PRINSIP PEMBELAJARAN TUNTAS MATA PELAJARAN PAI Oleh : Ichsan
ABSTRACT The expectation of Uarningproccss u>ith mastery karning is to heighten student's achievement overage uithin their study. It is done mth gving kaning quaKty, which is more a|>propriate, uscfuI service, and to promde particubr boursfor tardy students in order they compnhend compettncy standard and basic competeny. The concept sbows that the espedal principks of mastery karning is to compnhend the aanpeten
Key wotds: ketuntasan, bdajat, waktu I.
PendahuIuan
Dabun ketentuan umum Undang - Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 dikemukakan bahwa : "Fendidikan adalah usaha sadat dan terencana untuk mewujudkan suasana betajat dan ptoses pembeLtjatan agat pesetta didik secata aktif mengembangkan potensi ditinya untuk memiUki kekuatan spiritual keagamaan, pengendaUan Hiri keptibadian, kecetdasan, ahkIak muUa, setta kettampuan yang dipetlukan ditinya, masyatakat, bangsa dan negata".' Dati definisi pendidikan tetsebut, dapat dikemukakan bahwa pendidikan adalah ptoses memanusiakan manusia tnekJui ptoses pembeUjatan daktn bentuk aktuaUsasi potensi pesetta didik menjadi kemampuan atau potensi. Kemampuan yang hatus meteka miLki, pettama adalah kekuatan spititual keagamaan, atau nilai-nilai keagamaan yang tetgambat dalam kemampuan pengendaban diri dan pembentukan keptibadian yang dapat diamalkan dalam bentuk akhlak muUa, sebagai aktuaUsasi potensi emosi ^Q), kedua kompetensi akadetnik sebagai ' Undang-Undang Rl. No. 20 Tahun 2003 Tcntang SISDIKNAS, Bandung Citra Umbara, hal. 72.
Prinsip Pembek4aran Tuntas Mata Peia|aran PAI
33
aktuaUsasi intelektualnya ^Q), dan ketiga kompetensi motorik yang dikembangkan dati potensi indrawi atau potensi fisik. Dalam proses memanusiakan manusia tersebut jelas bahwa orientasi pembelajaran bergeser dari yang berpusat pada pendidik ke peserta didik, dari penumpukan pengetahuan ke kompetensi atau peserta didik dapat melakukan apa. Jadi pendidikan adalah berbasis kompetensi, yang salah satu cirinya adalah peserta didik belajar tuntas. Berkenaan dengan hal inilah maka akan dibahas tentang pengertian Pembelajaran tuntas, prinsip-prinsip pembelajaran tuntas, perbedaan antara pembelajaran konvensional dengan pembelajaran tuntas, impUkasi pembelajaran tuntas dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, impUkasi pembelajaran tuntas mata pelajaran PAI dan diakhiri dengan kesimpulan. II.
Pengertian Pembelajaran Tuntas
Konsep pembetajaran tuntas atau mastery learning sesungguhnya bukanlah barang baru. Konsep ini sesungguhnya sudah cukup tua dan sudah berkembang sejak tahun 1920, yaitu dikembangkan oleh Carleton Washburne dan temantemanya melalui Winnetka Plan pada tahun 1922 dan oleh Prof. Henry C. Morrison di Laboratory School Universitas Cicago pada tahun 1926.* Maksud utama dari pembelajaran tuntas (Matery Learnifig) adalah memungkinkan 75 % sampai 90 % siswa untuk mencapai hasil betajar yang sarna tingginya dengan kelompok terpandai dalam pengajaran klasikaI. Disamping itu pembelajaran tuntas juga bermasud meningkatkan efiskmi bekqar, meningkatkan minat behjar, dan meningkatkan sikap siswa yang positif terhadap bahan pelajaran yang dipebijarinya melalui metode-metode belajar dalam kesatuan keks. Pada abad ke 20, pelopor-pelopor strategi mastery learning antara lain: Carleton Washbume (1922), Morrison (1926), Skinner (1954), Goodkd and Aderson (1959), CarroU (1963), Bruner (1966), Suppes (1966), Gbser (1968), Bloom (1968) dan James H. Block (1971).' Adapun inri problem yang mereka teUti ialah bagaimana perbedaan-perbedaan siswa dapat digarap dihubungkan dengan keberhasilan belajar dan proses pengajaran yang harus dilaksanakan oleh guru.
