINTAS Peralatan medis yang digunakan untuk IKH primata pernah meminjam dari tempat lain
Cara yang dilakukan sebelum menggunakan peralatan tersebut
Cara yang dilakukan ketika monyet mati
Cara yang dilakukan ketika kendaraan atau pengunjung yang masuk tanpa ijin
Pernah
1
9%
Tidak pernah
9
82%
Karena menjawab "Tidak pernah"
9
82%
Tidak menjawab
1
9%
Membersihkan dengan desinfektan lalu menggunakannya
1
9%
Mengubur
0
0%
Membakar
11
100%
Dibuang
0
0%
Tidak menjawab
1
9%
Memberikan peringatan
1
9%
Menyuruh petugas keamanan untuk memberikan peringatan
2
18%
Menyuruh keluar dari area IKH Primata
7
64%
Tidak melakukan apa-apa
0
0%
Tabel 16 Pengetahuan spesifik personel paramedik/pekerja kandang (care taker) IKH Primata mengenai kesejahteraan hewan dan biosekuriti Peubah
n
%
SANITASI
Kegiatan yang dilakukan sebelum masuk kandang di IKH primata sewaktu akan melakukan tindakan karantina
Waktu yang tepat membersihkan kandang IKH
Mengganti pakaian kerja dan alas kaki
3
13.6%
Mencuci tangan dengan sabun
0
0.0%
19
86.4%
3
13.6%
Mencelup alas kaki pada dipper yang berisi desinfektan Setelah masa karantina selesai dan hewan keluar dari IKH
80 Sebelum dan sesudah masa karantina
1
4.5%
14
63.6%
Dilakukan oleh petugas kandang
1
4.5%
Setiap hari
2
9.1%
Tidak tentu
0
0.0%
Tidak pernah
1
4.5%
17
77.3%
Mencuci 2-3 kali seminggu selama masa karantina
3
13.6%
Tidak tentu
0
0.0%
Sebelum, semasa dan sesudah masa karantina
Mencuci setiap hari selama masa karantina Cara yang dilakukan untuk menjaga kebersihan tempat pakan/minum di IKH
Tidak pernah Menggunakan desinfektan untuk membersihkan untuk membersihkan tempat
Jenis desinfektan yang digunakan ketika menggunakan desinfektan untuk membersihkan untuk membersihkan tempat
Cara menggunakan desinfektan tersebut
2
9.1%
19
86.4%
Tidak
3
13.6%
Tidak Menjawab
2
9.1%
Air detergen
5
22.7%
Ya
Chlorin
1
4.5%
Cresols, Phenol, Iodophors
6
27.3%
Desinfektan karbol, spectaral, dll.
1
4.5%
Fumisid, Spectaral
1
4.5%
Karbol
1
4.5%
Karbol & porstex
1
4.5%
Vircon
1
4.5%
Sesuai petunjuk dokter hewan IKH primata
11
50.0%
Sesuai petunjuk yang terdapat pada kemasan
10
45.5%
1
4.5%
22
100.0%
Mencuci setelah 2-5 kali dipakai
0
0.0%
Mencuci seminggu sekali
0
0.0%
Tidak pernah
0
0.0%
22
100.0%
Lainnya Mencuci setiap habis dipakai Cara yang dilakukan untuk menjaga kebersihan peralatan di IKH
Ya Saat membersihkan peralatan menggunakan desinfektan
Jenis desinfektan yang digunakan ketika menggunakan desinfektan untuk membersihkan untuk peralatan di IKH
Tidak
0
0.0%
Tidak Menjawab
5
22.7%
Air detergen
4
18.2%
Cresols, Phenol, Iodophors
7
31.8%
Desinfektan karbol, spectaral, dll.
1
4.5%
Formalin
1
4.5%
Karbol
1
4.5%
Karbol & porstex
1
4.5%
Point C.S.
