PERAN LUBANG RESAPAN BIOPORI DALAM SISTEM PENANGANAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA Oleh: Noviar Ismael,Drs,MT Staf pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Jl. Gegerkalong Hilir Ds.Ciwaruga Kotak pos 1234 Bdg 40012 E-mail:
[email protected] ABSTRAK Masalah sampah menjadi salah satu permasalahan di setiap kota, tidak hanyadi Indonesia tetapi juga di dunia. Penangangan masalah sampah yang tidak baik akan menimbulkan dampak yang luas, tidak bagi lingkungan, tetapi juga berdampak buruk bagi perekonomian, dan sosial. Permasalahan sampah saja sudah menjadi permasalahan klasik yang dihadapi hamper seluruh kota besar di Indonesia. Persoalan sampah menjadi kian pelik karena pada akhirnya menjadi penyebab terjadinya berbagai bencana, seperti banjir, wabah penyakit, maupun bencana lingkungan seperti longsornya gunung sampah di TPA, dan lain – lain. Sampah , dalam hal ini sampah organik yang selama ini dibuang dengan bercampur tanpa terpisah dengan jenis lainnya ( anorganik maupun B3), akhirnya harus berujung ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah, menjadi gunung penghasil gas metana yang setiap saat menimbulkan sumbangan pada pemanasan global (global warming) serta bencana dalam bentuk ledakan.Seringkali kita tidak menyadari bahwa sampah organik sangat banyak jumlahnya dan memiliki nilai yang lebih bermanfaat seperti dijadikan kompos dan pupuk dari pada dibakar yang hanya menghasilkan polutan bagi udara. Dalam mengatasi permasalahan sampah organik rumah tangga, lubang biopori menjadi salah satu solusi pengolahan sampah organik yang efektif dan efisien serta memberikan keuntungan lebih baik untuk pemilih rumah, maupun lingkungan sekitar. . Lubang biopori dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan kompos alami (tanpa biang khusus yang ditambahkan) yang dapat digunakan sebagai pupuk organik bagi tanaman budidaya atau tanaman hias di sekitar kita. Dengan mendaur ulang sampah organik menjadi kompos melalui lubang resapan biopori, masyarakat telah dapat berperan aktif dalam hal penanganan masalah sampah serta kerusakan lingkungan.
POLBAN
Kata kunci: sampah organik,kompos, lubang resapan biopori
ABSTRACT Waste problem became one of the problems in each city, not only in Indonesia but also in the whole world. A lack of handling the waste will lead to far-reaching impact, not only for the environment, but also bad for the economy, and social. Waste problem has become a classic problem faced by almost all major cities in Indonesia. Waste problem becomes more complicated because ultimately being the cause of the occurrence of disasters, such as floods, epidemics, and environmental disasters such as landslide mountain of trash in the landfill, and others. Garbage, in this case the organik waste that had been dumped without separating mixed with other types (inorganik and B3), should eventually lead to the final disposal (landfill) waste, producing methane gas into the mountain causing the global warming ( global warming), and catastrophic in the form ledakan.Seringkali we did not realize that the very numerous organik waste and has a value that is more useful as compost and fertilizer made from the burned that only produces pollutants to the air. In addressing the problem of household organik waste, biopori holes can be one solution processing of organik waste that is effective and efficient and provide a better return for the hosts, and the environment. . Biopori holes can be used to produce compost naturally (without any specific source added) that can be used as organik fertilizer for crops or ornamental plants around us. By recycling organik waste into compost through a biopore hole infiltration, the public has been able to play an active role in handling the problems of waste and environmental damage. Keywords: organik waste, biopori hole infiltration, compost Pendahuluan masih bisa dipakai kalau dikelola dengan prosedur yang benar. Permasalahan sampah, telah menjadi permasalahan global yang melanda seluruh dunia dan telah menjadi penyebab terjadinya berbagai bencana akibat kerusakan lingkungan yang ditimbulkannya.
POLBAN
Pada dasarnya, sampah terdiri dua jenis yaitu sampah organik dan anorganik. Kedua jenis sampah tersebut, menurut Undang - undang nomor 18 tahun 2008, perlu adanya pengelolaan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. Sampah organik adalah jenis sampah yang memiliki dampak cukup serius. Sampah Organik adalah merupakan barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi
Gambar 1. Gunung sampah organik dan anorganik yang tercampur (sumber: www.studentpreuneur.co)
Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan sampah organik paling menjadi sorotan, diantaranya adalah baunya yang mengganggu lingkungan dan kesehatan, sumber berbagai penyakit, pencemaran air lindi ke tanah dan sungai, dapat menyebabkan longsor dan banjir, tidak sedap dipandang mata, keterbatasan lahan pengolahan, serta sistem open dumping di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang belum tepat untuk pemrosesan sampah organik (Sejati, 2009). Gambar 2. Berbagai macam sampah organik (dari berbagai sumber) Sampah organik pada dasarnya adalah sampah yang bisa mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan kompos). Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, sampah, rumput, dan bahan lain yang sejenis yang proses pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia. Sampah pasar khusus seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau pasar ikan, jenisnya relatif seragam, sebagian besar (95%) berupa sampah organik sehingga lebih mudah ditangani. Sampah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya anorganik.
