4
Tes Inteligensi
Diah Widiawati, M.Psi www.mercubuana.ac.id
Pengertian Istilah inteligensi banyak sekali didengar dan dipergunakan oleh masyarakat luas. Pada umumnya, masyarakat akan mendefinisikan inteligensi sebagai kecerdasan, kepintaran, atau kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Definisi yang disebutkan masyarakat ini tentu saja tidak jauh berbeda dengan definisi yang dinyatakan oleh para ahli. Para ahli berpendapat untuk tidak membicarakan atau memberi batasan yang jelas mengenai inteligensi, karena inteligensi merupakan status mental yang tidak memerlukan definisi. Para ahli lebih memusatkan perhatian kepada perilaku inteligen, seperti
kemampuan
memahami
dan
menyelesaikan
masalah
dengan
cepat,
kemampuan mengingat, kreativitas yang tinggi, atau daya imajinasi yang berkembang. Namun demikian, kita perlu mengetahui bagaimana definisi inteligensi menurut beberapa ahli, seperti : 1. Francis Galton. Galton tidak mengemukakan secara jelas mengenai definisi inteligensi. Namun, ia percaya bahwa orang yang memiliki inteligensi tinggi adalah orang yang memiliki kemampuan untuk bekerja dan peka terhadap stimulus fisik. Paham Galton ini merupakan pendekatan berciri psikofisik. 2. Alfred Binet (1857–1911) dan Theodore Simon. Menurut Binet & Theodore Simon, inteligensi terdiri dari tiga komponen, yaitu kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan itu telah dilaksanakan, dan kemampuan untuk mengkritik diri sendiri (autocriticism). 3. Lewis Madison Terman. Pada tahun 1916, Terman mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan seseorang untuk berpikir secara abstrak. 4. H. H. Goddard. Pada tahun 1946, Goddard mendefinisikan inteligensi sebagai tingkat kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dan untuk mengantisipasi masalah yang akan datang. 5. V.A.C. Henmon. Henmon adalah salah seorang penyusun Tes Kelompok HenmonNelson. Helmon mengatakan bahwa inteligensi terdiri atas dua faktor, yaitu kemampuan memperoleh pengetahuan dan pengetahuan yang telah diperoleh. 6. Baldwin. Pada tahun 1901, ia mendefinisikan inteligensi sebagai daya atau kemampuan untuk memahami.
1
4
Tes Inteligensi 7. Edward
Lee
Diah Widiawati, M.Psi
Thorndike
(1874-1949).
Thorndike
adalah
tokoh
Psikologi
Fungsionalisme. Pada tahun 1913, ia menyatakan bahwa inteligensi adalah kemampuan memberikan respon yang baik dari pandangan kebenaran atau fakta. 8. George D. Stoddard pada tahun 1941 mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan memahami masalah yang sukar, kompleks, abstrak, ekonomis, diarahkan pada tujuan, mempunyai nilai sosial, dan berasal dari sumbernya. 9. Walters dan Gardner pada tahun 1986 mendefinisikan inteligensi sebagai suatu kemampuan
atau
serangkaian
kemampuan
yang
memungkinkan
individu
memecahkan masalah. 10. Flynn pada tahun 1987 mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk berpikir secara abstrak dan kesiapan untuk belajar dari pengalaman. 11. David Wechsler menyatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan bertindak secara terarah, berpikir rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, intelegensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
Beberapa definisi yang dikemukakan oleh ahli sesuai dengan konsep masyarakat mengenai inteligensi, yang mencakup tiga faktor kemampuan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sternberg pada tahun 1981, yang tertuang dalam tabel di bawah ini. Kemampuan Memecahkan Masalah
Kemampuan Verbal
Kemampuan Sosial
Awam / Masyarakat
Memiliki nalar baik, melihat hubungan antara berbagai hal, melihat masalah secara menyeluruh, berpikiran terbuka
Berbicara dengan artikulasi baik, lancar, memiliki pengetahuan di bidang tertentu.
Menerima orang lain apa adanya, mengakui kesalahan, tertarik pada masalah sosial, mampu menepati janji.
Ahli
Mampu menunjukkan pengetahuan mengenai masalah yang dihadapi, mengambil keputusan dengan tepat, menyelesaikan masalah secara optimal, berpikiran jernih.
