RELATION TO THE USE OF WELDING GOGGLES VISUAL ACUITY IN ELECTRIC WELDING WORKERS IN THE CITY OF TASIKMALAYA RAKHILLA PINASTI1) ANDIK SETIYONO2) ANTO PURWANTO3)
Students of the Faculty of Occupational Safety and Health Specialisation Siliwangi University (
[email protected]) Section Supervisor Occupational Health and Safety Siliwangi University Faculty of Health Sciences Welding jobs is one of the types of jobs that are prone to accidents. Welding can cause harmful radiation effects for eye health workers welding goggles consumption can affect the visual acuity in welder workers. Purpose of this study was to determine the relationship of the use of welding goggles on visual acuity in electric welding workers in Tasikmalaya. Samples were welding workers in Tasikmalaya were 72 people from 87 populations were taken by purposive sampling. Based on the results of the decreased visual acuity were 36 people (50%) and who did not experience a decrease in visual acuity as many as 36 people (50%). The statistical test used is the chi-square test for independent variables and the dependent variable of ordinal shape. Statistical test results obtained with the chi-square p value = 0.000 with α = 0.05 and OR = 12.4. Probability value is less than α, it can be concluded that there is a connection to the use of welding goggles visual acuity in electric welding workers in Tasikmalaya. Suggestions for welding workers are welding workers should always wear welding goggles in accordance with the standards established by the government to avoid interference in visual acuity. Keywords
: Worker welding, use welding glasses, visual acuity.
Libraries
: 24 (1990-2011)
Hubungan Pemakaian Kacamata Las Terhadap Ketajaman Penglihatan Pada Pekerja Las Listrik di Kota Tasikmalaya RAKHILLA PINASTI1) ANDIK SETIYONO2) ANTO PURWANTO3) Mahasiswa Fakultas Ilmu Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Universitas siliwangi (
[email protected]) Dosen Pembimbing Bagian Kesehatan dan keselamatan Kerja Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi () Pekerjaan las merupakan salah satu jenis pekerjaan yang rawan terhadap kecelakaan kerja. Pengelasan dapat menimbulkan efek radiasi yang berbahaya bagi kesehatan mata pekerja Pemakaian kacamata las dapat berpengaruh terhadap ketajaman penglihatan pada pekerja las.Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan pemakaian kacamata las terhadap ketajaman penglihatan pada pekerja las listrik di Kota Tasikmalaya. Sampel penelitian adalah pekerja las di Kota Tasikmalaya sebanyak 72 orang dari 87 populasi yang diambil secara purposive sampling. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang mengalami penurunan ketajaman penglihatan sebanyak 36 orang (50%) dan yang tidak mengalami penurunan ketajaman penglihatan sebanyak 36 orang (50%). Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-square karena variabel terikat dan variabel bebas berbentuk ordinal. Hasil uji statistik dengan chi-square didapatkan nilai p value = 0,000 dengan α= 0,05 dan OR=12,4. Nilai probabilitas kurang dari α maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pemakaian kacamata las terhadap ketajaman penglihatan pada pekerja las listrik di Kota Tasikmalaya. Saran untuk pekerja las yaitu pekerja las sebaiknya selalu memakai kacamata las sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah untuk menghindari gangguan ketajaman penglihatan. Kata kunci
: Pekerja las, pemakaian kacamata las, ketajaman penglihatan.
