Jurnal Program Studi Sejarah STKIP PGRI Sidoarjo GENTA Vol. 2 No. 2, September 2014 ISSN : 2337-9707
PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN PUNCAK DARUSSALAM TAHUN 2005-2013 (DEVELOPMENT OF COTTAGE BOARDING PUNCAK DARUSSALAM 2005-2013) Lukman.
[email protected]. Fatihkul Amin Widjijanto Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sidoarjo Jl. Jenggala Kotak Pos 149 Kemiri Sidoarjo ABSTRAK Penelitian ini di latarbelakangi oleh perkembangan Pondok Pesantren Puncak Darussalam yang sangat menarik untuk dikaji karena pondok pesantren tersebut bisa mencetak generasi muda dan anak usia dini bisa membaca kitab kuning, baik yang berhubungan dengan Al Quran, Hadist, fiqih, dan tauhid melalui metode Iktisyaf. Adapun rumusan masalahnya adalah yang pertama fungsi elemen Pondok Pesantren Puncak Darussalam kedua latarbelakang pembuatan metode Iktisyaf ketiga perkembangan Ponpes Puncak Darussalam tahun 2005-2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah heuristik, kritik, interpretasi, historiografi. Adapun perkembangan Pondok Pesantren Puncak Darussalam tahun 2005 pondok pesantren tersebut masih menerapkan metode Bandongan dan Weton dan patokan awal berdirinya Ponpes Puncak Darussalam tahun 2005-2007 diterapkan metode Iktisyaf juz 1 dan 2, tahun 2008 berdirinya pendidikan formal, tahun 2010 dibuatnya metode Al Kassyaf. Kata konci: Iktisyaf, perkembangan Pondok Pesantren Puncak Darussalam ABSTRACT This research in the wake of the development of the Boarding Peak Darussalam very interesting to study because it is able to print a boarding school youth and young children can read the yellow book, whether related to the Quran, Hadith, Fiqh, and monotheism through Iktisyaf methods. The formulation of the problem is the first function element Boarding second peak Darussalam background Iktisyaf third method of making Ponpes developments highlight Darussalam years 2005-2013. The method used in this study is heuristic, criticism, interpretation, historiography. The development Boarding Peak Darussalam 2005 the boarding schools still apply methods and benchmark Bandongan and Weton inception Peak Darussalam 2005-2007 Ponpes applied methods Iktisyaf chapters 1 and 2, 2008, the establishment of formal education, in 2010 he made Al Kassyaf method. 249
Jurnal Program Studi Sejarah STKIP PGRI Sidoarjo GENTA Vol. 2 No. 2, September 2014 ISSN : 2337-9707
Key Word: Iktisyaf, development Boarding Peak Darussalam
PENDAHULUAN Negara Indonesia merupakan negara yang plural dan terbesar nomor empat di dunia yang didalamnya terdapat beragam–ragam Etnis dan Ras dan juga sebagai negara multi agama. diantranya agama yang berkembang di Indonesia adalah Islam, Kristen, Hindu, Buddha, Konghucu. Akan tetapi yang mendominasi terhadap komunitas bangsa Indonesia adalah agama Islam. Berdasarkan jumlah komunitas muslim tertinggi di Indonesia, sangat membutuhkan wadah untuk menimba ilmu agama bagi golongan remaja yang dikenal di Indonesia dengan sebutan Pesantren. Tujuanya untuk menstranformasikan ilmu agama. Selaras dengan pelajaran di pesantren, ada sebuah implikasi penting yang layak untuk menjadi bahan kajian, yaitu penyebaran bahasa Arab, sebagai bahasa kitab suci Al-Quran, bahasa ibadah, dan khasanah keilmuan Islam yang menurut penulis, bahasa Arab dan penyebaran Islam di Indonesia merupakan dua bagian yang tidak bisa dipisahkan, karena bahasa ini selalu melekat dalam aktivitas ibadah yang dilakukan seorang muslim, terutama dalam sholat, inilah alasan utama dan pertama kali umat Islam memiliki keinginan mempelajari bahasa Arab, mulai dari pelafalan, pemahaman, dan lain sebagainya. Penguasaan bahasa arab yang mayoritas dipelajari di Pondok Pesantren, faktanya masih banyak santri yang tinggal di Pondok pesantren bertahun-tahun masih mengalami kegagalan dalam penguasaan kitab kuning. Padahal semua orang tua santri mengaharapkan anaknya untuk bisa menguasai atau membaca kitab kuning. Di karenakan penguasan kitab kuning merupakan kunci utama untuk membuka pengetahuan agama Islam.
