PERAMALAN PENJUALAN DAN HARGA AYAM BROILER PADA PERUSAHAAN TUNAS MEKAR FARM (TMF) BOGOR
Oleh : Moh Zaenal Muttaqin A14104678
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN MOH ZAENAL MUTTAQIN. Peramalan Penjualan Dan Harga Ayam Broiler pada Perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF) Bogor. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan RAHMAT YANUAR). Industri ayam broiler di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat baik, walaupun sempat diperkirakan industri ayam broiler akan mengalami kelumpuhan akibat dari kasus flu burung yang menyerang unggas di Indonesia, ternyata berkat kerja sama antar semua pihak baik dari lingkungan pemerintah, perusahaan peternakan dan masyarakat kasus ini dapat diatasi dengan baik. Hal ini dapat ditunjukkan dari perkembangan populasi ayam broiler yang terus bertambah dari tahun ke tahun. Tunas Mekar Farm (TMF) merupakan perusahaan perseorangan yang bergerak di bidang budidaya serta penjualan ayam hidup yang terdapat di wilayah Bogor. TMF dipilih sebagai tempat penelitian karena perusahaan ini bergerak disektor penjualan ayam hidup serta merupakan salah satu perusahaan yang memiliki perkembangan yang sangat baik dalam industri ayam broiler di daerah Bogor. Perusahaan TMF membagi konsumennya menjadi dua, yaitu konsumen tetap dan tidak tetap. Konsumen tetap yaitu konsumen yang melakukan pemesanan secara kontinyu, sedangkan konsumen tidak tetap yaitu konsumen yang tidak melakukan pemesanan secara kontinyu. Permintaan konsumen tersebut tidak konstan atau selalu berubah, karena dipengaruhi oleh perubahan kondisi lingkungan, misalkan perubahan harga, selera masyarakat dan pendapatan masyakat, sehingga penjualan perusahaan selalu berubah-ubah. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengidentifikasi pola data penjualan dan harga ayam hidup perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF) (2) Memilih metode yang paling baik untuk meramalkan penjualan dan harga ayam hidup perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF) (3) Memperoleh ramalan penjualan dan harga ayam hidup perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF) dengan menggunakan metode yang paling baik. Untuk menganalisis peramalan penjualan dan harga ayam broiler di perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF) dilakukan secara kuantitatif. Proses pengolahan data dan analisis data menggunakan program Microsoft Excel, Minitab Versi 15. Microsoft Excel digunakan dalam melakukan plot data dalam bentuk grafik, sedangkan Minitab Versi 15 digunakan dalam proses analisis data dan peramalan. Penelitian ini dilakukan pada TMF secara sengaja, dengan didasari bahwa TMF merupakan perusahaan yang memiliki perkembangan yang sangat baik di bidang industri ayam broiler khususnya untuk wilayah Bogor. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan Tunas Mekar Farm merupakan salah satu perusahaan yang memiliki perkembangan usaha yang sangat baik. Hal ini dapat di lihat dari kecenderungan yang terus meningkat dari penjualan ayam broiler milik perusahaan.
Pola data penjualan ayam broiler Tunas Mekar Farm tidak stasioner, memiliki unsur trend dan musiman. Unsur musiman lebih disebabkan oleh kondisikondisi tertentu terutama tahun baru, puasa, idul fitri dan idul adha. Pada kondisi seperti itu penjualan ayam broiler cenderung meningkat. Berdasarkan nilai MSE yang diperoleh dari masing-masing metode peramalan, nilai MSE yang paling kecil serta model yang paling sederhana yang dapat dipakai untuk meramalkan penjualan ayam broiler Tunas Mekar Farm adalah model SARIMA (1,1,0)(1,1,1)¹² dengan nilai MSE 4.958.073.037. Sedangkan untuk meramalkan harga ayam broiler yang berlaku di TMF, berdasarkan nilai MSE yang diperoleh dari masing-masing metode peramalan, nilai MSE yang paling kecil serta model yang paling sederhana yang dapat dipakai untuk meramalkan harga ayam broiler Tunas Mekar Farm adalah model SARIMA (1,1,1)(1,1,1)¹² dengan nilai MSE 484.029. Ramalan penjualan ayam broiler perusahaan Tunas Mekar Farm tahun 2010 diperkirakan akan mencapai 13.718.941 kg. Jika dibandingkan dengan realisasi penjualan pada tahun 2009, maka terjadi peningkatan sebesar 3.413.196 kg. Hasil ramalan penjualan untuk 12 bulan ke depan menunjukkan bahwa tingkat penjualan ayam broiler berfluktuasi dengan rata-rata penjualan mencapai 1.143.245 kg per bulan. Ramalan penjualan tertinggi terjadi pad bulan Desember 2009 yaitu sebesar 1.280.674 kg. Sedangkan hasil ramalan harga ayam untuk 12 bulan ke depan menunjukkan bahwa tingkat harga ayam broiler berfluktuasi dengan harga rata-rata mencapai Rp. 13.989 per kilogram. Serta ramalan harga ayam tertinggi terjadi pada bulan September 2010 yaitu sebesar Rp.15.240 per kilogram. Saran yang dapat dberikan adalah jika perusahaan akan menggunakan peramalan kuantitatif maka sebaiknya perusahaan menggunakan metode ARIMA untuk meramalkan penjualan dan harga ayam broiler, karena metode ARIMA menghasilkan nilai MSE yang paling baik diantara metode peramalan yang lainnya. Pola data penjualan ayam broiler Tunas Mekar Farm tidak stasioner, memiliki unsur trend dan musiman. Unsur musiman lebih disebabkan oleh kondisi-kondisi tertentu terutama tahun baru, puasa, idul fitri dan idul adha. Pada kondisi seperti itu penjualan ayam broiler cenderung meningkat. Oleh karena itu untuk mengantisipasi permintaan yang meningkat maka perusahaan perlu perencanaan yang lebih baik dalam budidaya ayam broiler.
PERAMALAN PENJUALAN DAN HARGA AYAM BROILER PADA PERUSAHAAN TUNAS MEKAR FARM (TMF) BOGOR
MOH ZAENAL MUTTAQIN A14104678
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul Skripsi : Peramalan Penjualan dan Harga Ayam Broiler pada Perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF) Bogor Nama
: Moh Zaenal Muttaqin
NRP
: A14104678
Disetujui, Pembimbing
Rahmat Yanuar, SP., MSi NIP. 19760101 200604 1010
Diketahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 19571222 198203 1002
Tanggal Lulus:
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Peramalan Penjualan dan Harga Ayam Broiler pada Perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF) Bogor” belum pernah diajukan sebagai karya tulis ilmiah pada suatu perguruan tinggi atau lembaga manapun untuk memperoleh gelar akademik tertentu. Saya juga menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri dan tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai rujukan yang dinyatakan dalam naskah.
Bogor, Maret 2010
Moh Zaenal Muttaqin A 14104678
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bogor pada tanggal 6 Februari 1983 sebagai anak ke enam dari enam bersaudara pasangan Bapak H. Cece Ma'mun dan Ibunda Hj. Solihah. Penulis menamatkan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 1 Pajeleran, Cibinong tahun 1995 dan pendidikan menengah pertama tahun 1998 di SLTPN I Ciampea, Bogor. Pendidikan lanjutan menengah atas dapat diselesaikan penulis pada tahun 2001 di SMUN 1 Leuwiliang, Bogor. Pada tahun 2001 penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Diploma III Manajemen Agribisnis (MAB) Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan lulus tahun 2004. Pada tahun 2005, penulis kemudian melanjutkan studi ke Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul "Peramalan Penjualan dan Harga Ayam Broiler pada Preusan Tunas Mekar Farm (TMF) Bogor". Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanain pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Tujuan dari penelitian tentang peramalan penjualan dan harga ayam broiler di TMF adalah mengidentifikasi pola data penjualan dan harga ayam broiler, memilih metode yang terbaik untuk peramalan serta meramalkan penjualan dan harga ayam broiler perusahaan TMF untuk dua belas bulan yang akan datang Namun demikian, sangat disadari masih banyak terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun ke arah penyempurnaan skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Maret 2010 Moh Zaenal Muttaqin
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, penulis panjatkan syukur kehadirat Allah SWT atas ridhoNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selama penulisan skripsi ini, penulis mendapat sumbangan pikiran, bimbingan, dukungan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Ramat Yanuar, SP., MSi, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, memberikan bimbingan, masukan dan arahan dengan sabar dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. 2. Muhammad Firdaus, PhD selaku dosen penguji utama pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan masukan dan kritikan yang berharga demi perbaikan skripsi ini. 3. Dra. Yusalina, MS sebagai dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan masukan dan evaluasi dalam redaktur penulisan skripsi. 4. Ir. Harmini, MS, selaku dosen evaluator pada kolokium yang telah memberikan masukan yang berharga dalam penelitian ini. 5. Kedua orang tua tercinta yang menjadi sumber inspirasi dan teladan hidup bagi penulis. Nasihatmu, do’a dan pengorbananmu selalu terpatri dalam hati penulis. 6. H. Muslikhin Irmat selaku pemilik dan pimpinan Perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF) yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di TMF dan memberikan arahan serta informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. 7. Kepada seluruh karyawan Perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF) yang telah memberikan kemudahan selama penelitian. 8. Kakak-kakak penulis yang tiada hentinya memberikan semangat dan do'a kepada penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini. 9. Sulistyo, selaku pembahas dalam seminar yang telah memberikan masukan dan kritikan terhadap penulisan skripsi, serta bantuan dalam menyelesaikan penelitian ini. 10. Derry AW yang telah memberikan bantuan dalam pengolahan data dan dukungan dalam penyelesaian penelitian ini.
11. Agripa Bukit, Zulyan FA, Ipur DA, Rusdani, dan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya. 12. Seluruh staf program sarjana ekstensi manajemen agribisnis, terima kasih atas bantuannya. 13. Rekan-rekan Ekstensi yang telah berkenan hadir dalam kolokium dan seminar, dan pada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan selama penulis kuliah di Ekstensi. Akhir kata, penulis ucapkan semoga amal baik Bapak/Ibu dan rekan-rekan sekalian mendapat balasan pahala yang mulia dari Allah SWT. Amin.
Bogor, Maret 2010 Moh Zaenal Muttaqin
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................. iii DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I
.................................................................................... v ................................................................................ vi
PENDAHULUAN............................................................................... 1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1.2. Perumusan Masalah ...................................................................... 1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 1.4. Kegunaan Penelitian ..................................................................... 1.4. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................
1 1 5 8 8 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 10 2.1. Ayam Pedaging (Broiler) .............................................................. 10 2.2. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 12 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................. 14 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ........................................................ 14 3.1.1. Konsep Permintaan .......................................................... 14 3.1.2. Konsep Penjualan ............................................................. 15 3.1.3. Peramalan Data Time Series.............................................. 17 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ................................................. 20 BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................. 24 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 24 4.2. Jenis dan Sumber data ................................................................... 24 4.3. Metode Analisis dan Pengolahan Data ........................................ 24 4.4. Peramalan Time Series .................................................................. 25 BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN........................................... 33 5.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ....................................... 33 5.2. Kondisi Lingkungan Perusahaan .................................................. 34 5.3. Lokasi Perusahaan ........................................................................ 35 5.4. Kegiatan Utama Perusahaan ......................................................... 35 5.5. Deskripsi Produk yang Dihasilkan .............................................. 36 5.6. Deskripsi Proses Budidaya Ayam Broiler .................................... 36 5.7. Pemasaran ..................................................................................... 45 5.8. Struktur Organisasi ....................................................................... 47 5.9. Pengadaan Pasokan ...................................................................... 48
BAB VI PERAMALAN PENJUALAN AYAM BROILER .......................... 49 6.1. Analisis Pola Data Penjualan Ayam Broiler ................................ 49 6.2. Metode Peramalan Penjualan ...................................................... 50 6.3. Analisis Pola Data Harga Ayam Broiler ...................................... 57 6.2. Metode Peramalan Harga ............................................................ 59 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 65 7.1. Kesimpulan .................................................................................. 65 7.2. Saran ............................................................................................ 66 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 67
ii
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Perbandingan Kandungan Gizi pada Beberapa Jenis Daging .............
2
2. Populasi Unggas di Indonesia Tahun 2003 – 2007 .............................
2
3. Produksi daging Unggas di Indonesia Tahun 2003 – 2007 ................
3
4. Populasi Unggas di Jawa Barat Tahun 2003 – 2007 ...........................
4
5. Produksi Daging Unggas di Jawa Barat Tahun 2003 – 2007 ..............
4
6. Perkembangan Penjualan Ayam Broiler pada Perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF) dari tahun 2006 – 2009 .......................................
6
7. Harga Rata-Rata Ayam Broiler pada Perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF) dari Tahun 2006-2009 ....................................................
7
8. Kandungan Nilai Gizi Daging Ayam ..................................................
11
9. Pola ACF dan PACF beserta Model ARIMA ......................................
31
10. Nama-nama Perusahaan Pemasok Sarana Produksi Peternakan .........
48
11. Nilai Unsur Musiman Yang dihasilkan Metode Dekomposisi Aditif ...................................................................................................
52
12. NilaiUnsur Musiman Yang dihasilkan Metode Dekomposisi Multiplikatif .......................................................................................
53
13. Hasil Ramalan Penjualan Ayam Broiler Periode Waktu Januari 2010 – Desember 2010 ...........................................................
56
14. Nilai MSE Metode Peramalan Penjualan Ayam Broiler Tunas Mekar Farm (TMF) .............................................................................
57
15. Nilai Unsur Musiman Yang dihasilkan Metode Dekomposisi Aditif Harga Ayam Broiler .................................................................
60
16. Nilai Unsur Musiman Yang dihasilkan Metode Dekomposisi Multiplikatif Harga Ayam Broiler .......................................................
61
iii
17. Hasil Ramalan Harga Ayam Broiler Periode Waktu Januari 2010 – Desember 2010 ...................................................................................
64
18. Nilai MSE Metode Peramalan Harga Ayam Broiler Tunas Mekar Farm (TMF) ........................................................................................
64
iv
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Bagan Kerangka Pemikiran Operasional .........................................
23
2.
Tahapan Proses Budidaya Ayam Broiler .........................................
36
3.
Alur Pemasaran Ayam Broiler Perusahaan Tunas Mekar Farm ......
46
4.
Bagan Struktur Organisasi Perusahaan Tunas Mekar Farm ............
48
v
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Bentuk ACF & PACF Penjualan ayam sebelum differencing .........
69
2.
Bentuk ACF & PACF Penjualan ayam setelah differencing ...........
69
3.
Model ARIMA Penjualan Ayam Broiler .........................................
70
4.
Bentuk ACF & PACF Harga ayam sebelum differencing ...............
71
5.
Bentuk ACF & PACF Harga ayam setelah differencing .................
72
6.
Model ARIMA Harga Ayam Broiler ...............................................
73
vi
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sub sektor pertanian yang mempunyai potensi yang sangat baik untuk menopang pembangunan pertanian di Indonesia adalah subsektor peternakan. Di Indonesia kebutuhan akan bahan makanan asal hewan dari hari ke hari terus meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan manfaat gizi bagi kehidupan manusia. Daging, telur dan susu merupakan bahan pangan hewani berkualitas tinggi karena mengandung protein yang tersusun dari asam amino essensial yaitu asam amino yang tidak dapat dibuat oleh tubuh atau pun digantikan oleh sumber makanan lain seperti sayur-sayuran, biji-bijian dan buah-buahan (protein nabati). Selain itu protein hewani mempunyai peranan untuk membangun tubuh dan fungsi susunan syaraf serta menggantikan bagian-bagian tubuh yang rusak. Mengkonsumsi cukup protein hewani dapat meningkatkan produktivitas kerja, konsentrasi berpikir dan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Umumnya orang yang mendapatkan makanan berprotein tinggi dalam berbagai variasi makanannya akan memperlihatkan pertumbuhan yang cepat, daya tahan yang kuat dan cerdas dibandingkan dengan orang yang mengkonsumsi makanan rendah protein hewani. Sebaliknya orang yang mengkonsumsi makanan rendah protein asal hewan cenderung mengalami daya tahan tubuh yang rendah. Rata-rata konsumsi protein di Indonesia masih kurang dibandingkan dengan negara lain di Asia, sesuai kebutuhan konsumsi standard WHO sekitar 12 gram per kapita per hari. Di Indonesia rata-rata konsumsi protein baru mencapai 4,08 gram/kapita/hari pada tahun 2001 dari target 7 gram/kapita/hari. Peranan sub sektor peternakan sangat penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, khususnya dalam penyediaan pangan bergizi yang berasal dari hewan ternak. Bertambahnya jumlah penduduk Indonesia di satu sisi akan menyebabkan peningkatan kebutuhan makanan, terutama daging untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Daging ayam broiler merupakan salah satu daging ayam yang menjadi pilihan utama oleh masyarakat Indonesia untuk dikonsumsi. Hal ini dikarenakan daging ayam broiler memiliki kandungan gizi yang baik, terutama kandungan
protein dan kadar air yang tinggi serta kadar lemak dan kolesterol yang rendah dibanding dengan daging dari jenis ternak yang lain. Perbandingan beberapa kandungan nutrisi berbagai macam ternak dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan Kandungan Gizi pada Beberapa Jenis Daging Jenis Daging
Protein (%) Air (%)
Lemak (%)
Kolesterol (mg)
Ayam
23.40
73.70
1.90
60
Kambing
19.50
71.50
7.50
70
Sapi
21.50
69.50
7.50
-
Babi
19.50
69.50
9.50
70
Balai Besar Industri Hasil Pertanian,2000 dalam Trobos, edisi Desember 2003 Industri ayam broiler di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat baik, walaupun sempat diperkirakan industri ayam broiler akan mengalami kelumpuhan akibat dari kasus flu burung yang menyerang unggas di Indonesia, ternyata berkat kerja sama antar semua pihak baik dari lingkungan pemerintah, perusahaan peternakan dan masyarakat kasus ini dapat diatasi dengan baik. Kasus flu burung yang terjadi pada tahun 2004 mengakibatkan masyarakat takut mengkonsumsi ayam broiler sehingga konsumsi daging ayam broiler pada tahun 2004 mengalami penurunan. Akibat dari konsumsi terhadap daging ayam broiler menurun maka populasi ayam broiler pada tahun 2004 mengalami penurunan. Perkembangan populasi ayam broiler di Indonesia serta perbandingan populasi beberapa jenis unggas di Indonesia dapat di lihat pada Tabel 2. Tabel 2. Populasi Unggas di Indonesia Tahun 2003 – 2007 (dalam ribu ekor) No Jenis Unggas
Tahun 2003
2004
2005
2006
2007
1
Ayam Broiler
847.743
778.969
811.188
797.527
920.851
2
Ayam Buras
277.357
276.989
278.953
291.085
317.420
3
Ayam Petelur
79.206
93.415
84.790
100.201
106.941
4
Itik
33.862
32.572
32.405
32.480
34.093
Sumber : Buku Statistik Peternakan (2007)
2
Berdasarkan Tabel 2 dapat di lihat bahwa populasi unggas selama lima tahun (2003-2007) cenderung meningkat, jumlah populasi unggas yang paling besar adalah populasi ayam broiler. Pertumbuhan populasi ayam broiler meningkat paling cepat dibanding unggas lain, pada tahun 2007 terjadi peningkatan populasi ayam broiler sebanyak 123.324.000 ekor atau kenaikan populasi sebesar 15.46 % dari tahun sebelumnya. Dengan meningkatnya jumlah populasi unggas di Indonesia, maka jumlah produksi daging unggas di Indonesia mengalami peningkatan. Perkembangan produksi daging unggas di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Produksi daging Unggas di Indonesia Tahun 2003 – 2007 (ton) No Jenis Unggas
Tahun 2003
2004
2005
2006
2007
1
Ayam Broiler
771.112
846.097
779.108
861.263
918.479
2
Ayam Buras
298.516
296.421
301.427
341.254
349.020
3
Ayam Petelur
48.146
48.376
45.193
57.631
63.471
4
Itik
21.249
22.211
21.351
24.531
25.264
Sumber : Buku Statistik Peternakan (2007)
Di wilayah Jawa Barat, jumlah populasi ayam broiler mengalami perkembangan yang cenderung meningkat. Wilayah Jawa Barat merupakan daerah penghasil daging ayam broiler terbesar di Indonesia. Hal ini didukung oleh kondisi lingkungan Jawa Barat yang sesuai untuk budidaya ayam broiler. Selain itu didukung juga oleh adanya perusahaan pakan dan pembibitan ayam di Jawa Barat, sehingga memudahkan peternak dalam proses budidaya ayam broiler. Wilayah Jawa Barat menjadi salah satu daerah yang memiliki populasi unggas terbesar di Indonesia karena selain untuk memenuhi kebutuhan daging untuk wilayah Jawa Barat juga merupakan penyuplai daging untuk kebutuhan masyarakat Jakarta. Perkembangan populasi ayam broiler serta unggas lainnya di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 4.
