RELEVANSI NILAI INFORMASI LAPORAN KEUANGAN UNTUK INVESTOR PASAR SAHAM INDONESIA: SUATU BUKTI EMPIRIS BARU
ANDREAS LAKO
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
RELEVANSI NILAI INFORMASI LAPORAN KEUANGAN UNTUK INVESTOR PASAR SAHAM INDONESIA: SUATU BUKTI EMPIRIS BARU
Abstract This study investigates a considerable debate in recently accounting literature that financial statement numbers have lost a significant portion of their relevance over time for several last decades. Investigation is primarily focused on the value relevance of accounting numbers (i.e. unexpected book value equity and net income) from the listed manufacturing firms at the Jakarta Stock Exchange over 1990-2002 applying return (change) model. In contrast of the claims in the accounting literature, this study provides new evidence that the value relevance of accounting numbers does not decline and tends to fluctuate over time. Contrary to most prior studies, the study also finds that the relevance of earnings is higher than book value equity. Generally, the value relevance of accounting numbers to stock market tends to embarrassingly low, that is, approximately 4.4% using panel data. The result also indicates that value relevance of unexpected accounting numbers during period of economic crises (1997-2002) is more value relevant than during certainty periods (1990-1996). Key words: value relevance, stockholders’ equity, net income, and explanatory power.
I. Pendahuluan Studi ini menginvestigasi klaim yang berkembang dalam literatur akuntansi selama satu dekade terakhir bahwa relevansi nilai (value relevance) dari informasi laporan keuangan (LK) untuk pasar saham telah menurun atau memburuk kualitasnya dari waktu ke waktu. Investigasi terhadap klaim tersebut penting karena hasil telaah literatur yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa kebanyakan studi empiris value relevance1yang meneliti klaim tersebut melaporkan hasilhasil yang belum konklusif. Sejumlah studi empiris value relevance di Amerika Serikat (AS) melaporkan bukti-bukti empiris yang saling bertentangan. Collins et al. (1997), Francis dan Schipper (1999) dan Brief dan Zarowin (2002) melaporkan bahwa relevansi nilai informasi LK untuk pasar saham tidak menurun dari waktu ke waktu. Sebaliknya, Amir dan Lev (1996), Brown et al. (1999), Lev dan Zarowin (1999) dan Easton dan Sommers (2003) justru memberikan bukti empiris bahwa relevensi nilai informasi LK cenderung menurun dari waktu ke waktu. Sejumlah studi value relevance yang menggunakan settings perusahaan publik dari sejumlah negara anggota International Accounting Standards (berbasis IAS atau GAAP domestik) juga memberikan bukti yang belum konklusif. Sejumlah studi value relevance antar negara (Ali dan Hwang 2000, Jaggi dan Li 2002, Bartov et al. 2002) juga melaporkan bukti-bukti yang belum konklusif. Sementara studi value relevance di Indonesia (Warsidi 2002, Arsyah 1
Penggunaan istilah studi value relevance merujuk pada Amir dan Lev (1996), Collins et al. (1997), Francis dan Schipper (1999), Holthausen dan Watts (2001), Barth et al. (2001) dan Beaver (2002). Studi tersebut menguji apakah angka-angka akuntansi secara statistik berasosiasi dengan nilai pasar sekuritas.
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
2
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 2003, Suwardi 2005) melaporkan bahwa relevansi nilai informasi LK cukup tinggi (berkisar 15% - 75%) dan cenderung meningkat selama 1990-2001 (kecuali 1998). Bukti-bukti empiris yang belum konklusif tersebut tidak hanya membingungkan bagi perusahaan emiten penyaji LK, tapi juga bagi badan-badan pembuat standar akuntansi dan regulasi pasar modal sebagai pengguna akhir dari hasil studi value relevance. Karena itu, hasil studi value relevance selama ini dinilai tidak memberi kontribusi yang berarti bagi perusahaan emiten dan badan-badan pembuat regulasi (regulatory bodies) untuk perbaikan dan peningkatan kualitas dan kegunaan dari informasi LK untuk pasar saham (Holthausen dan Watts, 2001). Salah satu penyebab belum konklusifnya hasil-hasil studi tersebut adalah akibat adanya misspesifikasi dalam metoda valuasi, khususnya dalam penggunaan model harga (price model) dan model return (return model). Kebanyakan studi value relevance menggunakan metoda valuasi berbasis model harga. Hasil telaah Ota (2001) menunjukkan bahwa, meskipun dua model tersebut diderivasi dari basis teoritis yang sama yaitu dari model Ohlson 1995), namun nilai R2 (ukuran value relevance) yang dihasilkan model harga jauh lebih tinggi dari model return. Namun, Christie (1987) dan Kothari dan Zimmerman (1995) menyatakan bahwa model harga mengandung permasalahan ekonometrik yang lebih serius dibanding model return. Easton (1999), Holthausen dan Watts (2001), Barth et al. (2001), dan Beaver (2002) menyimpulkan bahwa penggunakan model harga untuk menguji relevansi nilai informasi akuntansi memiliki sejumlah masalah ekonometrik yang krusial, terutama masalah scale effect (heteroskedastisitas), sehingga model return lebih dianjurkan. Berdasarkan uraian tersebut, studi ini menguji klaim yang berkembang dalam literatur akuntansi dengan mengaplikasikan model return/perubahan