PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PASIR SILIKA MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) (Studi Pada CV. BUMI SILIKA JAYA) Oleh: Feby Zakaria Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
[email protected] Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Surachman, SE, MSIE ABSTRAK Pengendalian persediaan merupakan salah satu kegiatan manajemen yang penting di dalam perusahaan. Perusahaan diharapkan mampu untuk mengelola persdiaan bahan baku secara efisien. Perusahaan CV. BUMI SILIKA JAYA memiliki masalah dalam mengelola persediaan pasir silika dengan baik. Perusahaan terlalu sering melakukan pemesanan serta terjadinya kekurangan persediaan di dalam gudang menjadi masalah pada penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui berapa jumlah pemesanan bahan baku yang tepat, efisiensi biaya persediaan, jumlah persediaan pengamanan dan titik pemesanan kembali dari persediaan bahan baku di gudang. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan mengumpulkan beberapa informasi dokumen terkait persediaan bahan baku pasir silika. Data yang telah dikumpulkan digunakan untuk menghitung jumlah pemesanan ekonomis bahan baku pasir silika (Economic Order Quantity), frekuensi pemesanan menurut EOQ, tingkat persediaan yang tepat untuk melakukan pemesanan ulang bahan baku (ReOrder Point), dan jumlah persediaan pengamanan (safety stock) untuk mengantisipasi kekurangan persediaan pasir silika. Hasil dari penghitungan diketahui bahwa untuk dapat melakukan efisiensi biaya persediaan jumlah pemesanan ekonomis (EOQ) yang diperoleh sebesar 11.366 ton. Frekuensi pemesanan dilakukan 25 kali. Re-Order Point persediaan pasir silika adalah 3.398 ton. Tingkat pelayanan yang diberikan perusahaan sebesar 95%, safety stock yang dibutuhkan adalah 2.452 ton.
Kata Kunci: Economic Order Quantity (EOQ), Frekuensi Pemesanan, Safety Stock, Re-Order Point (ROP)
1
SILICA SAND RAW MATERIAL INVENTORY CONTROL USING ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) METHOD (Study On CV. BUMI SILIKA JAYA) Feby Zakaria Faculty of Economics and Business, University of Brawijaya
[email protected] Supervisor: Prof. Dr. Surachman, SE, MSIE ABSTRACT Inventory control is one of the pivotal management activities in a company. Company is expected to be able to manage its raw material inventory efficiently. CV. BUMI SILIKA JAYA faced a problem in managing its silica sand inventory. The company frequently made sand orders and often experienced lack of inventory at their storage. The aim of this research is to know the proper number of raw material order to achieve efficient inventory costs, to define the number of safety stock and repeat order point and raw material inventory in storage unit. Data collection technique was done through interview and silica sand inventory number document. The collected data was utilized to calculate economic order quantity of silica sand raw material, ordering frequency based on EOQ, proper inventory level to make repeat order, and number of safety stock to anticipate a lack on silica sand inventory. The calculation result demonstrated that to achieve efficient and economic order quantity of the inventory (EOQ), it total order was 11,336 tons. The ordering frequency was 25 times. Repeat order point of silica sand inventory was 3,398 tons. For service level provided by the company at 95%, the safety stock required was 2,452 tons.
Keywords: Economic Order Quantity (EOQ), Ordering Frequency, Safety Stock, Repeat Order Point (ROP)
2
melalui proses koordinasi dan integrasi kegiatan yang dilakukan secara efektif dan efisien (Susanto, 2009: 3). Perusahaan harus mampu untuk menentukan jumlah persediaan yang disimpan, jumlah persediaan yang harus dipesan serta kapan harus melakukan pemesanaan ulang (Lestari, 2012: 8).
PENDAHULUAN Pada saat ini perkembangan dunia usaha mengalami peningkatan yang sangat signifikan dan terbilang sangat pesat untuk semua sektor. Perkembangan yang terjadi secara global memberikan dampak hampir ke semua negara termasuk negara Indonesia. Perkembangan yang terjadi karena adanya peningkatan keberagaman kebutuhan manusia yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. Banyak perusahaan dan perseorangan yang jeli membaca situasi tersebut dan memanfaatkan peluang untuk membuka suatu usaha guna memenuhi kebutuhan dan mendapatkan keuntungan dari keadaan yang terjadi saat ini.
