PRODUKSI VIDEO DOKUMENTER MUSEUM RADYAPUSTAKA DI SURAKARTA DENGAN MENGAPLIKASIKAN TEKNIK TIME LAPSE
NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Pada Jenjang Strata-1 Program Studi Teknik informatika Universitas Surakarta Disusun Oleh : Nama
: Dedy Indra Herdian
NIM
: 201122209
Pembimbing 1 : Ramadhian Agua Triono,. S. Kom. M. M Pembimbing 2 : Jani Kusanti, S. Kom. MCs.
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA UNIVERSITAS SURAKARTA 2015
i
ii
iii
iv
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................... ............................................................... i Lembar Pernyataan Penulis ......................................................................... ii Lembar Persetujuan .................................................................................... iii Lembar Pengesahan ................................................................................... iv Daftar Isi ..................................................................................................... v Abstract ....................................................................................................... 1 Abstraksi ...................................................................................................... 2 1 Pendahuluan ........................................................................................... 2 1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 2 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 3 1.3 Batasan Masalah ................................................................................... 3 1.4 Tujuan.................................................................................................... 3 1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................. 3 1.6 Metodelogi Penelitian............................................................................. 4 2.1 Landasan Teori ...................................................................................... 4 2.2 Tinjauan Pustaka .................................................................................. 13 3.1 Analisa Dan Perancangan ..................................................................... 14 3.2 Kerangka Pemikiran............................................................................... 15 4.1 Kesimpulan Dan Saran ......................................................................... 15 Daftar Pustaka ............................................................................................. 16
v
PRODUKSI VIDEO DOKUMENTER MUSEUM RADYAPUSTAKA DI SURAKARTA DENGAN MENGAPLIKASIKAN TEKNIK TIME LAPSE Dedy Indra Herdian 20112209 1, Ramadhian Agus T, S.Kom, M.M.2, Jani Kusanti, S.Kom, MCs.3 Program Studi Teknik Elektro Dan Informatika
ABSTRACT
The rise of computer technology into the multimedia world has been made as a medium / tool to create a design, audio, animation, text, and images included in multimedia applications. With the multimedia science, among others, have included (Audio and Video player) as a tool to enjoy the moving images, but also as a means of media or tools to do the editing film / video as documentary film making, indie films and TV dramas. Excess video documentary allows viewers to understand the place of tourism destination. In addition, viewers also have a picture of the place of tourism that will be addressed. In this video project but also provided clues about the location of the distance to the tourist areas, natural conditions and existing facilities in the vicinity of tourism. Utilization of increasingly sophisticated computer technology provides tremendous benefits for the development of information media. So that the necessity made a video documentation on museum objects Radya Pustaka are expected to be used as a medium of information documentation. The results obtained from this research is to produce a Documentary Video Production Radyapustaka Museum In Surakarta By Applying a Time Lapse Technique
Keywords
: Documentary Video, Radya Pustaka Museum Surakarta
Book
: (2014-2015)
1
ABSTRAKSI
Munculnya teknologi komputer ke dunia multimedia telah dibuat sebagai media / alat untuk membuat desain, audio, animasi, teks, dan gambar yang termasuk dalam aplikasi multimedia. Dengan ilmu multimedia, antara lain, telah disertakan (Audio dan Video player) sebagai alat untuk menikmati gambar bergerak, tetapi juga sebagai sarana media atau alat untuk melakukan editing film / video pembuatan film dokumenter, film indie dan TV drama. Video dokumenter Kelebihan memungkinkan pemirsa untuk memahami tempat tujuan wisata. Selain itu, pemirsa juga memiliki gambaran tempat wisata yang akan dituju. Dalam proyek video ini tetapi juga memberikan petunjuk tentang lokasi jarak ke daerah wisata, kondisi alam dan fasilitas yang ada di sekitar pariwisata. Pemanfaatan teknologi komputer yang semakin canggih memberikan manfaat yang luar biasa bagi perkembangan media informasi. Sehingga perlunya dibuat sebuah dokumentasi video pada objek Museum Radya Pustaka yang diharapkan dapat digunakan sebagai media dokumentasi informasi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan sebuah Produksi Video Dokumenter Museum Radya Pustaka Di Surakarta Dengan Mengaplikasikan Teknik Time Lapse.
Kata kunci
: Video Dokumenter, Museum Radya Pustaka Surakarta
Pustaka
: 2014-2015
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat, menjadikan kehidupan manusia menjadi mudah dan nyaman, sehingga pemanfaatan teknologi informasi multimedia menjadi salah satu cara yang tepat untuk mempromosikan atau menyampaikan informasi dalam bentuk video dan audio visual yang
dapat dengan mudah dicerna dan dimengerti oleh masyarakat. (Triwidayat, 2012) Video dokumenter sering dianggap sebagai rekaman dari aktualitas potongan rekaman kejadian sebenarnya berlangsung, saat orang yang terlibat di dalamnya berbicara, kehidupan nyata seperti apa adanya, spontan. John Grierson pertama-tama menemukan istilah 2
„dokumenter‟ dalam suatu pembahasan mengenai film karya Robert Flaherty, Moana (1925). Karena ada perlakuan kreatif, sama seperti dalam film fiksi lainnya, video dokumenter dibangun dan bisa dilihat bukan sebagai suatu rekaman realitas, tetapi sebagai jenis representasi lain dari realitas itu sendiri. Museum Radya Pustaka Surakarta merupakan museum tertua di Indonesia. Museum ini salah satu obyek wisata yang terletak di kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah, Namun pada dasarnya tempat wisata museum ini bisa menjadi salah satu pendapatan untuk kas Pemerintah Kota Daerah Surakarta. http://surakarta.go.id/konten/museum -radya-pustaka-0
Karena selama ini hanya website, spanduk, dan brosur yang dipakai untuk media promosinya. Sehingga perlunya dibuat sebuah dokumentasi video pada objek Museum Radya Pustaka yang diharapkan dapat digunakan sebagai media dokumentasi informasi Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka akan dilakukan penelitian untuk membuat sebuah Video Dokumenter yang berbasis multimedia. Dari hal tersebut, penulis mengangkat penelitian Skripsi dengan judul : “ Produksi Video Dokumenter Museum Radya Pustaka Di Surakarta Dengan Mengaplikasikan Teknik Time Lapse” 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut: 1. Museum Radya Pustaka belum mempunyai media promosi berupa Video Dokumenter. 2. Bagaimana cara agar masyarakat luas mendapatkan informasi secara umun dan tepat mengenai tempat Museum Radya Pustaka Surakarta? 1.3 Batasan Masalah Batasan dalam pembuatan Video Dokumenter ini adalah : 1. Pembuatan Dokumenter dalam bentuk video yang dilaksanakan di Museum Radya Pustaka. 2. Output video dengan format Quick Time Movie (MOV) yang dikemas dalam bentuk DVD (Digital Versaitaile Disc).
