Ana Nuz’miah, Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa...
1
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING PADA PEMBELAJARAN IPS DI SDN SAWOJAJAR 04 KOTA MALANG
Oleh: Ana Nuz’miah SDN Sawojajar 04 Kota Malang
Abstrak. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa melalui penggunaan model pembelajaran Snowball Throwing. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan sebanyak dua siklus di mana masingmasing siklus dilalui dengan empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) observasi tindakan; dan (4) refleksi tindakan. Penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi rata-rata hasil post test belajar siswa pada setiap siklusnya mengalami peningkatan yang baik. Dari data yang diperoleh hasil rata-rata belajar siswa naik dari 74,75 menjadi 82,62. Hal ini juga meningkatkan pemahaman siswa tentang materi pembelajaran IPS tentang globalisasi. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dapat meningkatkan motivasi, aktivitas, dan hasil belajar siswa. Aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran juga terlihat semakin meningkat dari rata-rata sedang menjadi baik bahkan baik sekali. Demikian juga aktifitas guru semakin meningkat yakni mampu mengelola proses pembelajaran IPS lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan .Kata kunci: Snowball Throwing, ips, hasil belajar dan motivasi belajar
Pendidikan merupakan pengaruh, bantuan, atau tuntunan yang diberikan oleh orang yang bertanggung jawab kepada anak didik (Hadi, 2003: 18). Salah satu bentuk pelaksanaan pendidikan adalah pengajaran. Dalam pendidikan, pengajaran mempunyai proporsi yang paling besar, terutama di dalam pendidikan formal. Bila pengajaran diartikan sebagai perbuatan mengajar, maka tentunya ada guru yang mengajar dan siswa yang diajar atau yang belajar (Gino, dkk, 1996: 30). Kegiatan belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan primer, sedangkan mengajar merupakan kegiatan sekunder yang dimaksudkan untuk dapat terjadi kegiatan belajar yang optimal. Suatu kondisi pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan diharapkan
mampu membuat siswa belajar, karena secara tidak langsung siswa akan termotivasi untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar dikelas (Wahab, 2009). Dalam kegiatan belajar mengajar terdiri atas komponen-komponen yang saling bekerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Adapun komponen-komponen tersebut antara lain: (a) peserta didik; (b) tenaga pendidik; (c) materi pelajaran; (d) media atau peralatan pembelajaran; (e) strategi dan metode pembelajaran; (f) evaluasi atau hasil penilaian; (g) lingkungan pembelajaran; serta (h) pengelolaan kelas (Iskandar, 2009: 31). Apabila semua komponen tersebut dapat bekerjasama secara maksimal maka kegiatan belajar mengajar akan berjalan lancar dan diharapkan hasil belajar siswa baik dan tujuan pembelajaran tercapai. Kenyataanya
2
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 2, AGUSTUS 2016
pendidikan saat ini masih mengalami berbagai masalah, salah satu masalah yang dekat dengan hal tersebut adalah hasil belajar siswa (Soemantri,2011). Hal itu ditunjukkan oleh sikap, perilaku dan prestasi belajar (nilai) siswa secara umum. Banyak siswa yang sering melalaikan tugas mereka seperti tidak mengerjakan PR atau tugastugas yang lain, mengacuhkan penjelasan materi dari guru, bahkan masih banyak juga siswa yang kesulitan saat mengadapi soal ulangan atau ujian semester pada beberapa mata pelajaran sehingga nilai mereka pun tidak maksimal. Biasanya mereka mengalami kesulitan pada mata pelajaran yang membutuhkan pema-haman, ketelitian dan perhitungan. Berdasar pada pemaparan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Menurut Dimyati & Mudjiono (2006: 9-10) berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurunRendahnya kemampuan siswa bertanya dalam pembelajaran IPS dan hasil belajar yang diperoleh pun kurang maksimal. Hanya sekitar 20 %,siswa pun yang mau bertanya, dan hanya 20 % siswa yang menjawab pertanyaan guru secara perorangan, Hasil belajar pun masih banyak yang di bawah rata-rata hasil belajar siswa sekitar 48%. Dan diperoleh temuan mengenai sikap siswa terhadap proses pembelajarn Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), siswa mengalami kejenuhan karena pembelajaran tidak menarik karena guru tidak menggunakan metode yang menarik dan bervariasi, guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, dan akhirnya pembelajaran siswa pun tidak bermakna. Peneliti juga telah melakukan wawancara
