PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KEANEKARAGAMAN JENIS ZOOPLANKTON DAN HUBUNGANNYA DENGAN KUALITAS PERAIRAN DI WADUK TAMBAK BOYO YOGYAKARTA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi
Disusun Oleh : Salvinus Budin NIM : 111434042
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KEANEKARAGAMAN JENIS ZOOPLANKTON DAN HUBUNGANNYA DENGAN KUALITAS PERAIRAN DI WADUK TAMBAK BOYO YOGYAKARTA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi
Disusun Oleh : Salvinus Budin NIM : 111434042
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERSEMBAHAN
Karyaku yang sederhana ini kupersembahkan kepada:
Tuhan YME Orang Tua Kakak dan Adik tercinta Priskila Theofani J.S. Keponakan tersayang Keluarga dan sanak saudara Para Sahabat Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTTO
“My Life My Adventure” “Jalanilah semua yang harus anda jalani dan Hadapi. Sertakan selalu Tuhan dalam setiap langkah kehidupan Anda”
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK KEANEKARAGAMAN JENIS ZOOPLANKTON DAN HUBUNGANNYA DENGAN KUALITAS PERAIRAN DI WADUK TAMBAK BOYO YOGYAKARTA
Salvinus Budin Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma
Waduk Tambak Boyo dibangun dan difungsikan oleh Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai cadangan dan resapan air tanah untuk warga Kabupaten Sleman, Kotamadya Yogyakarta dan Kabupaten Bantul, sebagai sarana pengairan dan cadangan air minum untuk Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di masa mendatang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis zooplankton dan hubungannya dengan kualitas perairan di Waduk Tambak Boyo Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi keanekaragaman jenis zooplankton serta faktor fisik (suhu, kekeruhan, intensitas cahaya) dan kimia (pH, DO, BOD, COD, fosfat dan nitrat) untuk mengetahui kualitas air di waduk tersebut. Identifikasi zooplankton dilakukan di laboratorium Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma menggunakan mikroskop, sedangkan uji sampel air untuk faktor fisika dan kimia dilakukan di lokasi waduk dan di laboratorium Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Yogyakarta. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kualitas perairan di Waduk Tambak Boyo masuk dalam baku mutu air kelas II. Hal tersebut berdasarkan keanekaragaman zooplankton yang termasuk dalam kategori sedang dengan indeks keanekaragaman 2,02-2,32, serta parameter fisika dan kimia yang berada dalam kategori baik. Perairan tersebut layak digunakan untuk budidaya ikan, sarana rekreasi air, peternakan dan mengairi pertanaman. Penelitian ini dapat di implementasikan pada pembelajaran biologi kelas X semester II yaitu pada bab keanekaragaman hayati.
Kata kunci : Waduk Tambak Boyo, keanekaragaman zooplankton, parameter fisika, parameter kimia.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT THE DIVERSITY OF ZOOPLANKTON AND RELATION WITH WATER QUALITY IN THE TAMBAK BOYO RESERVOIR YOGYAKARTA
Salvinus Budin Biology Education Sanata Dharma University
Tambak Boyo reservoir constructed and operated by local goverment Yogyakarta special as reserve and absorbing ground for resident Sleman, Jogja and Bantul, as a means of irrigation and reserve drinking water for Municipal Waterworks. This study aims determine diversity of zooplankton and water quality in Tambak Boyo reservoir. This research was carried out by identifying the diversity of zooplankton as well as physical (temperature, turbidity, light intensity) and chemical (pH, DO, BOD, COD, phosphate and nitrate) factors to determine the water quality in the reservoir. Identifying of zooplankton was carried out in the laboratory of Biology Education Sanata Dharma by using microscope. While the water sample to test the physical and chemical factors could be carried out in the location of the reservoir, and were observed in the laboratory Center for Environmental Helath and Disease Control Yogyakarta. The result of research shows that the quality of water in Tambak Boyo reservoir in water quality in a class II. These issues based on diversity zooplankton included in the medium category with an index 2,02-2,32 and physical and chemical parameters that is in good category. These waters fit for use to the cultivation of fish, a recreation water, farms and irrigation. This research could be implemented in learning biology class X semesters II at biodiversity chapter.
Keywords : Tambak Boyo Reservoir, zooplankton diversity, physical parameters, chemical parameters.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Keanekaragaman zooplankton dan Hubungannya dengan Kualitas Perairan di Waduk Tambak Boyo Yogyakarta”. Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, dorongan, semangat, dan doa yang sangat mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan limpah terima kasih kepada: 1. Tuhan Yesus Kristus, yang selalu memberikan petunjuk, bimbingan, kemudahan, cinta dan kasih sayang yang tiada terkira kepada setiap hambaNya, dan tidak terkecuali kepada penulis. 2. Orangtua yang sangat kusayangi, Bapak Fransiskus Ajis dan Ibu Yustina Sayu yang selalu mendukung dan mendoakan untuk keberhasilanku, memberikan banyak inspirasi serta kasih sayang yang tak terhingga. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan kelimpahan kebahagian kepada beliau. 3. Saudariku tercinta Adriana Putit, Rosalia Mimi, Silviyana Coryson serta seluruh keluarga besar yang selalu membuatku termotivasi. 4. Ibu Lucia Wiwid Wijayanti M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 5. Seluruh dosen yang ada di Prodi Pendidikan Biologi, Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis.
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6. Seluruh Karyawan dan Staff Tata Usaha Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Indonesia Yogyakarta. 7. Teman-teman terbaik saya Priskila Theofani, Wayan, Thomas, Mario, Roben, Jhon, Yudi, Ancis, Jimmy dan Vebri yang selalu menemani begadang saat mengerjakan tugas dan skripsi dan yang selalu saling mendukung, menyemangati, berbagi ilmu, dan sama-sama berjuang dalam menyelesaikan skripsi ini, dan untuk teman-teman baik saya yang lain yang tak bisa saya sebutkan satu per satu. 8. Teman-teman dekat saya angkatan 2011 yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, semoga Berkat Tuhan selalu beserta kita semua. Amin.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, bagi dunia pendidikan dan bagi pembaca umumnya.
Penulis
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................ii HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iii HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv MOTTO..................................................................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN LARYA................................................................vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI............................vii ABSTRAK...........................................................................................................viii ABSTRACT...........................................................................................................ix KATA PENGANTAR ........................................................................................... x DAFTAR ISI.........................................................................................................xii DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xviii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xix BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. Latar Belakang ................................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 4 C. Pembatasan Masalah .......................................................................... 5
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
D. Rumusan Masalah .............................................................................. 5 E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5 F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 6 G. Batasan Penelitian .............................................................................. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 8 A. Ekosistem Perairan Air Tawar ........................................................... 8 1.
Perairan Mengalir (lotik) ............................................................ 8
2.
Perairan Menggenang (lentik) .................................................... 9
B. Zona Perairan Air Tawar ................................................................... 9 1.
Zona Litoral ................................................................................ 9
2.
Zona Limnetik .......................................................................... 10
3.
Zona Profundal ......................................................................... 10
4.
Zona Sublitoral ......................................................................... 10
C. Plankton ........................................................................................... 10 D. Zooplankton ..................................................................................... 13 1.
Sejarah Zooplankton ................................................................. 13
2.
Keanekaragaman Jenis Zooplankton ........................................ 15
a.
Jenis-jenis zooplankton dari Protozoa ...................................... 18
b.
Zooplankton dari Cnidaria ........................................................ 20
c.
Zooplankton dari Ctenophora ................................................... 21
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
d.
Zooplankton dari Annelida ....................................................... 21
e.
Zooplankton dari Arthropoda ................................................... 22
f.
Zooplankton dari Rotifera......................................................... 23
g.
Zooplanton dari Molusca .......................................................... 24
h.
Zooplankton dari Echinodermata ............................................. 24
i.
Zooplankton dari Chordata ....................................................... 25
j.
Zooplankton dari Gastrotrics .................................................... 26
E. Faktor yang Mempengaruhi Kelimpahan Zooplankton ................... 26 F. Indeks Diversitas.............................................................................. 28 G. Beberapa Faktor Abiotik yang Mempengaruhi Perairan ................. 28 1.
Suhu .......................................................................................... 29
2.
Penetrasi cahaya dan intensitas cahaya matahari ...................... 29
3.
pH air ........................................................................................ 30
4.
DO (Oksigen Terlarut) .............................................................. 30
5.
BOD (Kebutuhan Oksigen Biologis) ........................................ 32
6.
COD (Kebutuhan Oksigen Kimia) ........................................... 32
7.
Kandungan nitrat ...................................................................... 33
8.
Kandungan fosfat ...................................................................... 34
H. Baku Mutu Air ................................................................................. 34 I.Hasil Penelitian yang Relevan .............................................................. 35
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
J.
Kerangka Berpikir Teoritis .............................................................. 36
38 BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 39 A. Jenis Penelitian ................................................................................ 39 B. Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... 39 C. Populasi dan Sampel ........................................................................ 39 D. Parameter Penelitian ........................................................................ 40 E. Alat dan Bahan................................................................................. 40 F. Prosedur Penelitian .......................................................................... 41 G. Pengambilan Data Analisa ............................................................... 43 H. Parameter Kualitas Air..................................................................... 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 46 A. Hasil Penelitian ................................................................................ 46 1.
Jenis-jenis Zooplankton di Waduk Tambak Boyo .................... 47
2.
Densitas Zooplankton ............................................................... 52
3.
Nilai Keanekaragaman Zoopplankton di Perairan Waduk Tambak Boyo ............................................................................ 53
4.
Kondisi Perairan Waduk Tambak Boyo Berdasarkan Parameter Fisik-Kiamiawi ......................................................................... 55
B. Pembahasan ..................................................................................... 55
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.
Jenis-jenis Zooplankton di Waduk Tambak Boyo .................... 55
2.
Densitas Zooplankton ............................................................... 59
3.
Uji Anova.................................................................................. 63
4.
Nilai Keanekaragaman Zooplankton di Perairan Waduk Tambak Boyo .......................................................................................... 65
5.
Kondisi Perairan Waduk Tambak Boyo Berdasarkan Parameter Fisik .......................................................................................... 67
6.
Kondisi Perairan Waduk Tambak Boyo Berdasarkan Parameter Kimia ........................................................................................ 70
BAB V IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN ......................................... 80 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 82 A. KESIMPULAN ................................................................................ 82 B. SARAN ............................................................................................ 83 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 85 LAMPIRAN..........................................................................................................89
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Status kualitas air berdasarkan kadar oksigen terlarut (Jefffries/Mills, 1996)
...................................................................................................31
Tabel 2.2 Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas (BPPT.go.id, 2001) ................... 35 Tabel 4.1 Densitas Zooplankton di Perairan Waduk Tambak Boyo ..................... 52 Tabel 4.2 Stasiun 1 (Area Perairan yang Menjadi Jalur Masuknya Air Sungai Tambak Bayan menuju Waduk Tambak Boyo)...................................... 53 Tabel 4.3 Stasiun 2 (Area Perairan yang Menjadi Jalur Masuknya Air Sungai Buntung menuju Waduk Tambak Boyo) ................................................ 54 Tabel 4.4 Stasiun 3 (Area Perairan yang Menjadi Jalur Keluarnya Air dari Waduk Tambak) .................................................................................................. 54 Tabel 4.5 Faktor Fisik Yang Mempengaruhi Perairan .......................................... 55 Tabel 4.6 Faktor Kimiawi yang Mempengaruhi Perairan ..................................... 55 Tabel 4.7 Perhitungan Uji Anova Stasiun 1, Stasiun 2 dan Stasiun 3 .................. 63 Tabel 4.7 Status kualitas air berdasarkan kadar oksigen terlarut .......................... 74 Tabel 4.9 Hubungan antara parameter fisika, kimia dan nilai Keanekaragaman Zooplankton ............................................................................................ 77
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Skema alur kerangka berpikir ........................................................... 38 Gambar 4.1 Halcylops sp ...................................................................................... 47 Gambar 4.3 Hyperia sp ......................................................................................... 48 Gambar 4.5 Cylops vicinus ................................................................................... 48 Gambar 4.6 Keratella valga monstrosa ................................................................ 49 Gambar
4.7
Brachionus
angularis.........................................................................49 Gambar 4.8 Lecane luna ....................................................................................... 49 Gambar 4.9 Rabdolaimus sp ................................................................................. 50 Gambar 4.11 Arcela vulgaris ................................................................................ 50 Gambar 4.12 Astramoeba radiosa ........................................................................ 51 Gambar 4.13 Epalxis mirabilis ............................................................................. 51 Gambar 4.14 Sagitta minima................................................................................. 52
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Surat Hasil Pengujian Sampel ............................................................................... 90 Surat Izin Penelitian .............................................................................................. 93 Daftar Klasifikasi Zooplankton ............................................................................. 94 Silabus Peminatan Matematika Dan Ilmu-Ilmu Alam .......................................... 97 Mata Pelajaran Biologi Sma.................................................................................. 97 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ................................................................... 100 Lembar Kerja Siswa ............................................................................................ 107 Keanekaragaman Hayati ..................................................................................... 107 Instrumen Tes Tertulis ........................................................................................ 109 Penilaian Tes........................................................................................................111 Rubrik Penilaian...................................................................................................112 Instrumen Penilaian Observasi............................................................................ 113 Dokumentasi Penelitian ...................................................................................... 114
xix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekosistem perairan merupakan ekosistem
terbesar dan terbanyak di
Indonesia karena negara Indonesia merupakan negara kepulauan, sehingga sebagian besar wilayahnya terdiri atas perairan. Sistem perairan menutupi 70% bagian dari permukaan bumi yang dibagi dalam dua kategori utama, yaitu ekosistem air tawar dan ekosistem air laut. Dari kedua sistem perairan tersebut air laut mempunyai bagian yang paling besar yaitu lebih dari 97%, sisanya adalah air tawar yang sangat penting artinya bagi manusia untuk aktivitas hidupnya (Barus, 1996). Di wilayah perairan tersebut hidup berbagai macam jenis makhluk hidup, mulai dari yang berukuran mikroskopik hingga yang berukuran sangat besar. Ekosistem air tawar secara umum dibagi dalam dua kategori utama yaitu perairan lentik (perairan tenang) misalnya danau dan perairan lotik (perairan mengalir) yaitu sungai (Michael, 1994). Komponen ekosistem perairan terdiri dari komponen abiotik dan biotik (hayati). Komponen abiotik terdiri dari komponen fisika dan kimia yang ada dalam perairan sedangkan komponen biotik terdiri dari semua makhluk hidup yang terdapat dalam daerah perairan tersebut. Waduk merupakan salah satu contoh ekosistem perairan yang sengaja dibuat manusia untuk berbagai macam keperluan. Waduk (embung) Tambak Boyo merupakan ekosistem air yang dibuat oleh Pemerintah Provinsi Daerah
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
Istimewa Yogyakarta yang berfungsi sebagai cadangan dan resapan air tanah untuk warga Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, Kotamadya Yogyakarta, sebagai sarana pengairan, dan cadangan air untuk PDAM di masa mendatang. Namun dalam pengembangan waduk ini sering digunakan sebagai sarana rekreasi. Lokasi waduk ini terletak di antara tiga desa yaitu Condongcatur, Maguwoharjo dan Wedomartani. Embung Tambak Boyo sudah ada sejak tahun 2008, awal pembangunan dimulai pada tahun 2003 dan berjalan selama 5 tahun. Embung Tambakboyo memiliki luas 7,8 hektar dan volume tampungan sekitar 400.000 m3. Waduk Tambak boyo merupakan pertemuan antara dua sungai yaitu sungai Tambak Bayan dan Sungai Buntung. Nama Tambak Boyo sendiri diambil dari nama dusun dimana tempat waduk tersebut dibangun yaitu Dusun Tambak Boyo. Tambak Boyo jika diartikan secara harafiah adalah Kolam Buaya, Tambak (Kolam) dan Boyo (Buaya). Pemanfaatan waduk Tambak Boyo sebagai obyek wisata menjadikan waduk tersebut sering dikunjungi banyak orang. Hal tersebut berpengaruh pada kondisi waduk dan kualitas air yang terdapat di dalamnya. Di samping pintu (portal), lebih tepatnya di atas waduk terdapat Tempat Pembungan Akhir (TPA) sampah dan lokasi waduk yang berdekatan dengan rumah warga semakin menambah tingkat pencemaran air di waduk tersebut. Kehidupan organisme sangat tergantung pada faktor lingkungan baik lingkungan biotik maupun abiotik. Faktor lingkungan abiotik secara garis besarnya dapat dibagi atas faktor iklim, fisika dan kimia. Faktor fisika di air
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
antara lain adalah temperatur (suhu), intensitas cahaya, kekeruhan, arus dan daya hantar listrik. Adapun faktor kimia di air antara lain DO, pH, alkalinitas, kesadahan, BOD, COD, unsur-unsur dan zat organik terlarut, sedangkan faktor lingkungan biotik bagi organisme adalah organisme lain yang juga terdapat di habitatnya (Suin, 2002). Organisme yang terdapat dalam suatu perairan dapat dijadikan sebagai bioindikator untuk menentukan kualitas air. Salah satu organisme yang dapat dijadikan bioindikator adalah zooplankton. Organisme perairan dapat digunakan sebagai indikator pencemaran karena habitat, mobilitas dan umurnya yang relatif lama mendiami suatu wilayah perairan tertentu. Pencemaran terhadap organisme perairan mengakibatkan menurunnya keanekaragaman dan kemelimpahan hayati pada lokasi yang terkena dampak pembuangan limbah. Penggunaan plankton sebagai indikator kualitas lingkungan perairan dapat dipakai dengan mengetahui keragaman dan keseragaman jenisnya. Penggunaan organisme indikator dalam penentuan kualitas air sangat bermanfaat karena organisme tersebut akan memberikan reaksi terhadap kualitas perairan. Dengan demikian, dapat melengkapi atau memperkuat penilaian kualitas perairan berdasarkan parameter fisika dan kimia (Nugroho, 2006). Di waduk Tambak Boyo penelitian mengenai “Keanekaragaman Zooplankton di Waduk Tambak Boyo dan Hubungannya dengan Kualitas Air” belum banyak dilakukan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
B. Identifikasi Masalah 1.
Masyarakat memanfaatkan waduk Tambak Boyo sebagai tempat rekreasi, lokasi pemancingan dan berjualan. Jika kegiatan tersebut tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan dampak negatif terhadap kualitas air di waduk Tambak Boyo yaitu berupa pencemaran terhadap ekosistem yang terdapat di waduk Tambak Boyo sehingga menyebabkan penurunan biota air yang hidup. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah kondisi tersebut berpengaruh terhadap ekosistem perairaan di waduk Tambak Boyo.
2.
Zooplankton merupakan salah satu jenis organisme yang hidup di perairan. Keberadaan zooplankton dalam suatu perairan dapat dijadikan sebagai bioindikator untuk mengetahui kualitas air dengan cara mengidentifikasi keanekaragaman zooplankton yang ada dalam perairan tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keanekaragaman jenis zooplankton di waduk Tambak Boyo.
3.
