PENYUSUNAN INSTRUMEN PENELITIAN KEBIJAKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENELITIAN KEBIJAKAN
DAFTAR ISI
I
PERSIAPAN PENYUSUNAN INSTRUMEN PENELITIAN......................1 A.
Penyusunan Kisi-kisi Penelitian............................................................1
B.
Manfaat Penyusunan Kisi-kisi Penelitian .............................................2
C.
Bentuk Kisi-kisi Penelitian ...................................................................5
D.
Hubungan Kisi-kisi dengan Instrumen Penelitian ................................8
II
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENELITIAN KEBIJAKAN ............12
III
LANGKAH-LANGKAH PEMBUATAN INSTRUMEN PENELITIAN...13 A.
Membuat Butir-butir Pertanyaan.........................................................13
B.
Merakit Instrumen...............................................................................14
C.
Mengukur validitas dan reliabilitas untuk mendapatkan kualitas instrumen penelitian ............................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................19
I
PERSIAPAN PENYUSUNAN INSTRUMEN PENELITIAN
Bab I akan dijelaskan tentang persiapan penyusunan instrument penelitian. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang penyusunan kisi-kisi penelitian, manfaat penyusunan kisi-kisi penelitian, bentuk kisi-kisi penelitian dan hubungan antara kisi-kisi dengan instrument penelitian. Secara lengkap diuraikan di bawah ini. A.
Penyusunan Kisi-kisi Penelitian
Penyusunan disain merupakan salah satu langkah utama dalam proses penelitian. Setelah disain selesai disusun, langkah selanjutnya adalah mengembangkan instrumen penelitian. Terdapat hubungan yang erat antara penyusunan disain dan pengembangan instrumen penelitian. Sebagai alat pengumpul data, instrumen penelitian dikembangkan dari disain penelitian.
Penyusunan Disain Penelitian Penyususunan Kisi-Kisi Penelitian
Penyusunan Instrumen Penelitian
Pengumpulan Data
Gambar 1. Hubungan antara penyusunan disain dan penyusunan instrumen penelitian
Penyusunan Instrumen
-1-
B.
Manfaat Penyusunan Kisi-kisi Penelitian
Manfaat penyusunan kisi-kisi ini antara lain adalah untuk menghindari kesalahan jenis-jenis data yang dikumpulkan, meningkatkan kualitas dari jenis-jenis data yang dikumpulkan tersebut, dan meningkatkan ketepatan analisis masing-masing jenis data yang dikumpulkan (lihat, Gambar 2). Secara singkat masing-masing manfaat dari pengembangan kisi-kisi tersebut akan diuraikan sebagai berikut. 1.
Menghindari Kesalahan dalam Mengumpulkan Jenis-Jenis Data Terdapat dua kemungkinan kesalahan pengumpulan jenis-jenis data, yaitu dikumpulkannya data yang tidak diperlukan dan tidak dikumpulkannya data yang diperlukan. Periksa Gambar 2 untuk melihat secara grafis kemungkinan-kemungkinan tersebut. Kesalahan yang pertama, data yang tidak diperlukan dikumpulkan yang berdampak terbuangnya sumberdaya penelitian. Kesalahan jenis ini terjadi karena peneliti yang bertindak secara mekanistis. Sebagai contoh, jenis data yang sering ingin dikumpulkan peneliti: jender, umur, dan status sosial ekonomi responden. Dalam kasus ini biasanya peneliti langsung menetapkan bahwa ketiga variabel tersebut perlu dikumpulkan tanpa alasan yang jelas mengapa data tersebut diperlukan. Kesalahan yang ke dua, data yang diperlukan tidak dikumpulkan. Ini merupakan salah satu kesalahan yang fatal dalam melaksanakan penelitian. Tidak adanya data yang diperlukan tentunya mengurangi ketajaman analisis dan oleh sebab itu mengurangi kualitas rekomendasi hasil penelitian. Ketika hal ini terjadi, tim peneliti hanya memiliki dua pilihan: a. kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data tambahan, atau b. menganalisis data seadanya. Ketika tahap analisis data yang terkumpul sudah dimulai, biasanya tidak terdapat lagi waktu yang cukup. Alasan keterbatasan waktu ini yang sangat krusial dalam penelitian kebijakan, karena penelitian kebijakan memang sangat dibatasi oleh waktu.
