MENCARI AKAR SEJARAH PERLUASAN KOTA TEBINGTINGGI
MEMBINGKAI DINAMIKA PERLUASAN TEBING TINGGGI
KEWEDANAAN PADANG BEDAGAI
REFERENSI TEBING TINGI DELI
Refleksi Hut Kota Tebing Tinggi Ke- 96 1 Juli 1917 - 1 Juli 2013 Foto Koleksi Roesman Saleh
MUNGKINKAH PERLUASAN KOTA ?
MEDIA PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI
ESA HILANG DUA TERBILANG
SALAM REDAKSI
SINERGI REFERENSI TEBING TINGGI DELI
TERBIT SEJAK 16 Juli 2002 SK WALIKOTA TEBING TINGGI NO.480.05/286 TAHUN 2002
P
embaca Budiman, Pada 1 Juli 2013 Kota Tebing Tinggi berdaskan data yang disepakati mencapai usia 96 tahun sejak dijadikan sebagai Geme tee oleh Kolonial Belanda pada 1 juli 1917. Meski belakangan banyak kalangan generasi muda mulai mempertanyakan validitas data itu. Tapi paling tidak upaya ke arah itu harus didorong, guna mendapatkan sejarah yang jujur serta otoritatif dan digali dari khasanah intelektual bangsa sendiri. SINERGI sebagai media pemerintah Kota Tebingtinggi punya kewajiban untuk tampil di depan sebagai salah satu komunitas yang mendorong pengungkapan sejarah secara jujur dan bertanggung berbagai fakta sejarah yang selama ini terkesan berada di bawah tanah. Alhamdulillah, laporan khusus tahun lalu, mendapat antusias tinggi dari masyarakat. Terbukti, ada permintaaan agar majalah edisi khusus itu dicetak ulang. Mendapat sambutan demikian, menyambut HUT ke 96 kota Tebingtinggi tahun ini, SINERGI kembali membuat edisi khusus terkait masalah sejarah kota Tebingtinggi dan sekitarnya. Laporan utama kali ini, akan mencoba memotret sejarah Tebingtinggi jika dilihat dari dinamika administrasi pemerintahan sejak masa lalu hingga kini. Laporan ini berdasarkan pada asumsi kemungkinan akan munculnya gerakan perluasan kota Tebingtinggi di masa mendatang. Mengingat wilayah kota kian sempit seiring dengan keberhasilan pembangunan. Kebutuhan akan lahan, semakin mendesak. Hal demikian membutuhkan sebuah dasar historis yang kuat. Edisi ini juga akan dilengkapi dengan laporan sejarah dari beberapa rekan tamu. Misalnya sejarah Pajak Bunga di halaman ekonomi. Ada pula sejarah SMAN 1 kota Tebingtinggi di sekolah mana banyak calon pemimpin negeri menuntut ilmu. Laporan sejarah kami runut lebih detail berupa sejarah DPRD kota Tebingtinggi sepanjang masa. Ada pula laporan sejarah Pengadilan Agama Tebingtinggi, sejarah Masjid Keling (Al Mukhlis) di Jalan A. Yani serta laporan Sejarah Pengadilan Agama Tebingtinggi. Beberapa tokoh masyarakat yang pernah menghiasi kota Tebingtinggi di masanya juga kami muat. Misalnya, Ristata Sirajt yang dikenal sebagai seniman kota dengan kaliber nasional. Juga ada laporan sejarah hidup H. Musko Selamat (Ketua DPRD beberapa periode) dan kisah hidup Hj. Ratna Mardikun. Semua kisah mereka bisa jadi pelajaran generasi sekarang. Edisi ini tidak lengkap jika kami tak menurunkan sejumlah laporan lainnya, terkait kearifan lokal di Kerajaa Padang, kemudian sejarah TMP Kp. Keling. Ada pula satu opini menarik dari wartawan senior H. Ibrahim, SH dengan judul menohok ‘Medan 423 Tahun, Tebing Berapa Ya?’ Edisi khusus ini kami tutup dengan sebuah ragam tentang perjalanan ke Istanbul, Turki. Kami sadar, laporan ini belum lah sempurna sebagai bahan informasi tentang kota Tebingtinggi. Tapi paling tidak laporan ini akan menjadi bahan dasar bagi masyarakat untuk menggali kembali butir-butir sejarah kota. Sejarah akan selalu menarik, karena tanpa sejarah kita akan kehilangan identitas. Andai sejarah dibuat tidak jujur, maka ketidak jujuran atas sejarah itu akan menghukum kita di masa mendatang. Dasar itulah yang menggerakkan kami melaporkan sejarah yang kami ketahui secara apa adanya, lepas dari pretensi dan kepentingan yang banyak diprasangkakan selama ini. Akhirnya, kami haturkan edisi khusus ini untuk bisa jadi salah satu referensi dalam memahami kota Tebingtinggi. Selamat membaca.
2
KETUA PENGARAH :
Ir.Umar Zunaidi Hasibuan, MM ( WaliKota Tebing Tinggi )
WAKIL KETUA PENGARAH : H. Irham Taufik, SH, M.AP (Wakil WaliKota Tebing Tinggi )
PENGENDALI :
H. Johan Samose Harahap, SH, MSP (Sekdako Tebing Tinggi Deli )
PENANGGUNG JAWAB :
Ir. H. Zainul Halim (Asisten Administrasi Umum )
PIMPINAN REDAKSI : Ahdi Sucipto, SH (Kabag Adm. Humas PP)
REDAKSI :
Rizal Syam, Khairul Hakim, Juanda
BENDAHARA :
Jafet Candra Saragih
KOORDINATOR LIPUTAN : Drs Abdul Khalik, MAP
SEKRETARIS REDAKSI : Dian Astuti LAYOUT DESAIN GRAFIS Edi Suardi, S.Sos Aswin Nasution, ST
FOTOGRAFER : Sulaiman Tejo Chairul Fadhli
KOORDINATOR DISTRIBUSI RIDUAN
LIPUTAN DAN REPORTER :
Wartawan Unit Pemko Tebing Tinggi Redaksi menerima tulis,photo juga surat berisi saran penyempurnaan dari pembaca dengan melampirkan tanda pengenal (KTP,SIM,Paspor) dan Redaksi berhak m e n gu b a h t u l i s a n s e p a n j a n g t i d a k m engubah isi d a n maknanya. Tulisan dikirim ke alamat redaksi : Bagian Administrasi Humasy Pimpinan dan Protokol Sekreariat Daerah Kota Tebing Tinggi Jl,Dr Sutomo No : 14 Kota Tebing Tinggi Deli Deli Eimail :
[email protected] Facebook :
[email protected]
DAFTAR ISI SINERGI EDISI 126 JUNI 2013 4. MOMENTUM 8. SINERGITAS )) Perluasan Wilayah 9. UTAMA )) Mencari Akar Sejarah Perluasan Kota Tebingtinggi )) Kewedanaan Padang Bedagai )) Membingkai Dinamika Perluasan Tebing Tingggi
40. OLAH RAGA )) Sejarah Stadion Padang Sport Kerajaan Padang
16 . PENDIDIKAN )) Masih Banyak Guru Yang Harus Di Tingkatkan Kualitasnya )) Sejarah Dan Prestasi SMAN 1Kota Tebig Tinggi
47. SOSIAL )) Taman Bahagia Dari Masa Ke Masa 48. PRURALIS )) Melihat Cara Istanbul Memanusiakan Warganya 52. PEMKO KITA )) Bakti Sosial TNI Gotroy Dengan Masyarakat Tebing Tinggi )) 186 Atlit Ikuti Kejurcab PBSI Tebingtinggi 2013 )) Kontes Kicau Burung Meriahkan Hari Jadi Tebing Tinggi )) BKM Al Hasanah Gelar Khitan Massal dan Donor Darah )) Temu Ramah Ormas, OKP dan LSM se Tebingtinggi )) Keterbatasan Kemampuan Menjadi Hambatan Pembangunan )) PNS Dihimbau Tingkatkan Sinergitas dan Integritas )) Komisi Informasi Sumut Sosialisasikan UU KIP‘Transparansi Informasi Bagian dari HAM’ )) Syech Ali Saleh Muhammad Ali Jaber )) Kalau Ingin Berbicara Dengan Allah, Jaga Sholat )) Wali kota ajak warga kembangkan olahraga tradisionil )) Walikota Tebingtinggi Letakkan Batu Pertama Rumah Aladin 59. TEPIAN )) Een Sukaesih
41 . SASTRA/BUDAYA )) Ristata Siradt Seniman Membawa Harum Nama Kota Tebing Tinggi 42. 0PINI )) Masyarakat Yang Santun Lagi Cerdas )) Medan 423, Tebing Tinggi Berapa Ya?
20. EKONOMI )) Sedikit Tentang Pajak Bunga 21. KESEHATAN )) Kilas Sejarah Rsud Dr.H.Kumpulan Pane 22. LINGKUNGAN HIDUP )) Kearifan lokal pelestarian LH di Kerajaan Padang )) Peringatan HLH Di Tebing Tinggi 25. AGAMA )) Masjid Keling Berganti Menjadi Mesjid Al-Mukhlis, Peninggalan Sejarah Umat Hindu Di Tebingtinggi 26. LENSA PEMKO )) Rangkaian Kegiatan Hari Jadi Kota Tebing Tinggi Ke -96 Dan Hut Bhayangkara Ke-67 34. PARLEMENTARIA )) Catatan –Catatan Lepas Seorang Demonstran Kecil Sebuah Episode Sejarah Dprd Kota Tebing Tinggi Tahun 1967 39. INFO NASIONAL )) Lagi, KPK Periksa Jaksa Kejati Dki Dalam Kasus Master Steel
Pimpinan Redaksi AHDI SUCIPTO.SH
Koordinator Liputan Drs.ABDUL KHALIK.MAP
Layout Desain Grafis ASWIN NAST.ST
3
Sekretaris Redaksi DIAN ASTUTI
Layout Desain Grafis M.YUSUF.ST
Bendahara JAFET CHANDRA SARAGIH
Layout Desain Grafis EDI SUWARDI.S.Sos
Distributor RIDWAN
Redaksi JUANDA
Foto Grafer Sinergi FADHLI
Redaksi KHARUL HAKIM
Redaksi RIZAL SYAM
Foto Grafer Sinergi SULAIMAN
3
MOMENTUM
MOMENTUM
5
5
MOMENTUM
MOMENTUM
7
SINERGITAS
PERLUASAN WILAYAH
Persoalan perluasan wilayah administrasi merupakan persoalan sejak zaman dahulu. Dulu, setiap daerah yang berkeinginan untuk meluaskan wilayahnya adalah dengan cara melakukan ekspansi. Sedangkan sekarang, setiap daerah harus mengkaji berbagai aspek jika ingin melaksanakan perluasan wilayah. Secara lebih rinci, pada umumnya perluasan wilayah bagi daerah tertentu bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan melalui : peningkatan pelayanan kepada masyarakat; percepatan pertumbuhan kehidupan masyarakat; percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah; percepatan pengelolan potensi daerah; Beberapa alasan kenapa pemekaran wilayah dapat dianggap sebagai salah satu pendekatan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintah daerah dan peningkatan publik, yaitu : a. Keinginan untuk menyediakan pelayanan publik yang lebih baik dalam wilayah yang terukur. Pendekatan pelayanan melalui pemerintahan daerah diasumsikan akan lebih dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dibandingkan dengan pelayanan melalui pemerintahan daerah pusat pemerintahannya yang lebih luas. Melalui proses perencanaan pembangunan daerah pada skala yang lebih terbatas, maka pelayanan publik sesuai kebutuhan lokal akan lebih tersedia. b.Mempercepat pertumbuhan ekonomi penduduk setempat melalui perbaikan kerangka pengembangan ekonomi daerah berbasiskan potensi lokal. c. Penyerapan tenaga kerja secara lebih luas di sektor informal dan sektor riil, pemerintah dengan potensi pendistribuasian pendapatan secara merata. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perluasan wilayah akan memberi manfaat bagi masyarakat umum asal dilakukan sesuai prosedur dan kebutuhan. Perluasan wilayah dilakukan untuk men-
8
ingkatkan efektivitas pemerintahan serta meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan umum, maka perluasan wilayah memang tepat dan menjadi solusi. Akan tetapi jika perluasan itu tidak berangkat dari tujuan yang benar serta tidak dikelola dengan baik, pada akhirnya perluasan tersebut hanya akan membebani anggaran negara dan justru mempertebal jarak masyarakat dari kesejahteraan. Selain itu, pemekaran wilayah tanpa didasari analisis manfaat yang komprehensif dan akurat yang mencakup ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan; niscaya dapat menimbulkan masalah besar dikemudian hari. Dapat dilihat beberapa daerah yang tidak memiliki cukup sumber daya dan kemampuan untuk memikul beban otonomi bahkan daerah itu tidak memiliki pendapatan asli daerah yang signifikan untuk menghidupi daerah itu, sehingga akhirnya sebagian daerah baru layu justru setelah dimekarkan. Namun yang sesungguhnya terjadi, tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kehidupan ekonomi masyarakat kadang-kadang hanya kamuflase belaka. Yang paling nyata, perluasan wilayah hanya untuk kepentingan elite politik di daerah. Tentu saja kepentingan politik itu tidak lain untuk lebih besar mendapat ‘kue’ dari anggaran belanja daerah. Selain itu adalah perebutan posisi-posisi strategis dengan tujuan penguatan eksistensi kepentingan untuk bertahan lebih lama dalam kekuasaan politik. Di samping dari dari kenyataan yang ada perluasan wilayah berdampak membebani keuangan pemerintah daerah. Artinya, bahwa dampak perluasan
wilayah terhadap keuangan pemerintah daerah bisa saja merugikan atau masih sangat tergantung pada pemerintah pusat. Hal ini bukan berarti perluasan harus dihentikan atau dibatalkan, mengingat perluasan wilayah perlu ditinjau dari berbagai aspek. Akan tetapi hal yang harus dilakukan adalah setiap pemerintah daerah yang ingin melakukan perluasan wilayah perlu merumuskan langkah-langkah antisipatif guna mengeliminasi atau mengatasi beban pengeluaran yang lebih besar dibandingkan penerimaan. Paling tidak, langkah-langkah yang direkomendasikan adalah menggali sumber-sumber penerimaan secara intensif dan ekstensif, menggalang kemitraan dengan pihak swasta dalam penyediaan prasarana dan utilitas umum serta merangsang swadaya masyarakat. Dari pemaparan di atas, perluasan wilayah bila berdasarkan kajian mendalam dan jika telah mempertimbangkan berbagai aspek, maka perluasan wilayah akan lebih mudah direalisasikan. Pada gilirannya perekonomian masyarakat akan lebih memungkinkan dicapai dan kesejahteraan rakyat akan lebih cepat terwujudkan. Pendeknya, jika perluasan wilayah dilakukan dengan tujuan yang lurus dan dijalankan lewat mekanisme prosedur yang benar, dia akan menjadi solusi terhadap pencapaian kesejahteraan rakyat. Namun jika dilakukan dengan niat busuk dan bermaksud memperkaya diri para elit penguasa, maka niat untuk perluasan wilayah harap dihentikan saja.
UTAMA
Jl. K.H. Ahmad Dahlan/Tjong Afie tahun 1938 (koleksi foto Roesman Saleh)
MENCARI AKAR SEJARAH PERLUASAN KOTA TEBINGTINGGI ? “Apa Tanda Muara Padang Eru Sebatang Di Balik Bagan Apa Tanda Kekasih Datang Panas Dan Dingin Terasa Di Badan.” (Salah Satu Pantun Muda-Mudi Di Kerajaan Padang)
Tebing di pinggiran sungai Padang dan persis berada di muara sungai Bahilang itu (sekarang daratan antara muara sungai Bahilang hingga pemakaman keluarga punggawa Kerajaan Padang di Kel. Tebingtinggi Lama, Kec. T.Tinggi Kota), mulai dihuni sebagai tempat tinggal pada tahun 1864. Daratan itu berada di kelokan sungai Padang yang kabarnya menjadi hunian pertama di sekitar tempat itu. Penghuninya, bernama Datuk Bandar Kajum bersama keluarga dan pengikutnya. Inilah pernyataan resmi perta-
ma kali yang dibuat oleh sejumlah tokoh masyarakat Kota Tebing Tinggi pada tahun 1987. Pernyataan ini terdapat dalam makalah berjudul ‘Kertas Kerja Mengenai Pokok-Pokok Pikiran Sekitar Hari Penetapan Berdirinya Kotamadya Daerah Tingkat II Tebing Tinggi.’ Makalah ini kemudian dijadikan sebagai dasar historis pembuatan peraturan daerah (Perda) yang menetapkan awal berdirinya Kota Tebing Tinggi adalah 1 Juli 1917. Dalam makalah itu dipaparkan bagaimana perkembangan daerah ini pasca
tahun 1864. Dimana dalam tahun-tahun itu, berdasarkan penuturan lisan yang sambung menyambung, seorang bangsawan dari Kerajaan Raya di Simalungun bernama Datuk Bandar Kajum bersama pengikut setianya, menyusuri sungai Padang untuk mencari hunian baru, hingga kemudian mereka mendarat dan bermukim di sekitar aliran sungai besar itu. Pemukiman pertama itu, bernama Kampung Tanjung Marulak (sekarang Kelurahan Tanjung Marulak Hilir, Kec. Rambutan).
9
UTAMA Namun kehidupan bangsawan dari Kerajaan Raya ini tidaklah tenteram, karena dia terus saja diburu oleh tentara kerajaan asalnya itu. Maka, Datuk Bandar Kajum pun memindahkan pemukimannya ke suatu lokasi lebih ke hulu sungai Padang dari tempatnya semula, yakni sebuah tebing persis berada di bibir sungai Padang. Dia dan para pengikutnya mendirikan hunian di atas tebing yang tinggi itu, sembari memagarinya dengan kayu yang kokoh. Pemukiman Datuk Bandar Kajum inilah yang sekarang berlokasi di Link. 01, Kel. Tebing Tinggi Lama, Kec. T.Tinggi Kota. Kini, areal itu menjadi lokasi pemakaman keturunan Datuk Bandar Kajum hingga sekarang. Di pemakaman itu pula berkubur Punggawa Kerajaan Padang bernama Datuk Muhammad Ali yang juga anak Datuk Bandar Kajum. Datuk Muhammad Ali hidup semasa dengan Tengku Muhammad Nurdin, salah satu raja terlama memerintah Kerajaan Padang. Tebing itu, kemudian diyakini sebagai cikal bakal nama ‘Tebingtinggi.’ Pada masa itu, tentara dari Kerajaan Raya suatu kali kembali menyerang Kampung Tebing Tinggi untuk menangkap Datuk Bandar Kajum, tapi karena tidak berada di tempat, Datuk Bandar Kajum selamat. Keluarganya bersama pengikutnya, melarikan diri ke Perkebunan Rambutan dibawah kekuasaan Resident Belanda. Lalu dibantu oleh Belanda, Datuk Bandar Kajum pun mengadakan serangan balasan terhadap tentara Kerajaan Raya. Dalam peperangan itu, dia, bersama pengikutnya berhasil mengalahkan penyerang. Setelah suasana kembali aman, untuk tetap menjaga ketentraman daerah itu, Datuk Bandar Kajum pun mengadakan perjanjian dengan Belanda. Oleh Belanda daerah kekuasaan Datuk Bandar Kajum ini dilebur menjadi wilayah taklukan Kerajaan Deli. Penanda tanganan perjanjian itu, terang kertas kerja tersebut, dilakukan Datuk Bandar Kajum dan Belanda di sebuah sampan bernama “Sagur” di sekitar muara sungai Bahilang. Jadilah kemudian, daerah kekuasaan Datuk Bandar Kajum, yakni Kampung Tebingtinggi berada dibawah pengaruh Belanda. Kisah historis itu pun selesai. Dalam makalah itu, tidak dijelaskan, kapan Datuk Bandar Kajum mel-
10
akukan perundingan dengan Belanda. Atas wewenang siapa Datuk Bandar Kajum melakukan perundingan itu; dan, apa isi perjanjian antara keduanya. Adalah Datuk Idris Hood bersama Adnan Ilyas, Drs. Mulia Sianipar, Amirullah, Kasmiran, Djunjung Siregar, Mangara Sirait, Sjahnan dan OK Siradjoel Abidin yang membuat kertas kerja itu dan berusaha menggali data historis berdirinya Kota Tebing Tinggi. Dalam makalah itu, diakui data historis yang dipakai, adalah penuturan turun temurun dari orangorang tua yang mendiami daerah itu. Selain informasi lisan (oral information) itu hampir tidak ada sumber lain yang lebih akuratif, berupa naskah tua maupun situs yang mendukung makalah yang dipaparkan, terkait keberadaan pemukiman awal di daerah itu. Kini, semua tokoh yang membuat kertas kerja itu telah lama wafat. Mereka tak bisa lagi ditanya, tapi tidak juga menyisakan warisan historis yang bisa dipelajari kembali, guna melacak akar kesejarahan kota Tebingtinggi.
Kerajaan Padang
Belakangan ini, terjadi perkembangan yang luar biasa, karena munculnya sikap lebih kritis melihat masa lalu kota berpenghuni sekira 160 ribu jiwa itu. Pertanyaan paling mendasar yang dikemukakan; Apa nama daerah hunian dan tempat tinggal di dataran hulu hingga hilir aliran sungai Padang dan sungai Bahilang dan siapa penguasanya, sebelum 1864 atau sebelum nama ‘Tebingtinggi’ muncul dalam ingatan publik? “Wilayah itu bernama Kerajaan Padang,” tegas Amiruddin Damanik, 91, warga Desa Kuta Baru, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagei, suatu kali ketika penulis berbincang-bincang dengan dia. Jauh sebelum ada kampung Tebing Tinggi, ujarnya memulai cerita. Sepanjang aliran sungai Padang dari hulu hingga hilir, daerah itu merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Padang. Kerajaan ini dulunya merupakan daerah otonom dibawah Kerajaan Deli yang berpusat di Medan (istana Maimun), kata Amiruddin Damanik yang merupakan mantan penghulu di masa berakhirnya kerajaan itu, menjelang kemerdekaan RI. Pusat kerajaan ini,
berada di Kampung Bandar Sakti (sekarang Kelurahan Bandar Sakti, Kecamatan Bajenis) yang merupakan pelabuhan sungai dan menjadi pusat perdagangan Kerajaan Padang. “Waktu itu sungai merupakan sarana transportasi utama, jadi wajar kalau ibu kota Kerajaan Padang berada di tepian sungai,” terang pria sepuh yang wafat 2011 lalu. Pusat administrasi Kerajaan Padang ini berada di sebuah bangunan bergaya arsitektur Eropah yang saat ini menjadi markas Koramil 013, di Jalan KF Tandean, Kel. Pasar Baru, Kec. T.Tinggi Kota. Bangunan itulah yang jadi saksi bisu keberadaan Kerajaan Padang. Sedangkan masjid besar kerajaan Padang, adalah Masjid Raya di Jalan Suprapto, Kel. Badak Bejuang, Kec. T.Tinggi Kota. Istana raja, lokasinya tidak berapa jauh dari pusat administrasi kerajaan. “Seingat saya, dulu istana itu masih ada di belakang panglong, bersisian dengan Jalan Dr. Kumpulan Pane dan masih terlihat dari persimpangan Jalan KF Tandean (sekarang jadi deretan ruko),” tutur Amiruddin Damanik. Sejarah Kerajaan Padang ini, ujar Amiruddin Damanik, cukup panjang. Namun, dia mengaku tidak lagi mengingat kisah itu, karena sudah banyak yang lupa. Seingat dia, rajanya, adalah Tengku H. Muhammad Nurdin atau dikenal dengan panggilan Tengku Haji. Tengku Haji memiliki beberapa anak, dari empat permaisuri. Anak yang masih diingat adalah Tengku Alamsyah dan Tengku Hasyim yang pernah jadi Wali Kota Tebingtinggi pertama dan kedua di awal kemerdekaan. Ingatan Amiruddin Damanik tidak salah, karena setelah Tengku Muhammad Nurdin wafat pada 1914, kerajaan itu dipimpin wakil dari Kerajaan Deli bernama Tengku Jalaluddin (19141928). Selanjutnya, diserahkan kepada Tengku Alamsyah (1928-1931) kemudian kepada Tengku Ismail anak Tengku Muhammad Nurdin dari istri keempat bernama Cik Etek (1931-1933) dan terakhir oleh Tengku Hasyim (1933-1946). Saat proklamasi kemerdekaan RI dikumandangkan Soekarno-Hatta pada 1945, Kerajaan Padang mendukung sepenuhnya kemerdekaan RI, bahkan di masa kekuasaan Fasis Jepang saat terjadi ‘Peristiwa Berdarah 13 Desember 1945’ keluarga kerajaan banyak menolong pemuda-pemuda pejuang.
UTAMA Gejolak kemerdekaan, mengharuskan Tengku Hasyim sebagai raja terakhir melebur kerajaannya dengan republik muda itu pada 3 Maret 1946. Sikap kooperatif keluarga kerajaan, menghindarkan mereka dari revolusi sosial yang melanda Sumatera Timur, pasca proklamasi kemerdekaan, seperti yang dialami Kerajaan Langkat, Niat Lima Laras dan beberapa kesultanan lain di Sumatera Timur. Namun, sebelum Tengku H.Muhammad Nurdin bergelar ‘Maharaja Muda Wazir Negeri Padang,’ ada sejumlah pendahulunya yang memerintah Kerajaan Padang. Dari ‘Silsilah Raja-Raja Negeri Padang,’ berdasarkan buku ‘Sejarah Berdirinya Kerajaan Padang,’ di tulis Putra Praja (1991), paling tidak ada delapan raja yang menguasai wilayah itu. Bermula dari Umar Baginda Saleh Qamar (1656), Marah Sudin, Raja Saladin, Raja Adam, Raja Syahdewa, Raja Sidin, Raja Tebing Pangeran (1806-1823), dan Marah Hakum (Raja Geraha 1823-1870). Sedangkan periode antara Raja Geraha dengan Tengku Muhammad Nurdin, ada raja yang diletakkan Kerajaan Deli memerintah Kerajaan Padang, yakni Tengku Jalaluddin (1914-1928). Di bawah pengaruh raja-raja itu, Kerajaan Padang memiliki daerah yang luas terdiri dari puluhan kampung yang berada di aliran anak sungai yang bermuara di sungai Padang. Yakni sungai Sibarau, Bah Sumbu, Bahilang, Sigiling, Sarimah dan Bamban. Kampung-kampung itu, dipimpin kepala kampung masing-masing dengan sebutan penghulu. Tiap-tiap kampung merupakan daerah otonom, tapi tunduk pada kekuasaan raja Kerajaan Padang. Seingat Amiruddin Damanik, Kerajaan Padang di masa Tengku Haji Muhammad Nurdin atau lebih dikenal dengan panggilan Tengku Haji (18701914) cukup luas. Meliputi perkampungan di sepanjang aliran sungai Padang, mulai dari muara di Bandar
Khalifah hingga ke Sipispis di hulu sungai. “Panjangnya sepanjang sungai itu. Sedangkan lebarnya sepanjang anak sungai Padang yang ada,” ujar mantan penghulu di Kerajaan Padang itu. Mengikuti kondisi yang ada sekarang, arah ke Medan, Kerajaan Padang berbatasan dengan perkebunan Rambutan hingga ke Laya Lombang, Sei Periuk, Lango, Kuta Baru hingga ke Sei Serimah dan Bandar Khalifah. Arah ke Pematang Siantar, Kerajaan Padang berbatasan hingga ke Kampung Limbong (Dolok Merawan) turun ke Dolok Ilir, Tanjung Kasau, Mendaris, Penggalangan, Sei Berong, Mangga Dua hingga ke Kampung Gelam. “Pokoknya, seluruh Kecamatan Tebingtinggi, Bandar Khalifah dan Sipispis, ditambah beberapa bagian di Kec. Sei Rampah. Itulah dulu batas-batas Kerajaan Padang,” ujar Amiruddin Damanik. Kerajaan yang dipimpin Tengku Haji di hulu berbatasan langsung dengan Kerajaan Raya dan Kerajaan Siantar. Sedangkan di sisi utara (hulu dan hilir) berbatasan dengan Kerajaan Bedagai dan Kedatuan Pagurawan dari Kerajaan Niat Lima Laras, Asahan. Beberapa laporan yang diterima, hingga kini sejumlah perkebunan nasional dan swasta nasional yang beroperasi di sekitar Kec. Sipispis, Dolok Merawan, Tebingtinggi dan Tebing Syahbandar di Kabupaten Serdang Bedagai, masih menggunakan izin konsesi yang dikeluarkan Tengku Haji dari Kerajaan Padang sebagai Wazir Kerajaan Deli. Misalnya, perkebunan Bah Bulian, Sibulan, serta beberapa perkebunan swasta di Kec. Sipispis. Kemudian, Kebun Sei Berong, Tanah Besih, Paya Pinang dan Mendaris. Sebelum Tengku Haji berkuasa, di masa pendahulunya, yakni Marah Hakum gelar Raja Geraha (18231870), merupakan sosok yang berhasil mengembangkan Kerajaan Padang dengan membuka huma (perladangan) di sepanjang aliran sungai Padang. Huma yang dibuka mulai dari Bar-
tong, Serbananti, Sipispis, Sampanan, Bajalingge, Naga Kesiangan, Tanjung Bunga, Tanjung Marulak, Bandar Tengah, Sei Berong, Kampung Juhar hingga Kampung Gelam dan Bandar Khalifah. Pembukaan huma itu dilakukan para pendatang yang kemudian diangkat sebagai bangsawan kerajaan. Huma itu belakangan berkembang menjadi kampung. Lahan dalam bentuk sawah, kebun dan perladangan yang dikerjakan pendatang, menjadi tanah adat dibawah kekuasaan Kerajaan Padang. Maka sepanjang perladangan, sawah dan kebun dikuasai oleh masyarakat, seluas itulah kekuasaan Kerajaan Padang. Kekuasaan kerajaan dibuktikan dengan mengutip pajak/cukai kepada pemilik lahan. Kota Tebingtinggi Kota Tebingtinggi berdasarkan fakta sejarah yang ada, awalnya merupakan kampung kecil di pinggiran sungai Padang, tepatnya di pertemuan antara sungai Bahilang dengan sungai Padang. Satu versi menyebutkan kampung itu semula dibangun Datuk Bandar Kajum pada 1864. Datuk Bandar Kajum semasa hidupnya merupakan panglima Kerajaan Padang di masa peralihan antara Raja Geraha atau Marah Hakum (18231870) dengan Tengku Muhammad Nurdin alias Tengku Haji (1870-1914). Namun versi lain menyebutkan adalah Raja Tebing Pangeran (1807-1823) mendirikan pangkalan di hulu sungai Bahilang itu dengan sebutan ‘Pangkalan Tebing.’ Sebutan Tebing dipakai untuk lokasi itu, karena memang ada tebing yang cukup tinggi untuk ukuran daerah disekitarnya. Pangkalan Tebing (kemudian seiring waktu bertambah nama ‘tinggi’ menjadi Tebingtinggi) merupakan pangkalan yang ramai, karena menjadi tempat pengumpulan hasil bumi dari hulu. Di masa itu, pusat kerajaan Padang berada di Bandar Khalifah yang jadi pelabuhan besar kerajaan.
11
UTAMA Kegiatan bisnis di kampung itu terus berkembang, pasca wafatnya Raja Tebing Pangeran. Di masa Raja Geraha (1823-1870), pangkalan itu semakin ramai, karena jumlah penduduk di kerajaan itu bertambah dengan kedatangan warga dari berbagai daerah yang membuka perladangan (huma). Sedangkan pusat kerajaan berpindah ke Kuta Usang (sekarang kampung di Kel. Bulian, Kec. Bajenis). Perkampungan di sekitar Tebingtinggi berada di tepian sungai Bahilang juga kecipratan ramai, misalnya Kampung Badak Bejuang, dan Kampung Rambung dan Kampung Pasar Baru hingga Bandar Sono dan Persiakan. Proses transmingrasi dan migrasi itu berlangsung selama masa Raja Geraha sekira 47 tahun. Di penghujung kekuasaan Raja Geraha, Kolonial Belanda mulai membuka perkebunan di Sumatera Timur, termasuk di wilayah Kerajaan Padang. Saat itu, karena kekurangan pekerja Kolonial Belanda kemudian mendatangkan pekerja kebun dari luar negeri, yakni orang China dan India serta pendatang dari Jawa. Para pekerja itu, ada sebagian yang tinggal di keempat kampung, tapi ada juga yang membentuk kampung sendiri. Pendatang dari China termasuk yang beruntung, karena setelah habis kontrak, sebagian di antaranya menjadi pedagang dan menetap di empat kampung di atas yang jadi pusat perdagangan Kerajaan Padang. Di penghujung kekuasaan Raja Geraha, Kolonial Belanda mulai membuka perkebunan di
12
Sumatera Timur, termasuk di wilayah Kerajaan Padang. Saat itu, karena kekurangan pekerja Kolonial Belanda kemudian mendatangkan pekerja kebun dari luar negeri, yakni orang China dan India serta pendatang dari Jawa. Para pekerja itu, ada sebagian yang tinggal di keempat kampung, tapi ada juga yang membentuk kampung sendiri. Pendatang dari China termasuk yang beruntung, karena setelah habis kontrak, sebagian di antaranya menjadi pedagang dan menetap di empat kampung di atas yang jadi pusat perdagangan Kerajaan Padang. Di masa Tengku Muhammad Nurdin (1870-1914), aktifitas perdagangan di keempat kampung itu semakin maju. Apalagi, ketika Kolonial Belanda mulai membuka fasilitas publik di empat kampung itu, misalnya stasiun kereta api, kantor pos dan telegraph, kantor polisi, sekolah, water leading, penjara, pemakaman khusus serta hotel.
