PROSIDING SEMINAR NASIONAL SWASEMBADA PANGAN Indonesia Menuju Swasembada Pangan dalam Tiga Tahun Kedepan Tinjauan Konseptual, Teoritis dan Empiris
Dalam Rangka Pengukuhan Pengurus Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI) Komisariat Daerah Kendari
Kendari, 9 Maret 2015
Kerjasama Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo (UHO) Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI) Komisariat Daerah Kendari Pengurus Pusat Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PP-PERHEPI)
Unhalu Press 2015
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SWASEMBADA PANGAN | i
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 2 1. Hak cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilakhirkan tanpa mengurangi pembahasan menurut peraturan perundangundangan yang berlaku. Ketentuan Pidana Pasal 72 1. Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) di pidana dengan penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah). 2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SWASEMBADA PANGAN Indonesia Menuju Swasembada Pangan dalam Tiga Tahun Kedepan : Tinjauan Konseptual, Teoritis dan Empiris
Aula Program Pascasarjana Universitas Halu Oleo, Kendari 9 Maret 2015
Editor : Prof. Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec. Prof. Dr. Ir. Ayub M Padangaran, MS Prof. Dr. Ir. Weka Widayati, MS
Desain Cover : Hajat Ahmadnur
Diterbitkan pertama kali pada bulan Maret 2015 Oleh Unhalu Press Kampus Hijau Bumi Tridharma Jalan H.E.A. Mokodompit, Kendari 93231 e-mail:
[email protected],
[email protected]
Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT) HERMANTO SIREGAR Prosiding Seminar Nasional Indonesia Menuju Swasembada Pangan dalam Tiga Tahun Kedepan: Tinjauan Konseptual, Teoritis dan Empiris
Penyunting : Hermanto Siregar, Ayub M Padangaran, Weka Widayati – Kendari, Unhalu Press, 2015 564 hlm + xii, 21 x 29,2 cm ISBN : 978-602-8161-76-3
ii | PROSIDING SEMINAR NASIONAL SWASEMBADA PANGAN
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb. Salam PERHEPI Sebagai Ketua Panitia Seminar Nasional Swasembada Pangan, Perhimpunan Ekonomi Pertanian (PERHEPI) di Kendari, saya mengucapkan terima kasih Kepada Bapak/ Ibu yang telah berpartisipasi sebagai Pembicara Utama, Pemakalah dan Peserta dalam Seminar Nasional dengan Tema “Indonesia Menuju Swasembada Pangan Dalam Tiga Tahun Ke Depan : Tinjauan Konseptual, Teoritis dan Empiris”. Kegiatan ini diselenggarakan atas kerjasama Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo, Pengurus PERHEPI Komda Kendari dan Pengurus Pusat PERHEPI. Salah satu target Pemerintahan Baru Indonesia di bidang pertanian yaitu Indonesia harus mampu swasembada pangan dalam 3 (tiga) tahun kedepan, artinya pada Tahun 2017 bangsa kita sudah mandiri dalam memenuhi kebutuhan pangan bagi penduduk Indonesia. Target pemerintah untuk swasembada pangan tiga tahun ke depan, bukanlah target yang mudah untuk dicapai, mengingat persoalan pangan akan selalu berkaitan dengan isu pokok mengenai ketersediaan lahan, penyediaan sarana dan prasarana produksi, penyediaan infrastruktur pendukung, teknologi pengolahan hasil, permodalan dan kelembagaan, daya saing komoditas dan persaingan pasar, kapasitas sumberdaya manusia, konsistensi kebijakan pemerintah pusat dan daerah dalam melaksanakan pembangunan pertanian yang berkelanjutan, serta pengaruh kebijakan internasional yang berkaitan dengan produk pangan dan hasil-hasil pertanian Indonesia. Adanya isu-isu pokok yang menyertai upaya pencapaian swasembada pangan Indonesia yang telah dicanangkan oleh Pemerintah, merupakan suatu tantangan yang harus dibuktikan dalam tiga tahun ke depan (2017). Untuk mewujudkan kebijakan ini, diperlukan kajian yang utuh dan lengkap dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan dalam mewujudkan keberlanjutan swasembada pangan di Indonesia. Dalam kaitan ini PERHEPI sebagai salah satu pihak yang turut bertanggungjawab dalam menyukseskan pembangunan pertanian di Indonesia berkewajiban untuk mengkaji, menganalisis dan menyumbangkan “gagasan” dan “buah pikir” dari perspektif tinjauan konseptual, teoritis dan empiris untuk mencapai Indonesia Swasembada Pangan tiga tahun ke depan (2017) agar tidak salah arah, semoga. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Ketua Panitia
Dr. Ir. Lukman Yunus, M.Si
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SWASEMBADA PANGAN | iii
SAMBUTAN KETUA PERHEPI KOMDA KENDARI Pangan merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia mengingat pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi oleh pemerintah dan masyarakat secara bersama-sama. Swasembada pangan diartikan mampu untuk mengadakan sendiri kebutuhan pangan dengan bermacam-macam kegiatan yang dapat menghasilkan kebutuhan yang sesuai dan diperlukan masyarakat Indonesia dengan kemampuan yang dimilki dan pengetahuan lebih yang dapat menjalankan kegiatan ekonomi tersebut terutama di bidang pangan Pada saat ini semua stakeholders memberikan perhatian yang lebih dalam upaya mencapai swasembada pangan dalam tiga tahun kedepan yang merupakan salah satu program utama pemerintah. Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI) merupakan salah satu bagian penting dalam upaya pencapaian swasembada pangan yang diharapkan secara cerdas memberikan pemikiran dan tindakan nyata dalam mengupayakan pencapaian swasembada pangan yang beriringan dengan peningkatan kesejahteraan petaninya. Sampai saat ini upaya pencapaian swasembada pangan memerlukan perhatian yang lebih serius dari berbagai pihak mengingat target pemerintahan baru Indonesia dalam 3 (tiga) tahun kedepan, bangsa kita sudah mandiri dalam memenuhi kebutuhan pangan bagi penduduk Indonesia. Selaku Ketua PERHEPI Komda Kendari, Kami mengucapkan terima kasih atas partipasi dari semua pihak sehingga Seminar Nasional Swasembada Pangan yang merupakan agenda nasional PERHEPI dapat terlaksana dengan baik di Kendari. Kepada semua panitia pelaksana yang telah memberikan kontribusi besar dalam pelaksanaan kegiatan ini kami berikan apresiasi dan penghargaan yang tinggi. Semoga hasil pemikiran yang terungkap pada seminar nasional tersebut dan sebagian juga terdapat di dalam prosiding ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pencapaian swasembada pangan di Indonesia dalam tiga tahun kedepan. Sebagai insan PERHEPI, pada saat ini diperlukan peningkatan kepedulian dan mengedepankan pembangunan pertanian guna meraih masa depan bangsa yang lebih cemerlang di masa mendatang. Semoga.
Kendari, 9 Maret 2015 Ketua PERHEPI Komda Kendari
Dr. Ir. Azhar Bafadal, M.Si
iv | PROSIDING SEMINAR NASIONAL SWASEMBADA PANGAN
PANITIA PELAKSANA SEMINAR NASIONAL SWASEMBADA PANGAN Indonesia Menuju Swasembada Pangan dalam Tiga Tahun Kedepan Tinjauan Konseptual, Teoritis dan Empiris Aula Program Pascasarjana Universitas Halu Oleo Kendari, 9 Maret 2015
Penanggung Jawab Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, MS
Panitia Pengarah Prof. Dr. Ir. Ayub M. Padangaran, MS Prof. Dr. Ir. La Rianda, M.Si. Prof. Dr. Ir. Weka Widayati, MS H. Abdul Salam, A.Pi, SH, MS Dr. Ir. Azhar Bafadal, M.Si.
