BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 MANAJAMEN KEUANGAN 2.1.1 Pengertian Manajemen Istilah Manajemen bukanlah hal yang asing lagi bagi kita. Manajemen merupakan alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Manajemen yang baik akan memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Dengan manajemen daya guna dan hasil guna unsur-unsur manajemen akan dapat ditingkatkan. Untuk itu, agar lebih jelasnya akan dikemukakan pendapat para ahli tentang pengertian manajemen. Di bawah ini akan diuraikan pendapat-pendapat para ahli mengenai definisi manajemen , yaitu sebagai berikut : Menurut Hasibuan (2008:1) dalam bukunya Manajemen Keuangan menyatakan bahwa : “Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.” Hasibuan (2008:3) hal 3 menyatakan bahwa: “ Management is general refers to planning, organizing, controlling, staffing, leading, motivating, communicating, and decision making activities performed by any organization in order to coordinate the varied resouces of the enterprise so as to bring an efficient creation of some product or service” Sehingga dari teori teori diatas dapat kita simpulkan bahwa : 1. Manajemen mempunyai tujuan yang ingin dicapai 2. Manajemen merupakan perpaduan antara ilmu dan seni 3. Manajemen merupakan proses yang sistematis, terkoordinasi, kooperatif, dan terintegritas dalam memanfaatkan unsur-unsurnya (6M).
11
12
4. Manajemen baru dapat diterapkan jika ada dua orang atau lebih melakukan kerja sama dalam organisasi. 5. Manajemen harus didasarkan pada pembagian kerja, tugas, dan tanggung jawab. 6. Manajemen terdiri dari beberapa fungsi. 7. Manajamen hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efisien melalui fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. 2.1.2 Pengertian Manajemen Keuangan Salah satu fungsi perusahaan yang penting bagi keberhasilan suatu usaha dalam perusahaan dalam mencapai tujuannya adalah kondisi manajemen keuangan. Oleh karena itu perusahaan harus memberi perhatian khusus terhadap kemajuan keuangannya demi tercapainya
tujuan
perusahaan. Manajemen keuangan merupakan hal yang yang berkaitan dengan kebijakan kebijakan yang akan diambil dalam usaha pengendalian keuangan perusahaan agar biaya biaya yang dikeluarkan atas investasi dapat efektif. Berikut pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenai pengertian dari manajemen keuangan. Manajemen keuangan menurut Agus Sartono (2008:6) menjelaskan bahwa manajemen keuangan ialah: “Manajemen dana baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien”. Manajemen keuangan menurut Bambang Riyanto (2009: l4) me ngemukakan bahwa: “Manajemen keuangan sebagai keseluruhan aktivitas perusahaan yang bersangkutan dengan usaha mendapatkan dana yang diperlukan dengan biaya yang minimal dan syarat-syarat yang
13
paling menguntungkan beserta usaha untuk menggunakan dana tersebut seefisien mungkin”. Teori tersebut menyatakan bahwa manajemen keuangan merupakan suatu kegiatan yang penting dilakukan bagi suatu perusahaan agar dapat diketahui bagaimana keadaan keuangan perusahaan, baik itu mengenai keputusan investasi perusahaan, pendanaan perusahaan, maupun aktiva perusahaan. 2.1.3 Fungsi Manajemen Keuangan Fungsi manajemen keuangan secara garis besar digambarkan dengan memperhatikan peran dalam organisasi, hubungannya dengan ekonomi dan akuntansi, aktivitas utama dari manajer keuangan dan peran manajer keuangan dalam manajemen kualitas total. Meanajamen keuangan merupakan bagian penting dari manajemen perusahaan, seperti yang dikemukakan oleh Suad Husnan dan Enny Pujiastuti (2009:10) bahwa Manajemen keuangan mempunyai fungsi sebagai berikut: “Manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, kegiatan analisis dan pengendalian perkembangan keuangan”. Manajer keuangan selayaknya dapat melakukan fungsi manajemen keuangan dengan baik, karena fungsi ini mempunyai kontribusi yang sangat besar bagi perkembangan perusahaan. Menurut Ridwan S. Sundjaja dan inge Berlian (2008:65) Aktivitas utama manajer keuangan adalah : 1. Membuat perencanaan dan analisa keuangan. 2. Membuat keputusan investasi = pengelolaan asset. 3. Membuat keputusan pembiayaan investasi = pengelolaan hutang dan modal. 2.1.4 Tujuan Manajemen Keuangan Tujuan Manajemen keuangan
secara normatif tujuan keputusan
keuangan adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan merupakan harga yang biasa dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Bagi perusahaan yang menerbitkan saham di pasar modal, harga saham yang diperjualbelikan di bursa merupakan indikator nilai perusahaan. Memaksimumkan nilai perusahaan (atau harga saham) tidak
14
identik dengan memaksimumkan data per lembar saham (earning per share, EPS). Hal ini disebabkan karena (1) memaksimumkan EPS mengabaikan nilai waktu uang, dan (2) tidak memperhatikan faktor resiko. Dengan demikian menaikkan nilai perusahaan tidak identik dengan memaksimumkan laba, apabila laba diartikan sebagai laba akutansi. Sebaliknya, memaksimumkan nilai perusahaan akan identik dengan memksimumkan laba dalam pengertian ekonomi (economic profit). hal ini disebabkan karena laba ekonomi diartikan sebagai jumlah kekayaan yang bisa dikonsumsikan tanpa membuat pemilik kekayaan tersebut menjadi lebih miskin. Sayangnya konsep keuntungan ekonomi ini akan sulit diterapkan, sehingga kalau kita mendengar istilah laba dalam lingkup perusahaan, bisa dipastikan pengertiannya adalah pengertian akutansi. (http://turunanilmu.blogspot.com/2010/12/,diakses
pada tanggal 30
Maret 2015)
2.2 KINERJA KEUANGAN 2.2.1
Kinerja Keuangan Perusahaan Istilah kinerja atau performance seringkali dikaitkan dengan kondisi
keuangan perusahaan. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai bagi setiap perusahaan, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Kinerja perusahaan adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu. Menurut IAI (2008) Kinerja Keuangan adalah kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengendalikan sumber daya yang dimilikinya. Menurut Fahmi (2012:239) kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Seperti dengan membuat suatu laporan keuangan yang telah memenuhi standar ketentuan dalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan atau GAAP (General Accepted Accounting Principle), dan lainnya.