Tujuan diadakan persediaan oleh perusahaan karena persediaan berguna untuk menghilangkan resiko keterlambatan barang atau bahan yang dibutuhkan oleh perusahaan, menghilangkan resiko kualitas bahan yang dipesan sehingga bahan tersebut harus dikembalikan, untuk bisa menjaga stok bahan-bahan yang bersifat musiman, mempertahankan stabilitas operasi perusahaan, mencapai penggunaan mesin yang optimal, memaksimalkan pelayanan kepada pelanggan dimana keinginan pelanggan bisa tetap terpenuhi (Assauri: 2008).
Salah satu bentuk usaha yang sangat diminati oleh perusahaan dan perseorangan adalah usaha yang bergerak pada bidang pertambangan sumberdaya alam. Usaha pertambangan meliputi banyak sumberdaya alam yang diantaranya seperti minyak, gas alam, batu bara, logam mulia, pasir dan masih banyak lainnya. Salah satu usaha pertambangan yang tengah diminati saat ini adalah pasir silika yang digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan batu bata ringan, semen mortar, kaca dan internit.
Salah satu bentuk manajemen persediaan yang baik adalah dengan menerapkan Economic Order Quantity di dalam perusahaan. Menurut Heizer dan Render (2015: 561), Economic Order Quantity (EOQ) adalah salah satu teknik pengendalian persediaan yang sederhana dimana konsep pengendalian tersebut mampu untuk menentukan jumlah (Q) setiap kali melakukan pesanan sehingga biaya total persediaan dapat diturunkan. Konsep Economic Order Quantity (EOQ) memberikan gambaran keputusan yang dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu mengenai berapa jumlah bahan baku yang dipesan berdasarkan kebutuhan dan kapasitas gudang serta waktu untuk melakukan pesanan ulang persediaan.
Kebutuhan akan pasir silika meningkat secara signifikan dengan adanya kebijakan yang menetapkan untuk semua bangun tinggi di Indonesia menggunakan batu bata ringan yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan batu bata merah. Peraturan tersebut tertulis dalam Perpres RI Nomor 70 Tahun 2012. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan pasir silika, maka perusahaanperusahaan yang bergerak dalam jual beli pasir silika harus mampu untuk memanajemen dengan baik persediaan bahan baku. Ketersediaan bahan baku merupakan hal yang penting di dalam perusahaan guna untuk tetap menjaga kelancaran proses produksi perusahaan. Pengendalian persediaan bahan baku harus
CV. BUMI SILIKA JAYA merupakan salah satu perusahaan yang bergerak pada jual beli hasil pertambangan yaitu pasir silika. Perusahaan tersebut beroperasi di kecamatan Bancar, kabupaten Tuban. Saat ini perusahaan CV. BUMI SILIKA JAYA masih menerapkan metode sederhana dalam menghitung kebutuhan bahan baku. 3
Perusahaan tersebut belum menerapkan metode Economic Order Quantity (EOQ) dalam menganilisis dan menghitung kebutuhan persediaan bahan baku sehingga perusahaan pernah mengalami kehabisan stok bahan baku. Perusahaan juga cenderung untuk terlalu sering melakukan pesanan sehingga biaya pemesanan belum terkendali secara maksimal. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan menunjukkan penerapan metode Economic Order Quantity (EOQ) dapat mencegah habisnya stok persediaan di dalam perusahaan dan mampu untuk meminimalisir biaya persediaan. Metode ini mampu menunjukkan kuantitas pesanan ekonomis, frekuensi pemesanan ekonomis, dan waktu untuk melakukan pemesanan ulang Re-Order Point (ROP) yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
kajian pengambilan keputusan pada suatu fungsi operasi di dalam industri atau organisasi. Manajemen operasi bertanggung dalam menghasilkan barang atau jasa di dalam suatu organisasi atau industri. Manajer operasi mengambil keputusan yang berkaitan dengan suatu sistem perubahan dan fungsi operasi yang digunakan. Sedangkan menurut Heizer dan Render (2015: 3) manajemen operasi merupakan serangkaian kegiatan yang menciptakan nilai suatu barang dan jasa dengan mengubah masukan menjadi hasil. Persediaan Haming dan Nurnajamudin (2012: 3) mendefinisikan persedian adalah sumberdaya ekonomi yang berwujud yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang proses produksi, meliputi bahan baku, produk jadi, komponen rakitan, bahan pembantu dan barang sedang dalam proses pengerjaan.