3
Tabel 4. Populasi Unggas di Jawa Barat Tahun 2003 – 2007 (dalam ribu ekor) No Jenis Unggas Tahun 2003
2004
1
Ayam Broiler
296.160
2
Ayam Buras
31.294
30.779
3
Ayam Petelur
8.446
4
Itik
4.952
2005
328.015 352.434
2006
2007
343.954
369.121
30.989
29.319
31.354
9.720
10.169
10.351
10.375
4.880
5.305
5.296
5.442
Sumber : Buku Statistik Peternakan (2007)
Populasi ayam broiler di Jawa Barat mengalami peningkatan. Pada Tabel 4 dapat di lihat populasi ayam broiler dari tahun 2003 hingga tahun 2007 cenderung meningkat. Peningkatan populasi ayam broiler yang paling tinggi terjadi pada tahun 2007, sebesar 25.167.000 ekor atau meningkat 7.3% dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan populasi unggas yang ada di Jawa Barat, khususnya ayam broiler akan menyebabkan peningkatan produksi daging ayam broiler di Jawa Barat. Produksi daging unggas di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Produksi Daging Unggas di Jawa Barat Tahun 2003 – 2007 (ton) No Jenis Unggas
Tahun 2003
2004
1
Ayam Broiler
242.990
2
Ayam Buras
28.969
28.492
3
Ayam Petelur
4.521
4
Itik
3.102
2005
263.397 259.749
2006
2007
276.195
291.719
28.687
27.140
27.683
5.203
5.443
5.541
5.652
3.057
3.323
3.318
3.384
Sumber : Buku Statistik Peternakan (2007) Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa produksi daging ayam broiler, daging ayam petelur dan daging itik cenderung mengalami peningkatan. Sebaliknya produksi daging ayam buras cenderung mengalami penurunan. Produksi daging unggas yang paling besar di Jawa Barat adalah daging ayam broiler dan yang paling sedikit adalah daging itik. Produksi daging ayam broiler dari tahun 2003 – 2007 mengalami peningkatan sebanyak 48.729.000 kg atau meningkat sebesar 20.05%.
4
Berkembangnya industri ayam broiler tidak terlepas dari meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pemenuhan gizi protein hewani, hal ini dapat dibuktikan dengan naiknya tingkat konsumsi daging ayam. Pada tahun 2005 ratarata konsumsi daging ayam orang Indonesia sebesar 5,18 kg/ kapita/ tahun, atau meningkat sebesar 29.5% dari rata-rata nasional konsumsi daging ayam orang Indonesia pada tahun 2001 sebesar 4,00 kg/ kapita/ tahun (Direktorat Jenderal Peternakan, 2007). Berdasarkan beberapa keunggulan yang dimiliki oleh industri ayam broiler, serta dengan meningkatnya tingkat konsumsi daging orang Indonesia menyebabkan usaha ayam broiler menjadi daya tarik bagi peternak atau perusahaan untuk usaha di industri ayam. Salah satu perusahan yang tertarik usaha di industri ayam broiler adalah perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF). 1.2. Perumusan Masalah Tunas Mekar Farm (TMF) merupakan perusahaan perseorangan yang bergerak di bidang budidaya serta penjualan ayam hidup yang terdapat di wilayah Bogor. TMF dipilh sebagai tempat penelitian karena perusahaan ini bergerak di sektor penjualan ayam hidup serta merupakan salah satu perusahaan yang memiliki perkembangan yang cukup baik dalam industri ayam broiler di daerah Bogor. Perusahaan TMF membagi konsumennya menjadi dua, yaitu konsumen tetap dan tidak tetap. Konsumen tetap yaitu konsumen yang melakukan pemesanan secara kontinyu, sedangkan konsumen tidak tetap yaitu konsumen yang tidak melakukan pemesanan secara kontinyu. Konsumen tetap cenderung memesan ayam broiler dengan ukuran dan jumlah ayam yang sama, sedangkan untuk konsumen tidak tetap memesan ayam broiler dengan berbagai macam ukuran dan jumlah kiloan ayam. Permintaan konsumen tersebut tidak konstan atau selalu berubah, karena dipengaruhi oleh perubahan kondisi lingkungan, misalkan perubahan harga, selera masyarakat dan pendapatan masyakat, sehingga penjualan perusahaan selalu berubah-ubah. Ayam broiler hidup merupakan komoditas pertanian yang memiliki sifat tidak tahan lama untuk di jual, sehingga fluktuasi harga yang terjadi pada ayam broiler hidup cukup tinggi. Periode waktu penjualan ayam broiler hidup sekitar
5
lima hari setelah panen di mulai, hal ini menyebabkan tekanan terhadap harga jual cukup kuat sehingga jika ukuran ayam terlalu besar akan lebih sulit untuk di jual. Untuk lebih jelasnya perkembangan penjualan ayam perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF) dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6. Perkembangan Penjualan Ayam Broiler pada Perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF) dari tahun 2006 – 2009 (dalam Kg) Bulan
Tahun 2006
2007
2008
2009
Januari
590.568
830.187
586.879
736.847
Februari
724.755
631.393
592.847
744.656
Maret
767.706
727.648
769.898
859.674
April
734.367
655.267
702.246
805.745
Mei
739.185
729.272
926.561
986.547
Juni
847.996
778.914
829.655
847.658
Juli
629.937
681.061
861.882
887.682
Agustus
635.577
816.447
879.627
898.675
September
735.014
742.489
791.379
798.768
Oktober
627.299
679.929
868.278
913.850
November
786.500
598.778
754.163
824.866
Desember
642.644
634.098
938.229
998.768
Sumber : Tunas Mekar Farm, 2010.
Perubahan permintaan daging ayam broiler pada suatu perusahaan merupakan hal yang umum terjadi. Perubahaan permintaan ini terjadi karena konsumsi masyarakat yang berubah, fluktuasi harga yang terjadi pada ayam broiler serta tingkat persediaan (stock) yang dimiliki oleh perusahaan dalam industri ayam broiler. Ketiga faktor ini merupakah hal yang paling utama yang dapat mempengaruhi penjualan ayam broiler suatu perusahaan. Tingkat persediaan (stock) merupakan satu faktor yang dapat diatur oleh perusahaan, sedangkan fluktuasi harga dan perubahan konsumsi masyarakat merupakan faktor yang tidak dapat diatur oleh perusahaan. Oleh karena itu untuk mengantisipasi fluktuasi harga dan permintaan masyarakat terhadap ayam broiler yang selalu berubah, maka salah satu tindakan
6
yang dapat dilakukan perusahaan adalah perusahaan perlu melakukan peramalan penjualan. Peramalan penjualan ini diperlukan perusahaan karena selama ini perusahaan belum melakukan peramalan secara kuantitatif, sehingga kebijakan yang dilakukan perusahaan hanya berdasarkan intuisi dan pengalaman pemilik perusahaan. Selain itu peramalan kuantitatif yang akan dilakukan ini dapat dijadikan landasan umum bagi perusahaan dalam menghadapi berfluktuasinya harga daging ayam serta permintaan daging ayam yang terjadi di Tunas Mekar Farm. Berfluktuasinya harga ayam yang terjadi di Tunas Mekar Farm (TMF) dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah penawaran ayam broiler yang dimiliki oleh Tunas Mekat Farm dan harga yang berlaku di Tunas Mekar Farm (TMF). Harga rata-rata ayam broiler Tunas Mekar Farm (TMF) dari tahun 2006 -2008 dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Harga Rata-Rata Ayam Broiler pada Perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF) dari Tahun 2006-2009
(dalam Rupiah)
Bulan
Tahun 2006
2007
2008
2009
Januari
7.699
5.771
9.246
12.120
Februari
7.510
6.349
10.322
12.984
Maret
7.689
8.095
11.123
12.462
April
7.796
10.048
11.866
12.149
Mei
8.599
8.908
11.494
12.675
Juni
8.100
9.364
11.262
12.452
Juli
9.710
10.880
13.009
13.468
Agustus
10.316
10.533
13.875
13.673
September
10.206
10.514
14.146
13.795
Oktober
10.783
9.731
13.422
12.816
November
8.671
8.915
12.267
12.314
Desember
7.139
8.919
11.238
12.576
Sumber : Tunas Mekar Farm, 2010.
7
Berdasarkan Tabel 7 dapat di lihat bahwa harga rata-rata ayam broiler pada perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF) mengalami fluktuasi yang cukup besar. Harga ayam terendah terjadi pada bulan Januari 2007 yaitu sebesar Rp.5.771 per kilogram, salah satu penyebab rendahnya harga ayam pada bulan Januari 2007 karena kasus flu burung yang menyerang Indonesia untuk ke dua kalinya. Akan tetapi hal ini tidak berlangsung lama, sekitar bulan April harga ayam kembali normal yaitu Rp.10.048 per kilogram. Berdasarkan uraian di atas, maka ada beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan adalah : 1. Bagaimana pola data penjualan dan harga ayam hidup pada perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF)? 2. Metode peramalan apa yang akan digunakan dalam peramalan penjualan dan harga ayam hidup perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF)? 3. Bagaimana peramalan penjualan dan harga ayam hidup perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF) 12 bulan ke depan ?
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian tentang peramalan penjualan dan harga ayam hidup perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF) adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi pola data penjualan dan harga ayam hidup perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF) 2. Memilih metode yang paling baik untuk meramalkan penjualan dan harga ayam hidup perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF) 3. Memperoleh ramalan penjualan dan harga ayam hidup perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF) dengan menggunakan metode yang paling baik
1.4. Kegunaan Penelitian penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan, diantaranya : 1. Bagi perusahaan, dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan membuat suatu perencanaan produksi.
8
2. Bagi peneliti, penelitian menambah ilmu dan wawasan yang lebih luas mengenai industri ayam broiler. 3. Bagi pembaca, penelitian memberikan bahan bacaan yang bermanfaat, dan diharapkan mampu menjadi bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini hanya membahas peramalan penjualan dan harga ayam broiler dari sisi perusahaan. Penelitian ini akan menghasilkan metode peramalan yang terakurat untuk perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF) dalam periode waktu 12 bulan ke depan. Melalui adanya teknik peramalan yang terakurat diharapkan dapat meramalkan volume penjualan dan harga ayam broiler pada masa yang akan datang dengan baik.
9
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging (Broiler) Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian yang bertujuan untuk menyediakan pangan hewani berupa daging, susu, dan telur, meningkatkan pendapatan peternak, meningkatkan devisa dan memperluas kesempatan kerja, sehingga pada masa yang akan datang diharapkan dapat memberikan kontribusi yang lebih baik dalam pembangunan perekonomian bangsa. Untuk meningkatkan penyediaan protein hewani asal ternak terutama daging ayam, maka peranan ayam broiler sebagai salah satu komoditi ternak penghasil daging sudah tidak disangsikan lagi kehadirannya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan protein hewani, sebab ayam broiler memiliki percepatan tumbuh yang cepat dengan bobot badan yang berat serta mampu mengimbangi laju kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi pula. Di samping itu, dengan harga yang lebih murah daging ayam dapat mensubstitusi kebutuhan daging yang berasal dari ternak besar maupun ternak kecil (Cahyono, 2001).
Ayam broiler adalah jenis ayam ras unggul hasil persilangan antara bangsa ayam cornish dari Inggris dengan ayam white play mounth Rock dari Amerika Menurut Anggorodi (1985) Ayam broiler adalah ayam pedaging yang dipelihara hingga 6 sampai 13 minggu dengan bobot hidup dapat mencapai 1,5kg pada umur enam minggu. Ayam broiler merupakan ternak yang paling efisien menghasilkan daging dibandingkan ayam yang lain. Ayam ini mempunyai sifat antara lain ukuran badan besar penuh daging yang berlemak, bergerak lambat serta pertumbuhan badannya cepat dengan daging yang dihasilkan bertekstur halus, lembut dan empuk ( Siregar at al, 1980) Menurut Rasyaf (2004) ayam broiler saat ini sering diidentikkan dengan ayam ras pedaging, karena ayam jenis ini yang paling memenuhi kriteria sebagai ayam ras pedaging. Ayam kampung dan ayam petelur yang berumur delapan minggu masih sangat kecil, hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ayam kampung dan ayam petelur memang lambat, sedangkan ayam broiler memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan ayam kampung dan ayam petelur oleh karena itu ayam broiler menjadi unggas yang efisien untuk dibudidayakan. Istilah ayam broiler merupakan istilah asing yang menunjukkan
cara memasak ayam di Negara-negara barat dan hingga kini belum ada istilah yang tepat untuk menggantikannya. Daging ayam broiler memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi, serta memiliki peranan penting dalam memenuhi kebutuhan gizi terutama protein hewani. Kandungan kandungan protein dalam daging ayam broiler sebesar 18,20 gram per 100 gram. Daging dan bahan makanan yang berasal dari daging ayam broiler mengandung asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh manusia untuk kesehatan fisik serta perkembangan mental dan kecerdasan. Komposisi kandungan gizi daging ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Kandungan Nilai Gizi Daging Ayam No Nilai Gizi per 100 gram
Jumlah
1
Kalori (Kkal)
404.00
2
Protein (gram)
18.20
3
Lemak (gram)
25.00
4
Kolesterol (mg)
60.00
5
Vitamin A (mcg)
243.00
6
Vitamin B1 (gram)
0.80
7
Vitamin B6 (gram)
0.16
8
Asam Linoleat (mg)
6.20
9
Kalsium (gram)
10
Posfor (mg)
14.00 200.00
Sumber : Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan (1992) dalam Azmi (2004).
Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa daging ayam memiliki kandungan protein sebesar 18,20 gram per 100 gram, serta memiliki kalori sebesar 404 Kkal per 100 gram daging ayam. Kandungan Gizi yang cukup lengkap
yang dimiliki oleh daging ayam menyebabkan masyarakat lebih
menyukai daging ayam untuk dikonsumsi. Selain itu harga daging ayam relative lebih terjangkau bila dibandingkan dengan harga daging yang berasal dari ternak lainnya.