Zooplankton mempunyai sifat selalu bergerak sehingga dijadikan indikator pencemaran perairan. Zooplankton akan bergerak mencari tempat yang sesuai dengan hidupnya apabila terjadi pencemaran yang mengubah kondisi tempat hidupnya. Hal tersebut merupakan sifat toleran dan respon terhadap perubahan lingkungannya. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara keanekaragaman jenis zooplankton dengan kualitas perairan waduk Tambak Boyo.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
C. Pembatasan Masalah Penelitian ini akan dibatasi pada masalah keanekaragaman jenis-jenis zooplankton dan kualitas air yang diamati dari kondisi faktor-faktor abiotik (fisika - kimia) di waduk Tambak Boyo. D. Rumusan Masalah Dari latar belakang dan identifikasi masalah dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu : 1. Apa saja keanekaragaman jenis zooplankton yang terdapat di waduk Tambak Boyo? 2. Berapa nilai indeks diversitas zooplankton di perairan Waduk Tambak Boyo? 3. Bagaimana kualitas air waduk Tambak Boyo dilihat dari kondisi fisika dan kimia? 4. Bagaimana potensi keanekaragaman jenis zooplankton dan kualitas perairan waduk Tambak Boyo dapat dijadikan sumber pembelajaran terkait dengan kurikulum 2013 bagi peserta didik SMA kelas X sem. I? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang ada maka penelitian ini dilakukan bertujuan untuk : 1. Untuk mengetahui keanekaragaman jenis zooplankton yang ada di waduk Tambak Boyo.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
2. Untuk mengetahui nilai indeks diversitas zooplankton di perairan Waduk Tambak boyo. 3. Untuk mengetahui kualitas perairan waduk Tambak Boyo berdasarkan keanekaragaman jenis zooplankton dan parameter fisika – kimia. 4. Untuk mengetahui potensi keanekaragaman zooplankton dan kualitas air di Waduk Tambak Boyo sebagai sumber belajar biologi terkait dengan kurikulum 2013 untuk peserta didik SMA kelas X semester I. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bidang perikanan Sebagai informasi untuk pengembangan budidaya ikan air tawar karena zooplankton merupakan pakan alami ikan 2. Bagi masyarakat Sebagai informasi pengetahuan pentingnya menjaga kualitas perairan 3. Bagi mahasiswa Sebagai tambahan pengetahuan dan masukan untuk melakukan penelitian yang berkaitan 4. Bagi peserta didik Sebagai sumber pembelajaran, khususnya bagi peserta didik SMA kelas X semester I G. Batasan Penelitian Batasan yang ditetapkan dalam peneltian adalah sebagai berikut :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.
7
Keanekaragaman jenis yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah keanekaragaman jenis zooplankton yang terdapat di waduk Tambak Boyo
2.
Faktor fisika dan kimia yang akan diteliti di waduk Tambak Boyo hanya pada paremeter suhu air, intensitas cahaya, warna, pH, DO, BOD, COD, Fosfat dan Nitrat.
3.
Lokasi pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan pada lokasi masuknya air sungai Tambak Bayan menuju ke Waduk Tambak Boyo (stasiun 1), lokasi masuknya air sungai Buntung menuju ke Waduk Tambak Boyo (stasiun 2), dan lokasi keluarnya air dari Waduk Tambak Boyo (stasiun 3).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ekosistem Perairan Air Tawar Sistem perairan menutupi 70% bagian dari permukaan bumi yang dibedakan dalam dua kategori utama, yaitu ekosistem air tawar dan ekosistem air laut. Dari kedua sistem perairan tersebut air laut mempunyai bagian paling besar yaitu lebih dari 97%, sisanya adalah air tawar yang sangat penting artinya bagi manusia untuk aktivitas hidupnya (Barus, 1996). Habitat air tawar dibedakan menjadi 2 kategori umum, yaitu sistem lentik (kolam, danau, situ, rawa, telaga, waduk) dan sistem lotik (sungai). Sistem lentik adalah suatu perairan yang dicirikan air yang mengenang atau tidak ada aliran air, sedangkan sistem lotik adalah suatu perairan yang dicirikan oleh adanya aliran air yang cukup kuat, sehingga digolongkan ke dalam perairan mengalir. 1. Perairan Mengalir (lotik) Perariran mengalir mempunyai corak tertentu yang secara jelas membedakannya dari air yang menggenang walaupun
keduanya
merupakan habitat air tawar. Semua perbedaan itu tentu saja mempengaruhi bentuk serta kehidupan tumbuhan dan hewan yang menghuninya. Satu perbedaan mendasar antara danau dan sungai adalah bahwa danau terbentuk karena cekungannya sudah ada dan air yang mengisi cekungan itu, tetapi danau setiap saat dapat terisi oleh endapan sehingga menjadi tanah kering. Sebaliknya, sungai terjadi
8
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
karena airnya sudah ada sehingga air itulah yang membentuk dan menyebabkan tetap adanya saluran selama masih terdapat air yang mengisinya (Ewusie, 1990) 2. Perairan Menggenang (lentik) Perairan menggenang dapat dibedakan menjadi perairan alamiah dan perairan buatan. Berdasarkan
proses
terbentuknya
perairan
alamiah dibedakan menjadi perairan yang terbentuk karena aktivitas tektonik dan aktivitas vulkanik. Beberapa contoh perairan lentik yang alamiah antara lain adalah danau, rawa, situ dan telaga, sedangkan perairan buatan antara lain adalah waduk. B. Zona Perairan Air Tawar Menurut Odum (1996), zonasi pada perairan air tawar berbeda dengan zonasi pada perairan air laut. Zona perairan air tawar dapat dibedakan berdasarkan letak dan intensitas cahaya sebagai berikut : 1. Zona Litoral Merupakan daerah pinggiran daratan yang masih bersentuhan dengan daratan. Pada daerah ini terjadi pencampuran sempurna antara berbagai faktor fisika kimiawi perairan. Organisme yang biasanya ditemukan
antara
lain
adalah
tumbuhan
aquatik
berakar
atau
mengapung, siput, kerang, crustacea, serangga, ampfibi, ikan, perifiton dan lain-lain.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
2. Zona Limnetik Merupakan daerah air kolam yang terbentang antara zona litoral di satu sisi dan zona litoral disisi lain. Zona ini memiliki berbagai variasi secara fisik, kimiawi maupun kehidupan di dalamnya. Organisme yang hidup dan banyak ditemukan di daerah ini antara lain ikan, udang dan plankton. 3. Zona Profundal Merupakan daerah dasar perairan yang lebih dalam dan tidak banyak menerima sinar matahari dibandingkan zona litoral dan limnetik. Bagian ini dihuni oleh sedikit organisme terutama organisme bentuk karnivor dan detrifor. 4. Zona Sublitoral Merupakan zona peralihan antara zona litoral dan zona profundal. Sebagian daerah ini banyak dihuni oleh banyak jenis organisme bentik dan organisme temporal yang datang mencari makan. C. Plankton Dalam dunia perikanan yang disebut plankton ialah : “jasad renik yang melayang dalam air, tidak bergerak atau bergerak sedikit dan selalu mengikuti arus” (Sachlan, 1978). Istilah plankton untuk pertama kali digunakan oleh Hensen pada tahun 1887, dan plankton ini sudah tentu baru dapat diselidiki dengan sempurna jika menggunakan mikroskop. Satu spesimen atau individu dari plankton disebut plankter (Sachlan, 1978).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
Tetapi dalam marine-biologi, hewan-hewan yang agak besar (kasar), seperti larvae udang-udangan atau specimen-specimen dari jenis udang-udang kecil, jenis ubur-ubur kecil, dan jenis-jenis mollusca dimasukkan dalm golongan plankton, teristimewa makroplankton. Plankton yang berupa jasadjasad renik disebut mikroplankton, dan inilah yang sangat peting bagi ikanikan, baik secara lansung maupun tidak lansung (Sachlan, 1978). Sumich (1999) mengatakan bahwa plankton dapat dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu fitoplankton (plankton nabati) dan zooplankton (plankton hewani). Dalam perairan Fitoplankton merupakan produsen primer ( produsen utama dan pertama ) sehingga keberadaan fitoplankton dalam perairan
mutlak adanya. Fitoplankton adalah organisme
yang hidup
melayang-layang di dalam air, relatif tidak memiliki daya gerak, sehingga eksistensinya sangat dipengaruhi oleh gerakan air seperti arus, dan lain-lain (Odum, 1971). Setiap spesies fitoplankton yang berbeda dalam kelompok filum tersebut mempunyai respon yang
berbeda-beda
pula
terhadap
kondisi habitat
perairannya, sehingga mempunyai komposisi spesies fitoplankton bervariasi pula dari satu tempat ke tempat lainnya (Welch,1952). Plankton air tawar dibedakan menjadi 2 jenis yaitu menjadi limnoplankton dan rheoplankton. Limnoplankton adalah plankton yang hidup di perairan tergenang, sedangkan rheoplankton adalah plankton yang hidup di perairan mengalir. Keberadaan plankton di perairan mengalir dipengaruhi oleh lingkungan sungai yang seringkali komposisinya berubah yang berkaitan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
dengan pergerakan air, kekeruhan, suhu, dan nutrien. Fitoplankton termasuk dalam komponen autotrof plankton. Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan atau mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan bahanbahan kimia (Hynes,1972). Beberapa faktor yang mempengaruhi distribusi kelimpahan fitoplankton dalam suatu perairan adalah arus, kandungan unsur hara, predator, suhu, kecerahan, kekeruhan, pH, gas-gas terlarut, maupun kompetitor. Kelimpahan fitoplankton di suatu perairan berkaitan dengan pemanfaatan unsur hara dan radiasi sinar matahari. Selain itu, kelimpahan fitoplankton juga dipengaruhi suhu, lingkungan, dan pemangsaan oleh zooplankton. (Basmi,1988) Menurut
Basmi
(1995)
bahwa
plankton
dapat
dikelompokkan
berdasarkan beberapa hal yaitu : 1.
Nutrien pokok yang dibutuhkan, yang terdiri atas : a) Fitoplankton yaitu plankton nabati ( >90% terdiri dari alga) yang mengandung klorofil yang mampu mensitesa nutrisi anorganik menjadi zat organik melalui proses fotosintesis dengan energi yang berasal dari tenaga matahari. b) Saroplankton yaitu kelompok tumbuhan (bakteri dan jamur) yang tidak mempunyai pigmen fotosintesis dan memperoleh nutrisi dan energi dari sisa organisme lain yang telah mati. c) Zooplankton, yaitu plankton hewani makanannya sepenuhnya tergantung pada organisme-organisme lain yang masih hidup maupun
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
partikel-partikel sisa organisme seperti detritus, disamping itu plankton ini juga mengkonsumsi fitoplankton. 2.
Berdasarkan lingkungan hidupnya terdiri atas : 1) Limnoplankton, yaitu plankton yang hidup di air tawar. 2) Haliplankton, yaitu plankton yang hidup di air laut. 3) Hipalmyriplankton yaitu plankton yang hidup di air payau. 4) Plankton yaitu plankton yang hidupnya di kolam.
3.
Berdasarkan ada atau tidaknya sinar di tempat mereka hidup terdiri atas : a) Hipoplankton yaitu plankton yang hidupnya di zona afotik (tidak ada sinar matahari). b) Efiplankton yaitu plankton yang hidupnya di zona eufotik (ada sinar matahari).
4.
Berdasarkan asal usul plankton, dimana ada plankton yang hidup dan berkembang dari perairan itu sendiri dan ada yang berasal dari luar yaitu terdiri atas : a) Autogenik plankton yaitu plankton yang berasal dari perairan itu sendiri. b) Allogenik plankton yaitu plankton yang datang dari perairan lain.
D. Zooplankton 1.
Sejarah Zooplankton Menurut perkiraan ahli-ahli evolusi, setelah phytoplankton merajai
lautan selama 500 juta tahun, maka terjadilah zooplankton, sebagai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
primary konsumer 250 juta tahun sebelum Cabrium, dan pada saat itu juga mulailah zaman protero-zoicum (Sachlan, 1978) Zooplankton yang pertama terdiri dari jenis-jenis protozoa, dan ini terjadi dari Holo-zoic-typen dari protophyta (algae), selama 250 juta tahun ini, zooplankton berevolusi menjadi spongiae (spon), Coelenterara atau Cnidaria (ceral-ceral). Echinodermata, Mollusca dan Arthropoda, karena dibuktikan fossil-fossil dalam lapisan-lapisan tanah pada permulaan cambrium, dari golongan-golongan hewan tersebut. Ini dimungkinkan karena jenis-jenis hewan tersebut, mempunyai rangka-rangka atau dindingdinding, dari kitin, kapur(CaCO3), silikat, spongia, yang sukar hancur atau larut sepanjang masa, sebelum cambrium selama 250 juta tahun, “kulit” bumi belum dapat membentuk lapisan atau sedimen-sedimen sampai permulaan cambrium, maka dari itu barulah pada permulaan cambrium, sekaligus dapat diketemukan fosil-fosil dari semua golongan hewan-hewan tersebut,
karena
pada
permulaan
cambrium
mulailah
terjadinya
sedimentasi tanah yang agak teratur sisa-sisa ikan yang tertua barulah diketemukan pada zaman permulaan Devoon, kira-kira 150 juta tahun sesudah permulaan cambrium atau 400 juta tahun umurnya sampai saat sekarang; perlu diketahui bahwa satu teori mengatakan bahwa Chordata (vertebrata) berasal dari Graptolite, suatu fosil dari Echinodermata pada zaman siluur (Sachlan, 1978). Zooplankton merupakan plankton yang bersifat hewani sangat beraneka ragam dan terdiri dari berbagai macam larva dan bentuk dewasa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
yang mewakili hampir seluruh filum hewan. Namun dari sudut ekologi, hanya satu golongan zooplankton yang sangat penting
artinya, yaitu
subkelas copepoda. Copepoda adalah Crustacea holoplankton berukuran kecil yang mendominasi zooplankton, merupakan herbivora primer (Nybakken, 1992) Sebagian besar zooplankton menggantungkan sumber nutrisinya pada materi organik, baik berupa fitoplankton maupun detritus. Kepadatan zooplankton di suatu perairan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan fitoplankton. Umumnya zooplankton banyak ditemukan pada perairan yang mempunyai kecepatan arus rendah serta kekeruhan air yang sedikit (Barus, 2004). Zooplankton mempunyai kemampuan bergerak dengan cara berenang (migrasi vertikal). Pada siang hari zooplankton bermigrasi ke bawah menuju dasar perairan. Migrasi dapat juga terjadi karena faktor pemangsaan (grazing) yaitu mendekati fitoplankton sebagai mangsa (Sumich, 1999). Sama halnya menurut Nybakken (1992), gerakan tersebut dimaksudkan untuk mencari makanan yaitu fitoplankton. Gerakan pada malam hari lebih banyak dilakukan karena adanya variasi makanan yaitu fitoplankton lebih banyak, selain itu dimungkinkan karena zooplankton menghindari sinar matahari lansung (Nontji, 1993). 2.
Keanekaragaman Jenis Zooplankton Berdasarkan siklus hidupnya zooplankton terdiri dari Holoplankton
(zooplankton
sejati)
dan
Meroplankton
(zooplankton
sementara).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
Holoplankton adalah hewan yang selamanya hidup sebagai plankton seperti : filum Arthropoda terutama Subkelas Copepoda, Chaetognata, Chordata kela Appendiculata, Ctenophora, Protozoa, Annleida Ordo Tomopteridae dan sebagian Molusca (Omori dan Ikeda, 1984). Meroplankton yaitu hewan yang hidup sebagai plankton hanya pada stadia-stadia tertentu, seperti larva atau juvenil dari Crustacea, Coelenterata, Molusca, Annelida dan Echinodermata (Sachlan, 1982). Hampir seluruh avertebrata
yang berbentuk besar seperti
Coelenterata, Vermes, Echinodermata, Arthropoda dan Mollusca yang hidup di laut dapat merupakan meroplankton waktu masih dalam stadium larva-larva, akan tetapi sebagian besar juga mati sebagai meroplankton karena kekurangan makanan atau dimakan oleh konsumer yang lebih besar (Sachlan, 1978). Arinardi (1994) mengatakan bahwa beberapa filum hewan terwakili di dalam kelompok zooplankton. Zooplankton terdiri dari beberapa filum hewan antara lain : Filum Protozoa, Cnidaria, Ctenophora, Annelida, Crustacea, Mollusca, Echinodermata, dan Chordata. Keanekaragaman jenis mempunyai dua komponen yaitu jenis dan kemerataan atau equabilitas. Kekayaan jenis adalah jumlah jenis dalam suatu komunitas. Kemerataan atau equabilitas adalah pembagian individu yang merata antar jenis. Kemerataan menjadi maksimum apabila semua spesies mempunyai jumlah individu yang sama atau rata (Odum, 1993).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
Keanekaragaman jenis merupakan salah satu parameter yang digunakan dalam mengetahui status suatu ekosistem. Parameter ini mencirikan kekayaan jenis dan keseimbangan dalam suatu ekosistem, dimana
semakin
tinggi
keanekaragaman
jenis
yang
terbentuk
menyebabkan keseimbangan ekosistem stabil begitupun sebaliknya. Ekosistem dengan keanekaragaman rendah menyebabkan ekosistem tidak stabil dan rentan terhadap pengaruh tekanan dari luar dibandingkan dengan ekosistem yang mempunyai keanekaragaman tinggi (Boyd, 1999). Keanekaragaman adalah suatu keragaman atau perbedaan di antara anggota suatu kelompok. Keanekaragaman umumnya berpengaruh ke spesies, pengukurannya melalui jumlah individu dalam komunitas dan kelimpahan relatifnya. Keanekaragaman dapat menggambarkan struktur masyarakat organisme dari suatu perairan. Zooplankton adalah hewan mikroskopis yang bebas melayang dan hanyut dalam perairan tetapi tidak mampu
berfotosintesis.
Keanekaragaman
jenis
zooplankton
dapat
menunjukkan tingkat kompleksitas dari struktur komunitas perairan. Keanekaragaman jenis zooplankton dapat menunjukkan dua elemen fungsi yaitu menunjukkan jumlah jenis atau kelimpahan jenis dan menunjukkan keseimbangan komunitas (Mc Naughton, 1998). Berbeda dengan fitoplankton, zooplankton mempumyai alat gerak berupa kaki atau bulu halus meskipun pergerakannya terbatas. Pergerakan zooplankton lebih dipengaruhi oleh arus air. Jenis dan densitas zooplankton sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Jenis yang mempunyai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
daya adaptasi yang baik akan mendominasi perairan tersebut. Dalam rantai makanan zooplankton menduduki konsumen I sehingga perannya tidak dapat diabaikan (Patterson, 1998). a.
Jenis-jenis zooplankton dari Protozoa Protozoa termasuk dalam kelompok organisme protista. Seluruh kegiatan metabolismenya dilakukan oleh sel itu sendiri dengan menggunakan
organel-organel
antara
lain
membran
plasma,
sitoplasma dan mitokondria. Ciri-ciri umum organisme protozoa adalah organisme uniseluler (bersel tunggal), eukariotik (memiliki membran nukleus), hidup soliter (sendiri) atau berkoloni (kelompok), alat gerak berupa pseudopia, silia atau flagela. Protozoa di bagi dalam empat kelas yaitu Rhizopoda, Ciliata, Flagellata dan Sporozoa. 1.
Kelas sporozoa Tidak memiliki alat gerak khusus, menghasilkan spora (sporozoid) sebagai perkembangbiakannya. Sporozoid memiliki organel-organel kompleks pada salah satu ujung (apex) selnya yang dikhususkan untuk menembus sel dan jaringan inang. Hidupnya parasit dalam tubuh manusia dan hewan. Contoh : Plasmodium Plasmodiumvivax,
falciparum, Gregarina.
Plasmodium Sebagian
berkembang biak secara aseksual (vegetatif).
besar
malariae, protozoa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
19
Kelas Flagellata Flagellata, dalam hal ini “zoo-flagellata” yang hidup sebagai plankton (free-living) sebetulnya semua terdiri dari Holozoic-type dari algae yang berflagel seperti dari pyrrophyta yaitu Noctiluca sp, Pyrocystus, dan lain-lain. Zooflagellata yang tidak hidup bebas semua menjadi parasit seperti Tripanasoma, Trichomonas, Giardia, dan lain-lain yang hidup sebagai parasitparasit dalam tubuh manusia atau vertebrata lain (Sachlan, 1978). Beberapa flagellata diklasifikasikan sebagai fitoflagellata, akan tetapi karena memiliki sedikit pigmen dan makan dengan cara
memangsa
maka
dimasukkan
ke
dalam
golongan
zooplankton. Jenis ini paling banyak terdapat dalam peridinia dan paling banyak diketahui adalah Nocticula miliaris dengan ciriciri-ciri memiliki diameter 200-1200 µm dan ditandai dengan flagelum yang panjangnya sama dengan tubuhnya, jenis ini dapat melakukan bioluminisense (Bougis, 1976). 3.
