Penguatan Literasi Ekosistem Pada Siswa Klas X Dengan Specific Materi : Pembelajaran Ekosistem melalui Penelitian Ekofisiologi Hutan Mangrove Elly Purwanti 1. Wahyu Prihanta 2 Jurusan Pendidikan Biologi- FKIP-Universitas Muhahammadiyah Malang E mail:1
[email protected] Abstrak Kepedulian masyarakat terhadap Ekosistem di lingkungannya pada saat ini sangat rendah, sehingga berakibat terhadap kerusakan sumber daya alam, yang pada akhirnya akan menimbulkan bencana alam. Kepedulian masyarakat terhadap Ekosistem di sekitarnya, dapat dimulai dari metode pembelajarn siswa secara aktif dan menggunakan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dengan tujuan akhir meningkatkan literasi Ekologi. Literasi Ekosistem adalah kemampuan seseorang untuk memahami Ekosistem dan mengkomunikasikan Ekosistem, serta menerapkan pengetahuan Ekosistem untuk memecahkan masalah- masalah Ekosistem dan kerusakan dan konservasinya , sehingga memiliki sikap dan kepekaan yang tinggi terhadap diri dan lingkungannya dalam mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan- pertimbangan ilmiah Penelitian ini bertujuan menganalisis materi-materi yang esensial untuk mengembangkan literasi Ekosistem, pada siswa klas X. Metode deskriptif-eksploratif digunakan untuk menggali literasi Ekosistem pada siswa, dengan tahapan pembelajaran sebagai berikut : (1) tahap kontak (contact phase), (2) tahap kuriositi (curiosity phase), , (3) tahap pembentukan konsep ( Elaborasi phase), (4) tahapan pengambilan keputusan (decision making phase), menuangkan ide dilakukan pada tahap pembuatan keputusan dari kuriositi dalam konteks yang dikemukaan. Pada tahap ini siswa diarahkan untuk mengambil keputusan tentang esensi materi. Hasil posttes digunakan unutk mengukur kembali kemapuan siswa setelah pembelajaran yang berguna unutk menilai keberhasilan belajar. Hasil penelitian terjadi peningkatan pengetahuan, sikap, ketrampilan dan pengetahuan pada pelaksanaan literasi pembelajaran ekosistem melalui penelitian ekofisiologi hutan Mangrove pada siswa SMP klas X. dengan menguasai konsep pada bidang ekosistem dan konservasi maka siswa akan dapat menyelesaikan permasalahanpermasalahan dalam bidang ekosistem dan konservasi hutan Mangrove secara ilmiah. Oleh sebab itu, sangat dibutuhkan materi yang berorientasi kepada proses literasi. Kata kunci : literasi, ekosistem, mangrove, ekofisiologi
Seminar NasionaldanGelarProduk | SENASPRO 2016
155
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting di wilayah pesisir. Fungsi ekologik hutan mangrove adalah penyedia nutrient bagi biota perairan, tempat pemijahan dan asuhan berbagai macam biota, penahan abrasi, amukan angina taufan dan tsunami, penyerap limbah , pencegah intrusi air laut. Hutan mangrove juga mempunyai fungsi ekonomi, lingkungan dan pendidikan sebagai penyedia kayu, daun bahan baku obat-oabatan, sumber belajar ekologi siswa. Kepedulian masyarakat terhadap Ekosistem di lingkungannya pada saat ini sangat rendah, sehingga berakibat terhadap kerusakan sumber daya alam, yang pada akhirnya akan menimbulkan bencana alam. Kepedulian masyarakat terhadap Ekosistem di sekitarnya, dapat dimulai dari metode pembelajarn siswa secara aktif dan menggunakan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dengan tujuan akhir meningkatkan literasi Ekologi. Literasi Ekosistem adalah kemampuan seseorang untuk memahami Ekosistem dan mengkomunikasikan Ekosistem, serta menerapkan pengetahuan Ekosistem untuk memecahkan masalah- masalah Ekosistem dan kerusakan dan konservasinya , sehingga memiliki sikap dan kepekaan yang tinggi terhadap diri dan lingkungannya dalam mengambil keputusan berdasarkan pertimbanganpertimbangan ilmiah. Rendahnya pemahaman masyarakat tentang arti penting biodiversitas ini, menurut Leksono & Rustaman (2012) disebabkan oleh sistem pembelajaran yang tidak sesuai. Pembelajaran Ekosistem dan konservasi biodiversitas seharusnya melibatkan siswa secara aktif dan menggunakan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar (Dikmenli, 2010; Ramadoss & Moli, 2011), dengan tujuan akhir meningkatkan literasi ekologi dan konservasi (Erdogan, 2009). Literasi Ekologi dan konservasinya menurut Leksono & Rustaman (2012) adalah kemampuan seseorang untuk memahami ekosistem dan