11
2.2. Penelitian Terdahulu Terkait dengan penelitian yang dilakukan yaitu tentang peramalan penjualan ayam hidup, maka ada beberapa penelitian terdahulu yang relevan untuk digunakan sebagai tinjauan pustaka. Astuti (2003), melakukan penelitian mengenai analisis permintaan daging ayam broiler pedagang ayam goreng warung tenda di DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode regresi linier berganda untuk menganalisis permintaan daging ayam dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Variabel independent yang digunakan adalah harga beli daging ayam broiler (Rp/ekor), harga beli ikan lele (Rp/kg), harga beli minyak goreng (Rp/kg), harga beli beras (Rp/kg). Secara keseluruhan elastisitas permintaan daging ayam broiler bersifat inelastis yang berarti bahwa daging ayam broiler merupakan barang primer atau barang kebutuhan pokok. Azmi (2004) melakukan penelitian mengenai peramalan permintaan daging ayamdi PT. Sierad Produce yang bertujuan untuk mendapatkan metode peramalan terakurat yang akan digunakan dalam meramalkan permintaan daging ayam dan mendapatkan ramalan permintaan satu tahun yang akan datang. Penelitian ini menggunakan metode rata-rata bergerak sederhana, metode pelicinan eksponensial tunggal, metode Brown, metode Winters multiplikatif, metode dekomposisi multiplikatif dan metode kausal. Berdasarkan MSE (Mean Square Error) terkecil model yang pailng baik adalah model ARIMA (1,1,2). Hasil dari proyeksi ini memperlihatkan pola data trend yang meningkat rata-rata sebesar 11,25 persen per minggu. Kartikasari (2005) melakukan penelitian mengenai peramalan penjualan daging ayam di Rumah Potong Ayam (RPA) Jabal Nur, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan menganalisis pola data penjualan daging ayam RPA Jabal Nur, memilih metode peramalan terakurat, dan mendapatkan ramalan penjualan daging ayam RPA Jabal Nur untuk tahun 2005. metode yang digunakan adalah metode time series dan metode kausal. Berdasarkan nilai MAPE (Mean Absolute Percentage Error) terkecil maka metode peramalan yang paling akurat adalah ARIMA, dengan model ARIMA (2,1,2) (0,1,1)¹². Berdasarkan metode tersebut diperkirakan penjualan daging ayam RPA Jabal Nur tahun 2005 sebesar
12
844.487,99 kg. Jika dibandingkan dengan realisasi penjualan daging ayam tahun 2004, maka terjadi penurunan penjualan daging ayam sebesar 20,06 persen. Hal ini terjadi dengan asumsi unsur trend dan musiman yang terdapat pada pola data penjualan daging ayam tersebut tetap berlanjut. Elvas (2004) melakukan penelitian mengenai peramalan penjualan keripik pisang dan nangka. Penelitian ini dilakukan di PD. Andalas Mekar Sentosa, Lampung. Metode peramalan yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pelicinan eksponensial tunggal, metode pelicinan eksponensial ganda Brown, metode pelicinan eksponensial ganda Holt, metode Winters multiplikatif, metode dekomposisi multiplikatif dan metode dekomposisi aditif. Berdasarkan nilai MSE (Mean Square Error) terkecil maka diperoleh metode terbaik dalam meramalkan penjualan keripik pisang manis dan keripik pisang asin, yaitu metode pelicinan eksponensial tunggal. Metode dekomposisi multiplikatif merupakan metode terbaik dalam meramalkan penjualan keripik pisang stick, keripik nangka goreng dan keripik nangka super. Hasil dari penelitian tersebut dapat diramalkan bahwa pada tahun 2004 penjualan keripik pisang manis akan mengalami penurunan sebesar 0,6 persen, penjualan keripik pisang asin akan mengalami peningkatan sebesar 6,53 persen, penjualan keripik pisang stick akan mengalami peningkatan sebesar 16,82 persen,
penjualan keripik nangka goreng akan mengalami
peningkatan sebesar 83,91 persen dan penjualan keripik nangka super akan mengalami penigkatan sebesar 52,59 persen. Jafarudin (2005) melakukan penelitian mengenai peramalan volume produksi TBS di kebun percobaan Betung II A. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan produksi TBS pada kebun percobaan Betung II A. Hasil dari penelitian ini adalah ARIMA (1,1,2)(1,1,2) merupakan metode peramalan terbaik untuk meramalkan perkembangan TBS. Perbedaan penelitian ini dengan beberapa penelitian sebelumnya adalah dalam penelitian ini akan diramalkan penjualan dan harga ayam broiler khusus pada perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF) untuk periode 12 bulan ke depan, serta apakah pola data yang dimiliki oleh perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF) memiliki kesamaan dengan perusahaan lain yang sejenis.
13
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Permintaan Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan dalam periode tertentu (Putong,2003). Menurut Nicholson (2002), permintaan pasar akan suatu barang adalah jumlah keseluruhan yang diminta seluruh pembeli potensial, selanjutnya dikatakan bahwa kurva permintaan pasar memperlihatkan hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan harga pasar barang tersebut. Jumlah barang yang diminta oleh seorang konsumen akan sangat dipengaruhi oleh beberapa variabel. Variabel-variabel ini secara langsung akan mempengaruhi preferensi individu terhadap suatu barang, serta bentuk kendala anggarannya (Nicholson,2002). Variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan individu dapat dilihat secara ringkas dengan menggunakan fungsi permintaan sebagai berikut : Kuantitas X yang diminta = dx (Px,Py,I; preferensi) Nicholson (1995), menjelaskan bahwa ada tiga hal penting yang menentukan apa yang dapat dibeli oleh individu, yaitu harga barang X, harga barang Y sebagai barang pengganti atau pelengkap barang X, dan pendapatan. Serta terdapat satu hal lagi yang harus diingat adalah preferensi terhadap barang tersebut. Dalam penelitian ini kuantitas barang yang diminta adalah ayam broiler hidup. Keterkaitan antara penjualan ayam broiler hidup dan permintaan ayam broiler hidup dalam penelitian ini adalah bahwa penjualan ayam broiler hidup yang terjadi di perusahaan Tunas Mekar Farm dapat dijadikan gambaran untuk permintaan ayam broiler hidup, karena pada dasarnya data mengenai jumlah permintaan ayam broiler hidup secara nyata sulit untuk diperoleh, maka pada penelitian ini pendekatan mengenai gambaran permintaan ayam broiler hidup digunakan data penjualan ayam broiler hidup sebagai permintaan ayam broiler, hal ini dilakukan karena data riel yang diperoleh pada penelitian ini adalah data penjualan ayam broiler hidup.
Secara umum dalam teori ekonomi menurut Limbong dan Sitorus (1988) permintaan terhadap suatu komoditas dapat dirumuskan sebagai berikut : Dx = f׀fx{Hx, Hy, T, Pop, I,..} Keterangan : Dx
= Permintaan Komoditas x
Hx
= Harga komoditas X(kondisi ceteris paribus);
Hy
= Harga barang Y (Komplemen/subtitusi);
T
= Selera konsumen;
Pop
= Jumlah penduduk;
I
= Daya beli masyarakat. Pada tingkat produksi atau produsen menurut teori ekonomi mewakili sisi
penawaran suatu komoditas. Secara umum penawaran suatu komoditas dapat dipengaruhi oleh faktor harga barang itu sendiri dan harga barang lain, teknologi yang digunakan, dan tujuan perusahaan dengan rumus sebagai berikut : Sx = f׀fx{Hx, Hy, T,...} Keterangan : Dx
= Permintaan Komoditas x;
Hx
= Harga komoditas X(kondisi ceteris paribus);
Hy
= Harga barang Y (Komplemen/subtitusi);
T
= Perkembangan Teknologi. Permintaan di tingkat konsumen dalam teori ekonomi tidak langsung
berhadapan dengan penawaran, namun diantara koduanya dihubungkan oleh suatu sistem pemasaran.
Dalam sistem tersebut dilakukan oleh pelaku pemasaran
dengan memperoleh imbalan sebesar perbedaaan antara harga yang diterima oleh produsen dengan harga yang dibayar oleh pengecer atau konsumen
3.1.2. Konsep Penjualan Penjualan merupakan segala bentuk kegiatan menjual barang atau jasa kepada konsumen baik untuk penggunaan yang sifatnya pribadi ataupun untuk kepentingan bisnis, sedangkan penjualan eceran meliputi semua kegiatan yang melibatkan penjualan barang atau jasa langsung kepada konsumen akhir untuk
15
penggunaan yang sifatnya pribadi, bukan bisnis (Kotler,2002). Selain itu menurut Limbong dan Sitorus (1987), penjualan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mencari atau mengusahakan agar ada pembeli atau ada permintaan pasar yang cukup baik atau banyak terhadap barang atau jasa yang dipasarkan pada tingkat harga yang menguntungkan. Harga jual suatu produk merupakan salah satu fektor yang mempengaruhi tingkat penjualan. Untuk barang normal, hubungan antara harga suatu produk dengan penjualan produk tersebut negatif, secara umum jika penjualan suatu produk semakin meningkat maka harga barang tersebut akan semakin menurun. Kegiatan penjualan selalu identik dengan kegiatan distribusi, karena keduanya saling berkaitan sama lain. Menurut Yunarto (2006), kegiatan distribusi adalah kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian produk dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan baik dari jenis, jumlah, harga, tempat dan maupun saat dibutuhkan. Menurut Tambulun (2004), distribusi produk menggunakan berbagai alat angkut seperti truk, kereta api, kapal, dan pesawat Untuk menjual produk agar sampai ke konsumen, diperlukan berbagai macam cara dalam penjualan dan distribusi. Menurut Gultinan, Paul (1990) ada beberapa cara dalam kegiatan tersebut antara lain : 1. Sistem tanggapan langsung : fungsi utamanya adalah mendapatkan order, produk didistribusikan langsung ke konsumen akhir, pesanan penjualan disampaikan kepada pembeli secara peorangan melalui telepon atau surat langsung. 2. Sistem penjualan tatap muka langsung : fungsi utamanya menyediakan informasi kepada pelanggan, produk didistribusikan kepada pembeli akhir, dan pesanan penjualan disampaikan dengan kontak tatap muka. 3. Sistem penjualan perdagangan : fungsi utama mendapatkan dukungan dari distributor, pesanan penjualan melalui kontak tatap muka dan telepon, dan produk didistribusikan melalui pedagang besar atau pengecer yang membeli untuk dijual kembali kepada pembeli akhir.
16
4. Penjualan misionaris : fungsi utama memberikan informasi produk dan layanan kepada pelanggan secara langsung, produk didistribusikan langsung ke pembeli akhir, dan pesanan penjualan disampaikan dengan kontak tatap muka. Penjualan ayam broiler yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah ayam hidup dalam satuan kilogram yang dibeli oleh konsumen baik untuk penggunaan yang sifatnya pribadi maupun untuk kepentingan bisnis. Seringkali volume penjualan pada periode sebelumnya menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat penjualan pada periode sekarang, perusahaan umumnya berusaha mendeteksi tingkat penjualan pada periode sekarang dan yang akan datang dengan memperhatikan tingkat penjualan peride sebelumnya. 3.1.3. Peramalan Data Time Series Peramalan merupakan suatu upaya untuk memprediksi ketidakpastian masa depan, dengan maksud membantu para pengambil keputusan untuk memutuskan suatu kebijakan secara lebih baik. Peramalan melibatkan sejumlah studi mengenai data historis dan manipulasi data tersebut untuk mencari pola data sehingga dapat digunakan untuk memperkirakan pola data di masa depan (Hanke, et al., 2003). Penggunaan peramalan untuk memprediksi masa depan, melibatkan sejumlah proses manipulasi data agar diperoleh peramalan yang efektif. Menurut Assauri (1980) terdapat tiga langkah peramalan yang dianggap penting, yaitu : 1. Menganalisa data yang lalu dengan cara membuat tabulasi untuk dapat menemukan pola dari data tersebut. 2. Menentukan metode peramalan yang akan digunakan dan memberikan hasil yang tidak jauh berbeda dengan kenyataan yang terjadi, atau metode yang menghasilkan penyimpangan data terkecil. 3. Memproyeksikan data yang lalu dengan menggunakan metode peramalan yang dipergunakan dengan mempertimbangkan beberapa faktor perubahan. Semua prosedur formal peramalan melibatkan penarikan pengalaman masa lalu ke dalam ketidakpastian masa depan. Sebagai usaha untuk memperoleh keakuratan data masa depan, maka beberapa teknik peramalan dikembangkan agar
17
kesalahan-kasalahan dalam proses peramalan dapat dikurangi seminimal mungkin.
Menurut Hanke, et al. (2003) pengenalan terhadap operasi teknik
peramalan pada data menghasilkan kejadian historis mengarah ke identifikasi lima tahapan proses peramalan antara lain : 1. Pengumpulan data Proses ini memerlukan pentingnya perolehan data yang sesuai dan teruji kebenarannya. Tahap ini seringkali merupakan bagian paling menantang dari keseluruhan proses peramalan, dan paling sulit untuk dimonitor.
Hal ini
dikarenakan serangkaian tahapan dapat dilakukan pada data dalam menentukan kesesuaiannya dengan masalah. 2. Pemadatan atau pengurangan data Proses ini seringkali diperlukan karena mungkin saja terjadi kelebihan data dalam proses peramalan atau sebaliknya terlalu sedikit. Beberapa data mungkin tidak relevan dengan masalah dan dapat mengurangi keakuratan peramalan. Data lain mungkin sesuai, tetapi hanya dalam periode historis tertentu. 3. Penyusunan model dan evaluasi Tahap ini meliputi pencocokan data terkumpul kedalam model yang sesuai dalam hal meminimasi kesalahan peramalan. Model yang lebih sederhana, lebih baik keadaannya dalam hal diterimanya proses peramalan oleh pengambil keputusan. Seringkali harus diseimbangkan antara pendekatan peramalan canggih yang hasilnya sedikit lebih akurat dengan pendekatan sederhana yang lebih mudah dipahami serta mendapatkan dukungan. Sehingga, pendapat pribadi sering dilibatkan dalam proses pemilihan model. 4. Ektrapolasi model (peramalan aktual) Proses ini terdiri dari model peramalan aktual yang dihasilkan begitu data yang sesuai telah terkumpul, dan kemungkinan dikurangi dan model peramalan yang sesuai juga sudah dipilih. Untuk memeriksa keakuratan proses peramalan, peramalan untuk periode yang baru lewat dibandingkan dengan nilai hitoris
18
aktual. Kesalahan peramalan kemudian diamati dan dirangkum dengan beberapa langkah. 5. Evaluasi peramalan Tahapan ini membandingkan nilai peramalan dengan nilai historis aktual. Beberapa nilai terkini kemudian diambil dari himpunan data yang sedang dianalisa. Setelah model peramalan selesai, maka peramalan dilakukan untuk beberapa periode ke depan dan dibandingkan dengan nilai historis yang telah diketahui. Beberapa prosedur peramalan menjumlahkan nilai absolut dari kesalahan dan hasil penjumlahan atau dibagi dengan jumlah perlakuan peramalan sehingga menghasilkan rata-rata kesalahan peramalan. Pengujian pola kesalahan seringkali mengarahkan analisa untuk memodifikasi prosedur peramalan. Dalam peramalan time series ada beberapa teknik atau metode yang digunakan antara lain sebagai berikut : 1. Metode Naïve : adalah teknik peramalan berdasarkan asumsi bahwa periode saat ini merupakan prediktor terbaik dari masa mendatang. 2. Metode Rata-rata Sederhana : digunakan apabila peramalan dilakukan secara berulang-ulang untuk data yang tidak terlalu besar (Firdaus, 2006). 3. Metode Rata-rata Bergerak Sederhana : menggunakan mean semua data untuk meramal (Hanke, et al., 2003). 4. Metode Rata-rata Bergerak Ganda : Teknik ini baik untuk data yang mengandung unsur trend (Firdaus, 2006). 5. Metode Pelicinan Eksponensial Tunggal : Teknik ini dapat merevisi secara kontinyu hasil peramalan dengan informasi terbaru. Metode ini berdasarkan pemulusan yang menurun secara eksponensial (Firdaus, 2006). Selain itu, metode ini menyediakan rata-rata bergerak tertimbang secara eksponensial semua nilai pengamatan yang lalu (Hanke, et al., 2003). 6. Metode Brown : menjelaskan bahwa ramalan merupakan hasil dari perhitungan dua kali pelicinan secara eksponensial. Tujuan dari pelicinan kedua adalah
19
untuk mengatasi masalah data yang tidak stasioner dengan model trend yang linear (Makridakis, et al., 1999). 7. Metode Dekomposisi Aditif : Model ini memperlakukan nilai deret waktu sebagai jumlah dari komponen-komponen dalam model (Hanke, et al., 2003). 8. Metode Dekomposisi Multiplikatif : Model ini memperlakukan nilai deret waktu sebagai hasil perkalian dari komponen-komponen dalam model (Hanke, et al., 2003). 9. Metode Winters : Metode winters yang terdiri dari winters aditif dan multiplikatif. Kedua metode ini memberikan cara mudah utuk menjelaskan musiman didalam model ketika data memiliki pola musiman.
Metode
alternatif terdiri dari penghapusan musim atau penyesuaian musim pada data. Model
peramalan
ini
diaplikasikan
untuk
data
musim-terhapus
(desesasonalized data) dan kemudian musiman dimasukkan kembali untuk mendapatkan ramalan yang akurat (Hanke, et al. (2003). 10. Metode Box-Jenkins (ARIMA) : Model ini menggunakan pendekatan iteratif pada identifikasi suatu model yang mungkin dari model umum (Hanke, et al., 2003). ARIMA adalah singkatan dari autoregressive integrated moving average. Pada ARIMA terbagi atas model MA (moving average), AR (autoregressive), ARMA (autoregressive moving average), dan ARIMA (autoregressive integrated moving average). Berdasarkan model-model peramalan di atas penilaian terhadap akurasi hasil peramalan dapat dilakukan dengan mengamati besarnya selisih nilai aktual pengamatan dengan nilai estimasi dari peramalan (Firdaus, 2006). Penilaian tersebut dilakukan dengan membandingkan nilai error yang terkecil baik melalui MSE (Mean Square Error), MAE (Mean Average Error), maupun MPE (Mean Percentage Error).
