Press Release PT PENILAI HARGA EFEK INDONESIA (IBPA) Dalam Rangka Tutup Tahun 2015
Pasar Obligasi 2015 Bullish dengan Return +4,2 %ytd Kinerja Pasar Surat Utang Indonesia Positif Indonesia Composite Bond Index (ICBI) yang menggambarkan kinerja pasar obligasi Indonesia di tahun 2015 tampak bergerak positif. ICBI pada tahun 2015 mencatatkan positive return tahun berjalan sebesar +4,2%ytd dari level 175,8939 menjadi 183,2759. Angka tersebut jauh lebih rendah dari positive return tahun berjalan di tahun 2014 yang sebesar +12,6%ytd. Secara spesifik, di tahun 2015 kinerja obligasi korporasi yang tercermin dari INDOBeXC‐Total Return mencatatkan kinerja terbaik dengan positive return tahun berjalan sebesar +9,9%ytd dari level 178,8612 ke level 196,4885. Sedangkan kinerja obligasi pemerintah atau INDOBeXG‐Total Return menghasilkan positive return tahun berjalan sebesar +3,3%ytd dari 174,6143 menjadi 180,3825. Berbeda halnya dengan pasar obligasi, pasar saham di tahun 2015 mencatatkan kinerja yang negatif. Di tahun 2015, IHSG mencatatkan negative return tahun berjalan sebesar ‐12,1%ytd dari sebelumnya menghasilkan positive return tahun berjalan sebesar +22,3%ytd di tahun 2014. IHSG di akhir tahun 2015 berada di level 4.593,01 dari sebelumnya berada di level 5.226,95 di akhir tahun 2014. Gambar 1. Kinerja ICBI dan Perbandingan Dengan IHSG 5,800
Indeks Harga Saham Gabungan ‐ IHSG
5,200 4,600 4,000 Jan‐15
Indonesia Composite Bond Index ‐ ICBI
2015Ytd
195
9.86%
5.95% 4.20%
3.30%
180
165
‐12.13%
150 Feb‐15Mar‐15 Apr‐15 May‐15 Jun‐15 Jul‐15 Aug‐15 Sep‐15 Oct‐15 Nov‐15 Dec‐15
Composite
Government Bond
Corporate Bond
Sukuk
IHSG
Sumber: IBPA, IDX,diolah Sumber: IBPA per 31 Desember 2015, IDX per 30 Desember 2015, diolah.
Kurva Imbal Hasil Obligasi Indonesia Bearish, Tenor Pendek Tertekan Naik Paling Tinggi Hingga +114,0 Basis Points Kurva imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia pada akhir tahun 2015 mencatatkan bearish dengan rentang kenaikan yield terjadi pada rentang +62,7bps s/d +114,8bps pada tenor 1‐30 tahun. Bearish terbesar terjadi pada tenor pendek (1‐4tahun) dengan rata‐rata yield naik +114,0bps. Sedangkan
1
tenor menengah (5‐7 tahun) dan tenor panjang (8‐30 tahun) masing‐masing mencatatkan kenaikan rata‐rata yield sebesar +108,6bps dan +75,9bps. Gambar 2. Pergerakan Yield Curve Obligasi Pemerintah INDONESIA GOVERNMENT BONDS YIELD CURVE 10.75
Yield (%)
9.25
7.75
Last Year Early Year TW I‐2015
6.25
TW II‐2015 TW III‐2015 31‐Dec‐15 4.75 0
5
10
15
20
25
30
Maturity (Year)
