POLARISASI ARSITEKTUR MODERN DAN POST MODERN
Marcus Garthva1 Alfred Wijaya1
Abstracts The born of postmodern is caused of the failure of architecture modern, especially in creating humane city. The functional and rational approach in architecture modern which supported by technology inovalion, produced monotone and boring architecture. The postmodern movement challenged this condition, introduced a new paradigm of architecture which respect local culture, history and plurality. The modernist architect responded, and made counter-movement in the name consistentsy of modern movementlate modern, the revision of modern architecture. The Polarization of Postmodern and Modern architecture created plurality in architeture, giving many choices, alternatives, varians to people. This condition gave the contribution in developing architecture more dinamycs at the future. Key words: Modern Architecture, Postmodern Architecture, Polarization
Pendahuluan . .
Perdebatan arsitektur berupa polarisasi Arsitektur Modern dan Arsitektur Post Modern sempat mengemuka pada periode 1970-1980. Pada dasarnya hal tersebut tidak mencerminkan perkembangan dan situasi yang sebenarnya dalam dunia praktisi arsitektur, namun perlu dikenali secara mendalam sebagai suatu Fenomena. Revisi prinsip-prinsip arsitektur modern pada perkembangan lanjut berkaitan erat dengan fenomena polarisasi tersebut dalam kompleksitas akar-akar sejarah gerakan arsitektur modern. Di satu sisi arsitektur modern mengalami perlawanan dari gerakan baru yang disebut arsitektur Post Modern yang berorientasi futuristik, anti modern. Namun di sisi lain Arsitektur Modern mengalami revisi secara evolusioner dengan nama Late Modern, sebagai reaksi terhadap tumbuhnya gerakan baru tersebut. Pendapat Charles Jencks tentang fenomena tersebut adalah "Penulisan modernisme perlu dikaji secara mendalam untuk mengurangi kerancuan pengertian. Prinsip-prinsip tertentu arsitektur modern masih berlaku sebagaimana yang dilaksanakan pada praktek-praktek bangunan-bangunan arsitektur modern. Bagaimanapun fenomena tersebut harus dikenali, walaupun kaidah-kaidali estetika (yang tidak konvensional sebagai arsitektur modern) terjadi, namun bisa dinilai sebagai gaya sejarah." Charles Jencks menyatakan bahwa Late Modernisme sebagai kelanjutan dari arsitektur modern, masih berlaku berdampingan dengan Arsitektur Post Modern (dengan futuristiknya). Late Modern juga adalah suatu fenomena.yang terjadi,' terbukti dari keberdaah karya-karya arsitekturnya. Pada dasarnya arsitektur Modern.dan arsitektur Post Modern pada satu sisi dapat dipandang sebagai dua'duriia'yang terpisah, namun pada sisi lain'dapat disatukan dalam hal-hal tertentu,' sehingga' batas-antara keduanya tidak begitu jelas7 ''Berbagai contoh proyek dalam berbag'ai jurtial, diantaranya di Museum Arsitektur JeTma^'nlehuhjukkan jarak yarigtajam'yan'gmemisahka'n Post Modern dan Late Modern,, yang lahir berhubungan dengan realitas yang kompleks pada praktek' arsitektur. 1
Slaf Pengajar Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Langlangbuana Bandung
PplarisasijArsitekturMod^ril&nllOstiModfcmtMarcUs & Alfred)
1'.
Perkembangan tersebut menunjukkan bahwa sulit untuk menganggap bahwa gerakan arsitektur modern sebagai pembawa pencerahan heroik, yang menciptakan lingkungan baru yang terdiri dari elemen -elemen baru yang menggantikan yang tua, karena terbukti bahwa gerakan arsitektur modern tidak dapat berlangsung untuk waktu yang panjang dengan mengikuti sepenuhnya prinsip-prinsip arsitektur modern yang ditempuh sejak awal, sehingga revisi-revisi terhadap arsitektur modern berlangsung terus dengan berbagai nama gerakan sebagai bentuk pencerahan arsitektur (architecture enlightment). Dalam perspektif polarisasi tersebut di atas terdapat beberapa hal penting yang berkaitan dengan proses perubahan dari modern menuju post modern, yaitu: 1) Pengurangan bertahap gerakan arsitektur modern, 2) Perkembangan modernisme putih pada late modern, 3) Modernisme dalam arsitektur
Pengurangan Bertahap Gerakan Arsitektur Modern Berbagai perdebatan sering berakhir pada pertanyaan: Apakah ada bangunan tunggal yang dapat berfungsi sebagai model untuk mendefinisikan gerakan arsitektur modern? Kritik -kritik dan teori tentang arsitektur-modern telah cenderung untuk menyederhanakan secara berlebihan kebermulaan yang kompleks Gerakan Arsitektur Modern. Penyederhanaan tersebut merupakan representasi perngurangan bertahap prinsipprinsip normatif gerakan arsitektur modern. Hal tersebut dapat dilihat pada perkembangan gerakan arsitektur modern dari Eropah sampai di Amerika Serikat. Eksibisi Hitchcock dan Johnson 1932 pada Museum Seni Modern di New York, serta Gaya Internasional Arsitektur sejak 1922, menunjukkan kecenderungan pada pengurangan stereometry. Hal tersebut berupa bangunan-bangunan dengan bentuk-bentuk dasar, sesuai dengan ide-ide Bauhaus dan Le Corbusier. Hitchcock dan Johnson sangat peduli kepada ekspresionis Belanda dan Jerman: De Klerk dan Mendelsohn, serta kontruvist Rusia: Vesnini dan Leonidov. Siegfried Giedion, pakar sejarah yang berpengaruh pada gerakan arsitektur modern, mengikuti jejak Hitchcock dan Johnson, dalam karyanya "Space, Time and Architecture" (Cambridge 1941), pertama kali menyatakan keberadaan penekanan rekayasa (engineering) bangunan pada perancangan bangunan-bangunan sepanjang abad 19, yang merupakan faktor krusial dalam proses kelahiran gerakan Arsitektur Modern. Namun hal tersebut mengalami pengurangan pada abad ke-20 (misal: karya-karya: Gropius, Mies Van der Rohe, Le Cobusier, Alto), di mana penekanan diarahkan pada ekspresionisme. Hal ini nampak dalam tesis Walter Gropius dengan Bauhaus-nya yang mengangankan perpaduan antara seni dengan teknik yang memperlihatkan dominasi industrialnya, dengan menekankan teori gestalt-gestalten: membentuk, memberi dan mencipta bentuk, lalu menjadi gestaltung yang identik dengan design, salah satu hasilnya adalah konsep eksistensial yang berkaitan erat dengan \s\lcontent dan bentuk//orm, yang diselesaikan separuh jalan dengan menerima sepenuhnya hegemoni industrialnya. Pengurangan tersebut berlanjut pada akhir abad 20 tersebut dimana tradisi kontruktivisme dilupakan, sebagai penggantinya adalah kubus putih yang diperlakukan sebagai tipe gaya ideal. Pathos of functionalisme menjadi Pathos kubus putih sebagai norma estetika baru, sehingga pengembangannya berupa bentuk-bentuk kubus dan kontainer. Mereka telah menerima program sederhana dari: Hitchcock, Johnson dan Giedion, yaitu Tradisi arsitektur Modern dengan kesederhanaan yang berlebihan. Proses tersebut berlangsung terus berupa pengurangan estetika konstruksi menjadi Modernisme Putih, dengan bentuk dasar kubus.