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam penjualan ayam broiler. Semakin meningkatnya konsumsi
20
masyarakat terhadap daging ayam broiler menyebabkan semakin banyaknya perusahaan-perusahaan sejenis yang bergerak dalam usaha penjualan ayam broiler, dengan demikian persaingan diantara perusahaan-perusahaan tersebut semakin ketat. Dalam upaya mencapai keuntungan yang maksimal perusahaan TMF perlu membuat suatu perencanaan produksi yang optimal untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan. Salah satu dasar untuk perencanaan produksi yang optimal adalah penentuan penjualan daging ayam broiler untuk beberapa periode yang akan datang dengan melakukan peramalan penjualan ayam broiler. Selama ini perusahaan melakukan peramalan berdasarkan pertimbangan dan pengalaman, gambaran metode yang digunakan oleh perusahaan tersebut menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan metode kualitatif yang bersifat subjektif. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode peramalan kuantitatif. Prinsip dasar metode peramalan kuantitatf adalah cara memperkirakan yang mungkin akan terjadi pada masa yang akan datang berdasarkan data kuantitatif pada masa lalu. Metode kuantitatif yang akan ditawarkan dapat dijadikan sebagai rekomendasi apabila akurasinya lebih baik dibandingkan dengan cara yang telah dilakukan oleh perusahaan. Rekomendasi ini dapat berupa rekomendasi metode peramalan terakurat, hasil ramalan penjualan ayam broiler untuk satu tahun mendatang dan implikasi hasil ramalan penjualan berupa tindakan-tindakan yang perlu dilakukan perusahaan untuk mengatasi trend dan musiman yang terjadi. Tahap pertama penelitian ini adalah mendeskripsikan kondisi bisnis peruasahaan kemudian menganalisis pola data penjualan daging ayam. Setelah itu dilakukan penerapan metode peramalan kuantitatif yaitu metode time series. Metode - metode time series yang digunakan adalah metode naive, metode tren, metode rata-rata sederhana, metode rata-rata bergerak sederhana, metode pemulusan eksponensial tunggal, metode pemulusan eksponensial ganda Brown, metode pemulusan eksponensial ganda Holt, metode Winters aditif, metode
21
Winters
multiplikatif,
metode
dekomposisi
aditif,
metode
dekomposisi
multiplikatif, dan metode ARIMA Tahap berikutnya adalah memilih metode peramalan time series yang paling baik. Salah satu kriteria dalam menentukan metode yang paling baik adalah dengan melihat tingkat kesalahannya. Akurasi dalam peramalan ini menggunakan Mean Absolute Persentase Error (MAPE). Semakin kecil nilai MAPE maka akan semakin baik metodenya, karena
hasil
peramalan
semakin
mendekati
nilai
aktualnya.
Setelah
membandingkan metode yang digunakan maka akan diperoleh metode yang paling baik dalam meramalkan penjualan ayam broiler. Metode kuantitatif yang ditawarkan dapat dijadikan sebagai rekomendasi bila akurasinya lebih baik dibandingkan dengan metode yang digunakan oleh perusahaan. Rekomendasi ini dapat berupa, rekomendasi model atau teknik peramalan terakurat dan hasil ramalan penjualan ayam broiler satu tahun mendatang. Untuk lebih jelasnya mengenai kerangka pemikiran operasional penelitian ini dapat di lihat pada Gambar 1.
22
1. Penjualan ayam broiler yang berfluktuasi 2. Perusahaan belum melakukan peramalan kuantitatif
Penggunaan Peramalan Time Series dalam Perencanaan Produksi
Metode Kuantitatif
Metode Model Time Series 1. Moving Average 2. Pemulusan eksponensial tunggal 3. Pemulusan eksponensial ganda 4. Winters aditif 5. Winters multiplikatif 6. Dekomposisi aditif 7. Dekomposisi multiplikatif 8. ARIMA
Pemilihan metode model time series yang terakurat.
Rekomendasi berupa : 1.Model atau teknik peramalan terakurat 2.Hasil ramalan 12 bulan mendatang Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional Peramalan Penjualan dan Harga Ayam Tunas Mekar Farm.
23
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF) yang berlokasi di Griya Indah Bogor Blok B 03 A Kedung Badak, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Pemilihan perusahaan ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF) merupakan salah satu perusahaan agribisnis yang bergerak di bidang penjualan ayam hidup. Waktu pengumpulan data penelitian dimulai pada bulan November 2009. 4.2. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung dan wawancara dengan pemilik perusahaan, bagian penjualan ayam hidup, bagian produksi, serta para staf pegawai Tunas Mekar Farm (TMF). Adapun materi datanya berupa kegiatan umum perusahaan, data penjualan ayam hidup Tunas Mekar Farm (TMF) dari Januari 2006 hingga Desember 2009, data harga ayam hidup dari Januari 2006 hingga Desember 2009 dan data jumlah karyawan tahun 2009. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka pada instansi pemerintah terkait seperti Departemen Pertanian, Direktorat Jendral Bina Produksi Peternakan, Badan Pusat Statistik, dan Perpustakaan Sosial Ekonomi Bogor. Selain itu, diperoleh juga rujukan dari berbagai media cetak, situs web internet, makalah, dan jurnal penelitian. 4.3. Metode Analisis dan Pengolahan Data Untuk menganalisis peramalan penjualan dan harga ayam hidup di perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF) dilakukan secara kuantitatif. Proses pengolahan data dan analisis data menggunakan program Microsoft Excel, Minitab Versi 15. Microsoft Excel digunakan dalam melakukan plot data dalam bentuk grafik, sedangkan Minitab Versi 15 digunakan dalam proses analisis data dan peramalan.
4.4. Peramalan Time Series Peramalan penjualan dan harga ayam hidup menggunakan data seri waktu (time series) selama empat tahun terakhir. Adapun model peramalan time series yang akan digunakan adalah metode Moving Average, pelicinan eksponensial tunggal, metode brown, dekomposisi aditif dan multiplikatif, metode winters aditif dan multiplikatif, serta metode Box-Jenkins (ARIMA/SARIMA). Pada model-model peramalan time series di atas penilaian terhadap akurasi hasil peramalan dapat dilakukan dengan mengamati besarnya selisih nilai aktual pengamatan dengan nilai estimasi dari peramalan. Didefinisikan bahwa residual (error) atau et adalah perbedaan antara nilai aktual dengan nilai hasil peramalan, yaitu : et = yt - ŷt. Berdasarkan nilai residual tersebut diperoleh beberapa ukuran akurasi hasil peramalan antara lain MAE (Mean Absolute Error), MSE (Mean Square Error) atau MSD (Mean Squrae Deviaotion) dan MPE (Mean Percentage Error). Menurut Firdaus (2006) secara umum bila residual besarnya merata sepanjang pengamatan maka MSE yang sebaiknya digunakan. Tetapi bila hanya ada satu atau dua residual yang besar, maka MAE yang sebaiknya digunakan. Untuk melihat bias tidaknya teknik peramalan, MPE dapat digunakan. Hasil peramalan dikatakan tidak bias bila MPE ≈ 0. Bila MPE besar dan negatif, maka hasil peramalan dikatakan overestimate. Bila MPE besar dan positif, maka hasil peramalan dikatakan underestimate. 1. Metode Rata-rata Bergerak Sederhana Metode ini menggunakan mean semua data dengan formulanya adalah :
(Y + Yt −1 + Yt −2 + ... + Yt −n+1 ) Yˆt +1 = t n Dimana : yˆ t +1 = nilai ramalan untuk periode t+1 t
= periode aktual
n
= jumlah periode yang akan dirata-ratakan (ordo)
25
2. Metode Rata-rata Bergerak Ganda Teknik ini baik untuk data yang mengandung unsur trend (Firdaus, 2006). Formula untuk teknik ini adalah :
(Y + Yt −1 + Yt −2 + Yt −3 + ... + Yt −n+1 ) M t = Yˆt +1 = t n ( M + M + M + M t t −1 t −2 t −3 + ... + M t − n −1 ) M t' = n ' at = 2M t − M t bt =
(
2 M t − M t' n −1
)
Model yang akan didapat adalah : Yˆt + p = at + bt . p Dimana : yˆ t +1 = nilai ramalan untuk periode t+1 yt
= nilai aktual periode t
t
= periode aktual
n
= jumlah periode yang akan dirata-ratakan (ordo)
p
= periode yang akan diramalkan
3. Metode Pelicinan Eksponensial Tunggal : yˆ t +1 = αy t + (1 + α ) yˆ t
Dimana : yˆ t +1 = nilai ramalan untuk periode t+1 α
= konstanta pemulusan (0<α<1)
yt
= nilai aktual periode t
yˆ t
= nilai peramalan periode t
t
= periode aktual
4. Metode Brown :
S t = α (Y t ) + (1 − α )S t − 1
S t" = α (S t ) + (1 − α )S t"− 1 a t = 2 S t − S t" bt =
α
(
S t − S t" 1−α Yˆt = a t + b t .t
)
26
Dimana : St
= pelicinan tahap 1
at
= nilai intersep
S t"
= pelicinan tahap 2
bt
= nilai slope
Yt
= nilai aktual perriode t
yˆ t
= nilai peramalan periode t
α
= konstanta pemulusan
t
= periode waktu
(0<α<1) 5. Metode Dekomposisi Aditif : Yt = Tt + Ct + St + ε
Dimana: Tt
= komponen trend pada periode t
Ct
= komponen siklus pada periode t
St
= komponen musiman pada periode t
a. = komponen galat pada periode t 6. Metode Dekomposisi Multiplikatif : Yt = Tt x Ct x St x εt
Dimana: Tt
= komponen trend pada periode t
Ct
= komponen siklus pada periode t
St
= komponen musiman pada periode t
ε
= komponen galat pada periode t
7. Metode Winters
a. Metode Winters Aditif Yt = Tt + S t + ε t dengan Tt = a + b(t ) at = α (Yt − S t −1 ) + (1 − α )(at −1 + bt −1 )
bt = β (at − at −1 ) + (1 − β )(bt −1 )
S t = γ (Yt − at ) + (1 − γ )(S t − L ) Yˆt + p = [at + bt ( p )] + S t − L + p Dimana : at
= pemulusan terhadap deseasonalized data pada periode t
bt
= pemulusan terhadap trend pada periode t
St
= pemulusan terhadap variasi musiman pada periode t
Yˆt + p = ramalan p periode ke depan setelah periode t α,β,γ = koefisien pemulusan L
= penjangnya musim
27
b. Metode Winters Mulktiplikatif
Yt + (1 − α )(Lt −1 + Tt −1 ) St − s Tt = β (Lt − Lt −1 ) + (1 − β )Tt −1
Dimana : Lt
Yt + (1 − γ )S t − s Lt = (Lt + pTt )S t − s + p
St = γ
Lt = α
Yˆt + p
= nilai pemulusan baru atau level estimasi saat ini
α
= konstanta pemulusan untuk level (0≤ α ≤1)
Yt
= pengamatan baru atau nilai aktual periode t
β
= konstanta pemulusan untuk estimasi trend (0≤ β ≤1)
Tt
= estimasi trend
γ
= konstanta pemulusan untuk estimasi musiman (0≤ γ ≤1)
St
= estimasi musiman
P
= periode yang diramalkan
s
= panjangnya musim
Ŷt+p = ramalan p periode ke depan 8. Metode Box-Jenkins (ARIMA/SARIMA)
Pada ARIMA non-seasonal terbagi atas model MA (moving average), AR (autoregressive), dan ARIMA (autoregressive integrated moving average). Selain itu ada SARIMA yang merupakan seasonal ARIMA yang menunjukkan data time series secara musiman.
Persamaan model tersebut adalah sebagai
berikut : 1. Model MA : Yt = a0 + et - a1 et-1 - a2 et-2 -......- aq et-q Di mana : Yt
= Nilai series yang stasioner
et
= Kesalahan peramalan
et-1,et-2
= Kesalahan pada masa lalu
a0, a1 dan a2 = Konstanta dan koefien model
28
2. Model AR : Yt = b0 + b1 Yt-1 b2 Yt-2 +.....+ bq Yt-q + et Di mana : Yt
= Nilai series yang stasioner
Yt-1,Yt-2
= Nilai sebelumnya
b0 dan b1,b2
= Konstanta dan koefisen model
et
= Kesalahan peramalanModel ARMA
Yt = b0 + b1 Yt-1 b2 Yt-2 +.....+ bp Ytp + et - a1 et-1 +.....+ aq et-q Di mana : Yt et-1,et-q
= Nilai series yang stasioner = Kesalahan pada masa lalu
b0 dan b1,bp, a1, aq = Konstanta dan koefisen model et
= Kesalahan peramalan
3. Model ARIMA : B (B) (1-B) d Yt = b0 + a (B) et Di mana : b (B) + 1-b1B-b2B2-.....-aqBp a(B) = 1-a1-a2B2-.....-aqBq B
= Backward shift operator (BYt = Yt-1, B2Yt= Yt-2 dst.) Metode ARIMA memiliki beberapa tahapan yang harus digunakan agar
memperoleh model yang optimal dan terbaik. Beberapa tahapan pembentukan model ARIMA adalah sebagai berikut : 1. Identifikasi Model
Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap data deret waktu yang tersedia. Identifikasi yang dilakukan meliputi identifikasi pola data apakah mengandung pola musiman atau tidak, indentifikasi terdapat kestasioneran data, dan yang terakhir adalah identifikasi terhadap pola atau perilaku ACF dan PACF. Hal yang perlu diperhatikan adalah kebanyakan data deret waktu tidak bersifat stasioner. Apabila data yang dihadapi bersifat non-stasioner, maka data tersebut harus dikonversikan terlebih dahulu untuk mendapatkan data yang stasioner dengan teknik pembedaan (differencing). Pembedaan pertama pada data diperoleh dengan mengurangi nilai dua pengamatan yang berurutan pada data tersebut dengan menggunakan formulasi : Z t = ΔYt = Yt − Yt −1
29
Setelah dilakukan teknik pembedaan pertama (first differencing) data masih belum stasioner, maka dilakukan pembedaan kedua (second differencing). Pembedaan kedua dilakukan dengan melakukan pembedaan kembali pada data hasil pembedaan pertama. Pembedaan kedua dilakukan dengan formula berikut :
Z t = Δ2Yt = (Yt − Yt −1 ) − (Yt −1 − Yt − 2 ) Setelah dilakukan proses pembedaan untuk mendapatkan data yang stasioner, tahap selanjutnya adalah memeriksa kestasioneran data dengan menggunakan koefisien korelasi. Perhitungan koefisien korelasi menggunakan formula : rk =
∑ (Z − Z )(Z − Z ) ∑ (Z − Z ) t+k
t
2
t
Dimana : Zt
= data deret waktu stasioner
Zt+k = data k periode waktu ke depan
Z
= nilai rataan deret waktu stasioner
rk
= koefisien autokorelasi antara dua set data
Koefisien autokorelasi dapat bernilai antara -1 sampai +1 (-1< rk <1). Suatu data deret waktu dikatakan stasioner jika koefisien korelasinya nol untuk semua tingkatan pembedaan data. Setelah data deeret waktu dipastikan stasioner, tahap berikutnya adalah mengidentifikasi perilaku ACF dan PACF. 2. Estimasi Model
Pada tahapan ini yang penting dilakukan adalah menganalisis perilaku ACF dan PACF. Perilaku ACF dan PACF yang dapat dilihat pada Tabel 9 akan menentukan model dari data deret waktu yang akan diramalkan.
30
Tabel 9. Pola ACF dan PACF ACF
PACF
Dies down
Cut-off
setelah
Model proses Autoregressive (AR)
orde ke p
AR (p) Zt = δ + θ1Zt-1 + εt Zt = δ + θ1Zt-1 + θ2Zt-2 + εt
Cut-off
Moving Average (MA)
setelah Dies down
MA (q)
proses orde ke q
Zt = μ - θ1 εt-1+ εt Zt = μ - θ1 εt-1 - θ2 εt-2+ εt Dies down
Dies down
Autoregreeive Moving Average (ARMA) ARIMA (p,d,q) Zt = δ + θ1Zt-1 - θ1εt-1 + εt
Sumber : Hanke, et al., 2003 3. Evaluasi Model
Terdapat enam kriteria dalam evaluasi model BOX-Jenkins, yaitu:
− Residual peramalan bersifat acak. Hal ini dapat diketahui dari nilai P-value yang lebih besar dari 0,05. Selain itu, dapat dilihat pula dari grafik ACF dan PACF residual yang menunjukkan pola cut-off.
− Model parsimonious artinya adalah model harus dalam bentuk yang paling sederhana.
− Parameter yang diestimasi berbeda nyata dengan nol. Hal ini dapat dilihat dari nilai P-value yang harus kurang dari 0,05.
− Kondisi
invertibilitas
ataupun
stasioneritas
harus
terpenuhi
dengan
ditunjukkan oleh jumlah koefisien MA atau AR yang masing-masing harus kurang dari 1.
− Proses iterasi harus convergence. Berdasarkan hasil output peranti Minitab 13.20 dapat dilihat pada session terdapat pernyataan relative change in each
estimate less than 0,0010.
− Model harus memiliki nilai MSE (Mean Square Error) yang kecil.
31
Setelah hasil evaluasi dilakukan, maka selanjutnya adalah memilih metode peramalan terbaik yang sesuai kriteria di atas, dan perbandingan dengan metode ARIMA/SARIMA lainnya. 4. Peramalan (Forecasting)
Tahap ini adalah tahapan terakhir dari metode Box-Jenkins (ARIMA). Pada tahap ini model yang diperoleh digunakan untuk meramalkan data deret waktu yang ada. Peramalan dapat dilakukan untuk beberapa periode ke depan.