Tenor (Year) 0.1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Yield (%) 31‐Dec‐15 TW III‐2015 TW II‐2015 TW I‐2015 7.4799 7.5707 6.5966 6.0485 8.1710 8.5765 7.3015 6.4931 8.5668 9.1693 7.7644 6.8084 8.7545 9.4649 8.0269 7.0082 8.8347 9.6030 8.1691 7.1354 8.8649 9.6631 8.2424 7.2187 8.8761 9.6892 8.2788 7.2768 8.8839 9.7038 8.2977 7.3218 8.8948 9.7173 8.3103 7.3607 8.9108 9.7340 8.3225 7.3977 8.9317 9.7542 8.3370 7.4348 8.9560 9.7774 8.3547 7.4729 8.9822 9.8022 8.3753 7.5119 9.0088 9.8273 8.3982 7.5517 9.0349 9.8516 8.4226 7.5915 9.0594 9.8744 8.4475 7.6309 9.0820 9.8953 8.4723 7.6693 9.1024 9.9139 8.4963 7.7063 9.1204 9.9303 8.5191 7.7414 9.1361 9.9444 8.5404 7.7744 9.1496 9.9565 8.5601 7.8052 9.1610 9.9667 8.5779 7.8336 9.1707 9.9752 8.5940 7.8596 9.1789 9.9822 8.6083 7.8833 9.1856 9.9880 8.6209 7.9046 9.1912 9.9927 8.6320 7.9239 9.1957 9.9966 8.6416 7.9410 9.1994 9.9997 8.6500 7.9563 9.2025 10.0022 8.6572 7.9699 9.2049 10.0042 8.6634 7.9818 9.2069 10.0057 8.6687 7.9923
Early Year 6.0784 6.3600 6.5742 6.7220 6.8260 6.9019 6.9605 7.0092 7.0529 7.0944 7.1355 7.1770 7.2192 7.2620 7.3051 7.3481 7.3907 7.4325 7.4730 7.5121 7.5494 7.5848 7.6181 7.6493 7.6784 7.7053 7.7302 7.7530 7.7738 7.7928 7.8101
Last Year 6.3806 7.0368 7.4193 7.6093 7.7023 7.7526 7.7893 7.8264 7.8695 7.9193 7.9745 8.0329 8.0922 8.1504 8.2061 8.2580 8.3055 8.3484 8.3865 8.4199 8.4490 8.4741 8.4956 8.5138 8.5291 8.5420 8.5528 8.5618 8.5692 8.5753 8.5803
Sumber: IBPA per 31 Desember 2015, diolah
Kinerja Yield Kelompok SUN Seri Benchmark Negatif Secara Year to Date Rata‐rata yield SUN seri benchmark di akhir tahun 2015 tampak tertekan naik secara tahun berjalan jika dibandingkan dengan awal tahun 2015. Tertekan naiknya yield pada keempat seri benchmark mulai terjadi di bulan Juni 2015. Sepanjang 2015, seri dengan time to maturity terpendek atau FR0069 mencatatkan kenaikan rata‐rata yield terbesar yakni sebesar +140,8bps dari 7,2019% menjadi 8,6095%. Sedangkan FR0071 mencatatkan kenaikan rata‐rata yield terkecil yakni +106,6bps dari 7,7521% menjadi 8,8183%. Sementara untuk dua seri lainnya yakni FR0070 dan FR0068 masing‐ masing mengalami kenaikan rata‐rata yield sebesar +123,2bps (dari 7,4579% menjadi 8,6902%) dan +106,7bps (dari 7,8831% menjadi 8,9502%). Tabel 1. Rata‐Rata Yield SUN Seri Benchmark Benchmark Series FR0069 FR0070 FR0071 FR0068
Time to Maturity (year) 3.29 8.21 13.21 18.22
Rata‐Rata Yield (%) Coupon (%) 7.875 8.375 9.000 8.375
Jan‐15
Feb‐15
Mar‐15
Apr‐15
May‐15
Jun‐15
Jul‐15
Aug‐15
Sep‐15
Oct‐15
Nov‐15
Dec‐15
7.2019 7.4579 7.7521 7.8831
6.8517 7.0499 7.1960 7.4020
7.0446 7.3090 7.4991 7.6751
7.3202 7.4210 7.6069 7.7784
7.7762 8.0339 8.2146 8.3192
8.2291 8.4235 8.5689 8.6026
7.9705 8.3329 8.4460 8.5250
8.3245 8.6674 8.9591 9.0278
8.8708 9.2033 9.3741 9.4209
