Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabtu, 21 November 2015 Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor
Pembelajaran Pendekatan Keterampilan Sains yang Terintegrasi dalam Model Pembelajaran Berbasis Proyek Penyelidikan Ilmiah (PPI) Pada Program Studi Fisika Jurusan MIPA FKIP Unpar SAULIM DT. H* Prodi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Palangka Raya Jl. H. Timang, Palangka Raya 73112
Abstrak. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses yang terintegrasi dalam model pembelajaran berbasis proyek. Penelitian ini mengacu pada pengembangan model Kemp. Subjek penelitian ini adalah masiswa Program Studi Pendidikan Fisika Unpar semester I yang sedang memprogramkan mata kuliah Alat-alat ukur Listrik, sedangkan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah one group pretestpostest design. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif. Temuan dalam penelitian ini, dari Segi efektifitas penerapan perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat dikatakan layak yang didasarkan pada: Penguasaan keterampilan proses mahasiswa berkategori baik dengan rata-rata skor minimal untuk THB proses 3,13, sedangkan ratarata skor minimal untuk penilaian selama mahasiswa melakukan proyek penyelidikan ilmiah adalah 3. Ketuntasan hasil belajar produk mahasiswa secara klasikal meningkat sebesar 60%, ketuntasan hasil belajar proses mahasiswa meningkat sebesar 90%, dan ketuntasan hasil belajar psikomotor mahasiswa sebesar 100%. Rata-rata skor minat ARCS mahasiswa minimal 3,52 (Cukup baik), sedangkan rata-rata skor motivasi ARCS mahasiswa 3,35 (Cukup baik). Keterlaksanaan SAP dikatakan baik pada semua aspek kecuali pada aspek pengelolaan waktu memperoleh rata-rata skor 2,8 (kurang baik). Ratarata reliabilitas instrumen adalah 97,39%, dengan demikian instrumen dikatakan reliabel. Aktivitas mahasiswa selama perkuliahan dikatakan tinggi terutama pada aspek mendengarkan penjelasan dosen dengan persentase 39,56% dan berdiskusi antar sesama mahasiswa dengan persentase 30,63%, sedangkan rata-rata reliabilitas pengamatan sebesar 90,08%. Kendala-kendala selama proses penelitian dapat diselesaikan secara baik. Berdasarkan temuan-temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa, perangkat pembelajaran berorientasi pada pendekatan keterampilan proses yang terintegrasi dalam model pembelajaran berbasis proyek yang dikembangkan dikatakan layak dari segi validitas maupun dari segi efektivitas penerapannya. Kata Kunci: Model Pembelajaran Berbasis Proyek, Model Kemp, Pendekatan Keterampilan Proses, Hasil Belajar, Minat, Motivasi, Aktivitas
1. Pendahuluan Salah satu visi dan misi Universitas Palangka Raya (UNPAR) adalah mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (Iptek) dan menyiapkan lulusan di bidang kependidikan yang memiliki kemampuan akademik (Buku pedoman Unpar, 2009). Hal tersebut sejalan dengan tujuan pembelajaran fisika adalah memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori fisika serta keterkaitan dan
*
email:
[email protected] FP-43
FP-44
Saulim DT. H
penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari maupun teknologi (Depdiknas, 2004: 8). Menurut Sanjaya (2008: 143), dalam pembelajaran guru dapat menanamkan keterampilan proses kepada peserta didiknya, dengan demikian guru diharapkan telah memiliki kemampuan tersebut. Kemampuan guru merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan keterampilan proses siswa (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 137). Jika guru tidak memiliki keterampilan proses maka siswa pun tentunya tidak akan memiliki keterampilan tersebut. Oleh karena itu, penguasaan keterampilan proses mahasiswa calon guru fisika perlu ditingkatkan. Pada pelaksanaan PBP tidak hanya menekankan pada pemahaman mahasiswa terhadap prosedur metode ilmiah tetapi, mahasiswa diharapkan dapat melakukan perencanaan, perancangan dan pelaksanaan, serta pelaporan (Depdiknas, 2004). Sejalan dengan itu Buck Institute of Education (1999) dalam Khamdi (2008), mengungkapkan bahwa PBP memiliki karakteristik sebagai berikut: (a) mahasiswa melakukan perencanaan, dimana yang dilakukan mahasiswa pada tahap ini adalah membuat keputusan, dan membuat kerangka kerja, terhadap masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya, (b) mahasiswa melakukan perancangan, (c) mahasiswa melaksanakan penyelidikan, (d) mahasiswa melakukan pelaporan, dimana yang dilakukan mahasiswa pada tahap ini adalah melaporkan hasil akhir berupa produk yang telah dievaluasi kualitasnya, baik secara tertulis maupun secara lisan. VanCleave (1997) mengungkapkan bahwa “A science project is an investigation using the scientific method to discover the answer to a scientific problem” yang dapat diartikan bahwa proyek ilmiah merupakan suatu penyelidikan yang menggunakan langkah-langkah metode ilmiah untuk mengemukakan jawaban atas suatu masalah ilmiah. Berdasarkan pengertian tersebut maka yang menjadi syarat utama dalam melakukan proyek ilmiah adalah penguasaan keterampilanketerampilan ilmiah. Oleh karena itu dapat digunakan pendekatan keterampilan proses untuk mengajarkan keterampilan-keterampilan ilmiah tersebut. Mata kuliah Alat-alat Ukur ListrikII merupakan mata kuliah yang wajib diprogramkan oleh mahasiswa Jurusan Pendidikan MIPA khususnya Pendidikan guru bertaraf internasional. Salah satu topik materi yang diajarkan pada mata kuliah ini adalah “Alat-alat Ukur Listrik”. Konsep-konsep dalam materi “Alat-alat Ukur Listrik” sebagian besar merupakan pengetahuan prosedural dan deklaratif, dengan demikian dapat diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran langsung. Konsep-konsep dalam materi “Alat-alat Ukur Listrik” dapat digunakan untuk menyelesaikan banyak masalah dalam kehidupan sehari-hari, dengan demikian masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari tersebut dapat dijadikan sebagai proyek penyelidikan ilmiah bagi mahasiswa. Tahap-tahap yang akan dilakukan dalam penelitian ini meliputi, tahap perkuliahan, yang merupakan bagian dari tahap persiapan untuk mengarahkan mahasiswa melakukan perencanaan proyek ilmiah, dimana dalam tahap ini mahasiswa diajarkan untuk menguasai prinsip, konsep, dan teori, dalam materi “Alat-alat Ukur Listrik” dan dilaksanakan dengan menggunakan model
Pembelajaran Pendekatan Keterampilan Sains yang Terintegrasi....