Penyusunan Instrumen
-2-
Untuk mencapai tujuantujuan dikumpulkan berbagai jenis data
OPERASIONAL TUJUAN-TUJUAN
Dengan analisis yang tepat terhadap data yang diperlukan tujuan-tujuan penelitian akan dapat dicapai
DATA TERKUMPUL
Data yang terkumpul dianalisis
ANALISIS DATA
Gambar 2. Manfaat penyusunan kisi-kisi penelitian
Kesalahan I: Data diperlukan tetapi tidak dikumpulkan data diperlukan dan dikumpulkan Kesalahan II: data tidak diperlukan tetapi dikumpulkan
Data yang diperlukan
Data yang dikumpulkan
Gambar 3. Kemungkinan-kemungkinan kesalahan pengumpulan data
2.
Meningkatkan Kemungkinan Pemerolehan Data dari Sumber yang Benar Walaupun jenis-jenis data yang diperlukan sudah ditentukan dengan benar, masih ada kemungkinan kesalahan yang berkaitan dengan data. Penggunaan data yang tidak memenuhi syarat hanya akan membuang sumberdaya secara sia-sia karena dalam penelitian, sebagaimana pada pemrosesan data lainnya, berlaku rumus garbage in garbage out (gigo), sampah yang diproses, sampah
Penyusunan Instrumen
-3-
pula yang dihasilkan. Kesalahan terkait dengan data tersebut adalah mengumpulkan jenis data yang benar dari sumber yang salah. Kesalahan ini dapat mengakibatan terkumpulnya data yang tidak dapat dipercaya atau tidak sah. Sebagai contoh dapat dikemukakan kesalahan pengumpulan data tentang status ekonomi orang tua siswa SM. (Gambar 4). Untuk mengukur status ekonomi digunakan data tentang penghasilan orang tua. Karena responden penelitian adalah siswa SMA maka kepada siswa diminta untuk menjawab pertanyaan pada gambar tersebut. Peneliti menganggap bahwa dengan pengelompokan penghasilan seperti itu siswa akan dapat memperkirakan penghasilan orang tuanya. Namun pertanyaannya adalah, apakah dalam budaya kita, siswa, walaupun sudah di SMA, dapat mengetahui penghasilan orangtuanya? Oleh sebab itu, pertanyaan selanjutnya adalah: dapatkah kita menganggap bahwa jawaban siswa tersebut dapat mencerminkan penghasilan orangtuanya secara benar? Pemikiran-pemikiran mendalam semacam itu akan sangat bermanfaat bagi penetapan sumber masing-masing data yang akan dikumpulkan. Pada saat mengembangkan kisi-kisi dan penetapan sumber data tersebut, peneliti sama sekali belum memikirkan bentuk instrumennya. Pada saat pikiran masih bebas dari bentuk instrumen inilah peneliti akan dapat berpikir dengan tenang tentang sumber data.
Informasi yang diinginkan: Status ekonomi orang tua Indikator yang digunakan : Penghasilan bulanan orang tua Sumber data : Siswa SMA Pertanyaan dan pilihan jawaban: 1. Berapa rerata jumlah penghasilan ayahmu dan penghasilan ibumu setiap bulannya? (Beri tanda V pada salah satu ) a. b. c. d.
Sampai dengan Rp 100.000 Rp 101.000—Rp 500.000 Rp 501.000—Rp 1.000.000 Lebih dari Rp 1.000.000
Gambar 4. Contoh pertanyaan yang diajukan kepada sumberdata yang salah
Penyusunan Instrumen
-4-
3.
Meningkatkan Kemungkinan Teranalisisnya Setiap Jenis Data Secara Tepat Data dapat dianalisis untuk berbagai tujuan. Setelah terkumpul banyak jenis data, makin banyak pula kemungkinan analisis yang dapat dilakukan. Oleh sebab itu, setelah data terkumpul, makin besar kemungkinan melakukan analisis yang sebenarnya tidak diperlukan dan melupakan analisis yang diperlukan. Analisis yang menyimpang dari tujuan semula ini hanya dapat diketahui dengan membandingkan hasil analisis dengan tujuan operasional penelitian. Kesalahan yang sering ditemukan adalah berbedanya antara tujuan penelitian dan hasil-hasil penelitian. Untuk menghindari pemborosan sumberdaya, terutama penggunaan waktu yang sangat terbatas secara tidak efisien, maka dianjurkan agar disusun kisi-kisi penelitian dan pedoman analisisnya diikuti sampai analisis data selesai dilakukan. Pada saat mengembangkan kisi-kisi dan sedang menetapkan bentuk analisis sebuah data atau sekelompok data tersebut, datanya sendiri belum ada. Pada kisi-kisi penelitian, kolom analisis data terletak sebaris dengan tujuan penelitian. Dengan demikian, analisis apa yang akan dilakukan kalau suatu data atau suatu kelompok data telah terkumpul dapat segera merujuk ketujuan penelitiannya.