2
Jurnal Ilmiah Arsitektur UPH, Vol. 3, No. 1, 2006 : 1 - 20
Modernisme Putih Pada Late Modern Pompidou Centre merupakan konstruksi yang menggunakan teknis baru, yang berarti pemberian konstruktivisme sebagai ekspresi kontemporer, dan mengembangkan konsep yang lebih jauh bagaimana bangunan direkayasa. Namun sejak Pompidou Centre tersebut terdapat kecenderungan baru yaitu pengembangan bentuk-bentuk kubus putih menjadi kubus merah dan biru, yang mengakomodasi bentuk atap Le Corbusier: Villa Savoye, yang berwarna Pink dan biru yang mana pengembangannya diarahkan pada sensitifitas pancaindra {sensuous). Kecenderungan tersebut menunjukkan akar lain Gerakan Arsitektur Modern yaitu strereometri bentuk-bentuk dasar dan pengurangan geometri Bauhaus. Walaupun Gropius dan Le Corbusier sering membicarakan konstruksi, bangunan-bangunan mereka memperlihatkan sedikit bukti evolusi sosial-struktural. Karya-karya mereka benar-benar menyajikan performansi permukaan berupa intregritas bentuk-bentuk di bawah cahaya, namun logika struktur justru disembunyikan. Le Corbusier berbicara tentang rumah sebagai "Machine For Living in, " namun Buckminster Fuller nyata-nyata menciptakan suasana Living machine dengan Dymaxion House. Tradisi modernisme putih menggusur secara perlahan konstrukvisme. Pompidou Centre dan Modernisme Putih dari New York Five, terutama Richard Meier dan Gwathmey/Siegel, muncul sebagai kembalinya gaya awal Le Corbusier, menyajikan bukan pengembangan baru dalam rangkaian kesatuan gerakan arstektur-modern, tetapi usaha menangkap kembali idealisme modern klasik yang akhirnya dikalahkan oleh arsitektur kontainer 1960an. Richard Meier dengan Frankfurt Museum untuk semi dekoratif mengusahakan suatu kebangkitan Neo Modern-Late Modern. Modernisme putih pada Late Modern mencakup dua hal: 1) Citra diri Gerakan Arsitketur Modern , 2) Norma baru Arsitektur Modern. Upaya-upaya untuk menemukan citra diri gerakan Arsitektur Modern dapat ditunjukkan oleh gerakan arsitektur-modern Walter Gropius, yang memutuskan untuk memiliki semua buku sejarah arsitektur yang ada di perpustakaan Universitas setelah ia menjadi Dekan Fakultas Harvard 1938. Namun bukanlah hal yang sederhana untuk menetapkan suatu standar didaktik pada siswa-siswa yang memiliki antusiasme yang tinggi, yang tidak mudah dibentuk oleh penyajian model-model historis, namun secara simbolik ia harus memperlihatkan bahwa arsitektur baru harus benar-benar baru. Sejak era-Yunani kuno, setiap gerakan-gerakan baru arsitektur memiliki tradisi untuk melakukan pemberontakan terhadap tradisi lama, yang menghasilkan kreasi gaya-gaya arsitektur yang berfungsi sebagai paradigma bagi para arsiteknya. Dengan demikian pada prinsipnya selalu mendefinisi ulang pengertian-pengertian dan dasar-dasar kaidah-kaidah arsitektur, yaitu arsitektur sebagai bangunan serta alternatif bentuk bangunan yang harus dipilih, sehingga gerakan Arsitektur Modern tidak dapat mengorientasikan dirinya oleh model-model masa lalu, ia harus menciptakan norma-normanya sendiri. Prinsip dasar ini berlaku untuk Gropius, Le Corbusier, De Styl Group Dutch, Futuris Italia, Kontrukvist Rusia. Gerakan arsitektur-modern memiliki kerangka referensi yang luas dan bervariasi karena hal itu memerlukan penjabaran norma-normanya sendiri. Panggilan pada kesatuan gaya yang memberi karakter gerakan-gerakan arsitektur modern awal, memperluas kemajemukan Arsitektur Modern, sehingga tidak bisa melepaskan diri dari aspek-aspek tersebut. Konsekuensi keanekaragaman ini mengakibatkan keraguan dalam menentukan citra diri {self image), karena ada upaya untuk tidak menonjolkan diri pada masing-masing gerakan tersebut. Hal ini tercermin pada Hitchock, Jhonson, Gideon yang berusaha restropeksi untuk mengolah Unified Glass sebagai gaya internasional, dan menyederhanakan kompleksitas yang ada, sehingga pada perkembangan selanjutnya terdapat kecenderungan pada kesederhanaan bentuk secara berlebihan, memuncak dalam fungsionalisme industri konstruksi terutama pada periode paska perang dunia ke-2,
Polarisasi Arsitektur Modern & Post Modern (Marcus & Alfred)
3
sehingga menjadi ancaman yang paling besar kepada gerakan arsitektur modern dalam pengembangan kreatifitas bentuk. Upaya-upaya untuk menemukan norma baru ditunjukkan oleh Arsitektur Modern Avant Garde yang telah mampu mengatur preseden sejarah arsitketur, namun harus menelusuri paradigma-paradigma sumber-sumber sejarah, seperti geometri/alam. Salah satu acuannya adalah bentuk murni Le Corbusier yang diturunkan dari stereometri empat persegi panjang, kubus dan bola. Mereka menyajikan tidak hanya gaya dan ornamen tetapi kembali kepada dasar-dasar, yaitu menuju asal-usul utama arsitektur dalam hal bentukbentuk dasar, Namun tidak berkaitan dengan teknologi (dimana Le corbusier, dan ArsitekArsitek Modern Putih, termasuk Bauhaus, menemukan norma-norma baru mereka). Hal ini berlanjut pada tahun 1924, Theo Van Doesburg dalam bukunya One Way To Plastic Architecture, menyerukan arsitek-arsitek memulai perancangan, tidak hanya dari bentukbentuk dasar tetapi dari permukaan darimana mereka terbentuk. Gerakan De 5///7-Belanda (termasuk: Theo Van Doesburg) masih dekat dengan Bauhaus, namun mereka membangun bangunan-bangunan yang mengekspresikan pemisahan pemakaian bentuk-bentuk dasar (mis: Rictveld Schroder House di Ultrecht). Hal ini menunjukkan bahwa pluralisme serta upaya-upaya mencari norma baru dalam gerakan arsitektur modern terus berlangsung. Fenomena tersebut terjadi di Uni Sovyet (sebelum pecah menjadi negara-negara mandiri) yaitu Sekolah ekspresionis Bulin yang mencakup arsitek-arsitek: Wikkardt bersaudara, Bruno Taut. Pada paska perang dunia pertama mereka menyerukan pembebasan arsitektur dari pengulangan masa lalu. Mereka menemukan model bentuk-bentuk mineral alam sebagai inovasi. Mereka menyusun Utopia kristal Ernst Foller yang berkata rumah harus menjadi tempat suci dari kristal yang menyala-nyala. Mereka percaya bahwa bangunan harus mengambil bentuk kristal yang dinampakkan oleh alam. Bentuk elementarisme benar-benar berbeda dari yang ditampilkan oleh le Corbusier dan Bauhaus. Hal ini memiliki dampak yang besar pada perancang-perancang berikutnya. Namun Arsitek Herman Finsterlin mengacu pada bentuk-bentuk alam yang berkaitan dengan jaringan tubuh. Baginya, rancangan bangunan merupakan analogi bentuk-bentuk organik mahluk hidup. Namun secara keseluruhan di Uni-Sovyet model teknologi merupakan media yang paling efektif digunakan untuk menembus batasan sejarah arsitktur dan memberikan titik awal baru untuk arsitektur modern. Perkembangan yang terjadi diUni Sovyet bukan ontologi Corbusian dari bentuk-bentuk murni, imitasi ekspresionisme dari cristalian, maupun pertumbuhan organik, tetapi suatu aksi teknologi yang sama yang menunjukkan kemajuan pada perkembangan Arsitektur Modern. Produk pendekatan ini berupa publikasi komperhensif yang pertama. pada arsitektur revolusi Rusia, yang menampakkan sejumlah besar proyek-proyek yang dilaksanakan 1919 yang dekat dengan kubisme dan futurisme, serta ekspresionisme Berlin arbeitstratfurkunst. Pada pekerjaan-pekerjaan ini ditunjukkan bahwa tradisi abad ke-19-rekayasa {engineering) dalam bangunan ingin dihidupkan lagi. Namun Paradigma ini sempat digulingkan oleh aliran neoMasisme pada Uni SovyetStalin, .sehingga Hitchofck, Johnson, Kemudian sejarahwan (Jurgen Joediche), dengan penekanan pada konstrukvisme, menempatkan gerakan arsitektur Sovyet-Stalin diluar dari Gaya Internasional Western. Namun pada periode paska Stalin, sejarah menerima arsitektur, revolusi Sovyet kedalam Arsitektur Modern. ••<••• Pada tahun 1960 ketika gaya internasional kelihatannya dalam bahaya berupa penurunan kreatifitas kepada fungsionalisme kaku, maka arsitek-arsitek mulai mengingat akar lain:gerakan modern, sehingga pada masa berikutnya (paska. 1960).arsitek-arsitek:: Rem JfvOQlhaas, Zaha Hadid, Peter GookjrGustav PekJil, menginjeksi kehidupan baru pada rangkaian .gerakan arsitkeftir modern dengan mengacu pada Avant Garde Rusia; Merfcka1 menggiiUAaitean ,;sedikit tperbeiidaharaaa)'•• bentuk-bentuk dan - isimbofcsimbol,' 11 isehinggal
4
0>v;/JucnalIlmi'ah Arsitektur UPHi!Voliv3,iNdy!li'2()06-:--!l;iJat3
kelihatannya lebih segar dari Modernisme Putih New York Five. Bagaimanapun, kontrukvisme Barat berbeda bentuk dengan konstruktivism yang berkembang di UniSovyet, dimana representasi konstrukvisme Barat menunjukkan ekspresi dalam bentuk dome geodesik Buckminter fuller, rangka 3-dimensi Konrad Wachman, struktur tenda Frei Otto, Utopia Archigram dan proyek-proyek Norman foster dan Richard Rogers. Gerakan tersebut mengacu pada kreatifitas konstruktivisme Alexander Norman Bell pada akhir abad-19, membuka pengembangan sistem bangunan lebih luas yaitu memanfaatkan potensi konstruksi tetrahedron untuk produksi massal. Eksperimen pertama Bell merupakan titik balik sistem bangunan. Pada perkembangan lanjut beberapa penelitian yang paling efektif dikembangkan oleh insinyur Jerman Menge Ringhausen, yang mana Meri-sistem masih digunakan seluruh dunia. Suksesnya terletak dalam penemuan sederhana bahwa polihedron dapat melayani simpul (nodal point) dimana sebanyak 18 rod dapat dibaut dalam sudut 45 derajat. Hal tersebut menunjukkan bangunan telah menjadi ilmu rekayasa yang tidak ditentukan lagi oleh arsitek, tetapi oleh rekayasawan {engineer). Malahan arsitek seperti Frei Otto, yang bangunan-bangunannya memiliki estetika yang cukup kuat, merupakan produk inovasr rekayasa {engineering). Namun pada sisi lain solusi-solusi konstruktivisme tidak dapat memuaskan para perancang bangunan yang menekankan isi (content), karena kontrukvisme dijabarkan dari prinsipprinsip statika. Sehingga gerakan kontruktivisme mengalami penurunan pada perioda selanjutnya. Secara umum konstruktivisme dan fungsionalisme memberi kontribusi pada gaya internasional arsitektur modern.
