Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 2, No. 1, Januari 2009
PERDAGANGAN BILATERAL ANTARA INDONESIA DENGAN NEGARA-NEGARA PATNER DAGANG UTAMA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL GRAVITASI Sarwoko * * Alumni Fakultas Ekonomi dan Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Dosen STIE BBANK Yogyakarta ABSTRAK This paper is made to provide a theoretical justification for using the gravity model in the analysis of bilateral trade and apply the generalized gravity model to analyse the Indonesia’s trade(non-oil and gas) with its main trading partners (twelve Countries) using the pooled data estimation technique. In the model, the bilateral trade is linear function of economic size of the country (GDP), GDP per capita, and geographical distance between recipient export countries and export country(Indonesia). The result show that the Indonesia’s trade (total trade or export, respectively) are positively determined by the the size of economies, GDP per capita of the partners and negatively determined by geographical distance between Indonesia and its the main trading patners. The GDP and GDP per capita of Indonesia has no effect on the Indonesia’s trade, even negative coefficients. It may be because an increase of Indonesian income is to spend to domestic products so that reduce Indonesia’s export. However, most variables of standardized gravity model were statistically significant on Indonesia’s trade.
Tulisan ini menggambarkan suatu pembenaran teoritis dalam menggunakan model gravitasi untuk menganalisis perdagangan bilateral dan menggunakan model umum gravitasi itu untuk menganalisis perdagangan non-migas Indonesia dengan negara-negara patner dagang utama meliputi 12 negara dengan menggunakan teknik estimasi data pool. Dalam model itu, perdagangan bilateral merupakan fungsi linear dari ukuran-ukuran ekonomi negara (PDB/GDP), GDP per kapita, dan jarak geografis antara negara-negara penerima ekspor dan negara ekspor (Indonesia). Hasil analisis menunjukkan bahwa perdagangan Indonesia (masing-masing total perdagangan atau ekspor) secara positif dipengaruhi oleh ukuran-ukuran ekonomi, Produk Domestik Brotto/Gross Domestic Product, Produk Domestik Brotto per kapita dari negara-negara patner dagang utama, dan secara negatif dipengaruhi oleh jarak geografis antara Indonesia dengan negara-negara patner dagang utama tersebut. Produk Domestik Brotto dan Produk Domestik Brutto per kapita Indonesia tidak berpengaruh terhadap perdagangan Indonesia, bahkan arah koefisiennya negatif. Ini mungkin disebabkan kenaikan penghasilan orangorang Indonesia dibelanjakan untuk barang-barang buatan dalam negeri sehingga mengurangi ekspor Indonesia ke negara-negara patner dagang utama. Namun demikian, kebanyakan variable-variabel untuk model gravitasi standard berarti terhadap perdagangan Indonesia.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 2, No. 1, Januari 2009
1. PENDAHULUAN Perdagangan internasional merupakan garis yang mengkaitkan perekonomian Indonesia dengan perekonomian dunia. Melalui perdagangan internasional ini Indonesia dapat memperoleh penerimaan untuk pembangunan dalam negeri. Oleh karena itu perkembangan perekonomian dunia mempengaruhi pula kondisi dan situasi perekonomian di dalam negeri. Kinerja ekspor selama lima tahun terakhir mengalami fluktuasi, namun demikian neraca perdagangan selalu menunjukkan plus, ekspor lebih besar daripada impor. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perdagangan internasional Indonesia telah mampu menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selama dua tahun terakhir di tengah melemahnya investasi, ekspor mampu menggerakan perekonomian Indonesia setelah konsumsi. Nilai ekspor mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Tahun 2006 untuk pertama kalinya ekspor menembus angka di atas US$ 100 miliar, yaitu tepatnya sebesar US$ 100,7 miliar, atau naik 17,6 persen dibanding tahun sebelumnya. Kenaikan ini terdiri dari kenaikan ekspor migas yang meningkat sebesar 10,2 persen menjadi US$ 21,2 miliar dan nonmigas yang meningkat 19,7 persen menjadi US$ 79,5 miliar. Tahun 2007 ekspor naik cukup kuat menjadi US$ 118 miliar atau naik 14% dari tahun 2006. Peningkatan ekpsor ini merupakan sumbangan ekspor non migas yang juga mengalami peningkatan sebesar 15,51 persen. Sebagian besar nilai ekspor non migas merupakan ekspor hasil industri yang nilainya mencapai US$ 55.277,50 juta atau 60,13 persen dari total ekspor non migas (Deperrindag, 2007) Meskipun eskpor nonmigas Indonesia menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, namun berbagai masalah dan tantangan perlu segera diatasi, salah satunya adalah bahwa ekspor nonmigas Indonesia masih terkonsentrasi di empat besar pasar ekspor tradisional (Jepang, Amerika Serikat, Singapora, China dan India) dengan pangsa sebesar 48.5 persen dari total ekspor nonmigas pada tahun 2006. Menurut Bank Dunia (2004) 1, hambatan pertumbuhan ekspor Indonesia terutama disebabkan oleh 4 faktor, yaitu: (1). Daya saing biaya (cost competitiveness), (2). Investasi yang rendah, (3). Persaingan Internasional yang lebih tajam, (4). Infra struktur perdagangan yang lemah. Studi ini bertujuan untuk menggambarkan suatu pembenaran teoritis dalam menggunakan model gravitasi untuk menganalisis perdagangan bilateral dan menggunakan model umum gravitasi untuk menganalisis perdagangan nonmigas Indonesia dengan negara-negara patner dagang utama meliputi 12 negara dengan menggunakan teknik estimasi data pool. Dalam model itu, perdagangan bilateral merupakan fungsi linear dari ukuran-ukuran ekonomi negara (PDB/GDP), GDP per kapita, dan jarak geografis antara negara-negara penerima ekspor dan negara ekspor (Indonesia). Secara spesifik tujuannya adalah menentukan estimasi persamaan Gravitasi perdagangan bilateral antara Indonesia negara-negara patner dagang utama meliputi 12 besar negara tujuan ekspor, apakah arus perdagangan itu dipengaruhi oleh ukuran-ukuran ekonomi kedua negara, dan jarak antara kedua negara. 1
Tulus Tambunan, Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia. Kamar Dagang dan Industri Indonesia, edisi Juni 2006.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 2, No. 1, Januari 2009
2. METODOLOGI PENELITIAN Prinsip dasar dari model gravitasi dalam perdagangan internasional meminjam teori gravitasi dalam fisika yang dikenal dengan hukum gravitasi Newton. Sebuah arus digambarkan sebagai hasil dari kekuatan gaya tarik-menarik antara dua buah objek. Kekuatan gaya tarik menarik ini secara positif tergantung kepada jumlah massa yang dihasilkan oleh dua objek tersebut dan secara negatif tergantung kepada jarak antara kedua objek itu. Dalam konteks aliran perdagangan internasional, kedua objek itu adalah ekspor dan impor oleh negara-negara. “Massa” dari negara-negara adalah ukuran ekonomi mereka masing-masing yang dianggap dapat menghasilkan aliran-aliran potensi perdagangan internasional. Semakin besar ukuran ekonomi (produk domestik brutto,GDP) negara-negara patner, semakin besar pula aliran perdagangan dari negara-negara itu. Namun demikian, jarak menjadi hambatan perdagangan internasional. Semakin jauh jarak antara negara-negara patner dagang, semakin besar pula biaya transport dan biaya-biaya lain yang bersangkutan dengan pengiriman barang. Dengan demikian, semakin kecil kemungkinan terjadinya perdagangan bilateral. Jadi jarak dapat dipakai sebagai proxy terhadap biaya transport. Menggunakan pendekatan induksi dalam merumuskan spesifikasi persamaan gravitasi antara Indonesia dengan negara-negara utama patner dagang digunakan variable perdagangan bilateral (ekspor + impor non-migas) sebagai variabel terikat; untuk variable-variabel penjelas (bebas) adalah GPDGDP negara ekspor maupun negara-negara impor, GDP-GDP per kapita baik negara ekspor maupun negara-negara impor, dan jarak geografis antara negara ekspor dan negara-negara impor.