Berdasarkan latar belakang diatas tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Mengetahui proses pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan oleh perusahaan, (2) berapa kuantitas pesanan ekonomis yang harus dilakukan oleh perusahaan berdasarkan metode EOQ, (3) berapa jumlah frekuensi pemesanan ekonomis yang dapat dilakukan oleh perusahaan berdasarkan metode EOQ, (4) jumlah persediaan pengamanan yang harus disediakan oleh perusahaan, (5) berapa kuantitas pemesanan kembali (Re-Order Point) yang harus dilakukan oleh perusahaan, dan (6) pengaruh analisis Economic Order Quantity (EOQ) terhadap biaya persediaan jika diterapkan pada pengendalian persediaan pada CV. BUMI SILIKA JAYA.
Fungsi Persediaan Heizer dan Render (2015: 553) menjelaskan empat fungsi persediaan bagi perusahaan sebagai berikut: a. Untuk memberikan pilihan barang untuk dapat memenuhi permintaan pelanggan yang diantisipasi dan menghindari perusahaan dari fluktuasi permintaan. b. Untuk memisahkan beberapa tahapan dalam proses produksi. c. Mengambil keuntungan dari potongan jumlah pembelian yang besar. d. Menghindari inflasi harga.
TINJAUAN PUSTAKA
Masalam Umum Persediaan
Pengertian Manajemen Operasi
Nasution dan Prasetyawan (2008:116) menjelaskan terdapat dua masalah umum yang dihadapi perusahaan dalam mengelola persediaan, yaitu:
Menurut Roger G. Schroeder (1997: 4) manajemen operasi merupakan suatu 4
a. Masalah kuantitatif, yaitu masalah yang berkaitan dengan penentuan kebijaksanaan persediaan, antara lain: Berapa banyak jumlah barang yang akan dipesan. Kapan waktu pemesanan harus dilakukan. Berapa jumlah persediaan pengamannya. Memilih metode pengendalian persediaan yang tepat. b. Masalah kaulitatif, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan sistem pengoperasian persediaan yang akan menjamin kelancaran pengelolaan sistem persediaan seperti: Jenis barang apa yang dimiliki. Letak barang tersebut berada. Berapa jumlah barang yang dipesan. Siapa saja yang menjadi pemasok masing-masing item barang.
dengan baik sesuai dengan kapasitas dan kebutuhan perusahaan. Jenis Persediaan Assauri (2008: 171) jenis persediaan dibedakan sebagai berikut: 1. Raw Material Stock (persediaan bahan baku). Persediaan yang digunakan dalam proses produksi yang diperoleh dari sumber daya alam atau yang dibeli dari pemasok yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan yang menggunakannya. 2. Purchased Part (persediaan bagian produk). Persediaan barang-barang yang terdiri dari bagian yang diperoleh dari perusahaan lain yang dapat langsung dipasangkan dengan bagian lain tanpa melalui proses produksi. 3. Supplies Stock (persediaan bahan pembantu atau pelengkap). Persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu keberhasilan produksi tetapi tidak bukan merupakan bagian atau komponen dari barang jadi. 4. Work in Process Stock (persediaan barang setengah jadi). Persediaan barang-barang yang telah diolah menjadi suati bentuk tetapi perlu diproses kembali untuk kemudian diproses lagi menjadi barang jadi. 5. Finished Good Stock (persediaan barang jadi). Persediaan berupa barang-barang yang telah selesai diproses dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain.
Manajemen Pesediaan Dalam melakukan penyimpanan stok bahan baku akan menimbulkan adanya waktu tunggu (lead time) yang terjadi di dalam kegiatan operasional perusahaan yang dimulai dari waktu tunggu ketika melakukan pemesanan bahan baku hingga bahan baku sampai pendistribusian barang yang siap untuk dijual. Saling padunya seluruh kegiatan operasional perusahaan akan menciptakan proses pengendalian bahan baku yang baik di dalam suatu perusahaan. Perlu adanya pengendalian persediaan bahan baku di dalam penyimpanan. Menurut Assauri (2008: 176) pengendalian persediaan merupakan salah satu kegiatan dalam proses operasi perusahaan sesuai dengan apa yang direncanakan baik waktu, jumlah, dan biayanya. Jumlah bahan baku yang terlalu banyak dapat menimbulkan biaya yang cukup besar sedangkan apabila jumlah bahan baku terlalu sedikit maka akan dapat mengganggu proses produksi di dalam perusahaan. Oleh sebab itu, jumlah persediaan perlu diatur dan dianalisis
Biaya Persediaan Haming dan Nurnajamudin (2012: 8) biaya persediaan utamanya terbagi menjadi dua yaitu:
5
a. Ordering Cost atau biaya pemesanan Biaya pemesanan meliputi biaya menuggu pemesanan, biaya pengiriman, biaya penerimaan dan biaya pemeriksaan pemesanan. Jika perusahaan melakukan pemesanan dalam jumlah yang kecil maka frekuensi pemesanan akan mejadi tinggi. Sebaliknya, apabila jumlah pemesanan besar maka frekuensi pemesanan akan semakin berkurang. b. Storage cost / holding cost / carrying cost atau biaya penyimpanan Biaya penyimpanan merupakan biaya persediaan yang muncul akibat adanya aktivitas penyimpanan persediaan. Biaya penyimpanan umumnya terdiri dari biaya sewa, biaya penerangan dan biaya perawatan.