Modernisme Dalam Arsitektur Bagaimanapun upaya-upaya untuk kembali (set back) ke formula awal sejarah arsitketur, bukan merupakan satu-satunya jalan keluar bagi arsitektur modern, yang mengutamakan 'isi(content) dan monotonisme abstraksi fungsionalis-arsitektur modern, diantaranya karena pengaruh inovasi teknologi-rekayasa. Pada perkembangan lanjut terdapat kecenderungan untuk mengadili potensi inovatif berbagai rancangan bangunan, dengan pertanyaan: "apakah inovasi tersebut muncul dari tradisi modernismearsitektur? Sehingga pertanyaannya tentang gaya-arsitektur berakhir pada konfrontasi dogmatis. Faktor utama dalam mengevaluasi arsitektur yang berkembang adalah pemisahan masalah gaya arsitektur dari peran non-objectif (isi/content). Hal tersebut menunjukkan bahwa arsitektur tidak hams merupakan produk dari pemenuhan hal-hal yang berkaitan dengan konstruksi dan fungsi, tetapi hams memiliki content. Hal ini berarti tidak hanya menemukan apa yang orang perlukan, tetapi mengekspresikan apa yang mereka inginkan dalam kreasi bentuk arsitektur. Dengan demikian arsitektur dapat terbentuk, tidak hanya dari perhitungan dan fungsi, tetapi juga fiksi (fiction). Fiksi tersebut ditangkap oleh gerakan arsitektur Post Modern. Arsitek-arsitek seperti Locien Kroll, Frank Getry dan Ralph Eskine termasuk dalam eksibisi museum arsitektur Jerman paling awal, yang melakukan revisi terhadap gerakan arsitketur modern. Revisi mereka dikatagorikan sebagai Post modern karena pekerjaan mereka tidak memilki kriteria/kaidah-kaidah gerakan arsitektur modern. Mereka semua memperkenalkan elemen fiksi ke dalam arsitektur. Namun di sisi lain sejumlah arsitek kotemporer memiliki berbagai cara bam dalam mengembangkan kaidah-kaidah estetika arsitketur modern, misal: Rem Kolhaas, Otto Steidle, dsb, yaitu menjabarkan model-model mereka sehingga diluar konvensi-konvensi gerakan arsitektur-modern, namun masih dalam kerangka perluasan. tradisi modernisme, sekaligus sebagai bagian dari modernisme-11 (nonhistorical), sebagai late modern. Sementara itu para kritikus menyamakan terminologi
Polarisasi Arsitektur Modern & Post Modern (Marcus & Alfred)
5
Post modernisme dengan kecenderungan berorientasi pada sejarah, yaitu sejarah arsitektur klasik. Konstruksi dalam arsitektur tidak lama lagi cenderung dilihat sebagai inovasi rekayasa murni, namun terdapat keinginan untuk mendemonstrasikan kemungkinankemungkinan teknologi baru yang didasarkan pada kebutuhan untuk mencapai representasi simbolik. Dalam beberapa hal arsitektur baru dalam gerakan arsitketur modern sama dengan konstruksivisme Rusia, yang menggunakan fragment teknologi sebagai citra estetika dunia mesin modern. Bagaimanapun bahasa konstruksivisme Rusia menyajikan kemajuan melalui konstruksi. Konstruksi mengandung acuan-acuan yang menghalangi keteraturannya sendiri, tujuan komunikasi berubah dimana konstruksi menjadi bahan dari naratif fiksi, Dome Buckminter Faller dan concrete-5/ze// Goldbens memperlihatkan wajah tua inovasi konstruksi dalam arsitektur, berupa penerapannya secara kaku, sedangkan bangunan-bangunan Gehry dan Corp Himmel Blau menujukkan modifikasi hubungan konstruksi dengan arsitektur, yaitu penerapan konstruksi secara dinamis dalam arsitektur. Hal tersebut menunjukkan evolusi prinsip konstruksi dari pekerjaan Buckminter fuller pada Archiagram s/d pekerjaan akhir Ricard Rogers, yang menimbulkan pertanyaan: Apakah gerakan arsitektur modern dapat berlangsung kepada penjabaran norma baru dengan tetap mempertahankan kemurnian bahasa, sehingga tidak dipengaruhi oleh kesewenang-wenangan inovasi-kontruksi? Sementara itu gerakan arsitketur modern banyak mendapat respon yang sangat besar, terutama pada negara-negara berkembang, seperti India, Brazilia terutama pada paruh pertama masa pembangunan nasional (1950-60an). Pada milenium ketiga esensi The Age Of Machine masih tetap menjadi sebuah paradigma penting dalam sejarah arsitektur dan desain perkotaan. Dampak lain dari percepatan pertumbuhan pada negaranegara berkembang (dunia ketiga) selain berdampak kepada kehidupan sosial, juga mengakibatkan permasalahan lingkungan (L. Serageldin. The Architecture of Empowerment. 1997). Ciri khas arsitketur modern adalah gejala globalisasi arsitektur, yang berlanjut hingga munculnya gaya arsitketur internasional {International Style), yang sarat dengan muatan univeraslisme dan logosentrisme dan disebarluaskan oleh Le Corbusier. Pemikirannya tentang urbanisme pada awal abad 20 melahirkan beberapa gasasan kritis sebuah kota. Pada tahun 1922 di Paris dalam sebuah pameran internasional Salon d'Atomne, Le corbusier memperkenalkan gagasan 'ville contemporaine', sebuah model kota dengan pusat kotanya terdiri dari komposisi bangunan berlantai 60. Kota kontemporer tersebut direncanakan untuk menampung 3 juta penduduk. Secara umum dari uraian diatas terdapat gambaran bahwa pendukung modernis dalam arsitektur percaya bahwa hanya ada satu cara mengartikulasikan estetika yaitu melalui penerjemahan fungsi pada bentuk, dengan bantuan inovasi teknologi (rekayasa) dan konstruksi, dengan cara yang berbeda-beda. Modernis meringkas bahasa estetik seni menjadi bahasa universal fungsi, sehingga melecehkan perbedaan-perbedaan pada kebudayaan, tempat, waktu dan individual. Penganut modernis tertentu melecehkan kemajemukan bahasa, kekayaan tradisi, keabadian mitos dan kebijakasanaan spiritual masa lalu. Para modernis tertentu yang ekstrim, menjadikan estetika seni hanya sebagai permainan garis geometris, permukaan yang bersih, bentuk-bentuk kotak yang monoton, sehingga tidak ada perbedaan mencolok antara estetika lemari es dan lemari arsip, yang ada penyeragaman estetik. Pendekatan moderenis terhadap gaya memang banyak mendapat kecaman tajam dari berbagai kritikus. Pendekatan modernis, misalnya dikecam sebagai melecehkan nilai-nilai kemanusiaan-seperti keunikan pribadi, perbedaan kepercayaan, disebabkan kepatuhan terhadap logika ilmu pengetahuan dan teknologi. Marshal Berman seorang kritikus Amerika, menyatakan "All That is Solid melts into air ," menunjukkan bahwa wacana modernisme melalui gaya yang diciptakan telah
6
Jurnal Ilmiah Arsitektur UPH, Vol. 3, No. 1, 2006 : 1 - 20
menhadapkan manusia pada suatu paradoks, janji pengembaraan dalam kebaharuan, pertumbuhan, keotentikan, kekuasaan dan transformasi diri kita sendiri. Perkembangan akhir arsitektur Modern menunjukkan upaya-upaya untuk menyatukan umat manusia melalui universalisme nilai-nilai dan gaya, namun sekaligus melecehkan dan menghancurkan nilai-nilai etnisitas, kelas, nasionalitas, agama atau ideologi. Namun yang dihasilkan tak lebih dari kesatuan dalam ketidaksatuan-kesatuan paradoks. Gagasan modernisme yang semula meledak-ledak, kemudian redup dengan munculnya gelombang budaya baru, yang disebut sebagai Post Modernisme.
Arsitektur Postmodern Seorang pengamat modernisme, Oktavia paz berkata: "Hari ini seni modern mulai kehilangan daya-daya negasinya , selama beberapa tahun ini penolakannya telah berubah menjadi pengulangan rituaUpemberontakan menjadi prosedur, kritisme menjadi retorika, trangresi menjadi upacara. negasi tidak lagi kreatif. Saya tidak sedang mengatakan bahwa kita tengah hidup dalam jaman berakhirya seni:kita kini tengah hidup dalam berakhirnya gagasan seni." Daniel Bell menganggap bahwa pada akhir dekade 1960-an modernisme telah habis, tidak ada lagi ketegangan. Impuls-impuls kreatifnya telah surut. ia sudah menjadi bejana kosong. Hal ini terjadi karena impuls pemberontakannya telah dilembagakan dalam bentuk kebudayaan massa dan bentuk-bentuk eksperimentalnya telah menajdi sintaksis atau kalimat dan semioka periklanan dan haute couture. Dengan merujuk Octavio Paz, Bell menyatakan bahwa modernisme sebagai radikalisme budaya telah macet. Pada dasarnya, cara pandang Postmodern muncul sebagai reaksi terhadap fakta bahwa modernisme tidak pernah mencapai impian yang dicita-citakan. Era modern yang berkembang antara abad ke-15 sampai 18, dan mencapai puncaknya pada abad ke-19 dan awal 20, memiliki cita-cita yang tersimpul dalam lima kata, yaitu: reason, nature, happiness, progress, dan liberty. Semangat tersebut telah menghasilkan kemajuan yang pesat dalam berbagai bidang kehidupan dalam waktu yang relatif singkat. Mimpi untuk memiliki dunia yang lebih baik dengan bermodalkan pengetahuan berhasil terwujud, Namun hal itu tidak berlangsung lama, sampai kemudian ditemukan juga begitu banyak dampak negatif dari ilmu pengetahuan bagi dunia. . Teknologi juga tidak memberikan waktu senggang bagi manusia untuk beristirahat dan menikmati hidup, di masa lampau yang mana waktu senggang relatif banyak. Pada era-modern, teknologi telah berhasil menciptakan alat-alat yang memudahkan pekerjaan manusia, sehingga semua seharusnya orang lebih memiliki waktu luang dibanding dulu, tetapi kenyataannya semua orang lebih sibuk dibanding dulu. Teknologi instan yang ada saat ini justru menuntut pribadi-pribadi untuk lebih bekerja keras agar mendapatkan hasil yang maksimal dari efektivitas yang diciptakan. Berangkat kenyataan modernisme ini postmodern muncul dan berkembang. Modernisme sesungguhnya sudah mendapat kritik sejak Friederich Nietzsche (1844-1900), namun serangan tersebut belum benar-benar diperhatikan sebelum tahun 1970-an. Gerakan untuk menyingkirkan modernisme secara langsung datang melalui kehadiran dekonstruksi sebagai sebuah teori sastra yang mempengaruhi aliran baru dalam filsafat. Dekonstruksi merupakan sebuah gebrakan awal yang menentang teori strukturalis dalam sastra yang mengatakan bahwa semua masyarakat dan kebudayaan mempunyai struktur yang sama sehingga teks (hasil sastra) dapat dibaca dan dimengerti secara universal. Dalam hal ini, dekonstruksi menganggap bahwa hal itu tidak benar. Makna tidaklah terdapat dalam teks, tetapi pemaknaan muncul dari masing-masing pribadi yang membaca teks. Secara tidak langsung, semua orang boleh memaknai karya sesuai dengan penafsiran
Polarisasi Arsitektur Modern & Post Modern (Marcus & Alfred)
7