Berdasarkan observasi penulis di Museum Radya Pustaka, dari hasil wawancara kepada salah satu pihak pengelola museum maka peneliti menyimpulkan bahwa Museum Radya Pustaka membutuhkan suatu media promosi yang lengkap dan lebih menarik untuk menyebarluaskan objek pariwisata Kota Surakarta kepada masyarakat luas. Sampai saat ini media informasi dan promosi yang biasa terdapat pada bagian pemasaran adalah baru berupa website, spanduk, dan brosur yang dianggap masih kurang dalam hal kelengkapan dalam menjelaskan informasi dan promosi. Media cetak tersebut, kurang menjelaskan informasi dan promosi mengenai ruang lingkup Museum secara lengkap dan detail. sehingga mampu menjawab kebutuhan masyarakat akan informasi yang dibutuhkan. lain dengan media promosi dalam bentuk video Dokumenter karena dalam bentuk ini selain praktis, menarik, masyarakat juga diajak untuk menyimak dengan interaktif karena adanya konsep yang kreatif sehingga masyarakat tidak bosan dan memperhatikan.
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian skripsi ini adalah untuk menghasilkan Video Dokumenter Museum Radya Pustaka Di Surakarta Dengan Mengaplikasikan Teknik Time Lapse. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Museum Radya Pustaka : 3
Video Dokumenter dapat digunakan sebagai dokumentasi, media promosi dan informasi yang lebih jelas. 2. Bagi Masyarakat Umum : Masyarakat dapat memperoleh informasi secara detail, lengkap dan menarik tentang keadaan atau situasi Museum Radya Pustaka melalui Video Dokumenter.
c.
d.
1.6 Metode Penelitian Dalam pembuatan video dokumenter ini untuk mendapatkan hasil yang baik dan akurat, maka menggunakan metode penelitian sebagai berikut : 1. Metode Pendataan : a. Kepustakaan Merupakan pengumpulan data dengan cara pengambilan data-data dari catatan yang didapat dalam kuliah serta buku-buku yang berkaitan dengan bidang multimedia. b. Observasi Mengadakan pengamatan secara langsung pada instansi Museum Radya Pustaka sehingga didapat data yang akurat. c. Wawancara Metode Pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab kepada pihak pengelola Museum Radya Pustaka. 2.
e.
f.
storyboard, dan anggaran biaya yang dibutuhkan. Pengambilan Gambar atau Capturing Melakukan pengambilan gambar di lokasi Museum Radya Pustaka dan melakukan proses capturing pemindahan data gambar video ke dalam computer. Editing dan Perekaman Suara Melakukan proses editing gambar,suara, penambahan effect, serta penambahan text dari pengambilan gambar yang telah kita ambil. Implementasi Mengimplementasikan hasil dari pembuatan video profil yang telah dibuat dalam bentuk DVD (Digital Versaitaile Disc) dan Youtube Uji Coba Menguji hasil pembuatan dokumenter yang telah dibuat ke tempat penelitian.
2.1 LANDASAN TEORI Pembuatan Video Dokumenter ini didasari oleh beberapa hal antara lain : 1. Pengertian Film Dokumenter Dokumenter tentang pencerita yang sedang melakukan perjalanan atau melakukan suatu penyelidikan atau tentang suatu objek yang ingin dijelaskan pada masyarakat luas (Rusman Latif dan Yusiatie Utud, 2009) Film dokumenter adalah film yang mendokumentasikan kenyataan. Kunci utama dari dokumenter adalah penyajian fakta. Film dokumenter berhubungan dengan orangorang,tokoh,peristiwa, dan lokasi yang nyata. Film dokumenter ini tidak menciptakan suatu peristiwa atau kejadian, namun merekam peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi atau otentik. Tidak seperti film fiksi, film dokumenter tidak memiliki plot (rangkaian peristiwa dalam film yang disajikan pada penonton secara visual
Metode Pendekatan Masalah a. Analisis Menganalisa bagaimana membuat Video Dokumenter Museum Radya Pustaka berbasis multimedia sehingga masyarakat umum dapat dengan mudah mengetahui informasi dan keadaan museum tersebut. b. Perancangan Membuat rancangan meliputi pembuatan script, 4
dan audio), namun memiliki struktur yang umumnya didasarkan oleh tema atau argument dari sineasnya. Film dokumenter juga tidak memiliki tokoh peran baik dan peran jahat,konflik, serta penyelesaiannya seperti halnya film fiksi (Fajar Nugroho, 2007)
lebih banyak bertipe dokumenter. Pada masa sekarang, film sejarah sudah banyak diproduksi karena terutama karena kebutuhan masyarakat akan pengetahuan dari masa lalu. Tingkat pekerjaan masyarakat yang tinggi sangat membatasi mereka untuk mendalami pengetahuan tentang sejarah, hal inilah yang ditangkap oleh stasiun televisi untuk memproduksi film-film sejarah.
