PERUBAHAN KLIMATOLOGIS CURAH HU]AN DI DAERAH ACEH DAN SOLOK Junlartl Visa PenelW Pusat Pwnanfeatan Sains Atmosfer dan IkHm, LAPAN
ABSTRACT The analysis of rainfall climatologic change of Aceh a n d Solok area Using 103 years (1900-2003) data for wet season (DJF) a n d dry season (JJA) have been done. The result show t h a t for Aceh area, for wet season (DJF) the maximum rainfall w a s 664 m m / m o n t h in 1926, which w a s in t h e normal condition. And for dray season (JJA) the rainfall condition for periods JJA-7. (1961-1990), J J A - 8 (1971 - 2000) and JJA-9 (1981-2003) were u n d e r normal condition. For Solok area the maximum rainfall was 1972 m m / m o n t h in 1972, t h e rainfall condition for wet season (DJF) and dry season (JJA) are in the normal condition. ABSTRAK Analisis p e r u b a h a n klimatologis c u r a h hujan di d a e r a h Aceh d a n Solok dengan menggunakan data c u r a h hujan selama 103 t a h u n selama bulan b u l a n b a s a h (DJF) d a n bulan bulan kering (JJA) telah dilakukan. Hasil yang diperoleh u n t u k daerah Aceh curah hujan m a k s i m u m sebesar 664 m m / b i n t a h u n 1926 d a n kondisi c u r a h hujan d i Aceh p a d a b u l a n b a s a h (DJF) b e r a d a dalam b a t a s normal dan p a d a bulan kering (JJA) kondisi curah hujan pada periode J J A - 7 (1961-1990), JJA*8 (1971-2000) d a n J J A - 9 (19812003) berada di b a w a h normal. Solok c u r a h hujan m a k s i m u m sebesar 1972 m m / b i n t a h u n 1958, kondisi c u r a h hujan pada bulan b a s a h (DJF) dan bulan kering (JJA) b e r a d a dalam b a t a s normal. Kata kunci:
Curah hujan,
DJF(Des,Jan,Feb) ,JJA (Jun.Jut.Agt)
1 PENDAHULUAN S e c a r a geografls posisi wilayah Indonesia sangat strategis d a n bersifat k h u s u s , b e r a d a di wilayah tropis yang kaya akan radiasi matahari dengan lama siang d a n malam sepanjang t a h u n hampir selalu s a m a , sehingga j u m l a h radiasi matahari sepanjang hari relatif hampir konstan. Indonesia terletak di a n t a r a d u a b e n u a Asia dan Australia, di a n t a r a d u a samudera India d a n Pasifik, dan di a n t a r a d u a Belahan Bumi Utara d a n Belahan Bumi Selatan. Di samping itu dengan kondisi p e r m u k a a n yang sekitar 70 % didominasi oleh laut, terdiri a t a s lebih dari 17.500 p u l a u besar d a n kecil. Sementara itu sebaran pulaunya yang banyak dikelilingi oleh laut dangkal atau dikenal dengan b e n u a maritim m e r u p a k a n potensi penguapan yang 1
c u k u p besar u n t u k m e m p e r m u d a h p e m b e n t u k a n awan hujan d a n u m u m n y a p e r m u k a a n d a r a t a n bergunung gunung, sehingga Ramage (1971), menyebutnya sebagai maritim continent. Kondisi ini mengakibatkan tidak terdapat iklim yang seragam di seluruh wilayah Indonesia, keragaman iklim ini terjadi k a r e n a perbedaan letak geografis, kondisi topografis yang kompleks (Hamada, 2003) Keadaan ini tercermin dari adanya perbedaan tipe hujan di wilayah Indonesia, paling tidak terdapat tiga tipe curah hujan yaitu monsunal, equatorial d a n lokal (Tjasyono, 1999). Hujan m e r u p a k a n salah satu bentuk presipitasi yang paling dominan pada daerah tropika seperti Indonesia. Menurut (BMG, 2002) bila r a t a r a t a c u r a h hujan berada di sekitar 8 5 % -115% disebut dalam b a t a s normal, sedangkan bila lebih besar dari 115 % berarti b a r a d a di a t a s normal, sedangkan jika lebih kecil dari 85 % berarti berada di bawah normal. Selain1"' berfungsi sebagai u n s u r iklim, j u g a sebagai pengendali iklim. Penelitian ini mengambil d a e r a h Aceh dan Solok. Kedua daerah tersebut menarik u n t u k diketahui p e r u b a h a n klimatologis curah hujannya, k a r e n a Aceh terletak di tepi pantai j u g a terdapat gunung atau bukit barisan yang membujur di sepanjang p u l a u S u m a t r a . Sedangkah Solok adalah daerah yang banyak dikelilingi oleh p e g u n u n g a n itu semua sangat mempengaruhi kondisi curah hujan di daerah Aceh d a n Solok. 