Prosiding Teknik Industri
ISSN: 2460-6502
Perancangan Fasilitas Kerja pada Stasiun Kerja Pengepressan Hasil Penyablonan di Industri Rumahan Passport Collection Bandung Barat Work Facilities Design Of Stamping Screen Printing Result Work Station Using RULA and Antropometry in West Bandung Home Industry 1
Dadang Abdul Rohman, 2Nur Rahman As'ad, 3Eri Achiraeniwati 1,2,3
Prodi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No.1 Bandung 40116 email:
[email protected]
Abstract. Passport Collection home industry is an industry that engages in the field of convection making garments, sports uniforms, jackets, andbatik. This industry located in Bunisari Gadobangkong, sub-district of Ngamprah, West Bandung regency. The problems that occurred in the home industry are some inconvenience complaints which areperceived by the workers at the supression result screen printing work station. At this work station, most of the operationsare done manually and with bending posturebecause of the workbenches are too short and the chairs are too high. Based on the workers’ complaints,the author does further research to determine the risk level of workers and improve working facilities at the suppression screen printing work station results in the Passport Collection home industry. From the results of Nordic Body Map questionnaires,the author found that there were body parts which were often feltweary and tired from the workers’ body. The results also said that the complaints came from the workers’ neck, back, right arm, buttocks and left leg. In addressing workers' grievances,it needs improvement of the working posture and working facilities that are used in the suppression work station. This study conducted further analysis using RULA methods (Rapid Upper Limb Assessment) and anthropometry. Based on the results of data processing using RULA methods, it was found a high level of risk in need to repair the working postures and facilities which are used. In designing a work facility repair, it is required a worker's body dimensions adjusted by using anthropometry. The results of this study are proposed for work improvement into standing posture and thedesign improvements for working facilitiessuch as better working desks. Keywords: Nordic Body Map Questionnaries, RULA, anthropometry
Abstrak. Industri rumahan Passport Collection merupakan industri yang bergerak pada bidang konveksi pembuatan pakaian, seragam olahraga, jaket, dan seragam batik. Industri rumahan Passport Collection terletak di jalan Bunisari Desa Gadobangkong Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat. Permasalahan yang terjadi pada industri rumahan ini adalah terdapat beberapa keluhan tubuh yang dirasakan oleh pekerja pada stasiun kerja pengepressan hasil sablon. Pada stasiun kerja pengepressan hasil sablon sebagian besar pekerjaan dilakukan secara manual dan dalam keadaan membungkuk yang disebabkan oleh fasilitas kerja meja yang terlalu pendek dan kursi yang terlalu tinggi. Berdasarkan keluhan yang dikeluhkan pekerja maka dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tingkat resiko pekerja dan memperbaiki fasilitas kerja pada stasiun kerja pengepressan hasil sablon di industry rumahan Passport Collection. Dari hasil penyebaran kuesioner Nordic Body Map didapatkan bagian-bagian tubuh yang sering dirasa cepat pegal atau kelelahan pada tubuh pekerja. Dari hasil penyebaran kuesioner Nordic Body Map diketahui bahwa keluahan yang dirasakan pekerja stasiun kerja pengepressan pada bagian leher, punggung, lengan kanan, bokong, dan kaki kiri. Dalam mengatasi keluhan yang dirasakan pekerja diperlukan perbaikan terhadap postur kerja dan fasilitas kerja yang digunakan di stasiun kerja pengepressan. Dari hasil pengolahan data menggunakan metode RULA didapatkan bahwa tingkat resiko paling tinggi membutuhkan perbaikan sesegera mungkin adalah terhadap postur kerja dan fasilitas kerja yang digunakan. Dalam melakukan perancangan perbaikan fasilitas kerja disesuaikan berdasarkan dimensi tubuh manusia dengan metode antropometri. Hasil dari penelitian ini diusulkan perbaikan perubahan postur kerja menjadi berdiri dan perancangan perbaikan terhadap fasilitas kerja berupa meja kerja yang lebih baik. Kata Kunci: Kuesioner Nordic Body Map, RULA, Antropometri
62
Perancangan Fasilitas Kerja pada Stasiun Kerja Pengepressan… | 63
A.