dan sampel dari perusahaan emiten manufaktur yang tercatat di BEJ selama 1990-2002. Tujuannya adalah untuk memberikan konfirmasi empiris apakah relevansi nilai informasi LK untuk investor pasar saham memang telah menurun atau memburuk kualitasnya dari waktu ke waktu seperti diklaim dalam literatur akuntansi, atau justru sebaliknya. Studi ini juga menguji klaim yang berkembang di kalangan pelaku pasar saham Indonesia bahwa relevansi nilai informasi LK untuk pasar saham sebelum krisis (1990-1996) lebih tinggi daripada periode krisis ekonomi (1997-2002). Karena itu, hasil studi ini diharapkan akan memberikan kontribusi yang berarti bagi: 1) literatur akuntansi keuangan dan pasar modal tentang relevansi nilai informasi LK untuk pasar saham Indonesia, 2) perusahaan emiten untuk melakukan tindakan-tindakan konkrit untuk meningkatkan relevansi nilai informasi LK untuk pasar saham, 3) Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntansi Indonesia (DSAK IAI) untuk mengevaluasi kembali dan menerbitkan sejumlah standar akuntansi keuangan baru untuk meningkatkan relevansi nilai informasi LK, dan 4) Bapepam untuk mengevaluasi kembali sejumlah regulasi yang mengatur penyajian dan pengungkapan informasi LK emiten dan mengambil langkah-langkah konstruktif baru untuk meningkatkan relevansi nilai informasi LK emiten. Sistematika pembahasan studi ini sebagai berikut. Bagian kedua membahas telaah literatur dan pengembangan hipotesis. Bagian ketiga memaparkan desain riset, dan bagian keempat memaparkan hasil riset. Bagian terakhir berisi kesimpulan, diskusi, keterbatasan dan usulan untuk pengembangan riset berikutnya.
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
3
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 II. Telaah Literatur dan Pengembangan Hipotesis 2.1. Esensi Value Relevance Informasi Akuntansi Dalam literatur akuntansi, suatu angka akuntansi didefinisikan value relevance jika angka tersebut secara statistik berasosiasi secara signifikan dengan nilai pasar ekuitas [Holthausen dan Watts (2001) dan Barth et al. (2001)]. Menurut Barth et al. (2001), suatu angka akuntansi dikatakan value relevance, yaitu memiliki relasi signifikan dengan harga-harga/return saham, jika angka tersebut mencerminkan informasi relevan untuk investor dalam menilai perusahaan dan diukur dengan cukup reliabel yang tercermin dalam harga-harga atau return saham. Easton (1999) dan Beaver (2002) menyatakan bahwa riset value relevance bertujuan untuk menguji asosiasi antara variabel dependen berbasis harga (return) sekuritas dengan sejumlah variabel akuntansi. Menurut Barth et al. (2001) dan Beaver (2002), riset value relevance berperan penting untuk memberikan bukti-bukti empiris tentang apakah angka-angka akuntansi berkorelasi dengan nilai pasar sekuritas yang diprediksikan. Jika relasi harga/return saham dengan angka-angka akuntansi (diukur dengan R2) lebih besar atau tidak sama dengan nol, maka angka-angka tersebut memiliki relevansi nilai untuk pasar saham. 2.2. Telaah Riset-riset Terdahulu dan Perumusan Hipotesis Secara umum, hasil-hasil studi value relevance melaporkan bahwa informasi laporan keuangan (LK) memiliki relevansi nilai untuk pasar saham. Namun berkaitan dengan tren dan besaran relevansi nilai informasi LK dari waktu ke waktu, studi-studi tersebut melaporkan buktibukti empiris yang saling bertentangan. Untuk hasil studi value relevance di AS, baik studi-studi yang menggunakan pendekatan studi asosiasi dan model harga maupun studi-studi yang menggunakan studi asosiasi dan model return, kesimpulan yang disajikan saling bertentangan. Pertama, untuk studi value relevance yang menggunakan studi asosiasi dan model harga, ada dua kesimpulan yang saling bertentangan. Collins et al. (1997), Francis dan Schipper (1999) dan Brief dan Zarowin (2002) melaporkan bahwa relevansi nilai informasi LK tidak menurun dari waktu ke waktu. Namun, Brown et al. (1999) dan Core et al. (2003) justru melaporkan bukti sebaliknya. Kedua, untuk studi menggunakan studi asosiasi dan model return, kesimpulan yang dilaporkan Lev dan Zarowin (1999) dan Francis dan Schipper (1999) sudah konklusif. Dilaporkan bahwa relevansi nilai dari informasi LK sedang menurun dari waktu ke waktu. Sementara riset-riset terbaru di sejumlah negara anggota International Accounting Standard Committee (IASC) memberikan hasil yang agak berbeda dengan hasil-hasil riset di AS. Ali dan Hwang (2000) melaporkan bahwa relevansi nilai informasi akuntansi untuk negaranegara yang menganut bank-oriented systems dan negara-negara penganut sistem Continental lebih rendah dibanding AS dan Inggris yang menganut market-oriented. Bodnar et al. (2002) yang menguji relevansi nilai dari geographical earnings disclosures dari perusahaan emiten yang tercatat dan berdomisili di Australia, Canada, dan Inggris melaporkan bahwa relevansi laba foreign untuk tiga negara itu berbeda dari laba domestik. Jaggi dan Li (2002) yang menguji relevansi nilai laba berbasis IAS untuk 35 negara anggota IASC melaporkan bahwa laba berbasis IAS lebih relevan dibanding laba berbasis GAAP untuk perusahaan Jerman, Italia dan Swiss; namun laba berbasis GAAP domestik lebih relevan untuk perusahaan Perancis.