2. Jenis - Jenis Film Dokumenter Genre berarti jenis atau ragam, merupakan istilah yang berasal dari bahasa Perancis. Kategorisasi ini terjadi dalam bidang seni-budaya seperti musik, film serta sastra. Genre dibentuk oleh konvensi yang berubah dari waktu ke waktu. Dalam kenyataannya, setiap genre berfluktuasi dalam popularitasnya dan akan selalu terikat erat pada faktorfaktor budaya. Gerzon R. Ayawaila, dalam bukunya yang berjudul Dari Ide Sampai Produksi, membagi genre film documenter menjadi dua belas jenis (Gerzon R. Ayawaila, 2009) 1) Laporan perjalanan. Jenis ini awalnya adalah dokumentasi antropologi dari para ahli etnolog atau etnografi. Namun dalam perkembangannya bisa membahas banyak hal dari yang paling penting hingga yang remeh-temeh, sesuai dengan pesan dan gaya yang dibuat. Istilah lain yang sering digunakan untuk jenis dokumenter ini adalah travelogue, travel film, travel documentary dan adventures film. b. 2) Sejarah. Dalam film dokumenter, genre sejarah menjadi salah satu yang sangat kental dengan aspek referential meaning (makna yang sangat bergantung pada referensi peristiwanya) sebab keakuratan data sangat dijaga dan hampir tidak boleh ada yang salah baik pemaparan datanya maupun penafsirannya. Pemakaian dokumenter sejarah ini tidak diketahui secara akurat sejak kapan digunakan, namun pada tahun 1930-an Rezim Adolf Hitler telah menyisipkan unsur sejarah ke dalam film-filmnya yang memang 5
3) Potret/Biografi. Jenis ini lebih berkaitan dengan sosok seseorang. Sosok yang diangkat menjadi tema utama biasanya seseorang yang dikenal luas di dunia atau masyarakat tertentu atau seseorang yang biasa namun memiliki kehebatan, keunikan ataupun aspek lain yang menarik. Ada beberapa istilah yang merujuk kepada hal yang sama untuk menggolongkannya, antara lain: a. Potret, yaitu film dokumenter yang mengupas aspek human interest dari seseorang. Plot yang diambil biasanya adalah hanya peristiwa– peristiwa yang dianggap penting dan krusial dari orang tersebut. Isinya bisa berupa sanjungan, simpati, krtitik pedas atau bahkan pemikiran sang tokoh. b. Biografi, yaitu film yang mengupas secara kronologis dari awal tokoh dilahirkan hingga saat tertentu (masa sekarang, saat meninggal atau saat kesuksesan sang tokoh) yang diinginkan oleh pembuat filmnya. c. Profil, yaitu sebuah sub-genre yang memiliki banyak kesamaan dengan dua jenis film di atas namun memiliki perbedaan terutama karena adanya unsur pariwara (iklan/promosi) dari tokoh tersebut. Pembagian sequencenya hampir tidak pernah membahas secara kronologis dan
walaupun misalnya diceritakan tentang kelahiran dan tempat ia berkiprah, biasanya tidak pernah mendalam atau terkadang hanya untuk awalan saja. Profil umumnya lebih banyak membahas aspek-aspek ‘positif’ tokoh seperti keberhasilan ataupun kebaikan yang dilakukan.
sebagainya. Peristiwa seperti itu ada yang sudah terpublikasikan dan ada pula yang belum, namun seperti apa persisnya bisa jadi tidak banyak orang yang mengetahui. Terkadang, dokumenter seperti ini membutuhkan rekonstruksi untuk membantu memperjelas proses terjadinya peristiwa. Bahkan, dalam beberapa film aspek rekonstruksi digunakan untuk menggambarkan dugaan-dugaan para subjek di dalamnya.
d. Nostalgia, yaitu jenis film yang cukup dekat dengan jenis sejarah, namun biasanya banyak mengetengahkan kilas balik atau napak tilas dari kejadian-kejadian yang dialami seseorang atau suatu kelompok.
g. Perbandingan Kontradiksi, yaitu dokumenter mengetengahkan perbandingan, bisa seseorang atau sesuatu.
e. Rekonstruksi, yaitu jenis dokumenter yang mencoba memberi gambaran ulang terhadap peristiwa yang terjadi secara utuh. Biasanya ada kesulitan tersendiri dalam mempresentasikan suatu peristiwa kepada penonton sehingga harus dibantu rekonstruksi peristiwanya. Perisitiwa yang memungkinkan untuk direkonstruksi dalam filmfilm jenis ini adalah peristiwa kriminal (pembunuhan atau perampokan), bencana (jatuhnya pesawat dan tabrakan kendaraan), dan lain sebagainya. Dalam membuat rekonstruksi, bisa dilakukan dengan shoot live action atau bisa juga dibantu dengan animasi.
dan sebuah yang sebuah dari
h. Ilmu Pengetahuan, yaitu genre film dokumenter yang menekankan pada aspek pendidikan dan pengetahuan. i. Buku Harian/Diary. Seperti halnya sebuah buku harian, maka film ber-genre ini juga mengacu pada catatan perjalanan kehidupan seseorang yang diceritakan kepada orang lain. j. Musik, merupakan salah satu genre musik dokumenter yang sangat banyak diproduksi. Salah satu awalnya muncul ketika Donn Alan Pannebaker membuat filmfilm yang sebenarnya hanya mendokumentasikan pertunjukkan musik. k. Association Picture Story, yaitu jenis dokumenter yang dipengaruhi oleh film eksperimental. Sesuai dengan namanya, film ini mengandalkan gambar–gambar yang tidak berhubungan namun ketika disatukan dengan editing, maka makna yang muncul dapat ditangkap penonton melalui asosiasi yang terbentuk di benak mereka.
f. Investigasi, yaitu jenis dokumenter yang merupakan kepanjangan dari investigasi jurnalistik. Biasanya aspek visual yang tetap ditonjolkan. Peristiwa yang diangkat merupakan peristiwa yang ingin diketahui lebih mendalam, baik diketahui oleh publik ataupun tidak. Misalnya: korupsi dalam penanganan bencana, jaringan kartel atau mafia di sebuah negara, tabir dibalik sebuah peristiwa pembunuhan, ketenaran instan sebuah band dan 6
4. Lighting (Pencahayaan )
l. Dokudrama, yaitu salah satu dari jenis dokumenter yang merupakan penafsiran ulang terhadap kejadian nyata, bahkan selain peristiwanya, hampir seluruh aspek filmnya (tokoh, ruang dan waktu) cenderung untuk direkonstruksi. Ruang (tempat) akan dicari yang mirip dengan tempat aslinya bahkan kalau memungkinkan dibangun lagi hanya untuk keperluan film tersebut. Begitu pula dengan tokoh, pastinya akan dimainkan oleh aktor yang sebisa mungkin dibuat mirip dengan tokoh aslinya.
