219 Peningkatan Kemampuan Seriasi......(Melia Dwi Widayanti)
PENINGKATAN KEMAMPUAN SERIASI UKURAN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRET PADA KELOMPOK A INCREASING SIZE SERIATION ABILITY THROUGH USING REAL OBJECTS MEDIA ON CLASS A Oleh: Melia Dwi Widayanti, paud/pgpaud fip uny
[email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan seriasi ukuran melalui penggunaan media benda konkret pada anak Kelompok A di TK Ambar Asri dengan jenis penelitian tindakan kelas. Penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart. Subjek penelitian sebanyak 14 anak yang terdiri dari 9 anak lakilaki dan 5 anak perempuan. Objek penelitian adalah kemampuan seriasi ukuran melalui penggunaan media benda konkret. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah teknik observasi dengan menggunakan lembar observasi sebagai instrumen pedoman observasi. Analisis data dilakukan secara kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan seriasi ukuran melalui penggunaan media benda konkret pada anak Kelompok A TK Ambar Asri. Hasil observasi Pratindakan menunjukkan bahwa kemampuan seriasi ukuran pada anak mencapai 33.30% dengan kriteria Mulai Berkembang (MB), pada Siklus I meningkat mencapai 71.40% dengan kriteria Berkembang Sesuai Harapan (BSH) dan kembali meningkat pada Siklus II menjadi 88.10% dengan kriteria Berkembang Sangat Baik (BSB). Kata kunci: kemampuan seriasi ukuran, media benda konkret, anak Kelompok A Abstract This research aims to increasing size seriation ability through using real objects media on children in Group A Ambar Asri Kindergarten with classroom action research design. This research used Kemmis and Mc Taggart models. The subject of this research counted 14 childrens that consist 9 boy and 5 girl. The object of this research was seriation ability through using real objects media. Data was taken with observation technique with observation sheet as observation guided insrument. Data analysis in this study done in quantitative. The result of this study show the increased size seriation ability through using real objects media on children Group A Ambar Asri Kindergarten. Observation result on Pre-cycle showed that size seriation ability on children reached 33.30% and classified in Start Develop, in Cycle I increased by 71.40% classified in Grow According Hope, and increased again on Cycle II reached 88.10% classified in Develops Very Good. Keywords: size seriation ability, real objects media, children Group A
diperoleh dari mana saja, bisa dari orang tua,
PENDAHULUAN Anak usia dini merupakan usia dimana anak
mengalami
pertumbuhan
dan
keluarga, dan lembaga pendidikan. Salah satu lembaga pendidikan yang dapat memberikan
perkembangan yang pesat dalam rentang usia 0-8
layanan berupa stimulasi dan pembinaan pada
tahun. Usia ini jugas sering disebut sebagai usia
anak usia dini berada dalam jenjang Pendidikan
emas (golden age). Pemberian label golden age
Anak Usia Dini (PAUD).
pada anak usia dini bukan berarti tidak memiliki
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
alasan, karena pada golden age merupakan masa
adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang
yang sangat tepat untuk menstimulasi setiap
pendidikan dasar untuk membantu pertumbuhan
aspek perkembangan anak baik berupa stimulasi
dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak
fisik maupun non fisik. Stimulasi ini dapat
memiliki kesiapan memasuki pendidikan lebih
Jurnal Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 2 Tahun ke-5 2016 220
lanjut yang diselenggarakan pada jalur formal,
berfikir logis; dan (c) berpikir simbolik. Tingkat
non formal, dan informal (Maimunah Hasan,
Pencapaian Perkembangan (TPP) anak usia 4-5
2010: 15). TK merupakan salah satu lembaga
tahun pada aspek kognitif salah satunya adalah
PAUD yang bergerak dalam jalur formal. Pada
anak mampu mengurutkan benda berdasarkan 5
hakikatnya, pembelajaran yang ada di TK akan
seriasi ukuran.
mengembangkan enam aspek perkembangan
Smith (2009: 83) mendeskripsikan seriasi
sosial-emosional,
sebagai meletakkan lebih dari dua objek, atau
bahasa, seni, dan kognitif. Aspek perkembangan
sebuah kelompok yang berisi lebih dari dua
tersebut saling berkaitan satu sama lain.
anggota ke dalam sebuah urutan. Seriasi lebih
anak,
yaitu
fisik/motorik,
Perkembangan kognitif penting dalam
sulit bila dibandingkan dengan membandingkan,
proses perkembangan anak. Anak kelompok A
karena anak harus membuat beberapa keputusan.