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
4
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 Sementara hasil studi value relevance di Indonesia (Warsidi 2002, Arsyah 2003, Suwardi 2005 dan Lako 2004) menunjukkan bukti yang masih equivocal. Dengan menggunakan model harga, Warsidi (2002), Arsyah (2003) dan Suwardi (2005) melaporkan bahwa relevansi nilai informasi akuntansi (laba dan nilai buku) berkisar antara 15%-75% selama periode 1990-2001. Namun dengan mengaplikasikan model return dan angka-angka akuntansi aktual, Lako (2004) melaporkan bahwa relevansi nilai informasi LK hanya berkisar 1%-10%. Salah satu penyebab belum konklusifnya hasil-hasil studi tersebut adalah karena ada misspesifikasi dalam penggunaan model valuasi, khususnya penggunaan model harga dan model return serta asumsi-asumsi yang mendasarinya. Sejumlah studi yang mengaplikasikan dua model tersebut melaporkan bahwa R2 dari model harga jauh lebih tinggi daripada model return. Misalnya, Francis dan Schipper (1999), Lev dan Zarowin (1999) dan Ota (2001) masing-masing melaporkan R2 dari model harga adalah 62%, 76% dan 46%; sementara R2 dari model return masing-masing adalah 18%, 22%, 7% dan 6 %. Namun, Kothari dan Zimmerman (1995), Easton (1999), Holthausen dan Watts (2001), Barth et al. (2001) dan Beaver (2002) menyatakan bahwa penggunakan model harga memiliki beberapa keterbatasan mendasar, terutama terkait dengan isu scale effects karena emiten besar dan kecil memiliki perbedaan dalam nilai pasar ekuitas dan angka-angka akuntansi. Karena itu, penggunaan model return untuk menilai relevansi nilai informasi LK lebih handal dibanding model harga. Dari perspektif belief adjustment theory, penggunaan model return dinilai lebih relevan karena mampu mengukur prior belief dan current belief para investor dalam keputusan investasi membeli, menjual atau menahan suatu sekuritas. Berdasarkan klaim dan hasil-hasil studi yang belum konklusif tersebut, patut diduga bahwa relevansi nilai informasi LK dari perusahaan emiten manufaktur BEJ untuk pasar saham menurun dari waktu ke waktu. Karena itu, hipotesis (alternatif) yang diajukan adalah: Ha1: Relevansi nilai informasi laporan keuangan dari perusahaan emiten manufaktur BEJ untuk pasar saham menurun dari waktu ke waktu. Dalam satu dekade terakhir, kondisi sosial-politik dan ekonomi Indonesia mengalami dua fase perubahan penting. Fase pertama, yaitu 1990-1996, adalah periode stabil. Pada fase ini tidak terjadi krisis ekonomi dan gejolak sosial-politik sehingga tidak terjadi gejolak harga saham, nilai tukar rupiah, suku bunga, dan inflasi yang signifikan. Selama periode ini, relevansi nilai informasi LK diduga tidak mengalami fluktuasi yang signifikan. Fase kedua, yaitu 1997-2002, adalah periode krisis ekonomi dan sosial-politik sehingga terjadi gejolak nilai tukar, inflasi, suku bunga, dan harga saham. Selama fase ini, relevansi nilai informasi LK diduga mengalami penurunan secara signifikan. Karena itu, hipotesis yang diajukan adalah: Ha2: Relevansi nilai informasi laporan keuangan dari perusahaan emiten manufaktur periode sebelum krisis ekonomi lebih tinggi dibanding periode krisis ekonomi. III. Metode Penelitian 3.1. Pengambilan Sampel dan data Studi ini menggunakan data sekunder. Prosedur seleksi sampel adalah: Pertama, sampel adalah perusahaan emiten manufaktur yang sahamnya tercatat dan diperdagangkan di BEJ selama 1990–2003. Karena itu, emiten yang tercatat pada periode penelitian juga dimasukkan
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
5
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 menjadi sampel. Demikian pula emiten yang semula terdaftar namun kemudian delisted juga dimasukkan dalam sampel selama periode sahamnya aktif diperdagangkan. Kedua, sampel menerbitkan laporan keuangan (LK) auditan 1990–2002 yang dipublikasikan selama Januari– April tahun 1991–2003. Karena itu, emiten yang tidak melaporkan LK dalam periode tersebut tidak dimasukkan dalam sampel. Ketiga, emiten yang memiliki tingkat kenaikan (penurunan) nilai buku dan laba yang ekstrim dianggap outliers. Berdasarkan prosedur tersebut, jumlah emiten yang terpilih menjadi sampel adalah 1284 observasi. Perinciannya disajikan dalam Tabel 1. Untuk data LK, return saham, dan lainnya diperoleh dari sumber berikut ini: (1) data nilai buku ekuitas (NBE) dan laba bersih (LB) dari emiten manufaktur diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) edisi 1990-2003; dan (2) data return saham diperoleh dari Pusat Database Pasar Modal FE- UGM.