beberapa siswa. Beberapa siswa mengungkapkan bahwa kondisi kelas yang tidak kondusif, teman yang suka ramai di dalam kelas, cara guru menyampaikan materi kurang jelas, menjadi alasan siswa untuk malas belajar sehingga hasil belajar mereka rendah. Salah satu alternatif yang dapat ditempuh untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah melalui kreativitas yang dimiliki guru dalam memilih metode mengajar. Selama ini guru sudah menggunakan metode ceramah berva-riasi, tetapi masih banyak siswa yang merasa kesulitan dalam memahami konsep akuntansi sehingga perlu dicari suatu model pembelajaran akuntansi yang sesuai dengan kondisi siswa dan kelas tersebut, agar pembelajaran akuntansi dapat membuat siswa tertarik dan termotivasi. Keberhasilan siswa dalam belajar sangat ditentukan oleh strategi pembelajaran yang dilakukan guru (Aunurohman, 2009). Guru dituntut untuk memahami komponenkomponen dasar dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut pula untuk paham tentang filosofis dari mengajar dan belajar itu sendiri. Belajar tidak hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan, akan tetapi juga sejumlah perilaku yang akan menjadi kepemilikan siswa. Penggunaan metode, stategi, dan kelengkapan dalam pengajaran adalah bagian dari kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru. Guru harus dapat menciptakan kondisi dan situasi, serta ketertarikan siswa untuk belajar (Supriyono,2009:162). Menurut Irawan dkk. Mengutip hasil penelitian Fyan dan Maehr bahwa ada tiga faktor yang memengaruhi prestasi belajar yaitu latar belakang keluarga, kondisi atau
Ana Nuz’miah, Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa...
konteks sekolah dan motivasi, maka faktor terakhir merupakan faktor yang paling baik. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling memengaruhi. Sehingga guru harus menggunakan metode-metode pembelajaran yang menarik dan bervariasi sehingga dapat memotivasi siswa untuk belajar. Dan menjadikan pembelajaran bermakna bagi siswa serta keberhasilan siswa dalam pembelajaran pun akan optimal sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai (Budiman, 2006). Untuk mencapai tujuan di atas, banyak hal yang harus dipenuhi dan diperhatikan dalam mempengaruhi proses belajar siswa yaitu dari berbagai faktor, baik guru secara langsung maupun tidak langsung. Di dalam penelitian yang dilakukan di SDN Sawojajar 04 Kota Malang, penulis menemukan permasalahan yang sangat menarik untuk diteliti, yaitu motivasi belajar siswa yang rendah sehingga hasil belajar pun kurang memuaskan. Penyebabnya adalah siswa kurang tertarik, bosan, dan jenuh terhadap pembelajaran IPS. Karena pembelajaran IPS yang sifatnya banyak hafalan, dalam menyampaikan materi pembelajaran pun guru masih menggunakan metode tradisional (ceramah, tanya jawab,dan hanya mencatat saja), guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dan diskusi yang dilakukan siswa pun belum terarah kepada kegiatan siswa yang bermakna dalam pembelajaran, siswa masih banyak yang bercanda, bermain, dan tidak fokus pada kegiatan yang dilakukan. Untuk itu seorang guru inisiatif harus berinisiatif dan kreatif untuk menyiapkan metode pembelajaran yang tepat dengan materi yang akan diajarkan, agar pembelajaran yang dilakukan siswa menjadi aktif,
3