Kelas Cilliata Cilliata sebagian besar hidup bebas di air tawar, dan ada hanya beberapa golongan yang hidup di laut (golongan Tintinnidae). Cilliata ini merupakan zooplankton sejati di air tawar, tetapi banyak hidup di antara periphyton atau di dasar sebagai bentos, dimana terdapat banyak detritus yang membusuk. Anggota Cilliata ditandai dengan adanya silia (bulu getar), yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
digunakan sebagai alat gerak dan mencari makanan. Ukuran silia lebih pendek dari flagel (Sachlan, 1982). 4.
Kelas Rhizopoda Rhizopoda merupakan zooplankton yang penting di air laut maupun air tawar, zooplankton ini merupakan makanan bagi ikan dan hewan Avertebrata. Rhizopoda memiliki arti kaki-kaki yang bentuknya seperti akar tumbuh-tumbuhan yang tidak teratur. Rhizopoda dianggap berasal dari genera-genera alga dari tipe Sapropit seperti Chloramoeba, Gametamoeba, dan Chrysamoeba. Rhizopoda terdiri dari beberapa ordo : Amoebina, Foraminifera, Radiolaria,dan Helizoa (Sachlan, 1982)
b. Zooplankton dari Cnidaria Cnidaria terdiri dari kelas Hydrozoa, Zcypozoa, dan Anthozoa. Hanya pada kelas Hydrozoa, dimana Hydra juga termasuk dan terdiri dari spesies-spesies berupa ubur-ubur kecil yang hidup sebagai plankton (Sachlan, 1982). Bentuk morfologi Cnidaria terkadang sangat rumit walaupun memiliki struktur sederhana. Karakteristik penting Cnidaria adalah adanya sel penyegat (nematocyts) yang menyuntikkan venum yang dapat melumpuhkan mangsanya ( Bougis, 1976). Termasuk dalam filum Cnidaria yang holoplankton ialah uburubur dari kelas Hydrozoa dan Scypozoa, serta koloni-koloni yang kompleks dan aneh dikenal dengan nama sifonofora. Ubur-ubur dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
kelas Scypozoa merupakan organisme plankton terbesar dan kadangkadang terdapat dalam jumlah besar (Nybakken, 1992). c.
Zooplankton dari Ctenophora Filum Ctenophora yang secara taksonomi masih dekat dengan Cnidaria sebagian besar bersifat plantonik. Semia Ctenophora adalah karnivora rakus, yang menangkap mangsanya dengan tentakeltentakel yang lengket atau dengan mulutnya yang sangat lebar. Untuk bergerak dalam air menggunakan deretan-deretan silia yang besar yang disebut stebes (Nybakken, 1992). Perbedaan Ctenophora dengan Cnidaria adalah tidak adanya sel penyengat (nematocyts) pada Ctebophora tetapi memiliki sel pelengket yang disebut coloblast dimana sel ini dapat melekatkan mangsanya (Bougis, 1976).
d. Zooplankton dari Annelida Annelida ini cukup banyak terdapat sebagai meroplankton di laut. Di perairan air tawar jenis Annelida hanya terdapat lintah (ordo Hirudinae) dan dapat menjadi parasit pada ikan-ikan yang dipelihara di kolam. Banyak meroplankton dari Annelida ini terdapat di pantaipantai yang subur, seperti halnya meroplankton dari Crustacea. Larvalarva Annelida bernama trochophore larva, jika baru keluar dari telur, berbentuk bulat atau oval, bersilia dan mempunyai divesvitus agar di lautan dapat memakan nanoplankton dan detritus yang halus (Sachlan, 1982).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
e.
22
Zooplankton dari Arthropoda Menurut Nybakken (1992) bagian terbesar dari zooplankton adalah anggota filum Arthropoda. Dari filum Arthropoda hanya Crustacea yang hidup sebagai plankton dan merupakan zooplankton terpenting bagi ikan air tawar maupun air laut. Crustacea berarti hewan-hewan yang mempunyai sel yang terdiri dari kitin atau kapur yang sukar dicerna. Crustacea dapat dibagi menjadi 2 golongan : Entomostracea (udang-udangan tingkat rendah) dan Malacostracea (udang-udangan tingkat tinggi). Sebagian besar dari larva Malacostracea merupakan meroplankton dan sebagian besar mati sebagai plankton karena dimakan spesies hewan yang lebih besar atau mati karena kekurangan makanan. Entomostracea yang terdiri dari ordo-ordo Brachiopoda, Ostracoda, Copepoda dan Cirripedia, tidak mempunyai stadium Zoea seperti halnya Malacostracea. Entomostracea yang merupakan zooplankton ialah Malacostracea hanya Mycidacea dan Euphausiacea yang merupakan zooplankton kasar atau makrozooplankton (Sachlan, 1982). Salah satu subkelas Crustacea yang penting bagi perairan adalah copepoda. Copepoda adalah crustacea holoplanktonik berukuran kecil yang mendominasi zooplankton di semua laut dan samudera. Pada umumnya copepoda yang hidup bebas berukuran kecil, panjangnya antar satu dan beberapa milimeter. Kedua antenanya yang paling besar berguna untuk menghambat laju tenggelamnya. Copepoda makan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
fitoplankton dengan cara menyaring melalui rambut-rambut (setae) halus yang tumbuh di appendiks tertentu yang mengelilingi mulut (maxillae),
atau
langsung
menangkap
fitoplankton
dengan
apendiksnya (Nybakken, 1992). f.
Zooplankton dari Rotifera Rotifera termasuk ke dalam filum invertebrata. Ada tiga kelas Rotifera yaitu Seisionidea, Bdelloidea dan Monogonanta. Kelas Monogonanta memiliki sirklus hidup partenogenetik yang terdiri dari fase seksual dan aseksual. Sebagian masa hidupnya berada dalam fase aseksual namun pada lingkungan khusus kelompok ini mampu melakukan reproduksi seksual dan aseksual secara bersamaan. Faktor yang menentukan jenis kelamin masih belum dipahami namun faktor makanan, tidak adanya stres fisiologis dan juga genetis memainkan peranan yang penting dalam hal ini. Rotifera dalam kelas monogonanta memiliki susunan morfologi tubuh yang sederhana. Tubuhnya terdiri dari tiga bagian yaitu kepala, badan, dan kaki. Pergerakannya dilakukan dengan sekumpulan silia yang terdapat sekitar bagian kepala yang disebut corona. Kista Rotifer dihasilkan selama fase aseksual dalam sirklus hidupnya. Kista rotifer melindungi embrio dengan menekan proses metabolisme sehingga mampu bertahan selama beberapa tahun. Kista yang dihasilkan hampir sama dengan besar telur yang dihasilkan melalui fase seksual. Perbedaan hanya ditutupi oleh cangkang yang keras serta dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
bertahan dalam lingkungan yang ekstrim. Ketika berada dalam lingkungan yang sesuai kista tersebut dapat menetas pada usia 24 atau 48 jam pada suhu 25℃ dengan intensitas cahaya yang cukup. g.
Zooplanton dari Molusca Molusca terdiri dari kelas Gastropoda, Pelecypoda (Bivalvea) dan Cephalopoda. Di perairan air tawar, meroplankton dari Gastropoda dan Bivalvea tidak begitu berperan penting (Sachlan, 1982). Filum molusca biasanya terdiri dari hewan-hewan bentik yang lambat. Namun, terdapat pula bermacam molusca yang telah mengalami adaptasi khusus agar dapat hidup sebagai holoplankton. Molusca planktonik yang mengalami modifikasi tertinggi adalah Pteropoda dan Heteropoda. Kedua kelompok ini secara taksonomi dekat dengan siput dan termasuk kelas Gastropoda. Ada dua tipe pteropoda, yaitu bercangkang (ordo Thecosomata) dan
yang telanjang (Ordo
Gymnosomata). Pteropoda bercangkang adalah pemakan tumbuhan (herbivora), cangkangnya rapuh dan berenang menggunakan kakinya yang berbentuk sayap. Pteropoda telanjang dapat berenang lebih cepat daripada yang bercangkang. Heteropoda adalah karnivora berukuran besar dengan tubuh seperti agar-agar yang tembus cahaya (Nybakken, 1992). h. Zooplankton dari Echinodermata Phylum Echinodermata hanya larva-larva dari beberapa ordo yang termasuk meroplankton. Ada larva yang bentuknya seperti larva
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
Chordata, sehingga ada anggapan bahwa Chordata adalah keturunan Echinodermata. Genus-genus Echinodermata yang larva-larvanya merupakan
meroplankton
ialah
Bipinaria,
Brachiolarva,
dan
Auricularia, yang ada pada waktumya akan mengendap semua pada dasar laut sebagai benthal-fauna (Sachlan, 1982). i.
Zooplankton dari Chordata Chordata termasuk ordo mamalia, menurut evolusi merupakan keturunan dari spesies-spesies yang hidup sebagai zooplankton dan bentuknya mirip dengan larva-larva Echinodermata. Dari 4 subfilum dari Chordata ada 2 yang hidup sebagai zooplankton yaitu Enteropneusta dan Urochordata. Larva-larva dari Enteropneusta inilah yang bentuknya seperti larva Echinodermata, seperti Tornaria-larva (Sachlan, 1982). Zooplankton merupakan produsen sekunder sehingga penting dalam jaring-jaring makanan di suatu perairan. Zooplankton memangsa fitoplankton dimana fitoplankton itu sendiri memanfaatkan nutrient melalui proses fotosintesis (Kaswadji dkk, 1993). Pada proses selanjutnya zooplankton merupakan makanan alami bagi larva ikan dan mampu mengantarkan energi ke jenjang tropik yang lebih tinggi. Dalam hubungan dengan rantai makanan zooplankton berperan penting sebagai penghubung produsen primer dengan tingkat pakan yang lebih tinggi, sehingga kelimpahan zooplankton sering dikaitkan dengan kesuburan perairan (Arinardi, dkk 1994). Dari berbagai jenis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
zooplankton hanya ada satu golongan saja yang sangat penting menurut sudut ekologis yaitu subkelas Copepoda (kelas Crustacea, filum Arthropoda). Hewan-hewan kecil ini sangat penting artinya bagi ekonomi ekosistem-ekosistem bahari karena merupakan herbivora primer dalam laut (Nybakken, 1992). j.
Zooplankton dari Gastrotrics Gastrotrichs sering disebut punggung berbulu, adalah sebuah divisi dari mikroskopis (0,06-3,0 mm) hewan melimpah di air tawar dan lingkungan laut. Gastrotrichs adalah bilaterla simetris, dengan tubuh yang transparan dan bawah datar. Banyak spesies memiliki proyeksi pendek pada bagian belakang. Tubuh ditutupi dengan silia, terutama mulut dan permukaan ventral, meiliki proyeksi terminal dua dengan kelenjar semen yang berfungsi dalam adhesi. Ini adalah sistem ganda dimana satu kelenjar mengeluarkan lem dan yang lain mengeluarkan deperekat untuk memutuskan sambungan. Seperti hewan
mikroskopis
kebanyakan,
penggerak
mereka
terutama
didukung oleh hidrostatik. E. Faktor yang Mempengaruhi Kelimpahan Zooplankton Kelimpahan zooplankton pada suatu perairan dipengaruhi oleh faktorfaktor abitotik yaitu : suhu, kecerahan, keceapatan arus, salinitas, pHm DO (Romimohtarto dan Juwana, 1999). Sedangkan faktor biotik yang dapat mempengaruhi distribusi zooplankton adalah bahan nutrien dan ketersediaan makanan (Sumich, 1992).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
Menurut Davis (1955), kelimpahan zooplankton sangat ditentukan oleh adanya fitoplankton,
karena
fitoplankton
merupakan makanan
bagi
zooplankton. Hal ini juga didukung oleh Arinardi (1977) yang mengatakan bahwa kepadatan zooplankton sangat tergantung pada kepadatan fitoplankton, karena fitoplankton adalah makanan bagi zooplankton, dengan demikian kuantitas atau kelimpahan zooplankton akan tinggi di perairan yang tinggi kandungan zooplanktonnya. Zooplankton merupakan organisme penting dalam proses pemanfaatan dan pemindahan energi karena merupakan penghubung antara produsen dengan hewan-hewan pada tingkat tropik yang lebih tinggi. Dengan demikian populasi yang tinggi dari zooplankton hanya mungkin dicapai bila jumlah fitoplankton tinggi. Namun dalam kenyataannya tidak sealu benar diaman seringkali dijumpai kandungan zooplankton
yang rendah meskipun
fitoplankton sangat tinggi. Hal ini dapat diterangkan dengan adanya “The Theory of Differential Growth Rate” (Teori Perbedaan Kecepatan tumbuh) yang dikemukakan oleh Steeman dan Nielsen (1975) yang menyebutkan bahwa pertumbuhan zooplankton tergantung pada fitoplankton tetapi karena pertumbuhan lebih lambat dari fitoplankton maka populasi maksimum zooplankton akan tercapai beberapa waktu setelah populasi maksimum fitoplankton berlalu. Selain itu terdapat pula teori yang menerangkan terjadinya hubungan terbalik antara zooplankton dan fitoplankton, teori ini dikenal dengan “Theory of Grazing” yaitu dimakannya fitoplankton oleh zooplankton yang dikemukakan oleh Harvey. Bila populasi zooplankton
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
meningkat, pemangsaan fitoplankton akan sedemikian cepatnya sehingga fitoplankton tidak sempat membelah diri, namun jika jumlah zooplankton menurun dan menjadi sedikit maka hal ini memberi kesempatan kepada fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang biak sehingga menghasilkan konsentrasi yang tinggi (Davis, 1955 dalam Ahadiati 2012). F. Indeks Diversitas Indeks keanekaragaman (Indeks diversitas) adalah suatu pernyataan sistematik yang melukiskan struktur komunitas untuk mempermudah menganalisis informasi tentang jumlah dan macam organisme (Odum, 1971). Kisaran total indeks keanekaragaman dapat diklasifikasikan sebagai berikut (modifikasi Wilhm dan Dorris (1968) dalam Dianthani (2003) : H’<1,0
= keanekaragaman kecil dan kestabilan rendah
1,0
= keanekaragaman sedang dan kestabilan komunitas sedang
H’>3,0
= keanekaragaman tinggi dan kestabilan komunitas tinggi
Berdasarkan indeks keanekaragaman juga dapat ditentukan kriteria mutu kualitas perairan (Dahuri, 1995). Apabila indeks keanekaragaman >3 berarti perairan tidak tercemar. Perairan tercemar sedang bila H’ dalam kisaran 1 – 3. Yang terakhir perairan termasuk tercemar berat bila H’ <1. G. Beberapa Faktor Abiotik yang Mempengaruhi Perairan Faktor-faktor fisik yang sering merupakan pembatas bagi organisme air adalah suhu, cahaya, konduktivitas dan kecepatan arus sehingga faktor-faktor fisik tersebut selalu diukur di dalam studi ekologi perairan (Suin, 2002). Beberapa faktor fisik yang mungkin ikut menentukan kualitas air adalah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
kekeruhan (kekeruhan), warna, ketransparanan, suhu, kecepatan aliran, volume aliran (Sastrawijaya, 2000). 1. Suhu Suhu merupakan salah faktor yang sangat penting dalam proses metabolisme organisme di perairan. Perubahan suhu yang mendadak atau kejadian suhu yang ekstrim akan menganggu kehidupan organisme bahkan dapat menyebabkan kematian. Suhu perairan dapat mengalami perubahan sesuai musim, letak lintang suatu wilayah, ketinggian dari permukaan laut, letak tempat terhadap garis edar matahari, waktu pengukuran dan kedalaman air. Suhu air mempunyai peranan dalam mengalir. Kehidupan biota perairan, terutama dalam proses metabolisme. Kenaikan suhu menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen, namun di lain pihak juga mengakibatkan turunnya kelarutan oksigen dalam air. Oleh karena itu, maka pada kondisi tersebut organisme akuatik seringkali tidak mampu memenuhi kadar oksigen terlarut untuk keperluan proses metabolisme dan respirasi (Effendi, 2003). 2. Penetrasi cahaya dan intensitas cahaya matahari Menurut Barus (2004), faktor cahaya matahari yang masuk ke dalam air akan mempengaruhi sifat-sifat optis dari ar. Sebagian cahaya matahari tersebut akan diabsorbsi dan sebagian akan dipantulkan keluar dari permukaan air. Dengan bertambahnya lapisan air intensitas cahaya tersebut akan mengalami perubahan yang signifikan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Cahaya gelombang pendek merupakan yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
paling kuat mengalami pembiasan yang mengakibatkan kolam air yang jernih akan terlihat berwarna biru dari permukaan. Menurut Suin (2002) kekeruhan air disebabkan adanya partikelpartiekl debu, liat, pragmen tumbuh-tumbuhan dan plankton dalam air. Dengan keruhnya air maka penetrasi cahaya ke dalam air berkurang, sehingga penyebaran organisme berhijau daun tidak begitu dalam, karena proses fotosintesis tidak dapat berlansung. 3. pH air Derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion hidrogen dalam perairan. Secara umum nilai pH menggambarkan seberapa besar tingkat keasaman atau kebasaan suatu perairan. Perairan dengan nilai pH = 7 adalah netral, pH < 7 dikatakan kondisi perairan bersifat asam, sedangkan pH > 7 dikatakan kondisi perairan bersifat basa (Effendi, 2003). 4. DO (Oksigen Terlarut) Oksigen terlarut adalah gas oksigen yang terlarut dalam air. Oksigen terlarut dalam perairan merupakan faktor penting sebagai pengatur metabolisme tubuh organisme untuk tumbuh dan berkembang biak. Sumber oksigen terlarut dalam air berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer, arus atau aliran melalui air hujan serta aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton (Novonty, 1994). Oksigen diperlukan oleh organisme air untuk menghasilkan energi yang sangat penting bagi pencernaan dan asimilasi makanan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
pemeliharaan keseimbangan osmotik, dan aktivitas lainnya. Jika persediaan oksigen terlarut di perairan sangat sedikit maka perairan tersebut tidak baik bagi ikan dan makhluk hidup lainnya yang hidup di perairan,
karena
akan
mempengaruhi
kecepatan
pertumbuhan
organisme air tersebut. Kandungan oksigen terlarut minimum 2 mg/l sudah cukup mendukung kehidupan organisme perairan secara normal (Wardana, 1995) Pengaruh oksigen terlarut terhadap fisiologis organisme air terutama adalah proses respirasi. Konsentrasi oksigen terlarut hanya berpengaruh secara nyata terhadap organisme air yang memang mutlak membutuhkan oksigen terlarut untuk respirasinya. Konsumsi oksigen bagi organisme air berfluktuasi mengikuti proses-proses hidup yang dilaluinya. Pada umumnya konsumsi oksigen bagi organisme air ini akan mencapai maksimum pada masa-masa reproduksi berlangsung. Konsumsi oksigen juja dipengaruhi oleh konsenterasi oksigen terlarut itu sendiri (Barus, 2004). Tabel 2.1 Status kualitas air berdasarkan kadar oksigen terlarut (Jefffries/Mills, 1996) No Kadar Oksigen Terlarut Status Kualitas Air (Mg/L) 1 > 6, 5 Tidak tercemar sampai tercemar sangat ringan 2 4,5 – 6,4 Tercemar ringan 3 2,0 – 4,4 Tercemar sedang 4 < 2,0 Tercemar berat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
5. BOD (Kebutuhan Oksigen Biologis) BOD (Kebutuhan Oksigen Biologis) menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme untuk menguraikan bahan-bahan organik di dalam air. Rendahnya nilai BOD menunjukkan sedikitnya jumlah bahan organik yang dioksidasi dan semakin bersihnya perairan dari pencemaran limbah organik. Perairan dengan nilai BOD melebihi 10 mg/l dianggap telah mengalami pencemaran (Effendi,
2003).