1
4.5%
81 Porstex dan Lysorin
1
4.5%
22
100.0%
Dibersihkan 2-3 kali sebulan
0
0.0%
Dibersihkan sebulan sekali
0
0.0%
Tidak pernah Dikumpulkan kemudian dimasukkan ke karung dijadikan pupuk
0
0.0%
1
4.5%
Ditimbun di atas tanah dibelakang kandang
0
0.0%
Dikumpulkan dan ditimbun di atas tanah di luar kandang
0
0.0%
Dibuang ke lingkungan sekitar
0
0.0%
Ditampung pada tempat khusus
21
95.5%
1
4.5%
Diistirahatkan dan ditempatkan pada kandang pengamatan
10
45.5%
Dilakukan pemeriksaan fisik terlebih dahulu
11
50.0%
Ditimbang kemudian diistirahatkan
0
0.0%
Tidak pernah dilakukan pemeriksaan klinis
0
0.0%
Dibiarkan saja di kandang IKH
0
0.0%
Tidak Menjawab
1
4.5%
19
86.4%
Tidak
2
9.1%
Tidak melakukan apa-apa
0
0.0%
Diisolasi dari hewan sehat dan diobati
9
40.9%
13
59.1%
Dibersihkan satu kali seminggu Cara yang dilakukan untuk menjaga kebersihan tempat penyimpangan pakan/gudang pakan di IKH
Apa yang dilakukan untuk menangani korban monyet di IKH
ISOLASI Tidak Menjawab
Cara yang dilakukan terhadap monyet pada saat pertama kali masuk IKH
Pernah terlihat gejala monyet sakit pada masa karantina
Cara yang dilakukan terhadap monyet sakit pada masa karantina
Urutan atau prioritas pengamatan monyet selama masa karantina
Ya
Melapor/memberitahu kepada dokter hewan IKH Dieliminasi
0
0.0%
Tidak Menjawab
3
13.6%
Tidak ada urutan
4
18.2%
Yang sakit dulu, baru yang sehat
6
27.3%
Yang sehat dulu, baru yang sakit
9
40.9%
Tidak Menjawab
1
4.5%
Pernah
8
36.4%
Tidak pernah
13
59.1%
Tidak Menjawab karena menjawab "Tidak Pernah"
12
54.5%
1
4.5%
LALU LINTAS
Mengungjungi IKH lain
Tidak Menjawab Cara yang dilakukan sebelum masuk ke IKH lain
Hanya mengganti alas kaki
2
9.1%
Memakai APD
1
4.5%
Mengganti pakaian dan alas kaki
6
27.3%
82 Peralatan yang digunakan pernah meminjam dari tempat lain
Cara yang dilakukan sebelum menggunakan peralatan tersebut
Cara yang dilakukan ketika monyet yang mati
Pernah
2
9.1%
20
90.9%
Membersihkan dengan desinfektan lalu menggunakannya
4
80.0%
Membersihkan tanpa desinfektan lalu menggunakannya
0
0.0%
Langsung menggunakan
1
20.0%
Dikubur
0
0.0%
Dibuang
0
0.0%
Dibakar
22
100.0%
Tidak pernah
Tabel 17 Kesejahteraan Hewan B. KESEJAHTERAAN HEWAN (MANAJER) Anda mengontrol pemberian makan monyet di kandang IKH dalam sehari
1-2 kali
3
75%
3-4 kali
1
25%
Anda mengontrol pemberian minum monyet di kandang IKH dalam sehari
1-2 kali
3
75%
3-4 kali
1
25%
Sumber air minum untuk monyet di IKH
Sumur
4
100%
Sehari sekali
2
50%
Setiap 2-3 jam sekali
1
25%
Setiap saat
1
25%
Dokter Hewan Karantina
4
100%
Dicampur Pisang, Buah lainnya, Monkey Chow Ya
1
25%
3
75%
1
25%
Tidak
3
75%
Ya
2
50%
Tidak
2
50%
Membersihkan pagi dan siang
2
50%
Pembersihan kotoran
1
25%
Pembersihan sehari sekali, pemasangan AC
1
25%
Membersihkan lantai dengan karbol/pembersih lantai, Menyalakan alat pembersih udara (exhaust)
3
75%
Kebiasaan memeriksa kondisi air minum di kandang IKH Pihak yang menentukan jenis dan takaran makanan untuk monyet di IKH Makanan rekomendasi