8.5586 8.7309 8.9639 9.0532
8.5092 8.6183 8.8310 8.8882
8.6095 8.6902 8.8183 8.9502
Change (bps) 1 Jan ‐ 31 Dec 140.76 123.23 106.62 106.71
Sumber: IBPA per 31 Desember 2015, diolah
Tabel 2. Pergerakan Rata‐Rata Yield SUN Seri Benchmark Selama Tahun Berjalan Benchmark Series FR0069 FR0070 FR0071 FR0068
Time to Maturity (year) 3.29 8.21 13.21 18.22
Pergerakan Yield (bps ytd) Coupon (%) 7.875 8.375 9.000 8.375
Jan‐15
Feb‐15
Mar‐15
Apr‐15
May‐15
Jun‐15
Jul‐15
Aug‐15
Sep‐15
Oct‐15
Nov‐15
Dec‐15
‐59.86 ‐49.35 ‐50.88 ‐49.54
‐94.89 ‐90.16 ‐106.49 ‐97.65
‐75.60 ‐64.25 ‐76.18 ‐70.34
‐48.03 ‐53.05 ‐65.40 ‐60.01
‐2.44 8.24 ‐4.63 ‐5.93
42.85 47.20 30.80 22.41
17.00 38.14 18.51 14.66
52.39 71.60 69.82 64.93
107.03 125.18 111.32 104.24
75.80 77.94 70.30 67.47
70.86 66.68 57.00 50.97
80.90 73.87 55.74 57.17
Sumber: IBPA per 31 Desember 2015, diolah
2
Penerbitan SUN dan Surat Utang Korporasi Meningkat Tahun 2015 pemerintah telah berhasil menerbitkan dana sebesar Rp502,4triliun dimana Rp349,9triliun merupakan utang baru. Jumlah penerbitan utang baru (net issuance) tersebut naik +27,5%yoy dari tahun sebelumnya. Untuk penerbitan obligasi korporasi sampai dengan akhir tahun 2015 juga mengalami peningkatan. Tercatat 117 seri baru diterbitkan dengan total nilai outstanding sebesar Rp62,8triliun atau meningkat sebesar+39,2%yoy. Gambar 3. Net Issuance Obligasi Pemerintah dan Obligasi Korporasi Total Net Issuance (Rp Triliun)
Total Corporate Bond Net Issuance (Rptrilion)
349.94 235.78 126.65
2011
69.39
62.75
58.43
274.39
45.08
45.07
159.59
2012
2013
2014
2015
2011
2012
2013
2014
2015
Sumber: DJPPR per 29 Desember 2015, IBPA per 31 Desember 2015, diolah
Transaksi Obligasi Pemerintah Dan Korporasi Meningkat Rata‐rata volume perdagangan obligasi pemerintah di tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar +21,5%yoy menjadi Rp12,4triliun/hari dari sebelumnya sebesar Rp10,2triliun/hari di tahun 2014. Peningkatan juga ditunjukkan dari rata‐rata total frekuensi harian yang naik menjadi 643 kali/hari di tahun 2015 dari 576 kali/hari pada tahun 2014. Tabel 3. Volume dan Frekuensi Harian Obligasi Pemerintah (2011 s/d 2015) Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015*
Volume (Triliun Rupiah/hari) 6.79 7.95 8.15 6.86 10.21 12.41
Frekuensi (kali/hari) 381 433 519 453 576 643
Sumber: Data PLTE IDX. Ket: * Data per 30 Desember 2015
Rata‐rata volume obligasi korporasi turut menunjukkan peningkatan di tahun 2015 yakni sebesar +11,5%yoy dari sebelumnya Rp676,1miliar/hari menjadi Rp754,0miliar/hari. Sementara rata‐rata frekuensi harian menunjukkan peningkatan dari 88 kali/hari pada tahun 2014 menjadi 90 kali/hari di tahun 2015.