kreatif,dan menimbulkan rasa ingin tahu pada siswa serta bermakna bagi siswa Salah satu metode yang peneliti anggap paling tepat untuk masalah di atas adalah metode pembelajaran Snowball Throwing. Dengan metode Snowball Throwing, siswa diberikan kesempatan untuk aktif, saling bekerjasama dengan siswa lain dalam menerima materi pelajaran, dan siswa diberi kesempatan untuk aktif bertanya dan menjawab pertanyaan secara perorangan. METODE PENELITIAN Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Spiral Kemmis dan Mc Taggart (dalam Arikunto, 2006: 93). Adapun teknik pengolahan data dilakukan dengan siklus PTK secara terperinci mulai dari perencanaan, pelak-sanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi evaluasi yang bersifat siklus berulang-ulang, minimal 2 siklus sebagai berikut: 1. Perencanaan Tindakan (Planning) Pada tahap awal ini yang dila-kukan adalah mengidentifikasi masa-lah dan penerapan alternatif pemecahan masalah. Secara lebih spesifik adalah merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam KBM, menentukan pokok bahasan, mengembangkan skenario, menyiapkan sumber belajar, mengembang format evaluasi, mengembangkan format observasi lapangan. 2. Pelaksanaan Tindakan (Acting) Pada tahap ini peneliti akan menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario rencana di atas. 3. Pengamatan Tindakan (Observing) Peneliti akan melakukan obser-vasi dengan memakai format observasi dan menilai hasil tindakan dengan menggunakan format penilaian.
4
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 2, AGUSTUS 2016
4. Refleksi (Reflecting) Pada tahap akhir ini peneliti akan melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan. Hasil evaluasi akan untuk digunakan perbaikan pada siklus berikutnya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, teknik evaluasi/ tes, wawancara dan dokumen-tasi. Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar IPS pada siswa VI SDN Sawojajar 4 Kota Malang dengan Snowball Throwing. Setiap tindakan upaya peningkatan hasil belajar dirancang ke dalam satu siklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) Perencanaan tindakan; (2) Pelaksanaan tindakan; (3) Observasi tindakan; dan (4) Refleksi tindakan untuk perencanaan siklus berikutnya. PTK dalam penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi tindakan, dan (4) refleksi tindakan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disim-pulkan bahwa pembelajaran koooperatif tipe TPS dapat meningkatkan hasil belajar akuntasi. Deskripsi hasil penelitian dari PTK ini dapat dipaparkan sebagai berikut. Observasi awal adalah langkah pertama yang dilakukan untuk me-ngetahui masalah pembelajaran yang muncul di kelas VI SDN Sawojajar 4 Kota Malang . Hasil observasi awal menunjukkan bahwa hasil belajar akuntansi perlu ditingkatkan. Peneliti bersama kolaborator berdiskusi dan menerapkan Snowball Throwing untuk meningkatkan hasil belajar IPS. Selanjutnya peneliti bersama kolaborator menyusun RPP dan skenario pembelajaran yang kemudian dilaksanakan pada siklus pertama dengan materi peranan
Indonesia dalam era globalisasi. Pembelajaran siklus I dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Snowball Throwing pada materi globalisasi. Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai yaitu siswa dapat menjelaskan pengertian globalisasi dan siswa dapat menjelaskan peranan Indonesia pada era globalisasi. Waktu pembelajaran untuk siklus I dilakukan selama satu kali pertemuan (3x35 menit) termasuk post test. Siklus pertama diakhiri dengan tes individu. Hasil belajar siswa selama siklus I dapat dilihat dari Tabel 1. Tabel 1 Hasil Pengamatan Kegiatan Siklus I Rata-rata No. Aspek Penilaian skor yang diamati 1 Kwalitas Pertanyaan 2,50 2 Kwalitas Jawaban 2,50 3 Menghargai pendapat teman 2,50 4 Ketepatan waktu 2,50 5 Keberanian mengungkapkan 2,00 pendapat 6 Keberanian bertanya 2,00 7 Menjelaskan materi ke 2,00 kelompok Jumlah 16,00 Rata-rata 2,29
Hasil pengamatan kegiatan berdasarkan Tabel 1 maka, kegiatan siswa pada sikulus I belum mencapai maksimal dilihat dari ratarata hanya 2,29 Tabel 2 Persentase Nilai Rata-rata Hasil Evaluasi Siklus I Criteria Interval Frekuensi Persentase Sangat baik 86-100 10 27,03% Baik 71-85 13 35,14% Cukup 56-70 12 32,43% Kurang 41-55 2 5.4% Sangat kurang <40` 0 0%
Berdasarkan Tabel 2 dapat dijelaskan jumlah siswa yang mendapatkan nilai sangat baik atau rentang nilai 86-100 adalah 10 siswa atau sebesar 27,03%. Sedangkan jumlah siswa yang mencapai nilai baik dengan rentang nilai 71-85 adalah 13 siswa atau 35,14%. Jumlah siswa yang mencapai nilai
Ana Nuz’miah, Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa...
