POTRET KEGIATAN SOSIAL NASIONAL (data SIM 2007-2011)
A. Sepintas Kegiatan Sosial Nasional Selama ini Kegiatan Sosial masih kurang serius diperhatikan dalam PNPM Mandiri Perkotaan, dibandingkan dengan Kegiatan Infrastruktur dan Kegiatan Ekonomi Produktif. Padahal dibalik Kegiatan Sosial tersimpan ” berjuta” jenis kegiatan pelayanan dasar yang meningkatkan kapasitas SDM, pendidikan dan kesehatan. Sebagian besar berkorelasi dengan IPM dan target MDGs. Apalagi semakin lama PNPM Mandiri Perkotaan semakin terkait dengan IPM dan MDGs. Namun demikian masih saja terdapat beberapa kegiatan social yang tidak terkait IPM-MDGs. Penerima manfaat kegiatan sosial juga tidak sedikit, yaitu 73 % dari jumlah KK miskin terdaftar, sebagaimana pernah dibahas dalam ToT Pemandu Nasional di Lembang Jawa Barat, Pertemuan PDTL dan terakhir pada EGM Training serta Sosialisasi 1-4 Oktober 2012. Bagaimanakah potret sesungguhnya berdasarkan data SIM Status Mei 2012? Berikut ini ulasan singkatnya
Gambar I Komposisi Swadaya BLM dan APBD dalam Kegiatan Sosial Nasional APBD 4% SWADAYA 24%
BLM 72%
Secara Nasional, perbandingan antara BLM Sosial yang diserap dengan swadaya dan APBD menunjukkan kesenjangan. Swadaya nasional tercatat Rp 74.622.591.046 dari total BLM sebesar Rp 224.841.451.197 atau sekitar 24 %. Masih dibawah target namun telah mendekati30 %. Sedangkan kontribusi APBD, masih jauh dari harapan. Hanya 4 % dari total BLM. Tabel 1 Potret Kegiatan Sosial Nasional BLM
SWADAYA
APBD
KK_Miskin
Rp 224.841.451.197
Rp 74.622.591.046
Rp 11.231.751.750
2.226.772
1
Muncul pertanyaan, apakah PNPM Mandiri Perkotaan dalam mengelola kegiatan social tidak berkoordinasi dengan Pemda sehingga seolah berdiri sebagai program yang terpisah dari Program Pemda? Bagaimana dengan sustainability bagi masa depan 2.226.772 KK Miskin kelak?
B. Serapan BLM Menurut data tersebut, realisasi BLM Sosial terbesar terdapat di Jateng yang hampir menyerap Rp 70 Miliar dan Jatim Rp 67 Miliar BLM. Sedangkan jumlah terkecil terdapat di Sulbar yang hanya merealisasikan Rp 540 juta-an karena hanya memiliki 3.613 KK miskin. Gambar 2 Perbandingan Kegiatan Sosial Antar Propinsi Rp80.000.000.000 Rp70.000.000.000 Rp60.000.000.000 Rp50.000.000.000 Rp40.000.000.000
BLM Rp30.000.000.000
SWADAYA APBD
Rp20.000.000.000 Rp10.000.000.000
DIY BALI PAPUA BARAT SULTRA SULBAR KALTENG GORONTALO NTB NTT SULTENG KALTIM KALSEL MALUKU MALUKU UTARA PAPUA SULSEL SULUT JATENG JATIM
Rp-
C. Swadaya Idealnya Kegiatan social mestinya memancing tumbuhnya solidaritas social. Pada gambar di atas terlihat bahwa semakin tinggi nominal BLM yang diserap, semakin tinggi pula swadaya yang dapat digalang. Kecenderungan semacam ini terjadi di Jateng, Jatim, DIY, Bali dan NTB yang rata-rata mampu memobilisasi swadaya hampir 30 % hingga 50 %. Namun kecenderungan tersebut seolah tidak berlaku di 14 Propinsi yang lain. Solidaritas sosial belum tersentuh kegiatan sosial di Propinsipropinsi tersebut. Sementara itu capaian terrendah terdapat di Papua Barat dengan jumlah Swadaya terhadap BLM-nya hanya sebesar 1,9 % dari Total BLM.