Permasalahan sampah organik rumah tangga tidak dapat dipandang sebelah mata, karena 60 hingga 70% sampah dari rumah tangga adalah sampah organik. Banyak ditemukan masyarakat akhirnya membakar sampah organik yang berbentuk tanaman dan dedaunan, yang berdampak buruk pada kesehatan dan kualitas udara. Tindakan pengolahan sampah organik sejak dari sumbernya, adalah hal mendesak yang perlu dilakukan untuk mencegah kerusakan lingkungan yang lebih besar di kemudian hari. Namun sekarang, setiap warga mempunyai tempat masing-masing untuk membuang sampah organik yang sebenarnya mempunyai fungsi luar biasa. Setiap lubang biopori yang mempunyai kedalaman 100 cm dapat menampung sampah organik sebanyak 7,8 liter. Pengolahan Sampah Organik Menjadi Kompos Salah satu solusi efektif untuk permasalahan menumpuknya sampah organik di TPA yang berdampak buruk bagi kesehatan dan lingkungan, adalah dengan mengolahnya menjadi kompos sejak dari sumbernya, yaitu rumah tangga. Dengan mengolah sampah organik menjadi kompos akan membuat tanah menjadi subur karena kandungan unsur hara bertambah.
POLBAN
Pengolahan sampah organic sejak dari rumah tangga, harus diawali dengan pemilahan sampah yang akan masuk ke dala lubang resapan biopori. Peran masyarakat dalam memilah sampah rumah tangganya sendiri akan berdampak besar terhadap volume sampah serta proses daur-ulang sampah yang akan dilakukan selanjutnya.
3
Gambar 3. Pemilahan Sampah Sejak dari Rumah (www.mas-shiro.com) Adapun Manfaat yang dapat diperoleh dari pengolahan sampah menjadi kompos adalah berkurangnya volume sampah yang diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sehingga akan menghemat sumber daya penunjang seperti bahan bakar kendaraan dan operasional alat lainnya. Selain itu, persepsi masyarakat terhadap sampah yang dipandang sebelah mata karena terkesan kotor dan bau akan berkurang bila dilakukan proses pengolahan yang tepat dijadikan sebagai kompos karena tidak bau dan memiliki nilai lebih.
Gambar 4. Ilustrasi Siklus Pemanfaatan Sampah Organik Menjadi Kompos (sumber:www.organicholic.blogspot.com )
Adapun manfaat yang dapat kita ambil dengan pengolahan sampah organik menjadi kompos yaitu: 1. Tersedianya pupuk organik yang murah serta ramah lingkungan 2. Mengurangi kuantitas tumpukan sampah yang ada, karena sudah dapat diproses menjadi barang yang lebih bermanfaat 3. Berkurangnya kebutuhan lahan untuk menampung sampah. Karena secara kolektif, pemilahan sampah organik dari rumah akan turut mengurangi cakupan luas lahan yang dibutuhkan untuk membuang sampah, baik di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) maupun Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
POLBAN
4. Berkurangnya potensi kerusakan lingkungan karena berkurangnya tumpukan sampah yang berdampak buruk terhadap kesehatan lingkungan.
Lubang Resapan Biopori, Sebagai “Pabrik” Pengolah Sampah Organik Salah
satu
solusi
untuk
menangani
sampah organik rumah tangga, yaitu melalui tindakan pengomposan dengan menggunakan lubang resapan biopori. Pada prinsipnya, lubang biopori adalah lubang yang dibuat di tanah kemudian diisi dengan sampah organik atau sampah yang biodegradable. Sampah yang ada di dalam lubang akan menjadi makanan organisme-organisme tanah. Gambar 5. Pengomposan pada Lubang Biopori (dari berbagai sumber) Lubang resapan biopori dapat
diaplikasikan di hampir semua jenis lingkungan tempat tinggal seperti daerah pedesaan, daerah perkotaan, maupun daerah pinggir pantai. Lubang resapan biopori yang sudah “diaktifkan”, dapat mengolah sampah organik untuk dijadikan pupuk kompos tanpa harus mengeluarkan banyak energi dan biaya. Lubang resapan biopori dapat berfungsi sebagaimana mestinya dengan memberikan sampah organik kedalamnya. Sampah ini selanjutnya menjadi sumber energi bagi organisme tanah untuk melakukan kegiatannya melalui proses dekomposisi. Sampah yang telah didekompoisi ini dikenal sebagai kompos. Dalam proses ini, lubang biopori tidak hanya menjadi media pembentukan kompos, namun juga turut andil dalam pembentukan kompos itu
sendiri. Selanjutnya kompos dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik pada berbagai jenis tanaman, seperti tanaman hias, sayuran, dan jenis tanaman lainnya.