C.
Bentuk Kisi-kisi Penelitian
Kisi-kisi penelitian pada prinsipnya adalah matriks yang berisi penjabaran dari masing-masing tujuan operasional, serta menunjukkan hubungan antar-komponen. Hubungan tersebut dituliskan untuk masing-masing tujuan operasional penelitian. Tujuan operasional 1.
Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu data apa?
Untuk memperoleh data tersebut, sumbernya siapa?
Tujuan operasional 2 Tujuan operasional 3
dst.
dst.
dst
Dst
Untuk mendapat Kalau data yang data dari diperlukan sudah sumbernya, terkumpul, bagaimana cara bagaimana cara mengumpulkanmenganalisisnya? nya?
dst.
Gambar 5. Pola dasar kisi-kisi penelitian
Penyusunan Instrumen
-5-
Kisi-kisi penelitian pada umunmya berisi delapan kolom, yaitu: 1. tujuan operasional; 2. variabel yang berperan pada masing-masing tujuan operasional; 3. subvariabel (kalau diperlukan); 4. data yang diperlukan untuk masing-masing variabel atau subvariabel; 5. sumber dari masing-masing data tersebut; 6. cara mengumpulkan berbagai jenis.data dari masing-masing sumbernya; 7. cara menganalisis masing-masing jenis data untuk mencapai tujuan-tujuan operasional yang relevan sebagaimana dikemukakan pada kolom pertama matriks, dan 8. hasil dari analisis terhadap data yang terkumpul. Tujuan operasional B. Menemukan faktor-faktor yang berhubungan dengan angka transisi SDSLTP
Variabel
Sub-variabel
Jenis data
1. Faktor geografis
a. Jarak b. Waktu tempuh c. Angkutan umum
2. Akses
a. Tingkat akses lulusan SD terhadap SLTP
Jumlah lulusan SD 06/07
b. Akses dan faktor geografis
Murid baru SD 06/07 Jumlah murid baru SLTP Sekolah asal murid baru SLTP
3. Faktor ekonomi
4. Sinyal pasar kerja
Kemampuan orangtua membiayai pendidikan anak di SLTP a. Perbandingan biaya langsung antara SD/MI dan SLTP b. Persentase orangtua membayar uang sekolah tepat waktu a. Aktifitas lulusan SD/MI b. Perbandingan kemungkinan memperoleh pekerjaan, jenis pekerjaan, dan penghasilan lulusan SD/MI dan SLTP
5. Aspirasi terhadap pendidikan
Jarak rumah-SLTP Waktu diperlukan untuk ulang alik Ketersediaan angkutan umum reguler Kemampuan membiayai angkutan
Biaya langsung SD/MI Biaya langsung SLTP Persentase orangtua membayar tepat waktu Persentase lulusan melanjutkan ke SLTP Persentase lulusan bekerja Persentase ulusan tidak melanjutkan dan juga tidak bekerja Kemungkinan memperoleh pekerjaan lulusan SD/MI dan lulusan SLTP Jenis pekerjaan lulusan SD/MI dan lulusan SLTP Penghasilan lulusan SD/MI dan lulusan SLTP
a. Aspirasi terhadap pendidikan pada umumnya
Aspirasi orangtua terhadap pendidikan pada jenjang SLTP Aspirasi orangtua terhadap pola pendidikan tertentu (SMP, MTs, pesantren)
b. Aspirasi terhadap pola layanan tertentu
Aspirasi lulusan SD/MI terhadap *SMP , *MTs, pesantren, dll.
Penyusunan Instrumen
-6-
Gambar 6. Contoh kisi-kisi penelitian
Kepala SMP
Cara mengumpulkan data Angket
Kepala SD/MI
Angket
Kepala SMP
Angket
Kepala SD/MI Kepala SMP
Angket Angket
Kepala SMP Kepala SD/MI
Angket
Sumber data
Angket
Kepala SD/MI dan SMP
Wawancara
Orangtua
Wawancara
Lulusan SD/MI
Wawancara
Cara menganalisis data
Jenis data
Faktor geografis berdampak terhadap AT apabila minimal salah satu aspek tersebut memberatkan orangtua atau lulusan SD/MI untuk melanjutkan ke SMP
Ada/tidaknya dampak faktor geografis
Akses berdampak apabila peminat SMP lebih banyak daripada daya tampung SMP . Peminat SLTP: lulusan SD/MI Daya tampung: jumlah tempat duduk pada kelas I SMP
Ada/tidaknya dampak faktor
Kondisi ekonomi orangtua berdampak biaya ke SMP memberatkan orangtua yaitu apabila: Beban biaya lebih berat daripada SD Persentase siswa membayar tepat waktu sedikit
Ada/tidaknya dampak kemampuan ekonomi orangtua
Sinyal pasar kerja berdampak terhadap keputusan untuk melanjutkan apabila Probabilitas mendapat pekerjaan tidak begitu berbeda Jenis pekerjaan dan penghasilan hampir sama saja
Ada/tidaknya dampak sinyal pasar kerja
Ada/tidaknya dampak motivasi terhadap pendidikan
Gambar 6. Contoh kisi-kisi penelitian (lanjutan/bagian halaman sebelumnya)
Kalau hasil dari kolom delapan ternyata dapat memenuhi tujuan-tujuan operasional yang ingin dicapai, sebagaimana tercantum pada kolom pertama, maka data yang dikumpulkan adalah tepat dan cara analisisnyapun juga tepat.