Lighting adalah komponen utama dan mempunyai peran yang sangat penting dalam produksi sebuah film atau video. Dengan pengaturan lighting yang tepat, dapat memberi efek positif atau negatif terhadap sebuah objek yang di shoot. Bahkan dengan lighting tertentu dapat membuat efek sedih, gembira, takut, berani, suram, cerah dan lain sebagainya. (Semedhi, 2011) 5. Tata Suara
3. Pengertian Kamera DSLR
Suara adalah salah satu penunjang keberhasilan dalam proses pembuatan video atau film. Ada dua hal yang menyangkut tentang suara yaitu intensitas dan frekuensi. Intensitas adalah kekuatan suara, sedangkan frekuensi adalah tinggi rendahnya nada. (Semedhi, 2011)
Digital Single Lens Reflex (Digital SLR atau DSLR) adalah kamera digital yang menggunakan sistem cermin otomatis dan pentaprisma atau pentamirror untuk meneruskan cahaya dari lensa menuju ke viewfinder.
6. Storyboard
Kamera DSLR memiliki keunggulan dalam hal ukuran sensornya yang jauh lebih besar dibanding kamera digital biasa. Hal ini kamera ukuran sensor dibuat menyamai ukuran film analog 35mm atau yang dikenal dengan sebutan full frame (36 x 24mm). Sensor yang besar artinya setiap pikselnya memiliki ukuran yang lebih besar, sehingga kemampuan dalam menangkap cahaya lebih baik. Maka itu kamera DSLR memiliki kemampuan ISO tinggi yang baik dimana pada ISO tinggi pun noisenya masih terjaga dengan baik. Namun dengan sensor yang berukuran besar, biaya produksi kamera DSLR menjadi tinggi khususnya DSLR full frame. Selain memakai sensor berukuran 35mm, kamera DSLR juga tersedia dengan sensor yang berukuran lebih kecil. (Edi S. Mulyanto, 2007)
Storyboard adalah serangkaian sketsa (gambar kartun) dibuat berbentuk persegi panjang yang menggambarkan suatu urutan elemenelemen yang diusulkan untuk aplikasi multimedia. (M.Suyanto, 2003) 7. Script/Scenario Script merupakan naskah yang berisi keterangan audio visual disusun sebagai panduan untuk memproduksi sebuah program televisi. Dalam script biasa dicantumkan durasi setiap adegan yang dijelaskan secara detail. Istilah script umumnya digunakan dalam penggarapan produksi non drama. Script pada program drama disebut scenario. (Kamus Pintar Broadcasting, 2013) Scenario adalah naskah yang disusun dalam bentuk sistematik sebagai landasan bagi penggarapan suatu produksi pentas, siaran televisi 7
dan film, naskah rencana lakon sinetron atau film cerita berupa adegan demi adegan yang tertulis secara terperinci. (Kamus Pintar Broadcasting, 2013)
3) Animasi Dalam multimedia animasi merupakan penggunaan komputer untuk menciptakan gerak pada layar. Ada Sembilan animasi yaitu animasi sel, animasi frame, animasi sprite, animasi lintasan, animasi spline, animasi vector, animasi karakter, animasi computational, dan morphing. (Suyanto, 2003).
8. Pengertian Multimedia Istilah Multimedia berasal dari kata multi yang berarti banyak atau bermacam-macam dan kata medium yang berarti sesuatu yang dipakai untuk menyampaikan sesuatu atau alat untuk mendistribusikan dan mempresentasikan informasi. Multimedia dapat diartikan sebagai penggunaan beberapa media yang berbeda untuk menggabungkan dan menyampaikan informasi dalam bentuk teks, audio, grafik, animasi dan video. (Suyanto, 2003 ). 9. Unsur-Unsur Multimedia
4) Bunyi atau Sound Bunyi dalam PC multimedia, khususnya pada aplikasi bidang bisnis dan game sangat bermanfaat. Multimedia tanpa bunyi hanya disebut unimedia, bukan multimedia. Kemampuan dasar bunyi yang harus dimiliki PC multimedia yaitu membuat dan mensintesis bunyi, menangkap bunyi dari dunia luar, dari yang pengguna dengar dan dari CD (Compact Disk), mengendalikan bunyi yang dibuat dari instrument elektronik, dan memainkan kembali bunyi tersebut lewat speaker atau sejenisnya. Dibutuhkan perangkat keras dan perangkat lunak untuk menjalankanya. ( Suyanto, 2003).
Multimedia secara umum terdapat 5 unsur, yaitu teks, grafik/gambar, animasi, bunyi / sound, dan video : 1) Teks Teks merupakan yang paling dekat dengan pengguna dan yang paling banyak dilihat. Teks dapat membentuk kata, surat atau narasi dalam multimedia yang menyajikan bahasa pengguna. Kebutuhan teks tergantung pada kegunaan aplikasi multimedia. Secara umum ada empat macam teks yaitu teks cetak, teks hasil scan, teks elektronis dan hyperteks. (Suyanto, 2003) 2) Grafik / Gambar Gambar dapat meringkas dan menyajikan data kompleks dengan cara yang baru dan lebih berguna. Sering dikatakan bahwa sebuah gambar mampu menyajikan seribu kata. Tapi itu hanya berlaku ketika pengguna bisa menampilkan gambar yang diinginkan saat diperlukan. Multimedia membantu pengguna melakukan hal ini, yakni ketika gambar grafis menjadi objek suatu link. Grafis seringkali muncul sebagai backdrop (latar belakang) suatu teks untuk menghadirkan kerangka yang mempermanis teks. (Suyanto, 2003).
