PERBAIKAN DAYA SAING PERUSAHAAN MELALUI SISTEM PENGUKURAN KINERJA TERINTEGRASI: STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Ronald Sukwadi Jurusan Teknik Industri, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jln. Jenderal Sudirman 51 Jakarta, 12930, Indonesia
[email protected];
[email protected]
ABSTRACT Organizational performance has always exerted considerable influence on the strategy formulation of a company. Consequently, the ways and means of accurately measuring this performance is perceived as being an increasingly important field of study for both organizations and academics alike. In order to provide an overall view of company performance, researchers have tried to combine more than one aspect of performance through the integrated performance measurement system (IPMS). In this paper, the design and analysis of this measurement system is demonstrated through an empirical study example at a metal company. The paper starts off with choosing business level in the area of performance measurement. It then goes on to specify a set of requirements of both internal and external stakeholders which performance systems should address. The requirements which are developed based on the IPMS, can be used to identify and specify key performance indicators (KPIs) of each stakeholder. Finally, the actual score of each performance measurement can be determined, and areas for future improvement are suggested. Keywords: IPMS, stakeholders, requirements, KPIs, performance
ABSTRAK Kinerja perusahaan selalu memiliki pengaruh yang besar terhadap penentuan strategi perusahaan. Oleh karena itu, pemilihan metode dan alat yang akurat untuk mengukur kinerja ini dianggap semakin penting bagi perusahaan maupun kalangan akademisi. Dalam rangka memberikan gambaran menyeluruh dari kinerja perusahaan, peneliti telah mencoba menggabungkan lebih dari satu aspek kinerja melalui sistem pengukuran kinerja terintegrasi (IPMS). Dalam penelitian ini, perancangan dan analisis sistem pengukuran ini ditunjukkan melalui contoh studi empiris di sebuah perusahaan manufaktur logam. Penelitian dimulai dengan memilih tingkat bisnis dalam pengukuran kinerja. Kemudian dilanjutkan dengan menentukan kebutuhan dari kedua pemangku kepentingan, baik internal maupun eksternal. Kebutuhan yang dikembangkan berdasarkan IPMS ini, dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan menetapkan indikator kinerja kunci (KPI) dari masing-masing pemangku kepentingan. Akhirnya, nilai sebenarnya dari setiap pengukuran kinerja dapat ditentukan, dan area perbaikan untuk masa depan dapat disarankan. Kata kunci: IPMS, pemangku kepentingan, kebutuhan, indikator kinerja kunci, kinerja
Perbaikan Daya Saing… (Ronald Sukwadi)
81
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah PT XYZ merupakan sebuah perusahaan manufaktur penghasil logam alumunium profil. Untuk bisa terus berkembang dan bersaing dengan tetap berpedoman kepada visi dan misi perusahaan, PT. XYZ harus mengetahui sejauh mana perusahaan telah menjalankan visi dan misinya tersebut dengan melakukan pengukuran kinerja. Saat ini, perusahaan belum memiliki alat pengukuran kinerja yang dapat menggambarkan kinerja perusahaan pada saat ini. Oleh karena itu, perusahaan ingin melakukan pengukuran kinerja guna melihat hasil kerja dengan melihat kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan dari pelanggan dan pemasok dengan harapan dapat memperbaiki permasalahan yang ada. Selain untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan dan pemasok (eksternal), perusahaan juga perlu mengetahui dan memenuhi keinginan dan kebutuhan dari segi karyawan dan pemilik perusahaan (internal). Perbaikan secara internal juga sangat berperan penting dan mendukung terhadap jalannya dan kesuksesan perusahaan tersebut. Atas dasar pemikiran tersebut, metode integrated performance measurement systems (IPMS) digunakan. Metode pengukuran kinerja ini dinilai memiliki sistem pengukuran kinerja sesuai dengan apa yang diinginkan oleh perusahaan yaitu ingin mengetahui apa saja yang menjadi keinginan dan kebutuhan dari stakeholders baik internal maupun eksternal, karena penting bagi suatu perusahaan untuk memberi kepuasan terhadap stakeholders dan tentunya harus menjalin komunikasi yang baik bagi keduanya.
Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah merancang sistem pengukuran kinerja dengan metode IPMS dengan: (1) mengidentifikasi Key Performance Indicator (KPI) berdasarkan stakeholders requirements yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan; (2) mengukur kinerja perusahaan berdasarkan KPI yang telah ditetapkan sebelumnya serta menilai level KPI; (3) memberikan evaluasi terhadap hasil pengukuran kinerja perusahaan serta memberikan rekomendasi perbaikan untuk meningkatkan kinerja perusahaan jika diperlukan.
METODE Integrated Performance Measurement Systems (IPMS) Integrated Performances Measurement Systems yang selanjutnya disebut IPMS merupakan sistem baru pengukuran kinerja yang dikembangkan di Centre for Strategic Manufacturing, University of Strathclyde, Glasgow (Artley, 1993). IPMS merupakan salah satu metode pengukuran kinerja yang bertujuan untuk menggambarkan sistem pengukuran kinerja dalam arti yang tepat, dalam bentuk integrasi, seefektif dan seefisien mungkin. Sebagai salah satu metode yang digunakan dalam pengukuran kinerja, IPMS memiliki karakteristik, yaitu: (1) adanya penyusunan seluruh tugas dan aktivitas perusahaan yang sesuai dengan visi dan misi perusahaan; (2) adanya kendali bisnis pada semua bagian dalam perusahaan yang sejalan dengan strategi bisnis yang dimiliki; (3) adanya program perbaikan yang searah dengan strategi bisnis perusahaan. Dalam model pengukuran kinerja IPMS, perusahaan terbagi dalam empat level bisnis, yaitu: (1) bisnis (business corporate). Pada level bisnis, seluruh bisnis perusahaan dijabarkan dengan beberapa unit bisnis yang ada di dalamnya; (2) unit bisnis (business unit). Unit bisnis ini
82
INASEA, Vol. 12 No.2, Oktober 2011: 81-93
merupakan bagian dari perusahaan yang memiliki fungsi dan proses bisnis tertentu yang bertujuan untuk melayani sebagian segmen pasar sesuai dengan tuntutan pasar yang semakin ketat; (3) proses bisnis (business process). Setiap unit bisnis terdiri dari sejumlah proses bisnis yang terbagi dalam dua kelompok, yaitu: proses bisnis inti yang merupakan alasan dasar bagi keberadaan suatu perusahaan dan proses bisnis pendukung yang mendukung proses bisnis inti. Proses bisnis inti merupakan stakeholder dari proses bisnis pendukung.
Aktivitas Metode Integrated Performance Measurement Systems memiliki elemen-elemen yang saling terkait seperti (Artley, 1993; Bititci, Carrie & McDevitt, 1997) stakeholders, monitor eksternal, tujuan, performance measurement. Stakeholders merupakan pihak-pihak yang berkepentingan pada suatu perusahaan, antara lain pemegang saham, pemilik bisnis, pegawai atau karyawan, konsumen, pemasok dan masyarakat. Dalam IPMS, dilakukan identifikasi stakeholders, kemudian diidentifikasi juga apa yang menjadi keinginan dari tiap-tiap stakeholders terhadap bisnis perusahaan. Dalam me-monitor eksternal, perusahaan harus mengetahui posisinya terhadap pesaingnya guna mengetahui perkembangan kebutuhan dari bisnis. Tujuan daam penyusunannya didasarkan atas kebutuhan dengan target dan skala waktu yang tepat. Tujuan didasarkan pada kebutuhan stakeholders, praktek kerja bisnis kelas dunia, dan tingkat kinerja dengan hasil yang realistis. Selain itu, pengukuran kinerja dalam suatu perusahaan adalah suatu hal penting yang harus dilakukan, sehingga perusahaan dapat mengetahui sejauh mana pencapaian tujuannya. Beberapa prinsip dasar yang berlaku dalam metode Integrated Performance Measurement Systems, antara lain (Bititci, Carrie & McDevitt, 1997): (1) kontrol manajemen, dalam model IPMS berfungsi untuk melihat struktur tingkatan organisasi yang terdiri dari dua elemen, yaitu elemen manajerial dan elemen operasional; (2) deployment, elemen manajerial dari setiap tingkatan menurunkan tujuannya ke tingkat operasional untuk dilaksanakan dan dikembangkan unjuk kerjanya; (3) derajat kepentingan, model IPMS mengkhususkan pada bagian penugasan yang diberikan pada seluruh operasional yang berkaitan dengan bisnis di mana hanya tujuan yang penting bagi suksesnya perusahaan yang akan diteruskan ke tingkatan yang lebih rendah; (4) jelas, penugasan yang dilakukan ke level bawahnya harus jelas dan tidak membingungkan; (5) data yang digunakan, untuk dua level yang berdekatan tidak saling tumpang tindih dan realistis untuk dicapai; (6) perencanaan normative, terdiri dari target kemampuan, yaitu unjuk kerja yang dapat dicapai dengan batasan yang ada dan target potensial unjuk kerja yang dicapai jika semua batasan yang ada terbatasi; (7) pengawasan aktif, diperlukan terutama untuk ukuran kinerja yang sifatnya reaktif; (8) klasifikasi dan ukuran performansi dari unit bisnis, proses dan aktivitas. Ukuran performansi dari unit bisnis, proses bisnis dan aktivitas dapat diklasifikasikan berdasarkan kompleksitas dari lingkungan operasinya. Ukuran performansi ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: (1) ukuran internal, mengukur efektivitas dan efisiensi internal perusahaan dan koordinasi bagi unit bisnis, proses bisnis dan aktivitas; (2) ukuran eksternal, mengukur efektivitas dan efisiensi dari unit bisnis, proses bisnis dan aktivitas yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan dari pihak-pihak yang bersangkutan; (3) ukuran kemampuan belajar, mengukur kemampuan unit bisnis, proses bisnis dan aktivitas menghadapi kondisi yang serba tidak pasti.
Kebutuhan Stakeholder Stakeholders merupakan istilah umum dalam performance-based management yang mengacu pada sekelompok pihak yang mempunyai atau merasa mempunyai andil dalam
Perbaikan Daya Saing… (Ronald Sukwadi)
83
kesuksesan suatu organisasi saat ini dan di masa yang akan datang (Henry, 2006; Chiesa, Frattini, Lazzarotti & Manzini, 2008). Poin-poin mengenai pandangan dan harapan mereka perlu dipertimbangkan. Oleh karena itu, organisasi perlu dengan aktif mengatur hubungan dan komunikasi bersama stakeholder-nya. Perusahaan harus melibatkan pihak-pihak ini dalam sistem pengukuran kinerja untuk menentukan indikator apa yang mendasari/membuat suatu bisnis menjadi sukses (Nawawi, 2006). Kesuksesan suatu organisasi memerlukan keikutsertaan yang aktif dan dukungan dari lima pihak stakeholder untuk mencapai tujuannya. Kelompok stakeholder ini adalah pelanggan, pemilik, karyawan, penyalur, dan masyarakat sekitar. Suatu strategi yang tepat harus dikembangkan secara sistematis untuk memahami apa yang stakeholder inginkan dan harapkan. Hal ini tergantung pada jenis stakeholder, karena bagaimanapun, berbeda stakeholder, berbeda teknis atau alat yang digunakan. Untuk pelanggan, organisasi sering menggunakan survei atau fokus pada kelompok pelanggan atau Focus Group Discussion (FGD). Untuk karyawan, dapat juga digunakan FGD atau suatu diskusi (Folan & Browne, 2005; Nawawi, 2006). Menggali dan mengembangkan informasi dari stakeholder memiliki beberapa tujuan seperti mengevaluasi kepuasan pelanggan dan komitmen karyawan dan menganalisis hubungan antara ukuran kinerja dan strategi yang digunakan.