2 DATA DAN PENGOLAHANNYA Data yang digunakan dalam analisis ini adalah d a t a curah hujan b u l a n a n u n t u k daerah Aceh dan Solok periode 1901 - 2003 yang diperoleh dari BMG - J a k a r t a . Tahapan pengolahan adalah sebagai berikut: Pertama, data dibagi dalam 9 kelompok sesuai dengan a t u r a n moving average yang dibagi dalam 30 t a h u n dengan interval 10 t a h u n . Kedua, analisis difokuskan p a d a bulan-bulan b a s a h (Des, J a n , Feb) d a n bulan-bulan kering (Jun, J u l , Aug). Ketiga, menentukan distribusi peluang. Keempat, analisis menggunakan metode statistik baku. Untuk m e n e n t u k a n p e r u b a h a n klimatologis c u r a h hujan bulanan digunakan parameter-parameter statistik sebagai berikut. a. Deviasi standar Deviasi s t a n d a r adalah u k u r a n yang menyatakan seberapa j a u h nilai curah hujan menyimpang dari nilai rata-ratanya. Deviasi standar dihitung dengan metode (n-1) atau "non-bias". Deviasi standar (o) dihitung dengan persaman berikut:
3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil
Hasil analisis curah hujan periode 1901-2003 untuk daerah Aceh, dengan rata-rata 30 tahunan curah hujan pada bulan basah (DJF) diperoleh nilai maksimun 664 mm/bin tahun 1926, sedangkan rata-rata 30 tahun curah hujan bulan kering (J J A) nilai maksimum 584 mm/bin terjadi tahun 1901. Selanjutnya untuk daerah Solok rata rata 30 tahunan curah hujan bulan basah (DJF) nilai maksimum 1972 mm/bin tahun 1958, bulan-bulan kering (JJA) diperoleh nilai maksimum 389 mm/bin tahun 1963. Untuk perubahan klimatologis dan peluang curah hujan pada bulan basah (DJF) dan bulan kering (JJA) di daerah Aceh dan Solok dapat dilihat pada Tabel 3-1 s.d 3-4.
3
Tabel 3 - 1 : PERUBAHAN KLIMATOLOGIS CURAH HUJAN BULAN BASAH DAN BULAN KERING
Keterangan: * : berarti nilai curah hujan dibawah nilai curah hujan standar atau acuan Tabel 3-2: PERUBAHAN KLIMATOLOGIS CURAH HUJAN BULAN BASAH DAN BULAN KERING
Keterangan: * : berarti nilai curah hujan di bawah nilai curah hujan standar atau acuan. Tabel 3-3 : PELUANG CURAH HUJAN BULAN BASAH (DJF)
Tabel 3-4 : PELUANG CURAH HUJAN BULAN KERING (JJA)
4
Tabel 3 - 1 : PERUBAHAN KLIMATOLOGIS CURAH HUJAN BULAN BASAH DAN BULAN KERING
Keterangan: * : berarti nilai curah hujan dibawah nilai curah hujan standar atau acuan Tabel 3-2: PERUBAHAN KLIMATOLOGIS CURAH HUJAN BULAN BASAH DAN BULAN KERING
Keterangan: * : berarti nilai curah hujan di bawah nilai curah hujan standar atau acuan. Tabel 3-3 : PELUANG CURAH HUJAN BULAN BASAH (DJF)
Tabel 3-4 : PELUANG CURAH HUJAN BULAN KERING (JJA)
4
3.2 Pcmbahasan '-. Data c u r a h hujan selama 103 t a h u n dibagi dalam 30 t a h u n dengan interval 10 t a h u n yang menghasilkan 9 periode, yaitu periode-1 (tahun 19011930), periode-2 (tahun 1911-1940), periode-3 (tahun 1921-1950), periode-4, (tahun 1931-1960), periode-5 (tahun 1941-1970), periode-6 (tahun 1951-1980), periode-7 (tahun 1961-1990), periode-8 (tahun 1971-2000), periode-9 (tahun 1981-2003). Penelitian ini difokuskan p a d a bulan b a s a h (Des, J a n , Feb) dan bulan kering (Jun, J u l , Agt).
