SATU PAGI ITU….., AKU dan Si “ TENGIL ” Pagi tadi itu , gue memang agak terlambat…, sebenarnya bukan terlambat sich…., cuman gue aja yang memang agak terburu-buru ingin cepat segera menuntaskan pekerjaanku ngeloper koran dikarenakan gue ada jadwal kuliah pagi. Dan asoooy men ! , tadi pagi…., gue-pun pacu kenceng motor dengan cukup tergesa-gesa , montang-manting…., blingsatan…rak-karu-karuan ( bahasa Indonesia : tanpa aturan )…., orang Jawa bilang aku lagi ngetrek (Bahasa Indonesia : berlagak seperti pembalap )!, seperti saat aku tadi pagi jelang subuh melintasi tikungan depan RS. Kariadi , kebetulan ada Pak Sanusi yang sedang bebersih warung sebagai persiapan gelar dagangan. Dari jauh aku sudah mainin klakson , sebagai tanda bahwa itu adalah aku , dan begitu dekat.....” Sugeng enjang Pak Sanusiiiii.....” Sapaku sambil tetap tak mengurangi uliran tarikan gas tangan kananku...., dan itu membuat si butut tetap meraung garang walau dibelokkan. “ Ati-ati Raaaannd...” Jawab Pak Sanusi yang gak kalah berserunya sambil mengacungkan jempol tangannya , dan tentu saja tak lupa sambil gelanggeleng kepalanya “ Bereeeeesss Paaaakkkk...” Seru sahutku yang tak mau kalah disertai dengan pencetan klakson yang berkepanjangan Mungkin orang awam yang melihat akan terheran-heran , lha wong hanya tukang loper koran aja kok gaya dan cara memacu motornya kayak pembalap….., sembalap dan pakai acara ngetrek segala. Oh iya…., jadi dinovel ini ya pren...( Plesetan dari Friend : Teman ) , gue juga ingin share pula beberapa tips bagaimana menjadi tukang loper koran yang cekatan , cepat, praktis, smart dan penuh ramah tamah , serta tetap menjaga kiriman Koran sampai ke tangan pelanggan tanpa terjadi kerusakan. Dan tips ini aku beri nama LKS , dimana LKS ini bukan kepanjangan dari Lembar Kerja Siswa lho….; tapi LKS disini kepanjangan dari LOPER KORAN SMART; ada enam tips yang pertama yaitu sebagai tukang loper koran , kita harus bisa memetakan daerah mana para pelanggan kita , dengan begitu bisa mengetahui berapa jarak dari rumah ketempat agen distributor , terus dari agen ke pelanggan dengan melewati jalur-jalur yang terpendek , lancar , aman , dan cepat. Kedua yaitu gulunglah koran dan ikatlah dengan karet gelang lalu masukkan dalam plastik bening dan ikat yang rapi jangan sampai bisa kemasukan air. Ketiga ,persiapkan alat transportasi untuk
9
mengantar koran ke pelanggan dengan baik , cek kondisi ban , rantai, rem , lampu , pokoknya tunggangan harus selalu prima!. Ke-empat , cek juga tas tempat wadah Koran yang juga penempatannya harus mudah dijangkau oleh tangan kita . Kelima adalah geber laju motor atau sepeda dengan tetap memperhatikan peraturan lalu-lintas , jaga norma sopan-santun pada saat mendistribusikan koran kepada pelanggan , bila ngeloper disuatu rumah yang terlihat ada penghuninya maka sempatkanlah untuk turun dari motor atau sepeda dan serahkan koran sebagaimana mestinya kepada penghuni rumah tersebut dengan tetap menjunjung tinggi keramah-tamahan , jika perlu berbasa-basi beri salam , tanya khabar , dan pamitan yang baik , dan jika ada waktu memungkinkan janganlah pernah menolak rejeki bila penghuni rumah mengajak kita sekedar sarapan pagi, menawari rokok ,minum kopi atau sekedar menikmati