Maka dari itu peneliti ingin meneliti
perkembangan Pondok Pesantren Puncak Darussalam yang sedang mengalami perkembangan melalui metode Iktisyaf yang sebelumnya belum diteliti secara ilmiah. 250
Jurnal Program Studi Sejarah STKIP PGRI Sidoarjo GENTA Vol. 2 No. 2, September 2014 ISSN : 2337-9707
Bahasa Arab di Pondok Pesantren sebagai inti pokok pelajaran yang dianggap penting, maka pengasuh Pondok Pesantren Puncak Darussalam membuat metode alternatif
(cara mudah membaca teks bahasa arab) supaya
Santri tidak membutuhkan waktu lama berada di Pondok Pesantren. Sehingga semenjak adanya metode Iktisyaf di Pondok Pesantren Puncak Darussalam banyak mengeluarkan alumni yang pandai dalam membaca kitab kuning. Sehingga
banyaknya alumni cerdik dan pandai tersebut, masyarakat tertarik
untuk memondokan anaknya ke Pondok Pesantren Puncak
Darussalam.
Berdasarkan realita di atas. penulis merasa terpanggil untuk mengkaji tentang perkembangan Pondok Pesantren Puncak Darussalam dengan judul sejarah perkembangan Pondok Pesantren Puncak Darussalam pada tahun 2005 sampai 2013. Rumusan masalah Bagaimana fungsi Elemen-elemen Pondok Pesantren Puncak Darussalam?, Apa latar belakang Kiai Hannan Tibyan membuat metode Iktisyaf ?, Bagaimana perkembangan Pondok Pesantren Puncak Darussalam sebelum dan sesudah menggunakan metode Iktisyaf mulai 2005 sampai tahun 2013?. Tujuan penelitian adalah Menganalisis fungsi Elemen-elemen Pondok Pesantren Puncak Darussalam, Mengidentifikasi latarbelakang kiai Hannan Tibyan membuat metode Iktisyaf, Memberikan telaah tentang perkembangan Pondok Pesantren Puncak Darussalam sebelum dan sesudah menggunakan metode Iktisyaf mulai 2005 sampai tahun 2013. Metode penelitian Penelitin yang berjudul perkembangan Pondok Pesantren Puncak Darussalam pada tahun 2005 sampai 2013 ini termasuk penelitian sejarah. Maka penulis menggunakan metode yang khusus untuk penelitian sejarah diantranya adalah heuristic, kritik, interpretasi, dan historiografi Heuristic yaitu meliputi pengumpulan data-data dari berbagai sumber. Sumber-sumber tersebut berupa sumber tertulis dan tidak tertulis sumber tertulis berupa buku-buku, browsimg internet, dan dokumen koleksi pribadi. Sumber tidak tertulis berupa sumber-sumber lisan penulis lakukan dengan metode 251
Jurnal Program Studi Sejarah STKIP PGRI Sidoarjo GENTA Vol. 2 No. 2, September 2014 ISSN : 2337-9707
wawancara dengan informan-informan terutama dengan kiai Hannan Tibyan dan asatid (yang menjadi guru pengajar di pondok pesantren Puncak Darussalam) Heuristic heuristic penulis
melakukan kritik. Tujuanya adalah untuk
menyeleksi data-data yang telah didapat dari suatu data untuk dijadikan fakta. Mengkritik sumber berarti penulis ingin menjauhkan dari bahan- bahan yang tidak otentik (palsu) adapun kritik terbagi menjadi dua yaitu kritik eksteren dan intern. Interpretasi sumber, penulis menyusun fakta-fakta dari sumber sejarah yang sudah diperoleh secara kronologis menghubungkan fakta- fakta satu dengan fakta yang lain sehingga memperoleh kesimpulan yang obyektif dan rasional dengan berdasar pada aspek pembahasan yang telah diuraikan di atas. Historiografi penulisan sejarah merupakan puncak dari segalanya, sebab apa yang ditulis itulah sejarah, dengan adanya hasil penulisan ini yang dinamakan historiografi. HASIL DAN PEMBAHASAN Pondok Pesantren Puncak Darussalam terletak di Desa Poto’an Daya Kacamatan Palengaan Kabupaten Pamekasan. Alasan Kiai Hannan Tibyan memberi nama Puncak Darussalam, karena pondok pesantren tersebut terletak di atas bukit. Pondok Pesantren Puncak Darussalam sudah bisa dikatakan pondok pesantren karena sudah mempunyai lima elemen dasar pesantren diantaranya kiai, masjid, santri, asrama, kitab kuning. Dari lima elemen dasar tersebut mempunyai fungsi dan peran masing masing di dalam pesantren. Kiai Hannan Tibyan adalah putra pertama dari Ahmada Tibyan. Beliau dilahirkan di Desa Toronan Oro Pamekasan. Pada hari jumat tanggal 4 Juni 1997 beliau menikah dengan putri