Indikator Kinerja Kunci (Key Performance Indicators) Indikator kinerja kunci adalah suatu ukuran kuantitatif atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian indikator kinerja merupakan dasar untuk melakukan penilaian terhadap kinerja sebuah organisasi apakah yang telah sesuai dengan target atau apakah kinerja tersebut berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan (Bititci, 1995; Neely, Mills, Platts, Gregory & Richards, 1996; Henry, 2006). Indikator kinerja kunci memiliki fungsi, yaitu: (1) memperjelas tentang apa, berapa dan kapan suatu kegiatan dilaksanakan; (2) menciptakan konsensus yang dibangun oleh berbagai pihak terkait untuk menghindari kesalahan interprestasi selama kebijakan atau program kegiatan; (3) membangun dasar bagi pengukuran, analisis dan evaluasi kinerja organisasi. Langkah-langkah penyusunan indikator kinerja adalah (Artley, 1993): (1) menyusun dan menetapkan rencana strategis terlebih dahulu; (2) mengidentifikasikan data atau informasi yang relevan, lengkap dan akurat yang dapat dijadikan atau dikembangkan menjadi indikator kinerja; (3) memilih dan menetapkan indikator kinerja yang paling relevan dan berpengaruh besar terhadap keberhasilan pelaksanaan program/kegiatan.
Tahap-Tahap Sistem Pengukuran Kinerja Terintegrasi (IPMS) Tahap-tahap dalam melakukan pengukuran kinerja dengan menggunakan metode Integrated Performance Measurement System (IPMS), yaitu: (1) mengidentifikasi level bisnis yang bertujuan untuk mengetahui pada level mana bisnis perusahaan dan pada bagian unit bisnis manakah bermasalah sehingga pada departemen tersebut dilakukan pengukuran; (2) mengidentifikasi kebutuhan. Dari kebutuhan yang telah didapatkan, KPI dapat diturunkan dan setelah itu KPI yang ada diberikan bobot dan nilai pada tiap-tiap indikator pada masing-masing stakeholder; (3) setelah mendapatkan nilai dan bobot tiap KPI, lalu dihitung skor aktual pada departemen yang bermasalah tersebut dan hasil perhitungan tersebut merupakan performansi kinerja departemen tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam model IPMS, langkah pertama adalah mengidentifikasi level bisnis. Pengelompokan level bisnis di PT XYZ adalah: bisnis (business corporate): PT XYZ; (2) unit
84
INASEA, Vol. 12 No.2, Oktober 2011: 81-93
bisnis (business unit): departemen produksi PT XYZ; (3) proses bisnis (business process): proses produksi alumunium profil, dengan proses bisnis pendukung pelanggan, pemilik perusahaan, karyawan dan pemasok; (4) aktivitas: aktivitas yang terjadi pada proses bisnis.
A
B
AHP
Gambar 1 Metode Penelitian IPMS
Selanjutnya adalah melakukan identifikasi terhadap stakeholder requirement yang dilakukan dengan penyebaran kuesioner yang ditujukan kepada para stakeholder. Stakeholders dalam penelitian ini adalah pelanggan, pemilik perusahaan, karyawan dan pemasok. Kuesioner
Perbaikan Daya Saing… (Ronald Sukwadi)
85
disebarkan kepada pelanggan, karyawan dan pemasok, sedangkan untuk pemilik perusahaan dilakukan wawancara. Jenis-jenis pertanyaan yang terdapat pada kuesioner berisi mengenai suatu kondisi atau keadaan dan kebutuhan dari stakeholder yang bersangkutan. Tabel 1 menyajikan hasil identifikasi kebutuhan dari setiap stakeholder. Tabel 1 Stakeholders Requirement Stakeholders
Stakeholders Requirement 1. Kesempurnaan bentuk profil 2. Kehalusan permukaan profil 3. Dimensi sesuai spesifikasi 4. Kekerasan (hardness) sesuai spesifikasi 5. Warna anodize sesuai spesifikasi 6. Ketebalan anodize sesuai spesifikasi 7. Ketepatan waktu pengiriman 8. Kemasan profil
Pelanggan
9. Kelengkapan profil 10. Tanggapan terhadap keluhan 11. Kecepatan dalam menanggapai keluhan 12. Ketersediaan stock 13. Pelayanan yang baik terhadap pelanggan 14. Harga yang ditawarkan 15. Cara pembayaran 16. Discount yang diberikan 1. Memaksimalkan penjualan 2. Memperkecil produk cacat dan pengerjaan ulang