kudapan pagi ; namun bila rumah yang kita tuju kelihatan kosong alias suwung tak nampak penghuninya , maka kita harus mempelajari dan perlu diingat baikbaik tata letak halaman , teras , taman dari rumah tersebut , sehingga bila kita nantinya harus melemparkan koran, maka jatuhnya bisa tepat didepan pintu , diteras , atau di halaman yang tidak basah oleh embun pagi. Keenam yaitu berlatihlah melempar koran dengan benar agar selalu bisa tepat akan sasaran . Itulah enam tips yang bermanfaat bila didalam kehidupan kita ini menjalani takdir sebagai tukang koran. Jangan pernah merasa kecil hati , minder dengan pekerjaan yang hanya tukang loper koran , tapi berbahagialah karena setidaknya bila tanpa Koran yang kita distribusikan, pelanggan kita tersebut akan ketinggalan informasi yang mereka butuhkan . Okey….kita kembali kecerita novel ini…..; Nah….dirumah si pelanggan koran terakhir yang mesti aku loperin koran , yaitu rumahnya si “Äyu” yang super “ Tengil “ , aku masih saja tetap memacu laju motor bututku ala pembalap liar yang biasa balapan di Jalan pahlawan , dan dengan beraksi cepat memutar arah stang kemudi sambil tangan kiriku meraih gulungan koran dari dalam tas, lalu melemparkannya kearah dalam halaman rumah megah itu……makbuweerrr….., Tapi….tapi pagi ini kok asli…., gak seperti biasanya. Sejenak setelah kulempar koran kedalam halaman rumah itu , sayup-sayup aku mendengar ada suara mengaduh dan diikuti dengan umpatan serta sumpah serapahan , dan suara itu kayaknya suara….?? “Aduuh…!, kurang ajar itu tukang Koran… , main lempar koran se-enaknya saja , gak tau kalau ada orang yang kena ketimpuk wajahnya “ Seru seseorang yang samar-samar namun cukup jelas kudengar suaranya...he he he, apalagi suara itu adalah suara cewek yang nyaring-nyaring gimana gitu terdengarnya.
10
Jujur aku memang berharap bahwa suara cewek itu adalah suaranya si “Tengil” yang ayu itu.....karena semenjak pertama melihatnya, aku merasakan bahwa aku baru benar-benar melihat bidadari bening yang pada akhirnya senantiasa menyita perhatianku.... , namun yang bikin resah yaitu kalau ternyata yang ketimpuk lemparan koranku itu adalah ibunya , atau saudaranya, atau pembantunya , khan itu jelas bisa jadi berabe....alamat kalah sebelum berperang...alias karena kena diskualifikasi terlebih dulu..., iya nggak ...?? .
Akupun yang semula sudah sempat menjauhi rumah itu, terpaksa memutar balik arah stang motorku dan kembali kerumah tersebut. Aku terpaksa kembali karena guna menjaga reputasiku sebagai peloper koran teladan didepan relasi atau pelanggan , supaya nantinya mereka tidak kabur, hanya karena dosa kecil akibat ketidak-sengajaanku. Intinya sich....gue gak enak ati aja..., daripada dirundung dosa. Ingat khan...aku sendiri selalu bengakbengok agar sebisa mungkin dosa sekecil apapun yang kita lakukan , apalagi
11