mengkomunikasikan ekosistem, serta menerapkan pengetahuan konservasi ekosistem untuk memecahkan masalah-masalah ekosistem, sehingga memiliki sikap dan kepekaan yang tinggi terhadap diri dan lingkungannya dalam mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan - pertimbangan ilmiah . Untuk mengembangkan literasi ekologi tersebut dibutuhkan materi-materi yang sesuai baik ditinjau dari aspek perkembangan kognitif peserta didik maupun lingkungan sekitarnya. Penelitian ini bertujuan menganalisis materi-materi yang esensial untuk mengembangkan literasi Ekologi, pada siswa klas X. Metode deskriptif-eksploratif digunakan untuk menggali literasi Ekologi pada siswa, dengan tahapan pembelajaran sebagai berikut : (1) tahap kontak (contact phase), pada tahapan ini dilakukan upaya untuk membuat siswa familer dengan materi yang akan dipelajari, dengan berbagai cara seperti penugasan awal, mengajukan berbagai pertanyaan dan diskusi, melakukan demonstrasi dan lainnya, (2) tahap kuriositi (curiosity phase), pada tahap ini siswa diberikan pertanyaan yang dapat membangkitkan kuriositi atau keingintahuannya. Pertanyaan yang diberikan merupakan masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang disesuaikan dengan materi, (3) tahap pembentukan konsep ( Elaborasi phase), tahap ini dilakukan eksplorasi, pembentukaan dan pemantapan konsep sampai pertanyaan pada tahap kuriositi dapat terjawab, Eksplorasi, pembentukan dan pemantapan konsep dilakukan dengan gabungan beberapa metode, diantaranya metode eksperimen dan diskusi. Melalui kegiatan inilah kemampuan siswa akan digali lebih dalam, tahap (4) tahapan pengambilan keputusan (decision making phase), menuangkan ide dilakukan pada tahap pembuatan keputusan dari kuriositi dalam konteks yang dikemukaan. Pada tahap ini siswa diarahkan untuk mengambil keputusan tentang esensi materi. Hasil posttes digunakan un utk mengukur kembali kemapuan siswa setelah pembelajaran yang berguna unutk menilai keberhasilan belajar. Dalam upaya menganalisis materi-materi yang esensial untuk mengembangkan literasi Ekologi, pada siswa maka perlu dilakukan penelitian “Penguatan Literasi Ekosistem Pada Siswa Klas X Dengan Paedogogic Specific Materi : Pembelajaran Ekosistem melalui Penelitian Ekofisiologi Hutan Mangrove”
156
SENASPRO 2016 | Seminar NasionaldanGelarProduk
1.2 Luaran Penelitian Penelitian ini diharapkan menghasilkan konsep materi essensial dalam penguatan Literasi Ekosistem Pada Siswa Klas X dengan Paedogogic Specific Materi : Pembelajaran Ekosistem melalui Penelitian Ekofisiologi Hutan Mangrove, pada objek penelitian ini adalah OSIS SMP Negeri 1 Ngadirojo Pacitan. 1.3 Roadmap Penelitian Roadmap penelitian dalam upaya menyusun konsep tentang “Penguatan Literasi Ekosistem Pada Siswa Klas X Dengan Paedogogic Specific Materi : Pembelajaran Ekosistem melalui Penelitian Ekofisiologi Hutan Mangrove”
Input
Pembelajaran Ekosistem melalui Penelitian Ekofisiologi Hutan Mangrove
Literasi Ekosistem hutan mangrove , pada siswa klas X
Proses 1) tahap kontak, 2) tahap kuriositi, 3)tahap pembentukan konsep dengan JAS , 4)tahap pengambilan keputusan, 5) pengembangan konsep,6) evaluasi
Proses Evaluasi aspek kognitif, Psikomotorik, afektif hasil penelitian Ekofisiologi hutan mangrove
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Pembelajaran Ekosistem dan konservasinya pada hakikatnya mempunyai outcome :Mengubah perilaku peserta didik dalam menghargai alam, tidak hanya sekedar menguasai konsep semata. Walaupun demikian, proses dalam penguasaan konsep sangat dibutuhkan untuk mengubah perilaku. Dengan menguasai konsep pada bidang biologi konservasi maka peserta didik akan dapat Seminar NasionaldanGelarProduk | SENASPRO 2016
157
menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam bidang konservasi secara ilmiah. Oleh sebab itu, sangat dibutuhkan materi yang berorientasi kepada proses literasi. World Wildlife Fund (1996) telah mengembangkan literasi ekosistem untuk sekolah menengah, dengan dua indikator indikator, yaitu (1) kognitif outcome, yang meliputi pengetahuan tentang tentang prinsip dan proses ekologi yang berhubungan dengan konservasi, pengetahuan tentang permasalahan dan isu -isu yang berhubungan dengan konservasi, pengetahuan tentang strategi dan aksi penyelamatan ekosistem ; (2) afektif outcome, yang meliputi kepekaan dan nilai positif terhadap pencegahan dan remediasi permasalahan dan isu-isu konservasi ekosistem, keyakinan personal dan masyarakat yang berhubungan dengan biodiversitas (prediksi behavior ). Sedangkan Trombulak et.al.(2004) telah mengungkapkan prinsip-prinsip konservasi ekosistem sebagai dasar untuk literasi konservasi, yang meliputi (1) tujuan ekosistem dan konservasi, (2) nilai-nilai keanekaragaman hayati (3) konsep untuk memaham biodiversitas, (4) ancaman terhadap keanekaragaman hayati dan (5) tindakan konservasi dan restorasi ekosisitem. Menurut Erdogan et.al. (2009) literasi lingkungan mencakup enam komponen, yaitu (1) pengetahuan tentang sejarah alam dan ekologi, (2) pengetahuan tentang isu- isu lingkungan dan permasalahannya, (3) pengetahuan social politik ekonomi, (4) keterampilan kognitif, (5) afektif (factor- faktor yang mempengaruhi perilaku bertanggung jawab dan (6) tindakan (perilaku bertanggung jawab). Berdasarkan para ahli tersebut di atas materi esensial yang perlu dikembangkan untuk pembelajaran ekosistem hutan mangrove dan konservasinya 2. METODE PENELITIAN 2.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah metode Deskriptif-Eksploratif digunakan untuk menggali literasi Ekosistem melalui Penelitian Ekofisiologi Hutan Mangrove pada siswa SMP Negeri 1 Ngadirojo Pacitan, dengan tahapan pembelajaran sebagai berikut : (1) tahap kontak (contact phase), pada tahapan ini dilakukan upaya untuk membuat siswa familer dengan materi yang akan dipelajari, dengan berbagai cara seperti penugasan awal, mengajukan berbagai pertanyaan dan diskusi, melakukan demonstrasi dan lainnya, (2) tahap kuriositi (curiosity phase), pada tahap ini siswa diberikan pertanyaan yang dapat membangkitkan kuriositi atau keingintahuannya. Pertanyaan yang diberikan merupakan masalah yang terjadi pada ekosiistem mangrove, yang disesuaikan dengan materi, (3) tahap pembentukan konsep ( Elaborasi phase), tahap ini dilakukan eksplorasi . Pembentukaan dan pemantapan konsep sampai pertanyaan pada tahap kuriositi dapat terjawab, Eksplorasi, pembentukan dan pemantapan konsep dilakukan dengan gabungan beberapa metode, diantaranya metode penelitian ekofisiologi hutan mangrove di hutan mangrove Pacitan. Melalui kegiatan inilah kemampuan sisiwa akan digali lebih dalam, tahap (4) tahapan pengambilan keputusan (decision making phase), menuangkan ide dilakukan pada tahap pembuatan keputusan dari kuriositi dalam konteks yang dikemukaan. Pada tahap ini siswa diarahkan untuk mengambil keputusan tentang esensi materi. Hasil evalusai dari aspek kognitif, psikomotorik, afektif, digunakan untuk mengukur kembali kemampuan siswa setelah pembelajaran yang berguna untuk literasi ekosistem hutan mangrove. 2.2 Tempat dan Waktu Penelitian Sekolah yang digunakan penelitian SMP Negeri 1 Ngadirojo Pacitan dan Konservasi Mangrove Pacitan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2016. 2.3 Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah siswa SMP Negeri 1 Ngadirojo Pacitan. 2.4 Teknik Pengambilan data Observasi, wawancara, dokumen-dokumen , hasil penelitian ekofisiologi hutan Mangrove di Pacitan 2.5 Teknik Analisis Data 158
SENASPRO 2016 | Seminar NasionaldanGelarProduk
Analisis aspek kognitif, afektif, psikomotorik lietrasi ekosistem hutan mangrove pada siswa SMP Negeri 1 Ngadirojo di Pacitan. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hakikat pembelajaran Ekosistem dan konservasi adalah peserta didik menguasai dan dapat mengaplikasikan konsep-konsep ekosistem dan konservasi sehingga dapat mengubah sikap, kecakapan, nilai, perilaku dan keyakinan siswa terhadap alam, yang pada akhirnya dapat tercipta pembangunan yang berkelanjutan atau dapat disebut literasi Ekosistem. Materi-materi esensial tersebut diharapkan dapat membekali literasi ekositem dan konservasi siswa, sehingga hakikat pembelajaran ekosistem dan konservasi dapat tercapai. Dalam proses pemebelajaran literasi ekosistem melalui Penelitian Ekofisiologi Hutan Mangrove di lakukan dengan dua tahap, yaitu; 1. Tahap Pertama: Penyampaian materi di kelas yang dilakukan oleh guru biologi 2. Tahap Ke dua: Pelaksanaan pembelajaran dilapang yang dilakukan oleh peneliti.