Pemilik Perusahaan
3. Peningkatan produktivitas kinerja karyawan 4. Komunikasi yang baik antar divisi / departemen 5. Laba
Tabel 1 Stakeholder Requirement (Lanjutan) Stakeholders
Stakeholders Requirement 1. Keadaan lingkungan kerja 2. Sistem kerja 3. Sistem keselamatan kerja 4. Fasilitas yang diberikan 5. Tunjangan / jaminan yang diberikan
Karyawan
6. Hubungan yang terjalin diantara rekan – rekan kerja 7. Bonus yang diberikan 8. Reward 9. Pembagian waktu kerja, waktu libur dan waktu diberikan 10. Promosi yang diberikan
86
istirahat yang
INASEA, Vol. 12 No.2, Oktober 2011: 81-93
11. Siklus keluar masuk pekerja 12. Tingkat perkembangan karir 13. Absensi 14. Kualitas produk yang dihasilkan 15. Kuantitas produk yang dihasilkan 1. Cara / sistem pemesanan Pemasok
2. Kapasitas pemesanan 3. Waktu pemesanan 4. Sistem pembayaran
Setelah mendapatkan kebutuhan dari tiap-tiap stakeholder, maka langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi external monitor. Identifikasi ini dilakukan dengan melakukan penyebaran kuesioner kepada pelanggan yang bertujuan untuk mengetahui mengenai pandangan dari luar/eksternal terhadap PT XYZ. Tabel 2 menyajikan hasil dari penyebaran kuesioner external monitor. Tabel 2 Hasil Kuesioner External Monitor Jawaban No. 1
Pertanyaan SB
B
CB
KB
TB
8
10
7
1
0
6
11
7
2
0
9
13
4
0
0
23
34
18
3
0
Bagaimana kualitas produk yang dihasilkan dibanding dengan perusahaan lain yang bergerak dalam bidang yang sama?
2
Bagaimana pelayanan yang diberikan dibanding dengan perusahaan lain yang bergerak dalam bidang yang sama?
3
Bagaimana harga yang ditawarkan dibanding dengan perusahaan lain yang bergerak dalam bidang yang sama? Total
SB: sangat baik, B: baik, CB: cukup baik, KB: kurang baik, TB: tidak baik
Berdasarkan dari hasil kuesioner pandangan dari luar mengenai PT XYZ dibandingkan dengan perusahaan lainnya yang bergerak dalam bidang yang sama, ternyata perusahaan memiliki kinerja yang sudah cukup baik, hal tersebut dapat dibuktikan dengan nilai total dari hasil kuesioner dengan nilai terbesar terdapat pada kolom (B = Baik) dan nilai terkecil terdapat pada kolom tidak baik. Hal tersebut menandakan bahwa sebagian besar pelanggan memberikan nilai yang baik untuk semua kriteria yang ditanyakan mengenai PT XYZ.Setelah mengetahui kebutuhan dari masingmasing stakeholder maka langkah selanjutnya dapat dilakukan pengidentifikasian mengenai objective yang bertujuan untuk mengetahui tujuan dari masing-masing kebutuhan setiap stakeholder, sehingga hasilnya nanti dapat dijadikan parameter dari tiap-tiap nilai KPI. Contoh identifikasi objective untuk stakeholder pemilik perusahaan disajikan dalam Tabel 3. Dari hasil objective pada masing-masing kebutuhan stakeholder maka akan didapatkan nilai KPI yang dapat dijadikan sebagai acuan dari pengukuran kinerja perusahaan. Contoh penentuan KPI yang diturunkan dari objective untuk stakeholder pemilik perusahaan disajikan
Perbaikan Daya Saing… (Ronald Sukwadi)
87
dalam Tabel 4. Pengujian validasi dilakukan pada setiap KPI dan kemudian dilakukan spesifikasi terhadap KPI yang telah diuji validasi. Tabel 5 sampai Tabel 8 adalah hasil spesifikasi KPI berdasarkan stakeholders. Tabel 3 Identifikasi objective stakeholder pemilik perusahaan • • • • •
Stakeholders Requirement Memaksimalkan penjualan Memperkecil produk cacat dan pengerjaan ulang Peningkatan produktivitas kinerja karyawan Komunikasi yang baik antar divisi / departemen Laba
•
Objectives Meningkatkan order Mengurangi nilai produk cacat dan pengerjaan ulang Mengurangi keterlambatan dan absen ketidak hadiran karyawan serta meningkatkan kualitas karyawan Mengurangi kesalahpahaman
