perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGGUNAAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG BANGUN RUANG SISWA KELAS V SD NEGERI GROGOLBENINGSARI TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh : USWATUN KHASANAH NIM X7209121
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA November 2012 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama
: Uswatun Khasanah
NIM
: X7209121
Jurusan/Program Studi
: S1 PGSD
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENGGUNAAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG BANGUN RUANG SISWA KELAS V SD NEGERI GROGOLBENINGSARI TAHUN AJARAN 2010/2011” ini benarbenar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, … November 2012
Yang membuat pernyataan
Uswatun Khasanah
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGGUNAAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG BANGUN RUANG SISWA KELAS V SD NEGERI GROGOLBENINGSARI TAHUN AJARAN 2010/2011
Oleh : USWATUN KHASANAH X7209121
Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA November 2012 commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 7 November 2012
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Triyono,M. Pd NIP 19551211 198403 1 001
Drs. Suhartono,M.Pd NIP 19620520 198803 1 003
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari
: Kamis
Tanggal
: 29 November 2012
Tim Penguji Skripsi Nama terang
Tanda tangan
Ketua
: Drs. Imam Suyanto,M.Pd
……………….
Sekretaris
: Kartika Chrysti Suryandari,M.Si
……………….
Anggota I
: Drs. Triyono, M.Pd
……………….
Anggota II
: Drs. Suhartono,M.Pd
……………….
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP 19600727 198702 1 001
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Uswatun Khasanah. PENGGUNAAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG BANGUN RUANG SISWA KELAS V SD NEGERI GROGOLBENINGSARI TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, November 2012. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan penerapan pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning) dalam pembelajaran Matematika tentang Bangun Ruang di kelas V SD Negeri Grogolbeningsari tahun ajaran 2010/2011; (2) Meningkatkan hasil belajar Matematika tentang Bangun Ruang di kelas V SD Negeri Grogolbeningsari tahun ajaran 2010/2011. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan metode siklus yang dilaksanakan dalam 2 siklus, dengan setiap siklus terdiri perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri Grogolbeningsari Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen tahun 2010/2011 semester 2 dengan jumlah 34 siswa. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi dan tes. Untuk validasi data, peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber dan triangulasi data. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penggunaan pendekatan Contextual Teaching Learning dapat meningkatkan proses pembelajaran Matematika dan hasil belajar Matematika siswa kelas V. Simpulan penelitian ini adalah (1) Pendekatan CTL yang dapat meningkatkan pembelajaran Matematika dilaksanakan menggunakan 7 komponen CTL yaitu kontruktivisme yang menggali kemampuan anak, tanya jawab yang aktif, pemodelan dengan model menarik, masyarakat belajar yang aktif, inkuiri yang mandiri, refleksi yang bermakna dan penilaian sebenarnya dalam semua aspek (2) Penggunaan CTL dapat meningkatkan hasil belajar Matematika tentang Bangun Ruang Kelas V SD Negeri Grogolbeningsari tahun ajaran 2010/2011. Kata kunci: Pendekatan CTL, Pembelajaran Matematika.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Uswatun Khasanah. THE USING OF CTL APPROACH IN MATHEMATIC LEARNING ABOUT SOLID SHAPES IN V GRADE STUDENT AT STATE ELEMENTARY SCHOOL GROGOLBENINGSARI IN ACADEMIC YEAR 2010/2011. Skripsi: Faculty of Education and Teacher Training Sebelas Maret University of Surakarta, November 2012. The purposes of research were (1) describing apply of Contextual Teaching Learning approach in learning of Math Learning in V grade students at Elementary School Grogolbeningsari in academic year 2010/2011; (2) to improve result learn of Math Learning through approach of Contextual Teaching Learning in V grade students at Elementary School Grogolbeningsariin academic year 2010/2011. This research represent Classroom Action Research (CAR) and executed in 2 cycle, with each;every cycle compose planning, action, observation, and reflextion. This research subject is V grade students at Elementary School Grogobeningsariin academic year 2010/2011 semester 2 with amount 34 students. Data collecting use observation technique, and test. Technique analyse data use descriptive analysis technique and qualitative. The result of research indicate that to through applying of Contextual Teaching Learning approach can improve learning process and result of Math learning in V grade students at elementary school. The result of research are (1) CTL Approach be able to increase Mathematic learning with 7 main components contextual which are contructivism by child abilities, active ask, modeling with interesting model, active learned society, independent inkuiry, reflection and real estimation in all aspect. (2) By using CTL can increase the result of lerning Mathematics about solid shapes in V grade Elementary School Grogolbeningsari in academic year 2010/2011.
Keyword: Approach, CTL, Mathematic
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Ridho
Allah
adapadaridhokedua
orang
tuadanmurka
Allah
adapadamurkakedua orang tua. (H.R Tarmidzi)
”Sesungguhnya
Allah
tidakakanmengubahnasibsuatukaumsehinggamerekamengubahnasibnyasen diri” (Q.S. Ar-Rad: 11) “Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar”
(Khalifah Umar)
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN Aku persembahkan karya kecil ini atas cinta bakti dan sayangku kepada: Ibunda Wasini dan Kakakku Yani tercinta, terima kasih atas segala kasih sayangmu kepadaku dan maafkan aku tak mampu menjadi yang terbaik. Suamiku Afif Rifa’i tercinta, yang selalu setia dan senantiasa member semangat dan sayangnya kepadaku. Sahabat-sahabatku yang selalu memberiku motivasi dan semangat. Almamaterku yang kubanggakan.
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi ilmu, isnpirasi, dan kemuliaan. Atas kehendakNya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“PENGGUNAAN PENDEKATAN
CONTEXTUAL TEACHING LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG BANGUN RUANG SISWA KELAS V SD NEGERI GROGOLBENINGSARI TAHUN AJARAN 2010/2011”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1.
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta;
2.
Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta;
3.
Ketua Program PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret;
4.
Koordinator Pelaksana Program PGSD FKIP UNS Kampus VI Kebumen;
5.
Sekretaris Pelaksana Program PGSD FKIP UNS Kampus VI Kebumen;
6.
Drs. Triyono, M.Pd. sebagai Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan sabar dan bijaksana serta memberikan dorongan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini;
7.
Drs. Suhartono,M.Pd sebagai Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingandan pengarahan dengan sabar dan bijaksana, mulai dari penyusunan proposal hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini;
8.
Kedua Orang Tua, yang telah memberikan doa dan dukungan yang terus mengalir tiada henti; commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
9.
digilib.uns.ac.id
H. Supriyono, S.Pd.selaku Kepala SD Negeri Grogolbeningsari, yang telah membantu pelaksanaan penelitian;
10. Semua pihak yang turut membantu dan memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Amin. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun diharapkan skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan juga dunia pendidikan.
Surakarta, November 2012 Penulis
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN .........................................................................
ii
HALAMAN PENGAJUAN .............................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
v
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................
vi
HALAMAN MOTTO .....................................................................................
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................
ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................
x
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xiv
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
xvi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Perumusan Masalah .................................................................
5
C. Tujuan Penelitian .....................................................................
5
D. Manfaat Penelitian ...................................................................
6
LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka..........................................................................
7
B. Kerangka Berpikir ....................................................................
30
C. Hipotesis Tindakan...................................................................
32
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................
33
B. Subjek Penelitian .....................................................................
35
C. Data dan Sumber Data .............................................................
36
D. Pengumpulan Data ................................................................... commit to user E. Uji Validitas Data.....................................................................
36
xii
41
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV
digilib.uns.ac.id
F. Analisis Data ...........................................................................
42
G. Indikator Kinerja Penelitian .....................................................
44
H. Prosedur Penelitian...................................................................
45
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pratindakan ..............................................................
50
B. Deskripsi Hasil Penelitian
BAB V
1. Deskripsi Siklus I ..............................................................
52
2. Deskripsi Siklus II ..............................................................
73
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus .............................
93
D. Pembahasan ..............................................................................
95
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan.................................................................................... 100 B. Implikasi ................................................................................... 100 C. Saran......................................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
103
LAMPIRAN ....................................................................................................
106
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
2.1. Bangun Ruang ........................................................................................
20
2.2. Alur Kerangka Berpikir ..........................................................................
32
3.1. Gambar Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas .......................
35
3.2. Model Spriral dari Kemmis dan Mc Taggart ..........................................
46
4.1. Bagun Ruang Di sekitar Siswa ...............................................................
54
4.2. Bola dan Contong Eskrim.......................................................................
58
4.3. Grafik Perbandingan Rata-Rata Hasil Penilaian Siklus I .......................
72
4.4. Jaring-Jaring Bangun Ruang di Sekitar Siswa........................................
76
4.5. Topi Ulang Tahun, Contong Eskrim, dan Kaleng Susu .........................
79
4.6. Diagram Hasil Tes Siklus I dan Siklus II ...............................................
94
4.7. Grafik Perbandingan Hasil Proses Belajar Siswa Siklus I dan II ...........
97
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
3.1. Kisi-Kisi Observasi Terhadap Pelaksanaan CTL ...................................
40
3.2. Kisi-Kisi Soal Tes Tentang Materi Sifat-Sifat Bangun Ruang...............
41
3.3. Indikator Kinerja Penelitian ....................................................................
44
4.1. Distribusi Frekuensi Penilaian Proses Siswa Siklus I ............................
70
4.2. Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Siklus I .........................................
71
4.3. Distribusi Frekuensi Penilaian Proses Siklus II ......................................
90
4.4. Distribusi Frekuensi Penilaian Proses Siklus II ......................................
91
4.5. Hasil Penilaian Siklus II .........................................................................
91
4.6. Perbandingan Rata-rata Skor Hasil Belaja Siswa dan Ketuntasan Siswa .......................................................................................................
98
4.7. Perbandingan Hasil Belajar Siswa ..........................................................
98
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Silabus Pembelajaran ................................................................................ 106
2.
Lembar Observasi Penelitian Siklus I, dan II ........................................... 112
3.
Deskriptor Penilaian Lembar Observasi ................................................... 116
4.
Daftar Siswa Kelas V SDN Grogolbeningsari Tahun Ajaran 2010/2011 . 118
5.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I, dan II ................................ 120
6.
Daftar Nilai Proses Siklus I, dan II ........................................................... 153
7.
Daftar Nilai Hasil Belajar Siklus I, dan II................................................. 157
8.
Contoh Hasil Pekerjaan Siswa .................................................................. 161
9.
Contoh Hasil Observasi Penelitian Siklus I, dan II................................... 163
10. Contoh Hasil Observasi Penelitian Siklus I, dan II................................... 166 11. Perbandingan Nilai Proses Belajar............................................................ 169 12. Perbandingan Nilai Hasil Belajar.............................................................. 170 13. Foto Kegiatan ............................................................................................ 172 14. Surat Keterangan Penelitian ...................................................................... 178
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Uswatun Khasanah. PENGGUNAAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG BANGUN RUANG SISWA KELAS V SD NEGERI GROGOLBENINGSARI TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, November 2012. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan penerapan pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning) dalam pembelajaran Matematika tentang Bangun Ruang di kelas V SD Negeri Grogolbeningsari tahun ajaran 2010/2011; (2) Meningkatkan hasil belajar Matematika tentang Bangun Ruang di kelas V SD Negeri Grogolbeningsari tahun ajaran 2010/2011. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan metode siklus yang dilaksanakan dalam 2 siklus, dengan setiap siklus terdiri perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri Grogolbeningsari Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen tahun 2010/2011 semester 2 dengan jumlah 34 siswa. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi dan tes. Untuk validasi data, peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber dan triangulasi data. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penggunaan pendekatan Contextual Teaching Learning dapat meningkatkan proses pembelajaran Matematika dan hasil belajar Matematika siswa kelas V. Simpulan penelitian ini adalah (1) Pendekatan CTL yang dapat meningkatkan pembelajaran Matematika dilaksanakan menggunakan 7 komponen CTL yaitu kontruktivisme yang menggali kemampuan anak, tanya jawab yang aktif, pemodelan dengan model menarik, masyarakat belajar yang aktif, inkuiri yang mandiri, refleksi yang bermakna dan penilaian sebenarnya dalam semua aspek (2) Penggunaan CTL dapat meningkatkan hasil belajar Matematika tentang Bangun Ruang Kelas V SD Negeri Grogolbeningsari tahun ajaran 2010/2011. Kata kunci: Pendekatan CTL, Pembelajaran Matematika.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dikembangkan agar mampu memenuhi kebutuhan dan dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungan serta perkembangan zaman yang akan menimbulkan perubahan dalam diri. Pembelajaran bertugas mengarahkan proses tersebut agar sasaran dari perubahan itu dapat tercapai sesuai yang diinginkan. Tetapi di sisi lain mendangkalnya mutu pendidikan sekarang ini kiranya juga merupakan akibat dari pemerataan pendidikan yang lebih mengutamakan memperbanyak materi pelajaran daripada menghidupkan kemampuan (kompetensi) anak didik. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan. Berbagai usaha telah dilakukan untuk menigkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualitas guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan lain, dan peningkatan mutu manajemen sekolah, namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang memadai. Berdasarkan Kurikulum KTSP, belajar Matematika merupakan salah satu matapelajaran di tingkat Sekolah Dasar (SD), yang mengkaji objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya yang sudah diterima sehingga keterkaitan antar konsep dalam Matematika sangat kuat dan jelas. Melalui mata pelajaran Matematika, anak diarahkan agar dapat menjadi warga negara Indonesia yang bertanggung jawab. Dalam suatu kegiatan belajar mengajar Matematika akan menghasilkan keluaran (output) yang berupa hasil belajar dan perubahan perilaku siswa berkualitas, tetapi untuk itu diperlukan adanya beberapa komponen pendukung dalam pembelajaran yang ada secara maksimal, salah satu komponen tersebut adalah penggunaan model pembelajaran yang inovatif. to user dalam pemilihan pendekatan Strategi pembelajaran yang commit tepat misal:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 pembelajaran akan tercapai hasil yang yang ditujukan secara maksimal juga (Sanjaya, 2009). Dengan memperhatikan beberapa hal seperti materi yang akan disampaikan, tujuan pembelajaran, waktu yang tersedia, kondisi sekolah atau ruang kelas dansiswa serta hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Dengan begitu guru perlu mempertimbangkan model pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang dikembangkan. Guru dapat menggunakan berbagai metode pembelajaran, teknik, dan pendekatan pembelajaran untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal. Pembelajaran Matematika menekankan pada pemberian pengalaman langsung atau mengembangkan kompetensi agar siswa
mampu memahami
Matematika. Oleh karena itu, pendekatan yang diterapkan dalam pembelajaran Matematika adalah memadukan antara pengalaman proses Matematika dan pemahaman hasil Matematika. Guru perlu merancang dan melaksanakan suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri untuk memahami dan menemukan konsep serta prinsip Matematika tersebut. Dalam pembelajaran Matematika seorang guru hendaknya memandang pembelajaran Matematika tidak hanya menekankan pada hasil belajar siswa saja tetapi juga proses pembelajaran untuk memahami konsep dan prinsip tersebut. Menurut Kurikulum KTSP, proses pembelajaran Matematika menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami lingkungan sekitar sehingga dapat membantu siswa dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. Baharuddin dan Wahyuni (mengutip pendapat Cronbach), “ Learning is shown by change in behavior as result of experience”. Menurut pernyataan tersebut, belajar yang terbaik adalah melalui pengalaman, dengan pengalaman tersebut siswa akan menggunakan seluruh panca indranya dalam proses belajar (2009:13). Sumiati dan Asra (mengutip pendapat Gagne dan Briggs), melihat pentingnya proses belajar siswa secara aktif dalam pembelajaran. Dalam hal ini, bukan upaya guru menyampaikan materi pembelajaran, tetapi bagaimana siswa dapat mempelajari materi dari pengalaman mereka sendiri sesuai tujuan yang to user ingin dicapai sehingga berdampakcommit pada hasil belajar (2008: 25). Peran guru akan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3 bergeser dari menentukan apa yang akan dipelajari menjadi bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar siswa. Siswa harus mengkostrukkan pengetahuan di benak mereka sendiri, karena pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan (Sugiyanto, 2008: 19). Trianto mengemukakan bahwa, latar belakang dari penerapan CTL dalam pembelajaran yaitu (1) kebanyakan murid di sekolah tidak dapat membuat hubungan antara apa yang mereka pelajari dan bagaimana pengetahuan tersebut diaplikasikan, (2) murid-murid menghadapi kesulitan akademik saat mereka diajar dengan metode tradisional padahal mereka sangat perlu untuk memahami konsepkonsep saat mereka berhubungan dengan dunia kerja di mana mereka akan hidup, (3) murid telah diharapkan untuk membuat sendiri hubungan-hubungan tersebut di luar kegiatan kelas (2009: 103-104). Sejalan dengan hal itu, fakta di lapangan berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan dalam pembelajaran Matematika di sekolah, siswa cenderung menitikberatkan pada hafalan, proses pembelajaran yang berpusat pada guru, cara guru mengajar cenderung membosankan dan terlalu abstrak, sehingga siswa kurang termotivasi di dalam mengikuti pembelajaran Matematika. Siswa hanya menjadi pendengar pasif sementara guru menyampaikan pelajaran, mendikte ataupun menulis di papan tulis. Atau bahkan pengetahuan yang didapat siswa hanya bersumber dari materi yang ada di dalam buku Matematika yang menjadi buku panduan, sama sekali tidak dikaitkan dengan pengalaman yang dimiliki para siswa itu sendiri.Dari beberapa kali pengamatan ditemukan fakta bahwa pada setiap proses belajar mengajar, siswa cenderung pasif, kurang menunjukkan gairah,minat, dan antusiasme untuk belajar. Ada indikasi munculnya kejenuhan dan kebosanan pada diri siswa untuk belajar. Interaksi memang kadang terjadi, sejauh karena diminta atau ditunjuk oleh guru. Proses belajar mengajar juga tidak dibiasakan untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang ada hubungannya dengan konsep yang sedang dipelajari,terlebih lagi tidak dibiasakan menyelesaikan suatu commit to user persoalan ditinjau dari perspektif konsep yang benar, sehingga menyebabkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 siswa tidak terampil atau cakap dalam memecahkan masalah. Hal itu disebabkan karena penggunaan sistem pembelajaran yang tradisional yaitu siswa hanya diberi pengetahuan secara lisan (ceramah) sehingga siswa menerima pengetahuan secara abstrak (hanya membayangkan) tanpa mengalami atau melihat sendiri. Selain hal tersebut, berpengaruh terhadap rendahnya hasil belajar Matematika. Berdasarkan hasil dari dokumentasi data-data hasil belajar siswa kelas VA SDN Grogolbeningsari pada pembelajaran tahun lalu, di mana guru masih menggunakan pendekatan model pembelajaran yang konvensional, diperoleh rata-rata hasil UTS I adalah 52,5 dengan KKM 60. Berdasarkan paparan di atas hasil pembelajaran Matematika kurang memuaskan. Hal tersebut terjadi karena di dalam proses pembelajarannya metode yang dikembangkan kurang bervariasi. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan yang tepat yaitu pendekatan CTL. Sugiyanto mengemukakan bahwa, pendekatan CTL ini diharapkan proses pembelajaran dapat berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan mengalami bukan hanya transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa (2008: 20). Selain
itu,
alasan
peneliti
menerapkan
pendekatan
CTL
dalam
pembelajaran Matematika karena menurut Sugiyanto (2008: 25), pendekatan CTL memiliki kelebihan sebagai berikut: (1) pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat mengkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan, (2) pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme,
dimana
seorang
siswa
dituntun
untuk
menemukan
pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5 Dan, latar belakang peneliti menggunakan pendekatan CTL pada materi tentang sifat-sifat bangun ruang yaitu karena peneliti menyesuaikan keadaan dan tingkat perkembangan siswa. Seperti pendapat Abdurrahman (mengutip pendapat Piaget), “Anak berusia 7-11 tahun mengalami masa perkembangan operasionl konkret yaitu anak-anak belajar dari hal yang konkret yang berada di sekitar mereka, lalu menghubungkan dengan apa yang sedang mereka pelajari” (2003: 34). Oleh, karena itu, peneliti menganggap pendekatan pembelajaran CTL sesuai dengan materi tentang sifat-sifat bangun ruang dengan cara mereka akan belajar secara langsung dari kegiatan-kegiatan yang nyata/konkret yang ada di sekitar mereka dan menghubungkan dengan materi yang sedang mereka pelajari. Karena dengan begitu, siswa akan lebih memahami materi tentang sifat-sifat bangun ruang bukan hanya mengahafal materi semata. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul: “Penggunaan Pendekatan CTL dalam Pembelajaran Matematika tentang Bangun Ruang di Kelas V SD Negri Grogolbeningsari Tahun Ajaran 2010/2011”.
B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana penerapan
pendekatan CTL dalam pembelajaran Matematika
tentang Bangun Ruang di kelas V SD Negeri Grogolbeningsari tahun ajaran 2010/2011? 2. Apakah pendekatan CTL dapat meningkatkan hasil belajar
Matematika
tentang Bangun Ruang di kelas V SD Negeri Grogolbeningsari tahun ajaran 2010/2011?
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan penerapan pendekatan CTL dalam pembelajaran Matematika tentang Bangun Ruang di kelas V SD Negeri Grogolbeningsari tahun ajaran commit to user 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6 2. Meningkatkan hasil belajar Matematika tentang Bangun Ruang dengan pendekatan CTL di kelas V SD Negeri Grogolbeningsari
tahunajaran
2010/2011.