3.2. Variabel dan Model Penelitian Untuk variabel independen, studi ini menggunakan NBE dan LB. NBE mewakili necara (aset dikurangi hutang), sementara LB (laba bersih setelah pos extraordinary) mewakili laporan laba-rugi. Penggunaan dua variabel tersebut merujuk pada model Ohlson (1995). Untuk menghitung NBE dan LB kejutan pada suatu tahun tertentu, digunakan rumus berikut: NBEt.0 – NBEt.-1 NBEKit =
(1) ⎮NBEt.-1 ⎮ LBt.0 – LBt.-1
LBKit =
(2) ⎮LBt.-1⎮
Keterangan: NBEKit = Perubahan nilai buku ekuitas kejutan perusahaan i pada periode tahun t NBEit.0 = NBE perusahaan i pada tahun berjalan NBEit.-1 = NBE perusahaan i pada tahun sebelumnya LBKit = Perubahan laba bersih (LB) perusahaan i pada periode tahun t LBit.0 = LB perusahaan j pada tahun berjalan LBit.-1 = LB perusahaan i pada tahun sebelumnya
Untuk variabel dependen, studi ini menggunakan return saham (Ri,t). Return setiap sekuritas adalah rata-rata return harian setiap sekuritas tanggal 30 April2 yang dihitung dengan menggunakan metode rata-rata geometrik selama satu tahun (300 hari perdagangan) dengan rumus (PPA UGM, 2001) sebagai berikut: RATARGHSTt = ((1 + RETa) (1 + RETa) (1 + RETHa-1)…(1 + RETHt))1/n – 1
(3)
Keterangan: RETHt = Return harian masing-masing emiten hari ke-t a = awal periode, yaitu tanggal hari efektif tahun t 2 Untuk laporan keuangan 2002, digunakan RATARGHST 31 Maret 2003 karena berdasarkan ketentuan Bapepam tahun 2002, semua emiten wajib melaporkan laporan keuangan tahunan paling lambat 31 Maret.
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
6
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 t n
= tanggal hari efektif tahun t = jumlah hari
Untuk menguji relevansi nilai NBE dan LB secara gabungan dalam menjelaskan Rit dari waktu ke waktu (menguji Ha1), studi ini menggunakan persamaan regresi linear berikut: Rit = β1 + β2NBEKit + β3LBKit + εit
(4)
Keterangan: Rit : RATARGHST, yaitu rata-rata return harian setiap sekuritas yang dihitung dengan menggunakan metode ratarata geometrik selama 12 bulan dari sekuritas i yang diukur dari bulan April tahun fiskal sebelumnya hingga akhir April tahun fiskal t berikutnya. RATARGHST yang digunakan adalah tanggal 30 April. NBEit : Nilai buku ekuitas kejutan perusahaan i pada periode tahun fiskal t LBKit : Laba bersih kejutan perusahaan i pada periode tahun fiskal t εit : residual rerm (nilai residual) perusahaan i pada periode tahun fiskal t
Untuk menguji relevansi nilai NBE dan LB secara individual dalam menjelaskan return saham (Ri), studi ini menggunakan regresi berikut: Rit = α1 + α2NBEit + εit Rit = γ1 + γ2LBit + εit
(5) (6)
Untuk menguji hipotesis Ha2, sampel dibagi dalam dua periode waktu yaitu: 1) periode 19901996 yaitu periode sebelum krisis ekonomi; dan 2) periode 1997-2002, yaitu periode krisis ekonomi3. Model dari persamaan (4) digunakan untuk menguji hipotesis tersebut dengan pengembangan pada pemisahan periode sebelum dan selama krisis ekonomi sebagai berikut: Periode 1990-2004 : Rit = α1 + α2NBEit + α3LBit + εit Periode 1990-1996 : Rit = λ1 + λ2NBEit + λ3LBit + εit Periode 1997-2004 : Rit = γ1 + γ2NBEit + γ3LBit + εit
(7) (7.1) (7.1)
IV. HASIL EMPIRIS DAN ANALISIS 4.1. Uji Asumsi Klasik Ada dua uji asumsi klasik yang dilakukan. Pertama, menguji multikolinearitas dan heteroskedastisitas untuk data cross-sectional periode 1990–2002. Hasil uji asumsi klasik multikolinearitas dengan menggunakan variance inflation factor (VIF) menunjukkan nilai VIF laporan keuangan 1992–2002 di bawah 2,5%. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada multikolinearitas yang tinggi antar variabel independen. Untuk menguji ada-tidaknya heteroskedastisitas, Linear Regression Plot digunakan untuk melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen (Ri) dengan residualnya. Dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak di atas dan di bawah angka nol sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada heteroskedastisitas yang ekstrim pada model regresi.