masing-masing. Teori sastra dekonstruksi memberi masukan pada filsafat postmodern yang mana pemaknaan sebuah realitas dinilai berbeda oleh masing-masing orang. Pemaknaan menjadi subjektif, dan pemaknaan subjektif menjadi kebenaran bagi pribadi yang bersangkutan. Karena itu, postmodernisme tidak mengakui adanya satu kebenaran dan modernisme dianggap sebagai suatu kebodohan. Tidak ada makna tunggal serta tidak ada titik pusat dari realitas secara keseluruhan. Untuk menghindari mitos Pencerahan, postmodernisme menggantikan optimisme dengan pesimisme. Harapan untuk mendapatkan hidup yang lebih baik di masa depan pun dianggap kebohongan. Walaupun ada cukup banyak pengaruh baru yang dimunculkan oleh postmodernisme dalam berbagai aspek kehidupan, sangat penting diperhatikan bahwa gerakan baru ini bukanlah anti terhadap hasil-hasil yang dicapai oleh era modern. Yang menjadi titik perlawanan postmodern terhadap modernisme adaiah cara pandang (worldview) dan filsafat modernis yang dianggap gagal, sehingga kaum postmodernis melakukan pembongkaran asumsi-asumsi dasar di balik segala cita-cita modern, sehingga yang dibentuk adaiah suasana intelektual dan ekspresi kebudayaan yang mendominasi masyarakat kini. Hal yang sama terjadi pada arsitektur, perkembangan arsitektur modern khususnya berupa penyederhanaan bentuk, pengagungan pada teknologi-konstruksi, universalisme dan pengabaian aspek kemajemukan, mendorong tumbuhnya gerakan postmodern dalam arsitketur. Postmodernisme arsitektur dianggap lahir di St. Louis, Missouri, 15 Juli 1972, pukul 3:32 sore. Ketika pertama kali didirikan, proyek rumah Pruitt-Igoe di St. Louis di anggap sebagai lambang arsitektur modern. Yang lebih penting, ia berdiri sebagai gambaran modernisme, yang menggunakan teknologi untuk menciptakan masyarakat Utopia demi kesejahteraan manusia. Tetapi para penghuninya menghancurkan bangunan itu dengan sengaja. Pada sore hari di bulan Juli 1972, bangunan itu diledakkan dengan dinamit. Menurut Charles Jencks, peristiwa peledakan ini menandai kematian modernisme dan menandakan kelahiran postmodernisme, seraya berkata: "Masyarakat kita berada dalam pergolakan dan pergeseran kebudayaan. Seperti proyek bangunan Pruitt-Igoe, pemikiran dan kebudayaan modernisme sedang hancur berkepingkeping. Ketika modernisme mati di sekeliling kita, kita sedang memasuki sebuah era baru - postmodern." Para ahli saling berdebat untuk mencari aspek-aspek apa saja yang termasuk dalam Postmodernism. Tetapi mereka telah mencapai kesepakatan bahwa fenomena postmodern menandai berakhirnya sebuah cara pandang universal. Etos postmodern menggantikan semua ini dengan sikap hormat kepada perbedaan dan penghargaan kepada yang khusus (partikular dan lokal). Postmodernisme menolak penekanan kepada penemuan ilmiah melalui metode sains, yang merupakan fondasi intelektual dari modernisme untuk menciptakan dunia yang lebih baik. Pada dasarnya, postmodernisme adaiah anti-modern. Postmoderisme menunjuk kepada suasana intelektual dan sederetan wujud kebudayaan yang meragukan ide-ide, prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang dianut oleh modernisme Postmodernitas adaiah era di mana ide-ide, sikap-sikap, dan nilai-nilai postmodern bertahta-ketika Postmodernisme membentuk kebudayaan. Sebenarnya postmodernisme telah mengalami masa-masa inkubasi yang cukup lama. Meskipun para ahli saling berdebat mengenai siapakah yang pertama kali menggunakan istilah tersebut, terdapat kesepakatan bahwa istilah tersebut muncul pada suatu waktu pada tahun 1930-an. Salah satu pemikir postmodernisme, Charles Jencks, menegaskan bahwa lahirnya konsep Postmodernisme adaiah dari tulisan seorang Spanyol Frederico de Onis. Dalam tulisannya "Antologia de la poesia espanola e hispanoamericana" (1934), de Onis memperkenalkan istilah tersebut untuk menggambarkan reaksi dalam lingkup modernisme. Yang lebih sering dianggap sebagai pencetus istilah tersebut adaiah Arnold Toynbee, dengan bukunya yang terkenal berjudul "Study of History ." Toynbee yakin benar bahwa sebuah era sejarah
8
Jurnal Ilmiah Arsitektur UPH, Vol. 3, No. 1, 2006 : 1 - 20
baru telah dimulai, meskipun ia sendiri berubah pikirannya mengenai awal munculnya, entah pada saat Perang Dunia-I berlangsung atau semenjak tahun 1870-an. Menurut analisa Toynbee, era Postmodern ditandai dengan berakhirnya dominasi Barat dan semakin merosotnya individualisme, kapitalisme, dan Kekristenan. Ia mengatakan bahwa transisi ini terjadi ketika peradaban Barat bergeser ke arah irasionalitas dan relativisme. Meskipun istilah ini muncul pada tahun 1930-an, postmodernisme sebagai sebuah fenomena kultural belum menjadi sebuah momentum sampai 40 tahun setelahnya. Filsuf Postmodern, Michel Foucault, menawarkan sebuah usulan nama bagi dunia tanpa titik pusat, yaitu "heterotopia." istilah Foucault menggarisbawahi perubahan besar yang sedang dialami. Keyakinan Pencerahan akan suatu kemajuan ayng terus-menerus melahirkan visi modernisme. Arsitek modernisme berusaha membangun sebuah bangunan masyarakat yang sempurna. Kasih, keadilan, dan perdamaian akan memerintah masyarakat tersebut, sementara itu kaum Postmodernis membuang jauh-jauh impian kosong tersebut. Mereka hanya menawarkan keanekaragaman yang tak terhitung banyaknya, "multiverse" telah menggantikan model "universe" dari modernisme. Modernisme mendominasi arsitektur (juga bidang lainnya) sampai pada tahun 1970-an. Para arsitek modern mengembangkan gaya yang terkenal dengan International style (gaya internasional). Arsitektur modern mempunyai keyakinan kepada rasio manusia dan pengharapan untuk menciptakan manusia idaman. Berdasarkan prinsip tersebut, arsitek-arsitek modern mendirikan bangunan sesuai dengan prinsip kesatuan (unity). Frank Llyod Wright menjadi contoh bagi arsitek lainnya. Ia mengatakan bangunan-bangunan modern harus merupakan sebuah kesatuan organis. Bangunan harus merupakan "kesatuan yang agung" (one great thing) dan bukan kumpulan "bahan yang tidak agung" (little things). Sebuah bangunan harus mengekspresikan makna tunggal. Karena memegang prinsip kesatuan, arsitektur modern mempunyai ciri khas "univalence." Bangunan-bangunan modern menunjukkan bentuk yang sederhana dan ini nyata dari pola glass-and-steel boxes. Arsitektur modern mencari bentuk sederhana yang dapat menyampaikan sebuah makna tunggal. Cara yang digunakan adalah "repetisi" (pengulangan). Karena mereka juga berkehendak sempurna dalam geometri, bangunanbangunannya menyerupai model "dunia lain." Arsitektur modern berkembang dan menjadi arus yang dominan. Arsitketur modern memajukan program industrialisasi dan menyingkirkan aneka ragam corak lokal, akibatnya ekspansi arsitektur modern sering menghancurkan struktur bangunan tradisional, sehingga hampir meratakan semua bangunan tradisional dengan bulldozer. Bulldozer adalah alat yang merupakan cetusan jiwa modern untuk "maju" (progress). "Post modern dalam posisinya didalam modern berupaya menyajikan sesuatu yang tidak dapat disajikan didalam penyajian itu sendiri " (Jean Fancois Lyotard). Para Post Modernis dengan kredonya yang terkenal merayakan perbedaan, justru menolak rasionalitas pencerahan. Modernisme sebagai rezim signifikansi pun ditamiknya dengan sengit. Bagi mereka, rasionalitas pencerahan akhirnya tidak lebih dari narasi besar pemberian, legitimasi bagi proyek-proyek kekuasaan yang menindas. Pemikir seperti Lyotard cukup realistis bahwa dunia adalah sebuah realitas yang ribut, riuh rendah oleh kompleksitas informasi. Dalam upaya mendefinisikan Post Modern dapat dilihat bahwa terdapat paradoks yang dihadapi oleh para kritikus dan pemikir postmodern. Charles Jencks sebagai contoh dalam usahanya mendefinisikan postmodernisme didalam bukunya "The Language of Postmodern Architecture" mendefinisikan Postmodernisme sebagai eklektikisme atau adhosisme radikal. Berbagai bagian, gaya atau sub-sistem (yang ada dalam konteks sebelumnya) digunakan dalam sintesis yang baru dan kreatif. Tetapi pada kenyataanya postmoderni.^rnei,,tidak semata-mata pengkombinasian berbagai gaya dari rna^aj,alu. Postmodernisme jauh lebih kompleks dari hal tersebut. Didalam masyarakat dan ker^dayaan Post Modern, pandangan tentang gaya sebagai Zeitgeist (semangat jaman)
Polarisasi Arsitektur Mqdefn^Post Modern (Marcus & Alfred)
9: \
yang berlaku universal menimbulkan permasalahan epistologis tentang gaya itu sendiri. Hal itu disebabkan perkembangan Postmodern itu sendiri diwarnai oleh fragmentasi kebudayaan, segmentasi kelompok-kelompok sosial dan kemajemukan gaya yang menyertainya. Pendekatan modernis terhadap gaya yang menjunjung tinggi kebaruan dan keontentikan, serta menekankan formalisme dan fungsionalisme tidak relevan lagi untuk digunakan sebagai alat untuk mengkaji karya-karya Post Modernisme, yang cenderung bersifat ironis, skizofrenik, hibrid bahkan sinkretis. Masalahnya adalah bahwa nilai-nilai formal dan fungsional tidak lagi menjadi kandungan isi utama dalam karya-karya postmodernisme. Pendekatan utama Post modern terhadap gaya adalah memperlakukan gaya sebagai satu bentuk komunikasi yang dapat disebut sebagai komunikasi ironis-bentuk komunikasi yang didalamnya bukan makna-makna dari pesan-pesan yang dijunjung tinggi, melainkan kegairahan dalam permainan bebas tanda-tanda dan kode-kode plesetan, humor, kritik. Konsep seperti ini merupakan konsep yang diwujudkan dalam bahasa estetik Postmodernisme. Post modernisme cenderung memperlakukan gaya sebagai sebagai salah satu bentuk eklektisme-yaitu kombinasi dari berbagai seniman, perioda, atau kebudayaan masa lalu dan meramunya menjadi suatu gaya baru. Beberapa arsitek modern belum puas jika perubahan hanya dalam bidang arsitektur. Mereka ingin agar perubahan dalam bidang arsitek, terjadi juga dalam bidang-bidang seni, ilmu pengetahuan, dan industri."Mar/ bersama-sama kita bayangkan, pikirkan, dan ciptakan sebuah struktur masa depan baru yang meliputi bidang arsitektur, seni pahat, seni lukis, sebagai sebuah kesatuan. ..." (Walter Gropius, "Programme of the staatloches Bauhaus in Weimar" (1919), dalam Programmes and Manifestos on Twentieth-Century Architecture, ed. Ulrich Conrads, terj. Michael Bullock (London: Lund Humphries, 1970), Hal. 25. Arsitektur Postmodern muncul sebagai