Rajab 1438H April 2017M
Alhamdulillah yang dengan nikmat-Nya semua kebaikan menjadi sempurna. Pertengahan musim dingin 2017, setelah menempuh perjalanan yang melelahkan Relawan Syam Organizer berhasil masuk ke Suriah untuk menyampaikan bantuan langsung kepada korban konflik Suriah sekaligus menyapa dan menyampaikan salam cinta kaum muslimin Indonesia sebagai saudara kepada mereka. Cuaca di ponsel kami menujukkan angka kisaran 7 hingga 2 derajat Celsius. Sangat dingin untuk ukuran kita yang berasal dari wilayah tropis. Salju masih turun di beberapa daerah terutama di kamp-kamp pengungsian di garis perbatasan Suriah-Turki. Kali ini relawan Syam Organizer menuju Judaidah. Sebuah pedesaan di pinggiran Propinsi Idlib. Dari sana ak vitas penyaluran bantuan kepada kaum muslimin Suriah kami lakukan. Selama dua hari pertama kami melakukan koordinasi dengan relawan lokal untuk kedatangan barang-barang bantuan yang akan disalurkan, mulai dari detail bentuk atau wujud bantuan, kepada siapa akan didistribusikan, hingga alat tranportasi untuk membawa bantuan. Tema program bantuan kemanusiaan kali ini adalah “menghangatkan Syam di musim dingin”. Maka bantuan diwujudkan dalam bentuk baju hangat, jaket, sepatu boot, selimut, penghangat ruangan, kasur, dan bantuan makanan.
2
Rajab 1438H April 2017M
Hari pertama relawan Syam Organizer menengok sekolah yang dibangun atas bantuan kaum muslimin Indonesia melalui program School 4 Sham. Sekolah ini sebenarnya berada di wilayah yang dianggap aman karena berada di kamp pengungsian dekat dengan garis perbatasan Suriah-Turki. Tepatnya di daerah pedesaan Sallur, Jabal Turkman. Dan Alhamdulillah anak-anak yang ada di pengungsian dan masyarakat sekitar bisa kembali bersekolah. Namun rupanya dak ada tempat aman bagi kaum muslimin di Suriah. Setahun yang lalu, kamp pengungsian ini diserang oleh Rezim Suriah bersama Rusia melalui udara. Sekolah pun dak luput dari serangan udara. Bangunan sokalah hancur nggal puing, bangku-bangku hangus terbakar, dak ada yang bisa diselamatkan kecuali bus sekolah yang digunakan untuk mengevakuasi anak-anak ke tempat perlindungan yang lebih aman. Laa haula walaa quwwata illaa billah.
SHAM Sekolah Indonesia untuk Syam InsyaAllah akan tetap menjadi saksi kepedulian kaum muslimin Indonesia untuk saudara dan anak-anak kita di Suriah. Betapapun gen ng keadaan pendidikan dan proses belajar mengajar harus tetap berjalan. Itulah tekad yang tertanam di benak para orang tua dan anak-anak di Suriah. Kini mereka kembali akan membangun sekolah darurat di tempat yang lain, agar proses belajar dapat terus berjalan. Nampaknya semboyan “Belajar dari buaian hingga datang kema an" benar-benar menjadi semangat yang hidup dalam kehidupan nyata anak-anak kita di sana. Sehingga meski berada dalam ancaman keamanan bahkan kema an, mereka tetap belajar dan belajar. Kami meninggalkan sekolah yang nggal puing dengan perasaan bangga sekaligus sedih. Bangga dengan para orangtua, guru, dan anak-anak yang memberi kami pelajaran tentang semangat hidup, pendidikan dan belajar. Sedih karena kini mereka kehilangan tempat yang mendeka layak sebagai tempat menimba ilmu. Semoga kelak kaum muslimin bisa kembali membantu mereka untuk menyambung harapan, memiliki sekolah kembali, dan tentu diberi kemenangan sehingga mereka bisa bersekolah dengan aman.