(4-5 tahun) berada pada tahap perkembangan
Sedangkan
kognitif praoperasional. Dikatakan praoperasional
(Tomic & Kingma, 1997: 59) seriasi adalah
karena pada tahap ini anak belum memahami
kemampuan mengurutkan beberapa benda dalam
pengertian operasional yaitu proses interaksi
beberapa dimensi. Kemampuan seriasi penting
suatu aktivitas mental, dimana prosesnya bisa
dalam perkembangan kognitif anak, karena
kembali pada titik awal berpikir secara logis
seriasi menjadi fondasi dari sistem angka seperti
(Ernawulan Syaodih, 2005: 37). Fase berpikir
2 lebih besar dari 1, 3 lebih besar dari 2.
anak pada tahap praoperasional adalah: (a)
Kemampuan seriasi yang dikembangkan dalam
simbolis, (b) egosentris, (c) animisme, (d) intuitif.
pembelajaran di TK adalah seriasi ukuran dan
Cara berpikir pada tahap praoperasional
warna. Dalam penelitian ini, seriasi yang akan
sangat
memusat
(centralized).
Bila
anak
dihadapkan pada situasi yang multidimensional,
menurut
Piaget
dan
Szeminska
dikembangkan adalah seriasi ukuran. Hasil
observasi
menunjukkan
bahwa
maka anak akan memusatkan perhatiannya pada
kemampuan anak kelompok A TK Ambar Asri
satu dimensi dan mengabaikan dimensi yang lain.
dalam melakukan tugas seriasi ukuran belum
Selain memusat, cara berpikir anak pada tahap
optimal. Belum optimalnya kemampuan seriasi
praoperasional juga tidak dapat dibalik. Anak
ukuran pada anak dikarenakan pembelajaran yang
belum mampu untuk melakukan sesuatu yang
dilakukan masih menggunakan LKA (Lembar
telah dilakukan sebelumnya dengan pemikiran
Kerja Anak sehingga anak tidak bisa mencoba,
terbalik.
memegang, serta mengurutkan benda tersebut.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini
Oleh karena itu diperlukan media pembelajaran seriasi ukuran yang dapat dieksplorasi oleh anak. Pada usia anak 3-4 tahun, anak akan
dijelaskan bahwa kemampuan kognitif yang harus
mencoba untuk mereplikasi
dimiliki
(a)
maupun ganda, namun seringkali anak belum
kemampuan belajar dan pemecahan masalah; (b)
berhasil. Seriasi ganda adalah mengurutkan dua
anak
usia
4-5
tahun
adalah
seriasi tunggal
221 Peningkatan Kemampuan Seriasi.....(Melia Dwi Widayanti)
kelompok benda. Wolfinger Dona menjelaskan
operasional konkret. Dalam karakteristik fase
bahwa pada usia 5 tahun, anak mulai memahami
praoperasional, telah dijelaskan bahwa cara
dan melakukan tugas-tugas seriasi melalui “trial
berpikir anak masih bersifat egosentris. Maksud
and error” (Gloria Agustina, 2012: 20). Oleh
dari pernyataan ini adalah anak hanya dapat
karena itu, diperlukan media pembelajaran yang
memahami sesuatu yang ada dalam perspektif
mampu memfasilitasi anak untuk melakukan trial
anak itu sendiri, bukan dari perspektif orang lain.
and error dalam melakukan seriasi ukuran.