Penyusunan Instrumen
-7-
Tujuan Operasional 1
Untuk mencapai tujuan tersebut. Perlu data apa?
Untuk memperoleh data tsb., Sumbernya siapa?
Untuk mendapat data dari sumbernya, Bagaimana cara mengumpulkannya?
Kalau data yang diperlukan sudah terkumpul, Bagaimana cara menganalisa -nya?
STUDI PUTUS SEKOLAH Kuesioner Orangtua
1. Berapa jumlah anak yang masih menjadi tanggungan Bapak/Ibu? …… orang. 2. Gambar 7. Hubungan kisi-kisi dan instrumen penelitian
D.
Hubungan Kisi-kisi dengan Instrumen Penelitian
Setelah kisi-kisi penelitian selesai disusun, langkah selanjutnya adalah mengembangkan instrumen penelitian. Bagian ini membahas secara singkat hubungan antara penyusunan kisi-kisi dan penyusunan instrumen, sehingga bahasan tentang instrumen yang dimuat di sini hanya merupakan pengantar singkat. Fokus bahasan ini pada hubungan antara kisi-kisi dan instrumen.
Penyusunan Instrumen
-8-
Sub Variabel
Jenis data
Jarak rumah – SMP Waktu diperlukan untuk ulang alik Ketersediaan angkutan umum reguler Kemampuan membiayai angkutan
Jumlah lulusan SD 91/92 Murid baru SD 85/86 Jumlah murid baru SLTP Sekolah asal murid SLTP Biaya langsung SD/MI Biaya langsung SLTP Persentase orang tua membayar tepat waktu Persentase lulusan melanjutkan ke SLTP Presentase lulusan bekerja Persentase lulusan tidak melanjutkan dan juga tidak bekerja Kemungkinan memperoleh pekerjaan lulusan SD/MI dan lulusan SLTP Jenis pekerjaan lulusan SD/MI dan lulusan SLTP Penghasilan lulusan SD/MI dan lulusan SLTP Aspirasi orang tua terhadap pendidikan pada jenjang SLTP Aspirasi orangtua terhadap pola pendidikan tertentu (SMP, MTs, pesantren) Aspirasi lulusan SD/MI terhadap pendidikan pada jenjang SLTP Aspirasi lulusan SD/MI terhadap * SMP * MTs, pesantren, dll
Cara mengumpulkan data Kepala SMP, Angket dan Kepala SD/MI wawancara Orangtua dan Lulusan Sumber data
Cara analisis data
Gambar 8. Kolom pada kisi-kisi yang digunakan untuk mengembangkan instrumen Telah diketahui bahwa pada kisi-kisi penelitian, data akan mengelompok untuk setiap tujuan operasional penelitian. Untuk setiap tujuan operasional penelitian, akan ditemukan beragam data yang perlu dikumpulkan, sumber datanya siapa atau apa saja, cara mengumpulkan data dari masing-masing sumbernya itu bagaimana alat pengumpul datanya, dan setelah terkumpul analisisnya seperti apa. Pada instrumen penelitian, komponen-komponen tersebut di atas (kecuali analisis data) dikelompokkan menurut sumber data dan cara mengumpulkan datanya. Sebagai contoh dapat kita temukan kuesioner kepala sekolah, pedoman wawancara orangtua murid, dan lain-lain. Kuesioner dan pedoman wawancara adalah alat mengumpulkan data, sedangkan kepala sekolah dan orangtua murid adalah sumber data. Dengan demikian untuk masing-masing sumber data akan diketahui data yang dikumpulkan dari sumber itu apa saja dan cara mengumpulkannya bagaimana.