3
Pembagian data sampel ke dalam dua periode ini merujuk pada Gujarati (2003). Menurut Gujarati (2003), untuk menguji apakah terjadi suatu perubahan struktural atau stabilitas parameter dalam relasi antara variabel Y (regressand Y) dengan variabel-variabel X (regressors) dalam model regresi yang melibatkan data runtut waktu (time series), maka peneliti perlu membagi data sampel ke dalam dua periode. Dengan membagi data sampel ke dalam dua periode, peneliti memiliki tiga persamaan regresi yaitu (1) persamaan regresi pertama untuk periode waktu pertama, 2) persamaan regresi kedua untuk periode waktu kedua, dan 3) persamaan regresi ketiga untuk keseluruhan periode, yaitu gabungan periode waktu pertama hingga periode waktu kedua. Dengan pembagian periode waktu tersebut, peneliti dapat menganalisa dan menyimpulkan apakah suatu perubahan struktural telah terjadi atau tidak dalam variabel-variabel regressor.
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
7
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 Kedua, uji asumsi homoskedastisitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas, auto-korelasi dan normalitas untuk data panel. Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai VIF dan DurbinWatson kurang dari 2,5. Grafik histogram dan normal plot menunjukkan pola distribusi yang mendekati normal dan titik-titik dari grafik normal plot menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebarannnya mengikuti arah garis diagonal. Secara keseluruhan, model regresi yang digunakan memenuhi sejumlah asumsi klasik. 4.2. Analisis Televansi nilai Informasi Akuntansi untuk Pasar Saham Tabel 1 melaporkan R2 informasi LK selama 1990-2002 untuk asosiasi antara Rit dengan NBE dan LB. Tampak R2 dari NBE dan LB secara gabungan berkisar 0,6%-29,8%. R2 tertinggi terjadi tahun 1992 (29,8%), sementara nilai terrendah terjadi tahun 1996 (0,6%). Secara panel, relevansi nilai informasi LK hanya 4,4% yang berarti 95,6% perubahan dalam return saham dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar informasi LK. Untuk menguji relevansi nilai dari masing-masing item LK, Tabel 1 juga menyajikan hasil regresi Ri / NBE dan Ri / LB. Tampak R2 dari relasi Ri / NBE tertinggi terjadi tahun 1991 (20,3%), dan terrendah terjadi tahun 1996 (0%). Untuk relasi Ri / LB, R2 tertinggi terjadi tahun 1992 (29,5%), sementara terrendah terjadi tahun 1996 (0,4%). Secara panel, NBE dan LB masing-masing menjelaskan 0,9% dan 4,2% terhadap variasi dalam return saham.
Tabel 1 Relevansi nilai (R ) informasi LK perusahaan emiten manufaktur BEJ periode 1990–2002 Ri t=β1 + β2NBEit + β3LBit + εit Rit =α1+α2NBEit +εit Rit =γ1+γ2NIit+εit 2
Tahun 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 Pool
Observasi 57 67 72 80 94 103 114 116 107 117 109 124 124 1284
Nilai Koefisien β2 β3 0,102 0,358 0,065 -0,170 0,005 -0,052 -0,037 0,035 0,275 -0,009 -0,017 0,039 0,114 0,045
0,052 0,195 0,510 0,198 0,144 0,207 0,076 0,126 0,261 0,184 0,153 0,170 0,090 0,193
R2 0,013 0,233 0,298 0,049 0,022 0,032 0,006 0,018 0,164 0,033 0,022 0,035 0,026 0,044
α2 0,102 0,451 0,321 -0,114 0,086 0,080 -0,014 0,050 0,312 0,035 0,072 0,096 0,134 0.097
R2 0,01 0.203 0,103 0,013 0,007 0,006 0,00 0,002 0,097 0,001 0,005 0,009 0,018 0,009
γ2 0,052 0,366 0,543 0,151 0,147 0,174 0,066 0,130 0,300 0,182 0,107 0,183 0,116 0,205
R2 0,003 0,134 0,295 0.023 0,021 0,030 0,004 0,017 0,09 0,033 0,012 0,034 0,014 0,042
Gambar 1 memperlihatkan bahwa relevansi nilai NBE dan LB berfluktuasi dari tahun ke tahun. Relevansi nilai informasi LK yang pada 1991-1992 cukup tinggi, mulai 1993-1997 cenderung menurun. Namun ketika krisis ekonomi dan politik mencapai klimaks pada 1998, relevansi nilai akuntansi justru meningkat drastis meskipun menurun kembali selama 1999-2002. Dari Gambar 1 juga terlihat relevansi nilai NBE cenderung lebih rendah dari LB selama 1993-2001.