Pustaka
: 24 (1990-2011)
PENDAHULUAN Pekerjaan las merupakan salah satu sektor informal yang jenis pekerjaannya rawan terhadap kecelakaan kerja, sebab para pekerja berhadapan dengan peralatan kerja dan objek kerja yang berpotensi mendatangkan kecelakaan. Pekerja las harus memperhatikan semua bahaya yang bersumber dari sinar pada saat pengelasan baik sinar yang terlihat dan sinar yang tidak terlihat. Pengelasan yang memakai sinar laser dan las Argon sinarnya sangat terfokus dengan kuat cahaya yang tinggi, dan hal ini dapat menyebabkan penglihatan terganggu serta menghasilkan sinar ultraviolet yang mengakibatkan fotoelektrika, apalagi jika terpapar cahaya langsung dapat membuat mata perih dan kadangkala bisa menimbulkan buta sesaat jika mata terkena sinar las dalam waktu yang tertentu. Sinar yang tampak yang biasanya dipantulkan oleh dinding atau permukaan yang licin atau mengkilat dapat membuat mata sakit bagi mereka yang tidak memakai kacamata pelindung las (Danggur, 2012). Pelindung mata digunakan untuk menghindari pengaruh radiasi energi seperti sinar ultraviolet , inframerah dan lain-lain yang dapat merusak mata. Pemaparan sinar ultraviolet dengan intensitas tinggi dalam waktu singkat atau pemaparan sinar ultraviolet intensitas rendah dalam waktu cukup lama akan merusak kornea mata. Para pekerja yang kemungkinan dapat terkena bahaya dari sinar yang menyilaukan, seperti sinar dari las potong dengan menggunakan gas dan percikan dari las sinar yang memijar harus menggunakan pelindung mata khusus. Pekerja pengelasan juga menghasilkan radiasi inframerah tergantung pada temperatur lelah mental (Direktorat Hilir Bidang Pemasaran dan Niaga, 2002:860) Ketajaman penglihatan seseorang dapat berkurang disebabkan oleh beberapa faktor penyebab gangguan ketajaman penglihatan antara lain : 1. Kuat penerangan atau pencahayaan 2. Waktu paparan 3. Umur 4. Kelainan refraksi 5. Riwayat penyakit Sinar yang ditimbulkan pada waktu mengelas bila langsung mengenai mata tanpa menggunakan kacamata las sangat berbahaya. Sinar-sinar yang membahayakan tersebut adalah sinar tampak, sinar inframerah dan sinar ultraviolet (Nurdin, 1999:7).
Semua sinar tampak yang masuk ke mata akan diteruskan oleh lensa dan kornea mata ke retina mata. Cahaya ini bila terlalu kuat maka akan segera menjadi kelelahan pada mata (Nurdin, 1999:7). Kelelahan pada mata berdampak pada berkurangnya daya akomodasi mata. Hal ini menyebabkan pekerja dalam melihat mencoba mendekatkan matanya terhadap obyek untuk memperbesar ukuran benda, maka akomodasi lebih dipaksa. Keadaan ini menimbulkan penglihatan rangkap dan kabur. Pengaruh sinar inframerah terhadap mata sama dengan pengaruh panas, yaitu akan terjadi pembengkakan pada kelopak mata, terjadinya peyakit cornea, presbiovia yang terlalu dini dan kerabunan (Nurdin, 1999:7). Radiasi dapat menimbulkan kerusakan sel pada lensa mata sehingga sel-sel itu tidak mampu melakukan peremajaan. Akibatnya, lensa mata dapat mengalami kerusakan permanen. Lensa mata yang terpapari radiasi dalam waktu cukup lama akan berakibat pada fungsi transparasi lensa menjadi terganggu sehingga penglihatan menjadi kabur. Penyinaran yang mengenai mata dengan dosis 2-5 Sv dapat mengakibatkan terjadinya katarak pada lensa mata. Radiasi lebih mudah menimbulkan katarak pada usia muda dibandingkan dengan usia tua (Akadi, 2000:145). Sinar ultraviolet akan segera merusak epitel kornea. Pasien yang telah terkena sinar ultraviolet akan memberikan keluhan 4-10 jam setelah trauma. Pasien akan merasa mata sangat sakit, mata seperti kelilipan atau kemasukan pasir, fotofobia, blefarospasme, dan konjungtiva kemotik (Nurdin, 1999:8). Kornea akan menunjukkan adanya infiltrat pada permukaannya, yang kadangkadang