Oleh karena itu, penggunaan media benda
Menurut Azhar Arsyad (2011: 3), kata
konkret diperlukan dalam pembelajaran anak usia
media berasal dari kata latin medius yang secara
dini agar menyamakan perspektif antara anak
harfiah
dengan pendidik.
berarti
“tengah”,
“perantara”,
atau,
Media benda konkret dalam pembelajaran
“pengantar”. Dalam bahasa arab, media adalah (wassail) atau pengantar pesan dari pengirim
juga dapat disebut sebagai benda asli.
kepada penerima pesan. Media pembelajaran
Degeng yang dikutip oleh Sungkono (2007: 28)
terbagi menjadi 2, yaitu media dua dimensi dan
benda asli dapat diklasifikasikan menjadi dua,
media tiga dimensi. Media benda konkret
yaitu objek dan benda/barang contoh (specimen).
termasuk dalam kategori media tiga dimensi.
Menurut
Benda asli juga dapat diklasifikasikan
Pada dasarnya anak belajar melalui media
menjadi benda asli tidak alami dan benda asli
benda konkret. Media benda konkret adalah
buatan manusia. Menurut Sungkono (2007: 29),
benda dalam keadaan sebenarnya dan seutuhnya.
benda asli buatan manusia yaitu jenis benda asli
Pembelajaran akan mudah dimengerti dan lebih
yang telah dimodifikasi bentuknya oleh manusia.
lama tinggal dalam pikiran anak jika dipelajari
Sedangkan benda asli tidak alami adalah benda
melalui hubungannya dengan benda asli (benda
yang murni buatan manusia, seperti awetan dalam
konkret). Yuliani Nurani Sujiono (2009: 93) juga
botol.Benda konkrit
menambahkan bahwa anak akan lebih mengingat
mengembangkan kemampuan seriasi ukuran pada
suatu benda yang dapat dilihat dan dipegang lebih
anak pada penelitian ini adalah objek dan benda
membekas dan dapat diterima oleh otak dalam
asli tidak alami.
yang digunakan untuk
sensasi dan memori (long term memory).
Penggunaan media benda konkret dalam
Penggunaan media benda konkret juga berlaku
kegiatan pembelajaran sangatlah penting. Oemar
dalam
Hamalik (1986: 196) menyatakan bahwa benda-
pembelajaran
seriasi
ukuran.
Untuk
memahami konsep abstrak seperti seriasi ukuran,
benda
nyata
(real
anak memerlukan media benda konkret sebagai
pembelajaran sering kali paling baik dalam
perantara.
menampilkan tentang ukuran, suara, gerak-gerik,
life
materials)
dalam
Anak usia dini belajar dengan berpijak
permukaan, bobot badan, bau, serta manfaatnya.
pada pengalaman dan benda-benda yang bersifat
Selain memiliki kelebihan, setiap media juga
nyata atau konkret karena anak usia dini dalam
pasti memiliki kekurangan. Kekurangan ini juga
proses beralih dari fase praoperasional ke fase
terdapat pada penggunaan media benda konkret
Jurnal Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 2 Tahun ke-5 2016 222
dalam pembelajaran. Penggunaan media benda
Taman Kanak- kanak Ambar Asri yang terletak di
konkret dalam pembelajaran Mulyani Sumantri
Desa
dan Johar Permana (2001: 176) memiliki
Kabupaten
kelemahan yaitu: (1) memerlukan tambahan
Yogyakarta.Penelitian
anggaran biaya pendidikan, (2) memerlukan
dilaksanakan dalam kurun waktu 1 bulan antara
tempat yang memadai jika media tersebut
bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2016
berukuran
besar,
(3)
apabila
media
Mejing
Lor,
Kecamatan
Sleman,
Gamping,
Daerah
Istimewa
tindakan
kelas
yang
diperlukan sulit didapat di tempat tersebut, maka
Subjek dan Objek Penelitian
akan menghambat proses pembelajaran, dan (4)
Subjek penelitian ini adalah anak yang
baik guru atau siswa harus mampu menggunakan
Kelompok A TK Ambar Asri. Anak Kelompok A
media
TK Ambar Asri terdiri dari 9 anak laki-laki dan 5
pembelajaran
penggunaan
media
tersebut.
dalam
anak perempuan. Objek yang diambil dalam
pembelajaran yang telah dijelaskan di atas dapat
penelitian ini kemampuan seriasi ukuran melalui
diatasi
penggunaan media benda konkret.
dengan
benda
Kelemahan
konkret
menggunakan
media
benda
konkret yang mudah untuk didapatkan, seperti benda yang ada di sekitar anak dan tidak memberatkan
dari
segi
biaya
pembuatan.