= Maman Achdkt dan Ngadiyono A.Y, Btbmpa CatOan ttntai%Maaay LranroaJakarto: P3G, 1980,
hal. 1. ' IM., haI. 4.
Jurnal Pendidlkan Agama lslam Vol. IV, No. 1,2007
Dari hal tersebut, mastery karning dapat diartikan sebagai sistem pembelajaran yang menghatapkan setiap siswa hatus mampu menguasai kompetensikompetensi dasar (basic karning ob|ectives) secara tuntas, yakni sekurang-kurangnya harus mencapai skor minimal 75.* Strategi mastery karning dapat bethasiI dengan baik manakab memperhatikan: Bakat pesetta didik, kuaUtas pengajatan, dan kesanggupan untuk memahami pengajaran . III. Konsep dan Prinsip Metode mengajar adalah cata metnpermudah subjek didik mencapai kompetensi tettentu. Hal ini beriaku baik bagi gutu (metode mengajat) maupun bagi peserta didik (metode belajat). Dengan demikian maka makin baik metode itu, maka makin cfektif puh pencapaian tujuan bebjar.* Metode mengajar merupakan penjabatan dati pendekatan, dan diimplementasikan oleh teknik mengajat. PemUihan metode mengajat yang sesuai memainkan petanan yang utama, yang betakhit dengan meningkatnya prestasi belajat peserta didik. Pembekjaran tuntas (mastery Uarnin^ dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi dimaksudkan adalah pendekatan dakm pembelajaran yang mensyaratkan peserta didik menguasai secara tuntas seluruh Standar Kompetensi (SK) maupun Kompetensi Dasar mata peUjaran @CD). Dakm bentuk yang sederhana, model pembeUjaran tuntas dari Carrol dijelaskan bahwa bikmana siswa atau peserta didik diberi kesempatan mempergunakan waktu yang dibutuhkanya untuk bekjar dan ia menggunakan sebaikbaiknya untuk itu, ia akan mencapai tingkatan hasil bekjar seperti yang diharapkan.' Tetapi sebatiknya bikmana waktu yang dibutuhkanya tidak diperolehnya, maka tingkat hasil bebjamya tergantung pada ratio waktu yang secara aktual dikeluarkanya (dipergunakanya) dengan waktu yang sesungguhnya dibutuhkannya. Dari pengertian tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: Degree of leaming = f (rimp nf actuaUy spent) Time needed
* Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Pimbtbjaran Tuntas, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2004, hal. 3. ' Winarno Surakhmad., Prngintar lnttrakn ZtbgarMtngqar, Bandung: Tarsito, 1986, hal. 96. * Maman Achdiat., fttberapa Catataa, hal. 3.
Mnslp Pembetaiaran Tuntas Mcrta Peta|aran PAI
35
Waktu yang dibutuhkan peserta didik ditentukan oIeh bakat (aptitude}, kwaUtas pengajaran, dan kemampuan untuk mengerti pekjaran. Menutut Bloom, bahwa biIa bakat siswa dapat diramaUcan atau diketahui ukutanya dan diberi kesempatan untuk bekjar sesuai dengan bakatnya tersebut, ia akan mencapai hasil kompetensi yang diharapkan sebagaimana model CarroU. Ia juga berpendapat bahwa bila para peserta didik diperhatikan bakatnya masing-masing dan kepada mereka diberikan pengajaran yang unifotm dalam penggunaan waktu dan kuaUtas, maka hasikiya adakh kurve normal, yakni re!asi bakat dan hasimya adalah tinggi. Dan pengajaran dengan cara ini menurut Bloom tidak sukses. SebaUknya bilamana subjek didik dibagi-bagi secara normal menurut bakatnya tetapi masing-masing subjek didik memperoleh kualitas pengajaran optimal dan waktu bekjar yang diminta atau dibutuhkanya, maka mayoritas peserta didik akan mencapai tahap penguasaan bahan (kompetensi) yang diharapkan. Dalam hal yang terakhir ini relasi bakat dan hasil, sedikit atau bahkan tidak ada sama sekah. Dakm hubungan ini Bloom mengususkan agar implementasi ide tersebut dipolakan dalam kegiatan bekjar mengajar dengan memberikan sejumlah waktu belajar yang relatif berbeda untuk masing-masing peserta didik7 Kuah'tas pengajaran adakh tingkat pengajaran, penjeksan, dan