Teknik pengolahan sampah organik dengan menggunakan lubang resapan biopori hanya membutuhkan sedikit tempat, baik di halaman depan rumah, maupun pada lingkungan sekitar. Pengolahan sampah dengan teknik biopori tidak membutuhkan pengamatan dan perawatan ekstra. Teknik ini dapat diaplikasikan hanya dengan membuat lubang-lubang kecil berdiameter sekitar 10 cm sampai 30 cm dengan kedalaman 30100 cm di lokasi sekitar tempat tinggal.
POLBAN
Gambar 6. Gambar Penampang Lubang Resapan Biopori (dari berbagai sumber)
Secara volume kapasitas atau daya tamping sampah organik, bIla lubang yang dibuat berdiameter 10 cm dengen kedalaman 100 cm, maka setiap lubang dapat menampung 7.8 liter sampah organik. Jumlah tersebut setara dengan rata-rata jumlah sampah organik selama 23 hari dari satu rumah. Dalam selang waktu 56 – 84 hari, sampah di dalam lubang biopori sudah terdekomposisi 5
menjadi kompos sehingga volumenya telah menyusut. Dengan demikian lubang lubang ini sudah dapat diisi kembali dengan sampah organik baru dan begitu seterusnya. Setelah lubang resapan biopori dibuat, secara berkala lubang harus dirawat dan dipelihara dengan cara mengisi sampah organik kedalam lubang resapan biopori, memasukkan sampah organik secara berkala pada saat terjadi penurunan volume sampah organik pada lubang resapan biopori; dan atau mengambil sampah organik yang ada dalam lubang resapan biopori setelah menjadi kompos diperkirakan 2 – 3 bulan telah terjadi proses pelapukan. Supaya lubang resapan biopori berfungsi baik, sampah organik seperti daun dan sayuran busuk disimpan di sekitar mulut lubang agar setelah dihancurkan oleh hewan pengurai, bahan organik akan jatuh ke dalam lubang dengan sendirinya (Brata, 2012).
Gambar 7. Panen Kompos dari Lubang Resapan Biopori (dari berbagai sumber)
Pada akhirnya, dengan mengolah sampah organik rumah tangga dengan menggunakan lubang resapan biopori, secara tidak langsung masyarakat telah berperan aktif dalam menjaga keberlangsungan lingkungan alam. Dalam hal ini, masyarakat telah membantu mengurangi 60-70 % volume sampah yang dibuang ke TPA. Selain itu, lubang resapan biopori yang sudah aktif dengan adanya sampah organik, tidak hanya berfungsi sebagai “pabrik” kompos, namun juga turut andil dalam mengurangi genangan banjir serta menjaga unsur hara dan cadangan air di dalam tanah.
POLBAN Kesimpulan
1. Pengolahan sampah organik mutlak diperlukan agar tidak menimbulkan dampak kerusakan lingkungan yang lebih jauh. 2. Pengolahan sampah organik perlu dimulai sejak dari sumbernya, misalnya rumah tangga, melalui proses pemilahan dari sampah-sampah anorganik.
3. Lubang resapan biopori, selain bermanfaat untuk mengurangi genangan saat banjir, juga dapat dimanfaatkan untuk pengolahan sampah organik menjadi kompos. Pengolahan sampah organik menjadi 4. kompos memiliki manfaat, dalam hal ini Daftar Pustaka • Anonim, 2013. Biopori. http://www.biopori.com (diakses Rabu 17 April 2013) • Rogers, P.P., Kazi F.J., John A.B. 2006. An Introduction to Sustainable Development. Harvard University Press • Sejati, K. 2009. Pengolahan Sampah Terpadu dengan Sistem Node, Sub Point, Center Point. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
untuk mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA, serta secara pemanfaatan, hasil dekomposisi menjadi kompos dapat digunakan sebagai pupuk hijau.
POLBAN
Griya. 2008. Mengenal dan Memanfaatkan Lubang Biopori. (Online). (http://kumpulaninfo.com, diakses 31 Desember 2013). Kamir R. Brata & Anne Nelistya. Lubang Resapan Biopori. Niaga Swadaya. 2008
7