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
8
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
Gambar: Tren Relevansi Nilai Informasi Laporan Keuangan untuk Pasar Saham Periode 19902002 0.35
0.30
0.25
0.20 R2
Relevansi nilai NBE dan LB Relevansi Nilai NBE Relevansi Nilai LB
0.15
0.10
0.05
0.00 1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
Tahun
Berdasarkan uraian tersebut, maka pernyataan hipotesis (H1) tidak didukung secara empiris. Berkenaan dengan besaran dan tren relevansi nilai, hasil ini bertentangan dengan Warsidi (2002), Arsyah (2003) dan Suwardi (2005) yang melaporkan bahwa relevansi nilai informasi LK cenderung meningkat dari waktu ke waktu berkisar 15%-75%, namun menurun secara drastis pada tahun 1998.
4.3. Relevansi nilai Informasi LK Periode Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi
Untuk menguji hipotesis (Ha2), Tabel 2 melaporkan R2 informasi LK periode sebelum dan sesudah krisis ekonomi. Dari Tabel 2 dapat dijelaskan bahwa: 1) untuk relasi Ri / NBE & LB, tampak R2 informasi LK sebelum krisis (1990-1996) lebih rendah dibanding sesudah krisis (1997-2002) yaitu 0,006 berbanding 0,066; 2) untuk relasi Ri /NBE, R2 sebelum krisis lebih rendah daripada sesudah krisis yaitu 0 berbanding 0,02; dan 3) untuk relasi Ri /LB, R2 dari LB sebelum krisis lebih tinggi dibanding sesudah krisis ekonomi, yaitu 0,005 berbanding 0,058. Tabel 2 Relevansi nilai (R2) informasi LK emiten manufaktur sebelum dan sesudah krisis ekonomi Rit = α1+β2NBEit+β3LBit+εit Rit=λ1+λ2NBEit+λ3LBit+εit Rit= γ1+γ2NBEit+γ3LBit +εit Periode 1990-2002 Periode Sebelum Krisis Periode Sesudah Krisis (1284 Obs.) (587 Obs.) (697 Obs.) Keterangan Relasi Ri / NBE & LB 0,044 0,006 0,066 Relasi Ri / NBE 0,009 0 0,02 Relasi Ri / LB 0,042 0,005 0,058
Secara keseluruhan, relevansi nilai informasi LK periode sesudah krisis lebih tinggi dibanding sebelum krisis ekonomi. Temuan ini konsisten dengan temuan Lako (2004) bahwa informasi LK selama periode krisis lebih value relevant dibanding sebelum krisis. Karena itu, pernyataan hipotesis (Ha2) tidak didukung secara empiris.
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
9
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
V. Kesimpulan, Diskusi, Keterbatasan dan Riset Selanjutnya Studi ini menginvestigasi klaim dalam literatur akuntansi bahwa relevansi nilai informasi LK untuk pasar saham telah menurun dari waktu ke waktu. Studi ini juga menguji klaim di kalangan praktisi pasar modal Indonesia bahwa relevansi nilai informasi LK sebelum krisis ekonomi (1990-1996) lebih tinggi dibanding periode krisis ekonomi (1997–2002). Hasil studi menunjukkan bahwa: Pertama, relevansi nilai informasi LK dari perusahaan emiten manufaktur BEJ tidak menurun dan cenderung berfluktuasi dari waktu ke waktu. Meski demikian, secara gabungan (panel) informasi LK hanya menjelaskan sekitar 4,4% dari perubahan (variation) dalam return saham selama 1990-2002. Tidak seperti dilaporkan dalam kebanyakan studi value relevance sebelumnya bahwa relevansi nilai laba cenderung menurun dan lebih rendah dari nilai buku ekuitas, studi ini memberikan bukti empiris yang sebaliknya. Kedua, relevansi nilai informasi LK untuk pasar saham sebelum krisis ekonomi (1990-1996) lebih rendah dibanding sesudah krisis ekonomi (1997-2002). Dengan demikian, klaim dalam literatur akuntansi dan klaim dari kalangan praktisi pelaku pasar modal tidak terbukti secara empiris kebenarannya. Secara keseluruhan, hasil studi ini mengindikasikan bahwa besaran relevansi nilai informasi LK untuk investor pasar saham Indonesia (BEJ) sangat rendah. Bahkan, besarannya jauh lebih rendah dibanding besaran relevansi nilai di AS dan di negara-negara anggota IASC. Ada beberapa faktor yang diduga sebagai penyebabnya. Pertama, studi ini menggunakan model return dan angka-angka akuntansi kejutan, bukan model harga dan angka-angka akuntansi nominal seperti digunakan dalam banyak studi value relevance selama ini. Kedua, ada sumber-sumber informasi bersaing lainnya yang lebih relevan dan tepat waktu dibanding informasi LK sehingga investor kurang memperhatikan informasi LK. Ketiga, karakteristik dan sistem pasar modal, serta kondisi riil yang melingkupi dan mempengaruhi rejim pelaporan dan pengungkapan informasi LK di Indonesia berbeda dengan negara-negara lain. Implikasi kebijakan dari hasil studi ini bagi badan-badan regulator (Bapepam dan IAI) adalah perlu segera mengevaluasi kembali relevansi dari sejumlah regulasi dan standar akuntan keuangan (SAK) yang ada dan perlu mempertimbangkan