Sehingga pembelajaran di kelas dapat tetap menggunakan
media
benda
konkret
tanpa
memberatkan dalam pengadaan benda konkrit tersebut.
Prosedur Penelitian
ini
menggunakan
model
Kemmis dan MC Taggart (Wijaya Kusumah & Dedi Dwitagama, 2011: 21). Penelitian ini bersifat kolaboratif karena peneliti bekerja sama dengan guru kelas dalam melaksanakan proses pembelajaran. Pihak yang melakukan tindakan
METODE PENELITIAN
adalah guru kelas, sedangkan yang melakukan
Jenis Penelitian
pengamatan terhadap berlangsungnya proses
Jenis penelitian yang digunakan dalam
tindakan adalah peneliti (Suharsimi Arikunto,
penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan
Suhardjono, dan Supardi, 2007: 98). Secara
kelas (classroom action research). Menurut
partisipasif peneliti dan guru bekerja sama dalam
Suyanto dalam Rochiati (2009: 9) Penelitian
penyusunan perencanaan, persiapan, pelaksanaan,
Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu bentuk
dan refleksi tindakan.
penelitian dengan mengambil tindakan tertentu agar memperbaiki
dan/
atau
meningkatkan
praktik pembelajaran di kelas secara profesional.
Data, Intrumen dan Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian diperoleh melalui
Waktu dan Tempat Penelitian
pengamatan
(observasi).
Observasi
yang
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di
digunakan adalah observasi sistematis yang
Kelompok A TK Ambar Asri, Gamping, Sleman.
dilakukan pada saat: (1) sebelum diberikan
223 Peningkatan Kemampuan Seriasi.....(Melia Dwi Widayanti)
tindakan melalui penggunaan media benda
menggunakan statistik.Menurut Anas Sudijono
konkret, dan (2) ketika proses pembelajaran
(2010: 43), persentase dapat dicari menggunakan
setelah diberikan tindakan melalui penggunaan
rumus sebagai berikut:
media benda konkret yang bertujuan untuk P=
mengetahui perubahan dalam kemampuan seriasi ukuran pada anak. Data yang diperoleh berupa
× 100%
digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
Keterangan : P = angka persentase f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya N = Number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu) Selain itu juga penelitian ini menentukan
observasi. Pencatatan dan pengambilan data
kriteria dalam pengkategorian hasil penelitian
dalam proses pembelajaran akan menggunakan
dilihat berdasarkan skor persentase yang merujuk
check list. Kisi-kisi lembar observasi untuk
pada pendapat Acep Yoni (2010: 176), yaitu:
mengetahui kemampuan seriasi ukuran pada anak
Tabel 2. Kategori Predikat Tingkat Kemampuan Seriasi Ukuran No Kesesuaian Kriteria (%) Keterangan BSB 76-100% 1 BSH 51-75% 2 MB 26-50% 3 BB 0-25% 4
data kuantitatif yang didapatkan dari persentase kemampuan seriasi ukuran. Instrumen
pengumpulan
data
yang
dapat dipaparkan Tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Seriasi Ukuran Variabel Indikator Deskriptor Mengurutkan Mengurutkan Mengurutkan 5 5 benda dari kacang panjang benda dari panjangberdasarkan 5 yang pendek seriasi ukuran panjangpendek atau Mengurutkan 5 cabe dari pendeksebaliknya panjang
Keterangan: BSB : Berkembang Sangat Baik BSH : Berkembang Sesuai Harapan MB : Mulai Berkembang BB : Belum Berkembang HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Mengurutkan 5 benda dari yang tebaltipis atau sebaliknya
Mengurutkan 5 buku dari tebaltipis Mengurutkan 5 map dari tebaltipis
A. Hasil Penelitian 1. Pratindakan Pratindakan
sebelum
Siklus
I
dilaksanakan pada hari Kamis 11 Februari 2016, Jumat 12 Februari 2016, dan Sabtu 13 Februari
Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data deskriptif kuantitif. Data kuantitatif didapatkan dari hasil persentase dari kemampuan seriasi ukuran pada anak
2016.