karena mesin atau karyawan yang berhenti bekerja. d. Purchase Cost (Biaya Pembelian) Biaya yang muncul pada saat pembelian suatu barang yaitu sejumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar pembelian persediaan. Economic Order Quantity (EOQ) Heizer dan Render (2015: 561) Economic Order Quantity (EOQ) adalah salah satu teknik pengendalian persediaan yang sederhana untuk digunakan. Model persediaan ini untuk permintaan independen yang artinya permintaan yang tidak terpengaruh oleh permintaan produk lain. Konsep Economic Order Quantity (EOQ) dalam penggunaannya harus memperhatikan beberapa asumsi sebagai berikut: a. Jumlah permintaan diketahui, cukup konstan dan independen. b. Adanya waktu tunggu yang diketahui dan bersifat konstan. c. Setiap pesanan segera diterima dan selesai seluruhnya. d. Tidak tersedia diskon kuantitas. e. Biaya variabel hanya biaya untuk memesan dan biaya menyimpan persediaan dalam waktu tertentu. f. Kehabisan persediaan dapat sepenuhnya dihindari. Heizer dan Render (2015: 563), penghitungan Economic Order Quantity (EOQ) dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
Sedangkan menurut Siswanto (2007: 122) menjelaskan biaya-biaya persediaan sebagai berikut: a. Ordering Cost (Biaya Persediaan) Biaya yang muncul pada saat proses pemesanan suatu barang. Biaya-biaya yang termasuk di dalam biaya persediaan diantaranya biaya pembuatan surat, biaya telepon, biaya fax, dan biaya-biaya overhead lainnya yang secara proporsional timbul karena adanya proses pembuatan sebuah pesanan. b. Carrying Cost / Holding Cost (Biaya Simpan) Biaya yang muncul karena adanya proses penyimpanan suatu barang. Biaya-biaya yang termasuk di dalam biaya simpan diantaranya biaya sewa gudang, biaya premi asuransi, biaya keamanan dan biaya overhead lainnya yang secara proporsional timbul karena adanya proses penyimpanan suatu barang. c. Stockout Cost (Biaya Kehabisan Persediaan) Biaya yang muncul pada saat persediaan habis atau tidak tersedia. Biaya yang termasuk di dalam biaya kehabisan stok adalah biaya kerugian
√ Sedangkan untuk total biaya persediaan bahan baku dapat dirumuskan sebagai berikut: [
6
]
[
]
Keterangan:
Keterangan:
D = Jumlah permintaan (per tahun)
Z = tingkat pelayanan (service level) yang ditentukan
S = Biaya pemesanan (per tahun) H = Biaya penyimpanan (per unit/tahun)
Re-Order Point (ROP)
Q = Jumlah unit yang dipesan
Heizer dan Render (2015: 567) titik pemesanan ulang (Reorder Point) adalah tingkat persediaan dimana ketika persediaan mencapai tingkat tersebut maka harus dilakukan pemesanan kembali.
= Rata-rata persediaan = Jumlah pemesanan per tahun
Rumus untuk menentukan titik pemesanan ulang (Reorder Point) menurut Heizer dan Render (2015: 567) sebagai berikut:
Persediaan Pengamanan (Safety Stock) Haming dan Nurnajamudin (2012: 17) persediaan pengamanan adalah unit persediaan yang harus selalu ada dalam perusahaan untuk mengantisipasi fluktuasi permintaan dan menghindari terjadinya kehabisan stok.
