BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Keputusan selalu diambil secara mufakat atau berdasarkan keputusan paling
banyak. Hal ini diterapkan dalam suatu musyawarah / rapat untuk menentukan langkah yang tepat untuk kelangsungan tim / organisasi ke depannya. Cara pengambilan keputusan dalam rapat menerapkan sistem pemungutan suara sederhana, misalnya setiap orang mengangkat tangan sebagai persetujuan atas pilihan yang diajukan. Contoh lain, setiap orang menuliskan pilihannya di atas kertas, sehingga orang lain tidak dapat mengetahui pilihannya. Sistem pemungutan suara kurang efisien dari segi waktu dan pilihan seseorang dapat diketahui oleh orang lain (untuk sistem pemungutan suara dengan cara mengangkat tangan). Karena itulah dikembangkan cara baru yang disebut dengan Audience Response System. Kay dan Lesage (2009:819) berpendapat, ”Audience Response System merupakan teknologi yang sudah diterapkan di beberapa negara untuk menjadi solusi di dalam sistem pengajaran yang monoton.” Pengajar memberikan materi yang hanya bersifat satu arah. Karena itu, Audience Response System diterapkan agar pendengar dapat memberikan respon. Audience Response System juga diterapkan dalam pengisian kuisioner dan hasilnya akan ditampilkan secara langsung melalui layar. Audience Response System yang dipakai telah menggunakan media kabel (wire) dan tanpa kabel (wireless) sebagai media untuk menyampaikan data ke server. Namun, penggunaan Audience Response System memiliki beberapa kendala. Salah satunya, ARS memerlukan alat yang harus dibeli dari perusahaan dengan harga
L2
per unit yang mahal dan perlu dilakukan maintenis secara berkala. Teknologi terbaru dikembangkan untuk memecahkan masalah tersebut, yaitu ARS dengan menggunakan device yang memiliki Wi-Fi, contohnya laptop, komputer, telepon genggam, dan lainlain. Tanpa membeli peralatan ARS yang seharusnya, pemanfaatan teknologi ARS dapat diimplemetasi pada device sendiri, sehingga memudahkan dalam proses maintenis. Selain itu, dari hasil wawancara dengan Bapak Ari Yuda Laksmana, S.Psi., S.S. pada lampiran A, permasalahan yang sedang dialami Corporate Learning Directorate (CLD) adalah pengisian kuisioner yang kurang efektif dan proses rekapitulasi hasil kuisioner yang membutuhkan waktu yang lama. Pengisian kuisioner yang dilakukan CLD masih menggunakan kertas yang dibagikan secara langsung kepada responden. Hasil dari kuisioner akan dikumpulkan kembali dan dilakukan rekapitulasi jawaban untuk mengetahui kesimpulan. Dengan kapasitas 25 orang, rekapitulasi membutuhkan waktu 10 menit untuk pelatihan biasa dan 30 menit untuk pelatihan yang bersifat induksi.
1.2
Ruang Lingkup Ruang lingkup pada perancangan dan implementasi Audience Response System
menggunakan Wi-Fi ini adalah: • Sistem didesain untuk perangkat yang terkoneksi dengan Wi-Fi. • Sistem didesain untuk pengisian kuisioner di mana jawaban responden tidak disimpan. • Sistem didesain untuk acara dan kegiatan yang memiliki jumlah responden yang banyak dan membutuhkan waktu yang lama untuk rekapitulasi jawaban.
L3
• Sistem dapat menerima variasi jawaban dengan jumlah minimal dua dan maksimal sembilan. • Sistem tidak memberikan fitur open statement untuk jawaban yang berupa kata-kata. • Sistem tidak menerima pertanyaan berupa multiple answer. • Sistem didesain untuk menampilkan hasil rekapitulasi jawaban dalam bentuk grafik secara langsung ketika polling ditutup. • Sistem didesain secara khusus untuk memenuhi kebutuhan Corporate Learning Directorate (CLD).
1.3
Tujuan dan Manfaat Tujuan dari skripsi adalah:
•
Merancang aplikasi yang dapat menerima tanggapan responden melalui perangkat yang berbasis Wi-Fi. Manfaat yang dapat diberikan setelah penulisan ini, yaitu:
•
Aplikasi yang telah dibuat dapat digunakan di dalam kegiatan yang biasanya menggunakan sistem pemungutan suara, seperti kuisioner dan sejenisnya.
•
Aplikasi ini dapat mengurangi biaya penggunaan alat.
•
Mempermudah dalam proses rekapitulasi jawaban.