Pendahuluan
Passport Collection merupakan industri rumahan yang bergerak di bidang konveksi yang bertempat di Jalan Bunisari Desa Gadobangkong Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat. Jumlah tenaga kerja pada industri rumahan Passport Collection berjumlah 35 orang. Langkah kerja yang dilakukan pada industri rumahan Passport Collection dimulai dari stasiun kerja pemolaan, stasiun potong, stasiun penyablonan, stasiun pengepressan hasil penyablonan, sampai dengan penjahitan (finishing) sesuai dengan desain dan ukuran baju yang akan diproduksi. Beban kerja operator perhari harus dapat menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan target yang telah ditentukandengan jumlah 200 unit, jam kerja operator pada industri rumahan Passport Collection tidak mempunyai jam kerja yang tetap karena pekerjaan yang dilakukan dengan cara subkontrak. Adapun omset yang didapat operator yaitu berdasarkan hasil pekerjaan atau jumlah produksi yang dapat diselesaikan oleh masing-masing operator, sedangkan omset industri rumahan Passport Collection mempunyai omset Rp. 800.000.000 / tahun Pengamatan pendahuluan dilakukan dengan cara melakukan wawancara terhadap pekerja pada setiap stasiun kerja, berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa stasiun kerja pengepressan hasil dari penyablonan yang melakukan pekerjaannya secara duduk dan membungkuk merupakan stasiun kerja yang mempunyai tingkat keluhan paling tinggi. Keluhan yang dirasakan operator yaitu pada anggota tubuh bagian atas seperti sakit punggung karena membungkuk dan kaku di leher bagian atas hingga sakit pada bagian kaki. Keluhan yang dirasakan pekerja diakibatkan karena fasilitas kerja yang tidak nyaman sehingga mengakibatkan cidera dan menimbulkan resiko sakit punggung. Berdasarkan hal tersebut diatas maka perlu dilakukan penelitian mengenai usulan perbaikan fasilitas kerja. Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi cara kerja industri rumahan Passport Collection Bandung Barat khususnya di stasiun kerja pengepressan hasil sablon. 2. Mengevaluasi keluhan pekerja dalam melakukan pekerjaan di stasiun kerja pengepressan hasil sablon. 3. Mengidentifikasi tingkat resiko pekerja menggunakan metode RULA selama melakukan pekerjaannya di stasiun kerja pengepressan hasil sablon. 4. Merancang usulan perbaikan fasilitas kerja untuk mengurangi tingkat keluhan pekerja. B.
Landasan Teori
Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, Ergon yang berarti kerja dan Nomos yang berarti aturan/hukum. Jadi ergonomi secara singkat juga dapat diartikan aturan/hukum dalam bekerja. Secara umum ergonomi didefinisikan suatu cabang ilmu yang statis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat dan kemampuan serta keterbatasan manusia dalam merancang suatu sistem kerja. Tidak hanya hubungannya dengan alat, ergonomi juga mencakup pengkajian interaksi antara manusia dengan unsur-unsur sistem kerja lain, yaitu bahan dan lingkungan, bahkan juga metoda dan organisasi. (Sutalaksana, 2006) Rapid Upper Limb Asessment (RULA) merupakan metode yang digunakan untuk mengukur faktor risiko musculoskeletal disorders pada leher dan tubuh bagian atas. RULA dikembangkan oleh McAtamney dan Corlett dariUniversity of Nottingham Teknik Industri, Gelombang 2, Tahun Akademik 2015-2016
64
|
Dadang Abdul Rohman, et al.