15
Dari
pengertian
diatas
dapat
kinerja keuangan adalah usaha formal
ditarik
kesimpulan
yang telah dilakukan
bahwa oleh
perusahaan untuk mengukur keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba, sehingga dapat melihat prospek pertumbuhan, dan potensi perkembangan perusahaan. Bagi investor, informasi mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan investasi mereka di perusahaan tersebut atau mencari alternatif lain. Apabila kinerja perusahaan baik maka nilai usaha akan tinggi. Dengan nilai usaha yang tinggi membuat para investor melirik perusahaan tersebut untuk menanamkan modalnya sehingga akan terjadi kenaikan harga saham atau dapat dikatakan bahwa harga saham merupakan fungsi dari nilai perusahaan.
2.2.2
Pengukuran Kinerja Keuangan Pengukuran kinerja perusahaan meliputi proses perencanaan,
pengendalian, dan proses transaksional bagi kalangan perusahaan sekuritas, fund manager, eksekutif perusahaan, pemilik, pelaku bursa, kreditur serta stakeholder lainnya. Penilaian kinerja perusahaan oleh stakeholder digunakan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan yang berhubungan
dengan
kepentingan
mereka
terhadap
perusahaan.
Kepentingan terhadap perusahaan tersebut berkaitan erat dengan harapan kesejahteraan yang mereka peroleh. Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi perusahaan, karena pengukuran tersebut digunakan sebagai dasar untuk menyusun sistem imbalan dalam perusahaan, yang dapat mempengaruhi perilaku pengambilan keputusan dalam perusahaan. Pengukuran
kinerja
keuangan
perusahaan
bertujuan
untuk
memberikan informasi yang berguna dalam membuat keputusan penting mengenai asset yang digunakan dan untuk memacu para manajer untuk membuat keputusan yang menyalurkan kepentingan perusahaan.
16
2.2.3
Tahap-tahap dalam Menganalisis Kinerja Keuangan Penilaian kinerja setiap perusahaan berbeda-beda karena itu
tergantung kepada ruang lingkup bisnis yang dijalankannya. Adapun tahaptahap dalam menganalisis kinerja keuangan suatu perusahaan secara umum, yaitu: 1. Melakukan review terhadap data laporan keuangan, tujuannya agar laporan keuangan yang sudah dibuat tersebut sesuai dengan penerapan kaidah-kaidah yang berlaku umum dalam dunia akuntansi, sehingga dengan demikian hasil laporan keuangan tersebut dapat dipertanggungjawabkan. 2. Melakukan perhitungan, menyesuaikan dengan kondisi dan permasalahan yang sedang di lakukan sehingga hasil dari perhitungan tersebut akan memberikan suatu kesimpulan sesuai dengan analisis yang diinginkan. 3. Melakukan perbandingan terhadap hasil hitung yang telah diperoleh, dalam melakukan perbandingan ada dua metode yaitu time series analysis dan cross sectional approach yang nantinya akan dibuat
suatu kesimpulan yang menyatakan posisi
perusahaan tersebut berada dalam kondisi sangat baik, baik, sedang/normal, tidak baik, dan sangat tidak baik. 4. Melakukan permasalahan
penafsiran yang
(interpretation) ditemukan,
terhadap
melihat
berbagai
apa-apa
saja
permasalahan dan kendala-kendala yang dialami oleh perusahaan tersebut. 5. Mencari dan memberikan pemecahan masalah (solution) terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan.
2.3 LAPORAN KEUANGAN 2.3.1 Pengertian Laporan Keuangan Kinerja keuangan melihat pada laporan keuangan yang dimilki oleh perusahaan/badan usaha yang bersangkutan dan itu tercermin dari informasi
17
yang diperoleh pada balancesheet (neraca), income statement (laporan laba rugi), dan cash flow statement (laporan arus kas). Laporan keuangan sangat diperlukan untuk mengukur hasil usaha dan perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu dan mengetahui sudah sejauh mana perusahaan mencapai tujuannya. Bahwa laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut, sehingga laporaan keuangan memegang peranan yang luas dan mempunyai suatu posisi yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan. Menurut Kasmir (2008:7) dalam bukunya Analisis Laporan Keuangan memaparkan bahwa “Laporan keuangan merupakan laporan yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini dalam suatu periode tertentu. Laporan keuangan merupakan aspek penting bagi setiap perusahaan. Laporan keuangan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan bagi investor, laporan keuangan yang disusun guna memberikan informasi kepada berbagai pihak terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan ekuitas pemegang saham dan laporan arus kas”. Definisi lain menurut Sutrisno (2012:9) adalah sebagai berikut: “Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang meliputi dua laporan utana yakni neraca dan laporan laba rugi, yang disusun dengan maksud untuk menyediakan informasi keuangan suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai pertimbangan di dalam mengambil keputusan”. Dari penjelasan di atas secara sederhana laporan keuangan adalah alat untuk mengukur, menginformasikan kondisi keuangan pada suatu periode dalam bentuk neraca, laporan laba-rugi, ikhtisar laba ditahan dan laporan posisi keuangan sebagai gambaran kinerja perusahaan dan digunakan juga dalam pengambilan keputusan. Salah satu kegunaan dari laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi kinerja perusahaan terutama profitabilitas yang diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumberdaya ekonomi yang mungkin dikendalikan. Informasi tersebut menyangkut posisi keuangan
18
perusahaan, informasi kinerja, dan perubahan posisi keuangan perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan. 2.3.2 Tujuan Laporan Keuangan Laporan Keuangan merupakan informasi yang diharapkan mampu memberikan bantuan kepada pengguna untuk membuat keputusan ekonomi yang bersifat financial. Menurut Khasmir (2012:11) tujuaan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan yaitu: 1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki perusahaan pada saat ini. 2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini. 3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu. 4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu. 5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.. 6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode. 2.3.3 Pihak-Pihak Yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan Pembuatan laporan keuangan ini ditujukan untuk pihak-pihak yang berkepentingan, disamping pihak manajemen dan pemilik perusahaan itu sendiri. Begitu juga dengan laporan keuangan yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan/ lembaga keuangan bank akan memberikan manfaat kepada berbagai pihak. Menurut Khasmir (2012:282) pihak - pihak yang memiliki kepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan atau bank adalah: 1. Pemegang Saham/Pemilik Pemilik pada saat ini adalah mereka yang memiliki usaha tersebut. Hal ini tercermin dari kepemilikan saham yang dimilikinya.