3. DATA Dalam penelitian ini digunakan data sekunder, data pool antara tahun 2003-2007 meliputi 12 (dua belas) negara patner dagang Indonesia. Selama kurun waktu tiga tahun, 2005-2007 negara-negara patner dagang Indonesia relatif tetap, yaitu Jepang, Amerika, Singapore, China, India, Malasia, Korea Selatan, Belanda, Thailand, Taiwan, Hongkong, China dan German. Data ekspor dan impor Indonesia diperoleh dari Ditjen Bea dan Cukai, Produk Domestik Brutto dan Produk Domestik Brutto per kapita Indonesia diperoleh dari BPS, Gross Domestic Product dan GDP per kapita dari negara-negara patner dagang diperoleh dari World Bank, sebagian diperoleh dari IMF. Jarak georafis Indonesia dengan negara-negara patner dagang diukur atau dihitung dari ibukota negara Indonesia dengan ibukota-ibukota negara patner sebagai pusat-pusat perekonomian negara dengan menggunakan great cyrcle distances diperoleh sumbernya dari http//www.cepii.fr/anglaisqraph/bdd/distances.htm. atau www.Macalester.edu/research/economics/PAGE/HAVEMAN/TardeResources/Tr adedata.html. Ukuran ini mengasumsikan bahwa jarak laut, darat dan udara dianggap sama.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 2, No. 1, Januari 2009
4. MODEL GRAVITASI 4.1 Persamaan Gravitasi oleh New-Ton Terinspirasi oleh apple jatuh, Newton pada tahun 1687 menemukan hokum Gravitasi. Menurut Newton, kekuatan gaya tarik-menarik dari dua buah objek tergantung secara langsung oleh massa dari dua objek tersebut dan secara tidak langsung dari jarak antara dua objek tersebut. Persamaan gravitasi dinyatakan sebagai: Mi Mj Fij = G ————
(1)
D2ij Dimana :
Fij adalah kekuatan gaya tarik-manarik
Mi dan Mj adalah massa
D2ij adalah jarak antara dua objek itu
G adalah konstanta gravitasi
4.2 Spesifikasi model gravitasi untuk ekspor Jan Timbergen (1962) menggunakan analogi persamaan hukum gravitasi dari New-Ton untuk menganalisis aliran perdagangan internasional. Sejak itu persamaan hukum gravitasi dapat diaplikasikan terhadap apa yang dapat kita sebut sebagai “social interactions”, termasuk migrasi, pariwisata dan investasi asing langsung. Hukum gravitasi untuk interaksi sosial dapat digambarkan secara kasar sebagai beikut: Mαi Mβj Fij = G —————
(2)
θ
D
ij
Dimana :
Fij adalah “aliran” dari titik asal i menuju titik tujuan j. kemungkinan lain, Fij menunjukkan volume total interaksi antara i dan j (jumlah aliran dari kedua arah: ₣ij = Fij + Fji)
Mi dan Mj adalah ukuran-ikuran ekonomi dari dua lokasi itu.
-
Jika F diukur sebagai aliran uang (misalnya, ekspor), maka M biasanya Gross Domestic Product (GDP) atau Gross National Product (GNP) dari tiap-tiap lokasi.
-
Jika F merupakan aliran orang, maka M adalah populasipopulasi kedua lokasi.
Dij adalah jarak antara kedua lokasi itu.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 2, No. 1, Januari 2009
Spesifikasi model Gravitasi yang dipersembahkan oleh Bergstrand(1985) ditunjukkan pada persamaan 3. Persamaan tersebut menggambarkan volume ekspor antara dua mitra dagang sebagai fungsi dari produk domestik bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP)mereka dan jarak diantara keduanya. PXij,t = αo(Yi,t )β1(Yj,t ) β2(Dij ) β3(Aij ) β4 ζij
(3)
Dimana: PXij,t menggambarkan volume ekspor dari negara i ke negara j, pada waktu t. Yi,t menggambarkan GDP negara i, pada waktu t. Yj,t menggambarkan GDP negara j, pada waktu t. Dij menggambarkan jarak geografis (dalam mil) antara negara i dengan negara j. Aij menggambarkan faktor-faktor yangd dapat mempengaruhi perdagangan bilateral antara negara i dengan negara j.
5. MODEL DITAKSIR Estimasi model gravitasi dalam penelitian perdagangan bilateral antara Indonesia dengan negara-negara mitra dagang utama menggunakan pendekatan induksi. Untuk merumuskan spesifikasi persamaan gravitasi antara Indonesia dengan negara-negara utama patner dagang digunakan variable perdagangan bilateral (ekspor + impor non-migas) sebagai variabel terikat; untuk variable-variabel penjelas (bebas) adalah GPD negara ekspor, GDP negara impor, dan GDP per kapita baik negara ekspor maupun negara-negara impor, jarak geografis negara Indonesia dengan negara-negara tujuan ekspor. Penambahan variabel GDP per kapita secara terpisah adalah menunjukkan suatu tingkat pembangunan. Apabila sebuah negara berkembang maju, permintaan konsumen (masyarakat) negara itu cenderung kepada berbagai barang luar negeri yang eksotik.yang dianggap barang-barang yang lebih superior. Kecuali itu, GDP per kapita ini juga dapat dianggap mewakili infrastruktur transportasi sebuah negara. Pada negara-negara yang penduduknya memiliki perdapatan per kapita yang tinggi, sarana dan prasarana transportasi perdagangan dari negara yang bersangkutan sudah lebih lengkap dan maju (Rahman, 2004). Dengan demikian, spesifikasi model gravitasi dalam penelitian perdagangan bilateral antara Indonesia dengan negara-negara mitra dagang memiliki fungsi dan persamaan gravitasi sebagai berikut: Trdij,t = αo(GDPi,t )β1(GDPj,t ) β2(Yit)β3 (Yjt) β4(Dist ij ) β5 eij
(4)
Bentuk fungsi di atas apabila diubah dalam bentuk persamaan memiliki persamaan dengan model logaritma, sebagai berikut: LogTrd = β0+ β1log GDPi + β2log GDPp + β3log yi + β4log yp + β5log Dist + eij
(5)
Log Eks = α0+ α1log GDPi + α2log GDPp + α3log yi + α4log yp + α5log Dist + μij
(6)
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 2, No. 1, Januari 2009
dimana Trd
= nilai perdagangan (ekspor + impor non-migas) bilateral antara Indonesia dengan negara-negara patner dagang.