Keterangan: d = Permintaan per hari L = Waktu tunggu pesanan baru (dalam hari)
Assauri (2008: 265), untuk menentukan jumlah persediaan pengamanan digunakan analisis statistik yaitu dengan standar deviasi yang bertujuan untuk mempertimbangkan penyimpanganpenyimpangan yang telah terjadi antara perkiraan pemakaian bahan baku dengan pemakaian bahan baku sebenarnya yang kemudian ditentukan menggunakan tingkat pelayanan (service level) yang dapat diberikan oleh perusahaan. Adapun rumus standar deviasi adalah sebagai berikut: √
Permintaan per hari (d) dihitung berdasarkan permintaan tahunannya (D) atas jumlah hari kerja dalam satu tahun, dapat dirumuskan dengan :
Rumus ROP akan berubah apabila disertakan persediaan pengamanan. Berikut adalah rumus ROP dengan persediaan pengamanan:
x
Keterangan: x = pemakaian bahan baku sesungguhnya x = perkiraan pemakaian bahan baku n = jumlah data
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan metode kuantittatif deskriptif dalam penyelesaiannya sesuai dengan pendapat Narbuko dan Achmadi (2013: 44) yang menegaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha untuk menjelaskan sebuah penyelesaian masalah dan sifatnya komparatif berdasarkan data yang
Sedangkan rumus yang digunakan dalam mencari jumlah persediaan pengamanan adalah sebagai berikut:
7
dikumpulkan, diinterpretasikan.
dianalisis
lalu
2. Biaya pemesanan Biaya pemesanan meliputi biaya menuggu pemesanan, biaya pengiriman, biaya penerimaan dan biaya pemeriksaan pemesanan (Haming dan Nurnajamudin, 2012: 8). Pengukuran variabel biaya pemesanan dilakukan dengan formulasi matematis sebagai berikut :
Data dan Metode Pengumpulan Data Data pada penelitian ini adalah primer dan data sekunder. Data primer, yaitu sumber data yang berasal dari objek penelitian yang dikumpulkan oleh peneliti untuk dianalisis. Data primer yang dikumpulkan meliputi profil perusahaan, struktur organisasi perusahaan, data penggunaan bahan baku perusahaan, data persediaan bahan baku perusahaan dan data biaya persediaan bahan baku perusahaan.
Biaya pemesanan = biaya sms dan telepon + biaya bongkar muat 3. Biaya penyimpanan Biaya penyimpanan merupakan biaya persediaan yang muncuk akibat adanya aktivitas penyimpanan persediaan. Biaya penyimpanan umumnya terdiri dari biaya sewa gudang, biaya penerangan dan biaya keamanan (Siswanto, 2007: 122). Pengukuran variabel biaya penyimpanan dilakukan dengan formulasi sebagai berikut:
Data sekunder, yaitu sumber data yang sudah diolah sebelumnya yang berasal dari objek penelitian maupun dari perantara. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi hasil studi literatur pada berbagai sumber seperti buku, jurnal, dan atau penelitian – penelitian terdahulu sebagai bahan reverensi sebagai berikut: biaya persediaan, Economic Order Quantity (EOQ), frekuensi pemesanan, standar deviasi, Persediaan pengamanan (safety stock), dan Re-Order Point (ROP).
Biaya penyimpanan = biaya listrik + biaya sewa + biaya keamanan Metode Analisis Data Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan cara menghitung kuantitas optimum pemesanan berdasarkan metode EOQ, perhitungan total biaya persediaan, persediaan pengaman dan menghitung titik pemesanan ulang bahan baku pasir silika. Perhitungan tersebut dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan beberapa variabel operasional yang terdiri atas : 1. Penggunaan bahan baku Dalam penelitian ini digunakan untuk menghitung rata-rata kuantitas penggunaan bahan baku dalam satu periode waktu. Variabel ini dapat diukur dengan formulasi matematis sebagai berikut (Heizer dan Render, 2015) :
Penghitungan Economic Order Quantity (EOQ) √
Keterangan: t = periode waktu (hari/bulan/tahun).
Total biaya persediaan (total cost / TC) [
8
]
[
]
daerah sekitar seperti perusahaan semen Holcim dan perusahaan semen Gresik.