Panitia Pelaksana Ketua Dr. Ir. Lukman Yunus, M.Si. Wakil Ketua Dr. Ir. H. Saediman, M.Sc. Sekretaris Awaluddin Hamzah, SP, M.Si. Andi Syahrir, STP, M.Si. Bendahara Dr. Ine Fausayana, SE, MS Muhammad Nur, SP, M.Si. Bidang-Bidang Kesekretariatan Persidangan Acara dan Kehumasan Publikasi dan Dokumentasi Perlengkapan Akomodasi Konsumsi Website http://uho.ac.id/simnaspangan (Prosiding Online)
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SWASEMBADA PANGAN | v
DAFTAR ISI Sampul Depan ........................................................................................................... Sampul Dalam ........................................................................................................... Kata Pengantar .......................................................................................................... Sambutan Ketua Perhepi Komda Kendari ............................................................ Panitia Pelaksana ...................................................................................................... Daftar Isi .....................................................................................................................
i ii iii iv v vi
A. PRODUKSI PANGAN Andi Bahrun, La Ode Afa, dan Dedi Erawan (Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo) Perwujudan Swasembada Pangan Melalui Perbaikan Teknologi Pengelolaan Air ....
3
Andi Khaeruni, Gusti Ayu Kade Sutariati, Teguh Wijayanto dan Vit Neru Satrah (Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo) Pupuk Organik Plus “Biofresh” Solusi Untuk Meningkatkan Produksi dan Ketahanan Tanaman Kedelai Terhadap Penyakit Di Lahan Marjinal Ultisol ............
16
Baharudin (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara) Pengendalian Berbasis Ramah Lingkungan Hama PBK Terhadap Peningkatan Produktivitas Dan Pendapatan Petani Kakao ............................................................
21
Baharudin (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara) Penggunaan Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Hama dan Penyakit Pada Tanaman Pangan, Industri dan Hortikultura ...............................................................
37
H. Gusti R Sadimantara dan Muhidin (Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo) Upaya Peningkatan Produktivitas Padi Menuju Swasembada Pangan Berkelanjutan
51
Halim dan Fransiscus Suraman Rembon (Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian) Penerapan Bioteknologi Mikoriza Indigenus Gulma Pada Tanah Marginal Untuk Memperbaiki Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung .....................................
59
La Ode Safuan (Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo) Aplikasi Pupuk Organik Sebagai Alternatif Untuk Meningkatkan Kesuburan Tanah Ultisol dan Produksi Tanaman Pangan dalam Rangka Mendukung Ketahanan Pangan di Sulawesi Tenggara ...................................................................
65
La Ode Santiaji Bande, Gusnawaty HS, dan Resman (Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo) Intensitas Penyakit yang Terdapat pada Tanaman Jagung dan Kacang Tanah dalam Pola Tumpangsari di Pertanian Lahan Kering Kabupaten Muna Barat ......................
72
Laode Muhammad Harjoni Kilowasid, Lisnawati, Nurhaida, Sarawa, dan Samsu Alam (Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo) Rekayasa Ekologis Ultisol Bervegetasi Alang-Alang dengan Kondisi Tercekam Biologis untuk Pengembangan Tomat Lokal Muna....................................................
78
Laode Sabaruddin, La Ode Afa, Hasbullah Syaf), L.M.H. Kilowasid dan Ardi A (Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo) Pemanfaatan Informasi Klimatik Dan Karakterisistik Fisik Tanah Untuk Menentukan Neraca Air Dalam Mendukung Produksi Jagung Kacang Tanah Sistem Tumpangsari....................................................................................................
86
vi | PROSIDING SEMINAR NASIONAL SWASEMBADA PANGAN
Muhammad Aswar Limi (Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo) Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Faktor Produksi Terhadap Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah Di Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan .........................................................................................................................
95
Muhammad Taufik, Gusnawaty HS, Asmar Hasan, Rahayu M dan Nurmini (Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo) Swasembada Kedelai dan Penyakit Mosaiknya Di Sulawesi Tenggara .....................
107
Muhidin, Gusti R.Sadimantara dan Sitti Leomo (Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Univetrsitas Halu Oleo) Pengembangan Pisang Kate (Dwarf Banana Cavendish) Sebagai Bahan Pangan Alternatif .....................................................................................................................
113
Rasdianah dan Harapin Hafid (Program Studi Peternakan STIPER Kendari) Potensi Usaha Pengolahan Kulit Sapi Di Kota Kendari .............................................
118
Resman dan Halim (Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo) Perbaikan Sifat Fisik Tanah Ultisol Dan Implementasinya Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung Melalui Inokulasi Mikoriza Indigen.........................
124
Rustam Efendy dan Roslindah Daeng Siang (Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo) Pengelolaan Tambak Udang Secara Terpadu dan Berkelanjutan ..............................
132
Sarawa (Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo) Evapotranspirasi dan Dinamika Pertumbuhan Tanaman Kedelai pada Berbagai Interval Penyiraman dan Takaran Pupuk Kandang ...................................................
142
Suharno dan Muhammad Alwi Mustaha (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara) Persepsi Petani Tentang Waktu dan Pola Tanam Terbaik Di Sulawesi Tenggara ......
152
Suharno dan Muhammad Asaad (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara) Penerapan Teknologi Usahatani Padi dengan Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu Di Sulawesi Tenggara. ..................................................................................
160
Syamsu Alam, Sahta Ginting, Hasbullah Syaf dan Muhidin (Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo) Optimalisasi Penggunaan Lahan Melalui Pendekatan Evaluasi Lahan Untuk Pengembangan Padi Ladang (Studi Kasus pada Kebun Percobaan Universitas Halu Oleo Di Kecamatan Moramo Utara, Konawe Selatan) ...............................................
166
Teguh Wijayanto, Aminuddin Mane Kandari, dan Darmawansyah (Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Halu Oleo) Potensi Pemanfaatan Limbah Isi Rumen Sapi untuk Meningkatkan Produksi Tanaman (Studi Pada Tanaman Terung Solanum Melongena L.) ..............................
173
B. TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PANGAN A.M. Tasse, I. Nurhinaya dan Harapin Hafid. (Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo) Nugget Daging Ayam Afkir Tersutitusi Otak Sapi (Dafita) Komposisi Kimia dan Organoleptik ...............................................................................................................
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SWASEMBADA PANGAN | vii
183
Fery Indradewi Armadany, Sri Wahyuni dan Herlina (Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo) Pendugaan Umur Simpan Produk Beras Analog Wikau Maombo Instan Melalui Metode Aslt (Accerelated Shelf Life Testing) dengan Pendekatan Isoterm Sorpsi ....
187
H. Abdu Rahman Baco dan Hermanto (Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Prospek Teknologi Pengolahan Jambu Mete Untuk Menunjang Ekonomi Kreatif Masyarakat ..................................................................................................................
198
Nur Illiyyin Akib, Ardiyanti, Rini Hamsidi, Nurhayani HM, Muhammad Juharisman Saputra, dan Wa Baane (Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo) Pengembangan Hard Candy Yang Mengandung Ekstrak Jahe Merah (Zingiber Officinale Var. Rubrum) Sebagai Pangan Fungsional Berkhasiat Antibakteri ..........
204
Rosmawaty, Wa Ode Yusria dan Sri Wiyati Maharani (Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo) Pengolahan Kripik Singkong Aneka Rasa Berbasis Pangan Lokal Di Kabupaten Konawe Selatan ..........................................................................................................
212
Ruksanan (Fakultas Pertanian Universitas Sulawesi Tenggara) Analisis Konsentrasi Ikan Teri dan Lama Pengukusan Terhadap Kualitas Dendeng Jantung Pisang ............................................................................................................
217
Sri Wahyuni dan Fery Indradewi Armadani (Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi dan Industri Pertanian) Kajian Pembuatan Beras Analog Berbasis Produk Wikau Maombo Instan ................
226
Suryani, Rini Hamsidi dan Nurlena Ikawati (Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo) Uji Stabilitas Formula Sediaan Losio dari Ekstrak Metanol Daun Mangkokan (Nothopanax Scutellarium Merr) ...............................................................................