Institute of Occupational Ergonomics, United Kingdom pada tahun 1993. Stanton et al (2005). RULA bertujuan untuk mengukur risiko musculoskeletal sebelum dan sesudah adanya modifikasi tempat kerja, mengevaluasi hasilnya dan memberitahukan pada pekerja mengenai risiko yang berhubungan dengan musculoskeletal karena postur kerja. Prosedur penilaian menggunakan metode RULA mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1. Memilih postur yang akan dinilai pada masing-masing task dalam suatu pakerjaan. 2. Postur dinilai berdasarkan skor-skor dalam lembar penilaian RULA kemudian mengkalkulasikannya berdasarkan diagram RULA. 3. Hasil scoring dikonversikan berdasarkan level tindakan pada ketentuan RULA RULA digunakan “untuk menilai postur tubuh, gaya, dan pergerakan yang berkaitan dengan tugas yang menetap, seperti pekerjaan pada komputer, menufaktur atau pekerjaan dagang dimana pekerja bekerja pada kondisi duduk atau berdiri tanpa bergerak”(Stanton, et. al 2005 :7-1). Penilaian dalam RULA untuk mengetahui resiko upper limb disorder atau gangguan pada tubuh bagian atas. Faktor-faktor risiko yang diselidiki dalam metode ini adalah yangtelah dideTugas Akhirkan oleh McPhee‟ dalam Santon (2005) sebagaifaktor beban eksternal (external load faktors) yang meliputi: 1. Jumlah gerakan 2. Kerja otot statis 3. Gaya 4. Postur kerja yang ditentukan oleh perlengkapan dan perabotan 5. Waktu kerja tanpa istirahat Antropometri berasal dari kata antropos dan metricos. Antropos berarti manusia dan metricos berarti ukuran. Antropometri adalah ukuran – ukuran tubuh manusia secara alamiah baik dalam melakukan aktivitas statis (ukuran sebenarnya) maupun dinamis (disesuaikan dengan pekerjaan). Wignjosoebroto (2003). Istilah antropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan “metri”yang berarti ukuran. Secara definisi, antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran, tinggi, lebar, berat dan lain-lain yang berbeda satu dengan yang lainnya. Data atntropometri digunakan untuk mengembangkan perancangan untuk tinggi, ruang, genggaman, dan jangkauan untuk stasiun kerja dan peralatan dengan tujuan untuk mengakomodasi dimensi tubuh dari potensi tekanan/bahaya kerja. Wickens et al (2004). Permasalahan variasi dimensi antropometri seringkali menjadi faktor dalam menghasilkan rancangan yang "fit" untuk pengguna. Antropometri dibagi kedalam 2 bagianyaitu: 1. Antropometri statis, di mana pengukuran dilakukan pada tubuh manusia yang berada dalam posisi diam. Dimensi yang diukur pada Anthropometri statis diambil secara linier (lurus) dan dilakukan pada permukaan tubuh. Agar hasil pengukuran representatif, maka pengukuran harus dilakukan dengan metode tertentu terhadap berbagai individu, dan tubuh harus dalam keadaan diam. 2. Antropometri dinamis, di mana dimensi tubuh diukur dalam berbagai posisi tubuh yang sedang bergerak, sehingga lebih kompleks dan lebih sulit diukur. Faktor-faktor yang mempengaruhi variasi dimensi tubuh manusia, diantaranya Wieckens et al(2004): Volume 2, No.2, Tahun 2016
Perancangan Fasilitas Kerja pada Stasiun Kerja Pengepressan… | 65