pengaturan dari unsur-unsur tugas pelajaran, yang telah dicapai secara optimum untuk kepentingan setiap peserta didik. KuaUtas pengajaran ditentukan oleh kuaUtas penyajian, penjeksan, pengaturan unsujsunsur tugas bekjar yang mendekati tahap opumum untuk peserta didik tettentu. Inti persoalan dalam hubungan kuaUtas pengajaran ini adalah pengembangan metode-metode mengajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakterisok peserta secara individual sehingga dapat menghasUkan tingkat penguasaan bahan yang hampir sama pada semua peserta didik yang berbeda-beda bakatnya itu. Sedangkan kemampuan peserta didik untuk memahami pekjaran adakh kemampuan peserta didik untuk mengambil keuntungan secara umum dari pengajaran yang diperolehnya yang bertaJian erat dengan inteUgensi peserta didik tersebut. Kemampuan untuk mengerti pelajaran bertalian erat dengan kemampuan untuk mengerti bahasa usan dan tuhsan. Kemampuan untuk mengerti bahasa tvdisan bertaHan erat dengan prestasi guru, sedangkan kemampuan untuk mengerti bahasa tuUsan @5emampuan membaca) banyak ditentukan oleh cara penyusunan buku teks. Dalam hubungan ini guru perlu bertitik tokk dari kebutuhan siswa, sehingga prestasi yang ia selenggarakan berada pada jangkauan kesanggupan pengettian peserta didik mengenai tugas belajar dan
Jurnal Pendidikan Agama lslam Vol. N, No. 1.2007
prosedur belajar yang mereka harus tempuh. Disamping variabel bakat, kuaHtas pengajaran dan kesanggupan untuk memahami pengajaran, mastery learning juga tetdapat variabel ketekunan dan kesempatan waktu belajar. Ketekunan fyerseveranci) adalah sebagai waktu yang diinginkan untuk dipergunakan untuk belajar oleh pesetta didik. Ketekunan banyak ditentukan oleh kualitas pengajaran yang diperoleh peserta didik. Dalam hal ini Gage dan BerUner menyebut pcrseverance Qcetekunan) sebagai motivation? IV. Petbedaan antara PembeUjaran Konvensional dengan Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning) Pembelajaran konvensional menitik beratkan pada pembekjaran klasikal. Guru mengajarkan bahan yang sama dengan metode yang sama dan penikian yang sama kepada semua peserta didik, dan dianggap akan menghasiikan hasil yang sama bagi semua peserta didik." Dengan kata lain, pembelajaran konvensional sifatnya berpusat pada guru, sehingga pelaksanaanya kurang memperhankan keseluruhan situasi bekjar. Sekolah-sekolah modern berpandangan sebauknya. Mereka menganggap mustahil, meskipun guru mengajar suatu keks namun yang melakukan belajar adalah individu-individu itu sendtri. Adalah suatu kekeuruan bila ada yang berpandangan, dua individu yang bekjar dan memperoleh hasil yang sama pula dakm suatu kelompok atau keks. Mereka mengakui, bahwa antara individu-individu itu terdapat berbagai kesamaan, tetapi lebili banyak perbedaanya. Karena itu perlu mempertimbangkan dan memperhatikan perbedaan individual dalam situasi pembekjaran; dakm situasi tadi terjadi interaksi antara guru dan peserta didik yang jumkhnya cukup banyak dakm satu keks. .j Oleh karena itu, bik kita mengharapkan peserta didik dapat mencapai tarap penguasaan atas penguasaan bahan pengajaran tertentu (misahiya, minimal 75 %), bahan pekjaran harus dipersiapkan secara sempurna. Begitu pula instrument evaluasi atau pengukuran hasil bekjarnya harus sudah dipersiapkan. Pola pembekjaran yang demikian ini menggunakan prinsip ketuntasan untuk setkp peserta didik secara individual (matery /earning).^ Untuk memperkecil kemungkinan kegagakn peserta didik, strategi pembekjaran tuntas menggunakan
' IM, hal. 8. ' Ocmar llamalik, Presa Btiyor Mmggar, Jakatta : Bumi Aksaia, tahun 2005, haI. 179. "' Departemen Pcndidikan Nasional, hal 14.