FP-45
pembelajaran langsung selanjutnya keterampilan-keterampilan ilmiah yang perlu dikuasai mahasiswa dalam melaksanakan proyek penyelidikan diajarkan dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses. Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan proyek ilmiah, dalam tahap ini dosen menetapkan suatu tema proyek dalam konteks materi “Alat-alat Ukur Listrik”, dan mengarahkan, memotivasi, serta memfasilitasi mahasiswa untuk melakukan perencanaan, perancangan dan pelaksanaan, serta pelaporan suatu proyek penelitian ilmiah yang dilakukan mahasiswa. Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan penelitian dengan judul “Pembelajaran Pendekatan Keterampilan Sains yang Terintegrasi dalam Model Pembelajaran Berbasis Proyek Penyelidikan Ilmiah (PPI) Pada Program Studi Fisika Jurusan MIPA FKIP Unpar”. 2. Metode Penelitian a) Rancangan Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian ini yakni untuk menghasilkan dan mengetahui efektivitas model yang di integrasikan dan di terapkan berbasis proyek”.mengembangan, maka penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian pengembangan. Penelitian pengembangan merupakan suatu studi yang sistematis tentang perancangan, pengembangan, pengevaluasian program pengajaran, proses dan produk yang harus memenuhi kriteria konsisten internal dan keefektifan. Oleh karena itu model pembelajaran yang dikembangkan beserta perangkatnya harus memenuhi kualitas valid, praktis dan efektif. Pada penelitian pengembangan, hal yang perlu diperhatikan adalah kualitas produk yang dihasilkan. Menurut Plomp (1999) dan Nieveen (1999) memberi kriteria kualitas produk yaitu valid (merefleksikan pengatahuan state-of the art dan konsisten internal), mempunyai nilai tambah (added value), praktis dan efektif. Produk dikatakan valid bila komponen- komponen materinya berdasarkan pengetahuan state-of the art (validasi isi) dan semua komponen berkaitan secara konsisten (validasi konstruk). Produk dikatakan berkualitas praktis bila menurut guru- guru atau ahli lain materinya berguna dan mudah dilaksanakan oleh guru dan siswa. Kriteria efektif , bila merefleksikan pengalaman siswa dan hasil belajar siswa yang diharapkan. b) Teknik Analisis Data 1. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data validitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah deskriptif kualitatif yaitu dengan merata-rata skor masing-masing komponen. Hasil skor rata-rata dideskripsikan sebagai berikut. 1,0 ≤ SVP ≤ 1,5: berarti “tidak baik” dan belum dapat digunakan 1,6 ≤ SVP ≤ 2,5: berarti “kurang baik” dapat digunakan dengan banyak revisi 2,6 ≤ SVP ≤ 3,5: berarti “baik” dapat digunakan dengan sedikit revisi 3,6 ≤ SVP ≤ 4,0 : berarti “sangat baik“ dapat digunakan tanpa revisi Keterangan:
FP-46
Saulim DT. H
SVP = Skor Validasi Perangkat (Ratumanan & Lourens, 2006: 105-106) 2. Teknik analisis data yang digunakan guna mengetahui efektivitas penerapan perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan menggunakan model pembelajaran langsung dan pembelajaran berbasis proyek dapat dikemukakan secara rinci sebagai berikut. a. Analisis Penilaian Proyek Penyelidikan Ilmiah Mahasiswa Teknik yang digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh berdasarkan aspek-aspek yang dinilai selama mahasiswa melakukan tahap perencanaan, perancangan, pelaksanaan, pelaporan tertulis, dan seminar hasil proyek penyelidikan ilmiah adalah deskriptif kwantitatif yaitu dengan menskor masingmasing aspek tersebut. Hasil penskoran dideskripsikan sebagai berikut . 1,0 ≤ TPM ≤ 1,5 : berarti “sangat kurang” 1,6 ≤ TPM ≤ 2,5 : berarti “kurang” 2,6 ≤ TPM ≤ 3,5 : berarti “baik” 3,6 ≤ TPM ≤ 4,0 : berarti “sangat baik“ Keterangan: TPM = Tingkat Penguasaan Mahasiswa (Ratumanan 2006: 105-106) b. Analisis Tes Hasil Belajar (THB) Teknik yang digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh berdasarkan TBH produk, THB proses, dan THB psikomotor adalah sebagai berikut. 1). Ketuntasan Individual dan Klasikal Jumlah skorr yang diperoleh mahasiswa Pindividual x 100% Skor maksimum
a.