Memiliki kosakata baik, membaca dengan penuh pemahaman, memiliki rasa ingin tahu.
Mengetahui situasi, mengetahui cara mencapai tujuan, sadar terhadap dunia sekeliling, menunjukkan minat terhadap dunia luar.
2
4
Tes Inteligensi
Diah Widiawati, M.Psi
Inteligensi memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi, yaitu : Pertama, Faktor Bawaan atau Keturunan. Penelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dari satu keluarga sekitar 0,50. Sedangkan di antara dua anak kembar, korelasi nilai tes IQ nya sangat tinggi, sekitar 0,90. Bukti lainnya adalah pada anak yang di adopsi, yaitu IQ mereka berkorelasi antara 0,40 – 0,50 dengan ayah ibu sebenarnya, dan 0,10 – 0,20 dengan ayah ibu angkatnya. Selain itu, bukti pada anak kembar yang dibesarkan secara terpisah, IQ mereka tetap berkorelasi sangat tinggi, walaupun mereka tidak pernah saling kenal. Kedua, Faktor Lingkungan. Walaupun ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir, ternyata lingkungan mampu menimbulkan perubahanperubahan yang berarti. Intelegensi tentu tidak terlepas dari otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang penting.
Pendekatan Ada empat pendekatan umum dalam memahami hakikat inteligensi, yaitu : 1. Pendekatan Teori Belajar. Pendekatan ini memusatkan perhatian pada perilaku yang tampak, yaitu respon seseorang terhadap situasi tertentu dan cara menyesuaikan diri terhadap situasi tersebut. Ahli teori Belajar meyakini bahwa perilaku inteligen adalah perilaku yang berisi proses belajar pada tingkat tinggi dan respon khusus terhadap tuntutan dari luar. Artinya, inteligensi bukanlah sifat kepribadian (trait) tetapi merupakan kualitas hasil belajar yang telah terjadi. 2. Pendekatan Neurobiologis. Pendekatan ini meyakini bahwa inteligensi memiliki dasar anatomis dan biologis. 3. Pendekatan
Psikometris.
Pendekatan
ini
menyatakan
bahwa
inteligensi
merupakan suatu konstrak (construct) atau sifat (trait) psikologis yang berbeda-beda pada setiap orang. Pendekatan ini hanya terfokus pada skor individu yang dilihat secara kuantitatif dari banyaknya jawaban yang benar pada suatu tes inteligensi. 4. Pendekatan Teori Perkembangan. Pendekatan ini bersifat kualitatif dan meyakini bahwa ada pola respon tertentu yang terkait dengan tingkatan usia tertentu.
3
4
Tes Inteligensi
Diah Widiawati, M.Psi
Teori-teori Inteligensi Ada beberapa teori inteligensi yang dikemukakan oleh beberapa tokoh, seperti : 1. Alfred Binet. Binet percaya bahwa inteligensi bersifat monogetik, artinya berkembang hanya dari faktor umum (g) atau kriteria tertentu. 2. Edward Lee Thorndike. Thorndike menyatakan bahwa inteligensi
Thorndike mengklasifikasikan inteligensi
terdiri atas berbagai kemampuan spesifik
ke dalam tiga kemampuan, yaitu : (a)
yang ditunjukkan dalam berbagai perilaku
Abstraksi
inteligen. Thorndike meyakini bahwa tingkat
dengan menggunakan gagasan atau
inteligensi
simbol ; (b) Mekanik atau kemampuan
tergantung
pada
banyaknya
atau
kemampuan
bekerja
neural connection / ikatan syaraf antara
bekerja
rangkaian
mekanis dan kemampuan melakukan
stimulus dan
respon
karena
adanya penguatan yang dialami seseorang.
dengan
menggunakan
alat
pekerjaan yang memerlukan aktivitas indera gerak (sensory-motor) ; (c) Sosial
Abstraksi
atau kemampuan untuk menghadapi
Sosial
orang lain dengan cara yang efektif. Mekanik
Inteligensi
3. Charles E Spearman. Teori Spearman adalah Two Factor Theory. Spearman menyatakan bahwa inteligensi mengandung dua komponen kualitatif, yaitu: Eduksi Relasi, kemampuan menemukan
Eduksi
hubungan dasar yang berlaku di antara
hubungan dasar yang telah ditemukan dalam
dua hal.
proses Eduksi Relasi sebelumnya ke dalam situasi
r
baru.