Pelaksanaan
Pratindakan
ini
dibantu
dengan penggunaan lembar observasi check list. Adapun hasil kemampuan seriasi ukuran pada Kelompok A TK Ambar Asri Pratindakan disajikan dalam Tabel 3 sebagai berikut:
Jurnal Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 2 Tahun ke-5 2016 224
Tabel 3. Pencapaian Kemampuan Seriasi Ukuran Pratindakan Indikator Mengurutkan panjang-pendek atau sebaliknya Mengurutkan besar-kecil atau sebaliknya Mengurutkan tebaltipis atau sebaliknya Rata-rata Total
% 14.3
Kategori BB
35.7
MB
50
MB
Pratindakan
koordinasi
tentang
kegiatan
yang
akan
dilaksanakan oleh peneliti dan guru Kelompok A. Tema pembelajaran yang akan digunakan adalah Pekerjaan dengan sub tema Tempat Bekerja. Benda konkrit yang akan digunakan dalam pembelajaran adalah cabe, kacang panjang, buku,
33.3
MB
amplop, kertas, dan map. Pelaksanaann Siklus I
Persentase pencapaian kemampuan seriasi ukuran
penelitian ini kegiatan yang dilakukan adalah
dapat
dijelaskan
pada
akan dilakukan pada tanggal 16 Februari 2016, 18 Februari 2016, dan 20 Februari 2016. Setelah semua tindakan diberikan, peneliti selanjutnya
Gambar 1 sebagai berikut:
melakukan Observasi pada Pasca Siklus I. Hasil persentase pada Observasi pada Pasca Siklus I dapat ditampilkan dalam Tabel 3 sebagai berikut: Tabel
Gambar 1. Histogram Pencapaian Kemampuan Seriasi Ukuran Pratindakan Keterangan: Pjg-pdk= Mengurutkan 5 benda dari panjangpendek atau sebaliknya Bsr-kcl= Mengurutkan 5 benda dari besar-kecil atau sebaliknya Tbl-tps= Mengurutkan 5 benda dari tebal-tipis atau sebaliknya Berdasarkan paparan hasil kemampuan seriasi ukuran Pratindakan
14. Pencapaian Kemampuan Ukuran Observasi Pasca Siklus I
Indikator Mengurutkan panjangpendek atau sebaliknya Mengurutkan besar-kecil atau sebaliknya Mengurutkan tebal-tipis atau sebaliknya Rata-rata Total
Persentase
Seriasi
% 64.3
Kategori BSH
64.3
BSH
85.7
BSH
71.4
peningkatan
BSH
pencapaian
kemampuan seriasi ukuran Observasi Pasca Siklus I dapat dijelaskan pada Gambar 2 sebagai berikut:
terlihat masih
rendahnya persentase kemampuan anak dalam melaksanakan tugas seriasi ukuran menjadi suatu landasan bagi peneliti untuk melakukan sebuah tindakan
dalam
rangka
meningkatkan
kemampuan seriasi ukuran pada anak kelompok A.
Gambar 2. Histogram Pencapaian Kemampuan Seriasi Ukuran Observasi Pasca Siklus I
2. Siklus I Perencanaan dilakukan pada tanggal 15 Februari 2016. Dalam pelaksanaan perencanaan
Keterangan: Pjg-pdk = Mengurutkan 5 benda dari panjang-pendek atau sebaliknya Bsr-kcl = Mengurutkan 5 benda dari besar-kecil atau sebaliknya Tbl-tps = Mengurutkan 5 benda dari tebal-tipis atau sebaliknya
225 Peningkatan Kemampuan Seriasi...(Melia Dwi Widayanti)
Rata-rata kemampuan seriasi ukuran pada
dengan menyisihkan satu per satu benda
anak Kelompok A Pasca Siklus I adalah 71.4%
setelah membandingkannya dengan yang
atau mencapai kriteria
Berkembang Sesuai
lain.