3
Rajab 1438H April 2017M
Tujuan relawan Syam Organizer selanjutanya adalah kamp pengungsian Hammam. Sesuai dengan namanya, Hammam, yang berar pemandian umum. Kamp ini terletak di bibir sungai al-'Ashi, sungai atau Orontes. Sungai yang mengalir sepanjang 571 KM melintasi ga Negara dari Lebanon, Suriah hingga Turki untuk selanjutnya bermuara di Laut Tengah tepatnya di Teluk Suwaidiyah, Iskanderun Turki. Konon, dinamakan sungai al-'Ashi yang berar melawan atau membangkang, karena memang aliran sungai al-'Ashi melawan arah aliran sungai yang ada di sana pada umumnya, jika umumnya sungai di sana mengalir dari utara ke selatan, sungai ini justru mengalir dari arah selatan ke utara. Kamp pengungsi Hammam tepatnya berada di tepi sungai al-'Ashi yang melintasi pedesaan pinggiran Idlib. Pagi hari, di tengah cuaca dingin yang menusuk Relawan Syam Organizer dipandu relawan lokal bertolak menuju kamp Hammam. Setelah sekitar setengah jam perjalanan, kami sampai di tempat tujuan. Nampak tenda seadanya berjejer di sepanjang tanah lapang di bibir sungai yang deras dan dalam. Menurut koordonator pengungsian di sini terdapat lebih 200 keluarga pengungsi.
Karena letaknya yang agak jauh dari jalur transportasi, mereka -menurut relawan lokaltermasuk yang kurang mendapat perha an para relawan kemanusiaan. Sebagai permulaan, untuk misi kali ini Syam Organizer menyalurkan bantuan berupa 200 paket khubz (ro ) sebagai makanan pokok para pengungsi. Mereka nampak sangat senang mendapatkan sedikit bantuan, menyampaikan rasa terima kasih, apalagi ke ka mereka mengetahui bahwa bantuan ini berasal dari negeri yang sangat jauh (Indonesia). Saat relawan sibuk membagikan paket makan seorang anak bertanya, “Yaa 'amm, 'Indakum jawakit? Haadza ya m laisa lahu jakit [Paman, apakah paman punya jaket, ini teman saya seorang ya m, dia dak punya jaket].” Karena jadwal kali ini adalah penyaluran bahan makanan pokok, kami dak bisa berkata apa-apa selain menahan rasa iba melihat sebagian anak-anak yang melalui musim dingin yang menggigit tanpa baju penghangat. Namun al-hamdulillah beberapi hari sebelum kembali ke Indonesia kami datang kembali dengan membawa lebih dari 200 jaket untuk anakanak, dewasa, dan penutup kepala. Luar biasa, ucapan terima kasih diiringi doa terucap dari lisan mereka untuk kaum muslim Indonesia yang masih dan selalu peduli, ikut meringankan penderitaan dan ujian yang mereka alami.
Kamp Pengungsian
Hammam
4
Rajab 1438H April 2017M
Kali ini relawan Syam Organizer menuju kamp pengungsian Khurbeh. Kami berangkat dari gudang bantuan dengan membawa lebih kurang 500 bantuan selimut. Udara musim dingin ditemani hujan sepanjang perjalanan membuat perjalanan misi kemanusiaan kali ini lebih berkesan. Jarak tempuh cukup jauh kira-kira ga jam perjalanan. Untuk mengurangi rasa dingin, di tengah perjalanan kami berhen sejenak untuk membeli qahwah (kopi), lalu melanjutkan perjalan sambil menyeruput qahwah.
Kamp pengungsian Khurbeh teletak di garis perbatasan Suriah-Turki di pedesaan pinggiran Jisr al Shugur, Idlib. Di sini ada ribuan tenda pengungsi yang memanjang dekat pintu perbatasan. Terletak di bawah lereng perbukitan, jalanan yang mananjak, becek dan berlumpur menambah rasa sedih melihat tenda-tenda yang memu h sepanjang jalan yang kami lewa . Setelah lebih kurang ga jam perjalanan, kami sampai ga mukhayyam syuhada. Sasaran bantuan kali ini kita tujukan kepada anak-anak ya m dan janda yang di nggal ma ayah dan suami mereka. Setelah sampai tujuan, relawan Syam Organizer menyerahkan bantuan secara simbolis kepada beberapa anak dan janda syuhada, untuk kemudian dibagikan secara merata oleh kepala perkemahaman sesuai dengan peruntukan. Sedih melihat kondisi tenda yang jauh dari kata layak untuk ditempa selama bertahun-tahun, apa lagi cuaca dingin yang pas nya dak sanggup ditahan oleh tenda-tenda yang hanya terbuat dari kain atau terpal. Lagi-lagi untaian rasa terima kasih dan doa terucap dari mereka untuk kaum muslimin Indonesia. Pada etape berikutnya relawan Syam Organizer kembali datang ke komplek pengungsian Khurbeh untuk menyalurkan bantuan berupa paket makanan pokok, paket gizi, dan selimut.