•
Meningkatkan keuntungan
• • •
Tabel 4 KPI Pemilik Perusahaan • • • • •
Objectives Meningkatkan order Mengurangi nilai produk cacat dan pengerjaan ulang Mengurangi keterlambatan dan absen ketidak hadiran karyawan serta meningkatkan kualitas karyawan Mengurangi kesalahpahaman Meningkatkan keuntungan
• • • •
KPI Prosentase order Prosentase total produk cacat Prosentase pengerjaan ulang Prosentase absensi karyawan
• •
Tingkat usaha perbaikan komunikasi Prosentase tingkat keuntungan
Tabel 5 Key Performance Indicators (KPI) Pelanggan No. A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10
Key Performance Indicators (KPI) Prosentase cacat pada produk karena ketidaksempurnaan bentuk profil Prosentase cacat pada permukaan profil Prosentase cacat karena ketidaksesuaian dimensi benda kerja Prosentase cacat karena warna anodize yang tidak sesuai spesifikasi Prosentase keterlambatan dalam pengiriman pesanan Jumlah komplain Prosentase tanggapan terhadap komplain Prosentase jumlah stock Jumlah komplain terhadap pelayanan Prosentase sistem pembayaran yang tidak jelas
Tabel 6 Key Performance Indicators (KPI) Pemilik Perusahaan No. B1 B3 B5
Key Performance Indicators (KPI) Prosentase order Prosentase pengerjaan ulang Prosentase tingkat keuntungan
Tabel 7 Key Performance Indicators (KPI) Karyawan No. C1 C2 C3
88
Key Performance Indicators (KPI) Prosentase perbaikan sistem kerja Prosentase peningkatan sistem keselamatan kerja Prosentase pembaharuan alat-alat keselamatan kerja
INASEA, Vol. 12 No.2, Oktober 2011: 81-93
C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11
Prosentase fasilitas yang diberikan Prosentase pemberian bonus Prosentase pemberian reward Prosentase promosi Prosentase turn over pekerja Prosentase absensi pekerja Prosentase total produk cacat Prosentase produktivitas operator
Tabel 8 Key Performance Indicators (KPI) Pemasok No. D1 D2 D3 D4
Key Performance Indicators (KPI) Prosentase sistem pemesanan bahan baku sesuai jadwal Jumlah kapasitas pemesanan Prosentase pemesanan mendadak Prosentase pembayaran pembelian bahan baku (tepat waktu)
Setelah menentukan KPI yang sesuai dengan kebutuhan tiap stakeholder, dilakukan penyebaran kuesioner dan pembobotan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) (Saaty, 1998). Penilaian KPI didapatkan dari data perusahaan yang disesuaikan dengan target yang ingin di capai. Nilai KPI yang didapatkan berdasarkan skala penilaian (1-5) dan nilai yang ada disesuaikan dengan target yang ingin dicapai oleh perusahaan. Nilai-nilai inilah yang akan digunakan dalam perhitungan pengukuran kinerja pada PT. XYZ. Hasil rekapitulasinya dapat dilihat pada tabel 9 berikut. Tabel 9 Rekapitulasi Hasil Pengolahan Data
Stakeholder
Pelanggan
Pemilik Perusahaan
Karyawan
KPI
Nilai (1)
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 B1 B3 B5 C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11
4 1 1 4 1 1 5 2 4 1 4 5 5 4 4 1 5 2 2 1 4 5 1 5
Bobot (2)
Nilai Performansi (3)=(1)x(2)
0.128 0.099 0.12 0.085 0.13 0.116 0.094 0.025 0.115 0.087 0.385 0.297 0.318 0.159 0.113 0.057 0.064 0.126 0.115 0.062 0.088 0.069 0.148 0.156
0,512 0,099 0,12 0,34 0,13 0,116 0,47 0,05 0,46 0,087 1,540 1,484 1,591 0,636 0,451 0,057 0,322 0,251 0,229 0,062 0,351 0,345 0,148 0,780
Perbaikan Daya Saing… (Ronald Sukwadi)
Total Nilai Performansi (4)=(∑(3))
Bobot Stakeholder (5)
2,384
0,338
Nilai Performansi Stakeholder (6)=(4)x(5) 0,806
4,615
0,22
1,015
3,632
0,257
0,933
89
Pemasok
D1 D2 D3 D4
5 4 2 5
0.282 0.201 0.209 0.308
1,410 0,804 0,419 1,538
4,171
0,185
Total Performansi
0,772
3,526
Nilai performansi PT. XYZ adalah 3,526, hal tersebut menandakan bahwa performansi kinerja dari perusahaan sudah cukup baik walaupun belum maksimal.