Harapan
tersebut
(BSH).
Hasil
mengalami
peningkatan bila dibandingkan dengan rata-rata
3. Implementasi Pelaksanaan Siklus II Perencanaan Siklus II dilaksanakan pada tanggal 27 Februari 2016. Tema yang akan
Pratindakan yang hanya mencapai 38.1%. Adapun berbagai kendala yang dihadapi
digunakan dalam tindakan Siklus II adalah Air,
oleh guru dan peneliti adalah sebagai berikut:
Udara, Api dengan sub tema Udara. Media benda
a) Pelaksanaan kegiatan seriasi ukuran pada
konkret yang akan digunakan dalam siklus II
pertemuan pertama dan kedua dilakukan di
adalah kincir angin, balon, benang layang-layang,
luar kelas. Pada saat pelaksanaan tindakan
kerangka layang-layang, dan kipas. Pelaksanaan
berlangsung, banyak anak dari Kelompok B
tindakan Siklus II direncanakan pada tanggal 1, 3,
yang keluar dan mengganggu anak dalam
dan 5 Maret 2016. Segala kegiatan maupun yang
melakukan kegiatan seriasi ukuran, sehingga
dipersiapkan pada Siklus II disesuaikan dengan
konsentrasi anak terpecah.
hasil refleksi dari Siklus I.
b) Pada pertemuan kedua (seriasi dengan buku
Adapun hasil persentase kemampuan
dan map) benda konkrit yang dipergunakan
seriasi ukuran pada anak Kelompok A TK Ambar
terlalu besar, sehingga anak sulit untuk
Asri pada Observasi Pasca Siklus II adalah
memegang benda dan membandingkan benda
sebagai berikut:
tersebut dengan yang lain.
Tabel 5. Pencapaian Kemampuan Seriasi Ukuran Observasi Pasca Siklus II
c) Pada
pertemuan
pertama,
guru
belum
menemukan cara yang tepat untuk memberi penjelasan bagaimana melakukan tugas seriasi panjang-pendek, sehingga banyak anak yang belum tepat dalam melakukan seriasi. Berdasarkan kendala yang dialami pada Siklus I, perbaikan yang harus dilakukan dalam pelaksanaan Siklus II adalah sebagai berikut: a) Pelaksanaan kegiatan seriasi ukuran dilakukan di dalam kelas agar anak lebih konsentrasi dalam melaksanakan tugas seriasi ukuran, b) Benda konkrit yang dipergunakan sebaiknya tidak terlalu besar ukurannya dan dapat dipegang dengan mudah oleh anak. c)
Metode yang digunakan dalam memberikan contoh pada pembelajaran seriasi adalah
Indikator Mengurutkan panjang-pendek atau sebaliknyaMengu rutkan besar-kecil atau sebaliknya Mengurutkan tebal-tipis atau sebaliknya Rata-rata Total
Persentase
% 85.7
Kategori BSB
85.7
BSB
92.9
BSB
88.1
BSB
peningkatan
pencapaian
kemampuan seriasi ukuran Observasi Pasca Siklus II dapat dijelaskan pada Gambar 3 sebagai berikut:
Jurnal Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 2 Tahun ke-5 2016 226
Gambar 3. Histogram Pencapaian Kemampuan Seriasi Ukuran Observasi Pasca Siklus II Keterangan: Pjg-pdk = Mengurutkan 5 benda dari panjangpendek atau sebaliknya Bsr-kcl = Mengurutkan 5 benda dari besar-kecil atau sebaliknya Tbl-tps = Mengurutkan 5 benda dari tebal-tipis atau sebaliknya Pada proses refleksi, guru tidak
Gambar 4. Histogram Peningkatan Pencapaian Kemampuan Seriasi ukuran Pratindakan, Pasca Siklus I, dan Pasca Siklus II Keterangan: Pjg-pdk = Mengurutkan 5 benda dari panjangpendek atau sebaliknya Bsr-kcl = Mengurutkan 5 benda dari besar-kecil atau sebaliknya Tbl-tps = Mengurutkan 5 benda dari tebal-tipis atau sebaliknya
menemukan kesulitan setelah melakukan upaya-
B. Pembahasan
upaya yang dirumuskan pada refleksi Siklus I.