reaksi terhadap arsitektur modern. Postmodern merayakan sebuah konsep "Multivalence" (melawan "univalence" dari modernisme). Arsitektur postmodern menolak tuntutan modern di mana sebuah bangunan harus mencerminkan kesatuan. Justru sebaliknya buah karya postmodern berusaha menunjukkan dan memperlihatkan gaya, bentuk, corak, yang saling bertentangan. Arsitektur postmodern menggunakan beberapa teknik dan gaya seni tradisional yang ditentang oleh arsitektur modern. Penolakan oleh postmodern terhadap modern di dasarkan kepada sebuah prinsip, yaitu semua arsitektur bersifat simbolik. Semua bangunan, termasuk banguan modern, sebenarnya sedang berbahasa dengan bahasa tertentu. Penekanan pada fungsi mendorong arsitek modern menyingkirkan dimensidimensi tersebut. Fokus kepada fungsi (utility), karya seni arsitektur modern hanya merupakan sebuah teknik membangun tanpa nuansa artistik, sehingga dimensi artistik telah lenyap dari karya seni modern. Penekanan pada fungsi, keajaiban dunia seperti bangunan Katedral masa silam tidak lagi populer pada zaman modern. Hal ini yang dikritik oleh kaum postmodern terhadap kaum modern. "Sebuah bangunan mempunyai kekuatan untuk menjadi apa yang diinginkannya "Charles Moore, dalam Conversations with Architects, ed. John Cook Heeinrich dan Klotz (New York: Praeger, 1973), hal. 243. Kaum Postmodern berusaha mengembalikan elemen "fiksi" dari sebuah arsitektur maka mereka menambahkan ornamen-ornamen pada arsitektur. Kaum Postmodern ingin agar bidang arsitektur tidak terperangkap oleh pertanyaan "apa fungsinya?" Arsitektur harus kembali berperan untuk menciptakan "bangunan-bangunan yang kreatif dan imajinatif." Kaum modern menekankan adanya universalitas dan adanya nilai-nilai yang tidak terbatas sejarah, dan ini ditolak secara tegas oleh kaum postmodern. Selama ini kaum modern menganggap karyakarya mereka sebagai hasil rasio dan logika, kaum postmodern melihat hal ini sebagai usaha mendapatkan kekuasaan dan menguasai orang lain. Bangunan-bangunan modern
10
Jurnal Ilmiah Arsitektur UPH, Vol. 3, No. 1, 2006 : 1 - 20
menggunakan bahan-bahan industri dan mereka melayani sistem industri, sehingga bentuk-bentuk demikian mewujudkan dunia baru yang dikuasai sains dan teknologi. konsep kesatuan dan keseragaman (uniformity) arsitektur yang merupakan konsekuensinya, ternyata sangat tidak manusiawi, sehingga Arsitektur Modern berbicara dengan bahasa produksi massal dan standar. Kaum postmodern menolak secara tegas konsep tersebut, mereka ingin menemukan sebuah bahasa baru yang menghargai keanekaragaman dan pluralisme. Ciri utama arsitektur postmodern adalah Double coding yaitu prinsip arsitektur postmodern yang memuat tanda, kode dan gaya yang berbeda dalam suatu konstruksi bangunan, merupakan campuran ekletis antara tradisional/modern, populer/tinggi, Barat/Timur, atau sederhana/complicated. Karakteristik asritektur postmodern lebih mengutamakan: elemen gaya hibrida (ketimbang yang murni), komposisi paduan (ketimbang yang bersih), bentuk distorsif (ketimbang yang utuh), ambigu (ketimbang yang tunggal), inkonsisten ketimbang yang konsisten), kode ekuivokal (ketimbang yang monovokal). Prinsip arsitektur postmodern yaitu prinsip kontekstualisme berarti adanya pengakuan bahwa gaya arsitektur suatu bangunan selalu merupakan bagian fragmental dari sebuah gaya arsitektur yang lebih luas. Prinsip allusionisme berarti adanya keyakinan bahwa arsitektur selalu merupakan tanggapan terhadap sejarah dan kebudayaan, sementara prinsip ornamental berarti pengakuan bahwa bangunan merupakan media pengungkapan makna-makna arsitektural. Sifat arsitektur postmodern : Hibrida, Kompleks, Terbuka, Kolase, Ornamental, Simbolis, humoris. Arsitektur postmodernisme, menawarkan konsep bentuk asimetris, ambigu, naratif, simbolik, terpiuh, penuh kejutan dan variasi, ekuivokal, penuh ornamen, metafor serta akrab dengan alam (Andy Siswanto). Doktrin bentuk mengikuti fungsi dibalik menjadi fungsi mengikuti bentuk. Arsitektur Postmodern mengacu kepada perlawanan bentukbentuk arsitektur modern yang menonjolkan keteraturan, rasionalitas, objektif, praktis, ruang isotropis dan estetika mesin, dimana prinsip bentuk mengikuti fungsi menjadi dewa. Postmodernisme adalah wacana kesadaran yang mencoba mempertanyakan kembali batasbatas, implikasi dan realisasi asumsi-asumsi modernisme; kegairahan untuk memperluas cakrawala estetika, tanda dan kode seni modern. Lahirnya postmodern disebabkan kegagalan modern mewujudkan perbaikan, Kesewenang-wenangan dan penyalahgunaan otoritas keilmuan demi kepentingan kekuasaan. Jika modernitas dipahami sebagai kurun waktu sejarah yang berkembang semenjak era Renaisans, maka postmodernitas adalah kurun waktu sejarah yang seringkali dikaitkan dengan perubahan realitas dunia seusai Perang Dunia II (Featherstone, 1988: 197). Postmodernitas ditandai dengan lahirnya totalitas struktur sosial baru, perkembangan teknologi dan informasi yang pesat, serta terbentuknya masyarakat komputerisasi, dunia simulasi dan hiperrealitas. Post modern juga sebagai gerakan dilahirkan dari kekecewaan yang umum terhadap bangunan kota modern, perumahan modern dan perencanaan kota. Jane Jacob di 1961 adalah yang pertama mendefinisikan kegagalan arsitektur modern dalam bukunya, 'The Death And Life Of Great American Cities," Dan dia menggaribawahi teori baru yang menyatakan urbanisme untuk mengambil peran. Hal ini ditunjukkan oleh Robert venturi (1966) yang mendefinisikan filosofis estetika baru-posmo: kompleksitas dan kontrakdisi dalam arsitektur. Pandangan Postmodern membuka kesempatan dan mendorong adanya toleransi besar dan respek terhadap perbedaan dan nuansa lokal yang spesifik. Pada tahun 1966, buku karya Venturi yaitu Complexity and Contradiction in Architecture, kemudian dilanjutkan dengan The Las vegas Strip, Learning From Las Vegas, membahas kondisi arsitektur pada akhir abad ke-20-an. Gerakan modern dengan segala modifikasinya menyebar keseluruh dunia sebagai gaya arsitektur kontemporer, sehingga Venturi memproklamirkan pembentukan kembali lingkungan. Hal ini
Polarisasi Arsitektur Modern & Post Modern (Marcus & Alfred)
II
dilatarbelakangi oleh keluhan sosiologi, psikologi, dll, yang menunjukkan kesalahankesalahan arsitektur modern, tanpa mengajukan penanggulangannya, hal yang muncul adalah "ketidakramahan kota-kota ." Venturi mempelajari arsitektur komersial yang sederhana di Las Vegas Strip & dunia suburban Amerika analisisnya mencoba utk melindungi jejak-jejak dan sisa-sisa keindahan (picturesque) dan simbolisme pada wajah kota sehari-hari yang dinilainya sudah rusak. la mempelajari elemen-elemen dari keindahan yang tidak lagi ia lihat dalam lingkungan kota yg merupakan produk arsitketur modern, pengenalan atas arsitektur sehari-hari yang usang dan sepele memberikan suatu kemungkinan untuk mengatasi ketidakjelasan dari arsitektur modern. Dalam analisisnya tentang kerumitan (complexity) dan kontradiksi pada bentuk-bentuk arsitktural, Venturi mengacu pada kelakuan (mannerisme) historik pada abad ke enam belas, ia mencoba utk memperlihatkan prinsip-prinsip bentuk dari suatu arsitektur yang menerima dan juga kompromi, distorsi dan kemajemukan. Bagi Venturi, realitas dari arsitektur adalah pertentangan, rumit, serta tidak homogen. Ia dengan konsekuen meminta pengakuan atas kemajemukan serta confusion. Hanya dengan kontradiksi ini diperoleh arsitektur yang jelas (perceptible). Pada tahun 1975 dan 1977 Charles Jenck menulis "Death Of Modern Architecture" dan mendefinisikan pengganti modern-arsitektur sebagai post modern, Buku Charles Jencks mengenai Post-Modern tsb mencapai publikasi luas dan gerakan posmo secara efektif mendapat dukungan oleh Jurnal Venice Biennale 1980. Di Amerika Bangunan AT & T karya Philip Jhonson's, 1978-83, Portland Public Services Building karya Michael Graves, 1980-82, dan Mississauga City Hall karya Jones dan Kirkland 1982-menyatakan perusahaannya beorientasi pada gerakan posmo dan sukses, Stutgart Staatsgalerie karya James Stirling, German, 1977-84, Musem Arsitektur Jerman karya Mathias Unger, 198084. Oswald Mathias'Ungers, Arsitek Jerman pertama kali berpartisipasi dalam diskusi arsitektur-internasional tentang masalah-masalah arsitektur kontempeorer di CIAM Conference di ,Aix-en-Provence pada,.tahun 1954, ia mengecam five points for a new Architecture dari Le Corbusier yang cenderung mengikuti kecenderungan-kecenderungan fungsional gerakan Le Corbusier yg dinyatakan di awal 1950-an. Hal ini mendorong Unger cenderung rasionalis, ia mengajukan tujuh thesis bagi perancangan morphologis , yang mana ia membicarakan suatu arsitektur humanis yang berkaitan dengan responnya pada masa akal budi (age of reason) diabad ke 18 dan 19: kecenderungan-kecenderungan and sejarah dari dogma manifesto gerakan modern, arsitektur humanis adalah kesinambungan sejarah, dan ia tidak bertujuan untuk mengubah bentuk manusia, suatu lingkungan yang berkembang secara wajar dan menghasilkan ciri dari zamannya, yaitu adanya kesadaran historis dan kultural. Salah satu kajian Jencks yang berkaitan dengan Postmodern adalah karya-karya The Sea Ranch Of Charles Moore- 1960an, modelmodelnya memberikan sumbangan bersejarah pada diskusi 1970an. Hal ini berangkat dari kritik-kritik Charles Moore di Amerika Serikat dan Inggris yaitu kurangnya ekspresi dan makna dalam arsitektur modern. Charles Moore mulai menyelidiki bentuk-bentuk dan prinsip-prinsip baru, untuk mengembangkan suatu arsitketur dengan metaphora yg dapat dipahami secara semesta, yang mencakup prinsip-prinsip bahwa : "jika kita akan memberikan hidup kita untuk membuat bangunan, kita harus yakin bahwa bangunan itu merupakan imbalan yang pantas, jika bangunan harus berbicara ia harus memiliki, kebebasan dalam berbicara..." Bagi Moore suatu aspek penting dari arsitektur masa depan adalah g^f?ungan penerapan yang keliru(nyeleneh) dari elemen-elemen bersejarah dan hal-haj dajr^, Jcehidupan setiap hari. ..,. ,., Gagasan dan .konsep dari strukturalisme-1960an menekankan peran serta pemakai dalam proses perencanaan dan perancangan. Protes gerakan ini terhadap arsitektur modern
12 .
