PERBEDAAN KUALITAS AIR LINDI SEBELUM DAN SESUDAH PENGOLAHAN DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (Studi Kasus TPA Sampah Botubilotahu Kec. Marisa Kab. Pohuwato) SUMARRY Ningsih Lasalutu Nim : 811409098 Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo. ABSTRAK NINGSIH LASALUTU. 2013. Perbedaan Kualitas Air Lindi Sebelum dan Sesudah Pengolahan di Tempat Pembuangan Akhir (Studi Kasus TPA Sampah Botubilotahu Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato). Skripsi. Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dian Saraswati, S.Pd, M.Kes dan Pembimbing II Sirajuddien Bialangi, SKM, M.Kes. TPA Botubiltahu sebagai penghasil limbah yaitu air lindi yang berpotensi mencemari lingkungan dan badan air sebagai penerima hasil pengolahan. Oleh sebab itu untuk meminimalisir pencemaran lingkungan harus dilengkapi dengan unit pengolahan air lindi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi perbedaan kandungan BOD, COD dan TSS pada air lindi sebelum dan sesudah pengolahan di TPA Botubilotahu. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan pendekatan survei deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 3 kali perulangan yaitu pada bak inlet dan outlet dengan metode pengambilan sampel sesaat. Hasil analisis laboratorium yang didapat dibandingkan dengan Kepmen Lh. No. 112 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. Berdasarkan hasil analisis nilai rata-rata kandungan BOD sesudah pengolahan yaitu 26,00 mg/L dan nilai rata-rata kandungan COD sesudah pengolahan yaitu 74,00 mg/L sedangkan nilai rata-rata kandungan TSS sesudah pengolahan yaitu 0,13 mg/L. Kinerja dari Unit Pengolahan Air Lindi TPA Botubilotahu masih efisien dalam pengolahannya sehingga dari ketiga parameter yaitu BOD, COD dan TSS tidak melebihi baku mutu yang dipersyaratkan Disarankan kepada pihak TPA untuk tidak mempertahankan proses pengolahan air lindi yang sederhana tanpa bantuan peralatan agar air lindi yang dihasilkan tidak berdampak negatif bagi lingkungan sekitar maupun kesehatan masyarakat. Kata Kunci : Kualitas Air Lindi, TPA Sampah.
I. PENDAHULUAN Aktivitas manusia dalam memanfaatkan alam selalu meninggalkan sisa yang dianggap sudah tidak berguna lagi sehingga diperlakukan sebagai barang buangan, yaitu sampah dan limbah.Widyatmoko dan Sintorini, 2002 (dalam Putra, 2012). Sampah dan limbah dapat menjadi penyebab pencemaran lingkungan hidup. Sampah dan limbah dapat mengotori udara, air, maupun tanah. Lebihlebih limbah bahan kimia yang dapat meracuni tubuh kita. Oleh karena itu, sampah dan limbah harus dibuang jauh-jauh dari tempat pemukiman, agar lingkungan hidup tidak tercemar (Sutidja, 2001). Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Botubilotahu merupakan salah satu TPA yang ada di Provinsi Gorontalo dan berpotensi menghasilkan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair. TPA ini menerapkan sistem pengoperasian Sanitary landfill (ditimbun) dan composting (dibuat pupuk). Sistem pengoperasian secara landfill ini berpotensi menimbulkan masalah lingkungan terutama masalah pencemaran lindi (leachate), disamping pencemaran bau dan timbulnya berbagai serangga yang sangat mengganggu kehidupan masyarakat disekitar (Susanto dkk, 2004). Pembentukan air lindi dipengaruhi oleh karakteristik sampah yang di tampung di TPA selain itu juga dipengaruhi oleh iklim dan curah hujan (Priambodho, 2005). Berdasarkan data dari BLHTK Kabupaten Pohuwato bahwa jumlah sampah organik dan anorganik yang ditampung di TPA