terhadap orang lain, maka harus sesegera mungkin mendapatkan keikhlasan dan terbuka pintu maafnya .Lha kenapa, mengapa atau supaya apa ? , ya yang jelas supaya memudahkan pintu rejeki singgah dikehidupanku, Dan begitu mendengar suara raungan motor bututku yang kembali berhenti didepan gerbang rumahnya , si “ Tengil “ langsung nerocos dengan umpatannya yang semakin menjadi-jadi. “ Heyyy…kamu tukang koran gak sopan, main lempar-lempar koran se-enaknya , kena wajah tahuuu!!! , gak sopan, kurang ajar, bego , dasar gemblung !! ” Terocos si “Tengil” dengan umpatan-umpatannya. Aku yang masih terduduk dimotor, melihatnya , dan dalam hati aku berkata : “kalo sudah cantik, walau marah-marahpun tetep aja kelihatan cantik “ . Aku turun dari motor dan kuhampiri si “ Tengil “ “ Maaf ya Dik , maafin saya “ entah mengapa hanya kalimat itu yang keluar dari mulutku. Tenggorokanku terasa tercepit untuk merangkai kata-kata permintaan maaf yang baik kepada si “ Tengil “ . Jangkrik ! , kenapa aku malah menyebutnya “Dik”, wualaaah aku menyebutnya si “ Tengil “ itu dengan panggilan “Dik”!, emangnya apa dia adikku gitu ??, atau…yah, mungkin itu hanya reaksi spontanku saja , dan kupikir ya memang toch aku ini lebih tua umurnya daripada dia , dia masih anak putih abu-abu, sedang aku sudah kuliah jadi ya sah-sah saja bila aku memanggilnya dengan embel-embel “Dik”. “ Maaf…maaf !, itu tidak sopan tau !, masak kirim Koran pakai main lempar !, tuch…matanya tuch dipakai lihat dengan baik... , apa gunanya ada kotak surat itu!! , dasar bego…!,… tak berpendidikan !! “ Terocosnya si “Tengil” seakan tiada puas dan penuh dendam. “Ya sekali lagi Dik…, saya minta maaf, soalnya saya buru-buru sekali… “ Kataku kalem dan sopan menanggapi kemarahan si “Tengil” “ Alaaaahhh nonsen yaa...., banyak alesan !, bego ! “ Sungutnya pedas. Aku melayaninya dengan kalem, sabar, sambil kuperhatikan wajah ayunya meskipun dibalut kemarahan dan kejengkelan serta rasa judesnya. Asli…. , si “Tengil” itu bener-bener ayu , manis , pokoknya tongkrongannya siiip buangeettt, gak malu-maluin bila dijadiin pacar !, wuuiiih pacar ? , ngarep banget kalee gue ini.. Sejenak gue terdiam…. , kayaknya gue memang harus mengalah , toch mengalah bukan berarti aku ini kalah , apalagi mengalah sama si Tengil.
12
Aku segera berkata: “ Okey…, kalau Adik merasa atas kesalahan saya ini tidak cukup hanya dengan meminta maaf...tidak cukup hanya dengan berkata maafkan saya , dan Adik berniat membalas perbuatan saya , menghisab saya dengan pembalasan yang setimpal, monggo…? ” , Kataku sambil mencari satu lagi gulungan koran yang memang biasanya aku selalu bawa lebih. “ Monggo kalau Adik berniat membalas dengan melempar atau menamparkan koran ini kemuka saya “ Kataku sambil menyerahkan gulungan koran kepada si “ Tengil “ , akupun pasrah, dia mau membalas dengan cara bagaimanapun. Kulihat dan kuperhatikan mimik wajah ayu si tengil yang nampak masih menimbang-nimbang atau memikirkan sesuatu...., dan yang macam beginian ini yang membuatku tak sabar , karena menyita waktu, gak bat-bet-batbet , mana aku ini sebenarnya diburu-buru waktu dengan jam tayang agenda acaraku.... “ Adik pingin membalasku…? , adik mau melepar wajahku dengan koran ini , atau menamparkannya diwajahku. Boleh koq Dik…, monggo.... “ Kataku dengan penuh kepasrahan, ya habis gimana ? , ini kan akibat kesalahanku yang main grusah-grusuh aja. Sejenak si “Tengil” nampak ragu akan apa yang akan dia perbuat setelah menerima gulungan koran dari tanganku. “ Ini koran yang sama persis dengan koran yang aku lempar dan secara tak sengaja mengenai wajah adik , jadi sekarang Adik boleh gantian melempar koran itu