Terdapat tempat bergelantungan Monyet membuang kotoran di kandang
Cara membuat kondisi kandang agar monyet tetap nyaman
Cara agar udara dalam IKH Primata tetap segar
83 Membersihkan lantai dengan karbol/pembersih lantai, Menyalakan alat pembersih udara (exhaust), Membuat ventilasi instalasi yang cukup, Pemasangan AC Cara yang dilakukan ketika melihat monyet sakit atau terluka Monyet di Instalasi sudah di vaksin Pihak yang melakukan vaksinasi terhadap monyet di IKH Primata Tindakan apa yang dilakukan ketika monyet mengalami kulit gatal-gatal dan bulu rontok
Upaya dalam mengatasi keterbatasan lingkungan di IKH
Monyet pernah dilepas dalam area IKH
Cara yang dilakukan agar monyet di IKH tidang saling bertengkar/berkelahi
Monyet pernah mengalami stress dalam masa karantina di IKH
Cara yang dilakukan ketika monyet mengalami stress
1
25%
Langsung melakukan therapi Memerintah drh untuk mengobati Ya
2
50%
2
50%
2
50%
Tidak
2
50%
Dokter Hewan
2
50%
Tidak dilakukan vaksin
2
50%
2
50%
2
50%
Cek kondisi kesehatan
2
50%
Cek kondisi kesehatan, Memberikan mainan
1
25%
Lainnya
1
25%
Ya
0
0%
Tidak
4
100%
Memberikan sekat
1
25%
Memberikan sekat, Seekor setiap kandang
1
25%
Memisahkan dengan jarak yang agak jauh, Memberikan sekat
1
25%
Lainnya
1
25%
Ya
4
100%
Tidak
0
0%
Konsultasi dengan Dokter Hewan dan tenaga keswan
1
25%
Konsultasi dengan Dokter Hewan dan tenaga keswan, Menjauhkan dari penyebab stress, Memenuhi kebutuhan dalam upaya penyembuhan
1
25%
1
25%
1
25%
Konsultasi dahulu ke dokter hewan Mengobati sendiri
Menjauhkan dari penyebab stress Menjauhkan dari penyebab stress, Memenuhi kebutuhan dalam upaya penyembuhan, Pemberian antistress
84 Tidak menjawab
3
75%
600
1
25%
1-2 kali
6
55%
3-4 kali
2
18%
Tidak tentu
3
27%
1-2 kali
6
55%
3-4 kali
2
18%
Kapasitas IKH
KESEJAHTERAAN HEWAN (DOKTER HEWAN) Anda mengontrol pemberian makan monyet yang ada di IKH dalam sehari Anda mengontrol pemberian minum monyet yang ada di IKH dalam sehari
Asal air minum untuk monyet di instalasi karantina
Memeriksa kondisi air minum di kandang instalasi
Pihak yang menentukan jenis dan takaran makanan untuk monyet di IKH
Makanan rekomendasi
Terdapat tempat gelantungan Monyet membuang kotoran di kandang Cara membuat agar monyet tetap nyaman
Tidak tentu
3
27%
Tidak menjawab
2
18%
Air isi ulang
1
9%
PAM / Air Ledeng
1
9%
Sumur
6
55%
Sumur, PAM / Air Ledeng
1
9%
Tidak menjawab
2
18%
Adlibitum
1
9%
Hanya saat memberi makan
2
18%
Satu kali sehari Sebelum dan sesudah pemberian pakan Sehari sekali
2
18%
1
9%
1
9%
Setiap 8 jam sekali
1
9%
Setiap saat tidak tepat waktu
1
9%
Tidak menjawab
1
9%
Dokter hewan karantina Menentukan sendiri sesuai aturan Menentukan sendiri sesuai kebutuhan Tidak menjawab
6
55%
1
9%
3
27%
2
18%
Buah lainnya
1
9%
Buah lainnya, Monkey Chow
1
9%
Pisang, Buah lainnya Pisang, Buah lainnya, Monkey Chow Tidak
2
18%
5
45%
5
45%
Ya
6
55%
Tidak
2
18%
Ya Dilakukan pencucian kandang setiap hari
9
82%
2