Berdasarkan
nilai
BOD, Lee et al
(1991)
mengelompokkan kualitas perairan atas empat yaitu tidak tercemar (>3,0 ppm), tercemar ringan (3,0-4,9 ppm), tercemar sedang (4,9-15,0 ppm) dan tercemar berat (>15,0 ppm). Pengukuran
BOD
didasarkan
kepada
kemampuan
mikroorganisme untuk menguraikan senyawa organik, artinya hanya senyawa yang mudah diuraikan secara biologis seperti senyawa yang terdapat dalam rumah tangga. Untuk produk-produk kimiawi, seperti senyawa minyak dan buangan kimia lainnya akan sangat sulit dan bahkan tidak bisa diuraikan oleh mikroorganisme (Barus, 2004). 6. COD (Kebutuhan Oksigen Kimia) COD merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan dalam proses oksidasi kimia yang dinyatakan dalam O2/l. Dengan mengukur nilai COD maka akan diperoleh nilai yang menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk proses oksidasi terhadap total senyawa organik baik yang mudah diuraikan secara biologis maupun terhadap yang sukar atau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
tidak bisa diuraikan secara biologis (Barus, 2004). Chemical Oxygen Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) adalah jumlah oksigen (mg O2 ) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air (Alaerts dan Sri, 1987). Nilai COD menunjukkan jumlah oksigen total yang dibutuhkan di dalam perairan untuk mengoksidasi senyawa kimiawi yang masuk ke dalam perairan seperti minyak, logam berat, maupun bahan kimiawi lain. Besarnya nilai COD mengindikasikan banyaknya senyawa kimiawi yang ada di dalam perairan, dan sebaliknya rendahnya nilai COD yang ada dalam perairan mengindikasikan rendahnya senyawa kimiawi yang ada di dalam perairan. Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pencemaran Air bahwa kadar COD golongan III adalah sebesar 50 mg/l. 7. Kandungan nitrat Nitrat adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Menurut Lee et al, (1991) bahwa kisaran nitrat di perairan berada antara 0,01-0,7 mg/l sedangkan menurut Effendi (2003) bahwa kadar nitratnitrogen pada perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0,1 mg/l, akan tetapi jika kadar nitrat lebih besar 0,2 mg/l akan mengakibatkan eutrofikasi (pengayaan) yang selanjutnya menstimulir pertumbuhan algae dan tumbuhan air secara pesat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
8. Kandungan fosfat Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan (Dugan, 1972). Fosfat terutama berasal dari sedimen yang selanjutnya akan terfiltrasi dalam air tanah dan akhirnya masuk ke dalam sistem perairan terbuka. Selain itu juga dapat berasal dari atmosfer bersama air hujan masuk ke sistem perairan (Barus, 2004). Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang baku mutu air kelas III kadar fosfat ≤ 1 mg/L. Kadar fosfat yang terlalu tinggi dapat menyebabkan perairan mengalami ledakan (blooming) dari salah satu jenis fitoplankton yang mengeluarkan toksin. Kondisi seperti itu bisa merugikan hasil kegiatan perikanan pada daerah perairan (Wibisono, 2005). H. Baku Mutu Air Klasifikasi dan kriteria mutu air mengacu pada peraturan pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air yang menetapkan mutu air ke dalam empat kelas yaitu : 1. Kelas satu, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk baku air minum, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; 2. Kelas
dua,
air
yang
peruntukkannya
dapat
digunakan
untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengaliri pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3. Kelas
tiga,
air
yang
peruntukkannya
dapat
digunakan
35
untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut; 4. Kelas empat, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut (BBPT.go.id, 2001). Tabel 2.2 Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas (BPPT.go.id, 2001) Parameter Satuan Kelas Keterangan I II III IV Suhu Dev Dev 3 Dev 3 Dev Deviasi temperatur 3 5 dari keadaan ilmiahnya pH 6-9 6-9 6-9 5-9 BOD Mg/L 2 3 6 12 COD Mg/L 10 25 50 100 DO Mg/L 6 4 3 0 Angka batas minimum Fosfat Mg/L 0,2 0,2 1 5 Nitrat (N0 3) Mg/L 10 10 20 20
I.
Hasil Penelitian yang Relevan Dari beberapa hasil penelitian yang relevan berkaitan dengan penelitian tentang zooplankton dan hubungannya dengan kualitas perairan diperoleh hasil sebagai berikut. Ahadiati, (2012) melakukan penelitian tentang Interaksi antara Kenaekaragaman Jenis Zooplankton dengan Kondisi Lingkungan di Telaga Jongge Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta. Telaga Jongge mempunyai tingkat keanekaragaman sedang yaitu bernilai antara 3,77-4,53. Melalui analisis indeks keanekaragaman dan pengukuran
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
faktor abiotik perairan ini tergolong dalam mutu kualitas perairan air golongan III yaitu air untuk perikanan dan peternakan. Selanjutnya
Musthafa,
(2013)
melakukan
penelitian
tentang
Kemelimpahan dan Keanekaragaman Jenis Plankton di Sub Das Gajahwong Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan faktor fisikakimia dengan kemelimpahan plankton menunjukkan adanya keterkaitan , sekalipun ada beberapa faktor yang hubungannya tidak erat. Hubungan kemelimpahan terhadap kecepatan arus; semakin tinggi kecepatan arus maka nilai kemelimpahan menurun. Terhadap intensitas cahaya; semakin naik intensitas cahaya maka kemelimpahan naik juga. Terhadap temperatur; bahwa semakin naik temperatur maka kemelimpahan semakin menurun. Terhadap derajat keasaman; semakin rendah derajat keasamannnya maka nilai kemelimpahan semakin tinggi. Terhadap DO; semakin tinggi nilai DO maka kemelimpahan semakin naik. Terhadap COD; semakin turun nilai BOD maka kemelimpahan semakin naik. J.
Kerangka Berpikir Teoritis Waduk Tambak Boyo merupakan salah satu waduk di Kabupaten Sleman yang airnya belum dimanfaatkan sebagai sumber air minum. Pada saat ini Waduk Tambak Boyo digunakan masyarakat sebagai tempat rekreasi, mencuci, memancing, aktifitas perikanan dan untuk memenuhi kebutuhan domestik lainnya. Aktivitas tersebut akan mempengaruhi kondisi perairan. Kondisi perairan yang tidak stabil akan mengakibatkan terganggunya organisme di dalam perairan tersebut, salah satunya adalah zooplankton.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
Zooplankton adalah salah satu biota air yang dapat merespon setiap perubahan kondisi perairan yang terjadi. Keberadaan organisme tersebut di dalam air sangat ditentukan oleh kondisi fisik dan khemis perairan karena memiliki batasan toleransi tertentu untuk setiap individu sehingga keanekaragamannya akan berbeda pada kondisi lingkungan yang berbeda pula. Hal ini memungkinkan zooplankton dijadikan sebagai bioindikator perubahan kualitas perariran. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu peneltian mengenai keanekaragaman jenis zooplankton dan hubungannya dengan kualitas perairan di Waduk Tambak Boyo Yogyakarta. Untuk lebih lengkap alur kerangka berpikir dapat dilihat pada gambar alur kerangka beripikir berikut ini :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
Aktivitas masyarakat memanfaatkan perairan Waduk Tambak Boyo
Ekosistem Waduk Tambak Boyo Biota perairan 1. Fioplankton – produsen 2. Zooplankton,
bentos,
Identifikasi Observasi Keanekaragaman jenis zooplankton
perifiton, ikan - konsumen Bahan Ajar Kelas X SMA
Faktor abiotik (fisik-khemis)
Status perairan
Suhu air, pH air,Intensitas cahaya,
Waduk
DO, Kekeruhan, BOD, COD,
Tambak Boyo
Fosfat dan Nitrat
Gambar 2.1 Skema alur kerangka berpikir
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN A.
Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan model rancangan penelitian observasi. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengambil air dari waduk Tambak Boyo. Pengambilan sampel air akan dilakukan pada lokasi aliran sungai menuju tambak (stasiun 1), lokasi masuknya air sungai Tambak Bayan menuju ke Waduk Tambak Boyo (stasiun 2) dan lokasi keluarnya air dari Tambak Boyo (stasiun 3). Dari beberapa sampel air tersebut yang akan dilakukan penelitian terhadap keanakaragaman zooplankton dan hubungan dengan kualitas air pada waduk tersebut.
B.
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di waduk Tambak Boyo Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama 1 bulan, dimulai bulan Agustus 2015 sampai bulan September 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Parameter yang diukur dan dianalisis adalah kenekaragaman zooplankton dan parameter fisika dan kimia air waduk Tambak Boyo.
C.
Populasi dan Sampel Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Populasi penelitian : zooplankton yang terdapat di Waduk
39
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
Tambak Boyo Yogyakarta. 2. Sampel penelitian
: zooplankton yang ditangkap atau disaring pada 3 (tiga) titik pengamatan di Waduk Tambak Boyo Yogyakarta, yaitu area masuknya Sungai Tambak Bayan menuju ke Waduk Tambakboyo (stasiun 1), area masuknya Sungai Buntung menuju ke Waduk Tambak Boyo (stasiun 2) dan Area keluarnya air dari Waduk Tambak Boyo (stasiun 3).
D.
Parameter Penelitian 1.
2.
E.
Zooplankton dengan parameter : a.
Jenis zooplankton
b.
Indeks Keanekaragaman zooplankton
Kualitas perairan a.
Fisik
: Suhu, kekeruhan, penetrasi cahaya
b.
Kimiawi
: pH, DO, BOD, COD, Fosfat, Nitrat
Alat dan Bahan 1.
Alat yang digunakan dalam penelitian : a. Planktonet b. Termos es c. Termometer air raksa d. Turbidimeter e. Mikroskop f. Pipet tetes
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
g. Gelas obyek dan penutup h. pH meter i. Tali j. Botol plankton k. Kamera l. Laptop m. Kertas plastik n. Kertas label o. Alat tulis p. Tisu q. Secchi disk 2.
Bahan yang digunakan dalam penelitian : a. Es batu b. Formalin 4 % c. Aquades
F.
Prosedur Penelitian 1.
Kegiatan di lapangan : A. Kegiatan pengambilan sampel dilakukan pada tiga stasiun yaitu : 1. Stasiun pertama, berada di sekitar area masuknya air Sungai Tambak Bayan menuju ke Tambak Boyo. 2. Stasiun kedua, berada di area masuknya air Sungai Buntung menuju ke Tambak Boyo.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
3. Stasiun ketiga, berada di sekitar area keluarnya air dari Tambak Boyo. B. Teknik pengambilan sampel 1. Menenggelamkan planktonet ke dalam masing-masing stasiun sampai kedalaman dan menariknya kembali. 2. Memasukkan air hasil saringan ke dalam botol plankton yang telah diberi label. 3. Menyimpan botol plankton ke dalam termos yang telah berisi air es. 4. Mengulang langkah tersebut sebanyak tiga kali. 5. Pengambilan sampel dilakukan pada malam hari pada pukul 17.00-19.00 untuk mendapatkan zooplankton. 2.
Kegiatan di Laboratorium 1. Menyiapkan peralatan yang digunakan seperti tisu, mikroskop, objek gelas beserta penutupnya, pipet tetes dan optilab. 2. Mengocok sampel secara perlahan sampai homogen 3. Mengambil sampel dari pipet tetes 4. Meneteskan air pada objek gelas, pengamatan dilakukan sebanyak 1 ml (20 tetes) kemudian mengamatinya di bawah mikroskop. 5. Mengamati zooplankton dimulai dari sisi kiri atas objek gelas kearah bawah, kemudian digeser terus keatas sampai batas akhir cover gelas, selanjutnya digeser kekanan dan terus kebawah sampai batas cover gelas.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
6. Mengambil gambar dengan kamera zooplankton yang telah diperoleh 7. Melakukan perhitungan dan identifikasi obyek yang sudah teramati G.
Pengambilan Data Analisa 1. Menghitung Keanekaragaman Zooplankton Data yang diperoleh selanjutnya dihitung dengan menggunakan indeks keanekaragaman (Diversity Index/H’) dengan formula sebagai berikut : Indeks
keanekaragaman
(Shannon-Weiner
1949)
dalam
Dahuri (1995).
Keterangan : H’
= indeks keanekaragaman
Pi
= ni/n
Ni
= jumlah
N
= jumlah total individu semua jenis
individu jenis ke-i
Kisaran indeks keanekaragaman Shannon-Weiner. 1949 (Odum, 1993) H’<1,0
= keanekaragaman kecil dan kestabilan rendah
1,0
3,0
= keanekaragaman tinggi dan kestabilan komunitas tinggi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
2. Menghitung Densitas Zooplankton Densitas merupakan rumus untuk mengetahui jumlah tiap spesies zooplankton pada sampel yang diperoleh. Berikut rumus densitas zooplankton.
=
Keterangan :
H.
A
= Jumlah zooplankton
V
= Jumlah Volume total
Vs
= Volume
sampel air
Parameter Kualitas Air 1.
Pengukuran fisika a)
Pengukuran suhu air Suhu air akan diukur dengan menggunakan termometer air raksa yang akan dimasukkan ke dalam air waduk
b) Pengukuran cahaya Pengukuran
penetrasi
cahaya
dilakukan
dengan
aplikasi
lightmeter yang dijalankan menggunakan handphone c)
Pengukuran kekeruhan Kekeruhan air diukur menggunakan secchi disk yang diturunkan secara perlahan-lahan kedalam air hingga pola secchi disk tidak terlihat lagi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
45
Pengukuran kimia a) pH Pengukuran pH air dilakukan dengan menggunakan pH meter untuk mengetahui pH air waduk. b) Pengukuran kimia yang lain seperti DO, BOD, COD, fosfat dan nitrat dilakukan di laboratorium.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian dalam skripsi ini dilakukan di lokasi waduk Tambak Boyo Yogyakarta, yang terletak diantara tiga Desa yaitu Desa Condongcatur, Desa Maguwoharjo dan Desa Wedomartani. Lokasi waduk Tambak Boyo lebih tepatnya berada di Dusun Tambak Boyo, dimana tempat waduk tersebut dibangun. Waduk tambak boyo dibangun dan difungsikan oleh Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai cadangan dan resapan air tanah untuk warga Kabupaten Sleman, Kotamadya Yogyakarta dan Kabupaten Bantul, sebagai sarana pengairan dan cadangan air minum untuk Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di masa mendatang. Hasil dari penelitian yang dilakukan dapat memberi gambaran terhadap masyarakat tentang kualitas air yang ada di waduk tersebut terutama bagi masyarakat sekitar waduk yang memanfaatkan air waduk tersebut untuk perikanan dan pengairan sawah. Keadaan atau kondisi yang ada di waduk Tambak Boyo di bagi ke dalam tiga kategori/area khusus yaitu area perairan yang menjadi alur masuknya air sungai Tambak Bayan menuju ke Tambak Boyo (Stasiun 1), area perairan yang menjadi jalan masuknya Sungai Buntung menuju Tambak Boyo dan terdapat enceng gondok (Stasiun 2), dan area perairan yang menjadi alur keluarnya air dari tambak (Stasiun 3). Sampling air waduk yang digunakan untuk penelitian ini diambil dari ketiga area atau lokasi tersebut karena pada lokasi-lokasi tersebut ada beberapa faktor, sebagai contoh di lokasi yang
46
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
dianalogikan sebagai stasiun 1, terdapat Tempat Pembuangan Akhir (TPA), yang dapat mempengaruhi kualitas air waduk dan organisme yang hidup di perairan tersebut, sehingga menimbulkan pemikiran untuk melakukan penelitian di waduk tersebut. 1. Jenis-jenis Zooplankton di Waduk Tambak Boyo Hasil penelitian di perairan Waduk Tambak Boyo didapatkan zooplankton yang meliputi 6 kelas yang terdiri dari 14 spesies. Adapun kelas-kelas dari zooplankton yang teridentifikasi pada penelitian mengenai keanekaragaman jenis zooplankton dan hubungannya dengan kualitas perairan di Tambak Boyo adalah sebagai berikut : a. Kelas Crustacea Hasil identifikasi ditemukan zooplankton pada kelas Crustacea yang terdiri dari 5 spesies. Spesies tersebut adalah Halcylops sp, Alonella dadayi, Hyperia sp, Mesocylops leukarti dan Cylops vicinus. Gambar dari 5 spesies dari kelas Crustacea dapat dilihat di bawah ini :
Gambar 4.1 Halcylops sp
Gambar 4.2 Allonella dadayi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Gambar 4.3 Hyperia sp
48
Gambar 4.4 Mesocylops leukarti
Gambar 4.5 Cylops vicinus
b. Kelas Rotifera Hasil identifikasi ditemukan zooplankton kelas Rotifera yang terdiri dari 3 spesies. Spesies tersebut adalah Keratella valga monstrosa, Brachionus angularis dan Lecane luna. Gambar dari ketiga kelas rotifera dapat dilihat di bawah ini :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Gambar 4.6
49
Gambar 4.7
Keratella valga monstrosa
Brachionus angularis
Gambar 4.8 Lecane luna
c. Kelas Adenopherea Hasil identifikasi ditemukan zooplankton kelas Adenopherea yang terdiri dari 2 spesies. Spesies tersebut adalah Rabdolaimus sp dan Anaplectus granulosis. Gambar dari kedua kelas adenopherea dapat dilihat di bawah ini :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Gambar 4.9 Rabdolaimus sp
50
Gambar 4.10 Anaplectus granulosus
d. Kelas Rhizopoda/Sarcodina Hasil identifikasi ditemukan kelas Rhizopoda/Sarcodina yang terdiri dari 2 spesies. Spesies tersebut adalah Astramoeba radiosa dan Arcela vulgaris. Gambar dari spesies Astramoeba radiosa dan Arcela vulgaris dapat dilihat di bawah ini :
Gambar 4.11 Arcela vulgaris
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
Gambar 4.12 Astramoeba radiosa
e. Kelas Ciliata Hasil identifikasi ditemukan kelas Ciliata yang terdiri dari 1 spesies. Spesies tersebut adalah Epalxis mirabilis. Gambar dari spesies Epalxis mirabilis dapat dilihat di bawah ini :
Gambar 4.13 Epalxis mirabilis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
f. Kelas Sagittoidea Hasil identifikasi ditemukan kelas Sagittoidea yang terdiri dari 1 spesies. Spesies tersebut adalah Sagitta minima. Gambar dari spesies Sagitta minima dapat dilihat dibawah ini :
Gambar 4.14 Sagitta minima
2. Densitas Zooplankton Berdasarkan perhitungan densitas zooplankton di perairan Waduk Tambak Boyo diperolleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.1 Densitas Zooplankton di Perairan Waduk Tambak Boyo No Spesies Stasiun Stasiun Stasiun Rata1 2 3 rata 1 Halycops sp 1680 3780 2520 2660 2 Alonella dadayi 2940 1680 1540 3 Hyperia sp 3360 1260 1540 4 Mesolycops sp 2520 5040 2940 3500 5 Keratella valga vulgaris 1260 840 700 6 Brachionus angularis 1680 4620 2520 2940 7 Rabdolaimus sp 840 840 560 8 Anaplectus granulosis 2100 2940 1680 2240 9 Arcela vulgaris 840 280 10 Astramoeba radiosa 1260 6300 1680 3080 11 Epalxis mirabilis 420 140 12 Lecane luna 420 140
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Cylops vicinus Sagitta minima
13 14
2520 -
5460 420
2520 -
53
3780 140
Keterangan : Ind/ml
: Individu/mililiter
Stasiun 1 : Area perairan yang menjadi alur masuknya air sungai Tambak Bayan menuju ke Tambak Boyo Stasiun 2 : Area perairan yang menjadi jalan masuknya Sungai Buntung menuju Tambak Boyo dan terdapat enceng gondok Stasiun 3 : Area perairan yang menjadi alur keluarnya air dari tambak 3. Nilai Keanekaragaman Zoopplankton di Perairan Waduk Tambak Boyo Indeks
keragaman
zooplankton
total
masing-masing
stasiun
pengambilan sampel dapat dihitung dan didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 4.2 Stasiun 1 (Area Perairan yang Menjadi Jalur Masuknya Air Sungai Tambak Bayan menuju Waduk Tambak Boyo) No Spesies N N Ni Pi H 1 Halycops sp 2 34 0.058823 -0.16666 0.166658 2 Mesolycops sp 6 34 0.176476 -0.30611 0.30611 3 Brachionus angularis 4 34 0.117647 -0.25177 0.25177 4 Rabdolaimus sp 2 34 0.058823 -0.16666 0.166658 5 Anaplectus granulosis 5 34 0.147058 -0.28179 0.281899 6 Arcela vulgaris 2 34 0.058823 -0.16666 0.166658 7 Astramoeba radiosa 3 34 0.088235 -0.21421 0.21421 8 Cylops vicinus 6 34 0.176476 -0.30611 0.30611 9 Sagitta minima 2 34 0.058823 -0.16666 0.166658 2.026731
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
Tabel 4.3 Stasiun 2 (Area Perairan yang Menjadi Jalur Masuknya Air Sungai Buntung menuju Waduk Tambak Boyo) No Spesies N N Ni Pi H 1 Halycops sp 9 88 0.102272 -0.23319 0.23319 2 Cylops vicinus 13 88 0.147727 -0.28251 0.282511 3 Anaplectus granulosus 7 88 0.079535 -0.20134 0.201341 4 Hyperia sp 8 88 0.090909 -0.21799 0.217990 5 Mecolycops leukarti 12 88 0.136363 -0.27169 0.271694 6 Astramoeba rasiosa 15 88 0.170454 -0.30158 0.301582 7 Epalxis mirabilis 1 88 0.011363 -0.05088 0.050876 8 Brachionus angularis 12 88 0.136363 -0.27169 0.271694 9 Keratella valga vulgaris 3 88 0.034091 -0.11518 0,115184 10 Lecane luna 1 88 0.011363 -0.05088 0.050876 11 Alonella dadayi 7 88 0.079535 -0.20134 0.201341 2.198279
Tabel 4.4 Stasiun 3 (Area Perairan yang Menjadi Jalur Keluarnya Air dari Waduk Tambak) No Spesies N N Ni Pi H 1 Halycops sp 6 47 0.127659 -0.26277 0.262772 2 Cylops vicinus 6 47 0.127659 -0.26277 0.262772 3 Anaplectus granulosus 4 47 0.085106 -0.20969 0.209689 4 Hyperia sp 3 47 0.063829 -0.17563 0.175628 5 Mecolycops leukarti 7 47 0.148936 -0.28361 0.283609 6 Astramoeba radiosa 4 47 0.085106 -0.20969 0.209689 7 Brachionus angularis 6 47 0.127659 -0.26277 0.262772 8 Keratella valga 2 47 0.042553 -0.13434 0.134340 vulgaris 9 Alonella dadayi 4 47 0.085106 -0.20969 0.209689 10 Sagitta minima 3 47 0.063829 -0.17563 0.175628 11 Rabdolaimus sp 2 47 0.042553 -0.13434 0.134340 2.320928 Keterangan : ni : Jumlah individu jenis ke-i N : Jumlah total individu semua jenis Pi : ni/N H’<1,0
: Keanekaragaman kecil dan kestabilan komunitas rendah
1,0
: Keanekaragaman sedang dan kestabilan komunitas sedang
H’>3,0
: Keanekaragaman tinggi dan kestabilan komunitas tinggi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada nilai indeks diversitas. Menunjukkan bahwa nilai indeks keanekaragaman di ketiga... 4. Kondisi Perairan Waduk Tambak Boyo Berdasarkan Parameter Fisik-Kiamiawi a. Faktor Fisik Tabel 4.5 Faktor Fisik Yang Mempengaruhi Perairan No Parameter Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 1 Suhu (℃ ) 28℃ 28℃ 28℃ 2 Kekeruhan ( cm ) 40 47 114 3 Penetrasi Cahaya (lux) 980 980 980
b. Faktor Kimiawi
No 1 2 3 4 5 6
Tabel 4.6 Faktor Kimiawi yang Mempengaruhi Perairan Parameter Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 DO (mg/L) 5,3 4,6 3,8 BOD (mg/L) 3,0 3,0 3,0 COD (mg/L) 19,4 20,2 26,1 Fosfat (mg/L) 0,4331 0,5531 0,2849 Nitrat (mg/L) 6,53 8,33 7,01 pH 8,4 9 8,2
