mengikuti prosedur-prosedur yang berlaku, mungkin karena masalah-masalah praktek pekerjaan atau penyimpangan rancang bangun. Masalah ini mengarahkan kepada pengadopsian revisi/perubahan prosedur-prosedur secara tidak syah yang selanjutnya menjadi sesuatu yang rutin dan lazim. Hal ini adalah
yang disebut sebagai normalisasi penyimpangan seperti yang dibahas di dalam ICAO Safety Management Manual, s. 2.5.4. Pada
prakteknya, pelanggaran-pelanggaran rutin jarang sekali dianggap sebagai pelanggaran oleh suatu kelompok kerja. Sebaliknya, hal tersebut dianggap sebagai perbaikan, disebabkan karena hal-hal
tersebut dimaksudkan untuk menghemat waktu dan tenaga dengan cara menyederhanakan pekerjaan untuk membantu menyelesaikan pekerjaan bilamana kelompok kerja mengalami kesulitan mengikuti prosedur-prosedur yang berlaku, mungkin karena masalah-masalah praktek pekerjaan atau penyimpangan rancang bangun. Masalah ini mengarahkan kepada pengadopsian revisi/ perubahan prosedur-prosedur secara tidak syah yang selanjutnya menjadi sesatu yang rutin dan lazim. Hal ini adalah
yang disebut sebagai normalisasi penyimpangan seperti yang dibahas di dalam ICAO Safety Management Manal, s.2.5.4. Pada prakteknya, pelanggaran-pelanggaran rutin jarang sekali dianggap sebagai pelanggaran oleh suatu kelompok kerja. Sebaliknya, hal tersebut dianggap sebagai perbaikan, disebabkan karena hal-hal
tersebut dimaksudkan untuk menghemat waktu dan tenaga dengan cara menyederhanakan pekerjaan untuk membantu menyelesaikan pekerjaan - walaupun hal tersebut melibatkan jalan pintas yang tidak disetujui. Pelanggaran-pelanggaran luar biasa adalah kasus terisolasi terhadap penyalahgunaan kewenangan, baik oleh individu maupun dibolehkan/dibiarkan oleh manajemen.
Perilaku beresiko adalah pilihan/keinginan untuk menyimpang dari suatu aturan (contohnya: mengambil jalan pintas terhadap prosedur) karena individu percaya/yakin bahwa dia masih beroperasi / melakukan tugas "secara selamat". Karyawan /pegawai dapat memilih jalan/cara yang beresiko karena mereka merasa adanya tekanan banyak pekerjaan, dan menganggap remeh atau menganggap remeh atau menganggap
ringan resiko yang diambil. Untuk karyawan/pegawai baru, banyak perilaku berseiko terjadi hanya karena kurangnya/tidak memiliki pengalaman untuk menyadari bahwa apa yang mereka lakukan sangat beresiko.
Perilaku ceroboh adalah pilihan untuk secara sadar mengabaikan resiko besar dan tidak dipertimbangkan (contoh: kesewenangan terhadap substansi/menganggap remeh tugasnya). Adalah penting untuk memahami bahwa orang yang terlibat dalam perilaku ceroboh masih tidak bermaksud untuk menimbulkan bahaya. Perilaku kriminal adalah pilihan untuk secara sadar dan sengaja membahayakan/melukai orang lain (contoh: pembunuhan, pencurian, sabotase dan membakar rumah).
6.
PERILAKU YANG DAPAT DAN TIDAK DAPAT DITERIMA
6.1
Perilaku yang dapat diterima
Perilaku yang dapat diterima mensyaratkan bahwa orang bekerja sebaik yang dapat dilakukannnya sesuai kemampuan, dengantujuan untuk mengindahkan peraturan-peraturan pemerintah dan persyaratan-persyaratan perusahaan. Apabilak kesalahan manusia atau perilaku beresiko atau pelanggaran rutin terjadi, walaupun upaya-upaya terbaik telah dilakukan, adalah
penting bagi semua pihak yang terlibat untuk melapor secara terbuka dan berpartisipasi secara penuh dalam investigasi keselamatan dengan tujuan untuk mencegah kejadian atau masalah yang sama terulang kembali. 6.2
Perilaku yang tidak dapat diterima
Perilaku yang tidak dapat diterima adalah perilaku ceroboh, pelanggaran luar biasa dan perilaku kriminal. Tidak melaporkan suatu bahaya keselamatan, insiden atau kecelakaan adalah juga perilaku yang tidak dapat diterima.
TANGGAPAN DARI ORGANISASI
Penelitian/pemeriksaaan terhadap keadaan yang berhubungan dengan suatu kejadian akan diperlukan, dan klasifikasi dari perilaku akan dibuat pada kesimpulan dari hasil
penelitian/pemeriksaan.
Penelitian
harus
mempertimbangkan
peran dari masing-masing individu, pra-kondisi, kelemahan pengawasan demikian juga dengan pengaruh-pengaruh organisasi yang mungkin mempunyai kontribusi terhadap kejadian peristiwa.
Suatu organsiasi harus merespon secara memadai kepada setiap macacm
perilaku dalam
rangka
menghimbau
secara efektif
perilaku yang dapat diterima sementara melarang perilaku yang tidak dapat diterima. Respon efektif oleh organisasi memerlukan pelaporan informasi, menerapkan investigasi dan tindak lanjut keselamatan, dan semua orang diperlakukan secara adil.