234
Usman Pato Ahmad Rifai, Evy Rossi, Muhammad Iqbal dan Arfendi (Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Riau) Evaluasi Mutu, Penerimaan Panelis dan Analisis Usaha Mi Instan yang Dibuat dari Pati Sagu .............................................................................................................
242
C. KELEMBAGAAN DAN PERMODALAN Bungati dan Zainal Abidin (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara) Analisis Pendapatan Pengolahan Sagu Di Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara .....................................................................................................................
253
Dahya, Sarjoni dan Nur Aaeni (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara) Strategi Penyediaan Benih Kedelai Bermutu Di Sulawesi Tenggara .........................
260
Fajriah dan Azhar Bafadal (Fakultas Perikan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muhammadiyah Kendari) Aspek Sosial Ekonomi Nelayan Perikanan Cakalang Kota Kendari dalam Mendukung Swasembada Pangan Nasional ..............................................................
269
H. La Onu La Ola (Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo) Model Pengelolaan Taman Tekno dan Taman Sains Menuju Swasembada Pangan dan Pertumbuhan Ekonomi yang Tinggi ...................................................................
277
viii | PROSIDING SEMINAR NASIONAL SWASEMBADA PANGAN
Helena Da Silva dan Cipto Nugroho (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT Analisis Ekonomi Introduksi Teknologi Pengolahan Jagung Mendukung Diversifikasi Pangan Di Pulau Timor-NTT ................................................................
282
Helena Da Silva dan Cipto Nugroho (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT Upaya Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga Melalui Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan Mendukung Ketahanan Pangan Di NTT...............
287
Iramin dan Nurdiana A (Program Studi Agribisnis Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo) Kajian Sosial Ekonomi Terhadap Konversi Material (Kayu-Fiberglass) Kapal Pancing Tonda Tuna Di Kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara ............................
292
Irfan Ido, Abdul Gafaruddin dan Yusran (Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo) Analisis Ketahanan Pangan Rumahtangga Tani Di Wilayah Urban Fringe Kota Kendari (Kasus Kecamatan Abeli Kota Kendari) .......................................................
300
La Ode Arsad Sani, Usman Rianse, Harapin Hafid dan Bahari (Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo) Analisis Sosial Ekonomi dan Produktivitas Kerja Peternak Sapi Bali di Sulawesi Tenggara .....................................................................................................................
307
La Sinaini (Program Studi Agribisnis Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Wuna Raha) Sumberdaya Manusia Petani dan Pengorganisasian Gabungan Kelompok Tani Padi Sawah Di Kabupaten Muna ........................................................................................
315
Mukhtar, Nur Isiyana Wianti dan Mukring (Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo) Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani Kelapa Di Teluk Kolono ..............................
322
Munirwan Zani, Pravita Fitriasari K dan Rosmawaty (Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo) Analisis Keuntungan Usaha Pemasaran Biji Kakao Fermentasi Pada Lembaga Ekonomi Masyarakat Sejahtera Desa Teteinea Jaya Kabupaten Konawe Selatan .....
328
Sri Bananiek Sugiman (Balai Pengkajian Teknlogi Pertanian Sulawesi Tenggara) Profil Penangkaran Benih Kedelai Di Sulawesi Tenggara .........................................
334
Surni dan Murdjani Kamaluddin (Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo) Penguatan Ekonomi Kelompok Usaha Melalui Peningkatan Nilai Tambah Produk (Studi Kasus Pada Kelompok Usaha Terasi Instan Lapulu Kota Kendari) ................
339
Taane La Ola, Hartina Batoa dan Awaluddin Hamzah (Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo) Strategi Nafkah Ganda Rumah Tangga Petani Hortikultura (Studi Kasus Desa Watumolewe dan Desa Mooloindah, Kecamatan Tinaggea, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara) .........................................................................
347
Zainal Abidin, Bungati dan Samrin (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara) Analisis Ekonomi Introduksi Teknologi Pegelolaan Hara Berdasarkan Target Hasil (PHSL) Pada Padi Sawah Lahan Irigasi Di Kabupaten Konawe ................................
355
D. DAYA SAING DAN PEMASARAN PRODUK PANGAN Asriani (Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Kendari) Elastisitas Penawaran Komoditas Jagung Di Indonesia Melalui Pendekatan Partial Adjusment Model ............................................................................................
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SWASEMBADA PANGAN | ix
365
Roosganda Elizabeth (Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian) Pencapaian Daya Saing Melalui Peningkatan Teknologi Pengolahan, Peningkatan Kelembagaan dan Pemasaran Produk Pangan Olahan ..............................................
373
E. KEBIJAKAN PANGAN NASIONAL DAN DAERAH Akhmad Mansyur dan Tjandra Buana (Jurusan Agribisnis Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo) Permasalahan dan Solusi Ketahanan Pangan Menuju Kemandirian Kabupaten Konawe Kepulauan .....................................................................................................
383
Dahya dan Sarjoni (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara) Dampak Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi Terhadap Peningkatan Produksi Dan Pendapatan Usahatani Padi..............................................
393
H. La Ode Muhammad Harafah (Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo) Sektor Unggulan Daerah Di Indonesia Sebagai Upaya Dalam Menjaga Ketahanan Ekonomi Nasional .......................................................................................................
399
Haji Saediman, Muhammad Aswar Limi dan Yusna Indarsyih (Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halo Oleo) Aplikasi SWOT-AHP untuk Menganalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Komoditas Padi Sawah Di Provinsi Sulawesi Tenggara ...................
416
Hasbullah Syaf, Artiyanto Siswa Nugroho dan Fransiscus Suramas Rembon (Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo) Pemetaan Status Hara N, P Dan K Pada Lahan Sawah untuk Perencanaan Penggunaan Pupuk Subsidi oleh Pemerintah di Kecamatan Laeya dan Palangga Kabupaten Konawe Selatan ........................................................................................
427
La Ode Afa dan Awaluddin Hamzah (Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo) Strategi Pencapaian Ketahanan Pangan ......................................................................
435
La Ode Alwi dan Sitti Marwah (Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo) Kajian Audit Jaringan Irigasi Tersier Se Jawa dan Madura Mendukung Ketahan Pangan Nasional..........................................................................................................
446
Laode Geo (Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo) Keragaman Produk Tanaman Pangan Antar Wilayah Di Provinsi Sulawesi Tenggara .....................................................................................................................
456
Lukman Yunus (Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo) Kajian Pengembangan Wilayah Pertanian Berbasis Keunggulan Komparatif Sulawesi Tenggara ......................................................................................................
462
Muryani (Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya) Analisis Sektor Pangan Indonesia : Pendekatan Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) ........................................................................................................................
469
R. Marsuki Iswandi dan La Ode Alwi (Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo) Analisis Kemandirian Pangan dengan Pola Crop-Livestock System Di Kabupaten Konawe Selatan .........................................................................................................
479
Roosganda Elizabeth (Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian) Peningkatan Ketahanan Pangan Nasional Menjadi Strategi Pencapaian Kedaulatan Pangan antara Harapan : Kenyataan ...........................................................................
487
x | PROSIDING SEMINAR NASIONAL SWASEMBADA PANGAN
Sukmawati Abdullah, L. Daud, Bambang Pramono dan Wa Nurgayah (Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo) Strategi Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Melalui Olahan Dodol Rumput Laut ..
496
F. KEARIFAN LOKAL PENGELOLAAN PANGAN Ahsin Aligori (Peneliiti Dompet Dhuafa Republika) Penguatan Kearifan Lokal Untuk Ketahanan Pangan Komunitas Kasepuhan Sinarresmi Cisolok Sukabumi .....................................................................................
509
Alamsyah Flamin dan Wa Bune (Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan Universitas Halu Oleo) Inventarisasi Pemanfaatan Jenis Tumbuhan Obat oleh Masyarakat Di Hutan Nanga-Nanga dan Sekitarnya .....................................................................................