3
Tabel 4. Volume dan Frekuensi Harian Obligasi Korporasi (2011 s/d 2015) Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015*
Volume (Miliar Rupiah/hari) 418.43 512.34 931.39 748.50 676.13 754.02
Frekuensi (kali/hari) 70 73 112 81 88 90
Sumber: Data PLTE IDX. Ket: * Data per 30 Desember 2015
FR0068 menjadi obligasi yang paling aktif diperdagangkan pada tahun 2015 dengan total frekuensi sebanyak 22.121 kali transaksi dan total volume sebesar Rp372,5triliun. Obligasi dengan total volume transaksi terbesar dipegang oleh FR0070 dengan nominal mencapai Rp594,4triliun.
Tabel 5. Top 10 Most Active Government Bond Bond Code FR0068 SR007 FR0070 FR0071 ORI012 ORI011 FR0069 FR0058 FR0056 SR006
Bond Name TTM (Year) Obligasi Negara Republik Indonesia Seri FR0068 18.22 Sukuk Negara Ritel Seri SR‐007 2.20 Obligasi Negara Republik Indonesia Seri FR0070 8.21 Obligasi Negara Republik Indonesia Seri FR0071 13.22 Obligasi Negara Ritel Republik Indonesia Seri ORI01 2.79 Obligasi Negara Ritel Republik Indonesia Seri ORI01 1.79 Obligasi Negara Republik Indonesia Seri FR0069 3.29 Obligasi Negara Republik Indonesia Seri FR0058 16.47 Obligasi Negara RI Seri FR0056 10.72 Sukuk Negara Ritel Seri SR‐006 1.18
IBPA Fair Yield (%) 9.0509 8.5718 8.8053 8.9356 8.9001 8.2381 8.7718 9.0814 8.6763 8.4053
Volume (Rp Bio) 372,537.74 100,677.30 594,370.08 300,499.42 23,925.75 47,134.37 274,688.70 58,086.98 142,938.41 76,958.02
Frequency 22,121 20,163 17,207 13,680 11,339 8,323 7,388 6,094 4,700 4,681
Sumber: Data PLTE IDX per 30 Desember 2015
Obligasi I Express Transindo Utama Tahun 2014 (TAXI01) menjadi obligasi korporasi teraktif diperdagangkan dengan total frekuensi sebanyak 419 transaksi dan total volume Rp1,1triliun. Sedangkan total volume terbesar diraih oleh Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank I Tahap III Tahun 2013 Seri B (BEXI01BCN3) yakni sebesar Rp5,3triliun. Tabel 6. Top 10 Most Active Corporate Bond Bond Code TAXI01 PNBN04SB SANF01CN2 BEXI01BCN3 BNGA02SB APLN02 MEDC01CN2 APLN01CN3 APLN01CN1 BBKP01SBCN1
Bond Name Obligasi I Express Transindo Utama Tahun 2014 Obligasi Subordinasi Bank Panin III Tahun 2010 Obligasi Berkelanjutan I SAN FINANCE Tahap II Tahun 2014 Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank I Tahap III Tahun 2013 Seri B Obligasi Subordinasi II Bank CIMB Niaga Tahun 2010 Obligasi II Agung Podomoro Land Tahun 2012 Obligasi Berkelanjutan I Medco Energi Internasional Tahap II Tahun 2013 Obligasi Berkelanjutan I Agung Podomoro Land Tahap III Tahun 2014 Obligasi Berkelanjutan I Agung Podomoro Land Tahap I Tahun 2013 Obligasi Subordinasi Berkelanjutan I Bank Bukopin Tahap I Tahun 2012
TTM (Year) IBPA Fair Yield (%) Volume (Rp Bio) Frequency 3.48 12.6052 1,131.27 419 1.86 10.9084 3,136.03 406 1.96 10.7137 918.74 328 0.40 8.9856 5,332.75 299 4.99 11.2928 1,845.10 282 1.63 11.0005 1,495.88 274 2.21 10.9259 808.71 272 3.97 11.96 1,941.50 270 2.49 11.5516 1,293.65 261 3.18 10.5114 1,745.40 259
Sumber: Data PLTE IDX per 29 Desember 2015
4