Penyusunan Instrumen
-9-
Sumber data Kepala SLTP
Cara mengumpulkan data
Wawancara
Kepala SD/MI
Orangtua
Angket
Wawancara
Wawancara
Lulusan SD/MI
Gambar 9.
Jenis data Jarak rumah—SLTP Waktu diperlukan untuk ulang alik Ketersediaan angkutan umum reguler Kemampuan membiayai angkutan Jumlah murid baru SLTP Sekolah asal murid baru SLTP Biaya langsung SD/MI Biaya langsung SLTP Persentase orang tua membayar tepat waktu Kemungkinan memperoleh pekerjaan lulusan SD/MI dan lulusan SLTP Jenis pekerjaan lulusan SD/MI dan lulusan SLTP Penghasilan lulusan SD/MI dan lulusan SLTP Jumlah lulusan SD 91/92 Murid baru SD 85/86 Persentase lulusan melanjutkan ke SLTP Persentase lulusan bekerja Persentase lulusan tidak melanjutkan dan juga tidak bekerja. Kemungkinan memperoleh pekerjaan lulusan SD/MI dan SLTP Jenis pekerjaan lulusan SD/MI dan lulusan SLTP Penghasilan lulusan SD/MI dan lulusan SLTP Aspirasi orang tua terhadap pendidikan pada jenjang SLTP Aspirasi orangtua terhadap pola pendidikan tertentu (SMP, MTs, pesantren) Aspirasi lulusan SD/MI terhadap pendidikan pada jenjang SLTP Aspirasi lulusan SD/MI terhadap
Aspirasi lulusan SD/MI terhadap pendidikan pada jenjang SLTP Aspirasi lulusan SD/MI terhadap: SMP, MTs, pesantren, dll.
Data yang diperlukan dikelompokkan menurut sumber dan cara mengumpulkannya
Penyusunan Instrumen
- 10 -
Sumber data Kepala SMP
Cara mengumpulkan data Angket
Wawancara
Kepala SD/MI
Angket
Wawancara
Orangtua
Wawancara
Lulusan SD/MI
Wawancara
Jenis data
Jarak rumah-SLTP Waktu diperlukan Ketersediaan angkutan Kemampuan mem Jumlah murid baru Sekolah asal murid Biaya langsung SL Biaya langsung SL Persentase orangtua Kemungkinan mem Jenis pekerjaan lulusan SD/MI dan Penghasilan lulusan Jumlah lulusan SD Murid baru SD 85/ Persentaase lulusan Persentaase lulusan Persentaase lulusan
Kemungkinan Jenis pekerjaan lulusan Penghasilan lulusan Aspirasi orang tua t Aspirasi oraang tua Aspirasi lulusan S Aspirasi lulusan
ANGKET Kepala SMP
PEDOMAN WAWANCARA Kepala SMP
ANGKET Kepala SD/MI PEDOMAN WAWANCARA Kepala SD/MI
PEDOMAN WAWANCARA Orangtua murid PEDOMAM WAWANCARA Lulusana SD/MI
Gambar 10. Pengembangan instrumen penelitian
Penyusunan Instrumen
- 11 -
II
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENELITIAN KEBIJAKAN
Bab II akan dipaparkan tentang pengembangan instrument penelitian kebijakan. Instrumen penelitian kebijakan dikembangkan dengan memperhatikan kisi-kisi yang telah disusun. Ciri khas yang membedakan instrumen penelitian dari kisikisinya adalah pengelompokannya. Secara lengkap diuraikan di bawah ini. Kisi-kisi penelitian disusun dengan memperhatikan pengelompokan tujuan operasional penelitian. Satu tujuan operasional mungkin memerlukan beberapa macam data dari berbagai sumber. Pengumpulan bermacam-macam data dari masing-masing sumbernya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara-cara mengumpulkan data a.l. adalah dengan menggunakan kuesioner atau angket, wawancara, dan pengamatan. Instrumen (alat pengumpul data) penelitian dikembangkan per sumber data (responden) dan cara mengumpulkan data. Dengan demikian maka, sebagaimana telah dicontohkan sebelumnya terdapat pedoman wawancara orangtua murid, pedoman pengamatan kegiatan belajar mengajar kelas III, dll. Dalam contoh ini, wawancara dan pengamatan adalah cara mengumpulkan datanya, sedangkan pedoman wawancara, pedoman pengamatan adalah instrumen (alat pengumpulan data) penelitiannya. Dengan demikian jelas di sini bahwa wawancara tidak dilakukan asal bertanya dan pengamatan tidak dilakukan asal datang dan mengamati. Masing-masing memerlukan pedoman tentang data apa yang harus dikumpulkan, baik dengan pertanyaan lisan maupun dengan mengamati. Langkah-langkah pokok dalam mengembangkan alat pengumpul data biasanya adalah: 1. Mengelompokkan jenis data yang diperlukan per responden per cara mengumpulkan data (Gambar 8, 9, dan I0); 2. Untuk setiap jenis data yang diperlukan dikembangkan pertanyaan (atau pertanyaan-pertanyaan) pengukurannya.