B. Pembahasan 1.
Jenis-jenis Zooplankton di Waduk Tambak Boyo Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Waduk Tambak Boyo Yogyakarta, diperoleh 6 kelas zooplankton yang teridentifikasi yaitu : kelas yaitu Kelas Crustacea, Kelas Rotifera, Kelas Adenopherea, Kelas Rhizopoda(Sarcodina), Kelas Cilliata, dan Kelas Sagittodea. Dari 6 kelas tersebut diperoleh jumlah total spesies zooplankton adalah 14 spesies.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
Pada kelas Crustacea diperoleh 5 spesies yaitu : Halycops sp, Alonella dadayi, Hyperia sp, Mesolycops leukarti dan Cylops vicinus. Selanjutnya untuk kelas Rotifera ada 3 spesies yang teridentifikasi yaitu : Keratella valga monstrosa, Brachionus angularis, dan Lecane luna. Selanjutya untuk kelas Adenopherea teridentifikasi 2 spesies yaitu : Rabdolaimus sp dan Anaplectus granulosus. Selanjutnya pada kelas Rhizopoda (Sarcodina) teridentifikasi 2 spesies yaitu : Arcela vulgaris dan Astramoeba radiosa. Kemudian kelas Cilliata dan kelas Sagittodea yang masing-masing teridentifikasi 1 spesies yaitu : kelas Cilliata dengan nama spesies Epalxis mirabilis dan untuk kelas Sagittodea dengan nama spesies Sagitta minima. Zooplankton
dari
kelas
Crustacea.
Crustacea
merupakan
zooplankton yang termasuk dalam filum Arthropoda. Crustacea berarti hewan-hewan yang mempunyai sel yang terdiri dari kitin atau kapur yang sukar dicerna dan mencakup semua jenis hewan yang berbuku-buku. Crustacea dapat dibagi mejadi 2 golongan yaitu : Entromostraca (udangudangan tingkat rendah dan Malacastracea tinggi).
Sebagian
besar
dari
larva
(udang-udangan tingkat
Malacostracea
merupakan
meroplankton dan sebagian besar mati sebagai palnkton karena dimakan spesies hewan yang lebih besar atau mati karena kekurangan makanan. Entromostracea umumnya berukuran kecil dan merupakan zooplankton yang banyak ditemukan di perairan laut atau air tawar. Dalam tingkatan tropik golongan hewan ini biasanya sebagai hewan bentos terutama ikan,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
contohnya adalah ordo Copepoda, Cladocera, Ostracoda dan Amphipoda. Copepoda adalah jenis zooplankton yang sering ditemukan di perairan air tawar maupun laut. Selanjutnya zooplankton dari Rotifera. Rotifera termasuk ke dalam filum invertebrata. Ada tiga kelas Rotifera yaitu Seisionidea, Bdelloidea dan
Monogonanta.
Kelas
monogonanta
memiliki
siklus
hidup
partenogenetik yang terdiri dari fase seksual dan aseksual. Sebagian masa hidupnya berada dalam fase aseksual namun pada lingkungan khusus kelompok ini mampu melakukan reproduksi seksual dan aseksual secara bersamaan. Rotifera
dalam kelas monogonanta memiliki susunan
morfologi tubuh yang sederhana. Tubuhnya terdiri dari tida bagian yaitu kepala, badan dan kaki. Pergerakannya dilakukan dengan sekumpulan silia yang terdapat disekitar kepala yang disebut corona. Kista rotifer dihasilkan selama fase aseksual dalam sirklus hidupnya. Kista rotifer melindungi embrio dengan menekan proses metabolisme sehingga mampu bertahan selama beberapa tahun. Kista yang dihasilkan hampir sama dengan besar telur yang dihasilkan melalui fase seksual. Perbedaan hanya ditutupi oleh cangkang yang keras serta dapat bertahan dalam lingkungan yang ekstrim. Ketika dalam lingkungan yang sesuai kista dapat menetas pada usia 24 atau 48 jam pada suhu 25 ℃ dengan intensitas cahaya yang cukup. Selanjutnya zooplankton dari kelas Rhizopoda (Sarcodina). Rhizopoda merupakan zooplankton yang termasuk dalam filum Protozoa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
Zooplankton dari kelas Rhizopoda memiliki arti kaki-kaki yang bentuknya seperti akar tumbuh-tumbuhan yang tida teratur. Bergerak dengan kaki semu (pseudopia) yang merupakan penjuluran protoplasma sel. Hdiup di air tawar, air laut, tempat-tempat basah dan sebagian ada yang hidup dalam tubuh hewan dan manusia. Jenis yang paling mudah diamati adalah Amoeba. Amoeba ada dua jenis yaitu Ektamoeba adalah jenis Amoeba yang hidup diluar tubuh organisme lain (hidup bebas), contohnya Amoeba proteus, Foraminifera, Arcella dan Radiolaria. Entamoeba adalah jenis Amoeba yang hidup di dalam tunuh organisme lain, contohnya : Entamoeba histolictya dan Entamoeba coli. Selanjutnya zooplankton dari kelas cilliata. Cilliata merupakan zooplankton yang termasuk dalam filum Protozoa. Cilliata sebagian besar hidup bebas di air tawar, dan hanya beberapa golongan yang hidup di laut (golongan Tintinnidae). Cilliata ini merupakan zooplankton sejati di air tawar, tetapi banyak hidup di air diantara periphyton atau di dasar sebagai bentos, dimana terdapat banyak detritus yang membusuk. Anggota cilliata ditandai dengan adanya silia (bulu getar) pada suatu fase hidupnya, yang digunakan sebagai alat gerak dan mencari makanan. Ukuran silia lebih pendek dari falgel. Memiliki 2 inti sel (nukleus), yaitu makronukleus (inti besar) yang mengendalikan fungsi hidup sehari-hari dengan cara mensintesis RNA, juga penting untuk reproduksi aseksual, dan mikronukleus (inti kecil) yang dipertukarkan pada saat konjugasi untuk proses reproduksi seksual. Ditemukan vakuola kontraktil yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
berfungsi untuk menjaga kesimbangan air dalam tubuhnya. Banyak ditemukan hidup di laut maupun di air tawar. Berikutnya adalah zooplankton dari kelas Sagitta. Sagitta adalah zooplankton yang termasuk dalam filum Chaetognatha. Sagitta memiliki ciri-ciri antara lain bentuk tubuh memanjang seperti torpedo, transparan, organ berpasangan pada masing-masing sisi dan kepala dengan sepasang mata dan sejumlah duri melengkung di sekeliling mulut. 2.
Densitas Zooplankton Dari hasil densitas tiap jenis zooplankton diperoleh hasil yang berbeda-beda pada setiap stasiun. Untuk spesies Halycops sp pada stasiun 1 diperoleh 1680 ind/ml, stasiun 2 diperoleh 3780 ind/ml dan untuk stasiun 3 diperoleh 2520 ind/ml dengan rata-rata 2660 ind/ml. Selanjutnya untuk spesies Mesolycops sp pada stasiun 1 diperoleh 2520 ind/ml, pada stasiun 2 diperoleh 5040 ind/ml dan pada stasiun 3 diperoleh 2940 dengan rata-rata 3500 ind/ml. Selanjutnya untuk spesies Brachionus angularis pada stasiun 1 diperoleh 1680 ind/ml, pada stasiun 2 diperoleh 4620 ind/ml dan pada stasiun 3 diperoleh 2520 ind/ml dengan rata-rata 2940 ind/ml. Selanjutnya untuk spesies Anaplectus granulosus pada stasiun 1 diperoleh 2100 ind/ml, pada stasiun 2 diperoleh 2940 ind/ml dan pada stasiun 3 diperoleh 1680 ind/ml dengan rata-rata 2240 ind/ml. Selanjutnya untuk spesies Astramoeba radiosa pada stasiun 1 diperoleh 1260 ind/ml, pada stasiun 2 diperoleh 6300 ind/ml dan pada stasiun 3 diperoleh 1680 ind/ml dengan rata-rata 3080 ind/ml.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
Selanjutnya untuk spesies Cylops vicinus pada stasiun 1 diperoleh 2520 ind/ml, pada stasiun 2 diperoleh 5460 ind/ml dan pada stasiun 3 diperoleh 2520 ind/ml dengan rata-rata 3780 ind/ml. Untuk hasil selanjutnya spesies Alonella dadayi tidak ditemukan pada stasiun 1, kembali ditemukan pada stasiun 2 yaitu 2940 ind/ml dan pada stasiun 3 yaitu 1680 ind/ml dengan rata-rata 1540 ind/ml. Sama halnya dengan spesies Hyperia sp yang juga tidak ditemukan pada stasiun 1 dan kembali ditemukan pada stasiun 2 yaitu 3360 ind/ml dan pada stasiun 3 yaitu 1260 ind/ml dengan rata-rata 1540 ind/ml. Berikuntya untuk spesies Keratella valga mosntrosa tidak ditemukan pada stasiun 1, namun ditemukan pada stasiun 2 yaitu 1260 ind/ml dan pada stasiun 3 yaitu 840 ind/ml dengan rata-rata 700 ind/ml. Hasil selanjutnya untuk spesies Rabdolaimus sp pada stasiun 1 diperoleh 840 ind/ml dan pada stasiun 3 diperoleh 560 ind/ml dengan rata-rata 840 ind/ml, spesies Rabdolaimus sp tidak ditemukan pada stasiun 2. Hasil berikutnya untuk spesies Arcela vulgaris hanya ditemukan pada stasiun 1 yaitu 840 ind/ml dengan rata-rata 280 ind/ml, dan tidak ditemukan pada stasiun 2 dan stasiun 3. Berikutnya untuk spesies Epalxis mirabilis yang hanya ditemukan pada stasiun 2 yaitu 420 ind/ml dengan rata-rata 140 ind/ml, dan tidak ditemukan pada stasiun 1 dan stasiun 3. Berikutnya untuk spesies Lecane Luna hanya ditemukan pada stasiun 2 yaitu 420 ind/ml dengan rata-rata 140 ind/ml, dan tidak ditemukan pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
stasiun 1 dan stasiun 3. Selanjutnya untuk spesies yang terakhir yiatu Sagitta minima yang tidak ditemukan pada stasiun 1 dan stasiun 3, hanya ditemukan pada stasiun 2 yaitu 420 ind/ml dengan rata-rata 140 ind/ml. Pada pengamatan ini tidak semua spesies zooplankton ditemukan dalam setiap stasiun, adapun spesies spesies yang ditemukan pada setiap stasiun adalah
Halycops sp, Mesolycops sp, Brachionus angularis,
Anaplectus granulosus, Astramoeba radiosa, dan Cylops vicinus. Keenam spesies tersebut memiliki lokasi penyebaran yang merata di Waduk Tambak Boyo, sehingga bisa dikatakan bahwa keenam spesies tersebut hidup dengan baik di lingkungan Waduk Tambak Boyo. Kemudian ada beberapa spesies yang ditemukan hanya pada dua stasiun saja yaitu spesies Alonella dadayi,
Hyperia sp, Keratella valga
mosntrosa, dan Rabdolaimus sp. Untuk spesies Alonella dadayi, Hyperia sp, dan Keratella valga monstrosa hanya ditemukan pada stasiun 2 dan 3, sedangkan untuk spesies Rabdolaimus sp hanya ditemukan pada stasiun 1 dan 3. Selanjutnya adalah beberapa spesies yang hanya ditemukan pada salah satu stasiun yaitu spesies Sagitta minima, Epalxis mirabilis, Lecane Luna, dan Arcela vulgaris. Untuk spesies Sagitta minima, Epalxis mirabilis dan Lecane luna hanya ditemukan pada stasiun 2, sedangkan untuk spesies Arcela vulgaris hanya ditemukan pada stasiun 1. Untuk spesies yang hanya ditemukan pada stasiun-stasiun tertentu saja rata-rata memiliki jumlah yang sedikit, sehingga bisa dikatakan bahwa distribusi spesies zooplankton tersebut belum merata, atau dapat juga dikatakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
bahwa spesies zooplankton tersebut tidak dapat hidup dengan baik pada stasiun-stasiun tersebut. Nilai densitas yang paling tinggi adalah pada spesies Cylops vicinus dengan nilai densitas rata-rata 3780 ind/ml. Sedangkan untuk nilai densitas yang paling rendah adalah spesies Sagitta minima, Epalxis mirabilis dan Lecane Luna dengan nilai densitas 140 ind/ml. Nilai densitas zooplankton paling tinggi terdapat pada stasiun 2 yaitu di area masuknya air Sungai Buntung menuju ke Waduk Tambak Boyo. Tingginya nilai densitas zooplankton di stasiun 2 dapat disebabkan adanya tumbuhan enceng gondok. Tumbuhan enceng gondok yg terdapat pada stasiun 2 meminimalisir paparan sinar matahari ke perairan tersebut sehingga zooplankton hidup dengan baik, karena zooplankton menyukai perairan yang tidak terpapar sinar matahari langsung. Nontji (1993) mengatakan bahwa gerakan pada malam hari lebih banyak dilakukan karena adanya variasi makanan yaitu fitoplankton lebih banyak, selain itu dimungkinkan karena zooplankton menghindari sinar matahari lansung. Meskipun faktor kimia yaitu nitrat nilainya tinggi, akan tetapi nilai tersebut masih termasuk dalam batas toleransi untuk kehidupan zooplankton. Tingginya nilai nitrat pada stasiun 2 dapat menstimulir pertumbuhan algae dan tumbuhan air secara pesat (blooming). Hal tersebut yang mempengaruhi tingginya populasi zooplankton pada stasiun 2, karena terdapat tumbuhan enceng gondok yang dapat melindungi dari sinar matahari langsung dan banyaknya variasi makanan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
Dari hasil pengamatan dan perhitungan terhadap nilai densitas zooplankton di Tambak Boyo dapat dilihat bahwa tidak semua spesies zooplankton dapat hidup di semua lokasi pengambilan sampel. Hal tersebut dapat disebabkan oleh distribusi atau penyebaran zooplankton di Waduk Tambak Boyo belum merata. Selain itu faktor fisika dan kimia juga dapat menjadi faktor yang menyebabkan tidak meratanya penyebaran zooplankton di Waduk Tambak Boyo, dimana faktor fisika dan kimia tidak menunjang untuk kehidupan jenis zooplankton tertentu pada lokasi pengambilan sampel. 3.