Pansip Pembek4oran Tuntas Mata Petajaran PAI
37
pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada sekelompok peserta didik @telas), tetapi mengakui dan melayani perbedaanperbedaan perorangan peserta didik sedemikian rupa, sehingga dengan penerapan belajar tuntas memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing peserta didik secara optimal, serta akan memudahkan bagi peserta didik belajar dan mencapai kompetensi berikutnya. Dasar pemikiran dari belajar tuntas dengan pendekatan individual adalah pengakuan terhadap perbedaan individual masingmasing peserta didik. Untuk merealisasikan pengakuan dan pelayanan terhadap perbedaan individu, maka bahan pelajaran harus diperinci dan diorganisasikan ke dalam satuan-satuan (units) tertentu sampai pada satuan-satuan terkecil yang berarti (meaningfufy dan merupakan komponen yang berdiri sendiri, walaupun merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari satuan yang lebih besar. Satuan bahan yang terkecil inilah yang disebut modul." Dengan demikian, proses belajar yang berorientasi pada prinsip mastery karning ^>etajar tuntas) ini, harus dimulai dengan penguasaan (t%astery) bagian terkecil, untuk kemudian baru dapat metanjutkan ke datam satuan (modui) atau unit berikutnya. Dengan kata bin ditenrukan bahwa seorang peserta didik yang mempelajari unit satuan pembebjaran tertentu dapat berpindah ke unit satuan pembelajaran berikutnya jika peserta didik yang bersangkutan telah menguasai sekurang-kurangnya 75 % dari kompetensi dasar yang ditetapkan.^ Dengan tercapainya tingkat penguasaan hasil belajar yang tinggi, maka akan menunjukkan sikap mental yang sehat pada peserta didik yang bersangkutan.^ Dengan memperhaukan uraian tersebut di atas dapat dikemukakan perbedaan pembelajaran konvensional dengan pembelajaran tuntas adalah bahwa pembelajaran konvensional pada umumnya kurang memperhatikan ketuntasan belajar khususnya ketuntasan peserta didik secara individual, sedang pembelajaran tuntas dUakukan dengan azas-azas ketuntasan. Secara kuaktatif perbandingan ke dua poh tersebut dapat dili>iat pada tabel berikut ":
" Abin Syamsuddin Makmun, Psikohg Kefnndidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999, hal. 160.
'- Departemen Pendidikan NasionaI., hal. 14 " Abin Syamsuddin Makmun., Psikolog Peiididikan, hal. 160. " Dcpartemcn Pendldikan Nasional., hal 15.-16.
Jurnal PendidikanAgama lslam Vol. lV, No. 1,2007
Petbandingan Kualitatif Antata Pembelajatan Konvensional Dengan Pembelajatan Tuntas Langkah A. Persiapan
B. Pelaksanaan pembelajaran
Aspek Pembeda l.Tingkatketuntasan
Pembelajaran Konvensional Diukur dari performance siswa yang dilakukan secara acak
2.Saluan Pembelajaran
Dibuat untuk satu minggu pembelajaran, dan hanya dipakai sebagai pedoman guru.
3.Pandangan terhadap kemampuan siswa saat memasuki satuan pembelajaran tertentu 4.Bentuk pembelajaran dalam setiap Standar kompetensi atau kompetensi Dasar 5.Cara pembelajaran dalam setiap standar kompetensi atau kompetensi dasar
Kemampuan siswa dianggap sama.
6.Orientasi pembelajaran
Pada bahan pelajaran
7.Peran guni
Nilai-nilai Pendklikan Be
Pembelajaran Tuntas Diukur dari performance siswa dalam setiap unit (Standar kompetensi atau Kompetensi dasar). Setiap siswa hams mencapai nilai 75 Dibuat untuk satu minggu pembelajaran, dan dipakai sebagai pedoman guru serta diberikan kepada siswa Kemampuan hampir sama, namun tetap ada variasi kemapuan siswa.