Botubilotahu sebanding yaitu 50% sampah organik dan 50% sampah anorganik, sedangkan rata-rata curah hujan perbulan yaitu 104 mm, dengan jumlah hari hujan159 hari. Sehingga kondisi tersebut mendukung proses dekomposisi sampah organik yang menyebabkan bau tidak sedap dan timbulnya air lindi (leachate). Penelitian sebelumnya oleh (Dwi, Astuti 2006) tentang “Analisis Kualitas Air Lindi Di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Putri Cempo Mojosongo Surakarta” yaitu berdasarkan hasil analisis air lindi parameter kimia yang nilainya cukup tinggi diantaranya BOD, COD, Cd, nitrat, nitrit, serta minyak dan lemak. Sehingga perlu dilakukan upaya pengolahan lebih lanjut untuk memperbaiki kualitas air lindi tersebut. Sistem pengolahan yang sudah ada, masih sangat sederhana karena hanya berupa bak-bak penampungan sebelum akhirnya air lindi dibuang ke lingkungan. Berdasarkan survei awal air lindi yang dihasilkan dari proses pengolahan pada TPA Botubilotahu belum dikelola secara optimum. Pengolahan air lindi masih dilkukan secara sederhana tanpa bantuan peralatan, yaitu dengan menggunkan bantuan kolam stabilitasi. Selain itu belum dilakukan pemeriksaan terhadap kualitas air lindi yang dihasilkan baik kualitas fisik, kimia maupun mirobiologi. Oleh sebab itu, untuk memastikan apakah air lindi yang dihasilkan tersebut sudah melebihi nilai ambang batas (NAB) atau tidak melebihi NAB maka perlu dilakukan pengukuran kualitas air lindi dengan menggunakan
parameter BOD, parameter COD dan parameter TSS. II. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional yang bersifat deskripsi dengan menggunakan rancangan penelitian deskriptif. Adapun sasaran objek penelitian yang diteliti yaitu air lindi pada bak inlet dan bak outlet dari pengolahan air lindi. Pengambilan sampel air lindi dilakukan sebanyak 3 kali perulangan, dengan metode pengambilan sampel sesaat. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis univariat. Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi perbedaan kualitas air lindi
sebelum dan sesudah pengolahan serta untuk mengevaluasi efisiensi dari unit pengolahan air lindi yang ada. Pemeriksaan sampel air lindi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI). Hasil pemeriksaan sampel selanjutnya akan dibandingkan dengan Kepmen LH No.112 Tahun 2003 tentang baku mutu air limbah domestik. III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, bahwa hasil laboratorium untuk kualitas air lindi di TPA Botubilotahu dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Distribusi Kualitas Air Lindi Sebelum Pengolahan (Bak Inlet) Ket No Parameter (Baku Mutu) Sampel BOD COD TSS (100 mg/L) (150 mg/L) (100 mg/L) 58 mg/L 102 mg/L 0,3 mg/L Tidak melebihi NAB A1 48 mg/L 92 mg/L 0,2 mg/L Tidak melebihi NAB A2 56 mg/L 95 mg/L 0,3 mg/L Tidak melebihi NAB A3 Tidak melebihi NAB Rata-rata 54,00 mg/L 96,33 mg/L 0,27 mg/L Sumber : Data Sekunder 2013 Berdasarkan tabel 3.1 diatas COD sebelum pengolahan yaitu menunjukan hasil dari tiga parameter 96,33 mg/L dan nilai rata-rata yaitu BOD, COD dan TSS belum terendah pada parameter TSS yaitu melebihi nilai ambang batas (NAB) 0,27 mg/L. Berdasarkan Kepmen LH yang telah ditetapkan. Berdasarkan No112 Tahun 2003 Tentang Baku Keputusan Menteri Negara Mutu Air Limbah Domestik, baku Lingkungan Hidup Nomor 112 mutu yang dipersyaratkan untuk nilai Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air BOD yaitu 100 mg/L, COD yaitu Limbah Domestik. Dengan nillai 150 mg/L dan TSS yaitu 100 mg/L. rata-rata tertinggi pada peremeter