Paling tidak ada dua alasan Belanda menjadikan keempat kampung itu sebagai pusat kegiatan mereka, yakni wilayah transit pengangkutan hasil perkebunan, juga sebagai basis militer menghadapi perlawanan masyarakat yang menolak pembukaan perkebunan di wilayah Kerajaan Padang, misalnya menghadapi ‘Perang Raya’ (1885-1888) yang digerakkan Tuanku Rondahaim, raja dari Kerajaan Raya serta kemanakan Tengku Haji yakni Tengku Syah Bokar yang menjadi wali raja di Bandar Khalifah.
Berhasil memadamkan pemberontakan rakyat. Belanda kian memperkuat cengkeramannya dengan membuka secara besar-besaran perkebunan di sebagian besar tanah Kerajaan Padang, mulai dari Sipispis hingga Bandar Khalifah. Konsesi (izin) diberikan melalui persetujuan Sultan Deli dan diwakilkan kepada Tengku Haji. Kemudian ketika Tengku Haji wafat, izin diberikan wakil Kerajaan Deli di Kerajaan Padang, yakni Tengku Jalaluddin. Langkah selanjutnya dilakukan Belanda, menjadikan Kampung Tebingtinggi bersama tiga kampung lainnya, sebagai Gementee. Upaya itu berdasarkan Indische Staatsregeling Tahun 1903 Pasal 123 tentang Desentralisatiewetgeving yang memberikan hak rakyat untuk berbicara melalui perwakilan. Untuk mewujudkan ketentuan itu, Belanda membutuhkan daerah kekuasaan yang lepas dari kekuasaan kerajaan. Di Keresidenan Sumatera Timur, Belanda kemudian membentuk dua daerah desentralistik (otonomi), yakni Medan dan Tebingtinggi. Belanda kemudian menerbitkan Instellings Ordonantie van Staatblad tanggal 1 juli 1917 untuk kedua daerah itu. Berdasarkan keputusan itu, Medan dan Tebingtinggi (termasuk didalamnya Badak Bejuang, Rambung dan Pasar Baru) sebagai Gementee (Government) yang terlepas dari Kerajaan Padang.
UTAMA
Jl. K.H. Ahmad Dahlan/Tjong Afie tahun 1938 (koleksi foto Roesman Saleh)
KEWEDANAAN PADANG BEDAGAI Dengan demikian, sejak 1917 di
wilayah kekuasaan Kerajaan Padang, terdapat dua pemerintahan yang berbeda, yakni Kerajaan Padang berpusat di Bandar Sakti dipimpin Tengku Jalaluddin (1914-1928) serta Gementee Tebingtinggi berpusat di Kampung Tebingtinggi (Lama) dipimpin seorang Kontroleur Belanda. Hingga 1946 sejumlah Holfdbestuur masih mengendalikan Kerajaan Padang, yakni Tengku Alamsyah (1928-1931), kemudian Tengku Ismail (1931-1933) dan Tengku Hasyim (1933-1946). Ketika terjadi revolusi sosial
di Sumatera Timur, Tengku Hasyim mengungsi ke Medan menyelamatkan diri dari amuk massa, tepatnya pada 3 Maret 1946. Sejak itu Kerajaan Padang bubar dengan sendirinya. Berdasarkan keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Sumatera Timur, tanggal 19 April 1946, wilayah Kerajaan Padang menjadi salah satu dari enam kewedanaan (onderafdeling) bersama wilayah Kerajaan Bedagai dengan sebutan Kewedanaan Padang Bedagai di Keresidenan Sumatera Timur. Kemudian di masa Negara Sumatera Timur (NST) melalui Besluit Penguasa NST Tengku Mansur, tanggal 21 Desember 1949
wilayah Kewedanaan Padang Bedagai dimasukkan dalam wilayah Deli Serdang Di masa Orde Lama, posisi administratif dua wilayah kerajaan yang pernah bersiteru itu tetap bersatu, sebagai salah satu kewedanaan dari Kabupaten Deli Serdang dengan sebutan Kewedanaan Padang Bedagai beribu kota Tebingtinggi. Deli Serdang diputuskan sebagai kabupaten berdasarkan UU No.22/1948 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah dan UU Drt No.7/1956. Sedangkan hari jadi kabupaten itu, yakni 1 Juli 1946.
13
UTAMA Akan halnya kota Tebingtinggi, terus berkembang dibawah sejumlah Wali Kota. Tercatat Wali Kota pertama bersama Kab. Deli Serdang, yakni Munar S Hanijoyo (1946-1947). Kemudian Tengku Hasyim (1947-1950). Kemudian Tengku Alamsyah (19501951) yang kembali dari pengasingan. Ketika beliau wafat diteruskan Wan Umaruddin Barus (1951-1956) sebagai Wali Kota keempat. Selanjutnya, OK Anwaruddin (1956-1957). Di masa pergolakan Orde Lama, kota Tebingtinggi dipimpin Kantor Tarigan (1958-1967). Di masa kepemimpinan Kantor Tarigan, kota Tebingtinggi sempat mengalami kerusuhan fatal dalam upaya menganyang PKI dan antek-anteknya. Bahkan, kantor DPRD kota Tebingtinggi sempat dibakar para aktifis, sehingga Kantor Tarigan mundur. Kepemimpinan Tebingtinggi dilanjutkan oleh Syamsul Sulaiman (1967-1970) berlanjut kepada Sanggup Ketaren (1970-1974) dan Drs.H.Amiruddin Lubis (1974-1985). Di masa Wali Kota Drs.H.Amiruddin Lubis inilah, terjadi
perluasan kota Tebingtinggi, dengan memasukkan 13 kampung (desa) yang berada di Kewedanaan Padang Bedagai ke dalam wilayah kota Tebingtinggi. Ke 13 kampung yang melebur ke kota Tebingtinggi yakni, Kampung Durian, Bandar Sono, Persiakan, Lubuk Baru, Bandar Sakti, Bulian, Brohol, Lalang, Rantau Laban, Tambangan, Kebun Kelapa dan Bagelen. Kemudian di masa Wali Kota Hj. Rohani Darus Daniel, SH (1985-1995), kota Tebingtinggi mengalami pemekaran menjadi 35 kelurahan dengan memecah kelurahan-kelurahan asal. Namun, luas wilayah kota Tebingtinggi tidak bertambah. Meski kemudian, ada hibah perkebunan Rambutan (PTP IV) kepada Pemko Tebingtinggi seluas 48 HA. di pinggiran Kel. Lalang, Kec. Rambutan. Hingga kini, luas total kota Tebingtinggi hanya 3.892 Ha. Di masa kepemimpinan Wali Kota Ir.H.Abdul Hafi Hasibuan (19952005), pernah diupayakan perluasan kota Tebingtinggi dengan mencoba meminta sejumlah desa di Kec. Tebingtinggi kepada Bupati Deli Serdang. Namun,
ditengah upaya ke arah itu, gencar dilakukan. Terjadi perubahan mendasar, karena didahului oleh pemekaran Kab. Deli Serdang menjadi dua, yakin Kab. Deli Serdang sebagai induk dan Kab. Serdang Bedagai sebagai pemekaran. Upaya perluasan itu pun akhirnya gagal. Pun demikian, hingga kini pemikiran dan keinginan perluasan kota Tebingtinggu tetap hidup dalam pikiran sebagian besar masyarakat, mengingat kian sempitnya areal kota ditengah gencarnya proses pembangunan. Maka sejumlah pemikiran tentang perluasan pun muncul dengan berbagai pandangan. Paling tidak, ada tiga pemikiran mendasar yang berkembang di tengah masyarakat. Pertama, perluasan areal dengan meminta daerah hinterland masuk ke Kota Tebingtinggi. Kedua, perluasan kota dengan cara meminta lahan dalam radius 1 Km dari batas kota. Pemikiran ketiga, perluasan pengaruh administrasi kota ke wilayah pinggiran yang nantinya akan diikuti dengan perluasan areal.@ Abdul Khalik
Membingkai Dinamika Perluasan Tebing Tinggi Pemikiran tentang perluasan kota Tebingtinggi, jika dirunut berdasarkan fakta sejarah, telah ada sejak era 1970 an. Bahkan, bisa dikatakan setiap wali kota yang memimpin kota transit ini, pernah berpikir memperluas kota ini. Adalah Sanggup Ketaren, seorang kapten TNI AD yang memimpin kota Tebingtinggi pada 1970-1974, pernah berpikir untuk memperluas wilayah kota ini, tidak hanya sekedar memperluas wilayah administrasi, tapi merubahnya menjadi ibu kota sebuah kabupaten pemekaran. Dari beberapa penuturan, Sanggup Ketaren berkeinginan agar Tebingtinggi melakukan pemekaran menjadi kabupaten tersendiri dan lepas dari Kabupaten Deli Serdang. Sedangkan Tebingtinggi dijadikan sebagai ibukota kabupaten pemekaran itu. Sanggup Ketaren berpikiran memben-
14
tuk Kabupaten Padang Bedagai dengan wilayah berdasarkan kewedanaan Padang Bedagai (mulai dari Bedagai hingga Dolok Merawan dan dari pantai Bandar Khalifah hingga ke Sipisipis). Sayangnya, pemikiran itu terbenam dan kian menjauh, ketika Sanggup Ketaren hanya bertahan selama lima tahun memimpin kota Tebingtinggi. Namun, penggantinya kemudian Drs.H.Amiruddin Lubis (1974-1985) melanjutkan pemikiran itu, namun dengan versi berbeda. Amiruddin Lubis, tak ingin ada pemekaran daerah dengan membentuk kabupaten baru. Padahal, di masa kepemimpinannya gagasan Sanggup Ketaren bisa diwujudkan, karena kabarnya mertua wali kota termuda se Indonesia di masa itu, merupakan pejabat tinggi di Kementerian Dalam Negeri RI. Sehingga lobi
agar kewedanaan Padang Bedagai jadi kabupaten pemekaran bisa berlangsung mudah dan berbiaya murah. Kabarnya, gagasan itu tak dilanjutkan, karena Amiruddin Lubis berpikir, tak perlu punya wilayah luas, karena akan susah mengurusnya. Itulah pemikiran sederhananya. Wali Kota yang menjabat selama 10 tahun itu, kemudian mengambil 13 desa dari Kecamatan Tebingtinggi yang ada di hinterland kota Tebingtinggi. Yakni, Desa Durian, Persiakan, Bandar Sono, Pabatu, Bandar Sakti, Bulian, Berohol, Rantau Laban, Tambangan, Kebun Kelapa dan Bagelen. Sehingga di masa itu, Kotamadya Daerah Tk. II Tebingtinggi memiliki 17 kelurahan. Luas kota yang semula hanya sekira 350 Ha itu, memang mekar hingga 100 kali lipat menjadi sekira 3.850 Ha. Saat itu, total penduduk
UTAMA
Ket Foto : Balai Umum Kota Tebing Tinggi di Jalan Sutomo saat direnovasi (Koleksi Foto Roesman Saleh) kotamadya Tebingtinggi hanya berkisar 25 ribu jiwa. Sehingga, memang banyak lahan-lahan yang kosong. Sesudah pemekaran itu, hingga 10 tahun kemudian, tak terdengar gagasan untuk melakukan perluasan kota. Di masa Hj. Rohani Darus Daniel, SH, keberadaan kota Tebingtinggi kian maju dan bersih, bahkan sempat memperoleh piala Adipura, beberapa kali. Keberhasilan itu, agaknya menjadi salah satu faktor kian membesarnya arus masuk warga luar ke kota Tebingtinggi. Jumlah penduduk kota Tebingtinggi, pada 1980 hanya sekira 25 ribu jiwa, tiba-tiba booming dan mengalam lonjakan cepat, mencapai sekira 100 ribu jiwa pada 2005. Hanya dalam tempo 25 tahun, terjadi pertumbuhan penduduk hingga 300 persen, membuat kota menjadi penuh sesak. Bayangkan, kota Tebingtinggi pada saat itu telah memiliki penduduk 3.500 jiwa per kilometer. Di masa Rohani Darus, upaya memperluas kota juga dilakukan, namun upaya yang dilakukan tak maksimal sehingga perluasan yang dilakukan wali kota sebelumnya tidak bisa
dilanjutkan. Di penghujung kekuasaan wali kota wanita pertama di Indonesia itu, kota Tebingtinggi hanya mendapat hibah lahan dari pelepasan lahan Kebun Rambutan seluas 48 Ha, di Kel. Lalang. Menghadapi kondisi demikian, pemikiran melakukan pemekaran kota mulai muncul kembali. Namun, seiring dengan itu, arus reformasi muncul dengan otonomi daerah yang dilakukan bersamaan dengan pemekaran kabupaten di seluruh negeri. Salah satunya, adalah keinginan pemekaran Kabupaten Deli Serdang dengan membentuk Kabupaten Serdang Bedagai. Tak ingin terlambat, Wali Kota Ir.H.Abdul Hafiz Hasibuan bersama wakilnya Drs. H. Syahril Hafzein pernah melakukan gerakan ke arah itu. Pemko Tebingtinggi berkeinginan agar Kec. Tebingtinggi yang berada di hinterland kota mau bergabung dengan kota. Kec. Tebingtinggi, Kab. Deli Serdang saat itu membawahi 33 desa. Namun, upaya itu gagal karena dana yang disediakan untuk operasional mengajak warga Kec. Tebingtinggi, tidak disalurkan kepada tangan-tangan
yang berkompeten untuk itu. Upaya itu, bak membuang garam ke laut. Jelang satu tahun kemudian, tepatnya 2006, kabupaten pemekaran dari Deli Serdang yakni Kab. Serdang Bedagai berhasil dimekarkan. Sejak saat itu, meski ada upaya pemekaran yang dilakukan, tak membuahkan hasil, karena kesulitan membuka hubungan dengan kabupaten pemekaran yang bertetangga dengan kota Tebingtinggi.
Pemikiran Perluasan Kota
Langkah yang dilakukan berikutnya untuk memperluas kota Tebingtinggi tidak lagi terjadi, meski ada sejumlah pemikiran untuk itu. Beberapa pemikiran yang muncul terkait upaya perluasan kota Tebingtinggi, muncul dari sejumlah kalangan, termasuk dari pejabat teras di Pemko Tebingtinggi.
Pertama, mantan Wali Kota Tebingtinggi Ir.H. Abdul Hafiz Hasibuan, pernah melontarkan gagasan tidak perlu meminta seluruh wilayah Kec. Tebingtinggi kepada Kab. Sergai, tapi hanya meminta areal selebar 3 km dari
15
UTAMA sekeliling batas kota. Menurut Hafis, gagasan itu sangat strategis, karena Pemko Tebingtinggi hanya membutuhkan lahan dan bukan membutuhkan penduduk.
Artinya, secara keseluruhan kota Tebingtinggi, sebenarnya hanya butuh lahan untuk berbagai dinamika pembangunan yang akan dilaksanakan dalam tahun-tahun mendatang. Sedangkan penduduk tidak diperlukan, karena penduduk akan datang sendiri seiring dengan kemajuan pembangunan di internal kota. Jadi, yang harus dimohonkan ke Mendagri, Menkeu, Meneg BUMN, Gubsu dan Bupati serta Dirut PTPN, adalah pelepasan lahan di perbatasan dan tak perlu memgambil desa-desa yang ada. Meski demikian, jika memungkinkan perluasan kota Tebingtinggi akan dilaksanakan sesuai rencana semula. Yakni, meminta agar Kec. Tebingtinggi bisa dimasukkan ke wilayah kota secara keseluruhan. Kedua, Wakil Wali Kota Drs.H.Syahril Hafzein, memiliki pemikiran berbeda dengan sejawatnya itu. Wakil Wali Kota yang pernah jadi Ka Bappeda serta sejumlah jabatan eselon II ini berpikiran kota Tebingtinggi tak perlu diperluas. Tapi, Pemko Tebingtinggi harus memberikan pelayanan yang dibutuhkan masyarakat di hinterland kota. Artinya, Pemko Tebingtinggi harus membuat warga di hinterland tergantung dengan dinamika kota Tebingtinggi. Di mana seluruh keperluan yang mereka butuhkan mulai dari sektor bisnis, kesehatan, pendidi-
PENDIDIKAN
Saat ini dunia pendidikan Indonesia diwarnai dengan berbagai permasalahan, dari kurikulum, ujian nasional dan juga kualitas pengajar atau guru yang masih harus ditingkatkan. Permasalahan yang terakhir itu ternyata menarik perhatian Tanoto Foundation untuk terlibat langsung dalam memperbaikinya, khususnya untuk guru-guru di daerah terpencil. Program-program yang dilakukan adalah berupa pelatihan guru mandiri dalam hal teknik pengajaran dan manajemen kelas, serta fasilitas akses pada pendidikan tinggi melalui beasiswa S1 bagi guru yang bertugas di daerah terpencil. Program tersebut dirasa perlu dilakukan karena melihat data Kemdiknas 2009/2010 dari sisi kualitas guru, 73 persen dari kepala sekolah dan guru perlu ditingkatkan kualifikasinya agar memenuhi syarat pendidikan minimum.
16
kan hingga sektor jasa mereka dapatkan di dalam kota Tebingtinggi. Dengan cara itu, Pemko Tebingtinggi tak perlu repot mengusahakan perluasan lahan, tapi warga di hinterland yang menyerahkan diri untuk bergabung dengan kota Tebingtinggi. Cara yang efektif ke arah itu, adalah membangun seluruh infra dan supra struktur ke arah kelurahan pinggiran. Jika selama ini fokus pembangunan fisik berada di dalam kota, maka arus pembangunan harus diarahkan ke pinggiran kota. Pemikiran ini, kata Syahril Hafzein, meniru perpspektif pembangunan yang dilakukan Yogjakarta. Kota pendidikan itu, hanya memiliki lahan yang kecil dan sempit, tapi semua ruas kota dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Akhirnya, daerah-daerah tetangga semacam Bantul dan Gn. Kidul jadi tergantung dengan Yogja. Pemikiran semacam inilah yang harus dilakukan kota Tebingtinggi.
Ketiga, pemikiran sejumlah anggota DPRD agar kota Tebingtinggi menggagas berdirinya kabupaten pemekaran baru, seperti gagasan Wali Kota Sanggup Ketaren. Menurut Dewan, sudah saatnya masyarakat kota Tebingtinggi membangun gerakan pembentukan kabupaten pemekaran dari Kab. Sergai. Wilayah itu meliputi eks kewedanaan Padang dan memberi nama kabupaten pemekaran itu dengan sebutan Kab. Padang dengan ibu kota Tebingtinggi. Gagasan itu, memungkinkan mengingat adanya ketidak puasan di tengah masyarakat di eks kewedanaan itu, karena menilai
Pemkab Sergai hanya membangun daerah Serdang dan mengabaikan pembangunan di daerah Padang. Yakni, di Kec. Bandar Khalifah, Sipispis, Dolok Merawan, Bamban, Kec. Tebingtinggi dan Tebing Syahbandar. Salah seorang anggota DPRD Pahala Sitorus, menyatakan dukungan atas gagasan itu. Menurut dia, gagasan itu brilian dan sangat mungkin untuk diwujudkan. Alasannya, secara historis, kelembagaan, dan sumber daya alam dan manusia, gagasan itu bisa diwujudkan dan memenuhi persyaratan. Keempat, adalah pemikiran yang pragmatis di mana Pemko Tebingtinggi bertindak membeli lahan di pinggiran kota, jika suatu saat ada kebutuhan pembangunan fasilitas publik, mellaui dana APBD. Contohnya, adalah pembangunan SMKN 4 di pinggiran kota yang dibeli dari dana swadaya Pemko Tebingtinggi. Atau hibah lahan dari perkebunan di batas kota, seperti pembangunan Puskesmas, Polsek, SMA 4 dan SMPN 6 yang berada di perkebunan Pabatu. Dikatakan, meskipun gagasan ini mahal, namun praktis dan tak membutuhkan gagasan serta tenaga yang besar untuk mewujudkannya. Bagaimanapun, pemikiran dan gagasan seputar perluasan kota Tebingtinggi itu pantas untuk dipertimbangkan di masa mendatang. Tak bisa dipungkiri, kian krisisnya lahan kota mengharuskan Pemko Tebingtinggi mendapatkan lahan baru demi pembangunan yang berkelanjutan untuk menyejahterakan kota dan masyarakat secara umum. Abdul Khalik
Masih Banyak Guru yang Harus Ditingkatkan Kualitasnya
Selanjutnya, kuota sertifikasi hanya berkisar 250 ribu sampai 300 ribu guru per tahun, sementara jumlah guru TK sampai Sekolah Menengah lebih dari 4 juta. "Permasalahan lain yang dihadapi selain dari data tersebut adalah kesempatan memperoleh gelar S1 melalui program pemerintah tidak bisa dirasakan semua guru. Hanya yang sudah terdaftar menjadi PNS saja yang bisa, sedangkan yang masih honorer lebih memilih ke Universitas Terbuka (UT) untuk mendapatkan gelar," jelas Rahmat Hidayat, Program Manajer Pelita Pendidikan Tanoto pada acara Executive Forum Media Indonesia dan Tanoto Foundation mengenai Peningkatan Kualitas Guru Menuju Profesionalisme di Hotel Crowne Plaza, Jakarta, Selasa (11/6). Namun, menurut Tian Belawati, rektor UT, mengatakan bahwa pendidikan formal dan pelatihan-pelatihan bukan satusatunya sumber untuk melahirkan guru yang profesional. Guru sendiri harus memiliki ke-
inginan untuk meningkatkan kualitas dirinya dengan terus mencari sumber-sumber pengetahuan baru seperti yang ada di internet. "Sekarang kebutuhan para siswa sudah berubah di era informasi ini. Informasi bisa didapat dengan cepat dan mudah melalui internet. Oleh karena itu, perlunya perubahan pada sistem pendidikan dan pengajaran di Indonesia. Karena saat ini yang lebih dibutuhkan adalah guru yang mampu atau memiliki kemampuan adaptasi yang baik untuk mengikuti perkembangan jaman," imbuh Tian. "Saya selalu memberikan seminar kepada calon wisudawan di UT dengan memaparkan materi yang sumbernya dari situs-situs resmi di internet. Hal itu untuk memotivasi mereka bahwa pengetahuan bisa di dapat semudah itu," tandasnya. Penulis: Kharina Triananda/FER Aswin Nasution
PENDIDIKAN Selama rentang 54 tahun berdirinya SMAN 1,kondisinya fisik bangunan sekolah itu mengalami totalitas perubahan menjadi bangunan sekolah bertingkat lantai dua sejak direnovasi pembangunannya oleh pemerintah kota Tebingtinggi pada tahun 2010.Bahkan Lapangan hijau yang cukup luas dimiliki oleh SMAN 1sebagai sarana tempat berolahraga sepakbola untuk siswa kini dijadikan bangunan ruang kelas belajar. Seharusnya pemerintah kota dapat mempertahankan keaslian bentuk bangunan SMAN 1,sehingga sekolah yang didirikan sejak 1959 dapat dijadikan bangunan bersejarah (heritage) sebagai cagar budaya kota Tebingtinggi
Prestasi
Keterangan Foto : Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Tebing Tinggi M. Syarif, M.PD, M.Si
SEJARAH DAN PRESTASI SMAN 1 KOTA TEBING TINGGI SMAN 1 Kota Tebingtinggi propinsi
Sumatera Utara,merupakan salah satu SMA tertua di kota itu yang terletak di Jalan Kom.Yos Sudarso,Kec.Rambutan kota Tebingtinggi.Selain sekolah tertua,SMAN 1 menjadi sekolah favorit bagi kalangan pelajar lulusan SMP/sederajat dan orang tua murid baik didalam maupun diluar kota untuk dapat menjadi siswa –siswi di SMAN 1 Tebingtinggi. Bahkan penulis sendiri ketika lulus dari SMPN 1 Tebingtinggi di era 80 an sangat mendambakan untuk dapat diterima menjadi siswa disekolah favorit tersebut meskipun harus mengikuti seleksi ujian tertulis sangat ketat saat itu.Keinginan untuk dapat diterima di sekolah itu akhirnya kandas dikarenakan kalah seleksi ujian tertulis dan berujung harus bersekolah di Perguruan SMA Swasta. Lebih ironisnya saat itu,anak kepala sekolah SMPN 1 dan SMAN 1 Tebingtinggi yang merupakan rekan penulis satu alumni dari SMPN 1 terpaksa hijrah untuk melanjutkan pendidikan SMA keluar daerah Tebingtinggi dikarenakan mengalami hal yang sama tidak lulus mengikuti seleksi ujian tertulis. Ini membuktikan bahwa dalam seleksi penerimaan siswa –siswi baru pada
saat itu di SMAN 1 benar-benar selektif berdasarkan hasil seleksi ujian tertulis bukan karena anak si” Anu” ataupun yang lainnya untuk dapat diterima sekolah favorit itu.Sehingga sekolah itu benar-benar menghasilkan siswa-siswi berkualitas untuk diterima masuk ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di seluruh penjuru nusantara sampai saat ini.
Berdiri sejak 1959
Setelah empat belas tahun Indonesia merdeka dari penjajahan Belanda dan Jepang,pendidikan di Indonesia terus semakin pesat dengan berdirinya sekolah –sekolah di berbagai penjuru nusantara termasuk di kota kecil Tebingtinggi propinsi Sumatera Utara telah berdiri SMAN 1 pada tahun 1959 dengan dipimpim pertama kepala sekolah Lem Sitepu. Sejak didirikan tahun 1959 hingga sampai tahun 2013,SMAN 1 Tebingtinggi telah dipimpin 6 (enam) kepala sekolah yakni,Lem Sitepu (1959-1980),Tampil Simanjuntak (1980-1984),Ardin Togatorop (1984-1993),Eliaman Simbolon (1993-2000),Drs.Bahtera Sembiring,M. Pd (2000-2009) dan Muhammad Syarif,M.Si,M.Pd (2009-sekarang).
Perkembagan dunia yang begitu cepat,membuat persaingan pun semakin ketat,tak ayal lagi juga dibutuhkan manusia – manusia yang mampu bertahan dengan keterampilan dan kemampuan yang tinggi.SMAN 1 Tebingtinggi telah membuktikan sebagai sebuah sekolah yang kaya akan pengalaman,dan memiliki siswa yang terdidik ,berperstasi dan memilikiintegritas yang tinggi pula. Terbukti dengan banyaknya minat peserta didik yang ingin menlanjutkan jenjang pendidikan menengah atas ke SMAN 1 Tebingtinggi kian meningkat dari tahun ke tahun,namun dikarenakan seleksi yang ketat menyebabkan siswa yang terpilihlah yang dapat masuk ke SMAN 1 yang memiliki visi “Terwujudnya insan SMAN 1 Tebingtinggi yang cerdas dan kompetitif secara internasional”.Sedangkan misi : (1)Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan guna menanmakan secara berdaya guna dan berhasil guna,(2) Meningkatkan proses belajar mengajar secara optimal guna membangkitkan seluruh potensi kecerdasan siswa.(3) Memberikan kemampuan yang memiliki daya saing secara global di segala bidang. Tahun Pelajaran Tahun Pelajaran 20072008,SMAN 1 menjadi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI-SMAN1). Tapi program RSBI itu hanya bertahan sampai pada Januari 2013 (TP 2012-Januari 2013) jal itu disebabkan keluarnya putusan Mahkamah Konstitusi (MK) tertanggal 8 Januari 2013 tentang penghapusan program RSBI di seluruh Indonesia.
17
PENDIDIKAN Sejak tahun 2000, lebih dari 60% lulusan SMAN 1 Tebing Tinggi berhasil menembus Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di berbagai universitas negeri.Kemampuan para lulusan menembus perguruan tinggi negeri (PTN), juga didukung oleh kenyataan tingginya rata-rata nilai pelajaran yang diraih siswa. Pada tahun pelajaran 2005-2006, dengan jumlah siswa yang lulus sebanyak 65%, nilai rata-rata mata pelajaran mereka masih 7,5. Tetapi pada tahun pelajaran 2006-2007, meningkat menjadi 73% dengan jumlah siswa yang lulus sebanyak ± 230 orang Sejak digulirkannya sistem jalur undangan atau Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) padaTahun Pelajaran 2010/2011,sebanyak 64 siswa-siswi lulusan SMAN 1 Tebingtinggi diterima melalui jalur SNMPTN diberbagai Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Indonesia.Sedangkan TP 2011/2012,siswa-siswi SMAN 1 mengalami penurunan dalam penerimaan jalur SNMPTN yakni ,sebnayk 44 orang.Namun pada TP 2012/2013 mengalami peningkatan sangat drak-
tis yakni 128 siswa-siswinya diterima jalur SNMPTN di 22 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) se Indonesia yaitu,Universitas Sumatera Utara (USU) 22 siswa,Universitas Dipanegoro (Undip) Semarang dan UIN Sultan Syarif Kasim Riau 11 siswa,Universitas IAIN SumateraUtara 8 (delapan) siswa,UIN Sunan Gunung Djati Bandung,Universitas Syiah Kuala dan Universitas Padjadjaran (Unpad) masing-masing 7 siswa,Universitas Brawijaya 5 siswa,Universitas Negeri Medan (Unimed) dan Universitas Andalas 4 siswa, Universitas Jenderal Sudirman 3 siswa,Insitut Pertanian Bogor (IPB) 3 siswa Universitas Udayana ,Universitas Sebelas Maret, IAIN Walisongo Semarang ,Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) masing-masing 2 siswa.Sedangkan di Universitas Indonesia (UI),Universitas Mulawarman,Universitas Jember,Universitas Jambi,Universitas Lampung,Universitas Sriwijaya,UIN Sultan Syarif Kasim ,UIN Sunan Gunung Djati,Institut Teknolo-
gi Sepuluh November,IAIN Imam Bonjol dan Universitas Negeri Padang masing-masing 1 siswa. Kepala sekolah SMAN 1 Kota Tebingtinggi,Muhammad Syarif,M.Pd,M. Si ,mengatakan,persentasi kelulusan SMAN 1 TP 2012-2013 seratus persen dari 252 siswa/i yang mengikuti ujian Nasional.Sedangkan yang diterima atau lulus SNMPTN tahun 2013 sebanyak 128 siswa-siswi di 22 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) se-Indonesia ,yakni untuk program S-1 sebanyak 110 siswa dan program D-3 sebanyak 18 siswa. Jalur SNMPTN tahun 2012 lalu,kata Syarif,siswa SMAN 1 Tebingtinggi hanya menembus 44 orang di 6 (Enam) PTN di Indoensia,”Alhamdulillah untuk tahun ini 127 anak didik kita dapat diterima melalui jalur SNMPTN diberbagai PerguruanTinggi Negeri (PTN) di Indonesia,dan semua ini harus patut kita syukuri atas keberhasilan anak didik kita yang mampu menembus ratusan siswa –siswi masuk jalur SNMPTN” ucapnya bersyukur kepada Allah SWT.
Madrasah Tsanawiyah HAR Shihab tahun 1936 (koleksi foto Roesman Saleh)
18
PENDIDIKAN Diakuinya,bahwa 95 persen anak didik lulusan SMAN 1 Tebingtinggi melanjutkan pendidikan kejenjang Perguruan Tinggi Negeri di berbagai daerah Indonesia .Jika dibandingkan tahun lalu,persentase jumlah siswa –siswi SMAN 1Tebingtinggi yang masuk jalur SNMPTN 2013 mengalami peningkatan 200 persen Sedangkan prestasi yang diraih SMAN 1 untuk tingkat propinsi adalah juara I lomba sekolah sehat dan juarai I sekolah Adiwiyata ,sehingga dipromosikan unPelajar Holand Indische School (HIS)Tebing Tinggi Tahun 1939, sekaran tuk tingkat nasional padatahun SMPN 1 Tebingtinggi (koleksi foto Roesman Saleh) 2013.Prestasi yang diraih beberapa siswa-siswinya untuk tingkat nasional ,yakni M.Faisal mengikuti Ol- P.Sitinjak menjadi siswa teladan siswa yang berprestasi,tapi tenaga ympiade Kimia (2002),Indah Sari (2003),Dara Puspita mengikuti Olyn- didik (guru) SMAN 1 meraih pres Purnama mengikuti Olympiade Bi- piade Saint (2008) dan M.Isrok mengi- tasi ditingkat propinsi dan nasional ologi (2003),Stephani mengikuti de- kuti Olympiade Ekonomi (2010) yakni,prestasi guru teladan tingkat bat bahasa Inggris (2003),Adi Fraja Tidak hanya sekolah dan nasional (1986),prestasi guru teladan tingkat propinsi pada tahun 2006 dan 2008,serta olympiade guru tingkat propinsi (2007).Semua prestasi itu tidak hanya menakjubkan.Tetapi juga menguatkan legenda SMA Negeri 1 Tebing Tinggi sebagai sebuah SMA berprestasi. Terkait keberhasilan SMAN 1 dalam mengantarkan 128 siswa-siswinya diterima masuk jalur SNMPTN 2013 di 22 PTN di Indonesia,,Wali Kota Tebingtinggi Ir.H.Umar Zunaidi Hasibuan, MM memberikan apresiasi terhadap kepala sekolah dan para guru serta siswa-siswi SMAN 1Tebingtinggi.Selain itu,Wali Kota menyatakan bahwa pemerintah kota Tebingtinggi memberikan perhatian khusus terhadap siswa kurang mampu yang masuk RUMAH BACA JL VETERAN jalur undangan atau SNMPTN 2013. (TAVIP NASUTION) TAHUN 1930 an (foto koleksi Roesman saleh)
19
EKONOMI
SEDIKIT TENTANG PAJAK BUNGA Teringatnya, di tahun lima puluhan dulu, pajak bunga itu memang tempat berjualan bunga dan sirih serta beberapa macam untuk perubatan secara tradisional.