1.4
Metodologi Metodologi penelitian yang digunakan pada pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah dengan mengunakan metode analisis dan metode perancangan dengan penjelasan sebagai berikut:
L4
a. Metode analisis Analisis untuk mendapatkan gambaran tentang cara kerja dan pemanfaatan alat pemungutan suara untuk pengisian kuisioner dengan mengunakan Wi-Fi. Studi dilakukan dengan cara wawancara langsung terhadap pihak-pihak yang sering memberikan kuisioner dan device yang dipakai responden, serta menganalisis cara penggunaan alat-alat sejenis yang sudah ada. b. Metode perancangan Metode perancangan adalah proses perancangan suatu program berdasarkan masalah yang muncul setelah dilakukan metode analisis. Metode ini digunakan untuk merancang desain interface, database, dan flowchart untuk mempermudah dalam menggunakan aplikasi yang dibuat.
1.5
Hipotesis Sedangkan, Robin H. Kay dan Ann LeSage (2009:819) berpendapat bahwa: “Audience Response System memungkinkan siswa untuk menanggapi pertanyaan
pilihan ganda dengan menggunakan perangkat remote control. Setelah siswa memilih respon, hasilnya akan segera digabung dan ditampilkan dalam bentuk grafik. Penggunaan Audience Response System dipakai untuk siswa untuk tujuan evaluasi.” Audience Response System merupakan suatu teknologi yang menggunakan alat (biasanya memiliki keypad) yang dipakai oleh responden untuk memilih jawaban dari pertanyaan yang ditampilkan oleh fasilitator. Hasil jawaban yang dipilih responden akan dikirim ke server untuk diproses ke dalam bentuk grafik dan persentase. ARS pertama kali digunakan di Universitas Stanford pada tahun 1966. ARS berharga mahal, susah untuk digunakan, dan tidak berfungsi dengan baik. Pada tahun
L5
1985, prototype yang lebih murah, yaitu ClassTalk I diuji coba dan diterima oleh guru dan siswa di Universitas Christopher Newport. Meskipun di tahun 1992 sampai 1999 ARS telah dikomersialkan, biaya distribusi masih memakan biaya yang besar. Pada tahun 1999 diluncurkan ARS dengan infra merah. Penggunaan ARS mulai diterapkan secara intensif pada tahun 2003 dan berkembang terus sampai saat ini (Kay & Lesage, 2009:819). Audience Response System memiliki kegunaan (Kay & Lesage, 2009:819) sebagai berikut : a. Meningkatkan interaksi dan perhatian. b. Meningkatkan kehadiran. c. Meningkatkan diskusi di dalam ruangan. d. Memberikan umpan balik antara responden dan fasilitator dalam rangka meningkatkan konsep pembahasan. e. Meningkatkan kinerja belajar. Salah satu contoh device Audience Response System yaitu Turning Point, Turning Point digunakan secara luas di universitas luar negeri (salah satunya Amerika Serikat) oleh staf dan mahasiswa di sekolah dalam berbagai kegiatan. Kegiatan dilakukan dengan menggunakan Turning Point, antara lain tes kelas mingguan, interaksi dengan kelompok-kelompok besar mahasiswa, pembahasan ulang modul, pemecah kebosanan sesi, dan pemantauan kinerja siswa. Turning Point adalah alat respon dengan sistem teknologi yang memungkinkan interaksi antara fasilitator dan responden melalui pertanyaan pilihan ganda yang dapat di-embedded dalam presentasi PowerPoint dan dijawab langsung oleh responden menggunakan pemancar genggam yang mengirim hasil langsung ke komputer fasilitator.
L6
1.6
Sistematika Penulisan Secara umum sistematika penulisan skripsi terbagi menjadi 5 (lima) bab, yaitu:
Bab 1 Pendahuluan Bab ini berisi pembahasan latar belakang masalah, ruang lingkup, tujuan dan manfaat dari penelitian, metodologi, sistematika penulisan, dan tinjauan pustaka. Bab 2 Landasan Teori Bab ini berisi teori dasar maupun teori pendukung yang digunakan sebagai dasar pembuatan skripsi. Teori tersebut berupa definisi, konsep dasar, pendapat dari para ahli serta teori lainnya. Bab 3 Perancangan Sistem Bab ini berisi perancangan topologi sistem yang digunakan, perancangan database sebagai penunjang aplikasi, rancangan layar dari aplikasi dan fitur-fitur yang ada di aplikasi. Bab 4 Implementasi dan Pengujian Bab ini berisi spesifikasi dan implementasi sistem yang telah dirancang pada Bab 3. Selain itu bab ini juga berisi pengujian terhadap sistem yang telah diimplementasi. Bab 5 Simpulan dan Saran Bab ini terisi simpulan dari sistem yang telah diimplementasikan dan saran yang bersifat operasional yang didapat dari hasil penelitian di mana saran tersebut dapat digunakan untuk pengembangan sistem ke arah yang lebih baik.