disertai dengan kornea yang keruh dan uji fluorensin positif. Keratitis terutama terdapat pada fisura palpebra. Pupil akan terlihat miosis. Tajam penglihatan akan terganggu. Keratitis ini dapat sembuh tanpa cacat, akan tetapi bila radiasi berjalan lama kerusakan dapat permanen sehingga akan memberikan kekeruhan pada kornea (Ilyas, 2004:275). Akibat dari sinar-sinar tersebut tidak akan lama apabila pekerja las telah memenuhi persyaratan bekerja, yaitu dengan menggunakan kacamata pelindung yang ditentukan, oleh karena itu kacamata las sangat penting digunakan pada saat mengelas karena dapat melindungi mata dari radiasi ultraviolet, sinar tampak dan sinar inframerah (Suratman, 2001:20). Kacamata las dapat menghindari mata pekerja las dari paparan langsung sinar tampak, sinar inframerah, serta sinar ultraviolet yang berbahaya bagi mata karena
pemaparan langsung sinar-sinar tersebut ke mata dapat mengakibatkan gangguan ketajaman penglihatan pada mata. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan desain kasus kontrol, penelitian jenis ini dilakukan apabila menelaah hubungan antara efek (penyakit atau kondisis kesehatan) tertentu dengan faktor –faktor risiko tertentu.Populasi dalam penelitian ini adalah semua pekerja las di Kota Tasikmalaya dengan jumlah 36 kasus. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling, kasus adalah responden yang mengalami gangguan ketajaman penglihatan sebanyak
36 kasus, sedangkan kontrol adalah responden yang tidak
mengalami gangguan ketajaman penglihatan sebanyak 36 kontrol, yang memiliki karakteristik yang sama dengan kelompok kasus. Jumlah sampel secara keseluruhan sebanyak 72 responden. Hasil pengumpulan data melalui wawancara dan observasi dengan responden menggunakan lembar kuesioner. Analisis data menggunakan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan 0,05. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Gambaran Umum Hasil Penelitian Sejumlah 72 responden menurut proporsi umur didapatkan bahwa umur tenaga kerja rata–rata 35 tahun dengan umur termuda 20 tahun dan umur tertua 39 tahun. Seluruh pekerja las bekerja selama 10 jam perhari yaitu 9 jam bekerja dan 1 jam istirahat. b. Gambaran Khusus Hasil Penelitian a) Pemakaian Kacamata Las Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pemakaian Kacamata Las pada Pekerja Las di Kota Tasikmalaya 2014 Pemakaian Kacamata Las
Frekuensi
Persentase (%)
Selalu memakai
29
40,3%
Tidak Selalu Memakai
43
59,7%
72
100%
Jumlah
Tabel 4.1 diatas diketahui bahwa pekerja yang selalu memakai kacamata las sebanyak 29 orang (40,3%) dan pekerja yang tidak selalu memakai kacamata las sebanyak 43 orang (59,7%).
b) Hasil Pengukuran Ketajaman Penglihatan Hasil pengukuran ketajaman penglihatan pada pekerja dengan menggunakan kartu snellen dan kartu baca dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Ketajaman Penglihatan pada Pekerja Las Listrik di Kota Tasikmalaya Tahun 2014 No
Hasil Pemeriksaan
Efisiensi Ketajaman
Frekuensi
Persentase
Snellen
Jaeger
Penglihatan (%)
(orang)
(%)
1
6/6
J1
100
20
27,8
2
6/6
J2
100
6
8,3
3
6/7,5
J1
97,5
5
6,9
4
6/7,5
J2
97,5
5
6,9
4
6/12
J3
75
4
5,6
5
6/12
J11
50
3
4,2
6
6/24
J6
55
10
13,9
7
6/24
J7
50
8
11,1
8
6/30
J6
50
2
2,8
9
6/30
J7
55
1
1,4
10
6/60
J11
17,5
6
8,3
11
6/60
J14
12,5
2
2,8
72
100
Jumlah
Hasil pengukuran tabel 4.2 diatas menunjukan bahwa sebagian besar hasil ketajaman penglihatan responden sebesar 100% (6/6,J1) dengan banyak responden 20 orang (27,8%), 55%(6/24,J6) dengan banyak responden 10 orang (13,0%), dan 50% (6/24,J7) dengan banyak responden 8 orang (11,1). c) Hubungan Pemakaian kacamata las terhadap ketajaman penglihatan
Tabel 4.3 Hubungan Pemakaian Kacamata Las terhadap Ketajaman Penglihatan pada Pekerja Las Listrik di Kota Tasikmalaya tahun 2014