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini meliputi manfaat teoretis dan manfaat praktis. 1. Manfaat Teoretis Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas tentang pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Manfaat Praktis Adapun manfaat praktis hasil penelitian ini yang diharapkan adalah: a. Bagi Siswa Penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa. b. Bagi Guru Melalui penelitian ini dapat diperoleh masukan untuk menyelenggarakan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. c. Bagi Sekolah Dapt membantu sekolah untuk berkembang, karena adanya peningkatan kemajuan siswa dan guru di sekolah dasar. d. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapt dijadikan masukan untuk mengembangkan kemampuan peneliti untuk menjadi guru yang profesional.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka 1. Pembelajaran Matematika Siswa Kelas V SD a. Karakteristik Siswa Kelas V SD Masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira usia sebelas tahun atau dua belas tahun. Karakteristik utama siswa sekolah dasar adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, di antaranya, perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik anak. Anak sekolah dasar merupakan individu yang sedang berkembang, barang kali tidak perlu lagi diragukan keberaniannya. Setiap anak sekolah dasar sedang berada dalam perubahan fisik maupun mental mengarah yang lebih baik. Tingkah laku mereka dalam menghadapi lingkungan sosial maupun non sosial meningkat. Anak kelas V berusia antara 8 sampai 9 tahun. Pada masa ini anak berada pada fase operasional konkret. Anak aktif dan mempunyai perhatian yang besar pada lingkungan. Sumantri dan Permana (mengutip pendapat Basset, Jack dan Logan) mengemukakan bahwa karakteristik anak sekolah dasar adalah sebagai berikut: 1) Mereka secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia sekitar yang mengelilingi mereka sendiri; 2) Mereka senang bermain dan lebih suka bergembira/riang; 3) Mereka suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal, mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha baru; commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 4) Mereka biasanya tergetar perasaannya dan terdorong untuk berpretasi sebagai mana mereka tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak kegagalan-kegagalan; 5) Mereka belajar secara efektif ketiak mereka puas dengan situasinya yang terjadi; 6) Mereka belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif dan mengejar anak-anak lainnya (2001: 11). Abdurrahman (mengutip pendapat Piaget) mengemukakan bahwa, ada empat tahap perkembangan kognitif anak yaitu: 1) Tahap sensori motor, yaitu ketika anak berusia sekitar 0 sampai 2 tahun; 2) Tahap praoperasional, pada tahap ini usia anak 2 sampai 7 tahun; 3) Tahap konkret-operasional, anak berumur 7 sampai 11 tahun; 4) Tahap formal operasional, anak berusia sekitar 11 tahun atau lebih (2003: 34). Anak usia sekolah dasar adalah anak yang sedang mengalami pertumbuhan
baik
pertumbuhan
intelektual,
emosional
maupun
pertumbuhan badaniyah, di mana kecepatan pertumbuhan anak pada masing-masing aspek tersebut tidak sama, sehingga terjadi berbagai variasi tingkat pertumbuhan dari ketiga aspek tersebut. Ini suatu faktor yang menimbulkan adanya perbedaan individual pada anak-anak sekolah dasar walaupun mereka dalam usia yang sama. Dengan karakteristik siswa yang telah diuraikan seperti di atas, guru dituntut untuk dapat mengemas perencanaan dan pengalaman belajar yang akan diberikan kepada siswa dengan baik, menyampaikan hal-hal yang ada di lingkungan sekitar kehidupan siswa sehari-hari, sehingga materi pelajaran yang dipelajari tidak abstrak dan lebih bermakna bagi anak. Selain itu, siswa hendaknya diberi kesempatan untuk pro aktif dan mendapatkan pengalaman langsung baik secara individual maupun dalam kelompok.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 b. Pengertian Pembelajaran Matematika Sebelum membahas lebih jauh mengenai pembelajaran Matematika di SD, terlebih dahulu akan dibahas mengenai definisi masing-masing konsepnya. Istilah pembelajaran merupakan istilah baru yang digunakan untuk menunjukkan kegiatan guru dan siswa.Winataputra, dkk. (mengutip pendapat Gagne, Briggs, dan Wager) pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Dalam istilah pembelajaran, interaksi siswa tidak dibatasi oleh kehadiran guru secara fisik. Siswa dapat belajar melalui bahan ajar cetak, radio, televisi, atau media lainnya. Tentu saja, guru tetap memainkan peranan penting dalam merancang setiap kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, pengajaran merupakan salah satu bentuk kegiatan pembelajaran (2008: 1.19). Susilana dan Riyana mendefinisikan istilah pembelajaran sebagai suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar (2009: 11). Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak, yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator. Adapaun yang terpenting dalam kegiatan pembelajaran adalah terjadinya proses belajar. Winataputra, dkk. mengenai pengertian pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik sehingga kegiatan pembelajaran berkaitan erat dengan jenis hakikat, dan jenis belajar, serta hasil belajar (2008: 1.18). Pembelajaran harus menghasilkan belajar, tapi tidak semua proses belajar terjadi karena pembelajaran. Proses belajar terjadi juga dalam konteks interaksi sosial-kultural dalam lingkungan masyarakat. Pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber commit to user belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena
itu,
pembelajaran
memusatkan
perhatian
pada
bagaimana
membelajarkan siswa, bukan apa yang dipelajari oleh siswa. Adapaun perhatian terhadap apa yang dipelajari siswa merupakan bidang kajian dari kurikulum, yakni mengenai apa isi pembelajaran yang harus dipelajari siswa agar dapat tercapainya tujuan. Pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana cara agar tercapai tujuan tersebut. Kaitannya dengan hal ini bahwa untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah bagaimana cara mengorganisasikan
pembelajaran,
bagaimana
menyampaikan
isi
pembelajaran, dan bagaimmana menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada agar dapat berfungsi secara optimal. Dari berbagai pendapat tentang pembelajaran yang diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses atau kegiatan yang dirancang dengan sengaja oleh guru untuk menciptakan suatu interaksi yang menyenangkan dalam proses belajar melalui optimalisasi sumber daya yang sistemik (materi, metode, media, kegiatan, dan evaluasi) yang saling mempengaruhi agar dapat berfungsi secara optimal sehingga terjadi proses belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Setelah mengetahui pengertian pembelajaran, selanjutnya akan dibahas lebih jauh mengenai definisi Matematika. Russefendi (mengutip pendapat James dan James) mengatakan bahwa Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang banyaknya terbagi dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri (1992: 27). Russefendi (mengutip pendapat Jhonson dan Rissing) Matematika adalah pola pikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logika (2009: 28). Russefendi (mengutip pendapat Reys, dkk) mengatakan bahwa Matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat (1992: 28). Sedangkan Wahyudi menyatakan bahwa Matematika merupakan suatu bahan kajian commit to user yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 deduktif yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya yang sudah diterima sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika sangat kuat dan jelas (2008: 3). Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Matematika adalah ilmu yang memiliki pola pikir, pola mengorganisasikan pembuktian logis yang didapat melalui proses bernalar mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan. Berdasarkan
uraian
tentang
pengertian
pembelajaran
dan
Matematika di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran Matematika adalah suatu proses atau kegiatan yang dirancang dengan sengaja oleh guru dalam proses belajar ilmu yang memiliki pola pikir, pola mengorganisasikan pembuktian logis yang didapat melalui proses bernalar mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
c. Pengertian Belajar Belajar pada hakekatnya merupakan aktivitas yang utama dalam serangkaian proses pendidikan di sekolah. Hal ini dapat dipahami karena berhasil atau tidaknya tujuan pendidikan adalah dominan bergantung pada bagaimana proses belajar mengajar itu berlangsung. Oleh karena itu proses belajar selalu menjadi sorotan utama khususnya bagi para ahli pendidikan. Abdurrahman (mengutip pendapat Gagne) mengemukakan bahwa proses belajar hanya dapat diamati jika ada perubahan perilaku dari seseorang yang berbeda dengan sebelumnya. Proses belajar hendaknya dilakukan secara bertahap, dari yang paling sederhana ke yang kompleks (2003: 32). Baharuddin dan Wahyuni mengemukakan bahwa secara etimologis belajar memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Definisi ini memiliki arti bahwa belajar adalah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu (2009: 13). commit to user(mengutip pendapat Fudyartanto) Lebih lanjut Baharuddin dan Wahyuni
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 Dengan belajar itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan
dan
memiliki
tentang sesuatu.
Sedangkan
Hamalik
mengemukakan belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan (2005: 28). Purwanto (mengutip pendapat Winkel) mengemukakan bahwabelajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap (2009: 39). Slameto mengemukakan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman dari interaksi dengan lingkungan (2003: 2). Sementara Baharuddin danWahyuni mendefiniskan belajar segi psikologis dan segi pendidikan. Sebagai berikut: dari pandangan ahli psikologi, belajar adalah perubahan yang dapat dilihat dan tidak peduli apakah hasil belajar tersebut menghambat atau tidak menghambat proses adaptasi seorang terhadap kebutuhankebutuhan dengan masyarakat dan lingkungannya. Sedangkan dari pandangan ahli pendidikan, belajar adalah proses perubahan manusia ke arah tujuan yang lebih baik dan bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain (2009: 14). Padmono mengemukakan bahwa hasil belajar dapat dilihat dari berbagai unsur yang menandai belajar yaitu: (1) adanya perubahan, meliputi pemerolehan, perbaikan, atau penyempurnaan, (2) perubahan tersebut adalah perubahan yang terdiri dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan, (3) perubahan disebabkan oleh interaksi dengan lingkungan atau latihan atau pengalaman, (4) perubahan memiliki sifat tetap (2002: 9). Winataputra (mengutip pendapat Bell-Gredler) menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar yang panjang sepanjang hayat (2008: 1.5). Dimyati dan Mudjiono (mengutip pendapat Skinner) mengemukakan bahwa belajar commit to user adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi naik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 tetapi sebaliknya apabila ia tidak belajar maka responnya menurun (2009: 9). Dimyati dan Mudjiono (mengutip pendapat Gagne) belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar merupakan kapabilitas dan setelah orang belajar maka ia akan memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai (2009: 10). Hamalik mengemukakan belajar memperteguh kelakuan
adalah memodifikasi atau
melalui pengalaman. Menurut pengertian ini,
belajar adalah suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu (2001: 27). Sedangkan Abdurrahman menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses dari seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau biasa yang disebut hasil belajar, yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap(2003: 28). Dari definisi-definisi yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan
bahwa
belajar
merupakan
suatu
proses
aktif
untuk
mendapatkan suatu ilmu pengetahuan di mana terjalin suatu interaksi antara individu dengan lingkungan melalui pengalaman sehingga terjadi perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu perubahan yang terdiri tingkah laku, pengetahuan, dan keterampilan, perubahan yang terjadi itu bersifat tetap atau permanen.
d. Pengertian Hasil Belajar Abdurrahman mengemukakan hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (2003: 37). Bahruddin dan Wahyuni
mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang
diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (2009: 37). Menurut Munawar (mengutip pendapat Hamalik), hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti (2009). Baharuddin dan Wahyuni mengemukanan hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (2009: 37). Sedangkan Purwanto (2009: 49-54) menyatakan, “Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dari proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan”. Menurut Padmono (mengutip pendapat Sudjana), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa atau mahasiswa setelah si menerima pengalaman belajarnya (2002: 37). Hasil belajar menunjukkan perubahan yang berupa penambahan, peningkatan, dan penyempurnaan perilaku. Abddurahman (mengutip pendapat Blomm) ada tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor (2003: 38). Sedangkan menurut Romiszowski hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemrosesan masukan (inputs). Masukan berupa bermacam-macam informasi
sedangkan
keluarannya
berupa
perbuatan
atau
kinerja
(performance) (2009). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah seluruh kecakapan atau kemampuan (kognitif, afektif, dan psikomotor) yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan proses belajar dan pengalaman belajarnya yang akan menunjukkan adanya suatu perubahan yang berupa penambahan, peningkatan, dan penyempurnaan perilaku serta bisa juga diwujudkan dalam bentuk hasil karya anak.
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Hamalik mengemukakan belajar adalah proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan seseorang (2001: 102). Berhasil atau tidaknya belajar itu tergantung pada bermacam-macam faktor. adapun faktor-faktor itu dapat commit to user dibedakan menjadi dua golongan:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 1) Faktor yang ada pada diri sendiri atau faktor individual Yang termasuk faktor individual yaitu: faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi. 2) Faktor yang ada di luar individu atau faktor sosial Faktor sosial antara lain: faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar menurut Slameto (2010: 54-72) faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. 1) Faktor Intern Faktor intern adalah faktor yang berasal dari individu yang sedang belajar. Faktor intern meliputi: (1) faktor jasmaniah yang terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh, (2) faktor psikologis yang terdiri atas intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan, dan (3) faktor kelelahan yang terdiri dari kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. 2) Faktor Ekstern Faktor ekstern adalah faktor faktor yang ada di luar individu. Faktor-faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar terdiri dari: (1) faktor keluarga, (2) faktor sekolah, dan (3) faktor masyarakat. Adapun penjelasan ketiga faktor itu adalah sebagai berikut: a) Faktor keluarga Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi anggota keluarga, suasana rumah tangga, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. b) Faktor sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. c) Faktor masyarakat Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena siswa berinteraksi dalam lingkungan masyarakat. Menurut Ngalim (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah sebagai berikut : 1) Faktor dari luar, ada dua yaitu lingkungan dan instrumental a) Lingkungan yang terdiri dari lingkungan alam dan lingkungan sosial siswa b) Instrumental Instrumental ini meliputi (1) kurikulum atau bahan pengajaran, (2) guru atau pengajar, (3) sarana dan fasilitas, (4) administrasi/ manajemen. 2) Faktor dari dalam a) Fisiologi Faktor fisiologi ini meliputi kondisi fisik siswa dan kondisi panca indera siswa. b) Psikologi Yang termsuk faktor psikologi yaitu (1) bakat, (2) minat, (3) kecerdasan, (4) motivasi, (5) kemampuan kognitif siswa. Dari uraian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada dua yaitu, faktor dari luar diri siswa (faktor sosial) yang meliputi faktor keluarga siswa/lingkungan siswa tinggal, cara guru mengajar, alat yang digunakan guru dalam mengajar/sarana dan fasilitas
dan faktor dari dalam diri siswa
kondisi fisik siswa dan psikologi siswa.
commit to user
(faktor individual) meliputi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 f. Pengertian Hasil Belajar Matematika Wiena menyatakan hasil belajar Matematika adalah skor yang diperoleh siswa dari tes yang telah dirancang sesuai dengan materi Matematika yang dipelajari siswa setelah siswa tersebut mengikuti proses pembelajaran Matematika (2009). Sedangkan menurut Munawar hasil belajar Matematika adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah mempelajari Matematika
yang terwujud pada jenis-jenis ranah
kognitif (pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian), ranah afektif (menerima, menjawab, menilai) serta ranah psikomotor (manipulasi benda-benda) (2009). Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar Matematika adalah hasil usaha yang diperoleh siswa melalui proses belajar mengajar Matematika yang terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif (pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian), ranah afektif (menerima, menjawab, menilai) serta ranah psikomotor (manipulasi benda-benda). Jadi yang dimaksud dengan hasil belajar Matematika dalam penelitian ini adalah hasil usaha yang diperoleh siswa melalui proses belajar mengajar pada materi sifat-sifat bangun ruang dengan Pendekatan CTL tahun ajaran 2010/2011 yang dinyatakan dalam bentuk angka atau huruf yang diukur melalui tes pada subjek peserta didik.
g. Tujuan Matematika Tujuan Matematika di sekolah dasar dalam KTSP, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan mengemukakan bahwa mata pelajaran Matematika bertujuan agar siswa dapat memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Memahami
konsep,
menjelaskan
keterkaitan
antar
konsep
dan
mengaplikasikan konsep atau alogaritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam memecahkan masalah; 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi dan membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelasakan pernyataan commit to user matematika;
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah merancang model matematika, menyelesaiakan model dan menafsirkan yang diperoleh; 4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memilki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (2007: 92-93);
h. Ruang Lingkup Matematika Ruang lingkup dalam kajian pembelajaran Matematika untuk SD/MI, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan mengemukakan meliputi aspekaspek sebagai berikut: 1) Bilangan Yaitu bagian dari Matematika yang membahas mengenai angka. Meliputi bilangan bulat, bilangan cacah, bilangan real dan lain-lainnya. 2) Geometri dan pengukuran Yaitu bagian dari Matematika yang membahas mengenai titik, bidang dan ruang. 3) Aljabar Yaitu bagian dari Matematika yang membahas mengenai suatu konstanta, suatu peubah, atau suatu bentuk yang melibatkan konstanta dan peubah disertai sejumlah hingga beroperasi aljabar (2007: 93).
i.
Pentingnya Matematika Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga SMA bahkan perguruan tinggi. Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar Matematika. Abdurrahman (mengutip pendapat
Cornelius)
mengemukakan lima alasan perlunya belajar commit to user Matematika karena Matematika merupakan 1) sarana berpikir yang jelas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 dan logis, 2) sarana untuk memecahkan masalah, 3) sarana mengenal polapola
hubungan
dan
generalisasi
pengalaman,
4)
sarana
untuk
mengembangkan kreativitas, 5) sarana untuk meningkatkan kesadaran pengembangan budaya (2003: 253) Abdurrahman (mengutip pendapat Cockrof) mengemukakan bahwa Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: 1) Semua bidang studi memerlukan keterampilan Matematika yang sesuai; 2) Selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; 3) Sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; 4) Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; 5) Meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan; 6) Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang (2003: 253).
j. Materi Matematika Kelas V Sesuai dengan kurikulum KTSP, kajian mata pelajaran Matematika kelas V semseter II meliputi: menggunakan pecahan dalm pemecahan masalah dan memahami sifat-sifat dan hubungan antar bangun. Pada penelitian ini materi pembelajaran Matematika mengacu pada “Bangun Ruang”. `1) Bangun Ruang Suharjana mengemukakan bangun ruang adalah bagian ruang yang dibatasi oleh himpunan titik-titik yang terdapat pada seluruh permukaan bengun tersebut (2008). Wahyudi mengemukakan bahwa Jika suatu bangun tidak seluruhnya terletak dalam bidang, maka bangun itu disebut bangun ruang (2008: 210). Menurut Untung sebuah bangun ruang dalam konteks geometri adalah himpunan semua titik, garis dan bidang dalam ruang berdimensi tiga yang terletak dalam bagian tertutup beserta seluruh permukaan yang membatasinya (2008). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 Dari pengertian-pengertian di atas tentang bangun ruang maka dapat disimpulkan bangun ruang adalah bangun yang dibatasi oleh himpunan titik-titik, garis dan bidang pada seluruh permukaan bangun tersebut. 2
Bangun Ruang yang terdapat di lingkungan siswa (kontekstual)
Gambar 2.1. Bangun Ruang
1) Kubus
Konsep-konsep kubus : a. Mempunyai 12 rusuk, 6 sisi dan 8 titik sudut b. Tentukansama rusuk-rusuk yang s b. Semua rusuknya panjang
c. Sisi-sisinya berbentuk persegi d. Keenam sisinya sama luas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 2) Balok Konsep-konsep Balok : a. Mempunyai 12 rusuk, 6 sisi dan 8 titik sudut b. Rusuk yang sejajar sama panjang c. Sisi-sisi yang berhadapan sama luasnya (depan dan belakang, kiri dan kanan, atas dengan bawah). 3) Limas Konsep-konsep limas : a. Mempunyai 5 sisi, 8 rusuk dan 5 titik sudut b. Alas berbentuk persegi panjang/persegi c. Mempunyai titik puncak d. Jarak dari titik puncak ke alas limas disebut tinggi limas 4) Tabung Konsep-konsep tabung : a. Mempunyai 3 sisi yaitu : sisi alas dan tutup berbentuk
lingkaran
dan
sisi
tegaknya
berbentuk lengkungan tabung b. Tidak mempunyai titik sudut c. Jarak antara alas dengan tutup adalah tinggi tabung d. Memilki sisi lengkung yang disebut selimut tabung commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 5) Kerucut
Konsep-konsep kerucut : a. Alasnya berbentuk lingkaran b. Memiliki sisi lengkung yang disebut selimut kerucut c. Mempunyai titik puncak d. Jarak antara alas ke titik sudut disebut tinggi kerucut
6) Prisma Konsep-konsep prisma : a. mempunyai
alas
dan
tutup
berbentuk
segitiga b. mempuyai 5 sisi, 9 rusuk dan 6 titik sudut c. sisi-sisi tegak berbentuk persegi panjang d. sisi alas dan tutup sejajar dan mempunyai bentuk ukuran yang sama.