Dari
hasil
penelitian
yang
telah
Selain itu, indikator keberhasilan pembelajaran
dilaksanakan, dapat terlihat adanya peningkatan
seriasi telah tercapai, sehingga pelaksanaan
kemampuan seriasi ukuran pada anak Kelompok
tindakan dihentikan pada Siklus II.
A TK Ambar Asri melalui penggunaan media
Adapun perbandingan kemampuan seriasi
benda konkret. Penelitian dilaksanakan selama
ukuran Pratindakan, Pasca Siklus I, dan Pasca
enam kali tatap muka yang terbagi dalam dua
Siklus II adalah sebgai berikut:
Siklus. Pada setiap Siklus dilakukan 2 kegiatan
Tabel
seriasi
16. Pencapaian Kemampuan Seriasi Ukuran Melalui Media Benda Konkret pada Tahap Pratindakan, Siklus I, Siklus II Indikator
Mengurutkan panjangpendek atau sebaliknya
Pratinda kan 14.3%
Pasca Siklus I 64.3%
Pasca Siklus II 85.7%
menggunakan
media
benda
konkret. Pembelajaran yang ada di Taman Kanakkanak (TK) sebaiknya dilakukan dengan cara yang
menyenangkan.
Untuk
mencapai
pembelajaran yang menyenangkan, banyak cara
Mengurutkan besarkecil atau sebaliknya
35.7%
64.3%
85.7%
Mengurutkan tebaltipis atau sebaliknya Rata-rata
50%
85.7%
92.7%
33.3%
71.4%
88.1%
Persentase
ukuran
peningkatan
pencapaian
yang dapat dilakukan oleh guru. Salah satunya dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik bagi anak dan memancing rasa ingin tahu anak. Rasa ingin tahu anak yang sangat besar
kemampuan seriasi ukuran Pratindakan, Pasca
terlihat
apabila
guru
menggunakan
benda
Siklus I dan Pasca Siklus II dapat dijelaskan pada
tersebut. Cucu Eliyawati (2005: 4) menerangkan
Gambar 4 sebagai berikut:
bahwa rasa ingin tahu dan antusias yang besar terhadap suatu hal yang baru dilihat oleh anak
227 Peningkatan Kemampuan Seriasi....(Melia Dwi Widayanti)
akan lebih memperhatikan dengan serius apabila
memperluas skemata yang anak miliki tentang
benda yang digunakan oleh guru menarik dan
bagaimana cara melakukan seriasi ukuran dengan
baru dilihat oleh anak. Salah satu media
menggunakan media benda konkret.
pembelajaran yang dapat menarik perhatian anak dan
dapat
digunakan
untuk
Kemampuan seriasi ukuran anak tersebut
meningkatkan
sesuai dengan perkembangan yang harus dicapai
kemampuan seriasi ukuran pada anak Kelompok
oleh anak kelompok A yang tercantum dalam
A TK Ambar Asri yaitu dengan penggunaan
Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) pada
media benda konkret
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Selain dapat menarik perhatian anak,
Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014
dengan menggunakan media benda konkret anak
tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia
akan mampu menyamakan perspektif yang anak
Dini.
miliki dengan yang dimiliki oleh orang lain. Pada saat guru meminta anak untuk melakukan seriasi ukuran, apa yang dihadapkan kepada anak sama dengan apa yang dilihat oleh guru. Sehingga
SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah
pendapat anak tentang ukuran suatu benda akan lebih mudah disamakan dengan pendapat guru
dilaksanakan,
tentang
Dengan
penggunaan media benda konkret dengan cara
menggunakan media benda konkret membuat
memfasilitasi anak untuk mengeksplorasi media
guru lebih mudah untuk menjelaskan ulang
benda
kepada anak yang belum paham mengenai seriasi
sensoris (meraba, menyentuh, dan melihat),
ukuran.
mencoba (trial and error) melakukan seriasi
ukuran
benda
tersebut.