5) Video Video adalah kumpulan gambar yang dirangkai dalam suatu waktu. Pada suatu video, istilah gambar tersebut dinamakan frame. Gambar tersebut dimainkan dengan kecepatan yang tinggi dan tetap, sehingga menciptakan ilusi gerak. Satuan kecepatan untuk memainkan gambar ini dinamakan fps (frame per second) banyaknya gambar yang dibutuhkan untuk menjadi suatu gambar bergerak (video) per satu detik. (Nugroho, 2011). 10. Pengertian Video Istilah video berasal dari bahasa latin yaitu dari kata vidi dan visum yang artinya melihat atau mempunyai daya penglihatan. Dalam kamus bahasa Indonesia video adalah teknologi pengiriman sinyal elektronik dari suatu gambar 8
bergerak. Video adalah teknologi penagkapan, perekaman, pengolahan, penyimpanan, pemindahan, dan perekonstruksian urutan gambar diam dengan menyajikan adegan-adegan dalam gerak secara elektronik. Video menyediakan sumber daya yang kaya dan hidup bagi aplikasi multimedia. Video merupakan gamabar bergerak. Jika objek pada animasi adalah buatan, maka objek pada video adalah nyata. (Munir, 2012)
SECAM (Sequential Colour and Memory System) merupakan standar yang digunakan di Perancis, Eropa Timur, Negaranegara pecahan Uni Soviet Seperti Rusia, dan beberapa Negara lain. Sistem ini memiliki lebar layar 625 garis 50Hz, namun berbeda jauh dari sistem warna NTSC dan PAL dalam hal dasar teknologi dan metode penyiaran. (Munir, 2012) 4) HDTV (HIGH DEFINITION TV) HDTV (High Definition TV) penting untuk multimedia dan merupakan standar internasional baru dalam teknologi televisi yang menyediakan kualitas gambar layar lebar serupa dengan film 35 mm dengan kualitas suara sekualitas compact disk (CD) satu frame bervariasi dari 720 hingga 1080 garis horizontal, dengan kecepatan antara 24 sampai dengan 60 frame/detik. (Razaq dan Ispantoro, 2011)
11. Standar Video Teknologi video analog memiliki standar format sebagai berikut : 1) NTSC(NATIONALTELEVISION STANDARD COMMITTEE) NTSC (National Television Standard Committee) dikembangkan tahun 1950 yang mendefinisikan standar video yang dibuat dengan lebar layar 525 gamabar garis scan horizontal setiap 1/30 detik dengan electron yang bergerak cepat. Standar ini digunakan terutama di Amerika Serikat, Jepang, Kanada, greenland, Mexico, Kuba, Philipina, Puerto Rico dan beberapa Negara di Amerika Serikat. (Munir, 2012) 2) PAL (PHASE ALTERNATE LINE) Sistem PAL (Phase Alternate Line) merupakan standar yang digunakan di Eropa Barat dan Negara lainnya, seperti Australia, Afrika Selatan, Cina dan Amerika Selatan. Satu frame terdiri dari atas 625 garis horizontal yang terbagi dua, garis-garis bernomor ganjil dan bernomor genap dengan kecepatan 25 frame/detik. (Razaq dan Ispantoro, 2011) 3) SECAM (SEQUENTIAL COLOUR AND MEMORY SYSTEM)
12. Format File Video Format file dalam video merupakan hal yang penting. Format file untuk integrasi video digital ke dalam aplikasi multimedia jenisnya berbedabeda. Ada sejumlah format pita analog dan digital, meskipun file video digital juga dapat disimpan pada sistem file komputer yang memiliki format sendiri. Format file komputer antara lain : 1) MPEG (MOTION PICTURE EXPREST GROUP) MPEG (MOTION PICTURE EXPREST GROUP) adalah skema kompresi dan spesifikasi format file video digital yang dikembangkan oleh group ini. MPEG merupakan salah satu dari “rich media” yang mendukung web dan banyak situs web mempunyai video dan animasi MPEG. Pada masa lalu, MPEG mempunyai keterbatasan, misalnya ketidakmampuannya 9
untuk memainkan video dan audio secara sinkron. Untuk menciptakan video MPEG, biasanya membutuhkan perangkat keras dan perangkat lunak yang mahal. Agar Playback dapat memainkan video secara halus, maka membutuhkan perangkat keras. MPEG rilis terbaru didukung perangkat keras yang lebih murah dan mendukung teknologi yang baru berkembang, misalnya DVD (Digital Video Disk). (Munir, 2012) 2) AVI (AUDIO VIDEO INTERVALE) AVI (AUDIO VIDEO INTERLEAVE) merupakan format video dan animasi yang digunakan video dan berekstensi .avi. Sebagian besar authoring mendukung format AVI. Juga didukung oleh Netscape. Kekurangannya adalah penggunaan file AVI pada playback yaitu harus mengubah file ke format lain untuk playback. AVI kurang canggih, berbasis track, kemampuan untuk mendukung dan melakukan sinkronisasi dengan Quick Time kurang bagus. (Munir, 2012) 3) FLASH (FORMAT SHOCKWAVE) FLASH (FORMAT SHOCKWAVE) dikembangkan oleh Macromedia. Format Shockwave membutuhkan sebuah komponen tambahan untuk memainkan. Komponen ini datang sebelumnya diinstal dengan versi terbaru dari Netscape dan Internet Explorer. Videonya disimpan dalam format Shockwave mempunyai ekstensi .swf. Swf adalah format file untuk multimedia, grafik vector dan ActionScript di lingkungan Adobe Flash. (Munir, 2012)
Dalam buku Dunia Dalam Bingkai yang ditulis oleh Ferry Darmawan, tertulis bahwa “istilah fotografi pertama kali dikemukakan oleh ilmuan Inggris, Sir John Herschell pada tahun 1839. Fotografi berasal dari kata photos (sinar/cahaya) dan graphos (mencatat/melukis). Secara harfiah fotografi berarti mencatat atau melukis dengan sinar atau dengan cahaya. (Darmawan, 2009) Fotografi adalah suatu proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek tertentu. Secara harifiah fotografi berasal dari 2 kata yaitu photo yang berarti cahaya dan graph yang berarti tulisan atau lukisan. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. 14. Shutter Speed Shutter speed adalah kecepatan membuka dan menutupnya kembali lempeng penutup film (digital video) agar dengan kecepatan tertentu, sinar yang masuk tepat atau cukup untuk membuat gambar terekam dengan baik. Shutter speed ditandai dengan angka B (bulb), 1/15, 1/50, 1/60, 1/125, 1/250, 1/500, 1/1000, dan seterusnya. Shutter speed yang pengaturannya ditempatkan di huruf B, biasanya bisa membuat efek malam yang gelap dengan sinar yang sangat lemah. Kita bisa mengatur lama tidaknya shutter terbuka. Dengan setting pada B, ketika tombol expose kita tekan, screen penutup film tidak akan menutup sampai kita melepaskan tombol exposure. Cara inilah yang digunakan untuk menghasilkan gambar malam yang indah dipenuhi dengan garis-garis melintang,
13. FOTOGRAFI
10
karena setiap kendaraan yang lampunya menyala akan terekpose sampai beberapa saat hingga tombol expose kita lepaskan. (Semedhi, 2011)
kepekaannya juga berkurang. ISO tinggi cocok sekali untuk pengambilan gambar dengan sumber cahaya yang relatif kurang seperti sore, pagi atau di dalam ruangan yang penerangannya kurang baik dan lampu kilat kita juga tidak memadai.