2
D. APBD Untuk kontribusi APBD terbesar diperlihatkan oleh SKPD-SKPD di Jatim yang mampu menggalang Rp 4.635.575.350 dari total BLM Rp 67.764.693.150. Meski jumlah tersebut hanya 0,6 %, namun merupakan jumlah tertinggi dibandingkan propinsi-propinsi yang lain. Artinya, kegiatan social kita secara nasional belum menarik minat SKPD-SKPD untuk turut mengintegrasikannya ke dalam program mereka. Papua Barat, Kalteng, NTT dan Sulsel malah tidak disupport APBD sama sekali. Hal ini berarti peluang keberlanjutan kegiatan social semakin kecil. Atau mungkin sudah disupport oleh sector-sektor lain? Mengapa program sector belum menyatu dengan program PNPM Urban? E. Korelasi Kegiatan dengan IPM dan MDGs Kegiatan Sosial secara nasional telah terhubung dengan target IPM dan MDGs dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar, yaitu pendidikan, kesehatan dan peningkatan Kapasitas SDM. Sesuai rekaman Data SIM Nasional, kegiatan peningkatan SDM masih menjadi favorit karenanya mampu menyerap Rp 81,7 M. Kegiatan ini juga mampu memobilisasi swadaya paling tinggi (Rp 38,4 M) atau hampir 50 %. Sayangnya rangking 2 diduduki kegiatan yang tidak jelas (lain-lain) dengan BLM mencapai Rp. 66,4 M. Kegiatan ini mampu menarik minat swadaya sebesar Rp. 18.7 M (nyaris 30 %).
Gambar 3 Komposisi Kegiatan Sosial Nasional sesuai target IPM-MDGs Peningkatan SDM
Bidang Kesehatan
Bidang Pendidikan
Lain-Lain
Rp 81,7 M
Rp 66,4 M
Rp 38,4 M Rp 35,2 M
Rp 21,4 M
Rp 18,7 M Rp 9,6 M Rp 3,8 M
BLM
SWADAYA
Rp 3,4 M Rp 1,9 M Rp 2,7 M Rp 1,7 M
APBD
Sementara itu Bidang Kesehatan menyerap BLM sebesar Rp 35,2 M diikuti oleh Bidang Pendidikan Rp 21,4 M. Swadaya yang mengikutinyapun proporsional sesuai jumlah BLM yang diserap masing-
3
masing bidang tersebut (Rp 9,6 M (25 %) untuk Bidang Kesehatan dan Rp. 3,8 M (17 %) untuk Pendidikan). Potret tersebut memperlihatkan skala prioritas penanganan kemiskinan masing-masing BKM yang menomorsatukan peningkatan kapasitas SDM, memposisikan Bidang Kesehatan dan Pendidikan dirangking 3 dan 4. Sementara kegiatan lain-lain di rangking 2. Terdapat dua hal yang menjadi isu strategis menurut gambar tersebut, yaitu : 1. Peningkatan pelayanan Pendidikan anak-anak usia sekolah menjadi prioritas terbawah. Apakah karena telah dihandle sector lain atau kurangnya perhatian pada generasi mendatang 2. Rendahnya peran Pemda dalam kegiatan sosial memperlihatkan keterputusan hubungan program PNPM dengan program Pemda. Keterkaitan dengan IPM-MDGs dan pelayanan SKPD adalah hal yang bagus dalam pembangunan. namun sayangnya masih terdapat kategori kegiatan lain-lain yang jumlah pemanfaatnya cukup besar sehingga dikuatirkan menjadi tempat bertenggernya sejumlah kegiatan negative list atau grey area karena sulit dipertanggungjawabkan keberlanjutannya, kurang merepresentasikan pola pemberdayaan dan karitatif.
Gambar 4 Prosentase KK Miskin Pemanfaat Kegiatan Sosial Nasional Peningkatan SDM 20% Lain-Lain 34%
Bidang Kesehatan 37% Bidang Pendidikan 9%
Berbeda dengan serapan BLM, berdasar urutan penerima manfaat, kegiatan sosial yang paling besar penerima manfaatnya adalah Bidang Kesehatan (37 %) diikuti oleh kegiatan lain-lain (34 %), Peningkatan SDM (20 %), serta pendidikan (9%). Dengan demikian dapat dibaca bahwa kendati serapan BLM peningkatan SDM paling besar namun hanya dinikmati oleh 412.959 KK Miskin (20 % ) lebih kecil ketimbang pemanfaat kesehatan dan kegiatan lain-lain.