56-70 atau cukup sebanyak 12 siswa atau sebesar 32,43%. Hanya ada 3 siswa yang berani bertanya,dan hanya 4 orang siswa yang berani menjawab secara perorangan selebihnya dijawab hanya secara klasikal saja. Ketika melakukan kerja kelompok siswa terlihat ribut dan bingung, karena tidak mengerti tugas yang harus dikerjakan, dan kelompok tidak terorganisir dengan baik. Guru belum memahami betul langkah-langkah model pembelajaran Snowball Throwing, sehingga kegiatan tidak terarah dan tidak sesuai skenario pembelajaran. Waktu dalam pembelajaran perlu diefektifkan lagi.Ketika guru menyampaikan materi siswa kurang memerhatikan penjelasan guru. Selain terdapat kekurangan dan permasalahan, ada beberapa hal yang menjadi keberhasilan dalam pelaksanaan tindakan siklus I yaitu: a) Terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dengan meningkatnya rata-rata kelas pada siklus I jika dibandingkan dengan pra tindakan. b) Siswa lebih semangat dan lebih aktif dan kreatif dalam mengikuti proses pembelajaran. c) Hasil rata-rata kelas pada siklus I yaittu sebesar 67,96 dan belum mencapai KKM yaitu nilai 70. Berdasarkan hasil belajar siklus I yang masih berada di bawah KKM, maka masih diperlukan usaha untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik lagi. Dalam hal ini, usaha dan tindak lanjut yang dilakukan peneliti adalah melaksanakan penelitian pada siklus selanjutnya yaitu siklus II. Walaupun masih ada beberapa siswa yang belum berani mengungkapkan pendapat jika belum dimotivasi oleh guru, tetapi secara umum Snowball Throwing pada siklus kedua ini sudah berjalan dengan baik dan lancar. Hasil belajar siswa selama siklus II dapat dilihat dari Tabel 3.