Tahapan Proses Pembelajaran Tahapan
Kegiatan
keterangan
1.
Tahapan kontak ( contac phase di kelas
-Guru memberikan materi dengan metode ceramah menggunakan papan tulis dan LCD. - Penyampaian materi tentang Pengertian mangrove, ciri khusus, fungsi dan fauna mangrove. -Beberapa informasi disampaikan dengan power point dan pemutaran video “Balai Taman Nasional Sembilang”.
Di lakukan di dalam kelas, dengan pemutaran video, ceramah, power point.
2
Tahap kuriositi ( curiosity phase) di kelas
Tanya jawab teori-teori materi yang telah diberikan dan pembahasan isi materi di video yang diputar
Dilakukan di dalam kelas
3
Tahap Elaborasi dan eksploasi di lapang
-Peneliti menyampaikan pendahuluan konservasi mangrove; -Membandingkan dua kawasan antara yang rusak karena abrasi dan yang tidak rusak akibat vegetasi mangrove, tanya jawab, diskusi dan menyimpulkan; - Melakukan pengamatan di dua kawasan antara mangrove dan kawasan lain non mangrove namun dengan sifat fisik sama untuk mencari dan menghitung jenis maupun jumlah hewan. Tanya
Di lakukuan di pantai ngadiejo Pacitan
Seminar NasionaldanGelarProduk | SENASPRO 2016
159
jawab, diskusi dan menyimpulkan. - Pengamatan pada jenis-jenis dan morfologi vegetasi mangrove; - Pengamatan pada sedimentasi di mangrove -Mendiskusikan peranan biofisik mangrove - Penanaman mangrove 4.
Tahap pembentukan konsep di lapang ((decision making phase),
-siswa merangkum hasil teori yang didapat dikelas dipadukan dengan hasil pengamatan dilapang pada pengamatan ekofisologi mangrove. Pembentukan konsep dilakukan dengan pembentukan kelompok yang terdiri dari masing-masing 5 siswa, kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan pembahasannya.
Di lakukan di lapang
Evaluasi
Post test hasil pembelajaran teori di kelas dan dibandingkan hasil pengamatn dilapang.