, •., Jurnal Ilmiah Arsitektur UPH, Vol. 3, No. 1, 2006 : 1 - 20
adalah kembalinya pada pertimbangan-pertimbangan akan kebutuhan-kebutuhan manusia. Perkembangan pada masa depan akan memperlihatkan sejauhmana pemakai (user) berada dalam posisi untuk merumuskan kondisi-kondisi kehidupan dan pekerjaannya, dengan pertimbangan khusus akan aspek keselarasan dan kemanusiaan. Sejumlah prinsip-prinsip perancangan penting yang berdasarkan pada gagasan strukturalisme dapat jelas dibedakan pada proyek-proyek pribadi Piet Blom. Piet Blom, 1960an, meniru Casbah-casbah di Hengelo dan pada rumah pohon di Helmond, orgainsasi ruang diremajakan kembali, oleh situasi yang tercipta oleh unit-unit kehidupan baru, ia menyesuaikan diri sendiri dalam proses peremajaan kondisi kehidupan. Gerakan strukturalis, khususnya Blom dkk merupakan reaksi terhadap konsep fungsional dari Garden City, resspon terhadap sifat dari kota-kota modern yang tidak ramah dan ketiadaan bentuk dalam arsitektur. Blom berpendapat bahwa sudah waktunya suatu perlakuan dalam empat dimensi. Dimensi ketiga adalah vertikal, dimensi keempat adalah kebebasan bagi perubahan dalam waktu yang mempengaruhi rencana keseluruhan.
Late Modern Sebagai Respon Terhadap Post Modern Pada beberapa tahun awal munculnya post modern, debat tentang gaya arsitektur cukup luas. Arsitek-arsitek, kritikus-kritikus dan publik telah menggunakan bahasa sebagai senjata , dengan kesungguhan, sehingga polemik tersebut menyebar keberbagai negara Eropa dan Amerika. Kondisi perkembangan arsitektur di tahun 1980-an telah dipolitisir , peperangan gaya arsitektur modern-posmo benar-benar panas, menujukkan peperangan yang sesungguhnya untuk memperoleh kekuatan, siapa yang membangun kota-kota. Hal ini mencerminkan pergantian mendasar dalam kebudayaan Barat menuju pluralisme dan konfrontasi. Pluralitas dan pergulatan yang terus-menerus tersebut disebut sebagai kondisi Post Modern oleh filosof Pernacis Jean-Francois Lyotard, kondisi ini menurutnya akan permanen, memberikan pengurangan kesatuan religius dan ideologi sosial, kebangkitan skeptisme, ilmu pengetahuan, dan tipe rasionalitas yang diorganisasikan. Juga menggarisbawahi perubahan yang konstan, dimana kritik-kritik arsitektur mengecam kesemua arah. Namun dua tradisi dasar yang berkompetisi untuk dominansi, yang Jencks sebut sebagai pendekatan Late Modern dan Post Modern, mencoba mengganti gerakan arsitektur modern yang telah kehilangan arah. Keduanya mengklaim lebih legitimate, namun tidak menikmati dominansi sepenuhnya seperti pendahulunya. Pertentangan tersebut menciptakan sesuatu yang sangat positif, sebagaimana argumentasi Jencks bahwa keseimbangan antara dua sistem gerakan arsitektur (Posmo dan modern) berupa pertentangan yang permanen, menghasilkan munculnya berbagai faham dan pandangan arsitektur. Manfaat kemajemukan tersebut adalah setiap orang diberi keberanian untuk mengapresiasikan pandangan arsitektur dan kehidupan yang lebih baik. Namun ekses pertentangan pandangan arsitektur adalah kebingunan pada penetapan standar-standar konstruksi. Sepanjang perdebatan tidak membawa masing pihak-pihak kepada stagnasi serta pelaksanaan bangunan yang tertunda, maka pertentangan tersebut dinilai positif, hasilnya mendorong semakin banyak berbagai pihak terlibat aktif dalam arsitektur dibandingkan pada periode sebelumnya. Post Modern mengklaim bangunan mereka berakar pada tempat dan sejarah, dengan membawa setumpuk ekspresi arsitektur : ornamen, simbolisme, humor, konteks urban: beberapa aspek restorasi. Karya-karya posmo berupaya memilki standards yang melebihi karya-karya sebelumnya, di antaranya : Neue Staatsgalerie karya James Stirling di Stutgart , Humana Building karya Michael Graves di Lousville, Kentucky. Karya-karya
Polarisasi Arsitektur Modern & Post Modern (Marcus & Alfred)
13
tersebut merupakan upaya mengakomodasi media konstruksi modern dan sejarah, makna arsitektur yang elit dan populer, sehingga bangunan-bangunan tersebut memiliki code ganda, salah satu kata kunci Post Modern. Arsitek Late Modern, secara konstras, didisain dengan melakukan perbandingan sejarah, dimana asal usul gerakan mereka memang berakar pada sejarah. Arsitektur modern berkonsentrasi pada abstraksi keabadian bangunan: ruang, geometri, cahaya dan secara umum menolak membicarakan isu-isu gaya, kepercayaan mereka lebih nyata. Walaupun mereka melakukan pendekatan perancangan bangunan dengan pendekatan teknis, misalnya: team-metoda Richard Rogers dan Norman foster atau propositions abstrak geometri dan organisasi-metoda Fumihiko Maki dan Richard Meier. Bangunan mereka mungkin secara kebetulan menarik dan indah, tetapi keindahan bukanlah bagian yang esensial dari kamus mereka, prinsip-prinsip komposisi dan proporsi bukanlah sasaran utama. Pengabaian harmoni arsitektur modern yang berlebihan, berupa keterkaitan yang realistik fungsi dan dinamika spatial, sehingga gerakan arsitektur Late-modern lebih menghargai karater daripada keindahan. Monumen arsitektur late modern yang utama, Norman Foster-Hongkong Bank, yang dinilai sebagai keajaiban kedelapan dunia, dan diidentikan sebagai piramida besar, adalah hasil dari harmoni, penemuan susunan(gubahan), penunjukkan yang ahli dalam perancangan industri pada skala besar, dan ekspresi sistem proporsi atau keyakinan religius. Seperti Graves Humana building adalah corporate headquarte r-katcdval dari jaman Late modern, dan impresif. Paradok dalam arsitektur modern , pada satu sisi karya -karya tersebut merupakan produk dari upaya-upaya para arsitek dalam melakukan inovasi mencari kesempurnaan, dan namun pada sisi lain bangunan tersebut lebih kompleks permasalahannya daripada model-model masa lalu, sebagaimana Le Corbusier menyatakan: For Ledoux it was easier, no pipes. Late Modernis sebagai gerakan arsitektur modern-II. memiliki Landmark yang perkasa yaitu'Pompidou centre karya Rogers, 1972-77, Slick -Tech Willis Faber Dumas karya Norman foster, 1972-75, Gunma Museum karya Arata Isozaki, 1971-74. Puncak dari gerakan ini adalah Lloyd's karya Richard Rogers -London, 1978-86, Hongkong Bank karya Norman Foster, 1980-86, karya-karya Richard Meier: Atheneum, 1975-79, museum frankfurt, 1980-185. Kritik-kritik sering melabelkan gerakan late modern sebagai bahasa Baroque, karena perluasan pada permukaan dan efek pencahayaan dan unit ruang-ruang yang overlaping, yang memberikan kesan gerakan dinamis. Ekses kelanjutan gerakan ini adalah brutalisme, suatu gaya tumpul & berlebihan dimana ekspresionisme dikombinasikan dengan realisme teknologi dan sosial. Gerakan tersebut mengalami mutasi pada serangkaian isme lain: metabolisme, bowelisme, adhocisme yang disebarkan oleh grup archigram -London, 1966-1972. Hal yang senada dengan gerakan Late Modern namun terdapat modifiksimodifikasi adalah pemikiran-pemikiran Rossi, yang masih konsisten dengan prinsipprinsip gerakan arsitektur modern, walaupun pengertian fungsi dalam bentuk yang lain yaitu rasionalisme. Pada peringatan Triennale XV di Milano pada th 1973, "Architettura Razionale": Aldo Rossi penulisnya. Sasaran yang dirumuskan Rossi adalah arsitektur kembali ketataran yang asli pada bahasa bentuk dalam arsitektur dan penggunaan simbolsimbol murni, secara rasional dapat dipahami misal: kubus, kerucut, piramida untuk rancangan-rancangan urban Pada karya teoritik dan arsitektur Aldo Rossi, bentuk-bentuk arsitektur berasal dari sejarah arsitketur. Rossi mencoba melalui suatu acuan yang rasional terhadap sejarah dan tradisi, guna memperoleh basis baru bagi perancangan. melalui transformasi bentuk tersebut ia meransang suatu kesadaran yang baru tentang elemenelemen rancangan lingkungan, ia menentang kecenderungan fungsional gerakan arsitektur modern, menurut dia penfasiran fungsional tidak menimbulkan kejelasan/perbaikan pada situasi bangunan. Walaupun ada kecenderungan sebagai Modernism Utopia atau motivasi
M
Jurnal Ilmiah Arsitektur UPH, Vol. 3, No. 1, 2006 : 1 - 20