Frekuensi pembelian optimal
Penggunaan Perusahaan
Pasir
Silika
Aktual
Persediaan pengamanan (safety stock) √
Penggunaan bahan baku pasir silika oleh perusaahaan dalam kurun waktu satu tahun terakhir tersaji dalam dalam tabel berikut:
x x
Untuk menentukan besarnya persediaan pengamanan dengan rumus sebagai berikut:
Tabel 1 Data Penjualan Pasir Silika Tahun 2015-2016 Bulan Penjualan Total Non Cucian Cucian Mei 17.500 4.550 22.050
Titik pemesanan ulang (reorder point / ROP)
Re-Order Point dengan pengamanan (safety stock)
persediaan
PEMBAHASAN Pengendaliaan Persediaan Bahan Baku Dengan Metode Aktual Perusahaan Pengendalian persediaan pasir silika dilakukan dengan cara penghitungan yang sederhana, data dan penjualan ditulis berdasarkan jumlah satuan ritase per truk dengan jumlah 1 rit sama dengan 10 ton untuk truk kecil dan 3,5 rit sama dengan 35 ton untuk truk besar. Kapasitas persediaan gudang sebesar kurang lebih 20.000 ton.
Juni
17.700
4.900
22.600
Juli
17.900
2.870
20.770
Agustus
18.700
5.460
24.160
September
17.600
5.670
23..270
Oktober
18.800
5.740
24.540
November
19.400
5.670
25.070
Desember
19.700
5.460
25.160
Januari
20.000
4.900
24.900
Februari
20.900
5.040
25.940
Maret
19.200
5.250
24.450
April
18.400
5.180
23.580
Total
Pada penelitian terdapat dua jenis pasir yang akan dijumlahkan menurut data penjualan perusahaan, yaitu pasir cucian dan pasir non cucian. Konsumen pasir cucian umumnya adalah perusahaan yang memproduksi kaca, internit, batu bata ringan dan lainnya. Sementara untuk konsumen pasir non cucian adalah perusahaan semen yang beroperasi di
286.490
Sumber: data diolah, 2016. Rata-rata Penggunaan Bahan Baku per Bulan Dari tabel diatas diketahui bahwa penggunaan pasir silika dalam satu tahun adalah sebesar 286.490 ton. Rata-rata penggunaan bahan baku per bulan adalah:
9
Total Biaya Persediaan (TIC) Berdasarkan metode aktual perusahaan diketahui bahwa permintaan (D) pasir silika dalam satu tahun 286.490 ton, jumlah unit tiap pemesanan (Q) 2.000 ton, biaya pemesanan (S) Rp 51.000 dan biaya penyimpanan (H) Rp 64.800.000 : 286.490 = Rp 226,186 sehingga dapat dihitung dalam rumus berikut:
Atau dibulatkan menjadi 23.874 ton. Penggunaan pasir silika diasumsikan sama dengan rata-rata kebutuhan pasir per bulan, setiap bulannya perusahaan harus memenuhi jumlah kebutuhan pasir silika sebesar angka tersebut. Biaya Pemesanan Penghitungan biaya pemesanan disajikan dalam tabel berikut: Tabel 2 Penghitungan Biaya Pemesanan Komponen Biaya Biaya Telepon Biaya Bongkar Muat Total
Jumlah Biaya Rp 1.000 Rp 50.000 Rp 51.000
Total biaya persediaan bahan baku pasir yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dibulatkan menjadi Rp 7.531.700. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Metode Economic Order Quantity (EOQ)
Dari tabel tersebut diketahui bahwa biaya pemesanan bahan baku yang dikeluarkan untuk satu kali pemesanan adalah sebesar Rp 51.000
Analisis pengendalian bahan baku dengan menggunakan metode EOQ harus memperhatikan beberapa komponen terkait yaitu:
Biaya Penyimpanan Penghitungan biaya penyimpanan disajikan dalam tabel berikut:
Biaya pemesanan (S) = Rp 51.000 Biaya penyimpanan (H) = Rp 64.800.000 : 286.490 = Rp 226,186 Jumlah kebutuhan bahan baku (D) = 286.490 ton. Rata-rata penjualan per bulan = 286.490 : 12 = 23.874,167 ton. Waktu tunggu (L) = 1 hari
Tabel 3 Penghitungan Biaya Penyimpanan Komponen Biaya Jumlah Biaya per Penyimpanan Bulan Biaya sewa Rp 750.000 Biaya listrik Rp 150.000 Biaya keamanan Rp 4.500.000 Total Rp 5.400.000
Economic Order Quantity (EOQ)
Dari tabel tersebut diketahui bahwa total biaya penyimpanan per bulan sebesar Rp 5.400.000. Maka besarnya biaya penyimpanan per tahun adalah Rp 5.400.000 x 12 = Rp 64.800.000.