19
Kepentingan bagi para pemegang saham yang merupakan pemilik perusahaan terhadap hasil laporan keuangan yang telah dibuat adalah 1) Untuk melihat kondisi dan posisi perusahaan saat ini. 2) Untuk melihat perkembangan dan kemajuan perusahaan dalam suatu periode. Kemajuan dilihat dari kemampuan manajemen dalam menciptakan laba dan pengembangan aset perusahaan. 3) Untuk menilai kinerja manajemen atas target yang telah ditetapkan. Artinya penilaian diberikan untuk manajemen perusahaan ke depan, apakah perlu pergantian manajemen atau tidak. 2.
Manajemen Laporan keuangan bagi pihak manajemen adalah untuk menilai
kinerja manajemen bank dalam mancapai target-target yang telah ditetapkan dan juga untuk menilai kinerja manajamen dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Ukuran keberhasilan ini dapat
dilihat
dari
pertumbuhan
laba
yang
diperoleh
dan
pengembangan aset-aset yang dimilikinya. Pada akhirnya, laporan keuangan ini juga merupakan penilaian pemilik untuk memberikan kompensasi dan karir manajemen serta mempercayakan pihak manajemen untuk memimpin bank pada periode berikutnya. 3.
Pemerintah Bagi pemerintah, laporan keuangan baik bagi bank pemerintah
maupun bank swasta memiliki nilai penting atas laporan keuangan. Bahkan pemerintah melalui Departemen Keuangan mewajibkan kepada setiap perusahaan untuk menyusun dan melaporkan keuangan perusahaan secara periodik. Arti penting laporan keuangan bagi pemerintah adalah memulai kejujuran perusahaan dalam melaporkan seluruh keuangan perusahaan yang sesungguhnya serta untuk mengetahui kewajiban perusahaan terhadap negara dari hasil laporan keuangan yang dilaporkan.
20
4.
Investor Investor adalah pihak yang hendak menanamkan dana di suatu
perusahaan.
Jika
suatu
perusahaan
memerlukan
dana
untuk
memperluas usaha atau kapasitas usahanya di samping memperoleh pinjaman dari lembaga keuangan seperti bank dapat pula diperoleh dari para investor melalui penjualan saham. Bagi Investor yang ingin menanamkan dananya dalam suatu usaha sebelum memutuskan untuk membeli saham, perlu mempertimbangkan banyak hal secara matang. Dasar pertimbangan investor adalah dari laporan keuangan yang disajikan perusahaan yang akan ditanamnya. Dalam hal ini investor akan melihat prospek keuntungan usaha yang diperoleh baik berupa dividen maupun capital gain sekarang dan yang akan datang. 5.
Masyarakat Luas Bagi masyarakat luas laporan keuangan bank merupakan suatu
jaminan terhadap uang yang disimpan di bank. Jaminan ini diperoleh dari laporan keuangan yang ada dengan melihat angka-angka yang ada di laporan keuangan. Dengan adanya laporan keuangan pemilik dana dapat mengetahui kondisi bank yang bersangkutan sehingga masih tetap mempercayakan dananya disimpan di bank yang bersangkutan atau tidak. 2.3.4 Jenis Jenis Laporan Keuangan Sama seperti lembaga lainnya, bank juga memiliki beberapa jenis laporan keuangan yang disajikan: Menurut Khasmir (2012:28) Jenis-jenis laporan keuangan bank yang dimaksud sebagai berikut: 1.
Neraca Neraca merupakan laporan yang menunjukan posisi keuangan bank
pada tanggal tertentu. Posisi keuangan yang dimaksudkan adalah posisi aktiva (harta), pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu bank. Penyusunan komponen di dalam neraca didasarkan pada tingkat likuiditas dan jatuh tempo.
21
2.
Laporan Komitmen dan Kontijensi Laporan komitmen merupakan suatu ikatan atau kontrak yang berupa
janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak (irrevocable) dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi. Contoh laporan komitmen adalah komitmen kredit, komitmen penjualan atau pembelian aktiva bank dengan syarat Repushace Aggrement (Repo), sedangkan laporan keuangan kontinjensi merupakan tagihan atau kewajiban bank yang kemungkinan timbulnya tergantung pada terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa yang akan datang. Penyajian laporan komitmen dan kontijensi disajikan tersendiri tanpa pos lama. 3.
Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan bank yang
menggambarkan hasil usaha bank dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan serta jumlah biaya dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan. 4.
Laporan Arus Kas Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukan semua aspek
yang berkaitan dengan kegiatan bank, baik yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap kas. Laporan arus kas harus disusun berdasarkan konsep kas selama periode laporan. 5.
Catatan Atas Laporan Keuangan Merupakan laporan yang berisi catatan tersendiri mengenai Devisa
Neto, menurut jenis mata uang dan aktiva lainnya. 6.
Laporan Keuangan Gabungan dan Konsolidasi Laporan gabungan merupakan laporan dari seluruh cabang- cabang
yang bersangkutan, baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri, sedangkan
laporan
konsolidasi
merupakan
bersangkutan dengan anak perusahaannya.
laporan
bank
yang
22
2.3.5 Syarat-Syarat Laporan Keuangan Syarat-syarat laporan keuangan menurut Veithzal Rivai Dkk, (2013:312) adalah sebagai berikut: 1. Relevan: data yang diolah, ada kaitannya dengan transaksi. 2. Jelas dan dapat dipahami: informasi yang disajikan, harus ditampilkan sedemikian rupa sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh semua pembaca laporan keuangan. 3. Dapat diuji kebenarannya: data dan informasi yang disajikan harus dapat ditelusuri kepada bukti asalnya. 4. Netral: Laporan keuangan yang disajikan dapat dipergunakan oleh semua pihak. 5. Tepat Waktu: Laporan keuangan harus dimiliki periode pelaporan, waktu penyajian harus dinyatakan dengan jelas dan disajikan dalam batas waktu yang wajar. 6. Dapat diperbandingkan: Laporan keuangan yang disajikan harus dapat diperbandingkan dengan periode-periode sebelumnya. 7. Lengkap: Data yang disajikan dalam informasi akuntasni, harus lengkap sehingga tidak memberikan informasi yang menyesatkan bagi para pemakai laporan keuangan.