F1
F2
panjang
Korelasi,
kemampuan
r
F1
F2
pendek tinggi
_____ ?
(lawan kata) (lawan kata)
4
menerapkan
4
Tes Inteligensi
Diah Widiawati, M.Psi
Konsep Spearman ini yang disebut sebagai proses ENCODING INFERENCE (penyimpulan) APPLICATION (aplikasi). 4. Louis Leon Thurstone & Thelma Gwinn Thurstone. Thurstone meyakini bahwa tidak ada faktor umum (g) dalam inteligensi. Ia percaya bahwa inteligensi terdiri atas kemampuan mental primer. Kemampuan mental primer terdiri dari enam faktor kemampuan, yaitu : (a) Verbal, pemahaman akan hubungan kata, kosa kata, penguasaan komunikasi lisan ; (b) Number, kecermatan dan ketepatan dalam penggunaan fungsi-fungsi hitung dasar ; (c) Spatial, kemampuan mengenali berbagai hubungan dalam bentuk visual ; (d) Word Fluency, kemampuan mencerna dengan cepat kata-kata tertentu ; (e) Memory, kemampuan mengingat gambar, pesan, angka, kata, atau pola ; (f) Reasoning, kemampuan memecahkan masalah atau mengambil kesimpulan dari contoh, aturan, prinsip.
5. Cyril Burt. Inteligensi umum
Burt
meyakini
bahwa
inteligensi
merupakan kumpulan kemampuan yang
Proses relational
terorganisasikan Memory-Habit (Ingatan-Kebiasaan) perceptual-movement (pengamatan-gerakan)
secara
hierarkhis.
Artinya, kemampuan mental terbagi atas beberapa
faktor
yang
berada
pada
tingkatan yang berbeda. sensor-motor (penginderaan-penggerak)
6. Philip Ewart Vernon. Faktor inteligensi umum
Vernon
g
mengemukakan model hirarkis menjelaskan
dalam
Faktor kelompok minor
teori
mengenai inteligensi.
Verbal educational
Spatial perceptual practical
Faktor kelompok spesifik
s
5
s
4
Tes Inteligensi
Diah Widiawati, M.Psi
7. Joy Paul Guilford. Guilford terkenal dengan teori yang
Dimensi I (Isi) merujuk pada tipe
bernama Structure of Intellect. Model
informasi
teori ini diilustrasikan dengan gambar
Dimensi I terdiri dari : (1) Figur,
kotak
informasi
3
dimensi,
masing
dimana
masing-
yang
berupa
dimensi
mewakili
satu
menggambarkan
faktor
intelektual
yang
Simbol,
klasifikasi
bersesuaian satu sama lain.
sedang
bentuk
suatu
informasi
diproses.
yang
objek
yang
;
(2)
diproses
memiliki arti lain dari bentuk yang dilihat ; (3) Semantik, informasi diproses harus
3
disajikan secara lisan ; (4) Perilaku,
2 1
informasi yang diterima berupa perilaku orang lain.
Dimensi II (Operasi) merujuk pada cara Dimensi III (Produk) merujuk pada suatu informasi itu diproses. Dimensi II hasil
pemrosesan
yang
dilakukan
terdiri dari : (1) Kognisi, menemukan atau dimensi Operasi terhadap dimensi Isi. mengenali kembali suatu informasi ; (2) Dimensi III terdiri dari : (1) Satuan, Ingatan, mengangkat kembali informasi respon tunggal ; (2) Kelas, respon yang pernah diterima ke atas kesadaran ; kelompok kelas ; (3) Relasi, satuan (3) Produksi Konvergen, memanfaatkan yang saling berhubungan ; (4) Sistem, informasi yang diterima untuk mendapat respon jawaban
yang
benar
;
(4)
yang
Produk keseluruhan
terorganisasi ;
(5)
secara
Transformasi,
Divergen, dengan cara berpikir kreatif ; (5) perubahan satu jenis produk ke jenis Evaluasi, menilai informasi itu baik-buruk lain ; (6) Implikasi, produk yang hasilnya berlaku di luar data yang diproses.