15. Aperture Aperture atau diafragma meru pakan standar untuk bukaan lensa yang dinyatakan dengan angkaangka F.stops f/1.2, f/1.4, f/1.8, f/2.0, f/2.8, f/3.5, f/4.0, dan seterusnya. Semakin kecil angka satuan maka akan semakin besar bukaan lensa (f/1.4 lebih besar bukaannya dibandingkan dengan f/4.0, f/2,8 lebih besar bukaannya dibandingkan dengan f/16).
Untuk pertimbangan tertentu, ISO 100 lebih baik dibandingkan dengan ISO 320 atau 800, namun di sisi lain ISO yang lebih tinggi lebih bagus dibandingkan dengan ISO yang lebih rendah, demikian juga dengan kepekaan digital film yang ditandai dengan angkaangka di belakang ISO. (Semedhi, 2011) 17. TIME LAPSE
Penentuan angka F.stops yang tepat mengakibatkan gambar yang terekam di dalam kamera kita tampak baik, cukup jelas dan semua warna tampak wajar (alami). Sementara, jika setting F.stops kurang besar angkanya maka gambar kita menjadi over exposed atau kelebihan sinar, sementara jika terlalu besar angka F.stops-nya maka gambar kita akan menjadi gelap atau under exposed karena kekurangan sinar. (Semedhi, 2011)
Time Lapse adalah sekumpulan still foto yang diambil dengan periode yang beraturan untuk menggambarkan proses, pergerakan, atau perubahan suatu objek. lalu diproses editing dengan menambah kecepatan (speed Duration). misal, matahari terbenan atau terbit, pergerakan suasana kota, pergerakan bintang-bintang, siang-malam, dan lain sebagainya. Meski begitu timelapse boleh juga dipakai untuk merekam gerakan yang lebih cepat seperti manusia yang berjalan, meski nanti hasilnya gerakan manusia itu akan tampak sangat cepat. http://nationalgeographic.co.id/foru m/topic-1058.html Tujuan dari timelapse photography pada awalnya adalah untuk kebutuhan penelitian, dimana gerakan yang sangat lambat direkam dan ditampilkan dalam laju yang dipercepat untuk diamati gerakannya (hal yang berkebalikan dengan slow motion video). Untuk gerakan yang amat sangat lambat bahkan timelapse bisa dibuat periodik dalam hitungan menit (bukan detik), misal untuk mempelajari pertumbuhan tanaman / bunga, peneliti memotret setiap 15 menit selama berhari-hari.
16. ISO ISO adalah satuan ukuran untuk menentukan kecepatan atau kepekaan media perekam dalam menangkap gambar. Film dibuat dari perpaduan berbagai bahan kimia, khususnya garam perak (AgBr) yang dilengketkan di pita seluloid. Semakin tinggi angka ISO, semakin besar pula granulasi (butiran) garam peraknya sehingga permukaan menjadi lebih kasar dan kepekaan menjadi lebih besar. Sementara, untuk ISO rendah, granulasinya semakin halus, yang berakibat 11
http://idphotographer.com/?idp=arti cle&page=view.html&idArtikel=35/m engenal-timelapse-photography
keseimbangan antara dominasi objek dengan background sehingga cenderung netral. Untuk pengambilan gambar reporter dengan Medium Shoot tidak boleh dipertahankan terlalu lama karena terlalu jauh untuk memperlihatkan banyak detail. Akan lebih baik bila dikombinasi dengan slow zoom ke CU karena merupakan follow shoot yang baik. (Januarius Andi Purba, 2013) 4. Full Shoot (FS) Pengambilan gambar penuh dari kepala hingga kaki. Fungsinya menunjukkan objek beserta lingkungannya. (Razaq dan Ispantoro, 2011) 5. Long Shoot (LS) Pengambilan gambar objek penuh dengan latar belakangnya, gambar direkam dari jarak jauh sehingga objek dan latar belakangnya terlihat jelas. Long shoot adalah ukuran pemandangan alam terbatas, yang dimaksudkan untuk menggambarkan pergerakan objek baik orang, binatang atau benda bergerak lainnya. Dengan ukuran long shoot, berarti ekspresi tidak bisa dilihat dengan jelas. Motivasi pengambilan gambar long shoot memang hanya untuk menunjukkan pergerakan objek. (Semedhi, 2011)
18. Ukuran Gambar ( Frame Size ) Di dunia fotografi, sinematografi ataupun videografi, istilah-istilah close up, long shoot, dan lain sebagainya, sudah sangat familiar dengan telingga seseorang. Sungguh pun demikian, seseorang wajib memahami seberapa besar ukuran gambar untuk setiap istilah itu yang berlaku secara universal, dalam arti bisa dimengerti oleh insan film/video di seluruh dunia. Ukuran gambar biasanya dimulai dari tampakan yang paling besar hingga yang paling kecil. (Semedhi, 2011) 1. Close Up (CU) Gambar yang diambil dari jarak dekat sehingga dari objek hanya wajah. Kalau tangan, hanya telapak tangan saja. Menitikberatkan pada bagian objek yang dianggap penting. (kamus pintar broadcasting, 2013). Gambar close up untuk benda dimaksudkan untuk menonjolkan bendanya. (Semedhi, 2011) 2. Medium Close Up (MCU) Gambar yang diambil sebatas dari ujung kepala hingga dada. Fungsinya untuk mempertegas profil seseorang. (Razaq dan Ispantoro, 2011) Medium close up dimaksudkan untuk menonjolkan mimik atau raut muka seseorang dan untuk menampilkan wajah aktor/aktris secara utuh agar nampak rambut dan aksesorisnya. (Semedhi, 2011) 3. Medium Shoot (MS) Pengambilan gambar batas kepala hingga pinggang/perut bagian bawah, fungsinya untuk memperlihatkan sosok objek secara jelas. Ada
19. Sudut Pengambilan (Camera Angel)
Gambar
Kamera merupakan salah satu aspek penting dalam suatu pembuatan video/film, karena fungsi kamera adalah mengambil/merekam momen atau adegan-adegan tertentu. Teknikteknik dalam pengambilan gambar sangat bervariasi, sehingga saat seseorang menonton suatu video/film tampak macam-macam sudut pandang pengambilan gambar yang merupakan hal 12
