Psikologi Perkembangan 1 Modul ke:
“PIAGET” Fakultas
Rizki Dawanti, M.Psi., Psikolog.
PSIKOLOGI
Program Studi
PSIKOLOGI
Biografi
Sumbangsih
Tahapan Kognitif
Kritik
Poin penting teori
Daftar Pustaka
Biografi Jean Piaget lahir pada tanggal 9 Agustus 1896 di Neuchatel-Swiss. Ayahnya adalah seorang sejarawan abad pertengahan di universitas tersebut. Sejak kecil, Piaget menunjukkan kemampuannya yang luar biasa sebagai ilmuwan. Pada usia 10 tahun, ia menerbitkan sebuah artikel tentang burung albino. Ketika sekolah di SMTU, penelitiannya tentang kerang (moluska) membawanya berkenalan dengan para kolega dari luar negeri. Piaget mulai mempelajari anak pada tahun 1920 saat bekerja di Laboratorium Binet di Paris. Pada awalnya, ia bertugas mengontruksikan tes kepandaian pada anakanak. Namun seiring berjalannya waktu, ia menemukan bahwa anak-anak memiliki potensi yang unik, yang menurutnya tidak cukup dapat diukur dengan menggunakan tes-tes standar Æ ia mulai meninggalkan tes-tes standar dan menggunakan wawancara klinis terbuka serta menghabiskan waktu untuk mengamati aktivitas-aktivitas spontan anak-anak (Craig, 2007)
Empat Tahapan Kognitif Piaget Tahap Sensorimotor (0-2th)
Tahap Pra-operasional (2-7th)
Tahap Operasional Konkrit (7-11th)
Tahap Operasional Formal (11-15th)
1. Tahap Sensorimotor (0-2th) Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensoris dengan tindakan-tindakan motorik fisik Inteligensi anak baru tampak dalam bentuk aktivitas motorik sebagai reaksi dari stimulasi sensoris Bayi baru lahir memiliki banyak pola-pola refleks. Anak bergerak selalu atas dasar tingkah laku refleks murni Belum ada diferensiasi antara subjek dengan objek Pada akhir tahapan, anak berusia 2 tahun memiliki pola-pola sensorimotor yg kompleks dan mulai beroperasi dengan simbolsimbol Pada akhir periode ini tampak diferensiasi jelas antara subjek dengan objek. Contoh yg paling jelas dari arah perkembangan ini adalah permanensi objek
Bagi anak usia ± 8 bulan, objek tidak ada eksistensinya lagi bila misalnya disembunyikan di belakang layar. Baru sekitar 9-12 bulan anak mampu untuk menemukan kembali objek-objek yang disembunyikan. Anak pada usia ini hanya mencarinya di tempat objek tadi disembunyikan pertama kali. Baru pada usia sekitar 18 bulan timbul pengertian pada anak untuk juga melihat di bawah bantal B.
Video tentang Refleks Bayi
Video Permanensi Objek
2. Tahap Praoperasional (2-7 tahun) • •
•
• •
•
Anak-anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata atau gambar-gambar Anak mampu untuk berbuat pura-pura, artinya dapat menimbulkan situasi-situasi yang tidak langsung ada Anak dapat melakukan antisipasi, misalnya ia sekarang dapat mengatakan bahwa menaranya belum selesai, karena ia tahu menara yang bagaimana yang akan dibuatnya Cara berfikir pra-operasional masih sangat egosentris Berfikir pra-operasional adalah tidak dapat dibalik (ir-rever-sable). Anak belum mampu untuk meniadakan suatu tindakan dengan memikirkan tindakan tersebut dalam arah yang sebaliknya. Contoh: Totok memiliki saudara bernama Mita. Jika anak ditanya apakah Mita punya saudara, dia akan menjawab tidak
Tahap Praoperasional
•
•
Cara berfikir pra-operasional sangat memusat (centralized). bila anak dikonfrontasi dengan situasi yang multi-dimensional, maka ia akan memusatkan perhatiannya hanya pada satu dimensi saja dan mengabaikan dimensi-dimensi yang lain dan akhirnya juga mengabaikan hubungannya antara dimensi-dimensi ini Æ Konservasi Befikir pra operasional adalah terarah statis. Bila situasi A beralih ke situasi B, maka anak hanya memperhatikan situasi A, kemudian B. Ia tidak akan memperhatikan perpindahannya A ke B.