Pembahasan Pada pengukuran kinerja, data yang dibutuhkan adalah data mengenai perusahaan serta nilai-nilai yang dibutuhkan untuk dilakukan perhitungan, sehingga dari nilai-nilai tersebut dapat terlihat kinerja dari perusahaan tersebut. Gambar 2-5 menunjukkan nilai-nilai KPI pada masingmasing stakeholder. Terlihat pada Gambar 2, bahwa nilai KPI pada pelanggan masih banyak terdapat indikator yang memiliki nilai kecil atau < 3, hal itu menandakan bahwa indikator tersebut belum dapat mencapai target yang telah ditentukan. Oleh sebab itu, perusahaan perlu mengadakan peningkatan-peningkatan segala sistem yang ada untuk pengembangan serta mengadakan evaluasi secara terus menerus agar dapat mengetahui perkembangan dari kinerja perusahaan. Dari Gambar 3 mengenai nilai KPI pemilik perusahaan, nilai pada tiap indikatornya di atas nilai standar yaitu > 3 dan hal itu menandakan bahwa setiap indikator yang diinginkan oleh pemilik perusahaan telah atau dapat melewati standar dan target yang telah ditentukan oleh perusahaan. Nilai KPI Pelanggan A1
6 5
A2
5 4
4
A3
4
Nilai
4
A4 A5
3
2
A6
2 1
1
1
1
1
1
A7 A8
0
A9 KPI Pelanggan
A10
Gambar 2 Nilai KPI Pelanggan Nilai KPI Pem ilik Perusahaan 6 5
5
5 4 4 Nilai
B1 3
B2 B3
2 1 0 KPI Pemilik Perusahaan
Gambar 3 Nilai KPI Pemilik Perusahaan
90
INASEA, Vol. 12 No.2, Oktober 2011: 81-93
Nilai KPI Karyaw an 6 5
5
5
4
4
C3
4
4 Nilai
C1 C2
5
C4 C5
3 2
C6
2
C7
2 1
1
1
1
C8 C9 C10
0
C11
KPI Karyawan
Gambar 4 Nilai KPI Karyawan
Nilai KPI Pem asok 6 5
5
5 4 4 Nilai
D1 D2
3
D3 2
2
D4
1 0 KPI Pemasok
Gambar 5 Nilai KPI Pemasok
Pada Gambar 4 di atas, KPI karyawan nilai tiap indikatornya masih banyak yang terdapat di bawah nilai standar atau target yang telah ditentukan. Nilai indikator-indikator yang kecil pada KPI karyawan ini berkaitan dengan pemberian penghargaan, reward dan lain sebagainya. Padahal, menurut Cokroaminoto (2007), pemberian penghargaan terhadap para karyawan dapat meningkatkan kinerja dari individu karyawan tersebut, karena secara psikologis seseorang akan melakukan hal secara maksimal apabila ada sesuatu yang ingin didapatkannya. Oleh sebab itu, sebaiknya perusahaan lebih meningkatkan lagi mengenai pemberian penghargaan kepada para pekerja yang hasilnya nanti akan berguna juga untuk perkembangan perusahaan. Untuk nilai KPI pemasok, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 5 di atas hanya terdapat 1 indikator yang nilainya kurang dari standar dan target yang telah ditentukan. Untuk indikator tersebut, sebaiknya dilakukan evaluasi dan perbaikan agar hubungan yang terjalin dengan pemasok dapat berjalan dengan baik sehinga nantinya dapat memudahkan perusahaan dalam menjalin hubungan baik dengan relasinya.