Kamp
Pengungsian
Khurbeh 5
Rajab 1438H April 2017M
Kali ini relawan Syam Organizer bergeser menuju kamp pengungsian Thalhah. Kamp ini terletak di perkebunan pohon yang diberka , Zaitun yang menghijau sejauh mata memandang. Tidak jauh dari sini ada kota Salqin, salah satu kota kecil di bagian Provinsi Idlib. Kamp Thalhah termasuk kamp pengungsian yang cukup besar. Terdiri dari dua bagian, biasanya disebut Thalhah Satu dan Thalhah Dua, keduanya terpisah jarak sekitar 1,5 KM. Tema misi kali ini masih seputar recovery musim dingin dengan membawa bantuan berupa jaket musim dingin. Lebih spesifik tujuan kali ini adalah sekolah darurat yang ada di sini. Kedatangan relawan disambut para siswa dan guru dengan penuh antusias. Setelah berkoordinasi dengan para guru dan relawan lokal setempat, kami memulai pembagian jaket dari kelas paling bawah, yaitu kelas 1 dan 2 SD, untuk siswa kelas 3,4,5 dan 6. Di sini terdapat sekitar seratus lebih siswa dari kelas satu hingga kelas enam ib dai. Setelah pembagian bantuan selesai kami segara berpindah ke kamp pengungsian Thalhah 2. Juga menuju sekolah darurat. Wajah-wajah ceria menyambut kedatangan relawan. Sebelum membagikan bantuan, relawan menyempatkan diri untuk bermain bersama pada siswa, membagikan balon, dan mengajak siswa yang berada di kelas satu ib dai untuk mengulang hafalan surat-surat pendek. Selepas itu bantuan berupa jaket untuk musim dingin dibagikan kepada seluruh siswa.
Kamp Pengungsian
Thalhah 6
Rajab 1438H April 2017M
Relawan Syam Organizer kembali berpindah tempat untuk menyapa saudara-saudara kita yang menjadi korban kekejaman rezim di Suriah. Kali ini yang kami tuju adalah kamp pengungsian Qadiriyah. Sebuah kamp yang terbilang kecil karena terdiri dari lima puluh keluarga pengungsi. Terletak di pedesaan tepi perkebunan Zaitun, dak jauh jauh dari kota Jisr al Shughur. Pada kesempatan kali ini relawan Syam Organizer menyalurkan bantuan berupa selimut untuk membantu memberikan kehangatan kepada para pengungsi, terutama anak-anak yang tentu lebih membutuhkan penghangat tubuh. Beberapa hari sebelum kembali ke Indonesia Relawan Syam Organizer kembali membawakan bantuan berupa paket bahan makanan pokok, plus paket berisi beberapa potong pakaian.