Obligasi pemerintah yang memberikan total return tertinggi di tahun 2015 dicatatkan oleh seri ORI012 yakni sebesar 9,2%. ORI012 juga masuk kedalam 5 seri teraktif ditransaksikan sepanjang tahun 2015 dengan total frekuensi sebanyak 11.339 kali. Di akhir tahun 2015, fair priced untuk ORI012 berada di level 100,2359. Tabel 7. Top 10 Performance Government Bond Bond Code ORI012 FR0032 IFR0005 PBS010 SR007 ORI010 SR006 FR0030 ORI011 IFR0002
Bond Name Obligasi Negara Ritel Republik Indonesia Seri ORI012 Obligasi Negara RI Seri FR0032 SBSN Seri IFR0005 SBSN Seri PBS010 Sukuk Negara Ritel Seri SR‐007 Obligasi Negara Ritel Republik Indonesia Seri ORI010 Sukuk Negara Ritel Seri SR‐006 Obligasi Negara RI Seri FR0030 Obligasi Negara Ritel Republik Indonesia Seri ORI011 SBSN Seri IFR0002
Capital Gain/Loss 0.24% ‐6.74% ‐0.99% ‐0.83% ‐0.61% ‐0.96% ‐1.28% ‐3.31% ‐1.28% ‐4.73%
Coupon 9.00% 15.00% 9.00% 8.63% 8.25% 8.50% 8.75% 10.75% 8.50% 11.95%
Total Return 9.24% 8.26% 8.01% 7.79% 7.64% 7.54% 7.47% 7.44% 7.22% 7.22%
Sumber: Data IBPA 31 Desember 2015, diolah
Obligasi korporasi yang memberikan total return tertinggi di akhir tahun 2015 dicatatkan oleh seri GWSA01CN1 (Obligasi Berkelanjutan I Greenwood Sejahtera Tahap I Tahun 2014) yakni sebesar 15,3%. Fair priced untuk seri GWSA01CN1 di akhir tahun 2015 berada di level 100,9969. Tabel 8. Top 10 Performance Corporate Bond Bond Code GWSA01CN1 SDRA01SB BIMF01BCN1 TLKM01DCN1 MDLN01BCN1 ANTM01BCN1 BBKP01SBCN1 BNLI02SBCN2 BIMF01ACN1 APLN01CN3
Bond Name Capital Gain/Loss Coupon Total Return Obligasi Berkelanjutan I Greenwood Sejahtera Tahap I Tahun 2014 1.00% 14.25% 15.25% Obligasi Subordinasi Bank Saudara I Tahun 2012 2.05% 12.63% 14.67% Obligasi Berkelanjutan I Bima Multi Finance Tahap I Tahun 2015 Seri B ‐0.12% 14.50% 14.38% Obligasi Berkelanjutan I Telkom Tahap I Tahun 2015 Seri D 2.84% 11.00% 13.84% Obligasi Berkelanjutan I Modernland Realty Tahap I Tahun 2015 Seri B 1.31% 12.50% 13.81% Obligasi Berkelanjutan I Antam Tahap I Tahun 2011 Seri B 4.75% 9.05% 13.80% Obligasi Subordinasi Berkelanjutan I Bank Bukopin Tahap I Tahun 2012 4.44% 9.25% 13.69% Obligasi Subordinasi Berkelanjutan II Bank Permata Tahap II Tahun 2014 1.79% 11.75% 13.54% Obligasi Berkelanjutan I Bima Multi Finance Tahap I Tahun 2015 Seri A ‐0.10% 13.50% 13.40% Obligasi Berkelanjutan I Agung Podomoro Land Tahap III Tahun 2014 0.50% 12.50% 13.00% Sumber: Data IBPA 31 Desember 2015, diolah
Kinerja Pasar Obligasi Syariah Di Tahun 2015 Positif Indonesia Sukuk Index Composite ‐ Total Return (ISIXC‐Total Return) yang menggambarkan kinerja pasar obligasi syariah atau sukuk Indonesia di tahun 2015 juga tampak bergerak positif. ISIXC‐TR pada tahun 2015 mencatatkan positive return tahun berjalan sebesar +6,0%ytd dari level 160,5679 menjadi 170,1289. Secara spesifik, kinerja sukuk korporasi yang tercermin dari ICSIX‐Total Return juga mencatatkan kinerja terbaik dengan positive return tahun berjalan sebesar +9,7%ytd dari level 172,2423 ke level 188,9204. Sedangkan kinerja sukuk negara atau IGSIX‐Total Return menghasilkan positive return tahun berjalan sebesar +5,8%ytd dari 159,2040 menjadi 168,5013.