2. Penggunaan pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) a. Pengertian pendekatan CTL Nurhadi, dkk mengemukakan bahwa pendekatan CTL pada hakikatnya merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga di masyarakat (2004: 4). Sehingga dalam konsep ini, hasil pembelajaran lebih bermakna karena proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk siswa bekerja dan mengalami bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Sugiyanto
mengemukakan
bahwa pembelajaran
CTL
adalah
pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa untuk mengalami dan commit to transfer user guru ke siswa (2008: 19-20). bekerja mencari sendiri, bukan hanya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 Rosalin mengemukakan bahwa CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkannya dan situasi dunia nyata siswa dengan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari menjadi alternatif strategi belajar yang baru. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa (2008: 24). Sedangkan
Nurhadi,
dkk
(mengutip
pendapat
Johnson)
mengemukakan bahwa CTL Suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya dan budayanya (2002: 25). Sugiyanto (mengutip pendapat Nurhadi) mengemukakan Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sendiri-sendiri (2009: 14). Rosalin (mengutip US Department of Education) mengemukakan bahwa CTL adalah suatu pendekatan pembelajaran dan pengajaran yang mengaitkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa membuat hubungan antara yanng dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai individu, anggota keluarga, masyarakat dan bangsa (2008: 26). Dari pengertian-pengertian pendekatan CTL yang telah dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan CTL adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang membantu guru dalam mengaitkan materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa dengan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat sehingga commit to userdan lebih bermakna. belajar akan lebih mudah, menyenangkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 b. Ciri-ciri pendekatan CTL Sugiyanto
mengemukakan
Ciri
kelas
yang
menggunakan
pendekatan CTL adalah: 1) Pengalaman nyata; 2) Kerjasama, saling menunjang; 3) Gembira, belajar dengan bergairah; 4) Pembelajaran terintegrasi; 5) Menggunakan berbagai sumber; 6) Siswa aktif dan kritis; 7) Menyenangkan, tidak membosankan; 8) Sharing dengan teman; 9) Guru kreatif (2009: 23). Sedangkan Yasa mengemukakan bahwa ciri-ciri pendekatan CTL yang lainadalah sebagai berikut : 1) Menekanakan pada pentingnya pemecahan masalah; 2) Kegiatan belajar dilakukan dalam berbagai konteks; 3) Kegiatan belajar dipantau dan diarahkan agar siswa dapat belajar mandiri 4) Mendorong siswa untuk belajar dengan temannya dalam kelompok atau secara mandiri; 5) Pelajaran menekankan pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda; 6) Menggunakan penilalian otentik (2008).
c. Komponen Pendekatan CTL Nurhadi, dkk mengemukakan bahwa pendekatan CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif. Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan ini jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya (2004: 31) . Ketujuh komponen tersebut sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 1) Kontruktivisme (Contruktivism) Kontruktivisme adalah proses membangun dan menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut kontruktivisme, pengetahuan memang berasal dari luar tetapi dikonstruksi oleh dalam diri seseorang. Peserta didik dengan mandiri membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal. Serta pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkontruksi bukan menerima pengetahuan melalui proses pengamatan dan pengalaman nyata. Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh faktor penting
yaituobyek yang menjadi bahan
pengamatan dan kemampuan subyek untuk menginterpretasi objek tersebut. 2) Menemukan (Inquiry) Inkuiri artinya proses pembelajaran berdasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri.
Proses menemukan inilah dirangsang secara
optimal lewat penerapan strategi pembelajaran CTL. Karena strategi pembelajaran CTL menekankan keaktifan siswa dalam menemukan sendiri pengetahuan. Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi dirancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Penerapan asas inkuiri pada CTL dimulai dengan adanya masalah yang jelas yang ingin dipecahkan.Secara umum proses inkuiri dapat dilakuakan melalui beberapa langkah yaitu: a) Merumuskan masalah; b) Mengajukan hipotesa; c) Mengumpulkan data; d) Menguji hipotesis; e) Membuat kesimpulan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 3) Bertanya (Questioning) Bertanya adalah bagian inti belajar dan menemukan pengetahuan. Dengan adanya keingintahuan pengetahuan selalu dapat berkembang. Dalam pembelajaran model CTL guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, tetapi memancing siswa dengan bertanya agar siswa dapat menemukan jawabannya sendirisebab melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya. Dalam pelajaran produktif kegiatan bertanya berguna untuk menggali informasi, baik administrasi maupun akademis, mengecek pemahaman siswa, membangkitkan respon siswa, mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, memfokuskan perhatian siswa pada sesutu yang dikehendaki guru, untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa. Bertanya dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa, siswa dengan guru, ataupun antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas. Aktivitas bertanya juga ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja kelompok, ketika menemui kesulitan, ketika mengamati dan sebagainya. 4) Masyarakat belajar ( Learning Comunity) Masyarakat belajar didasarkan pada konsep bahwa pengetahuan dan pengalaman anak banyak dibentuk oleh komunikasi dengan orang lain. Dalam model CTL hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing dengan orang lain , teman, antar kelompok, sumber lain dan bukan hanya guru. Dengan demikian asas masyarakat belajar dapat diterapkan melalui belajar kelompok, dan sumber-sumber lain dari luar yang dianggap tahu tentang sesuatu yang menjadi fokus pembelajaran. 5) Pemodelan (Modeling) Pemodelan
adalah
suatu
proses
pembelajaran
dengan
memperagakan suatu model atau contoh yang dapat ditiru oleh siswa. commit to mengoperasikan user Model tersebut dapat berupa cara sesuatu, contoh hasil
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 karya, cara melafalkan, cara mengerjakan, dan sebagainya. Dengan begitu, guru memberi model tentang bagaimana cara belajar. Dan dengan CTL siswa dapat terhindar dari verbalisme atau pengetahuan yang bersifat teoritis-abstrak. 6) Refleksi (Reflection) Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajarinya dengan cara mengurutkan dan mengevaluasi kembali kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya untuk mendapatkan pemahaman yang dicapai baik yang bernilai positif. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Guru atau orang dewasa membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan begitu, siswa merasa memperoleh sesuatub yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya. Karena melalui refleksi siswa akan dapat memperbaharui pengetahuan yang telah dibentuknya. 7) Penilaian sebenarnya (Authentic assesment) Penilaian sebenarnya ialah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Pembelajaran CTL lebih menekankan pada proses belajar dari pada hasil belajar.
d. Pelaksanaan pendekatan CTL Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan CTL jika telah menerapkan komponen-komponen pembelajaran CTL. Penerapan CTL dalam kelas cukup mudah untuk dilaksanakan. Secara garis besar langkah pembelajaran CTL menurut Nurhadi, dkk adalah: 1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya; commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk mencapai kompetensi yang diinginkan di semua bidang studi; 3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya; 4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dengan berkelompok); 5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran; 6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan; 7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara (2004: 32). Menurut pendapat Rosalin (2008: 26) langkah-langkah pembelajaran CTL adalah sebagai berikut: 1) Konstruktivisme Kegiatannya yaitu guru memberikan penanaman, pengarahan, dan motivasi kepada siswa bahwa siswa akan belajar lebih bermakna jika mereka mengkonstruksi atau mendapatkan sendiri suatu pengetahuan atau konsep dengan pengalaman yang mereka dapat sendiri. 2) Inkuiri Melakukan inkuiri dalam pembelajaran yaitu dengan siswa melakukan percobaan dan observasi untuk menemukan pengetahuan, informasi, dan konsep itu. 3) Pemodelan Yaitu guru atau siswa ataupun guru bersama-sama siswa melakukan pemodelan misal dengan guru bersama siswa melakukan demonstrasi di depan kelas atau siswa melakukan, memberikan, dan memperagakan sesuatu di depan kelas. 4) Tanya Jawab Kegiatannya yaitu guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya ataupun sebaliknya guru memberikan pertanyaan kepada siswa untuk membangkitkan respon siswa. 5) Masyarakat Belajar Kegiatannya yaitu guru menggerakkan siswa untuk membentuk kelompok dalam kelas. Pembentukan dilakukan secara merata oleh guru. commitdan to user Dengan tujuan akan terjalin berkembangnnya ketrampilan siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 dalam berkomunikasi, dalam kelas. Yaitu dari siswa-diskusi kelompok, siswa-diskusi kelompok-diskusi kelas. Ataupun menjalin hubungan dengan orang-orang yang berada di sekitar anak. 6) Refleksi Kegiatannya yaitu guru mengajak siswa bersama-sama melakukan refleksi atau melihat kembali apa yang telah mereka pelajari sekilas. 7) Penilaian sebenarnya Melakukan penilaian sebenarnya yaitu guru menilai dari hasil pekerjaan siswa baik berupa hasil belajar siswa ataupun hasil karya siswa.
e. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan CTL Anisah
mengemukakan
bahwa
kelebihan
dan
kekurangan
pendekatan CTL adalah sebagai berikut : 1) Kelebihan CTL (Contextual Teaching and Learning) a) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan. b) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”. 2) Kekurangan CTL (Contextual Teaching and Learning) a) Guru lebih intensif dalam membimbing karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah commit to user mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ”penguasa” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya. b) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula (2009).
B. Kerangka Berpikir Dalam kegiatan belajar mengajar, keahlian guru dalam memberikan petunjuk atau cara belajar adalah hal yang penting. Seorang guru hendaknya selalu mengupayakan agar pembelajaran yang disampaikan menarik, mudah dipahami, dan menyenangkan yang akhirnya siswa memperoleh hasil belajar yang optimal. Banyak hal yang dapat membuat kegiatan pembelajaran menarik dan menyenangkan, misalnya penggunaan metode, alat peraga, media. Pembelajaran Matematika adalah pembelajaran yang mempelajari tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya sehingga keterkaitan antar konsep dalam Matematika sangat kuat dan jelasmengembangkan pengetahuanyang banyaknya terbagi dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri. Oleh karena itu, pembelajaran
Matematika
hendaknya
tidak
hanya
memberikan
konsep
pengetahuan saja, melainkan dilakukan dengan mengaitkan antara pengembangan diri dengan proses pembelajaran dikelas melalui pengalaman-pengalaman belajar commit to user yang inovatif, menantang dan menyenangkan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31 Salah satu upaya untuk mewujudkan hal tersebut adalah penggunaan pendekatan yang tepat dalam pembelajaran. Dalam hal ini peneliti menggunakan pendekatan CTL dalam pembelajaran Matematika. CTL menyajikan 7 langkah pembelajaran yaitu Kontrukstivisme, Inkuiri, Pemodelan, Tanya Jawab, Masyarakat Belajar, Refleksi dan Penilaian Sebenarnya. Pendekatan CTL memiliki ciri pembelajaran dengan pengalaman nyata, kerjasama, menyenangkan, siswa aktif dan kritis. Melalui rancangan pembelajaran dan lingkungan belajar yang disajikandari CTL dapat membuat perhatian siswa meningkat, siswa tertarik dan termotivasi untuk belajar, dan aktif dalam kegiatan pembelajaran Matematika. CTL menciptakan lingkungan belajar yang efektif dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas, sehingga pembelajaran dapat menyenangkan dan bermakna. Sugiyanto mengemukakan bahwa dengan pendekatan CTL proses pembelajaran diharapkan berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan mengalami bukan hanya transfer pengetahuan dari guru ke siswa (2008: 20). Dengan pernyataan tersebut siswa akan memiliki kesempatan untuk menerapkan dan mengaplikasikan pembelajaran dalam konteks kehidupan yang nyata, sehingga siswa akan lebih aktif, kreatif, menyenangkan, mengasyikkan, dan tidak membosankan. Seperti pendapat Trianto (2009: 108) menyatakan “Pembelajaran CTL akan menciptakan ruang kelas yang di dalamnya siswa akan menjadi peserta aktif bukan hanya pengamat yang pasi, dan bertanggungjawab terhadap belajarnya. Siswa juga akan menghubungkan materi yang dipelajari dengan situasi nyata yang ada di kehidupan sehari-hari”. Sehingga dengan begitu diharapkan dengan penerapan pendekatan CTL dapat meningkatkan proses belajar Matematika sehingga berpengaruh juga terhadap peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematikatentang bangun ruang di kelas V SD Negeri Grogolbeningsari tahun ajaran 2010/2011. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32 Alur kerangka berpikir dapat terlihat pada bagan sebagai berikut:
Kondisi Awal
Guru Dalam pembelajaran Matematika kelas V guru masih menggunakan metode konvensional
Siklus I Tindakan
Penerapan Pendekatan Contextual Teaching Learning Siklus II
Kondisi Akhir
Pembelajaran Matematika kelas V SD Negeri Grogolbeningsari tahun 2010/2011 meningkat
Gambar 2.2. Alur Kerangka Berpikir
C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis penelitian yaitu: Penerapan pendekatan CTL ( Contextual Teaching and Learning ) secara tepat, dapat meningkatan proses belajar dan hasil belajar Matematika tentang Bangun Ruang pada siswa kelas V SD N Grogolbeningsari Tahun Ajaran 2010/2011. Melalui tahapan proses belajar yang menarik yaitu penerapannya dengan memperhatikan pada 7 komponen pendekatan CTL yaitu konstruktivisme, inkuiri, pemodelan, tanya jawab, masyarakat belajar, refleksi, dan penilaian sebenarnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu di SD Negeri Grogolbeningsari yaitu di sekolah dasar tempat peneliti bekerja. SD Negeri Grogolbeningsari tepatnya berada di Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen yaitu di Jalan Raya Soka desa Grogolbeningsari. Secara geografis SD Negeri Grogolbeningsari terletak pada dataran rendah dengan batas wilayah sebagai berikut: a. Batas sebelah utara
: Desa Grujugan
b. Batas sebelah selatan
: Desa Ampel
c. Batas sebelah timur
: Desa Jogomertan
d. Batas sebelah barat
: Desa Grogol Penatus
Jumlah ruangan yang ada di SD Negeri Grogolbeningsari ada 12 ruang kelas, 1 ruang guru, 1 ruang tamu, dapur, UKS, gudang dan 3 kamar mandi yaitu 1 kamar mandi yang terletak di bagian belakang SD dan 2 kamar mandi di belakang kantor. Lokasi SDN Grogolbeningsari cukup strategis yaitu tidak terlalu jauh dari jalan raya, dekat dengan Balai Desa Grogolbeningsari sehingga mudah untuk dijangkau.Jumlah staff di SD Negeri Grogolbeningsari sejumlah 20 orang dengan 1 kepala sekolah, 12 orang guru kelas, 2 orang guru pendidikan agama islam, 2 orang guru olahraga, 2 orang guru bidang studi dan 1 penjaga sekolah.Sedangkan jumlah siswa kelas I sampai dengan kelas VI berjumlah 361 siswa. Sarana dan prasarana yang tersedia di SD Negeri Grogolbeningsari terbilang cukup lengkap dalam menunjang kegiatan belajar siswa. Alat peraga yang tersedia juga cukup lengkap antara lain: model rangka manusia, model jantung manusia, model system pernapasan manusia, globe, model planet, commit to user peta, alat-alat olahraga, alat-alat gambar-gambar yang menunjang pelajaran,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34 musik, papan flannel, model-model bangun datar dan buku-buku paket siswa dan pegangan guru.
2. Waktu Penelitian Untuk melakukan penelitian ini, penulis merencanakan jadwal waktu penelitian. Hal ini dilakukan agar penelitian yang dilakukan dapat berlangsung secara sistematis, efisien dan efektif. Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 sampai dengan bulan Desember 2012 dengan pengaturan jadwal penelitian sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35 Gambar 3.1. Gambar Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
No.
Okt 1 2
Tahun/Bulan 2011
2010
Kegiatan Penelitian
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
2012 Jun
Jul
Agt
Identifikasi masalah Penyusunan proposal a. Pengajuan judul b. Konsultasi Bab I c. Konsultasi Bab I-II
3 4 5
d. Konsultasi Bab I-III Penyusunan Instrumen Seminar Proposal Revisi dan pengiriman
6
Perijinan
7 8
Pretest (Tes Awal) Siklus I a. Perencanaan b. Tindakan c. Observasi d. Refleksi
9
Siklus II a. Perencanaan b. Tindakan c. Observasi
13
d. Refleksi Analisis data dan pembahasan Penyusunan laporan hasil penelitian Ujian Skripsi
14
Revisi
15
Penggandaan
16
Pengiriman
9 12
B. Subjek Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VA SD Negeri Grogolbeningsari, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen Tahun ajaran commit to user
Nov
Des
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36 2010/2011. Jumlah siswa kelas V yaitu 34 yang terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.
C. Data dan Sumber Data Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut : 1. Siswa Pada penelitian ini yaitu siswa kelas VA SD Negeri Gogolbeningsari, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen Tahun ajaran 2010/2011 dengan jumlah siswa kelas V yaitu 34 yang terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. 2. Guru Penelitian ini juga melibatkan guru sebagai sumber data. Penggunaan data dari guru adalah data tentang observasi kegiatan selama pembelajaran di kelas dengan penerapan pendekatan CTL. 3. Kepala Sekolah Sumber data dalam penelitian ini juga berasal dari kepala sekolah. Kepala sekolah bertindak sebagai penanggung jawab dan pemantau jalannya kegiatan penelitian tindakan kelas ini dan sebagai sumber tentang SD Negeri Grogobeningsari.
D. Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data informasi melalui pengukuran-pengukuran tertentu untuk digunakan sebagai landasan dalam menyusun argumentasi logis menjadi fakta. Dalam rangka untuk memperoleh data-data yang diinginkan atau dibutuhkan, maka peneliti melakukannya dengan beberapa teknik antara lain: a. Tes Padmono mengemukakan tes adalah teknik evaluasi dengan to user menggunakan seperangkat commit pertanyaan, pernyataan, atau tugas yang harus
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37 dilakukan oleh testee(2002: 33). Alat untuk mengumpulkan data dari teknik tes adalah instrumen tes.Dalam penelitian ini teknik tes yang digunakan adalah tes tertulis.Tes tersebut mengukur hasil belajar Matematika siswa kelas V SD Negeri Grogolbeningsari tentang pokok bahasan konsep bangun ruang. b. Observasi Nazir mengemukakan bahwa observasi ialah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut(2005: 175). Observasi dapat dilakukan dengan dua cara yang kemudian digunakan untuk menyebut jenis observasi, yaitu: (1) observasi non sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan, (2) observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan. Teknik observasi yang dilakukan dengan observasi sistematis yaitu dengan cara memberikan lembar observasi kepada teman sejawat ketika peneliti melaksanakan proses belajar mengajar di kelas agar mengetahui seberapa efektif keberhasilan dalam penerapan pendekatan CTL dalam pembelajaran Matematika tentang Bangun Ruang di Kelas V.
2 Alat Pengumpul Data Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian sesuai dengan teknik-teknik yang digunakan. Berdasarkan teknik yang digunakan, maka alat yang digunakan antara lain adalah sebagai berikut : 1) Instrumen Tes Alat pengumpulan data yang digunakan pada teknik tes ini yaitu berupa soal-soal tes yang berkaitan dengan kompetensi dasar (sifat-sifat bangun ruang). 2) Instrumen Non Tes berupa Observasi Alat pengumpulan data dengan teknik observasi yang dilakukan oleh commit to user teman sejawat kepada peneliti ataupun oleh peneliti sebagai observer ialah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38 dengan menggunakan lembar observasi. Pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi keaktifan siswa dan lembar kinerja guru. Lembar observasi keaktifan siswa digunakan untuk mendapatkan data tentang perilaku dan respon siswa selama proses pembelajaran berlangsung pada siklus I dan siklus II. Dan lembar pengamatan kinerja guru yang dilakukan teman sejawat sebagai observer kepada peneliti untuk mendapatkan data kinerja guru dalam pembelajaran. a.
Lembar Observasi Keaktifan Siswa Lembar observasi keaktifan siswa ini untuk mengetahui keaktifan siswa dalam pembelajaaran. Indikator keaktifan siswa dalam pembelajaran ini berupa keaktifan dalam memperhatikan apa yang disampaikan guru, bertanya, menjawab pertanyaan guru, mengerjakan LKS yang diberikan guru, bekerja sama dengan teman satu kelompok, mendiskusikan masalah yang dihadapi, bertukar pendapat antar teman dalam satu kelompok, menyusun
kesimpulan,
mengkomunikasikan/mempresentasikan
LKS
dengan merespon jawaban teman. b. Lembar Observasi Kinerja Guru Lembar observasi digunakan untuk mengetahui dan memperoleh data tentang kegiatan guru pada saat menerapkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL. Data diambil dalam setiap pertemuan sehingga diperoleh gambaran perubahan kegiatan guru. Data tentang kinerja guru didapat dengan cara observer memberikan tanda check list pada indikator yang telah dilakukan oleh guru dalam pembelajaran. a. Penerapan Pendekatan Contextual Teaching Learning 1) Definisi Konsep Setelah tujuan penelitian dirumuskan, maka peubah/sub-peubah yang mengacu pada tujuan tersebut dijabarkan dalam konsep-konsep penting. Konsep penting tersebut harus dibuat rumusan definisinya sehingga menjadi definisi kerja atau definisi operasional yang akan digunakan dalam penelitian. Suatu konsep dapat terdiri dari beberapa commit user dijadikan petunjuk konkrit yang indikator. Indikator inilah yangtoakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39 dapat dilihat (diamati dan didengar) tentang suatu konsep dengan suatu parameter tertentu (Suhadi, 2010). Pendekatan Contextual Teaching Learning adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang membantu guru dalam mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata siswa ke dalam pembelajaran di kelas sehingga belajar akan lebih mudah dan menyenangkan selain itu belajar akan lebih bermakna. 2) Definisi Operasional Pendekatan Contextual Teaching Learning adalah skor yang diperoleh peneliti setelah melaksanakan 7 komponen CTL yaitu kontruktivisme, inkuiri, tanya jawab, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi , penilaian sebenarnya dengan pengamatan oleh teman sejawat yang berperan sebagai observer menggunakan lembar observasi pembelajaran. 3) Kisi-kisi Penyusunan
kisi-kisi
sangat
penting
dilakukan
sebelum
dilakukannya penyusunan instrumen pengumpulan data. Kisi-kisi disusun dengan menentukan aspek-aspek apa saja yang datanya diperlukan dan ingin diperoleh oleh peneliti. Dengan demikian, data yang diperoleh akan sesuai dengan data apa yang benar-benar dibutuhkan oleh peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40 Tabel 3.1. Kisi-Kisi Observasi Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran CTL Variabel Penelitian
Indikator 1. Kegiatan Awal
Pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan CTL
2. Proses belajar mengajar a. Guru 1) Kontruktivisme 2) Inkuiri 3) Bertanya 4) Masyarakat Belajar 5) Pemodelan 6) Refleksi 7) Penilaian Sebenarnya b. Siswa 1) Memperhatikan apa yang disampaikan guru 2) Aktif Bertanya 3) Aktif dalam menjawab pertanyaan guru 4) Mengerjakan LKS yang diberikan guru 5) Bekerja sama dengan teman satu kelompok 6) Mendiskusikan masalah yang dihadapi 7) Bertukar pendapat antar teman dalam kelompok 8) Menyusun kesimpulan 3. Kegiatan Akhir
Jumlah
Ket.