Penggunaan media benda konkret dalam
diperoleh
konkret
kesimpulan
menggunakan
bahwa
kemampuan
ukuran menggunakan media benda konkret,
pembelajaran seriasi ukuran juga sesuai dengan
memberikan
penguatan
dengan
memberikan
kemampuan yang dimiliki anak pada fase
reward pada anak, dan menjelaskan kembali
praoperasional yaitu kemampuan sensoris. Dalam
dengan menyisihkan media benda konkret setelah
melakukan seriasi ukuran, anak akan melihat,
dibandingkan dengan media benda konkret
meraba, dan mengamati perbedaan yang ada
lainnya dapat meningkatkan kemampuan seriasi
dalam media benda konkret yang ada dihadapan
ukuran pada anak Kelompok A TK Ambar Asri. Pada Pratindakan, persentase keberhasilan
anak. Selain dapat memfasilitasi anak untuk menggunakan kemampuan sensoris, penggunaan
pembelajaran
media benda konkret juga merangsang anak
mencapai 71,40%, dan Siklus II mencapai
untuk melakukan trial and error. Proses trial and
88,10%. Persentase keberhasilan pembelajaran
error ini terjadi pada saat anak mencoba kembali
pada
melakukan seriasi ukuran. Melalui proses trial
keberhasilan dalam penelitian ini yaitu minimal
and error yang dilakukan oleh anak, akan
76%.
Siklus
mencapai
II
telah
33,30%,
mencapai
Siklus
I
indikator
Jurnal Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 2 Tahun ke-5 2016 228
B. SARAN Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti memberikan masukan yaitu: 1. Bagi Kepala Sekolah Mendorong
guru
untuk
memaksimalkan
penggunaan media benda konkret yang dapat digunakan dalam pembelajaran, terutama pembelajaran seriasi ukuran. 2. Bagi Pendidik a. Menggunakan media benda konkret yang sesuai dengan tema dan menarik dalam pembelajaran
seriasi
meningkatkan
minat
Depdiknas. (2014). Permendiknas nomor 137 tahun 2014 tentang standar nasional pendidikan anak usia dini. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Gloria
Agustina. (2012). Peningkatan Pemahaman Matematika Seriasi melalui Praktek Langsung pada Anak Kelompok A di TK Kusuma 1 Nologaten. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Maimunah Hasan. (2010). Pendidikan anak usia dini. Jakarta: Penerbit Diva Press.
ukuran
untuk
anak
dalam
Oemar Hamalik. (1986). Media pendidikan. Bandung: Penerbit Alumni.
b. Mempertimbangkan ukuran media benda
Rochiati. (2009). Metode penelitian tindakan kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
pembelajaran. konkret yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran seriasi ukuran.
Smith, S.S. (2009). Early childhood mathematics. Boston: Pearson.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Jika dilakukan penelitian kembali, hendaknya menggunakan media benda konkret yang memiliki perbedaan ukuran yang ekstrem, sehingga
memudahkan
anak
untuk
membandingkan ukuran dari benda tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Acep
Yoni. (2010). Menyusun penelitian tindakan kelas. Yogyakarta: Familia.
Azhar Arsyad. (2011). Media pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Cucu
Eliyawati. (2005). Pemilihan dan pengembangan sumber belajar untuk anak usia dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Suharmini Arikunto, Suhardjono, & Supardi. (2007). Penelitian tindakan kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Sungkono. (2007). Peran Benda Asli (Real Object) dan Pemanfaatannya dalam Proses Pembelajaran di Sekolah Dasar. Majalah ilmiah pembelajaran (Nomor 1, Vol 3). KTP FIP UNY. Tomic, W. & Kingma, J. (1997). The Relationship Between Seriation and Number Line Comprehension: A Validation Study. Curriculum and teaching, volume 12 No.2. Wijaya Kusumah & Dedi Dwitagama. (2011). Mengenal penelitian tindakan kelas. Jakarta: PT. Indeks Permata Puri Media. Yuliani Nurani Sujiono. (2009). Konsep Dasar Pendidikan anak usia dini. Jakarta: PT. Indeks Permata Puri Media.