Kamp Pengungsian
Qadiriyah 7
Rajab 1438H April 2017M
Madrasah
Bisylamun Kali ini relawan bergerak menuju Madarasah Bisylamun, sebuah sekolah yang masih ak f menjalankan ak vitas belajar mengajar. Terletak di pinggir kota Jisr al Shugur bagian mur. Di sini ada 200 siswa ngkat dasar (ib daiyah). Para guru yang mengajar adalah para relawan yang mendedikasikan diri untuk mengabdi, mengajar anak-anak yang sebagian besar adalah korban koflik. Kota Jisr al Shughur sendiri sebelumnya menjadi medan pertempuran yang sangat dahsyat antara pihak rezim dan oposisi, sehingga bangunan, fasilitas umum seper sekolah, rumah sakit serta rumah-rumah penduduk banyak yang hancur, dak lagi bisa ditempa . Di sekolah ini Relawan Syam Organizer menyalurkan bantuan berupa jaket untuk seluruh siswa, paket peningkatan gizi untuk guru, dan pemanas ruangan untuk ruang kelas. Raut wajah gembira dari wajah anak-anak yang polos mengungkapkan rasa syukur atas sedikit bantuan dari kaum muslimin Indonesia. Jaket yang dibagian langsung mereka kenakan untuk menangkal dingin yang menggigit, lalu mereka berlarian di halaman sekolah bermain dalam dekapan
jaket yang menghangatkan tubuh mereka. Ha kami berdesir ke ka mereka secara bersamasama dituntut oleh seorang guru mengucapkan kalimat “Terima kasih Indonesia.” Kedatangan kami para relawan rupanya membangkitkan memori salah satu guru sekolah yang saat mudanya pernah mengeyam pendidikan di Al-Azhar University Mesir. Beliau kembali mengenang pergaulannya dengan para mahasiswa dari Indonesia semasa kuliah di sana. Beberapa hari kemudian, relawan Syam Organizer bergerak ke sisi lain pinggiran kota Jisr al Shughur. Kali ini yang kami tuju adalah rumahrumah penduduk yang dihuni oleh ya m dan janda yang menjadi korban kekejaman Rezim Suriah. Bantuan yang kami salurkan kali ini berupa paket sembako, kasur, jaket, dan sepatu boot untuk anak-anak. Ikut bahagia rasanya melihat mereka langsung mengenakan jaket yang diberikan oleh para dermawan dan kaum muslimin dari berbagai penjuru Indonesia. Mudah-mudahan dur mereka bisa lebih nyenyak dengan kasur yang baru. Makan mereka bisa lebih sehat dengan bantuan makanan.
8
Rajab 1438H April 2017M
Fuqara
Judaidah
Hari-hari terakhir menjelang kepul angan relawan Syam Organizer kembali bergerak menuju sebuah perkampungan yang benama Judaidah. Menurut penduduk setempat, sebelum konflik meletus, perkampungan ini banyak dihuni oleh kaum N a s ra n i , te r b u k d e n ga n beberapa gereja besar yang berdiri megah di beberapa
tempat. N a m u n setelah konflik meletus, sebagian besar mereka memilih pergi mengungsi ke kamp-kamp perkemahan dan sebagian lagi keluar negeri, sebagaimana juga kaum muslimin yang sebagian sudah meninggalkan rumah dan memilih hidup di pengungsian. Rumah-rumah yang kosong sebagian kemudian dimanfaatkan oleh para pengungsi dari tempat yang lain untuk sekadar berteduh sementara waktu.
Sebagian besar penduduk di sini adalah fakir dan miskin, kehilangan pekerjaan karena konflik yang berkepanjangan. Mereka bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Itupun dak mudah karena roda perekonomian yang belum berjalan normal. Berdasarkan data yang dimiliki oleh relawan lokal, kami berkeliling ke rumah-rumah penduduk yang tergolong fakir dan miskin untuk membagikan paket yang berisi beberapa potong pakain dan baju hangat. [Ibnu S/Ahmad B]
9
Rajab 1438H April 2017M
by: Mrs.Walker
Bulan Maret kemarin tepatnya tanggal 8 Maret se ap tahunnya diperinga sebagai Hari Perempuan Internasional. Seper kebanyakan seremonial ngkat dunia bergegaslah kebanyakan elemen masyarakat merayakannya. Dari barat sampai ke mur bertebaran hastag #Interna onalwomensday. Hampir di semua media sosial hastag #Womenday bertebaran. Seorang teman yang bekerja di UN mengirimkan fotonya lengkap dengan banner Women-UN dengan hastag #HERStory dengan harapan se ap perempuan berani menyuarakan kisahnya ke seluruh dunia.