PENUTUP Berdasarkan dari hasil pengukuran yang telah dilakukan dengan menggunakan metode Integrated Performance Measurement System (IPMS), PT XYZ memiliki nilai performansi terhadap kinerja perusahaan sebesar 3,526 dari skala 1 sampai dengan 5. Nilai ini berarti perusahaan secara umum memiliki kinerja yang cukup baik. Hal ini menandakan bahwa walaupun
Perbaikan Daya Saing… (Ronald Sukwadi)
91
belum bisa mencapai standar dan target yang ingin dicapai tetapi nilainya sudah melewati setengah dari nilai yang ingin dicapai. Oleh sebab itu, perlu diadakan peningkatan-peningkatan untuk setiap indikator yang memiliki nilai kecil agar nilai performansi kinerja pada PT. XYZ ini dapat maksimal sesuai dengan keinginan dan kebutuhan yang ada. Peningkatan performansi pada setiap indikator yang ada, bisa dimulai dari pengadaan evaluasi pada setiap indikator yang memiliki nilai kecil. Dari hasil evaluasi permasalahan yang ada, dapat dicarikan solusinya dengan harapan dapat meningkatkan performansi sekarang.
Saran Berikut ini saran-saran yang diharapkan dapat meningkatkan performansi perusahaan: (1) membuat penjadwalan produksi yang tepat agar tidak terjadi keterlambatan produksi yang mengakibatkan keterlambatan dalam pengiriman pesanan; (2) meningkatkan pemberian bonus, penghargaan dan promosi terhadap para pekerja guna meningkatkan produktivitas para pekerja; (3) meningkatkan nilai-nilai KPI yang nilainya masih jauh dari target yang ingin dicapai; (4) usulan pembuatan Standard Operating Procedure (SOP) dan form pengukuran kinerja yang berfungsi sebagai standar pengukuran kinerja perusahaan untuk tahun-tahun berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA Artley, W. (1993). The performance-based management handbook: Establishing an integrated performance measurement systems. Tennessee: Oak Ridge Associated Universities. Bititci, U. S. (1995). Modeling of performance measurement systems in manufacturing enterprises. International Journal Production Economic 42: 137-147. Bititci, U. S., Carrie, A. S., & McDevitt, L. (1997). Integrated performance measurement systems: a development guide. International Journal of Operations & Production Management 17: 522-534. Chiesa, V., Frattini, F., Lazzarotti, V., & Manzini, R. (2008). Designing a performance measurement system for the research activities: a reference framework and an empirical study. Journal Engineering Technology Management 25: 213-226. Cokroaminoto. (2007). Membangun kinerja: memaknai kinerja karyawan. Diakses 6 Mei 2008 dari http://cokroaminoto.wordpress.com/2007/05/23/memaknai-kinerja-karyawan/ Folan, P., & Browne, J. (2005). A review of performance measurement: towards performance management. Journal of Computers in Industry 56: 663–680. Henri, J. F. (2006). Organizational culture and performance measurement systems. Journal of Accounting, Organizations and Society 31: 77-103. Nawawi, H. (2006). Evaluasi dan manajemen kinerja di lingkungan perusahaan dan industri, Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Neely, A., Mills, J., Platts, K., Gregory, K., & Richards, H. (1996). Performance measurement system design: should process based approaches be adopted? International Journal Production Economic 46-47: 423-431. Saaty, T. L. (1998). Multi criteria decision making: the analytical hierarchy process. Beccles, Suffolk: ETA Service Ltd.
92
INASEA, Vol. 12 No.2, Oktober 2011: 81-93
RIWAYAT PENULIS Ronald Sukwadi lahir di Kebumen, 24 Oktober 1981. Penulis menamatkan pendidikan Sarjana Teknik (ST) di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang dalam bidang Teknik Industri pada tahun 2002 dan Magister Manajemen (MM) di Undip dalam bidang Manajemen Stratejik pada tahun 2004. Sejak tahun 2005 sampai sekarang menjadi staf pengajar di Jurusan Teknik Industri Unika Atma Jaya Jakarta. Mulai tahun 2009 sampai sekarang, penulis sedang mengambil program doktoral (Ph.D) bidang Teknik Industri di Chung Yuan Christian University (CYCU), Taiwan dan bergabung di Laboratorium Quality Strategy. Penelitian-penelitiannya berkaitan dengan bidang manajemen kualitas, manajemen strategi, kualitas layanan/jasa, TQM, dan Six Sigma.
Perbaikan Daya Saing… (Ronald Sukwadi)
93