5
Gambar 4. Pergerakan Indeks Sukuk Secara Komposit, Sukuk Negara dan Sukuk Korporasi 195
ISIXC‐TR
IGSIX‐TR
ICSIX‐TR
180
165
Dec‐15
Nov‐15
Oct‐15
Sep‐15
Aug‐15
Jul‐15
Jun‐15
May‐15
Apr‐15
Mar‐15
Feb‐15
Jan‐15
150
Sumber: IBPA per 31 Desember 2015, diolah
Kepemilikan Asing Meningkat +19,4%ytd Di Tahun 2015 Kepemilikan asing di pasar SBN domestik mencatatkan peningkatan sebesar +21,0%ytd dari Rp461,4triliun di akhir 2014 menjadi Rp558,1triliun per tanggal 28 Desember 2015, atau jauh lebih rendah dibanding tahun 2014 yang tercatat sebesar 42,5%ytd. Menurunnya capital inflow lebih disebabkan oleh ketidakpastian terkait kenaikan the Fed Rate yang mana hal tersebut turut mendorong penguatan mata uang Dollar Amerika terhadap mata uang beberapa negara lain termasuk Indonesia. Gambar 5. Kepemilikan Asing Di Pasar SBN Domestik Rp Triliun 560
520
480
440
Dec‐15
Nov‐15
Oct‐15
Sep‐15
Aug‐15
Jul‐15
Jun‐15
May‐15
Apr‐15
Mar‐15
Feb‐15
Jan‐15
Dec‐14
400
Sumber: DJPPR Kemenkeu, per 29 Desember 2015
Kondisi Pasar obligasi di Indonesia pada tahun 2015 banyak dipengaruhi oleh faktor ekonomi baik dari global maupun dalam negeri. Gejolak Eksternal Menekan Pasar Obligasi Domestik Penurunan kinerja pasar obligasi di tahun 2015 dipengaruhi oleh kondisi eksternal seperti ketidakseimbangan pertumbuhan ekonomi global yakni membaiknya ekonomi AS, namun disisi lain, ekonomi Tiongkok, Jepang, dan zona Eropa melambat yang kemudian mendorong penguatan mata
6
uang dollar AS terhadap mata uang global termasuk rupiah. Tekanan penguatan mata uang dollar AS juga diperkuat dengan ketidakpastian rencana kenaikan suku bunga The Fed yang kemudian baru dinaikan ke level 0,25%‐0,50% pada akhir tahun 2015. Tekanan bagi pasa r obligasi domestik juga dipengaruhi oleh devaluasi yuan dan kejatuhan bursa saham Shanghai. Kondisi tersebut turut berimbas pada penguatan mata uang dollar AS terhadap mata uang global. Sementara zona Eropa diwarnai dengan sentimen bangkrutnya Yunani dan masuknya zona Eropa kedalam zona deflasi sehingga mendorong Bank Sentral Eropa untuk meluncurkan program Quantitative Easing (QE) pada awal tahun 2015. Senada dengan zona Eropa, Jepang masih bertahan dalam zona deflasi dan mendorong Bank of Japan untuk mempertahankan program Quantitative Easing. Ekspektasi Positif Dari Dalam Negeri Menopang Kinerja Pasar Obligasi Berbagai tekanan dan gejolak eksternal turut menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang per kuartal III‐2015 tumbuh 4,7%yoy. Namun demikian, komitmen pemerintah untuk memperbaiki pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan melalu rilis paket kebijakan ekonomi I‐VIII menimbulkan ekspektasi positif di pasar obligasi. Ekspektasi positif tersebut kemudian ditunjang dengan membaiknya indikator inflasi yang dalam tren penurunan dan diperkirakan berada di sekitar 3,0% pada akhir tahun 2015 serta membaiknya defisit neraca transaksi berjalan. Disamping itu, adanya prospek naiknya peringkat sovereign rating Indonesia dari S&P di tahun 2016 setelah dinaikannya outlook peringkat Indonesia dari stable menjadi positive di tahun 2015 turut menjadi katalis positif pasar obligasi. Outlook Pasar Obligasi 2016 Pasar