atau benar-salah. 8. C. Halstead
Teori Halstead merupakan teori inteligensi dengan pendekatan neurobiologist. Ia berpendapat bahwa ada sejumlah fungsi otak yang berkaitan dengan inteligensi. Ada empat faktor inteligensi yang oleh Halstead disebut sebagai Inteligensi Biologis. Empat
faktor
tersebut
adalah
:
(1)
Central
Integrative,
kemampuan
mengorganisasikan pengalaman [pengalaman masa lalu + hasil belajar = pengalaman baru] ; (2) Abstraction, kemampuan mengelompokkan sesuatu dengan
6
4
Tes Inteligensi
Diah Widiawati, M.Psi
cara yang berbeda, melihat persamaan-perbedaan diantara benda, konsep, peristiwa ; (3) Power, kemampuan mengendalikan emosi, sehingga kemampuan rasional dan intelektual dapat berkembang ; (4) Directional, kemampuan memberikan arah dan sasaran. 9. Donald Olding Hebb. Hebb membedakan inteligensi menjadi dua macam, yaitu : a. Inteligensi A yang merupakan kemampuan dasar manusia / human basic potentiality untuk belajar dari lingkungan. Inteligensi ini ditentukan kompleksitas dan kelenturan sistem syaraf pusat yang dipengaruhi oleh gen. b. Inteligensi B yang merupakan tingkat kemampuan yang diperlihatkan seseorang dalam bentuk perilaku yang dapat diamati secara langsung. Inteligensi ini disebut juga kemampuan aktual (potensi genetik + stimulasi lingkungan). 10. Raymond Bernard Cattell. Cattell mengklasifikasikan inteligensi menjadi dua macam, yaitu : a. Fluid, inteligensi yang merupakan faktor bawaan biologis, yang diperoleh sejak lahir. Inteligensi ini sangat penting dalam keberhasilan melakukan tugas yang menuntut kemampuan adaptasi pada situasi baru. Inteligensi ini cenderung tidak berubah setelah usia 14 atau 15 tahun. b. Crystallized, inteligensi yang merefleksikan adanya pengaruh pengalaman, pendidikan, dan kebudayaan dalam diri seseorang. Inteligensi ini masih dapat terus berkembang sampai usia 30 atau 40 tahun an. Hal ini disebabkan karena perkembangan intelligensi jenis ini tergantung pada bertambahnya pengalaman dan pengetahuan. 11. Howard Gardner. Gardner terkenal dengan konsep teori Inteligensi Majemuk, dimana konsep teori ini merupakan sanggahan terhadap konsep tunggal inteligensi. Ada beberapa jenis kecerdasan yang dikemukakan oleh Gardner, diantaranya adalah Kecerdasan Linguistik, Matematis-Logis, Spatial, Musik, Kinestetik, Interpersonal, Intrapersonal, dan Naturalis.
7
4
Tes Inteligensi
Diah Widiawati, M.Psi
12. Jean Piaget. Teori inteligensi Piaget menekankan pada aspek perkembangan kognitif. Pada dasarnya, Piaget lebih melihat inteligensi pada aspek isi, struktur, dan fungsinya. Ada empat jenis inteligensi yang dikemukakan oleh Piaget, sesuai dengan tahap perkembangan kognitif, yaitu : a. Inteligensi Praktis / Motor-Indera, yaitu inteligensi yang berkembang sesuai perkembangan motor indera. Inteligensi ini merupakan dasar dari semua inteligensi yang lain. Inteligensi ini membantu anak belajar sesuatu sekalipun belum mampu memikirkan perbuatannya. b. Inteligensi Praoperasional, yaitu inteligensi yang memiliki ciri : Pertama, mampu berpikir intuitif, sehingga mampu memahami tugas dan situasi kompleks. Kedua, mampu berpikir kompleksif, yaitu berpikir dengan jalan tidak menyatukan beberapa pemikiran ke dalam satu konsep, tetapi dengan meloncat dari satu gagasan ke gagasan lain. Ketiga, menempatkan sifat manusia pada benda mati, misalnya mengatakan bahwa lantai itu jahat, setelah anak jatuh di lantai. c. Inteligensi Operasional, inteligensi yang memiliki ciri memahami operasi nyata. Bentuk operasi nyata adalah : Konversi, perubahan dapat terjadi secara bolak balik ; dan Klasifikasi, penggolongan sesuatu menurut jenis atau tingkatan. d. Inteligensi Operasional Formal, inteligensi yang memiliki ciri mampu berpikir hipotetik, mampu menguji secara sistematik berbagai penjelasan mengenai kejadian tertentu,dan mampu berpikir abstrak. 13. Robert J Sternberg. Teori Sternberg dikenal dengan nama Teori Inteligensi Triarchic. Teori ini menjelaskan hubungan antara inteligensi dengan dunai internal, dunia eksternal, dan pengalaman seseorang.