Penyusunan Instrumen
- 12 -
III
LANGKAH-LANGKAH PEMBUATAN INSTRUMEN PENELITIAN
Bab III akan diuraikan tentang langkah-langkah membuat instrument penelitian. Isinya antara lain membuat butir-butir pertanyaan, merakit instrument, dan mengukur validitas dan reliabilitas untuk mendapatkan kualitas instrumen penelitian Secara lengkap diuraikan di bawah ini. Dalam penelitian kuantitatif, instrumen atau alat pengumpul data kadang-kadang tidak perlu dibuat sendiri, karena telah tersedia instrumen baku untuk mengumpulkan data variabel-variabel tertentu, sepanjang teori/ konsep yang digunakan sebagai landasan penyusunan instrumen tersebut sesuai dengan teori/ konsep yang diacu dalam penelitian kita. Namun bila tidak ada instrumen baku, maka ada beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu: 1. Membuat butir-butir pertanyaan, 2. Merakit instrument, 3. Mengukur validitas dan reliabilitas. A.
Membuat Butir-butir Pertanyaan
Menulis butir-butir instrumen dapat berbentuk pernyataan atau pertanyaan. Perumusan isi pertanyaan harus jelas dan sederhana sehingga mudah dipahami pengisi instrument (responden). Ada beberapa hal yang harus dihindari, yakni: 1. Penggunaan kata-kata/ bahasa yang tidak sesuai dengan kemampuan responden, seperti pengunaan jargon-jargon teknis tertentu, 2. Penggunaan kalimat-kalimat yang menggiring ke arah jawaban tertentu (leading question), 3. Penggunaan kalimat-kalimat yang tidak jelas relevansinya dengan indikator penelitian, 4. Penggunaan kalimat-kalimat yang mengandung makna ganda sehingga membingungkan (double barreled question), 5. Penggunaan kalimat-kalimat yang panjang sehingga sulit untuk dimengerti.
Penyusunan Instrumen
- 13 -
B.
Merakit Instrumen
Dalam pengemasan butir-butir pertanyaan menjadi suatu perangkat instrument yang rapih dan siap digunakan, peneliti hendaknya memperhatikan hal-hal berikut: 1. Menata urutan butir-butir pertanyaan/ pernyataan secara logis, serta mengalir dari pertanyaan yang mudah ke pertanyaan yang sulit dan dari pertanyaan yang umum ke pertanyaan yang sensitive, 2. Memberikan penjelasan tentang tata cara mengisi pertanyaan (seperti apakah jawaban dilingkari/ disilang, diisi atau diberi tanda centang), 3. Memberikan kata pengantar yang antara lain berisi tentang tujuan penelitian, penyelenggara penelitian), 4. Mencetak dan mendesain tampilan daftar pertanyaan sedemikian rupa sehingga rapih dan menarik untuk dijawab responden.
C.
Mengukur validitas dan reliabilitas untuk mendapatkan kualitas instrumen penelitian
Kualitas instrumen penelitian mempengaruhi kualitas data yang dikumpulkan. Pada penelitian kebijakan, kebenaran dan kualitas usulan kebijakan dan juga dapat berarti kebenaran dan kualitas kebijakan pimpinan, sangat tergantung dari data yang digunakan. Oleh sebab itu kualitas instrumen secara tidak langsung berpengaruh kepada kualitas kebijakan yang ditetapkan. Dengan ini maka jelas bahwa kualitas instrumen merupakan faktor yang sangat penting pada penelitian kebijakan. Secara teknis, ukuran “berkualitas” suatu instrumen dilihat dari dua hal, yaitu validitas dan reliablitas. 1.
Kualitas Instrumen Penelitian Kualitas alat pengumpul data mempengaruhi kualitas data yang dikumpulkan. Pada penelitian kebijakan, kebenaran dan kualitas usulan kebijakan dan juga dapat berarti kebenaran dan kualitas kebijakan pimpinan, sangat tergantung dari data yang digunakan. Oleh sebab itu kualitas instrumen secara tidak langsung berpengaruh kepada kualitas kebijakan yang ditetapkan. Dengan ini maka jelas bahwa kualitas instrumen merupakan faktor yang sangat penting pada penelitian kebijakan. Berturut-turut berikut ini disajikan secara singkat bahasan tentang faktor-faktor yang menentukan kualitas data dan cara praktis dan sederhana yang lazim digunakan dalam menguji instrumen guna meningkatkan kualitasnya.