18%
85
Cara agar udara dalam IKH Primata tetap segar
Cara yang dilakukan ketika melihat monyet sakit atau terluka
Monyet di instalasi sudah di vaksin
Kotoran jatuh dibawah kandang atau pada tong kotoran Lainnya Langsung Membersihkan setiap monyet membuang kotoran Membersihkan kandang dua kali sehari Membersihkan kandang satu kali sehari Membersihkan lantai dengan karbol/pembersih lantai, Membuat ventilasi instalasi yang cukup Membersihkan lantai dengan karbol/pembersih lantai, Menyalakan alat pembersih udara (exhaust) Membersihkan lantai dengan karbol/pembersih lantai, Menyalakan alat pembersih udara (exhaust), Membuat ventilasi instalasi yang cukup Membersihkan lantai dengan karbol/pembersih lantai, Menyalakan alat pembersih udara (exhaust), Membuat ventilasi instalasi yang cukup, Kandang dipasang AC Menyalakan alat pembersih udara (exhaust) Segera membuang kotoran dilantai, Membersihkan lantai dengan karbol/pembersih lantai, Menyalakan alat pembersih udara (exhaust), Membuat ventilasi instalasi yang cukup Segera membuang kotoran dilantai, Menyalakan alat pembersih udara (exhaust), Membuat ventilasi instalasi yang cukup Langsung melakukan therapi Langsung melakukan therapi, Dipisahkan Mengobati sendiri, Langsung melakukan therapi Tidak pernah
1
9%
1
9%
3
27%
3
27%
1
9%
1
9%
2
18%
1
9%
2
18%
1
9%
2
18%
2
18%
7
64%
1
9%
3
27%
6
55%
86 Ya Pihak yang melakukan vaksinasi terhadap monyet di instalasi
Cara yang dilakukan ketika monyet mengalami kulit gatal-gatal dan bulu rontok
Cara memegang monyet di instalasi
Upaya dalam mengatasi keterbatasan lingkungan di instalasi
Monyet pernah dilepas dalam area instalasi
Langkah yang dilakukan agar monyet di instalasi tidak saling bertengkar/berkelahi
Pendekatan agar monyet tidak takut
5
45%
5
45%
Dokter Hewan
6
55%
Tidak menjawab Konsultasi dahulu ke dokter hewan yang lain Mengobati sendiri Mengobati sendiri, Konsultasi dahulu ke dokter hewan yang lain Tidak menjawab
2
18%
2
18%
3
27%
4
36%
1
9%
10
91%
4
36%
1
9%
2
18%
1
9%
2
18%
1
9%
10
91%
Ya
1
9%
Tidak menjawab
1
9%
Lainnya Masing-masing didalam kandang individu perekor Memberikan sekat Memberikan sekat, Satu Kandang, Satu Primata Memisahkannya dengan jarak yang agak jauh Memisahkannya dengan jarak yang agak jauh, Memberikan sekat Satu Kandang, Satu Primata
1
9%
1
9%
2
18%
1
9%
1
9%
3
27%
1
9%
Pakai sarung tangan Cek kondisi kesehatan Cek kondisi kesehatan, Menyediakan tempat gelantungan Lainnya Mengeluarkan sebentar di area instalasi Mengeluarkan sebentar di area instalasi, Cek kondisi kesehatan, Menyediakan tempat gelantungan Menyediakan tempat gelantungan Tidak
Lainnya
2
18%
Membujuk dengan makanan
2
18%
Mencoba mendekati bertahap Mencoba mendekati bertahap, Membujuk dengan makanan
5
45%
1
9%
87
Selama dalam masa karantina di instalasi monyet pernah mengalami stres
Cara yang dilakukan ketika monyet pernah mengalami stres
Mencoba mendekati bertahap, Membujuk dengan makanan, Memberi perhatian lebih Tidak