ketiga Kiai Muhammad Syamsul Arifin selaku
Pengasuh Pondok Pesantren Banyuanyar. Tahun 2004 beliau pulang dari Mekkah Al Mukarromah beliau diberi sebidang tanah oleh Kiai Muhammad Syamsul Arifin yang terletak di Desa Poto’an Daya sebelah utara Pondok Pesantren Banyuanyar untuk ditempati sebagai kediaman beliau tepatnya pada tanggal 22 252
Jurnal Program Studi Sejarah STKIP PGRI Sidoarjo GENTA Vol. 2 No. 2, September 2014 ISSN : 2337-9707
juni 2005 atau 15 Jumadil Akhir 1426 hijriah beliau resmi menempati kediamannya yaitu Desa Poto’an Daya Kecamatan Pelenggan Kabupaten Pemekasan serta menerapkan metode Iktisyaf kepada santrinya. LATARBELAKANG KIAI HANNAN TIBYAN MEMBUAT METODE IKTISYAF Latarbelakang Kiai Hannan Tibyan membuat metode Iktisyaf yaitu, yang pertama ingin mengembalikan kaum muslimin faham dan mengerti Al Quran dan As Sunnah secara kaidah Bahasa Arab karena orang yang tidak faham terhadap kaidah Bahasa Arab bisa terjerumus dalam pemahaman yang salah, seperti yang telah terjadi pada zaman Khalifah Ali Bin Abi Tholib. Dikisahkan dari Abul Aswad ad-Du’ali, ketika ia melewati seseorang yang sedang membaca al-Qur’an, ia mendengar sang qari membaca surat at-Taubah ayat 3 dengan ucapan, ( َأَ َّن هللا ُ )بَ ِرى ٌء ِّمهَ ا ْل ُم ْش ِر ِكيهَ َو َرسُولِه, dengan mengkasrahkan huruf lam pada kata rasuulihi yang seharusnya di dhommah. Menjadikan artinya “…Sesungguhnya Allah berlepas diri dari orang-orang musyrik dan rasulnya…” Hal ini menyebabkan arti dari kalimat tersebut menjadi rusak dan menyesatkan. Seharusnya kalimat tersebut adalah, (ُ هللا َب ِرى ٌء ِمهَ ا ْل ُم ْش ِر ِكيهَ َو َرسُوْ لُه َ “ )أَ َّنSesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrikin.” Karena mendengar perkataan ini, Abul Aswad ad-Du’ali menjadi ketakutan, ia takut keindahan Bahasa Arab menjadi rusak dan gagahnya Bahasa Arab ini menjadi hilang, padahal hal tersebut terjadi di awal mula daulah Islam.
Tujuan yang kedua mengembalikan umat Islam memahami asal-usul ilmu pengetahuan yang telah dikembangkan oleh umat Islam abad pertengahan, terutama di khususkan kepada Santri Puncak Darussalam agar bisa memahami ayat-ayat kauniah yaitu ayat yang di dalamnya terkandung fenomena kongkrit yang cendrung menyentuh ilmu kealaman, seperti ilmu Fisika, Kimia, Biologi. Allah juga menegaskan di dalam Al Quran bahwa, Al Quran itu adalah kitab suci yang di dalamnya terkandung berbagai macam ilmu pengetahuan, kalau sekiranya manusia ingin menulis ilmu pengetahuan tersebut manusia tidak akan bisa 253
Jurnal Program Studi Sejarah STKIP PGRI Sidoarjo GENTA Vol. 2 No. 2, September 2014 ISSN : 2337-9707
menulisnya. Allah berfirman di dalam Surah Al Kahfi ayat 109 yang artinya “katakanlah Muhammad seandainya lautan menjadi tinta untuk menulis kalimatkalimat tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat tuhanku, meskipun kami datangkan sebanyak itu pula”. Dalam ayat lain Allah memberikan gambaran tentang teknologi yang menjadi landasan ilmuwan muslim diantaranya tertulis dalam (QS. Yunus, 10:101). Yang artinya “perhatikanlah apa yang ada di antara langit dan bumi. ( QS.Al ambiya’21:16). yang artinya. Dan saya ini tidak menciptakan langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya secara main- main”.