5
2 2 3 1 2 2 3 1
1 1 1 1 1 1 1 3
b. Pembelajaran Matematika Kelas V 1) Definisi Konsep Pembelajaran Matematika adalah suatu proses atau kegiatan yang dirancang dengan sengaja oleh guru dalam proses belajar ilmu yang memiliki pola pikir, pola mengorganisasikan pembuktian logis yang didapat melalui proses bernalar mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan untuk mencapai tujuan commit to user pembelajaran yang diharapkan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41 2) Definisi Operasional Pembelajaran Matematika adalah skor-skor yang diperoleh dari tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar Matematika melalui pendekatan CTL pada siswa kelas V SD Negeri Grogolbeningsari. 3) Kisi-kisi Alat pengumpul data yang digunakan dalam teknik ini adalah instrumen tes dengan soal-soal yang berhubungan dengan Bangun Ruang yang ada di kelas V. Adapun kisi-kisi soal tes terdapat pada tabel 3.2:
Tabel 3.2. Kisi-Kisi Soal Tes tentang Materi Sifat-Sifat Bangun Ruang Variabel Penelitian Materi Bangun Ruang
Indikator
Jumlah
1. Siklus I Mendeskripsikan Sifat-sifat Bangun Ruang 2. Siklus II Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang
No Burtir Soal
Ket.
1-6
Uraian
25
8
1-4
Uraian
E. Uji Validitas Data Padmono (mengutip pendapat Arikunto) mengemukakan bahwa validitas data menunjukkan sejauh mana alat ukur itu mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas dibedakan menjadi 2 yaitu: 1) validitas keseluruhan soal yang melihat bagaimana keseluruhan soal dilihat dari tampangnya, isinya, cara mengkontruksi, 2) validitas butir soal yang memandang tiap butir soal secara mandiri. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validasi instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul dari gambaran tentang variabel commit to user yang dimaksud (2002: 20).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 Untuk menjamin validasi data dalam penelitian tindakan kelas perlu dilakukan triangualsi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu, untuk keperluan pengecekan atau sebagai bahan pembanding terhadap data itu (Umar: 2009). Teknik triangulasi yang digunakan peneliti adalah triangulasi sumber dan triangulasi metode. 1. Triangulasi Sumber, yaitu mengambil data dari berbagai narasumber. Peneliti memanfaatkan orang lain sebagai pengamat untuk membantu peneliti mengumpulkan data dan memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan data. Dalam penelitian ini peneliti akan dibantu oleh guru kelas V dan rekan sejawat sebagai rekan atau kolaborator dalam mengamati proses pembelajaran. 2. Triangulasi Metode, peneliti menggunakan berbagai metode atau teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu tes dan observasi.
F. Analisis Data Bentuk analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif data kualitatif yaitu membandingkan nilai tes antarsiklus maupun dengan indikator kinerja. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar data dianalisis secara kualitatif. Salah satu data kualitatif diperoleh dari hasil belajar siswa dengan cara mencari nilai rata-rata dari hasil tes. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi melampaui ketuntasan, tuntas, dan belum tuntas. Selain itu data kualitatif juga berasal dari hasil observasi. Menurut Miles dan Huberman analisis data kualitatif terdiri dari tiga alur tindakan, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi (2007: 18). 1. Reduksi Data Miles dan Huberman menyatakan reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dalam catatan tertulis di lapangan (2007: 17). Data dan laporan lapangan kemudian direduksi, dirangkum, dan kemudian dipilih-pilah hal yang pokok, difokuskan untuk commitdipilih to useryang terpenting kemudian dicari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 tema atau polanya (melalui proses penyuntingan, pemberian kode dan pertabelan). Reduksi data dilakukan secara terus menerus selama proses penelitian berlangsung. Pada tahapan ini setelah data dipilih kemudian disederhanakan, dan yang tidak diperlukan disortir agar memberi kemudahan dalam penampilan, penyajian serta untuk menarik kesimpulan sementara. Reduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Dalam penelitian ini Reduksi data yang terkumpul dilakukan melalui berbagai sumber yaitu (1) data hasil pekerjaan siswa atau jawaban-jawaban siswa, dan (2) data yang diperoleh melalui observasi. Reduksi data dilakukan dengan menyeleksi data mana saja yang dipakai dan data mana saja yang diabaikan, sehingga data yang terkumpul dapat informasi yang bermakna. 2. Penyajian Data Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian data (display data) yaitu sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan Penyajian data dilakukan dengan cara menyusun sekumpulan informasi yang diperoleh dari hasil reduksi sehingga dapat ditarik kesimpulan. Penyajian data dapat ditampilkan dalam bentuk narasi, grafik, tabel, dan matrik yang berfungsi untuk menunjukkan informasi tentang sesuatu hal berkaitan dengan antara variabel yang satu dengan yang lainnya. Supardi mengemukakan bahwa pelaksanaan penelitian tindakan kelas ada dua jenis data yang dapat dikumpulkan peneliti yaitu: (1) data kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang akan memberi gambaran tentang ekspresi siswa tentang tingkat pemahamannya (kognitif), afektif pandangan sikap siswa, dan keterampilan atau psikomotor siswa, (2) data kuantatif (nilai hasil belajar siswa) yang dapat dianalisis secara deskriptif. Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis statistik deskriptif . Penyajian data statisik deskriptif dapat digunakan untuk mengolah karakteristik data yang berkaitan dengan jumlah, merata-rata, interval nilai, persentase dan penyajian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44 data dalam bentuk grafik/ diagram agar lebih menarik dan mudah dibaca (2006: 131). 3. Menarik kesimpulan atau Verifikasi Penarikan kesimpulan yaitu proses menarik intisari atas sajian data dalam bentuk pernyataan yang singkat dan padat tetapi mengandung pengertian yang luas.Ketiga alur tersebut adalah reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan/verifikasi. Informasi yang terkumpul diurai, dicari kaitan antara yang satu dengan yang lain dan dibandingkan dengan pengalaman yang sebelumnya. Diawali dengan pretest pada awal siklus I untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diadakannya tindakan. Lalu hasil itu direfleksi kemudian dijadikan sebagai dasar pemikiran untuk menyusun rencana berikutnya pada siklus I dan siklus II. Selain itu juga digunakan analisis perbandingan yang berupa perbandingan post test hasil evaluasi pada siklus I dan siklus II sesuai dengan kriteria hasil capaian. Data hasil evaluasi dianalisis untuk melihat hasil belajar pada siswa.
G. Indikator Kinerja Penelitian Sebagai dasar untuk mengetahui keberhasilan dan menganalisis data yang diperoleh perlu ditetapkan indikator kinerja dalam penelitian. Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah:
Tabel 3.3. Indikator Kinerja Penelitian Aspek yang diukur 1. Guru menggunakan langkah pendekatan CTL dalam pembelajaran Matematika dengan tahapan a) kontruktivisme, b) inkuiri, c) pemodelan, d) tanya jawab, e) masyarakat belajar, f) refleksi, g) penilaian sebenarnya. 2. Siswa merespon pembelajaran Matematika secara aktif dan antusias
Target 100%
Alat ukur Lembar observasi (check list) dan kegiatan refleksi
75%
lembar observasi (check list), dan diamati langsung saat pembelajaran Tes evaluasi
commit to user 3. Tuntas mencapai nilai KKM (70) 80%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45 H. Prosedur Penelitian Metode penelitian ini berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada pembelajaran Matematika kelas V SD Negeri Grogolbeningsari.Penelitian tindakan kelas ini merupakan tindakan untuk memperbaiki serta meningkatkan kualitas pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai, baik siswa maupun guru dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilannya. Suyanto mengemukakan bahwa PTK sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk mengembangkan kurikulum, pengembangan sekolah, pengembangan keahlian mengajar dan sebagainya(1997: 2). Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan peneliti berupa Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif yang melibatkan beberapa pihak, baik guru, kepala sekolah, maupun dosen secara serentak dengan tujuan untuk meningkatkan praktek pembelajaran, menymbang pada perkembangan teori dan karier guru Suyanto (1997: 17). Wiriaatmadja
(mengutip
pendapat
Kemmis)
menjelaskan
bahwa
PenelitianTindakan Kelas adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari a) kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka, b) pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini, dan c) situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini (2008: 13). Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart, yaitu menggunakan sistem model spiral refleksi yang dimulai dengan melalui 4 tahap yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi, yang dilaksanakan dalam dua siklus. Model spiral Kemmis dan Mc Taggart dapat dilihat pada gambar berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
R E F L E C T R E F L E C T
PLAN
A C T
RESIVED
PLAN
A C T
Gambar 3.2 Model Spiral dari Kemmis dan Mc Taggart
Pada kegiatan siklus akan dilakukan sesuai dengan tahap-tahap tersebut: 1. Siklus I Pelaksanaan siklus I merupakan tindakan yang dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari identifikasi yang telah dilakukan, kegiatan ini meliputi 4 tahap yaitu: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi. Dalam siklus I perencanaan akan dilaksanakan 2 dua kali pertemuan dalam satu siklus. Dapat diuraikan sebagai berikut: a. Perencanaan Tahap ini diawali dengan refleksi awal. Kegiatan ini dimulai dengan renungan atau pemikiran terhadap hasil tes siswa kelas V SDN Grogolbeningsari. Kegiatan dilanjutkan dengan perencanaan pembelajaran yang dilakukan sebagai upaya memecahkan permasalahan yang ditemukan pada refleksi awal dan segala sesuatu yang perlu dilakukan dalam tindakan. Rencana kegiatan yang dilakukan antara lain: (1) melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar dan materi yang akan diajarkan dalam pelaksanaan nanti. Materi pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah bangun ruang, (2) menyusun jadwal penelitian, (3) menentukan observer, (4) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran commit to user (RPP), (5) menyusun lembar kegiatan siswa, (6) menyusun Instrumen tes
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47 dan non tes meliputi: Lembar evaluasi, pedoman observasi kinerja, (7) menyusun rancangan evaluasi program. b. Pelaksanaan Tahap pelaksanaan tindakan ini didasarkan pada perencanaan yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya, Diadakan tahapan sebagai berikut: a) tahap persiapan yaitu tahap pengkondisian siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran. Tahap persiapan ini berupa kegiatan guru menyapa siswa, menanyakan keadaan siswa, memancing siswa menyampaikan hambatan yang dialaminya saat proses pembelajaran Matematika dan menumbuhkan respon siswa pada pembelajaran; b)tahap pelaksanaan yaitu berupa tahap melakukan kegiatan pembelajaran Matematika tentang sifat bangun ruang dengan menggunakan pendekatan CTL. Tahap ini meliputi beberapa bagian, anatara lain: (1) guru memberitahukan kepada siswa tentang kegiatan yang hendak dilakukan, (2) guru memberi petunjuk terhadap siswa tentang hal-hal yang harus dilakukan oleh siswa agar kegiatan tersebut berjalan lancar, (3) siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk melaksanakan diskusi dalam proses pembelajaran Matematika tentang sifat bangun ruang, (4) masing-masing kelompok melakukan percobaan, (5) kelompok juga melakukan diskusi dan pengamatan, (6) siswa mengamati kejadian-kejadian yang ada di lingkungan, (7) siswa mempresentasikan hasil kerja mereka. Dalam pelaksanaan tindakan ini guru menggunakan komponen pendekatan CTLyaitu
kontruktivisme
(Contructivisim),
bertanya
(Questioning),
pemodelan (Modelling), masyarakat belajar (Learning Community), menemukan (Inquiri), refleksi (reflection) dan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment). Tindakan yang dilakukan peneliti dalam meneliti proses belajar siswa dalam pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Pada tahapan ini peneliti membagi menjadi beberapa satuan tindakan atau siklus dalam 2 kali pertemuan. Adapun tahap dalam pelaksanaan siklus I to user1 didasarkan pada rencana awal yaitu Pelaksanaan tindakancommit pada siklus
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48 yang telah disusun. Dalam hal ini, peneliti mempunyai beberapa peran yaitu sebagai perencana, pengajar, observer, motivator, dan evaluator. Pada siklus ini peneliti menggunakan pendekatan CTL dalam pembelajaran Matematika tentang sifat bangun ruang. Dalam pelaksanaannya direncanakan dua pertemuan. Pertemuan pertama, membahas tentang sifat bangun ruang (kubus, balok) dan pertemuan kedua, membahas tentang sifat bangun ruang (kerucut dan bola). c. Observasi Pada tahap ini dilakukan observasi
terhadap pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan oleh
peneliti.Kegiatan
pelaksanaan
tindakan.
observasi Observasi
dilaksanakan dilakukan
bersamaan
terhadap
isi
dengan tindakan,
pelaksanaan tindakan, maupun akibat yang timbul dari tindakan tersebut. Observer maupun pelaksana tindakan sebagai bahan untuk mengadakan refleksi untuk menyusun rencana tindakan berikutnya. d. Refleksi Tahap refleksi merupakan evaluasi tentang tindakan yang telah dilakukan untuk mengetahui keberhasilan atau pengaruh tindakan. Pada tahap ini peneliti dapat membandingkan sebelum diadakan tindakan dan kondisi sesudah diberikan tahap awal dari siklus tindakan kedua. Dan begitu seterusnya sampai dengan tindakan pada siklus terakhir/ yang diinginkan oleh peneliti. 2. Siklus II Pelaksanaan tindakan II merupakan kelanjutan dari siklus I. Kegiatan ini meliputi 4 tahap: a. Perencanaan Setelah merefleksi hasil tindakan pada siklus I yaitu masih terdapat beberapa siswa yang belum memahami pembelajaran Matematika yang terlihat pada hasil evaluasinya, maka peneliti merencanakan tindak lanjut untuk memecahkan masalah yang muncul yaitu melakukan: commit Pembelajaran to user (1) membuat Rencana Pelaksanaan (RPP),
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 (2)membuat lembar evaluasi, (3)membuat lembar observasi, (4)menghubungi teman sejawat untuk menjadi observer, menata atau mempersiapkan ruang kelas. b. Pelaksanaan Tahap pelaksanaan tindakan ini didasarkan pada perencanaan yang telah disusun. Seperti pada siklus I, dalam siklus II juga menggunakan komponen
utama
(Contructivisim),
dalam bertanya
pendekatan
CTLyaitu
(Questioning),
pemodelan
kontruktivisme (Modelling),
masyarakat belajar (Learning Community), menemukan (Inquiri), refleksi (reflection) dan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment).Dalam pelaksanaannya, tindakan ini dilakukan oleh peneliti. Peneliti menyajikan materi bangun ruang sesuai rencana pembelajaran yang telah disesuaikan. c. Observasi Pada tahap ini dilakukan observasi
terhadap pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan oleh
peneliti.Kegiatan
observasi
dilaksanakan
bersamaan
dengan
pelaksanaan tindakan. d. Refleksi Refleksi merupakan langkah dari suatu tindakan untuk menemukan kekurangan selama proses pembelajaran. Data dari hasil evaluasi siswa dan lembar observasi dianalisis dan direfleksi untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika tentang bangun ruang.Dari hasil refleksi peneliti dapat melakukan kegiatan pembelajaran atau berhenti di siklus II jika tindakan telah berhasil.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD N Grogolbeningsari.SD NegeriGrogolbeningsari terletak di tepi jalan Raya Soka Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen. Secara umum SD N Grogolbeningsari mempunyai jumlah siswa sebanyak 357 siswa, yang terdiri dari 173 siswa laki-laki dan 184siswa perempuan. Sekolah yang dipimpin oleh Bapak Supriyono, SPd sudah mempunyai sederetan prestasi yang membanggakan baik di tingkat kecamatan maupun kabupaten yaitu antara lain: Juara 2 Lomba Melukis tingkat Kecamatan, Juara 1 Lomba Rebana tingkat Kecamatan, Juara 1 Putri dan juara 2 Putri Lomba Macapat tingkat Kecamatan, Juara 2 Lomba Menyanyi Tunggal tingkat Kecamatan, Juara 2 Lomba Paduan Suara tingkat Kecamatan, Juara I Lomba Melukis tingkat Kabupaten, Juara I Olimpiade Matematika Tingkat Kabupaten. Di SD N Grogolbeningsari terdapat guru-guru yang kompeten yaitu 14 guru PNS, 6 guru wiyata bakti, 3 petugas perpustakaan dan 2 penjaga. Selain itu SD N Grogolbeningsari mempunyai ruang belajar yang cukup lengkap. Dengan rincian 12 ruang kelas, 1 ruang guru, 1 ruang tamu, dapur, UKS, gudang,perpustakaan, musholla, WC guru dan siswa, halaman sekolah dan tempat parkir.Lokasi SDN Grogolbeningsari cukup strategis yaitu tidak terlalu jauh dari jalan raya, dan dekat dengan Balai Desa Grogolbeningsari sehingga mudah untuk dijangkau. Sarana dan prasarana yang tersedia di SD Negeri Grogolbeningsari terbilang cukup lengkap dalam menunjang kegiatan belajar siswa. Alat peraga yang
tersedia
juga
cukup
lengkap
antara
lain:
pendekatan
rangka
manusia,pendekatan jantung manusia, pendekatan sistem pernapasan manusia, globe, pendekatan planet, gambar-gambar yang menunjang pelajaran, peta, alatalat olahraga, alat-alat musik, papan flannel, pendekatan-pendekatan bangun datar dan buku-buku paket siswa dan pegangan guru. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51 Penelitian ini dilaksanakan di kelas yang menjadi subjek penelitian tindakan kelas adalah siswa kelas V A yang berjumlah 34 siswa, terdiri dari 13 siswa perempuan dan 21 siswa laki-laki. Ruang kelas V A menempati ruang berukuran 8mx8m. Ruang kelas terletak berada pada deretan paling pojok selatan yang berada disebelah utara kelas VI B dan berada di samping kantin sekolah sehingga perhatian siswa sering mengarah ke kantin sekolah. Ruang kelas V A mempunyai 2 pintu masuk yaitu satu pintu disebelah selatan dan satu pintu disebelah utara. Dalam ruang kelas V A terdapat meja siswa sebanyak 19 dan kursi sebanyak 35 buah. Di ruang kelas V A terdapat 1 meja guru, 1 kursi guru, 1 papan tulis, 1 papan absen, 1 papan pajangan, 1 meja tempat memajang hasil karya siswa, dan 1 almari besar sebagai tempat menyimpan buku-buku pelajaran dan buku ulangan. Di atas papan tulis dipasang gambar presiden, lambang burung Garuda, dan gambar wakil presiden. Dinding kelas bagian timur terdapat papan data kelas yang berisi struktur organisasi kelas, jadwal mata pelajaran, jadwal piket, dan kelompok belajar. Dan dinding kelas bagian barat terdapat gambar-gambar pahlawan, gambar rumah adat serta peta Indonesia. Siswa kelas VA ini terdiri dari berbagai karakteristik yang heterogen. Hal ini dilihat dari latar belakang siswa yang meliputi tingkat pendidikan orang tua siswa yang rata-rata lulusan SD, SMP dan SMA dan hanya 2 yang lulusan D2. Serta pekerjaan orang tua yang sebagian besar petani dan buruh yang berpenghasilan sekitar Rp 500.000,- dan hanya 2 orang yang mempunyai pekerjaan PNS. Kondisi belajar mengajar kelas VA di SD N Grogolbeningsari khususnya dalam pembelajaran Matematika sebelum diadakan penelitian belum optimal karena pada proses pembelajaran guru masih dominan menggunakan ceramah, tanya jawab, drill, dan penugasan. Guru aktif berceramah untuk menjelaskan materi sementara siswa dituntut untuk memperhatikannya, kemudian diberi soal latihan di papan tulis, dan siswa mengerjakannya, serta guru jarang menggunakan media dalam pembelajaran di kelas. Kegiatan commit to user pembelajaran seperti ini hampir
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 terjadi setiap hari di kelas, sehingga siswa merasa jenuh dan bosan berada di kelas. Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar guru kurang menggunakan pendekatan yang tepat sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga proses pembelajaran terasa membosankan dan kurang menarik bagi siswa. Kondisi belajar seperti itu juga berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam menyerap materi baik itu dalam aspek kognitif, afektif mapun psikomotor.Hal ini membangkitkan semangat penulis untuk menerapkan suatu pendekatan pembelajaran yang tepat guna membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya.