Video Konservasi
A typical 4.5-year-old on Piagetian conservation tasks: number, length, liquid, mass, and area.
3. Tahap Operasional Konkrit (7-11 tahun) •
•
Pada tahap ini, anak-anak dapat melakukan operasi dan penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat dierapkan ke dalam contoh-contoh yg spesifik atau konkret Cara berfikir anak operasional konkrit kurang egosentris. Ditandai oleh desentrasi yang besar, artinya anak sekarang sudah mampu memperhatikan lebih dari satu dimensi sekaligus dan juga untuk menghubungkan dimensi-dimensi ini satu sama lainnya Æ Mampu melakukan tugas konservasi
Tahap Operasional Konkrit Contoh: Sebuah bola dari tanah liat yang dibentuk dengan bentuk yang berbeda akan tetap memiliki berat yang sama Anak dalam tahap operasional konkrit belum mampu untuk memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa ada
4. Tahap operasional formal (11-15 tahun) •
• •
•
Individu sudah melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman berfikir konkret dan berfikir secara abstrak dan lebih logis Misal: anak remaja sudah mampu membanding2kan orangtua ideal seperti apa, mulai mempersiapkan kemungkinan2 bagi masa depan Dalam memecahkan masalah lebih sistematis, mengembangkan hipotesis tentang mengapa sesuatu hal bs menjadi seperti itu, kemudian mampu menguji hipotesis ini secara deduktif
Tahap Operasional formal Berfikir operasional formal mempunyai dua sifat yang penting yaitu: Sifat deduktif-hipotesis
Berfikir operasional formal juga berfikir kombinatoris
Bila anak pada tahap operasional konkrit dihadapkan pada suatu masalah, maka ia Sifat ini merupakan kelengkapan sifat yang langsung memasuki masalahnya. Ia akan pertama dan berhubungan dengan cara mencoba beberapa penyelesaian secara bagaimana dilakukan analisisnya. Contohnya konkrit dan hanya melihat akibat langsung jika seorang anak diberikan lima buah gelas usaha-usahanya untuk menyelesaikan masalah berisi cairan tertentu. Suatu kombinasi cairan itu. Sedangkan pada tahap operasional formal, ini membuat cairan tadi berubah warna. Anak anak akan memikirkan alternatif penyelesaian akan mencari kemungkinan-kemungkinan masalah. Ia akan memikirkan dulu secara kombinasi tadi secara tidak sistematis, secara teoretis. Ia menganalisis masalahnya dengan trial dan error secara kebetulan ia menemukan penyelesaian berbagai hipotesis yang mungkin kombinasi tersebut ada
Tiga proses yang terkait dengan perkembangan kognitif Piaget
Organisasi
Adaptasi
Equilibrasi
kecenderungan menciptakan struktur kognitif (Skema) yang lebih rumit
Asimilasi: memasukkan tahapan baru dan menggabungkannya ke dalam struktur kognitif yang sudah ada
Upaya terus menerus untuk keseimbangan yang stabil – menandai peralihan dari asimilasi ke akomodasi
Akomodasi: menyesuaikan struktur kognitif seseorang agar sesuai dengan informasi baru
Asimilasi dan akomodasi bekerja bersama-sama untuk menghasilkan ekuilibrium Æ merupakan daya pendorong pertumbuhan kognitif
skema yaitu pola-pola perilaku teratur yang digunakan oleh seseorang untuk berpikir dan bertindak dalam suatu situasi
Poin penting Teori Piaget Anak-anak melewati tahapan-tahapan tersebut dengan kecepatan yang berbeda-beda sehingga Piaget tidak terlalu memperhatikan batasanbatasan usia yang dilekatkan pada tiap-tiap tahapan
Piaget juga menemukan bahwa anak-anak selalu melewati tahapantahapan ini dengan urutan yang tidak pernah berubah dan dengan keteraturan yang sama