514
Bahtiar dan M. Najib Husain (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo) “Bubusiano Sampe” Strategi Bertahan Hidup Masyarakat Lapandewa Kabupaten Buton Selatan ..............................................................................................................
521
Idrus Salam (Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo) Revitalisasi Pola Konsumsi Makanan Pokok Lokal Sulawesi Tenggara sebagai Upaya Mendukung Pengelolaan Pangan Nasional .....................................................
528
L. Daud, Nur Isiyana Wianti, Rosmiati dan Putu Arimbawa (Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo) Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Lahan Kritis Di Desa Wasilomata ......................
535
Laxmi, Akhmad Marhadi dan Hisranuddin (Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo) “Ondo“ Kajian Tentang Strategi Pengolahan Pangan Lokal Suku Moronene Desa Rakadua Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara ......................................
540
Meilani Safitri, Prima Endang dan S, Sanatang (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara) Kabuto, Makanan Tradisional Sulawesi Tenggara Berbahan Baku Ubi Kayu (Manihot utilissima) (Modifikasi Pembuatan dan Karakterisasi) ...............................
549
G. LAMPIRAN Daftar Peserta Seminar Nasional Swasembada Pangan ....................................................
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SWASEMBADA PANGAN | xi
559
xii | PROSIDING SEMINAR NASIONAL SWASEMBADA PANGAN
UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI MENUJU SWASEMBADA PANGAN BERKELANJUTAN H. Gusti R Sadimantara1 dan Muhidin1 Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo
[email protected]
1
ABSTRAK Padi merupakan komoditi strategis yang dapat memberikan dampak yang serius pada bidang sosial, ekonomi, maupun politik di Indonesia. Pengadaan padi nasional harus betul-betul diperhatikan agar tidak terjadi gejolak yang tidak diinginkan. Peningkatan produktivitas padi guna mewujudkan swasembada pangan secara berkelanjutan, dapat dilakukan melalui: (1) pendekatan teknis/lingkungan (biotik, abiotik, dan manajemen); (2) perbaikan karakter tanaman (pemuliaan konvensional, bioteknologi/rekayasa genetik); (3) pemanfaatan sumber daya (varietas) lokal secara maksimal; (4) penambahan luasan lahan pertanian baru; dan (5) pendekatan sosial budaya. Produksi pangan tergantung dari berbagai faktor, seperti iklim, tanah, tanaman, sarana produksi, manajemen dan insentif bagi para petani dalam memproduksi komoditas pangan. Rendahnya laju peningkatan produksi pangan diduga disebabkan oleh: (1) produktivitas tanaman pangan yang masih rendah dan terus menurun; (2) peningkatan luas areal penanaman-panen yang stagnan bahkan terus menurun khususnya di lahan pertanian pangan produktif di pulau Jawa. Upaya-upaya terpadu secara terkonsentrasi pada peningkatan produksi padi nasional yang terencana mulai ―presisi‖ di sektor hulu – proses (on farm) dan hilirnya perlu dilakukan dengan penekanan pada: peningkatan produktivitas dan penerapan teknologi bio/hayati organik, perluasan areal pertanian pangan (padi) dan optimalisasi pemberdayaan sumber daya pendukung lokalnya, kebijakan tataniaga beras dan pembatasan impor beras, pemberian kredit produksi dan subsidi bagi petani padi, serta pembatasan konversi lahan pertanian pangan menjadi lahan non-pertanian. Kata kunci : Berkelanjutan, produktivitas padi, swasembada pangan, teknologi budidaya PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat berperan dalam perekonomian nasional melalui sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penerimaan ekspor, penyediaan tenaga kerja dan penyediaan pangan nasional. Sektor pertanian juga memiliki kontribusi dalam memperkuat keterkaitan antar industri, konsumsi dan investasi. Padi adalah sumber makanan pokok bagi hampir seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena itu, padi merupakan komoditi strategis yang dapat memberikan dampak yang serius pada bidang sosial, ekonomi, maupun politik di Indonesia. Sejalan dengan hal tersebut, pengadaan padi nasional harus betul-betul diperhatikan agar tidak terjadi gejolak yang tidak diinginkan. Pertumbuhan pembangunan di segala bidang yang pesat terutama industri dan pemukiman sangat berpengaruh negatif terhadap pengembangan produksi padi, karena menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan pertanian khususnya lahan sawah menjadi lahan non pertanian atau non sawah yang dapat mengancam ketahanan pangan nasional. Berdasarkan Data BPS mencatat alih fungsi lahan pertanian untuk kepentingan lainnya selama 2002 - 2010 rerata 56.000 - 60.000 ha per tahun yang dapat menjadikan Indonesia mengalami defisit beras dan nilai impor beras akan semakin meningkat pada tahun-tahun mendatang. Urgensi untuk menyelesaikan ancaman defisit beras semakin relevan ketika dikaitkan dengan proyeksi pertambahan penduduk pada masa mendatang. Pada tahun 2025 proyeksi penduduk Indonesia mencapai 273,2 juta orang dengan asumsi rata-rata pertumbuhan sebesar 1,3 persen per tahun (Bappenas, BPS, dan UNFPA 2005). Untuk bisa mencukupi kebutuhan pangan pada tahun 2025 tersebut, diperlukan adanya tambahan penambahan baku sawah seluas 2,66 juta hektar (BPS, 2008). Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka upaya untuk memperluas baku lahan pertanian menjadi sangat penting dengan memanfaatkan dan mengelola sumberdaya lahan dan air yang ada.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SWASEMBADA PANGAN | 51
BPS (2008), menyebutkan bahwa hingga tahun 2025 dibutuhkan penambahan baku sawah seluas 2,66 juta Hektar. Sehingga untuk mencapai angka luasan tersebut, mulai tahun 2013 yang lalu mestinya dibutuhkan perluasan sawah seluas 205.000 ha/tahun. Dalam perkembangan perluasan areal sawah baru, produktivitas akan dapat terlihat maksimal dalam jangka dua sampai tiga tahun kedepan. Namun untuk lahan sawah yang baru ini masih di bawah standar, asumsi untuk produktivitas pada kisaran 2,5 ton sampai 3 ton per hektar. Sedangkan untuk peningkatan produktivitas padi tidak hanya bergantung pada lahan, tetapi juga ketersediaan air, kesuburan lahan, dukungan penyuluh, dukungan modal, dan sarana produksi. Upaya memacu pertumbuhan produksi pangan (padi) dengan membuka areal lahan pertanian baru yang dapat digunakan untuk pertanian produktif adalah potensi lahan pasang surut dan lahan lebak, serta lahan kering yang sebagian besar belum tergarap secara optimal dengan disertai penerapan teknologi produktivitas. Selama ini andalan produksi