penting dalam video/film. (Razaq dan Ispantoro, 2011) Sudut pengambilan gambar ini terdiri dari : 1) High Angle Pengambilan gambar dengan posisi kamera lebih di atas daripada subjek. (Razaq dan Ispantoro, 2011) Trik lain dalam keadaan darurat biasanya dengan menyangga dengan tangan di atas meja. (Irawan dan Lestari, 2011) 2) Low Angle Pengambilan gambar diambil dari bawah objek dengan sudut pengambilan gambar merupakan kebalikan dari High Angle. (Razaq dan Ispantoro, 2011) Merupakan pengambilan gambar dengan posisi kamera di bawah subjek. ( Irawan dan Lestari, 2011) 3) Eye Angle Merupakan pengambilan gambar mengambil sudut sejajar dengan mata objek, yang memperlihatkan pandangan mata seseorang yang berdiri. (Razaq dan Ispantoro, 2011) 20. Gerakan Kamera)
Kamera
memperoleh gambar yang mengecil atau menjauh. (Kamus Pintar Broadcasting, 2013) 2) Panning (Left/Right) Yang dimaksud dengan gerakan panning adalah pergerakan horisontal kamera dari kiri ke kanan atau sebaliknya, cara pengambilan gambar dengan menggunakan gerakan kamera ke arah horizontal, tetapi tidak mengubah posisi kamera. (Kamus Pintar Broadcasting, 2013) 21. Gerakan Objek (Moving Object) Seorang juru kamera harus memahami berbagai hal yang berkaitan dengan mutu gambar, diantaranya mampu membuat gambar dengan komposisi yang baik, paham berbagai teori tata cahaya, tata suara, editing serta motivasinya dan teknik penyutradaraan, disamping tentunya mengenal dan mampu mengoperasikan kameranya dengan baik pula. Beberapa pengetahuan yang mutlak harus dikuasai juru kamera, diantaranya tentang komposisi, pengaturan arah gambar, ukuran shoot, serta pergerakan gambar, dan seluruh motivasinya. Berikut ini gerakan objek yang dimaksud adalah: 1) Kamera Sejajar Objek Kamera sejajar mengikuti pergerakan objek. Baik gerak ke kiri atau gerak ke kanan. (Razaq dan Ispantoro, 2011) 2) Walking (In/Out) Walking shoot adalah teknik pengambilan gambar pada objek yang sedang berjalan. Teknik ini digunakan untuk memperlihatkan orang yang sedang berjalan atau dikejar sesuatu. Walking in adalah posisi kamera dalam keadaan diam, objek yang
(Moving
Pergerakan gambar di layar bisa dihasilkan oleh pergerakan kamera, dan pergerakan objek serta pergerakan bersama antara kamera dan objek. (Semedhi, 2011) Gerakan kamera tersebut terdiri dari : 1) Zooming (In/Out) Zoom in adalah gerakan lensa kamera ke depan ketika sedang digunakan untuk merekam objek guna memperoleh gambar yang membesar atau mendekat. Zoom out adalah gerakan lensa kamera ke belakang ketika sedang digunakan untuk merekam objek guna 13
mendekati kamera. Walk out adalah posisi kamera dalam keadaan diam, objek yang menjauhi kamera.(Kamus Pintar Broadcasting, 2013)
Dalam penelitian ini penulis akan melakukan penelitian tentang Produksi Video Dokumenter Museum Radya Pustaka yang akan mengacu pada penelitian yang pertama, dengan judul ” Produksi Video Dokumenter Museum Radya Pustaka Di Surakarta Dengan Mengaplikasikan Teknik Time Lapse ” dengan latar belakang masalah masyarakat umum selama ini hanya website, spanduk, dan banner yang dipakai untuk media promosinya. Software yang akan digunakan dalam pembuatan video dokumenter ini adalah Corel Video Studio X4, Adobe Photoshop cs 2, Cool Edit Pro 2.0. Hasil dari pembuatan video dokumenter ini digunakan sebagai media pendukung promosi dan dokumentasi informasi yang dapat memberikan penjelasan tentang keadaan Museum Radya Pustaka kepada masyarakat umum.
2.2 Tinjauan Pustaka Penelitian terdahulu oleh Muhammmad Ludiro (2011) yang berjudul “Pembuatan Film Dokumenter Wisata Dan Goa Di Pacitan Jawa Timur ” sebagai media promosi oleh Muhammmad Ludiro menghasilkan sebuah penelitian Film Dokumenter, dimana dalam penelitian tersebut dihasilkan beberapa aktifitas video, gambar,animasi, dan teks. Penelitian ini Menggunakan software Adobe Premiere Pro. Nurul Huda Yasin Toharim(2014) telah melakukan penelitian dengan judul “Produksi Teaser BMX Karanganyar Di Kabupaten Karanganyar” penelitian tersebut bertujuan untuk mempromosikan BMX Karanganyar kepada masyarakat. Dalam pembuatan Produksi Teaser peneliti ini menggunakan Corel Video Studio X5. Hermawan Sapto Purnonmo (2010) juga telah melakukan penelitian dengan judul “ Video Dokumenter Pasar Ngasem Yogyakarta”. Manfaat dari penelitian ini adalah penyampaian informasi promosi pariwasata di wilayah Pemerintah Kota Yogyakarta khususnya sistem teknologi informasi berbasis multimedia film dokumenter. Dalam pembuatan video ini peneliti menggunakan Adobe Premiere Pro 2.
3.1 ANALISA DAN PERANCANGAN Penelitian ini membahas tentang menganalisa video ini yang menampilkan sektor wisata sejarah/budaya yang ada di Museum Radyapustaka Kota Surakarta. Sebagai dasar diproduksinya video dokumenter ini adalah Kota Surakarta telah mempunyai sektor wisata yang cukup beragam mulai dari wisata sejarah/budaya, alam, belanja, dan tempat kuliner. Namun informasi tentang wisata dan juga dokumentasi wisata Kota Surakarta sangat minim tidak semua masyarakat luas mengetahuinya karena masih sangat terbatas dalam penyampaian media informasinya.