Dilaksanakan sepenuhnya melalui pendekatan klasikal
Dilaksanakan melalui pendekatan klasikal, kelompok dan individual/perorangan
Dilakukan melalui rnendengarkan penjelasan guni, Tanya jawab, dan membaca (tidak terkontrol)
Pembelajaran dilakukan melalui penjelasan guru, membaca secara mandiridan terkontrol, berdiskusi, dan belajar secara individual Pada termmal performance siswa (Standar kompetensi atau Kompetensi dasar) Sebagai pengelola pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan siswa secara individual
Sebagai pengelola pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan seluruh siswa dalam kelas
i Ungkungan Datam Fa!safah Jawa...
39
8. Fokus kegiatan pembelajaran
C Umpan Baiik
9. Penentuan keputusan mengenai satuan pembelajaran 10.Istrumen urnpan balik
ll.Cara siswa
V.
membantu
Ditujukan kepada siswa dengan kemampuan menengah Ditentukan sepenuhnya oleh guru
Ditujukan kepada masing-masing siswa secara individual
Leblh mengandalkan pada pengguriaan tes objektifuntuk penggalan waktu tertentu Dilakukan oleh guru dalam bentuk Tanya jawab secata klasikal
Menggunakan berbagai jenis serta bentuk tagihan secara berkelanjutan
Ditentukan oleh siswa dengan bantuan guru
Menggunakan sistern tutor dalam diskusi kelompok kecil dan tutor yang dilakukan secara individual
Implikasi Pembelajaran Tuntas dalam Kucikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum berbasis kompetensi dalam penerapanya menggunakan prinsip ketuntasan belajat. Prinsip ini mendorong masing-masing pesetta didik akan tetpacu dalam mencapai kompetensi-kompetensi yang ditentukan menutut kecepatan masing-masing secara akmi. Katena kecepatan masing-masing pesetta didik tidaklah sama dalam mencapai kompetensi dasar @CD), sehingga dalam pembekjaran, mungkin sekali tetjadi perbedaan kecepatan belajar antata peserta didik yang sangat pandai dan pandai dengan yang kurang pandai dalam pencapaian kompetensi. Implikasi dari prinsip belajai tuntas menghatuskan dilaksanakan progratn kyanan dan pengembangan modul-modul pembelajaran. 1
Ptogtam Layanan. Piogram ini metoputi; remedia^ pengayaan dan petcepatan. a. Remedial ^>erbaikan).
b.
40
Progiam ini diperuntukkan bagi pesetta didik yang belum mencapai skor 75 untuk Kompetensi Dasar @CD) tettentu . Progtam pengayaan (enricbmtnt). Program ini diperuntukkan bagi peserta didik yang mencapai skor
Jurnal PendldlkanAgama lslam Vol. N, No. 1,2007
untuk KD tertentu antara 75 - 90. Petcepatan (aksefotasi) Ptogtam ini ditujukan kepada pesetta didik yang skot penguasaan KD tettentu lebih dari 90. Secata skematis, ketiga bentuk ptogram Uyanan tersebut dapat di sebagai berikut:" >90
t Percepatan
Mencapai ketuntasan KD1
2.
* TesKDl
75-90
I "H Penjfiyaan
"* KD2
l* KD3
Pengembangan Modul-moduI Pembclajaran
Ketetsediaan modul-modul pembelajaran adalah ptasyatat bagi sebuah ptogtam pembeLajaran yang ingin mengaptikasikan pendekatan pembelajaran tuntas. Artinya, untuk dapat membetikan kyanan bagi ketiga ptogtam di atas (temedia^ pengayaan dan petcepatan) maka hatus disusun modul-moduI pembeUjatan, sesuai dengan kepentinganya. Adapun sesuai dengan kepentinganya, moduI dabun pembeb)atan tuntas mencakup tiga jenis modul, yaitu modul untuk ptogtam remedia^ pengayaan dan modul ptogtam akseletasi. a. Modul ptogtam temedial pada dasatnya adaJah bentuk penyedethanaan dati pembektjatan tegukt, dengan tujuan agat pesetta didik mempetoleh kemudahan dalam memahami konsep-konsep yang tetsaji dalam Standai kotnpetensi atau kompetensi dasai pada semestet tettentu.
* Depdiknas, Pat>maf
Priraap PembekiKsran Tuntas Mata Pe{ajaran PAI
41
b.
c.