8
4
Tes Inteligensi
Diah Widiawati, M.Psi
Jenis dari Tes Inteligensi Ada banyak jenis Tes Inteligensi, yang dikembangkan sesuai masing-masing asumsi dari beberapa tokoh. Berdasarkan target usia, beberapa jenis Tes Inteligensi tersebut ada yang ditujukan untuk anak-anak, remaja, atau orang dewasa. Berdasarkan jumlah subjek, Tes Inteligensi dibedakan menjadi Tes Inteligensi Individual dan Tes Inteligensi Kelompok atau Klasikal. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa jenis Tes Inteligensi. Tes Stanford Binet. Tes Binet ini adalah tes yang dikelompokkan menurut berbagai level usia (Usia II Usia Dewasa-Superior). Setiap level usia berisi enam subtes dengan taraf kesukaran yang tidak jauh berbeda dan terdapat juga tes pengganti yang setara. Tes ini disajikan secara individual. Tes Binet revisi 1986, memiliki konsep bahwa inteligensi dikelompokkan menjadi empat tipe penalaran yang masing-masing diwakili oleh beberapa tes, yaitu : (1) Penalaran Verbal ; (2) Penalaran Kuantitatif ; (3) Penalaran Visual Abstrak ; (4) Memori Jangka Pendek. Tes Wechsler. Pada tahun 1939, David Wechsler menerbitkan skala inteligensi untuk orang dewasa, yang disebut Wechsler-Bellevue Intelligence Scale (WBIS) / skala W-B. Pada tahun 1949, ia membuat juga skala inteligensi untuk anak-anak 6 – 16 tahun 11 bulan, yang disebut Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC). Kedua jenis tes dari Wechsler ini berisi dua skala, yaitu : (1) Skala Verbal, terdiri dari
Information,
Comprehension,
Arithmetic,
Similarities, Vocabulary, Digit Span ; (2) Skala Performance : Picture Arrangement, Block Design, Object Assembly, Coding, Mazes. Pada tahun 1955, ia membuat skala Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS), yang ditujukan untuk usia 16 - 74 tahun. Wechsler memperluas isi tes WISC, yaitu : (1) Skala Verbal, terdiri dari Informasi, Rentang Angka, Kosakata, Hitungan, Pemahaman, Kesamaan ; (2) Skala Performance, terdiri dari Susunan Gambar, Rancangan Balok, Perakitan Objek, Simbol Angka, Kelengkapan Gambar.
9
4
Tes Inteligensi
Diah Widiawati, M.Psi Colors Progressive Matrices (CPM). Tes ini ditujukan untuk anak usia 1 - 5 tahun ; orang lanjut usia, anak defective atau memiliki keterbatasan mental. Tes ini terdiri dari 36 soal dalam seri : A, AB dan B. Aspek yang diukur adalah : (1) berpikir logis ; (2) kecakapan pengamatan ruang ; (3) kemampuan memahami bagian
Tes Raven Progressive Matrices. Ada
hubungan
(kemampuan
antara analisa
keseluruhan &
dan
kemampuan
integrasi) ; (4) kemampuan berpikir analogi.
3 jenis tes yang dikembangkan Raven.