Tidak jauh berbeda dengan penelitian oleh Lalu Husni Muttaqien (2013) yang berjudul Analisi Dan Pembuatan Film Dokumenter Bike To Work Community". Oleh Lalu Husni Muttaqien menghasilkan sebuah Film Dokumenter, dimana dalam penelitian tersebut dihasilkan Video Film Dokumenter yang mempunyai tampilan dan cerita yang menarik. Sebagai pendukungnya. Software yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Adobe Premiere Pro dan Pinnacle Studio.
Peneliti juga melakukan beberapa observasi langsung dengan cara wawancara kepada pihak Pengelola Museum Radyapustaka di Kota Surakarta, meminta data, dan melakukan pra penelitian di objek wisata Kota Surakarta. Setelah data mengenai Museum Radyapustaka sudah terkumpul pada gambaran umum, maka penulis melakukan analisis untuk mengidentifikasi dan 14
mengevaluasi permasalahan, kesempatan, dan kebutuhan yang diharapkan sehingga mendapatkan sebuah perbaikan.
tentang Museum Radya Pustaka kepada masyarakat luas sekaligus sebagai media promosi dan dokumentasi.
Hasil wawancara peneliti kepada Pihak Pengelola Museum Radyapustaka di Kota Surakarta sebagai berikut : Peneliti : Selama ini promosi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kota Surakarta untuk memperkenalkan wisata Museum Radyapustaka Seperti apa ? Pengelola : Karena selama ini hanya website, spanduk, dan brosur yang dipakai untuk media promosinya Peneliti :Apakah ada keinginan untuk membuat sebuah media promosi yang lebih lengkap dan menarik? Pengelol :Museum Radyapustaka membutuhkan suatu media promosi yang lengkap dan lebih menarik untuk menyebarluaskan objek wisata Museum Radyapustaka Kota Surakarta kepada masyarakat luas. Sehingga dapat menarik minat masyarakat luas untuk mengunjungi museum sekaligus sebagai dokumentasi pihak Museum Radyapustaka.
3.2 Kerangka Pemikiran Pengumpulan Data & Materi Museum Radyapustaka
Analisa Data
Perancangan Desain (Script & Stroyboard)
Proses Produksi Multimedia
Video Prosesing Pengambilan Gambar
Audio Prosesing Dubbing & Backsound
Pemindahan File Video
Editing Video Audio
Rendering Video Tidak
Uji Coba Ya Implementasi Video Dokumenter
Youtube
Berdasarkan hasil wawancara kepada salah satu pihak Pengelola Museum Radyapustaka, maka peneliti menyimpulkan bahwa Museum Radyapustaka di Kota Surakarta selama ini dalam penyampaian media informasi kepada masyarakat luas masih menggunakan media website, spanduk, dan brosur. Dengan adanya pembuatan Video Dokumenter tersebut yang diharapkan dapat menjadi langkah alternatif yang tepat untuk sarana penyampaian informasi
Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran 4.1 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penelitian dan Produksi Video Dokumenter Museum Radyapustaka Di Surakarta dengan mengaplikasikan Teknik Time lapse dapat diambil kesimpulan : 1. Telah dihasilkan sebuah Video Dokumenter yang digunakan 15
DVD
untuk mempromosikan dan mempublikasikan Museum Radyapustaka yang berisi tentang obyek wisata Sejarah Museum Radyapustaka dan juga lingkup Museum 2. Melalui dihasilkannya DVD (Digital Video Disc) Video Dokumenter Museum Radyapustaka dan Youtube. Masyarakat dapat mengetahui informasi dan kondisi yang ada didalam museum sehingga dapat meningkatkan kunjungan wisata ke museum.
Pacitan Jawa Timur. STMIK AMIKOM Yogyakarta, 2011. Muchus Budi R. Mengenal Museum Radyapuataka, Pengantar Komite Museum Radyapustaka, Surakarta, 2015. Mulyanto Edi S. TEKNIK MODERN FOTOGRAFI DIGITAL. Andi Yogyakarta, 2007. Nurul Huda Yasin Toharim. (2014) Produksi Teaser BMX Karanganyar Di Kabupaten Karanganyar. Universitas Surakarta, 2014.
Saran Dalam pembuatan video dokumenter ini masih banyak kekurangan dari segi pencahayaan, suara dan materi serta dalam hal pengeditan harus diperhatikan keserasian antara gambar, suara, backsound serta narasi sehingga keindahan akan terwujud.
Rusman Latief & Yusiatie Utud. Kamus Pintar Broadcasting, Penerbit YRAMA WIDYA, Bandung, 2013. Semedhi,Bambang.SinematografiZVideog rafi, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor, 2011. Suyanto, M. Multimedia Untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing, Andi Yogyakarta, 2003.
DAFTAR PUSTAKA
Triwidayat. Pembuatan Video Profil Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pedan Berbasis Multimedia. Tugas Kerja Praktik Universitas Surakarta, 2012.
Agustina S, Maria. Tutorial 5 Hari Corel Video Studio Pro X3 Untuk Membuat Kreasi Video. Andi Yogyakarta, 2011. Andrianto, Aan. Pembuatan Video Profil Sekolah Dasar Negeri 1 Suruh Kabupaten Karanganyar. Tugas Kerja Praktik Universitas Surakarta, 2010. Ayawalia, Gerzon. Dokumenter: Dari Ide Sampai Produksi. Jakarta: FFTV IKJ Press, 2009.
http://nationalgeographic.co.id/forum/to pic-1058.html http://idphotographer.com/?idp=article& page=view.html&idArtikel=35/mengenaltimelapse-photography
Hermawan Sapto Purnonmo. (2010) Video Dokumenter Pasar Ngasem Yogyakarta. STMIK AMIKOM Yogyakarta, 2010. Lalu Husni Muttaqien. (2013) Analisi Dan Pembuatan Film Dokumenter Bike To Work Community. STMIK AMIKOM Yogyakarta, 2013. Ludiro, Muhammad. (2011) Pembuatan Film Dokumenter Wisata Dan Goa Di 16