Penyusunan Instrumen
- 14 -
2.
Faktor Penentu Kualitas Instrumen Kualitas instrumen ditentukan oleh dua hal, yaitu validitas, dan reliabilitas. Validitas instrumen penelitian adalah kemampuan instrumen tersebut untuk mengukur sesuatu yang hendak diukur (valid = sah). Misalnya, sebatang meteran kayu (sebatang kayu panjangnya satu meter dengan skala sampai tingkat sentimeter) valid sebagai instrumen untuk mengukur panjang rumah (katakan, sembilan setengah meter). Namun demikian kemampuan untuk mengukur sesuatu yang akan diukur tersebut tergantung kepada apa yang akan diukur. Dengan kata lain, instrumen yang valid untuk mengukur suatu variabel belum tentu valid untuk mengukur variabel yang lain. Dengan contoh yang sama maka meteran tersebut tidak valid untuk mengukur lebar celah antara kedua kutub busi, yang misalnya berjarak 2 milimeter. Reliabilitas instrumen penelitian adalah tingkat kekonsistenan dan ketepatan hasil pengukuran dengan menggunakan instrumen tersebut (reliable = dapat dipercaya). Instrumen penelitian kebijakan harus menunjukkan hasil yang relatif sama ketika pengukuran diulang atau pengukuran terhadap kelompok lain yang memang kurang lebih sama. Berikut adalah contoh sebuah pertanyaan dari instrumen yang tidak akan memberikan hasil yang konsisten. 1.
Seberapa jauh jarak dari pemukiman penduduk ke SD terdekat? (a) Sepelemparan batu (b) Dekat (c) Perjalanan sehari
Pada contoh di atas, kita sering salah persepsi terhadap arti dekat yang diberikan oleh penduduk desa. Mereka menjawab pertanyaan kita bahwa jarak ke balai desa adalah dekat, tetapi setelah kita jalani selama dua jam jalan kaki belum sampai juga. Dalam kasus ini, dekat tidak memberikan hasil pengukuran yang konsisten apabila ditanyakan oleh orang yang berbeda. Oleh karena itu seharusnya menggunakan pengukuran yang jelas satuannya, misalnya 100 m, 300 m dan seterusnya. 3.
Cara Praktis Menguji Kualitas Instrumen Terdapat berbagai cara untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian, dari yang rumit dan canggih sampai ke yang praktis dan sederhana. Cara yang praktis dan sering digunakan adalah dengan mengujicobakan instrumen tersebut terhadap kelompok kecil yang serupa dengan calon responden penelitian. Namun demikian, masih ada cara yang lebih praktis sebelum ujicoba terhadap kelompok kecil tersebut dilakukan,
Penyusunan Instrumen
- 15 -
yaitu meminta pendapat/pandangan atau reviu dengan teman-teman sendiri. Reviu dengan teman-teman ini digunakan untuk meningkatkan kualitas instrumen sebelum dicobakan kepada kelompok kecil, yang jelas makan waktu dan biaya. Reviu dengan teman ini sekedar melengkapi dan tidak dapat menggantikan ujicoba kepada kelompok kecil yang serupa dengan calon responden tersebut. Hasil ujicoba kemudian diperiksa untuk mengetahui apakah responden dapat menjawab pertanyaan, lalu kalau dapat menjawab apakah jawaban yang diberikan telah sesuai dengan yang diinginkan. Setelah hasil ujicoba dianalisis, instrumen tersebut mungkin perlu perbaikan. Setelah diperbaiki, instrumen perbaikan tersebut perlu dicobakan lagi kepada kelompok kecil yang lain yang juga serupa dengan calon responden. Dalam analisis hasil ujicoba perlu dilihat apakah hasil pengukuran memang ternyata mengukur sesuatu yang hendak diukur. Contoh berikut berasal dari pertanyaan tentang latarbelakang responden. Pertanyaan-pertanyaannya a.l. adalah: 1. 2. 3.
Umur? Jenis kelamin? Status?
Terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut jawaban yang diberikan kemungkinan dapat berupa: sudah tua (umur), besar dan panjang (jenis kelamin), dan menganggur (status). Analisis validitas menyatakan bahwa pengukuran tidak menghasilkan sesuatu yang hendak diukur. Dari pertanyaan tentang jenis kelamin diharapkan dijawab dengan pria, atau wanita dan dari status diharapkan dijawab dengan menikah atau belum menikah. Dengan ini maka kedua pertanyaan tersebut tidak mengukur sesuatu yang ingin diukur oleh peneliti, sehingga data yang diperoleh salah sama sekali. Analisis reliabilitas memperlihatkan unsur ketepatan jawaban belum diperoleh dari pertanyaan tentang umur, karena sebetulnya yang diinginkan adalah umur yang pasti berapa tahun. Sudah tua dapat memberikan penafsiran tentang usia seseorang dalam satuan tahun yang berbeda-beda. Selanjutnya, unsur kekonsistenan ditinjau dengan membandingkan jawaban dari responden yang satu dengan responden yang lain. Sebagai contoh, pada pertanyaan tentang umur, responden yang lain menjawab bahwa ia adalah agak tua. Dalam hal ini jawaban yang diperoleh dapat dianggap tidak
Penyusunan Instrumen
- 16 -
konsisten karena tua, dapat terdiri dari agak tua, tua, dan sangat tua. Apakah sudah tua pada jawaban pertama mengacu kepada tua pada jawaban ke dua? Tidak ada sumber informasi yang dapat membantu memilih jawaban yang dimaksud sehingga unsur kekonsistenan, khususnva dalam kasus ini adalah skala yang digunakan, tidak terpenuhi. Dari hasil ujicoba dan analisis yang mengikutinya, diperoleh penyempurnaan berikut. 1. 2. 3.
Umur? …. tahun. Jenis kelamin? Pria / wanita Status perkawinan? Menikah / belum menikah
Setelah diujicoba lagi, maka analisis validitas masih belum memuaskan karena jawaban responden adalah sebagai berikut Reponden 1 1. Umur? 24 tahun. 2. Jenis kelamin? Pria / wanita 3. Status perkawinan? Menikah/ belum menikah Responden 2 1. Umur? 35 tahun 2. Jenis kelamin? Pria / wanita 3. Status perkawinan? Menikah / belum menikah Data Yang meragukan adalah apakah kedua responden tersebut semuanya wanita, ataukah yang pertama wanita dan yang kedua pria? Demikian juga dengan status perkawinannya. Peneliti tidak dapat memperoleh dasar yang kuat untuk menetapkan bahwa responden ke dua adalah pria yang sudah menikah, mungkin saja ia adalah wanita yang belum menikah. Melihat hasil ujicoba ke dua yang semacam itu maka, perbaikan yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Umur? …. tahun. 2. Jenis kelamin? Prialwanita (lingkari pilihan yang sesuai). 3. Status perkawinan? Menikahlbelum menikah (lingkari pilihan yang sesuai). Setelah diuji coba lagi, jawaban yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Penyusunan Instrumen
- 17 -
Reponden 7 1. Umur? 44 tahun. 2. Jenis kelamin? Pria / wanita (lingkari pilihan yang sesuai). 3. Status perkawinan? Menikahlbelum menikah (lingkari pilihan yang sesuai). Responden 22 1. Umur? 49 tahun. 2. Jenis kelamin? Pria/wanita (lingkari pilihan yang sesuai). 3. Status perkawinan? Menikahl belum menikah (lingkari pilihan yang sesuai). Mengapa peneliti tidak memperoleh data tentang status perkawinan dari responden 7 dan 22? Apakah kejadian serupa dalam pengumpulan data yang sebenarnya nanti dibiarkan saja (dan risikonya adalah semua data dari responden-responden semacam itu tidak digunakan?). Mengapa reponden tersebut tidak menjawab pertanyaan status perkawinan? Ternyata alasannya adalah karena pilihan yang disediakan tidak lengkap sehingga mereka tidak dapat memilih. Responden 7 ternyata sudah hidup sendiri lagi dan responden 22 ternyata memang telah memutuskan tidak akan menikah selamanya. Dengan demikian seharusnya dalam pilihan jawaban status perkawinan terdapat janda serta duda. Untuk mengakomodasikan jawaban responden 22 dapat ditambah “tidak menikah”.
Penyusunan Instrumen
- 18 -
DAFTAR PUSTAKA Keppel, G. 1982. Design & Analysis: A Reseacher’s Handbook. New Jersey, Prentice-Hall Oppenheim, A. N. 1966. Questionnaire Design and Attitude Measurement. New York, Basic Book, Inc. Thorndike, R. L. 1982. Applied Psychometrics. Boston, Houghton Mifflin Co.
Penyusunan Instrumen
- 19 -