a. Usia Ukuran tubuh manusia (stature) akan berkembang dari saat lahir sampai kirakira berumur 20-25 tahun (Roche & Davila, 1972; VanCott & Kinkade, 1972) dan mulai menurun setelah usia 35-40 tahun. Bahkan, untuk wanita kemungkinan penyusutannya lebih besar. Sementara untuk berat dan circumference chestakan berkembang sampai usia 60 tahun. b. Jenis Kelamin Pada umumnya pria memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali dada dan pinggul c. Suku Bangsa (Etnis) dan Ras Ukuran tubuh dan proporsi manusia yang berbeda etnis dan ras mempunyai perbedaan yang signifikan. Orang kulit hitam cenderung mempunyai lengan dan kaki yang lebih panjang dibandingkan orang kulit putih. d. Pekerjaan Aktivitas kerja sehari-hari juga menyebabkan perbedaan ukuran tubuh manusia. Pemain basket professional biasanya lebih t inggi dari orang biasa. Pemain balet biasanya lebih kurus disbanding rata-rata orang. Selain faktorfaktor di atas, masih ada beberapa kondisi tertentu (khusus) yang dapat mempengaruhi variabilitas ukuran dimensi tubuh manusia yang juga perlu mendapat perhatian, seperti: Cacat tubuh. Data antropometri akan diperlukan untuk perancangan produk bagi orang- orang cacat. Faktor iklim Faktor iklim yang berbeda akan memberikan variasi yang berbeda pula dalam bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian. Artinya, dimensi orang pun akan berbeda dalam satu tempat dengan tempat yang lain. Kehamilan (pregnancy) Kondisi semacam ini jelas akan mempengaruhi bentuk dan ukuran dimensi tubuh (untuk perempuan) dan tentu saja memerlukan perhatian khusus terhadap produk-produk yang dirancang bagi segmentasi seperti itu. Nordic Body Map merupakan salah satu dari metode pengukuran subyektif untuk mengukur rasa sakit otot para pekerja. Untuk mengetahui letak rasa sakit atau ketidaknyamanan pada tubuh pekerja digunakan body map. C.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berikut ini adalah hasil rekapitulasi dari kuesioner Nordic Body Map,data kuesioner Nordic Body Map diisi oleh tiga orang pekerja dimana satu orang sebagai pekerja utama dan dua orang sebagai pekerja cadangan di stasiun kerja Pengepressan.
Teknik Industri, Gelombang 2, Tahun Akademik 2015-2016
66
|
Dadang Abdul Rohman, et al.
Tabel 1. Rekapitulasi Data Keluhan Pekerja No
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Jenis Keluhan
Leher atas Leher bawah Bahu kiri Bahu kanan Lengan atas kiri Punggung Lengan atas kanan Pinggang Bawah pinggang Bokong Siku kiri Siku kanan Lengan bawah kiri Lengan bawah kanan Pergelangan tangan kiri Pergelangan tangan kanan Tangan kiri Tangan kanan Paha kiri Paha kanan Lutut kanan Lutut kiri Betis kiri Betis kanan Pergelangan kaki kiri Pergelangan kaki kanan Telapak kaki kiri Telapak kaki kanan
Tidak Sakit 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 2 3 2 1
2 1 1 1
Responden Agak Sakit Sakit 3 3 3 1 1 2 3 1 2 2 1 3 3 3 1 2 2 1 3 2 1 1 3 3 2 2 2 4 1 1 1 3 1 3 4 3 1 1 1 1 2 2 1 2 1
Sangat Sakit
Berdasarkan rekapitulasi kuesioner Nordic Body Mapdiketahui mengenai keluhan-keluhan yang dialami oleh pekerja. Keluhan-keluhan yang paling dirasakan para pekerja dengan persentase pada bagian leher atas bahu kanan, punggung, lengan atas kanan, pinggang, bokong, lutut kanan, lutut kiri, siku kanan, lengan bawah kanan, pergelangan tangan kanan, pergelangan kaki kanan, telapak kaki kanan, dan telapak kaki kiri. Keluhan fisik yang dialami pekerja berkemungkinan diakibatkan oleh sikap kerja yang tidak sesuai yang disebabkan dengan ketidaknyaman dalam menggunakan fasilitas (meja dan kursi) yang digunakan