Penulis sering mendapat tugas dari beberapa orang tua yang memerlukan baik bungan sampai bahan untuk pengobatan secara tradisional. Hampir semua pedagang itu penulis kenal. Sampai-sampai beberapa orang penulis kenal nama mereka. Tapi kini, tak satupun mereka yang berjualan bunga dan bahan obat-obatan saat itu berjualan lagi. Pantas masa telah menggulung mereka dan kebanyakan pasti sudah meninggal dunia. Itu pasti terjadi, karena kehendak Tuhan Maha Kuasa. Tak satupun bisa bertahan untuk berlama-lama hidup di dunia ini. Iyakan ? Bentuk bangunannya juga sudah jauh berbeda tidak seperti dulunya. Dulu terasa sempit dan bila ada dua tiga orang berjalan berbarengan pasti tidak bisa melewati jalan dimukanya. Begitulah keadaan pajak bunga yang terletak di Jalan Pattimura Tebing Tinggi. Perubahan pajak bunga itu dilakukan pada masa pemerintahan Walikota Drs. Amiruddin Lubis. Dan beginilah keadaannya pasar tersebut kini. Kini semuanya terlihat dengan mudah dan jelasnya tidak susah-susah lagi untuk mencari bunga dan bahan untuk obat-obatan tradisional. Karena mereka rata-rata berjualan di bagian pinggir, sehingga mudah dijangkau calon pembeli. Jelasnya semua kelihatan gampang dan mudah. Sementara para pedagang jenis kain danpakaian jadi juga ada di sekitar pedagang bungan tersebut. Mereka kelihatan dalam keadaan damai dan saling tolong menolong diantara mereka. Tak pernah terdengar mereka cekcok satu sama lainnya. Apa penyebab keadaan sep-
20
erti itu tercipta ?. Tak lain setelah para pedagang yang menempati jalan yang membentang di wilayah itu atau dipindahkan ke Jalan Jawa. Keadaan inilah yang membuat para pedagang di pajak bunga itu menjadi lebih aman dan bisa mengembangkan usahanya lebih besar. Mereka telah bersiapsiap menyambut bulan suci ramadhan. Biasanya dibulan itulah penjualan lebih baik dan bahkan lebih besar atau banyak. Hal itulah yang banyak dinanti-nanti para pedagang dimana saja tak terkecuali yang berdagang di pajak bunga Tebing Tinggi itu. Semua mengharapkan di Bulan Ramadhan menjelang Hari Raya Idul Fitri pajak pasti menjadi sasaran para pembeli. Pajak bunga telah menjadi saksi bertahun-tahun, mengalami peristiwa silih berganti. Baik waktu yang dipakai berganti begitu juga dengan manusia pelakunya. Namun pasar ya tetap pasar. Ia menjadi tempat orang berjual beli dengan barang dagangannya. Dan ia tak peduli tentang untung rugi yang terjadi. Begitulah pasar yang bernama Pajak Bunga berperan sebagai tempat berjual beli. Bagaimana dengan mereka yang dipindahkan ke Jalan Jawa ?. Kelihatan dari jenis jualan mereka kelihatan semua nampak baik. Tak terbersit dala diri penulis apa yang terjadi di diri mereka. Karena semua barang dagangannya terlihat tersusun rapi. Dan sebagian mereka menggunakan tenaga pembantu untuk melayani para pembeli mereka. Keadaan seperti ini menggambarkan situasi pasar yang berkembang dan menjadi harapan semua pedagang. Betulkah keadaan itu menggambarkan suatu yang baik. Kenyataannya, menurut seorang tean yang juga menjadi sebutlah korban mutasi. Mereka bisa seperti itu karena mereka bermain dengan uang yang diperoleh melalui jula-jula. Kenyataan juga, jula-julanya tidak cukup satu, pasti lebih dari satu. Habis masa di salah satu jula-jula akan ditutupi dengan jula-jula yang lainnya. Itu bisa terjadi bagi mereka yang berani main dengan uang jula-jula mereka. Kalau tidak pasti mereka ma-
nutup usahanya dengan segera. Masa penjualan hanya berlaku beberapa hari dalam sebulannya. Dari mulai setelah masa gajian ditambah beberapa hari lagi, biasanya penjualannya akan berjalan baik. Setelah itu hanya beberapa orang saja yang kebetulan lewat di depan usahanya akan singgah. Kalau memang cocok dan memperoleh untung sedikit harus cepat-cepat diberikan takut ia akan berppindah ke tepat sebelah. Jelas kita kehilangan kesempatan untuk memperoleh langganan baru. Demikianlah keadaan situasi di pajak tempat mereka kini berjualan, hasil penunjukkan pihak pemerintah Pemerintah Kota sebagai mutasi dari Jalan Pattimura lalu. Begitulah keadaan pasar itu, kini ditambah lagi isu-isu akan berdirinya titi di muka pasar itu. Keadaan trauma selama ini akibat pemindahan dari Jalan Pattimura belum lagi betulbetul hilang, ditambah lagi dengan isu-isu tersebut, menambah pening para pelaku pasar menghadapinya. Sementara beberapa orang diantara mereka sudah tidak lagi berjualan di tempat semula. Kabarnya mereka telah berjualan ke tempat lain atau pindah. Karena penulis tidak mengetahuinya dengan pasti. Tetapi itulah penjelasan kawan yang memberikan keterangan. Dan iapun tidak mengetahui kemana mereka pindah tempat. Jelasnya mereka telah menjadi korban akibat mutasi ini , katanya lagi. Ada suara-suara tak resmi, mereka mengharapkan kalau titi kalau terjadi pekerjaan pembangunan titi itu dilaksanakan jangan masa sebelum puasa. Agar mereka bisa sedikit bergerak dan bisa-bisa mmebesarkan usahanya atau sedikit mempertahankan usaha yang sekarang ini.. tidak menjadi hancur-hancuran. Itulah harapan mereka yang sangat didambakan. Demikianlah keadaan sedikit banyak situasi pasar pedagang yang menempati Jalan Jawa hasil mutasi dari Jalan Pattimira (Rizal Syam)
KESEHATAN
RSUD DR Kumpulan Pane : Rumah sakit milik Pemerintah Kota Tebingtinggi RSUD Dr H Kumpulan Pane yang terletak di Jalan Kumpulan Pane Kota Tebingtinggi terlihat megah dengan bangunan sekarang
Kilas Sejarah RSUD Dr.H.Kumpulan Pane TEBINGTINGGI- Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr H Kumpulan Pane terletak di Jalan Kumpulan Pane, Kota Tebingtinggi sebagai institusi pelayanan kesehatan publik. Rumah sakit umum Dr Kumpulan Pane kota Tebingtinggi mulai dibangun pada tahun 1958 atas prakarsa Dewan Perwakilan Rakyat I dan kemudian di beri nama Rumah Sakit Kota Praja. Berbekal dua Ruangan yaitu ruang I (satu) dan ruang II (dua) dengan kapasitas kurang lebih 40 tempat tidur. Rumah Sakit Kota Praja mulai beroperasi pada tahun 1961 dan peresmiannya dilakukan pada tahun 1962 oleh Gubernur Sumatera Raja Junjungan Lubis. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor : 233/Menkes/S.K/VI/1983 tertanggal 11 Juni 1983, Rumah Sakit Kota Praja berubah nama menjadi RSU kota Tebingtinggi dan sekaligus di tetapkan sebagai Rumah Sakit Umum Pemerintah kelas C non pendidikan. Selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1013/S.K/IX/2007 tertanggal 6 Desember 2007, RSU Kota Tebingtinggi berubah nama menjadi RSU Dr. Kumpulan Pane Kota Tebingtinggi. Penyempurnaan terhadap fasilitas RSU Dr Kumpulan Pane terus dilakukan oleh Pemerintah Kota Tebing Tinggi, baik itu fasilitas fisik, peralatan maupun pengembangan SDM. Saat ini RSU Dr. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi telah memiliki berbagai fasilitas, seperti instalasi rawat inap dengan 288. Dahulu RSUD dr Kumpulan Pane adalah rumah sakit satu-satunya yang dipergunakan oleh Pemerintah Kota Tebingtinggi dan
masyarakat untuk pelayanan kesehatan. Standar pelayanannya pun dijaman dahulu sebatas perwatan inap dengan satu orang dokter yang bernama dr Kumpulan Pane dan sekarang rumah sakit tersebut menjadi RSUD dr Kumpulan Pane Kota Tebingtinggi. Perubahan dan perkembangan baik segi pelayanan, saran, prasarana, status, kelembanggaan, susunan organisasi termasuk peningkatan status kelasnya. Menurut Direktur RSUD Dr H Kumpulan Pane Dr Nanang Fitra Aulia Sp PK mengatakan bahwa rumah sakit ini telah mengalami perubahan dan perkembangan baik segi pelayanan, saran, prasarana, status, kelembanggaan, susunan organisasi termasuk peningkatan status kelasnya. Menurut penjelasan Nanang, untuk mengenang jasa dan pengabdian seorang dokter pribumi yang membuka pratek pertama di Kota Tebingtinggi dan sekaligus tokoh masyarakat yang bergerak di bidang kesehatan, maka RSU Tebingtinggi dirubah menjadi RSUD Dr H Kumpulan Pane berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 10313/Menkes/SK/IX/2007 tertanggal 6 Desemebr 2007. “Sejalan dengan tuntutan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dan menjawab perkembangan ilmu dan teknohlogi dibidang kedokteran dan kesehatan,maka RSUd Dr H Kumpulan Pane Kota Tebingtinggi di tingkatkan kelasnya dari RS Pemerintah kelas C menjadi RS pemerintah kelas B non pendidikan berdasarkan keputusan dari Menteri Kesehatan RI Nomor : 581/Menkes/SK/VII/2009,”jelasnya beberapa waktu lalu. Dengan diperolehnya sertifikat akreditasi penuh tingkat lanjut (12 pelayanan) meliputi
pelayanan administrasi dan manajemen, pelayanan medis, pelayanan gawat darurat, pelayanan keperawatan, pelayanan rekam medis, pelayanan farmasi, kesehatan dan keselamatan kerja (K3), pelayanan radiologi, pelayanan labotorium, pelayanan kamar operasi, pengendali infeksi dan pelayanan prinatal resiko tinggi. “Sejak tertanggal 1 Januari 2011, RSUD Dr H Kumpulan Pane Kota Tebingtinggi menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah (PPK-BLUD),ini sesusai dengan keputusan Wali Kota Tebingtinggi Nomor 900/832 tahun 2010 teratnggal 31 Desember 2010,”jelas Nanang. Sesuai dengan visinya, RSUD Dr H Kumpulan Pane,Kota Tebingtinggi adalah rumah sakit yang terpercaya, prefosional, terkini, aman, nyaman dan terjangkau oleh masyarakat Kota Tebingtinggi dan sekitarnya, sedangkan untuk misinya adalah menyelenggarakan pelayanan rumah sakit dengan didasari komitmen tinggi dan partisipasi pegawai, meningkatakan mutu sumber daya manusia, mengembangkan pelayanan unggulan, meningkatakan sarana dan prasarana mengikuti perkembangan ilmu kedokteran, menyelenggarakan pelayana rumah sakit yang berorentasi dan terfokus pada kepuasan pelanggan termasuk masyarakat miskin, meningkatakan efekitvitas, efisiensi dan fleksbilitas pengelolaan keuangan dan penghargaan profesional kerja dengan peningkatan kesejahtaeraan pegawai. “Kami punya Motto, RSUD Dr Kumpulan Pane Kota Tebingtinggi adalah peduli dengan kesehatan anda,” dr Nanang. (sopian)
21
LINGKUNGAN HIDUP
Sei Sibaro Daerah Pertapaan Tahun 1966 (Koleksi Foto Roesman Saleh)
Kearifan Lokal Pelestarian LH Di Kerajaan Padang Kearifan
lokal, adalah istilah yang muncul belakangan ini, seiring dengan mengemukanya peradaban global. Kearifan lokal bermakna berbagai nilai-nilai baik yang tumbuh di kalangan dunia ketiga sejak dahulu dan terpelihara baik hingga kini. Masyarakat global memandang kearifan lokal diperlukan, sepanjang nilai-nilai itu tidak bertentangan dengan kepentingan kesejagatan. Salah satu kearifan lokal yang paling diapresiasi masyarakat global, adalah nilai-nilai dalam pelestarian lingkungan hidup. Hal itu, erat kaitannya dengan kerisauan global akan kondisi ‘kuning’ alam semesta akibat perusakan dan pencemaran yang berlangsung massif tak terkendali. Para aktifis lingkungan melihat, kearifan lokal terhadap pelestarian lingkungan hidup sangat banyak dan perlu dihidupkan sebagai salah satu sarana memberikan kesadaran baru
22
dalam upaya pemeliharaan lingkungan. Kerajaan maritim sekelas Sriwijaya, misalnya memiliki kemampuan luar biasa dalam memelihara kelestarian jalur pelayaran di sungai. Sebagai kerajaan maritim, Sriwijaya dikenal mampu memadukan tradisi Hindu/Buddha dalam pemeliharaan air sebagai sumber kehidupan. Salah satunya, adalah pengerukan jalur sungai Musi yang jadi urat nadi perdagangan kerajaan itu dengan dunia luar. Juga pelestarian hutan sebagai hasil bumi yang sustainability. Hal sama dilakukan Kerajaan Majapahit yang terkenal sebagai kerajaan daratan dengan konsep kanal sebagai sumber kehidupan. Konsep kanal, berupa jalur air yang dibuat guna menjaga keseimbangan pasokan air, menjadi fenomenal, ketika ditemukan sejumlah situs kanal dan kolam di ibu kota kerajaan Gajah Mada itu. Pengelolaan terhadap sumber daya alam juga menarik, meng-
ingat ketergantungan yang tinggi rakyat kerajaan itu atas sumber daya alam. Warisan kearifan lokal dari kerajaan-kerajaan besar Nusantara itu, menurun ke berbagai kerajaan bawahan dan daerah taklukan. Sejumlah kerajaan di Sumatera Timur yang sejak awal bersentuhan dengan kedua kerajaan besar di atas, juga menyimpan kearifan lokal terhadap lingkungan. Kerajaan Padang sebagai kerajaan kecil dibawah protektorat Kerajaan Deli yang keberadaannya terkadang tak tercatat dalam lintas sejarah mainstream, juga menyimpan kearifan lokal. Sebagai kekuasaan yang berada di tepian sepanjang sungai dari hulu hingga hilir, Kerajaan Padang yang berkedudukan di Bajenis, Kuta Usang dan Bandar Sakti, menggantungkan kehidupan rakyatnya dari hasil pertanian, perkebunan dan perikanan.
Di masa itu, setiap kampung memiliki huma (perladangan) tersendiri yang jadi sumber utama kehidupan masyarakat. Terutama di pinggiran sungai dan anak sungai yang berada di daerah aliran sungai (DAS). Bentuk dari kearifan lokal yang hingga kini masih tersisa, adalah Kampung Durian, Kampung Sawo ataupun Kampung Nenas. Keberadaan kampungkampung itu, diawali oleh tanaman buah-buahan yang jadi andalan kerajaan. Puluhan tahun kampung itu mengandalkan buah-buahan itu sebagai sumber kehidupan mereka. Beberapa laporan, misalnya menyebutkan Kampung Durian (kini Kelurahan Durian) merupakan sentra buah durian, karena banyaknya pohon durian di wilayah itu. Demikian pula Kampung Sawo dan Nenas, merupakan sentra perkebunan sawo dan nenas yang arealnya luas dan menjadi pertanian lokal sampingan yang menguntungkan pemilik kebun. Tak hanya itu, kearifan yang dibangun pada masa itu, dari sejumlah penuturan, adalah penanaman pohonpohon di lahan-lahan kosong. Tidak mengherankan, jika kemudian berbagai kampung di kerajaan itu memiliki buahbuahan khas, misalnya buah namnam, mengkudu, rambe, langsat, rambutan, mangga dan puluhan jenis buah-buahan lainnya. Meski buah itu, merupakan buah lokal, namun keragaman buah itu menunjukkan adanya perhatian serius dalam mempertahankannya. Salah satu kearifan lokal yang pantas di catat sepanjang keberadaan Kerajaan Padang di Tebingtinggi, adalah peraturan kerajaan yang mengharuskan rakyat menanam pohon rumbia di tepian sungai. Tengku Haji Nurdin alias Tengku Haji membuat peraturan penanaman rumbia di hilir sungai Padang di Bandar Khalifah. Penanaman itu, untuk memenuhi kebutuhan industri perkebunan, juga rumah tangga dan pelestarian habitat kerajaan. Penggunaan kebun nipah/ rumbia ini sesuai amanat Tengku Haji
Nurdin; Bagi rakyat setempat yang memerlukan daun nipah atau pucuk nipah untuk dipakai sendiri, baik untuk menyisip atap rumah atau untuk bahan penggulung tembakau yang diisap sendiri, boleh mengambilnya (tak perlu dibayar) kepada pemilik kebun, sesudah diberitahukan lebih dahulu atau kemudiannya, sesuai ketentuan yang berlaku. Artinya jangan sampai merusak tanaman itu. Di masa itu, masyarakat juga mendapat kewajiban adat untuk memelihara berbagai jenis tanaman di lahan yang dimiliki. Artinya, tidak ada lahan yang dibiarkan kosong, tapi harus ada tanaman di atasnya. Pada lahan kosong, maka pihak kerajaan memandangnya sebagai lahan tanpa pemilik dan bisa diberikan kepada siapa saja, penduduk asli maupun pendatang. Tidak mengherankan, jika kemudian banyak pendatang dari tanah Batak, mengambil lahan-lahan kosong tanpa tanaman untuk dijadikan perkebunan dan persawahan. Kepemilikan atas lahan yang tak ditanami itu, hingga kini masih bisa kita lihat, misalnya di sepanjang jalan arah ke Bandar Khalifah. Banyak perkampungan suku Batak yang melakukan transmigrasi sejak masa pembukaan perkebunan Belanda maupun pada masa terjadinya pemberontakan DI/TII, era sesudah kemerdekaan. Lahan kosong itu kemudian men jadi enclave etnis Batak. Sedangkan pada lahan yang ditanami, berubah menjadi perkampungan. Peraturan adat yang membolehkan menggarap lahan kosong, menjadi salah satu sumber terjadinya perkampungan etnis di Kerajaan Padang. Terbentuklah kemudian, Kampung Bagelen, Mandailing, Kampung Jawa, Kampung Cina, Kampung Rao dan beberapa perkampungan etnis lainnya. Atau konsentrasi penghasil pertanian, semacam Kampung Perladangan, Bajenis, Lalang maupun Kampung Berohol. Pada 1882, ketika Belanda mu-
lai membuka perkebunan di wilayah Kerajaan Padang, kearifan menjaga lingkungan tetap diteruskan. Para pengusaha perkebunan, menyadari betul daya dukung lahan sangat menentukan kualitas panen yang dihasilkan. Atas dasar itu, mereka tidak melakukan eksploitasi lahan secara serampangan. Telah ada ketentuan, bahwa penggunaan lahan perkebunan memiliki batas maksimal dan setelah itu lahan diistirahatkan. Perkebunan karet, misalnya memiliki masa tanam antara 15-20 tahun. Maka setelah itu, lahan yang telah dipakai, harus diistirahatkan selama 8-10 tahun. Lahan itu dijadikan sebagai lahan tanaman rakyat yang dipersilahkan untuk memanfaatkannya. Maka hingga kini lahan-lahan yang diistirahatkan itu masih kita kenal dengan Kampung Penonggol, ataupun Kampung Kurnia, Kampung Bicara, Lubuk Baru dan beberapa kampung lainnya. Kesadaran terhadap lingkungan hidup itu, menyebabkan lahan di Kerajaan Padang menjadi lahan yang tetap subur, karena dikelola dengan pertimbangan yang memperhatikan aspek peleestarian. Hingga kini, perkebunan di wilayah Kerajaan Padang saat ini merupakan warisan dari perkebunan Belanda. Sayangnya, berbeda dengan kondisi saat ini, eksploitasi terhadap lahan perkebunan sangat tinggi. Salah satu dampak dari eksploitasi yang mengabaikan pelestarian adalah kian dangkalnya aliran sungai di berbagai tempat, akibat deforestasi yang terus menerus. Sungai Padang dan anak sungainya, saat ini mengalami pendangkalan yang tak terperikan. Kearifan lokal yang diwariskan Kerajaan Padang dan pengusaha perkebunan Belanda telah hilang seiring waktu. Kita hanya menunggu suatu saat negeri Padang yang diwariskan pendahulu kita ini menjadi kering kerontang akibat ulah kita sendiri. Wallahu a’lamu bi ash shawab. Khalik
23
LINGKUNGAN HIDUP
Tanam Pohon “Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan Menyerahkan Tanaman Pohon Produktif Kepada Lurah Dan Kepling Untuk Ditanam Di Kawasan DAS Sungai Padang Pada Peringatan Hari Lingkungan Hidup (Hlh) Ke 17 Di Kota Itu”
Sumut Penyumbang 50 Persen Gas Metan Hasil
penelitian yang dilakukan Kantor Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara menyebutkan, limbah organik yang dihasilkan Provinsi Sumut tahun ini tercatat sebagai penghasil 50 persen gas metan setara dengan rumah kaca dan apabila ini tidak dikendalikan, maka akan berdampak besar dengan perubahan iklim. “Ini akan memicu kenaikan suhu global khususnya di wilayah Sumatera Utara, jika tidak segera dikendalikan akan berdampak buruk”, terang Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumut, Dr Hidayati pada Peringatan Hari Lingkungan Hidup (HLH) ke 17 dan Bulan Bakti Gotong Royong Masyarakat (BBGRM) ke 10 serta Hari Kesatuan Gerak PKK ke 41 di Jalan Ikhlas Lingkungan I Kelurahan Tanjung Marulak Kecamatan Rambutan tepatnya di kawasan tangkahan pasir bantaran Sungai Padang Kota Tebingtinggi. Untuk mencegah timbulnya gas metan yang berlebihan, dimana
24
tempat akhir pembuangan sampah harus benar-benar bisa mengelola sampah organik dan non organik, karena sampah rumah tangga sekarang di dominasi oleh sampah organik yang bisa menimbulkan terciptanya gas metan berlebihan. “Rubah prilaku mengkonsumsi makanan dan jangan membuangnyaapabilatidakhabis,”jelasHidayati. Menyoroti masalah mutu air Sungai Padang dikota itu, Hidayati menjelaskan mulai dari hulu hingga ke hilir sungai, kondisinya cukup sedang, tetapi pencemaran air sungai lebih di dominasi oleh limbah domestik dari pasar-pasar tradisional yang terletak di pinggir sungai. “Walikota Tebingtinggi telah menyatakan akan membuat Upal untuk melakukan penyaringan limbah padat dan cair dari pemukiman warga di sepanjang sungai di Kota Tebingtinggi, kita tunggu realisasinya,” terang Hidayati. Walikota Tebingtinggi Umar Zunaidi Hasibuan menyatakan agar para Kepala Lingkungan (Kepling) dan Lurah
setempat yang wilayah pemerintahannya meliputi daerah pinggiran suangai (DAS) agar tetap menjaga pohon-pohon produktif yang ditanam pada peringatan Hari Lingkungan Hidup ke 17. Menurut walikota, daerah pinggiran sungai jika ditanami pohonan produktif, selain hasilnya bisa dipergunakan oleh warga masyarakat, juga menguntungkan yaitu mencegah abrasi sungai. “Peranan masyarakat dalam hal ini sangat diharapkan, mari bersama-sama menjaga sungai kita sendiri,” pinta Umar Zunaidi. Dalam kesempatan itu Walikota Tebingtinggi Ir Umar Zunaidi Hasibuan bersama Ketua DPRD H Syarial Malik, Muspida dan SKPD, Kepala Badan Lingkungan Hidup Sumut Dr Hidayati melakukan penanaman pohon mangga, jambu air, jambul bol, rambutan, sengon, akasia, dan pohon durian di sepanjang kawasan Das Sungai Padang serta membagikan pohon kepada Lurah dan Kepling.**.
A GA M A
Mesjid keling bukan berarti mesjid yang catnya berwarna hitam namun mesjid Keling yang sering disebut oleh warga kota Tebingtinggi adalah Masjid Al Mukhlis yang terletak dijantung Kota Tebingtinggi tepatnya di Jalan Ahmad Yani Kota Tebingtinggi mempunyai nilai sejarah Islamiah atas bergantinya Kuil tempat beribadah umat Hindu kini telah menjadi Mesjid yang dipakai umat Islam untuk melaksanakan sholat dinamakan Mesjid Al Mukhlis. Pengurus Masjid Al Mukhlis, Abdurahman Nasution (65) masjid ini dibangun tahun 1978, dahulunya menjadi tempat beribadah umat Hindu, dikarenakan sang pemiliknya meninggal dunia,maka diserahkan kepada generasi keturunannya yang sudah memeluk agama islam. “Keturunan yang sudah masuk islam yaitu Tuan Bawah, karena banyaknya ornamen bangunan seperti kuil, masjid ini mengalami pemugaran pada tahun 1932, kemudian tahun 1936 kepada keturunannya yang sudah beragama islam mesjid ini kembali di pugar dan pada tahun 1978 menjadi bentuk yang mempunyai kubah hingga sekarang,”bilang Abdurahman Nasution, Senin (24/6). Diceritakan Abdurahman, dahulu umat muslim berkulit hitam dengan suku
keturunan India yang tinggal dikota Tebingtinggi seluruhnya melaksanakan sholat serta melakukan akitivitas ibadah di masjid ini. Banyak warga India di Kota Tebingtinggi yang masih memeluk agama Hindu berpindah memeluk ke agama islam dan di mesjid inilah umat Hindu masuk islam dengan mengucap dua kali Masayahadat untuk masuk islam. Ada ciri khas tersendiri di Masjid Al Mukhlis atau Masjid Keling ini , ceritanya kata Abdurahman, dulu ada pendatang dari Negara India yang masuk islam dan beribadah disini, dia (tidak diketahui namanya) menanam biji pohon kurma didepan masjid dan tumbuh subur hingga sekarang, tetapi pohon kurma tersebut tidak pernah berbuah, hanya ketinggian saja berkisar emat meter. “Di daerah Kota Tebingtinggi baru Massjid Al Mukhlis inilah yang tumbuh pohon kurma dengan subur,tapi sayangnya tidak pernah berbuah,”bilang Abdurahman Nasution. Bangunan Masjid Al Muhklis dengan luas bangunan 8x20 meter, sekarang menjadi tempat persinggahan para musafir yang melintasi Kota Tebingtinggi untuk menunaikan sholat lima waktu, karena letaknya persis ditingkungan Jalan Ahmad Yani Kota Tebingtinggi. Tetapi bangunan awal yang berciri khas
ornament ukiran pada batu India sudah tidak ada lagi akibat pemugaran yang dilakukan pihak pengurus masjid. Dikatakan Abdurahman bahwa masjid Al Mukhlisw ini terbuka 24 jam non stop bagi musafir yang mau beribadah dan untuk kegiatan-kegiatan keagamaan sekarang dimesjid ini dipergunakan sebagai tempat pengajian warga sekitar usai dilaksanakan sholat Subuh. “Orang Tebingtinggi mengenal masjid ini dengan sebutan Masjid Keling walaupun namanya sudah berganti menjadi Masjid Al Mukhlis. Kalau ditanya kepada orang Tebingtinggi oleh pendatang nama Masjid Al Mukhlis kemungkinan tidak tahu, tetapi kalau disebut Masjid Keling, orang Tebingtinggi banyak yang tahu,”jelas Abdurahman. Selama ini Masjid Keling ini selain di pergunakan untuk melaksanakan sholat fardu berjamaah, warga juga menggunakan sebagai tempat pengajian kaum ibu-ibu dan anak-anak. Penuntunan ilmu agama islam sejak usia dini memang sangat berarti, demi mengimbangi perkembangan zaman modern, dimana anak-anak remaja apabila tidak dibarengi dengan ilmu keagamaan akan termakan arus tehknologi canggih yang meracuni pikirannya. (ian)
25
LENSA PEMKO
RANGKAIAN KEGIATAN HARI JADI KOTA TEBING TINGGI KE-96 DAN HUT BHAYANGKARA KE-67 BHAKTI SOSIAL DI PANTI ASUHAN AMALIYAH
26
LENSA PEMKO PELETAKAN BATU PERTAMA RUMAH ALADIN
27
LENSA PEMKO KEJUARAAN MENEMBAK EKSEKUTIF
Kejuaraan Menembak Eksekutif Berlokasi Di Lapangan Tembak Brimob Detasmen -B Kota Tebing Tinggi Dilakukan Secara Profesional Serta Dengan Kemanan Yang Standart Untuk Peserta.
28
LENSA PEMKO ISRA’ MI’RAJ KOTA TEBING TINGGI
29
LENSA PEMKO GOTONG ROYONG TNI
PERMAINAN TRADISIONAL
PELEPASAN PAUD
30
LENSA PEMKO PENANAMAN POHON
BHAKTI SOSIAL KESEHATAN MASYARAKAT
SUNAT MASSAL BKM AL-HASANAH
31
LENSA PEMKO KUNJUNGAN KE RUMAH JOMPO
SUNAT MASSAL DI PANTI ASUHAN AMALIYAH
BHAKTI SOSIAL PRAMUKA
32
LENSA PEMKO OPERASI KB KONTAV DI RUMAH SAKIT UMUM
DONOR DARAH PNS
KUNJUNGAN KE BALA DEWA
33
PARLEMENTARIA
Walikota Tebing Tinggi Kantor Tarigan Berfoto Bersama Di Rumah Dinas Walikota Tahun 1967 (Koleksi Foto Roesman Saleh)
Catatan –catatan lepas seorang demonstran kecil Sebuah Episode Sejarah Dprd Kota Tebing Tinggi Tahun 1967 Oleh Ali Hasan Matondang Sebagaimana di tuturkan Roesman Saleh kepada Majalah SINERGI “ Di dalam ketidak pastian selalu terdapat suatu kepastian,walaupun kepastian itu dalam bentuk keadaan yang tidak pasti ,Yang pasti adalah : bahwa tidak ada kepastian Kita tidak bisa hidup tanpa problem ,bahwa kita hidup untuk memecahkan problem dan sekaligud menciptakan problem ” ( Ali Hasan Matondang ) Tebing Tinggi 25 Februari 1967 Demonstrasi oleh kesatuan – kesatuan aksi menolak pelantikan anggota DPRD TK II Kota Tebing Tinggi oleh Gubernur SUMUT yang dihadiri anggota BPH sumut Abner Situmorang. Delegasi baru dapat diterima setelah selesai pelantikan. kesatuan aksi menolak beleid Kantor Tarigan dan penyorotan terhadap oknum oknum yang dilantik sebagai anggota DPRD Anggota yang disorot antara lain : 1. Lohman Sau Sinaga alias Lay Hock Siu 2. O.H Simbolon 3. M Idris 4. L Pakpahan 5. Abdul Hamid Wahab 6. Djauhari Sihite 7. S.M Siahaan Jum’at 24 maret 1967 Jam 09.00 Delegasi dari Tebing Tinggi menemui Brigjen P Sobiran PANGDAM II/Bukit Barisan di rumah beliau.delegasi terdiri dari 6 orang anggota DPRD
Kotamadya Tebing Tinggi, Pimpinan partai/ormas dan kesatuan-kesatuan aksi. Anggota –anggota DPRD 1. Chairuddin ( IPKI ) 2. Amir Taat Nasution ( PSII ) 3. Djamaluddin ( IPKI ) 4. Djunjung Siregar ( PSII ) 5. Iskandar Muda (Komisaris Polisi- ABRI) 6. Subardi ( Ajunc Inspektur Poloisi I-ABRI) Pimpinan Partai/ormas : 1. Marahinggo Siregar ( PSII ) 2. Adjam Nasution ( Gasbiindo ) 3. Sulaiman Daud ( Alwashliyah ) 4. Lahmuddin Bakri Nasution ( Muhammadiyah)
Kesatuan-kesatuan aksi : 1. Ali Hasan Matondang ( Ko aksi Pemuda) 2. Saibus Rasyad ( Ko aksi pemuda) 3. Roesman Saleh (Ko aksi Pemuda) 4. Alifan Purba ( KAPPI ) 5. Burhanudin Harahap ( KAGI )
Didampingi oleh Let Kol Saleh Arifin dan Kolonel Sukardi (Dan Rem 023 ) Maksud kunjungan memintakan izin dan restu panglima untuk pencalonan Mayor Iscad Idris Nrp 18060 staf SUDAM V Kodam II/BB.