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus 1. Deskripsi Siklus I Pada siklus I, akan dilakukan kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) agar siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran Matematika. Rencana Pembelajaran yang dibuat pada siklus I dilakukan dalam 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama akan membahas tentang sifat-sifat bangun ruang kubus, balok dan limas dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) sedangkan pada pertemuan 2 membahas tentang sifat-sifat bangun ruang kerucut, tabung, dan bola selain itu diakhir pembelajaran akan dilakukan evaluasi. Setiap pelaksanaan siklus harus didasarkan pada
prosedur penelitian yang sudah
ditetapkan oleh peneliti. Adapun prosedur penelitian yang dimaksud meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi, dan tahap evaluasi-refleksi. Secara lebih rinci kegiatan yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: a. Perencanaan Siklus I Pada tahap perencanaan ini, peneliti mengacu pada rencana awal yang telah disusun, Pada siklus I akan dilakukan kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) agar siswa lebih aktif dalam commit kegiatanto user pembelajaran Matematika. Rencana
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53 Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat pada siklus I dilakukan dalam 2 kali pertemuan. 1) Pertemuan I Rencananya dilakukan hari Senin, 31 Januari 2011 pukul 09.30-11.00 WIB yaitu siswa berdiskusi tentang sifat-sifat bangun ruang kubus, balok dan tabung. Diskusi tersebut dilakukan sesuai dengan langkahlangkah pendekatanCTL (Contextual Teaching and Learning) yang diamati oleh Kepala Sekolah dan guru kelas VA. Rencana Pertemuan pertama lebih ditekankan pada proses pembelajaran dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning). 2) Pertemuan II Rencana pada pertemuan 2 pada hari Rabu, 02 Februari 2011 pukul 07.30-11.00 WIB yaitu siswa berdiskusi tentang sifat-sifat bangun ruang kerucut, limas dan bola dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) dan melaksanakan evaluasi yang diamati oleh guru kelas VA dan guru kelas IIIA. Rencana pertemuan selain ditekankan pada penilaian proses juga dilakukan penilaian hasil. b. Pelaksanaan Siklus I Pelaksanaan siklus I dilaksanakan langsung di kelas VA SD Negeri Grogolbeningsari. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan, yaitu pada hari Senin, 31 Januari 2011 pada pukul 09.30-11.00 WIB dan Rabu, 02 Februari 2011 pada pukul 07.30-09.00 WIB. Jumlah siswa kelas V yang hadir dalam pelaksanaan tindakan siklus I berjumlah 34anak. Selain itu juga ada teman sejawat sebagai observer yaitu pada pertemuan I yaitu Kepala Sekolah dan guru kelas VA dan. Pertemuan II yaitu guru kelas V A dan Guru Kelas IIIA. Pembelajaran tindakan siklus II dilaksanakan dengan mengacu pada segala sesuatu yang telah direncanakan dan disepakati bersama yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tindakan siklus II dan lembar observasi tindakan siklus II. Sesuai program yang direncanakan maka kegiatan-kegiatan commit to user yang dilaksanakan meliputi:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54 1) Pertemuan I Siklus I pertemuan I dilaksanakn langsung di kelas VA pada hari Senin, 31 Januari 2011 pada pukul 09.30-11.00 WIB dengan jumlah siswa 34 anak. Pada mata pelajaran Matematika dengan materi pokok “Sifat-sifat Bangun Ruang”
yaitu bangun kubus, balok dan tabung.
Selain itu juga ada teman sejawat sebagai observer yaitu Kepala sekolah dan guru kelas VA. Pada tindakan siklus I pertemuan I peneliti gunakan untuk memantapkan kemampuan mengajar dengan menggunakan pendekatan CTL dengan menerapkan 7 tahap yang meliputi tahap kontruktivisme, tahap inkuiri, tahap pendekatanan, tahap tanya jawab, tahap masyarakat belajar, tahap refleksi dan tahap penilaian autentik. Sebelum pelaksanaan pembelajaran berlangsung, sebelumnya siswa telah diberi tugas oleh guru untuk membawa benda-benda yang ada di sekitar siswa yang berbentuk bangun ruang seperti gelas, kaleng roti, dus pasta gigi, dus balsem, dus susu, dus kapur, kaleng susu dan lain-lain.
Gambar 4.1.Bangun Ruang Di sekitar Siswa Pelaksanaan kegiatan pada pertemuan I adalah sebagai berikut : a) Kegiatan awal (+ 10 menit) Sebelum memulai pelajaran, siswa kelas V sudah duduk rapi di tempat duduk yang diatur dengan berkelompok. pada kegiatan awal pembelajaran dengan pendekatan CTL ini, tidak jauh beda dengan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan atau pendekatan yang lain. Diawali dengan guru membuka proses pembelajaran dengan salam pembuka, berdoa, mengabsen kehadiran siswa, menyampaikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 apersepsi, serta mengadakan acuan untuk belajar sifat-sifat bangun ruang. b) Kegiatan inti (+ 40 menit) Pada kegiatan ini, yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1) Tahap kontruktivisme Guru menanyakan kepada siswa untuk menyebutkan benda yang ada di sekitar anak yang berbentuk bangun ruang baik benda yang berada di dalam ruangan kelas maupun benda yang berada di luar kelas. Dan siswa menjawab almari, kotak kapur, tempat pensil, penghapus, tempat kapur, kaleng susu. 2) Tahap Inkuiri Kegiatan Guru : Menugaskan dan membimbing siswa berdiskusi kelompok untuk mengamati/mengobservasi benda-benda di sekitar siswa yang berbentuk bangun ruang (dus susu, dus pasta gigi, dus balsem, kaleng roti, gelas, dan kaleng susu) serta menentukan sifat-sifat bangun ruang yang meliputi jumlah sisi, jumlah rusuk, jumlah titik sudut berdasarkan petunjuk pada LKS. Kegiatan Siswa: Berdiskusi kelompok dengan mengamati/mengobservasi benda yang berbentuk bangun ruang (dus susu, dus pasta gigi, dus balsem, kaleng roti, gelas, dan kaleng susu) serta menentukan sifat-sifat bangun ruang yang meliputi jumlah sisi, jumlah rusuk, jumlah titik sudut berdasarkan petunjuk pada LKS. 3) Tahap Pemodelan Kegiatan Guru : Guru memberi peragaan dengan kotak kapur serta pemodelan bangun ruang tentang cara menentukan sifat-sifat bangun ruang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56 dengan menunjukkan sisi, rusuk dan titik sudut yang ada pada kotak kapur dan model bangun ruang. Kegiatan Siswa : Siswa menyimak guru memperagakan cara menentukan sifat-sifat bangun ruang dengan menunjukkan sisi, rusuk dan titik sudut yang ada pada kotak kapur kemudian siswa secara berkelompok memperagakan cara menentukan sifat-sifat bagun ruang dengan benda yang sudah di bawa yaitu dus susu, dus pasta gigi, dus balsem, kaleng roti, gelas, dan kaleng susu. 4) Tahap Tanya Jawab Kegiatan Guru : Menjawab pertanyaan siswatentang menentukan sifat-sifat bangun ruang berdasarkan benda yang ada di sekitar siswa (dus susu, dus pasta gigi, dus balsem, kaleng roti, gelas, dan kaleng susu) yaitu menjelaskan sisi, rusuk dan titik sudut. Kegiatan Siswa : Siswa melakukan tanya jawab dengan guru serta siswa lain mengenai sifat-sifat bangun ruang berdasarkan benda yang ada di sekitar siswa (dus susu, dus pasta gigi, dus balsem, kaleng roti, gelas, dan kaleng susu). 5) Tahap Masyarakat Belajar Kegiatan Guru : Menugaskan siswa berdiskusi kelompok sesuai dengan LKS yang sudah dibagi tentang sifat-sifat bangun ruang kubus, balok, tabung dan menugaskan perwakilan kelompok untuk melaporkan hasil diskusi kelompoknya mengenai sifat-sifat bangun ruang di depan kelas. Mulai dari kelompok I yang membacakan hasil diskusi tentang
sifat-sifat
bangun
kubus,
kemudian
kelompok
2
membacakan hasil diskusi tentang sifat-sifat bangun balok, dan seterusnya. Dan commit menugaskan to user kelompok yang tidak sedang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57 melaporkan untuk menanggapi dengan bertanya tentang hal yang belum jelas. Kegiatan Siswa : Siswa melaksanakan diskusi kelompok sesuai kelompoknya. Mereka bekerjasama untuk mengisi LKS. Perwakilan kelompok melaporkan hasil diskusi kelompok mengenai sifat-sifat bangun ruangdi depan kelas. Mulai dari kelompok I yang membacakan hasil diskusi tentang sifat-sifat bangun kubus, kemudian kelompok 2 membacakan hasil diskusi tentang sifat-sifat bangun balok, dan seterusnya. Serta kelompok yang tidak sedang melaporkan menanggapi dengan bertanya tentang hal yang belum jelas. 6) Tahap Refleksi Kegiatan Guru : Merefleksi
dengan
menugaskan
siswa
untuk
mengaitkan
pembelajaran kedalam kehidupan sehari-hari yaitu guru meyuruh siswa menyebutkan benda-benda yang termasuk bangun ruang yang ada di kelas maupun di luar kelas. Kegiatan Siswa : Siswa mengaitkan pembelajaran kedalam kehidupan sehari-hari dengan cara menyebutkan benda-benda yang termasuk bangun ruang yang ada di kelas maupun di luar kelas. Mereka menyebutkan almari, kardus susu, kardus pasta gigi, kotak kapur, kaleng susu, dan lain-lain. 7) Tahap Penilaian Autentik Kegiatan Guru : Guru melaksanakan penilaian terhadap proses kegiatan belajar siswa (saat melaksanakan diskusi kelompok)
yaitu aspek
kerjasama, aspek bertanya dan aspek inisiatif serta menugaskan siswa mengerjakan soal evaluasi tentang sifat-sifat bangun ruang yang sudah sudah dibagikan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58 Kegiatan Siswa : Siswa melaksanakan diskusi kelompok sesuai kelompok yang dibentuk. Mereka saling bekerjasama. Dan di akhir pembelajaran siswa mengerjakan soal evaluasi tentang sifat-sifat bangun ruang yang sudah sudah dibagikan oleh guru. c) Kegiatan akhir (+ 20 menit) Pada kegiatan ini, siswa diberikan kesempatan untuk mencatat dan menanyakan hal-hal yang belum jelas tentang sifat-sifat bangun ruang kubus, balok dan tabung, kemudian siswa diajak untuk menyimpulkan materi sifat-sifat bangun ruang kubus, balok dan tabung yang baru saja diajarkan. 2) Pertemuan II Siklus I pertemuan II dilaksanakan langsung di kelas VA pada hari Rabu, 02 Februari 2011 pada pukul 07.30-09.00 WIB dengan jumlah siswa 34 anak. pada mata pelajaran Matematika dengan materi pokok “Sifat-sifat Bangun Ruang”
yaitu bangun kerucut dan bola. Pada
tindakan siklus I pertemuan II digunakan peneliti untuk belajar dan memantapkan kemampuan mengajar dengan menggunakan pendekatan CTL, agar hasil yang tercapai lebih maksimal. Peneliti melaksanakan pembelajaran tentang sifat-sifat bangun ruang dengan bangun yang berbeda
dari
pertemuan
I.
Sebelum
pelaksanaan
pembelajaran
berlangsung, siswa sudah ditugaskan membawa benda-benda yang berbentuk kerucut dan bola seperti pada gambar berikut:
Gambar 4.2. Bola dan Contong Es Krim commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59 Pada pertemuan ini, siswa lebih dapat terkoordinir dibandingkan dengan pertemuan I. Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan II sebagai berikut: a. Kegiatan awal (+ 10 menit) Sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat, pada kegiatan awal yang lakukan oleh peneliti adalah salam, berdoa, mengabsen siswa, apersepsi dengan siswa memperhatikan lingkungan sekitar untuk mengamati benda yang berbentuk bangun bola dan acuan untuk belajar tentang sifat-sifat bangun ruang. b. Kegiatan inti (+ 40 menit) Pada kegiatan ini, yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1) Tahap kontruktivisme Guru menanyakan kepada siswa untuk menyebutkan benda yang ada di sekitar anak yang berbentuk bangun ruang bola dan kerucut baik benda yang berada di dalam ruangan kelas maupun benda yang berada di luar kelas. Dan siswa menjawab bola voli, bola sepakbola, bola basket, semangka, contong es krim, topi ulang tahun, dan lainnya. 2) Tahap Inkuiri Kegiatan Guru : Menugaskan dan membimbing siswa berdiskusi kelompok untuk mengamati/mengobservasi benda-benda di sekitar siswa yang berbentuk bangun ruang (tudung, topi ulang tahun, dus coklat yang berbentuk limas, contong es krim dan bola) serta menentukan sifatsifat bangun ruang yang meliputi jumlah sisi, jumlah rusuk, jumlah titik sudut, serta sifat yang lainnya berdasarkan petunjuk pada LKS. Kegiatan Siswa: Berdiskusi kelompok dengan mengamati/mengobservasi benda yang berbentuk bangun ruang (tudung, topi ulang tahun, limas, contong es krim dan bola) serta menentukan sifat-sifat bangun commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60 ruang yang meliputi jumlah sisi, jumlah rusuk, jumlah titik sudut serta sifat yang lainnya berdasarkan petunjuk pada LKS. 3) Tahap Pemodelan Kegiatan Guru : Guru memberi peragaan dengan topi ulang tahun serta pemodelan bangun ruang kerucut tentang cara menentukan sifat-sifat bangun ruang yatu menunjukan sisinya, rusuk, dan titik sudutnya. Kegiatan Siswa : Siswa menyimak guru memperagakan cara menentukan sifat-sifat bangun ruang dengan menunjukkan sisi, rusuk, titik sudut yang ada pada topi ulang tahun dan pendekatan bangun ruang kerucut kemudian
siswa
secara
berkelompok
memperagakan
cara
menentukan sifat-sifat bagun ruang dengan benda yang sudah di bawa yaitu tudung, bola, contong es krim, dus coklat yang berbentuk limas. 4) Tahap Tanya Jawab Kegiatan Guru : Menjawab pertanyaan siswa tentang menentukan sifat-sifat bangun ruang berdasarkan benda yang ada di sekitar siswa (dus susu yang berbentuk limas, tudung, bola ping pong, topi ulang tahun) yaitu menjelaskan sisi, rusuk dan titik sudut. Kegiatan Siswa : Siswa melakukan tanya jawab
dengan guru serta siswa lain
mengenai sifat-sifat bangun ruang berdasarkan benda yang ada di sekitar siswa (dus susu yang berbentuk limas, tudung, bola ping pong, topi ulang tahun) yaitu siswa menanyakan tentang jumlah sisi, jumlah rusuk, jumlah titik sudut serta sifat bangun ruang yang lainnya yang berdasarkan benda yang dibawa siswa yaitu bola, topi ulang tahun, dus susu yang berbentuk limas. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61 5) Tahap Masyarakat Belajar Kegiatan Guru : Menugaskan
siswa
berdiskusi
kelompok
dan
menugaskan
perwakilan kelompok untuk melaporkan hasil diskusi kelompoknya mengenai sifat-sifat bangun ruang di depan kelas yaitu salah satu siswa dari perwakiklan kelompok itu membacakan hasil diskusinya di depan kelas tentang sifat-sifat bangun ruang secara bergiliran dan kelompok lain yang tidak membacakan hasil diskusinya untuk menanggapi apakah hasil yang dibacakan itu sudah benar atau belum benar. Kegiatan Siswa : Siswa melaksanakan diskusi kelompok sesuai kelompoknya masing-masing. Mereka saling bekerjasama mengamati sisi, rusuk, titik sudut serta sifat-sifat yang lainnya dari benda yang mereka bawa yaitu topi ulang tahun, dus susu yang berbentuk limas, bola kemudian menuliskannya di LKS. Dan perwakilan kelompok melaporkan hasil diskusi kelompok mengenai sifat-sifat bangun ruang di depan kelas. Mereka membacakan hasil diskusi kelompok secara bergantian antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya kemudian kelompok yang tidak sedang melaporkan menanggapi dengan bertanya dan member komentar apakah jawaban diskusi kelompok sudah benar atau belum. 6) Tahap Refleksi Kegiatan Guru : Merefleksi
dengan
menugaskan
siswa
untuk
mengaitkan
pembelajaran kedalam kehidupan sehari-hari yaitu dengan cara menyuruh siswa menyebutkan benda-benda yang termasuk bangun ruang kerucut, limas, dan bola yang ada di kelas maupun di luar kelas yatu bola, tudung, dan lainnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62 Kegiatan Siswa : Siswa mengaitkan pembelajaran kedalam kehidupan sehari-hari yaitu dengan cara menyebutkan benda-benda yang termasuk bangun ruang kerucut, limas, dan bola yang ada di kelas maupun di luar kelas yatu bola, tudung, dan lainnya. 7) Tahap Penilaian Autentik Kegiatan Guru : Guru melaksanakan penilaian terhadap proses kegiatan belajar siswa (saat melaksanakan diskusi kelompok tentang pengamatan terhadap benda yang dibawa murid yaitu dus susu yang berbentuk limas, bola, topi ulang tahun maupun tudung) dan menugaskan siswa mengerjakan soal evaluasi tentang sifat-sifat bangun ruang yaitu kerucut, bola dan limas. Kegiatan Siswa : Siswa melaksanakan diskusi kelompok yatu mengamati jumlah sisi, rusuk, titik sudut dan sifat lain yang terdapat pada benda dus susu yang berbentuk limas, bola, topi ulang tahun maupun tudung, dan siswa mengerjakan soal evaluasi tentang sifat-sifat bangun ruang yaitu kerucut, bola dan limas. c. Kegiatan akhir (+ 20 menit) Pada kegiatan ini, siswa diberikan kesempatan untuk mencatat dan menanyakan hal-hal yang belum jelas tentang sifat-sifat bangun ruang bola, kerucut dan limas, kemudian siswa diajak untuk menyimpulkan materi sifat-sifat bangun ruang bola, kerucut dan limas yang baru saja diajarkan. Pada tahap akhir siswa mengerjakan evaluasi tentang sifat-sifat bangun ruang untuk mengetahui sejauhmana kemampuan siswa. Pelajaran diakhiri dengan salam dari guru setelah seluruh lembar evaluasi dikumpulkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63 c. Observasi Kegiatan observasi dilakukan peneliti, kepala sekolah dan teman sejawat.Adapun observer pada siklus I pertemuan I bernama Supriyono, S. Pd. selaku kepala sekolah, sedangkan observer II bernama Suhartiningsih, A. Ma. selaku guru kelas VA. Dan pada pertemuan II observernya bernama Suhartiningsih, A.Ma dan Joni Pamungkas, A.Ma. Kegiatan observasi dilaksanakan
bersamaan
saat
pelaksanaan
pembelajaran,
observasi
dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang berlangsung selama siklus I yang meliputi 2 kali pertemuan dengan materi yang berkelanjutan dan
masih menerapkan model pembelajaran
CTL, sedangkan untuk hasil belajar siswa dilakukan setelah melakukan evaluasi siklus I. Tes Hasil kegiatan observasi didapat dari data non tes dan tes. Non tes dilakukan berupa hasil observasi, sedangkan data tes dilakukan berupa hasil evaluasi tertulis pada akhir siklus I. Data hasil observasi yang peneliti lakukan meliputi: 1) Hasil Non Tes ( Proses) Hasil penelitian non tes pada siklus I didapatkan dari hasil observasi kinerja siswa dan guru. Hasil selengkapnya dijelaskan pada uraian berikut ini: a) Hasil Observasi Kinerja Guru dan Siswa Hasil observasi dalam penelitian ini adalah observasi siswa dan guru yang dilaksanakan oleh 2 teman sejawat sebagai observer yang dilakukan pada siklus I selama 2 kali pertemuan. Pengambilan data observasi dilakukan selama proses pembelajaran pada siklus I tentang sifat-sifat bangun ruang pada siswa kelas V SDN Grogolbeningsari Kecamatan Petanahan. Pengambilan data observasi ini bertujuan untuk mengetahui dan melihat kinerja siswa dan guru dalam menerima atau mengikuti proses pembelajaran pada saat menerapkan model
pembelajaran
CTL.
Ketercapaian
kinerja
guru
dalam
pembelajaran ini jikacommit guru dapat melaksanakan pembelajaran sesuai to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64 dengan Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP) yang telah disusun dan melaksanakan 7 komponen dalam model pembelajaran CTL. Pegukuran kinerja guru didasarkan pada observasi dari observer saat guru melakukan kegiatan pembelajaran. Hasil pengamatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: (a) Berdasarkan observer I dan II pada pertemuan I, dari segi guru: i)
Guru sudah membuka pelajaran dengan baik yaitu diawali salam dan berdoa.
ii) Guru sudah mengkondisikan kelas dengan cukup baik meskipun sesekali kelas gaduh karena beberapa anak bermain sendiri ketika berdiskusi. iii) Guru
sudah
menyampaikan
tujuan
pembelajarn
yaitu
mempelajari sifat-sifat bangun ruang. iv) Guru sudah membagi siswa dalam kelompok yaitu ada 7 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang. v) Guru menggunakan media sudah tepat sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Media menggunakan macam-macam bangun ruang dan kerangka bangun ruang yang sesuai untuk memahami materi sifat-sifat bangun ruang. vi) Komponen kontruktivisme sudah dilakukan oleh guru dengan membangun pemahaman siswa dari pengalamannya sendiri yaitu guru menyuruh siswa melakukan pengamatan secara langsung terhadap lingkungan kelas dan luar kelas untuk menyebutkan benda-benda yang berbentuk bangun ruang sehingga
pembelajaran
tidak
bersifat
hafalan.
Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan pengamatannya dan menerapkan idenya dalam kegiatan pembelajaran kelompok. vii) Komponen inkuiri masih belum dilaksanakan guru secara maksimal, meskipun commit toguru user sudah memberikan kesempatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65 siswa untuk mengamati dan menganalisis benda yang dijadikan sumber data diskusi yaitu benda konkret bangun ruang tetapi siswa masih terlihat dibantu oleh guru untuk menyajikan hasil kerjanya yaitu menemukan sifat-sifat bangun ruang dan mengkomunikasikannya. viii) Komponen tanya jawab yang diciptakan guru antara siswa dengan siswa masih kurang aktif yaitu masih didominasi oleh siswa yang pintar, hanya beberapa anak yang aktif bertanya dan siswa yang lain hanya menungggu jawaban dari temannya tersebut. ix) Komponen masyarakat belajar yang diciptakan guru untuk siswa masih kurang berhasil. Siswa kurang aktif dalam kegiatan diskusi karena dalam kegiatan diskusi masih ada kelompok yang didominasi oleh siswa yang pintar, dan masih ada yang pasif dan bermain. Dan saat pelaksanaan presentasi kelompok di depan kelas, masih banyak siswa yang kurang aktif dan bermain-main karena pada saat presentasi masih didominasi oleh anak-anak yang pintar. x) Tahap pemodelan sudah dilakukan oleh guru dengan memperagakan
sisi, rusuk dan titik sudut pada kerangka
bangun ruang. xi) Refleksi sudah dilakukan oleh guru dan siswa dengan mengkaitkan materi ke dalam kehidupan nyata
yaitu
menyebutkan benda-benda disekitar siswa yang berbentuk bangun ruang. xii) Penilaian sudah dilakukan oleh guru dengan baik dan objektif serta memberikan tugas yang relevan pada anak sesuai dengan materi yang telah diajarkan yaitu sifat-sifat bangun ruang. xiii) Kegiatan menutup pelajaran sudah dilaksanakan oleh guru dengan baik dan tepat waktu commit to usersesuai rencana.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66 (b)Berdasarkan observer I dan II pada pertemuan II, dari segi guru: i)
Guru sudah membuka pelajaran dengan baik yaitu diawali saalm dan berdoa.
ii) Guru sudah mengkondisikan kelas dengan baik yaitu siswa sudah tidak terlalu ramai bermain sendiri. iii) Guru sudah menyampaikan tujuan pembelajaran
yaitu
mempelajari sifat-sifat bangun ruang. iv) Guru sudah membagi siswa dalam kelompok yaitu ada 7 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang. v) Guru menggunakan media sudah tepat sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Media menggunakan macam-macam bangun ruang dan kerangka bangun ruang yang sesuai untuk memahami materi sifat-sifat bangun ruang. vi) Komponen kontruktivisme sudah dilakukan oleh guru dengan membangun pemahaman siswa dari pengalamannya sendiri yaitu guru menyuruh siswa melakukan pengamatan secara langsung terhadap lingkungan kelas dan luar kelas untuk menyebutkan benda-benda yang berbentuk bangun kerucut dan bola sehingga pembelajaran tidak bersifat hafalan. vii) Komponen inkuiri sudah cukup baik dilaksanakn guru meskipun siswa masih terlihat dibantu oleh guru untuk menemukan sifat-sifat bangun kerucut dan bola. viii) Komponen tanya jawab yang diciptakan guru antara siswa dengan siswa sudah cukup aktif yaitu ada beberapa anak yang sudah aktif bertanya meskipun masih sedikit yang bertanya. ix) Komponen masyarakat belajar yang diciptakan guru untuk siswa kurang berhasil. Siswa kurang aktif dalam kegiatan diskusi karena dalam kegiatan diskusi masih ada kelompok yang didominasi oleh siswa yang pintar, dan masih ada yang pasif dan bermain. Dan commit to saat userpelaksanaan presentasi kelompok
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67 di depan kelas, masih banyak siswa yang kurang aktif dan bermain-main karena pada saat presentasi masih didominasi oleh anak-anak yang pintar. x) Tahap pemodelan sudah dilakukan oleh guru dengan memperagakan
sisi, rusuk dan titik sudut pada kerangka
bangun ruang. xi) Refleksi sudah dilakukan oleh guru dan siswa dengan mengkaitkan materi ke dalam kehidupan nyata
yaitu
menyebutkan benda-benda disekitar siswa yang berbentuk bangun ruang. xii) Penilaian sudah dilakukan oleh guru dengan baik dan objektif serta memberikan tugas yang relevan pada anak sesuai dengan materi yang telah diajarkan yaitu sifat-sifat bangun ruang. xiii) Kegiatan menutup pelajaran sudah dilaksanakan oleh guru dengan baik dan tepat waktu sesuai rencana. Walupun kinerja guru pada pertemuan II sudah dikatakan cukup baik jika dibandingkan dari pertemuan I tetapi masih terdapat banyak kekurangan. Dari kekurangan tersebut diharapkan pada pertemuan selanjutnya dapat diminimalkan. Ketercapaian kinerja siswa dalam pembelajaran ini, jika siswa dapat melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP) yang telah disusun dan melaksanakan 7 komponen dalam model pembelajaran CTL. Pegukuran kinerja siswa didasarkan pada observasi dari observer saat siswa melakukan kegiatan pembelajaran Hasil pengamatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: (a) Berdasarkan observer I dan II pada pertemuan I, dari segi siswa: i)
Dalam tahap kontruktivisme, siswa sudah melakukan pengamatan langsung
terhadap
lingkungan
sehingga
dapat
menggali
pengetahuannya. ii) Tahap inkuiri, siswacommit masih kebingungan dalam melakukan tahap ini to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68 terbukti mereka masih dibantu oleh guru dalam tahap ini. iii) Dalam
tahap
pemodelan,
siswa
masih
kebingungan
ketika
mempraktekan mencari sifat-sifat bangun ruang. iv) Dalam tahap tanya jawab belum optimal karena hanya sedikit siswa yang aktif dalam kegiatan tanya jawab, sedangkan siswa lainnya pasif. v) Dalam tahap masyarakat belajar belum optimal karena ketika kelompok sedang membacakan hasil diskusinya, kelompok lain belum aktif untuk memberi tanggapan pada kelompok tersebut. vi) Dalam melakukan refleksi, masih ada siswa yang belum dapat menyebutkan benda-benda yang berbentuk bangun datar yang berada di luar kelas. vii) Tahap penilaian autentik sudah cukup baik karena siswa sudah dapat menjawab pertanyaan dari guru meskipun masih ada beberapa anak yang belum dapat menjawab pertanyaan guru dengan benar. (b)Berdasarkan observer I dan II pada pertemuan II, dari segi siswa: i)
Hasil observer menunjukkan hasilnya sudah baik jika dibanding dengan pertemuan I. Peningkatan kinerja siswa pada pertemuan II ditunjukan pada saat tahap kontruktivisme sudah baik yaitu siswa sudah melakukan pengamatan langsung terhadap lingkungan sehingga dapat menggali pengetahuannya.
ii) Dalam tahap inkuiri, siswa sudah dapat mencari sifat-sifat bangun ruang sesuai dengan petunjuk LKS yang di berikan oleh guru. iii) Dalam tahap pemodelan, masih ada siswa yang kebingungan ketika mempraktekan mencari sifat-sifat bangun ruang dengan model. iv) Dalam tahap tanya jawab sudah cukup baik karena sudah ada beberapa anak siswa yang aktif dalam kegiatan tanya jawab. v) Dalam tahap masyarakat belajar sudah cukup baik karena ketika kelompok sedang membacakan hasil diskusinya, kelompok lain yang tidak membacakancommit hasil todiskusi user sudah memberi tanggapan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69 meskipun hanya beberapa kelompok. vi) Dalam melakukan refleksi, siswa dapat menyebutkan benda-benda yang berbentuk bangun datar yang berada di dalam kelas maupun luar kelas. vii) Tahap penilaian autentik sudah cukup baik karena siswa sudah dapat menjawab pertanyaan dari guru meskipun masih ada beberapa anak yang belum dapat menjawab pertanyaan guru dengan benar. Adapun Saran yang diberikan observer untuk siklus I pertemuan II antara lain guru lebih meningkatkan keterampilan dalam melaksanakan model pembelajaran CTL. Siswa didorong agar lebih aktif selama kegiatan belajar mengajar. Dalam melaksanakan tugas (diskusi) dan membuat bahan yang akan dipresentasikan seharusnya semua anggota kelompok ikut terlibat dalam membuatnya dan dapat bekerjasama dengan baik. Berdasarkan hasil observer untuk segi guru pada siklus I pertemuan II menunjukkan bahwa hasilnya mengalami peningkatan, keterampilan membuka pelajaran, menggunakan alat peragadan keterampilan menutup pelajaran hasilnya baik. Untuk keterampilan menggunakan CTL juga sudah baik, untuk langkah pertama yaitu tahap konstruktivisme juga sudah baik, akan tetapi untuk langkah inkuiri masih ada siswa yang merasa kesulitan dan dalam tahap masyarakat belajar masih banyak yang kesulitan dalam berdiskusi kelompok dan mempresentasikan hasilnya kepada kelompok lain untuk ditanggapi. Sedangkan dari segi siswa masih terlihat bahwa siswa yang aktif hanya siswa tertentu saja. Saran yang diberikan observer antara lain dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok, semua anggota kelompok ikut mempresentasikan hasil diskusi. Selain itu peneliti diharapkan lebih mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Formasi tempat duduk ketika diskusi sebaiknya juga dibuat lebih bervariasi agar suasana kelas lebih menyenangkan. Diakhir pembelajaran peneliti mengadakan evaluasi yaitu siswa disuruh mengerjakan soal evaluasi commit toyang userterdiri dari 7 soal uraian. Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70 dilakukan untuk mengetahui apakah CTL yang peneliti terapkan dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pada penilaian proses, observer harus mengobservasi kegiatan guru dan siswa selama pembelajaran. Untuk penilaian proses siswa aspek yang diamati 8 aspek yaitu keaktifan dalam memperhatikan apa yang disampaikan guru, bertanya, menjawab pertanyaan guru, mengerjakan LKS yang diberikan guru, bekerjasama dengan teman satu kelompok, mendiskusikan masalah yang dihadapi, bertukar pendapat antar teman dalam
satu
kelompok,
menyusun
kesimpulan,
mengkomunikasikan
/mempresentasikan LKS dan merespon jawaban teman. Adapun rekapitulasi penilaian proses siswa siklus I dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.1.Distribusi Frekuensi Penilaian Proses Siswa Siklus I Aspek yang Diamati 1. Memperhatikan apa yang disampaikan guru 2. Aktif Bertanya 3. Aktif dalam menjawab pertanyaan guru 4. Mengerjakan LKS yang diberikan guru 5. Bekerja sama dengan teman satu kelompok 6. Mendiskusikan masalah yang dihadapi 7. Bertukar pendapat antar teman dalam kelompok 8. menyusun kesimpulan Rata-rata Persentase
Siklus I Aktif Tidak Aktif 17 (50%) 17 (50%) 22(64,7%) 12(35,3%) 17 (50%) 17 (50%) 20(58,8%) 14(41,2%) 20(58,8%) 14(41,2%) 24(70,6%) 10(29,4%) 14(41,2%) 20(58,8%) 20(58,8%) 14(41,2%) 19,25 14,75 56,61 43,39
Dari tabel 4.1 diperoleh hasil bahwa 56,61% sudah aktif dalam pembelajaran namun masih sekitar 43,39 % belum aktif dalam pembelajaran.Dan nilai rata-rata kelas penilaian proses hanya mencapai commit to user 19,25 (cukup).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71 2) Hasil Tes Hasil tes/evaluasi siswa pada saat pelaksanaan siklus I dengan materi sifat-sifat bangun ruang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Siklus I No Nilai Banyak siswa 1 60-65 8 2 66-72 10 3 73-79 9 4 80-86 3 5 87- 93 2 6 94-100 2 Jumlah 34 Keterangan : Nilai rata-rata : 73,76 Tuntas : 70,58% (24 anak) Belum tuntas : 29,42% (10 anak)
Persentase 23,50% 29,45% 26,47% 8,82% 5,88% 5,88%
100%
Dari tabel 4.2 kegiatan siklus I belum berhasil dibuktikan dengan anak yang belum tuntas sebanyak 10 siswa dengan persentase 29,42% sehingga yang tuntas baru 24 anak dengan persentase 70,58%. Dan rata-rata kelas baru mencapai 73,76. Untuk lebih jelasnya kedua penilaian diatas dapat dilihat dalam gambar berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
100 80 60
Penilaian Proses
40
Penilaian Hasil
20 0 Nilai Rata-Rata Nilai Tertinggi Nilai Terendah
Gambar 4. 3. Grafik Perbandingan Rata-Rata Hasil Penilaian Siklus I
d. Refleksi Atas dasar hasil observasi yang telah dilaksanakan oleh peneliti dan observer, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan kelas siklus I ini belum optimal atau belum berhasil. Hal ini dapat dilihat pada: a. Saat pembelajaran berlangsung masih sedikit siswa yang aktif mengikuti pembelajaran. Hal ini terbukti denngan keaktifan siswa baru mencapai 56,61%. b. Pelaksanaan pendekatan CTL yang dilakukan guru juga belum maksimal karena tidak semua siswa aktif dalam tahap inkuiri yaitu guru masih membimbing, dan dalam tahap bertanya, belum semua siswa aktif karena masih didominasi oleh siswa yang pintar serta dalam tahap masyarakat belajar belum optimal karena dalam diskusi kelompok masih ada siswa yang bermain sendiri serta ketika perwakilan kelompok membacakan hasil diskusi masih didominasi oleh siswa yang pintar. c. Hasil belajar siswa yang belum memenuhi kriteria indikator kinerja yang menyatakan 80% siswa mencapai nilai KKM 70. Berdasarkan analisis diatas, maka hal-hal yang harus diperbaiki pada siklus II adalah sebagai berikut: a. Kegiatan pembelajaran secara umum harus lebih ditingkatkan dengan menerapkan tujuh komponen pendekatan CTL yang lebih baik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73 b. Penggunaan media pembelajaran disesuaikan dengan materi dan mencakup seluruh siswa. c. Proses “konstruktivisme” pada siswa harus lebih bermakna. Guru harus lebih menggali potensi yang ada pada diri siswa. d. Pada komponen “inkuiri”, guru harus lebih mengajak siswa untuk dapat mencari dan menemukan pemecahan masalah sendiri dan guru berperan hanya sebagi fasilitator. e. Proses tanya jawab, guru harus lebih memotivasi siswa untuk dapat menanyakan dan mengungkapkan apa yang ada dalam dirinya kepada orang lain. f. Guru harus lebih mengkondisikan kelas secara kondusif sehingga dapat membentuk masyarakat belajar yang lebih aktif. g. Demonstrasi atau pendekatan yang diberikan guru harus lebih ditingkatkan lagi sehingga tidak ada anak yang merasa kebingungan untuk memperagakan seperti yang dicontohkan guru. h. Proses refleksi dan penilaian sebenarnya yang dilakukan oleh guru dilaksanakan sesuai dengan materi yang diajarkan. Dari keterangan diatas, peneliti dan observer sepakat untuk memperbaiki kekurangan yang terjadi pada siklus I dengan melaksanakan tindakan silkus II yang diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan proses dan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan CTL yang lebih baik.
2. Deskripsi Siklus II Seperti pada waktu pelaksanaan siklus pertama, pada siklus ini akan dilakukan kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan CTL. Pada tindakan siklus II ini juga menggunakan materi kelanjutan pada tindakan siklus I yaitu tentang jaring-jaring bangun ruang. Pembelajaran yang dilakukan dalam tindakan siklus II ini sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan juga meningkatkan kemampuan commit toguru user dalam menerapkan penggunaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74 pendekatan CTL. Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas siklus kedua ini melalui beberapa tahapan yaitu: a. Perencanaan Siklus II Tindakan siklus II berupa perbaikan terhadap kekurangan yang muncul pada siklus I. Adapun hal-hal yang direncanakan atau dipersiapkan dalam siklus II ini adalah sebagai berikut: Pada siklus II akan dilakukan kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching and
Learning)dalam
kegiatan
pembelajaran
Matematika.
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat pada siklus II dilakukan dalam 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama lebih ditekankan pada proses pembelajaran dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning), sedangkan pada pertemuan 2 selain proses juga dilakukan penilaian hasil. Pada pertemuan I dilakukan hari Sabtu, 12 Februari 2011 pukul 07.30-09.00 WIB yaitu siswa berdiskusi tentang jaring-jaring bangun ruang kubus dan balok.
Diskusi
tersebut
dilakukan
sesuai
dengan
langkah-langkah
pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) yang diamati oleh kepala sekolah dan guru kelas III B. Sedangkan pada pertemuan II pada hari Senin, 14 Februari 2011 pukul 09.30-11.00 WIB yaitu siswa berdiskusi tentang jaring-jaring bangun ruang kerucut dan limas dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) dan melaksanakan evaluasi tentang jaring-jaring bangun ruang yang berjumlah 4 soal berbentuk uraian yang diamati oleh guru kelas IVA dan guru kelas IIB. b. Pelaksanaan Siklus II Pelaksanaan siklus II dilaksanakan langsung di kelas VA. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan, yaitu pada hari Sabtu, 12 Februari 2011 pukul 07.30-09.00 WIB dan Senin, 14 Februari2011 pada pukul 09.30-11.00 WIB. Jumlah siswa kelas V yang hadir dalam pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan I berjumlah 32 anak karena 2 anak tidak masuk karena sakit sedangkan jumlah siswa yang hadir pada siklus II pertemuan IIcommit berjumlah 34 siswa. Selain itu juga ada teman to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75 sejawat sebagai observer yaitu pada pertemuan I yaitu kepala sekolah dan guru kelas III B. Dan pertemuan II yaitu guru kelas IV A dan Guru Kelas IIB sesuai program yang direncanakan maka dilaksanaknan programprogram sebagai berikut: 1) PertemuanI Siklus II pertemuan I dilaksanakan langsung di kelas VA pada hari Sabtu, 12 Februari 2011 pukul 07.30-09.00 WIB dengan jumlah siswa 32 anak karena 2 anak tidak masuk sekolah karena sakit dengan mata pelajaran Matematika materi pokok “Jaring-jaring Bangun Ruang” yaitu bangun kubus dan balok. Waktu tersebut sudah disesuaikan dengan jadwal mata pelajaran yang dibuat oleh sekolah sehingga tidak mengganggu kegiatan pembelajaran di kelas tersebut. Selain itu juga ada teman sejawat sebagai observer yaitu kepala sekolah dan guru kelas III B. Pada tindakan siklus II pertemuan I peneliti gunakan untuk memperbaiki kemampuan mengajar dengan menggunakan pendekatan CTL. Pelaksanaan kegiatan pada pertemuan I adalah sebagai berikut : a. Kegiatan awal (+ 10 menit) Sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat, pada kegiatan awal yang lakukan oleh peneliti adalah salam, berdoa, mengabsen siswa, apersepsi dengan mengingat tentang sifat-sifat bangun kubus yaitu jumlah sisi bangun kubus dan acuan untuk belajar tentang jaring-jaring bangun ruang kubus dan balok. b. Kegiatan inti (+ 40 menit) Dalam
kegiatan
pembelajaran
siswa
duduk
sesuai
kelompoknya, guru membagikan beberapa pendekatan bangun ruang kepada siswa seperti dus kapur, dus minuman serbuk, dus snak, dus pasta gigi, dus obat luka dan lain sebagainya yang dapat dilihat pada gambar berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76
Gambar 4.4. Jaring-Jaring Bangun Ruang di Sekitar Siswa
Pelaksanaan pembelajaran dalam kegiatan siklus II ini meliputi 7 komponen pendekatan CTL yaitu sebagai berikut : 1) Tahap kontruktivisme Kegiatan Guru : Menyuruh siswa untuk mengamati benda berbentuk kubus yaitu (dus kapur) dan membongkar bangun tersebut dengan berbagai cara sehingga terbuka jaring-jaringnya. Kegiatan Siswa : Mengamati dan membongkar benda berbentuk benda berbentuk kubus yaitu (dus kapur) dan menemukan jaring-jaringnya. 2) Tahap Inkuiri Kegiatan Guru : Menugaskan dan membimbing siswa berdiskusi kelompok untuk mengamati/mengobservasi benda-benda di sekitar siswa yang berbentuk bangun kubus dan balok serta menentukan jaring-jaring bangun ruang berdasarkan petunjuk pada LKS. Kegiatan Siswa: Berdiskusi kelompok dengan mengamati/mengobservasi benda yang berbentuk bangun kubus dan balok serta menentukan jaringjaring bangun kubus dan balok berdasarkan petunjuk pada LKS. 3) Tahap Pemodelan Kegiatan Guru : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77 Memberi peragaan cara menentukan jaring-jaring bangun ruang berdasarkan benda yang ada di sekitar siswa serta memberi peragaan cara membuat kubus/balok dari jaring-jaring yang sudah digambar. Dalam hal ini guru memperagakan dengan dus minuman serbuk, dus obat luka serta jaring-jaring kubus dan balok. Kegiatan Siswa : Siswa menyimak dan memperhatikan guru memperagakan cara menentukan jaring-jaring bangun kubus dan balok pada dus minuman serbuk dan dus obat luka. Siswa secara berkelompok memperagakan cara menentukan jaring-jaring bagun kubus dan balok
dengan
benda
yang
ada
pada
kelompoknya
dan
menggambarnya pada Lembar Kerja Siswa kemudian membuat jaring-jaring kubus dan balok dan dilem dibuat bangun kubus dan balok. 4) Tahap Tanya Jawab Kegiatan Guru : Menjawab pertanyaan siswa tentang menentukan jaring-jaring bangun kubus dan balok berdasarkan benda yang ada di sekitar siswa. Kegiatan Siswa : Siswa melakukan tanya jawab dengan guru serta siswa lain mengenai jaring-jaring bangun kubus dan balok berdasarkan benda yang ada di sekitar siswa. 5) Tahap Masyarakat Belajar Kegiatan Guru : Menugaskan
siswa
berdiskusi
kelompok
dan
menugaskan
perwakilan kelompok untuk melaporkan hasil diskusi kelompoknya mengenai jaring-jaring bangun kubus dan balok di depan kelas. Menugaskan kelompok yang tidak sedang melaporkan untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78 menanggapi dengan bertanya dan memberi komentar tentang jaring-jaring yang dibuat kelompok itu sudah benar atau belum. Kegiatan Siswa : Siswa melaksanakan diskusi kelompok sesuai kelompoknya yang beranggotakan 5 orang tentang jaring-jaring bangun kubus dan balok kemudian perwakilan kelompok secara bergiliran dengan kelompok lain untuk menggambarkan hasil diskusi mereka tentang jaring-jaring bangunkubus dan balok di depan kelas. Kelompok yang tidak sedang melaporkan menanggapi dengan bertanya dan memberi komentar tentang jaring-jaring yang dibuat kelompok itu sudah benar atau belum. 6) Tahap Refleksi Kegiatan Guru : Merefleksi
dengan
pembelajaran
menugaskan
kedalam
kehidupan
siswa
untuk
sehari-hari
mengaitkan dengan
cara
menyebutkan benda-benda yang termasuk bangun ruang kubus dan balok yang ada di kelas maupun di luar kelas. Kegiatan Siswa : Siswa mengaitkan pembelajaran kedalam kehidupan sehari-hari dengan cara menyebutkan benda-benda yang termasuk bangun ruang kubus dan yang ada di kelas maupun di luar kelas. 7) Tahap Penilaian Autentik Kegiatan Guru : Guru melaksanakan penilaian terhadap proses kegiatan belajar siswa (saat melaksanakan diskusi kelompok) dan menugaskan siswa mengerjakan soal evaluasi tentang jaring-jaring bangun kubus dan balok. Kegiatan Siswa : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79 Siswa melaksanakan diskusi kelompok tentang jaring-jaring bangun kubus dan balok. Di akhir pembelajaran siswa mengerjakan soal evaluasi tentang jaring-jaring bangun kubus dan balok. c. Kegiatan akhir (+ 20 menit) Pada kegiatan ini, siswa diberikan kesempatan untuk mencatat dan menanyakan hal-hal yang belum jelas tentang jaring-jaring kubus dan balok kemudian siswa diajak untuk menyimpulkan materi jaringjaring kubus dan balok yang baru saja diajarkan. Pelajaran diakhiri dengan salam dari guru. 2) PertemuanII Pada tindakan siklus II pertemuan II dilaksanakan hari Senin, 14 Februari 2011 pada pukul 09.30-11.00 WIB yang digunakan peneliti untuk
belajar dan memantapkan kemampuan mengajar dengan
menggunakan pendekatan CTL, agar hasil yang tercapai lebih maksimal. Peneliti melaksanakan pembelajaran tentang jaring-jaring bangun ruang dengan bangun yang berbeda dari pertemuan I. Pertemuan II tentang jaring-jaring
bangu
tabung
dan
kerucut.