Tabel 3.2 Distribusi Kualitas Air Lindi Sesudah Pengolahan (Bak outlet) No Parameter (Baku Mutu) Ket Sampel BOD COD TSS (100 mg/L) (150 mg/L) (100 mg/L) 29 mg/L 78 mg/L 0,2 mg/L Tidak melebihi NAB A1 21 mg/L 69 mg/L 0,1 mg/L Tidak melebihi NAB A2 28 mg/L 75 mg/L 0,1 mg/L Tidak melebihi NAB A3 Tidak melebihi NAB Rata-rata 26,00 mg/L 74,00 mg/L 0,13 mg/L Sumber : Data Sekunder 2013 Berdasarkan tabel 3.2 diatas pengolahan di unit pengolahan air menunjukan hasil analisis lindi TPA sampah Botubilotahu laboratorium dari tiga parameter Kecamatan Marisa Kabupaten yaitu BOD, COD dan TSS pada air Pohuwato. lindi sebelum dan sesudah Pemeriksaan sampel pengolahan di TPA Sampah berdasarkan parameter fisik (TSS) Botubilotahu. Hasil analisis dan parameter kimia (BOD, COD) laboratorium menunjukkan bahwa untuk mengetahui apakah parameter dari ketiga parameter BOD, COD tersebut melebihi nilai amabang dan TSS belum melebihi nilai batas yang telah ditetapkan atau ambang batas (NAB) yang telah tidak melebihi nilai ambang batas. ditetapkan. Berdasarkan Keputusan Sehingga jika dibuang kelingkungan Menteri Negara Lingkungan Hidup atau badan air sebagai penerima Nomor 112 Tahun 2003 Tentang tidak menimbulkan dampak yang Baku Mutu Air Limbah Domestik. dapat merugikan masyarakat Dengan nilai rata-rata tertinggi maupun lingkungan sekitar. sesudah pengolahan yang terdapat Parameter BOD digunakan sebagai pada kolam wetland (bak outlet) salah satu parameter kualitas air dengan nilai rata-rata tertinggi pada untuk mengetahui jumlah oksigen parameter COD yaitu 74,00 mg/L yang dibutuhkan oleh dan terendah pada parameter TSS mikroorganisme di dalam air untuk yaitu 0, 13 mg/L. Berdasarkan memecahkan atau mendegradasi Kepmen LH No112 Tahun 2003 bahan buangan organik yang ada di Tentang Baku Mutu Air Limbah dalam air tersebut (Warhadana, Domestik, baku mutu yang 2004). dipersyaratkan untuk nilai BOD Dan untuk uji parameter COD yaitu 100 mg/L, COD yaitu 150 digunakan untuk mengukur mg/L dan TSS yaitu 100 mg/L. pencemaran air oleh zat-zat organik, yang secara alamiah dapat dioksidasi 3.2 Pembahasan melalui proses mikrobiologis dan Penelitian ini bertujuan untuk mengakibatkan kurannya DO mengidentifikasi perbedaan kualitas (Dissolved Oxygen). air lindi sebelum dan sesudah Sedangkan uji parameter TSS pengolahan. Sampel air lindi yang digunakan untuk mengukur padatan diperiksa adalah sampel yang yang terdapat pada air lindi yang terdapat pada bak inlet sebelum dapat menyebabkan kekeruhan di pengolahan dan bak outlet sesudah
dalam air dan tidak larut serta tidak dapat mengendap langsung. 3.2.1 Analisis Perbedaan Kualitas Air Lindi Sebelum Dan Sesudah Pengolahan Berdasarkan Parameter BOD Berdasarkan hasil pemeriksaan kandungan BOD pada air lindi sebelum dan sesudah pengolahan di Laboratorium Lingkungan Kecamtan Marisa Kabupaten Pohuwato menunjukkan hasil yang berbedabeda atau bervariasi. Namun hasil yang diperoleh belum melebihi nilai ambang batas berdasarkan Kepmen LH No 112 Tahun 2003 tentang baku mutu air limbah domestik, untuk baku mutu BOD yang diperkenankan yaitu 100 mg/L. Sedangkan hasil analisis laboratorium yang diperoleh