Selasa 28 Maret 1967 Sidang DPRD pemilihan Waliota/KDH Kotamadya Tebing Tinggi Surat GASBIINDO Tebing Tinggi Tentang Keanggotaan Abdul Hamid Wahab dalam DPRD Kotamadya Tebing Tinggi no.26/pem/1967 Isi: tidak/belum mengakui keanggotaan Abdul Hamid Wahab mewakili buruh. Surat DPT PARTAI KATHOLIK Kotamadya Tebing Tinggi tgl 1 februari 1967 No 002/PKT/1967 dan tgl 27 Pebruari 1967 No 003/PKT/1967 ISI:Me-recall Sdr Lohman Sau Sinaga dari DPRD Kota Tebing Tinggi d.t.o Ketua II ( S.A Purba ) dan sekretaris I ( R. Sihaloho)
PARLEMENTARIA Senin 27 maret 1967 Kolonel Sukardi Dan Rem 023 dataran tinggi mengadakan briefing dengan anggota-anggota DPRD. Kotamadya Tebing Tinggi di gedung DPRD jam: 19.00 parpol-paipol/ormas dan kesatuan aksi yang telah diundang tak diperkenankan masuk. Selasa 28 maret 1967 Sidang DPRD Kotamadya Tebing Tinggi untuk pemilihan calon Walikota/Kdh gagal karena mandat Abner Situmorang yang mewakili GUBSU sudah kadaluwarsa. ( Mandat No 2898 / 15 tanggal 2 februari 1967.)
Senin 10 april 1967 Resepsi penutupan konprensi Pemuda Muhammadiyah Sumatera Utara di Balai Wanita Jalan Sutomo jam :19.30 Sdr Chairudddin berbicara atas nama ko aksi pemuda Sdr lahmuddin Bakri Nasution membacakan surat Misbaarheids verklaring Mayor Iscad Idris untuk menjadi calon Walikota/KDH TebingTinggi. (dibawa dari Medan paginya dan dibacakan kepada umum untuk pertama kalinya) Dalam resepsi tersebut hadir Peltu Hadiran Ulung ketua DPRD Tebing Tinggi Senin 10 april 1967 Delegasi dati kesatuan kesatuan aksi Tebing Tinggi menjumpai Gubernur SUMUT Anggota rombongan 1. Chairuddin (Ko aksi Pemuda) 2. Ali Hasan Matondang ( Ko aksi Pemuda) 3. Burhanuddin Harahap (KAGI) 4. Alifen Purba ( KAPPI )
Menjumpai Asisten V KODAM II mengambil surat Misbaarheids Verklaring untuk pencalonan Mayor Iscad Idris menjadi Walikota Tebing Tinggi. ( Surat No. K-0221 / 61 tanggal 10 April 1967) Konsep Pernyataan : Aksi Bersama
Kotamadya Tebing Tinggi Ko Aksi – KAGI - KAPPI PERNYATAAN BERSAMA Kami Komando dan Kesatuan-kesatuan Aksi yang tersebut di bawah ini : 1. Komando Aksi Pemuda Kotamadya Tebing Tinggi 2. Kesatuan Aksi Guru Indonesia Tebing Tinggi 3. Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia Tebing Tinggi
Setelah : Mengingat : 1. Perlu adanya kestabilan politik dan ekonomi sesuai dengan Dwi Darma Kabinet Ampera 2. Telah tibanya masa pencalonan Walikota/ KDH Kotamadya Tebing Tinggi Oleh DPRD Kotamadya Tebing Tinggi 3. Hasil-hasil sidang DPRD Kotamadya Tebing Tinggi tgl 28 Maret 1967 tentang hal yang dimaksud dimana mana Mayor Inf Iscad Idris termasuk salah seorang yang dicalonkan oleh beberapa anggota DPRD Komad Tebing Tinggi
Menimbang : • Bahwa sdr Iscad Idris tersebut adalah putra daerah ini yang memenuhi syarat-syarat tentang pencalonan Walikota/KDH dimaksud • Bahwa sdr Iscad Idris tersebut dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat didaerah ini untuk mensukseskan Dwi Darma dan Catur Karya Kabinet Ampera • Bahwa sdr Iscad Idris tersebut pada tahun 1959 sewaktu ia bertugas sebagai dan PDM9 di daerah ini telah dapat memperlihatkan karya- karyanya yang baik untuk kepentingan umum di daerah ini Memutuskan : • Mendukung sepenuhnya pencalonan Mayor Inf Iscad Idris Nrp.18060 oleh Anggotaanggota DPRD Kotamadya Tebing Tinggi sebagai calon Walikota/ KDH Kotamadya Tebing Tinggi Tebing Tinggi,10 April 1967 Ko Aksi Pemuda K A G I KAPPI Kotamadya T.T
Ketua Umum (
1.
2. 3. 4. 5.
)
Tebing Tinggi Kotamadya T.Tinggi
(
Ketua
)
Ketua
(
)
Dalam penyusunan personalia DPRD Kotamadya Tebing Tinggi timbul Kecurangan oleh Walikota Kantor Taringan bersama Let Kol.T.P.R.Sinaga Sebagai ketua Golkar yang mana mereka berdua bersekutu mengambil orang- Orang yang pro kepada mereka dengan memilih orang-orang yang disukainya : • O.H.Simbolon Kepada Dinas Perindustrian : melanggar U.U.No.18/65 Pasal 24) • Lohman Sau Sinaga : melanggar pasal 23 U.U.No.18/65 Abner Situmorang mewakili GUBSU : mandat No. 2898/15 tgl 2 Pebruari 1967 Menurut instruksi Mendaneg No. 13/66 kantor Tarigan tidak berhak lagi sebagai Walikota/Kdh (telah bertugas 2 x 5 tahun) Dalam pemilihan terjadi kecurangan karena formulir telah terisi lebih dahulu oleh Adnan Ilyas (Sekretaris DPRD) dan dibagi-bagikan kepada anggota Djauhari Sihite (wakil Angkatan )45.Bekas anggota Brimob di Aceh yang dipecat Karena terlibat dalam kejahatan menggelapkan beras.
Kamis,13 April 1967 jam 11.00 Waktu yang disediakan untuk menghadap Gubernur S.U.bagi Kesatuan Aksi.
April 1967 Rabu,12 • Kantor Tarigan beserta pimpinan-pimpinan DPRD Kotamadya Tebing Tinggi ke Medan menjumpai GUBSU (untuk kedua kalinya)
Kamis,13April 1967 • Delegasi Kesatuan-kesatuan Aksi Kotamadya Tebing Tinggi menjumpai GUBSU Menyampaikan pernyataan tanggal 10 April 1967 dan pernyataan dukungan • Delegasi terdiri dari : 1. Ali Hasan : Ko Aksi Pemuda 2. Burhanuddin Harahap : K A G I 3. 3.Alifen Purba :KAPRI Didampingi dari Tebing Tinggi jam 07.30 Turut menumpang bersama rombonga ke Medan : Pak Iskandar Muda (Kom Pol)
Jum’at,14 April 1967 • Didalam ketidak pastian selalu terdapat suatu kepastian,walaupun kepastian itu dalam bentuk keadaan yang tidak pasti • Yang pasti adalah : bahwa tidak ada kepastian • Kita tidak bisa hidup tanpa problem ;bahwa kita hidup untuk memecahkan problem dan sekaligud menciptakan problem
Jum’at,28April 1967 • Info tentang Pimpinan DPRD Kotamadya Tebing Tinggi menjumpai Kepala Kejaksaan Negeri untuk mengusahakan jaminan agar M.Idris anggota DPRD dari PNI dapat ditahan luar,sehubungan dengan penahannya akibat korupsi di PMI. • Pesan Jaksa Agung Mayor Jenderal Sugiharto kepada delegasi PGRI Pusat agar anggotaanggota PGRI Non Vaksentral (Nonvas) yang beraffiliasi kepada PKI jangan diberi hati dan tidak ada kompromi.
( Harian API PANCASILA tgl 28-4-1967)
Susunan dan penjelasan mengenai FRONT PEMUDA SUMUT di dalam Harian Mimbar Umum tgl 28-4-1967 No.82 Tahun XX halaman 3 kolom 1-2-3-4.
29 April 1967 Menjumpai pak Djamhur Syamsuddin SH kepala Kejaksaan Negeri Tebing Tinggi menanyakan kebenaran tentang kunjungan pimpinan DPRD meminta agar M.Idris di bebaskan (tahanan luar). Jawaban pak Djamhur SH. Memang benar kunjungan pertama tgl 25-4-1967 disusul dengan kujungan kedua tgl 26-4-1967 dengan permintaan secara tertulis dan ancaman lisan. Salinan surat ada pada pak Kon Pol Iskandar. Yang datang :L.M.Pakpahan, O.K.Bahauddin, Hadiran Ulung. Sabtu,6 Mei 1967 Sidang DPRD Kotamadya Tebing Tinggi untuk pemilihan Walikota.Calon-calon terdiri dari : 1. ISCAD IDRIS Mayor Inf.Nrp.18060 2. KANTOR TARIGAN
Hasil pemilihan adalah : 15 suara untuk kantor Tarigan dan 8 suara untuk Iscad Idris. Pemilih-pemilih diperhitungkan terdiri dari : Iscad Idris : 1.Iskandar Muda, 2.Chairuddin, 3.Subardi (?), 4.Djamaluddin, 5.Djundjung Siregar, 6. Amir Taat Nasution, 7.Ustadz Abd.Wahab Lubis , 8.Abd.Hamid Wahab (?) Kantor Tarigan :1.Peltu Hadiran Ulung, 2.Letda M.Sihombing, 3. O.K.Anas (PERTI) (?), 4.Saman Saragih, 5.Sibarani, 6.Lohman Sau Sinaga, 7.Pdt.Hutagaol, 8.Sawiyah Nst (?), 9.Dj.Sihite, 10.S.M.Siahaan, 11.L.M.Pakpahan,12.O.K.Bahaudd in, 13.Ahmad Radji, 14.Abu Samah, 15.M.Idris Selasa,9 Mei 1967 Jam : 20.00 wib Pertemuan kesepuluh anggota DPRD pendukung pencalonan Mayor Iscad Idris di rumah pak Kom Pol Iskandar Muda (Jln Pahlawan )untuk bersumpah. Yang hadir hanya 6 (enam) anggota Dewan : 1. Ustadz Abdul Wahab Lubis 2. Sawiyah Nasution
35
PARLEMENTARIA 3. Djamaluddin 4. Amir Taat Nasution 5. Subardi (Aiptu) 6. Iskandar Muda (Kompol) Menyusul : 7. Khairuddin (IPKI)…terlambat
Jum’at,12 Mei 1967 Jam : 14.00 Pertemuan 12 (duabelas) orang anggota DPRD pendukung pencalonan Mayor Iscad Indris. Yang hadir : 1.Iskandar Muda, 2.Subardi, 3. Djamaluddin, 4.Chairuddin, 5.Amir Taat Nst, 6.Djunjung Siregar, 7.Sawiyah Nasution, 8.Abdul Wahab Lbs, 9.O.K.Anas, 10.Ahmad Radji Hs (N.U),11.O.K.Bahauddin (N.U), 12.Ali Hasan Matondang (Ko Aksi), 13.Burhanuddin Harahap ( KAGI), 14.Aligfen Purba ( KAPRI ), 15.Marahinggo Siregar ( PSII ), 16.Adjam Nasution ( GASBIINDO ), 17.Nukman Yearn (KACI)
Ibu Sawiyah Nst : • Mencoba mengadakam pertemuan di antara ormas-ormas wanita tetapi dicegah oleh pak Djamhur SH.(Kep.Kejaksaan) dengan penjelasan bahwa ibu Sawiyah bukan calon dari Alwasliah tetapi wakil gologan-golongan wanita.Oleh sebab pendapat Ormas wanita akan berbeda-beda,terserah ibu sawiyah untuk mengambil kebijakan sendiri. • Tidak mau menunjukkan kertas pemilihan karena bukan wakil dari satu partai atau ormas,tetapi mewakili beberapa ormas wanita.Jadi golongan lain bisa tersinggung • Pemilihan KDH sudah berjalan di atas forum demokrasi,jadi tidak dapat digugat lagi,karena bisa dianggap sabot terhadap usaha pemerintah. • Mengusulkan cara lain yaitu dengan cara pengumpulan tanda tangan anggota Partai dan Ormas masing-masing sebanyak-namyaknya dan dikirim ke Mendaneg. (Tak Bersedia Menanda Tangani)
A.Radji Hs: • Menanggapi surat pernyataan ini,menjelaskan bahwa Partainya sebagai partai besar mempunyai hirarchi pimpinan. • Belum mau mengikuti penanda tanganan surat pernyataan ini,tetapi akan berkonsultasi dengan pimpinan wilayah SUMUT. • Tunggu keputusan setelah kembali dari konperensi wilayah tanggal 15 Mei 1967 (Senin) Djunjung Siregar : • Menjelaskan tentang tidak hadirnya ybs mengikuti Penyumpahan karena kesalahan teknis akibat undangan tak Sampai. • Setuju penanda tanganan surat pernyataan sebagai pertanggung jawaban. • Chairuddin : • Bersedia disumpah dan bersedia menanda tangani pernyataan.
O.K.Anas : 1. Membacakan surat instruksi partainya (PERTI) tentang pemilihan KDH. 2. Meminta agar redaksi surat ditukar dan ditujukan kepadaMendaneg.(Menteri Dalam Negeri). Abd.Wahab : • Jangan menyinggung Panitia Teknis.
36
Jum’at 19 Mei 1967 Ke Medan menjumpai Mayor Iscad Idris,Rombongan terdiri dari : 1. Ali Hasan Matondang (Ko Aksi Pemuda) 2. Chairuddin (Ko Aksi Pemuda) 3. Alifen Purba (KAPPI) 4. Legino (KAPPI) Catatan : Instruksi penguasa pelaksanaan Dwikora Daerah :No.Ins : 0009/Pepelrada/8/1966 tgl :1-8-1966 Tentang : Larangan mencampuri urusan Badan Peradilan Senin,22 ,Mei 1967 Ke Medan menjumpai -Panglima Daerah Angkatan Kepolisian (PANGDAK) Sumut. -Mayor Barnang Pulungan (anggota DPRD Tk I SUMUT) -Anggota rombongan : 1. Ali Hasan Matondang (Ko Aksi Pemuda) 2. Burhanuddim Harahap (KAGI) 3. Alifen Purba (KAPPI) Didampingi oleh : Sdr.M.R.Matondang (Presidium KAPPI SUMUT) Sdr.Ahmad Sadi (Presidium Ko Aksi Pemuda SUMUT) Demonstrasi I penolakan terhadap tokoh Kantor Tarigan sebagai calon Walikota Tebing Tinggi. Selasa,23 Mei 1967 Demonstrasi dilanjutkan lagi oleh Kesatuankesatuan Aksi. Belum ada jawaban dari DPRD Tebing Tinggi.
Rabu,24 Mei 1967 • Demonstrasi diteruskan untuk hari ketiga. Pimpinan DPRD mencoba mengelakkan tanggung jawab dan mengalihkan persoalan. Keterangan terjadi dengan dipukulnya meja oleh ketua DPRD yang sedang disorot keras. • Terjadi kepanikan di antara para demonstran.Pancingan ketua DPRD berhasil demonstran marah dan membakar alar-alat kursi meja di luar gedung. Demonstrasi bubar jam : 17.30 Wib.
Jam : 18.00 Delegasi Kesatuan-kesatuan Aksi berangkat ke Medan.Terdiri dari : 1. Ali Hasan Matondang (Ko Aksi Pemuda) 2. Syaibus Rasyad (Ko Aksi Pemuda) 3. Ahmad Sadi (Ko Aksi Pemuda) 4. Burhanuddin Harahap (KAGI) 5. Alipen Purba (KAPPI) 6. Legino (KAPPI) Maksud menjumpai Gubernur S.U tetapi tidak jadi,pergi ke rumah pak Mayor Bambang Pulungan (anggota DPRD tk.I.S.U) Menginap di rumah sdr.Drs med Zakaria Siregar (K.A.M.I ) bersama dengan sdr.Drs.Med Zakaria Siregar (K.A.M.I ) bersama dengan sdr.Drs.Med Dalmy Iskandar dan sdr Zainir ( Ko.Aksi Pemuda Sumut ).
Kamis,25 Mei 1967 Kolonel Sukardi (Dan Rem 023 DT) datang ke Tebing Tinggi mengadakan briefing jam 08.00 di balai umum jln.Sutomo kepada pimpinan Parpol/ Ormas dengan nada pembelaan kepada Kantor Taringan.
Let Kol TPR Sinaga (Dan Dim) melemparkan kesalahan kepada AKBP Zakuan A.M (Dan Res Pol). Pemanggilan oleh seksi I KODIM kepada pimpinan-pimpinan KESATUAN AKSI.
Jam 13.00 Delegasi Kesatuan Aksi SUMUT datang ke Tebing Tinggi.Terdiri atas : 1. Drs.med Dalmy Iskandar (KAPPI) 2. Drs.Mad Zakaria Siregar (KAMI) 3. Zainir (Ko Aksi Pemuda) 4. Kamaluddin Lubis (KAMI) 5. 5. (?) (KAMI)
Menjumpai unsure Pancatunggal. Yang berhasil dijumpai : 1. AKBP Zakuan A.M 2. Djamhur Syamsuddin SH (Kepala Kjaksaan) TPR Sinaga dan Kantor Tarigan mengelakkan perjumpaan.
Jum’at 26 mei 1967 Jam ;08.00 Berangkat ke Medan bersama M Yahya harahap SH (Kepala Pengadilan Negeri) menjumpai sdr Drs med Zakaria Siregar dan bersama sama pergi ke rumah Mayor Barnang Pulungan. Jam:17.00 Menjumpai Pak Haji Yusuf Bahrum (pimpinan PERTI) di rumahnya mengadakan approach agar angota PERTI yang ada di DPRD Tebing Tinggi menarik diri dati keanggotaan DPRD Tebng Tinggi. Jam 20.00 Turut menghadiri pertemuan antara anggotaanggota DPRD tk I Sumatera Utara yang beragama Islam di rumah Mayor Barnang Pulungan yang hadir antara lain: 1. H Abir Zuhdi Daulay ( N.U ) 2. Bangun Nasution (N.U) 3. Angin Bugis Lubis ( NU ) 4. Raswif Taat ( PSII ) 5. Mustafa Nasution SH (Golkar) 6. Marzuki Lubis (KBKI-Golkar) 7. Said Hood (KBKI) 8. H Yusuf Bahrum (PERTI) 9. Mayor Barnang Pulungan 10. Usman Pelly B.A ( HMI ) 11. Hasan Basri SH 12. Drs med Zakaria Siregar (HMI) 13. ……? ( SOKSI )
Mengenai persoalan Tebing Tinggi diambil kesimpulan sbb: Partai/ormas tingkat Sumut membuat pernyataan kepada Mendagri/Gubsu agar kedua calon WALIKOTA ditolak. Masing-masing parpol/ormas yang ada wakilnya di DPRD Kotamadya Tebing Tinggi membuat intruksi kepada cabangnya agar memuat pernyaaan yang sama .(PSII-N.U-KBKI-PERTI ) Jam 24.00 M.Yahya Hrp SH pulang ke Tebing Tinggi membawa surat instruksi Parpol/ormas Menginap dirumah Sdr Drs. Med Zakaria Siregar.
PARLEMENTARIA
Penangkapan Mulai Berlangsung Di Tebing Tinggi Sabtu 27 mei 1967 Roesman Saleh ,Lahmuddin Bakri dan Hefdi Rahman tiba di Medan melalui Siantar-Kabanjahe-Brastagi dengan sepeda dan motor Mulai menginap di jalan Slamat 43-45 (kantor Badko HMI) Sdr chairuddin tiba di Medan jam 02.00 malam
Minggu 28 mei 1967 Letda Masri Nasution datang ke Jalan Slamat menyatakan bahwa Yahya harahap SH gagal menjalankan surat instruksi parpol/ornas tk Sumut kepada cabang-cabangnya di Tebing Tinggi. Senin 29 mei 1967 Rapat gabungan kesatuan-kesatuan aksi tingkat Sumut membicarakan masalah Tebing Tinggi bertempat di jalan Slamat no 43-45 jam 17.00 hadir dari KAMI-KAGI-KAPPIKAWI-Ko Aksi Pemuda.
Selasa 30 mei 1967 Rencana gabungan kesatuan aksi Sumut mengadakan delegasi besar menjumpai Panca Tunggal Sumut meyampaikan pernyataan : Masalah Tebing Tinggi Masalah aksi anti korupsi - cek kosong Berkumpul jam 08.00 di Perguruan Kesatria (Jl Thamrin) Rencana gagal karrna yang membawa surat pernyataan tidak hadir (Saidun Usman-KAPPI ) Delegasi kecil berangkat menjumpai PANGDAM II diterima oleh KASTAF Kolonel leo lepolisa di kamar kerjanya di damping oleh Asisten I overste Muchsin dan pj Ka pendam II Kapten M Yusuf ( Panglima ke luar kota) Jam 12.30 Menjumpai Gubernur (Marahalim Harahap ).diterima langsung oleh Gubsu di dampingi Pj Walikota Medan (Drs Surkani). Delegasi terdiri dari KAMI SUMUT : 1. Drs med Zakaria Siregar, 2. 2Lahmuddin Mane 3. Hilmi
KAPPI SU : 1. Dalmy Iskandar, 2 M Ridwan Matondang, 3. Ismail Dari Tebing Tinggi : 1. Ali hasan matondang 2. Nukman Yearn Selasa 30 Mei 1967 Delegasi tandingan dari Tebing Tinggi menjumpai KaASTAF KODAM II dan Gubsu, oleh KASTAF di tolak.di Gubernuran di terima oleh Sekda Christian L Gaol delegasi terdiri dari : 1. Agus Panggabean; Membawa nama KAGI 2. Wesly Sitanggang ; GAMKI 3. P sSahaan : GAMKI 4. D Situmorang : Katholik 5. ? : GPM 6. ? : GSKI Diiringi oleh seorang anggota Brigmob B 516 berpangkat AIP II (info dari Lahmuddin Mane:Harian Nusa Putra) Rabu 31 Mai 1967 Mengikuti delegasi dari Tebing Tinggi menjumpai Gubsu menyampaikan pernyataan partai-partai /ormas tetapi tidak dapat berumpa karena tamu terlalu banyak.anggota delegasi terdiri dari: - Amir Taat Nasution - Marahinggo siregar - M Polan lubis - Djunjung Siregar (menyusul tiba) Jam 11:30 Menhadap PANGDAK II S.U diterima oleh KASTAF Kombes Drs Upa Suparya.delegasi didampingi oleh KAPPI SUMUT (Dalmy Iskandar) dan ko Aksi SUMUT (Sutarjo-Ahmad Sadi) Jam: 13.00 Menjumpai kepala Kejaksaan Tinggi S.U diterima langsung oleh Pak Djuang Harahap SH di dampingi oleh jaksa Baharuddin SH (Sekretaris) Jum’at 2 juni 1967 Menyiapkan laporan untuk disampaikan kepada Asisten I KODAM II dan Panca Tunggal SUMUT
Sabtu 3 Juni 1967 Demontrasi di mulai lagi di Tebing Tinggi ,sasaran KODIM 0201 Tuntutan : Minta di bebaskan teman-teman yang ditahan. anggota banyak yang luka akibat kena popor senapang (+-15 orang) Minggu 4 Juni 1967 Ceramah Ir M Sanusi Menteri Perindustrian Tekstil di Jln Slamat 43-45 Senin 5 juni 1967 Demontrasi dilanjukan dengan tuntutan yang sama, berhasil baik, anggota yang di tahan di bebaskan semua (23 orang) Delegasi terdiri dari 1.Hefdi Rahman, 2.Masri Chan, 3. Fadlan Hasibuan 4. Nurdiana, 5. Chairunnisah Hefdi rahman bertelepon kepada Kolonel Sukardi (Dan Rem 023 D.T)
Selasa 6 juni 1967 Roesman saleh dan Muchsin A.S pulang ke Tebing Tinggi, Ali Hasan Matondang dan Nukman Yearn masih tinggal di Medan.
Rabu 7 juni 1967 Bersama sdr Ahmad Sadi menjumpai Mayor Barnang Pulungan menyampaikan surat laporan.berjumpa dikantor DPRD SUMUT.ngomong-ngomong dengan Pak Haji Bustani Ibrahim anggota DPRD SUMUT Pak Barang minta salinan pernyataan partai. Kamis 8 juni 1967 Pulang ke Tebing Tinggi jam 14.45 dengan kereta api ekspres Kontra aksi massa menyampaikan pernyataan di tebing tinggi terdiri dari GAMKI : Pohan Siahaan Pemuda Katholik : D Situmorang KESPEKRI; SH Sihite Gerakan Pemuda Marhaenis (GPM) Syahrun Isya GSNI : Felulo gulo Dengan membawa massa dari luar kota 10 motor = 300 ORANG dari 1.Sungai Birung, 2.Simpang Binjai, 3.Sibulan, 4.Warung bubur, 5.Bandar sono, 6.Sungai simujur 7.Sungai rampah, 8.Bah butong, 9.P siantar, 10.Medan, 11.Tiga dolok, 12.Kampung juhar 13.Kampung Binjai (dpp ayub guru SD), 14.Pekan kemis
Menurut info Motor truk disediakan KODIM 0201 Mic di sediakan KODIM (motor yang di gunakan al :GAMS No 22-PMH No 20-Setia) Sehubungan dengan ucapan lerkol TPR Sinaga pada briefing dibalai umum pada tanggal 25 mei 1967 di hadapan pimpinan parpol /ormas:kalau perrlu kitapun bisa kerahkan massa dari daerah-aerah. 1. Delegasi diterima oleh : Letkol TPR Sinaga (DanDim 0201 DS) Kantor Tarigan, Wakil-wakil Panca Tunggal lainnya. 2. Garuda Samosir anggota ex SBK-KNKN-Kespekri ikut demontrasi (buruh motor Medan –Siantar) Sabtu 10 juni 1967 Program: 1. Menggerakkan demontrasi ibu-ibu menyampaikan pernyataan 2. Menggerakkan beca-beca 3. Mencatatkan nama-nama untuk menghada walikota dari kesatuan-kesatuan aksi, Senin 12 juni 1967- Rabu 14 juni 1967 Mengubungi ibu-ibu dari Aisyah-Alwashliyah-Wanita Pancasila, pertemuan di jalan Sisingamangaraja no 12 jam 17.00 Rabu 14 juni 1967 Jam 17.00 Pertemuan ramah tamah dirumah Pak Nurdin (ketua IPKI kotamadya Tebing Tinggi ) Dengan 1. Teddy Setiawan ( Ketua G I KAPPI Pusat) 2. Bachrum. (Ketua G II KAPPI Pusat) 3. Yusuf A.R (Ketua KAPPI Jakarta Raya)
Didampingi Tommy Yus Jamal (KAPPI Medan) Dari ko/kesatuan aksi Tebing Tinggi hadir: 1. Ali hasan, 2. Roesman saleh, 3. Syaibus rasyad 4. Hefdi rahman, 5. Syamsul A Nasution,6. Chairuddin
Kamis 15 juni 1967 Delegasi ko/kesatuan aksi Tebing Tinggi menjumpai asisten V Men Pangad Mayor Jendral Suharto di Medan ( wisma deli ) menyampaikan laporan dan pernyataan mengenai persoalan Tebing Tinggi.Delegasi di terima oleh Asisten Menpangad di dampngi oleh: Kolonel Zein hamid Let kol M Saleh Arifin Asisten V Kas Kodam II Let kol Suharto : Wa As V KOANDA (?) Delegasi Tebing Tinggi terdiri dari Syamsul A Nasution : Ko aksi pemuda Syaibus rasyad : Ko aksi pemuda Roesman saleh : Ko aksi pemuda Nukman Yearn : KAGI Hefdi rahman : KAPPI Lgino : KAPPI. BERTEMU PANGLIMA SABTU 17 JUNI 1967 Rombongan kesatuan aksi berjumlah 81 orang berangkat ke Medan untuk menghadiri dan medengarkan gemblengan dari Brigjen Sarwo Edi Wibowo PNGDAM II BB di wisma Sinabung Jl.Sudirman –Jl Jokja Menyampaikan undangan kepada Pak Brigjen Sarwo Edi Wibowo untuk berkunjung ke Tebing Tinggi tgl 24 juni 1967 via Mayor Suhartono. Menyampaikan surat sanggahan/protes atas dihunjuknya sdr Kantor Tarigan untuk Berpidato atas nama rakyat Tebing Tinggi dalam upacara perpisahan /perkenalan dengan Brigjen P Sobiran dan Brigjen Sarwo Edi di Lubuk Pakam tanggal 19 juni 1967.
Senin 19 juni 1967 Ke KODIM 0201 untuk memintakan izin mengadakan rapat umum tgl 24 juni 1967 sehubungan dengan undangan kesatuan aksi kepada Brigjen Sarwo Edi Wibowo ke Tebing Tinggi. izin tidak di berikan oleh KODIM O201 dengan dalih harus ada persetujuan dulu dari Dan Rem 023 DT. Jam 17.00 RAPAT UMUM /RESEPSI perpisahan dan perkenalan dengan Brigjen P Sobiran dan Brigjen Sarwo Edi yang disponsori oleh Dan Dim 0201 di lubuk Pakam Selasa 27 juni 1967 Delegasi gabungan kesatuan –kesatuan aksi terdiri dari 1Ali Hasan : ko aksi pemuda 2.Nukman Yearn : KAGI 3.Hefdi Rahman : KAPPI Berangkat ke medan. Dimedan didampingi oleh sdr Drs med Zakaria Siregar ( KAMI ) dan Ahmad Sadi (KO aksi SUMUT) menjumpai 1. Fati Siregar (Staf Gubsu ) 2. AKBP Rustam effendi Hatahap SH (anggota DPTD tk I Sumut) 3. Mayor BAR Pulungan (anggota DPRD tk I sumut) 4. Letkol Iscad Idris (Wa As V KODAM II) Checking mengenai langkah-langkah yang diambil Gubsu mengenai persoalan Tebing Tinggi Kamis 29 juni 1967 Aksi coret di mulai lagi dalam menyongsong lewatnya Pak Brigjen Sarwo Edi menuju ke Pematang Siantar Jam 09.00 Pak Sarwo Edi lewat di Tebing Tinggi menuju ke P Siantar. Senin 3 juli 1967 Demontrasi di mulai lagi disertai dengan aksi tempel di motor-motor dan becak –becak. Dipanggil oleh SEKHAN 0201 untuk di beri teguran atas terjadinya demontrasi. Kapten Lempur Karo-Karo Surbakti mewakili Dan Sekham didampingi oleh Lettu CPM A.Dj Marbun (Dan Sub Den POM) Pimpinan kesatuan aksi yan dipanggil adalah Burhanuddin Harahap dan Ali Hasan Matondang. Demoontrasi bubar dengan tertib jam 13.00
37
PARLEMENTARIA Selasa 4 juli 1967 Delegasi kesatuan aksi terdiri dari :1. Ali Hasan, 2. Roesman saleh, 3. Chairuddin, 4. Arnold Parapat, 5. Ahmad Sadi (ko aksi Sumut) Menjumpai PANGDAM II Brigjen Sarwo Edi Wibowo. Pertemuan diadakan jam 12.30 selama setengah jam dengan Pak Sarwo didampingi oleh 1.Letkol M Saleh Arifin (Asisten V KODAM II), 2.Letkol M Saleh Rangkuti ( Dan Dim 0212 Medan ), 3.Mayor Asrol Adam (Kas Dim 0212 Medan), 4.Mayor Amir Hamzah (Ka Si V KODIM 0212 Medan), 5. Ajudan Pak SARWO ? :Lettu RPKAD Delegasi menyerahkan laporan/argumentasi mengenai tuntutan kesatuan aksi serta memperlihatkan foto-foto dokumentasi dan fakta fakta lainnya (foto copy) Janji Pak Sarwo untuk datang ke Tebing Tinggi setelah akhir minggu depan delegasi perlu lagi menghubungi Pak Sarwo lagi mengenai hal ini. Pertemuan diadakan di Ma KODIM 0212 Medan.
Selasa 1 agustus 1967 Undangan DanDin 0201(dto Letda Slamet) untuk menghadiri rapat pembentukan coordinator kesatuan-kesatuan aksi dibalai wanita jam 09.00 Rapat tertunda karena kehadiran Dan Rem 023 Kolonel Sukardi ke sidang rapat yang tak dapat diterima oleh kesatuan-kesatuan aksi Kolonel Sukaedi meninggalkan balai wanita dan rapat dilanjutkan lagi jam 11.00 dan diakhiri jam 14.30. Hadir +-39 orang utusan dari kesatuan-kesatuan aksi di tambah dengan Mayor R Suhartono, pengundang hadir: DanDim didampingi oleh lettu CPM A.Dj Marbun Letda M Slamat ((Pa Si V) dan Peltu Ramidi (ajudan DanDim)
Sabtu 15 jul 1967 Konsolidasi kekuatan front marhaenis di perkebunan paya pinang Rombongan front mathaenis mengadakan yel-yel memancig clash physic di simpang jalan sisingamangaraja-thamrin jam 19.30 dengan mengendarai motor gerobak milik perkebunan paya pinang.