untuk menerbitkan sejumlah regulasi baru untuk meningkatkan kualitas dan kredibilitas informasi LK untuk pasar saham dan pemakai lainnya. Penerbitan sejumlah regulasi baru untuk mengatur dan meningkatkan kepintaran pelaku pasar saham agar lebih rasional dan sophisticated dalam memahami arti penting informasi LK untuk valuasi nilai perusahaan juga perlu dilakukan otoritas bursa efek. Ada dugaan rendahnya relevansi nilai informasi LK disebabkan para investor BEJ umumnya masih naive investors. Setelah membaca hasil studi ini, perusahaan-perusahaan emiten diharapkan juga akan melakukan upaya-upaya konkret untuk meningkatkan kualitas atau relevansi nilai dari informasi laporan keuangannya. Misalnya, mengurangi praktik earnings management, mengungkapkan sejumlah informasi intangible assets baru yang sebelumnya tidak dilaporkan, mempublikasikan laporan keuangan lebih awal dari batas waktu yang ditetapkan Bapepam, memperhatikan tanggung jawab sosial dan lingkungan, dan lainnya. Ada beberapa keterbatasan dalam studi ini. Pertama, studi ini menggunakan rata-rata return saham setahun per 30 April sehingga mungkin diperdebatkan karena sejumlah emiten telah melaporkan LK pada awal Januari hingga akhir April. Ada kemungkinan laporan keuangan
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
10
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 tahunan sudah terobservasi oleh investor melalui publikasi LK triwulan sehingga publikasi LK tahunan bukanlah suatu news yang sangat dinantikan. Kedua, studi ini menggunakan studi asosiasi dengan periode jendela lebar sehingga tidak mengontrol extranous variables yang turut mempengaruhi respon pasar terhadap publikasi LK. Karena itu, riset-riset selanjutnya perlu memperbaiki sejumlah keterbatasan dalam riset ini. Misalnya, menguji relevansi nilai informasi LK dengan menggunakan periode jendela yang pendek dan tanggal riil publikasi LK perusahaan, dan menggunakan rata-rata abnormal return. Selain itu, perlu mempertimbangkan faktor-faktor lain yang diduga berpengaruh terhadap relevansi nilai informasi LK, misalnya mengontrol ukuran perusahaan, kualitas informasi akuntansi, risiko perusahaan dan risiko pasar, dan lainnya. ============================ DAFTAR PUSTAKA Ali, A., dan L.S. Kwang. 2000. Country-specific factors related to financial reporting and the value relevance of accounting data. Journal of Accounting Research. Vol. 38. No.1. 1-21 Amir, E. dan B. Lev. 1996. Value relevance of nonfinancial information. Journal of Accounting and Economics. Vol. 22. 3 –30 Arsjah, R.J. 2003. Hubungan penilaian, pendapatan dan nilai buku ekuitas (bukti empiris pada perusahaan-perusahaan yang bertahan di BEJ lebih dari sepuluh tahun). Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya 16-17 Oktober. 637-646 Barth, M.E., W.H. Beaver dan W.R. Landsman. 2001. The relevance of value relevance literature for financial accounting standard setting: Another Review. Journal of Accounting and Economics. Vol. 31. 77-104 Beaver, W.H. 2002. Perspectives on recent capital market research. The Accounting Review. Vol. 77 (April), No 2. 453-474 Bodnar, G.M., L.S. Hwang dan J. Weintrop. 2002. The value relevance of foreign income: An Australian, Canadian, and British Comparison. Working Paper. Brief, R.P., dan P. Zarowin. 2002. The value relevance of dividend, book value and earnings. Working Paper. Brown, S., K. Lo dan T. Lys. 1999. Use of R2 in accounting research: measuring changes in value relevance over the last four decades. Journal of Accounting and Economics. Vol.28. 83-115 Christie, A.A. 1987. On cross-sectional analysis in accounting research. Journal of Accounting and Economics. Vol. 9. 231-258 Collins, D., E. Maydew dan L. Weis. 1997. Changes in the value relevance of earnings and book values over the past forty years. Journal of Accounting and Economics. Vol. 24. 39–67
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
11