Gambar 3 - 1 : Rata-rata 30 t a h u n curah hujan bulan b a s a h (DJF) di Aceh Gambar 3-1 m e n u n j u k k a n p e r u b a h a n rata-rata 30 t a h u n curah hujan di Aceh p a d a bulan b a s a h (DJF). Daerah Aceh, selama 103 (19002003) t a h u n a t a u rata-rata 30 t a h u n a n terlihat disini pola curah hujan berfluktuasi d a n cenderung m e n u r u n . Maksimum terjadi p a d a periode DJF-3 (1921-1950) d a n minimum p a d a periode DJF-9 (1981-2003). Sedangkan p a d a bulan kering (JJA) u n t u k daerah Aceh rata-rata 30 t a h u n a n pola curah hujan berfluktuasi d a n cenderung m e n u r u n , p u n c a k curah hujan terjadi pada periode-DJF (1931-1960) dan minimum terjadi pada periode JJA-9 (19812003) (Gambar 3-2)
5
Gambar 3-2: Rata-rata 30 t a h u n curah hujan bulan kering (JJA) di Aceh Gambar 3-3 memperlihatkan bahwa daerah Solok p a d a bulan basah (DJF) selama 103 (1900-2003) t a h u n atau rata-rata 30 t a h u n a n terlihat pola curah hujan berfluktuasi dan cenderung naik. Maksimum terjadi pada periode DJF-5 (1941-1970) dan minimum pada periode DJF-7 (1961-1990). Sedangkan p a d a bulan kering (JJA), rata-rata 30 t a h u n a n pola c u r a h hujan j u g a berfluktuasi dan cenderung m e n u r u n , puncak curah hujan terjadi pada periode JJA-7 (1931-1960) dan minimum terjadi pada periode JJA-4 (19311960) dapat dilihat p a d a Gambar 3-4.
Gambar 3-3: Rata-rata 30 t a h u n curah hujan bulan b a s a h (DJF) di Solok
Gambar 3-4: Rata-rata 30 t a h u n c u r a h hujan bulan kering(JJA) di Solok Pada penelitian ini terdapat juga data yang kosong, akan tetapi dalam pengolahan d a t a yang 103 t a h u n dibagi dalam 30 t a h u n dengan interval 10 tahun atau m e n g g u n a k a n metode moving average, jadi d a t a yang kosong masih d a p a t ditolerir.
Gambar 3-5 : Peluang curah hujan bulan b a s a h (DJF) di Aceh Selanjutnya peluang c u r a h hujan u n t u k d a e r a h Aceh terlihat p a d a Gambar 3-5 yang menggambarkan peluang curah hujan yang terjadi selama periode 1900 - 2 0 0 3 , yang dibagi dalam sembilan periode, setiap periode terdiri dari tiga p u l u h t a h u n , yaitu djfl, djf2, djf3, djf4, djf5, djf6,djf7, djf8 dan djr9 (djf: Desember, J a n u a r i , Februari). Daerah Aceh ini peluang paling tinggi terjadi p a d a periode DJF9 (1981-2003) sedangkan peluang terkecil terjadi p a d a periode DJF-5 (1911-1939) 7
Gambar 3-6 : Peluang curah hujan bulan basah (DJF) di Solok Daerah Solok dapat dilihat pada Gambar 3-4, yang menjelaskan peluang c u r a h hujan di Solok selama periode 1900-2003, dan terlihat peluang c u r a h hujan u n t u k setiap periode sangatlah bervariasi. Sedangkan peluang c u r a h hujan yang tinggi terjadi pada periode DJF-6 t a h u n 19511980 d a n yang terkecil terjadi p a d a periode DJF-1 t a h u n 1901-1930 (Gambar 3-6). Selanjutnya peluang curah hujan pada bulan kering (JJA) di Aceh seperti p a d a Gambar 3-7.
Gambar 3-7 : Peluang curah hujan bulan kering (JJA) di Aceh 8
Gambar 3-7 m e n u n j u k k a n bahwa distribusi peluang curah hujan bulan kering di Aceh cenderung m e n u r u n . Peluang paling tinggi yang terjadi pada periode JJA-7 t a h u n 1961-1990 dari paling kecil terjadi p a d a periode JJA-1 t a h u n 1901- 1930. Sedangkan peluang c u r a h hujan bulan kering (JJA) di Solok seperti p a d a Gambar 3-8.