Selasa 1 Agustus 1967 Jam:21.00 Pimpinan –pimpinan kesatuan aksi sumut datang ke tebing menanyakan persoalan rapat paginya (penolakan kesatuan aksi terhadap Kolonel sukardi) Pertemuan diadakan di rumah sdr Arnold parapat jalan imam bonjol Pertemuan di tutup jam 00.30 Rombongan dari medan terdiri dari 1. Drs ned Zakaria siregar (KAMI) 2. Sutarjo (Ko aksi pemuda) 3. Dalmy Isandar (KAPPI) 4. Bambang Irsyad R.M (KAGI) Dari kesatuan-kesatuan tebing tinggi hadir: 1.alihasan (ko aksi pemuda), 2.syaibus Rasyad (ko aksi pemuda ), 3.Chairuddin (kpo aksi pemuda), 4.roesman saleh(ko aksi pemuda), 5.Syamsul A NST(ko aksi pemuda), 6.Aliakbar (koaksi pemuda) 7.Arnold parapet(ko aksi pemuda), 8.Burhanuddin Harahap (KAGI), 9.Nukman Yeatn (KAGI), 10.Legino (KAPPI).
Sebtu 8 juli 1967 ulang tahun fromt marhaenis.resepsi di kampung perladangan ( kp durian TT)
Selasa 18 juli 1967 Delegasi kesatuan aksi berangkat ke medan menyampaikan laporan kepada PANGDAM tidak bertemu dengan panglima.panglima mengadakan rapat masalah Tebing Menjumpai Asisten III: Overste Z Hasibuan Berjumpa dengan Kantor Tarigan Di Kodam II Rombongan kesatuan aksi terdiri dari 1.ali hasan, 2.chairuddin, 3.roesman saleh 4.arnold parapat Didampingi oleh sdr Drs med Zakaria Siregar (KAMI SUMUT) Jum’at 21 juli 1967 Mengadaan peetemuan/briefing dengan Dan Yon 122 Mawas di markas Yon 122,dari ko aksi pemuda hadir 1.chairuddin, 2.ali hasan, 3 Roesman saleh 4.arnold parapat Dari yon 122 hadir : 1.Dan Yon :Mayor Roesli saleh, 2.Wa Dan Yon: Mayor Matzuki Erman, Dan PKL :Pelda …? Masalah yang di bicarakan Pembinaan kesatuan-kesatuan aksi Masalah intelijen Taktik kerja Masalah pengamanan senjata Karhotheek Briefing di mulai jam 09.00 dan di akhiri jam 12.45 wib
Unsur panca tunggal terdiri adari : 1. Res AKRI AKBP Zakuan A.M 2. Kepala kejaksaan Negeri:Djamhur Samsuddin SH 3. Kepala pengadilan negeri M Yahya Harahap SH berangat ke medan menjumpai PANGDAM menyampaikan laporan masalah Tebing Teinggi. tidak berjumpa dengan panglima laporan diserahkan kepada letkol Iscad Idris. Rabu 26 juli 1967 Serah terima jabatan Dandim 0201 deli serdang antara Letkol TPR Sinaga dengan Letkol Sumardi.
Sabtu 29 juli 1967 Undangan DanDim 0201 kepada kesatuan-kesatuan aksi bersama ftont marhaenis untuk mengikuti briefing dari Dan Rem 023 Kolonel Sukardi di Lubuk pakam Kesatuan-kesatuan aksi tidak bersedia hadir.
Dua orang anggota GAMKI yang turut aksi tandingan (Arifin Pangaribuan dan ..?) turut menyusup hadir (atas izin peltu ramidi ? Kesatuan aksi yang hadir 1.Kesatuan aksi pemuda (ko aksi pemuda), 2.KAPPI, 3.KAGI, 4. KAWI, 5.KABI (Toyibi dan Manaf Nasution) Turut hadir sdr Ahmad sadi dari Medan (ko aksi pemuda SU/WARTAWAN MS
Sabtu 5 agustus 1967 Sdr M.J EFFENDI Nst (anggota DPRGR/MPRD) dan sdr BAMBANG Irsyad R.M (KAGI-SUMUT) datang ke Tebing Tinggi mengadakan pertemuan dengan kesatuan-kesatuan aksi Tebng Tinggi jam 113.00 Dari tebing tinggi hadir:1.Ali hasan, 2.chairuddin 3.roesman saleh, 4. Ali akbar, 5.Nukman Yeatn, 6. Burhanuddin harahap , 7.legino Sdr ahmad sadi datang ke tebingringgi menyampaiakan pesan agar delegasi kesatuan aksi t tinggi menjumpai pak brigjen sarwo edi wibowo hari senin Jam 18.00 Berangkat ke medan rencana menjumpai colonel sukardi Delegasi terdiri dari 1.Ali hasan, 2. Chairuddin 3. Syaibus rasyad, 4. Toesman saleh, 5.Burhanuddin Harahap, 6. Nukman yearn, 7. Djunjung Siregar (KAGI), 8. Hefdi rahman(KAPPI), 9. Ali akbar (koaksi) Jam 21.30 Berangkat kerumah colonel sukardi ddampingi oleh MJ effendi Nst dan bambang Irsyad EM untuk berbicara secara blak-blakan dengan klonel sukardi mengenai persoalan tanggal 1 agustus 1967. Pembicaraan diakhiri jam 01.30 malam Menyusun bersama mengenai persoalan ini. KONSEP PENYATAAN BERSAMA Mengingat: 1. Sikap kesatuan aksi tebing tinggi yang meninggalkan ruangan sidang sewaktu kolonel sukardi memasuki ruangan. 2. Sikap merebut diatas dilakukan karena adanya perbedaan pendapat antara kesatuan aksi dengan Dan Rem mengenai masalah mengenai masalah pemilihan walikota tebing tinggi dan yang sehubungan
dengan itu. Kejadian –kejadian diatas telah di laporkan dan tertampung kepada PANGDAM II/BB pada tangal 7-8-1967. Menimbang 1. Perlunya dibina kerjasama antara angkatan ’66 dengan partnernya ABRI 2. Saran dari PANGDAM II/BB Kepada delegasi Tebing Tinggi- SUMUT MEMUTUSKAN 1. Persoalan Tebing Tinggi tgl 1-8-1967 telah selesai 2. Segala sesuatu mengenai follow up kejadian diatas akan di selesaikan dengan musyawarah dan konsukrasi. 3.
MEDAN 17 AGUSTUS 1967
Senin 7 agustus 1967 Berangkat ke medan menjumpai PANGDAM II Brigjen Sarwo Edi Wibowo membicarakan persoalan tanggal 1-8-1967 delegasi terdiri dari 1. Ali hasan, 2.Syaibus Rasyad, 3.Chairuddin 4.Rosman saleh, 5.Burhanuddin Harahap, 6.Djunjung Siregar, 7.Hefdi Rahman. Didampingi oleh kesatuan-kesatuan aksi Sumut 1.Bambang Irsyad R.M, 2.Syukri HELMI Tanjung 3.Ahmad Sadi, 4.Syawal Batubara Pembicaraan dimulai jam 11.00 dan diakhiri jam 13.20 wib Jam 17.00 menjumpai kolonel sukardi di rumahnya persoalan statemen bersama antara kesatuan aksi tebing tinggi dengan colonel sukardi. didampingi oleh Drs med Zakaria Siregar dan Bambang Irsyad RM Jam 19.00 singgah di rumah letkol Muchsin asisren I KODAM II di JL SM Raja Mengenai persoalan tebing tinggi. Pulang ke Tebing Tinggi dab tiba jam 22.00 WIB Sabtu 12 Agustus 1967 Rapat panitia 17 agustusdinalai wanita Tebing Tinggi dipimpn oleh Dan Dim (Let Kol Sumardi )
Sabtu 26 agustus 1967 Delegasi kesatuan aksi berangkat ke medan menjumpai kolonel sukardi Dan Rem 023( kantor KOREM 023 di Binjai) menyelesaikan persoalan pernyataan bersama sekitar persoalan tgl 1 agustus 1967 sesuai dengan saran PANGDAM/II BB Delegasi terdiri dari : 1.Chairuddin 2.Syaibus rasyad 3.Burhanuddin harahap
Selasa 29,agustus 1967 Berangkat ke paya pasir untuk checking persoalan pemilihan lurah jam 17.00 Yang berangkat 1.Roesman saleh 2.Cairuddin 3.Ali hasan 4.Lamuddin Bakri Nasution
Kamis 31 agustus 1967 Pertemuan antara kesatuan kesatuan aksi kotamadya tebing tinggi dengan DanRem jam 09.30 bertempat dikamar kepala staf KODIM 0201 Yang hadir dari Korem 023 1.Kolonel Sukardi (Dan Rem), 2. Mayor Sutan (Kasi….Rem), 3.Mayor….(?) (kasi….Rem) Yang hadir dari KODIM 0201 : 1.Letkol Sumardi (DanDim 0201), 2. Mayor Amiuddin Nst (KanDim 0201), 3.Kapten L.K Surbakti (Ka Si V ), 4.Kapten Rajagukguk ( Ka Si I ) Dari kesatuan aksi pemuda : 1.Khairuddin, 2.Syaibus Rasyad, 3.Ali dasan, 4.Syamsul A. Nasution, 5.Roesman Saleh Dari KAPPI : 1. Hefdi Raman 2. Legino Dari KAGI 1.Djunjung Siregar 2.Nukman Yearn Dari KAWI ; 1.ibu Zuraida 2.FIERDEFLIES 3..? 4..? Acara mengenai coordinator kesatuan aksi. Pertemuan ditutup jam 12.30 wib.
PARLEMENTARIA CARE TAKER WALIKOTA TEBING TINGGI 1967 LETKOL SYAMSUL SULAIMAN
Kamis 14 september 1967. Pelantikan care-taker Walikota /kdh kotamadya tebing tinggi dan serah terima jabatan walikota lama (Kantor Tarigan) dengan care taker yang baru. Letkol Syamsul sulaiman jam 11.00 diruang siding DPRD rk II Tebing Tinggi. Jum’a 15 september 1967 Delegasi kesatuan aksi menjumpai care taker Walikota jam 11.20 menyampaikan pernyataan penolakan unsur PNI duduk di DPRD tk II Tebing Tinggi. perombakan komposisi DPRD tk II Tebing Tinggi dan peretoolan anggota BPH dari unsur PNI Delegasi terdiri dari : 1.Ali ghasan, 2. Syaibus Rasyad 3. Roesman Saleh, 4. Alifen Purba, 5. Hefdi rahman
Jum’at 22 september 1967 Jam 09.45 Rapat formatur kesatuan aksi pemuda Hadir : 1. Pemuda Pancasila : Ali akbar nasution, 2. Pemuda Muhammadiyah: Syaibus Rasyad, 3. Grk Pemuda Alwashliyah : Ali hasan Matondang, 4. Pemuda Muslimin: Masri chan, 5.GAMKI : Wesly Sitanggang, 6. Pemuda Anshor: Nashrun Ali, 7.Pemuda Katholik : Agus Panggabean, 8. P3I SOKSI : Syafril Syair Tanjung Susunan pimpinan harian kesatuan aksi hasil rapat tersebut Ketua umum : Pemuda Pancasila, Ketua- ketua periodic –Gerakan pemuda Alwashliyah (GPA), Pemuda Muhammadiyah, P3I SOKSI, Pemuda Muslimin Indonesia, Sekretaris umum : Pemuda Katholoi, Sekretaris I : Pemuda Muhammadiyah, Sekrearis II : Pemuda Muslimin Indonesia, Bendahara : GAMKI Rapat ditutup jam 04.00 tgl 23-9-1967 Senin 18 oktober 1967 Sidang DPRD Kota Tebing Tinggi Yang hadir1.Peltu Hadiran ulung, 2. Lettu M Sihombing 3. Saman Saragih, 4. Abu Samah 5. Dj Sihite, 6. Ahmad Raji, 7. S.M Siahaan, 8. Pendeta Hutagaol, 9. R.S Sibarani Sidang tak berlangsung karena tak kuorum, diundurkan sampai waktu yang tidak di tentukan.
Kamis 26 okrober 1967 1. Razia beras dilaksanakan oleh angkatan kepolisian RI ( AKRI ) Kejaksaan dan kesatuan aksi pemuda 2. Rapat antara muspida dengan kesatuan-kesatuan aksi dan parpol/ormas se kota tebing tinggi.di hadiri oleh Dan Yonif 122/RR jam :09.00 wib 3. Jam 21.30 berkunjung kerumah Walikota/Kdh. Sabtu 28 ktober 1967 Jam 10.30 Berangkat ke perbaungan menghadiri upacara peresmian
jembatan sungai ular Dihadiri oleh PANGDAM II/BB dan Arnold Simanjuntak mewakili GUBSU.
Sabtu 4 Nopember 1967 Jam 10.47 Pertemuan dengan DanDim 0201 Deli Serdang Hadir 1. DanDim 0201, 2. Mayor E.Haro Raja gukguk, 3 .Ali hasan Matondang, 4. Chairuddin, 5. Syaibus rasyad 6. Syamsul A Nasution 7. Masri Chan, 8. Roesman Saleh, 9. Legino, 10.Alipen Purba Isi pertemuan:menyampaikan -surat kawat no 006 - Soal panca instruksi - Soal pembekuan PNI Ka Si I: Pengawalan FOMDAM+PKD Tak boleh ada penangkapan Masalah beras Soal pengompasan Sabtu 4 nopember 1967 Jam 16.00 Rapat kesatuan aksi pemuda Hadir : 1. Chairuddin, 2. Saibus Rasyad, 3. Syamsul A Nasution , 4. Suhaimi, 5. Nasrun Ali, 6. Zulkifli Yazid, 7. Wesly Sitanggang, 8. Noorman Chatib, 9. Ali hasan , 10. Umar Lubis, 11. S Sinaga, 12.H Siahaan, 13.Masri Chan, 14.B Sitinjak, 15. Roesman Saleh, 16.Muhibban
Keputusan 1. Mencabut kembali keputusan tgl 22 sept 1967 2. Menyusun komposisi personalia yang baru 3. Komposisi terdiri dari 6 presidium dan 3 sekretaris ditambah biro-biro 4. Jabatan ketua umum bersifat sementara,menunggu ketentuan dari kapsu. Susunan Ketua Umum ; Pemuda Pancasila : Chairuddin Ketua periodic 1. Pemuda muhammadiyah :Syaibus Rasyad 2. Gerakan pemuda Alwashliyah : Ali hasan Matondang 3. P3I SOKSI: Syamsul A Nasution 4. Pemuda Muslimin : Masri Chan 5. GAMKI……..(menyusul) 1. Biro keuangan: pemuda muslimin: suhaimi umry 2. Biro logistic:pemuda pancasila : m yunan 3. Biro penerangan : pemuda muhammadiyah:….. 4. Biro penelitian: grk alwashliyah :amiruddin ks Biro umum: P3I SOKSI : Umar lubis Sekreariat: Sekretais umum: Gerakan pemuda anshor: Nashrun ali Sekretaris I : Pemuda muhammadiyah : Noorman chatib
SekretarisII Pemuda Katholik : B Sitinjak 6. Dewan Pleno 1. PP : Chairuddin 2. P31 : Syamsul S nasution 3. PMI : Muhibban 4. P.Kath : V Manurung 5. GAMKI:…………………. 6. P Anshor: Nasrun Ali 7. GPA: Muhammad Pane Sitorus 8. P Muhammadiyah :………….. -. Masa jabatan ketua periodic selama 2(dua) bulan.
Sabtu 9 Desembr 1967 Kesatuan aksi pemuda mengadakan dialog dengan PLN Tebing Tinggi mengenai pesoalan listrik.
Mingu 10 desember 1967 Sdr Umaruddin Syamsuddin B.A anggota DPR/MPRS beerta rmbngan Sek Berormas Islam non parpol datang ke Tebing Tinggi jam 17.30 dan mengadakan pembicaraan dengan AKRI (Kepolisan) Diantaranya turut hadir sdr Hasyran Nst dan Ishak Nasution Dari KAPSU.
Senin 11 Desember 1967 Berangkat ke Binjai menjumpai Lettu Adham Hasry (Sekda kebupaten langkat) untuk urusan panitia pembangunan mesjid simpang rambung. Briefing Dan Dim 0201 dengan coordinator kesatuan aksi di Ma Kodim 0201 Rabu 13 desember 1967 Delegasi Sek Ber ormas islam non afiliasi parpol mengunjungi Walikota di rumah beliau jam:21.00 mengenai DPRD Kotamadya Tebing Tinggi. Kamis 14 desember 1967 Sdr Umaruddin BA anggota DPR/MPRS beserta rombongan datang kerumah (Jl Sisingamangaraja 12) jam 17.00 Rombongan terdiri dari –Patih H.A Sahlan (staf kantor GUBSU) - Lukman lubis dari SEKBER - Ismail (KAPPI SUMUT)
Sabtu 30 Desember 1967 Jam 09.00 Pertemuan antara Walikota Tebing Tinggi dengan parpolSekber Golkar-Kordinator Kasatuan Akasi di kantor Kotamadya mengenai komposisi DPRD Kota Tebing Tinggi (Data ini diperoleh dari catatan aktivis Ali Hasan Matondang , berkas diperolah dari Roesman Saleh di tulis kembali oleh Juanda )
Lagi, KPK Periksa Jaksa Kejati DKI dalam Kasus Master Steel
Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali menjadwalkan pemeriksaan terhadap jaksa dari Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta, terkait kasus dugaan pemberian hadiah dalam tindak pidana pajak PT The Master Steel, Jumat (5/7). Kali ini, giliran Jaksa Muda Intelejen bernama Albert Napitupulu yang diperiksa KPK. "Kami jadwalkan pemeriksaan terhad Abert Napitupulu sebagai saksi kasus The Master Steel," kata Kepala Bagian Pemberitaan dan Informasi KPK, Priharsa Nugraha. Sebelumnya, KPK memeriksa Jaksa pada Kejati DKI Jakarta Desi Meutia Firdaus, dua petugas kepolisian Kompol Wulestanto dan Johnedy, PNS Ditjen Pajak Kusno Utomo dan pihak swasta Teddy Muliawan. KPK juga pernah memanggil PLT Direktur Inteli-
jen Penyidikan Ditjen Pajak Yuli Kristiyono. Soal pemeriksaan jaksa pada kasus ini, dikarenkan Kejaksaan turut menangani kasus yang melibatkan PT The Master Steel. Namun, kasus yang ditangani KPK berbeda dengan yang ditangani kejaksaan. Kasus yang ditangani kejaksaan menyangkut pelanggaran pajak yang dilakukan pleh Direktur Utama PT The Master Steel Diah Soembedi. Dalam kasus ini, KPK sudah menetapkan lima orang tersangka, yaitu Direktur PT The Master Steel, Diah Soembedi, dua orang penyidik dan pemeriksa pajak Dirjen Pajak pada Kantor Wilayah Jaktim bernama, Eko Darmayanto dan Moh Dian Irwan Nuqishra dan dua pegawai The Master Steel bernama Teddy dan Efendy.
Beberapa waktu lalu, KPK berhasil menangkap tangan dua orang penyidik dan pemeriksa pajak Dirjen Pajak pada Kantor Wilayah Jaktim bernama, Eko Darmayanto dan Moh Dian Irwan Nuqishra. Keduanya diangkap saat tengah menerima uang sebesar 300 ribu dolar Singapura dari seorang kurir bernama Teddy dan seorang pegawai perusahaan Baja dari PT The Master Steel bernama Efendy. Eko, Dian dan Teddy ditangkap di halaman terminal III Bandara soekarno-Hatta, Tangerang, pada Rabu (15/5) pagi. Sedangkan, Efendy ditangkap di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Timur. Uang 300 ribu dolar Singapura itu diduga merupakan suap untuk mengurus persoalan pajak PT The Master Steel yang beralamat di Jalan Raya Bekasi KM 21 Rawa Teratai, Cakung, Jakarta Timur Penulis: Rizky Amelia/ARD/Aswin
39
OLAH RAGA
Kesebelasan Sepak Bola Padang Sport Fc Di Stadion Kampung Durian Tahun 1932 Dipimpin Tengku Alamsyah (Koleksi Foto Roesman Saleh)
Club Bola Pribumi diabadikan dalam sebuah pertandingan persahabatan di Stadion Kampung Durian Tahun 1930 (Koleksi Foto Roesman Saleh)
Sejarah Stadion Padang Sport Kerajaan Padang
Stadion Kp. Durian
milik kesultanan Padang dan tidakmasuk dalam Gementee Tebingtinggi. Di era pasca kemerdekaan, tutur Aswad Asmara, stadion Kp. Durian masuk wilayah Kewedanaan Padang Bedagai, Kabupaten Deli Serdang. Lapangan itu, di era 1950-an menjadi basecamp Persatuan Sepakbola Kewedanaan Padang Bedagai (PSKPB) yang berinduk ke Deli Serdang. Bonden PSKPB, membawahi sejumlah klub di Kewedanaan Padang Bedagai yang umumnya merupakan klub sepak bola perkebunan dan desa. Misalnya, Paya Pinang, Tanah Besih, Pabatu, Sibulan, Bandar Bejambu, Gunung Pamela, Bajalingge (Dolok Merawan), Dolok Masihul hingga Rambung Sialang. Sedangkan klub sepak bola Gementee Tebingtinggi, misalnya Muda Sebaya, Tebing Putra dan beberapa klub yang dia lupa namanya. Kesemua klub itu, sekira 1974 ketika terjadi pemekaran Kota Tebingtinggi, jadi cikal bakal berdirinya Persatuan Sepak Bola Tebingtinggi Sekitarnya, dikenal dengan akronim PSKTS. Berdirinya PSKTS dengan dukungan sejumlah klub desa dan perkebunan itu membuat bonden ini disegani di tingkat
Sumut. Rutinitas kompetisi yang digelar, juga melahirkan sejumlah pemain sepak bola yang cukup handal. Misalnya, kiper Taufik Lubis dan penyerang Effendi Maricho di era pertengahan 1980-an. Tak hanya melahirkan sejumlah pesepak bola handal. Stadion Kp Durian juga, di masa lalu, memiliki kapasitas sebagai stadion yang layak tanding untuk tingkat nasional. Kompetisi Galatama era 1980-an, misalnya pernah mengambil lokasi bertanding di stadion itu. Beberapa pertandingan yang masih diingat, misalnya klub Sari Bumi Raya Bandung dan Pardedetex Medan, pernah merasakan empuknya merumput di stadion Kp. Durian. Namun, di era 1990 aroma harum stadion Kp Durian mulai meredup, setelah Pemko Tebingtinggi kurang merespon dinamika sepak bola di kota itu. Ditambah lagi dengan terjadinya stagnasi di organisasi PSKTS setelah bonden jadi ajang untuk kepentingan pribadi pengurusnya. Sejak itu, sejumlah klub perkebunan pun pindah dan mencari bonden lain, diantaranya PS Rambung Sialang. Kondisi itu berlangsung hingga kini, di mana PSKTS tak pernah melakukan aktifitas dan klub-klub pun tiarap, karena berbagai persoalan melilitnya. Saat ini ada pula upaya-upaya kalangantertentu untuk melego lapangan itu ke pihak lain untuk jadi perumahan. Padahal, stadion Kp. Durian harusnya menjadi salah satu situs budaya di kota Tebingtinggi. (Khalik)
yang sejak lama jadi lapangan sepak bola kebanggaan Kota Tebingtinggi, jejak historisnya menyimpan sejuta kenangan manis dan teramat sulit dilupakan masyarakat. Itulah satu-satunya lapangan yang pernah melahirkan dua kapten tim nasional PSSI, yakni Ramlan Yatim di era 1950-an dan Anshari Lubis di era 1990-an. Selain sejumlah nama pesepak bola yang pernah memperkuat tim nasional maupun Sumut dan klub-klub ternama lainnya. Dari sejumlah keterangan, stadion Kp. Durian dibangun sekira tahun 1930 oleh Tengku Alamsyah menjabat sebagai sultan Kerajaan Padang. Sultan Alamsyah, menjadikan lapangan bola itu sebagai basecamp klub sepak bola Padang Sport Club yang didirikan dan dipimpinnya. Lapangan bola itu dilengkapi dengan stadion mini, sedangkan di belakang stadion itu, terdapat juga lapangan tenis, dengan pembatas dua jalan. Sekarang menjadi Jalan A. Yani dan Jalan Dr.H.Kumpulan Pane. Sayangnya ketika lapangan bola itu dibangun dari tanah penonggol Kebun Bahilang, pengagasnya tak memperhatikan konsep modern, sehingga lapangan itu tak memiliki santel ban. “Saya pernah dengar Padang Sport Club itu dari orang tua,” ujar saksi sejarah stadion Kp. Durian, Aswad A s mara, 73, disela-sela keterlibatannya sebagai panitia kompetisi Pengcab PSSI itu. Pria yang lahir pada 1939 itu, mengakui Ulang Tahun Kesebelasan Sinar Medan, salah satu Bonden Sepak Bola di stadion itu awalnya memang Masa Kerajaan Padang pada tahun 1930 (Koleksi Foto Roesman Saleh)
40
SASRA/BUDAYA
Seniman Ristata Siradt Bersama Dengan Menparpostel Let. Jend. H. Ahmad Taher (Koleksi Foto Keluarga)
Dr. Kumpulan Pane ( Jas Hitam Duduk Nomor 3 Dari Kiri ) Berfoto Bersama Kelompok Orkes Kesenian Di Tebing Tinggi Tahun 1930-An ( Koleksi Foto Roesman Saleh)
RISTATA SIRADT SENIMAN SATRA MEMBAWA HARUM NAMA KOTA TEBING TINGGI
Ristata Siradt namanya di kalangan seniman sastra untuk tingkat Sumatera, Nasional dan Internasional sudah tidak asing lagi. Bahkan lewat karya seni sastranya yang terbit di majalah dan di koran namanya terkenal. Sehingga dia selalu diundang untuk mengikuti dialog dan pembanding sastra. Perjalanannya sudah sampai ke negeri tetangga Malaysia, kini ia telah tiada berpulang ke Rahmatullah pada usia 70 tahun. Dia dilahirkan pada tanggal 9 Juli 1932 di Laras Kabupaten Simalungun, meninggal dunia pada 8 Mei 2004 di Tebing Tinggi, keturunan suku Jawa. Ristata Siradt masuk Sekolah Rakyat (sekarang SD) di Serbelawan pada usia 12 tahun. Suatu usia yang kini dianggap sudah seharusnya memasuki Sekolah Lanjutan Pertama (SMP), mungkin pada masa itu keadaan ekonomi orang tuanya dan situasi sebelum merdeka begitu sulit untuk mengecap pendidikan. Pada tahun 1949 keluarga Ristata Siradt pindah ke Pematang Siantar, Siradt melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (sekarang SLTP) pada tahun 1950 di Pematang Siantar, usianya telah 18 tahun. Pada Sekolah Menengah Pertama ini bakat seni yang ditekuninya sejak di Sekolah Rakyat semakin berkembang. Pementasan-pementasan drama di sekolah tetap diikutinya, demikian pula dengan pembacaan puisi. Guru-gurunya turut mendorong Siradt untuk banyak membaca cerita-cerita rakyat dan dia snagat menyenangi. Mungkin sejak di sekolah rakyat inilah minatnya terhadap seni sastra berkembang. Pada usia 23 tahun Ristata Siradt memasuki Sekolah Guru Atas (SGA) di pematang Siantar, seni sastra, drama musik merupakan kegemaran utama. Dia ikut aktif berbagai lomba baca puisi dan ikut aktif bermain drama di perkumpulan teater Pematang Siantar. Disamping itu Siradt telah mulai menulis cerita-cerita pendek dikirimnya ke majalah di Medan dan Jakarta. Tentu saja ada beberapa tulisan pendek yang ditolak oleh redaktur majalah karena tidak memenuhi persyaratan untuk dimuat di majalah, namum Pak Siradt tidak pernah surut dalam menulis. Penulis masih ingat dengan ucapan Pak Siradt ada mengatakan, Saya kalau menulis cerita pendek satu hari bisa siap dua buah, tapi
kalau saya disuruh tulis puisi satu minggu baru siap satu, nah disinilah rumitnya puisi itu. Ucapnya dengan medok bahasa Jawa dan Bataknya karena dia dilahirkan di Kabupaten Simalungun. Ristata Siradt pada tahun sekitar 1960an menjadi warga Kota Tebing Tinggi, tinggal di Jalan Tengku Hasyim Lingkungan II Kelurahan Bandar Sono Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi dan istrinya juga sudah almarhum Nursinam beserta 9 orang anaknya, sangat mendukung untuk terus berkarya di bidang seni sastra yang telah ditekuni sejak ia masih anak-anak. Semangat Pak Siradt untuk menuntut ilmu tidak pernah kendur pad usia yang ke-48 dan telah mempunyai 99 orang anak dia mulai mendaftarkan diri ke Perguruan Tinggi IKIP Negeri, sejak dia memasuki Perguruan Tinggi dia mulai menekuni berbagai adat suku bangsa, dismaping minatnya di bidang seni sastra, musik dan drama terus pula dikembangkannya. Penulis langsung bertemu dnegan putranya bernama Prayoga (59) tinggak di Sektor III Kelurahan bandar Utama Kecamatan Tebing Tinggi Kota, didampingi oleh adiknya Muhammad Avianoraga (47) tinggal di lingkungan II Kelurahan Bandar Sono Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi, menceritakan lebih lanjut perjalanan bidang sastra almarhum Pak Siradt. Setelah taman kuliah dan diterima menjadi Pegewai Negeri, pertama menjadi guru di Sekolah Rakyat (SD) di Tinjauan. Setelah pindah ke Tebing Tinggi mengajar di SMP Negeri II, kemudian diperbantukan mengajar di SKKA (Sekarang SMK Negeri 3). Sebelum pensiun dimutasikan ke SMP Negeri Penyabungan, kemudian kembali lagi ke Tebing Tinggi, mengejar di SMP negeri IV dan diperbantukan mengajar di Perguruang Al-Wasliyah dan Taman Siswa. Pelajaran yang diberikannya Bahasa Indonesia, Sastra dan Sejarah. Sedangkan perjalanan seniman sastra yang digelutinya sejak kecil, Pak Siradt mengikuti seminar sejarah berdirinya Republik Indonesia di Sumatera Utara pada tahun 1994. dia ikut seminar ini disebabkan masyarakat menganggapnya sebagai pakar sejarah di Sumatera Utara. Karena minat yang besar terhadap perkembangan sejarah di tanah air. Pada tahun 1996 Pak Siradt diundang sebagai pembanding diskusi buku sas-
tra dan lomba baca puisi silaturrahmi di Jakarta. Ristata Siradt pada usianya 60 tahun yang lebih mengagumkan ikut sertanya ia dalam pementasan drama di Jokjakarta pada tahun 2000, ketika Pak Siradt telah pensiun, untuk biaya keberangkatan ke Jogjakarta terpaksa mohon bantuan dana kepada Paguyuban Puja Kesuma, tidak ingat waktu itu siapa ketuanya untuk daerah Kota Tebing Tinggi, ujar Prayogya alumni Fakultas Sastra USU yang baru pulang bekerja pada sebuah panglong. Diusianya yang sudah hampir senja, Pak Siradt kelihatannya malah semakin bersemangat. Ini dibuktikan dengan ikut sertanya dia dalam penggarapan drama colosal NERACA pada acara MTQ tingkat Provinsi Sumatera Utara dipusatkan di Kota Tebing Tinggi, masa itu Walikotanya Drs. Amiruddin Lubis. Dan juga pernah tampil sebagai penyair dalam acara Puisi Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-55 di jakarta. Kata Prayogya anak pertama Bapak Ristata Siradt didampingi adiknya Avianaraga kepada generasi muda untuk lebih menghargai budaya daerah. Dengan demikian, kecintaan terhadap budaya daerah dan tanah air akan tetap untuh selamanya. Untuk itu Pak Ristata Siradt menganjurkan Pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan atau dinas-dinas terkait lainnya, untuk lebih aktif membina generasi muda dalam membina seni budaya. Disamping itu, pelestarian sejarah daerah setempat harus dipertahankan salah satunya adalah dengan melestarikan benda-benda bersejarah. Pada kesempatan ini juga Prayogya melalui tulisan ini mengharapkan kepada Pemko Tebing Tinggi, Almarhum Ristata Siradt apalah salahnya diberikan penghargaan atas hasil karya seninya yang telah membawa harum nama Kota Tebing Tinggi untuk tingkat nasional dan internasional. Ini teringatnya almarhum Bapak Ristata Siradt meninggal dunia beberapa tahun yang lalu masa kepemimpinan Walikota Ir. H. Abdul Hafiz Hasibuan, tepat tahun 2007 ada mengganti rugi seluruh hasil karya seni dan sastra dan kliping cerita pendek sebesar Rp. 10 juta kepada keluarga kami dan seluruh arsip diambil Walikota kemudian di letakkan di rumah baca di Jalan Pulau Samosir Kelurahan Persiakan Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi katanya mengakhiri riwayat almarhum Pak Ristata Siradt kepada penulis. (Zikri Simumbang, BA)
41
OPINI
MASYARAKAT YANG SANTUN LAGI CERDAS Oleh : Rusman Saleh Disampaikan Pada Gelar Budaya Dan Pameran Foto Di Lapangan Merdeka
Aku
lahir 79 tahun lalu tepatnya 7 Zulhijah 1352 H (23 Maret 1934). Masa itu pembangunan wilayah baru yang dinamakan Gemeente Tebing Tinggi, saat kelahiranku itu telah berjalan sepuluh tahun. Tempat kediaman keluargaku di komplek perumahan pegawai Gemeente, disamping kediaman Sekretaris Gemeente. Masa kanakkanak penuh ceria dan aku merasakan bahwa kota kami satu kota kecil yang indah lagi nyaman. Masyarakatnya santun sadar akan peraturan yang telah ditetapkan menandakan mereka berada dalam satu komunitas yang cerdas. Sejak orderneming dibuka pertama kali di Deli, Langkat dan Serdang baru lima puluh tahun kemudian dimulai pula pembukaan Orderneming-orderneming di Asahan, Labuhan Batu dan Simalungun awal abad ke-20 Ekspansi Orderneming-orderneming di Sumatera Timur ini unik. Pertumbuhan jumlah penduduk asli dengan komposisi penghuni wilayah ini dilampaui oleh pendatang yang diambil oleh perusahaan orderneming dari Singapura dan daratan Tiongkok serta Pulau Jawa. Perusahaan Orderneming memerlukan tenaga kuli untuk dipergunakan diperkebunan. Maskapai Dagang Belanda yang melayani kebutuhan perusahaan Orderneming sehari-hari membuka tempat usahanya di Tebingtinggi. Sebagai tempat kedudukan Orderneming Padang dan Bedagai Tebingtinggi adalah suatu wilayah kota singgah dan lintas ke tenggara dan ke selatan daerah pembukaan orderneming yang tumbuh dengan cepat. Pemerintah Hindia Belanda merasa perlu menetapkan satu wilayah sebagai kota yang berstatus Gemeente. Jadilah Tebingtinggi suatu wilayah tempat mengatur kebutuhan dan keperluan orang Eropa sesuai standart hidup orang barat dengan menyiapakan beberapa fasilitas yang saat itu belum ada dan belum diperhatikan pemerintah Hindia Belanda. Diantara beberapa hal yang dibutuhkan itu adalah drainase wilayah pemukiman, air minum dan penerangan dan kemudahan yang ada kaitannya dengan transportasi berupa jalan yang akan menghubungkan satu
42
orderneming dengan orderneming lainnya yang tidak dalam satu perusahaan, rumah sakit, pasar dengan rumah potong dna instansi yang bertanggungjaawab atas kesehatan hesil ternak, pabrik es dan hal-hal lain yang diperlukan petugas Eropa dan pejabat orderneming. Semua itu perlu ditata dan diatur. Ketetapan Tebingtinggi sebagai satu Gemeente diterbitkan pada Juli 1917. awal didirikan kota ini luasnya 345,6 ha.