2.4
Good Corporate Governance
2.4.1 Definisi Good Corporate Governanca Tata Kelola perusahaan (Corporate Governance) merujuk pada sistem manajemen dan pengendalian manajemen, Menurut Ismanto (2009:262) definisi GCG (Good Corporate Governnce) yaitu: “Good Corporate Governance merupakan sistem yang mengatur bagaimana perusahaan dikelola dan dikendalikan sistem tersebut mengarahkan berbagai hubungan antara para pemegang saham perusahaan, dewan direksi, serta para manajemen senior”. Menurut Forum for Corporate Governance in indonesia (FCGI), dalam penelitian Restie ningsaptiti, Universitas Diponegoro yang berjudul
23
ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA (2010:26) Good Corporate Governance yaitu: “Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola), pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan”. Sedangkan menurut peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara
Nomor : Per – 01/MBU/2011 Tentang penerapan tata kelola
perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milik Negara, bahwa Tata Kelola Perisahaan yang baik (Good Corporate Governance), yang selanjutnya disebut dengan GCG adalah: “Prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan perundangundangan dan etika berusaha”. Berdasarkan definisi yang sudah dipaparkan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa pada dasarnya Good Corporate Governance adalah sistem, proses, dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan perusahaan. 2.4.2
Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Prinsip-prinsip merupakan salah satu hal yang penting dalam
pengembangan corporate governance. Prinsip prinsip dasar ini berperan sebagai pedoman bagi perusahaan dalam memilih dan menetapkan aktivitas yang harus dijalankan dalam penerapan corporate governance. Peraturan pemerintah menetapkan prinsip – prinsip yang diharapkan perusahaan menerapkannya di setiap aspek bisnis dan di semua jajarn perusahaan. Berikut ini lima asas yang tercantum dalam peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : Per – 01/MBU/2011 Tentang
24
penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milik Negara, bahwa Tata Kelola Perusahaan yang baik (MBU,2011) : 1. Transparansi (transparency) Yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. 2. Akuntabilitas (accountability) Yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban Organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Perusahaan harus mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar dan sesuai dengan kepentingan pemegang saham. 3. Pertanggungjawaban (responsibility) Yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Perusahaan harus mematuhi peraturan perundnag-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang. 4. Kemandirian (independency) Yaitu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing masing organ tidak saling mendominasi.
25
5. Kewajaran (fairness) Yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak Pemangku Kepentingan (stakeholders) yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang undangan. Perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. 2.4.3
Manfaat dan Tujuan Good Corporate Governance Menurut Peraturan Pemerintah tersebut menyatakan bahwa tujuan
dilaksanakannya prinsip-prinsip Good Corporate Governance pada setiap perusahaann yaitu: 1.
Mengoptimalkan nilai BUMN agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional, sehingga mampu mempertahankan keberadaannya dan hidup berkelanjutan untuk mencapai maksud dan tujuan BUMN.
2.
Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, efisien, dan efektif, serta
memberdayakan
fungsi
dan meningkatkan
kemandirian Organ Persero/Organ Perum; 3.
Mendorong agar Organ Persero/Organ Perum dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang undangan, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial BUMN terhadap
Pemangku
Kepentingan
maupun
kelestarian
lingkungan di sekitar BUMN. 4. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional. 5.
Meningkatkan iklim yang kondusif bagi perkembangan investasi nasional.
26
2.4.4
Fungsi Pokok Good Corporate Governance Fungsi Corporate Governance terdiri dari berbagai fungsi dengan
maksud dan tujuan corporate governace tercapai. Terdapat lima fungsi pokok
Corporate
Governance
berdasarkan
Forum
for Corporate
Governance in Indonesia (FCGI:2009), yaitu: 1. Oversight (Perhatian secara bertanggung jawab). Fungsi ini dimaksudkan agar penerapan Corporate Governance selalu memperoleh perhatian utama, dan jika terjadi kegagalan maka harus ada pertanggungjawaban yang jelas 2. Enforcement
(Penegakan).
Fungsi
ini
dimaksudkan
agar
penerapan Corporate Governance ditegakkan berdasarkan prinsip-prinsip dasar. 3. Advisory (Pemberian saran). Fungsi ini dimaksudkan agar penerapan
Corporate
Governance
dilakukan
berdasarkan
pertimbangan yang hati-hati, terutama melalui keerlibatan pihak eksternal yang independen. 4. Assurance (Penjaminan). Fungsi ini dimaksudkan agar penerapan Corporate Governance dievaluasi dan diuji berdasar kriteriakriteria yang ditetapkan. 5. Monitoring
(Pemantauan).
Fungsi
ini
dimaksdkan
agar
penerapan Corporate Governance dipantau oleh pihak-pihak terkait yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam operasi perusahaan.
2.4.5
Strategi Mengembangkan dan Menerapkan Good Corporate Governance Penerapan Good Corporate Governance dapat meningkatkan nilai
suatu perusahaan, dengan cara meningkatkan kinerja keuangan, perusahaan dapat mengurangi risiko yang mungkin dilakukan oleh dewan dengan keputusan yang menguntungkan diri sendiri, dan umumnya Corporate Governance dapat meningkatkan kepercayaan investor. Sedangkan Corporate Governance yang buruk dapat
27
menurunkan tingkat kepercayaan para investor, lemahnya praktik Good Corporate merupakan salah satu faktor yang memperpanjang krisis ekonomi di Negara kususnya Indonesia Penerapan Good Corporate Governance tidak dapat dilakukan secara parsial, dibutuhkan pendekatan holistic dan mendasar. Selain kerja ekonomi, penerapan Good Corporate Governance dipengaruhi oleh kerangka kerja legal. (Sedarmayanti 2012:60&62) Upaya
yang actual
yaitu bagaimana
secara
konseptual
memberdayakan korporasi-korporasi, sehingga tata kelola perusahaan menjadi sehat, dipercaya investor, mampu bersaing dan bermanfaat bagi semua pihak terkait, yaitu Penerapan GCG. Penerapan GCG ini tidak
mungkin
dapat
dilaksanakan
apabila
korporasi-korporasi
dimaksud berada di lingkungan perusahaan yang tidak baik, Dengan demikian
secara
rasional
penerapan praktek
Good
Corporate
Governance di lingkungan perusahaan akan memberi suatu nilai perusahaan dalam arti seluas luasnya, baik dalam meningkatkan kinerja keuangan, maupun memperkecil risiko perusahaan yang akan timbul, sehingga
meningkatkan
kepercayaan
investor,
stakeholder
dan
masyarakat (Sedarmayanti 2012:65)
2.5
Laba (Earnings) Perusahaan Chariri dan Ghozali (2009:25) dalam penelitian Resti Ningsaptiti
yang berjudul “Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan DAN Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba” (2010;25) menyatakan bahwa laba adalah “laba akuntansi yang merupakan selisih pengukuran pendapatan dan biaya. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 1, informasi laba memiliki manfaat dalam menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif dalam jangka panjang, memprediksi laba dan menaksir risiko dalam investasi”. Laba mengandung makna bersih atau neto yaitu sebagai net income atau penghasilan bersih untuk suatu periode. Laba menunjukkan keuntungan
28
yang diperoleh perusahaan dan tercantum dalam laporan laba rugi. Laporan laba rugi adalah laporan yang menunjukkan pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk periode tertentu. Selisih antara pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya merupakan laba yang diperoleh atau rugi yang diderita oleh perusahaan. Secara umum, informasi keuangan yang tercantum dalam laporan laba rugi bermanfaat untuk (1) menilai keberhasilan atau kegagalan operasi perusahaan dan efisiensi manajemen, (2) membuat taksiran jumlah laba di masa yang akan datang, (3) menilai rentabilitas atau profitabilitas modal yang ditanamkan oleh pemilik.