sosial, gerakan Late Modern mengembangkan bahasanya pada olah bentuk secara otomatis dan pragmatis, hal tersebut merupakan alasan bagi Charles Jencks menyebut sebagai Late Modern, yang dimulai pada tahun 1977. Gerakan ini tidaklah diterima sebagai PostModern dan mungkin karena alasan ideologis yang mana kebanyakan arsitek late-modern berkeinginan untuk menyatukan visi arsitektur mereka dengan visi 1920-an, yaitu berupa keterkaitan sosial dan inovasi estetika, sehingga modernis memiliki arah dan kreativitas yang jelas. Pada Late Modern banyak upaya-upaya bernostalgia dengan periode heroik modernisme, kadang-kadang direvisi, lain waktu digunakan dengan sikap oportunism, atau secara sederhana digunakan kembali sebagai pengembangan gaya, seperti yang dilakukan oleh Le Corbusier, Mies van de Rohe dan Gropius. Gerakan akhir ini disebut Late, karena konsistensi keyakinan didalam norma-norma gerakan arsitketur modem, sebagai reaksi terhadap kesuksesan Post Modern. Reaksi spontan dimulai pada th 1981 berupa makalah Aldo Van Eyck yang diberikan pada RIBA , diberi judul 'rats, psts, dan other pests (rasionalists, Post modernist, dan tradisionalists), juga Berthold Lubetkin menyerang post modemis dalam penerimaan hadiah emas RIBA di 1982, menyatakan kembali bahwa modernisme sebagai rasionalisme. Bruno Zevi( italian) pada pertemuan RIBA pada tahun berkutnya menyerang pada Post Modernis, namun ia mengajukan versi yang berbeda dari gerakan modern, yang memperlihatkan bahwa ide maskulin arsitektur-abad 19 pada periode tersebut menguat, menjadi lebih macho. Juga Ken framton menyerang Venturi, Graves, Bofill Dan Stirling dalam 'Modern Architecture-A Critical History, 1980, namun ia mempertahankan bentuk Posmo sebagai regionalisme. Kontroversi tersebut menunjukkan pembauran gerakan, sebagai majemuk dan divergen. Ada Louise dalam The New York Review Of Books menunjukkan sejumlah dosa-dosa musuh arsitektur modem serta tetap konsisten dalam gerakan arsitketur modern. Ketika IM PEI menerima prize 1983 (dikenal sebagai hadiah nobel arsitektur) ia memberikan pertahanan pada karya hotel yang dinilai posmo diluar Kota Peking, yang mengakomodasi bentuk Tradisional Cina, namun ia memperlihatkan kebingungan pada karya tersebut, yang terbukti pragmatis untuk menyerap pendekatan posmo apabila dinilai cocok. Kepercayaan bahwa modernisme masih hidup ditunjukkan oleh arsitek-arsitek senior, misalnya: EM Farrelly dalam Architectural Review yaitu berupaya menghidupkan kembali ide Pesprit Nouveau -Le Corbusier dan memproklamasikan kelahiran kembali spirit baru-modernisme-H(Late Modern). Namun kaum polemik justeru memberikan dukungannya untuk gerakan modernisme lain, yaitu gelombang baru- punk: teknologi Ekspresionis dan Neo-Dadaisme. Namun Le corbusier menunjukkan ketidakcocokan dari susunan spatial yang didasarkan pada Dadaisme, dan kecintaan yang sungguh-sungguh pada bahan-bahan asli. Penunjukkannya yang berharga adalah bahwa spirit baru dalam arsitektur diproklamasikan 5 tahun setelah pameran seni di Royal Academy di London dengan sebutan spirit baru picturesque, terjemahan Inggris dari Zeitgeist. Ironi dari kebangkitan yang diusulkan, adalah tidak mungkin untuk ditinggalkan hal-hal yang bermanfaat untuk generasi-generasi terpelajar dalam suksesi Zeitgeist. Lebih tepat lagi mereka disebut semangat lama yang dihidupkan, mencakup Late Modern Atau Post Modern. Namun Karakteristik fakta dari kehidupan budaya pada era-informasi adalah pekerjaan ulang dari tradisi terdahulu, walaupun dipandang mengalami degradasi. Kesimpulan umum pada perdebatan di RIBA, menghasilkan perbedaan yaitu menempatkan sesuatu bukan pada jamanya (anachronics) dan menghidupkan kembali(Ven
Polarisasi Arsitektur Modern & Post Modern (Marcus & Alfred)
15
yang samar-samar. Norman Foster Dan Richard Rogers adalah arsitek kaliber internasional yang mempraktekan idealisme gerakan arsitektur-modernisme dimana arsitektur modern sebagai antisuburban dalam bentuk, integrasi sosial, menekankan pada teknologi. Apa yang Charles Jencks perlukan pada peri ode berikutnya adalah keterlibatan teknologi sebagai instrumen dalam gaya arsitektur, kegunaanya sebagai terompet ideologi untuk menyerukan panggilan idealisme modernisme yang sudah lama kehilangan realitasnya. Arsitektur modern menjadi gaya profesional yang signifikan pada 1950-an karena pendekatan perancangannya memberikan kewenangan arsitek berkonsentrasi pada otonomi profesinya, mengabaikan keterkaitan dengan bidang lain diluar profesi arsitektur, sebagai mana Mies Van De Rohe, juga pengikutnya Paul Rudolph katakan, "seorang perancang dapat bekerja optimal jika dia mengabaikan banyak aspek dalam bangunanmisalnya site, iklim, konteks dan konvensi." Pengurangan beban arsitek ini dalam pencarian artistik memang diperlukan dalam membentuk gaya-arsitektur, tidak hanya dalam modernisme-arsitektur. Namun masih dipertanyakan apakan Bank Hongkong masih benar-benar dalam jalur arsitektur modern? Charles Jencks percaya kebanyakan pengamat akan menemukan bahwa Hongkong bank bukan arsitektur modern, mungkin anti modern, walaupun Hongkong Bank memiliki beberapa karateristik utama gerakan arsitektur modern, misalnya: estetika mesin dan struktur tulang dan kulit. Sehingga pada prinsipnya klasifikasi bangunan-bangunan dalam satu katagori gerakan arsitektur merupakan hal yang bersifat intuitif, berdasarkan ukuran kandungan dan proporsi berbagai kualitas perancangan, yang juga merupakan indikator dalam menilai keinginan arsiteknya. Namun terdapat sedikit Late-Modernis yang nyata-nyata sadar akan percedent gaya dan memori, mis:Fumihiko Maki dalam karyanya bangunan spiral di Tokyo, Masa depan yang cerah yang menjanjikan yaitu abad mesin, masa depan yang egaliter, disimbolkan oleh Maki dengan rumah putih tsb, glass block dan icon-ikon modemis dari dinding-dinding bebas bentuk dan kerucut besar, seperti spire, dekat dengan bangunan spiralnya. Tetapi semua citra dan simbol-simbol yang ia tuntut adalah untuk membawa kita diluar modernisme sederhana, dengan kata lain ia menggunakan modernisme sebagai gaya, bahasa simbol (sesuatu yang Gropius dan lainnya tekan). Namun sedikit sekali arsitek dan kritikus untuk berada diluar polarisasi Tradisi Late dan Post Modernisme, salah satunya adalah Heinrirch klotz dan Douglas Davis telah menyelenggarakan eksibisi-eksebisi yang mencampurkan kedua tradisi tersebut, meyakinkan bahwa ada overlap antara kedua tradisi tsb. Kedua tradisi tersebut adalah perilaku, bahkan arsitektur baroque menempatkan penghargaan yang tinggi pada ekspresi, kompleksitas, sensualitas, yang Arsthur Drexler sebut sebagai fiksi arsitketur. Beberapa arsitek seperti Philip Johnson melakukan kedua pendekatan tersebut pada bangunanbangunan rancangannya, sepertihalnya yang Helmun Jahn lakukan, yaitu hibrid romantikmodernisme yang mensintesakan high tech dan isme kesejarahan. Fumihiko Maki, Kisho Kurokawa, Cesar Pelli, Mathias Ungers, Mario Botta melakukan pendekatan gaya yang merupakan sisntetis dari dua tradisi tersebut. Som & Kohn Pederson Fox juga mencampurkan kedua gerakan tersebut karena bangunan besar mereka menuntut servis tingkat tinggi dan sensistifitas pada kontekstual- sejarah. Polarisasi Arsitketur Modern dan Post Modern Arsitek-arsitek, seperti halnya artis-artis, tidak bersedia dimasukkan dalam katagori gaya arsitektur yang bukan pilihan mereka. Pada abad 19 perdebatan terjadi antara arsitketur modern dan Klasik (termasuk Gothic), namun peperangan gaya dibungkus heterogenitas gaya-gaya lain, sebagaimana Rodert Kerr katakan sebagai eklektisme. Fenomena polarisasi tersebut merupakan aktifitas yang mempromosikan pandangan
l(»
Jurnal Ilmiah Arsitektur UPH, Vol. 3, No. 1, 2006 : 1 - 20