Sebelum
pelaksanaan
pembelajaran berlangsung, siswa sudah dibagikan benda-benda yang berbentuk tabung dan kerucut seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar 4.5. Topi Ulang Tahun, Contong Eskrim dan Kaleng Susu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80 Pada pertemuan ini, siswa lebih dapat terkoordinir dibandingkan dengan pertemuan I. Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan II sebagai berikut: a. Kegiatan awal (+ 10 menit) Sebelum memulai pelajaran, siswa kelas VA sudah duduk rapi di tempat duduk yang diatur dengan berkelompok. Diawali dengan guru membuka proses pembelajaran dengan salam pembuka, berdoa, mengabsen kehadiran siswa, menyampaikan apersepsi, serta mengadakan acuan untuk belajar jaring-jaring bangun tabung dan kerucut. b. Kegiatan inti (+ 40 menit) Dalam kegiatan pembelajaran siswa duduk sesuai kelompoknya, guru membagikan beberapa pendekatan bangun tabung dan kerucut kepada siswa seperti kaleng susu, topi ulang tahun, dan lain sebagainya. Pelaksanaan pembelajaran dalam kegiatan siklus II ini meliputi 7 komponen pendekatan CTL yaitu sebagai berikut : 1) Tahap kontruktivisme Kegiatan Guru : Menyuruh siswa untuk mengamati benda bangun ruang (kaleng susu) dan membuka bangun tersebut dengan berbagai cara sehingga terbuka jaringjaringnya. Kegiatan Siswa : Mengamati dan membongkar benda berbentuk tabung yaitu kaleng susu dan menemukan jaring-jaringnya. 2) Tahap Inkuiri Kegiatan Guru : Menugaskan dan membimbing
siswa berdiskusi kelompok untuk
mengamati/mengobservasi benda-benda di sekitar siswa yang berbentuk bangun tabung dan kerucut serta menentukan jaring-jaring bangun tabung dan kerucut berdasarkan petunjuk pada LKS. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81 Kegiatan Siswa: Berdiskusi kelompok dengan mengamati/mengobservasibenda yang berbentuk bangun bangun tabung dan kerucut serta menentukan jaringjaring bangun tabung dan kerucut berdasarkan petunjuk pada LKS. 3) Tahap Pemodelan Kegiatan Guru: Memberi peragaan cara menentukan jaring-jaring bangun tabung dan kerucut berdasarkan benda yang ada di sekitar siswa yaitu kaleng susu dan topi ulang tahun. Dalam hal ini guru memperagakan dengan kaleng susu dan topi ulang tahun. Kegiatan Siswa: Siswa menyimak dan memperhatikan
guru memperagakan cara
menentukan jaring-jaring bangun tabung dan kerucut. Siswa secara berkelompok memperagakan cara menentukan jaring-jaring bagun ruang dengan benda yang sudah di sediakan yaitu kaleng susu dan topi ulang tahun dan menggambarnya pada Lembar Kerja Siswa. 4) Tahap Tanya Jawab Kegiatan Guru: Menjawab pertanyaan siswa tentang menentukan jaring-jaring bangun tabung dan kerucut dengan benda yang sudah di sediakan yaitu kaleng susu dan topi ulang tahun. Kegiatan Siswa: Siswa melakukan tanya jawab dengan guru serta siswa lain mengenai jaring-jaring bangun tabung dan kerucut dengan benda yang sudah di sediakan yaitu kaleng susu dan topi ulang tahun. 5) Tahap Masyarakat Belajar Kegiatan Guru: Menugaskan siswa berdiskusi kelompok dan menugaskan perwakilan kelompok untuk melaporkan hasil diskusi kelompoknya mengenai jaringjaring bangun tabung dancommit kerucutdi depan kelas. Menugaskan kelompok to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82 yang tidak sedang melaporkan untuk menanggapi dengan bertanya dan memberi komentar tentang jaring-jaring bangun tabung dan kerucut. Kegiatan Siswa: Siswa melaksanakan diskusi kelompok sesuai kelompok masing-masing. Mereka saling bekerjasama mengisi LKS tentang jaring-jaring bangun tabung dan kerucut kemudian menggambarkan hasil diskusi di depan kelas. Kelompok yang tidak sedang melaporkan menanggapi dengan bertanya dan memberi komentar tentang jaring-jaring bangun tabung dan kerucut. 6) Tahap Refleksi Kegiatan Guru: Merefleksi dengan menugaskan siswa untuk mengaitkan pembelajaran kedalam kehidupan sehari-hari dengan cara menyebutkan benda-benda yang termasuk bangun tabung dan kerucut yang ada di kelas maupun di luar kelas. Kegiatan Siswa: Siswa mengaitkan pembelajaran kedalam kehidupan sehari-hari dengan cara menyebutkan benda-benda yang termasuk bangun tabung dan kerucut yang ada di kelas maupun di luar kelas. 7) Tahap Penilaian Autentik Kegiatan Guru: Guru melaksanakan penilaian terhadap proses kegiatan belajar siswa (saat
melaksanakan
diskusi
kelompok)
dan
menugaskan
siswa
mengerjakan soal evaluasi tentang jaring-jaring bangun tabung dan kerucut. Kegiatan Siswa: Siswa melaksanakan diskusi kelompok. Di akhir pembelajaran siswa mengerjakan soal evaluasi tentang jaring-jaring bangun tabung dan kerucut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83 c. Kegiatan akhir (+ 20 menit) Pada kegiatan ini, siswa diberikan kesempatan untuk mencatat dan menanyakan hal-hal yang belum jelas tentang jaring-jaring tabung dan kerucut kemudian siswa diajak untuk menyimpulkan materi jaringjaring tabung dan kerucut yang baru saja diajarkan. Pada tahap akhir siswa mengerjakan evaluasi tentang jaring-jaring bangun ruang yang berjumlah 4 soal uraian untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa. Pelajaran diakhiri dengan salam dari guru setelah seluruh lembar evaluasi dikumpulkan.
C Observasi Kegiatan observasi dilakukan peneliti, kepala sekolah dan teman sejawat. Adapun observer pada siklus II pertemuan I bernama Supriyono, S,Pd selaku kepala sekolah, sedangkan observer II bernama Ida Asrotul mahmudah, A. Ma. selaku guru kelas IIIB. Dan pada pertemuan II observernya bernama Subandiyah, A.Ma selaku guru kelas IV A dan Joni Pamungkas, A.Ma selaku guru kerlas II.B. Kegiatan observasi dilaksanakan bersamaan saat pelaksanaan pembelajaran, observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang berlangsung selama siklus II yang meliputi 2 kali pertemuan dengan materi yang berkelanjutan dan masih menerapkan model pembelajaran CTL, sedangkan untuk hasil belajar siswa dilakukan setelah melakukan evaluasi siklus II.Tes Hasil kegiatan observasi didapat dari data non tes dan tes. Non tes dilakukan berupa hasil observasi, sedangkan data tes dilakukan berupa hasil evaluasi tertulis pada akhir siklus II. Data hasil observasi yang peneliti lakukan meliputi: 1) Hasil Non Tes ( Proses) Hasil penelitian non tes pada siklus II didapatkan dari hasil observasi kinerja siswa dan guru. Hasil selengkapnya dijelaskan pada uraian berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84 a) Hasil Observasi Kinerja Guru dan Siswa Hasil observasi dalam penelitian ini adalah observasi siswa dan guru yang dilaksanakan oleh 2 teman sejawat sebagai observer yang dilakukan pada siklus II selama 2 kali pertemuan. Pengambilan data observasi dilakukan selama proses pembelajaran pada siklus II tentang jaring-jaring bangun ruang pada siswa kelas V SDN Grogolbeningsari Kecamatan Petanahan. Pengambilan data observasi ini bertujuan untuk mengetahui dan melihat kinerja siswa dan guru dalam menerima atau mengikuti proses pembelajaran pada saat menerapkan pembelajaran CTL. Ketercapaian kinerja guru dalam pembelajaran ini jika guru dapat melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP) yang telah disusun dan melaksanakan 7 komponen dalam pembelajaran CTL. Pegukuran kinerja guru didasarkan pada observasi dari observer saat guru melakukan kegiatan pembelajaran. Hasil pengamatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: (a) Berdasarkan observer I dan II pada pertemuan I, dari segi guru: i)
Guru sudah membuka pelajaran dengan baik yaitu diawali saalm dan berdoa.
ii) Guru sudah mengkondisikan kelas dengan baik yaitu siswa sudah tidak terlalu ramai bermain sendiri. iii) Guru sudah menyampaikan tujuan pembelajaran
yaitu
mempelajari jaring-jaring bangun ruang. iv) Guru sudah membagi siswa dalam kelompok yaitu ada 7 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang. v) Guru menggunakan media sudah tepat sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Media menggunakan macam-macam bangun ruang dan jaring-jaring bangun ruang yang sesuai untuk memahami materi jaring-jaring bangun ruang. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85 vi) Komponen kontruktivisme sudah dilakukan oleh guru dengan membangun pemahaman siswa dari pengalamannya sendiri yaitu guru menyuruh siswa membuka kardus dan melakukan pengamatan secara langsung terhadap bentuk jaring-jaring kardussehingga pembelajaran tidak bersifat hafalan. vii) Komponen inkuiri sudahdilaksanakan guru yaitu siswa menemukan sendiri jaring-jaring bangun kubus dari membuka sendiri benda yang berbentuk kubus yang mereka bawa. viii) Komponen tanya jawab yang diciptakan guru antara siswa dengan siswa masih kurang aktif yaitu masih didominasi oleh siswa yang pintar, hanya beberapa anak yang aktif bertanya dan siswa yang lain hanya menungggu jawaban dari temannya tersebut. ix) Komponen masyarakat belajar yang diciptakan guru untuk siswa sudah cukup berhasil. Siswa saling bekerjasama dalam kegiatan diskusi. Dan saat pelaksanaan presentasi kelompok di depan
kelas,
beberapa
siswa
sudah
cukup
aktif
mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka. x) Tahap pemodelan sudah dilakukan oleh guru dengan memperagakan membuat bangun ruang dari jaring-jaring yang dibuat. xi) Refleksi sudah dilakukan oleh guru dan siswa dengan mengkaitkan materi ke dalam kehidupan nyata
yaitu
menyebutkan benda-benda disekitar siswa yang berbentuk bangun ruang. xii) Penilaian sudah dilakukan oleh guru dengan baik dan objektif serta memberikan tugas yang relevan pada anak sesuai dengan materi yang telah diajarkan yaitu jaring-jaring bangun ruang. xiii) Kegiatan menutup pelajaran sudah dilaksanakan oleh guru dengan baik dan tepat waktu commit to usersesuai rencana.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86 (b)Berdasarkan observer I dan II pada pertemuan II, dari segi guru: i)
Guru sudah membuka pelajaran dengan baik yaitu diawali saalm dan berdoa.
ii) Guru sudah mengkondisikan kelas dengan baik yaitu siswa sudah tidak terlalu ramai bermain sendiri. iii) Guru sudah menyampaikan tujuan pembelajaran
yaitu
mempelajari jaring-jaring bangun ruang. iv) Guru sudah membagi siswa dalam kelompok yaitu ada 7 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang. v) Guru menggunakan media sudah tepat sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Media menggunakan macam-macam bangun ruang dan jaring-jaring bangun ruang yang sesuai untuk memahami materi jaring-jaring bangun ruang. vi) Komponen kontruktivisme sudah dilakukan oleh guru dengan membangun pemahaman siswa dari pengalamannya sendiri yaitu guru menyuruh siswa membuka topi ulang tahun dan melakukan pengamatan secara langsung terhadap bentuk jaring-jaring kerucut sehingga pembelajaran tidak bersifat hafalan. vii) Komponen inkuiri sudah dilaksanakn guru guru dengan baik yaitu siswa menemukan sendiri jaring-jaring bangun kerucut dengan membuka sendiri benda yang berbentuk bangun kerucut. viii) Komponen tanya jawab yang diciptakan guru antara siswa dengan siswa sudah aktif yaitu anak sudah aktif bertanya tentang bentuk-bentuk jaring-jaring bangun kerucut. ix) Komponen masyarakat belajar yang diciptakan guru untuk siswa sudah berhasil. Siswa saling bekerjasama dalam kegiatan diskusi. Dan saat pelaksanaan presentasi kelompok di depan kelas, beberapa siswatosudah commit user cukup aktif mempresentasikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87 hasil diskusi kelompok mereka dan kelompok lain aktif memberi tanggapan. x) Tahap pemodelan sudah dilakukan oleh guru dengan memperagakan membuat bangun ruang dari jaring-jaring yang dibuat. xi) Refleksi sudah dilakukan oleh guru dan siswa dengan mengkaitkan materi ke dalam kehidupan nyata
yaitu
menyebutkan benda-benda disekitar siswa yang berbentuk bangun ruang. xii) Penilaian sudah dilakukan oleh guru dengan baik dan objektif serta memberikan tugas yang relevan pada anak sesuai dengan materi yang telah diajarkan yaitu jaring-jaring bangun ruang. xiii) Kegiatan menutup pelajaran sudah dilaksanakan oleh guru dengan baik dan tepat waktu sesuai rencana. Ketercapaian kinerja siswa dalam pembelajaran ini, jika siswa dapat
melaksanakan
pembelajaran
sesuai
dengan
Rencana
Pelaksanaan Pengajaran (RPP) yang telah disusun dan melaksanakan 7 komponen dalam model pembelajaran CTL. Pegukuran kinerja siswa didasarkan pada observasi dari observer saat siswa melakukan kegiatan pembelajaran Hasil pengamatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: (a) Berdasarkan observer I dan II pada pertemuan I, dari segi siswa: i)
Dalam
tahap
kontruktivisme,
siswa
sudah
melakukan
pengamatan langsung terhadap lingkungan sehingga dapat menggali pengetahuannya. ii) Tahap inkuiri, siswa sudah tidak dibantu guru untuk menentukan sifat-sifat bangun kerucut berdasarkan petunjuk LKS. iii) Dalam tahap pemodelan, siswa sudah dapat mempraktekan mencari jaring-jaring commitbangun to user ruang.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88 iv) Dalam tahap tanya jawab sudah optimal karena hampir semua siswa aktif dalam kegiatan tanya jawab, tanya jawab antar siswa maupun tanya jawab siswa dengan guru. v) Dalam tahap masyarakat belajar sudah optimal karena dalam diskusi siswa sudah tidak dibimbing oleh guru dan ketika kelompok sedang membacakan hasil diskusinya, kelompok lain aktif untuk memberi tanggapan pada kelompok tersebut. vi) Dalam melakukan refleksi, siswa sudah dapat menyebutkan benda-benda yang berbentuk bangun kerucut dan tabung yang berada di dalam kelas maupun luar kelas. vii) Tahap penilaian autentik sudah baik karena siswa sudah dapat menjawab pertanyaan dari guru meskipun masih ada 1 anak yang belum dapat menjawab pertanyaan guru dengan benar tetapi karena keterbatasan kemampuannya. (b) Berdasarkan observer I dan II pada pertemuan II, dari segi siswa: i)
Hasil observer menunjukkan hasilnya sudah baik jika dibanding dengan pertemuan I. Peningkatan kinerja siswa pada pertemuan II ditunjukan pada saat tahap kontruktivisme, siswa sudah melakukan pengamatan langsung terhadap lingkungan sehingga dapat menggali pengetahuannya tentang jaring-jaring bangun kerucut dan tabung.
ii) Tahap inkuiri, siswa sudah dapat menentukan jaring-jaring bangun kerucut berdasarkan petunjuk LKS. iii) Dalam tahap pemodelan, siswa sudah dapat mempraktekan mencari jaring-jaring bangun ruang. iv) Dalam tahap tanya jawab sudah optimal karena semua siswa sudah aktif bertanya. v) Dalam tahap masyarakat belajar sudah optimal karena dalam diskusi sudah tidak dibimbing oleh guru dan ketika kelompok sedang membacakan hasil commit to userdiskusinya, kelompok lain sudah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89 aktif untuk memberi tanggapan pada kelompok tersebut. vi) Dalam melakukan refleksi, siswa sudah dapat menyebutkan benda-benda yang berbentuk bangun kerucut dan tabung yang berada di dalam kelas maupun luar kelas. vii) Tahap penilaian autentik sudah baik karena siswa sudah dapat menjawab pertanyaan dari guru dengan benar.