Modul untuk program pengayaan pada dasarnya berisi perluasan atau pendalaman konsep tertentu sebagaimana tersaji dalam pembelajaran regular, dengan tujuan agar peserta didik lebih mendapatkan tambahan wawasan baik kedakm maupun perluasan konsep-konsep yang tersaji dalam standar kompetensi atau kompetensi dasar pada semester tertentu Modul untuk program akselerasi, pada dasarnya merupakan modul yang dikembangkan atau merupakan penjabaran dari program semester, dengan tujuan memberi kesempatan bagi siswa yang memUiki kecerdasan tinggi dengan penguasaan kompetensi hasil belajar yang cemerlang untuk maju berketanjutan. Dengan adanya modul ini peserta didik tidak dirugikan dalam hal penyelesaian studinya karena harus menunggu teman-temanya yang lebih lambat betajarnya.
VI. Implikasi Penibclajaran Tuntas Mata Pelajaran PAI 1
Karakteristik Mata Pelajaran PAI
Setiap mata pebijaran memiuki ciri klias atau karakteristik tertentu yang dapat membedakan antara mata pebjaran satu dengan mata pelajaran yang kin. Demikui habiya, mata petajaran PAI memitoki karakteristik antara lain : a. PAI merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran pokok (dasar) yang terdapat dalam agama Isbm. Karena itulah PAI merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran Is!am. b. Ddihat dari segi muatanya, PAI merupakan mata pelajaran pokok yang menjadi satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dengan mata pekjaran yang Uin yang bertujuan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakUak mutia. Karena radah semua mata petajaran yang memiUki tujuan tersebut harus seiring dan sejalan dengan yang ingin dicapai oleh PAI. c. PAI adalah mata pelajaran yang tidak hanya mengantarkan peserta didik dapat menguasai betbagai kajian keisbman, tetapi PAI lebih menekankan bagaimana peserta didik mampu menguasai kajian keislaman tersebut sekakgus dapat mengamaikan dalam kehidupan sehati-hari di tengah-tengah masyarakat. Dengan demikian, PAI tidak hanya menekankan aspek kognitif saja, tetapi lebih penting pada aspek afektif dan psikomotoriknya.
47
Jurnal Pendidlkan Agama lslam Vol. W, No. 1, 2007
d.
e.
f.
g.
2.
Secara umum mata pelajaran PAI didasatkan pada ketentuan-ketentuan yang ada pada dua sumbet pokok IsUm, yaitu A-Qur'an dan Sunnah. Dengan metode ijtihad para ubma mengembangkan prinsip-prinsip PAI tetsebut dengan lebih rinci dan detaiI dalam bentuk fiqh dan hasilhasil ijnhat lainya. Prinsip-prinsip dasar PAI tettuang dalam tiga kerangka dasar Islam, yaitu aqidah, syariah dan akhlak. Aqidah metupakan penjabaran dari konsep iman, syatiah metupakan penjabaran dari konsep Iskm, syariah mempunyai dua dimensi pokok, yaitu ibadah dan muamabm, dan akUak metupakan penjabatan dari konsep Ihsan. Dan ketiga prinsip dasat itukh betkembang betbagai kajian keislaman. Tujuan akhit dari mata pdajatan PAI di setiap jenjang pendidikan dtrumuskan dengan betbagai redaksi, tetapi intinya adalah tetbentuknya peserta yang memUiki akUak muHa. Katena ittdah maka PAI merupakan mata pelajaran wajib yang hatus diikuti oleh setiap peserta didik, tetutama yang betagama Iskm, atau bagi yang beragama laui yang didasari dengan kesadatan yang tuIus dalam mengikutinya.
Peran guni
Strategi pembekjaran tuntas menekankan pada petan gutu yang lebih besat untuk mendorong kebethasUan peserta didik secata individuaL Pendekatan yang digunakan adalah model pendekatan petotangan, hal ini lebih memungkinan intetaksi antata peserta didik dengan materi/obyek belajar dapat optimal. Peran guru hatus intensif dalam hal sebagai berikut" : a. b. c. d.