dengan nilai rata-rata kandungan BOD sebelum pengolahan 54,00 mg/L dan sesudah pengolahan 26,00 mg/L. Penurunan kandungan BOD sebelum dan sesudah pengolahan menunjukkan kecenderungan perbedaan kandungan BOD sebelum dan sesudah pengolahan. Perbedaan kandungan BOD karena adanya pengolahan air lindi dengan bak stabilitasi yaitu kolam Anaerobik Bafle Reactor. Kolam anaerobik ini terutama berfungsi untuk menurunkan kandungan BOD pada air lindi, persen penurunan kadar BOD dapat mencapai lebih 70% pada suhu diatas 25 oC. selain dipengaruhi oleh adanya kolam pengolahan Anaerobik Bafle Reactor juga dipengaruhi oleh kolam pengolahan air lindi yang kedua dengan sistem fakultatif (sedikit oksigen terlarut), pada kolam ini
proses dekomposisi material organik terjadi oleh mikroba yang memerlukan sedikit oksigen dan menguraikan lebih sempurna sisa kandungan bahan pencemar organik yang masih mengandung senyawa organik serta membunuh bakteri coli dengan bantuan ganggang. 3.2.2 Analisis Perbedaan Kualitas Air Lindi sebelum dan Sesudah Pengolahan Berdasarkan Parameter COD Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi dari sampel yang diambil selama 3 kali perulangan belum melebihi nilai ambang batas berdasarkan Kepmen LH No 112 Tahun 2003 tentang baku mutu air limbah domestik, untuk baku mutu COD yang diperkenankan yaitu 150 mg/L. Hal ini berarti bahwa untuk parameter COD sudah memenuhi persyaratan baku mutu yang telah ditetapkan. Unit pengolahan air lindi TPA sampah Botubilotahu yang menggunakan proses pengolahan secara sederhana bisa dikatakan masih optimum karena mengalami penurunan kandungan COD pada sampel air lindi sesudah pengolahan. Perbedaan kandungan COD sebelum dan sesudah pengolahan dipengaruhi oleh proses pengolahannya dengan menggunakan sistem kolam maturasi yang merupakan unit pengolahan ketiga. Kolam maturasi merupakan kolam aerobik alami, dengan adanya oksigen maka kadar COD akan mengalami perubahan sehingga sistem pengolahan dengan sistem maturasi dapat menurunkan kadar COD. Anonim, 2002 menyatakan
bahwa kolam maturasi (Removal microorganism pathogen, nutrient) dapat menurunkan kadar COD sebesar 60-89%. Air lindi sebelum masuk kedalam kolam matuasi terlebih diolah pada kolam Anaerobik yang dilengkapi dengan media pertumbuhan bakteri, selain itu karena adanya pengolahan yang signifikan antara kolam pengolahan fakultatif dan kolam pengolahan maturasi karena sebelum masuk pada kolam pengolahan maturasi ini air lindi telah diolah terlebih dahulu dikolam pengolahan fakultatif. Kolam pengolahan fakultatif ini memiliki kedalaman 1-2 meter yang merupakan kolam pengolahan air lindi yang kedua dari kolam Anaerobik Bafle Reactor. 3.2.3 Analisis Perbedaan Kualitas Air Lindi sebelum dan Sesudah Pengolahan Berdasarkan Parameter TSS Perbedaan kandungan TSS sebelum dan sesudah pengolahan yang tidak beda jauh antara sampel A1, A2 dan A3 di pengaruhi oleh proses pemeriksaan sampel air lindi, yaitu pada saat pengeringan dalam oven yang kurang dari 1 jam, karena pengovenan bertujuan untuk menghilangkan kelembaban. Selain itu, pada proses penimbangan beratnya belum konstan sehingga dapat mempengaruhi hasil akhir dari analisis laborotorium. Selain itu, juga dipengaruhi oleh adanya kolam pengolahan wetland yang merupakan kolam pengolahan terakhir atau outlet dari pengolahan air lindi TPA Botubilotahu. Kolam wetland dengan kedalaman 1-1,5 meter atau bak