1
9%
2
18%
Ya
9
82%
Tidak menjawab Konsultasi dengan Dokter Hewan, Menjauhkan dari penyebab stres, Memenuhi kebutuhan dalam upaya penyembuhan Konsultasi dengan Dokter Hewan, Menjauhkan dari penyebab stres, Memenuhi kebutuhan dalam upaya penyembuhan, Memberi anti stres Lainnya
1
9%
4
36%
1
9%
1
9%
Menjauhkan dari penyebab stres Menjauhkan dari penyebab stres, Lainnya Menjauhkan dari penyebab stres, Memenuhi kebutuhan dalam upaya penyembuhan
1
9%
1
9%
2
18%
2
9.1%
1-2 kali
10
45.5%
3-4 kali
9
40.9%
Tidak tentu
1
4.5%
Tidak Menjawab
4
18.2%
> 4 kali
8
36.4%
1-2 kali
1
4.5%
3-4 kali
4
18.2%
B. KESEJAHTERAAN HEWAN (PARAMEDIK) Tidak Menjawab Anda mengontrol pemberian makan monyet yang ada di IKH dalam sehari
Anda mengontrol pemberian minum monyet yang ada di IKH dalam sehari
Tidak tentu Asal air minum untuk monyet di instalasi karantina
Memeriksa kondisi air minum di kandang instalasi
5
22.7%
18
81.8%
Sumur, PAM / Air Ledeng
4
18.2%
Tidak Menjawab
3
13.6%
Hanya saat memberi makan
9
40.9%
Pada pagi & siang hari
2
9.1%
Saat membersihkan kandang dan sedang memberi makan
1
4.5%
Sumur
88
Pihak yang menentukan jenis dan takaran makanan untuk monyet di IKH
Sebelum dan sesudah memberi makanan, Mencuci Kandang
1
4.5%
Setiap 2-3 jam sekali
2
9.1%
Setiap 6 jam sekali
3
13.6%
Tidak pernah
1
4.5%
Ditentukan oleh pejabat yang berwenang
1
4.5%
Dokter hewan
2
9.1%
Lainnya
1
4.5%
Manager
1
4.5%
Menentukan sendiri sesuai aturan
8
36.4%
Menentukan sendiri sesuai kebutuhan
8
36.4%
Sesuai dengan sop
1
4.5%
Pisang
2
9.1%
Pisang, Buah lainnya
1
4.5%
Pisang, Buah lainnya, Dicampur, Monkey Chow
1
4.5%
Pisang, Buah lainnya, Monkey Chow
13
59.1%
Pisang, Makanan yang dibuat sendiri, Buah lainnya, Dicampur
1
4.5%
Pisang, Makanan yang dibuat sendiri, Monkey Chow
1
4.5%
Makanan rekomendasi
Terdapat tempat gelantungan Monyet membuang kotoran di kandang
Cara yang dilakukan agar kandang monyet tetap kering
Pisang, Monkey Chow
3
13.6%
Tidak
9
40.9%
13
59.1%
2
9.1%
20
90.9%
Tidak Menjawab
2
9.1%
Lainnya
1
4.5%
Langsung membersihkannya setiap monyet membuang kotoran
3
13.6%
Memberi exhaust fan
1
4.5%
Membersihkan dan menyalakan alat pembersih udara
1
4.5%
Membersihkan kandang dua kali sehari
7
31.8%
Ya Tidak Ya
89
Cara agar udara dalam IKH Primata tetap segar
Cara yang dilakukan ketika melihat monyet sakit atau terluka
Membersihkan kandang setiap hari
4
18.2%
Membersihkan kotoran monyet setiap pagi hari, kandang monyet di IKH kami letaknya sekitar 1 meter diatas lantai
1
4.5%
Membuat kandang senyaman mungkin dengan ditambah AC & exhaust fan
1
4.5%
Tempat feses dibuat miring agar kandang tetap kering
1
4.5%
Membersihkan lantai dengan karbol/pembersih lantai
7
Membersihkan lantai dengan karbol/pembersih lantai, Menyalakan alat pembersih udara (exhaust)
5
22.7%
Membersihkan lantai dengan karbol/pembersih lantai, Menyalakan alat pembersih udara (exhaust), Dibersihkan heksos
1
4.5%