32
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Tunas Mekar Farm merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang budidaya dan penjualan ayam broiler di Bogor. Perusahaan ini didirikan pada bulan April 2004 oleh Ir. Muslikhin Irmat bersama rekannya Bapak Agus. Sebelum mendirikan Tunas Mekar Farm, pada awalnya Bapak Muslikhin dan Bapak Agus bekerja di salah satu perusahaan peternakan kemitraan cabang Bogor, pada saat bekerja di perusahaan tersebut mereka merasakan ketidakpuasa terhadap kebijakan yang dijalankan oleh perusahaan tersebut. Beberapa hal yang dianggap kurang memuaskan di perusahaan tersebut diantaranya adalah komunikasi antara peternak dan pihak perusahaan mitra kurang baik sehingga menghambat hubungan kerjasama, cara kerja di perusahaan yang terlalu baku dengan aturan sehingga kurang terasa adanya kekeluargaan antara peternak dan perusahaan mitra dan pembayaran hasil usaha bagi peternak yang terlalu lama dengan waktu bisa hingga satu bulan. Tunas Mekar Farm didirikan oleh Bapak Muslikhin dan Bapak Agus serta investor diharapkan dapat memberikan solusi terbaik bagi peternak dalam melakukan hubungan kerjasama kemitraan yang saling menguntungkan. Tunas Mekar Farm ingin merubah hal-hal yang dianggap kurang memuaskan tersebut menjadi lebih baik dengan menjalin komunikasi yang lebih baik antara peternak dengan perusahaan mitra. Selain itu Tunas Mekar Farm juga akan memberikan jaminan kualitas sarana produksi peternakan bagi peternak mitranya dan akan melakukan pembayaran hasil usaha bagi peternak dengan waktu yang lebih cepat, yaitu sekitar satu minggu setelah selesai panen ayam.. Selama kurang lebih lima tahun Tunas Mekar Farm berdiri telah mengalami berbagai perkembangan usaha. Awalnya peternak mitra Tunas Mekar Fam sedikit, namun sekarang peternak mitra Tunas Mekar Fam tersebar hampir di seluruh wilayah Bogor. Dintaranya daerah Leuwiliang, Cigudeg, Nanggung, Jasinga, Ciampea, Parung, Cisarua. Cijeruk, Cibinong, Depok sampai Cariu. Bahkan sekitar bulan juli 2009 Tunas Mekar Farm membuka kantor cabang di daerah Cariu untuk memperluas usahanya hingga daerah Karawang.
Perkembangan usaha Tunas Mekar Farm dengan mitranya yang cukup baik tidak terlepas dari kerja keras semua pihak yang terkait. Tunas Mekar Farm memiliki syarat tersendiri bagi peternak yang ingin bergabung dengan perusahaan. Peternak harus memiliki kandang sendiri yang layak bagi budidaya ayam broiler, kelayakan kandang peternak berdasarkan survey yang dilakukan Technical Service (TS) dari perusahaan. Sebelum resmi menjadi mitra maka peternak diwajibkan menandatangani kontrak kerjasama yang memuat semua hak dan kewajiban dari kedua belah pihak serta harga garansi yang mencantumkan harga ayam dan harga sarana produksi peternakan lainnya. Selain itu perusahaan juga akan memberikan insentif bagi peternak yang dapat membudidayakan ayam broiler dengan baik. Insentif akan diberikan kaepada peternak jika kematian ayam broiler serta Feed Convertion Rate (FCR) lebih rendah dari standar yang telah ditentukan oleh Tunas Mekar Farm.
5.2. Kondisi Lingkungan Perusahaan Tunas Mekar Farm memiliki penilaian sendiri terhadap peternak mitranya, yaitu berdasarkan nilai Performance Numercial (PN). Jika nilai PN nya makin tinggi maka peternak tersebut makin baik. Untuk peternak grade A adalah peternak dengan nilai PN diatas 270, peternak grade B adalah peternak yang memiliki nilai PN antara 250-270, peternak grade C adalah peternak dengan nilai PN antara 230-250 dan untuk peternak grade D adalah peternak yang memiliki nilai PN dibawah 230. khusus untuk peternak grade D jika selalu menghasilkan PN dibawah 230 atau tidak ada peningkatan selama tiga kali berturut-turut maka akan dilakukan pemutusan hubungan kerjasama oleh Tunas Mekar Farm secara sepihak. PN adalah suatu indikator yang digunakan untuk menilai baik buruknya hasil produksi ayam yang dibudidayakan oleh peternak. Nilai PN dihitung dengan memperhatikan empat aspek penting, yaitu : (a) tingkat kematian, (b) rata-rata berat ayam panen, (c) rata-rata umur panen dan (d) Feed Convertion Ratio (FCR). Makin besar nilai PN dari ayam yang diproduksi akan lebih baik dan menguntungkan bagi peternak, karena akan mendapat insentif lebih besar. Untuk
34
mendapatkan nilai PN yang tinggi peternak harus dapat menurunkan nilai FCR. FCR adalah perbandingan antara jumlah seluruh pakan yang dikonsumsi oleh ayam dengan jumlah seluruh berat ayam yang dipanen. FCR dapat menurun jika manajemen kandang peternak baik, misalnya dari cara pemberian pakan. Selain menurunkan nilai FCR, peternak juga harus menurnkan nilai persentase kematian ayam, karena semakin banyak ayam yang hidup maka akan semakin banyak ayam yang akan dipanen. Sehingga insentif bagi peternak akan lebih besar. Untuk menghasilkan nilai Performance Numercial (PN) yang tinggi, tentunya harus ada kerjasama yang baik antara peternak dengan perusahaan. Nilai PN yang tinggi dapat dicapai jika manajemen kandang yang baik dari peternak dan kiriman DOC, pakan dan obat-obatan yang berkualitas dari perusahaan. Karena manajemen kandang peternak yang baik jika tidak didukung oleh input produksi yang berkualitas akan sulit menghasilkan output yang baik, dan sebaliknya jika input produksi yang berkualitas tanpa didukung oleh manajemen kandang yang baik maka akan sangat sulit menghasilkan output yang baik.
5.3. Lokasi Perusahaan Tunas Mekar Farm (TMF) berlokasi di Griya Indah Bogor Blok B 03 A Kedung Badak, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Pada awalnya kantor Tunas Mekar Farm mengontrak di salah satu perumahaan yang terletak di daerah Cimanggu, Bogor, namun sekarang Tunas Mekar Farm sudah memiliki perkantoran milik sendiri.
5.4. Kegiatan Utama Perusahaan Kegiatan utama Tunas Mekar Farm adalah budidaya ayam broiler yang terdiri dari budidaya ayam broiler kandang milik perusahaan dan kandang kemitraan serta penjualan ayam broiler. Kedua kegiatan di Tunas Mekar Farm ini saling berkaitan, karena salah satu faktor yang sangat mempengaruhi penjualan adalah kualitas produk yang dijual harus baik terutama kondisi ayam yang akan dijual harus sehat. Untuk
35
menghasilkan ayam yang sehat maka harus didukung oleh teknik budidaya yang baik.
5.5 Deskripsi Produk yang Dihasilkan Produk yang akan dihasilkan dari budidaya ayam broiler adalah ayam hidup siap potong dengan bobot 1,2 kg / ekor sampai 2,2 kg / ekor. Untuk mencapai bobot ini diperlukan waktu budidaya antara 28 hari – 35 hari
5.6. Deskripsi Proses Budidaya Ayam Broiler Proses budidaya ayam broiler yang dilakukan Tunas Mekar Farm dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahapan persiapan kandang, tahapan pemeliharaan dan tahapan pemanenan. Tahapan proses budidaya ayam broiler dapat di lihat pada Gambar 2.
Persiapan Kandang
Pembersihan dan Pencucian Kandang
Pengapuran
Penyemprotan Desinfaktan
Penebaran Litter
Pemasangan Indukan (brooder), tempat pakan, minum dan tirai dalam
Pemeliharaan
Pemanenan
Perlakuan DOC masuk
Pemeliharaan Starter Minggu Pertama
Penangkapan, penimbangan dan pengangkutan ayam ke mobil
Pemeliharaan Starter Minggu Kedua
Pemeliharaan Starter Minggu Ketiga
Pemeliharaan Finisher Minggu Keempat
Gambar 2. Tahapan Proses Budidaya Ayam Broiler Tunas Mekar Farm (2009)
36
A. Persiapan Kandang Persiapan
kandang
merupakan
tahapan
mempersiapkan
kandang
menjelang DOC datang. Persiapan kandang dilakukan agar kondisi lingkungan kandang bebas dari hama penyakit serta kesiapan kandang dalam pemeliharaan DOC. Persiapan kandang ini sangat penting dilakukan. Jika kondisi kandang belum siap untuk budidaya kemudian DOC datang maka proses pemeliharaan akan mengalami banyak hambatan. Tahapan persiapan kandang meliputi :
1) Pembersihan dan Pencucian Kandang Pembersihan dan pencucian kandang merupakan kegiatan membersihkan lingkungan di dalam kandang maupun di luar kandang. Pembersihan dan pencucian di dalam kandang dilakukan dengan cara membersihkan atap kandang dari sarang laba-laba, dinding kandang dan lantai kandang disikat dan dicuci dengan air sabun kemudian disemprot dengan air hingga bersih. Alat yang digunakan untuk pembersihan dan pencucian kandang seperti sikat, selang, jet pump, dan sapu. Untuk pembersihan di luar kandangyaitu membuang atau membakar sampah-sampah yang terdapat di lokasi kandang.
2) Pengapuran Pengapuran dilakukan setelah kandang dibersihkan dan dicuci. Kapur yang digunakan adalah kapur yang biasa digunakan untuk bahan bangunan dengan ukuran 15 kg kapur dicampur dengan air sebanyak 50 liter. Campuran tersebut kemudian disiramkan secara merata ke bagian alas dan dinding kandang.
3) Penyemprotan Desinfektan Penyemprotan desinfektan dilakukan menggunakan semprotan pompa yang berkapasitas 20 liter air. Desinfektan yang digunakan adalah formalin. Ukuran dosisnya 1 liter formalin 17 liter air. Fungsi dari tahapan pembersihan dan pencucian kandang, pengapuran dan penyemprotan desinfektan agar lingkungan kandang bebas dari bakteri atau kuman penyakit yang dapat merugikan budidaya ayam broiler.
37
4) Penebaran Litter (alas kandang) Litter yang digunakan untuk alas kandang adalah sekam padi. Menurut Rasyaf (2004) terdapat beberapa prinsip utama pemilihan bahan alas litter yaitu (a) mudah menyerap air, (b) tidak menyebabkan timbulnya debu, (c) murah harganya, dan (d) mudah diperoleh. Dari beberapa penelitian yang dilakukan di Indonesia terbukti bahwa penggunaan sekam/kulit padi masih lebih baik daripada bahan-bahan lain seperti serbuk gergaji, gilingan tongkol jagung dan potongan kulit kacang. Bahan alas kandang yang digunakan akan mempengaruhi temperatur di dalam tempat pemeliharaan anak ayam. Bahan litter tersebut menimbulkan panas, dan panas yang ditimbulkan dipengaruhi oleh ketebalan litter. Semakin tebal litter akan semakin tinggi temperatur di dalam kandang. Selain itu pada proses budidaya, alas kandang sering basah terkena cipratan air minum ayam. Akibatnya bahan litter menggumpal menjadi keras dan menimbulkan bau amoniak. Oleh karena itu pada saat pemasangan tempat minum harus diperiksa terlebih dahulutempat minum tersebut bocor atau tidak, kemudian pemasangan tempat minum (drinker) disesuaikan dengan ukuran ayam. Pemasangan drinker yang baik setinggi bahu ayam, hal ini agar drinker tidak tersenggol ayam yang akan mengakibatkan littermenjadi basah. Jika alas litter basah kemudian menggumpal dan menimbulkan bau amoniak maka pekerja kandang harus membersihkan litter yang menggumpal. Karen ajika dubiarkan akan menyebabkan timbulnya penyakit. Sistem lantai litter ini mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya kemungkinan ayam lepuh dada sedikit, pengelolaannya lebih mudah dilakukan dan ayam broiler relatif tahan terhadap lantai litter.
5) Pemasangan Indukan (brooder), Tempat Pakan (feeder), Tempat Minum (drinker) serta Tirai Dalam. Fungsi indukan adalah sebagai pengganti induk ayam yang memberi rasa hangat pada anak ayam. Pemasangan indukan disertai dengan pemasangan batas indukan untuk memudahkan dalam pemeliharaan. Terdapat beberapa macam indukan diantaranya adalah indukan minyak tanah (petromaks, semawar, lampu
38
kapal), indukan listrik, indukan dari arang atau batu bara dan indukan gas (gasolec) Penggunaan indukan gas lebih aman dibandingkan dengan indukan dari jenis lain. Hal ini disebabkan indukan gas dilengkapi dengan peralatan pengamanan kegagalan nyala api yang berfungsi untuk mencegah kebakaran. Selain itu pada indukan gas terdapat regulator, yaitu alat yang mampu mengatur tingkat panas indukan gas, alat tersebut dipasang pada tabung gas. Indukan dinyalakan satu jam sebelum anak ayam datang di kandang. Tujuannya adalah agar suhu ruangan kandang stabil dan sesuai dengan kebutuhan suhu anak ayam. Untuk mendukung fungsi indukan maka perlu dipasang dinding pembatas yang memiliki fungsi sebagai pembatas agar anak ayam selalu dekat dengan sumber panas. Dinding pembatas dipasang dengan ukuran panjang 4 meter dan lebar 3 meter membentuk persegi panjang. Dinding pembatas dapat terbuat dari seng, papan, bilik atau karung. Dinding pembatas harus diperluas untuk memberikan tempat pakan dan minum yang memadai sesuai dengan besar badan ayam. Perluasan dilakaukan tiga hari sekali. Setelah anak ayam berumur 14 hari dinding pembatas disingkirkan. Pemasangan tempat minum dilakukan sebelum anak ayam datang agar pada sat anak ayam datang dapat langsung minum. Sedangkan pemasangan tempat pakan dilakukan setelah ayam minum air gula yang diberikan pada saat awal datang anak ayam. Pemasangan temapat apak sekaligus memberi pakan untuk anak ayam. Pemasangan tirai dalam berfungsi untuk menjaga kestabilan suhu di daalam indukan. Pemasngan tirai dalam dapat dilakukan menggunakan terpal atau karung. Selain itu pemasangan tiriai dalam bertujuan agar angin tidak dapat berhembus kencang serta menjaga panas indukan agar hawa panas indukan tidak buyar.
B. Pemeliharaan Sistem pemeliharaan yang akan dilakaukan adalah all in all out. Pada sistem ini anak ayam broiler dipelihara di satu tempat sejak umur satu hari hingga ayam dipanen. Kelebihan sistem ini adalah anak ayam tidak dipindah-pindahkan
39
sehingga tidak mengalami stress pada saat ayam dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain. Sistem pemeliharaan ini dibagi menjadi tiga bagin yaitu, perlakuan anak ayam masuk, pemeliharaan masa Starter, dan pemeliharaan masa Finisher. Perbedaan masa starter dengan finisher terletak pada kandungan nutrisi pakan yang akan diberikan.
1) Perlakukan Anak Ayam (DOC) masuk. Sebelum anak ayam masuk ke kandang maka kondisi kandang harus benar-benar siap, diantaranya indukan dinyalakan satu jam sebelum anak ayam masuk, hal ini harus dilakukan untuk mencegah anak ayam kedinginan. Tempat minum harus sudah dipersiapkan untuk minum anak ayam. Pada saat anak ayam masuk kandang, anak ayam diperiksa dan dihitung jumlahnya sesuai dengan catatan yang tertera dalam box kardus ayam atau tidak. Satu kardus box berisi ayam sebanyak 102 ekor ayam. 100 ekor merupakan jumlah anak ayam yang harus dibayar oleh peternak sedangkan 2 ekor sebagai kompensasi resiko kematian pada saaat ayam di perjalanan. Jika hasil penghitungnan tidak sesuai dan anak ayam banyak yang matimaka peternak dapat mengajukan keberataan kepada perusahaan pembibitan. Setelah anak ayam dihitung kemudian disebar ke dalam indukan , bersamaan dengan penyebaran ayam dalam indukan anak ayamdiberi air minum larutan air gula yang telah dibuat sebelum anak ayam datang. Pemberian air gula dilakukan selama kurang lebih dua jam. Pemberian air gula bertujuan untuk menurunkan tingkat stress ayam pada saat perjalanan dan menjaga kondisi ayam agar sehat.
2) Pemeliharaan masa starter Minggu pertama Pemeliharaan masa startermerupakan masa pertumbuhan ayam, karena pada mas ini jenis pakan yang diberikanmengandung protein yang tinggi, yaitu 21% - 23 %. Protein merupakan salah satu unsur yang penmting bagi pertumbuhan anak ayam. Manfaat protein menurut Rasyaf (2004) bagi pertumbuhan anak ayam diantaranya: a) Membangun dan membentuk jaringan tubuh, agar anak ayam
40
tumbuh dengan cepat,
b) membentuk enzim-enzim yang berperan dalam
pencernaan pakan sehingga apabila kekurangan protein akan mengganggu pembentukan enzim yang berakibat terganggunya sistem pencernaan. Jika sistem pencernaan terganggu maka akan mengganggu pertumbuhan dan daya tahan ayam terhadap penyakit, c) jika kekurangan energi, protein akan diubah menjadi bentuk energi. Pada masa pemeliharaan umur 1 – 7 hari ayam harus dipelihara dengan sebaik mungkin. Pada masa ini terjadi proses penyerapan kuning telur oleh anak ayam sehingga suhu di kandang harus terjaga kehangatannya. Penyerapan kuning telur ini untuk meningkatkan kekebalan tubuh ayam terhadap serangan penyakit. Jika kuning telur diserap secara sempurna maka ayam memiliki daya tahan tubuh yang kuat untuk menghadapi serangna penyakit, sebaliknya apabila penyerapan kuning telur tidak sempurna maka ayam kan lebih mudah terserang olh penyakit. Agar penyerapan kuning telur sempurna maka harus didukung oleh kondisi kandang ayam yang baik, panas yang cukup pada indukan, pakan dan air minum yang cukup. Untuk memperhatikan suhu di dalam indukan dapat di lihat sebaran yang terjadi di dalam indukan. Jika ayam berkumpuldi bwah indukan maka ayam kedinginan, apabila ayam menjauhi dan berhimpitan di dekat dinding pembata maka indukan terlalu panas, jika ayam menyebar rata di sekitar indukan dan
aktif
mencari
makan
atau
minum
maka
panas
indukan
sesuai
dengankebutuhan ayam. Namun apabila ayam bergerombol di beberapa bagian kandang indukan maka suhunya tidak stabil. Pemeliharaan untuk hari pertama hingga hari keempat, anak ayam diberi obat antibiotik pada pagi hari serta vitamin pada sore hari. Selain itu indukan diperluas hingga ukuran 4m X 5m kemudian tempat pakan dan minum ditambah. Penambahan tempat pakan dan minum agar anak ayam tidak saling berebut tempat untuk makan dan minum. Untuk ukuran 1.000 ekor tempat pakan yang dibutuhkan 18 nampan. Pakan diberikan enam kali sehari yaitu jam 06 pagi, jam 11 siang, jam 1 siang, jam 5 sore, jam 8 malam dan jam 11 malam. Pola pemberian pakan yang baik akan membantu meningkatkan konsumsi pakan. Hari ke lima ayam diberi vaksin Newcastle Desease (ND). Vaksin adalah mikroorganisme penyebab penyakit yang sudah dilemahkan dan mempunyai sifat
41
immunogenik. Imunnogenik artinya dapat merangsang pembentukan kekebalan tubuh. Vaksin ND satu dilakukan dengan cara tetes hidung atau mata. Tujuan dari vaksin ND satu adalh agar ayam kebal terhadap penyakit ND, setelah di vaksin ayam diberi minum air gula untuk mengembalikan kondisi ayam.