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 Easton, P.D. 1999. Security Returns and the value relevance of accounting data (Commentary). Accounting Horizons. Vol.13. No 4. 399-412 ______,dan G.A. Sommers. 2003. Scale and the scale effect in the market-based accounting research. Journal of Business Finance & Accounting. Vol.31 (1&2). January/March. 25-55 Francis, J. dan K. Schipper. 1999. Have financial statements lost their relevance?. Journal of Accounting Research. Vol. 37. No 1. 319–352. Holthausen, R.W. dan R.L Watts. 2001. The relevance of value relevance literature for financial accounting standard setting. Journal of Accounting and Economics. Vol. 31. 3–75 Jaggi, B. & C. Li. 2002. Value Relevance of Earnings Based on International Accounting Standards. Working Paper. Kothari, S.P. dan J. Zimmerman. 1995. Price and returns model. Journal of Accounting and Economics. Vol. 20. 155-192 Lako, A. 2004a. Value relevance informasi laporan keuangan untuk pasar saham: Bukti Empiris dari BEJ Periode 1990-2002. Working Paper. Lev, B. dan P. Zarowin. 1999. The boudaries of financial reporting and how to extend them. Journal of Accounting Research. Vol 37. No.1. 353 –385 Olhson, J. 1995. Earnings, book value, and devidend in security valuation. Contemporary Accounting Research. Vol. 11. (Spring). 661-687 Ota, K. 2001. The impact of valuation models on value-relevance studies in accounting: a review of theory and evidence. Working Paper. The Australian National University. Suwardi, E. 2005. Value relevance of accounting numbers: Evidence from the Jakarta Stock Exchange (JSX). Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia. Vol. 9. No. 1. 29-37 Warsidi. 2002. Relevansi nilai informasi akuntansi di Indonesia. Tesis S2.Program Akuntansi Pascasarjana Ilmu-Ilmu Ekonomi UGM. Andreas Lako Alamat: Gang Surya 5B, Mrican RT 06, RW 03 Catur Tunggal – Depok Sleman – Yogyakarta 55281 Email:
[email protected] HP: 081-21-553-753.
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
12
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
BIODATA PENULIS Penulis, Andreas Lako, lahir di Bajawa-Nusa Tenggara Timur (NTT). Menyelesaikan pendidikan S1 Akuntansi dari Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta (1993) dan S2 Akuntansi Keuangan dari Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada (2001). Sejak Agustus 2002 hingga saat ini, Penulis menempuh Program S3 Akuntansi di Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi UGM. Saat ini Penulis sedang menyelesaikan penulisan disertasi. Penulis adalah dosen tetap di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang. Pernah menjabat sebagai Ketua Jurusan Akuntansi selama periode Juli 1997Januari 2000. Selama periode 1995-2005, Penulis telah menulis lebih dari 40 artikel populer di sejumlah koran nasional seperti Bisnis Indonesia, Media Indonesia, Suara pembaruan, Pilar, Kontan, Suluh Marhaen, Nurani Bangsa, Business News dan lainnya. Selama 1995-2005, Penulis sudah menulis lebih dari 100 artikel ilmiah di sejumlah majalah dan jurnal ilmiah nasional dan internasional. Antara lain NETTLAP Publication (UNEP), The Journal of Accounting, Management and Economics Research (FE-UTY), Manajemen dan Usahawan Indonesia (LMFE-UI), Bank & Manajemen (BNI), Jurnal Akuntansi & Manajemen (STIE YKPN), Kinerja (MM-UAJY), Kompak (STIE YO), Kajian Bisnis (STIE Widya Wiwaha), Jurnal Akuntansi & Bisnis (FE-Unika Soegijapranata), Jurnal Ekonomi (STIE Indonesia), Jurnal Ekonomi dan Bisnis (FE-UKSW), Jurnal Akuntansi & Keuangan (FE-UKDW), Jurnal Bisnis dan Akuntansi (STIE Tri Sakti), Media Akuntansi (IAI), dan lainnya. Penulis sering mempresentasikan hasil riset dalam beberapa forum ilmiah internasional dan nasional seperti dalam UNEP-Regional Office for Asia-Pasific (ROAP) Conference on Environmental Managers at the 21th Century (Pattaya, Thailand; 1996); The Challenge of Urbanization: Sosio-Cultural Transformation (Semarang, 1997); International Conference on Educational Innovation for Sustainable Development (Bangkok, Thailand; 1997); The 14th Asia-Pacific Conference on International Accounting Issues (Los Angeles, USA; 2002); Paradigma Pendidikan Manajemen Berbasis Kompetensi (Unika Soegijapranata, 2001); Simposium Nasional Akuntansi V dan VI untuk International Class di Semarang (September, 2002) dan Surabaya (Oktober, 2003); Simposium Nasional Akuntansi, Manajemen dan Ekonomi dari The Journal of Accounting, Management, and Economics Research (FE-UTY, 2002 dan 2004); Simposium Nasional “Surviving Strategies to Cope with the Future (UAJY, 2002); The 1st Annual Indonesian Business Management Doctoral Colloquium on Bussiness Research Challenge (Prasetya Business School Jakarta, 2004); The 1st Indonesia Business Management Conference (Prasetya Business School Jakarta, 2005), dan lainnya. Penulis telah menulis dua buku yaitu: 1) Kepemimpinan dan Kinerja Organisasi: Isu, Teori dan Solusi (Penerbit Amara Books, Agustus 2004), dan 2) Relevansi Informasi Akuntansi untuk Pasar Saham Indonesia: Teori dan Bukti Empiris (Penerbit ANDI OFFSET, 2005)
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
13