kewajahku , atau kalau kurang mau menimpukku , atau kalau kurang ya apapun yang mau adik balaskan kepada aku, aku rela , aku ikhlas , yang penting Adik mau memaafkanku “ Kataku dengan penuh kepasrahan, tetapi bukan dengan suara yang memelas lho…; suaraku terdengar tetep tegas , tegar , berwibawa…wk wk wk wk…., mungkin !. Sejenak gue jadi teringat kisah saat SMA , ketika saat acara Pendadaran anggota pramuka yang baru, dimana seorang senior boleh menghukum para juniornya, dan diakhir pendadaran ada session pembalasan , dimana para junior yang merasa sakit hati boleh untuk membelaskan kepada seniornya. Dan saat itu , aku dihukum untuk melakukan push up sebanyak seratus kali oleh seorang junior yang kebetulan seorang cewek. Asli….ternyata berat juga ya push up sebanyak seratus kali!. “ Cepetan Dik…, karena aku ini buru-buru, aku harus kuliah masuk pagi , atau Adik gak tega yaa ??, dan Adik mau memaafkan saya dengan ikhlas “ Kataku gak sabar dan terus terang memburunya.... “ Enak aja! “ sautnya spontan dengan masih memendam rasa jengkel. Si “Tengil “ memperhatikanku sejenak, mungkin dia lagi mikir hukuman
13
apa yang pantas untuk aku kerjakan. “ Push up lima puluh kali ! “ Katanya ketus dengan sambil berkacak pinggang. Aku mengangguk-angguk sambil tersenyum meng-iya-kan kemudian. “ Okey, asal ini bisa membuatmu ikhlas memaafkan aku, dan mengurangi rasa dosaku akan padamu “ Kataku kemudian sambil terus satu gulungan memasukkan koran yang sedianya aku berikan padanya barangkali dia mau membalas melempar koran kewajahku. Akupun sempat teringat akan pituture Tiyang Djawi “ Ojo kurang pamariksaniro lan den agung pangapuniro “ yang mengandung arti nilai positif bahwa didalam hidup manusia itu jangan sampai anda tidak peduli dan berjiwalah besar untuk mengampuni “. Kutanggalkan tas pada stang motor bututku , dan akupun memulai push up sebanyak limapuluh kali sebagaimana persyaratannya. Yeiii….kau belum tahu yaaa, kalau cuman push up limapuluh kali, itu kecil ,yaaa… idep-idep aku olahraga pagi , Bisikku dalam hati, toch tadi pagi memang aku belum sempat melakukan rutinitas tersebut, karena habis sholat subuh , aku langsung kabur keagen koran Suara Merdeka untuk ambil koran dan mendistribusikan kepelanggan. Tahu nggak pembaca....pernah dalam suatu operasi gabungan Pecinta Alam di jalur pendakian Tekelan , aku ini pernah diganjar hukuman pushup seratus kali dibawah todongan moncong bedil polisi hutan KPH. Magelang saat aku kedapatan memanen bunga Eidelweis di Gunung Merbabu. Jadi sekali lagi kalau cuman disuruh push-up limapuluh kali dihadapan gadis ayu yang membuatku ser-ser-an...tentu enteng...keciiillll... Setelah push up sebanyak limapuluh kali , aku langsung pamitan. “ Kita sudah impas yaaa…? “ Kataku setengah bertanya sambil tetap mencoba untuk tersenyum dengan senyumanku yang manis. “ Iyaaa” Jawabnya singkat. Ada kulihat senyuman kenesnya , kayaknya si cewek ini begitu senang bisa ngerjain aku. “ Yeiii....tersenyum ik....., boleh nggak aku kenalan...” Kataku berseloroh iseng-iseng siapa tahu bisa kenalan. “ Ciiih...kenalan..., mandi dulu terus ngaca...., apa sudah pantes untuk kenalan sama aku...., udah sana-sana pergi....” Kata si Tengil....ampun dech...ini cewek bikin gemes aja...