padi nasional berfokus pada lahan sawah irigasi terutama di pulau Jawa, sedangkan sumbangan lahan kering atau padi gogo yang tersebar di berbagai pulau di Indonesia masih sangat terbatas. Data terbaru, menyebutkan Indonesia memiliki lahan kering sekitar 148 juta ha (78%) dan lahan basah (wet lands) seluas 40,20 juta ha (22%) dari 188,20 juta ha total luas daratan. Keadaan ini merupakan prospek untuk pengembangan padi lahan kering yaitu padi gogo terutama padi gogo lokal. Kontribusi padi gogo terhadap produksi padi nasional masih relatif rendah, sehingga pengembangannya masih terus diupayakan. Produktivitas padi gogo pada tahun 2011 sebesar 3,091 ton ha-1, jauh lebih rendah dibanding dengan produktivitas padi sawah yang mencapai 5.179 ton ha1. Hal tersebut dikarenakan masih rendahnya mutu benih yang digunakan (Deptan, 2012). Terkait dengan masalah krisis pangan dunia saat ini dan swasembada pangan di Indonesia, beberapa komponen utama yang sangat menentukan juga adalah (a) tingkat produksi pangan, (b) besarnya konsumsi, dan (c) tekanan pertambahan penduduk. Pada dasarnya, inti dari masalah pangan saat ini adalah karena terjadinya kelebihan permintaan, sementara itu pada waktu yang bersamaan, akses terhadap pangan terbatas akibat suplai atau stok di pasar yang terbatas atau akibat daya beli yang rendah. PERMASALAHAN PRODUKSI PANGAN Rendahnya laju peningkatan produksi pangan dan terus menurunnya produksi di Indonesia antara lain disebabkan oleh: (1) produktivitas tanaman pangan yang masih rendah dan terus menurun; (2) peningkatan luas areal penanaman-panen yang stagnan bahkan terus menurun khususnya di lahan pertanian pangan produktif di pulau Jawa. Kombinasi kedua faktor tersebut memastikan laju pertumbuhan produksi dari tahun ke tahun yang cenderung terus menurun. Laju pertumbuhan produksi pangan (padi) yang tidak mampu mengimbangi laju pertambahan penduduk sehingga terjadinya pelandaian produksi pada daerah-daerah sentra produksi. Untuk mengatasi dua permasalahan teknis yang mendasar tersebut perlu dilakukan upaya-upaya khusus dalam pembangunan pertanian pangan untuk peningkatan produksi guna mewujudkan swasembada pangan dan ketahanan pangan nasional. UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI MENUJU SWASEMBADA PANGAN BERKELANJUTAN Rendahnya penerapan teknologi budidaya tampak dari besarnya kesenjangan potensi produksi dari hasil penelitian dengan hasil di lapangan yang diperoleh oleh petani. Hal ini disebabkan karena pemahaman dan penguasaan penerapan paket teknologi baru yang kurang dapat dipahami oleh petani secara utuh karena penerapan teknologinya sepotong-sepotong. Seperti penggunaan pupuk yang tidak tepat, bibit unggul dan cara pemeliharaan yang belum optimal diterapkan petani belum optimal karena lemahnya sosialisasi teknologi, sistem pembinaan serta lemahnya modal usaha petani itu sendiri. Selain itu juga karena cara budidaya petani yang menerapkan budidaya konvensional dan kurang inovatif seperti kecenderungan menggunakan input pupuk kimia yang terus menerus, tidak menggunakan pergiliran tanaman, kehilangan pasca panen yang masih tinggi 15 – 20 % dan memakai air irigasi yang tidak efisien. Akibatnya antara lain
52 | PROSIDING SEMINAR NASIONAL SWASEMBADA PANGAN
berdampak pada rendahnya produktivitas yang mengancam kelangsungan usaha tani dan daya saing di pasaran terus menurun. Rendahnya produktivitas dan daya saing komoditi tanaman pangan yang diusahakan menyebabkan turunnya minat petani untuk mengembangkan usaha budidaya pangannya, sehingga dalam skala luas mempengaruhi produksi nasional. Salah satu indikator kerawanan pangan adalah ketersediaan pangan yang merupakan fungsi dari produksi pangan. Hingga saat ini produksi bahan pangan kita masih rendah bahkan terus menurun dari tahun ke tahun. Rata-rata produktivitas tanaman pangan nasional masih rendah, yaitu Rata-rata produktivitas padi adalah 4.4 ton ha-1 (Purba dan Las, 2002), jagung 3.2 ton ha-1 dan kedelai 1.19 ton ha-1. Jika dibanding dengan negara produsen pangan lain di dunia khususnya beras, produktivitas padi di Indonesia ada pada peringkat ke 29, Australia memiliki produktivitas rata-rata 9.5 ton ha-1, Jepang 6.65 ton ha-1 dan Cina 6.35 ton ha-1 (FAO, 1993). Pada sisi produksi, faktor dominan rendahnya produktivitas tanaman pangan adalah (a) penerapan teknologi budidaya di lapangan yang masih rendah; (b) tingkat kesuburan lahan yang terus menurun, (c) eksplorasi potensi genetik tanaman yang masih belum optimal. Terkait dengan produksi bahan pangan, permasalahan dan tantangan yang masih dihadapi hingga saat ini adalah meningkatnya alih fungsi lahan pertanian, terutama pertanian tanaman pangan, belum optimalnya pemanfaatan lahan, rendahnya kualitas sumberdaya manusia pertanian, masih terbatasnya akses petani terhadap sumberdaya produktif dan infrastruktur pertanian. Keterbatasan permodalan juga membatasi berkembangnya pengolahan hasil dan penerapan teknologi untuk meningkatkan produktivitas, kualitas dan nilai tambah dalam rangka meningkatkan daya saing komoditas tanaman pangan, khususnya padi. Pada sisi konsumsi, terdapat kecenderungan meningkatnya konsumsi bahan pangan pokok beras per kapita (konsumsi per kapita 135 kg per tahun) dari tahun ke tahun. Sementara diversifikasi bahan pangan sumber karbohidrat lain seperti ubi, jagung dan tepung-tepungan, tidak mengalami peningkatan yang signifikan bahkan cenderung menurun. Penurunan ini terjadi akibat pola pangan tunggal yang masih bergantung kepada beras dan belum berhasilnya kampanye diversifikasi bahan pangan. Tantangan terbesar untuk dapat mengatasi itu semua, khususnya di Indonesia adalah masih lemahnya kelembagaan petani dan kelembagaan pendukung pertanian, dimana dalam kenyataannya kurang mendukung keberlanjutan dan efektifitas upaya peningkatan produktivitas pertanian. Kelemahan ini juga kurang mendukung peningkatan efisiensi usaha, nilai tambah dan upaya-upaya untuk meningkatkan posisi tawar petani dalam rangka peningkatan daya saing komoditas pertanian, yang dapat menghambat peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani termasuk masyarakat perdesaan pada umumnya. Selanjutnya, ketergantungan sektor pertanian terhadap sektor lain dan adanya otonomi daerah juga menuntut koordinasi lintas sektor dan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah yang lebih baik dalam upaya pemenuhan ketersediaan pangan. Berdasarkan uraian di atas, maka upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk peningkatan produktivitas padi guna mewujudkan swasembada pangan berkelanjutan, dapat dilakukan melalui: 1.