Menjabarkan atau memecah KD dahm satuan-satuan (anits) yang lebih keciI dengan mempethatikan pengetahuan-pengetahuan prasyarat. Menyusun indikatot berdasatkan cakupan dan ututan units Menya)ikan materi daUtn bentuk yang betvariasi Memonitot seIuruh pekerjaan siswa
e.
MeniUi perkembangan siswa daUtn pencapaian kompetensi Qcognitif, afektif, dan psikomotorik)
f.
Menggunakan teknik diagnostic
' lUd, haI. 18-19.
Prins!p PembeMaran Tuntos Mata Petajanm PAI
43
g.
Menyediakan sejurrJah alternatif strategi pembelajaran bagi peserta didik yang mempunyai kesuUtan.
3. Petan Peserta Didik Paradigma Kurikulum Berbasis Kompetensi sangat menjunjung tingga dan menghargai petan peserta didik dakm belajar. Fokus utama program pembelajaran adalah siswa dan yang akan dikerjakanya. Oleh karena itu dalam belajar tuntas mata pelajaran PAI, peserta didik lebih leluasa dalam menentukan jumlah waktu belajar yang diperlukan. Artinya, peserta didik diberikan kebebasan dalam menetapkan kecepatan pencapaian kompetensi. Keberhasilan ^temajuan) peserta didik sangat tergantung pada usaha serta ketekunan peserta didik secara individual. 4.
Sistem PenUaian
Ketuntasan belajar dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi ditetapkan dengan penikian acuan criteria pada setiap kompetensi dasar. Sedangkan sistem penilaianya menggunakan penikian berkelanjutan, yang ciri-cirinya: (1) penilaian dengan sistem blok, (2) setiap blok terdiri dari satu atau lebih KD, (3) hasil penilaian dianalisis dan ditindak lanjuti dengan program remedial, pengayaan, dan program percepatan, (4) penilaian mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, dan (5) aspek afektif ftinilai melalui pengamatan, dan kuosioner". Batas ketuntasan mata pelajaran PAI yang paUng reaUstis adalah ditentukan oleh guru agama/sekokh atau daerah.
Vn. Penutup Secara sunatuUah, manusia diciptakan dalam keragaman bukan seragam. Masing-masing peserta didik memiUki keterbatasan-keterbatasan sehubungan dengan kemampuan yang dimiUki, termasuk kemampuan akademiknya dan minatnya. Guru sudah seharusnya memahami bahwa adanya perbedaan tersebut memerlukan bentuk-bentuk perlakuan berbeda dalam belajar, disamping perlakuan-periakuan yang kelompok sifatnya. Jika guru ingin pembetajarannya berhasil membawa peserta didiknya menuju ketuntasan pencapaian kompetensi secara oprimal, maka upaya-upaya memfasititasi peserta didik dengan aneka ragam cara baik melalui remedia^ pengayaan maupun akselerasi mutlak harus dilakukan.
" Ibid, haI. 20.
Jurnal Pend!dikan Agama lslam Vol. IV, No. T , 2007
Nampaknya agak terasa berat untuk melakukan pembelajatan tuntas ini, namun dengan sikap optimisme maka semua terasa menjadi ringan, insya AUah. DAFTAR PUSTAKA Abin Syamsuddin Makmun. 1999., Psikakgi Kependidikan, Bandung : PT Rosda Karya. Departemen Pendidikan NasionaI. 2004., Pedomaa Pembetyaran Tuntas, Jakarta: Dirjen Dikdasmen Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Hari Suderad)at. 2003., Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi flQ$K) Pembaharuan Pendidikan dalam TJndang-undang Sisdiknas 2003, Bandung: Cipta Cekas Grafika. Maman Achdiat dan Ngadiyono A.Y. 1980., Beberapa Catatan tentang Mastery Learning, Jakarta : P3G Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Muhibbin Syah. 2005., Psikobg Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Oemar Hamalik. 2005., Prvses Bcbjar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara. Sudarman Damis. 2003., Agenda Pembaruan Sisteai Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka PeUjar. UU RI Nomor 14Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen serta UU RI Nomor 20 Tentang Sisdiknas, 2006, Bandung: Citra Umbara. Winarno Surakhmad. 1982., PtngmtarInteraksiMengyarBekyar, Bandung: Tarsito.
Prinsip PembelajaranTuntas Mata Peta)aran PAI
45