14
Dalam hati gue terbersit dendam … asli !, rasanya kok gantian pada diri gue yang timbul menaruh rasa dendam pada si cewek centhil yang ayu ini….” Suatu saat aku akan push up tepat berada diatas tubuhmu !! “ . Namun disaat bersamaan sebagai orang jawa asli , akupun teringat bahwa “ Yen arep weruh trahing ngaluhur , titiken alusing tingkah laku budi basane “ yang artinya bahwa mereka yang memiliki tradisi berbudi luhur,maka akan terlihat dari tingkah laku, budi pekerti dan bahasanya. Dan….., mungkin ini sedikit nasehatku , yang Insya Allah aku sendiri sangat ingin bisa selalu mengamalkannya : “ Bangunlah selalu pagi hari , karena embun pagi sebagai pertanda rejeki yang akan pudar dan sirna seiring munculnya sinar mentari. Lakukanlah sholat Subuh sebagai pertanda ketaqwaanmu dan rasa syukurmu kepada Allah atas nikmat kehidupan yang masih dapat kau rasakan. Panjatkan doá memohon diberikan kemudahan dalam menjalani dan mengkais rejeki pada hari ini , dan bergegaslah dalam menyongsong kesempatan meraih rejeki , sebelum rejeki yang telah disemaikan itu habis diambil oleh para pesaing yang lain . Sadarlah meskipun kau telah mengawali hidupmu dengan sesuatu yang baik, namun kau juga harus pikirkan bahwa bukan hanya kau saja yang melakukan seperti itu. Maka bersegeralah langkahkan kakimu dalam mengais rejeki hari ini. Semoga rejeki hari ini lebih baik daripada hari kemarin “
15
DUA AKU DAN BENGKEL
Sehabis kuliah , akupun
langsung memacu motor bututku ke sebuah bengkel yang terletak di daerah Jalan Pawiyatan Luhur daerah Bendan di Semarang Atas . Bukan…, bukan karena motorku yang sudah butut itu rusak , sekali lagi bukan itu . Namun dibengkel itulah aku menggantungkan kehidupan perekonomianku selama ini . Dibengkel itulah aku selama ini berlindung diri dan bernaung dari panasnya terik matahari dan derasnya curahan air hujan. Bengkel itu adalah rumahku, Bengkel itu adah istanaku…untuk saat ini . “ Cepet sekali kuliahmu hari ini Rand…” Tanya Priyo. Priyo adalah sahabatku saat SMA , kami berteman dari kelas satu sampai kelas tiga....gak pernah bosan..., gak pernah bermusuhan...puokoknya just friend banget. Nah....diceritaku ini...karena dia kebetulan menganggur , nasibnya tak sebaik aku yang bisa mengenyam kuliah , dan karena Priyo itu mempunyai kecakapan montir , maka kuajaklah dia bergabung dalam bengkelku. Tapi dia bukanlah karyawanku , bukan montirku…., Priyo adalah sahabatku ! . Dia adalah sahabatku baik dalam suka dan duka , meskipun dia tak sepenuhnya tahu siapa aku ini sebenarnya....biasa , soale aku ini lagi nyamar !. Dan yang jelas disisi aku sendiri telah menanamkan paradigma kepada Priyo bahwa kita ini adalah teman yang senasib seperjuangan , kita ini sama orangorang yang tidak punya , kita ini yang biasa disebut kaum jelata menurut buku pelajaran sejarah , dan sesekali bukanlah kaum yang borjuis. Begitupun dengan Tarto yang saat itu sedang berada disamping Priyo , diapun juga seorang temen dekat alias shohib kental dimana kita dulu bertiga ini sahabatan sejak SMA. Lamunanku terbang kemasa saat kita bertiga remaja belia dalam balutan seragam putih abu-abu , dimana pada saat itu kita bertiga mengibarkan bendera Geng Jelata. Geng Jelata mengambil nama dari pelajaran sejarah tentang adanya Revolusi Perancis yaitu pertikaian antara kaum borjuis yang kaya raya melawan kaum rakyat kecil , atau kaum jelata.. “ Yah…, namanya juga cuman ada satu mata kuliah kok , makanya aku bisa cepet pulang ” Jawabku sambil menaruh tas yang berisi tetek bengek buku-buku , juga tugas-tugas serabutanku sebagai mahasiswa yang juga nyambi sebagai joki tugas-tugas mahasiswa yang punya tabiat gawan bayi sebagai pemalas...., lumayan friend....dari mereka pulalah aku bisa menyambung dan memutarkan roda kehidupanku....