√
√
10
Frekuensi Pemesanan menurut Economic Order Quantity (EOQ)
Titik Pemesanan Point/ROP)
Persediaan pengamanan (Safety Stock) Tujuan persediaan pengamanan adalah untuk menjaga ketersediaan bahan baku agar terhindar dari kehabisan stok. Langkah pertama dalam menentukan persediaan pengamanan adalah dengan menentukan standar deviasi yang bertujuan mencari penyimpanganpenyimpangan yang terjadi selama pemakaian pasir silika. Penyimpangan dapat diketahui dengan cara penggunaan pasir silika sebenarnya dikurangi rata-rata penggunaan pasir silika per bulan. Berikut penghitungan standar deviasi:
x)
(Re-Oder
Untuk menentukan besarnya bahan baku yang digunakan per hari dapat menggunakan rumus (Heizer dan Render, 2015: 567):
=
√ (x
Ulang
Langkah selanjutnya menentukan titik pemesanan (ROP):
adalah kembali
Total Biaya Persediaan (TC) menurut Economic Order Quantity (EOQ)
√
Dengan pemakaian asumsi bahwa perusahaan CV. BUMI SILIKA JAYA menerapkan persediaan untuk mampu memenuhi permintaan konsumen (service level) yaitu sebesar 95% sehingga dapat diperoleh Z dengan tabel normal sebesar 1,65 deviasi standar diatas dari rata – rata. Maka besarya persediaan pengamanan (safety stock) dapat dihitung sebagai berikut:
Besarnya biaya persediaan bahan baku pasir silika yang harus dikeluarkan perusahaan setelah menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) adalah sebesar Rp 2.848.200 dengan melakukan dua puluh lima kali pemesanan dalam satu tahun.
SS = SD x Z SS = 1.486 x 1,65 = 2.451,9 = 2.452 ton.
Perbandingan
Persediaan bahan baku yang harus disediakan oleh perusahaan sebagai persediaan pengamanan adalah sebesar 2.452 ton.
Penghitungan biaya persediaan pasir silika berdasarkan metode aktual dan metode Economic Order Quantity (EOQ) menunjukkan hasil yang berbeda. Perbandingan hasil penghitungan tersebut disajikan dalam tabel berikut ini:
11
Tabel 4
No
1. 2. 3. 4.
Perbandingan Metode Aktual dan Economic Order Quantity (EOQ) Uraian Metode Metode Aktual EOQ Unit yang dipesan Total biaya persediaan Biaya pemesanan Biaya penyimpanan
2.000 ton
11.366 ton
Rp 7.531.681
Rp 2.848.174
Rp 7.305.495
Rp 1.285.455
Rp 226.186
Rp 1.562.719
2.
3.
4.
Rp 4.683.507
5.
Selisih biaya
6.
Frekuensi pemesanan
143 kali
25 kali
7.
Safety Stock
-
2.452 ton
8.
Re-Order Point
-
3.398 ton
5.
Tabel 4 memberikan informasi bahwa metode Economic Order Quantity (EOQ) memberikan hasil yang lebih baik bila dibandingkan dengan metode aktual perusahaan. Total biaya persediaan dapat diminimalisir sebesar Rp 4.683.507. Kuantitas pesanan pasir silika diperbesar sehingga biaya pemesanan menjadi lebih kecil dan biaya penyimpanan menjadi lebih besar.
Quantity (EOQ) terjadi penghematan biaya persediaan sebesar Rp 4.683.507. Kuantitas pesanan yang dilakukan perusahaan setiap melakukan berdasarkan metode EOQ memberikan hasil jumlah unit yang dipesan menjadi lebih tinggi yaitu sebesar 11.366 ton per pemesanan. Frekuensi pemesanan yang dilakukan perusahaan adalah sebanyak 143 kali dalam satu tahun. Sedangkan apabila menggunakan metode EOQ frekuensi pemesanan menjadi 25 kali dalam satu tahun. Dengan menggunakan metode EOQ, jumlah persediaan pengamanan yang dibutuhkan perusahaan untuk mengantisipasi kekurangan persediaan pasir silika di gudang adalah sebesar 2.452 ton. Pemesanan kembali harus dilakukan perusahaan apabila persediaan bahan baku pasir silika berada pada titik 3.398 ton.