Pembangunan Jaringan Komunikasi Melalui Tebingtinggi Pada mulanya sungai adalah jalur hubungan maskapai orderneming dalam membawa hasil panen mereka ke pantai untuk diekspor ke luar negeri Belanda. Begitu banyak sungai yang demikian cepat mendangkal akibat endapan lumpur yang berasal dari pembukaan hutan dan erosi, mengakibatkan maskapai orderneming merasa terdesak akan kebutuhan jalan darat agar hasi panen perusahaan dapat lancar sampai ke tempat tujuan. Pelabuhan-pelabuhan kecil yang biasanya dikunjungi kapalkapal pantai tidak lagi dapat singgah di pelabuhan tersebut. Keadaan ini snagat dirasakan sekali sejak perang dunia kedua tahun 1942 ketika seluruh kapal-kapal keruk yang beroperasi di kuala-kuala tenggelam dan ditenggelamkan selama masa peperangan itu. Hingga saat ini menyiapkan kapal-kapal keruk tidak pernah diusahakan lagi. Pelabuhan kecil yang mudah dikunjungi secara teratur Tanjung Balai dan Bagan Siapi-api sebuah pelabuhan ikan terkenal di Muara Sungai Rokan Tidak berfungsi secara baik. Begitulah mula terbentuknya jalan-jalan yang ada di Sumatera Timur. Pembangunan jalan dari pedalaman diikuti oleh pembangunan jalan raya yang membentang sejajar sepanjang pantai. Jalan raya utama dari utara ke selatan dengan jalan menuju daerah pegunungan di pedalaman untuk menempuh daerah luar wilayah Sumatera Timur bercabang melalui persimpangan di Kota Tebing Tinggi. Tebingtinggi sebagai kota perlintasan jalan menuju wilayah lain di dalam keresidenan Sumatera Timur dan wilayah lain diluar keresidenan memi-
liki sebuah stasiun kereta api lengkap dengan sebuah Dok sebagai dipo. Khusus bus umum untuk menuju Medan sebagai kota kedudukan keresidenan dan kota-kota kecil sepanjang jalan poros di Sumatera Timur ini, Tebintinggi belum memerlukan sebuah terminal bus. Keadaan ini berlangsung hingga masa perang kemerdekaan dimana Tebingtinggi ditetapkan sebagai kota kedudukan keresidenan Sumatera Timur (1946-1947). Berdirinya Kotapraja. Sultan Deli memberikan keizinan pemakaian tanah yang dapat dimanfaatkan untuk mendirikan toko dan perumahan, dengan cara erpacht maupun hasil pajak atas tanah yang diperuntukkan untuk kepentingan gemeente fonds. Pengurus Gemeente Fonds diberikan kepada sebuah komisi yang terdiri atas pegawai Pemerintah Hindia Belanda, Kepala-kepala kelompok masyarakat dan masyarakat partikulir. Fonds ini sering disebut komisi dan diberi nama Negory Fonds dan Negorijaad. Tanah-tanah yang diperuntukkan ini berasal dari tanah kampong, bekas kontrak maskapai Deli, bekas ordeneming Mabar Deli Tua, dan bekas kontrak orderneming Polonia. Tanah kampong diberi oleh Sultan Deli kepada Pemerintah Hindia Belanda bersama-sama dengan tanah bekas kontrak orderneming itulah akhirnya diserahkan kepada Gemeente fonds Medan. Caracara diatas membuahkan hasil terbitnya akta-akta erfacht. Dapat dikatakan kejadian ini sebagai cikal-bakal berdirinya satu wilayah yang disebut Gemeente, Haminte, Kota, Kotapraja Kotamadya. Selanjutnya didirikan pula Gemeente Fonds di Binjai pada tahun 1891. Perkembangan di tanah deli sangat cepat. Kedudukan kota keresidenan Sumatera Timur dipindahkan dari Bengkalis ke Labuhan lalu Medan pada 1887. oleh Pemerinta Hindia Belanda keresidenan tersebut dibagi dalam afdeling dan setiap afdeling membawahi bebefrapa order afdeling yang dikepalai seorang kontelir. Afdeling tersebut adalah : Deli dengan kedudukan di Medan,
OPINI Afdeling Batubara berkedudukan di Labuhan Ruku, Asahan di tanjung Balai, Labuhan Batu di labuhan Batu dan Bengkalis di Bengkalis. Afdeling Deli terbagi atas tujuh onderafdeling yaitu : Medan Medan Berkedudukan di Labuhan Deli, Langkat Hulu (Timbang Langkat) di Binjai, Langkat Hilir di Tanjung Pura, Serdang di Rantau Panjang, Temiang di Seruwai dan Padang Bedagai di Tebing Tinggi Deli. Demikian pula kepala-kepala masyarakat yang telah banyak menghuni wilayah ini ditetapkan pula seorang yang akan mengepalai masyarakat : seorang Kapitan Cina di Labuhan dan Bengkalis. Delapan orang letnan Cina di Medan, masing-masing seorang letnan Cina di Labuhan Deli, Binjai, Tanjung Pura, Rantau Panjang, Tannjung Balai, Labuhan Batu dan Tebingtinggi. Begitulah cara Pemerintah Hindia Belanda mencengkeram kuku kekuasaannya di Pantai Timur Pulau Sumatera dengan menina bobokkan raja-raja kecil yang memerintah wilayah mereka di abad ke-19. pemerintah Hindia Belanda berusaha menyusun cara bagaimana mengatur pemerintahan dengan memanfaatkan kepentingan maskapai orderneming dalam usaha mereka.
Beberapa puluh tahun sebelum belanda datang ke negeri Deli, daerah Mandailing Angkola dan Minangkabagu telah dikuasai pemerintah Hindi Belanda. Perusahaan memiliki peluang untuk mendapatkan tenaga yang berpendidikan untuk dijadikan juru tulis, menteri ukur, ahli mesin dan sejeninsnya untuk kedudukan kecil dalam perusahaan orderneming. Salah satu dorongan timbulnya komposisi yang tidak sebanding antara penghuni asli wilayah dengan pendatang karena pemerintah Hindi Belanda mengeluarkan keputusan politik mengenai imigram pada 1873. dalam keputusan itu bahwa semua orang yang bekerja di perusahaan orderneming asal suku apapun yang bukan warga asli rajaraja setempat berdasarkan kelahiran mereka di Sumatera Timur dikeluarkan dari juridiksi penguasa-penguasa lokal dan ditempatkan di bawah Juridiksi administrasi langsung Pemerintah Hindia Belanda. Ini berlaku juga atas kuli-kuli Cina, Jawa, India dan lain-lain serta juga orang eropa. Dengan demikian, perusahaan orderneming merupakan daerah kantong wilayah kesultanan. Tindakan ini dapat diartikan bahwa sebagian besar penduduk di bawah pengawasan perusahaan orderneming. Kenyataannya sete-
lah puluhan tahun, ribuan pengikat kontrak menetap dan lebih suka bermukim di kampung penduduk asli wilayah deli. Setelah membanjirnya bekas kuli kontrak ini secara terus menerus memasuki kampung penghuni asli wilayah ini maka terjadilah kepadatan penduduk. Jarang sekali bekas kuli kontrak itu mampu memiliki sebidang tanah. Bagi mereka tidak ada hukum yang memberlakukan bahwa penghuni asli tidak dibenarkan menjual tanah pertanian mereka kepada para pendatang. Hanya dalam banyak kejadian para pendatang itu menjadi penyewa tanah milik penduduk Karo atau Melayu. Orang Melayu adalah unsur dari suku di Sumatera Timur ini sesungguhnya. Dengan hadir dan tidak kembalinya suku pendatang yang bekerja di perusahaan orderneming ke negeri asal mereka. Dalam catatan sensus setelah delapan puluh tahun perusahaan orderneming dibuka de negeri ini, penghuni asli Sumatera Timur hanya 15 persen dari seluruh penduduk negeri ini. Di Kota Medan tidka kurang dari 35 persen orang Cina dan lima persen diantara seluruh penduduk kota itu orang Eropa inilah catatan tentang kependudukan pada setiap distrik tahun 1930 di Sumatera Timur
Penduduk Sumatera Timur Per Distrik Tahun 1930 (dalam ribuan)
NO Distrik
Melayu Jawa
Karo Simalungun
Toba Mandailing Suku Eropa Cina Asing Lain
̽̽
̽̽̽
̽̽̽̽
1
Medan ̽
5
21
-
-
1
5
9
4
27
4
2
Binjai ̽
1
2
-
-
-
-
2
-
4
-
3
Tebingtinggi ̽
2
4
-
-
-
1
1
-
5
1
4
Pem. Siantar ̽
-
2
-
-
3
1
3
-
5
1
5
Tanjung Balai ̽
1
1
-
-
-
1
-
-
3
-
6
Langkat Hulu
2
55
27
-
8
3
1
-
11
2
7
Langkat Hilir
32
61
1
-
-
4
19
1
15
3
8
Deli Hulu
-
19
26
-
-
1
2
-
5
1
9
Deli Hilir
25
76
-
-
-
7
12
1
23
3
10
Padang Bedagai
12
55
-
6
-
3
7
-
11
-
11
Serdang
17
79
11
10
1
4
8
1
18
1
12
Tanah Karo
-
1
77
1
4
-
1
-
2
-
13
Simalungun
2
122
2
77
46
3
5
1
9
1
14
Batu Bara
28
28
-
-
3
1
2
-
4
-
15
Asahan
34
58
-
-
17
4
9
1
10
1
16
Labuhan Batu
55
54
-
-
-
2
13
-
10
-
15,0
42,0
9,0
6,3
4,9
2,3
7,3
0,7
10,5
1,2
43
OPINI ( x ) Nomor 1,2,3,4 dan 5 adalah Gemeente ( xx ) Termasuk suku karo dan Simalungun yang beragama Islam ( xxx ) Termasuk Suku Sunda, Betawi dan Jawa sebenarnya ( xxxx ) Termasuk Suku Besar Minangkabau dengan 50.000 dan Banjar 31.000 di Sumatera Timur No
Distrik
Pria
Wanita
Jumlah
Persentase
1
Langkat Hulu
24.774
21.305
46.079
45,8
2
Langkat Hilir
4.956
3.989
8.945
7,6
3
Deli Hulu
10.264
9.370
19.643
40,5
4
Deli Hilir
26.197
24.050
50.247
31,2
5
Padang-Bedagai
23.82
18.120
41.940
45,7
6
Serdang
27.249
22.556
49.805
38,3
7
Simalungun
56.604
47.681
105.285
37,2
8
Batubara
14.536
10.389
24.925
41,8
9
Asahan
25.002
18.103
43.105
34,5
10
Labuhan Batu
28.887
16.446
45.333
36,5
Persentase Jumlah Seluruh Penduduk Pada Setiap Distrik Di Sumatera Timur
Medan 423, Tebing Tinggi Berapa Ya ? Oleh : Ibrahim, SH Pemerintah Kolonial Hindia Belanda (Nederland Indiche) dulu menguasai Negeri kit selama 350 tahun atau tia setengah abad. Disusul Nippon (Jepang) yang hanya 3 tahun lebih. Setelah itu 17 Agustus 1945 Indonesia Merdeka di proklamirkan oleh Soekarno-Hatta. Bangsa-bangsa Eropa penjelajah dunia dengan kapal laut seperti, Portugal dan Belanda, pada awalnya melakukan misi dagang. Bangsa (orang) Belanda paling dominan menancapkan pengaruhnya, membentuk Pemerintahan Hindia Belanda dari Sabang sampa Merauke. Pemerintahan berpusat di Batavia (Jakarta Sekarang) dipimpin oleh Gubernur Jenderal yang terkenal waktu itu antara lain : Jan Pieter Zoon Coen, terkenal dengan tanaman paksa, Deandles terkenal popular dengan Kerja Paksa membuat jalan raya dari Anyer ke Panarukan. Kolonial menguasai ekonomi dan perdagangan di suluruh wilayah Hindia Belanda, di Sumatera Timur (Utara) Tanah Deli yang terkenal subur makmur dan merupakan negeri dollar. Di kota Medan kini berusia 425 tahun sebagai pusat pemerintahan Sumatera Medan dibangun berbagai fasilitas kan-
44
tor, sentra-sentra perdagangan, Hotel De-Boer, Grand Hotel, Central Pasar, dan Pusat Ondernerming (Perkebunan). Perkebunan-perkebunan di Tanah Deli ini dibuka berbagai tanaman tembakau, karet dan sawit. Tenaga kerja didatangkan kontrak dari negri Cina. Kemudian tenaga-tenaga ini diganti dengan kontrak dari Pulau Jawa. Pertumbuhan, perkembangan Kota Medan sebagai pusat perekonomian/perdagangan Sumatera serta pusat Onderneming (Perkebunan) sebagai komuditi eksport, menjadikandaerahdisekitarnyaturutmaju. Jalur Kereta Api Deli Spoorweg Maschappy (DSM) sudah ada sejak lebih 100 tahun yang lalu hingga ke Tebingtinggi, untuk mengangkut hasil perkebunan. Pabrik-pabrik pengolahan
karet, sawit juga dibangun di jalur-jalur transportasi mobil, kereta api seperti Perbaungan, Mata Pao, Bandar Olie (Pabatu) Tebing. Jika dibanding Jakarta (Batavia) sebagai pusat pemerintahan kolonial jaman dulu dengan Medan Kota Perdagangan/Perkebunan hanya berbeda beberapa puluh tahun saja usianya. Usia Kota Pejuang Tebin Tinggi, baru 96 tahun pada bulan Juli tahun 2013 ini. Sebagai sebuah daerah atau Kota terbilang sangat muda. Apa memang sekian puluh tahun kota yang disebut Gemeente ini di zaman Hindia Belanda itu. Entahla !!! sepertinya tidak mungkin (imposible) atau kurang masuk akal. Tetapi itulah kenyataan,
OPINI
ungkap segelintir orang Tebing. Tokohtokoh pejuang 45 yang masih hidup dan sehat angkat bicara bahwa merekamerekapun tidak yakin Tebing Tinggi Deli berusia begitu muda. Setelah Batavia, Kolonialis Hindia Belanda membangun Medan sebagai daerah Potensial Onderneming (Perkebunan) besar mencakup wilayah Sumatera Timur Tanah Deli termasuk Gemeente Tebing Tinggi. Kalau sejak zaman dahulu, ada Sultan Deli di Istana Maymoon Medan, ada kerajaan Serdang dengan Sultan Sulaiman di Perbaungan. Untuk wilayah Padang berkedudukan di Tebing Tinggi pimpinan T. Asmaliyah serta Bedagai di Tanjung Beringin. Di masa Kolonial wilayah Padang Bedagai dipimpin oleh seorang Kontelir (Conteleur) berkedudukan di Tebing Tinggi sekaligus membawahi Gemeente sebagai wilayah setara kecamatan. Tokoh pejuan 45 H. Muhammad Nurdin (90 tahun) menyatakan titi Sei Padang sudah ada tahun 1900 demikian juga kereta api DSM stasiunnya di Rantau laban, juga bangunan-bangunan tua pusat kota (Ruko). Gedung Juang 45 sekarang, balai Kota lama, Pekan Lama sebelum 1900 sudah ada. Mengingat Medan 425 tahun Tebing Tinggi mencapai 200 atau 300 tahun. Wakil Ketua DHC 45 H. Anwar Bey Harahap juga sependapat bekas Kota Gemeente itu berusia lebih dari 200 tahun, Pak Harahap (81) panggilan akrabnya mengatakan dimasa Kolonial Hindia Belanda pengedilan
bagi orang hukuman 6 bulan ke bawah diputuskan oleh kerapatan Raja, sedangkan 6 bulan ke-atas diputuskan Landraat Counteleur. Padang Bedagai. Perkebunan-perkebunan di Sumatera Timur dulu dikelola oleh Belanda serta sekutunya Inggris dan Belgia. Keberadaan Medan sebagai Pusat Oderneming menjadikan daerah-daerah disekitarnya sebagai penyangga dibangun oleh kesultanan maupun kolonial. Mukhtar Uteh (85) pejuang 45 warga simpang dolok, ayahandanya Alm. Perang Alai Lobai sejak dahulu banyak tahu tentang kota ini. Pak uteh juga yakin eks Gemeente ini berusia lebih dari 200 tahun. Pejuang 45, Pak Buang (92 tahun) yang bermukim di Kelurahan Berohol, eks pejuang ini tidak yakin usia kota ini begitu muda mungkin 200 atau 300 tahun dengan berpedoman kepada Kota Medan. Sementara itu Abdullah Sani Nasution (81) pejuang 45 mengatakan banyaknya bangunan tua yang sudah ada di tahun 1900 apalagi kota ini di jalur strategis lintas berbagai jurusan di Sumatera Utara sudah barang tentu usia kota ini juga hampir bersamaan dengan kota Medan. Sebagai Kota lintas jalur strategis Sumatera Utara Tebing Tinggi memiliki kehandalan, oleh karenanya pemerintahan Hindia Belanda utamanya membangun jalan raya, kereta api dan berbagai fasilitas pendukung pabrik, transportasi komuditi perkebunan besar di Sumatera Timur ini menjadikan stasiun Kereta Api Tebing Tinggi merupakan sentral pengangkutan hasil
perkebunan karet sawit dan tembakau. Adanya tanggapan ungkapan beda pendapat tentang usia atau hari jadi Kota Tebing Tinggi rasanya perlu menjadi perhatian pihak pemerintah Kota maupun legislative untuk mencari kebenaran kisah tentang masa lalu agar dijadikan pedoman bagi genarasi masa depan. Wajarlah selagi hayatn dikandung badan kita saling asah-asuh-asih. Masalah usia dan hari jadi kota Tebing Tinggi sekarang ini perlu diselesaikan dan dituntaskan apalagi Walikota H. Umar Zunaidi Hasibuan, MM adalah putra asli Tebing Tinggi dan merupakan keluarga dari pejuang 45. para eksponen menyarankan agar perlu diadakan suatu seminar atau lokakarya untuk merumuskan memperoleh kesepakatan tentang usia atau hari jadi Kota Tebing Tinggi. Hal ini penting, karena kesalahan atau kekeliruan di masa lalu perlu diliruskan apalagi beberapa pejuang masih ada hingga saat ini bisa dijadikan sebagai saksi-saksi pelaku sejarah, seperti mengutip ucapan Bung Karno Jangan Sekali-sekali melupakan sejarah. Menghadapi zaman yang super maju ini perlu diselesaiakan masalah-masalah sepele untuk panduan generasi masa depan agar tetap pada arah yang benar.
DARI MASA KE MASA
Kota ini hanya berjarak 80 km dari Kota Metro Medan, Ibu Kota Propinsi Sumatera Utara, letaknya yang sangat strategis sebagai jalur lintas segi tiga emas ke berbagai propinsi/daerah di Pulau Sumatera. Di penghujung abad ke-18 (1868) dan awal abad ke-19 orang-orang dari Maskapai Belanda membuka perkebunan besar (Onderneming) di wilayah Tanah Deli (Sumatera Timur). Tanamantanaman Tembakau Deli, karet, sawit dan cacao merupakan komoditi andalan di Pasar Eropa masa itu. Untuk kelengkapan dan kelancaran transportasi (angkutan) pemerintah Kolonial membangun jalan raya, jembatan dan kereta api.
45
OPINI Kerajaan Padang Dan Datuk Bandar Kajum
Bangunan Kuno dan Pejuang 45 Eksponen pejuan 45 H. Muhammad Nurdin (93 tahun) kelahiran Agustus 1918 di Tebing Tinggi mengisahkan di masa kolonial Hindia Belanda membuka areal perkebunan besar (onderneming) membawa pengaruh atau perubahan besar bagi kehidupan masyarakat. Jalur transportasi (angkutan) jalan raya, kereta api di bangunan beserta insfrastruktur lainnya. Sejumlah bangunan tua dan kuno masih tersisa hingga saat ini seperti Gedung Juang 45. Stasiun KA Bangunan tua/kuno PJKA zaman tahun 1900-an, balai Kota Lama, serta toko-toko pusat kota belum tersentuh renovasi. Ayahandanya Alm. Hamid Idris, Werk Bass Local Werken (LW, Dinas PU Padang Bedagai merantau ke Tanah Deli tahun 1910 dari Bonjol Kuala Lumpur yang masa itu infrastrukturnya telah ada. Di Tebing Tinggi sudah ada listrik Ogem PLN, Deli Sporweg Mas Chappy (BPM/Pertamina). Masa pemerintah colonial awalnya Tebing Tinggi disebut Gemeente (Kota Kecil /Kecamatan) dipimpin Belanda Peranakan J. Blecker merangkap pimpinan bank yang berkantor di gedung eks Belanda (Gedung Juang 45) sekarang. Di tempat ini pulalah para pejuang 45 menjadikannya sebagai markas di bawah pimpinan Ketua Komite Nasional R.M Deblot Sundoro dan kawan-kawan.
Kotapraja Dan Walikota
Rusman Saleh (79 tahun) putra bungsu (ke-5) alm. Roesam menyatakan aya-
46
handanya Alm. Roesam di Pemerintahan Gemeente 1925-1956 sebagai Kas Houder serta Bendahara Komite Nasional Pejuang 45. di jaman Jepang sebagai Fuku Sicho Gemeente merupakan jabatan terhormat masa itu. Gemeente Tebing Tinggi Deli di zaman Kolonial Belanda langsung dibawah Asisten Residen serta controuler Padang Bedagai. Dimasa merdeka tahun 1945 dilanjutkan pemilihan umum (Pemilu) pertama tahun 1955 secara bertahap Tebing Tinggi mengalami kemajuan seperti halnya kota lain. Setelah pemilu 1955 untuk pertama kalinya Tebing Tinggi menjadi Kota Praja dipimpim Walikota Kantor Terigan. Hingga saat sekarang sudah cukup banyak sili berganti yang memimpin Kota Tebing Tinggi.
Pra Pemerintahan Hindia Belanda hampir di seluruh nusantara terdapat kerajaan atau kesultanan besar dan kecil. Di wilayah Tebing Tinggi Delipun terdapat kerajaan kecil yang tunduk kepada Sultan Deli. Kerajaan Padang bermarkas dna berkantor di Kota Tebing Tinggi Deli pada awalnya dipimpin oleh Tengku Haji. Kemudian kepemimpinan Kerajaan padang dilanjutkan oleh putranya Tengku Alamsyah. Sementara Ketua Adat Melayu Kota Tebing Tinggi Datuk Ishak (71) menyatakan di masa Tengku Haji berkuasa maupun putranya Tengku Alamsyah selaku Penggawa Menteri Kerajaan Padang adalah Datuk Muhammad Ali yang popular dengan gelar Datuk Penggawa Menteri. Jabatan Tengku Alamsyah tidka lama kemudian digantikan oleh adiknya Tengku Hasyim melanjutkan kepemimpinan Kerajaan Padang. Penggawa Menteri Kerajaan Padang Datuk Muhammad Ali wafat kemudian digantikan oleh anak sulungnya Datuk Muhammad Yahya (Alm) sebagai Penggawa Menteri diangkat/penabalannya langsung oleh Sultan Deli. Jabatan ini kemudian dilanjutkan oleh Datuk Zakaria sebagai Pejabat Penggawa Menteri Kerajaan Padang. Selaku Panglima Kerajaan Padang di masa Tengku Haji adalah Datuk Bandar Kajum keturunan dari Kerajaan Padang saat sekarang terbesar di wilayah Sumatera Utara, khusunya Tanah Deli (Sumatera Timur) yang popular dengan sebutan Negeri Dollar dimasa lalu. Kota Tebing Tinggi yang ditetapkan hari jadinya 1 Juli 1917 yang saat ini telah berusia 96 Tahun. Dirgahayu Tebing Tinggi semoga Maju dan Tetap Jaya.
S O S I A L
Taman Bahagia Dari Masa Ke Masa Awalnya tanah itu merupakan sebidang tanah hutan. Isinya berbagai tumbuhan hidup subur. Dari yang semacam duri durian sampai kepada pohon berbatang besar. Ada pohon mangga, durian bahkan ada pohon karet yang tumbh secara liar. Namun itu tidak menjadi masalah bagi masyarakat di sekitarnya. Bahkan itu tidak menjadi masalah bagi masyarakat di sekitarnya. Bahkan itu menjadi tempat penghasilan bagi mereka pancari sesuatu yang bisa mereka pergunakan. Berganti jaman berganti pula apa yang dihadapi masyarakat sekitarnya. Mulai tanah itu dikerjakan untuk kepentingan makam. Mulailah terlihat satu dua ada mayat dikuburkan disitu. Mayat-mayat itu menurut keteranangan orang yang mengetahui berasal dari rumah sakit. Jika ada pasien yang meninggal, lalu mereka kuburkan disitu. Begitulah awalnya Taman Makam Bahagia difungsikan sebagai sebuah tanah perkuburan para pajuang dan pahlawan. Misalnya Deblod Sundoro sebagai seorang pejuang kemerdekaan di kota ini dekebumikan di salah satu ruang. Banyak sudah penghuni taman makam bahagia ini, mulai dari pangkat yang rendah hingga tinggi. Mereka berasal dari berbagai daerah, terbukti ketika terlihat para keluarga ziarah. Mereka gunakan bahasa daerah masing-masing. Dan mereka kelihatan tetap tegar menghadapi kehidupan ini, tanpa terlihat sendu, bahkan ada yang terlihat begitu tegar. Seolah-olah mereka ditiinggalkan seorang pejuang atau pahlawan bangsa ini dengan bangganya. Kegiatan ini sudah merupakan suatu yang lazim dilakukan oleh para keluarga yang ditinggal suami, bapak atau om nya. Namun kahidupan harus berjalan dengan semestinya. Demikianlah keadaan Taman Makam Bahagia di kota ini di Jalan Taman Bahagia Tebingtinggi. Kalau ada peziarah, maka bunga-bunga terlihat bertabur di sekeliling kubur yang dituju mereka, dan bersihlah kubur disekitarnya. Kalau tidak, ya tetap bersih karena ada petugas yang menjaga dan
memelihara makam ini. Dan mereka tinggal di lokasi Taman Makam ini juga, jadi kebersihan makam ini sudah pasti terjaga dan terpelihara. Keadaan makam ini sudah merupakan suatu tempat yang memang harus mejadi perhatian. Lihatlah, betapa tidak menakutkan sebagai sebuah makam. Sejak kecil penulis kalah melihat dan mendengar makam rasa takut itu timbul. Karena masa itu memang sering diingat-ingatkan orang tentang isi para makam. Tak satupun yang menyenangkan perasaan. Semua menakutkan, karena cerita-ceritanya semuanya ngeri-ngeri, tak ada yang menyenangkan hati. Begitulah sebagai pengalaman penulis ketika mendengar isi yang keluar dari perut makam. Ditahun tahun 60-an, ketika lampu jalan belum ada dan suasana makam itu juga begitu rapi seperti sekarang ini, banyak ceritacerita yang timbul dan menakutkan. Pernah, kata orang sekitar melihat asap masuk dan keluar dari salah satu makam yang terletak di tengah-tengah, namun makam siapa tak diketahuinya dengan pasti. Hal seperti ini selalu saja timbul dan menakutkan bagi pendengarnya, namun hal itu akan lenyap begitu saja. Dan tidak menimbulkan suatu cerita baru lagi. Lain lagi cerita seorang teman tetangga yang bercerita tentang apa yang dialaminya. Ia baru pulang dari merantaudari daerah timur Indonesia. Ketia ia meninggalkan daerah ini, makam ini belum lagi seperti sekarang ini. Bagus dan berpagar rapi. Pada suatu malam katanya waktu malam minggu. Banyak orang keluar rumah untuk mendengar suara orkes. Memang asik melihat para penyanyi dan mendengar suaranya serta musik yang mengalun. Hingga melupakan waktu pulang. Ketika tersadar melihat waktu sudah menunjukkan jam 24.00 wib. Ia-
pun mulailah melangkahkan kaki pulang. Tak jauh darinya juga ada seorang lelaki kelihatan juga sepagai seorang perjaka. Memakai baju kota-kotak celana hitam. Ia tersenyum melihatku. Aku tak mengenal sedikitpun. Berjalanlah kami berdua bergandengan, tanpa ada suara yang timbul diantara kami. Samasama diam. Begitulah hingga sampai ke pertiga jalan. Jalan menuju rumah. Ia mulanya terus kemudian berbelok kearah makam. Akupun terdiam tak bisa berkata apa-apa. Kemudian dia hilang begitu saja. Melihat hal ini, aku terus berjalan cepat sambil tak lagi melihat kea rah tempat laki-laki itu menghilang. Berteriaklah aku kuat-kuat. Tapi tak ada keluar rumah semuanya tutup pintu. Lain lagi cerita seorang perempuan yang tinggal tak jauh dari rumahku. Ia pernah melihat sepasang laki-laki dan perempuan sedang bercanda di tepi jalan. Sedang malam hari itu sudah menunjukkan pukul 24.00 wib. Malam jumat lagi. Kami perhatikan dengan diam-diam tak berani mengeluarkan suara. Rasa takut memang. Memang kami tak mendengar suara dari mereka, namun gerakan-gerakannya tetap nyata. Wajahnya tidak bisa kami lihat. Hanya baju dan bahagian bawah yang kami ketahui tak begitu jelas juga. Tak lama kemudian sepasang muda-mudi hilang bagai kena hembusan angin. Kejadian seperti itu dulu memang sering terjadi, tetapi masa kini tak pernah lagi terdengar. Bahkan kini di lokasi makam itu kini tinggal keluarga pembersih dan pemelihara makam. Dan kelihatannya mereka hidup bahagia dan tak terdengar jeritan akibat sesuatu apalah namanya. Kini suasana makam dan sekitarnya sudah terang benderang, sehingga sesuatu yang menakutkan itu akan hilang dengan sendirinya, begitulah adanya Taman Makam Bahagia di Tebingtinggi.