Dalam menentukan ketuntasan belajar, seorang mahasiswa dikatakan tuntas belajarnya jika Pindividual ≥ 56 atau minimal berkategori C. Penilaian ini mengacu pada kriteria penilaian kelulusan mahasiswa pada buku pedoman Unwira (2008) dengan konversi nilai sebagai berikut. 80-100 kategori A (lulus/tuntas) 66-79 kategori B (lulus/tuntas) 56-65 kategori C (lulus/tuntas) 40-55 kategori D (tidak lulus/tidak tuntas) 0 – 39 kategori E (tidak lulus/tidak tuntas)
a. Ketuntasan klasikal adalah jumlah mahasiswa tuntas secara individual, dibagi jumlah seluruh mahasiswa dikali 100. jumlah mahasiswa yang tuntas Pklasikal jumlah seluruh mahasiswa
x 100%
Suatu kelas dikatakan tuntas apabila Pklasikal 70. 2). Ketuntasan Indikator Teknik yang digunakan untuk menganalisis ketuntasan indikator hasil belajar tiap mahasiswa adalah deskriptif kwantitatif yang dihitung dengan menggunakan rumus : T K x100% T1
Pembelajaran Pendekatan Keterampilan Sains yang Terintegrasi....
FP-47
Berdasarkan kriteria penilaian yang ditetapkan pada Unwira menyatakan bahwa: a) Suatu Indikator dinyatakan tercapai (tuntas), jika proporsi butir soal (p) atau rata-rata proporsi butir yang digunakan untuk mengukur Indikator tersebut 70. b) Seorang mahasiswa dikatakan telah tuntas belajarnya jika mencapai proporsi skor mahasiswa (psm) 0,70. c) Ketuntasan klasikal tercapai apabila pada kelas tersebut terdapat 70% mahasiswa yang telah mencapai proporsi skor mahasiswa 70%. c. Analisis Minat dan Motivasi Mahasiswa Terhadap Perkuliahan Teknik yang digunakan untuk menganalisis data minat dan motivasi mahasiswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penskoran dideskripsikan sebagai berikut. 1,0 ≤ M M < 2,0: berarti “sangat kurang” 2,0 ≤ M M < 3,0 : berarti “kurang” 3,0 ≤ M M < 3,8 : berarti “cukup” 3,8 ≤ M M < 4,5 : berarti “ baik“ 4,5 ≤ M M ≤ 5,0 : berarti “sangat baik“ Keterangan: MM = Minat /Motivasi Mahasiswa (Ratumanan , 2006: 19) d. Analisis Keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Analisis hasil penilaian yang diberikan oleh pengamat terhadap kemampuan dosen dalam pengelolaan pembelajaran dengan ketentuan sebagai berikut. 1.Tidak baik = (1,00-1,99) 2. Kurang baik = (2,00-2,99) 3. Cukup baik = (3,00-3,49) 4. Baik = (3,50-4,00) Ketentuan di atas di konversi dalam bentuk rubriksebagai berikut. 1. = tidak dilakukan sama sekali 2. = dilakukan, tapi tidak selesai 3. = dilakukan, tapi kurang tepat 4. = dilakukan, tepat dan sistematis e. Analisis Aktivitas Mahasiswa Selama Kegiatan Belajar Mengajar
Banyaknya frekuensi tiap aktivitas x 100 Seluruh aktivitas f. Analisis Data dan Catatan Pengamatan Perkuliahan Catatan pengamatan dianalisis dengan deskripsi naratif yaitu melalui pengelompokan dan reduksi data sehingga dapat disimpulkan. % Aktivitas mahasiswa
3
Hasil dan Pembahasan Hasil Penelitian
Pada penelitian ini telah menghasilkan perangkat model pembelajaran langsung dan model pembelajaran berbasis proyek, yang layak baik dari segi validitas, maupun efektivitas penerapannya, maka diharapkan diperoleh perangkat model pembelajaran langsung dan pendekatan keterampilan proses yang terintegrasi dalam model pembelajaran berbasis proyek.