Eks
= nilai ekspor non migas dari Indonesia ke negara-negara patner dagang
GDPi
= produk domestik brutto negara Indonesia
GDPp
= produk domestik brutto negara-negara patner dagang
yi
= produk domestik brutto per kapita negara Indonesia
yp
= produk domestik brutto per kapita negara-negara patner dagang
Dist
= jarak km. antara Indonesia dan negara-negara patner dagang
e/μ
= variabel error distribution
6. SURVEY LITERATURE Newton pertamakali mengundangkan hukum gravitasi, “Law of Universal Gravitation”, pada tahun 1687 yang menggambarkan sebagai hasil dari kekuatan gaya tarik-menarik antara dua buah objek. Kekuatan gaya tarik menarik ini secara positif tergantung kepada jumlah massa yang dihasilkan oleh dua objek tersebut dan secara negatif tergantung kepada jarak antara kedua objek itu (Head, 2003). Hubungan secara gravitasional ini dipinjam oleh Jan Tinbergen untuk menjelaskan aliran perdagangan internasional pada tahun 1962. Persamaan Tinbergen menjelaskan “aliran” antara negara i dan negara j (eskpor masing-masing dalam nilai moneter) sebagai variabel dependen merupakan fungsi positif dari ukuran-ukuran relatif ekonomi (GDP) masing-masing negara i dan j, dibagi dengan jarak antara negara i dan negara j (biasanya digunakan ukuran km antara ibukota masing-masing negara) dan kemudian dikalikan dengan sebuah konstanta (yang diukur dengan kesulitan atau kemudahan transaksi antara dua negara tersebut. Hubungan ini dipakai tidak hanya pada ekonomi perdagangan, akan tetapi juga dipakai untuk mendiskripsikan macammacam aliran yang berbeda, seperti perjalanan migrasi, wisata, dan pengapalan barang-barang yang jumlahnya sedikit (Bergtrand, 1985.) Linneman mengikuti jejak Tinbergern, dalam penelitian aliran perdagangan internasional tahun 1966, menggunakan pendekatan Model Gravitasi dalam menjelaskan aktivitas perdagangan antar bangsa-bangsa. Ia mempelajari pola perdagangan antar bangsa dengan menggunakan sample sebanyak 80 negara bangsa. Sebagai variable-variabel independent adalah GNP (penghasilan), jarak(distant) dan variabel preferensi dagang (perlakuan istimewa dalam perdagangan). Variable preferensi dagang dibedakan antara preferensi dagang di tiga area (bekas koloni)- Inggris, Perancis dan Portugis/Belgia. Linneman menjalankan regresi terpisah antara ekspor dan impor dan menemukan hubungan yang sangat signifikan antara volume ekspor/impor antara negaranegara yang ditelitinya. Dari semua variable independent GNP, populasi memiliki kekuatan yang terbesar dalam menjelaskan fluktuasi volume perdagangan antar negara-negara itu. Variable-variabel sisanya, kendatipun signifikan, kurang memberikan sumbangan yang berarti dalam menjelaskan hubungan dagang itu. Lebih lanjut untuk mengurangi kelemahan dalam modelnya, Linneman
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 2, No. 1, Januari 2009
menambah satu variable independent, yakni komposisi produk dagang dari negara-negara dia teliti. Linneman menegaskan bahwa produk-produk yang berbeda mendorong perdagangan antar bangsa-bangsa itu dan produk-produk yang homogen menghambat perdagangan. Linneman juga menggunakan “jarak spikis” dalam modelnya dan menyatakan bahwa latar belakang budaya yang sama akan mendukung saling pengertian antar negera-negara , dan karena negara-negara ini memiliki rasa budaya yang sama, produksi akan cenderung menjadi barang-barang yang oleh kedua bangsa akan dianggap berharga dan lebih lanjut mendorong perdagangan. Dalam model Linneman, menggunakan lebih banyak variabel cenderung memberikan pembenaran secara teoritis daripada argument-argumen instuitif seperti pada Pöyhönen dan Tinbergen(Deardorff,1995). Menurut Deardorff model Gravitasi versi Linneman didasari Sistem Keseimbangan Umum Walrasian. Kelemahan dari pendekatan ini bahwa dalam sistem ini cenderung terlalu banyak variabel untuk persamaan reduksi tiap aliran dagang dari model gravitasi itu. Dengan demikain, menurut pandangan Linneman perdagangan akan terjadi jika produksi domestik tidak sama dengan permintaan domestik. Prinsipnya, bidangbidang