obligasi domestik di tahun 2016 memiliki prospek membaik dari tahun 2015 seiring dengan potensi membaiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan naik ke level 5,3%. Potensi membaiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut didorong oleh efek dari realisasi paket kebijakan ekonomi I‐VIII. Adanya BI rate turun (kemungkinan) pada kuartal I‐2016 diperkirakan dapat mendorong turun yield sehingga dapat memberikan dampak positif di pasar obligasi. Namun demikian sejumlah risiko perlu dicermati oleh pasar obligasi di tahun 2016 diantaranya yakni risiko penguatan mata uang dollar AS akibat divergensi kebijakan moneter global yakni agresif atau tidaknya The Fed dalam menaikan suku bunga acuan lanjutan ditengah rendahnya suku bunga acuan di zona Eropa, Jepang, dan Tiongkok. Selain itu, pasar obligasi juga perlu mencermati risiko perlambatan ekonomi Tiongkok yang dapat kembali menekan harga komoditas global. Kemudian dari dalam negeri, risiko kurang efektifnya implementasi paket kebijakan dan rendahnya serapan anggaran dapat menjadi faktor penahan kinerja pasar obligasi.
7
TENTANG IBPA Cakupan Valuasi Harga Pasar Wajar Sampai dengan tanggal 31 Desember 2015, PHEI telah melakukan penilaian dan penetapan HPW atas 528 seri jenis instrumen Efek bersifat utang dan Sukuk, dengan total jumlah outstanding mencapai Rp. Rp2.299,946 Triliun. Dalam persentase, PHEI telah melakukan valuasi atas 97.03% surat utang yang diterbitkan Pemerintah dan 98.93% obligasi dan sukuk korporasi dan 100% EBA yang diperdagangan di pasar sekunder obligasi dalam negeri. Adapun jenis instrumen yang telah divaluasi tersebut meliputi 118 seri surat utang yang diterbitkan Pemerintah antara lain 14 seri Surat Perbendaharaan Negara (SPN), 54 seri Surat Berharga Negara (SBN) denominasi Rupiah, 21 seri Surat Berharga Negara (SBN) denominasi US Dolar dan 29 seri Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), dengan total nilai nominal mencapai Rp2.050,322 Trilliun. Sementara itu untuk instrumen yang diterbikan oleh korporasi, PHEI telah melakukan penilaian dan penetapan harga pasar wajar secara harian untuk 410 seri instrumen obligasi korporasi plain vanilla dan Sukuk Ijarah korporasi, dengan peringkat (rating) investment grade dengan total nilai nominal Rp249,624 Trilliun. Tabel 9. Instrumen Surat Utang Yang Divaluasi PHEI sampai dengan 31 Desember 2015
8
ISIX dan ICBI sebagai Acuan Kinerja Pasar Surat Utang Indonesia Pada tanggal 11 November 2015, IBPA meluncurkan rangkaian indeks obligasi bagi efek Sukuk bernama Indonesia Sukuk Indexes (ISIX) dan indeks obligasi komposit bernama Indonesia Composite Bond Index (ICBI) sebagai acuan kinerja pasar surat utang Indonesia. Kehadiran ISIX dan ICBI merupakan lanjutan dari penerbitan INDOBeX pada tahun 2014 lalu, yang merupakan bagian dari Pengembangan Pasar Surat Utang yang dicanangkan oleh Otoritas Jasa Keuangan. Penerbitan kedua indeks tersebut juga merupakan bagian dari strategi pendalaman pasar keuangan (financial market deepening) atas pasar surat utang Indonesia yang pelaksanaannya dilakukan oleh IBPA. Valuasi Instrumen EBA‐SP Pada tanggal 30 November 2015, IBPA resmi melakukan