FP-48
Saulim DT. H
Pembahasan efektivitas penerapan perangkat pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pada data hasil implementasi instrumen pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Penguasaan Keterampilan Proses Mahasiswa Penguasaan keterampilan proses mahasiswa selama implementasi perangkat pembelajaran yang dikembangkan, diukur dengan menggunakan dua instrumen. Hasil dari masing-masing instrumen tersebut adalah sebagai berikut. a) Tes Hasil Belajar (THB) Proses Mengacu pada hasil analisis data yang diperoleh berdasarkan hasil pre test dan post test terhadap penguasaan keterampilan proses mahasiswa dalam Bab IV, dapat didiskusikan bahwa, pada penelitian ini rata-rata skor minimal pre test dari 7 aspek yang diujikan dalam THB proses adalah 0 dengan kategori sangat kurang dan 2 aspek lainnya memperoleh rata-rata skor maksimal 2,6 dengan kategori baik, Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan keterampilan proses mahasiswa sebagai subjek penelitian ini masih sangat rendah dan perlu untuk ditingkatkan. Aspek-aspek keterampilan proses yang diujikan pada THB psoses ini merupakan aspek-aspek keterampilan proses yang merurut Nur dan Samani (1996: 8) tergolong kedalam ketampilan proses terpadu yakni pengidentifikasian variabel, perumusan hipotesis, pedefinisian variabel secara operasional, pemerolehan dan pemrosesan data, penyusunan tabel data, penyusunan grafik, pendiskripsian hubungan antar variabel, penganalisaan, penyelidikan, perencanaan penyelidikan, dan pelaksanaan ekperimen. Setelah mahasiswa mengikuti proses perkuliahan dengan perangkat-perangkat yang dikembangkan, dapat diungkapkan bahwa penguasaan aspek-aspek keterampilan proses mahasiswa meningkat. Hal ini dibuktikan pada hasil post test yang menunjukkan bahwa penguasaan keterampilan proses mahasiswa terhadap tujuh aspek keterampilan proses yang diujikan memperoleh rata-rata skor minimum 3,13 dengan kategori baik pada penelitian inidan 3,30 dengan kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan perangkat pembelajaran yang dikembangkan telah mampu mengajarkan kumpulan pengetahuan dalam materi asam basa yang terdiri atas fakta, konsep, prinsip, teori dan hukum sains yang tergolong kedalam produk. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan perangkat pembelajaran yang dikembangkan telah mampu mengajarkan langkah-langkah yang harus ditempuh untuk memperoleh pengetahuan atau mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam dimana hal-hal ini tergolong kedalam proses. b) Lembar Penilaian Proyek Penyelidikan Ilmiah Berdasarkan analisis aspek-aspek yang dinilai pada proyek penyelidikan ilmiah dapat dikemukakan bahwa pada tahap penyusunan laporan secara tertulis masih terdapat aspek yang memperoleh rata-rata skor rendah yakni kajian teori/dasar teori, hasil dan pembahasan, simpulan dan saran dimana rata-rata skor dan kategori masing-masing aspek berturut-turut adalah 2,75 (Baik), 2,50 (Kurang Baik), 2,75 (Baik). Hal ini disebabkan karena ketiga aspek tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Ditinjau dari penulisan laporan mahasiswa pada
Pembelajaran Pendekatan Keterampilan Sains yang Terintegrasi....
FP-49
aspek-aspek kajian teori/dasar teori menunjukkan bahwa sebagian besar kelompok mahasiswa belum menyertakan hasil eksperimen sebelumnya yang relevan dengan proyek penyelidikan ilmiah yang dilakukan dan belum terdapat kerangka berfikir dalam membangun argumentasi teoritik bahwa eksperimen yang akan dilaksanakan dapat menyelesaikan permasalahan. Pada hasil dan pembahasan sebagian besar kelompok belum melakukan analisis data dengan memperhitungkan taraf kesalah/ketelitian pengukuran, belum menuliskan data sesuai dengan aturan angka penting, serta belum menyajikan data dalam bentuk grafik untuk dijelaskan. Pada simpulan dan saran sebagain besar kelompok belum menyertakan perbandingan antara kesimpulan hasil percobaan dengan literatur/teori dan belum terdapat saran yang sesuai dengan temuan yang dapat digunakan untuk perbaikan eksperimen berikutnya. Berdasarkan uraian di atas secara garis besar dapat disimpulkan bahwa hasil penilaian selama mahasiswa melakukan proyek penyelidikan ilmiah baik pada penelitian ini mendukung penelitian berupa kajian kepustakaan yang dilakukan oleh Kamdi (2008) yang mengungkapkan bahwa pembelajaran berbasis proyek mampu untuk meningkatkan motivasi, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, dan meningkatkan kolaborasi. 2) Hasil Belajar Mahasiswa Hasil belajar mahasiswa pada materi dynamic diukur dengan menggunakan tiga instrumen yakni THB produk, THB proses, dan THB psikomotor. Mengacu pada hasil analisis ketiga instumen tersebut pada Bab IV, maka dapat didiskusikan mengenai hasil-hasil tersebut sebagai berikut. a) Tes Hasil Belajar (THB) Produk Menurut kriteria ketuntasan mahasiswa secara individual yang ditetapkan oleh universitas setempat, seorang mahasiswa dikatakan tuntas apabila memperoleh rata-rata skor ≥ 56 atau C. Berdasarkan hasil analisis data ketuntasan hasil belajar produk secara individual, dapat diungkapkan bahwa pada pre test ketuntasan individual secara klasikal adalah 30%, selanjutnya pada post test ketuntasan individual secara klasikal adalah 90%. Ketuntasan indikator setiap mahasiswa secara klasikal pada pre test adalah 0% sedangkan pada post test 70%. Ketuntasan masing-masing indikator pada pre test adalah 30% dan pada post test adalah 80%. Hal ini mengindikasikan bahwa penerapan perangkat model pembelajaran langsung untuk mengajarkan materi kepada mahasiswa telah meningkatkan ketuntasan hasil belajar mahasiswa secara individual, ketuntasan indikator tiap mahasiswa maupun ketuntasan masing-masing indikator dalam materi dynamic. Analisis data ketuntasan hasil belajar produk secara individual yang terdapat dalam Tabel 4.7 menunjukkan bahwa pada pre test ketuntasan individual secara klasikal adalah 0%, selanjutnya pada post test ketuntasan individual secara klasikal adalah 100%. Berdasarkan data pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa pada pre test ketuntasan indikator setiap mahasiswa secara klasikal adalah 0% sedangkan pada post test 90%. Berdasarkan data pada tabel 4.8 ketuntasan masing-masing indikator pada pre test adalah 0% dan pada post test adalah 83,33%.