Apabila dicermati ayat tersebut di atas tampak bahwa pengamatan terhadap alam semesta adalah perintah dari Allah SWT yang menciptakan langit. Ayat-ayat kauniah yang dijadikan landasan oleh umat Islam yang pernah mengalami kejayaan di bidang Iptek sebelum orang-orang barat mengalami kejayaan yaitu dimulai pada abad VIII sampai dengan abad XIII. Setelah abad tersebut Iptek dikalangan umat Islam meluncur dengan derasnya sampai dengan sekarang. Islam sangat disegani baik lawan maupun kawan Nabi Muhammad juga memerintahkan kepada umat Islam untuk mencari ilmu di berbagai belahan dunia. Rasulluah Muhammad SAW terutama hadistnya yang populer yang artinya “carilah ilmu walaupun ke negeri Cina". Dengan prinsip tersebut, kaum muslimin berlomba-lomba mencari ilmu pengetahuan ke berbagai penjuru dunia baik Sains yang berasal dari Yunani, Persia , India, dan Cina. Latarbelakang yang kedua adalah Mengembalikan Identitas Pondok Pesantren dalam penguasaan Al Quran dan Kaidah Bahasa Arab. Perkataan pesantren berasal dari kata santri, yang dengan awalan pe di depan dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri untuk menuntut ilmu agama. Sedangkan kata santri pada umumnya memiliki dua makna, pertama; santri adalah orang yang belajar agama Islam di pondok pesantren. Kedua santri adalah gelar bagi orang-orang sholeh dalam agama Islam. Santri, pengambil alihan dari bahasa Sanskerta yaitu
254
Jurnal Program Studi Sejarah STKIP PGRI Sidoarjo GENTA Vol. 2 No. 2, September 2014 ISSN : 2337-9707
shastri yang memiliki akar kata yang sama dengan kata sastra yang berarti kitab suci agama dan pengetahuan. .Adapun tugas utama santri tinggal atau mondok di pondok pesantren adalah untuk belajar agama Islam, karena belajar agama Islam merupakan kewajiban, perintah dari agama. Sebagaimana Rasulullah SAW mewajibkan umat Islam belajar ilmu agama baik laki-laki maupun perempuan sebagaimana sabda beliau yang mulia, tholabul ilmi faridatun ala kulli muslimin wa muslimatin. Untuk memahami Islam dengan baik dan benar santri diwajibkan untuk menguasai bahasa arab beserta kaidahnya, karena dengan penguasaan bahasa arab tersebut santri bisa mengambil dalil dari sumbar agama Islam yaitu Al Quran Dan As Sunnah. Melalui alasan yang telah dijelaskan di atas, Kiai Hannan Tibyan dalam pembuatan metode Iktisyaf adalah agar masyarakat Desa Potoan Daya dan sekitarnya khususnya santri Pondok Pesantren Puncak Darussalam bisa memahami Al Quran dan As Sunnah dengan baik sesuai dengan pemahaman para Sahabat dan Salafussoleh. Melihat sejarah masa lampau. Sebuah Negara yang berdasarkan pada Al Quran dan Sunnah Rasululloh SAW pertama kali berdiri adalah Negara Madinah. Negara Islam pertama di dunia. Negara tersebut berkeyakinan dan mempraktikkan sepenuhnya ajara-ajaran Al Quran. Dengan sistem yang dianut oleh Negara Madinah itu, penduduknya dapat menikmati kedamaian, kemakmuran, persatuan, dan kesatuan politik. Pemahaman masyarakat Madinah
terhadap Al Quran
dengan benar sesuai dengan tata bahasa arab, Kiai Hannan Tibyan ingin mengembalikan masyarakat muslim Indonesia khususnya masyarakat Poto’an Daya dan sekitarnya agar menjadi masyarakat Qurani yang sejalan pemahamanya dengan masyarakat Madinah. Kiai Hannan Tibyan melihat fenomena yang terjadi sekarang, banyak umat muslim Indonesia yang pandai membaca Al Quran, akan tetapi mereka tidak faham terhadap isi dan kandungan