tertentu pada produksi memiliki keunggulan komparatif bagi daerahdaerah atau negara-negara, yang menghasilkan spesialisasi produksi dan pembagian kerja. Berdasarkan teori perdagangan, spesialisasi produksi inilah yang menjelaskan mengapa perdagangan terjadi. Terdapat beberapa dasardasar teoritis formal pada model gravitasi dalam perdagangan internasional(Anderson, 1979; Bergstrand, 1985, 1989 dan 1990; Helpman and Krugman, 1985; Helpman, 1987; Deardoff, 1995). Pengamatan lengkap pada teori-teori perdagangan yang menjelaskan keberhasilan model gravitasi untuk mengeksplorasi pola perdagangan internasional disampaikan oleh Mathur(1999) dan Evenett dan Keller(1998). Berdasarkan berbagai pendekatan terhadap dasar-dasar teoritis dari persamaanpersamaan gravitasi, Evenett dan Keller membagi ke dalam tiga tipe model perdagangan, 1). Perbedaan-perbedaan teknologi diantara negara-negara menurut model Ricardian, 2). Perbedaan-perbedaan pada faktor-faktor anugrah alam (endowments) yang dimiliki negara-negara menurut model Hickscher-Ohlin, 3). Increasing return to scale pada perusahaan-perusahaan. Masing-masing dari model-model spesialsasi yang sempurna ini meruapakan sebuah kasus yang menghambat model spesialisasi yang tidak sempurna, padahal spesialisasi produk yang tidak sempurna adalah penting berdasarkan pengalaman. Kenyataannya, walaupun, teknologi-teknologi dan faktor-faktor anugrah alam tidak sama di seluruh dunia; teknologi-teknologi dan faktor-faktor anugrah alam itu berubah terus dan dapat ditransfer diantara negara-negara. Teori perdagangan, sebagai sebuah aturan menjelaskan mengapa negaranegara dapat melakukan perdagangan untuk produk-produk yang berbeda tetapi tidak menjelaskan mengapa hubungan dagang antara negara-negara tertentu lebih kuat daripada yang lainya dan mengapa tingkat perdagangan antara negara-negara cenderung naik terus. Ini menggambarkan keterbatasan aplikasi teori perdagangan dalam menjelaskan ukuran dari aliran-aliran perdagangan.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 2, No. 1, Januari 2009
Oleh karena itu, sementara teori perdagangan dapat menjelaskan mengapa perdagangan terjadi, teori tersebut tidak dapat menjelaskan luasnya perdagangan, sementara model gravitasi memungkinkan lebih banyak faktor dapat diperhitungkan untuk menjelaskan luasnya perdagangan sebagai sebuah aspek dari aliran-aliran perdagangan internasional(Paas, 2000). Perdagangan terjadi karena diantara negara-negara terdapat perbedaanperbedaan faktor teknologi (teori Ricardian), faktor anugrah alam, endowments (teori H-O), faktor-faktor teknologi maupun perbaikan teknologi yang ada dan transfer teknologi ke negara-negara lain(Posner 1961 dan Vernon 1966). Menggunakan quote dari Dreze(1961) Mathur(1999) mengatakan bahwa ukuran negara dan skala ekonomi merupakan faktor-faktor penentu yang penting dari perdagangan(Paas, 2000). Produksi akan dilokasi dalam satu negara jika ada skala ekonomi. Skala ekonomi juga akan mendorong para produsen untuk melakukan diferensiasi produk-produk yang dihasilkannya. Semakin besar GDP suatu negara, semakin besar pula variasi produk-produk yang ditawarkan.. semakin mirip(hampir sama) GDP atau GNP diantara negara-negara, semakin besar pula volume perdagangan bilateral mereka. Dengan demikian, dengan skala ekonomi dan produk-produk yang diferensiasi, volume perdagangan sangat tergantung kepada ukuran ekonomi negara dalam hal GDP atau GNP. Ini adalah konsep pada teori-teori baru perdagangan internasional, dan konsep ini memberikan penjelasan yang lebih baik tentang fakta-fakta empiris dari perdagangan internasional dalam hal pola, arah dan tingkat pertumbuhannya. Akibatnya, teoriteori lama dilengkapi, jika tidak diganti, oleh teori-teori baru berdasarkan asumsiasumsi produk terdiferensiasi dan skala ekonomi. Diantara kontributorkontributor teori-teori baru, Krugman (1979, 1984, 1991), Lancaster(1980), Helpman(1987,dan 1989), Helpman dan Krugman(1985, 1989), dan Deardoff(1984), memberikan pembenaran terhadap apa yang mereka nyatakan