Di lakukan di lapang
5
Hasil penelitian dan pengamatan aktifitas siswa dapat dilihat melalui diagram berikut;
100
86,9 Siswa yg Bertanya
Presentase (%)
80
60,8
60
43,4
40 20 0
52,1
Keaktifan Diskusi
21,7 Keterlibatan Menjawab Pertanyaan
0 Pembelajaran di Kelas
Pembelajaran di Lapang
Diagram 1.1 Aktivitas Siswa Saat Pembelajaran Diagram diatas menunjukkan adanya perbedaan presentase aktivitas siswa saat pembelajaran dikelas dan pembelajaran di lapang (Hutan Mangrove). Aktivitas siswa saat pembelajaran di kelas, siswa yang bertanya tidak ada, saat penelitian 43,4%; keterlibatan aktif dalam diskusi 60,8%, saat penelitian 86,9%; Keterlibatan dalam menjawab pertanyaan dalam kelas 21,7% sedangkan saat pembelajaran saat penelitian 52,1 %. Data diatas menunjukkan adanya presentase peningkatan aktivitas dan minat dalam proses pembelajaran saat di lapang (Hutan 160
SENASPRO 2016 | Seminar NasionaldanGelarProduk
Mangrove). Proses pembelajaran ekosistem dengan melibatkan siswa secara aktif menggunakan lingkungan dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa. Hal ini relevan dengan yang dikatakan Dikmenli, 2010; Ramadoss & Moli, 2011 bahwasanya dalam pembelajaran Ekosistem dan konservasi biodiversitas seharusnya melibatkan siswa secara aktif dan menggunakan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. Sikap anak terhadap konservasi mangrove cukup tinggi, hal ini dapat dilihat pada saat aktifitas penanaman. Dari bibit yang disediakan 85 % tertanam dengan baik, dan anak yang terlibat aktif 82,6 % dalam penanaman. Aspek ketrampilan dilihat dari hasil aktifitas tanam, 76 % tumbuhan yang di tanam pada posisi dan cara tanam yang benar. Aspek pengetahuan yang diuji dalam pembuatan narasi tentang mangrove dan perananannya serta peran siswa ke depan pada saat pengejaran di kelas rata-rata 66,7 sedangkan di akhir penelitian terjadi peningkatan menjadi ratarata 81,5. Dari hasil presentasi aktivitas tersebut mengindikasikan bahwa adanya motivasi dan minat belajar siswa dengan pembelajaran ekosistem ekofisiologi Hutan Mangrove melalui proses literasi . Literasi sains itu sendiri didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia (PISA 2004). Lingkungan merupakan sumber belajar yang vital. Pembelajran yang melibatkan sebagai objek belajar yang dapat memberikan pengalaman nyata dan langsung kepada siswa. 4. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu sebagai berikut. Hasil pengamatanada peningkatan pengetahuan, sikap, ketrampilan dan pengetahuan pada pelaksanaan literasi pembelajaran ekosistem melalui penelitian ekofisiologi hutan Mangrove pada siswa SMP Negeri 1 Ngadirojo. Dengan menguasai konsep pada bidang ekosistem dan konservasi maka siswa akan dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam bidang ekosistem dan konservasi hutan Mangrove secara ilmiah. Oleh sebab itu, sangat dibutuhkan materi yang berorientasi kepada proses literasi DAFTAR PUSTAKA [1] Allen, J.A & N.C. Duke. 2006. Bruguiera gymnorrhiza (large-leafed mangrove). ver. 2.1.
In: Elevitch, C.R. (ed.). Species Profiles for Pacific Island Agroforestry. Permanent Agriculture Resources (PAR), Hōlualoa, Hawai‘i [2] Arikunto,S, 1993. Manajemen Pengajaran Secara manusiawi, Jakarta : Rineksa Cipta [3] Bengen, D.G. 2000. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan – Institut Pertanian Bogor. Bogor, Indonesia [4] Bengen, D.G.Budi.W, Amirudin T. 1997. Pembelajaran Pesisir Lampung : Penyusunan Atlas sumberdaya Peisisr berbasis Masyarakat 1998-2003 : online (http://www.crc.uri.edu/download/Penyusunan Atlas pembelajarn _PP Lampung.pdf . diakses 31 Oktober 2015). Seminar NasionaldanGelarProduk | SENASPRO 2016
161
[5] Dahuri,R dan Rais, Y, Putra S.G.Sitepu,M.J.2001.Pengelolaan Sumber daya
Wilayah
Peisisr dan Lautan Secara Terpadu . Jakarta : PT Pradnya Paramita. [6] Dikmenli M. 2010. Biology Student Teachers Conceptual Frameworks Regarding
Biodiversity. Education. 130 (3): 479 – 489. [7] Duke, N.C. 2006. Rhizophora apiculata, R. mucronata, R. stylosa, R. annamalai, R.