5
Tabel 3 Persentase Nilai Rata-rata Hasil Evaluasi Siklus II Criteria Interval Frekuensi Persentase Sangat baik 86-100 18 48,65% Baik 71-85 13 35,13% Cukup 56-70 6 16,22% Kurang 41-55 0 5.4% Sangat kurang <40` 0 0%
Berdasarkan Tabel 3 dapat dijelaskan jumlah siswa yang mendapatkan nilai sangat baik atau rentang nilai 86-100 adalah 18 siswa atau sebesar 48,65%. Sedangkan jumlah siswa yang mencapai nilai baik dengan rentang nilai 71-85 adalah 13 siswa atau 35,13%. Jumlah siswa yang mencapai nilai 56-70 atau cukup sebanyak 6 siswa atau sebesar 16,22%.. Hal itu menunjukkan dalam pelaksanaan siklus 2 ada peningkatan yang baik. Adapun peningkatan tersebut dikarenakan ada perlakuan yang sedikit berbeda dengan siklus pertama untuk tujuan perbaikan. Pada saat menjelaskan materi guru berupaya berinteraksi dengan siswa dalam bentuk memerikan pertanyaanpertanyaan untuk memancing supaya siswa terfokus pada pelajaran disamping itu guru terus memotivasi siswa pada saat mereka menyelesaikan soal diskusi ataupun presentasi baik dalam bentuk ucapan atau mimik muka. Tidak lupa juga guru terus mengingatkan siswa supaya memastikan tiap anggota kelompok sudah paham materi. Hasil penelitian dari siklus pertama dan siklus kedua dapat diper-bandingkan untuk mengetahui perubahan yang terjadi. Tabel 3 dan Gambar 1 menunjukkan grafik perbandingan kedua siklus tersebut. Tabel 3 Perbandingan Nilai Rata-rata Pra Tindakan, Siklus I dan Siklus II Subjek penelitian Kelas VI SDN Sawojajar 04 Kota Malang
Nilai Rata Rata Pra Siklus Siklus Tindakan I II 65,16
74,75
82,62
6
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 2, AGUSTUS 2016
Gambar 1 Hasil Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 3 dan Gambar 1 tersebut adalah hasil PTK dengan penerapan Snowball Throwing dilihat dari keaktifan siswa selama pembelajaran dan hasil belajar kognitif siswa. Secara umum, keaktifan siswa selama pembelajaran mengalami peningkatan baik dari indikator keaktifan siswa selama apersepsi, keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran, dan keaktifan siswa selama diskusi juga meningkat. Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa siswa semakin terbiasa dengan Snowball Throwing. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase siswa yang aktif selama pembelajaran berlangsung mengalami perkembangan yang positif. Pelaksanaan pembelajaran pada penelitian ini dilaksanakan peneliti dengan menerapkan langkah-langkah dalam metode pembelajaran Snowball Throwing. Metode pembelajaran ini siswa dituntut untuk mencari/menggali sumber materi secara mandiri dan berusaha memecahkan masalah yang terdapat pada materi berdasarkan sumber data yang telah ditemukannya melalui berbagai tehnik pengumpulan data dari berbagai sumber. Konsep materi tidak diberikan guru tetapi dibangun dan dicari oleh siswa melalui kegiatankegiatan yang terdapat dalam metode pembelajaran Snowball Throwing. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran IPS menurut Hidayati, dkk bahwa tujuan
pembelajaran IPS yaitu mengembangkan kemampuan memecahkan masalah serta keterampilan sosial. Langkah-langkah pelaksanaan metode Snowball Throwing yang melibatkan siswa aktif juga sependapat dengan pendapat Cronbach bahwa belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan cara mengalami dan dalam mengalami si pelajar menggunakan panca inderanya. Peningkatan hasil belajar pada siklus I terjadi karena peneliti menerapkan metode pembelajaran Snowball Throwing dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran diawali dengan mencari masalah yang terjadi di masyarakat kemudian menghubungkannya dengan materi pembelajaran. Melalui berbagai cara untuk mencari data, siswa berusaha mencari solusi pemecahan masalah yang terjadi berdasarkan pengalaman yang mereka cari/lihat dai berbagai sumber. Hasil kerja yang telah dilakukan siswa kemudian dituangkan ke dalam bentuk papan Snowball Throwing. Hal tersebut juga sesuai dengan karakteristik peserta didik menurut Piaget bahwa anak usia 7-12 tahun siswa dalam tahapan operasional konkret yaitu anak dapat berfikir untuk memecahkan masalah dan memahami suatu konsep dengan cara mengalami sendiri atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan konsep tersebut secara bertahap. Alat peraga yang inovatif juga digunakan guru sebagai salah satu penunjang keberhasilan pembelajaran. Berbagai metode pembelajaran juga digunakan agar menghilangkan rasa jenuh pada siswa. Adapun metode yang digunakan guru antara lain: ceramah, pemberian tugas, diskusi, Tanya jawab, perlombaan antar kelompok. Dari data hasil penelitian dapat dijadikan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa.
Ana Nuz’miah, Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa...