baik secara teoritis maupun empiris(Mathur, 1999). Asumsi-asumsi teknologi yang serupa dan faktor-faktor anugrah alam(endowments) diantara negaranegara secara implisit masuk dalam teori-teori itu. Teori-teori H-O dan Ricardian bertentangan dengan perdagangan riil dunia. Menurut model H-O, semakin besar perbedaan faktor-faktor anugrah alam antara negara-negara, akan semakin besar pula perdagangan diantara negaranegara tersebut. Oleh karena itu, berdasarkan model ini, tentu kita akan mengharapkan perdagangan yang relatif kecil antara negara-negara di Eropa barat karena negara-negara ini memiliki faktor-faktor anugrah alam yang serupa dan banyak perdagangan di negara-negara Utara-Selatan. Ini bertentangan dengan fakta-fakta empiris. Bukti dari statistik-statistik perdagangan internasional bahwa perdagangan intra-industri dan negara-negara yang tergabung dalam ‘Utara-utara’ menyolok sangat besar. Linnder(1961) seorang ahli ekonomi dari Swedia menawarkan sebuah hipotesis perdagangan sesuai dengan kehidupan nyata: Semakin sama pola permintaan antara dua negara, semakin besar volume perdagangan antara dua negara tersebut. Satu implikasi penting dari tesis ini adalah bahwa perdagangan bilateral yang tinggi itu terutama terjadi antara negara-negara yang memiliki pendapatan per kapita yang hampir sama. Perbedaan nilai absolute pada pendapatan per kapita dari dua negara akan memiliki efek negatif terhadap perdagangan
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 2, No. 1, Januari 2009
bilateral. Ini mestinya menjelaskan pola perdagangan negara-negara ‘Utarautara’. Namun demikian, Deardoff(1997) berargumen bahwa pertalian tertentu dari teori H-O dapat dipandang sebagai model Gravitasi. Menurut teori H-O, barangbarang yang padat modal dihasilkan oleh negara-negara yang kaya. Sebagaimana telah ditunjukkan oleh Markusen(1986) bahwa jika para konsumen berpendapatan tinggi cenderung menggunakan lebih besar anggaran untuk barang-barang padat modal, kemudian ini mengikuti bahwa (1) negaranegara kaya modal akan lebih banyak berdagang dengan negara-negara kaya modal lainnya.daripada dengan negara-negara miskin modal, dan (2) Negaranegara miskin modal akan lebih banyak berdagang dengan negara-negara setingkatnya. Hal ini menunjukkan prediksi-prediksi sama dengan hiptesis Linder(Frankel, 1997). Achay L.(2006) melakukan penelitian tentang faktor-faktor penentu aliran perdagangan pada berbagai negara di dunia. Ia menggunakan model persamaan gravitasi terhadap sampel sebanyak 146 negara dengan sub-priodeperiode lima tahun antara tahun 1970-2000. Model itu menggunakan variablevariabel GDP, jarak, kesepakatan integrasi dagang regional. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa estimasi terhadap semua koefisien adalah signifikan dan arah dari koefisien-koefisien itu sesuai dengan arah yang diharapkan teori. Koefisien determinasi(R2) cukup besar, yakni sebesar 71%. Ia juga menemukan bahwa GDP, GDP per kapita, batas negara, bahasa umum, mata uang umum memiliki pengaruh positif terhadap volume perdagangan bilateral. Di lain pihak, jarak geografis memiliki pengaruh negatif terhadap volume perdagangan tersebut. Rahman(2004) menggunakan model gravitasi untuk menganalisis aliran-aliran dagang negara Bangladesh dengan negara-negara patner dagang menggunakan teknik-teknik estimasi data panel. Ia mengestimasi persamaanpersamaan model gravitasi untuk ekspor dan impor antara Bangladesh dengan negara-negara patner. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa perdagangan Bangladesh dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti ukuran ekonomi, GNP per kapita dari masing-masing negara yang terlibat dan keterbukaan ekonomi Bangladesh. Faktor penentu utama dari ekspor Bangladesh adalah nilai tukar mata uang, total permintaan impor negara-negara patner, dan keterbukaan ekonomi Bangladesh. Semua factor ini berpengaruh signifikan dan positif terhadap ekspor Bangladesh. Sementara, biaya transportasi berpengaruh signifikan dan negatif terhadap perdagangan Bangladesh.