Al Quran. Sehingga
dengan kebodohan umat Islam tersebut, umat Islam taqlid buta dalam parkara agama, mereka yakin kalau penginkutnya banyak, itulah yang paling benar. 255
Jurnal Program Studi Sejarah STKIP PGRI Sidoarjo GENTA Vol. 2 No. 2, September 2014 ISSN : 2337-9707
Sedangkan Allah telah menegaskan dalam firmanya yang mulia yang artinya dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Yang mereka ikuti hanya perasangkaan belaka dan mereka hanyalah membuat kebohongan. Berdasarkan ayat ini, Indonesialah yang paling banyak ajaran
baru yang bukan ajaran umat Islam dimasukkan
menjadi ajaran Islam seperti Islam Kejawen, Sapto Darmo. Berdasarkan realita yang telah terjadi di masyarakat tersebut di atas. Kiai Hannan Tibyan yakin dengan metode Iktisyaflah masyarakat Poto’an dan sekitarnya khususnya Santri Pondok Pesantren Puncak Darussam bisa mengembalikan ajaran Islam, menafsirkan, memahami Al Quran dengan baik dan benar. PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN PUNCAK DARUSSALAM TAHUN 2005-2013 1. Proses pengajaran di Pondok Pesantren Puncak Darussalam tahun 2005 samapai 2006 Pondok Pesantren Puncak Darussalam tahun 2005 sampai 2006 sistem pengajarnya masih menggunakan sistem pesantren zaman dahulu dan lebih banyak memperhatikan pengajaran kitab-kitab klasik yang dikarang oleh ulama salaf yang mengadopsi Mazhab Syafi’e. Tujuan utama pengajaran ini ialah untuk mendidik calon-calon ulama. 2. Sistem Pengajaran di Pondok Pesantren Puncak Darussalam Adapun metode pengajaran di Pondok Pesantren Puncak Darussalam sebagai berikut. Metode bandongan atau weton yaitu, dalam metode ini sekelompok 5 murid sampai 50 mendengarkan guru yang membaca, menerjemahkan, menerangkan, dan para santri memberikan makna kundul di bawah deretan teks serta memberikan keterangan di pinggir kitab. Biasanya waktu pengajaranya diberikan setelah waktu sholat fardu.
256
Jurnal Program Studi Sejarah STKIP PGRI Sidoarjo GENTA Vol. 2 No. 2, September 2014 ISSN : 2337-9707
Metode sorongan yang diterapkan di Pondok Pesantren Puncak Darussalam yaitu, pembacaan di hadapan kyai atau asatid, yakni setiap murid secara bergiliran manghadap dan membawa Al Quran, kemudian kyai atau asatid menyuruh santri membacanya serta memperbaiki bacaan makhroj dan tajwid. Selain menerapkan dua metode tersebut, santri yang tinggal menetap di Pondok Pesantren Puncak Darussalam diberi kesempatan untuk mengenyam pendidikan formal di Pondok Pesantren Banyuanayar karena jarak Pondok Pesantren Puncak Darussalam dekat dengan Pondok Pesantren Banyuanyar. Alasan utama kenapa Pondok Pesantren Puncak Darussalam masih belum memiliki lembaga formal, alasan pertama adalah. karena jumlah santri yang menetap atau tinggal di Pondok Pesantren Puncak Darussalam masih 40 santri tetap, 60 santri (colokan) kalong. Alasan kedua adalah, Pondok Pesantren Puncak Darussalam baru berdiri dan belum siap untuk mendirikan pendidikan formal serta Segala fasilitas Pondok Pesantren Puncak Darussalam masih terbatas.