FP-50
Saulim DT. H
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat didiskusikan beberapa hal, sebagai berikut, pertama, setelah penerapan perangkat pembelajaran yang dikembangkan pada penelitian initernyata masih terdapat 1 mahasiswa yang tidak tuntas hasil belajarnya secara individual. Kedua, berdasarkan analisis ketuntasan indikator hasil belajar tiap mahasiswa terdapat 3 orang mahasiswa pada penelitian inidan 2 orang mahasiswa yang tidak tuntas indikator hasil belajarnya pada post test. Hal ini kemudian berdampak pada ketuntasan masing-masing indikator. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat 2 indikator hasil belajar yang secara klasikal tidak tuntas pada penelitian ini. Hal ini dapat disebabkan karena dosen selama proses pembelajaran terkesan untuk mempertimbangkan prinsip ekonomi. Berdasarkan analisis sensitivitas butir soal THB produk pada penelitian ini, dapat diungkapkan bahwa dari 32 butir soal yang diujikan pada pre test dan post test, terdapat 15 soal yang tidak sensitif, dan 17 soal lainnya sensitif. Sesuai dengan hasil analisis setiap butir soal, tidak terdapat soal yang nilai sensitifitasnya negatif dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan mahasiswa tentang materi Dimanic sebelum proses pembelajaran sudah cukup tinggi, meskipun perlu untuk ditingkatkan lagi. b) Tes Hasil Belajar (THB) Proses Berdasarkan analisis data pada penelitian iniketuntasan hasil belajar proses mahasiswa secara individual, pada pre test adalah 10%, sedangkan pada post test adalah 100%. Ketuntasan indikator hasil belajar setiap mahasiswa secara klasikal pada pre test sebesar 0% sedangkan pada post test sebesar 100%, demikian halnya masing-masing indikator hasil belajar proses yang diujikan pada pre test presentase ketuntasaanya secara klasikal adalah 10% sedangkan pada post test adalah 100%. Berdasarkan analisis data THB proses pada, menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar proses mahasiswa secara individual, pada pre test adalah 0%, sedangkan pada post test adalah 100%. Ketuntasan indikator hasil belajar setiap mahasiswa secara klasikal pada pre test sebesar 0% sedangkan pada post test sebesar 100%, demikian halnya masing-masing indikator hasil belajar proses yang diujikan pada pre test presentase ketuntasaanya secara klasikal adalah 10% sedangkan pada post test adalah 100%. Hasil analisis data terhadap ketuntasan hasil belajar proses di atas menunjukkan bahwa setelah implementasi pendekatan keterampilan proses yang terintegrasi dalam model pembelajaran berbasis proyek, mengakibatkan terjadinya peningkatan ketuntasan hasil belajar secara individual, ketuntasan indikator hasil belajar setiap mahasiswa, maupun ketuntasan masing-masing indikator hasil belajar. Hal ini menunjukkan bahwa scaffolding (pemberian batuan dari dosen kepada mahasiswa guna mengatasi masalah yang melampaui tingkat perkembangan mahasiswa tersebut saat ini) yang dilakukan selama mengajarkan materi dan juga selama proses penilaian proyek penyelidikan ilmiah mahasiswa yang dilakukan telah mendukung tahap demi tahap yang dilakukan mahasiswa
Pembelajaran Pendekatan Keterampilan Sains yang Terintegrasi....