3) Pemeliharaan masa Starter minggu ke dua Indukan diperluas menjadi 4m x 6 m, tempat minum ditambah hingga berjumlah 10 bauh. Penggunaan penghangat mulai dikurangi, tirai bagian dalam mulai digulung sedikit agar sirkulasi udara berjalan dengan lancar. Penggulungan tirai dalam juga dilakukan agar suhu di dalam indukan tidak terlalu panas serta melatih DOC untuk beradaptasi jika tirai dalam tidak dipergunakan lagi. Pemberian pakan dilakukan empat kali sehari, yaitu pada pagi, siang sore dan malam hari. Tempat mminum dicuci dua kali sehari, pencucian dilakukan pada pagi dan sore hari. Setelah tempat minum dicuci pada pagi hari diberi minum antibiotik sedangkan pada sore hari diberi vitamin. Pemberian antibiotik dihentikan satu hari sebelum dilaksanakan vaksin Gmboro. Vaksin gumboro dilaksanakan pada hari ke dua belas melalui air minum. Sebelum diberi air minumyang berisi vaksin, ayam dipuasakan minum selama 23 jam. Setelah itu larutkan vaksin dalam air minum yang kira-kira habis diminum dalam waktu dua jam. Untuk melarutkan vaksin dan menjaga daya kerja vaksin tetap baik maka ditambahkan susu khusus pelarut vaksin. Pemeliharaan pada hari ke 13 dan 14 ayam diberi air putih serta pengontrolan litter yang basah, jika ada litter yang basah atau bahakan menggumpal dan mengeluarkan bau amoniakmaka litter tersebut harus dibuang dan ditimpah dengan litter yang baru. Pengontrolan litter ini sebaiknya tiga hari sekali agar mampu menekan bau amoniak di dalam kandang.
4) Pemeliharaan masa Starter minggu ke tiga Pemeliharaan yang dilakukan pada hari ke 15, tirai dalam digulung dan tidak digunakan lagi, kemudian tirai luar mulai dibuka agar udara dapat masuk ke dalam sehingga sirkulasi udara menjadi lebih baik. Pemberian pakan dilakukan
42
tiga kali sehari, yaitu pada pagi, sore dan malam hari. Air minum yang diberikan adalah air vitamin, diberikan pada hari ke 15 sampai dengan hari ke 18. Sekatan diperluas menjadi 10m x 8m untuk populasi ayam 1000 ekor. Pada awalnya tempat pakan berupa nampan dan di taruh di atas litter, untuk ayam berumur 15 hari tempat pakan diganti menjadi tempat pakan berbentuk ember dan posisi tempat ini digantung. Jumlah tempat pakan yang dibutuhkan untuk 1000 ekor ayam sebanyak 44 buah. Nampan yang sudah tidak dipakai kemudian dicuci dan disimpan di gudang. Litter diturunkan secara bertahap, penurunan alas litter dilakukan pada saat umur ayam 18 hari, penurunan alas litter secara bertahap ini agar ayam mampu berjalan dengan baik di atas reng bambu, selainitu juga untuk menekan tingkat stres ayam jika alas litter diturunkan seluruhnya secara langsung. Penurunan alas litter agar sirkulasi udara berjalan dengan baik sekaligus membuang alas litter yang telah menggumpal. Pada umur 19 hari ayam diberi minum air putih sebagai persiapan untuk vaksin ND yang kedua. Vaksin ND kedua dilakukan dengan cara diminum, setelah di vaksin ayam diberi air gula agar kondisi ayam tetap sehat.
5) Pemeliharaan masa Finisher minggu ke empat Pemeliharaan pada umur 22 hari alas litter sudah turun semuanya, tirai luar dibuka hingga seluruh bagiannya, dilakukan penimbangan untuk menghitung konversi pakan. Umur 22 hari pakan starter dicampur dengan pakan finisher hal ini dilakukan agar ayam tidak mengalami perubahan yang berarti dari pergantian pakan starter ke finisher. Pertumbuhan ayam harus diperhatikan, jika ada ayam yang lambat pertumbuhannya maka harus dibuatkan sekatan khusus agar ayam tersebut mampu mengejar pertumbuhan ayam lainnya. Pada masa ini kondisi ayam harus sering diperhatikan, apabila menemukan ada ayam yang terserang penyakit maka harus langsung dipisahkan dan bila perlu di sembelih, agar ayam tersebut tidak menyebarkan penyakit ke ayam lain. Kemudian untuk mencegah penyakit menyerang ayam lainnya maka ayam diberi obat sebagai rangsangan untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
43
Pemeliharaan masa finisher merupakan pemeliharaan akhir dari budidaya ayam broiler. Peningkatan berta tubuh dan umur ayam akan mengakibatkan peningkatan kebutuhan terhadap hembusan angin. Kepadatan kandang dan sirkulasi udara di dalam kandang harus diperhatikan, jika sirkulasi udara kurang baik maka pertumbuhan ayam pun akan berjalan kurang optimal. Pakan yang diberikan pada masa ini hingga panen adalah pakan dengan jenis pakan pelet yang berbentuk butiran yang lebih besar jika dibanding dengan pakan starter. Pemberian pakan diberikan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari.agar ayam tidak terlalu banyak terganggu aktifitas anak kandang yang dapat mengakibatkan ayam stress kemudian daya tahan tubuhnya melemahdan mudah terserang penyakit yang kemudian menimbulkan kematian yang tinggi. Tirai luar di buka seluruhnya sepanjang hari, kecuali jika terjadi hujan. Pada umur 25 hari pemberian obat dihentikan, hal ini dilakukan untukmenghindari efek residual atau sisa obat-obatan yang terdapat dalam dagingayam dan dimakan oleh manusia.
C. Pemanenan Pemanenan mulai dilakukan pada saat ayam mencapai 1.4 kilogram. Panen biasanya dilakukan pada pagi, sore, malam atau siang hari jika cuaca tidak panas. Apabila panen dilakukan pada saat cuaca panas maka ayam akan mengalami stres yang tinggi, menurunkan bobot ayam serta kematian yang tinggi pada saat pemanenan. Oleh karena itu jika ada pembeli yang datang pada saat cuaca panas maka sebaiknya pemanenan ditunda terlebih dahulu, menunggu cuaca redup. Kegiatan pemanenan ayam broiler sangat terakit dengan bagian penjualan. Pembeli yang akan menangkap ayam harus menunjukkan surat Delivery Order (DO) atau surat persetujuan dari bagian penjualan. Jika pembeli tidak dapat menunjukkan surat DO atau surat DO waktunya kadaluarsa, maka peternak harus konfirmasi ke bagian penjualan. Aktifitas yang dilakukan pada saat pemanenan adalah penangkapan, penimbangan, dan pengangkutan ayam ke mobil. Sebelum ayam ditangkap, dilakukan terlebih dahulu penyekatan agar memudahkan penangkapan ayam dan mengurangi tingkat stres pada ayam.
44
Ayam ditangkap salah satu kakinya kemudian diikat menggunakan tali rapia, tiap ikatan umumnya lima ekor ayam. Setelah itu ayam ditimbang kemudian di bawa ke mobil pengangkutan. Mobil penngangkutantersebut menggunakan keramba (keranjang ayam) untuk mengangkut ayam. Pada saat memasukkan ayam ke dalam keramba harus hati – hati, hindari terjadinya benturan ayam dengan sisi keramba karena ayam broiler rentan patah sayapnya. Isi keramba secukupnya sehingga ayam tidak bertumpuk satu sama lain, setelah itu ayam disiram dengan air untuk menghindari dehidrasi pada ayam.
5.7. Pemasaran Saluran pemasaran untuk produk ayam broiler hidup siap potong Tunas Mekar Farm menggunakan saluran pemasaran langsung (direct marketing), dimana perusahaan menjual ayam broiler secara langsung kepada konsumen Tunas Mekar Farm tanpa perantara. Namun ada juga broker yang memesan ayam ke Tunas Mekar Farm untuk di jual ke pedagang ayam dengan skala yang lebih kecil, yaitu sekitar 100 ekor – 300 ekor. Pemesanan ayam broiler dapat dilakukan melalui telefon, fax atau datang langsung ke kantor Tunas Mekar Farm. Setelah mendapatkan no DO maka pembeli mengambil ayam ke kandang ayam Tunas Mekar Farm.. Adapun alur pemasaran ayam broiler Tunas Mekar Farm dapat di lihat pada gambar 4 berikut.
45
Tunas Mekar Farm
Pedagang Tampungan
Pedaagang Pasar
Pedagang Pasar
Pemotongan Sendiri
Pedagang Pasar
Rumah Potong Ayam (RPA)
Pasar Swalayan
Konsumen Akhir
Gambar 3. Alur Pemasaran Ayam Broiler Perusahaan Tunas Mekar Farm (2009)
Pelanggan ayam broiler Tunas mekar Farm terdiri dari : a) Pedagang pasar, yaitu pelanggan yang memesan ayam broiler pada Tunas Mekar Farm khusus untuk dijual oleh pedagang tersebut di pasar-pasar tradisional berupa daging ayam , b) Pedagang tampungan, pelanggan yang memesan ayam broiler pada Tunas Mekar Farm kemudian menampungnya di kandang tampungan untuk dijual oleh pedagang tersebut sebagian dijual berupa daging ayam dan sebagian lagi dijual ayam hidup kepada pedagang ayam keliling, berdasarkan wawancara dengan bagian pemasaran pedagang pasar dan pedagang tampungan merupakan pedagang yang dapat menyerap penjualan ayam TMF hingga 60 % dari seluruh penjualan. c) Rumah Potong Ayam (RPA), memesan ayam broiler dengan kriteria tertentu misalnya bobtnya harus ukuran 1.65 kg – 1.7 kg, jika tidak masuk kriteria tersebut RPA tidak jadi menangkap ayam. d) Pemotongan Sendiri, omzet pemotongan sendiri kira-kira 700 ekor hingga 1200 ekor per hari. Perusahaan membuat pemotongan sendiri untuk mengantisipasi jika ada ayam sakit dari hasil budidaya.
46
Biasanya penjualan pada kondisi-kondisi tertentu mengalami peningkatan, seperti pada saat Tahun Baru, puasa, idul fitri dan idul adha pada kondisi seperti itu penjualan ayam broiler cenderung meningkat.
5.8. Struktur Organisasi Tunas Mekar Farm
dipimpin oleh seorang pemimpin yang sekaligus
merupakan pemilik perusahaan. Dalam tugas sehari-hari pimpinan dibantu oleh seorang wakil pimpinan dan para kepala bagian. Secara umum tugas, wewenang dan tanggung jawab komponen yang terdapat dalam struktur organisasi Tunas Mekar Farm sebagai berikut : a.
Pimpinan, bertanggung jawab untuk mengkoordinasi, memimpin dan mengelola aktifitas usaha secara keseluruhan serta memiliki kewenangan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan kebijkan perusahaan.
b.
Wakil Pimpinan, bertugas membantu pimpinan dalam kegiatan sehari-hari dan bertanggung jawab terhadap perencanaan produksi, penyediaan pakan, vaksin serta obat-obatan.
c.
Technical Service (TS), bertanggung jawab untuk kelancaran budidaya ayam broiler dari mulai DOC ( Day Old Chick) datang hingga panen, serta memberikan pembinaan teknik manajemen kandang atau cara beternak ayam dengan baik.
d.
Bagian Keuangan, bertanggung jawab terhadap perhitungan pembayaran hasil produksi peternak, perhitungan insentif bagi peternak dari konversi pakan maupun dari tingkat kematian ayam, serta pembayaran sarana produksi peternakan.
e.
Bagian Pemasaran Ayam, bertanggung jawab dalam hal memasarkan ayam broiler, mengatur sistem pemasaran ayam broiler serta menentukan harga jual ayam broiler kepada para pembeli berdasarkan persetujuan dari pimpinan perusahaan.
f.
Bagian Umum adalah staf yang bekerja untuk membantu kelancaran urusan perusahaan di luar manajemen. Untuk lebih jelasnya mengenai Struktur Organisasi Perusahaan Tunas
Mekar Farm ini dapat dilihat pada Gambar 4.
47
Pimpinan
Wakil Pimpinan
Bagian Keuangan
Bagian Pemasaran
Technical Service (TS)
Bagian Umum
Gambar 4. Bagan Struktur Organisasi Perusahaan Tunas Mekar Farm (2009)
5.9. Pengadaan Pasokan Tunas Mekar Farm dalam kegiatan budidaya ayam broiler membutuhkan DOC, Pakan, Vaksin dan obat-obatan dari perusahaan lain. Oleh karena itu Tunas Mekar Farm melakukan kerjasama dengan berbagai perusahaan untuk mendukung budidaya ayam broiler agar budidaya ayam broiler berjalan dengan baik. Berikut perusahaan-perusahaan yang bekerjasama dengan Tunas Mekar Farm dalam hal pengadaan sarana produksi peternakan. Daftar nama-nama perusahaan pemasok. dapat di lihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Nama-nama Perusahaan Pemasok Sarana Produksi Peternakan No Nama Perusahaan Pemasok 1
PT. Charoen Pokphand Indonesia
DOC dan Pakan
2
PT. Japfa Comfeed Indonesia
DOC dan Pakan
3
PT. Cheil Jedang Superfeed
DOC dan Pakan
4
PT. Peternakan Manggis
DOC
5
PT. Reza Perkasa
DOC
6.
PT. Gold Coin Indonesia
Pakan
7
PT. Malindo Feedmil
Pakan
8
PT. Sanbe Farma
Obat
9
PT. Medion
Obat dan Vaksin
Sumber : Tunas Mekar Farm, 2009
48
VI PERAMALAN PENJUALAN AYAM BROILER DAN PERAMALAN HARGA AYAM BROILER 6.1. Analisis Pola Data Penjualan Ayam Broiler Data penjualan ayam broiler adalah data bulanan yang diperoleh dari bulan Januari 2006 hingga Desember 2009. Dalam series waktu tersebut terdapat 48 bulan, yang berarti terdapat 48 data penjualan ayam broiler dalam satuan kilogram. Analisis pola data dilakukan untuk mengetahui unsur-unsur yang terdapat pada pola data penjualan ayam broiler Tunas Mekar Farm. Apakah polanya stasioner, terdapat unsur musiman atau siklus beserta penyebab terjadinya unsurunsur tersebut dengan terlebih dahulu melakukan identifikasi pola data. Penjualan Ayam Broiler TMF 1000000
Kilogram (Kg)
900000
800000
700000
600000 1
5
10
15
20
25 Periode
30
35
40
45
Gambar 5. Plot Data Penjualan Ayam Broiler Periode Januari 2006 – Desember 2009 Berdasarkan hasil plot data yang dapat dilihat pada Gambar 4, diidentifikasikan bahwa penjualan ayam broiler selalu berfluktuasi dengan ratarata penjualan mencapai 766.091,9 kg per bulan. Pengamatan terhadap plot data tersebut
tampak bahwa pola data penjualan ayam broiler tidak stasioner.
Ketidakstasioneran terlihat dari sebaran data penjualan ayam broiler yang tidak berada di sekitar garis lurus atau rata-rata konstan. Menurut Bapak H. Muslikhin (Pemilik TMF) Pada bulan Oktober 2007 hingga Januari 2008 terjadi wabah flu burung yang ke dua menyerang Indonesia. Kasus flu burung pertama terjadi sekitar tahun 2003 yang menyebabkan peternak mengalami kerugian yang sangat besar. Flu burung yang terjadi pada tahun 2007 berdampak langsung terhadap penjualan ayam broiler Tunas Mekar Farm. Hasil analisis terhadap pola data penjualan ayam broiler terjadi penurunan penjualan ayam broiler Tunas Mekar Farm baik dari jumlah maupun harganya, salah satu faktor yang sangat mempengaruhi penurunan harga maupun jumlah penjualan ayam broiler Tunas Mekar Farm diakibatkan oleh kasus flu burung. Penjualan ayam broiler Tunas Mekar Farm mengalami peningkatan yang tinggi yaitu pada bulan Desember 2008 sebesar 938.229 kg, hal ini terjadi karena salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah akibat dampak wabah flu burung tahun 2007. Pada saat terjadi wabah flu burung harga ayam broiler turun dan di ikuti oleh jumlah penjualan ayam yang mengalami penurunan, sehingga banyak peternak mandiri yang tidak dapat mengatasi masalah tersebut yang berakibat rugi besar dan menyebabkan bangkrut. Sedangkan Tunas Mekar Farm mampu mengatasi kasus flu burung tersebut karena bekerja sama dengan investor serta berkonsultasi dengan dokter hewan yang ahli terhadap flu burung. Sehingga pada bulan Maret 2008 hingga Desember 2009 Tunas Mekar Farm mengalami peningkatan penjualan akibat dari berkurangnya pesaing serta meningkatnya jumlah produksi dengan memperluasan wilayah produksi ayam broiler Selain itu berdasarkan plot data tersebut penjualan ayam broiler Tunas Mekar Farm memiliki kecenderungan yang meningkat. 6.2. Metode Peramalan Penjualan Setelah pola data penjualan ayam broiler diidentifikasi maka penerapan metode peramalan dapat dilakukan lebih mudah. Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode time series.