Piaget tidak melihat tahapan-tahapannya ditentukan secara genetis. Sebaliknya, mereka hanya mempresentasikan cara-cara berfikir yang semakin komprehensif
4 hal yang berpengaruh terhadap perkembangan mental anak:
1. Pemasakan tumbuhnya struktur-struktur fisik secara berangsur-angsur mempunyai akibat pada perkembangan kognitif anak. Misal pertumbuhan pusat susunan otak
2. Pengalaman atau kontak dengan lingkungan Terdapat dua macam ciri. Pertama adalah pengalaman fisik, misalnya bunga berbau harum, objek satu lebih berat dari lainnya. Pengalaman logiko-matematik, pengalaman yang diperoleh dari koordinasi internal perilaku individu. Misalnya anak bermain dengan sejumlah balok, dihitungnya berkali-kali, diatur begini, begitu. Dengan demikian anak akan memperoleh pelajaran tidak mengenai balokbaloknya sendiri, melainkan mengenai perilaku menghitung dan mengatur sendiri, melainkan ia akan mengerti bahwa perilakunya itu tidak mempunyai akibat apa-apa terhadap jumlah balok-balok tadi
3. Transmisi sosial Anak hidup dalam dunia sosial; maka melalui sekolah, media massa, dan lain-lain anak memperoleh informasi yang berpengaruh terhadap perkembangan kognitifnya.
4. Ekuilibrasi Dalam perjalanan perkembangan dan dalam pergaulan yang berulang-ulang dan bermacam-macam dengan lingkungan anak sering berhadapan dengan situasi-situasi konflik. Dalam situasi konflik maka keseimbangan yang telah dicapai anak sebelumnya menjadi terganggu. Anak sekarang berusaha untuk mengatasi situasi konflik tadi dengan menemukan keadaan seimbang kembali yang biasanya juga mempunyai nilai yang lebih tinggi
Sumbangsih Teori Piaget • Pikiran anak bukanlah miniatur pikiran orang dewasa • Mengetahui bagaimana anak-anak berfikir mempermudah orangtua dan guru utk memahami dan mengajari mereka • Dapat digunakan oleh para pendidik untuk merancang kurikulum yg tepat pada berbagai tingkat perkembangan
Kritik terhadap teori Piaget • Fokus piaget terhadap logika formal sebagai puncak perkembangan kognitif terlalu sempit karena tidak mempertimbangkan munculnya kemampuan yang sudah matang seperti pemecahan masalah praktis, kebijaksanaan dan kapasitas untuk berhadapan dengan situasi-situasi ambigu dan kebenaran yang saling bertentangan • Cenderung menganggap pemikiran anak-anak khususnya tahapan pra-operasional sebagai tahapan yang negatif dan pesimistik dimana ia hanya menyoroti kelemahan-kelemahan anak; mereka dianggap gagal melakukan konservasi, tidak dapat mengklasifikasikan objek, egosentris dsb.
Neo-Piagetian Berfokus pada berbagai konsep, strategi dan keterampilan yang spesifik, seperti konsep angka serta perbandingan “lebih”, dan “kurang” Æ anak-anak berkembang secara kognitif dengan menjadi lebih efisien dalam pemrosesan informasi. Karena penekanannya pada pemrosesan informasi, penjelasan kaum Neo-Piagetian membantu menjelaskan berbagai perbedaan individual dalam kemampuan kognitif dan untuk perkembangan yg tidak merata pada berbagai ranah
Daftar Pustaka • Crain, William. (2007). Teori perkembangan: Konsep dan aplikasi – Edisi ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. • Monks, F.J., Knoers, A.M.P., Haditomo, S.R. (2002). Psikologi perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. • Papalia, D.E., Old, S.W., Feldman, R.D. (2008). Human development 9th ed. Jakarta: Kencana. • Santrock, J.W. (2002). Life-span development 5h ed. Jakarta: Erlangga.
Terima Kasih Rizki Dawanti, M.Psi., Psikolog.