Di Jakarta sendiri para ak vis perempuan menggalang aksi di Monas dan membawa banyak spanduk diantaranya permintaan kepada pemerintah menghen kan Kekerasan Pada Anak dan Perempuan. Tak hanya di Jakarta hampir di seluruh kota besar di berbagai negara mengangkat isu kekerasan terhadap perempuan dan anak ini. Lalu bagaimana dengan perempuanperempuan dari negara-negara konflik. Saat ini di Suriah termasuk dalam 10 negara dengan kasus
kekerasan seksual menjadi lazim di masyarakatnya (Deutsche Welle). Selain Suriah ada Rohingya, Afghanistan, Irak, Republik Afrika Selatan, Kolumbia, Kongo, Libya, Mali, dan Somalia yang masuk dalam da ar. Karena PBB tahun ini mengangkat tema #HERStory izinkan saya berkisah tentang perempuan-perempuan Suriah kepada dunia. Sejak meletusnya perang Suriah tahun 2011 aksi kekerasan seksual pada perempuan dan anak meningkat di Suriah.
10
Rajab 1438H April 2017M
Tidak hanya menimpa kalangan bawah tetapi juga kalangan terdidik dan kalangan atas masyarakat Suriah. Rezim Suriah melakukan teror mental salah satunya dengan pelecehan seksual kepada wanitawanita kalangan sunni Suriah. Tidak ada pengadilan untuk para pelaku karena mereka dilindungi oleh hukum pemerintah yang berkuasa. Bahkan banyak kasus kekerasan seksual yang terpaksa disembunyikan oleh pihak keluarga untuk menghindari rasa malu. Bahkan tak hanya sampai disitu banyak korban kekerasan seksual yang dibunuh.
Tercatat dalam laporan SNHR tahun 2013 sedikitnya telah terjadi 6000 kasus pemerkosaan yang terus meningkat sampai tahun 2017 ini. Diiku dengan meningkatnya kasus kehamilan paksa. Tercatat kasus ter nggi terjadi kantongkantong konflik seper Homs, Damaskus, Hama, Latakia, Daraa, Idlib dan Tartous. Tingginya kasus kekerasan perempuan di Suriah tak berhen hanya di Suriah. Banyak para perempuan yang melarikan diri keluar dari Suriah tetap mengalaminya. Kebanyakan perempuanperempuan korban perang ini melarikan diri tanpa didampingi suami atau keluarga lakilakinya. Di pengungsianpun mereka mengalami kekerasan seksual.
Penampungan pengungsian yang dak layak memicu ndak kekerasan ini. Kebanyak dari mereka dak punya pilihan lain selain nggal di penampungan. Hanya orang-orang dari kalangan berada yang bisa melarikan diri sampai ke Eropa. Yang ke ka sampai di luar negeri mereka juga mengalami kesulitan finansial dan terpaksa nggal di penampungan yang disediakan pemerintah setempat. Beberapa teman blogger yang sempat mewancarai para pengungsi perempuan di Eropa banyak menerima kisahkisah tragis para pengungsi. Jika anda mengatakan “kenapa dak lari dari pengungsian?”. Wahai saudaraku, lari dari pengungsian itu ibarat lolos dari mulut harimau masuk mulut buaya. Kerasnya kehidupan di luar pengungsian untuk perempuan tanpa iden tas resmi adalah BAHAYA TINGKAT TINGGI. Tahukah anda jika mereka melarikan diri dari pengungsian maka sindikat Human Traficking akan berpesta-pora. Baru-baru ini badan Perserikatan Bangsa-Bangsa merilis sebuah film tentang ngerinya perdagangan perempuan dan anak untuk bisnis pros tusi dunia. Karena dak hanya perempuan dewasa yang dijadikan lahan pros tusi. Ada 5,5 juta anak perempuan dari berbagai belahan dunia yang dilibatkan dalam sindikat pros tusi ini. Dan sebagian besar berasal dari negara-negara konflik termasuk Suriah. Hidup sebagai perempuan korban konflik Suriah benarbenar dak mempunyai pilihan hidup. Jadi ke ka masyarakat dunia gegap gempita merayakan Hari Perempuan Internasional maka muncul pertanyaan “ Adakah hari perempuan untuk wanita-wanita Suriah?”. Tak hanya untuk wanita-wanita Suriah tetapi juga Rohingya, Irak, Afghanistan, Somalia dan berderet perempuan dari berbagai negara muslim yang terdzalimi. Dimana kalian wahai kaum muslimin?. Dimana kalian?
11
Rajab 1438H April 2017M
Jangan Lupakan