Keadilan/Kesetaraan mensyaratkan bahwa perlakuan kepada semua orang juga mempertimbangkan perilaku masing-masing. Orang-orang yang menghormati dan menunjukkan perilaku yang dapat diterima harus diperlakukan dengan cara mendukung perilakunya, sementara bagi yang berperilaku tidak dapat diterima harus diperlakukan dengan cara tidak mendukung perilaku mereka baik saat ini maupun dimasa mendatang. Orang-orang berperilaku yang dapat diterima harus dapat melihat dengan jelas bahwa perilaku yang tidak dapat diterima tidak dihargai/mendapaat perlakuan yang baik. Perilaku tidak dapat diterima dapat berurusan dengan proses kedisiplinan. Konsep keadilan ini terkadang disebut just culture/ budaya adil.
8.
TANGGUNG JAWAB KARYAWAN DAN KEBIJAKAN PELAPORAN KESELAMATAN
Suatu contoh tanggung jawab karyawan dan kebijakan pelaporan keselamatan terkait menggambarkan perbedaaan antara perilaku yang dapat dan tidak dapat diterima diberikan di halaman berikut.
Tanggung jawab Karyawan /pegawai Karyawan/
pegawai bertanggung jawab untuk melaksanakan
tugas-tugas mereka dengan cara yang selamat sesuai dengan kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur kesehatan,
keselamatan
dan
keamanan
yang
berlaku
dengan
maksud/pertimbangan (demi) untuk keselamatan mereka sendiri dan orang lain.
Tanggung jawab karyawan /pegawai mencakup: a) Mengikuti prosedur dan menghormati peraturan. b) Melaporkan kepada majikan setiap bahaya (ancaman atau kesalahan), insiden yang berkaitan dengan keselamatan, atau kecelakaan yang telah dialami atau disaksikan.
c) Melaporkan kepada majikan setiap kondisi atau keadaan oleh
individu atau organisasi diluar organisasinya yang mungkin mengkompromikan (melakukan tawar menawar) keselamatan. d) Melakukan semua langkah-langkah penting yang beralasan, sesuai dengan situasi, untuk menjamin keselamatan semua orang atau harta benda yang mungkin mengalami dampak karena tindakan atau pengabaian/pembiaran. e) Berpartisipasi dalam program Sistem Manajemen Keselamatan organisasi.
Kebijakan Pelaporan Keselamatan (Operator Pesawat Udara) Operator Pesawat Udara berkomitmen terhadap keselamatan. Untuk mendukung komitmen ini, Operator Pesawat Udara memerlukan pelaporan bahaya-bahaya dan kejadian-kejadian yang
dapat
mengakibatkan
sakit,
luka
atau
kerusakan.
Karyawan/pegawai bertanggungjawab untuk mengkomunikasikan dengan segera setiap informasi yang dapat mempengaruhi keselamatan.
Untuk membantu komitmen ini, Operator Pesawat Udara ini berikrar:
Tidak ada balas dendam terhadap perilaku yang dapat diterima. Seorang karyawan/pegawai yang sudah melakukan kesalahan
akan dihibur (dengan nyaman guna meredakan kesedihan/kegelisahannya) dan/atau dibimbing untuk memitigasi/mehcegah terulangnya kesalahan yang sama (contoh: memberikan pelatihan dan/atau pengujian, praktek atau pengalaman tambahan).
Seorang karyawan/pegawai yang telah melakukan perilaku beresiko atau pelanggaran rutin juga akan dibimbing (tanpa hukuman dan secara konstruktif).
Seorang karyawan /pegawai yang telah menunjukkan perilaku yang tidak dapat diterima tidak akan diberi tindakan hukuman
atau tindakan balas dendam apabila melaporkan suatu bahaya atau kejadian kecuali orang tersebut tetap tidak merespon terhadap arah pelatiihan dan bimbingan yang diberikan, Dalam beberapa contoh respon dari Oepratora Pesawat Udara dapat mencakup diskusi, arahan dan, apabila mungkin, disiplin.
8
Perilaku tidak dapat diterima dapat diatasi melalui bimbingan, konsultasi/nasehat, apabila mungkin dengan hukuman. Perilaku yang tidak dapat diterima adalah:
• Perilaku ceroboh (contoh: penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol, termasuk konsumsi obat dimana penggunaan atau konsumsi tersebut bertentangn dengan hukum yang berlaku, atau konsumsi alkohol atau obat-obatan di dalam keadaan
dimana yang bersangkutan mengetahui atau seharusnya tahu bahwa kemampuan profesionalnya akan terganggu sebagai akibatnya);
• Perilaku kriminal (termasuk tindakan-tindakan kriminal dan sabotase);
• Tidak patuh kepada prosedur-prosedur bahaya di perusahaan atau pelaporan kejadian;
• Karyawan/pegawai dengan sengaja membuat pengertian yang salah terhadap fakta-fakta di dalam laporan. Kerahasiaan
Identitas atau informasi mengenai identitas dari karyawan/pegawaii yang melaporkan suatu bahaya atau kejadian sesuai dengan persyaratan Operator Pesawat Udara tidak akan
dibuka/diumumkan. Kecuali disetujui oleh karyawan/pegawai bersangkutan atau dipersyaratkan oleh peraturan. Daftar Referensi Pustaka:
1 Marx. David Whack a Mole: The Price We Pay for Expecting Perfection. Piano TX: By Your Side Studios, 2009.
1A Human Error Approach to Aviation Accident Analysis, Wiegmann Douglas A and Shappell Scott A, Ashgate Publishing company.Burlington, VT, 2003.
1 ICAO Safety Management Manual (Doc 9859), section 7.32 and Wiegmann Douglas A and Shappel Scott A, A Human Error Approach to Aciation Accident Analysis, Ashgate Publishing company, Burlington, VT, 2003.
1 Wiegmann Douglas A and Shappel Scott A, A Human Error Approach to Aviation Accident Analysis, Ashgate Publishing company, Burlington, VT, 2003.
1 Marx. David Whack a Mole: The Price We Pay for Expecting Perfection. Piano TX: By Your Side Studios, 2009.