Berdasarkan hasil observer untuk segi guru pada siklus II pertemuan II menunjukkan bahwa hasilnya mengalami peningkatan, keterampilan membuka pelajaran, menggunakan alat peraga dan keterampilan menutup pelajaran hasilnya baik. Untuk keterampilan menggunakan CTL juga sudah baik, untuk langkah pertama yaitu tahap konstruktivisme juga sudah baik, untuk langkah inkuiri juga sudah mengalami peningkatan karena siswa sudah dapat memahami petunjuk LKS,dan dalam tahap masyarakat belajar juga sudah baik karena siswa sudah aktif berdiskusi, semua siswa ikut berdiskusi dan jika ada kelompok sedang membacakan presentasi maka kelompk lain sudah aktif memberi tanggapan. Sedangkan dari segi siswa juga sudah aktif dalam pembelajaran yaitu hampir semua siswa sudah aktif dalam kegiatan diskusi maupun kegiatan tanya jawab. Di akhir pembelajaran peneliti mengadakan evaluasi yaitu siswa disuruh mengerjakan soal evaluasi yang terdiri dari 4 soal uraian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah CTL yang peneliti terapkan dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Dari pengamatan observer diatas, terjadi peningkatan yang baik dalam pembelajaran. Seperti halnya pada siklus I, di siklus yang kedua ini peneliti juga melaksanakan dua macam penilaian yaitu penilaian proses dan hasil.Pada penilaian proses, observer harus mengobservasi kegiatan guru, dan siswa selama pembelajaran. Untuk penilaian proses siswa aspek yang diamati 8 aspek yaitu keaktifan dalam memperhatikan apa yang disampaikan guru, bertanya, menjawab pertanyaan guru, mengerjakan LKS yang diberikan guru, bekerjasama dengan teman satu kelompok, mendiskusikan masalah commit to useryang dihadapi, bertukar pendapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90 antar
teman
dalam
satu
kelompok,
menyusun
kesimpulan,
mengkomunikasikan/mempresentasikan LKS dan merespon jawaban teman. Adapun rekapitulasi penilaian proses siswa siklus II dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Penilaian Proses Siklus II Aspek yang Diamati 1. Memperhatikan apa yang disampaikan guru 2. Aktif Bertanya 3. Aktif dalam menjawab pertanyaan guru 4. Mengerjakan LKS yang diberikan guru 5. Bekerja sama dengan teman satu kelompok 6. Mendiskusikan masalah yang dihadapi 7. Bertukar pendapat antar teman dalam kelompok 8. menyusun kesimpulan Rata-rata Persentase
Siklus II Aktif Tidak Aktif 32(94,1%) 2(5,9%) 32(94,1%) 2(5,9%) 28(82,3%) 6(17,7%) 24(70,5%) 10(29,5%) 29(85,3%) 5(14,7%) 26(76,4%) 8(23,6%) 23(67,7%) 11(32,3%) 24(70,5%) 10(29,5%) 27,25 6,75 80,1 19,9
Dari tabel 4.3 diperoleh hasil bahwa 80,1% sudah aktif dalam pembelajaran namun masih sekitar 19,9% belum aktif dalam pembelajaran. Dan nilai keaktifan sudah mencapai nilai baik karena rata-ratanya sudah mencapai 27,25. Adapun untuk penilaian akhir, peneliti mengadakan penilaian hasil secara tertulis. Berikut adalah tabel penilaian hasil siklus II, sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91 Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Siklus II No
Nilai
1 75-78 2 79-82 3 83-86 4 87-90 5 91-94 6 95-98 7 99-102 Jumlah Keterangan Nilai rata-rata Tuntas Belum tuntas
Banyak siswa
Persentase
26 _ _ _ _ _ 8 34
76,47% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 23,53% 100%
: : 81,61 : 100% (34 anak) : 0% (0 anak)
Dari tabel 4.4 kegiatan siklus II sudah berhasil dibuktikan dengan semua siswa sudah mencapai nilai diatas KKM yaitu 70 dengan persentase ketuntasan mencapai 100%. Dan rata-rata kelas mencapai 81,61. Untuk lebih jelasnya kedua penilaian dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.5. Hasil Penilaian Siklus II No 1 2 3 4 5
Keterangan Nilai Rata-rata Nilai Tertinggi Nilai Terendah Tuntas Belum Tuntas
Penilaian Proses 27,25 32 23 80,1% 19,9%
Penilaian Hasil 81,61 100 75 34 Siswa atau 100% 0 Siswa atau 0 %
Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa pembelajaran Matematika pada siklus II dengan menggunakan pendekatan CTL ternyata
dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. commitPenerapan to user pendekatan CTL yang baik dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92 terencana dengan lebih matang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran khususnya dalam Matematika.
d. Refleksi Berdasarkan hasil pengamatan/observasi pada tindakan yang dilaksanakan oleh observer dan peneliti pada siklus II, masalah yang terjadi pada siklus I dapat diatasi dengan baik. Hal ini terbukti dari hasil diskusi observer, dapat disimpulkan bahwa: a. Kegiatan belajar mengajar yang diciptakan guru/peneliti dapat sudah menarik dan menyenangkan bagi siswa, sehingga siswa pun aktif dalam pembelajaran karena sudah tidak ada siswa yang bermain sendiri. b. Pelaksanaan pendekatan CTL yang meliputi tujuh komponen yaitu konstruktivisme, inkuiri, tanya jawab, pemodelan, masyarakat belajar, refleksi dan penilaian sebenarnya dapat dilaksanakan oleh guru dengan lebih baik dari pada siklus II terbukti dari kondisi kelas yang tidak ramai, siswa sudah aktif dalam hal diskusi, siswa aktif dalam tahap tanya jawab dan siswa aktif dalam tahap masyarakat belajar. c. Pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, siswa terlihat berusaha memperhatikan penjelasan guru dan mengikuti pelajaran dengan tertib. Siswa yang semula suka bermain sendiri, sekarang sudah dapat diatasi dengan menyuruh mereka membongkar benda konkret. Ini berarti guru telah menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang kondusif. d. Guru sudah terlihat berusaha untuk membagi perhatian kepada seluruh siswa sehingga siswa terlihat lebih aktif dan terbantu oleh perhatian dan arahan guru. Dari hasil penilaian yang dilakukan oleh peneliti pada siklus II diperoleh hasil bahwa kemampuan siswa dalam menguasai materi yang telah diajarkan pada siklus II lebih meningkat daripada siklus I. Hal ini terbukti dengan rata-rata persentase penilaian proses meningkat dari 56,61% menjadi 80,1%. Sedangkan commit pada penilaian to user hasil terjadi peningkatan rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93 kelas dari 73,76 menjadi 81,61. Ini berarti nilai yang diperoleh siswa sudah lebih dari 80% yang memenuhi KKM. Peningkatan ini tidak terlepas dari penerapan pendekatan CTL yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus Pelaksanaan penelitian menggunakan dua siklus dengan masing-masing siklus adalah dua pertemuan. Siklus I dilakukan dua pertemuan dengan materi sifat-sifat bangun ruang dan siklus II juga dilakukan dalam dua pertemuan dengan materi jaring-jaring bangun ruang. Dari pelaksanaan tindakan selama dua siklus, diketahui bahwa keaktifan dalam memperhatikan apa yang disampaikan guru, bertanya, menjawab pertanyaan guru, mengerjakan LKS yang diberikan guru, bekerjasama dengan teman satu kelompok, mendiskusikan masalah yang dihadapi, bertukar pendapat antar
teman
dalam
satu
kelompok,
menyusun
kesimpulan,
mengkomunikasikan/mempresentasikan LKS dan merespon jawaban teman dalam mengikuti pelajaran Matematika meningkatkarena dengan pendekatan CTL siswa dapat menghubungkan antara pengetahuan yang dimilikinya dan menerapkannya dalam kehidupan mereka sendiri sehingga pembelajaran lebih bermakna. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyanto (mengutip pendapat Nurhadi) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa (2009: 14). Dan juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dan penerapannya dalam
kehidupan mereka sendiri-sendiri. Sehingga hal ini
berpengaruh terhadap
peningkatan hasil belajar Matematika tentang materi "Bangun Ruang" pada siswa kelas VSD Negeri Grogolbeningsari. Peningkatan dapat dilihat dari hasil tes antar siklus. Secara lebih rinci pembahasan setiap siklus sebagai berikut : Pada tindakan siklus I pembelajaran berlangsung dengan aktif dan guru mampu menarik perhatian siswa.commit Siswatoterlihat user aktif, antusias, dan semangat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94 selama proses pembelajaran berlangsung. Tetapi pada saat presentasi masih didominasi oleh siswa yang pintar. Guru belum mampu untuk memotivasi dan membangkitkan keberanian siswa yang pendiam. Dan dalam berkelompok belum terjalin kerjasama yang bagus karena masih didominasi oleh siswa yang pintar. Guru juga masih terlihat canggung dalam melaksanakan penerapan pendekatan "CTL" ini. Namun demikian, dari 34 siswa yang mengikuti evaluasi tindakan siklus I ada beberapa siswa yang belum mencapai KKM. Siswa yang mendapat nilai > KKM (70) ada 24 siswa dari 34 siswa yang mengikuti kegiatan evaluasi. Sedangkan 10 siswa belum memenuhi KKM tetapi dengan kesepakatan guru, anak tersebut mendapatkan perbaikan di luar jam pelajaran. Pada siklus II, pembelajaran berlangsung lebih lancar dan berhasil. Sebagian besar siswa terlihat lebih aktif, lebih dapat saling bekerjasama dengan kelompoknya dan lebih inisiatif dalam menyelesaikan masalah, Keberanian siswa dalam berpendapat, mengomentari suatu hal, dan juga menjawab pertanyaan semakin meningkat. Peningkatan juga terjadi pada kualitas guru dalam mengajar. Guru terlihat lebih tenang, dapat menciptakan suasana pembelajaran yang efektif, terkesan luwes, dan dapat menguasai kelas, mengelola ruang, menggunakan media. Hasil evaluasi pada tindakan siklus II juga meningkat, dari 34 siswa yang nengikuti evaluasi tindakan siklus II semua siswa telah tuntas KKM. Peningkatan hasil belajar siswa mulai dari kondisi awal sampai tindakan terakhir penelitian dapat dilihat pada diagram berikut ini:
100,00% 100% 80%
Persentase ( % )60% 40%
Siswa yang Tuntas
71%
29%
20%
0,00%
0% Siklus I
Siklus II
userSiklus I Gambar 4.6. Diagram Hasil Tescommit Siklus to I dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95 D. Pembahasan Berdasarkan pelaksanaan tindakan selama dua siklus yang dilaksanakan sesebanyak 4 (empat) kali pertemuan, proses pembelajaran dan hasil evaluasi yang dilakukan siswa tentang sifat-sifat bangun ruang mengalami peningkatan. Adapun pembahasan hasil penelitian ini meliputi: Penerapan
pendekatan CTL secara tepat dapat meningkatkan proses
belajar siswa dapat diuraikan sebagai berikut: peneliti melaksanakan tidakan pada siklus I dan siklus II dengan menerapkan pendekatan CTL pada mata pelajaran Matematika kelas V tentang sifat bangun ruang. Pelaksanaan tindakan pada siklus I ini dengan menerapkan pendekatan CTL yang di dalamnya terdapat 7 komponen CTL yang akan dikembangkan. Proses belajar siswa meningkat secara baik karena peneliti telah menerapkan pendekatan CTL secara tepat yaitu dengan menjalankan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran CTL dengan memperhatikan 7 komponen CTL meliputi: konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya. Langkah-langkah pembelajaran CTL
secara
tepat
dapat
meningkatkan
proses
belajar
siswa
dengan
memperhatikan: (1) komponen konstruktivisme (memberikan penanaman, pengarahan, dan motivasi kepada siswa bahwa siswa akan belajar lebih bermakna jika mereka mengkonstruksi atau mendapatkan sendiri suatu pengetahuan atau konsep dengan pengalaman yang mereka dapat sendiri), (2) komponen bertanya (memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya ataupun sebaliknya guru memberikan pertanyaan kepada siswa. Untuk membangkitkan respon siswa), (3) komponen masyarakat belajar (menggerakkan siswa untuk membentuk kelompok dalam kelas.Pembentukan dilakukan secra merata oleh guru. Dengan tujuan akan terjalin dan berkembangnnya ketrampilan siswa dalam berkomunikasi, dalam kelas. Yaitu dari siswa - diskusi kelompok, siswa - diskusi kelompok – diskusi kelas. Ataupun menjalin hubungan dengan orang-orang yang berada di sekitar anak), (4) kompenen pemodelan (guru atau siswa ataupun guru bersama-sama siswa melakukan pemodelan misal dengan commit to userguru bersama siswa melakukan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
96 demonstrasi di depan kelas atau siswa melakukan, memberikan, dan memperagakan sesuatu di depan kelas), (5) komponen inkuiri (melakukan inkuiri dalam pembelajaran yaitu dengan siswa melakukan percobaan dan observasi untuk menemukan pengetahuan, informasi, dan konsep itu. Dilaksanakan di dalam ataupun di luar kelas), (6) komponen refleksi (mengajak siswa bersama-sama melakukan refleksi atau melihat kembali apa yang telah mereka pelajari), (7) komponen penilaian sebenarnya (melakukan penilaian sebenarnya yaitu guru menilai dari hasil pekerjaan siswa baik berupa hasil belajar siswa ataupun hasil karya siswa). Dan peningkatan
hasil
proses belajar
siswa selama pembelajaran
dengan menerapkan pendekatan CTL dapat diuraikan sebagai berikut: untuk mengetahui peningkatan proses belajar siswa maka dilakukan pengamatan pada setiap kali pertemuan pada tiap siklus dilaksanakan. Observasi dilakukan oleh beberapa observer yang mengamati proses belajar siswa pada saat proses pembelajaran
berlangsung.
Abdurrahman
(mengutip
pendapat
Gagne)
mengemukakan bahwa proses belajar hanya dapat diamati jika ada perubahan perilaku dari seseorang yang berbeda dengan sebelumnya. Proses belajar hendaknya dilakukan secara bertahap, dari yang paling sederhana ke yang kompleks (2003: 32). Maka
berdasarkan
hasil
pengamatan
observer
selama
proses
pembelajaran berlangsung, dapat digambarkan perubahan perilaku siswa saat mengikuti pembelajaran sebagian besar siswa berkategori cukup baik yaitu belum semua siswa berantusias dengan pembelajaran karena belum terbiasa dengan pendekatan CTL. Tetapi, siswa terlihat senang dengan pembelajaran guru, mereka terlihat lebih mandiri, dan terjalin komunikasi yang baik dengan kelompoknya. Walaupun, masih ada beberapa siswa yang bermain sendiri tetapi secara keseluruhan pembelajaran sudah cukup baik. Pada siklus I ini, siswa masih malu-malu dan canggung untuk bertanya dan mengkomunikasikan di depan kelas Proses belajar siswa secara keseluruhan sudah baik. Dari satu siklus ke siklus berikutnya telah mengalamicommit perubahan. Perubahan sikap atau perilaku siswa to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97 saat mengikuti semua proses pembelajaran baik pada saat pembelajaran, percobaan, dan pengamatan. Terlihat dari hasil pengamatan observer pada saat proses pembelajaran dan pada proses belajar (percobaan dan pengamatan) yang dilakukan oleh siswa. Perubahan dan kenaikan proses belajar dari siklus I sampai siklus II dapat digambarkan pada diagram di bawah ini:
100,00% 80,00% 60,00% Siklus I
40,00%
Siklus II
20,00% 0,00% Presentase Ketuntasan
Ketuntasan Proses Belajar
Gambar 4.7. Grafik Perbandingan Hasil Proses Belajar Siswa (Observasi) Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap perilaku atau sikap siswa pada saat pembelajaran pada siklus I persetase keaktifan siswa mencapai 56,61%. Siswa sudah cukup baik dalam proses pembelajaran saat guru menerapkan pendekatan CTL. Untuk siklus II diadakan 2 (dua) kali pertemuan kenaikan dan perubahan yaitu ketuntasan persentase keaktifan siswa mencapai 80,1% yang berkategori baik dalam mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan hasil penilaian proses oleh observer, secara keseluruhan siswa sudah baik. Karena Johnson (2008: 150), menyatakan “pembelajaran CTL dapat menghadirkan jalan terbaik untuk mencapai prestasi akademik yang unggul tetapi juga proses belajar dengan pembelajaran commit to usermandiri bagi siswa”. Maka dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98 harapan hasil belajar siswa akan meningkat dari pada
sebelum diadakannya
tindakan dan penerapan CTL dalam mengikuti proses pembelajaran. Menurut Bahruddin dan Wahyuni mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (2009: 37). Setelah dilaksanakannya tindakan melalui 2 (dua) siklus selama 4 (empat) kali pertemuan maka dapat dipaparkan hasil belajar siswa pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.6. Perbandingan Rata-rata Skor Hasil Belajar dan Ketuntasan Siswa No. Hasil Tes dan Presentase Ketuntasan 1. Rata-rata Skor 2. Persentase Belum Tuntas 3. Persentase Sudah Tuntas
Siklus I 73,76 29,42% 70,58%
Siklus II 81,61 0% 100%
Hasil belajar siswa saat melaksanakan tes tertulis pada tes siklus I, dan tes siklus II. Mengalami peningkatan. Pada tes siklus I jumlah siswa yang belum memenuhi KKM sebanyak 10 orang atau 29,42% dengan rata-rata nilai 73,76 dan pada siklus II Semua siswa sudah memenuhi KKM dengan rata-rata nilai 81,61. Sedangkan, secara sederhana hasil belajar siswa pada setiap tindakan (siklus) dapat dilihat di bawah ini. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika tentang bangun ruang dapat disajikan dalam bentuk table di bawah ini:
Tabel 4.7. Perbandingan Hasil Belajar Siswa No Pembanding Siklus I 1. Jumlah 2508 2. Nilai Rata-rata 73,76 3. Nilai Tertinggi 96 4. Nilai Terendah 60 commit to user
Siklus II 2775 81,61 100 75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99 Pada tabel 4.7. terlihat bahwa hasil belajar siswa pada setiap tindakan (siklus) mengalami peningkatan. Pada siklus I jumlah nilai 2508 dan pada siklus yang ke II menjadi 2775 Rata-rata nilainya juga mengalami peningkatan dari siklus I 73,76 pada siklus I dan 81,61 pada siklus II. Untuk siswa yang mendapatkan nilai tertinggi juga mengalami kemajuan, dari 96 pada siklus I menjadi 100 setelah diadakan siklus selama 2 (dua) kali.Dan semua siswa sudah di atas KKM. Jadi berdasarkan paparan-paparan di atas sesuai dengan pendapat Sugiyanto (2008: 19-20), bahwa pembelajaran CTL adalah pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa untuk mengalami dan bekerja mencari sendiri, bukan hanya transfer guru ke siswa. Sehingga pembelajaran itu akan lebih bermakna bagi siswa, tidak hanya melihat dari hasil belajar siswa saja tetapi juga pada peningkatan proses belajar siswa yang disertai dengan perubahan perilaku siswa ke arah yang lebih baik saat pembelajaran maupun di luar proses pembelajaran. Sejalan dengan hal itu, Trianto (2009: 104) menyatakan “(1) kebanyakan murid lebih tertarik dan prestasi mereka meningkat secara dramatis ketika dibantu untuk membuat hubungan di antara informasi baru dan pengetahuan/pengalaman yang telah dimiliki, (2) kebanyakan murid belajar lebih banyak secara efisien ketika mereka diperbolehkan untuk bekerja secara kooperatif dengan murid lain di dalam sebuah kelompok”. Penerapan pendekatan CTL dalam pembelajaran Matematika sangat efektif dan baik bagi proses belajar siswa sehingga dengan pendekatan pembelajaran ini siswa akan menjadi lebih mandiri dan aktif dalam pembelajaran. Oleh karena itu, pemahaman terhadap materi pada siswa lebih meningkat sehingga hasil belajarnya juga akan lebih baik. Sehingga dengan menggunakan pendekatan CTL dalam pembelajaran Matematika dapat meningkatkan proses dan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri Grogolbeningsari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh dalam pelaksanaan penelitian tentang “Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) dalam Pembelajaran Matematika pada Siswa Kelas V SD Negeri Grogolbeningsari Tahun Ajaran 2010/2011” dapat disimpulkan bahwa : 1. Pendekatan CTL yang dapat meningkatkan pembelajaran Matematika dilaksanakan menggunakan 7 komponen CTL yaitu kontruktivisme yang menggali kemampuan anak, tanya jawab yang aktif, pemodelan dengan model menarik, masyarakat belajar yang aktif, inkuiri yang mandiri, refleksi yang bermakna dan penilaian sebenarnya semua aspek. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan persentase proses pembelajaran dari siklus I persentase keaktifan siswa mencapai 56,61% pada siklus II 80,1%. 2. Penggunaan CTL dapat meningkatkan hasil belajar Matematika Kelas V SD Negeri Grogolbeningsari tahun ajaran 2010/2011. Ini dapat dilihat dari perolehan nilai pada siklus I sampai siklus II. Untuk siklus I persentase ketuntasan mencapai 70,58% dan nilai rata-rata kelas 73,76. Pada siklus II persentase ketuntasan meningkat menjadi 100% serta nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 81,61.
B. Implikasi 1. Secara Teoretis Pendekatan
Contextual
Teaching
Learning
(CTL)
dalam
pembelajaran Matematika pada Siswa Kelas V hendaknya jangan dijadikan pengetahuan saja, melainkan dapat diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran Matematika serta pelajaran lainnya pada umumnya. Sehingga persepsi mata pelajaran Matematika yang menjenuhkan menyeramkan pada siswa berubah commit dan to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
101 menjadi mata pelajaran yang menarik dan menyenangkan. Sehingga hasil belajar Matematika dapat meningkat sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal. 2. Secara Praktis a.
Pembelajaran CTL disosialisasikan melalui Kelompok Kerja Guru (KKG) karena hal ini sangat bermanfaat bagi guru-guru SD. Mengingat perkembangan siswa SD masih dalam tahap operational konkret sehingga pembelajaran yang menarik dan berkesan akan mempermudah pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan.
b.
Pendekatan CTL diterapkan dalam pembelajaran apapun, khususnya Matematika karena namun
perlu adanya pengkajian tentang
bagaimana menggunakan pendekatan CTL yang tepat yang dapat dipahami oleh para guru agar pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
CTL
tidak
hanya
sekedar
pembelajaran
yang
menyenangkan, tetapi juga bermakna bagi siswa maupun guru yang menerapkan pendekatan ini.
C. Saran Sehubungan dengan simpulan yang telah diperoleh, ada beberapa saran yang dapat dikemukakan peneliti yang kiranya dapat membangun demi kemajuan pendidikan, antara lain saran bagi guru, institusi, dan peneliti. 1. Guru a. Dalam melaksanakan pembelajaran Matematika dengan pendekatan CTL hendaknya guru memahami dan melaksanakan secara utuh 7 komponen CTL yaitu kontruktivisme, inkuiri, pemodelan, tanya jawab, masyarakat belajar, refleksi, dan penilaian autentik. b. Guru dalam mengajarkan materi Bangun Ruang hendaknya menggunakan pendekatan CTL karena pendekatan CTL terbukti dapat meningkatkan hasil pembelajaran Matematika tentang Bangun Ruang. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
102 c. Guru harus memberi himbauan kepada siswa-siswa agar tidak malu dan takut untuk bertanya dan mengemukakan ide-ide baik kepada teman maupun guru dan berusahalah untuk selalu aktif dalam setiap kegiatan di kelas dan sekolah. 2. Siswa a. Siswa dapat mengembangkan potensi siswa seperti kreativitas siswa, rasa ingin tahu siswa, kemandirian siswa, kerja sama, dan keterampilan sosial siswa baik dengan teman, guru, maupun masyarakat. b. Sebaiknya siswa berusaha untuk melaksanakan dengan sebaik–baiknya dalam pembelajaran saat guru menerapkan pendekatan CTL dan tidak sambil bermain pada saat proses belajar sehingga hasil belajar siswa meningkat. c. Dalam pembelajaran Matematika dengan penerapan CTL sebaiknya siswa ikut berpartisipasi dan aktif setiap kegiatan dalam proses pembelajaran, agar lebih memahami materi yang disampaikan guru secara tidak langsung. 3. Institusi a. Sekolah hendaknya memberi dukungan terhadap guru dalam melaksanakan inovasi pembelajaran, khususnya penggunaan pendekatan CTL dalam pembelajaran serta dapat menfasilitasi segala kebutuhan yang diperlukan guru dalam mengembangkan kompetensi yang ada dalam diri guru dan siswa.
commit to user