Uji Anova Tabel 4.7 Perhitungan Uji Anova Stasiun 1, Stasiun 2 dan Stasiun 3 No Spesies S1 S2 S3 S12 S22 S32 1 Halycops sp 2 9 6 4 81 36 2 Alonella dadayi 0 7 4 0 49 16 3 Hyperia sp 0 8 3 0 64 9 4 Mesolycops sp 6 12 7 36 144 49 5 Keratella valga monstrosa 0 3 2 0 9 4 6 Brachionus angularis 4 12 6 16 144 36 7 Rabdolaimus sp 0 2 2 0 4 4 8 Anaplectus granulosis 5 7 4 25 49 16 9 Arcela vulgaris 2 0 0 4 0 0 10 Astramoeba radiosa 3 15 4 9 225 16 11 Epalxis mirabilis 0 1 0 0 1 0 12 Lecane luna 0 1 0 0 1 0 13 Cylops vicinus 6 13 6 36 169 36 14 Sagitta minima 2 0 3 4 0 16 ∑Xi 30 90 47 134 940 238 (∑Xi)2 900 8100 2209 ∑ X2 = 134 + 940 + 238 = 1.312 (∑Xi)2 = (30+90+47)2 = 27.889 Jawab : Ho : µ1= µ2= µ3
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
Hi : non Ho K=3 N = 42 Df untuk SSbetween = (K-1) = 3-1) = 2 Df untuk SSwithin = (N-K) = 42-3 = 39 Df untuk SStotal = N-1 = 42-1 = 41
SSbetween =
+
+
-
=
64,285 + 578,57 + 157,785 – 664,02 = 136,62 SStotal = 1312-
= 1312 – 664,02 = 647,98
SSwithin = 647,98 – 136,62 = 511,36 ,
MSbetween = MSwithin =
,
= 68,31 = 13,11
Maka F dapat dihitung sebagai berikut : F=
, ,
=5,2105
Selanjutnya dapat dibuat tabel yang menunjukkan hubungan angkaangka tersebut sebagai berikut : Sumber Variasi Between Within Total
SS Df 136,62 2 511,36 39 647,98
MS=SS/Df 68,31 13,11
F=Msbet/MSwith 5,2105
Dari tabel F dengan Df degree of freedom 2 (numerator) dan 39 (denumerator), kita mendapatkan Fcritical sebesar = 3,23 untuk level signifikan 0,05 karena Fobserved = 5,2105 lebih kecil dari Fcritical maka Ho ditolak dan Hi diterima atau dengan kata lain, hasil yang diperoleh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
signifikan. Keanekaragaman jenis zooplankton di ketiga stasiun di atas terbukti berbeda secara signifikan. 4.
Nilai Keanekaragaman Zooplankton di Perairan Waduk Tambak Boyo Berdasarkan analisis stasiun
penelitian,
data yang diperoleh di semua titik atau
menunjukkan
bahwa
indeks
keanekaragaman
zooplankton di Waduk Tambak Boyo memiliki hasil yang berbeda-beda. Berikut diuraikan nilai Indeks keanekaragaman tertinggi ke rendah yaitu pada stasiun 3 atau area keluarnya air dari Waduk Tambak Boyo dengan indeks keanekaragaman zooplankton sebesar 2,32, untuk stasiun 2 atau area masuknya air Sungai Buntung menuju Waduk Tambak Boyo yang terdapat
enceng
gondok
meiliki
nilai
indeks
keanekaragaman
zooplankton sebesar 2,19 dan untuk stasiun 1 atau area masuknya air Sungai Tambak Bayan menuju Waduk Tambak Boyo memiliki nilai indeks keanekaragaman 2,02. Mengacu kepada klasifikasi indeks keanekaragaman ShannonWiener, indeks keanekaragaman zooplankton di Waduk Tambak Boyo termasuk dalam kategori sedang yaitu berada di antara 1,0
didapatkan
dari
analisis
nilai
indeks
keanekaragaman
zooplankton pada masing-masing stasiun yang memiliki nilai antara 2,02-2,32. Keanekaragaman jenis mempunyai dua komponen utama yaitu kekayaan jenis dan kemerataan atau equitabilitas. Kekayaan jenis adalah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
jumlah jenis dalam suatu komunitas. Kemerataan atau equitabilitas adalah pembagian individu yang merata diantara jenis. Kemerataan menjadi maksimum apabila semua spesies mempunyai jumlah individu yang sama atau rata (Odum, 1993). Selanjutnya (Boyd, 1999) mengatakan keanekaragaman jenis merupakan salah satu parameter yang digunakan dalam mengetahui status suatu ekosistem. Parameter ini mencirikan kekayaan jenis dan keseimbangan dalam suatu ekosistem, dimana
semakin
tinggi
keanekargaman
jenis
yang
terbentuk
menyebabkan keseimbangan ekosistem stabil begitupun sebaliknya. Ekosistem dengan keanekaragaman rendah menyebabkan ekosistem tidak stabil dan rentan terhadap pengaruh tekanan dari luar dibandingkan dengan ekosistem yang mempunyai keanekaragaman tinggi. Perbedaan nilai indeks keanekaragaman zooplankton di Waduk Tambak Boyo ini tidak terlepas dari faktor-faktor abiotik dan biotik pada Waduk Tambak Boyo. Faktor abiotik yang diukur meliputi suhu, penetrasi cahaya dan kekeruhan. Sedankan untuk kondisi kimia yang diukur meliputi pH, DO, BOD, COD, Fosfat dan Nitrat. Dari hasil pengukuran pengukuran tersebut dilihat dari parameter fisika semua stasiun memiliki kualitas perairan yang baik karena hasil pengukuran suhu pada semua semua stasiun adalah 28 ℃. Selanjutnya penetrasi cahaya untuk semua lokasi adalah 980 lux. Berikut nilai kekeruhan untuk stasiun 1 adalah 40cm, pada stasiun 2 adalah 47cm dan pada stasiun 3 adalah 114 cm. Dilihat dari parameter Fisika mengenai kekeruhan stasiun
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
3 adalah lokasi perairan yang memiliki kualitas air yang baik, hal tersebut mengacu pada nilai kekeruhan menurut (Kordi, M.G.H.K.,2010) yang mengatakan nilai kecerahan yang normal untuk kehidupan plankton pada suatu perairan tidak kurang dari 25 cm dan nilai kecerahan yang baik untuk suatu perairan adalah berkisar antara 30-40 cm. 5.
Kondisi Perairan Waduk Tambak Boyo Berdasarkan Parameter Fisik Hasil pengukuran kualitas air Waduk Tambak Boyo berdasarkan parameter fisik yang meliputi suhu, kekeruhan dan penetrasi cahaya pada semua stasiun memiliki nilai penetrasi cahaya yang sama. Stasiun 1, stasiun 2 dan stasiun 3 meiliki nilai intensitas cahaya sama yaitu 930 lux. Pengukuran cahaya dilakukan pada siang hari menjelang sore. Pada pengukuran suhu perairan di Waduk Tambak boyo diperoleh hasil yang sama pada setiap stasiun yaitu masing-masing memiliki suhu 28℃. Sedangkan pengukuran tingkat kekeruhan diperoleh hasil yang berbeda pada setiap stasiun, pada stasiun 1 tingkat kekeruhan adalah 35 cm dengan kedalaman 75 cm, pada stasiun 2 adalah 33 cm dengan kedalaman 80 cm dan pada stasiun 3 adalah 75 cm dengan kedalaman 189 cm. Berdasarkan hasil uji parameter fisika yang telah diperoleh akan dibahas sebagai berikut : a.
Suhu air Berdasarkan hasil pengukuran terhadap suhu perairan di Waduk Tambak Boyo diperoleh suhu air pada semua stasiun adalah sama
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
yaitu 28℃. Hal tersebut menunjukkan bahwa kondisi perairan pada area pengukuran suhu relatif konstan baik itu di area masuknya air sungai Tambak Bayan menuju Tambak Boyo (stasiun 1), area area masuknya sungai Buntung menuju Tambak Boyo yang tedapat enceng gondok (stasiun 2) maupun area keluarnya air dari Tambak Boyo (stasiun 3). Meurut Odum (1993), walaupun variasi suhu dalam air tidak sebesar di udara, hal ini merupakan faktor pembatas utama karean organisme akuatik sering kali mempunyai toleransi sempit (stenotermal). Selanjutnya (Affrianto, 1988) menyatakan bahwa keadaan temperatur sangat berpengaruh terhadap lingkungan dan oragnisme yang hidup di dalamnya. Suhu lingkungan yang terlampau tinggi akan menyebabkan kemampuan air mengikat oksigen menjadi menurun, sehingga kandungan oksigen dalam air menjadi berkurang, padahal kebutuhan organisme terhadap oksigen justru akan semakin meningkat. Kisaran suhu yang optimum bagi pertumbuhan plankton, baik itu fitoplankton maupun zooplankton di perairan adalah 20-30℃ (Effendi, 2003). Berarti dapat dikatakan bahwa secara umum suhu perairan di Waduk Tambak Boyo dalam kategori baik. b. Kecerahan Kecerahan air merupakan ukuran transparansi perairan dan pengukuran cahaya sinar matahari di dalam air dapat dilakukan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
dengan kepingan secchi disk. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dari ketiga titik atau area pengambilan data diperoleh hasil pada stasiun 1 adalah 40 cm, untuk stasiun 2 adalah 47 cm dan untuk stasiun 3 adalah 114 cm. Nilai kecerahan yang normal untuk kehidupan plankton pada suatu perairan tidak kurang dari 25 cm dan nilai kecerahan yang baik untuk suatu perairan adalah berkisar antara 30-40 cm (Kordi, M.G.H.K.,2010). Berdasarkan sumber tersebut maka nilai kecerahan di perairan di Waduk Tambak Boyo sangat baik untuk kehidupan zooplankton maupun untuk perairan seperti waduk atau danau. Kekeruhan adalah gambaran sifat optik air dari suatu perairan yang ditentukan berdasarkan sinar (cahaya) yang dipancarkan dan diserap oleh partikel-partikel yang ada dalam air tersebut. Kekeruhan yang tampak di perairan dapat berasal dari bahan-bahan tersuspensi seperti : lumpur, pasir, bahan organik dan anorganik, plankton dan organisme mikroskopik lainnya. Kekeruhan yang tinggi dapat mengganggu proses respirasi organisme perairan karena akan menutupi insang ikan. Kekeruhan juga menghalangi penetrasi cahaya matahari ke dalam sehingga secara tidak lansung mengganggu proses fotosintesi fitoplankton (Asmara, 2005). c.
Penetrasi Cahaya Dari pengukuran penetrasi cahaya yang telah dilakukan diperoleh nilai yang sama pada semua lokasi pengamatan, yaitu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
memiliki nilai penetrasi cahaya sebesar 980 lux. Pengukuran cahaya dilakukan pada saat siang hari menjelang sore. Cahaya yang mencapai perairan akan diubah menjadi energi panas. Air memiliki sifat pemanasan yang khas karena memiliki kapasitas panas spesifik yang tinggi. Hal ini berarti bahwa energi yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhu air sebesar 1 C lebih besar dari energi yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhu materi lain sebesar 1 C (Jeffries dan Mills, 1996). Intensitas cahaya yang ada di Waduk Tambak Boyo memiliki nilai yang merata sehingga suhu air di waduk tersebut juga merata dengan intensitas cahaya dan suhu yang relatif merata maka lokasi waduk secara keseluruhan mendukung untuk
pertumbuhan makhluk
hidup
air seperti
zoplankton maupun ikan. 6.
Kondisi Perairan Waduk Tambak Boyo Berdasarkan Parameter Kimia Untuk mengetahui kualitas air selain menggunakan parameter secara fisika digunakan juga parameter kimia untuk mengetahui kualitas perairan. Parameter kimia tersebut meliputi pH, DO, BOD, COD, fosfat, nitrat.Dari hasil penelitian yang dilakukan dari masing-masing stasiun atau lokasi pengambilan sampel air memiliki hasil yang berbeda-beda, namun untuk parameter tertentu ada beberapa stasiun yang memiliki kesamaan nilai. Uji kualitas air berdasarkan parameter kimia akan di bahas sebagai berikut :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
a. pH Pada penelitian yang telah dilakukan untuk pengukuran pH perairan Waduk Tambak Boyo diperoleh hasil 8,0-9,0. pH pada setiap stasiun berbeda-beda. Pada stasiun 1 diperoleh hasil nilai pH 8,4, pada stasiun 2 siperoleh nilai pH 9,0, dan pada stasiun 3 diperoleh nilai pH 8,2. pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Kisaran pH optimum bagi pertumbuhan plankton adalah pada kisaran 5,6 – 9,4. Nilai pH dari masing-masing stasiun merupakan nilai pH yang yang optimum bagi pertumbuhan zooplankton. Selain itu niali pH yang diperoleh dari air Waduk Tambak Boyo tersebut merupakan nilai pH normal bagi suatu perairan alami. Menurut (Kordi, M.G.H.K., 2010) nilai pH pada banyak perairan alami berkisar antara 4 – 9. Dengan demikian pH pada perairan Waduk Tambak Boyo dapat dikatakan normal untuk suatu peairan dan memungkinkan untuk pertumbuhan zooplankton. Dilihat dari parameter pH kualitas perairan di Waduk Tambak Boyo bisa dikatakan baik karena pH pada perairan alami berkisar antara 4-9 dan nilai pH di Waduk Tambak Boyo sendiri berada pada angka 8,0 – 9,0. Berdasarkan standar baku mutu air PP. No 82 Tahun 2001 (kelas II), pH yang baik untuk kegiatan budidaya ikan air tawar berkisar antara 6-9. Hal ini menunjukkan bahwa pH perairan di Waduk Tambak boyo masih berada dalam batas alami
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
dan masih layak untuk kegiatan usaha budidaya karena berada pada kisaran 8,0-9,0. b. BOD (Biochemical Oxygen Demand) Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil nilai BOD yaitu 3,0 mg/L. Nilai BOD yang diperoleh tersebut menunjukkan bahwa kualitas perairan di Waduk Tambak Boyo berada dalam kategori yang baik untuk suatu perairan. Menurut Hefni Effendi (2003) kadar perairan yang dianggap tercemar, yaitu perairan yang mengandung konsentrasi BOD lebih dari 10 mg/L. Dilihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kualitas perairan Waduk Tambak Boyo dengan nilai BOD 3,0 mg/L berada dalam kategori yang baik untuk suatu perairan, dimana kadar perairan yang dinyatakan tercemar apabila nilai BOD-nya berada pada kisaran 10 mg/L. Menurut standar baku mutu kualitas air PP. No. 82 Tahun 2001 (kelas II), Nilai BOD untuk kegiatan budidaya kurang dari 3,0 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa parameter BOD di Waduk Tambak boyo baik dan atau masih sangat menunjang untuk kegiatan budidaya ikan air tawar. c. COD Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil nilai COD pada masing-masing stasiun atau area pengambilan sampel berbedabeda. Untuk area masuknya area masuknya air sungai Tambak Bayan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
menuju Tambak Boyo (stasiun 1) diperoleh nilai COD 19,4 mg/L, area area masuknya sungai Buntung menuju Tambak Boyo yang tedapat enceng gondok (stasiun 2) diperoleh nilai COD 20,2mg/L, dan area keluarnya air dari Tambak Boyo (stasiun 3) diperoleh nilai COD 26,1 mg/L. Dari ketiga nilai COD tersebut stasiun 1 merupakan area yang memiliki nilai COD paling rendah yaitu 19,4 mg/L dan stasiun 3 merupakan area yang memiliki nilai COD paling tinggi yaitu 26,1 mg/L. Menurut (Effendi, 2003) batas kandungan COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mg/L. Berdasarkan hasil penelitian di perairan Waduk Tambak Boyo stasiun 2 dan stasiun 3 berada dalam kondisi tercemar dengan nilai COD masing-masing yaitu 20,2 mg/L dan 26,1 mg/L. Sedangkan pada stasiun 3 berada dalam kondisi tidak tercemar dengan nilai COD 19,4 mg/L. Kondisi tercemarnya perairan di Waduk Tambak boyo yaitu pada stasiun 2 dan stasiun 3 disebabkan oleh karena pada saat pengambilan sampel air ada kegiatan pengairan sawah menggunakan mesin, sehingga minyak yang berasal dari mesin tersebut mengalir di sekitar area pengambilan data. Meskipun demikian Nilai COD di Waduk Tambak Boyo masih sangat menunjang untuk kegiatan budidaya ikan, karena berada dibawah batas baku mutu kualiatas air menurut PP. No 82 Tahun 2001 (kelas II) yaitu ≤ 25 mg/L.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
d. DO Pada penelitian yang telah dilakukan terhadap pengukuran DO atau oksigen terlarut di Waduk Tambak Boyo didapatkan hasil yang berbeda untuk setiap stasiun. Dari ketiga lokasi atau area pengambilan data diperoleh hasil paling tinggi yaitu pada stasiun 1 dengan nilai DO 5,3 mg/L, kemudian pada stasiun 2 dengan nilai DO 4,6 mg/L. Selanjutnya stasiun 3 dengan nilai DO 3,8 mg/L adalah lokasi yang memiliki nilai DO paling rendah dibandingkan dengan stasiun 1 dan stasiun 2.