2.6
Kualitas Laba Bagi perusahaan yang menerbitkan saham di pasar modal harga saham
yang ditransaksikan di bursa merupakan indikator nilai perusahaan. Laba yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna laporan. Jika laba seperti ini digunakan oleh investor untuk membentuk nilai pasar perusahaan, maka laba tidak dapat menjelaskan nilai pasar perusahaan yang sebenarnya. Bagi investor, laporan laba dianggap mempunyai informasi untuk menganalisis saham yang diterbitkan oleh emiten (Boediono:2008). Menurut surifah dalam (Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 2 Mei - Agustus 2010 31-47
yang berjudul
“Kualitas laba dan Pengukurannya” ) mengungkapkan bahwa kualitas laba (earnings quality) merupakan sesuatu yang sentral dan penting dalam dunia akuntansi karena berdasar kualitas laba tersebut profesi akuntansi dipertaruhkan. Investor, kreditor dan para pemangku kepentingan lainnya mengambil keputusan salah satunya berdasar pada laporan keuangan, apabila kualitas laba yang disajikan tidak dapat di andalkan maka para pemangku kepentingan tidak dapat percaya lagi pada profesi akuntansi. (https://surifah.files.wordpress.com/2013/08/surifah-2010-kompetensikualitas-laba-dan-pengukurannya), diakses pada tanggal 30 Maret 2015.
29
Perlu dipahami bahwa laporan laba memiliki dua peranan. Pertama, sebagai atribut dasar (fundamental attributes), dan kedua sebagai atribut pelaporan keuangan (financial reporting attributes).. Kualitas laba menunjuk pada seberapa cepat
dan tepat laba yang
dilaporkan
mengungkapkan laba fundamental. Semakin tinggi kualitas laba, maka semakin cepat dan tepat laba yan dilaporkan menyampaikan nilai sekarang dari dividen yang diharapkan. Kualitas laba menjadi perhatian para pengguna laporan keuangan, karena laba berperan penting dalam pembuatan perjanjian dan keputusan investasi. 2.7
Nilai Perusahaan Nurlela dan Islahuddin (2008) menjelaskan bahwa enterprise value
(EV) atau dikenal juga sebagai firm value (nilai perusahaan) merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan Nurlela dan Islahuddin (2008) menyebutkan bahwa nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli andai perusahaan tersebut dijual. Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan setelah melalui suatu proses kegiatan selama beberapa tahun, yaitu sejak perusahaan tersebut didirikan sampai dengan saat ini. Meningkatnya nilai perusahaan adalah sebuah prestasi, yang sesuai dengan keinginan para pemiliknya, karena dengan meningkatnya nilai perusahaan, maka kesejahteraan para pemilik juga akan meningkat. Menurut Nirawati dikutip dari Cahyaningsih (2010) sebagai berikut: “Nilai perusahaan diartikan sebagai harga yang bersedia dibayar oleh calon investor seandainya suatu perusahaan akan dijual. Nilai perusahaan tercermin dari harga saham yang stabil dan dalam jangka panjang mengalami kenaikan. Semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi nilai perusahaan”.
30
Secara umum banyak metode dan teknik yang telah dikembangkan dalam penilaian perusahaan, di antaranya adalah: 1.
Pendekatan laba antara lain metode rasio tingkat laba atau price earning ratio, metode kapitalisasi proyeksi laba
2.
Pendekatan arus kas antara lain metode diskonto arus kas
3.
Pendekatan dividen antara lain metode pertumbuhan dividen
4.
Pendekatan aktiva antara lain metode penilaian aktiva
5.
Pendekatan harga saham
Dari beberapa definisi yang dijelaskan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham. Karena dengan harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Untuk mencapai hal tersebut, maka perusahaan mengharapkan manajer keuangan akan melakukan tindakan terbaik bagi perusahaan dengan memaksimalkan nilai perusahaan sehingga kemakmuran pemilik atau pemegang saham dapat tercapai. Indikatorindikator yang mempengaruhi nilai perusahaan diantaranya adalah (Susanti, 2010:33): a. PER (Price Earning Ratio) PER yaitu rasio yang mengukur seberapa besar perbandingan antara harga saham perusahaan dengan keuntungan yang diperoleh
para
pemegang
saham.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi PER adalah: 1. Tingkat pertumbuhan laba 2. Dividend Payout Ratio 3.
Tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemodal
b. PBV (Price Book Value) Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen
dan
organisasi
perusahaan
sebagai
sebuah
31
perusahaan yang terus tumbuh (Brigham (1999) dalam Susanti, 2010:35). Ada beberapa alasan mengapa investor menggunakan rasio harga terhadap nilai buku (PBV) dalam analisis investasi: pertama, nilai buku sifatnya relatif stabil. Bagi investor yang kurang percaya terhadap estimasi arus kas, maka nilai buku merupakan cara paling sederhana untuk membandingkannya. Kedua, adanya praktik akuntansi yang relatif standar diantara perusahaan-perusahaan menyebabkan PBV dapat dibandingkan antar berbagai perusahaan yang akhirnya dapat memberikan signal apakah nilai perusahaan under atau over valuation. Terakhir, pada kasus perusahaan yang memiliki earnings negatif maka tidak memungkinkan untuk mempergunakan PER, sehingga penggunaan PBV dapat menutupi kelemahan PER yang ada pada PER dalam kasus ini (Murhadi, 2009:148). Namun ada beberapa kekurangan sehubungan dengan penggunaan rasio PBV yakni: pertama, nilai buku sangat dipengaruhi oleh kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan. Apabila penggunaan standar akuntansi yang berbeda di antara perusahaan-perusahaan maka ini akan mengakibatkan rasio PBV tidak dapat diperbandingkan. Kedua, nilai buku mungkin tidak banyak artinya bagi perusahaan berbasis teknologi dan jasa karena perusahaan-perusahaan tersebut tidak memiliki asset nyata yang signifikan. Ketiga, nilai buku dari ekuitas akan menjadi negatif bila perusahaan selalu mengalami earnings yang negatif sehingga akan mengakibatkan nilai rasio PBV juga negatif (Murhadi, 2009:148). Pengukuran
nilai
perusahaan
dalam
penelitian
ini
akan
menggunakan price to book value pada periode yang telah ditentukan. Menurut Prayitno dalam Wulandari (2009), Price to book value (PBV) menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini, berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut dan semakin tinggi rasio PBV, semakin tinggi kinerja perusahaan dinilai oleh pemodal dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan. Oleh karena itu dapat disimpulkan semakin tinggi PBV semakin tinggi tingkat kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan,
32
maka akan menjadi daya tarik bagi investor untuk membeli saham tersebut, sehingga permintaan akan naik, kemudian mendorong harga saham naik (Wulandari, 2009). Hal ini dihitung dengan membagi harga penutupan saham saat ini dengan nilai buku kuartal terkini per saham. Juga dikenal sebagai "rasio harga-ekuitas". Dihitung sebagai berikut:
Dalam realitas banyak sekali variasi tentang PBV. Tim BEI (2010) menyebutkan bahwa: Harga pasar mencerminkan harga ekspektasi dari investor. Jika ekspektasi investor terhadap satu jenis saham tinggi, maka permintaan terhadap saham tersebut juga tinggi sehingga harga dipasar juga relatif tinggi. Harga pasar juga bisa rendah dari nilai bukunya. Harga saham yang berubah setiap saat di pasar ditentukan oleh fakor seperti: likuiditas saham di pasar, jumlah floating share, dan lainnya. Sehingga harga saham di pasar tidak mencerminkan nilai buku yang sebenarnya.
2.8
Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan Pemahaman terhadap kepemilikan perusahaan sangat penting karena
berkaitan dengan pengendalian operasional perusahaan. Hal ini sesuai dengan sistem pengelolaan perusahaan dalam dua kriteria : (a) perusahaan dipimpin oleh manajer dan pemilik (owner-manager); (b) perusahaan yang dipimpin oleh manajer non pemilik (non-owner-manager). Dua kriteria ini akan mempengaruhi manajemen laba, sebab kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang mereka kelola. Secara umum dapat dikatakan bahwa persentase tertentu kepemilikan saham oleh pihak manajemen cenderung mempengaruhi tindakan suatu nilai perusahaan (Boediono, 2009). Dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajer, diharapakan manajer akan bertindak sesuai dengan keinginan para principal karena manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja.
33
(Siallagaan & Mas’ud, 2010) menyatakan bahwa dengan kepemilikan manajerial dalam perusahaan maka manajemen akan cenderung untuk berusaha meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham dan untuk kepentingannya sendiri. Sensitivitas manajemen terhadap pengaruh para pemegang saham akan tergantung pada tingkat kontrol kepemilikan manajerial. Sebagaimana dikemukakan oleh Sedarmayanti (2012: 67) : Kepemilikan manajerial atau kepemilikan kemudian dipandang sebagai mekanisme control yang tepat untuk mengurangi suatu konflik. Dalam hal ini kepemilikan insider dapat menyamakan kepentingan antara pemilik dan manajer sehingga semakin tinggi kepemilikan maka akan semakin tinggi pula nilai suatu perusahaan insider atau Semakin besar proporsi kepemilikan saham manajemen pada perusahaan, maka manajemen cenderung berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham yang tidak lain adalah dirinya sendiri.
2.9 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Nilai Perusahaan Melalui kepemilikan institusional, efektivitas pengelolaan sumber daya perusahaan oleh manajemen dapat diketahui dari informasi yang dihasilkan serta memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen (Boediono, 2005)
Shleiver dan Vishny (2011:120) berpendapat
bahwa tingkat
kepemilikan institusional dalam proporsi yang cukup besar
akan
mempengaruhi nilai Perusahaan. Dasar Argumentasi ini adalah semakin besar tingkat kepemilikan saham yang oleh institusi maka semakin efektif pula mekanisme kontrol terhadap kinerja manajemen. Argumentasi tersebut didukung oleh (wahyudi & Pawestri, 2008) bahwa nilai perusahaan akan meningkat jika institusi mampu menjadi alat monitoring yang efektif.
34
2.10
Proporsi Dewan Komisaris Terhadap Nilai Perusahaan Board independent atau dewan komisaris independen adalah jumlah
dewan komisaris independen dalam perusahaan. Jumlah dewan komisaris independen yang semakin banyak menandakan bahwa dewan komisaris independen melakukan fungsi pengawasan dan koordinasi dalam perusahaan yang semakin baik. Dewan komisaris memegang peranan penting dalam perusahaan terutama dalam pelaksanaan GCG. Dewan komisaris merupakan inti dari good corporate governance yang ditugaskan untuk menjamin strategi perusahaan, mengawasi manajer dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Kusumawati dan Riyanto (2005), berpendapat dengan adanya asumsi bahwa cross directorships dewan akan menguntungkan bagi perusahaan untuk dapat meningkatkan nilai perusahaan di mata investor. Hubungan antara jumlah anggota dewan dengan nilai perusahaan didukung oleh perspektif fungsi service dan control yang dapat diberikan oleh dewan. Fungsi service menyatakan bahwa dewan (komisaris) dapat memberikan konsultasi dan nasehat kepada manajemen dan direksi. Fungsi kontrol yang dilakukan oleh dewan (komisaris) diambil dari teori agensi. Dari perspektif teori agensi, dewan komisaris mewakili mekanisme internal utama untuk mengontrol perilaku opportunistic manajemen sehingga dapat membantu menyelaraskan kepentingan pemegang saham dan manajer. Ujiyanto & Pramuka 2012: 243, mengemukakan bahwa : “Perusahaan yang memiliki proporsi komisaris independen yang tinggi dapat mengontrol manajemen secara lebih baik sehingga dapat meningkatkan kinerja mnajamen. Peningkatan kinerja manajemen perusahaan akan direspon positif oleh investor malalui kenaikan harga saham. Kenaikan harga saham akan berpengaruh terhadap peningkatan nilai perusahaan. Maka dapat disimpulkan bahwa proporsi komisaris independen yang tinggi dalam dewan akan meningkatkan nilai suatu perusahaan. sehingga proporsi dewan komisaris berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan”
35
2.11
Pengaruh (Earnings) Laba Terhadap Nilai Perusahaan Laba merupakan indikator dari kualitas informasi keuangan.