SARAN 1. Perusahaan sebaiknya menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) dalam melakukan pengendalian persediaan bahan baku agar dapat melakukan efisiensi biaya persediaan bahan baku sehingga perusahaan dapat meminimalisir terjadinya pemborosan biaya. Metode Economic Order Quantity (EOQ) juga dapat meningkatkan laba perusahaan dengan menghemat biaya persediaan sebesar 62%. 2. Perusahaan sebaiknya meningkatkan jumlah bahan baku pasir silika dalam melakukan pemesanan, meningkatkan jumlah persediaan pengamanan serta mengetahui pada jumlah berapa bahan baku pasir harus dilakukan pemesanan kembali. 3. Semakin meningkatnya jumlah kuantitas bahan baku yang dipesan, perusahaan juga diharap untuk mampu
KESIMPULAN 1. Proses pengendalian bahan baku pasir silika yang dilakukan perusahan masih dilakukan dengan cara sederhana dengan jumlah biaya persediaan sebesar Rp 7.531.681. Metode Economic Order Quantity (EOQ) memberikan hasil besarnya biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 2.848.174. Dengan penerapan metode Economic Order
12
Fess, Warren Reeve., 2008, Accounting – Pengantar Akuntansi, Salemba Empat, Jakarta.
membuat bak penampungan pasir guna menghindari terjadinya material pasir yang dapat terangkut bersama air ketika terjadi musim penghujan.
Gonzales, Jose L., Gonzales, Daniel., 2010, Analysis of an Economic Order Quantity and Reorder Point Inventory Control Model for Company XYZ, California Polytechnic State University, California.
DAFTAR PUSTAKA Achmadi, Abu., Cholid Narbuko, 2013, Metodologi Penelitian, Bumi Aksara, Jakarta. Adolph, Matz., Milton F. Usry., 1994, Akuntansi Biaya Perencanaan dan Pengendalian, Edisi Kedelapan, Erlangga, Jakarta. Agarwal, Sachin., 2014, Economic Order Quantity Model: A Review, International Journal of Mechanical, Civil, Automobile and Production Engineering, Volume IV, e-ISSN 2249-830. Assauri, Sofjan., 2008, Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Revisi 2008. Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta. Barry Render, Jay Heizer., 2015, Manajemen Operasi - Manajemen Keberlangsungan dan Rantai Pasokan, Salemba Empat, Jakarta. Budi Susanto., 2009, Analisis Pengendalian Persediaan Air Mineral (Studi Kasus pada Agen Tirta Indah), Skripsi, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Chita Dwi Lestari., 2012, Analisi Penerapan Economic Order Quantity Dalam Manajemen Persediaan Dan Pengaruhnya Terhadap Efektivitas, Efisiensi Dan Likuiditas Perusahaan (Studi Kasus pada PT X), Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Haming, Murfudin. Mahfud Nurnajamudin., 2012, Manajemen Produksi Modern Operasi Manufaktur Dan Jasa, Bumi aksara, Jakarta. Handoko, Tani., 1999, Dasar-dasar Manajemen Operasi dan Produksi, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta. Happy Ganadial Stephyna., 2009, Analisis Kinerja Manajemen Persediaan Pada Pt. United Tractors, Tbk Cabang Semarang, Jurnal, Universitas Diponegoro, Semarang. Kulkarni S.M Samak., Rajhans, N.R., 2013, Determination of Optimum Inventory Model for Minimizing Total Inventory Cost, Procedia Engineering 51, pp 803-809. Mathew, Aju., et.al., 2013, Demand Forecasting for Economic Order Quantity in Inventory Managament, International Journal of Scientific and Research Publications, Volume 3, Issue 10, ISSN 2250-3153. Nasution Arman, Hakim., Prasetyawan, Yudha., 2008, Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Graha Ilmu, Yogyakarta. Republik Indonesia, 2012, Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012, Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintahan, Jakarta. 13
Roger G. Schroeder. 1997. Manajemen Operasi “Pengambilan Keputusan dalam Fungsi Operasi.” Jilid 1 Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta. Santoso, Budi., 2009, Manajemen Proyek Konsep & Implementasi, Edisi Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta. Sekaran, Uma., 2006, Research Methods For business, Salemba Empat, Jakarta. Stevenson, William J., Chuong Sum Chee., 2014, Manajemen Operasi Perspektif Asia, Salemba Empat, Jakarta. Zaidi,
Syed A.H et.al., 2012, Implementation of Inventory Management System in a Furniture Company: A Real Case study, International Journal of Engineering and Technology. Volume 2 No.8, ISSN 2049-3444.
14