A. Perkembangan
Pondok
Pesantren
Puncak
Darussalam
sesudah
menggunakan metode Iktisyaf 2006-2013 Tahun 2006-2007 merupakan awal perkembangan Pondok Pesantren Puncak Darussalam, ditandai dengan dibuatnya metode Iktisyaf juz pertama tahun 2006 juz kedua tahun 2007. Setelah pembuatan metode Iktisyaf, Kyai Hannan Tibyan mengajar para asatid selama dua bulan untuk menjadi tenaga pengajar. Setelah para asatid menguasai metode Iktisyaf juz pertama dan juz kedua tersebut, Kyai Hannan Tibyan menyuruh para asatid untuk mengajarkan metode tersebut kepada para santri, sakaligus beliau ikut serta di dalamnya. Selama dua tahun lamanya, Pondok Pesantren Puncak Darussalam berhasil menerapkan metode Iktisyaf, keberhasilan tersebut dibuktikan adanya Santri Puncak Darussalam yang pandai membaca kitab kuning dengan dasar Nahwu Sorrof dengan benar sejak usia dini, walaupun Pondok Pesantren Puncak Darussalam berhasil menerapkan metode Iktisyaf, Pondok Pesantren Puncak Darussalam masih mempertahankan 257
Jurnal Program Studi Sejarah STKIP PGRI Sidoarjo GENTA Vol. 2 No. 2, September 2014 ISSN : 2337-9707
metode lama yaitu bandogan / waton, dan sorongan. Keberhasilan
metode ini,
juga dirasakan langsung oleh Pondok Pesantren Banyuanyar dan merambak beberapa pesantren di tanah air. Keberhasilan metode Iktisyaf
di Pondok
Pesantren Puncak Darussalam ini membuat penduduk di sekitar Pondok Pesantren Puncak Darussalam dan di luar Kabupaten Pamekasan tertarik untuk menitipkan anaknya ke Pondok Pesantren Puncak Darussalam dan belajar langsung kepada pencetus metode Iktisyaf. Seiring waktu santri yang belajar di Pondok Pesantren Puncak Darussalam semakin bertambah mushollah yang berukuran 6 X 9 M kini harus diperluas. Harapan masyarakatpun terhadap Kyai Hannan Tibyan akan pendidikan anak-anaknya bertambah besar diharapkan Kyai Hannan Tibyan bukan hanya mengajarkan teori Iktisyaf ini saja untuk memahami kitab- kitab Bahasa Arab akan tetapi diharapkan berkenan mendidik putra putrinya disiplin ilmu lainya. Dalam membagun pondok pesantren, Kyai Hannan Tibyan berpendapat bahwa generasi masa depan harus generasi yang bertauhid berakhlakul karimah, multiskill, serta mempunyai semagat juang yang tinggi untuk ikut serta membagun tatanan dunia yang harmunis, agamis, serta seimbang. Maka dari itulah dalam mencetak generasi masa depan, pendidikan di Pondok Pesantren Puncak Darussalam terbagun dari dua pilar generasi ulil albab( orang-orang yang mempunyai pikiran). Yaitu Spiritual Quation (SQ) dan Intelektual Quation (IQ) serta menyinergikan konsep iman sebagai tujuan dan ilmu pengetahuan sebagai pengantar. Dengan alasan tersebut di atas, Pondok Pesantren Puncak Darussalam mendirikan lembaga formal MTS dan MA. 1)
Sistem Pengajaran Pondok Pesantren Puncak Darussalam setelah
menggunakan metode Iktisyaf Sistem pengajaran di Pondok Pesantren Puncak Darussalam setelah menggunakan metode Iktisyaf masih mempertahankan metode lama yaitu Bandongan dan Sorongan dan ditambah pembelajaran metode Iktisyaf.