Pendekatan Secara Teknis Secara teknis peningkatan produktivitas tanaman dapat dilakukan secara biotik, abiotik dan manajemen. Secara biotik peningkatan produktivitas dilakukan dengan memanfaatkan komponenkomponen biotik (mikroorganisme), misalnya penggunaan jamur, bakteri, virus, dan lain-lain dalam menekan hambatan-hambatan yang membatasi produksi tanaman padi. Menurut Yuwono (2006) terdapat beberapa mikroba tanah yang menguntungkan tanaman, dapat dikategorikan sebagai biofertilizer atau pupuk hayati. Secara garis besar fungsi menguntungkan pendekatan peningkatan produktivitas secara biotik karena komponen mikroorganisme tersebut dapat berperan sebagai: (a) penyedia hara, (b) peningkat ketersediaan hara, (c) pengontrol organisme pengganggu tanaman, (d) pengurai bahan organik dan pembentuk humus, (e) pemantap agregat tanah, dan (f) perombak persenyawaan agrokimia. Beberapa mikroorganisme tanah dimaksud, yaitu Rhizobium, Azospirillum dan Azootobacter, Mikoriza, Bakteri Pelarut Fosfat (BPF), dimana bila dimanfaatkan secara tepat dalam
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SWASEMBADA PANGAN | 53
sistem pertanian akan membawa pengaruh yang positif baik bagi ketersediaan hara yang dibutuhkan tanaman, lingkungan edapik, maupun upaya pengendalian beberapa jenis penyakit. Dengan penggunaan mikroorganisme tersebut akan dapat diperoleh pertumbuhan dan produksi tanaman yang optimal dan hasil panen yang lebih sehat. Mikroorganisme yang bermanfaat dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut sering disebut sebagai biofertilizer atau pupuk hayati. Pendekatan abiotik secara umum berkaitan dengan komponen fisik atau kimia, dimana keduanya dapat mempengaruhi pola fisiologis secara positif atau secara negatif. Faktor-faktor fisik dimaksud, meliputi kondisi cuaca/iklim (radiasi surya, suhu udara, kelembaban udara, angin, curah hujan, evapotranspirasi), sedangkan komponen kimia meliputi unsur hara tanah, pH tanah, ketersediaan air tanah. Keberadaan dua faktor tersebut di lingkungan tumbuh tanaman padi dapat meningkatkan produktivitas tanaman bila sesuai dengan keinginan atau persyaratan tumbuh tanaman. Oleh karena itu, dalam sistem budidaya tanaman agar menghasilkan produksi yang maksimal harus diupayakan komponen abiotik berada pada kondisi yang optimal sesuai yang dipersyaratkan tanaman, karena bila tidak maka inilah yang akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan serta membatasi produksi tanaman. Peningkatan Produktivitas lahan dan tanaman dapat dicapai dengan pengelolaan atau sistem manajemen yang baik dan handal, melalui intensifikasi pertanian, diversifikasi produksi pangan, kontinuitas produksi pangan, sustainabilitas produksi pangan, ekstensifikasi pertanian, penggunaan kredit usaha pertanian. Masing-masing alternatif tersebut, harus mengaplikasikan prinsip-prinsip keteraturan yang efisien dan efektif khususnya dalam penerapan teknik budidaya yang dipersyaratkan mulai dari persiapan benih, sampai panen dan pasca panen. Dengan demikian, kualitas sumber daya manusia yang menjadi pengelola dan pelaksana di lapangan sangat menentukan, termasuk ada tidaknya kelembagaan petani. Intensifikasi pertanian merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan hasil pertanian tanpa menambah areal lahan pertanian, melalui penggunaan bibit unggul, pemupukan, irigasi yang baik, mencegah gangguan hama dsb. Intensifikasi pertanian juga dapat dimaknai sebagai usaha peningkatan produktivitas tenaga kerja dan sumberdaya alam serta upaya peningkatan keunggulan daya saing dengan penerapan iptek dan sarana produksi yang efisien. Diversifikasi produksi pangan adalah upaya memproduksi bahan pangan lebih dari satu jenis bahan pangan. Indikator diversifikasi pertanian yang lazim digunakan adalah: (1) multiple cropping index (MCI) yang menunjukkan derajat intensitas tanam, (2) harvest diversity index (HDI) yang merefleksikan derajat diversifikasi pemanfaatan lahan, dan (3) diversity index (DI) yang menunjukkan derajat diversifikasi pendapatan. Semakin tinggi nilai ketiga indikator tersebut, makin tinggi derajat diversifikasi pertanian di tingkat wilayah dan di tingkat usaha tani. Kontinuitas produksi pangan merupakan suatu strategi dimana lahan tidak pernah diberokan (fallow system), artinya bahwa petani terus melakukan penanaman secara bergilir sehingga produksi bahan pangan berlangsung terus menerus. Apabila musim kemarau tiba, petani melakukan pergiliran tanaman. Pola pergiliran tanaman mempunyai fungsi penting untuk memutuskan siklus perkembangbiakan hama dan penyakit tanaman, selain juga untuk menekan terjadinya erosi dan mencegah terkurasnya unsur hara dari dalam tanah. Pergiliran tanaman diperlukan juga untuk mempertahankan dan memperbaiki sifat-sifat fisik dan kesuburan tanah. Sustainabilitas produksi pangan yaitu suatu strategis penyediaan bahan pangan yang melaksanakan prinsip-prinsip pertanian berkelanjutan, meliputi komponen-komponen fisik, biologi dan sosio-ekonomi, yang direpresentasikan dengan sistem pertanian yang melaksanakan pengurangan input bahan-bahan kimia dibandingkan pada sistem pertanian tradisional, erosi tanah terkendali, dan pengendalian gulma, memiliki efisiensi kegiatan pertanian (on-farm) dan bahanbahan input maksimum, pemeliharaan kesuburan tanah dengan menambahkan nutrisi tanaman, dan penggunaan dasar-dasar biologi pada pelaksanaan pertanian. Salah satu pendekatan pertanian berkelanjutan adalah input minimal (low input). Konsep ini mengandung makna bahwa sistem pertanian memiliki kapasitas internal yang besar untuk melakukan regenerasi dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya internal. Sistem ekstensifikasi pertanian merupakan suatu strategi pengadaan beras dengan melakukan pembukaan lahan-lahan baru untuk dijadikan lokasi penanaman padi yang baru. Antara
54 | PROSIDING SEMINAR NASIONAL SWASEMBADA PANGAN
lain dengan (1) memanfaatkan lahan lebak dan pasang surut termasuk di kawasan pasang surut. 2) mengoptimalkan lahan tidur dan lahan tidak produktif terutama di luar pulau Jawa. 2.
Perbaikan Karakter Tanaman (Pemuliaan Konvensional, Bioteknologi) Peningkatan produktivitas tanaman padi melalui perbaikan karakter tanaman dapat dilakukan melalui pemuliaan konvensional dan biotektologi/rekayasa genetik. Pada umumnya benih ataupun bibit, sebagai produk akhir dari suatu program pemuliaan tanaman memiliki karakteristik keunggulan tertentu, mempunyai peranan yang vital sebagai penentu batas-batas produktivitas dan dalam menjamin keberhasilan budidaya tanaman. Teknik persilangan yang diikuti dengan proses seleksi dalam pemuliaan tanaman konvensional merupakan teknik yang paling banyak dipakai dalam inovasi perakitan kultivar unggul baru, selanjutnya diikuti oleh kultivar introduksi, teknik induksi mutasi dan mutasi spontan yang juga menghasilkan beberapa kultivar baru. Upaya perakitan varietas padi di Indonesia ditujukan untuk menciptakan varietas yang berdaya hasil tinggi dan sesuai dengan kondisi ekosistem, sosial, budaya, serta preferensi masyarakat. Beberapa varietas unggul baru telah dilepas untuk dibudidayakan oleh petani. Galurgalur hasil persilangan padi gogo dan padi sawah sedang dalam pengujian yang ditujukan untuk mendapatkan varietas padi produksi tinggi dan toleran kekeringan (Sadimantara, et.al., 2014). Sejalan dengan berkembangnya kondisi sosial ekonomi masyarakat, varietas yang dirakit pun terus berkembang. Padi Tipe Baru (New Plant Type, NPT), juga diharapkan dapat memacu peningkatan produksi padi.Potensi hasil varietas padi tipe baru mencapai 30 – 50% lebih tinggi daripada varietas unggul yang telah ada, pada kondisi lingkungan yang ideal.Keunggulan tersebut dapat ditingkatkan dengan memanfaatkannya sebagai bahan dalam perakitan varietas hibrida. Varietas hibrida yang dihasilkan diharapkan memiliki