valuasi atas instrumen baru di pasar surat utang yaitu Efek Beragun Aset berbentuk Surat Partisipasi. Hal ini merupakan tindak lanjut dari penandatangan kerjasama antara SMF dan IBPA pada tanggal 11 November 2015. Penilaian dan Penetapan Harga Pasar Wajar EBA‐SP melengkapi varian instrumen efek bersifat utang yang dilakukan oleh IBPA. Keberadaan harga pasar wajar EBA‐SP diharapkan dapat menjadi acuan baik bagi penilaian aset juga sebagai acuan transaksi pasar sekunder EBA‐SP. Hal ini diharapkan dapat memacu investasi pada EBA‐SP serta mampu menciptakan EBA‐SP yang likuid. Selain itu, keberadaan harga pasar wajar diharapkan juga mampu mendorong sekuritisasi KPR yang dapat berdampak positif pada upaya pemerintah dalam menyediakan hunian yang layak bagi masyarakat. Produk dan Value Added Services TheNewBIPS merupakan media utama IBPA dalam mendistribusikan informasi harga pasar wajar kepada pelaku pasar. Pengguna BIPS sampai dengan tanggal 31 Desember 2015 berjumlah 184 institusi, yang terdiri dari 61 institusi dana pensiun, 37 asset management, 31 perusahaan asuransi, 33 bank, 7 perusahaan sekuritas, 2 Money Broker dan 13 institusi lainnya. TheNewBIPS berisi beragam informasi mulai dari harga pasar wajar, yield dan yield curves, varian indeks obligasi, hasil riset berkali baik harian, mingguan maupun bulanan serta beragam aplikasi yang mampu mendukung kegiatan pengguna TheNewBIPS dalam mengelola portofolionya. Aplikasi tersebut antara lain Bond Calculator, ABS Calculator, MyPortfolio serta MyWatchlist. Layanan Edukasi: School Of Bonds And Fixed Income (SoBFI) Bentuk layanan lain yang diberikan PHEI kepada publik adalah penyelenggaraan training terkait obligasi. Program yang bernama School Of Bonds And Fixed Income (SoBFI) disajikan melalui kelas reguler maupun in‐house training. Mengambil tema Bond Market and Instruments dan Bond Market Analysis, mulai tahun 2015 SoBFI memperkenalkan kelas baru yang mengambil tema Sukuk. Sepanjang tahun 2015 telah diselenggarakan sebanyak 15 kelas reguler dengan 8 kelas Bond Market and Instruments, 6 kelas Bond Market Analysis dan 1 kelas Sukuk. Selain itu, 7 kelas in‐house dengan Otoritas Jasa Keuangan, Kementerian Keuangan, BNI, BRI dan Bank Mandiri juga telah diselenggarakan dengan sukses. Total peserta yang telah mengikuti kelas reguler sebanyak 177 peserta dan 139 peserta yang mengikuti kelas in‐house.
9
Sekilas IBPA PHEI adalah lembaga penilaian harga efek (LPHE) independen pertama dan satu‐satunya di Indonesia yang fokus melakukan valuasi terhadap efek bersifat utang, sukuk dan efek lainnya. PHEI mendapatkan izin sebagai LPHE dari Bapepam‐LK pada Agustus 2009. PHEI secara harian menyediakan harga pasar wajar dan informasi imbal hasil untuk Surat Utang Negara dan Sukuk, surat utang korporasi dan efek lainnya. PHEI bertujuan untuk mendukung pengembangan pasar pendapatan tetap di Indonesia agar menjadi lebih teratur, efisien, likuid dan transparan. Jakarta, 31 Desember 2015
Departemen Hukum dan Komunikasi Perusahaan PT Penilai Harga Efek Indonesia Menara Global Lantai 19 Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 27 Jakarta 12950 Telp: +6221 5270179 ext. 121
10