dagkal yang berisi tanah, pasir dan kerikil yang akan membantu proses penyaringan air. Sistem pengolahan kolam wtland ini berdasarkan konstruksinya yaitu dengan sistem filtrasi dengan aliran horizontal, sehingga lumpur dan pasir halus akan tersaring yang menyebabkan kekeruhan didalam air. Namun berdasarkan Kepmen LH No.112 tahun 2003 tentang baku mutu air limbah domestik, nilai ratarata TSS sesudah pengolahan masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan meskipun tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah pengolahan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa unit pengolahan air lindi yang ada masih efisien dalam pengolahannya dan masih aman jika dibuang kelingkungan sekitar. Akan tetapi, jika unit pengolahan air lindi yang secara sederhana tanpa bantuan peralatan tetap dipertahankan secara terus menerus hasil pengolahan dibuang ke badan air atau sungai maka air lindi akan mengalami akumulasi di dalam air sungai sehingga dapat berdampak negatif bagi lingkungan maupun kesehatan masyarakat yang tinggal disekitar TPA sampah Botubilitahu. IV. SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kualitas air lindi TPA Botubilotahu sebelum dan sesudah pengolahan yang terdapat pada bak inlet dan bak outlet terjadi penurunan kadar berdasarkan tiga parameter yaitu parameter fisik (TSS) dan parameter kimia (BOD dan COD). Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya perbedaan yang
signifikan antara kualitas air lindi sebelum dan sesudah pengolahan. Selain itu unit pengolahan air lindi TPA sampah Botubilotahu yang masih sederhana tanpa bantuan peralatan masih efisien dalam pengolahannya sehingga dari ketiga parameter yaitu BOD, COD dan TSS tidak melebihi baku mutu berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 tahun 2003 tentang baku mutu air limbah domestik. 4.2 Saran Diperlukan penelitian lanjut tentang Pengaruh Sistem Sanitary Landfill Di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Terhadap kandungan logam berat pada air tanah dangkal di sekitarnya, mengingat penelitian ini hanya sebatas mangidentifikasi dan mengetahui bagaimana perbedaan kualitas air lindi sebelum dan sesudah pengolahan berdasarkan parameter fisik (TSS) dan parameter kimia (BOD, COD). Agar dapat memberikan sumbangsi yang lebih bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat luas. DAFTAR PUSTAKA Astuti, Dwi. 2006. Analisis Kualitas Air Lindi Di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Putri Cempo Mojosongo Surakarta. Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 2 Notoatmojo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.
Priambodho, Krismono. 2005. Kualitas Air Lindi Pada Tempat Pembuangan Akhir Sampahgaluga Kabupaten Bogor. Skripsi, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. IPB, Bogor Purta, I Ketut. 2012. Identivikasi Arah Rembesan dan Letak Akumulasi Lindi Dengan Metode Geolistrik Resistivitas Konvigurasi WennerSchlumberger di TPA Temesi Kabupaten Gianyar. Tesis. Program Studi Ilmu Lingkungan. Universitas Udayana Denpasar Susanto J.P, Genefati S.P, Muryani S, dan Istiqomah. 2008. Pengolahan Lindi (Leachate) dari TPA dengan Sistem KoagulasiBiofilter Anaerobik. Jurnal Teknik Lingkungan. Volume 9 Nomor 2. Sutidja, Trim, 2001. Daur Ulang Sampah. Cetakan kedua BumiAksara Wardhana,
Arya Wisnu, 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta : ANDI