Kualitas informasi keuangan yang tinggi berasal dari tingginya kualitas pelaporan keuangan surifah (2010), mendefinisikan kualitas laba sebagai kemampuan laba dalam merefleksikan kebenaran laba perusahaan dan membantu memprediksi laba yang akan datang, dengan mempertimbangkan stabilitas dan persistensi laba. Laba yang akan datang merupakan indikator kemampuan membayar deviden masa mendatang. Besarnya laba
yang
dimasukan dalam cadangan selain tergantung kepada besarnya laba yang diperoleh selama periode tertentu, juga tergantung kepada “dividend policy” yang dijalankan oleh perusahaan yang bersangkutan. Untuk mengukur besar tidak nya hasil keuntungan dari sebuah perusahaan dapat digunakan dengan rasio ROI (Return on Investment) atau ROA (Return On Asset) dimana rasio ini menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan perusahaan. serta suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Semakin besar/tinggi nilai laba yang dihasilkan perusahaan maka akan semakin naik terhadap produktivitas dari seluruh kinerja/nilai perusahaan. Dengan demikian maka akan mempengaruhi terhadap nilai suatu perusahaan. sebagaimana diungkapkan oleh Kasmir (2011:202) “Semakin kecil (rendah) rasio ini, semakin kurang baik demikian sebaliknya bahwa semakin besar (tinggi) rasio yang dihasilkan maka semakin baik terhadap kinerja suatu perusahaan”. 2.12 Penelitian Terdahulu Dibawah ini terdapat hasil penelitian terdahulu yang penenliti dapatkan yaitu sebagai berikut : 1. Agrraeni Niken Susanti, Rahmawati, dan Anni Aryani (2010), dengan judul penelitian
“Analisis pengaruh mekanisme corporate
terhadap nilai perusahaan dengan kualitas laba sebagai variabel intervening pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia”. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa kepemilikan manajerial (KM) berpengaruh terhadap kualitas laba. Dilihat dari
36
koefisiennya yang positif, dapat diinterpretasikan sebagai indikasi bahwa relevansi dan reliabilitas laba merupakan fungsi positif dari kepemilikan manajerial. 2. Agrraeni Niken Susanti, Rahmawati, dan Anni Aryani
(2010)
Hasil penelitian menyatakan bahwa kualitas laba yang diproksikan dengan ERC (Earnings Response Coefficient) berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil ini didukung dengan hasil penelitian Siallagan dan Machfoedz (2009), yang menyatakan bahwa kualitas laba secara positif berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian, semakin besar laba yang dihasilkan perusahaan, maka akan melahirkan sentimen positif yang sangat kuat pada para investor, sehingga nilai perusahaan juga akan meningkat relatif besar. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Soliha dan Taswan (2007), Sujoko dan Soebiantoro (2007), dan Teyfoer (2008), yang juga menemukan bukti bahwa kualitas laba mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.
3.
Vinolla Herawaty (2008), dengan judul “Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan” Hasil Penelitian variabel praktek corporate governance berpengaruh secara signifikan dengan arah yang berbeda, dimana Kepemilikan Institusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini membuktikan praktek corporate governance sebagai moderating variabel atas hubungan earning management terhadap nilai perusahaan. Koefisien earning management yang positif diperlemah.
4. Mochammad
Ridwan
dan
Ardi
Gunardi
(2013),
dengan
penelitiannya yang berjudul Peran Mekanisme Corporate Governance sebagai Pemoderasi Praktik Earning Management terhadap Nilai Perusahaan (2013). Hasil penelitian variabel moderator Komisaris inependen yang merupakan variabel interaksi ternyata tidak signikan
37
terhadap nilai perusahaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel komisaris independen bukan merupakan variabel moderating. Hal ini tidak mendukung penelitian
Herawaty (2008) bahwa perusahaan
memanipulasi laba lebih besar kemungkinannya apabila memiliki dewan komisaris yang didominasi oleh manajemen dan lebih besar kemungkinannya memiliki Chief Executif Oficer (CEO) yang merangkap menjadi chairman of board. Hal ini berarti tindakan memanipulasi akan berkurang jika struktur dewan direksi berasal dari luar perusahaan. Jika fungsi independensi dewan direksi cenderung lemah, maka ada kecenderungan terjadinya moral hazard yang dilakukan oleh para direktur perusahaan untuk kepentingannya melalui pemilikan
perkiraan-perkiraan
akrual
yang
berdampak
pada
manajemen laba. Dapat dikatakan bahwa komposisi dewan komisaris yang terdiri dari anggota yang berasal dari luar perusahaan mempunyai kecenderungan mempengaruhi manajemen laba. Fama dan Jensen (2008)
menyatakan
bahwa
non-executive
director
(komisaris
independen) dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen. Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang good corporate governance. Variabel
ini
ditunjukan
dengan
persentase
jumlah
komisaris
independen terhadap jumlah total komisaris yang ada dalam susunan dewan komisaris perusahaan sample.
5. Werner R. Murhadi (2009), melakukan pengujian dengan praktek Good Corporate Governance And Earning Management kasus di Indonesia. Secara garis besar dengan. Variabel dependen dewan komisaris independen dan mengendalikan keberadaan pemegang saham variabel independen seperti komisaris independen dan komite audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya dua variabel berpengaruh signifikan terhadap praktek earning manajement yaitu
38
dewan komisaris independen dan pengendalian keberadaan pemegang saham .Variabel independen lainnya seperti komisaris independen dan komite audit dan juga koalisi pemegang saham luar pemegang saham pengendali tidak memiliki engaruh
untuk mendapatkan praktek
manajemen di perusahaan.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No
1.
Nama
Judul
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Peneliti
Penelitian
Angraheni Niken
Analisis
Dependen : Nilai
Mekanisme
susanti, SE, Prof.
Pengaruh
Perusahaan
GCG yang
Dr. Hj Rahmawati Mekanisme
Independen
berpengaruh
,M.si, Ak, dan
Corporate
:Mekanisme GCG yg
terhadap nilai
Dra. Y Anni
Governance
terdiri dari
perusahaan
Aryani, M. Pof.
dengan
:Kepemilikan
adalah :
Acc. Ak, Ph. D
kualitas laba
manajerial,
Kepemilikan
(2010)
sebagai
Kepemilikan
manajerial dan
variabel
Institusional,
Kepemilikan
intervening
Komposisi komisaris
Konstitusional
terhadap nilai
independe,
Serta variabel
perusahaan
Keberadaan komite
Intervening :
(2010)
audit
Kualitas laba
Var Intervening : Kualitas laba 2.