4
Tabel 2. Pemanfaat KK Miskin Kegiatan Sosial Masing-masing Bidang KOMPONEN
KK_Miskin
Peningkatan SDM
412.959
Bidang Kesehatan
745.406
Bidang Pendidikan
192.666
Lain-Lain
685.460
F. Kegiatan lain-lain Dimanapun, terminology lain-lain sebenarnya tidak dikehendaki karena menyulitkan analisis, termasuk aktivitas lain-lain dalam kegiatan sosial. Setelah dikupas lagi ternyata di dalam kegiatan lain-lain masih terdapat kegiatan yang berkaitan dengan bidang kesehatan, pendidikan dan peningkatan SDM. Bedanya, serapan BLM terbesar dipegang oleh kegiatan pendidikan (Rp 9,4 M) dilengkapi dengan swadaya Rp 2,6 M. Sementara Bidang Kesehatan dengan Rp 8,5 M mampu menarik swadaya Rp 2,3 M. Yang luar biasa adalah swadaya bidang peningkatan SDM yang mencapai lebih dari 200 % dari jumlah BLMnya, yaitu Rp 4,3 M berbanding Rp 1,7 M. Tabel 3 Komponen Kegiatan Lain-lain (dalam angka) KOMPONEN
BLM (Rp)
SWADAYA (Rp)
APBD (Rp)
BIDANG KESEHATAN
8.500.000.000
2.300.000.000
490.000.000
BIDANG PENDIDIKAN
9.400.000.000
2.600.000.000
308.000.000
BIDANG SDM
1.700.000.000
4.300.000.000
128.000.000
Nampaknya BKM lebih menyukai melatih orang dewasa ketimbang memenuhi kebutuhan dasar sekolah maupun peningkatan asupan gizi anak-anak. Sebab melatih orang dewasa, apalagi yang berusia produktif amat mempengaruhi peningkatan income dan nyambung dengan kegiatan ekonomi produktif yang dalam PNPM Urban menjadi primadona setelah pembangunan infrastruktur.
Demi menunjang pencapaian target IPM dan MDGs lebih tepat sasaran, maka ditargetkan kegiatan lain-lain harus hilang dari Glossary SIM tahun 2012 ini
5
Berikut ini contoh kegiatan lain-lain di dalam data SIM. Pertanyaannya apakah masih timbul kesulitan untuk mengkategorikannya sehingga dituangkan dalam jenis “lain-lain”? Untuk merespon ini, diperlukan coaching khusus terhadap fasilitator social, ascot social dan asmandat agar lebih sensitive mengkategorikan kegiatan social yang bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan dasar. (IPM-MDGs). Oleh sebab itu ditargetkan, Kategori lain-lain harus hilang dari glossary SIM tahun 2012 ini. Tabel 4 Contoh Kegiatan lain-lain Kegiatan Sosial dalam Data SIM
kel_nama
subkomponen
subkomponendetail
DiskripsiProposal
NR_Volume
MULYODADI
Lain-Lain
Lain-Lain
Taman Bacaan Masyarakat
100
KARANG WUNI KARANG WUNI KULWARU KULWARU NGESTIHARJO SOGAN
Lain-Lain Lain-Lain Lain-Lain Lain-Lain Lain-Lain Lain-Lain
Lain-Lain Lain-Lain Lain-Lain Lain-Lain Lain-Lain Lain-Lain
Pengadaan tenda Pengadaan Tenda Pengadaan Tenda Pengadaan tenda Pengadaan gerobak Pengadaan Hand Tractor (Rotari)
1 1 1 1 1 1
SIDOLUHUR
Lain-Lain
Lain-Lain
Bantuan Alat Kesehatan
2
SIDOLUHUR
Lain-Lain
Lain-Lain
Bantuan Alat Kesehatan
3
PURWO KINANTI DEMANGAN KOTABARU
Lain-Lain Lain-Lain Lain-Lain
Lain-Lain Lain-Lain Lain-Lain
5 50 80
TERBAN
Lain-Lain
Lain-Lain
Tanggap bencana (pengadaan HT) Pelaksanaan Penyuluhan KDRT Pengadaan sanpras PAUD Pengadaan Sarana Prasaran APE PAUD
162 408
Gambar 5 komponen kegiatan lain-lain Tingkat nasional BIDANG KESEHATAN
BIDANG PENDIDIKAN
BIDANG SDM
Rp 9,4 M Rp 8,5 M
Rp 2,6 M Rp 2,3 M Rp 1,7 M
Rp 4,3 M
Rp 490 JT Rp 308 JT Rp 128 JT
BLM
SWADAYA
APBD
Komponen APBD belum berbicara banyak dalam menunjang kegiatan sosial, sehingga kurang relevan jika dianalisis terpisah. Secara berurutan bidang kesehatan menduduki rangking 1, diikuti oleh bidang pendidikan dan peningkatan SDM. 6
G. POB Kegiatan Sosial Untuk merespon realitas demikian ini maka disusunlah Pedoman Operasi Baku (POB) Kegiatan Sosial yang bermaksud mengembalikan Kegiatan Sosial kepada relnya, agar semakin terbebas dari mistargetting, berkesinambungan dan relevan dengan target IPM-MDGs. POB Kegiatan Sosial dimaksud dapat diakses dibawah ini. Sadar bahwa masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki disna-sini, maka POB ini masih sangat terbuka terhadap masukan (Tim Cos).
7