FP-51
untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Hasil penelitian ini mendukung teori yang disampaikan oleh Vygotsky dalam Nur (2004b: 6) yang mengungkapkan bahwa scaffolding atau Mediated Learning harus dilakukan sebagai dukungan dalam tahap-tahap belajar untuk memecahkan masalah. c) Tes Hasil Belajar (THB) Psikomotor Tes terhadap hasil belajar psikomotor untuk mengetahui kinerja ilmiah mahasiswa dilakukan dengan teknik observasi setelah mahasiswa mengikuti rangkaian kegiatan dengan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan. Berdasarkan hasil analisis data terhadap THB psikomotor mahasiswa pada penelitian ini, dapat diungkapkan bahwa persentase ketuntasan hasil belajar mahasiswa secara individual dan ketuntasan indikator hasil belajar masing-masing mahasiswa adalah 100%. 3) Motivasi dan Minat Mahasiswa Berdasarkan analisis angket minat mahasiswa pada penelitian inidapat dikemukakan bahwa rata-rata skor aspek minat minimal 3,52 dengan kategori cukup baik, sedangkan berdasarkan analisis minat mahasiswa terhadap kegiatan perkuliahan yang diuraikan pada Tabel 4.12 dapat dikemukakan bahwa rata-rata skor aspek minat minimal 3,53 dengan kategori cukup. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi perangkat yang dikembangkan pada penelitian ini dapat menumbuhkan perhatian, relevansi, kepercayaan diri dan kepuasan mahasiswa selama mengikuti proses perkuliahan. Berdasarkan analisis angket motivasi mahasiswa pada penelitian inidapat dikemukakan bahwa rata-rata skor aspek motivasi minimal 3,35 dengan kategori cukup baik, sedangkan berdasarkan analisis motivasi mahasiswa terhadap perkuliahan yang diuraikan pada Tabel 4.13 dapat dikemukakan bahwa rata-rata skor aspek motivasi minimal yaitu 3,38 dengan kategori cukup baik. Berdasarkan hasil analisis ini dapat disimpulkan bahwa implementasi perangkat yang dikembangkan baik pada penelitian ini dapat menumbuhkan motivasi mahasiswa. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Khamdi (2008) bahwa pembelajaran berbasis proyek mampu meningkatkan motivasi siswa karena dalam pelaksanaannya siswa diberi peluang untuk memecahkan masalah, berkolaborasi untuk terlibat dalam tugas-tugas pemecahan masalah, dan juga berkolaborasi untuk mengembangkan dan mempraktekkan keterampilan berkomunikasi. Berdasarkan uraian di atas dapat pula disimpulkan bahwa dengan melibatkan mahasiswa dalam melakukan proyek penyelidikan ilmiah dapat menumbuhkan keinginan untuk belajar, karena cara-cara yang tersedia pada dosen dapat merangsang motivasi tersebut, dan pengalaman-pengalaman pendidikan yang merangsang motivasi ialah, pengalaman-pengalaman dimana para mahasiswa berpartisipasi secara aktif dalam menghadapi alam dan lingkungan sekitarnya (Sagala, 2008: 36). Implementasi pembelajaran berbasis proyek pun dapat meningkatkan motivasi seperti yang diungkapkan oleh Maslow dalam Nur (2003: 9) bahwa dalam kenyataannya, semakin orang dapat memenuhi kebutuhan mereka untuk mengetahui dan memahami dunia disekeliling mereka, motivasi mereka untuk belajar lebih banyak dapat menjadi semakin besar.
FP-52
Saulim DT. H
4) Keterlaksanaan SAP Hasil analisis keterlaksanaan SAP yang dikembangkan berdasarkan sintaks model pembelajaran langsung dan pembelajaran berbasis proyek pada penelitian inidapat dikemukakan bahwa, rata-rata skor semua kegiatan selain pengelolaan waktu minimal adalah 3,4 dengan kategori cukup baik. Selain itu satu aspek yang dianggap memiliki rata-rata skor rendah yakni pengelolaan waktu yaitu 2,8 dengan kategori kurang baik. Adapun hasil analisis perhitungan reliabilitas instrumen keterlaksanaan SAP pada penelitian inidapat dikemukakan bahwa ratarata reliabilitas pengamatan yang dilakukan oleh dua orang pengamat selama lima SAP adalah 97,97%, sehingga instrumen tersebut dapat dikatakan reliabel. Mengacu pada hasil analisis di atas dapat dikemukakan pula bahwa proses pembelajaran selama tiga pertemuan menggunakan model pembelajaran langsung, dengan demikian terdapat salah satu komponen yang menurut pengamatan selama proses berkategori kurang baik yaitu aspek pengelolaan waktu. Pengelolaan waktu yang dinilai kurang efektif diakibatkan karena proses membimbing mahasiswa selama mengerjakan latihan soal sering kali memakan waktu lebih dari waktu yang telah ditargetkan. Setelah SAP yang dikembangkan direvisi berdasarkan masukan pada saat ujian komprehensif, maka SAP yang dikembangkan merujuk pada model pembelajaran yang dikembangkan yakni model pembelajaran langsung dan pendekatan keterampilan proses yang terintegrasi dalam model pembelajaran berbasis proyek. Setelah diimplementasikan pada penelitian, maka berdasarkan hasil analisis keterlaksanaan SAP pada Tabel 4.15 dapat dikemukakan bahwa skor rata-rata terendah yang diperoleh selama proses pembelajaran adalah pada aspek pengelolaan waktu yakni 3 dengan kategori cukup baik. Adapun rata-rata reliabilitas pengamatan yang dilakukan oleh dua orang pengamat selama lima pertemuan adalah 99,30%, sehingga instrumen tersebut dapat dikatakan reliabel. Berdasarkan hasil analisis data keterlaksanaan SAP pada penelitian di atas menunjukkan bahwa, pengelolaan waktu yang dinilai memiliki rata-rata skor terendah ini dapat diakibatkan karena pada fase ketiga dari model pembelajaran yang dikembangkan yakni menerapkan pengetahuan yang dipresentasekan dalam kegiatan eksperimen dan membimbing mahasiswa melakukan eksperimen dinilai memakan waktu yang cukup banyak. Namun secara garis besar dapat diungkapkan bahwa aspek pengelolaan waktu yang dinilai kurang baik oleh pengamat pada saat penelitian ini mengalami peningkatan. Dalam fase-fase model pembelajaran langsung terdapat pula pengitegrasian pendekatan keterampilan proses dimana pada fase ke tiga dari model pembelajaran langsung dosen membimbing mahasiswa dalam menerapkan materi yang telah dipresentasekan dalam kegiatan eksperimen berupa merumuskan masalah dan hipotesis, mengidentifikasi variabel dan mendefinisikannya secara operasional, merencanakan alat dan bahan, menyusun urutan langkah kerja untuk melakukan eksperimen, melakukan ekperimen dimana aspek-aspek tersebut tergolong kedalam keterampilan terpadu. Hal ini bertujuan untuk melatih keterampilan-keterampilan dasar dalam bereksperimen sebelum mahasiswa
Pembelajaran Pendekatan Keterampilan Sains yang Terintegrasi....