Namun demikian hasil belajar pada siklus I belum memenuhi kriteria keberhasilan dalam penelitian ini. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan waktu dalam proses pembelajaran, siswa belum mendapatkan sumber data secara lengkap serta siswa masih belum paham betul mengenai langkah-langkah yang harus dikerjakan dalam metode pembelajaran Snowball Throwing. Peranan guru dalam interaksi pada kegiatan kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing dapat diubah menjadi interaksi yang bernilai edukatif yaitu interaksi yang dengan meletakkan tujuan untuk mengubah tingkah laku dan perbuatan seseorang, yang akhirnya memunculkan istilah guru disatu pihak dan anak didik di lain pihak. Keduanya berada dalam interaksi edukatif dengan posisi, tugas dan tanggung jawab yang berbeda, namun dalam mencapai tujuan sama. Guru mempunyai tanggung jawab untuk mengantarkan anak didik kearah kedewasaan dengan memberikan ilmu pengetahuan serta membimbingnya. PENUTUP Kesimpulan Respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran Snowball Throwing pada pembelajaran IPS tentang globalisasi dapat meningkatkan aktivitas siswa ke arah yang positif.Penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran IPS Kelas 6 di SDN Sawojajar 4 Kota Malang. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi, berdasarkan data pada tabel dan diagram tersebut hasil rata-rata aktivitas
7
siswa mengalami peningkatan dari rata-rata 2,29 menjadi 3,61. Penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi rata-rata hasil post test belajar siswa pada setiap siklusnya mengalami peningkatan yang baik. Dari data yang diperoleh hasil rata-rata belajar siswa naik dari 74,75 menjadi 82,62. Hal ini juga meningkatkan pemahaman siswa tentang materi pembelajaran IPS tentang globalisasi. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dapat meningkatkan motivasi, aktivitas, dan hasil belajara siswa. Aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran juga terlihat semakin meningkat dari rata-rata sedang menjadi baik bahkan baik sekali. Demikian juga aktifitas guru semakin meningkat yakni mampu mengelola proses pembelajaran IPS lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Saran Diharapkan guru dapat lebih mengembangkan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat, agar kegiatan pembelajaran tidak monoton, sehingga dapat memotivasi belajar siswa dan pembelajaranpun mendapatkan hasil yang lebih baik. Seperti yang dilakukan oleh peneliti ini, dengan menggunakan dan menerapkan model pembelajaran Snowball Throwing pada pembelajaran IPS kelas 6 tentang materi globalisasi dapat memberikan beberapa keuntungan diantaranya: meningkatkan kemampuan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan dari teman atau guru, menghargai pendapaat orang lain, bekerja dalam kelompok ahli, menjelaskan
8
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 2, AGUSTUS 2016
ke kelompok asal dan hasil belajar siswapun mengalami peningkatan dengan baik. Bagi Siswa, Snowball Throwing dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kemampuan siswa secara sosial seperti: kerjasama, kekompakan, memecahkan masalah, dan saling bertukar pendapat dengan anggota kelompok yang lain. Snowball Throwing dapat dimanfaatkan pula untuk meningkatkan parsipasi aktif siswa selama pembelajaran.
Bagi Sekolah, sekolah hendaknya memberikan dukungan kepada guru dalam bentuk bimbingan dan pembinaan tentang metode pembelajaran inovatif dan efektif agar keberhasilan pembelajaran di dalam kelas dapat tercapai. Sekolah sebaiknya membuka kerjasama dengan pihak eksternal seperti peneliti atau lembaga pendidikan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Iskandar. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Hadi. 2003. Pendidikan (Suatu Pengantar). Kampak Trenggalek: Sebelas Maret Univercity Press.
Budiman, Nandang. 2006. Memahami Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Soemantri. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Supriyono, Agus, 2009Cooperatif Learning, Yogyakarta: Pustaka Belajar
Gino, dkk. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Wahab. Abdul Aziz 2009. Metode dan Model-Model Mengajar IPS. Bandung: Alfabeta.