produktivitas 15% lebih tinggi daripada NPT asalnya. Keunggulan tersebut memberi harapan bahwa pelandaian peningkatan produktivitas padi dapat teratasi.Upaya pemuliaan tanaman padi telah secara nyata meningkatkan produksi padi. Menerapkan bioteknologi atau rekayasa genetik dalam upaya peningkatan produksi bahan pangan merupakan salah pendekatan yang sudah banyak terbukti, bahwa tanaman hasil bioteknologi memiliki produktivitas yang tinggi dan menguntungkan bagi petani, diantaranya dengan mengurangi biaya produksi, energi dan bahan kimia. Produk rekayasa genetik memiliki beberapa keuntungan diantaranya: meningkatkan tingkat nutrisi bahan pangan. Gen tertentu dapat ditambahkan dalam susunan gen padi sehingga padi tersebut setelah dipanen dapat memproduksi beta-carotene yang dapat diubah oleh metabolisme tubuh manusia menjadi vitamin A. Padi yang dihasilkan dengan teknologi rekayasa genetika yang bernama ‗golden rice‘ ini berpotensi untuk mengurangi kekurangn vitamin A sebagai penyebab utama kebutaan dan faktor yang cukup signifikan terhadap kematian anak-anak di dunia, toleran terhadap cekaman lingkungan. Disamping itu, padi transgenik lainnya yang telah ada adalah Bt rice yang tahan terhadap hama penggerek batang, varietas dengan kandungan Fe pada beras yang tinggi, serta upaya memodifikikasi fotosintesis dari C3 menjadi C4. Sejak 1996, lebih dari 10 jenis tanaman biotek pangan dan serat, seperti jagung, padi, kacang kedelai dan kapas, hingga buah-buahan dan sayuran seperti pepaya, terong, dan yang terbaru kentang, telah disahkan dan diperdagangkan di seluruh dunia. Karakteristik yang ditawarkan tanaman ini berpengaruh terhadap manfaat yang diberikan kepada para konsumen dan laju produksi untuk para petani, termasuk toleransi kekeringan,res istensi terhadap hama dan penyakit, toleransi herbisida, dan nutrisi dan kualitas makanan yang meningkat. Tanaman biotek berkontribusi terhadap sistem produksi tanaman yang lebih berkesinambungan dan memberikan ketahanan terhadap tantangan perubahan iklim (climate change). Mengacu pada laporan tersebut, Amerika Serikat terus memimpin produksi hingga 73,1 juta hektar. Dengan kenaikan hingga tiga juta hektar - tingkat pertumbuhan sebesar empat persen dibandingkan tahun 2013, AS mencatatkan peningkatan tahunan tertinggi, melampui Brasil, yang mencatatkan peningkatan tahunan tertinggi selama lima tahun terakhir. Manfaat utama bioteknologi lainnya, seperti pengentasan kemiskinan dan kelaparan dengan meningkatkan pendapatan para petani berskala kecil dan miskin akan sumber daya di seluruh dunia.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SWASEMBADA PANGAN | 55
Informasi provisional global selama periode 1996 hingga 2013 menunjukkan kalau tanaman bioteknologi meningkatkan produksi senilai 133 miliar dolar Amerika; selama periode 1996 hingga 2012, penggunaan pestisida turun drastis sehingga menghemat penggunan bahan-bahan aktif hingga sekitar 500 kg. Pada tahun 2013 saja, tanaman biotek berhasil menurunkan kadar emisi karbondioksida yang setara dengan menghapus keberadaan mobil hingga 12,4 juta unit dari jalanan selama satu tahun. Temuan-temuan tersebut sesuai dengan hasil meta analisis ketat dari dua ekonom Jerman, Klumper & Qaim (2014), yang menyimpulkan kalau teknologi modifikasi genetis (GM), rata-rata, telah menekan penggunaan pestisida kimia hingga 37 persen, meningkatkan hasil panen hingga 22 persen, dan meningkatkan pendapatan petani hingga 68 persen selama 20 tahun, mulai dari tahun 1995 hingga tahun 2014. Menurut Brooks dan Barfoot, jika 441 juta pangan, pakan, dan serat tanaman biotek dari tahun 1996 hingga 2013 tidak diproduksi, maka akan terdapat 132 juta hektar lahan tanaman konvensional yang harus memproduksi jumlah pangan dengan tonase yang sama. Kebutuhan jumlah lahan yang lebih besar ini bisa saja menyebabkan dampak negatif terhadap keanekaragaman hayati dan lingkungan karena kebutuhan lahan tanaman yang lebih besar. 3.
Pemanfaatan Sumber Daya (Varietas) Lokal Secara Maksimal Upaya peningkatan produktivitas padi menuju swasembada pangan melalui pengembangan padi gogo lokal berdaya hasil dan bermutu tinggi tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya upaya sinergi dengan program pengembangan yang lain. Aplikasi teknologi inovatif dapat mempercepat dan mempermudah peningkatan produksi padi dan swasembada pangan. Beberapa aplikasi teknologi inovatif yang dapat dilakukan antara lain melalui penerapan bioteknologi secara bijak, perbaikan sistem irigasi dan teknologi produksi yang efisien. Penerapan bioteknologi dapat mempercepat proses pembentukan varietas padi gogo berdaya hasil dan bermutu tinggi. Produksi padi di lahan kering akan optimal ketika air tersedia. Penyediaan air dapat dilakukan melalui perbaikan sistem irigasi sehingga air dapat tersedia sepanjang tahun, terutama pada lahan sawah. Hasil tinggi merupakan interaksi antara varietas dan lingkungan. Perbaikan lingkungan dapat dilakukan ketika teknologi produksi berjalan efisien. Teknologi produksi yang efisien menyebabkan tanaman tumbuh optimal sehingga varietas dapat mencapai angka potensi hasilnya. Hal lain yang sangat penting dalam mewujudkan swasembada pangan adalah ―dukungan‖ pemerintah berupa kebijakan yang sangat kokoh dan konsisten memihak petani seperti pemberian insentif, proteksi dan subsidi yang tepat sasaran, seperti yang telah dilakukan pemerintah di negaranegara maju. Pemerintah tidak boleh membiarkan petani berhadapan langsung dengan pasar global. Di samping itu, kemudahan akses petani terhadap saprodi, stabilitas harga dan jaminan pemasaran juga menjadi hal yang penting diperhatikan. Program-program konvensional seperti penurunan laju pertambahan penduduk dan diversifikasi sumber bahan pangan perlu direvitalisasi bersamaan dengan pemberdayaan kelembagaan pertanian. Petani memerlukan proteksi atau perlindungan dari pemerintah diantaranya dengan jalan mengurangi, mencegah atau bahkan menutup masuknya beras dari luar negeri. Ini akan membuka peluang pasar untuk beras dalam negeri. Peluang ini dapat dimanfaatkan oleh petani dengan jalan meningkatkan luas penanaman padi gogo yang memiliki kualitas hasil tinggi dan memiliki harga tinggi yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan petani perdesaan dan memperkokoh ketahanan dan kedaulatan pangan. Harga sarana produksi (saprodi) yang tinggi di tingkat eceran memberatkan petani terutama petani lahan kering. Pemberian subsidi terhadap saprodi menyebabkan petani dapat memperoleh saprodi dan mampu mengaplikasikan teknologi produksi yang efisien. Ketika teknologi produksi yang efisien dapat diaplikasikan oleh petani maka produktivitas padi gogo akan meningkat, dampaknya produksi padi gogo akan meningkat, sehingga swasembada yang direncanakan dapat tercapai secara berkelanjutan. Kemudahan akses petani terhadap saprodi dan pemasaran merupakan kebijakan pemerintah lain yang harus diperhatikan. Subsidi terhadap petani tidak akan bermanfaat kalau petani kesulitan memperoleh saprodi. Demikian juga ketika produksi tinggi diperoleh, hasil tidak dapat bermanfaat
56 | PROSIDING SEMINAR NASIONAL SWASEMBADA PANGAN
jika tidak dapat dipasarkan. Oleh karena itu kebijakan pemerintah juga harus menyangkut kemudahan akses petani terhadap saprodi dan jaminan pemasaran. Sebuah terobosan telah dilakukan oleh Kementerian Pertanian melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan dengan membentuk Konsorsium Padi dan Kedelai yang melibatkan lembaga yang bergerak di bidang pertanian. Kegiatan utama konsorsium adalah percepatan uji multilokasi untuk percepatan pelepasan varietas, termasuk varietas padi gogo. Hasil dari kegiatan ini salah satunya adalah pelepasan varietas. Dengan dilepasnya suatu varietas maka diharapkan petani akan mempunyai pilihan untuk menanam varietas yang disukainya. 4.