50
6.2.1 Metode Rata-rata Bergerak (Moving Average) Metode rata-rata bergerak akan menghasilkan ramalan yang baik hanya jika proses yang mendasari nilai pengamatan tidak menunjukkan adanya trend dan unsur musiman. Dari hasil penerapan metode rata-rata sederhana diperoleh nilai MSE sebesar 8.181.048.190 6.2.2. Metode Pemulusan Eksponensial Tunggal (Single Exponential Smoothing) Metode ini banyak mengurangi masalah penyimpanan data, karena tidak perlu lagi menyimpan semua data historisnya. Metode ini diterapkan dengan menyimpan nilai α, data dan ramalan terakhir untuk menghasilkan ramalan berikutnya. Hasil dari metode ini menghasilkan nilai MSE 8.002.399.308. 6.2.3. Metode Pemulusan Eksponensial Ganda (Double Exponential Smoothing) Metode ini cukup akurat jika diterapkan untuk data deret waktu yang mengandung unsur trend. Metode ini berusaha mengekstrapolasi atas dasar trend terakhir pada data, sehingga ramalan akan memperlihatkan kecenderungan ke satu arah, yaitu yang sesuai dengan arah trend terakhir pada data. Metode ini menghasilkan MSE 8.796.466.945. 6.2.4. Metode Dekomposisi Aditif Metode dekomposisi aditif memisahkan pola data atas unsur siklus, musiman, trend dan error. Metode ini merupakan salah satu metode yang dapat mengatasi unsur trend. Model trend yang sesuai yang dihasilkan metode ini, yaitu Yt = 654557 + 4552*t. Penerapan metode dekomposisi aditif menghasilkan MSE 6.392.986.547. Nilai unsur musiman yang dihasilkan metode dekomposisi aditif dapat di lihat pada Tabel 11.
51
Tabel 11. Nilai Unsur Musiman Yang dihasilkan Metode Dekomposisi Aditif No
Bulan
Nilai Unsur Musiman
1
Januari
-93363
2
Februari
-87422
3
Maret
26494
4
April
-32994
5
Mei
146316
6
Juni
60946
7
Juli
-7169
8
Agustus
79423
9
September
29788
10
Oktober
11
November
-70972
12
Desember
-50616
-429
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa pada bulan Januari, Februari, April, Juli, Oktober, November dan Desember, nilai unsur musimannya negatif, maka dapat diramalkan penjualan ayam broiler pada bulan tersebut akan lebih rendah dibanding rata-rata penjualan. Sedangkan pada bulan Maret, Mei, Juni, Agustus dan September. Nilai unsur musimannya positif, maka dapat diramalkan penjualan daging ayam pada bulan tersebut akan lebih tinggi dibanding rata-rata penjualan. 6.2.5. Metode Dekomposisi Multiplikatif Model trend yang sesuai yang dihsilkan metode ini adalah Yt = 656081 + 4569*t. Penerapan metode ini menghasilkan MSE 6.200.109.375. nilai unsur musiman yang dihasilkan metode ini dapat di lihat pada tabel 12.
52
Tabel 12. Nilai Unsur Musiman Yang dihasilkan Metode Dekomposisi Multiplikatif No Bulan Nilai Unsur Musiman 1
Januari
0.88891
2
Februari
0.89634
3
Maret
1.03344
4
April
0.95507
5
Mei
1.17612
6
Juni
1.07988
7
Juli
0.98858
8
Agustus
1.10044
9
September
1.04156
10
Oktober
0.99819
11
November
0.91533
12
Desember
0.92615
Tabel 12 menunjukkan bahwa pada bulan Januari, Februari, April, Juli, Oktober, November dan Desember, nilai unsur musimannya lebih kecil dari satu, maka dapat diramalkan penjualan ayam broiler pada bulan tersebut akan lebih rendah dibanding rata-rata penjualan. Sedangkan pada bulan Maret, Mei, Juni, Agustus dan September. Nilai unsur musimannya lebih besar dari satu, maka dapat diramalkan penjualan daging ayam pada bulan tersebut akan lebih tinggi dibanding rata-rata penjualan. 6.2.6.Metode Winters Aditif Jika dibandingkan dengan metode pemulusan yang lain, metode winters merupakan metode yang kompleks dan rumit. Dalam menggunakan metode winters diperlukan tiga parameter sehingga diperlukan perhitungan dan waktu yang cukup lama untuk menemukan nilai tiga parameter yang optimal. Penerapan metode winters aditf menghasilkan nilai MSE 8.206.242.384. dengan nilai α = 0.45; β = 0.05, γ =0.9 dan panjang musin (L) = 12.
53
6.2.7. Metode Winters Multiplikatif Metode wineters memiliki kelebihan dapat mengatasi unsur trend dan musiman. Sama halnya dengan metode winters aditif, metode winters mltiplikatif memerlukan tiga parameter penduga yang dalam proses menemukan nilai tiga parameter yang optimal dibutuhkan perhitungan dan waktu yang cukup lama. Penerapan metode winters multiplikatif menghasilkan nilai MSE 8.247.767.054 dengan nilai α = 0.45; β = 0.05, γ =0.9 dan panjang musin (L) = 12. 6.2.8. Metode Box – Jenkins (ARIMA) Tahap pertama dalam metode Box – Jenkins adalah identifikasi pola data. Pola data penjualan ayam broiler diidentifikasikan terdapat unsur trend dan unsur musiman. Berdasarkan plot ACF (Lampiran 1), pola data belum stasioner sehingga diperlukan pembedaan pertama (first differencing). Kemudian plot ACF hasil pembedaan pertama dari deret data dianalisis untuk melihat apakah data sudah stasioner atau belum. Implikasi dari pembedaan pertama ini adalah model yang digunakan mengandung nilai d = 1 menjadi ARIMA (p,1,q). Hasil dari pembedaan pertama dari data penjualan ayam broiler dapat di lihat pada Lampiran 2. dari hasil pengamatan plot ACF tersebut terlihat bahwa deret data telah stasioner yang di tunjukkan oleh nilai autokorelasinya sudah tidak berbeda secara nyata dengan nol. Setelah dilakukan pengidentifikasikan data, maka dilakukan uji diagnostik atas model SARIMA tersebut. Uji diagnostik tersebut terdiri dari enam kriteria model Box-Jenkins, antara lain : 1. Residual atau error peramalan bersifat random.
Pada Lampiran 3 error
peramalan sudah random, hal ini dibuktikan pada Ljung-Box Statistic dimana P-value lebih besar daripada α (0,05) yaitu 0,496 dan 0,314 2. Model parsimonious dimana model tentatif yang diperoleh yaitu SARIMA (1,1,0)(1,1,1)12, menunjukkan bentuk model yang paling sederhana. 3. Parameter yang diestimasi berbeda nyata dengan nol. Hal ini dapat dilihat dari nilai P-value yang kurang dari α (0,05), dimana pada P-value koefisien = 0.000.
54
4. Kondisi invertibilitas ataupun stasioneritas harus terpenuhi, yang ditunjukkan oleh jumlah koefisien AR yang harus kurang dari satu yaitu AR = 0,7796 SAR=0,3453 dan SMA = 0,8106. Sehingga model ARIMA (1,1,0)(1,1,1)12 sudah invertibilitas. 5. Proses iterasi harus convergence.
Pada session sudah terdapat penyataan
bahwa Relative change in each estimate less than 0.0010. 6. Model harus memiliki MSE yang kecil. Pada model ARIMA ditunjukkan dengan nilai MSE sebesar 4.958.073.037 Tahapan selanjutnya dalam Box-Jenkins adalah meramalkan hasil (forecasting) penjualan ayam broiler, dengan metode SARIMA (1,1,0)(1,1,1)12. Bentuk model SARIMA (1,1,0)(1,1,1)12. Yt = Φyt-1 – wL(εt-L – Φ1 yt-L-1) + εt Yt = 0,7796 (yt-1) – 0,8106 (εt-L - 0,7796 yt-L-1) + εt Hasil ramalan penjualan untuk 12 bulan ke depan yang terdapat pada Tabel 13 menunjukkan bahwa tingkat penjualan ayam broiler berfluktuasi dengan rata-rata penjualan mencapai 1.143.245 kg per bulan.
Ramalan penjualan
tertinggi terjadi pad bulan Desember 2009 yaitu sebesar 1.280.674 kg.
55
Tabel 13. Hasil Ramalan Penjualan Ayam Broiler Periode Waktu Januari 2010 – Desember 2010 No. Bulan Ramalan Penjualan (kilogram) 1
Januari
889.307
2
Februari
973.624
3
Maret
1.053.693
4
April
1.062.904
5
Mei
1.183.153
6
Juni
1.218.211
7
Juli
1.164.498
8
Agustus
1.241.776
9
September
1.215.087
10
Oktober
1.225.560
11
November
1.210.454
12
Desember
1.280.674
Berdasarkan nilai MSE yang diperoleh dari masing-masing metode peramalan, nilai MSE yang paling kecil serta model yang paling sederhana yang dapat dipakai untuk meramalkan penjualan ayam broiler Tunas Mekar Farm adalah model SARIMA (1,1,0)(1,1,1)¹² dengan nilai MSE 4.958.073.037 Mengenai nilai MSE masing-masing teknik peramalan dapat di lihat pada Tabel 14.
56
Tabel 14. Nilai MSE Metode Peramalan Penjualan Ayam Broiler Tunas Mekar Farm No Metode MSE Urutan Terbaik 1
Moving Average
8.181.048.190
5
2
Single Eksponensial
8.002.399.308
4
3
Double Eksponensial
8.796.466.945
8
4
Dekomposisi Aditif
6.392.986.547
3
5
Dekomposisi Multiplikatif
6.200.109.375
2
6
Winters Aditif
8.206.242.384
6
7
Winters Multiplikatif
8.247.767.054
7
8
SARIMA (1,1,0)(1,1,1)¹²
4.958.073.037
1
6.3. Analisis Pola Data Harga Ayam Broiler Data harga ayam broiler adalah data bulanan yang diperoleh dari bulan Januari 2006 hingga Desember 2009. Dalam series waktu tersebut terdapat 48 bulan, yang berarti terdapat 48 data harga ayam broiler dalam satuan Rupiah. Analisis pola data dilakukan untuk mengetahui unsur-unsur yang terdapat pada pola data penjualan ayam broiler Tunas Mekar Farm. Apakah polanya stasioner, terdapat unsur musiman atau siklus beserta penyebab terjadinya unsurunsur tersebut dengan terlebih dahulu melakukan identifikasi pola data. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Gambar 5.
57
Harga Ayam Broiler TMF 14000 13000
Rupiah (Rp)
12000 11000 10000 9000 8000 7000 6000 5000 1
5
10
15
20
25 Periode
30
35
40
45
Gambar 6. Plot Data Harga Ayam Broiler Periode Januari 2006 – Desember 2009 Berdasarkan hasil plot data yang dapat dilihat pada Gambar 5, diidentifikasikan bahwa penjualan ayam broiler selalu berfluktuasi dengan ratarata harga Rp.10.518 per bulan, sedangkan untuk tahun 2009 harga ra-rata per bulannya adalah Rp.12.957,75. Pengamatan terhadap plot data tersebut tampak bahwa pola data penjualan ayam broiler tidak stasioner. Ketidakstasioneran terlihat dari sebaran data harga ayam broiler yang tidak berada di sekitar garis lurus atau rata-rata konstan. Penurunan harga pada bulan November 2006 hingga Februari dikarenakan permintaan pasar berkurang yang mengakibatkan harga tertekan hingga mencapai Rp.5.771 per kilogram. Menurut Bapak H. Muslikhin (Pemilik TMF) Pada bulan Oktober 2007 hingga Januari 2008 terjadi wabah flu burung yang ke dua menyerang Indonesia. Kasus flu burung yang terjadi pada tahun 2007 berdampak langsung terhadap harga ayam broiler Tunas Mekar Farm. Apabila dikaji lebih jauh pada bulan Okober 2007 hingga Januari 2008 terjadi penurunan harga ayam broiler Tunas Mekar Farm. Penurunan harga ini diikuti pula oleh penurunan penjualan ayam broiler yang mengakibatkan banyak peternak yang mengalami kerugian besar hingga bangkrut. Salah satu faktor yang
58
sangat mempengaruhi penurunan harga maupun jumlah penjualan ayam broiler Tunas Mekar Farm diakibatkan oleh kasus flu burung. Harga ayam broiler Tunas Mekar Farm mengalami peningkatan yang tinggi yaitu pada bulan September 2009 sebesar Rp.13.795 per kilogram, hal ini terjadi karena pada tahun 2009 cenderung sedikit faktor yang dapat menekan harga ayam sehingga harga yang terjadi pada tahun 2009 stabil dengan kecenderungan naik. Harga rata-rata ayam per bulan pada tahun 2009 sebesar Rp.12.957,75 per kilogram. 6.4. Metode Peramalan Harga Setelah pola data harga ayam broiler diidentifikasi maka penerapan metode peramalan dapat dilakukan lebih mudah. Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode time series. 6.4.1 Metode Rata-rata Bergerak (Moving Average) Metode rata-rata bergerak akan menghasilkan ramalan yang baik hanya jika proses yang mendasari nilai pengamatan tidak menunjukkan adanya trend dan unsur musiman. Dari hasil penerapan metode rata-rata sederhana diperoleh nilai MSE sebesar 1.988.190 6.4.2. Metode Pemulusan Eksponensial Tunggal (Single Exponential Smoothing) Metode ini banyak mengurangi masalah penyimpanan data, karena tidak perlu lagi menyimpan semua data historisnya. Metode ini diterapkan dengan menyimpan nilai α, data dan ramalan terakhir untuk menghasilkan ramalan berikutnya. Hasil dari metode ini menghasilkan nilai MSE 865.370 6.4.3. Metode Pemulusan Eksponensial Ganda (Double Exponential Smoothing) Metode ini cukup akurat jika diterapkan untuk data deret waktu yang mengandung unsur trend. Metode ini berusaha mengekstrapolasi atas dasar trend terakhir pada data, sehingga ramalan akan memperlihatkan kecenderungan ke satu
59
arah, yaitu yang sesuai dengan arah trend terakhir pada data. Metode ini menghasilkan MSE 903.320 6.4.4. Metode Dekomposisi Aditif Metode dekomposisi aditif memisahkan pola data atas unsur siklus, musiman, trend dan error. Metode ini merupakan salah satu metode yang dapat mengatasi unsur trend. Model trend yang sesuai yang dihasilkan metode ini, yaitu Yt = 7408 + 127*t. Penerapan metode dekomposisi aditif menghasilkan MSE 961.893. Nilai unsur musiman yang dihasilkan metode dekomposisi aditif dapat di lihat pada tabel 15. Tabel 15. Nilai Unsur Musiman Yang dihasilkan Metode Dekomposisi Aditif No
Bulan
Nilai Unsur Musiman
1
Januari
-2052.74
2
Februari
-204.69
3
Maret
-429.24
4
April
701.93
5
Mei
-46.86
6
Juni
-433.78
7
Juli
954.31
8
Agustus
1434.22
9
September
1538.51
10
Oktober
11
November
-469.07
12
Desember
-1739.53
746.93
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa pada bulan Januari, Februari, Maret, Mei. Juni, November dan Desember, nilai unsur musimannya negatif, maka dapat diramalkan penjualan ayam broiler pada bulan tersebut akan lebih rendah dibanding rata-rata penjualan.
60
Sedangkan pada bulan April, Juli, Agustus, September dan Oktober. Nilai unsur musimannya positif, maka dapat diramalkan penjualan daging ayam pada bulan tersebut akan lebih tinggi dibanding rata-rata penjualan. 6.4.5. Metode Dekomposisi Multiplikatif Model trend yang sesuai yang dihsilkan metode ini adalah Yt = 7319 + 131*t. Penerapan metode ini menghasilkan MSE 1.068.388 nilai unsur musiman yang dihasilkan metode ini dapat di lihat pada tabel 16. Tabel 16. Nilai Unsur Musiman Yang dihasilkan Metode Dekomposisi Multiplikatif No Bulan Nilai Unsur Musiman 1
Januari
0.80363
2
Februari
0.98385
3
Maret
0.96736
4
April
1.06556
5
Mei
0.99801
6
Juni
0.96700
7
Juli
1.11601
8
Agustus
1.14270
9
September
1.12310
10
Oktober
1.05987
11
November
0.96397
12
Desember
0.80896
Tabel 16 menunjukkan bahwa pada bulan Januari, Februari, Maret, Mei, Juni, November dan Desember, nilai unsur musimannya lebih kecil dari satu, maka dapat diramalkan penjualan ayam broiler pada bulan tersebut akan lebih rendah dibanding rata-rata penjualan. Sedangkan pada bulan April, Juli, Agustus, September dan Oktober. Nilai unsur musimannya lebih besar dari satu, maka dapat diramalkan penjualan daging ayam pada bulan tersebut akan lebih tinggi dibanding rata-rata penjualan.