258
Jurnal Program Studi Sejarah STKIP PGRI Sidoarjo GENTA Vol. 2 No. 2, September 2014 ISSN : 2337-9707
2) Sekolah / Madrasah (Modern) di Pondok Pesantren Puncak Darussalam Sistem Madrasah di Pondok Pesantren Puncak Darussalam Desa Poto’an Daya Kecamatan Palenggan Kabupaten Pamekasan ada beberapa unit, yakni diantaranya Madarsah Tsyanawiyah dan Madrasah Aliyah. Lembaga tersebut didirikan pada awal tahun 2008 dan masih paralel ( ujian Semester dan Unas ) ke lembaga Pondok Pesantren Banyuanyar. Pada tahun 2011 Pondok Pesantren Puncak Darussalam sudah bisa mengadakan semester dan Unas sendiri. 3) Sistem pembelajaran Pendidikan Formal MTS dan MA di Pondok Pesantren Puncak Darussalam sistem pembelajaran yang diterapkan di lembaga formal di Pondok Pesantren Puncak Darussalam adalah sistem bimbingan sehingga setiap santri dapat dikontrol perkembangannya setiap saat, baik dari segi perkembangan keilmuan, ibadah, fisikologi, dan perkembangan jasmaniahnya. hasil bimbingan ini dibawa kepengasuh untuk dievaluasi bersama disidang Dewan Pembina Pondok Pesantren Puncak Darussalam. 4) Organisasi internal di Pondok Pesantren Puncak Darussalam Melihat perkembangan zaman yang semakin maju, dan modern. Kiai Hannan Tibyan menyadari pentingnya sebuah organisasi di dalam pesantren. Beliau mengatakan bahwa kemajuan pesantren tergantung pada perkembangan organisasi yang ada di dalamnya, maka dari itu setiap santri diberi kesempatan untuk memilih kegiatan profesionalisme disiplin keilmuan yang sesuai dengan bakat dan minat mereka, berupa pendalaman Bahasa Arab, Bahasa Ingris, dan Tahfizul Quran, diharapkan selepas belajar di Pondok Pesantren Puncak Darussalam bisa menyebarkan kebenaran Al Quran dan Sunnah Rosul kesuluruh dunia. Dengan alasan tersebut Pondok Pesantren Puncak Darussalam mendirikan organisasi sebagai berikut. 1. MBA Makaz Bahasa Arab 2. PEC Puncak Englis Centre 3. Tahfizul Quran. Selain membentuk organisasi internal. Pondok Pesantren Puncak Darussalm membiasakan hidup sehat setiap santri 259
dimewajibkan berolahraga
Jurnal Program Studi Sejarah STKIP PGRI Sidoarjo GENTA Vol. 2 No. 2, September 2014 ISSN : 2337-9707
sesuai minat dan kegemaran mereka yaitu dengan menyediakan kelengkapan olahraga yang mereka inginkan sebagai berikut. 1. Sepak Bola 2. Bulu Tangkis 3. Pancak Silat C.
Metode Iktisyaf di Pondok Pesantren Puncak Darussalam Metode Iktisaf adalah metode akselerasi percepatan membaca Kitab Kuning
yang di dalamnya terpadu tiga kitab yang pertama Fathul Qorib Al Mujib kedua Amsilatuttasrif yang ketiga dalah Kitab Imriti. Adapun persyratan santri yang ingin belajar dan
mondok di Pondok Pesantren Puncak Darussalam harus
memenuhi persyaratan, diantaranya sebagai berikut. Yang pertama anak yang ingin mondok ke Pondok Pesantren Puncak Darussalam harus lancar membaca Al Quran baik dari segi makhrojnya dan tajwidnya. Persyaratan yang kedua santri harus bisa menulis Bahasa Arab 1. Sistem pembelajaran metode Iktisyaf Sistem yang di terapkan di dalam metode Iktisyaf adalah sistem tutorial kelompok-kelompok yang dipandu oleh asatid. Satu kelompok dibimbing oleh satu ustad. Ustad yang sudah professional memegang dua puluh santri sedangkan ustad yang baru belajar mengajar (belajar) memegang antara lima sampai sepuluh santri. Cara penyampaian metode Iktisyaf yang pertama ustad membacakan, santri memberi syakal yang kedua memberi makna samapai mereka hafal karena penekanan dalam metode Iktisyaf harus hafal, Kemudian dibaca bersama. Yang ketiga menentukan kedudukan setiap kalimat secara Nahwiyah beseta dalil yang diambil dari Kitab Imriti, yang keempat menentuakan bentuk kalimat secara Sorfiah. Setelah para santri menerima empat pembelajaran tersebut di atas, tutor memberi soal yang berkaitan dengan materi yang telah disampaikan dan ditanyakan kepada setiap individu. Simpulan Pertama melalui metode Iktisyaf, pengasuh Pondok Pesantren Puncak Darussalam menekankan kepada semua Santrinya untuk bisa menguasai Kitab 260
Jurnal Program Studi Sejarah STKIP PGRI Sidoarjo GENTA Vol. 2 No. 2, September 2014 ISSN : 2337-9707
Kuning (Nahwu dan Sorrof) tujuan dari pada penguasaan tersebut adalah agar mereka mengerti ayat-ayat kauniah. Kedua tugas santri yang paling utama mondok di pondok pesantren adalah belajar ilmu agama, Berdasarkan tugas santri tersebut, Pengasuh Pondok Pesantren Puncak Darussalam ingin mengembalikan masyarkat Poto’an Daya dan Santri Puncak Darussalam khususnya bangsa Indonesia agar memahami Al Quran dan As Sunnah sesuai dengan pemahaman para sahabat Nabi yaitu dengan cara dibuatkanya metode Iktisyaf dan MBA sebagai alternatif untuk memahami keduanya. Ada dua inti perkembanagan Pondok Pesantren Puncak Darussalam sebelum menerapkan metode Iktisyaf. Pertama tahun 2005 sampai 2006 sistem pengajarnya masih menggunakan sistem pesantren zaman dahulu dan lebih banyak memperhatikan pengajaran kitab-kitab klasik yang dikarang oleh ulama yang mengadopsi Mazhab Syafi’e. Kedua terletak pada metode pengajaran yaitu menggunakan dua metode bandongan atau weton dan sorongan. Metode tersebut diterapkan pada awal berdirinya Pondok Pesantren Puncak Darussalam, dimulai pada tahun 2005-2006. Ada empat inti perkembanagn Pondok Pesantren Puncak Darussalam setelah menggunakan metode Iktisyaf. yang pertama terletak pada Sistem Pengajaran.