7. HASIL PENELITIAN Regresi OLS dengan data pool untuk persamaan-persamaan gravitasi (4) dan (5) dilaporkan dalam Tabel 1 . Kinerja secara keseluruhan dari model itu nampaknya cukup bagus karena ¯R2 adjusted nilainya 0.864, ini menunjukkan bahwa model gravitasi tersebut cukup efisien dalam menjelaskan hubungan perdagangan bilateral antara Indonesia dengan 12 negara patner dagang utama sejak tahun 2003-2005. Berdasarkan uji spesifikasi dari Ramsey menunjukkan bahwa Ho yang menyatakan tidak ada perbedaan antara variable-variabel tambahan tidak dapat ditolak (tidak signifikan) pada level signifikan,
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 2, No. 1, Januari 2009
α = 1%, F3,51 = 4,20. Kesimpulannya tidak terdapat kesalahan spesifikasi. Hasilhasil yang sama juga ditunjukkan oleh kriteria Akaike dan kriteria Schwarz. Kriteria-kriteria yang lebih kecil cenderung memilih model yang bersangkutan. Berdasarkan uji normalitas terhadap distribusi residual menunjukkan bahwa hipotesis nol yang menyatakan bahwa E(e) = 0 tidak dapat ditolak pada level signifikan, α = 1%, Chi-SQ(df.2) = 9,21. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa distribusi residual mengikuti pola distribusi normal. Secara statistik Log GDP total maupun GDP per kapita dari negara-negara impor sangat signifikan pada level signifikan 1%, demikian juga log jarak (km) antara Indonesia dengan 12 negara patner dagang utama. Untuk spesifikasi ini Log GDP negara ekspor (Indonesia) baik total maupun per kapita tidak signifikan. Bahkan, pada log GDP per kapita arahnya negatif, ini bisa berarti bahwa apabila terjadi kenaikan tingkat penghasilan per kapita, konsumsi terhadap barangbarang dalam negeri meningkat sehingga akan mengurangi ekspor. Tabel 1: Hasil-Hasil Regresi dengan OLS untuk Model Gravitasi Persamaan- Persamaan (4) dan (5)
Variable Penjelas Konstanta LGDP neg-ekspor LGDP negekspor/kapita LGDP neg-impor LGDP negimpor/kapita LDist (jarak) Jumlah Sampel R2 R2 (Adjusted) F Jarque-Bera Ramsey test, F3,51 Kriteria Akaike Kriteria Schwarz
LTrade Koefisien Statistik-t -11.08627 -0.477163 (23.23371) 3.928960 0.785865 (4.999534) -3.719843 -0.688817 (5.400333) 0.745249 18.12235 (0.041123) 0.057065 2.194714 (0.026001) -1.074154 -14.93996 (0.071898) 60 0.875667 0.864155 76.06344 1.407567
LEksp Koefisien Statistik-t -2.656185 -0.094241 (28.18515) 1.747086 0.288060 (6.065007) -1.313960 -0.200567 (6.551222) 0.689395 13.81910 (0.049887) 0.115335 3.656505 (0.031543) -1.005009 -11.52261 (0.087221) 60 0.814545 0.797373 47.43501 1.643117
4.161 0.205920 0.415355
5,218 0.592302 0.801736
Secara umum, hasil regresi dengan OLS untuk perdagangan bilateral dengan model gravitasi ini sesuai dengan harapan teori. Apabila GDP negara-negara penerima ekspor Indonesia (negara-negara pengimpor) baik total maupun per kapita naik masing-masing 1%, maka volume perdagangan bilateral masingmasing naik 0,74% dan 0,05%. Sementara untuk persamaan ekspor, Apabila GDP negara-negara penerima ekspor Indonesia (negara-negara pengimpor) baik
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 2, No. 1, Januari 2009
total maupun per kapita naik masing-masing 1%, maka volume ekspor masingmasing naik 0,69% dan 0,11%. Melihat angka-angka tersebut, nampaknya, pola perdagangan bilateral maupun ekspor Indonesia lebih responsive terhadap perubahan-perubahan GDP total daripada GDP per kapita dari negara-negara penerima ekspor.