Tabel 4.7 Status kualitas air berdasarkan kadar oksigen terlarut (Jefffries/Mills, 1996). No Kadar Oksigen Terlarut Status Kualitas Air (Mg/L) 1 > 6, 5 Tidak tercemar sampai tercemar sangat ringan 2 4,5 – 6,4 Tercemar ringan 3 2,0 – 4,4 Tercemar sedang 4 < 2,0 Tercemar berat
Berdasarkan pada tabel, stasiun 3 berada status kualitas air tercemar sedang dengan nilai DO 3,8 mg/L. Selanjutnya stasiun 1 dan 2 berada dalam kondisi tercemar ringan dengan nilai DO masingmasing stasiun adalah 5,3 mg/L dan 4,6 mg/L. Konsentrasi minimum yang masih dapat diterima sebagian besar spesies biota air adalah 5 ppm atau 5 mg/liter, meskipun beberapa spesies biota air mampu bertahan hidup pada perairan dengan konsentrasi oksigen 3 mg/liter (Kordi. 2010).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
Dari pengukuran nilai DO yang diperoleh di Waduk Tambak Boyo yang berkisar antara 3,8 mg/L sampai 5,3 mg/L dapat dikatakan bahwa kualitas perairan Waduk Tambak boyo berada pada kondisi normal atau kualitas perairan yang baik. Nilai DO tersebut masih sangat menunjang untuk kelansungan kegiatan budidaya ikan air tawar, karena masih berada diatas batas baku mutu kualitas air menurut PP. No 82 Tahun 2001 (kelas II) yaitu > dari 4 mg/L. e. Nitrat Dari penelitian yang telah dilakukan di Waduk Tambak Boyo diperoleh nilai nitrat yang berbeda pada setiap stasiun. Untuk stasiun 1 diperoleh nilai nitrat 6,53 mg/L, untuk stasiun 2 diperoleh nilai nitrat 8,33 mg/L dan untuk stasiun 3 diperoleh nilai nitrat 7,01 mg/L. Menurut Effendi (2003) bahwa kadar nitrat nitrogen pada perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0,1 mg/L, akan tetapi jika kadar kadar nitrat lebih besar dari 0,2 mg/L akan mengakibatkan eutrofikasi (pengayaan) yang selanjutnya menstimulir pertumbuhan algae dan tumbuhan air secara pesat (blooming). Kondisi Waduk Tambak Boyo jika dilihat dari parameter nitrat berada pada kondisi nitrat yang sangat besar yaitu berkisar antara 6,53 - 8,33 mg/L, sehingga dapat dikatakan bahwa Waduk Tambak Boyo mengalami eutrofikasi (pengayaan) yang menyebabkan pertumbuhan algae dan tumbuhan air sangat pesat. Oleh karena itu di waduk tersebut enceng gondok dan kangkung air tumbuh dengan subur, dan pada saat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
pengamatan juga banyak ditemukan algae hijau. Hal tersebut bila dibandingkan dengan standar baku mutu air PP. No 82 Tahun 2001 (kelas II) untuk budidaya ikan air tawar, masih sangat jauh dari batas yang ditentukan yaitu 10 mg/L. f. Fosfat Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh nilai fosfat yang berbeda pada setiap stasiun. Pada stasiun 1 diperoleh nilai fosfat 0,4331 mg/L, pada stasiun 2 diperoleh nilai fosfat 0,5531 mg/L dan pada stasiun 3 diperoleh nilai fosfat 0,2849 mg/L. Dari ketiga stasiun tersebut nilai fosfat tertinggi didapatkan di stasiun 3 yaitu 0,5531 mg/L. Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan. Fosfat terutama berasal dari sedimen yang selanjutnya akan terfiltrasi dalam air tanah dan akhirnya masuk ke dalam siste perairan terbuka. Selain itu juga dapat berasal dari atmosfer bersama air hujan masuk ke sistem perairan (Barus, 2004). Kadar fosfat di Waduk tambak boyo yang berkisar antara 0,2849 – 0,5531 masih layak untuk pembudidayaan ikan air tawar, karena tidak terlalu jauh berbeda dengan standar baku mutu air PP. No 82 Tahun 2001 (kelas III), dengan kadar fosfat ≤ 1 mg/L.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
Tabel 4.9 Hubungan antara parameter fisika, kimia dan nilai Keanekaragaman Zooplankton Parameter Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Fisika 28 28 28 Suhu (℃) Kekeruhan (cm) 40 47 114 Penetrasi cahaya 980 980 980 (Lux) Kimia BOD 3,0 3,0 3,0 DO 5,3 4,6 3,8 COD 19,4 20,2 26,1 Fosfat 0,4331 0,5531 0,2849 Nitrat 6,53 8,33 7,01 pH 8,4 9,0 8,2 Nilai 2.026731 2.198279 2.320928 Keanekaragaman
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nnilai keanekaragaman zooplankton yang baik terdapat pada stasiun 3 yaitu area keluarnya air Waduk Tambak Boyo. Dari ketiga stasiun pengambilan data bila ditinjau dari parameter fisika dan kimia, stasiun 3 memiliki nilai yang paling baik dibandingkan dengan lokasi yang lain. Meskipun stasiun 3 adalah lokasi yang memiliki nilai parameter fisika dan kimia yang paling baik, dilihat dari hasil yang didapatkan pada stasiun lain juga memiliki nilai parameter fisika dan kimia yang masih berada dalam batas normal suatu perairan. Selain itu bila dibandingkan dengan baku mutu kualitas air menurut PP. No 82 Tahun 2001 yang ditinjau dari nilai pH, DO, BOD, COD, Nitrat dan Fosfat perairan Waduk Tambak Boyo berada pada kelas II, yaitu perairan yang masih layak untuk kegiatan budidaya ikan air tawar. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keanekaragaman jenisjenis zooplankton yang ada di Waduk Tambak Boyo dan hubungannya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
dengan kualitas perairan yang ditinjau dari parameter fisika dan kimia air. Parameter fisika yang diukur yaitu suhu, kekeruhan dan penetrasi cahaya. Sedangkan parameter kimia yang diukur yaitu pH, DO, BOD, COD, PO4 (Fosfat), dan NO3 (Nitrat). Masih banyak parameter fisika dan kimia yang belum diukur atau diteliti, sehingga untuk penelitian lebih lanjut dapat dilakukan penelitian terhadap parameter fisika dan kimia yang lain yang bertujuan untuk mengetahui kualitas perairan di Waduk Tambak Boyo secar lebih detail. Untuk masyarakat yang berada di sekitar Waduk Tambak Boyo dan masyarakat yang memanfaatkan waduk agar tidak melakukan kegiatan atau aktivitas yang merusak atau menggangu perairan Waduk Tambak Boyo guna menjaga kualitas perairan dan kelestarian Waduk. Hal tersebut bertujuan agar tidak terjadi pencemaran, sehingga ekosistem di Waduk Tambak Boyo tetap terjaga. 7.
Keterbatasan Penelitian Dari penelitian yang telah dilakukan mengenai keanekaragaman jenis zooplankton dan hubungannya dengan kualitas perairan di Waduk Tambak Boyo penulis menyadari adanya keterbatasan dalam penelitian pada beberapa hal sebagai berikut : a. Penelitian dilakukan pada malam hari dengan maksud untuk memperoleh spesies zooplankton dengan jumlah yang banyak dan bervariasi, namun jika dihubungkan dengan kualitas perairan di Waduk Tambak Boyo yang dikategorikan masuk dalam golongan C yaitu cocok untuk sarana rekreasi air hal tersebut tidak berpengaruh.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
Seharusnya penelitian ini dapat dilakukan baik pada siang hari maupun pada malam hari. b. Pengambilan sampel air pada penellitian ini dilakukan dengan menenggelamkan planktonet ke dalam perairan Waduk Tambak Boyo di area masuknya air sungai Tambak Bayan ke dalam waduk, area masuknya air sungai Buntung dan area keluarnya air waduk namun belum ditentukan kedalamannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN
Hasil penelitian Keanekaragaman Jenis Zooplankton dan Hubungannya dengan Kualitas Perairan di Waduk Tambak Boyo, dapat dijadikan sebagai materi pembelajaran Biologi. Penelitian ini dapat diimplementasikan pada pembelajaran Biologi kelas X semester II kurikulum 2013 yaitu pada bab keanekaragaman hayati
dengan kompetensi dasar 3.2 yang berisikan menganalisis data hasil
observasi tentang berbagai tingkat keanekaragaman hayati (gen, jenis, dan ekosistem) di Indonesia. Pada bab keanekaragaman hayati ini akan membahas materi tentang keanekaragaman hayati pada tingkat gen, jenis atau spesies dan tingkat ekosistem baik flora maupun fauna yang dimana tingkat keanekaragaman hayati tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan yaitu faktor biotik dan abiotik. Aplikasi dalam pembelajaran di kelas menggunakan pendekatan kontekstual yang dimana konsep belajar tersebut membantu guru untuk mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata yang dialami oleh siswa dan mendorong siswa untuk membuat suatu hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan. Metode yang akan digunakan dalam pembelajaran ini adalah metode diskusi, ceramah, dan tanya jawab. Model pembelajaran yang akan digunakan adalah model pembelajaran kooperatif dimana pelaksanaannya siswa dibagi dalam kelompok. Dalam pembagian kelompok harus heterogen dimana dalam setiap kelompok
80
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
harus ada siswa yang siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama dalam penyelesaian permasalahan belajar yaitu dengan menerapkan pengetahuan dan ketrampilan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh 14 spesies zooplankton yang terdiri dari 6 kelas. Ke enam kelas tersebut adalah kelas Crustacea, kelas Rotifera, kelas Adenopherea, kelas Rhizopoda (Sarcodina), kelas Cilliata dan kelas Sagittodea. Pada kelas Crustacea diperoleh 5 spesies, yaitu : Halycops sp, Alonella dadayi, Hyperia sp, Mesocylops sp dan Cylops vicinus. Selanjutnya pada kelas Rotifera diperoleh tiga spesies, yaitu : Keratella valga vulgaris, Brachionus angularis dan Lecane luna. Selanjutnya untuk kelas Adenopherea diperoleh 2 spesies, yaitu : Rabdolaimus sp dan Anaplectus granulosus. Selanjutnya kelas Rhizopoda (Sarcodina) diperoleh 2 spesies, yaitu : Arcela vulgaris dan Astramoeba radiosa. Berikutnya kelas Cilliata diperoleh 1 spesies, yaitu : Epalxis mirabilis. Kemudian kelas yang terakhir adalah kelas Sagittodea diperoleh 1 spesies, yaitu : Sagitta minima.
2.
Indeks diversitas zooplankton pada setiap stasiun memiliki hasil yang berbeda-berbeda. Pada stasiun 1 (area masuknya air Sungai Tambak Bayan ke Waduk Tambak Boyo) diperoleh nilai sebesar 2,02, pada stasiun 2 (area masuknya air Sungai Buntung ke Waduk Tambak Boyo) diperoleh nilai sebesar 2,19 dan pada stasiun 1 (area keluarnya air Waduk Tambak Boyo) diperoleh nilai sebesar 2,32. Berdasarkan klasifikasi
82
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
Shannon-Wiener, indeks keanekaragaman zooplankton di Waduk Tambak Boyo termasuk dalam kategori sedang yaitu berada di antara 1,0
analisis
nilai
indeks keanekaragaman
zooplankton pada ketiga stasiun atau lokasi pengamatan yang berada di antara 2,02-2,32. 3.
Kualitas perairan waduk Tambak Boyo termasuk dalam baku mutu air kelas II, yaitu layak digunakan untuk budidaya ikan air tawar, sarana rekreasi air, peternakan dan mengairi pertanaman. Hal tersebut berdasarkan nilai indeks keragaman zooplankton yang masuk dalam kategori sedang dan ditinjau dari parameter fisika dan kimia air.
4.
Hasil penelitian mengenai keanekaragaman zooplankton di Waduk Tambak Boyo dapat digunakan sebagai sumber belajar biologi untuk peserta didik SMA kelas X karena hasil penelitian yang menghasilkan keanekaragaman zooplankton yang dapat di kategorikan masuk dalam materi keanekaragaman tingkat gen, jenis dan ekosistem.
B. SARAN 1.
Bagi Pemerintah Provinsi Deaerah Istimewa Yogyakarta khususnya Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman diharapkan mengelola dan memperhatikan kelestarian Waduk Tambakboyo agar kualitas perairan dan ekositem di waduk tersebut tetap terjaga sehingga di masa mendatang dapat difungsikan seperti tujuan awal pembangunan Waduk Tambakboyo yaitu sebagai cadangan air untuk Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
84
Bagi masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi Waduk Tambak Boyo diharapkan agar tidak melakukan aktivitas atau kegiatan yang dapat merusak dan mengganggu perairan Waduk Tambak Boyo guna menjaga kualitas perairan dan kelestarian Waduk. Hal tersebut bertujuan agar tidak terjadi pencemaran, sehingga ekosistem di Waduk Tambak Boyo tetap terjaga.
3.
Penelitian ini dilakukan pada malam hari sehingga bagi penelitian lanjutan diharapkan melakukan penelitian baik itu pada siang hari mapun malam hari. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui variasi spesies zooplankton dan hubungannya dengan kualitas perairan di waduk Tambak Boyo.
4.
Kedalaman pengambilan sampel belum ditentukan sehingga untuk penelitian selanjutnya diharapkan melakukan pengambilan sampel dengan menentukan batas kedalaman tertentu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, Edi dan Evi Liviawati. 1988. Beberapa Metode Budidaya Ikan. Kanisius. Yogyakarta Ahadiati, R. (2012). Studi Keanekaragaman Jenis Zooplankton untuk Mengetahui Kualitas Perairan di Telaga Jongge Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta. Skripsi. Tidak dipbulikasikan. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta. Alaerts, G & Sri, S. 1984. Metode Penelitian Air. Surabaya : Usaha Nasional. Arinardi, O.H., Trimaningsih dan Sudirjo. 1994. Pengantar Tentang Plankton Serta Kisaran Kelimpahan dan Plankton Predominan di Sekitar Pulau Jawa dan Bali. Puslitbang Oseanologi-LIPI. Jakarta. Arinardi, O. 1997. Kisaran Kelimpahan dan Komposisi Plankton Predominan Di Perairan Kawasan Timur Indonesia. LIPI : Jakarta. Asmara, A. 2005. Hubungan Struktur Komunitas Plankton dengan Kondisi Fisika-Kimia Perairan Pulau Pramuka dan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu. Institut Pertanian Bogor : Bogor. Barus, T.A. 2004. Pengantar Limnologi. Medan. USU Press. Barus, T.A. 1996. Metode Ekologis Untuk Menilai Perairan Lotik. Jurusan Biologi. FMIPA. USU. Basmi. 1995. Planktonologi. Organisme Penyusun Plankton, Klasifikasi dan Terminologi, Hubungan antara Fitoplankton dan Zooplankton, Siklus Produksi umumnya di Perairan. Fakultas Perikanan IPB. Bogor. Bougis, P. 1976. Marine plankton Ecology. American elsevier Publishing Campany, INC, New York. Boyd, C. E. And F. Lichtkoppler. 1982. Water Quality Management in Pond Fish Culture. Auburn. Auburn University. Boyd, C. E. 1999. Management of Shrimp Ponds to Reduce the Eutrophication Potential of Effluents. The Advocate, December 1999 : 12-13 Dahuri, R. 1995. Metode dan Pengukuran Kualitas Air Aspek Biologi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
85
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
86
Dianthani, Dhani. 2003. Identifikasi Jenis Plankton di Perairan Muara Badak, Kalimantan Timur. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Dugan, P.R., 1972. Biochemical ecology of water pollution. Plenum press. New York-London. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta. Kanisius. Ewusie, J. Y. 1990. Ekologi Tropika. Bandung: Penerbit ITB. Habibie, M (2013). Kemelimpahan dan Keanekaragaman Jenis Plankton di Sub Das Gajahwong Yogyakarta. Skripsi. UIN Sunan Kalijaga. Hynes, H. B. N.1972. The Ecology of Runing Water. Toronto: University of Toronto Press. Jeffries, M., and D. Mills. 1996. Freshwater Ecology, Principles and Applications. John Wiley and Sons. Chicester UK. Kaswadji, R.F., Widjaja dan Y. Wardianto. 1993. Produktiftas Primer dan Laju Pertumbuhan Fitoplankton di Perairan Pantai Bekasi. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. Kordi, M.G.H.K, 2010, Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya Perairan, PT RINEKA CIPTA, Jakarta. Krebs, C.J. 1978. Ecology. The Experimental Analyisis of Distribution and Abundance. Harper and Row Publisher, London. Krebs, C. J. 1985. Experimental Analysis of Distribution of Abudance. Third edition. New York: Haper & Row Publisher. Lee et al. 1991. Benthic Macroinvertebrater and Fish as Biological Indicator of Water Quality With Reference to Community Diversity Development Countries. Bangkok. P. 233 Magurran, A.E. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. Chapman and Hall. USA. McNaughton. S. J. Dan L. L. Wolf. 1998. Ekologi Umum. Edisi Kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Michael, P.1984. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Jakarta. UI Press.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
87
Novonty, V. Dan H. Olem. 1994. Water Quality, Prevention, Identification and Management of diffuse polution.van Nostrans Reinhold. New york. Nugroho, A. 2006. Bioindikator Kualitas Air. Jakarta. Penerbit Universitas Trisakti. Nybakken, J. W. 1992, Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Penerjemah: H.Muhammad Eidman. Jakarta. PT Gramedia Pustaka. Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. Second Edition. WB Sounder. Omori, Makoto & Ikeda, Tsutomu. 1984. Methods in Marine Zooplankton Ecology. John Wiley & Sons. New York Peraturan Pemerintah. 2001. Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran air. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001. Reynolds, Tom D dan Richards, Paul A. 1996. Unit perations and Processes in Environmental Engineering. Boston. PWS Publishing Company. Romimohtarto, K., dan Juwana, S., 1999. Biologi Laut. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi LIPI. Jakarta. Romimohtarto, K dan S. Juwana. 2001. Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi LIPI. Jakarta. Sachlan, H.S. 1982. Planktonologi. Semarang. Fakultas perikan dan peternakan universitas diponegoro. Sachlan, M. 1978. Planktonologi. Jakarta. Lembaga Oceanologi Indonesia. Sastrawijaya, A.T. 2000. Pencemaran Lingkungan. Edisi Kedua. Jakarta. Rineka Cipta. Steeman-Nielsen, E. 1975. Marine Photosinthesis with Emphasis on the Ecological Aspect. Elseiver Oceanography Series 13. Elseiver sci. Publ. Co. Amsterdam. Suin, N. M. 2002. Metode Ekologi. Universitas Andalas. Padang. Sumich, J. L. 1992. An introduction to the Biology of Marine Life. Edisi ke-5. Dubuque ; WmC Brown.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
88
Sumich, J. L., 1999. An Introduction to the Biology of Marine Life. Edisi ke-7. WBC. McGrow-Hill, Inc.18 p. Wardana, W.A. 1995. Dampak pencemaran lingkungan. Yogyakarta. Andi Offeset. Wardoyo, S. T. H. 1989. Kriteria Kualitas Air untuk Pertanian dan Perikanan. Makalah pada Seminar Pengendalian Pencemaran Air. Bandung. Dirjen Pengairan Departemen Pekerjaan Umum. Welch, P. S . 1952. Limnology. Second edition. New York : McGraw Hill. Wibisono, M.S. 2005. Pangantar Ilmu Kelautan. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
89
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SURAT HASIL PENGUJIAN SAMPEL
90
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
92
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SURAT IZIN PENELITIAN
93
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
94
DAFTAR KLASIFIKASI ZOOPLANKTON Kelas Rotifera
Adenophorea
Gambar
Karakteristik 1. Mampu melakukan reproduksi seksual dan aseksual secara bersamaan 2. Tubuh terdiri atas kepala, badan dan kaki 3. Memiliki silia di bagian kepala yang disebut corona
Klasifikasi Kingdom : Animalia Filum : Trochelminthes Kelas : Rotifera Ordo : Monogonanta Famili : Brachionidae Genus : Keratella Spesies : Keratella valga monstrosa
1. Mampu melakukan reproduksi seksual dan aseksual secara bersamaan 2. Tubuh terdiri atas kepala, badan dan kaki 3. Memiliki silia di bagian kepala yang disebut corona
Kingdom : Animalia Filum : Trochelminthes Kelas : Rotifera Ordo : Monogonanta Famili : Brachionidae Genus : Brachionus Spesies : Brachionus angularis
1. Mampu melakukan reproduksi seksual dan aseksual secara bersamaan 2. Tubuh terdiri atas kepala, badan dan kaki 3. Memiliki silia di bagian kepala yang disebut corona 1. Memiliki bentuk tubuh yang salah satu ujungnya meruncing
Kingdom : Animalia Filum : Trochelminthes Kelas : Monogononta Ordo : Ploima Family : Lecanidae Genus : Lecane Spesies : Lecane luna
1. Memiliki bentuk tubuh yang salah satu ujungnya meruncing
Kingdom : Animalia Filum : Nematoda Kelas : adenophorea Ordo : Rhabditia Family : Cephalobidae Genus : Anaplectus Spesies : Anaplectus granulosus
Kingdom : Animalia Filum : Nematoda Kelas : Adenophorea Ordo : Araeolaimida Famili : Rambdolaceae Genus : Rabdolaimus Spesies : Rabdolaimus sp
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Crustacea
95
1. Mempunyai sel yang terdiri dari kitin atau kapur yang sukar dicerna 2. Memiliki rambut rambut-rambut halus yang tumbuh di apendiks
Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Crustacea Ordo : Cylopoida Famili : Cylopidae Genus : Halicylops Spesies : Halcylops sp
1. Mempunyai sel yang terdiri dari kitin atau kapur yang sukar dicerna 2. Memiliki rambut rambut-rambut halus yang tumbuh di apendiks
Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Crustacea Ordo : Phyllopoda Famliy : Chydoridae Genus : Allonella Spesies : Alonella dadayi
1. Memiliki antena 2. Mempunyai sel yang terdiri dari kitin atau kapur yang sukar dicerna 3. Memiliki rambut halus yang tumbuh di apendiks
Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Crustacea Ordo : Amphipoda Family : Hypericeae Genus : Hyperia Spesies : Hyperia sp
1. Mempunyai sel yang terdiri dari kitin atau kapur yang sukar dicerna 2. Memiliki rambut rambut-rambut halus yang tumbuh di apendiks 3. Hidup bebas di perairan
Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Crustacea Ordo : Cylopoida Famili : Cylopidae Genus : Mesocylops Species : Mesocylops leukarti
1. Mempunyai sel yang terdiri dari kitin atau kapur yang sukar dicerna 2. Memiliki rambut rambut-rambut halus yang tumbuh di apendiks 3. Berukuran antara satu dan beberapa milimeter
Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Maxillopoda Ordo : Cyclopoida Family : Cyclopidae Genus : Cyclops Spesies : Cyclops vicinus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Rhizopoda (Sarcodina)
Ciliata
Sagittoidea
96
1. Uniseluler (bersel tunggal 2. Eukuariotik (memiliki membran nukleus) 3. Hidup soliter maupun berkoloni
Kingdom : Animalia Filum : Protozoa Kelas : Sarcodina Ordo : Testacea Family : Arcellaceae Genus : Arcella Spesies : Arcela vulgaris
1. Makanan bagi ikan dan avertebrata 2. Memiliki kaki yang bentuknya seperti akar tumbuhan 3. Hidup soliter maupun berkoloni
Kingdom : Animalia Filum : Protozoa Kelas :Granuloreculosa Ordo : Testacealobosa Family : Hyalodisceae Genus : Astramoeba Spesies : Astramoeba radiosa
1. Uniseluler (bersel tunggal 2. Eukuariotik (memiliki membran nukleus) 3. Hidup soliter maupun berkoloni 4. Memiliki silia (bulu getar) yang digunakan sebagai alat gerak 1. Bentuk tubuh umunya seperti torpedo 2. Hidup bebas di perairan
Kingdom : Animalia Filum : Ciliophora Kelas : Ciliata Ordo : Spirotrichida Family : Epalcidae Genus : Epalxis Spesies : Epalxis mirabilis
Kingdom :Animalia Filum : Kelas : sagittoidea Ordo : Aphragmonphora Famili : Sagittadea Genus : Sagita Spesies : Sagitta minima
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SatuanPendidikan
SILABUS PEMINATAN MATEMATIKA DAN ILMU-ILMU ALAM MATA PELAJARAN BIOLOGI SMA : SMA
Kelas
: X
A. Kompetensi Inti KI
:
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI
:
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktifdan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI
:
3. Memahami,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI
:
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
97
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KOMPETENSI DASAR 1.1.