16
Aku langsung masuk bilik kamarku yang ukurannya paling cuman duabelas meter persegi atau jika kalian sulit membayangkan ya sekitar empat kali tiga meter. Sebuah bilik atau ruangan kamar yang cukupan dan tidak kecil dan sempit , tapi jangan dipandang sisi luas atau sempitnya ruangan tidurku ini , tapi pandanglah akan manfaat dan hasil yang telah membuatku bisa sampai seperti sekarang ini. Dan menurutku, semua inilah yang menjadikan aku lebih dewasa ,arief dan bijaksana dalam melangkah di perjalanan kehidupanku. Dikamar, aku langsung ganti pakaianku dengan wearpack atau uniform pakaian resmi bengkelku , dan kalau sudah berpakaian begini , hati ini rasanya ingin berteriak “ Inilah gue !, dan gue ini seorang Montir!! “ , dan setalah berganti pakaian bengkel, aku langsung keluar bilik untuk bergabung dengan Priyo dan Tarto.
17
“ Gimana hari ini ?, sudah ada berapa Pasiennya ?, sudah lumayankah ? “ Tanyaku yang kutujukan kepada Priyo dan Tarto yang saat itu mereka sedang asyik menaikan dan memasang mesin Honda GL Pro. “ Yah…lumayan, Alhamdulillah Rand sudah ada empat pasien yang telah selesai di-odel-odel “ Jawab Tarto. “ Kalo tidak terlalu capek, bolehlah kau tangani pasien yang ada disebelahmu “ Lanjut kata Tarto sambil menunjuk motor Honda Astrea Grand yang tepat berada disisi kanan sebelahku berdiri . “ Iya Rand , kasihan yang punya sudah nunggu cukup lama “ Timpal Priyo sambil matanya memberiku kode atau memberi isyarat kalau yang punya adalah seorang cewek yang sedang duduk dikursi tunggu paling kanan. Dibengkelku memang sengaja aku sediakan ruangan khusus untuk rehat para pemilik motor sambil menunggu motornya diperbaiki atau diservice. Mereka bisa duduk disofa yang empuk sambil membaca koran , majalah atau menonton TV yang memang sengaja aku sediakan...sssttt...ini rahasia yaa...kayak majalahnya kebanyakan adalah majalah yang sudah kedaluwarsa...biasalah ini permainan tukang loper koran !. Bahkan dipojok ruangan tunggu aku sediain dispenser air mineral yang krannya bisa mengeluarkan air panas atau air biasa lengkap dengan gula,kopi dan teh celup. Aku tersenyum kepada seorang cewek sebagimana yang tadi dimaksudkan Priyo., yaitu si-empunya motor Astrea Grand yang mau aku oprek. “ Ini motor Mbak ya ?? “Tanyaku kepada cewek tersebut. Cewek yang kumaksud tersebut sejenak berdiri dari sofa dimana dia tadi terduduk dan kemudian mengangguk “ Iya “ “ Maaf Mbak…, kalo boleh saya tahu, apa keluhan dari motor ini ? “ Tanyaku kemudian , dalam hati aku berharap agar si cewek ini gak njawab seenaknya seperti si Anggit yang waktu itu aku tanya keluhan motornya...eee, dengan santai dia jawab “ Tanya aja sendiri sama motornya , aku gak tahu bahasanya motor ! “ . uuugh...ingat si Anggit yang njawabnya enteng namun ketus seperti itu rasanya aku pingin nguyel-uyel kepalanya untuk dikramasi olie bekas. Cewek itu berjalan mendekat , dan berkata : “ Gimana yaa ??, sebenarnya aku gak tahu pasti juga tentang masalah mesin motor “ Lanjutnya, dan kutangngkap sejenak dia memandangiku seakan memintaku untuk bertindak atau melakukan sesuatu , pokoknya memintaku untuk mengerti-in dan melihat kondisi motornya. “ Maksudnya motor Mbak pas dinaikin ada rasa gak enak, gak seperti biasanya, gitu ya… ? “ Tanyaku kemudian seakan memancing pendapatnya agar lebih bisa mendiskripsikan akan keluhan motornya. Cewek itu mengangguk “ Iya Mas..., tapi motor ini enggak mogok
18