Penambahan Luasan Lahan Pertanian Baru Dari sisi perluasan areal lahan tanaman padi ini upaya yang dapat ditempuh adalah: (1) memanfaatkan lahan lebak dan pasang surut termasuk di kawasan pasang surut (Alihamsyah, dkk, 2002) (2) mengoptimalkan lahan tidur dan lahan tidak produktif. Kedua pilihan tersebut mutlak harus dibarengi dengan menerapkan teknologi produktivitas mengingat sebagian besar lahan tersebut tidak subur untuk tanaman pangan. Luas lahan pasang surut dan Lebak di Indonesia diperkirakan mencapai 20,19 juta hektar dan sekitar 9,5 juta hektar berpotensi untuk pertanian serta 4,2 juta hektar telah di reklamasi untuk pertanian (Ananto, E.,2002). Memanfaatkan lahan lebak dan Pasang Surut dipandang sebagai peluang terobosan untuk memacu produksi meskipun disadari bahwa produktivitas di lahan tersebut masih rendah. Menjadikan lahan lebak dan pasang surut untuk usaha pertanian harus didukung dengan teknologi dan infrastruktur yang memadai sehingga luasan lahan ini dapat menjadi pendukung dan buffer untuk peningkatan produksi dan swasembada pangan. Lahan kering di Indonesia sebesar 11 juta hektar yang sebagian besar berupa lahan tidur dan lahan marginal sehingga tidak produktif untuk tanaman pangan. Di Pulau Jawa yang padat penduduk, rata-rata pemilikan lahan usaha tani berkisar hanya 0,2 ha/KK petani. Namun, banyak pula lahan tidur yang terlantar. Ada 300.000 ha lahan kering terbengkelai di Pulau Jawa dari kawasan hutan yang menjadi tanah kosong terlantar. Masyarakat sekitar hutan dengan desakan ekonomi dan tuntutan lapangan kerja tidak ada pilihan lain untuk memanfaatkan lahan-lahan kritis dan lahan kering untuk usaha tani pangan seperti padi ladang, jagung dan kedelai serta kacang tanah. Secara alamiah hal ini membantu penambahan luas lahan pertanian pangan, meskipun disadari bahwa produktivitas di lahan tersebut masih rendah, seperti jagung 2,5 – 3,5 ton/ha dan padi ladang 1,5 ton/ha dan kedelai 0,6 – 1,1 ton/ha, tetapi pemanfaatannya berdampak positif bagi peningkatan produksi pangan. 5.
Pendekatan Secara Sosial Budaya Pendekatan secara sosial budaya merupakan langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam menanggulangi krisis pangan melalui upaya-upaya sosial atau tindakan-tindakan yang bermotifkan sosial ekonomi. Dalam hubungan dengan sistem produksi tanaman, pendekatan sosial budaya seperti pendidikan petani, kelembagaan, ketersediaan biaya produksi, kemudahan petani memperoleh kredit dll, sangat menentukan keberlangsungannya atau keberlanjutan usahatani yang dikembangkan. KESIMPULAN Upaya-upaya terpadu secara terkonsentrasi pada peningkatan produksi padi nasional yang terencana mulai ―presisi‖ di sektor hulu – proses (on farm) dan hilirnya perlu dilakukan dengan penekanan pada: peningkatan produktivitas dan penerapan teknologi bio/hayati organik, perluasan areal pertanian pangan (padi) dan optimalisasi pemberdayaan sumber daya pendukung lokalnya, kebijakan tataniaga beras dan pembatasan impor beras, pemberian kredit produksi dan subsidi bagi petani padi, pembatasan konversi lahan pertanian pangan menjadi lahan non-pertanian, pemacuan kawasan sentra produksi dan ketersediaan silo untuk stock pangan sampai tingkat terkecil dalam mencapai swasembada pangan di setiap daerah. Pengembangan padi hibrida, padi tipe baru, maupun padi hasil rekayasa genetik diharapkan dapat menjawab permasalahan pangan dimasa yang akan datang, baik secara kuantitas maupun kualitas. Untuk itu pemacuan peningkatan produksi
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SWASEMBADA PANGAN | 57
pangan nasional harus ditunjang dengan kesiapan dana, penyediaan lahan, teknologi, masyarakat dan infrastrukturnya yang dijadikan sebagai kebijakan dalam swasembada dan ketahanan pangan nasional. DAFTAR PUSTAKA Alihamsyah T., M. Sarwani dan I. Ar-Riza. 2002. Komponen Utama Teknologi Optimalisasi lahan Pasang Surut Sebagai Sumber Pertumbuhan Produksi Padi Masa Depan. Makalah disampaikan Pada Seminar IPTEK padi Pekan Padi Nasional di Sukamandi 22 Maret 2002. Ananto Eko. 2002. Pengembangan Pertanian Lahan rawa Pasang Surut Mendukung Peningkatan Produksi Pangan. Makalah disampaikan Pada Seminar IPTEK padi Pekan Padi Nasional di Sukamandi 22 Maret 2002. Badan Pusat Statistik. 2007. Statistik Indonesia 2006. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Brookes G and Barfoot P., 2012. Global Impact of Biotech Crops: Environmental Effects, 1996-2010, GM Crops 3: 2 April-June 2012, p 1-9. Available on the worldwide web at www.landesbioscience.com/journal/gmcrops Barichello, Rick, 2000. Evaluating Government Policy for Food Security: Indonesia. University of British Columbia. Berlin. FAO. 1993. Rice In human Nutrition. Food and Nutrition Series. FAO, Rome . FAO. 1997. Roma : Report of the World Food Summit, 13-17 November 1996 (Part One). Gurdev S. khush. 2002. Food Security By Design: Improving The Rice Plant in Partnership With NARS. Makalah disampaikan Pada Seminar IPTEK padi Pekan Padi Nasional di Sukamandi 22 Maret 2002. Hasanuddin dan Gonggo, B.M. 2004. Pemanfaatan Mikrobia Pelarut Fosfat dan Mikoriza Untuk Perbaikan Fosfor Tersedia, Serapan Fosfor Tanah Ultisol dan Hasil Jagung (Pada Ultisol). Jurnal-jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. http://tumoutou.net/654_5644/.hasanuddin dangonggohtm. [Diakses pada tanggal 21 Desember 2007]. Internasional Conference of Nutrition [ICN]. 1992. [Nutrition on the world map. The UN International Conference on Nutrition. http://www. nlm.nih.gov/. April 2012. Klümper W, Qaim M., 2014. A Meta-Analysis of the Impacts of Genetically Modified Crops. PLoS ONE 9(11): e111629. doi:10.1371/journal. OECD & FAO (2007),‖OECD-FAO Agricultural Outlook 2007-2016‖, October, Paris/Roma: Sekretariat Organisation for Economic Cooperation and Development/Food and Agricultural Organisation. Purba S. dan Las I. 2002, Regionalisasi Opsi Strategi Peningkatan Produksi Beras. Makalah disampaikan pada Seminar IPTEK padi Pekan Padi Nasional di Sukamandi 22 Maret 2002. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. 2005. Teknologi Pengelolaan Lahan Kering. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Bogor. Puslitbangtanak. 2005. Satu Abad Kiprah Lembaga Penelitian Tanah Indonesia 1905-2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Badan Litbang Pertanian. Sadimantara, G.R., Muhidin, and E. Cahyono. 2014. Genetic Analysis on Some Agromorphological Characters of Hybrid Progenies from Cultivated Paddy Rice and Local Upland Rice. J. Advanced Studies in Biology 6 (1): 7 – 18. Santosa, D. 2008. ‖Krisis Pangan 2008‖, Kompas, Opini, 15 Maret, hal. 6. Sastrapradja, S.D dan E.A. Widjaja. 2010. Keanekaragaman Hayati Pertanian Menjamin Kedaulatan Pangan. LIPI. Suryana, A. 2004. Kapita Selekta Evolusi Pemikiran Kebijakan Ketahanan Pangan. Edisi 2003/2004. BPFE – Yogyakarta
58 | PROSIDING SEMINAR NASIONAL SWASEMBADA PANGAN