1.2.
1.3.
2.1.
Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang keanekaragaman hayati, ekosistem dan lingkungan hidup. Menyadari dan mengagumi pola pikir ilmiah dalam kemampuan mengamati bioproses Peka dan peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup, menjaga dan menyayangi lingkungan sebagai manisfestasi pengamalan ajaran agama yang dianutnya Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin, tanggung jawab,dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong, bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam dalam setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan dan percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun di luar kelas/laboratorium
MATERI POKOK PEMBELAJARAN Berbagai Tingkat Keanekaragaman Hayati Indonesia Mengamati Konsep keanekaragaman Mengamati berbagai keanekaragaman hayati gen, jenis, di Indonesia ekosistem Menanya Keanekaragaman hayati Berbagai macam keanekaragaman hayati Indonesia(gen, Indonesia, bagaimana cara mempelajarinya? jenis, ekosistem), Bagaimana keanekaragaman hayati flora, fauna, dikelompokkan? mikroorganisme, Apa manfaat Keanekaragaman hayati Garis Wallace, Indonesia bagi kesejahteraan bangsa? Garis Weber, Keunikan hutan Mengumpulkan data hujan tropis (Eksperimen/Eksplorasi) Upaya pelestarian Mengamati berbagai tingkat keanekaragaman kehati Indonesia hayati Indonesia dan Mengelompokkan berbagai tingkat pemanfaatannya keanekaragaman hayati Indonesia dengan Sistem klasifikasi contoh-contohnya dari berbagai ekosistem makhluk hidup: mulai dari savana sampai dengan taksan, klasifikasi tundra(flora, fauna, mikroorganisme), garis binomial. Wallace dan Weber dari peta atau berbagai sumber Mendiskusikan pemanfaatan kehati Indonesia yang sudah dilakukan dan peluang pemanfaatannya secara berkelanjutan dalam era ekonomi kreatif Mengamati tentang takson dalam klasifikasi
PENILAIAN Tugas Observasi Pemahaman terhadap keanekaragaman hayati Indonesia dari diskusi Sikap ilmiah dalam bertanya, memberikan pendapat, menghargai pikiran orang lain Portofolio -
WAKTU 4 minggu x 4 JP
BAHAN
Tes Tertulis essay tentang perbedaan tingkat keanekaragaman hayati, persebaran keanekaragaman hayati, garis Wallace dan
charta berbagai tingkat kehati charta kehati Indonesia, garis Wallace dan Weber Ensiklopedia flora fauna Indonesia Gambar/foto karakter hutan hujan tropis Charta takson Charta Kunci determinasi
98
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dan mengenal kunci determinasi 2.2.
3.2.
4.2.
Peduli terhadap keselamatan diri dan lingkungan dengan menerapkan prinsip keselamatan kerja saat melakukan kegiatan pengamatan dan percobaan di laboratorium dan di lingkungan sekitar Menganalisis data hasil obervasi tentang berbagai tingkat keanekaragaman hayati (gen, jenis dan ekosistem) di Indonesia. Menyajikan hasil identifikasi usulan upaya pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia berdasarkan hasil analisis data ancaman kelestarian berbagai keanekaragaman hewan dan tumbuhan khas Indonesia yang dikomunikasikan dalam berbagai bentuk media informasi.
Mengasosiasikan Mendiskusikan berbagai tingkat keanekaragaman hayati Indonesia dan memberi contohnya, memahami gairs Wallace dan Weber Mendiskusikan untuk mengasosiasikan pemahaman tentang takson dalam klasifikasi dan kunci determinasi
Weber Tertulis essay pemahaman tentang takson dalam klasifikasi dan kunci determinasi
Mengkomunikasikan Mempresentasikan secara lisan tentang keanekaragaman hayati Indonesia berdasarkan tingkat keanekaragamannya. Mempresentasikan takson-takson dalam klasifikasi dan kunci determinasi Mempresentasikan upaya pelestarian dan pemanfaatan keanekaragaman hayati Indonesia untuk kesejahteraan ekonomi masyarakat Indonesia dalam era ekonomi kreatif
99
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
100
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan
: Sekolah Menengah Atas (SMA)
Mata Pelajaran
: IPA BIOLOGI
Kelas / Semester
: X / Gasal
Alokasi Waktu
: 8 x 45 Menit ( 3 x pertemuan)
A. Kompetensi Inti KI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI
3.
Memahami,
menerapkan,
menganalisis
pengetahuan
faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
101
KI 4.Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi Kompetensi Dasar 1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang keanekaragaman hayati, ekosistem dan lingkungan hidup. 2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin, tanggung jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong, bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam dalam setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan dan percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun di luar kelas/laboratorium 3.2 Menganalisis data hasil obervasi tentang berbagai tingkat keanekaragaman hayati (gen, jenis dan ekosistem) di Indonesia
Indikator 1.1.1 Menunjukkan rasa syukur pada Tuhan atas keanekaragaman ciptaan-Nya 2.1.1 Proaktif saat mengerjakan LKS dan bekerjasama dalam berdiskusi tentang keanekaragaman tingkat gen, jenis dan ekosistem
2.1.2 Teliti dalam mengamati video tentang keanekaragaman hayati.
3.2.1 Mendeskripsikan keanekaragaman tingkat gen, jenis dan ekosistem melalui gambar
3.2.2 Menyebutkan perbedaan keanekaragaman tingkat jenis dan ekosistem 4.2 Menyajikan hasil identifikasi usulan upaya 4.2.1 Mempresentasikan pengamatan. pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia berdasarkan hasil analisis data ancaman keletarian berbagai keanekaragaman hewan dan tumbuhan khas Indonesia yang dikomunikasikan dalam berbagai bentuk media informasi
gen, hasil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
102
C. Tujuan Pembelajaran 2.1.1.1 Melalui diskusi kelompok siswa proaktif untuk mengetahui keanekaragaman tingkat gen, jenis dan ekosistem. 2.1.1.2 Melalui video yang ditayangkan guru, siswa dapat mengamati berbagai keanekaragaman hayati. 3.2.1.1 Siswa mampu menjelaskan konsep keanekaragaman gen, jenis, ekosistem. 3.2.2.1 Siswa mampu menyebutkan perbedaan keanekaragaman hayati tingkat gen, jenis dan ekosistem. 4.2.1.1 Setelah melakukan pengamatan gambar, siswa mengkomunikasikan hasil melalui presentasi didepan kelas. D. Materi Pembelajran 1. Pertemuan 1 : Konsep keanekaragaman hayati Berbagai tingkat keanekaragaman hayati di Indonesia (Gen, Jenis dan Ekosistem). 2. Pertemuan 2 : Presentasi hasil Upaya
pelestarian
keanekaragaman
pemanfaatannya E. Metode Pembelajaran
Pembelajaran kooperatif
Diskusi dan tanya jawab
hayati
di
Indonesia
dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Ceramah
Praktikum
103
F. Sumber Belajar
Irmaningtyas. 2013. Biologi untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Sachlan, M., 1978,Planktonologi, Lembaga Oseanografi Indonesia, Jakarta.
LKS
Internet
G. Media Pembelajaran 1. Media Laptop LCD projector Power point keanekaragaman hayati Kartu bergambar 2. Alat dan bahan Lembar Kerja Siswa Sampel air Waduk Tambak Boyo Mikroskop Gelas Benda Pipet tetes Tisu Botol Minuman Vit C Alat tulis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
104
H. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Pertemuan 1 : Pendahuluan 20 menit
Guru menyiapkan kondisi belajar serta mengecek kehadiran siswa, setelah itu membuka kegiatan belajar dengan berdoa
Guru melakukan kegiatan apersepsi untuk menggali pengetahuan awal siswa mengenai keanekaragaman hayati dengan menunjukkan dengan memberikan pertanyaan ‘’siapa yang tahu apa itu keanekaragaman’’
Motivasi : dilingkungan sekolah kita ada keanekaragaman hayati apa saja yang kalian ketahui?
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran Kegiatan Inti: 105 menit
Guru membagi siswa dalam kelompok
Guru menayangkan video tentang keanekaragaman hayati di Indonesia untuk kemudian siswa mengamatinya
Guru menanyakan ada berapa tingkat keanekaragaman hayati di Indonesia
Guru membagikan Lembar Kerja Siswa
Siswa mengamati gambar dalam LKS yang telah disediakan oleh Guru
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
105
Siswa melakukan diskusi dalam kelompok mengenai konsep dan contoh-contoh keanekaragaman tingkat gen, jenis dan ekosistem yang ada dalam gambar
Guru meminta siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok dan kelompok lain menanggapi Penutup: 10 menit
Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan dan merefleksikan hasil belajarnya
Guru memberikan tugas pekerjaan rumah
Guru memberitahu materi berikutnya untuk persiapan praktikum
2. Pertemuan 2 Pendahuluan: 10 menit
Guru menyiapkan kondisi belajar serta mengecek kehadiran siswa, setelah itu membuka kegiatan belajar dengan berdoa
Guru mennanyakan kesiapan praktikum setiap kelompok
Guru membagikan kembali LKS yang untuk mengerjakan praktikum Kegiatan Inti: 110 menit
Guru menjelaskan peralatan dan cara pengamatan pada saat praktikum.
Siswa mengamati sampel air kolam
yang dibawa dengan
menggunakan mikroskop
Siswa
menggambar
pengamatan
zooplankton
yang
diperoleh
pada
saat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Siswa mengidentifikasi zooplankton yang diperoleh
Guru meminta siswa untuk membuat laporan sementara
106
Penutup: 15 menit
Guru mengajak siswa membuat rangkuman mengenai hasil belajar yang telah dilakukan.
Guru meminta siswa untuk membuat laporan praktikum resmi
Guru memberitahukan kepada siswa mengenai persiapan ulangan harian pada pertemuan berikutnya.
3. Pertemuan 3 Ulangan harian 2 (2 x 45 menit).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
107
LEMBAR KERJA SISWA KEANEKARAGAMAN HAYATI
A. Tujuan 1. Melalui
LKS siswa proaktif untuk mengetahui keanekaragaman
tingkat gen, jenis dan ekosistem. 2. Melalui LKS siswa dapat mengamati zooplankton yang diperoleh pada saat pengamatan 3. Melalui LKS siswa mampu menyebutkan perbedaan keanekaragaman hayati tingkat gen, jenis dan ekosistem. B. Bahan 1. Alat tulis 2. Sampel air Waduk Tambak Boyo 3. Mikroskop 4. Gelas Benda 5. Tisu 6. Botol minuman vit C 7. Pipet tetes C. Bahan diskusi 1. Gambar hasil pengamatan! ………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
108
2. Identifikasi zooplankton yang diperoleh berdasarkan klasifikasinya! ………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………… 3. Sebutkan karakteristik zooplankton yang diperoleh! ………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
109
INSTRUMEN TES TERTULIS
3.2.3
Mendeskripsikan keanekaragaman tingkat gen, jenis dan ekosistemmelalui gambar
3.2.4
Menyebutkan Upayapelestariankean ekaragaman hayati
1
2
Jumlah
Menciptakan (C6)
Mengevaluasi (C5)
Menganalisis (C4)
Menerapkan (C3)
Mengingat (C1)
Indikator
Memahami (C2)
Kisi-kisi soal
2
4
3
Soal : 1. Sebut dan jelaskan tingkat keanekaragaman hayati?(25) 2. Berikan contoh dari masing-masing tingkat keanekaragaman hayati?(25) 3. Pahamilah dua pernyataan dibawah ini! a. Zooplankton dari jenis Halycops sp merupakan zooplankton yang berasal dari kelas Crustacea yang habitatnya dapat ditemukan diperairan tawar dan laut. b. Zooplankton jenis Lecane luna yang berasal dari kelas Rotifera banyak terdapat diperairan tawar. Dari kedua contoh zooplankton diatas menunjukkan keanekaragaman dari tingkat apa saja?(30) 4. Sebutkan kegiatan yang dapat kita lakukan untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati?(20) Jawaban : 1. Kenakeragaman tingkat gen : merupakan keanekaragaman atau variasi yang dapat ditemukan diantara organisme dalam satu spesies. Keanekaragaman tingkat jenis : merupakan keanekaragaman yang ditemukan diantara organisme yang tergolong dalam spesies yang berbeda Keanekaragaman tingkat ekosistem : merupakan keanekaragaman yang dapat ditemukan diantara ekosistem 2. Keanekaragaman tingkat gen : perbedaan ciri yang ditemukan pada zooplankton jenis Halycops sp dan Mesocylops leukarti adalah ada atau tidaknya bulu getar di bagian kepala.
2
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
110
Kenekaragaman tingkat jenis : keanekaragaman yang ditemukan pada zooplankton jenis Crustacea dan Rotifera yang dimana kedua zooplankton tersebut memiliki perbedaan dari jenis atau spesiesnya. Keanekaragaman tingkat ekosistem : perbedaan keanekaragaman zooplankton pada perairan tawar dan perairan laut. 3. Zooplankton dari jenis Halycops sp memiliki tingkat keanekaragaman tingkat ekosistem dimana dari jenis zooplankton tersebut ada yang habitatnya diperairan laut dan perairan tawar. Selain itu terdapat keanekaragaman tingkat spesies atau jenis yang terjadi pada zooplankton Halycops sp dan Lecane luna yang dimana dua zooplankton tersebut berasal dari spesies yang berbeda. 4. Kelestarian keanekaragaman hayati dapat dilakukan dengan cara melestarikan makhluk hidupnya selain itu menjaga keutuhan lingkungan baik lingkungan abiotik maupun biotik juga harus dilakukan. Lingkungan menjadi penting karena merupakan pendukung kehidupan setiap organisme. Intrumen Penilaian Presentasi No. 1. 2. 3. 4. 5. Dst
Skala 1 Kriteria Bila presentasi jelas Bila bahasa yang digunakan baik Bila suara jelas Bila menguasai materi presentasi Bila menjawab pertanyaan dengan tata cara yang baik
2
3
4
Skor
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
111
Instrumen Penilaian Sikap No
Nama peserta didik
Aspek yang dinilai
Proaktif
Butir Soal Jujur Tanggung Jawab
Sungguhsungguh
Jumlah skor Menghargai Teman
1 2 3
Keterangan : Rentang Nilai antara 1 – 3 dengan kategori 1 : kurang 2 : Cukup 3 : Baik
No
Penilaian Tes Butir Soal
Nama Siswa 1
2
3 Skor
1 2 3 4 5 Dst.
Jumlah Skor 4
Nilai Siswa
Nilai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Soal 1
Skor 20-25
10-19
1-9
2
0 20-25
10-19 1-9
3
0 21-30
11-20
1-10
4
0 20-25
11-19
1-9
0
Rubric Penilaian Kriteria umum Menyebutkan dan menjelaskan tingkat keanekaragaman hayati secara lengkap dan tepat Menyebutkan dan menjelaskan tingkat keanekaragaman hayati tetapi tidak secara lengkap Menyebutkan tingkat keanekaragaman hayati tetapi tidak menjelaskan Tidak menjawab sama sekali Memberikan contoh masing-masing tingkat keanekaragaman hayati secara lengkap dan tepat Memberikan contoh masing-masing tingkat keanekaragaman hayati tetapi tidak lengkap Memberikan contoh masing-masing tingkat keanekaragaman hayati tetapi tidak tepat Tidak menjawab sama sekali Menunjukkan tingkat keanekaragaman dari kedua spesies zooplankton secara lengkap dan tepat Menunjukkan tingkat keanekaragaman dari kedua spesies zooplankton tetapi tidak lengkap Menunjukkan tingkat keanekaragaman salah satu spesies zooplankton dan kurang tepat Tidak menjawab sama sekali Menyebutkan upaya pelestarian keanekaragaman hayati secara lengkap dan tepat Menyebutkan upaya pelestarian keanekaragaman hayati dengan tepat tetapi tidak lengkap Menyebutkan upaya pelestarian keanekaragaman hayati kurang lengkap dan kurang tepat Tidak menjawab sama sekali
112
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
113
INSTRUMEN PENILAIAN OBSERVASI No
Aspek
1
Keaktifan
2
Kerjasama
3
Percaya Diri
Indikator Aktif mengemukakan pendapat Aktif bertanya Aktif menanggapi pendapat Bertanggung jawab terhadap tugas kelompok Mengerjakan tugas kelompok bersama teman kelompok lain Menghargai pendapat orang lain Mampu berbicara dengan suara lantang Mampu mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas Berani mempertahankan pendapat
Kategori: Baik
= 3 indikator terpenuhi
Cukup = 2 indikator terpenuhi Kurang= 1 indikator terpenuhi Skor Perolehan Nilai Akhir =
x 100 Skor Maksimal
Keterangan Nilai 91 – 100 81 – 90 71 – 80 60 – 70 < 60
Kategori Amat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang
Kategori Baik Cukup Kurang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DOKUMENTASI PENELITIAN
A. Foto Waduk Tambak Boyo No 1
Gambar
Keterangan Stasiun 1 (area masuknya sungai Tambak Bayan menuju Waduk Tambak Boyo)
2
Aliran air sungai Tambak Bayan yang menuju Tambak Boyo
3
Stasiun 2 (area masuknya air sungai Buntung meunuju Tambak Boyo)
114
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
Aliran air sungai Buntung yang meuju ke Tambak Boyo
5
Stasiun 3 (area keluarnya air dari Waduk Tambak Boyo)
Genangan air yang menuju ke arah keluarnya air dari Waduk Tambak Boyo
115
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
B. Foto Pengambilan Sampel dan Pengukuran (pH dan suhu) No 1
Gambar
Keterangan Pengambilan sampel air menggunakan planktonet
2
Pengukuran pH air menggunakan pH meter
3
Pengukuran Suhu air menggunakan termometer air raksa
116
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
C. Foto Pengamatan Sampel di Laboratorium No 1
Gambar
Keterangan Botol sampel dikocok agar sampel homogen
3
Penetesan sampel air ke gelas obyek menggunakan pipet tetes
4
Gelas obyek yang siap diamati di mikroskop
117
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
Gelas obyek diletakkan di meja mikroskop
6
Pengamatan sampel dengan mikroskop
118