47
PLURALIS
Melihat Cara Istanbul Memanusiawikan Warganya
Istanbul,
salah satu kota terbesar di Republik Turki selain Ankara, jadi saksi bisu tentang perjalanan peradaban manusia, sejak ribuan tahun lalu. Kota tua yang diperkirakan berdiri pada 660 SM, semula bernama Bizantium, didirikan Sarayburnu atau lebih dikenal dengan Attila. Pada 330 M, kota itu berubah nama menjadi Kostantinopel dan selama 16 abad menjadi ibu kota empat kekaisaran. Yakni Kekaisaran Romawi (330-395M), Romawi Timur (395-1204 dan 1261-1453), Latin (1204-1261) dan Kekaisaran Ottoman (1453-1922). Persentuhan tradisi Timur dan Barat serta Islam dan Kristiani di dua tanah tepian selat Bosphorus itu, menjadikan kota ini museum hidup berbagai peradaban besar dunia. Kota ini pun pernah dinubuwwah (ramal) Rasulullah SAW, akan ditaklukkan Islam. “Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada dibawah komandonya adalah sebaik-
48
baik pasukan.” (H.R Ahmad bin Hanbal). Sultan Muhammad ‘Al Fatih,’ dikenal sebagai sang Penakluk Konstantinopel pada 29 Mei 1453 dan berikutnya jadi ibu kota Kerajaan Turki Utsmaniyah selama lebih dari 6 abad. Fatih, emudian merubah nama Konstantinopel jadi Istanbul. Istanbul berasal dari kata ‘stambol’ (kebiasaan orang Yunani dan Slavia mengatakan Konstantinopel) atau ‘stampolin’ bermakna ‘ke kota’ atau ‘dalam kota.’ Istanbul, saat ini berpenduduk sekira 12,9 juta jiwa. Sekira 90 persen penduduknya penganut Islam Sunni (paham yang sama dengan Islam di Indonesia). Selebihnya, penganut Islam Syi’ah aliran Alawite dan Kristen Timur (Ortodoks). Ke kota tua itu lah salah satu tujuan penulis, beberapa waktu lalu. Kompromi Ideologis Ketika pesawat Emirates yang kami tumpangi dari bandara Dubai, Uni Emirat Arab, berada di udara kota Istanbul, ada pemandangan yang menakjubkan. Sepanjang mata memandang
hingga di batas cakrawala, yang terlihat adalah bangunan bertingkat yang tersusun rapi. Berjejer berbentuk kubus tegak, mengisi ruang kota yang padat. Atap ribuan bangunan itu, terlihat sama, berwana merah lila yang sedap dipandang mata. Begitu pula soal ketinggian bangunan, tidak mencolok, layaknya metropolitan dunia yang maniak gedung pencakar langit. Melihat keseragaman bentuk bangunan, aku berpikir agaknya ini salah satu cara pemerintah Turki mengadopsi ideologi Marxisme, yakni ‘sama rasa sama rata.’ Padahal, jika Istanbul mau tak payah rasanya membangun gedung pencakar langit macam di Dubai. Tapi kota itu lebih spesifik, karena menaramenara masjid yang mengumandangkan adzan setiap masuk waktu sholat. Pikiran selintas itu, ternyata tak salah. Dari Bandara Sabiha Gokcen menuju penginapan di hotel Tryp Windham, kawasan elit Taksim, jejeran rumah di tepian selat Bosphorus (wilayah Eropah), menunjukkan dugaanku benar.
PLURALIS Kawasan flat dengan ketinggian sekira lima tingkat setiap bangunan, beriringan hingga belasan kilometer. Tapi, jangan kira kawasan flat itu kumuh, justru kawasan itu tertata indah dan rapi. Bangunan flat, dilengkapi dengan taman-taman yang terawat baik. Kondisinya asri, dilengkapi berbagai fasilitas publik, berupa areal bermain anak-anak hingga parker kenderaan. Berbagai jenis burung, hidup aman di barisan pepohonan rindang dan kolam kota, berinteraksi dengan warga yang beraktifitas. Kawasan itu dilengkapi lokasi wisata berada di seberang jalan persis di tepian pantai, tempat warga kota melepas kepenatan setelah bekerja. Pada lokasi itu, disiapkan pula areal olah raga lapangan, mulai dari futsal, tenis hingga arena marathon. Pada jejeran pantai ini pula, kita akan menemukan suasana free Istanbul, layaknya kota-kota Eropah. Terlihat, sejumlah muda-mudi memadu kasih di bibir pantai, sambil berpelukan dan tak jarang berciuman, meski ditengah
lalu lalang warga kota. Aku berpikir ini salah satu pengaruh lain dari kehidupan liberalis/sekuler yang merasuki alam pikiran generasi muda Istanbul. Perjalanan yang lambat, karena tekanan macat akibat pertandingan bola di stadion Besiktas, -salah satu klub bola papan atas Turki- mataku sempat mengamati banyak bangunan tua berusia ratusan tahun di sepanjang tepian pantai. Bangunan-bangunan tua itu, tak diruntuhkan oleh pemerintah setempat, malah dipelihara sebagai monumen kota. Monumen tua itu, bisa jadi seusia dengan benteng yang mengelilingi Konstantinopel saat diserbu pasukan Kekhalifahan Ustmani pada 1453. Hingga kini, benteng setinggi 10 meter itu, terutama pada gerbang masuk ke Istanbul di Fatih Disctrict, masih berdiri kokoh membelah kota. Malah pemerintah setempat membuat sebuah museum kenangan yang dikenal dengan nama ‘Panorama’ di kawasan itu. Pada museum ‘Panorama’ pengunjung bisa menemukan kisah historis kera-
jaan Turki Utsmani, sejak berdiri, hingga perang memperebutkan Konstantinopel. Hal yang menakjubkan di museum itu, adalah diorama pertempuran merebut benteng utama kota yang langsung dipimpin Sulthan Muhammad Fatih. Diorama itu dibuat dengan teknik tertentu, di mana gambar penyerbuan benteng Konstantinopel oleh 130 ribu pasukan dibuat detail di dalam sebuah kubah. Kemudian, dilengkapi dengan peralatan tempur, berupa meriam, panah, gerobak, kayu penggedor, martil, dll, yang berserakan didasar kubah. Pengunjung masuk melalui tengah kubah. Dalam kubah, suasananya mampu menaikkan emosi dan adrenalin pengunjung, karena ditata dan didesain secara apik. Saya berpikir, cara penyajian sejarah di museum itu sangat kreatif. Sekaligus menunjukkan warga Istanbul, tak pernah lupa masa lalu, meski peradaban hari ini jauh lebih maju dari pendahulunya. Kemanusiaan Istanbul bisa diapresiasi dari kemampuan mereka menghargai masa lalu.
49
PLURALIS Tidak mengherankan, jika kemudian berbagai bangunan yang mencerminkan kejayaan Istanbul itu, hingga kini masih terawat baik. Sebut saja musem Haga Sofia (Aya Sofia) atau blue mosque (masjid biru) di kawasan Sultanahmet. Museum Haga Sofia, merupakan warisan Kerajaan Rumawi Timur berupa gereja, kemudian dijadikan masjid oleh Kekaisaran Ottoman dan berikut berubah sebagai museum di masa Republikein. Sedangkan Masjid biru Sultanahmet warisan Kerajaan Turki Ottoman dengan ciri enam menara. Kedua, bangunan itu, jadi simbol penghargaan atas tradisi keagamaan juga sekulerisme. Memanusiawikan Warga Tak hanya itu, tak sengaja kami juga masuk ke taman Gezi di kawasan Taksim. Taman yang kini jadi basis protes kalangan sekuler Turki atas pemerintahan Recep Tayip Erdogan itu, kami temukan saat ‘tersesat’ hendak pulang ke penginapan. Kami masuk ke taman itu, melalui halaman belakang dari arah lintasan stadion bola klub Besiktas. Penataan taman Gezi itu, sungguh menakjubkan dan pantas dicontoh. Pada halaman depan taman, kita disambut patung kepala para pahlawan Istanbul, mulai dari Attila, Panu hingga Kemal At Taturk. Ada sekira 10 patung kepala para pahlawan Istanbul dengan kisah singkatnya berjejer di depan kiri taman. Sedangkan di depan kanan berdiri kokoh patung perunggu Kemal At Taturk. Di halaman belakang, beberapa patung kepala tokoh dunia juga diabadikan, misalnya Willy Brandt dan Zapata (Mexico). Soal pengelolaan taman juga kreatif. Misalnya, penjaga taman sengaja me-
50
melihara belasan ekor kucing. Hewan itu, berfungsi membersihkan sisa-sisa makanan pengunjung taman, juga sebagai penghibur bagi anak-anak yang datang. Ditengah taman, terdapat café yang menyediakan makanan bagi pengunjung taman Gezi. Istanbul adalah contoh kota yang memanusiawikan warganya. Itu setidaknya yang aku amati, ketika melihat tata kotanya yang teratur, rapi dan tertib. Hampir tak kutemukan sepeda motor berseliweran di kota itu. Moda transportasi warga, hanya menggunakan bus, taksi, trem (metro tramvay) atau trem bawah tanah yang menghubungkan semua jalur kota. Meski masih ada yang menggunakan sepeda untuk jarak tempuh dekat. Rombongan kami sempat menikmati jalur kereta (metro tramvay) dari Kabatas hingga Fatih District, memakan waktu sekira 30 menit. Ini merupakan jalur utama menghubungkan antara Istanbul Asia dengan Istanbul Eropah. Di atas metro tramvay itu, kami berdiri berdampingan dengan warga Istanbul, sambil ‘cuci mata.’ Saya teringat dengan guyon Wali Kota Tebingtinggi Ir. H. Umar Z Hasibuan, MM. “Kalau sampai sana bisa tak pulang kau,” kata dia mengisyaratkan betapa cantik-cantiknya perempuan Turki. Juga menikmati trem bawah tanah, dari Osman Bey menuju Sulaymaniyeh. Areal pedestrian (pejalan kaki) menjadi daya tarik tersendiri, pada semua kawasan kota. Bayangkan, pedestrian di kawasan Taksim. Lebarnya 5 meter dengan panjang 3 km di sisi kanan jalan, membuat warga bebas lalu lalang. Ditingkahi jejeran meja dan kursi yang disediakan pedagang makanan/
minuman, jiksa warga ingin mengaso. Taman di sekitar kawasan Sultanahmet juga menjadi contoh ruang terbuka hijau (RTH) yang ditata dengan indah, asri dan memikat. Ditengah taman itu ada panggung tempat pertunjukan seni ‘Fatih Belediyesi.’. Sedangkan lapangannya dipenuhi dengan ratusan hingga ribuan merpati yang jinak kala diberi makanan. Kami sempat menikmati jagung bakar pedagang kaki lima, 1,5 lira/buah di taman Sultanahmet. Pusat perbelanjaan di kota itu, juga terkesan ramah, misalnya Istanbul square di kawasan Sulaymaniyeh. Berlantai empat, mall itu memiliki halaman luas, tempat warga mengaso saat menunggu atau usai berbelanja. Terdapat store istimewa di situ, yakni Galatasaray Store dan Besiktas Store. Kedua toko ini, khusus menjual pernak-pernik klub sepak bola kebanggaan Istanbul itu. Kami makan siang di sana, dengan jenis makanan yang bisa digabungkan sesuai selera Indonesia. Ada nasi, mie atau makanan laut dan sayur-sayuran. Harganya, bervariasi antara 15-20 lira. Semua makanan dijamin halal. Sayangnya, kami tak sempat ‘melalak’ di malam hari, karena udara di kota itu berkisar 12-22 derajat. Malam hari, bisa turun sampai 10 derajat, sehingga dingin mengigit ke tulang. Beberapa tips untuk Anda, jika berangkat ke Istanbul, yang menarik sekira Februari-April. Saat itu musim semi, sehingga taman kota dihiasi berbagai bunga khas benua Eropah, misalnya, tulip. Kabarnya, tulip tanaman asli Turki dibawa ke Belanda dan jadi ikon negeri kincir angin itu* Abdul Khalik
PEMKO KITA ESA HILANG DUA TERBILANG
Bakti Sosial TNI Gotroy Dengan Masyarakat Tebing Tinggi
GOTROY “Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan didampingi Komandan Koramil 13 Tebingtinggi Kapten Inf Budiono bersama anggota sedang membersihkan selokan dan parit di kawasan Pasar Sakti Kota Tebingtinggi”.
Koramil 13 Kota Tebingtinggi bersama sejumlah unsur organisasi masyarakat dan Dinas Kebersihan
Pertamanan, dan Satpol PP Kota Tebingtinggi menggelar Karya Bakti TNI dan Bakti Sosial Gotong Royong Skala Besar Wilayah Kodim 0204/DS di kawasan Pasar Sakti Jalan KF Tandean Kota Tebingtinggi, Selasa (25/6). Bakti Social TNI dan masyarakat dalam rangka menyambut Hari Jadi ke 96 Kota Tebingtinggi itu dihadiri Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan, Danramil Kapten Inf Budiono, diikuti oleh ratusan masyarakat yang terdiri dari personil Kodim 0204/ DS, Brimobdasu Detasemen B Tebingtinggi, Satpol PP Tebingtinggi, Pemuda Panca Marga, FKPPI dan IPK serta Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tebingtinggi. Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan disela-sela kegiatan tersebut memberikan apresiasi kepada pihak TNI Koramil 13 Tebingtinggi dan Kodim 0204/DS yang ikut menghidupkan kembali semangat kegotong royongan ditengah masyarakat. “Mari kita tingkatkan kembali semangat kegotong royongan dari kita dan untuk kita bersama. Untuk kemajuan kota, mari kita hilangkan perbedaan untuk bersatu memajukan kota, mari kita tumbuhkan lagi semangat kegotong royongan kita demi kemajuan kota dan bangsa ini umumnya”, imbuh walikota. Lebih lanjut Walikota berharap kegiatan Karya Bakti TNI dan Bakti Sosial Sekala Besar Wilayah Kodim 0204/DS itu semakin menambah rasa kebersamaan kita untuk senantiasa peduli terhadap kepentingan bersama, “Den-
gan peduli lingkungan diharapkan nilai-nilai budaya gotong royong yang belakangan ini sudah mulai tergeser dengan rasa individualistis akan semakin tumbuh kembali”, katanya. Sementara Danramil 13 Tebingtinggi Kapten Inf Budiono menambahkan bahwa kegiatan karya bakti/gotong royong di wilayah teritorial Koramil 13 Tebingtinggi dilakukan secara berkelanjutan bekerjasama dengan seluruh unsur pemerintahan dan organisasi masyarakat. “Kita memfokuskan melakukan gotong royong dengan sasaran pengorekan parit, pembersihan kanan dan kiri jalan disekitar Pasar Sakti”, jelasnya. Diharapkannya, melalui kegiatan karya bakti gotong royong TNI bersama masyarakat tersebut, kawasan Pasar Sakti dan sekitarnya tidak digenangi air lagi apabila hujan. “Koramil 13 Tebingtinggi juga siap siaga membantu masyarakat yang terkena bencana alam, bekerjasama dengan seluruh unsur masyarakat Tebingtinggi khususnya dalam menangani masalah banjir dikota ini”, katanya.**. (Juanda) Tan memperoleh gelar S1 melalui program pemerintah tidak bisa dirasakan semua guru. Hanya yang sudah terdaftar menjadi PNS saja yang bisa, sedangkan yang masih honorer lebih memilih ke Universitas Terbuka (UT) untuk mendapatkan gelar," jelas Rahmat Hidayat, Program Manajer Pelita Pendidikan Tanoto pada acara Executive Forum Media Indonesia dan Tanoto Foundation mengenai Peningkatan Kualitas Guru Menuju Profesionalisme di Hotel Crowne Plaza, Jakarta, Selasa (11/6). Namun, menurut Tian Belawati, rektor UT, mengatakan bahwa pendidikan formal dan pelatihan-pelatihan bukan satu-satunya sumber untuk melahirkan guru yang profesional. Guru sendiri harus memiliki keinginan untuk meningkatkan kualitas dirinya dengan terus mencari sumber-sumber pengetahuan baru seperti yang ada di internet. "Sekarang kebutuhan para siswa sudah berubah di era informasi ini. Informasi bisa didapat dengan cepat dan mudah melalui internet. Oleh karena itu, perlunya perubahan pada sistem pendidikan dan pengajaran di Indonesia. Karena saat ini yang lebih dibutuhkan adalah guru yang mampu atau memiliki kemampuan adaptasi yang baik untuk mengikuti perkembangan jaman," imbuh Tian. "Saya selalu memberikan seminar kepada calon wisudawan di UT dengan memaparkan materi yang sumbernya dari situs-situs resmi di internet. Hal itu untuk memotivasi mereka
bahwa pengetahuan bisa di dapat semudah itu," tandasnya. Penulis: Kharina Triananda/FER Koramil 13 Kota Tebingtinggi bersama sejumlah unsur organisasi masyarakat dan Dinas Kebersihan Pertamanan, dan Satpol PP Kota Tebingtinggi menggelar Karya Bakti TNI dan Bakti Sosial Gotong Royong Skala Besar Wilayah Kodim 0204/DS di kawasan Pasar Sakti Jalan KF Tandean Kota Tebingtinggi, Selasa (25/6). Bakti Social TNI dan masyarakat dalam rangka menyambut Hari Jadi ke 96 Kota Tebingtinggi itu dihadiri Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan, Danramil Kapten Inf Budiono, diikuti oleh ratusan masyarakat yang terdiri dari personil Kodim 0204/ DS, Brimobdasu Detasemen B Tebingtinggi, Satpol PP Tebingtinggi, Pemuda Panca Marga, FKPPI dan IPK serta Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tebingtinggi. Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan disela-sela kegiatan tersebut memberikan apresiasi kepada pihak TNI Koramil 13 Tebingtinggi dan Kodim 0204/DS yang ikut menghidupkan kembali semangat kegotong royongan ditengah masyarakat. “Mari kita tingkatkan kembali semangat kegotong royongan dari kita dan untuk kita bersama. Untuk kemajuan kota, mari kita hilangkan perbedaan untuk bersatu memajukan kota, mari kita tumbuhkan lagi semangat kegotong royongan kita demi kemajuan kota dan bangsa ini umumnya”, imbuh walikota. Lebih lanjut Walikota berharap kegiatan Karya Bakti TNI dan Bakti Sosial Sekala Besar Wilayah Kodim 0204/DS itu semakin menambah rasa kebersamaan kita untuk senantiasa peduli terhadap kepentingan bersama, “Dengan peduli lingkungan diharapkan nilai-nilai budaya gotong royong yang belakangan ini sudah mulai tergeser dengan rasa individualistis akan semakin tumbuh kembali”, katanya. Sementara Danramil 13 Tebingtinggi Kapten Inf Budiono menambahkan bahwa kegiatan karya bakti/gotong royong di wilayah teritorial Koramil 13 Tebingtinggi dilakukan secara berkelanjutan bekerjasama dengan seluruh unsur pemerintahan dan organisasi masyarakat. “Kita memfokuskan melakukan gotong royong dengan sasaran pengorekan parit, pembersihan kanan dan kiri jalan disekitar Pasar Sakti”, jelasnya. Diharapkannya, melalui kegiatan karya bakti gotong royong TNI bersama masyarakat tersebut, kawasan Pasar Sakti dan sekitarnya tidak digenangi air lagi apabila hujan. “Koramil 13 Tebingtinggi juga siap siaga membantu masyarakat yang terkena bencana alam, bekerjasama dengan seluruh unsur masyarakat Tebingtinggi khususnya dalam menangani masalah banjir dikota ini”, katanya.**. (Juanda)
186 Atlit Ikuti Kejurcab PBSI Tebingtinggi 2013
Sebanyak 186 atlit bulu tangkis mulai dari tingkat usia dini hingga remaja mengikuti Kejuaraan Cabang (Kejurcab) PBSI Tahun 2013 memperebutkan trophy Walikota Tebingtinggi, Senin sore (24/4) di GOR Marah Halim Jalan Thamrin kota setempat. Kejuaraan bulu tangkis dibuka secara resmi Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan MM dan turut dihadiri Kapolres Tebingtinggi AKBP Andi Rian Djajadi SIK, Sekdako H Johan SamoseHarahap,KetumPengprov PBSI Sumut, Kadis Porabudpar, Ketua Pengcab PBSI Tebingtinggi Parlindungan alias Koko serta Ketua KONI HM Daniel Sultan SE. Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan MM berharap kejuaraan bulu tangkis tingkat Kota Tebingtiggi itu nantinya dapat membawa angin segar
bagi tumbuh dan kembangnya prestasi olahraga bulu tangkis di kota itu, sehingga dapat menjadi penopang yang kokoh bagi awal kembalinya kejayaan prestasi olahraga di kota Tebingtinggi. Selain itu, walikota juga meminta kepada semua elemen masyarakat bersama-sama pengurus Pengcab PBSI Tebingtinggi untuk dapat memperhatikan kaderisasi atlet secara berkesinambungan, melalui reoreintasi yang jelas dan pembinaanyang lebih intensif bagi peminat bulu tangkis usia dini. ”Sehingga kita dapat lebih optimal dalam membentuk altet masa depan, baik pada aspek kuantitas maupun kualitasnya”, kata Umar Zunaidi. Sebelumnya, Ketua Panpel Kejurcab PBSI, Syofian Siregar SH MM melaporkan, Kejurcab PBSI tahun 2013
memperebutkan piala bergilir Walikota Tebingtinggi setiap tahunnya dilaksanakan dan telah menjadi program dan kalender kegiatantahunanPBSITebingtinggi. Kejurcab PBSI dilaksanakan mulai 24 hingga 28 Juni 2013 dan pesertanya terdiri dari club bulutangkis dibawah naungan PBSI Tebingtinggi, sekolah-sekolah dan para pelajar. “Jumlah seluruh peserta 186 atlit, terdiri atlit putra 127 orang dan atlit putri 59 orang, sedangkan nomor yang dipertandingkan adalah, beregu dikiuti 13 club dan perorangan tunggal tingkat usia dini putra/i, tunggal tingkat anak-anak putra/i, tunggal tingkat pemula putra/i, tunggal dan ganda tingkat remaja putra/i, serta tunggal dan ganda tingkat taruna putra dan putri.**. (Ali Yustono)
51
PEMKO KITA ESA HILANG DUA TERBILANG
Kontes Kicau Burung Meriahkan Hari Jadi Tebing Tinggi
Sejumlah daerah diantaranya, Tebingtinggi, Medan, Siantar, Kisaran, Deli Serdang, Sergai, Binjai dan Aceh ikut memeriahkan Hari Jadi Kota Tebingtinggi ke 96 melalui Kontes Kicau Burung yang digelar, Minggu (23/6) di Lapangan Merdeka Kota Tebingtinggi dibuka Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan MM. Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan mengatakan, untuk mengurus dan merawat burung yang berkualitas dan memiliki nilai jual bukanlah pekerjaan mudah, karena harus memiliki kesabaran terutama dalam memberikan makanaan dan sangkarnya sehingga burung tersebut tetap memiliki suara kicauan yang indah. “ Orang-orang yang ikut dalam komunitas burung berkicau adalah orang-orang yang tidak mudah emosional dan memiliki jiwa kesabaran” kata Umar Zunaidi. Dengan adanya pameran/kontes burung berkicau, kata Umar Zunaidi, ini membuktikan bahwa kota Tebingtinggi
cinta terhadap lingkungan dan cinta terhadap keindahan. Untuk itu walikota berharap agar kegiatan ini tetap berlanjut untuk tahun depan dan lebih meriah. Sebelumnya, KapolresTebingtinggi AKBP Andi Rian Djajadi SIK mengucapkan terima kasih kepada pantia yang telah menyelanggarakan kontes burung berkicau dalam rangka menyambut Hari Jadi ke 96 Kota Tebingtinggi dan HUT Bhayangkara ke 67 tahun 2013. “Meskipun kegiatan kontes burung berkicau digelar secara terburu-terburu oleh pantia penyelenggara, tapi pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik. Hal itu terbukti tingginya peserta komunitas burung berkicau untuk mengikuti pameran/ kontes burung berkicau yang digelar di Kota Tebingtinggi ini”, kata Kapolres. Pantauan dilapangan, pameran/kontes burung berkicau yang digelar di kota Tebingtinggi diantaranya adalah burung Murai Batu, burung kacer dan burung Love bird. Sedangkan untuk lomba kontes kelas utama burung
GANTUNGKAN “Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan MM di damping Kapolres AKBP Andi Rian Djajadi SIK menggantungkan sarang burung murai batu yang ikut untuk dipertandingkan, Minggu (23/6) di Lapangan Merdeka Jalan Sutomo Tebingtiinggi”.
murai batu juara I dan II diraih peserta dari Medan atas nama Amin Prima dan Adek, serta Juara III dari Siantar atas nama pemilik burung, Rizki. Sedangkan kontes untuk burung Kacer,Juara I dan II dari kota Medan dengan pemilik burung Amrizal dan Ivan Pane, serta juara III atas pemilik burung Dedi.**. (Juanda)
BKM Al Hasanah Gelar Khitan Massal dan Donor Darah Badan Kenaziran Mesjid (BKM) Al Hasanah Jalan Kartini Kelurahan Tebingtinggi Lama Kecamatan Padang Hilir Kota Tebingtinggi menggelar kegiatan bakti sosial khitanan (sunat) massal bagi warga kurang mampu dan donor darah, Minggu (23/6) di Jalan Basuki Kelurahan Tebingtiggi Lama. Kegiatan yang merupakan rangkaian Hari Jadi ke 96 Kota Tebingtinggi itu dibuka Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan MM dihadiri Camat Padang Hilir, Ferry Fernando Lubis S.STP M.Si, Lurah Tebingtinggi Lama H Amir Hasan BA, tokoh masyarakat H Amril Harahap, Ketua PWI Perwakilan Tebingtinggi Azman MS Harahap dan undangan lainnya. Walikota Tebingtinggi H Umar Zunaidi Hasibuan dalam sambutannya mengucapkan terima kasih dan memberikan apresiasi kepada BKM Al Hasanah Kelurahan Tebingtinggi Lama yang telah melaksanakan kegiatan bakti sosial berupa khitanan massal terhadap war-
52
ga kurang mampu dan donor darah. ”Saya atas nama pribadi dan Pemerintah Kota Tebingtinggi memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada BKM Al-Hasanah yang bersedia untuk melaksanakan bakti sosial yakni mengkhitankan massal bagi warga kurang mampu dan melaksanakan donor darah dalam memperingati Isra’ Mi’raj dan menyambut Bulan Suci Ramdahan 1434 H”, kata Umar Zunaidi Hasibuan. Dikatakan, bahwa sunat (khitan) itu hukumnya wajib bagi umat Islam laki-laki, karena sunat itu tujuannya adalah untuk kebersihan dan kesehatan bagi umat islam itu sendiri. Sehingga banyak umat di luar Islam yang juga melakukannya. Tokoh masyarakat Kelurahan Tebingtinggi Lama, H Amril Harahap dalam sambutanya mengajak masyarakat Tebingtinggi untuk lebih peduli terhadap ummat terutama bagi warga kurang mampu. Untuk itu diharapkannya kegiatan bakti social seperti sunat massal dan donor darah yang dilaksanakan BKM Al Hasan-
ah kedepannya dapat lebih ditingkatkan. Sebelumnya, Ketua Panpel Fahruddin Siregar SH menyampaikan, kegiatan bakti sosial khitanan massal dan donor darah digelar dalam rangka memperingati Isra’ Mi’raj 1434 H sekaligus menyambut bulan suci Ramadhan serta peringatan Milad (hari jadi) Kota Tebingtinggi ke- 96. Sedangkan jumlah warga kurang mampu yang di khitan massal-kan sebanyak 55 orang terdiri dari warga Kelurahan Tebingtinggi Lama, Satria, Tambangan dan Kelurahan Bagelen. Untuk donor darah pesertanya sebanyak 30 orang. Acara ditandai dengan pemberian bingkisan kepada pantia Madrasah Nur Hasanah oleh BRI Kantor Cabang Tebingtinggi kepada BKM Al Hasanah berupa kitab suci Al-Quran yang diserahkan oleh Sekdako H Johan Samose Harahap SH MSP dan pemberian tali asih kepada peserta sunat massal secara simbolis yang diserahkan Walikota Tebingtinggi.**. (dian)
PEMKO KITA ESA HILANG DUA TERBILANG
Temu Ramah Ormas, OKP dan LSM se Tebingtinggi Keterbatasan Kemampuan Menjadi Hambatan Pembangunan lapangan pekerjaan”, demikian Sekdako Tebingtinggi H Johan Samose Harahap dalam siaran pers yang disampaikan Kabag Humasy Pemko kepada wartawan, Sabtu (22/6) terkait kegiatan pertemuan dengan Ormas, OKP dan LSM se Kota Tebingtinggi menyambut Hari Jadi ke ARAHAN “Sekdako Tebingtinggi H Johan Samose Harahap mem- 96 Kota Tebingtinggi. berikan arahan pada acara pertemuan dengan Ormas, OKP dan Dijelaskan, jumLSM se Kota Tebingtinggi. Keterbatasan kemampuan merupakan lah penduduk Kota hambatan dalam membangun Kota Tebingtiggi, terutama dalam Tebingtinggi yang mengatasi lapangan pekerjaan”. berusia 15 tahun ke atas sebanSekretaris Daerah Kota (Sekdako) yak 98.645 orang terdiri dari 66.394 Tebingtinggi H Johan Samose Harahap orang angkatan kerja, ”Dari seluruh mengatakan, sejumlah hambatan dan angkatan kerja, penduduk yang bektantangan yang dihadapi Pemerintah erja berjumlah 60.845 orang, sedanKota Tebingtinggi dalam melaksanakan gkan yang mencari kerja mencapai dan menjalankan roda pemerintahan di 5.549 orang”, papar Johan Samose. daerah disebabkan terbatasnya kemam- Tahun 2011, tercatat ada sebanyak 227 puan dalam mendukung pengadaan mencari pekerjan dengan status pendiddan berbagai fasilitas yang dibutuhkan. ikan, 132 orang tamatan SLTA, 42 orang “Keterbatasan kemampuan pembangu- tamatan SLTP dan 53 orang Diploma nan oleh pemerintah daerah merupa- keatas. “Sementara pencari kerja yang kan hambatan dalam membangun Kota sudah ditempatkan berjumlah 49 orang Tebingtiggi, terutama dalam mengatasi dengan status pendidikan 28 orang tamatan SLTA dan 21orang tamatan
SLTP. Sedangkan 178 orang pencari kerja lainnya belum ditempatkan”, bebernya. Secara rinci disebutkannya, sebagian besar penduduk kota Tebingtinggi bekerja disektor jasa (78,19%) dan industri 17,14 persen. Sedangkan sisanya bekerja disektor pertanian (4,67%). Dia optimis, dengan akan dibangunnya jalan tol Medan Tebingtinggi dan akan dioperasikannya Bandar Udara Kuala Namu serta pembangunan kawasan industridi Sei Mangkei, menjadi peluang bagi masyarakat dalam membangun kota Tebingtinggi sesuai dengan sumber daya manusia-nya. Kegiatan pertemuan dibuka secara resmi Walikota diwakili Sekdako H Johan Samose Harahap SH MSP dan turut dihadiri Unsur Muspida, Ketua DPRD H Syahrial Malik, Kakan Kemenag Drs H Hasful Husnain, Ketua MUI H Ahmad Dalil Harahap, Ketua FKUB Abu Hasyim Siregar dan para SKPD sejajaran Pemko Tebingtinggi. Sebelumnya, Kepala Badan Kesbangpol Linmas, Amas Muda SH menyampaikan, kegiatan pembinaan/pertemuan Ormas, OKP dan LSM se Kota Tebingtinggi bertujuan untuk memberikan pencerahan dalam mendukung pembangunan Kota Tebingtiggi ke depan. Sedangkan nara sumber menghadirkan Sekdako Johan Samose Harahap SH MSP dan Kapolres Tebingtinggi AKBP Andi Rian Djajadi SIK.**. (juanda)
PNS Dihimbau Tingkatkan Sinergitas dan Integritas
Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan MM meng-
himbau seluruh jajaran Pegawai Negeri Sipil (PNS) dilingkungan Pemko Tebingtinggi agar lebih meningkatkan sinergitas dan integritas. “Sinergi antara Pemerintah Kota dengan TNI dan POLRI adalah harapan tunggal secara kelembagaan yang memayungi pengamanan seluruh wilayah Kota Tebingtinggi, demikian juga partisipasi public dalam mewujudkan sinkronisasi dan integrasi”, demikian sambutan tertulis Walikota Tebingtinggi yang di bacakan Ketua Pengadilan Agama Kota Tebingtinggi, Drs H Bisman MHI pada apel gabungan PNS/TNI/ POLRI, Senin (17/6) di halaman Sekretariat Pemko Tebingtinggi. Disebutkan bahwa apel gabungan itu merupakan momentum bagi kita semua untuk melakukan refleksi, evaluasi dan transformasi diri untuk meningkatkan semangat pengabdian dan ferforma kerja, mempertajam kecakapan kreativitas dan inovasi dengan terus berpegang pada nilai-nilai keagamaan, terutama menyongsong Hari Jadi Kota Tebingtinggi ke
96 dan HUT Bhayangkara ke -67 pada tanggal I juli 2013 mendatang. Ditambahkan oleh Kepala Pengadilan Agama Kota Tebingtinggi bahwa tingkat perceraian yang meningkat di kota itu dikhawatirkan akan menciptakan anak-anak terlantar, untuk itu penanaman nilai-nilai keagamaan perlu terus di tingkatkan sebagai bagian dari upaya meredam konflik yang muncul dalam keluarga. Apel gabungan yang digelar tanggal 17 setiap bulannya itu turut dihadiri Sekdako H Johan Samose Harahap, seluruh pimpinan SKPD sejajaran Pemko Tebingtinggi serta barisan PNS, TNI dan Polri di Kota Tebingtinggi.**. (dian)
53
PEMKO KITA ESA HILANG DUA TERBILANG
Komisi Informasi Sumut Sosialisasikan UU KIP ‘Transparansi Informasi Bagian dari HAM’
Komisi
Informasi Provinsi Sumatera Utara sosialisasikan Undang Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) sekaligus menggelar dialog public seputar KIP dengan jajaran SKPD Pemko Tebingtingg, Kamis (13/6) di ruang Data Sekretariat Pemko Tebingtinggi. Dialog Publik UU KIP yang dibuka langsung oleh Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi hasibuan MM itu menghadirkan narasumber Ketua Komisi Informasi Propsu Muhammad Zaki Abdullah, Wakil Ketua Mayjend Simanungkalit dan Kepala Divisi Penyelesaian SengketaInformasi,DrsRobinsonSimbolon. Dalam dialog tersebut dibahas tentang pemahaman UU Keterbukaan Informasi Publik, meliputi ruang lingkup hak atas informasi dan badan public, kewajiban badan public serta penanganan laporan dan sengketa informasi. Ketua Komisi Informasi Provinsi Sumatera Utara, Muhammad Zaki Abdullah menegaskan bahwa perlunya hak publik dalam transparansi informasi adalah bagian dari hak asasi manusia sebagai konstitusional warga negara. “Undang undang KIP bertujuan menciptakan kepastian hokum tentang informasi yang harus dibuka kepada public dan yang harus dirahasiakan. Mekanisme akses informasi public yang efesien,
cepat dan terjangkau bagi masyarakat serta penyelesaian sengketa akses informasi public yang memenuhi rasa keadilan juga merupakan wujud dari UU KIP”, tegasnya. Zaki juga menegaskan bahwa UU KIP Nomor 14 Tahun 2008 juga bisa diterapkan bagi insan pers yang ingin mengumpulkan suatu bahan berita bersifat tulisan atau investigasi. “Untuk CENDERAMATA “Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan keakuratan dan kece- menyerahkan cenderamata mata kepada Ketua Komisi Informasi Provinsi Sumatera patan penyajian berita bersifat news tentu penggunaan UU Menurut walikota, siapa saja No. 40 Tahun 1999 tentang Pers lah yang menggunakan dana APBN, APBD yang tepat digunakan ketimbang UU KIP, mengingat waktu dan penerbitan dan dana sumbangan pihak lain juga berita yang mendesak untuk meng- disebut sebagai badan public. “Untuk hindari berita basi”, kata Zaki Abdullah. itu, bagi kelompok organisasi non pemer Sementara itu, Walikota intah yang menggunakan dana tersebut Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan harus bisa merincikan dan mempertangMM dalam arahannya mengharapkan gung jawabkan penggunaan anggaran kepada peserta sosialisasi agar meman- tersebut”, ujar Umar Zunaidi sembari faatkan kegiatan ini untuk menambah mengharapkan agar Komisi Informasi dan memahami pengetahuan tentang in- tingkat Kota/Kabupaten juga dapat formasi mana saja yang bisa di informasi- dibentuk di Kota Tebingtinggi. (Juanda) kan dan mana yang harus dirahasiakan.