Membersihkan lantai dengan karbol/pembersih lantai, Menyalakan alat pembersih udara (exhaust), Membuat ventilasi instalasi yang cukup
1
4.5%
Membuat ventilasi instalasi yang cukup
2
9.1%
Menyalakan alat pembersih udara (exhaust)
4
18.2%
Segera membuang kotoran dilantai
1
4.5%
Segera membuang kotoran dilantai, Membersihkan lantai dengan karbol/pembersih lantai, Menyalakan alat pembersih udara (exhaust)
1
4.5%
Melaporkan kepada dokter hewan
2
9.1%
11
50.0%
Memeriksakan ke dokter hewan
31.82%
90
Monyet di instalasi sudah di vaksin
Pihak yang melakukan vaksinasi terhadap monyet di instalasi
Cara yang dilakukan ketika monyet mengalami kulit gatal-gatal dan bulu rontok
Cara memegang monyet di instalasi
Upaya dalam mengatasi keterbatasan lingkungan di instalasi
Memeriksakan ke dokter hewan, memindahkan ke tempat isolasi
1
4.5%
Mengobati sendiri, Melapor ke PPH
2
9.1%
Mengobati sendiri, Memeriksakan ke dokter hewan
5
22.7%
Mengobati sendiri, Memeriksakan ke dokter hewan, memindahkan ke tempat isolasi
1
4.5%
Tidak Menjawab
1
4.5%
Tidak pernah
4
18.2%
17
77.3%
4
18.2%
14
63.6%
Tidak Menjawab
4
18.2%
Tidak Menjawab
1
4.5%
14
63.6%
7
31.8%
22
100.0%
Instalasi dibuat senyaman mungkin
1
4.5%
Memberikan mainan
3
13.6%
Mengeluarkan sebentar di area Instalasi
4
18.2%
Menyediakan tempat gelantungan
10
45.5%
Menyediakan tempat gelantungan, Memberikan mainan
1
4.5%
Pemberian anti stres
1
4.5%
Ya Dokter Hewan Tenaga kesehatan hewan
Memeriksakan ke dokter hewan Mengobati sendiri, Memeriksakan ke dokter hewan Pakai sarung tangan
Tidak dilakukan apa-apa Monyet pernah dilepas dalam area instalasi Langkah yang dilakukan agar monyet di instalasi tidak saling bertengkar/berkelahi
2
9.1%
21
95.5%
Ya
1
4.5%
Masing-masing ada dalam kandang individu
3
13.6%
Memberikan sekat
7
31.8%
Tidak
91
Pendekatan agar monyet tidak takut
Memberikan sekat, mengalihkan perhatian monyet
1
4.5%
Memisahkannya dengan jarak yang agak jauh
4
18.2%
Memisahkannya dengan jarak yang agak jauh, Memberikan sekat
6
27.3%
Memisahkannya dengan jarak yang agak jauh, Memberikan sekat, Masingmasing ada dalam kandang individu
1
4.5%
Tidak Menjawab
1
4.5%
Lainnya
1
4.5%
Memberikan perhatian lebih
1
4.5%
Membujuk dengan makanan
6
27.3%
13
59.1%
1
4.5%
21
95.5%
Konsultasi dengan Dokter Hewan
4
18.2%
Konsultasi dengan Dokter Hewan, Memberi anti stres
2
9.1%
Konsultasi dengan Dokter Hewan, Menjauhkan dari penyebab stres
6
27.3%
Konsultasi dengan Dokter Hewan, Menjauhkan dari penyebab stres, Memenuhi kebutuhan dalam upaya penyembuhan
3
13.6%
Konsultasi dengan Dokter Hewan, Menjauhkan dari penyebab stres, Memenuhi kebutuhan dalam upaya penyembuhan, Memberi vitamin anti stres
1
4.5%
Menjauhkan dari penyebab stres
2
9.1%
Menjauhkan dari penyebab stres, Kasih mainan
2
9.1%
Menjauhkan dari penyebab stres, Memenuhi kebutuhan dalam upaya penyembuhan
2
9.1%
Mencoba mendekati bertahap Selama dalam masa karantina di instalasi monyet pernah mengalami stres
Cara yang dilakukan ketika monyet pernah mengalami stres
Tidak Ya