Standard Progressive Matrices (SPM). Tes ini bersifat nonverbal. Raven menyebut skala ini sebagai tes kejelasan pengamatan dan kejelasan berfikir, bukan tes inteligensi umum. Tes ini terdiri dari terdiri dari 60 soal dikelompokan dalam 5 seri, dengan waktu 30 menit. Tes ini ditujukan untuk usia 6 - 65 tahun. SPM tidak memberikan angka IQ, tetapi menyatakan hasil dalam tingkat intelektualitas, menurut besarnya skor dan usia subjek, yaitu : (1) Grade I, Kapasitas intelektual Superior ; (2) Grade II, Kapasitas intelektual Di atas rata-rata ; (3) Grade III, Kapasitas intelektual Rata-rata ; (4) Grade IV, Kapasitas intelektual Di bawah rata-rata ; (5) Grade V, Kapasitas intelektual Terhambat. Advance Progressive Matrices (APM). Tes ini disusun oleh J.C Raven pada tahun 1943. Tes ini terdiri dari dua set dan bentuknya non-verbal. Set 1 disajikan dalam 12 butir soal, sedangkan Set 2 berisikan 36 butir soal. Tujuan dari tes ini adalah : (1) membedakan antara individu yang berkemampuan intelektual normal dengan yang lebih dari normal bahkan yang superior ; (2) untuk analisis klinis ; (3) mengukur kemampuan observasi dan kejelasan berpikir ; (4) untuk kecepatan dan ketepatan kemampuan intelektual. Culture Fair Intelligence Test (CFIT). Tes ini disajikan secara kelompok. Tes ini mengukur faktor kemampuan mental umum (g). Tes ini memiliki tiga skala, yaitu : (1) Skala 1, untuk usia 4–8 tahun dan delayed person ; (2) Skala 2A & B, untuk usia 8-15 tahun dan orang dewasa dengan kecerdasan di bawah normal ; (3) Skala 3A & B, untuk usia sekolah lanjutan atas dan orang dewasa dengan kecerdasan tinggi.
10
4
Tes Inteligensi
Diah Widiawati, M.Psi
Kegunaan Tes Inteligensi Sama halnya dengan metode psikodiagnostik lain, tes inteligensi juga memiliki kegunaan dalam berbagai bidang, yaitu : Pertama, Bidang Pendidikan, Tes Inteligensi pada awalnya dilakukan dalam konteks pendidikan, yaitu untuk memahami kegagalan siswa dalam proses belajar dan membuat prediksi keberhasilan siswa dalam belajar. Banyak masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan, dapat diselesaikan secara efektif jika mengetahui bagaimana inteligensi siswa. Namun, pada saat ini, Tes Inteligensi dilakukan untuk : (a) melakukan screening peserta didik pada penerimaan siswa atau mahasiswa baru ; (b) mengetahui kapasitas intelektual dari peserta didik (di bawah normal, normal, di atas normal). Dengan mengetahui hal ini, kita dapat menempatkan peserta didik pada lembaga pendidikan sesuai kemampuannya ; (3) pemilihan jurusan pada level SMA. Kedua, Bidang Industri Organisasi, tes inteligensi dilakukan untuk mencari orang yang tepat pada posisi yang tepat dalam sebuah perusahaan. Hal ini dilakukan, karena kesesuaian antara individu dengan posisi tertentu, tidak hanya tergantung pada keterampilan, tetapi juga berdasarkan kecerdasan. Ketiga, Bidang Klinis. Para ahli klinis memperhitungkan inteligensi untuk diagnosis dan terapi. Oleh karena itu, tes inteligensi juga dilakukan dalam bidang ini, walaupun inteligensi bukan satu-satunya hal yang menentukan. Misalnya, gangguan mental tertentu memiliki taraf dan tingkat inteligensi tertentu. Keempat, Bidang Sosial. Bidang ini membutuhkan tes inteligensi untuk meneliti kaitan antara kecerdasan dengan perilaku manusia dalam konteks sosial. Misalnya, apakah ada hubungan antara taraf dan tingkat inteligensi tertentu dengan jenis kejahatan atau jenis kenakalan remaja tertentu. Daftar Pustaka Aiken, L.R & Groth-Marnat, G (2009). Pengetesan dan Pemeriksaan Psikologi, Jilid 1, Edisi Kedua Belas. Jakarta : Indeks Anastasi, A & Urbina, S (2007). Tes Psikologi, Edisi Ketujuh (Terjemahan). Jakarta : PT Indeks. Azwar, S (1996). Pengantar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Ormrod, J.E (2009). Psikologi Pendidikan, Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang. Edisi Keenam, Jilid 1. Jakarta : Erlangga. Santrock, J.W (2009). Psikologi Pendidikan, Edisi 3, Buku 1 (Terjemahan). Jakarta : Salemba Humanika Sarwono, S.W (2009). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada Suryobroto, S (1984). Pembimbing ke Psikodiagnostika. Edisi II. Zubaidi, A (2009). Tes Inteligensi. Jakarta : Mitra Wacana Media
11