Tidak
Normal
Pemakaian kacamata
Total
normal
n
%
n
%
n
%
Memakai
24
66,7
5
13,9
29
40,3
Tidak selalu memakai
12
33,3
31
86,1
43
59,7
Total
36
100
36
100
72
100
Tabel 4.3 diatas Uji statistik yang digunakan adalah Uji chi-square karena variabel terikat dan variabel bebas berbentuk ordinal. Hasil uji statistik dengan chi-square didapatkan nilai p value 0,000 dengan α = 0,05. Nilai probabilitas kurang dari α dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pemakaian kacamata las terhadap ketajaman penglihatan pada pekerja las listrik di Kota Tasikmalaya. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 12,4 artinya pekerja las yang tidak selalu memakai kacamata las memiliki peluang 12,4 kali untuk mengalami penurunan ketajaman penglihatan. penurunan ketajaman penglihatan menjadi 2 kategori yaitu kategori normal dan tidak normal, kategori tidak normal terdiri dari penggabungan kategori hampir normal, low vision sedang dan low vision berat. d) Distribusi Frekuensi Hasil Pengukuran Ketajaman Penglihatan Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Pengukuran Ketajaman Penglihatan pada Pekerja Las Listrik di Kota Tasikmalaya Tahun 2014 Kategori
Frekuensi
Persentase (%)
Normal
36
50
Hampir Normal
4
5,6
Low vision sedang
24
33,3
Low vision berat
8
11,1
Jumlah
72
100
Berdasarkan tabel 4.4 diatas pekerja yang mengalami ketajaman penglihatan normal sebanyak 36 orang (50%) dan pada kategori hampir normal sebanyak 4 orang (5,6%), Low Vision sedang sebanyak 24 orang (33,3%), Low Vision berat sebanyak 8 orang (11,1%) Ada hubungan pemakaian kacamata las terhadap ketajaman penglihatan pada pekerja las listrik di Kota Tasikmalaya menunjukkan kesesuaian dengan teori-teori pendukung lainnya mengenai hubungan pemakaian kacamata las terhadap ketajaman penglihatan pada pekerja las. Pemakaian kacamata digunakan untuk menghindari pengaruh radiasi energi seperti sinar ultraviolet, sinar inframerah dan lain-lain yang dapat merusak mata. Pemaparan sinar ultraviolet dengan intensitas tinggi dalam waktu singkat atau pemaparan sinar ultraviolet intensitas rendah dalam waktu cukup lama akan merusak kornea mata. Para pekerja yang kemungkinan dapat terkena bahaya dari sinar yang menyilaukan, seperti sinar dari las potong dengan menggunakan gas dan percikan dari las sinar yang memijar harus menggunakan pelindung mata khusus. Pekerja pengelasan juga menghasilkan radiasi inframerah tergantung pada temperatur lelah mental (Direktorat Hilir Bidang Pemasaran dan Niaga, 2002:860) PENUTUP Simpulan 1. Pemakaian kacamata las pada pekerja las listrik di Kota Tasikmalaya berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dari 72 sampel sebanyak 29 orang pekerja selalu memakai kacamata las (40,3%) dan 43 orang pekerja tidak selalu memakai kacamata las (59,7%). 2. Hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan kartu snellen dan kartu baca diketahui bahwa pekerja las listrik di Kota Tasikmalaya diperoleh hasil sebagai berikut : ketajaman penglihatan responden normal sebanyak 36 orang (50%) dan pada kategori hampir normal sebanyak 4 orang (5,6%), low vision sedang sebanyak 24 orang (33,3%), low vision berat sebanyak 8 orang (11,1%). 3. Ada hubungan pemakaian kacamata las terhadap ketajaman penglihatan pada pekerja las listrik di Kota Tasikmalaya.
Saran 1. Bagi pekerja las diharapkan selalu memakai kacamata las sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah untuk menghindari gangguan ketajaman penglihatan. 2. Bagi pemilik bengkel las penyediaan APD yang tepat dan jumlah yang cukup untuk pekerja. 3. Periksakanlah mata ke tempat pelayanan kesehatan setempat apabila mengalami gangguan penurunan ketajaman penglihatan DAFTAR PUSTAKA