Umar Hasibuan Apresiasi Peserta Operasi KB Kontap Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan MM memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada para peserta KB Kontrasepsi Mantap (Kontap) yang diikuti oleh 20 orang terdiri dari 10 perempuan dan 8 laki-laki ditambah 2 orang KB Implan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr H Kumpulan Pane Kota Tebingtinggi. di gelar, Rabu (12/6). “Pemerintah Kota memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada peserta operasi KB Kontap ini, karena kalau tidak dikendalikan penduduk di Indonesia maka akan terjadi peningkatan penduduk yang signifikan dan tentunya akan berdampak pada tingkat kesejahteraan penduduk Indonesia khususnya di Kota Tebingtinggi”, kata walikota. Kegiatan Operasi KB Kontap yang digelar Pemko Tebingtinggi melalui Kantor Pemberdayaan Perem-
54
puan dan Anak, Keluarga Berencana (PPAKB) Kota Tebingtinggi itu dalam rangka menyambut Hari Jadi ke 96 Kota Tebingtinggi. Tampak hadir Kakan PPAKB drg Dina Kamarina, Danramil 13 Tebingtinggi Kpt Inf Budiono, Kabag Humasy Ahdi Sucipto dan mewakili Direktur RSUD Kumpulan Pane Tebingtinggi. Menurut walikota, jumlah manusia diatas bumi yang sudah lebih 7 miliar sedangkan lahan yang ada tentunya akan semakin sempit ditambah dengan kebutuhan hidup yang semakin meningkat, mengharuskan kita untuk melakukan sesuatunya secara terprogram dan sesuai procedural. “Pilihan keluarga kecil bahagia dengan jumlah anak rata-rata dua tentunya agar pertumbuhan penduduk Indonesia bisa teratasi dengan baik dan kesejahteraan masyarakatnya bisa lebih terjamin”, sebut walikota. Sebelumnya Kakan PPAKB Kota
Tebingtinggi, drg Dina Kamarina mengatakan, keikutsertaan pria dalam ber-KB kontap sangat diharapkan sehingga bagi pasangan usia subur (PUS) yang istrinya tidak cocok dengan alat KB yang ada diharapkan pria sebagai ganti yang ber KB. Sedangkan dengan adanya kontap wanita, akan memberikan kenyamanan bagi PUS yang sudah punya anak lebih dari dua dan tidak ingin memiliki anak lagi. Ditambahkan juga bahwa KB Kontap sangat manjur untuk keberhasilan program Keluarga Berencana khususnya di Kota Tebingtinggi. “Dengan KB Kontap maka pasangan usia subur tidak susah lagi memikirkan jadwal untuk ber KB ataupun membongkar pasang alat kontrasepsinya, lebih aman dan terjamin kesehatannya”, ujar Dina Kamarina.**. (ali yustono)
PEMKO KITA ESA HILANG DUA TERBILANG
400 Pedagang Akan Meriahkan ‘Kampung Murah Ramadhan’ Menjelang
datangnya bulan suci Ramadhan 1433 Hijriah, Pemerintah Kota Tebingtinggi selama sebulan penuh akan menggelar pasar murah atau ‘Kampung Murah Ramadhan’ di Lapangan Merdeka Jalan Sutomo Kota Tebingtinggi. “Diperkirakan sebanyak 400 pedagang akan menempati stand yang disediakan Pemko Tebingtinggi dan menjual berbagai produk makanan dan hasil Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dari masyarakat Kota Tebingtinggi”, papar Walikota Tebingtinggi melalui Kabag Humasy Pemko, Ahdi Sucipto SH kepada wartawan, Selasa (11/6) diruang kerjanya. Lanjut Ahdi, kegiatan Kampung Murah Ramadhan akan dilaksanakan mulai tanggal 6 Juli hingga 6 Agustus 2013, selain kegiatan pasar murah juga dilaksanakan kegiatan-kegiatan islami menyambut bulan suci Ramadhan. “Maksud kegiatan ini untuk mempersatukan pedagang yang ada di Kota Tebingtinggi yang biasanya terpisah di beberapa tempat dikumpulkan menjadi satu,” paparnya.
Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk menggairahkan hasil-hasil UMKM masyarakat Kota Tebingtinggi untuk mencapai provit produknya agar lebih dikenal di masyarakat dan pedagang harus mampu dalam menyediakan barang yang ditawarkan kepada pengunjung dengan kwalitas tinggi serta harga jualnya lebih murah di bawah pasar. “Dengan begitu, otomatis masyarakat Kota Tebingtinggti akan berduyun-duyun mendatangi Kampung Murah Ramadhan,” jelas Ahdi Sucipto. Para pedagang nantinya akan diatur sesuai dengan produk jualannya, seperti pedagang makanan semua berkumpul menjadi satu, begitu juga pedagang barang-barang produk UMKM juga ditata secara berkelompok. Sedangkan untuk jajanan buka puasa, para pedagang diperbolehkan mulai melakukan aktivitas dari pukul 15.00 sore hingga pukul 19.00 WIB. “Sementara di malam hari, aktivitas pedagang hingga menjelang waktu imsyakiah habis makan sahur,” cetusnya.**.
BATIK TEBINGTINGGI AKAN DIPAKAI PADA HARI KERJA Dalam rangka melestarikan warisan budaya bangsa Indonesia khususnya di Kota Tebingtinggi, Walikota Ir H Umar Zunaidi Hasibuan akan menghimbau penggunaan batik khas motif Tebingtinggi pada hari kerja di seluruh kantor instansi pemerintah, sekolah dan BUMN di kota itu. “Kota Tebingtinggi telah mengeluarkan motif batik ciri khas Tebingtinggi, nanti motif batik khas tebing akan dipadukan melalui kerjasama antara pengusaha batik yang ada di Sumatera Utara, dan kain batik ini nantinya akan di order melalui dinas/instansi, sekolah dan BUMN yang akan dipakai pada hari kerja”, demikian Walikota Tebingtinggi melalui Staf Ahli Ismail Budiman SH saat membuka Pelatihan Batik Tahun 2013 yang digelar Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan, Selasa (11/6) di Aula ‘Mutiara Pempek & Coffe House’ Jalan Sudirman Kota Tebingtinggi. Sebagai bukti dukungan Pemerintah Kota Tebingtinggi untuk meningkatkan kualitas batik, belum lama ini telah diresmikan ‘Batik Tebing Production’ di Ruko Pusat Souvenir dan Oleh-oleh Khas Tebingtinggi di Jalan KL Yos Sudarso, untuk itu, diharapkan juga dukungan dari seluruh masyarakat untuk membudayakan produk khas batik kota itu. “Diharapkan industri batik khas ini akan semakin berkembang di jajaran pemerintah kota, sekolah-sekolah dan juga para guru untuk menggunakan Batik Tebingtinggi Production”, imbuh walikota. Menurut walikota, pelatihan keterampilan batik sangat penting dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia dan menghadapi era globalisasi dimasa kini. Disamping itu juga, diharapkan melalui kegiatan pelatihan batik tersebut mampu menjadi benteng masyarakat dalam pengentasan kemiskinan serta peningkatan ekonomi keluarga, juga menumbuhkan pengusahapengusaha muda UKM Kota Tebingtinggi ke depannya. “Kami mengharapkan partisipasi masyarakat untuk da-
pat berperan serta dalam membeli batik khas tebing yang merupakan hasil karya anak-anak kota Tebingtinggi”, harap walikota. Kegiatan pembukaan Pelatihan Batik Tulis dan Batik Cap Tahun 2013 diikuti sebanyak 25 peserta selama 21 hari (11/6 – 4/7) itu dihadiri Kadis Kouperindag HM Yunus Matondang SE, Kabid Perindustrian Hj Khadijah SH, Kepala Balai Diklat Industri Regional I Medan, Erwin Pardede, Ketua Yayasan Bait Al Hikmah Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Ketrampilan Hidup Deli Serdang, Prof Dr Amroeni Drajat M.Ag serta instruktur batik Evi Amroeni Drajat S.Ag. Kadis Kouperindag Kota Tebingtinggi HM Yunus Matondang mengatakan, kegiatan pelatihan membatik itu sudah dilakukan oleh Dinas Kouperindag Tebingtinggi bekerjasama dengan Balai Diklat Industri Kementrian Perindustrian RI di Medan sejak tahun 2012 hingga kini. “Selain bertujuan untuk memperkenalkan pembuatan batik tulis dan batik cap khas di Kota Tebingtinggi, juga untuk menumbuhkembangkan wirausaha baru serta membuka peluang kerja bagi generasi muda yang memiliki potensi dan untuk mencintai serta menghargai hasil produksi dalam negeri”, jelas Yunus. Sedangkan Ketua Yayasan Bait Al Hikmah Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Ketrampilan Hidup Deli Serdang, Prof Dr Amroeni Drajat M.Ag menjelaskan, diperlukan visi dan mindset wirausaha agar peserta pelatihan batik mendapatkan ilmu dan wawasan dalam keterampilan membatik. “Satukan visi dan mindset untuk belajar dan membuka usaha serta menambah lapangan kerja, kalau ikut pelatihan hanya untuk mendapatkan uang transport sebaiknya jangan ikuti pelatihan ini, harus bertekad membuka peluang usaha dan untuk menambah pendapatan”, cetusnya.**. (Aswin Nasution)
55
PEMKO KITA ESA HILANG DUA TERBILANG
150 Tahun Kebangkitan Nasional Kita Dalam memperingati 50 tahun Kebangkitan Nasional di Istana Merdeka Jakarta pada 20 Mei 1958 Bung Karno mengatakan tidak ada satu hal yang luar biasa terjadi pada tanggal 20 Mei 1908, kecuali terbentuknya suatu organisasi kecil untuk ukuran kebangsaan yang bernama Boedi Utomo. Tercatatlah nama-nama antara lain Soetomo, Dr. Tjipto Mangunkusumo, Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hajar Dewantara dan dr. Deewes Dekker. Dan tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Artinya pada tahun 2013 ini tinggak Kebangkitan Nasional itu berusia 105 tahun (Gilang Iskandar, Direktur Eksekutif World Peace Movement). Kalau kita lihat dan perhatikan, pada masa itu tanah air kita masih dalam alam penjajahan kolonial Belanda. Betapa mereka berani bersikap kesatria seperti iti. Mereka para pencetus Boedi Utomo itu merupakan para cendikiawan intelektual. Yang berpendidikan tinggi dan begitu sadar akan nasib bangsanya dalam genggaman penjajah. Pada intinya Kebangkitan Nasional itu berisikan kemerdekaan bangsa. Banyak upaya yang mereka adakan berupa pendidikan, baik nasional dan agama. Hal itu dilakukan karena bangsa masih terbelakang. Melalui pendidikan diharapkan bangsa ini akan lebih maju ketimbang pada masa itu. Lihat saja dengan mata terbuka. Setiap tahun lahir para lulusan sekolah tinggi dengan predikat sarjana. Baik sarjana penuh, sarjana muda dan program D3 dalam berbagai bidang study. Dengan kekuatan pendidikan yang mereka peroleh melalui sekolah, bebas dari penjajahan telah terbukti. Kini bangsa kita telah mengecap hasil dari apa yang mereka perbuat itu bangsa ini. Dan kemerdekaan juga kita kita peroleh dengan memproklamirkan sebagai bangsa yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Bebas dan merdeka yang kita peroleh itu dengan sangat susah payah dengan pengorbanan harta sekaligus nyawa. Banyak kita lihat makam para pahlawan yang telah gugur dalam memperjuangkan merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Siapa bisa menyangkal bahwa bangsa bisa merdeka, yang kedudukannya sama dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi,
56
pepatah lama yang bisa jadi pegangan bangsa ini dalam memperjuangkan nasib bangsanya di mata dunia. Sementara para siswa kini telah banyak menghasilkan prestasi internasional dalam olimpiade yang berlangsung di luar negeri. Hal ini sangat menggembirakan hati kita sebagai orang tua. Anakanak kita telah merajai tanding bidang ilmiah. Itulah salah satu hasil yang diperbuat para pencetus kebangkitan nasional. Para siswa itu telah bebas dari masa penjajahan dan hidup di alam kemerdekaan. Kebebasan itu mereka gunakan untuk belajar dan kemerdekaan itu mereka isi dengan berbagai prestasi, baik di sekolah atau diluar sekolah dengan melatih diri berolah raga. Disamping para siswa yang berhasil dalam bidang studinya, masih banyak diantara siswa yuang keblinger dalam kehidupan nyata. Mereka terjerat dengan istilah kerennya sebagai anggota geng motor. Hampir setiap malam mereka berpawai ria di atas motornya. Dengan segala gaya yang sudah tentu tak senang kita melihatnya. Dengan meminum minuman keras, mereka berdemonstrasi di tengah jalan raya. Bunyi knalpotnya sengaja dinyaringkan. Sampai-sampai kita tak bisa berbicara dengan sebelah, kalau kebetulan mereka lewat di depan kita. Dongkol kita, pasti kita rasakan bahkan dnegan spontan kita mendoakan agar mereka bertabrakan satu sama lain. Belum lagi kejahatan yang mereka lakukan dengan merampas sepeda motor orang yang kebetulan lewat melalui mereka. Penumpang motornya mereka pukuli dan sepeda motornya mereka rampas. Awalnya berupa kenakalan remaja yang masih bisa kita toleran. Namun kini mereka telah merubah kenakalan menjadi kejahatan. Di surat kabar dan tayangan televisi, tergambar seorang penumpang mengadukan nasibnya kepada keluargakemudiakepolisian.Bahwaiatelah diperkosa oleh kelompok geng motor itu.
Kita salut kepada pihak kepolisian yang telah bertindak untuk menghancurkan kelompok geng motor tersebut. Hampir di setiap kota besar di negara ini telah terjangkit penyakit masyarakat seperti itu. Apakah mereka tidka sadar keadaan mereka itu adalah hasil dari para pejuang penegak kemerdekaan yang dimulai dengan mengembangkan Kebangkitan Nasional kita. Mereka memperoleh kemerdekaan dan kebebasan di negara ini tanpa berjuang merebut dan menegakkan kemerdekaan. Siapa yang bisa salahkan, orang tua, guru atau masyarakat, sehingga mereka berbuat nekat seperti itu. Belum lagi masalah tawuran diantara pelajar yang hampir disetiap selesai ujian akhir berakhir. Soalnya, masalah sepele. Bisa gara-gara kalah main bola atau salah pandang satu sama lain. Lalu membawa kawan-kawan sekolahnya untuk menyerang siswa sekolah tertentu. Terjadilah tawuran dimuali dengan kata-kata kotor. Kemudian dengan melempar batu atau apa saja yang mereka punyai. Banyak korban luka berdarah akibat terkena sesuatu ketika mereka agak lengah. Terdengarlah jeritan keluar dari mulutnya. Aduh, aku kena lempar, lihat kepala berdarah. Melihat ini kita jadi berfikir, kan bukan ini yang dikehendaki para pencetus Kebangkitan Nasional. Bukan geng motor atau tawuran antar sekolah. Tapi kenyataannya kedua peristiwa itu telah mencoreng dunia pendidikan sekolah tak berhasil mendidik anak-anak menjadi orang berakhlak mulia dan Berketuhanan Yang Maha Esa. Begitulah sebagian yang bisa penulis gambarkan, antara keinginan para pencetus Hari Kebangkitan Nasional dengan apa yang terjadi pada kini. Segalanya bertolak belakang. Iya tidak ? Semoga kita-kita ini berbuat sebaik mungkin dalam hidup berbangsa dan bernegara. Salah tidak ? ya tidak. (RIZAL SYAM)
PEMKO KITA ESA HILANG DUA TERBILANG
Syech Ali Saleh Muhammad Ali Jaber : Kalau Ingin Berbicara Dengan Allah, Jaga Sholat
ISRA’ MI’RAJ “Ustadz kondang dari Jakarta, Syech Ali Saleh Muhammad Ali Jaber pada peringatan Isra’ Mi’raj yang digelar Pemko Tebingtinggi mengatakan bahwa hal paling utama dalam peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW adalah menegakkan sholat lima waktu yang wajib dilaksanakan oleh seluruh Umat Islam”.
Peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW 1434 H sekaligus menyambut Hari Jadi Kota Tebingtinggi ke 96 yang digelar Pemko Tebingtinggi, Selasa (18/6) di Lapangan Merdeka Jalan Sutomo Kota Tebingtinggi menghadirkan Syech Ali Saleh Muhammad Ali Jaber, memaparkan seputar kewajiban sholat lima waktu bagi Umat Islam. Disebutkan bahwa hal yang paling utama dalam peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW adalah turunnya perintah sholat lima waktu yang wajib dilaksanakan oleh seluruh Umat Islam. “Dalam Islam tidak ada perintah memperingati Isra’ Mi’raj tapi yang ada adalah perintah menegakkan sholat, kalau ingin berbicara langsung den-
gan Allah maka jagalah sholat”, pesan Ustadz kondang asal Jakarta ini. Lebih jauh Syech Ali Saleh Muhammad Ali Jaber menghimbau Umat Islam agar tetap menjaga sholat lima serta memakmurkan mesjid. “Saya senang dengan banyaknya jemaah yang menghadiri peringatan Isra’ Mi’raj ini, tapi saya sedih karena masih banyak umat Islam yang lalai dengan sholat subuh berjamaah di mesjid. Padahal kekuatan umat Islam bisa dilihat apabila jemaah sholat subuh jumlahnya seperti ketika sholat jumat”, katanya. Disebutkan juga bahwa kemajuan Umat Islam adalah disaat mereka beramai-ramai memakmurkan mesjid dengan sholat berjamaah dan kegiatan lainnya, begitu umat Islam meninggalkan mesjid maka disitulah kemunduran Islam. “Untuk itu, mari makmurkan mesjid, muliakan mesjid dan cintailah mesjid dengan beramai-ramai sholat berjamaah di dalamnya”, imbuhnya. Peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW yang diikuti ribuan Umat Islam di Kota Tebingtinggi itu turut dihadiri Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan MM, Wakil Walikota H Irham Taufik SH, Sekdako H Johan Samose Harahap dan unsure muspida setempat serta tokoh agama itu sekaligus dalam rangka menyambut Hari Jadi ke 96 Kota Tebingtinggi dan HUT Bhayangkara ke 67 serta menyambut bulan suci Ramadhan 1434 H. Sebelumnya, Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan mengimbau seluruh warga Muslim agar menjadikan moment Peringatan Isra’ Mi’raj untuk meningkatkan keimanan serta melakukan introspeksi diri khususnya dalam pengabdian kita kepada Allah SWT. “Jangan jadikan peringatan Isra Mi’raj hanya sekedar acara seremonial belaka, namun yang terpenting adalah bagaimana melalui momen ini kita bisa meningkatkan keimanan dan amal ibadah kita semua”, pesannya. Pada kesempatan itu, walikota juga mengajak masyarakat Tebingtinggi agar moment peringatan Isra Mi’raj dapat dijadikan untuk persiapan diri menyambut datangnya bulan suci ramdhan yang sudah diambang pintu, ”Bulan suci Ramadhan dimana umat muslim diwajibkan berpuasa yang tidak saja untuk menahan lapar dan haus, tetapi juga untuk menahan hawa nafsu yang dapat dijadikan sebagai melatih diri untuk tidak melakukan perbuatanperbuatan dilarang agama”, pesan Umar Zunaidi Hasibuan.**. (Fadli)
WALI KOTA AJAK WARGA KEMBANGKAN OLAHRAGA TRADISIONIL
Walikota
Tebingtinggi Ir.H.Umar Zunaidi Hasibuan,MM mengajak warga kotanya khususnya kalangan pelajar untuk dapat terus mengembangkan olahraga tradisionil yang selama ini mungkin sudah terlupakan oleh masyarakat.Karena olahraga atau permainan tradisionil seperti bilon,patok lele,adu gala asing,bedil bulu,lari batok estapet dan enggrang sering dimainkan waktu masa kanak-kanak ataupun masa remaja Hal itu disampaikannya pada pembukaaan perlombaan olahraga tradisionil tingkat pelajar SD/ MI dan SMP/MTs se Kota Tebingtinggi, Rabu ( 19/6) di Lapangan Merdeka Jalan Sutomo.Tampak hadir Kadis Pendidikan Kota Tebingtinggi Drs.H.Pardamean Siregar,Kepala Sekolah,para Guru dan Pelajar Dikatakan Umar Zunaidi.bahwa kegiatan lomba olahraga tradisionil digelar pemerintah kota dalam rangka menyambut Hari Jadi ke- 96 Kota Tebingtinggi
dan HUT Bhayangkara ke- 67 tahun 2013.Sedangkan tujuannya adalah agar para pelajar mengetahui dan memahami olahraga tradisionil.Selain itu,dengan berolahraga para pelajar dapat menjaga kesehatannya dan mengindari bahaya narkoba,”Kita minta para pelajar untuk dapat menjauhi narkoba”tegas wali kota dihadapan pelajar yang mengikuti lomba olahragatradisionil Lomba permaianan atau olahraga tradisonil yang diperlombakan untuk tingkat SD/MI dan SMP/MTs se kota Tebingtiggi yakni,Patok lele,Bilon atau gerobak sodor ,Bedil Bulu,Batok Terompah dan Engrang.Pantauan SUMUT24,ratusan pelajar yang mengikuti kegiatan lomba tradisionil tampak antusias mengikutinya.Bahkan para peserta yang mengikuti lomba engrang dan batok terompah banyak yang terjatuh karena belum sepenuhnya memahami tekhnik atas permainan olahraga tersebut. (Sulaiman)
57
PEMKO KITA ESA HILANG DUA TERBILANG
BATU PERTAMA “Walikota Tebingtinggi Ir Umar Zunaidi Hasibuan didampingi Muspida melakukan peletakan batu pertama bantuan RTLH di rumah Dario di Jalan Gunung Sorek Merapi Kota Tebingtinggi”.
Pasangan
suami
istri,
Dario (45) dan Mariana (44) dengan dua belas (12) orang anak warga Lingkungan III Jalan Gunung Sorek Merapi Kelurahan Mekar Sentosa Kecamatan Rambutan Kota Tebingtinggi patut bersyukur karena baru tahun ini mendapat bantuan program Aladin (atap, lantai dan dinding) dari Pemerintah Kota Tebingtinggi melalui dana APBD tahun 2013. “Sudah tiga tahun saya tinggal disini pak, yah memang kondisi rumah yang saya tempati sekarang sangat tidak memungkinkan untuk ditinggali dengan ukuran 5x4 meter,” jelas Dario, Selasa (4/6) disela-sela acara peletakan batu pertama oleh Walikota Tebingtinggi Ir Umar Zunaidi Hasibuan. Untuk menghidupi 12 orang anaknya, 3 orang yang sudah menikah, Dario harus bekerja keras bekerja menjadi seorang buruh serabutan menjadi tukang pacul diladang petani hanya dengan upah Rp 45 ribu perharinya. “Ya, pencarian satu hari hanya cukup
58
untuk dimakan satu hari,” ujar Dario. Bapak 12 orang anak itu mengaku selama bekerja tidak pernah memikirkan teriknya matahari yang membakar kulit tubuh yang semangkin tua. Sementara istrinya hanya sebagai buruh cuci di kampung dengan honor yang pas-pasan. “Kami berdua bekerja, hasilnya untuk pas makan anak-anak serta biaya sekolah anak,”cetus Dario. Menurut Dario, rumah beratapkan seng, dinding tepas dan lantai tanah dengan ukuran 5x4 meter ini tidak ada ruangan kamar tidur dan belum juga ada jaringan listrik. Setiap malam listrik menyambung dari tetangga samping rumah untuk hanya penerangan lampu 10 watt dan televisi ukuran 14 inch. “Memang dikampung ini, rumah kami memang tak layak huni dengan kondisi yang hampir tumbang. Kalau ada angin kencang, kemungkinan rumah tersebut akan ambruk,” papar Dario. Anak-anak, empat orang masih sekolah setingkat SMA, SMP dan SD dan
biaya setiap hari untuk anak-anak harus di persedikit, misalnya untuk uang jajan mereka jarang menerimanya, hanya sebelum berangkat pagi, ibunya memberikan sarapan pagi nasi. “Anak-anak kita latih untuk hidup sederhana menyadari kondisi kehidupan orang tua,”cetusnya. “Bantuan yang kami terima adalah batu bata sebanyak 5.500 buah, semen 35 sak, seng 3 kodi, kosen pintu dan jendela 6 buah serta tambahan biaya untuk ongkos tukang sebanyak Rp 3 juta, semoga pembangunan rumah kami ini akan selesai dalam waktu tiga minggu dan bisa ditempati sebelum datangnya bulan Ramadan, setelah terbangunnya rumah ini, masyarakat bisa menilai bahwa kepedulian Pemko Tebingtinggi tetap peduli dengan kondisi masyarakat kurang mampu di Tebingtinggi,” ungkapnya. Walikota Tebingtinggi Ir Umar Zunaidi Hasibuan mengatakan, Pemko Tebingtinggi melalui Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Disnaker) telah menganggarkan dana yang ditampung di APBD tahun 2013 sebanyak 75 RTLH yang siap dibantu untuk pengentasan rumah tidak layak huni. “Ini sifatnya stimulan , diharapkan para keluarga dan kerabat untuk lebih peduli membangun panguyuban dan kekompakan untuk membantu penerima RTLH itu sendiri,” jelasnya. Sementara di Kota Tebingtinggi menurut data tahun 2011 telah tercatat sebanyak 8.292 rumah tidak layak huni, jadi pada tahun ini, Pemko Tebingtinggi akan meminta sekaligus mengajukan proposal ke Kementrian Perumahan Rakyat (Kemenpera) untuk meminta bantuan sebanyak 1.000 rumah. “Saya akan ke Jakarta memintanya, kita doakan semua ini berhasil. Saya tulus ingin mengetaskan jumlah angka kemiskinan terutama masuk kedalam RTLH di Kota Tebingtinggi semangkin tahun semakin berkurang,” ungkap Umar Zunaidi.**. (Tim)
TEPIAN
Tak satu pun
yang tidak menitikkan air mata. Semua mata sembab, merah dan membasah. Bahkan ada menangis terngungu-ngungu sambil tangan menyeka air mata yang mengalir deras jatuh membasahi pipi. Hal ini terjadi saat menyaksikan kuliah umum di hadapan civitas akademika Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung. Kuliah umum diberikan oleh Een Sukaesih, salah seorang perempuan nelangsa yang pernah menuntut ilmu di UPI (dulu IKIP Bandung). Bayangkan, siapa yang tidak meneteskan air mata, dihadapan di hadapan sekitar 300 hadirin ia mengatakan bahwa panyakit rheumatoid arthritis telah menyerangnya sejak masih di bangku kuliah. "Sakit adalah suatu penderitaan yang teramat sangat saya rasakan. Ditambah lagi diagnosa dokter menyatakan bahwa tidak ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Sebenarnya, ketika kabar lara ini disampaikan hidup saya sesungguhnya sudah terasa hancur. Mimpi saya sirna," ujarnya pilu. Satu hal yang membuat jiwa kita semakin mengharu biru adalah keyakinan Een akan kekuatan Tuhan sebagai penentu segalanya. Dari sebersit keyakinan ini, ia terus melanjutkan kuliah meski dengan menanggung sakit tak terkira. "Dengan kehendak yang Maha Kuasa, Alhamdulillah, saya tamat dan selesai sampai wisuda," papar Een. Een (50) yang nelangsa adalah seorang guru ditugaskan pada salah satu SMK di Cirebon. Tak sempat prajabatan, karena belum sampai setahun jadi CPNS ia mengalami rheumatoid arthritis: penyakit radang sendi (rheumatoid arthritis) yang
membatasi gerak penderitanya. Karena penyakit tersebut, perempuan lulusan IKIP Bandung jurusan Psikologi Pendidikan dan Guru ini, sejak 28 tahun lalu tak bisa berbuat apa-apa kecuali hanya berbaring di tempat tidur. Ketika ia memberi kuliah umum itu pun, Een sambil berbaring di atas tempat tidur yang telah disiapkan. Tidak bisa bergerak bebas, bukan berarti Een tidak bisa berkerja dan berkarya. Dari tempat tidurnya, dengan segala penderitaannya, Een bisa mengabdikan hidupnya sebagai guru mengajar dan mendidi anakanak. Semua itu dikerjakannya dalam sebuah kamar berukuran 2x3 meter di kampungnya di Sumedang, Jawa Barat. Hebatnya, ini dilakukan tanpa pamrih! Secara keseluruhan kehidupannya dialami dalam keadaan yang sangat sederhana. Rasa empatilah membuat ia merelakan waktunya untuk mengajar anak-anak tanpa dibayar. Semangat mendidik itu muncul karena Een merasakan betapa beratnya mendapatkan pendidikan karena tidak memiliki uang. Ia mengakui, dengan segala penderitaannya, dirinya bukan tidak butuh uang, tapi ia hanya ingin mendapat imbalan dari Allah. Een melakukan semua itu dengan ikhlas dan hanya mengharapkan ridho dari Tuhan yang maha kuasa. Seakan berfilsafat, Een mengatakan bahwa manusia tak mungkin bisa hidup tanpa materi. Dalam kehidupan yang paling mutlak adalah keseimbangan antara menjalankan hak dan kewajiban.
“Wajar kerja keras kita dapat imbalan, karena itu hak. Tapi kadang sekarang banyak hak tak diimbangi kewajiban. Hanya menuntut hak, namun kewajibannya diabaikan. Saya nggak ingin seperti itu. Tentang materi serahkan saja kepada Allah SWT untuk mengaturnya. Selama kita berusaha dan berdoa, insya Allah akan dibalas," tutur Een lirih. Baginya dalam keadaan Indonesia kritis pendidikan saat ini, maka yang paling penting adalah membentuk pendidikan berbasis kasih sayang. Menurut Een, pendidikan itu harus dibentuk oleh kasih sayang dan rasa peduli dengan sesama. ”Mudah-mudahan ini dapat menjadi inspirasi buat semuanya. Bahwa selain kewibawaan dan kepercayaan, dengan cinta dan kasih sayang dapat menjadikan pendidikan di Indonesia di masa yang akan datang lebih maju dari masa sekarang," paparnya bersemangat. Dengan apa sebenarnya Een bisa menghadapi segala penderitaan yang dialaminya. Padahal sepanjang hampir 28 tahun itu, ia hanya bisa terbaring lumpuh tak berdaya akibat penyakit radang sendi (rheumatoid arthritis) yang ia derita. Tapi Een tak pernah menyerah dan melakukan apa yang bisa untuk sesama dengan cara mendidik anak-anak. Bagi Een, ada banyak alasan untuk tetap kuat: nafas yang masih memberinyan kehidupan, bibir yang masih bisa bertutur, dan ingatan yang tajam. Lalu bagaimana dengan kita?
59
SINERGI