Gambar 3-8 : Peluang curah hujan bulan kering (JJA) di Solok G a m b a r 3-8, memperlihatkan distribusi peluang c u r a h hujan u n t u k daerah Solok, n a m p a k bahwa distribusi peluang curah hujan cenderung menurun. Nilai peluang paling besar di daerah Solok terjadi p a d a periode JJA-4 t a h u n 1931-1960 d a n peluang terkecil terdapat p a d a periode JJA-7 tahun 1961-1990. Selanjutnya u n t u k kriteria curah hujan di Aceh d a n Solok, p a d a bulan basah (DJF) selama 103 t a h u n (1900-2003) yang dibagi dalam 9 periode yaitu DJF1, DJF2, DJF3, DJF4, DJF5, DJF6, DJF7, D J F 8 d a n D J F 9 d a p a t dilihat pada Gambar 3-7.
Gambar 3-9: Anomali curah hujan bulan basah (DJF) di Aceh 9
Dari Gambar 3-9 terlihat bahwa u n t u k s u m b u Y adalah anomali curah hujan d a n s u m b u X adalah waktu. B adalah b a t a s atas, A b a t a s bawah d a n s t a n a d a l a h sebagai t a h u n ajuan atau base line yang diambil p a d a periode 1901-1930. Nilai a n t a r a 0.85-1.15 adalah batas normal d a n di atas nilai 1.15 adalah di atas normal dan di bawah nilai 0.85 di bawah normal (BMG, 2002). J a d i analisis c u r a h hujan di Aceh memperlihatkan c u r a h hujan selama bulan b a s a h (DJF) berada dalam kondisi normal. Selanjutnya u n t u k bulan kering dapat dilihat p a d a Gambar 3-10.
G a m b a r 3-10: Anomali curah hujan bulan kering (JJA) di Aceh C u r a h hujan bulan kering (JJA) daerah Aceh terlihat a d a perubahanp e r u b a h a n yang terjadi u n t u k periode yaitu JJA-7, JJA-8, dan JJA-9 selama 103 t a h u n (1901-2003) (Gambar 3-10), perubahan c u r a h hujan yang terjadi di bawah normal. Sedangkan u n t u k daerah Solok dapat dilihat melalui Gambar 3-11: Anomali c u r a h hujan bulan b a s a h di daerah Solok, terlihat b a h w a p e r u b a h a n klimatologis c u r a h hujan bulan basah di Solok berada dalam b a t a s normal.
Gambar 3 - 1 1 : Anomali curah hujan bulan b a s a h (DJF) di Solok 10
Selanjutnya p e r u b a h a n klimatologis curah hujan p a d a bulan kering (JJA) di Solok terlihat p a d a Gambar 3-12. Pada gambar tersebut jelas terlihat bahwa m e m a n g a d a p e r u b a h a n - p e r u b a h a n curah hujan yang terjadi n a m u n masih dalam range atau b a t a s normal, yaitu range 0.85-1.15
Gambar 3-10: Anomali curah hujan bulan kering (JJA) di Solok 4 KESIMPULAN • Hasil analisis d a t a diperoleh bahwa curah hujan lebih tinggi di daerah Solok dengan intensitas curah hujan sebesar 1972 m m / b i n pada t a h u n 1958 dari p a d a di Aceh, hal ini terjadi kemungkinan pengaruh lokal yang lebih dominan. • Kondisi c u r a h hujan p a d a bulan basah (DJF) di daerah Aceh d a n daerah Solok berada dalam kondisi normal. • Sedangkan kondisi curah hujan di bulan-bulan kering (JJA) u n t u k Aceh pada periode ke J J A - 7 (1961-1990), J J A - 8 (1971-2000) dan JJA-9 (19812003) berada di bawah normal, sedangkan u n t u k daerah Solok normal. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis m e n g u c a p k a n terimakasih kepada Prof. DR. Mezak A. Ratag, yang telah membimbing penulis u n t u k penelitian ini. DAFTAR RUJUKAN BMG, 2002. Prakiraan Musim Kemarau 2002 di Indonesia. Hamada, J.I., 2 0 0 3 . Intra seasonal and Diurnal variation of Rainfall Over Sumatra Barat. Buku Panduan Workshop Pemanfaatan Informasi Iklim Pertanian di S u m a t r a Barat. Ramage, 1971. Monsoon Meteorology, Academic Press. Inc, International Geophisics. Series, Vol 15. Tjasjono, B. 1999. Klimatologi Umum, Penerbit ITB Bandung. 11