lamarckii (Indo–West Pacific stilt mangrove). Permanent Agriculture Resources 2 (1). [8] Giesen. 2007. Rhizophora stylosa. (online). (http://www.wildsingapore.com. Diakses pada
tanggal 11 april 2016. [9] K. Kordi.,H, Ghufran .2012. Ekosistem Mangrove, Potensi Fungsi dan Pengelolaan. Jakarta. Rineka Cipta. Edisi 1. [10] Kartawinata, K., S. dkk. 1978. Status Pengetahuan Hutan Bakau Di Indonesia. Prosiding Seminar Ekosistem Hutan Mangrove di Jakarta. MAB Indonesia dan Lembaga Oseanologi Nasional. [11] Kusmana, Cecep. Dkk. 2003. Teknik Rehabilitasi Mangrove. Fakultas Kehutanan Institute Pertanian Bogor, Bogor. [12] Leksono SM. & Rustaman N. 2012. Pengembangan Literasi Biodiversitas sebagai Tujuan Pembelajaran Biologi Konservasi bagi Calon Guru Biologi”. Makalah pada Seminar 392 Nasional dan Rapat Tahunan BKS-PTN B, Bidang Ilmu MIPA, Fakultas MIPA UNIMED, Medan. [13] Nursanti, R, F. 2005. Hutan Mangrove dalam Mendukung Kawasan Pantai dan Pesisir. Jurnal Kehutanan. (online). (http://jurnal hutan mangrove.com diakses 20 Oktober 2015). [14] Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Alih bahasa oleh M. Eidman., Koesoebiono., D.G. Bengen., M. Hutomo., S. Sukardjo. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, Indonesia. [15] OECD-PISA. (2004). Learning for Tomorrow’s World. USA: OECD-PISA. [16] Permatasari,A.2010. Membangun Keterkaitan antara Mengajar dan Belajar Pendidikan Sains SMP Untuk meningkatkan Science Literacy Siswa Teori, Paradigma, Prinsip, dan pendekatan Pembelajaran MIPA, dalam Konteks Indonesia. Bandung FMIPA-LIPI [17] Ramados A. & Moli GP. 2011. Biodiversity Conservation Through Environmental Education for Sustainable Development - A Case Study From Puducherry, India. International Electronic Journal of Environmental Education. 1 (2): 97-111. [18] Ron, Yeo. 2011. Images of Bruguiera parviflora. (online). (http://tidechaser.blogspot.co.id/2011/11/identifiying-true-mangrove-plants-html. Diakses pada tanggal 11 April 2016). [19] Ron, Yeo. 2011. Images of Bruguiera parviflora. (online). (http://tidechaser.blogspot.co.id/2011/11/identifiying-true-mangrove-plants-html. Diakses pada tanggal 11 April 2016). [20] Ron, Yeo. 2011. Sonneratia caseolaris. (online). (http://tidechaser.blogspot.co.id. Diakses pada tanggal 9 april 2016). [21] Ron, Yeo. 2011. Sonneratia ovata. (online). (http://tidechaser.blogspot.co.id Diakses pada tanggal 9 april 2016). [22] Roymond, S. 2009. 2009. Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: EGC. [23] Rulkens, Ton. 2016. Images of Rhizophora mucronata. (online). (http://tropical.theferns.info/image.php?id=Rhizophora+mucronata. Diakses pada tanggal 11 april 2016). [24] Russel, Cumming. 2006. Images of Bruguiera exaristata. (online). (http://www.flickriver.com/photos/tags/bruguieraexaristata/interesting. Diakses pada tanggal 11 april 2016).
162
SENASPRO 2016 | Seminar NasionaldanGelarProduk
Santoso, N., H.W. Arifin. 1998. Rehabilitas Hutan Mangrove Pada Jalur Hijau Di Indonesia. Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove (LPP Mangrove). Jakarta, Indonesia. [26] Steenis, CCGJ Van,. 1981. Flora, untuk Sekolah di Indonesia. Jakarta: PT Pradnya Paramita. Hal. 316-317. [27] Trombulak, et al. 2004. Principles of Conservation Biology: Recommended Guidelines for Conservation Literacy from the Education Committee of the Society for Conservation Biology. Conservation Biology 18 (5): 1180-1190. [28] Vogrin, Milan. 2006. Avicennia marina. (online). (http://www.pbase.com. Diakses pada tanggal 11 april 2016). [29] Wan, H, F,. 2015. Ceriops decandra. (online). (http://www.masa.edu.au. Diakses pada tanggal 11 april 2016). [30] Weather. 2011. Ceriops tagal. (online). (www.broomeandthekimberly.com.au. Diakses pada tanggal 11 april 2016). [31] Wildsingapore. 2009. Lumnitzera racemosa. (online). (www.wildsingapore.com. Diakses pada tanggal 11 april 2016). [32] Wildsingapore. 2009. Nypa fructicans. (online). (www.wildsingapore.com. Diakses pada tanggal 11 april 2016). [25]
Seminar NasionaldanGelarProduk | SENASPRO 2016
163