FP-53
dihadapkan dalam melakukan proyek penyelidikan ilmiah. Skor rata-rata minimal yang diperoleh pada fase-fase tersebut berkategori cukup baik, hal ini mengindikasikan bahwa sebelum mahasiswa melakukan peroyek penyelidikan ilmiah mahasiswa tersebut telah diajarkan untuk menguasai keterampilan proses terpadu yang menurut Nur dan Samani (1996: 8) merupakan keterampilan yang diperlukan apabila seorang melakukan eksperimen untuk memecahkan masalah. 5) Aktivitas Mahasiswa Selama Proses Pembelajaran Berdasarkan hasil analisis terhadap instrumen pengamatan aktivitas mahasiswa pada penelitian ini, yakni selama 3 pertemuan dimana mahasiswa mengikuti proses perkuliahan dengan menggunakan model pembelajaran langsung menunjukkan bahwa persentase aspek-aspek aktivitas yang paling tinggi adalah pada akitivitas mendengarkan penjelasan dosen dan berdiskusi antar mahasiswa yakni 39,56% dan 30,63%. Dapat pula diungkapkan bahwa hasil perhitungan reliabilitas instrumen pengamatan terhadap aktivitas mahasiswa pada penelitian inimemperoleh rata-rata reliabilitas selama tiga SAP adalah 90,08%. Pada penelitian, aktivitas mahasiswa diamati pada pertemuan 1, 2, dan 3. Berdasarkan hasil analisis terhadap aspek aktivitas yang diamati (Tabel 4.28), persentase aspek-aspek aktivitas yang paling tinggi adalah pada akitivitas mendengarkan penjelasan dosen yakni 37,53%, selanjutnya aspek membaca bahan ajar untuk pertemuan 1, dan melakukan percobaan untuk pertemuan 2 dan 3 adalah 28,06%. Dapat pula diungkapkan bahwa reliabilitas instrumen pengamatan aktivitas mahasiswa pada uji coba adalah minimal 95,70%. Mengacu pada hasil analisis tersebut dapat dikemukakan bahwa frekuensi aktivitas mahasiswa selama proses perkuliahan berlangsung tergolong tinggi. Hal ini dapat dihubungkan dengan pelaksanaan proses pembelajaran yang baik dan terencana dapat membuat aktivitas-aktivitas siswa untuk tetap berada dalam aktivitas sebenarnya. Hal ini sejalan dengan diungkapkan oleh (Kardi, 2005: 4) bahwa sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang baik dapat mengarahkan kegiatan pembelajaran berlangsung dengan berhasil. Selama proses pembelajaran berlangsung, aktivitas mahasiswa yang dominan adalah mendengarkan atau memperhatikan penjelasan dosen dan diikuti oleh aktivitas berikutnya yakni berdiskusi antar mahasiswa. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat menumbuhkan hubungan timbal balik (resiprositas) antara dosen dan mahasiswa maupun antara sesasama mahasiswa. Hasil penelitian tentang aktivitas mahasiswa selama proses pembelajaran mendukung pembahasan Brunner mengenai sisi sosial dari proses pembelajaran, yakni kebutuhan mendalam manusia adalah merespon orang lain untuk bekerja sama guna mencapai tujuan yang mana hal ini disebut resiprositas atau hubungan timbal balik. Lebih lanjut Brunner berpendapat bahwa resiprositas merupakan sumber motivasi yang bisa dimanfaatkan oleh dosen untuk menstimulasi kegiatan belajar (Brunner, 1966 dalam Silberman, 2006: 30).