8. REFERENSI _______________, 1984 ” Increasing Returns and Economic Geography, ” Journal of Political Economiy, Vol. 99. _______________, 1989 ” Market Structure and Foreign Trade: Increasing Returns, Imperfect Competition and the International Economy. ” MIT Press Cambridge Mass in Foregn Trade. _______________, 1989. The Generalized Gravity Equition, Monopolistic Competition, and the Factor-Proportions Theory in International Trade. Review of Economics and Statistics 71(1): 143-153. An interpretation of the gravity model in term of monopolistic competition. _______________, 1989 ” The Structure of Foreign Trade” Working Paper 6752. NBER Working Paper Series, National of Bureau Economic Research. _______________, 1990. “ The Heckscher-Ohlin-Samuelson Model, the Linder Hypothesis and the Determinants of Bilateral Intra-Industry Trade, “Economic Journal, December 1990, 1216-29. _______________, 1991 ” The Move toward Free Trade Zone. ” in Policy Implication of Trade and Currency Zone, Proceedings of a Symposium sponsored by the Federal Reserve Bank of Kansas City. _______________, 1995 Determinants of Bilateral Trade: Does Gravity Work in a Neoclassical World? In Jeffrey A. Frankel, ed., the Regionalization of the World Economy. Chicago: University of Chicago Press. A helpful review and assessment of the gravity model. Achay L.(2006), ” Assessing Regional Intergration in North Africa, ” National Institute of Statistics and Applied Economics, Rabat, Morocco. Anderson, James A. 1979 A Theoritical Foundation for the Gravity Equition. American Economic Review 69(1) : 106-116. A first attempt to provide theoretical foundations to the gravity model. Bergtrand, Jeffrey H. 1985. The Gravity Equition in International Trade: Some Microeconomic Foundations and Empirical Evidence. Review of Economics And Statistics 67(3): 474-481. A second attempt to provide theoretical foundations to the gravity model. Deardof, A. 1997 Determinants of Bilateral Trade: Does Gravity Work in a Neoclassical World? In Jeffrey A. Frankel, ed., the Regionalization of the World Economy. Chicago: University of Chicago Press. A helpful review and assessment of the gravity model. Dreze, J. (1961) Leo Exportation Intra-CEE en 1958 et al Potition Belge, Recherches Economiquez de Louvin, 27, 7171-738.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 2, No. 1, Januari 2009
Evenett S.J. dan Keller, W. (1998) On the Theories Explaining the Success of Gravity Equition in NBER Working Paper, no. 6529, Cambridge, MA : National of Bureau Economic Research. Frankel, J.1997 ”Regional trading blocs in the world economic system, ” Wahsington D.C.: Institute for International Economics. Greytak,D. and McHugh, R., “Linder’s Trade Thesis: An Empirical Examination, ” Southern Economic Journal, January, 1977, 1386-89. Head, Keith. 2003 “ Gravity for Beginners. ” Working Paper. Faculty of Commerce. University of British Columbia Helpman and Krugman, 1985 Trade Policy and Market Structure. Cambridge Mass, MIT Press Helpman, E.1987 ”Imperfect Competition and International Trade: Evidence from Fourteen Industrial Countries. ” Journal of the Japanese and International Economics. 1:62-81. Krugman. P. (1979), ”Increasing Returns. Monopolistic Competition, and International Trade” Journal of International Economics, Vol. 9: 469-479. Lancaster, K. (1980), ” Intra-Industry Trade Under Perfect Monopolistic Competition. ” Journal of International Economics, Vol. 10: 151-175. Linder, S.B. 1961, ” An Essay on Trade and Transformation, ” New-York: JohnWiley and Sons. Linneman, H. 1966 An Econometrics Study of Inernational Trade Flows. Amsterdam. North Holland Publishing Co. Markusen, J.R.,1986, ”Explaining the Volume of Trade: An Eclectic Approach” American Economics Review, 76 pp. 1002-1011. Mathur, SK(1999) Pattern of International Trade, New Trade Theories and Evidence from Gravity Equetion Analysis. The Indian Economics Journal, Vol. 47 no. 4:68-88. Paas, 2000 Gravity Approach to Modeling Trade Flows between Estonia and Main Trading Patners, Working Paper no. 721, Tartu University Press, Tartu. Posner, M.V., 1961 International Trade and Technical Changes, Oxford Economic Papers, No. 13:323-341. Rahman, (2004), ” The Determinants of Bangladesh’s Trade: Evidence from the Generalized Gravity Model, ” The Economic Society of Australia’s 33, Conference of Economists, University of Sydney, NSW 2006, Australia. Tambunan, Tulus, 2006, Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia. Kamar Dagang dan Industri Indonesia. Vernon, R. 1966. International Trade and International Trade in the Product Cyrcle. Quarterly of Journal Economics, No. 80: 190-207.