tahun 2006 Pondok Pesantren Puncak Darussalam sudah mulai
menerapkan metode Iktisyaf. Salain menerapkan metode tersebut Pondok Pesantren Puncak Darussalam masih menggunakan metode lama yang telah dijelaskan di atas
. yang kedua awal tahun 2008 Pondok Pesantren Puncak
Darussalam mendirikan pendidikan formal MTS MA dan sistem pembelajaranya menggunakan sistim bimbingan.. Tahun 2010 Pondok Pesantren Puncak Darusalam membuat metode Al Kassyaf. Selain mendirikan lembaga formal Pondok Pesantren Puncak Darussalam juga mendirikan organisasi internal yaitu MBA, PEC, Tahfidzul Quran, sepakbola, bulutangkis, pancaksilat.
261
Jurnal Program Studi Sejarah STKIP PGRI Sidoarjo GENTA Vol. 2 No. 2, September 2014 ISSN : 2337-9707
DAFTAR RUJUKAN Abdurrahman, D. (2007). Metode Penelitian Sejarah . Jogjakarta : Ar Ruzz Media A'la, a. (2006). Pembaruan Pesantren . Jogjakarta: LKis. Banna, h. A. (1993). Menuju masyarakat qurani . Surabya : Pustaka Progresif. Dhafir, z. (1982). Tradisi pesantren . Jakarta: LP3ES. Hamdi, r. A. (2009). Santri sableng . Jogjakarta : Lautika . M.BA., r. (1997). Aliran Kepercayaan Dan Kebatinan . Surabaya : Pustaka Progresif . MAHLLI, M. (1989). Kode Etik Santri . Bandung : Al Bayan . QOMAR, M. (2005). Pesantren Dari Transformasi Metodelogi Menuju Demokratisasi Industri . Surabaya : Pustaka Progresif. Sarton, G. (1989). Barat Timur dan Islam Dalam Pengembangan Peradaban . Surabaya : Pustaka Progresif. Sholihuddin. (2007). Kiai Dan Politik Kekuasaan . Surabaya : FKPI. Sidiq, m. A. (2000). Pegembangan Wawasan Iptek Pondok Pesantren . Jakarta : Amzah. Smith, H. (2001). Agama Agama Manusia . Jakarta : Yayasan Obor Indonesia . Suismanto. (2004). Menelusuri Jejak Pesantren . Jogjakarta : Alief Fress. Sukamto. (1999). Kepemimpinan Kiai Dalam Pesantren . Jakarta : LP3ES. Sukanto. (1994). Al Quran Sumber Inspirasi . Surabaya : Risalah Gusti . Sukri, K. (2010 ). Perkembangan Nawu Arab . Kuala Lumpur: Dewan Bahasa Dan Pustaka . 262
Jurnal Program Studi Sejarah STKIP PGRI Sidoarjo GENTA Vol. 2 No. 2, September 2014 ISSN : 2337-9707
Tontowi, a. A. ( 1992). Selamatkanlah Quranmu Wahai Muslimin. Surabaya Pustaka Progresif. Hannan .(2014).Wawancara Dengan Pengasuh Pesantren Puncak Darussalam di Desa Poto’an Daya 27 Agustus Ust Adnan .(2014).Wawancara Dengan Pengurus Pesantren Puncak Darussalam di Desa Poto’an Daya 27 Agustus
263