FP-54
Saulim DT. H
6) Kendala-kendala Penelitian Kendala-kendala yang iniberlangsung adalah:
ditemui
selama
proses
penelitian
penelitian
a. Kondisi padamnya lampu secara keseluruhan di kota Kupang mengakibatkan tidak berfungsinya LCD untuk mendukung proses pembelajaran yang telah dirancang, sehingga berpengaruh terhadap pengelolaan kegiatan belajar mengajar oleh peneliti terutama pada aspek pengelolaan waktu, meskipun demikian kendala tersebut telah diantisipasi sebelumnya dengan memperbanyak print out power point presentase tersebut. b. Akibat padatnya jadwal perkuliahan mengakibatkan mahasiswa sebagai subjek uji coba tidak hadir tepat sesuai waktu yang telah disepakati. Kendala-kendala yang ditemui selama proses penelitian adalah penelitian yang dilangsung pada awal semester dimana kegiatan perkuliahan belum kondusif dan melibatkan mahasiswa baru (semester I) sebagai subjek uji coba mengakibatkan peneliti mengalami kesulitan dalam mengkoordinir mahasiswa-mahasiswa tersebut. Kendala ini diselesaikan dengan cara bekerja sama dengan ketua Program Studi Pendidikan fisika dan dosen pada Program Studi Pendidikan fisika untuk mengkoordinir mahasiswa yang dijadikan sebagai subjek uji coba. 4
Simpulan
Setelah seluruh rangkaian tahapan penelitian sampai dengan tahap analisis dilaksanakan, maka didapatkan temuan penelitian sebagai berikut. 1. Perangkat pembelajaran pendekatan keterampilan proses yang terintegrasi dalam model pembelajaran berbasis proyek dikatakan layak dari segi efektivitas penerapan yang berdasarkan kepada: a. Penguasaan keterampilan proses mahasiswa berkategori baik dengan ratarata skor minimal untuk THB proses 3,13, sedangkan rata-rata skor minimal untuk penilaian proyek penyelidikan ilmiah adalah 3 pada uji coba I dan 2,50. b. Ketuntasan hasil belajar produk mahasiswa secara klasikal meningkat sebesar 60%, ketuntasan hasil belajar proses mahasiswa meningkat sebesar 90%, dan ketuntasan hasil belajar psikomotor mahasiswa sebesar 100% . c. Rata-rata skor minat ARCS mahasiswa minimal 3,52 (Cukup baik, sedangkan rata-rata skor motivasi ARCS mahasiswa 3,35 (Cukup baik). d. Keterlaksanaan SAP dikatakan baik pada semua aspek kecuali pada aspek pengelolaan waktu memperoleh rata-rata skor 2,8 (kurang baik). Rata-rata reliabilitas instrumen adalah 97,39%, dengan demikian instrumen dikatakan reliabel. e. Aktivitas mahasiswa selama perkuliahan dikatakan tinggi terutama pada aspek mendengarkan penjelasan dosen dengan persentase 39,56% dan berdiskusi antar sesama mahasiswa dengan persentase 30,63%, sedangkan rata-rata reliabilitas pengamatan sebesar 90,08%. Aktivitas mahasiswa tinggi pada saat mendengarkan penjelasan dosen dengan persentase 37,53%, dan membaca materi ajar/melakukan percobaan dengan persentase 28,06% sedangkan rata-rata reliabilitas pengamatan sebesar 97,50%.
Pembelajaran Pendekatan Keterampilan Sains yang Terintegrasi....
FP-55
f. Kendala yang ditemui selama penelitian adalah: 1) Kondisi padamnya lampu secara keseluruhan di kota Unpar mengakibatkan tidak berfungsinya LCD untuk mendukung proses pembelajaran yang telah dirancang, sehingga berpengaruh terhadap pengelolaan kegiatan belajar mengajar oleh peneliti terutama pada aspek pengelolaan waktu. 2) Penelitian yang dilangsung pada awal semester dimana kegiatan perkuliahan belum kondusif dan melibatkan mahasiswa baru (semester I) sebagai subjek uji coba mengakibatkan peneliti mengalami kesulitan dalam mengkoordinir mahasiswa-mahasiswa tersebut. Berdasarkan temuan-temuan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan keterampilan proses yang terintegrasi dalam model pembelajaran berbasis proyek yang dikembangkan dikatakan layak dari segi validitas maupun dari segi efektivitas penerapannya guna meningkatkan hasil belajar dan aktivitas ilmiah mahasiswa. Referensi 1. Arends, R.I. 1997. Classroom Management and Instructional. New York: McGraw-Hill, Inc. 2. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. 3. Barron, B.J, Schwartz, D.L, Vey, N.J, Moore, A, Petrosino, A, Zech, L, Bransford, J. D, The Cognition and Technology Group at Vanderbilt. 1998. Doing with Understnading: Lessons from Research on Problem- and Project-Based Learning. The Journal of the Learning Science. 4. Carin, A. 1993. Teaching Modern Science 3 rd Edition. New york. Macmillan Publishing. 5. Dahar, RW. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta:Erlangga 6. Khamdi, Waras. 2008. Pembelajaran Berbasis Proyek:Model Potensial untuk Peningkatan Mutu Pembelajaran, sebuah Makalah seminar. 7. Keller, J.M.1987. Development and Use of The ARCS Model of Instructional Design. Journal of Instructional Development. Florida State University Tallhessec. Vol.10 No.3, PP 2-9 8. Margono, S. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rieneka Cipta. Jakarta. 9. Muijs, D dan Reynolds D, 2008. Effective Teaching Teori dan Aplikasi. Yogjakarta: Pustaka Belajar 10. Makalah yang digunakan sebagai bahan kegiatan latihan kerja instruktur PKP IPA di Bandung tanggal 23-27 juni 1996. 11. Nur, M. 2000a. Buku Panduan Keterampilan Proses. Surabaya. Universitas Negeri Surabaya. 12. Nur, M. 2000b. Buku Panduan Keterampilan Proses; Surabaya. Universitas Negeri Surabaya - University Press 13. Nur, M. 2002 :”Keterampilan-keterampilan Proses Sains” (makalah disampaikan pada pelatihan pembelajaran yang berkaitan dengan kurikulum berbasis kompetensi kepada para guru MIPA SMU negeri kab siduarjo, pusat sains dan matematika program pasca sarjana unesa)