Mochammad
Peran
Dependen : Nilai
Mekanisme
Ridwan (2013)
Mekanisme
Perusahaan
GCG yang
Good
Independen :
berpengaruh
Corporate
Mekanisme Good
terhadap nilai
Governanve
Corporate
perusahaan
sebagai
Governance
adalah
Pemoderasi
terdiri dari
Kepemilikan
39
Praktik
:Kepemilikan
Institusional,
Earning
manajerial,
kepemilikan
Management
Kepemilikan
manajerial. Serta
terhadap Nilai
Institusional,
Earning Cuality
Perusahaan
Komposisi komisaris
Management
(2013)
independen, Keberadaan komite audit dan Eraning Cuality Management
3.
Vinola Herawaty
Peran Praktek
Dependen : Nilai
Praktek Good
(2008)
Corporate
Perusahaan
Corporate
Governance
Independen : Peran
Governance
Sebagai
Praktek Good
yang
Moderating
Corporate
berpengaruh
Variable dari
Governance
secara signifikan
Pengaruh
Komisaris
terhadap nilai
Earnings
independen, kualitas
perusahaan
Management
audit
adalah hanya
Terhadap Nilai
dan kepemilikan
variabel
Perusahaan
institusional
komisaris
(2008)
merupakan variabel
independen
pemoderasi antara
dan kepemilikan
earnings management
institusional.
dan nilai perusahaan sedangkan kepemilikan manajerial bukan merupakan variabel pemoderasi. 4.
Werner R.
Good
Dependednt
The result shows
Murhadi
Corporate
Valriables CEO
that only two
40
Faculty of
Governance
Duality and
variables have
Economics,
And Earning
controlling
significant effect
Universitas
Management
shareholder existence
to Earning
Surabaya,
Practice: An
independent variables
Management
Indonesia
Indonesia
such as independent
practice which
(2009)
Cases (2009/
commissioner and
is CEO Duality
audit committee
and controlling shareholder existence. Other independent variables such as independent commissioner and audit committee and also shareholder coalition outside the controlling shareholder don’t have any effect to earning management practice in the company
5.
Hadi Sirat
Corporate
The corporate
The practice of
Khairun
Governanve
governance practices
corporate
University,
Practices,
were measured using
governance and
Journal of
Share
three variables
institutional
Economics,
Ownership
(quality audit, the
ownership
Business, and
Structure, and
proportion
variable did not
Accountancy
Size On
of independent board,
have significant
Ventura (2012)
earning
and the existence of
effect on the
41
Management
audit committee)
amount of profit
(2012)
made by company management. It was found that company size and family ownership have a significant influence on the amount of earnings management
Sumber :diolah penulis
2.13 Kerangka Pemikiran Hadirnya good corporate governance dalam pemulihan krisis di Indonesia
menjadi
mutlak
diperlukan,
mengingat
good
corporate
governance mensyaratkan suatu pengelolaan yang baik dalam sebuah organisasi (Hastuti,2008). Menurut teori keagenan untuk mengatasi masalah ketidakselarasan kepentingan salah satunya adalah melalui pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance). Corporate Governance merupakan suatu mekanisme yang digunakan untuk memastikan bahwa supplier keuangan, misalnya shareholders dan bondholders, dari perusahaan memperoleh pengembalian dari kegiatan yang dijalankan oleh manajer, atau dengan kata lain bagaimana supplier keuangan perusahaan melakukan control terhadap manajer. Tujuan utama perusahaan, adalah meningkatkan nilai perusahaan. Konflik keagenan yang mengakibatkan adanya sifat opportunistic manajemen akan mengakibatkan rendahnya kualitas laba. Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan pembuatan keputusan para pemakainya seperti investor dan kreditor, sehingga nilai
42
perusahaan akan berkurang (Siallagan dan Machfoedz, 2008). Informasi laba sangatlah penting perannya sebagai sinyal kinerja suatu perusahaan guna pembuatan berbagai keputusan penting oleh pengguna informasi. Laba yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna laporan. Jika laba seperti ini digunakan oleh investor untuk membentuk nilai pasar perusahaan, maka laba tidak dapat menjelaskan nilai pasar perusahaan yang sebenarnya (Boediono, 2009). For Corporate Governance in indonesia (FCGI) merumuskan tujuan dari corporate governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Corporate governance yang mengandung empat unsur penting yaitu keadilan, transparansi, pertanggungjawaban dan akuntabilitas, diharapkan dapat menjadi suatu jalan dalam mengurangi konflik keagenan. Dengan adanya tata kelola perusahaan yang baik, diharapkan nilai perusahaan akan dinilai dengan baik oleh investor. Ada empat mekanisme corporate governance yang sering dipakai dalam berbagai penelitian mengenai corporate governance yang bertujuan untuk mengurangi konflik keagenan, yaitu komite audit, komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial (Rachmawati, 2009).
43
BAGAN KERANGKA PEMIKIRAN GCG
Agency Theory
Konflik Pemilik dengan Pengelola
Cara Menganalisis Agency Conflict
X1 Kepemilikan Manajerial
X2 Kepemilikan Institusional
X3 Proporsi Dewan Komisaris
Nilai Perusahaan
Gambar 2.1 Penerapan GCG (Good Corporate Governance) Dan Kualitas Laba (Earnings Quality)) Terhadap Nilai Perusahaan” (Studi pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013)
X4 (Earnings) Laba
44
2.14
Perumusan Hipotesis Atas dasar kerangka pemikiran di atas, hipotesis yang diajukan
penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Penerapan Good Corporate Governance, dalam hal ini H1: Kepemilikan manajerial, berpengaruh secara signifikan baik secara bersama-sama maupun individual terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan manufaktur sektor barang
konsumen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013 di Bursa Efek Indonesia.
H2 : Kepemilikan Institusional, berpengaruh secara signifikan baik secara bersama-sama maupun individual terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013 di Bursa Efek Indonesia.
H3 : Proporsi dewan komisaris independen, berpengaruh secara signifikan baik secara bersama-sama maupun individual terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013 di Bursa Efek Indonesia.
H4 : Laba berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013 di Bursa Efek Indonesia.