oleh pekerja tersebut. Seperti meja yang terlalu pendek dan kursi yang terlalu tinggi sehingga perlu dilakukan suatu perbaikan terhadap fasilitas yang digunakan. Penentuan skor pada tubuh bagian kanan grup A dan Grup B pada elemen kerja penarikan tuas mesin press diketahui bahwa hasil penentuan skor pada tabel grand score yaitu mempunyai nilai skor 5. Berdasarkan metode RULA (Rapid Upper Limb Assesment) bahwa skor 4 masuk ke dalam kategori resiko level 2, yang menunjukan agar dilakukan pemeriksaan lanjutan dan juga diperlukan perubahan-perubahan baik mengenai postur kerja maupun fasilitas kerja yang digunakan operator pada stasiun kerja pengepressan hasil penyablonan. Rekapitulasi hasil rata-rata perhitungan dengan menggunakan metode RULA Volume 2, No.2, Tahun 2016
Perancangan Fasilitas Kerja pada Stasiun Kerja Pengepressan… | 67
stasiun kerja pengepressan hasil sablon pada Tabel berikut Tabel 2. Rekapitulasi perhitungan RULA pada stasiun kerja Pengepressan Skor Bagian tubuh
Elemen Kerja
Pekerja 1
2
3
4
Mengambil bahan dari lantai dan disimpan ke paha
kanan
5
5
5
5
kiri
5
5
5
5
Mengambil bahan yang akan di press
kanan
4
4
4
3
kiri
4
4
4
4
Memasukan bahan yang akan di press
kanan
5
5
5
5
kiri
5
5
5
5
Merapihkan bahan yang akan di press
kanan
4
4
5
5
kiri
4
4
5
5
kanan
4
4
5
5
kiri
2
3
5
5
kanan
4
4
4
4
kiri
4
4
4
5
kanan
4
3
5
3
kiri
4
3
5
4
kanan
5
5
5
4
kiri
5
5
4
4
kanan
5
5
5
4
kiri
5
5
4
4
Memegang tuas mesin press Melakukan pengepressan Menarik tuas mesin Mengambil bahan hasil press Menyimpan bahan hasil press
Setelah dilakukan pengamatan dan perhitungan menggunakan metode RULA pada stasiun kerja pengepressan untuk empet (4) operator maka dilakukan skor dan level tindakan. Berdasarkan hasil penentuan skor menggunakan metode RULA menyatakan skor tersebut berada pada kategori level tindakan nomor 3 (tiga) yang menjelaskan bahwa diperlukan perubahan dalam waktu dekat. Perbandingan meja kerja sebelum perbaikan dan sesudah perbaikan pada Tabel berikut: Tabel 3. Perbandingan meja kerja sebelum dan meja kerja sesudah Meja kerja sebelum (cm)
Toleransi
No
Properti
1
Tinggi meja kerja
40
0
2
Lebar meja kerja
70
3
Alasan
Tinggi meja tidak diberikan toleransi karena pada ukuran tinggi meja menggunakan ukuran berdasarkan dimensi operator Lebar meja diberikan toleransi 3 cm karena meja yang dirancang akan digunakan sebagai tempat penyimpanan mesin press, sehingga agar posisi meja ada ruang untuk mengangkat dan menyimpan mesin pada saat dilakukan pembersihan.
Meja kerja sesudah (cm)
103
63
Teknik Industri, Gelombang 2, Tahun Akademik 2015-2016
68
Dadang Abdul Rohman, et al.
|
Lanjutan Tabel 3. Perbandingan meja kerja sebelum dan meja kerja sesudah No
Properti
Meja kerja sebelum (cm)
Toleransi
3
Panjang meja kerja
110
6
4
Panjang pijakan kaki
110
6
5
Tinggi pijakan kaki
9
0
Alasan
Panjang meja diberikan toleransi 6 cm yang dibagi kepada dua bagian kiri dan kanan agar posisi meja ada ruang untuk mengangkat dan menyimpan mesin pada saat dilakukan pembersihan. Panjang pijakan kaki diberikan toleransi 6 cm karena panjang pijakan kaki sama dengan ukuran panjang meja kerja Lebar pijakan kaki tidak diberikan toleransi
Meja kerja sesudah (cm)
136
136
9
Setelah dilakukan pengolahan data maka didapat hasil rancangan meja kerja pada Gambar berikut:
Gambar 1. Hasil Rancangan Meja Kerja D.
Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data, pembahasan dan analisa maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Indutri rumahan Passport Collection bergerak dalam bidang konveksi pembuatan pakaian, jaket, seragam batik, dan seragam olahraga. Proses produksi yang dikerjakan dimulai dari bahan baku sampai dengan produk jadi. Tahapan pekerjaan yang dilakukan mulai dari pemolaan, pengukuran bahan, pemotongan, penyablonan, pengepressan, penjahitan, pengobrasan sampai dengan pengepakan. 2. Keluhan yang paling dirasakan operator pada bagian leher, punggung, dan kaki dengan persentase 75 % sampai 100 % pada setiap operator. 3. Level resiko tertinggi pada stasiun kerja pengepressan hasil penyablonan berada pada postur kerja pengambilan bahan yang akan dipress yang diambil dari lantai untuk disimpan ke paha, peyimpanan bahan yang akan di press ke dalam mesin, pengambilan bahan hasil pengepressan dari dalam mesin serta penyimpanan bahan hasil pengepressan yang dilakukan dengan posisi badan membungkuk, Volume 2, No.2, Tahun 2016
Perancangan Fasilitas Kerja pada Stasiun Kerja Pengepressan… | 69
kaki yang menahan badan serta tangan yang mengambil bahan dibawah. Postur kerja tersebut berada pada skor 5 (lima) dengan level tindakan 3 (tiga) yang menjelaskan diperlukan tindakan dalam waktu dekat. Selain itu, postur kerja pada saat memegang tuas mesin dengan skor 4 (empat) yang berada pada level 2 (dua) juga diperlukan perbaikan dalam beberapa waktu ke depan. 4. Perancangan fasilitas kerja dilakukan perubahan terhadap postur kerja operator dari posisi duduk menjadi berdiri, perubahan ini membuat operator lebih nyaman dalam melakukan pekerjaannya serta akan menghasilkan tekanan pengepressan yang lebih maksimal pada saat melakukan pengepressan. Perancangan meja kerja dilakukan berdasarkan dimensi tubuh pekerja. Ukuran meja kerja hasil perancangan mempunyai ukuran tinggi 103 cm, dengan lebar meja 63 cm, dan panjang meja 136 cm E.
Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan yaitu sebagai berikut: 1. Industri rumahan Passport Collection sebaiknya memperhatikan dan mempertimbangkan fasilitas kerja yang digunakan operator dalam melakukan pekerjaan agar menghindari dan mengurangi tingkat resiko pekerja dalam melakukan pekerjaannya 2. Industri rumahan sebaiknya melakukan penelitian lanjutan pada stasiun kerja yang lain agar mendapatkan hasil pekerjaan yang lebih baik. Daftar Pustaka Eastmen Kodak Company, 1986, Ergonomic Design for People at Work, Vol. 1, New York: Van Nostrand Reinhold.) Nurmianto, Eko, 2004. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi Kedua. Surabaya: Guna Widya Santoso G, Dr., Drs., M.Kes., 2004. Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan. Edisi Pertama. Jakarta: Prestasi Pustaka Stanton, Neville, et al., 2005. Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods. USA: CRC Press Sulistyadi, 2003. Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi. Koleksi Buku Kohar Sulistyadi, Sri Lisa Susanty. Pdf. Yang diunduh pada tanggal 20 Desember 2015 Susihono, wahyu. 2009. Rancangan Ulang Mesin Pemotong Singkong Semi Otomatis dengan Memperhatikan Aspek-Aspek Ergonomis Kerja. Proceeding Seminar Nasional Aplikasi Program K3 dan Ergonomi ditempat Kerja. Univ Sumatra Utara. Medan Sutalaksana, Iftikar et all., 2006. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung: Jurusan Teknik Industri, ITB. Wickens, et al., C.D., Lee J.D., Liu Y., Gorden Becker S.E. 2004 An Introduction to Human Factors Engineering. 2nd Edition. New Jersey: Prentice Hall. Wignosoebroto, S, 1995. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Edisi Pertama. Surabaya: PT. Guna Widya. Wignosoebroto, Sritomo, Januari 2003. Teknik Analisis Untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Edisi Pertama. Surabaya: Guna Widya www.rula.uc.uk, 2010. Yang diunduh pada tanggal 10 Desember 2015 Teknik Industri, Gelombang 2, Tahun Akademik 2015-2016