61
6.4.6.Metode Winters Aditif Jika dibandingkan dengan metode pemulusan yang lain, metode winters merupakan metode yang kompleks dan rumit. Dalam menggunakan metode winters diperlukan tiga parameter sehingga diperlukan perhitungan dan waktu yang cukup lama untuk menemukan nilai tiga parameter yang optimal. Penerapan metode winters aditf menghasilkan nilai MSE 863.448. dengan nilai α = 0.45; β = 0.05, γ =0.9 dan panjang musin (L) = 12. 6.4.7. Metode Winters Multiplikatif Metode wineters memiliki kelebihan dapat mengatasi unsur trend dan musiman. Sama halnya dengan metode winters aditif, metode winters mltiplikatif memerlukan tiga parameter penduga yang dalam proses menemukan nilai tiga parameter yang optimal dibutuhkan perhitungan dan waktu yang cukup lama. Penerapan metode winters multiplikatif menghasilkan nilai MSE 946.607 dengan nilai α = 0.45; β = 0.05, γ =0.9 dan panjang musin (L) = 12. 6.4.8. Metode Box – Jenkins (ARIMA) Tahap pertama dalam metode Box – Jenkins adalah identifikasi pola data. Pola data penjualan ayam broiler diidentifikasikan terdapat unsur trend dan unsur musiman. Berdasarkan plot ACF (Lampiran 4), pola data belum stasioner sehingga diperlukan pembedaan pertama (first differencing). Kemudian plot ACF hasil pembedaan pertama dari deret data dianalisis untuk melihat apakah data sudah stasioner atau belum. Implikasi dari pembedaan pertama ini adalah model yang digunakan mengandung nilai d = 1 menjadi ARIMA (p,1,q). Hasil dari pembedaan pertama dari data penjualan ayam broiler dapat di lihat pada Lampiran 5. dari hasil pengamatan plot ACF tersebut terlihat bahwa deret data telah stasioner yang di tunjukkan oleh nilai autokorelasinya sudah tidak berbeda secara nyata dengan nol. Setelah dilakukan pengidentifikasikan data, maka dilakukan uji diagnostik atas model SARIMA tersebut. Uji diagnostik tersebut terdiri dari enam kriteria model Box-Jenkins, antara lain :
62
1.
Residual atau error peramalan bersifat random.
Pada Lampiran 6 error
peramalan sudah random, hal ini dibuktikan pada Ljung-Box Statistic dimana P-value lebih besar daripada α (0,05) yaitu 0,235 dan 0,122 2.
Model parsimonious dimana model tentatif yang diperoleh yaitu SARIMA (1,1,1)(1,1,1)12, menunjukkan bentuk model yang paling sederhana.
3.
Parameter yang diestimasi berbeda nyata dengan nol. Hal ini dapat dilihat dari nilai P-value yang kurang dari α (0,05), dimana pada P-value koefisien = 0.000.
4.
Kondisi
invertibilitas
ataupun
stasioneritas
harus
terpenuhi,
yang
ditunjukkan oleh jumlah koefisien AR yang harus kurang dari satu yaitu AR = 0,4210 SAR=0,6749 dan SMA = 0,7995.
Sehingga model ARIMA
12
(1,1,1)(1,1,1) sudah invertibilitas. 5.
Proses iterasi harus convergence. Pada session sudah terdapat penyataan bahwa Relative change in each estimate less than 0.0010.
6.
Model harus memiliki MSE yang kecil. Pada model ARIMA ditunjukkan dengan nilai MSE sebesar 484.029 Tahapan selanjutnya dalam Box-Jenkins adalah meramalkan hasil
(forecasting) penjualan ayam broiler, dengan metode SARIMA (1,1,1)(1,1,1)12. Bentuk model SARIMA (1,1,1)(1,1,1)12. Yt = Φyt-1 – wL(εt-L – Φ1 yt-L-1) + εt Yt = 0,4210 (yt-1) – 0,7995 (εt-L - 0,4210 yt-L-1) + εt Hasil ramalan harga ayam untuk 12 bulan ke depan yang terdapat pada Tabel 17, menunjukkan bahwa tingkat harga ayam broiler berfluktuasi dengan harga rata-rata mencapai Rp. 13.989 per kilogram. Ramalan harga ayam tertinggi terjadi pada bulan September 2010 yaitu sebesar Rp.15.240 per kilogram.
63
Tabel 17. Hasil Ramalan Harga Ayam Broiler Periode Waktu Januari 2010 – Desember 2010 No. Bulan Ramalan Harga (Rupiah) 1
Januari
11.565,1
2
Februari
13.120,5
3
Maret
13.727,8
4
April
14.302,1
5
Mei
14.889,6
6
Juni
14.091,8
7
Juli
14.143,5
8
Agustus
14.897,8
9
September
15.240,0
10
Oktober
14.708,9
11
November
13.499,4
12
Desember
13.686,2
Berdasarkan nilai MSE yang diperoleh dari masing-masing metode peramalan, nilai MSE yang paling kecil serta model yang paling sederhana yang dapat dipakai untuk meramalkan harga ayam broiler Tunas Mekar Farm adalah model SARIMA (1,1,1)(1,1,1)¹² dengan nilai MSE 484.029 Mengenai nilai MSE masing-masing teknik peramalan dapat di lihat pada Tabel 18 Tabel 18. Nilai MSE Metode Peramalan Harga Ayam Broiler Tunas Mekar Farm No Metode MSE Urutan Terbaik 1
Moving Average
1.988.190
8
2
Single Eksponensial
865.370
3
3
Double Eksponensial
903.320
4
4
Dekomposisi Aditif
961.893
6
5
Dekomposisi Multiplikatif
1.068.388
7
6
Winters Aditif
863.448
2
7
Winters Multiplikatif
946.607
5
8
SARIMA (1,1,1)(1,1,1)¹²
484.029
1
64
VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah disajikan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan Tunas Mekar Farm merupakan salah satu perusahaan yang memiliki perkembangan usaha yang sangat baik. Hal ini dapat di lihat dari kecenderungan yang terus meningkat dari penjualan ayam broiler milik perusahaan. Pola data penjualan ayam broiler Tunas Mekar Farm tidak stasioner, memiliki unsur trend dan musiman. Unsur musiman lebih disebabkan oleh kondisi-kondisi tertentu terutama tahun baru, puasa, idul fitri dan idul adha. Pada kondisi seperti itu penjualan ayam broiler cenderung meningkat. Berdasarkan nilai MSE yang diperoleh dari masing-masing metode peramalan, nilai MSE yang paling kecil serta model yang paling sederhana yang dapat dipakai untuk meramalkan penjualan ayam broiler Tunas Mekar Farm adalah model SARIMA (1,1,0)(1,1,1)¹² dengan nilai MSE 4.958.073.037. Sedangkan untuk meramalkan harga ayam broiler yang berlaku di TMF, berdasarkan nilai MSE yang diperoleh dari masing-masing metode peramalan, nilai MSE yang paling kecil serta model yang paling sederhana yang dapat dipakai untuk meramalkan harga ayam broiler Tunas Mekar Farm adalah model SARIMA (1,1,1)(1,1,1)¹² dengan nilai MSE 484.029. Ramalan penjualan ayam broiler perusahaan Tunas Mekar Farm tahun 2010 diperkirakan akan mencapai 13.718.941 kg. Jika dibandingkan dengan realisasi penjualan pada tahun 2009, maka terjadi peningkatan sebesar 3.413.196 kg. Hasil ramalan penjualan untuk 12 bulan ke depan menunjukkan bahwa tingkat penjualan ayam broiler berfluktuasi dengan rata-rata penjualan mencapai 1.143.245 kg per bulan. Ramalan penjualan tertinggi terjadi pad bulan Desember 2009 yaitu sebesar 1.280.674 kg. Hasil ramalan harga ayam untuk 12 bulan ke depan menunjukkan bahwa tingkat harga ayam broiler berfluktuasi dengan harga rata-rata mencapai Rp. 13.989 per kilogram. Serta ramalan harga ayam tertinggi terjadi pada bulan September 2010 yaitu sebesar Rp.15.240 per kilogram.
7.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di perusahaan Tunas Mekar Farm, maka penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut : 1.
Jika perusahaan akan menggunakan peramalan kuantitatif maka sebaiknya perusahaan menggunakan metode ARIMA untuk meramalkan penjualan ayam broiler, karena metode ARIMA menghasilkan MSE yang paling baik diantara metode peramalan lainnya.
2.
Pola data penjualan ayam broiler Tunas Mekar Farm tidak stasioner, memiliki unsur trend dan musiman. Unsur musiman lebih disebabkan oleh kondisi-kondisi tertentu terutama tahun baru, puasa, idul fitri dan idul adha. Pada kondisi seperti itu penjualan ayam broiler cenderung meningkat. Oleh karena itu untuk mengantisipasi permintaan yang meningkat maka perusahaan perlu perencanaan yang lebih baik dalam budidaya ayam broiler.
66
DAFTAR PUSTAKA Ariyanto, Ipur Dian. 2007. Analisis Perilaku dan Peramalan Harga Ayam Pada Enam Kota Besar Di Jawa-Bali (Kasus Pengendalian Harga Ayam Pada Sistem Pasokan Sayur Ke Ritel Modern. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Astuti.2003. Analisis Permintaan Daging Ayam Broiler Pedagang Ayam Goreng Warung Tenda di DKI Jakarta. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Azmi, Fatwa. 2004. Peramalan Permintaan Daging Ayam di PT. Sierad Produce tbk. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Assauri, S. 1980. Manajemen Produksi. FEUI. Jakarta. Cahyono, B. 2001. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging. Chopra, S, dan Meindl. 2007. Supply Chain Management : Strategic Planning & Operations Third Edition. Pearson. USA. Departemen Pertanian. 2007. Buku Statistik Peternakan. Desindo Catur Pratama. Jakarta. Downer, W. D., dan Steven P. E. 1989. Manajemen Agribisnis Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta. Elvas. 2004. Peramalan Penjualan Keripik Pisang dan Nangka: Studi Kasus pada P.D. Andalas di Lampung. Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Firdaus, M. 2006. Analisis Deret Waktu Satu Ragam. IPB Press. Bogor. Gittinger, J.P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Terjemahan Universitas Indonesia Press. Jakarta. Gultinan, J.P., dan Gorelon W.P. 1990. Strategi dan Program Manajemen Pemasaran Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta. Handoko, H. 1999. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta. Hanke, John E., Arthur G. R., dan Dean W. W. 2003. Peramalan Bisnis. Prenhallindo. Jakarta.
Indrajit, R. Eko, dan Richardus Djokopranoto. 2003. Konsep Manajemen Supply Chain, Cra Baru Memandang Mata Rantai Penyediaan Barang. GRASIONDO. Jakarta. Jafarudin, Muhammad. 2005. Peramalan Volume Produksi TBS di Kebun Percobaan Betung IIA. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Jahja, Jonas. 1995. Ayam Sehat Ayam Produktif 1. Petunjuk-Petunjuk Praktis Beternak Ayam. Medion. Bandung. Jahja, Jonas, F Diyanti Retno, dan Tatik Suryani. 2000. Ayam Sehat Ayam Produktif 2. Petunjuk-Petunjuk Praktis Beternak Ayam. Medion. Bandung. Kartikasari, Wulan. 2005. Peramalan Penjualan Daging Ayam di RPA Jabal Nur, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium PT.Prenhallindo. Jakarta. Makridakis, S, dan Steven C. Wheelwright. 1994. Metode Peramalan untuk Manajemen Edisi Kelima. Binarupa Aksara. Jakarta. Nicholson, Walter. 2002. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya. Erlangga. Jakarta. Putong, I. 2003. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Ghalia Indonesia. Jakarta. Rasyaf, M. 2004. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta. Sutarya, E. 2003. Optimasi Produksi dan Distribusi Sayuran di PD. Pacet Segar, (Kasus di PD. Pacet Segar, Cianjur-Jawa Barat). Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tambulun, Mahanan P. 2004. Manajemen Management). Ghalia Indonesia. Jakarta.
Operasional
(Operations
Yunarto, H. I. 2006. Business Concept Implementation Series In Sales and Distribution Management. Elex Media Komputindo. Jakarta.
68
Lampiran 1. Bentuk ACF & PACF Penjualan Ayam Broiler sebelum differencing
Partial Autocorrelation Function for C1 (with 5% significance limits for the partial autocorrelations) 1.0
Partial Autocorrelation
0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 -0.2 -0.4 -0.6 -0.8 -1.0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Lag
Lampiran 2. Bentuk ACF & PACF Penjualan Ayam Broiler setelah differencing
Autocorrelation Function for C1 (with 5% significance limits for the autocorrelations) 1.0 0.8
Autocorrelation
0.6 0.4 0.2 0.0 -0.2 -0.4 -0.6 -0.8 -1.0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Lag
69
Lampiran 3. Model ARIMA Penjualan Ayam Broiler ARIMA Model: C1 Estimates at each iteration Iteration 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
SSE 5.87952E 5.32978E 4.80898E 4.28602E 3.93844E 3.71737E 3.54215E 3.36723E 3.20596E 3.04747E 2.88971E 2.75318E 2.65586E 2.59482E 2.55912E 2.53900E 2.52787E 2.52174E 2.51837E 2.51651E 2.51548E 2.51491E 2.51459E 2.51441E 2.51432E 2.51426E
0.100 0.006 -0.105 -0.255 -0.405 -0.515 -0.557 -0.596 -0.637 -0.669 -0.695 -0.714 -0.730 -0.742 -0.753 -0.760 -0.766 -0.770 -0.773 -0.775 -0.776 -0.777 -0.778 -0.779 -0.779 -0.780
Parameters 0.100 0.100 0.250 0.233 0.400 0.368 0.501 0.456 0.542 0.504 0.486 0.502 0.336 0.446 0.211 0.436 0.184 0.526 0.145 0.611 0.094 0.690 0.023 0.744 -0.053 0.775 -0.120 0.792 -0.175 0.801 -0.218 0.807 -0.251 0.809 -0.277 0.810 -0.296 0.811 -0.310 0.811 -0.321 0.811 -0.329 0.811 -0.335 0.811 -0.339 0.811 -0.343 0.811 -0.345 0.811
-4144.342 -4081.686 -3612.194 -3065.715 -2452.044 -2012.599 -1629.728 -434.862 958.694 2101.231 3220.732 4629.830 6581.377 8751.011 10735.046 12364.552 13631.652 14590.523 15307.062 15839.883 16235.661 16529.847 16748.817 16912.048 17033.899 17124.968
Relative Change in each estimate less than 0.0010
Final Estimates of Parameters Type AR 1 SAR 12 SMA 12 Constant
Coef 0.7796 0.3453 0.8106 17125
SE Coef 0.1229 0.1755 0.1786 2664
T -6.34 -1.97 4.54 6.43
P 0.000 0.058 0.000 0.000
Differencing: 1 regular, 1 seasonal of order 12 Number of observations: Original series 48, after differencing 35 Residuals: SS = 153700264133 (backforecasts excluded) MS = 4958073037 DF = 31
Modified Box-Pierce (Ljung-Box) Chi-Square statistic Lag Chi-Square DF P-Value
12 13.5 8 0.496
24 36.4 20 0.314
36 * * *
48 * * *
70
Lampiran 4. Bentuk ACF & PACF Harga Ayam Broiler sebelum differencing
Autocorrelation Function for C1 (with 5% significance limits for the autocorrelations) 1.0 0.8
Autocorrelation
0.6 0.4 0.2 0.0 -0.2 -0.4 -0.6 -0.8 -1.0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
11
12
Lag
Partial Autocorrelation Function for C1 (with 5% significance limits for the partial autocorrelations) 1.0
Partial Autocorrelation
0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 -0.2 -0.4 -0.6 -0.8 -1.0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Lag
71
Lampiran 5. Bentuk ACF & PACF Harga Ayam Broiler setelah differencing Autocorrelation Function for C2 (with 5% significance limits for the autocorrelations) 1.0 0.8
Autocorrelation
0.6 0.4 0.2 0.0 -0.2 -0.4 -0.6 -0.8 -1.0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
11
12
Lag
Partial Autocorrelation Function for C2 (with 5% significance limits for the partial autocorrelations) 1.0
Partial Autocorrelation
0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 -0.2 -0.4 -0.6 -0.8 -1.0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Lag
72
Lampiran 6. Model ARIMA Harga Ayam Broiler ARIMA Model: C1 Iteration 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
SSE 42174391 40784435 40401392 39527997 35961069 33227840 28978623 25415338 23190727 22162589 21724481 21521112 21416733 21358870 21324949 21304210 21291102 21282591 21276940 21273118 21270493 21268666 21267381 21266468 21265815 21265345
0.100 0.110 0.101 0.072 -0.022 -0.020 -0.065 -0.112 -0.161 -0.233 -0.299 -0.344 -0.371 -0.388 -0.399 -0.406 -0.411 -0.414 -0.417 -0.418 -0.419 -0.420 -0.420 -0.421 -0.421 -0.421
0.100 -0.050 0.085 0.199 0.116 0.125 -0.011 -0.148 -0.295 -0.402 -0.476 -0.526 -0.561 -0.586 -0.606 -0.620 -0.632 -0.641 -0.649 -0.655 -0.660 -0.664 -0.667 -0.670 -0.673 -0.675
Parameters 0.100 0.100 0.080 0.008 0.066 0.158 0.023 0.308 -0.127 0.393 -0.145 0.543 -0.212 0.652 -0.274 0.755 -0.335 0.804 -0.406 0.825 -0.465 0.828 -0.501 0.826 -0.521 0.822 -0.533 0.818 -0.540 0.814 -0.544 0.811 -0.547 0.809 -0.548 0.807 -0.549 0.806 -0.549 0.804 -0.550 0.803 -0.550 0.802 -0.550 0.801 -0.550 0.801 -0.550 0.800 -0.549 0.799
75.666 93.511 83.436 77.423 99.843 94.540 96.481 101.786 119.379 141.295 156.023 164.016 168.557 171.425 173.386 174.793 175.835 176.625 177.236 177.717 178.100 178.410 178.663 178.872 179.046 179.192
Relative change in each estimate less than 0.000
Final Estimates of Parameters Type AR 1 SAR 12 MA 1 SMA 12 Constant
Coef 0.4210 0.6749 0.5494 0.7995 179.19
SE Coef 1.0016 0.1579 0.9418 0.1777 41.98
T -2.42 -4.27 2.58 4.50 4.27
P 0.007 0.000 0.004 0.000 0.000
Differencing: 1 regular, 1 seasonal of order 12 Number of observations: Original series 48, after differencing 35 Residuals: SS = 14520857 (backforecasts excluded) MS = 484029 DF = 30
Modified Box-Pierce (Ljung-Box) Chi-Square statistic Lag Chi-Square DF P-Value
12 9.2 7 0.235
24 26.3 19 0.122
36 * * *
48 * * *
73