kehidupan yang lebih baik dalam masyarakat demokratis. Charles Jencks menyatakan sebaiknya perbedaan tersebut dikenali, baik sifat partisan dari aktifitasnya. Dalam hal ini jasa arsitektur bukan suatu layanan seperti profesi medis, tetapi lebih kepada profesi advokasi, seperti bantuan hukum. Perubahan konstan gaya arsitketur dan filosofi mengikis tujuan-tujuan bersama, hal ini disebabkan firma-firma jasa-arsitketur berkembang sangat pesat dan menggiring mereka pada produksi fast-track, yang mengarah fast-food (instant) arsitketur, yang menghasilkan bangunan mega-dollar, atau bangunan mewah, contoh: Hongkong bank, dsb, sehingga bangunan-mega seperti Columbus Circle di kota New York, adalah secara sosial dipertanyakan. Proyek akhir Hongkong Bank ini adalah hasil dari kompetisi arsitketur yang berarti uang, kualitas dan penemuan baru, yang menghasilkan pemenang. Hal ini menghasilkan sesuatu pada developer, Boston Properties yang dikepalai Mortimer Zuckerman. Bangunan mega yang fast-track tersebut membentuk tata-atur pada kota-kota tertentu untuk jangka pendek, yang menimbulkan kesan arsitkeutur lepas kendali-seperti anarkhipolitik pada masa terorisme. Perasaan ini diekspresikan oleh kritikus Kenneth Framton dan Ada Louise Huxtable, yang menyerang kecepatan dan skala overbuilding , yang mana peran arsitek dikebiri oleh paket-paket pekerjaan, sehingga menghasilakn produk bangunan dengan penyelesaian fasade yang dangkal (kurang memuaskan). Dalam hal ini, penurunan kualitas yang Barbara Tuchman sadari di kehidupan kontemporer, justeru berlangsung lebih besar di arsitektur. Namun keuntungan utama dari kompetisi di karyakarya arsitketur adalah kecenderungan pada penyebaran karya-karya arsitketur pada berbagai firma, yang masing-masing berkompetisi untuk mengejar komisi(/eeperancangan) dan mengaksentuasikan pandangan-pandangan mereka, kompetisi ini dipandang sebagai watak polarisasi Arsitektur Modern(Late) -Post modernisme. Pada tahap akhir perkembangan arsitketur modern terdapat dua gaya utama telah berkembang yaitu: Posmo telah mengevolusi gaya bebas klasik, Late Modern telah menciptakan estetika perak industri. Masing-masing gaya mempunyai kelebihan dan motivasi profesional. Klasik posmo, secara bersama-sama dibentuk oleh arsitek-arsitek seperti Arata Isozaki, Aldo Rossi, Michael Graves dan James Stirling, telah tumbuh sebagai respons terhadap urban dan bangunan bersejarah dimana ornamen-ornamen dan simbolisme publik merupakan keutamaan untuk bangunan anonim dan pusat corporasi, sedangkan Late Modern mengadopsi abstraksi perak. Secara umum perbedaan-perbedaan tersebut posmo vs late modern adalah: Gaya bebas -klasik vs abstraksi perak, adhoc penggabungan vs vokabulary formal, bentuk simbolik vs grid netral, bentuk figura vs picturesque, ornamen aplikatif vs struktur, equipment vs ornamen, panggilan sejarah masa klasik vs janji akan masa yang akan datang. Dalam hal ini, Charles Jencks menyukai Arsitketur Modern dengan seperangkat nilai-nilai, juga mengapresiasi yang Arsitketur Post Modern, terutama biladua tradisi tersebut diterapkan pada desain bangunan yang memang cocok. Lebih jauh lagi adalah hubungan yang dialektikal antara gaya-gaya ini dan oposisi semantik mutual yang memberikan arti utamanya pada masing-masing tradisi tersebut. Dalam panasnya peperangan gaya pada masa itu, kontrovesi tetap diperlukan untuk kompetisi, juga dalam menunjukkan signifikansi utama masing-masing tradisi tersebut. Sebagaimana pada semua periode sejarah arsitketur, arti arsitektural didefinisikan oleh hubungan yang sinkron serta oposisi semantik arsitek, dengan penerapan dalam rancangan fisik bangunan. Dengan demikian dua partai (gerakan) arsitektur tersebut tumbuh subur pada masing-masing eksistensinya. Kemajemukan yang merupakan esensi kondisi postmodern mendorong suatu kesimpulan bahwa setiap waktu akan senantiasa bangkit semangat futuristik dalam masyarakat yang kaya informasi, tidak ada kemungkinan arsitketur senantiasa bertahan
, Polarisasi Arsitektur Modern & Post Modern (Marcus & Alfred)
17
dalam kekinian (present-tense) pada periode waktu yang panjang. Dengan demikian arsitektur akan senatiasa hidup dan berkembang. Sejumlah inovasi Late Modern memperlihatkan hal ini adalah sebagai kebenaran: mereka yang terkontaminasi oleh 1930an dan 1960-an, Deja-Vu dari Buck Rogers dan Archigram, kebangkitan pendahulu yang menghasilkan dualisme ironik dari passe/futurisme, bersama dengan hibrida paradoxikal post modern /klasiskisme, dan seseorang membuat lebih percaya diri apabila itu disebut semangat baru. Perancang Richard Rogers, secara sempurna sadar bahwa mereka menggunakan syntax dan ide-ide dari masa lalu: kasus Lloyd, tangga sculptural Le cobusier, utilitas ekspresif archigram dan ruang-ruang "servant and served'' karya-karya Louis Khan- Semua bentuk-bentuk dan fungsi-fungsi ini sebenarnya anachronistic dalam jaman, dan membangun dengan bahan-bahan yang mudah diperoleh. Roger dan teamnya ingin memperluas bentuk kota yang tidak selesai sebagai proses, mereka telah mengaksentuasi lubang-lubang, asimetris, keseimbangan-malahan seperangkat cranes biru, yang menggusulkan mereka memodifikasi site selamanya. Secara signifikan Roger telah mengakui, bahkan mendukung, urbanisme yang damai dari Leon Krier, untuk skema Opera House Di London. Perkembangan lanjut yang John Kenneth Galbraith katakan sebagai teknostrukture (manajemen organisasi oleh team dengan pengetahuan yang spesialisasi). Salah satu gayanya untuk corporasi ini adalah Slick-Tech dan abstraksi dari Late-Modern, Gaya yang mempromosikan ide dari inovasi, perubahan dan efesiensi. Post Modernis telah menciptakan kembali Urban Archetypes dalam cara baru dan merayakan rangkaian kesatuan historis yg mengikat kita pada masa lalu. Keseimbangan neraca yang mengkontraskan dua tradisi utama tersebut akan memperlihatkan distribusi yang seimbang dengan segala kekurangan da kelebihan masing-masing. Perang gaya akan berlangsung terus. Konsekuensinya memberikan keanekaragaman budaya, sehingga dapat terjadi kompetisi, meningkat dalam perdebatan besar yang menjadi cambuk bagi kemajuan dan kreatifitas dalam arsitektur.
Prinsip-Prinsip Dan Kecenderungan Gerakan Arsitektur Uraian tersebut diatas menunjukkan bahwa faktor-faktor di luar arsitketur, khususnya, sosial, politik, teknik dan filsafat pemikiran mempengaruhi gerakan-gerakan dan kecenderungan-kecenderungan perkembangan arsitektur. Pada abad pertengahan abad ke-19 teknologi pembuatan baja yang revolusioner telah menciptakan suatu gerakan arsitektur baru, dimana prinsip-prinsip struktur yang baru, dan tidak dikenal dikembangkan. Pada tahun 1920-an arah baru dalam arsitektur timbul dari perdebatan tentang masalah-masalah orang tinggal bersama-sama dikompleks perumahan dan apartemen bertingkat tinggi, dan oleh penolakan atas kosakata eklektisme. Gagasangagasan gerakan fungsionalisme dan gaya internasional, mengusai perkembangan arsitektur secara internasional pada beberapa dekade. Tabulasi perbandingan dari berbagai prinsip dan karateristik memperlihatkan bahwa contoh-contoh arsitektur karya arsitek tunggal, dapat digolongkan dalam berbagai tipe: rasonal, simbolik, psikologik. (Gambar 1). Variasi-variasi yang terjadi pada dekade terakhir menunjukkan fenomena pluralisme, yang dapat dikelompokkan dalam rasional, simbolik dan psikologik.
18
Jurnal Ilmiah Arsitektur UPH, Vol. 3, No. 1, 2006 : 1 - 20
Jacobsen
Archigram
Hertzbe gei Blom
Gambar 1 Tabulasi Gelombang /pola Trend Arsitektur
Polarisasi Arsitektur Modern & Post Modern (Marcus & Alfred)
19
KESIMPULAN Pada akhirnya Permasalahan Polarisasi arsitektur modern vs postmodern tersebut bermula dari dua aspek yaitu: 1) Apakah modernisme dalam arsitektur sudah ditinggalkan karena prinsip-prinsipnya sudah tidak berlaku (eksis) lagi?, 2) Bukankah bahwa penahanan yang dilakukan oleh modernis awal terhadap kaidah-kaidah estetikanya secara kaku agar tidak berubah mengakibatkan arsitektur modern kehilangan sensualitasnya (daya tarikimajinatif)? Sejarah modernisme dalam arsitektur membawa kita kembali ke perkembangan sejarah arsitektur secara umum. Bahwa gerakan arsitektur semakin cepat berubah apabila ada upaya-upaya untuk menjegal gerakan-gerakan baru yang berlawanan dengan mainstream yang sedang berlangsung, hal itu terjadi selama tahun-tahun pendirian arsitektur modern. Begitupun pada pendirian gerakan postmodern yang berorientasi pada penghargaan sejarah masa klasik, yang ditentang oleh arsitektur modern. Kondisi tercebut mendorong terjadinya polarisasi Modern dan dan Postmodern, yang menunjukkan bahwa arsitektur adalah aspek yang bersifat dinamis, yang mencerminkan dinamika persepsi manusia dalam ruang, waktu dan gerak (space, time, motion).
DAFTAR PUSTAKA , Gagasan Bentuk dan Arsitektur, Prinsip-Prinsip Perancangan Dalam Arsitektur Kontemporer (terjemahan). Grenz, Stanley, A Primer on Postmodernism. Yogyakarta: Penerbit-Andi, 2001. Jencks, Charles, Late Modern Dan Post Modern: Two Parties. London: 1985. Jencks, Charles, The Language of Post-Modern Architecture, 4th ed. London: Academy Editions, 1984. Klotz, Heinrich, Vision of Modern Architecture. London: 1985. P., Dahana R., Jejak Postmodernisme: Pergulatan Kaum Intelektual Indonesia. Bandung: Penerbit Bentang, 2004. Sutanto, Agustinus, Menuju Kode Arsitektur Supermodem. Dalam: Majalah Sketsa. Jakarta: Jurusan Arsitektur Universitas Tarumanagara, Edisi 16/04/00.
20
Jurnal Ilmiah Arsitektur UPH, Vol. 3, No. 1, 2006 : 1 - 20